fartok dasar teori

3
DASAR TEORI Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhada sebenarnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat da cukup tinggi dapatbekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosisfacit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus). Pada umumnya, hebatnya reaksi berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efe dikurangi pula (Tjay !ahardja, "##"). $etoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senya%a yang terjadi dalam singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. &atasan %aktu singkat disini i %aktu selama "' jam selama pemberian senya%a. &ila demikian, uji ketoksikan akut ditakrifkan sebagai uji ketoksikan suatu senya%a yang diberikan atau dipejankan dosis tunggal pada he%an uji tertentu, dan pengamatannya dilakukan selama masa " Tujuan utama uji ketoksikan akut suatu obat ialah untuk menetapkan potensi ketok yakni kisaran dosis letal atau dosis toksik obat terkait pada satu jenis he%an u elain itu, uji ini juga ditujukan untuk menilai berbagai gejala klinis yang tim toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai terjadinya kematian he%an uji. dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan berupa tolok ukur ketoksikan ku (kisaran dosis letal*toksik) dan tolok ukur ketoksikan kualitatif (gejala klinis mekanisme efek toksik). Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakam untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik, berturut+turut adalah dosis letal te atau dosis toksik tengah (T- #)./akni, suatu besaran yang diturunkan secara stat menyatakandosistunggal suatu senya%a yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada #0 he%an uji. Pada umumnya, para pakar sependapat bah%a tindakan pertama yang dilakukan atas penderita keracunan akut 1at kimia ialah terapi suportif, yakni m fungsi 2ital seperti pernafasan dan sirkulasi. Tindakan selanjutnya yang umum di meliputi upaya membatasi penyebaran racun dan meningkatkan pengakhiran a (-onatus, "##3). 4da beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi. 4ntara lain d dibedakan atas : 3. 5fek toksik akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan 1at toksik da

Upload: dian-fajar

Post on 04-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dasar teori toksikologi

TRANSCRIPT

DASAR TEORI

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebenarnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (Sola dosis facit venenum: hanya dosis membuat racun, Paracelsus). Pada umumnya, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi pula (Tjay & Rahardja, 2002).Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Batasan waktu singkat disini ialah rentang waktu selama 24 jam selama pemberian senyawa. Bila demikian, uji ketoksikan akut dapat ditakrifkan sebagai uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan atau dipejankan dengan dosis tunggal pada hewan uji tertentu, dan pengamatannya dilakukan selama masa 24 jam. Tujuan utama uji ketoksikan akut suatu obat ialah untuk menetapkan potensi ketoksikan akut, yakni kisaran dosis letal atau dosis toksik obat terkait pada satu jenis hewan uji atau lebih. Selain itu, uji ini juga ditujukan untuk menilai berbagai gejala klinis yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai terjadinya kematian hewan uji. Jadi, dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan berupa tolok ukur ketoksikan kuantitatif (kisaran dosis letal/toksik) dan tolok ukur ketoksikan kualitatif (gejala klinis, wujud, dan mekanisme efek toksik). Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakam untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik, berturut-turut adalah dosis letal tengah (LD50) atau dosis toksik tengah (TD50).Yakni, suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan uji. Pada umumnya, para pakar sependapat bahwa tindakan pertama yang sebaiknya dilakukan atas penderita keracunan akut zat kimia ialah terapi suportif, yakni memelihara fungsi vital seperti pernafasan dan sirkulasi. Tindakan selanjutnya yang umum dilakukan meliputi upaya membatasi penyebaran racun dan meningkatkan pengakhiran aksi racun (Donatus, 2001). Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi. Antara lain dapat dibedakan atas :1. Efek toksik akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan zat toksik dan 2. Efek toksik kronis, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan.(Tjay & Rahardja, 2002).Ketoksikan racun sebagian besar ditentukan oleh keberadaan (lama dan kadar) racun (bentuk senyawa utuh atau metabolitnya) di tempat aksi tertentu di dalam tubuh. Keberadaan racun tersebut ditentukan oleh keefektifan absorpsi, distribusi dan eliminasinya. Jadi, pada umumnya intensitas efek toksik pada efektor berhubungan erat dengan keberadaan racun di tempat aksi dan takaran pemejanannya (Donatus, 2001). Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat mengakibatkan toksis. Pada umumnya hebatnya toksis berhubungan dengan tinggi dosis, bila dosis diturunkan, efek toksis dapat pula dikurangi. Efek teratogen merupakan salah satu bagian dari efek toksis, yang bekerja dari peredaran darah ibu hamil semua zat gizi dan zat pertumbuan masuk kedalam sirkulasi janin dengan melintasi urin. Plasma dapat disamakan dengan rintangan darah-otak dengan membran semipermeabel pula, maka zat-zat lipofil dapat melaluinya dengan lancar. Zat-zat hidrofil, bila kadar plasmanya tinggi, akhirnya akan melintasi plasenta juga. Dalam peredaran janin obat akan bertahan lebih lama, karena sistem eliminasinya belum berkembang secukupnya. Obat teratogen adalah obat pada dosis terapeutis untuk ibu hamil dapat menyebabkan cacat pada janin, seperti focomelia. Toksoid atau anatoksin adalah suatu toksin yang telah diubah strukturnya, sehingga tidak terjadi toksik lagi. Sifat antingennya tidak dihilangkan, yakni kemampuan untuk menstimulasi pembentukan antibodi (Tjay & Rahardja, 2002). Efek samping toksik bergantung kepada dosis dan sfesifik bagi obat. Sepanjang di berikan dosis yang cukup tinggi, Efek samping toksis terjadi pada setiap orang karena toleransi perorangan terhadap suatu obat sangat beragam, selalu terdapat kemungkinan bahwa akibat dosis yang dapat di terima kebanyakan pasien, pada beberapa penderita terjadi efek samping. Penyebab pokok jenis variasi biologi kini mirip dengan perbedaan kerja dalam percobaan hewan mungkin adalah perbedan perbedaan akibat konstitusi atau genetic dalam absorpsi, distribusi, biotransformasi dan /atau eliminasi, yaitu dalam farmakokinetika bahan obat, serta dalam kerapatan reseptor termasuk ditribusi reseptor. Disamping perbedaan penerimaan obat terhadap tubuh oleh perorangan, juga terdapat perbedaan kelompok akibat genetik (Mutschler, 1991).

DAFTAR PUSTAKADonatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratotium Farmakologi dan ToksikologiFakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. ITB. Bandung.Tjay, T. H dan K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Penerbit Gramedia. Jakarta