dasar teori
DESCRIPTION
bahan alamTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KENCUR (Kaempferia galanga L)
Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh
diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak
digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para
petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan
adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau
rizoma (Soeprapto,1986).
2.1.1 Klasifikasi Kencur (Kampferia galanga Linn)
Tanaman kencur (Kaempferia galanga Linn) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Tumbuhan (Plantae)
Subkingdom : Tumbuhan berpembuluh (Tracheobionta)
Super Divisi : Menghasilkan biji (Spermatophyta)
Divisi : Tumbuhan berbunga (Magnoliophyta)
Kelas : Berkeping satu (Liliopsida)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Suku jahe-jahean (Zingiberaceae)
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga Linn
(Mus, 2008)
2.1.2 Nama lain Kencur (Kampferia galanga Linn)
Di Indonesia kencur dikenal dengan berbagai macam nama, tergantung dari berbagai
daerah tempat tanaman ini tumbuh. Karena kencur dapat tumbuh di berbagai daerah, maka
namanya juga banyak. Di Sumatera dikenal dengan nama ceuku (Aceh), tekur (Gayo),
kaciwer (Karo), cakue (Minangkabau), dan cokur (Lampung), sedangkan di Jawa dikenal
dengan nama kencur (Jawa), cikur (Sunda), dan Kencor (Madura). Di Sulawesi tanaman ini
dikenal dengan nama batako (Manado), watan (Minahasa), sukhur (Tonsea), humpoto
(Gorontalo), cakuru (Makasar), dan ceku (Bugis), sedangkan di Sulawesi dikenal dengan
nama batako (Manado), watan (Minahasa), sukhur (Tonsea), humpoto (Gorontalo), cakuru
(Makasar), dan ceku (Bugis). Di Nusa tenggara dikenal dengan nama cekur (Sasak dan
Sumba), sokus (Roti), dan sukung (Timor), sedangkan di Maluku dikenal dengan nama suha
(Seram), assulli (Ambon), dan onegai (Buru). Di Irian dikenal dengan nama ukap (Barus
2009).
2.1.3 KARAKTERISTIK KENCUR
Kencur (Kaempferia galangaL.) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak
dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran
rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur
mempunyai aroma yang spesifik. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu
pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar
matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. Kencur adalah tumbuhan liar di tepi-tepi
kebun, namun sekarang sudah banyak yang dibudidayakan, bahkan secara monokultur.
Tumbuh subur di daerah tropis, di daerah yang banyak turun hujan, di dataran rendah sampai
pegunungan. Tumbuh subur pada tanah yang berwarna hitam dan berpasir, ditempat yang
sedikit terlindung. Banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Selain itu
juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina karena manfaatnya bagi
kesehatan. Bagian yang sering digunakan adalah rimpang dan daunnya.
1. Akar
Bergerombol,bercabang-cabang,serabut putih,cokelat gelap,berkesan mengkilap.
2. Batang
Lunak,berpelepah,membentuk rimpang,hitam keabu-abuan.
3. Daun
Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan
jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun berukuran 10 – 12 cm dengan
lebar 8 – 10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk
daun yang nyata (Backer,1986).
4. Bunga
Majemuk,berbentuk tabung,kelopak lanset,panjang kira-kira 4cm, lebar 2-3,5cm,mahkota
panjang 10-19cm,benang sari,putik kecil,putih,tersusun dengan setengah duduk dengan
mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah,bibir bunga berwarna lembayung dengan warna
putih dominan.
5. Rimpang
Rimpang kencur terdapat di dalam tanah bergerombol dan bercabang-cabang dengan
induk rimpang di tengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih
berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan
dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada
ruas-ruas rimpang yang berwarna putih kekuningan (Barus 2009).
2.1.4 Kandungan Kimia dari Kencur
Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1) etil
sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) parafin
Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari
kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak
atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol, sineol,
penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan
senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).
Manfaat yang diperoleh dari penanaman kencur adalah untuk meningkatkan
produktivitas lahan pertanian yang sekaligus menambah penghasilan petani. Dari rimpang
kencur ini dapat diperoleh berbagai macam keperluan yaitu: minyak atsiri, penyedap
makanan minuman dan obat-obatan. Berbagai jenis makanan mempergunakan sedikit
rimpang atau daun kencur sehingga memberikan rasa sedap dan khas yaitu dalam pembuatan
gado-gado, pecal dan urap. Rimpang kencur yang digerus bersama- sama beras kemudian
diseduh dengan air masak dan diberi sedikit gula atau anggur dapat digunakan sebagai
minuman. Minuman ini berguna bagi kesehatan tubuh, jenis minuman ini sudah diperiksa
dipabrik-pabrik berupa minuman beras kencur. Rimpang kencur di pergunakan untuk
meramu obat-obatan tradisional yang sudah banyak di produksi oleh pabrik-pabrik jamu
maupun dibuat sendiri, rimpang mempunyai khasiat obat antara lain untuk menyembuhkan
batuk dan keluarnya dahak, mengeluarkan angin dari dalam perut, bisa juga untuk melindungi
pakaian dari serangga perusak, caranya rimpang kering kencur disimpan diantara lipatan-
lipatan kain (Afrianstini,1990).
Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak
dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan
industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil p-
metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam
industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan
jaringan kulit (Rosita,2007).
2.1.4.1 Senyawa Etil P-Metoksisinamat
Penelitian telah membuktikan kebenaran pengalaman nenek moyang kita bahwa
dalam tanaman kencur memang mengandung senyawa tabir surya yaitu etil p-
metoksisinamat. Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari
sengatan sinar matahari. Senyawa tabir surya terutama yang berasal dari alam dirasa sangat
penting saat ini dimana tidak hanya wanita saja yang memerlukan perlindungan kulit akan
tetapi pria pun memerlukan tabir surya untuk melindungi kulit agar tidak coklat atau hitam
tersengat sinar matahari. Kulit dengan perlindungan akan tampak lebih baik dalam hal warna
yaitu terlihat lebih bersih dan putih (Barus,2009).
EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion atau pun pada bedak
setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester ini
diganti oleh oktil, etil heksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi
bertahap. Modifikasi yang dilakukan diharapkan mengurangi kepolaran EPMS sehingga
kelarutannya dalam air berkurang yang merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir
surya, selain dari itu juga untuk mengurangi tingkat bahaya terhadap kulit.
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan senyawa
phenil propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah para hidroksi
sinamat (7), 3,4-dihidroksisinamat (8), dan 3,4,5 trimetoksisinamat (9):
EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain
pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau
mendekati sama. EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat agak polar menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan
kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah,2008).
Karena asam sinamat merupakan turunan fenil propanoid maka biosintesanya
termasuk jalur sikimat.
2.1.4.2 Biosintesa p-metoksisinamat
Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol antara suatu tetrosa,
yakni eritrosa, dan asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari
asam fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan beradisi dengan gugus karbonil C=O
dari eritrosa, menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom karbon. Selanjutnya, reaksi
yang analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai lingkar
sikloheksana, yang kemudian diubah menjadi asam shikimat. Reaksi pararel yang sejenis
terhadap tirosin yang mempunyai tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilakn asam p-
kumarat.
Senyawa turunan sinamat termasuk senyawa fenolik alam dari golongan
fenilpropanoid, yakni senyawa-senyawa dengan kerangka dasar karbon C6-C3,terdiri dari
cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung dari rantai karbon propan (C3). Dari segi
biogenetik senyawa turunan sinamat berasal dari jalur biosintesa asam sikhimat, seperti
tercantum dalam gambar 2.1. Karena itu, pola oksidasi cincin benzen pada turunan sinamat
adalah sama dengan pola oksidasi pada asam shikimat. Lazimnya cincin benzena ditemukan
tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksi atau gugus lain yang ekivalen seperti pada
asam p-kumarat dan asam kafeat. Sedangkan kemungkinan lain dari cincin aromatik adalah
tidak tersubstitusi sama sekali seperti pada asam sikimat.
Senyawa-senyawa turunan sinamat ditemukan secara luas di alam, dalam tumbuhan
tinggi, terutama sekali turunan p-hidroksisinamat. Senyawa-senyawa ini biasanya terikat
dalam bentuk ester atau glikosidanya, dan beberapa diantaranya telah diketahui memiliki
aktifitas biologis yang potensial.
Gambar 2.1. Jalur asan sikhimat dalam biosintesa fenilpropanoid unruk menghasilkan etil p-
metoksisinamat. (Sumber dan Norman,1978)
Pengkajian tentang senyawa turunan sinamat telah lama dilakukan. Madhatil,1927,
mengemukakan bahwa salah satu dari beberapa senyawa yang terkandung dalam kencur
adalah etil p-metoksisinamat. Beberapa cara mengekstraksi telah dilakukan, dan ternyata etil
p-metoksisinamat yang terkandung dalam kecur dapat dengan mudah melalui ekstraksi-
perkolasi. Dijelaskan pula bahwa spektrum infra merah etil p- metoksisinamat hasil isolasi
menunjukkan konfigurasi trans.dan beberapa ester (Madhatil, 1927).
2.3. Amida
Suatu amida ialah senyawa yang mempunyai nitrogen trivalen terikat pada suatu gugus
karbonil. Suatu amida diberi nama asam karboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan
asam…-oat (atau –at) menjadi amida.
Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan ammonia atau amina yang sesuai gambar
2.2.
Gambar 2.2. Reaksi Umum Sintesis Pembentukan Amida
(Fessenden and Fessenden,1999).
Seperti asam karboksilat,amida memiliki titik cair dan titik didih yang tinggi karena adanya
pembentukan ikatan hidrogen. Amida mampu membentuk ikatan hidrogen intermolekular
selama masih terdapathidrogen yang terikat pada nitrogen. Senyawa ini juga sangat istimewa
karena nitrogennya mampu melepaskan elektron dan mampu
membentuk suatu ikatan pi dengan karbon karbonil. Pelepasan elektron ini menstabilkan
hibrida resonansi (Bresnick,1996).
2.3.1. Reaksi Pembuatan Amida
Amida asam lemak pada industri oleokimia dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak
atau metil ester asam lemak dengan suatu amina (Maag,1984). Amida asam lemak dibuat
secara sintesis pada industri oleokimia dalam proses batch, dimana ammonia dan asam lemak
bebas bereaksi pada suhu 200o C dan tekanan 345-690 kpa selama 10-12 jam. Dengan proses
tersebutlah dibuat amida primer seperti lauramida, stearamida serta lainnya.
Amida primer juga dibuat dengan mereaksikan ammonia dengan metil ester asam lemak.
Reaksi ini mengikuti konsep HSAB dimana H+ dari ammonia merupakan hard acid yang
mudah bereaksi dengan hard base CH3O- untuk membentuk metanol. Sebaliknya NH2- lebih
soft-base dibandingkan dengan CH3O- akan terikat dengan R-CO+ yamng lebih soft acid
dibandingkan H+ membentuk amida.
Pembuatan amida sekunder dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan amina.
Senyawa amina yang digunakan untuk reaksi tersebut antara lain etanolamin dan
dietanolamin, yang jika direaksikan dengan asam lemak pada suhu tinggi, 150o C-200o C
akan membentuk suatu amida dan melepaskan air. Reaksi aminasi antara alkil klorida lebih
mudah dengan gugus amina dibandingkan dengan terjadinya reaksi esterifikasi dengan gugus
hidroksil. Reaksi amidasi antara amina dan ester dengan bantuan katalis
NaOMe baru dapat terjadi pada suhu 100o-120o C, sedangkan apabila tidak digunakan
katalis maka reaksi baru dapat berjalan pada suhu 150o-250o C (Gabriel,1984).
Senyawa N-palmitoyl glisinida yang dihasilkan melalui reaksi amidasi Metil Palmitat dengan
Glisin dan di murnikan dengan metode rekristalisasi dari campuran pelarut petroleum
benzen:etanol = 1:1 (v/v). Reaksinya sebagai berikut :
Sintesis senyawa-senyawa amida turunan etil p-metoksisinamat dilakukan dengan
memanfaatkan unit fungsional ester dari molekul etil p-metoksisinamat yang diperoleh dari
ekstrak etanol tanaman kencur, sebagai unit kimia yang potensial untuk melangsungkan
sintesis. Transformasi melibatkan pemutusan ikatan C-O asil melalui adisi-eliminasi
nukleofilik terhadap bentuk antara p-metoksisinamoil klorida oleh suatu seri pereaksi anilin
tersubstitusi para, yakni: anilin, p-nitroanilin, p-metoksianilin (p-anisidin) dan p-nitroanilin.
Melalui amonolisis p-metoksisinamoil klorida ini, dapat disintesis senyawa amida p-
metoksisinamanilida (Nakanishi,1974).
2.3.2. Kegunaan Amida
Senyawa amida juga mempunyai banyak kegunaan dalam bidang-bidang tertentu. Salah satu
contoh yang paling nyata adalah senyawa sulfoamida. Sulfoamida adalah salah satu senyawa
kemoteraputika yang digunakan didalam pengobatan untuk mengobati bermacam-macam
penyakit infeksi, antara lain disentri baksiler yang kuat, radang usus dan untuk mengobati
infeksi yang telah resistansi terhadap anti bioatika. (Nuraini,1988). Dan juga N-Steroyl
Glutamida yang berguna sebagai surfaktan dan antimikroba (Miranda,2003).
Amida asam lemak digunakan sebagai bahan pelumas pada proses pembuatan resin, maka
amida tersebut digunakan baik sebagai pelumas internal maupun eksternal, amida tersbut
berperam mengurangi gaya kohesi dari polimer sehingga meningkatkan aliran polimer pada
proses pengolahan (Brahmana,1994).
Amida berperan untuk mempengaruhi polimer yang melebur agar terlepas dari permukaan
wadah logam pengolahan resin. Sebagai pelumas internal, amida berperan untuk mengurangi
gaya kohesi dari polimer dan meningkatkan aliran polimer pada proses pengolahannya
(Reck,1984).
Surfaktan adalah suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surfaceactive agent)
yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik dalam satu struktur molekul
yang sama. Senyawa ini dapat menurunkan tegangan antarmuka antara dua fasa cairan yang
berbeda kepolarannya seperti minyak/air atau air/minyak. Sifat yang unik tersebut,
menyebabkan surfaktan sangat potensial digunakan sebagai komponen bahan adhesif, bahan
penggumpal, pembasah, pembusa, pengemulsi, dan bahan penetrasi serta telah diaplikasikan
secara luas pada berbagai bidang industri proses yang menggunakan sistem multifasa seperti
pada industri makanan, farmasi, kosmetika, tekstil, polimer, cat, detergen dan agrokimia.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang baik,
permintaan surfaktan yang mudah terdegradasi dan berbasis tumbuhan juga semakin
meningkat, maka diperlukan kajian untuk memperoleh surfaktan yang mempunyai dua
kriteria tersebut yaitu diperoleh dari bahan baku yang dapat diperbaharui dan bersifat
degradatif di alam sehingga dapat diterima secara ekologis. Salah satu surfaktan yang
memenuhi kedua kriteria tersebut adalah surfaktan alkanolamida. Alkanolamida dapat
diperoleh dari hasil reaksi antara alkanolamina dengan asam lemak minyak nabati, dan
banyak digunakan sebagai bahan pangan, kosmetika dan obat-obatan. Surfaktan
alkanolamida yang mempunyai ikatan amida banyak dikembangkan dalam industri
pembuatan surfaktan karena ikatan amida secara kimia sangat stabil pada media yang bersifat
alkali.
Alkanolamida yang digunakan untuk formula pangan, kosmetika dan obat obatan haruslah
bebas dari bahan beracun, pelarut, asam lemak bebas, amina yang berlebih serta harus tidak
berbau dan bentuknya menarik. Namun penelitian untuk memproduksi alkanolamida pada
skala industri masih kurang karena penghilangan pelarut dan warna yang tidak diinginkan
memerlukan tahapan yang rumit dan biaya yang tinggi (Daniel, 2007).
2.4. Dietanolamina
Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol. Dialkohol
menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Dietanolamina juga dikenal
dengan nama bis (hydroxyethyl)amine, diethylolamine, hydroxtdiethylamine, diolamine dan
2,2-iminodiethanol. Sidat-sifat dietanolamina adalah sebagai berikut :
Rumus molekul : C4H11NO2
b. Berat molekul : 105,1364 g/mol
c. Densitas : 1,090 g/cm3
d. Titik leleh : 28ºC (1atm)
e. Titik didih : 268,8ºC (1atm)
f. Kelarutan : H2O, alcohol, eter
Dietanolamina banyak digunakan dalam produk kosmetik dan detergen karena mampu
menciptakan tekstur yang lembut dan foaming agent
2.1.5 Manfaat Kencur
Rimpang digunakan sebagai obat gosok pada bengkak yang disebabkan oleh terkilir
(keseleo) atau terpukul benda tumpul, serta untuk encok atau rematik. Selain itu juga
digunakan untuk mengobati masuk angin (sebagai flatulens), radang lambung, kejang perut,
mual, diare, penawar racun, serta sebagai obat batuk. Juga dipakai untuk mengobati infeksi
telinga, sakit kulit, bisul, dan sebagai roboransia. Kencur kadang-kadang juga dipakai sebagai
bioinsektisida. Salah satu kandungan kimia dari rimpang kencur adalah Etil p-metoksi
sinamat dari rimpang kencur. Senyawa tersebut banyak digunakan didalam industri
kosmetika yaitu sebagai bahan dasar senyawa tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari) dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur.
2.2 ANTIJAMUR
Zat antijamur merupakan bahan yangdapat membasmi jamur pada umumnya, khususnya
yang bersifat patogenbagi manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, senyawa antifungi
dibagiatas fungisida dan fungistatik. Fungisida yaitu senyawa antijamur yangmempunyai
kemampuan untuk membunuh jamur sehingga dinding sel jamurmenjadi hancur karena lisis,
akibatnya jamur tidak dapat bereproduksikembali, meskipun kontak dengan obat telah
dihentikan. Fungistatik yaitusenyawa antijamur yang mempunyai kemampuan untuk
menghambatpertumbuhan jamur sehingga jumlah sel jamur yang hidup relatif
tetap.Pertumbuhan jamur akan berlangsung kembali bila kontak dengan obatdihentikan.
Berdasarkan cara kerjanya, obat antijamurdibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur.Ikatan ini
mengakibatkan kebocoran membran sel, sehingga terjadikehilangan beberapa bahan
intrasel dan menyebabkan kerusakanyang tetap pada sel jamur. Contoh: nistatin dan
amfoterisin.
2. Masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminasi dandalam sitoplasma akan
bergabung dengan RNA setelah mengalamideaminase menjadi 5-fluorourasil. Sintesis
protein sel jamurterganggu akibat penghambatan langsung sintetis DNA olehmetabolit
fluorourasil. Contoh : flusitosin.
3. Menghambat mitosis jamur dengan mengikat protein mikrotubulerdalam sel. Contoh :
griseofulvin.
4. Menimbulkan gangguan terhadap sintesis asam nukleat ataupenimbunan peroksida dalam
sel jamur sehingga terjadi kerusakandinding sel yang mengakibatkan permeabilitas
terhadap berbagai zatintrasel meningkat. Contoh : imidazol (mikonazol, klotrimazol).
2.3 SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak
boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk
pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari
substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam
proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999)
Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis yang ditentukan untuk penerapan pada
kulit sehat, sakit atau terluka atau pada selaput lendir (hidung, mata). Salep pada pokoknya
berlaku untuk terapi lokal.
Salep biasanya mengandung obat-obatan yang dipakai di luar tubuh dan memiliki
konsistensi yang kuat yang jika dioleskan pada kulit akan melunak dan membentuk lapisan di
ataskulit. Proporsi bahan dalam sediaan salep dapat berubah-ubah untukmempertahankan
konsistensi, sedangkan proporsi bahan aktif di dalamnya tidak berubah.
Pemakaian salep adalah untuk daerah topikal yang diperuntukkan sebagaiprotektan,
antiseptik, emolien, antipruritik, keratolitik, dan astringents. Pemilihan dasar salep yang tepat
sangat penting untuk efektivitas fungsi yang diinginkan. Untuk salep yang berfungsi sebagai
protektan, maka dasar salep harus bersifat melindungi kulit dari kelembaban, udara, sinar
matahari, dan faktor eksternal lainnya. Salep antiseptik digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Seringkali infeksi oleh bakteri terjadi jauh di dalam
lapisan kulit, sehingga dasar salep untuk pembuatan salep antiseptik harus memiliki
kemampuan untuk meresap ke dalam kulit dan melepaskan bahan aktif yang berfungsi
sebagai obat.
Menurut jenis distribusi bahan obat dalam medium penyangganya, maka salep
dibedakan atas salep larutan, salep suspensi, dan salep emulsi. Salep larutan dan salep
suspensi berbeda, tergantung pada sifat kelarutan dari bahanobat terlarut atau tersuspensi
dalam dasar salep. Salep mengandung air dengan penambahan emulgator secara umum
dinyatakan sebagai salep emulsi.
Salep emulsi terdiri atas dua jenis yaitu jenis minyak dalam air (o/w) danjenis air dalam
minyak (w/o). Dasar salep o/w memiliki keuntungan yaitudapat dicuci dengan air sehingga
tidak meninggalkan kesan lengket yang tidakdisukai, lebih dapat diterima sebagai dasar
sediaan kosmetika, dan umumnyacocok untuk sediaan salep obat. Dasar salep w/omemiliki
keuntungan yaitu stabilitas emulsinya yang tinggi.
Salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu pencampuran danpeleburan. Dalam
metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama sama sampai sediaan yang
homogen tercapai. Pencampurandicampur dalam sebuah lumpang dengan sebuah alu untuk
menggerus bahanbersama-sama. Dalam metode peleburan, semua atau beberapa komponen
darisalep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan denganpengadukan yang
konstan sampai mengental. Komponen-komponen yangtidak dicairkan biasanya ditambahkan
pada campuran yang sedang mengentalsetelah didinginkan dan diaduk. Bahan-bahan yang
mudah menguapditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah
tidakmenyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Dalam skala kecil,peleburan
dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas piala.