farmasi

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan sehingga perlu dibudayakan di seluruh lapisan masyarakat. Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan umumnya bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus, perlekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva selalu diliputi oleh plak gigi. Untuk menghilangkan plak dan dental deposit dilakukan perawatan scaling. Diharapkan setelah perawatan scaling akan terjadi proses penyembuhan berupa hilangnya keradangan dalam jaringan ikat gingiva dan terbentuknya long junctional epithelium Proses penyembuhan ini secara

Upload: andrika-indrayoga

Post on 11-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara

keseluruhan sehingga perlu dibudayakan di seluruh lapisan masyarakat. Rongga

mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan umumnya bakteri plak memegang

peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus, perlekatan kalkulus

dimulai dengan pembentukan plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus supragingiva

dan kalkulus subgingiva selalu diliputi oleh plak gigi.

Untuk menghilangkan plak dan dental deposit dilakukan perawatan scaling.

Diharapkan setelah perawatan scaling akan terjadi proses penyembuhan berupa

hilangnya keradangan dalam jaringan ikat gingiva dan terbentuknya long junctional

epithelium Proses penyembuhan ini secara histologis tidak menunjukkan adanya

perlekatan jaringan ikat baru.

Adapun Antibiotik yang digunakan untuk penyembuhan dan perawatan gigi

ialah Tetracyclin yaitu sebagai obat antimikrobial, antikolagenase dan anti inflamasi.

Penggunaan sebagai anti kolagenase telah mampu menghalangi MMP-8dan dapat

menurunkan progresi radang periodontal dan menghambat hilangnya tulang alveolar,

Tetrasiklin dapat mengikat ion kalsium dan ion Zn yang terletak di sisi aktif dari

Page 2: farmasi

enzim kolagenase.Hambatan pada enzim kolagenase menghasilkan efek

antiproteolitik yang dapat menghambat resorbsi tulang.

Penggunaan sediaan tetrasiklin gel sebagai terapi penunjang skeling dan

penghalusan akar gigi memberikan efek klinik yang lebih baik daripada Skeling dan

penghalusan akar gigi saja(Maduratna,2000 ; Nilawati, 2003)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas Tetracyclin untuk perawatan pada gigi ?

1.3. Tujuan Penulisan

Bagaimana efektifitas Tetracyclin untuk perawatan pada gigi ?

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengetahuan bagi para dokter tentang efektifitas Tetracy-

clin untuk perawatan pada gigi.

2. Sebagai acuan para dokter dalam mengatasi kasus yang membutuhkan

penggunaan Tetracyclin untuk perawatan pada gigi.

3. Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan efektifitas Tetracy-

clin untuk perawatan pada gigi.

Page 3: farmasi

BAB II

FARMASI – FARMAKOLOGI

2.1. Definisi Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam

natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan

garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin

sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya (1).

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi

klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi (3).

Tetrasiklin mempunyai mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari

975 μg tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl),per mg di hitung terhadap zat

anhidrat (4).

Struktur kimia dari tetrasiklin adalah sebagai berikut:

Gambar.1.Struktur Tetrasiklin (2)

Page 4: farmasi

Tabel 1. Struktur kimia golongan tetrasiklin (1)

Jenis tetrasiklinGugus

R1 R2 R3

1. Klortetrasiklin  -Cl  -CH3, -OH -H, -H 2. Oksitetrasiklin  -H  -CH3, -OH -OH, -H  3. Tetrasiklin  -H  -CH3, -OH -H, -H 4. Demeklosiklin  -Cl  -H, -OH -H, -H  5. Doksisiklin  -H  -CH3, -H -OH, -H   6. Minosiklin  -N(CH3)2  -H, -H  -H, -H 

Tetracycline adalah spektrum luas Poliketida antibiotik yang dihasilkan oleh

Streptomyces genus dari Actinobacteria , diindikasikan untuk digunakan melawan

infeksi bakteri banyak. Ini adalah inhibitor sintesis protein. acnerosaceacholera Hal

ini umumnya digunakan untuk mengobati jerawat hari ini, dan yang lebih baru,

rosacea , dan memainkan peran historis dalam memerangi kolera di negara maju. Itu

dijual dengan merek Sumycin, Terramycin, Tetracyn, dan Panmycin, antara lain.

Actisite adalah seperti bentuk-serat benang, digunakan dalam aplikasi gigi.

tetracycline antibiotics Hal ini juga digunakan untuk memproduksi turunan semi-

sintetik beberapa yang bersama-sama dikenal sebagai antibiotik tetrasiklin (3).

Menurut farmakope Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin memiliki pemerian serbuk

hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan dengan cahaya

matahari kuat, menjadi gelap. Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi

berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida (4).

Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50

bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut

dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian (3).

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis

protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat

kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat

sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja

penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya aminoasil-tRNA ke

Page 5: farmasi

tempat aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, sehingga menghalangi

penggabungan asam amino ke rantai peptide (7).

2.2. FARMAKOKINETIK

2.2.1. Absorbsi

Kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin

dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar

berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Berbagai faktor dapat

menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung

(kecuali doksisiklin dan monosiklin), pH tinggi, pembentukan kelat

(kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+,

Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu

sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan (1).

Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorbsinya dari

sediaan tetrasiklin biasa (1).

2.2.2. Distribusi

Dalam plasma serum jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam

jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin

dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 μg/ml (1).

Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal sehingga

obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan serebrospinal

(CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum.

Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke

cairan tubuh lain dalam jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini

ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang,

serta di dentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin

menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang

Page 6: farmasi

relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, daya penetrasi

doksisiklin dan minosiklin ke jaringan lebih baik (1).

2.2.3. Metabolisme

Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati.

Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup

berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal ginjal (1).

2.2.4. Ekskresi

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi

glomerulus. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin

diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke

dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum. Sebagian besar obat

yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik;

maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi

dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal

hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap

diekskresi melalui tinja (1).

Antibiotik golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi menjadi 3

golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu :

a. Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok

tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.

b. Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dari masa paruhnya kira-

kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150mg per oral tiap 6 jam.

c. Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya

17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100

mg sehari (1).

Page 7: farmasi

2.3. FARMAKODINAMIK

Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada ribosomnya.

Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya anti biotik ke dalam ribosom

bakteri gram negative, pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua

melalui sistem transport aktif. Setelah masuk anti biotik berikatan secara revarsible

dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA – amino asil pada kompleks

mRNA – ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang

tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein (1).

Tetrasiklin termasuk antibiotika broad spektrum. Spektrum golongan

tetrasiklin umumnya sama, sebab mekanisme kerjanya sama, namun terdapat

perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman

tertentu. Derivat dari tetrasiklin yaitu: demeklosiklin, klortetrasiklin, doksisik-

lin, methasiklin, oksitetrasiklin, dan minosiklin.

Page 8: farmasi

2.4. INTERAKSI OBAT

1. Golongan tetrasiklin dengan antasida ( termasuk garan alimunium, kalsium,

atau magnsium), garam besi, garan zink. Menyababkan absorpsi dan kadar

serum tetrasiklin turun.

Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam sebalum atau 2 jam setelah antasida.

2. Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan kadar serum

tetrasiklin turun.

Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam setelah tetrasiklin

3. Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau colestipol menyebabkan

absorpsi tetrasiklin turun sehingga kadar serumnya juga turun.

Pengatasan : bila perlu dilakukan penyesuaian dosis tetrasiklin.

4. Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin (contoh: Na. Laktat, K. Sitrat)

menyababkan terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan kadar serum

tetrasiklin.

Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam atau bila perlu dilakukan

peningkatan dosis tetrasiklin ( jika pH urin naik signifikan)

5. Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek antikoagualan

meningkat karena berkurangnya vitamin K yang diproduksi bakteri dalam

usus akibat pemakaian tetrasiklin.

Pengatasan : monitor parameter anti koagualan dan bila perlu dosis anti

koagualan disesuaikan.

6. Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin mempengaruhi

resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.

7. Golongan tetrasiklin denga digoxin. Dapat terjadi peningkatan kadar serum

digoxin pada sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).

Pengatasan : monitor kadar digoxin dan tanda-tanda toksisitasnya.

Page 9: farmasi

BAB III

PENGGUNAAN KLINIK

3.1 PENYAKIT YANG BERKAITAN

Karena penggunaan yang berlebih, dewasa ini terjadi resistansi yang mengurangi

efektivitas tetrasiklin. Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin ialah:

1. Riketsiosis

Perbaikan yang dramatis tamapak setelah pemberian golongan tetrasiklin.

Demam mereda dalam 1-3 hari dan ruam kulit menghilang dalam 5 hari.

Perbaikan klinis yang nyata telah tampak 24 jam setelah terapi dimulai.

2. Infeksi Klamidia

a. Limfogranuloma venereum.

Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada

infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis

diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai

mengecil.

b. Psikatosis

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala

klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1

gram per hari selama 21 hari.

c. Konjungtivitis inklusi

Penyakit ini dapat diobati dengan hasil baik selama 2-3 minggu dengan

memberikan salep mata atau obat tetes mata yang mengandung golongan

tetrasiklin.

d. Trakoma

Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan

doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan

yang baik.

Page 10: farmasi

e. Uretritis nonspesifik.

Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia

trachomatis ini terobati baik dengan pemberian tetrasiklin oral 4 kali 500 mg

sehari selama 7 hari. Infeksi C.trachomatis seringkali menyertai uritritis

akibat gonokokus.

3. Infeksi Mycoplasma Pneumoniae

Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini dapat diatasi

dengan pemberian golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan klinis cepat

dicapai Mycoplasma pneumoniae mungkin tetap terdapat dalam sputum

setelah obat dihentikan.

4. Infeksi Basil

a. Bruselosis

Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk

penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan

pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan

bersama streptomisin 1gram sehari IM.

b. Tularemia

Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi

terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

c. Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk

penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.

d. Sampar

Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi ini ialah streptomisin. Bila

streptomisin tidak dapat diberikan, maka dapat dipakai golongan tetrasiklin.

Pengobatan dimulai dengan pemberian secara IV selam 2 hari dan dilanjutkan

dengan pemberian per oral selama 1 minggu.

Page 11: farmasi

5. Infeksi Kokus

Golongan tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan untuk infeksi

stafilokokus maupun streptokokus karena sering dijumpai resistensi.

Tigesiklin efektif untuk infeksi kulit dan jaringan lunak oleh streptokokus dan

stafilokokus (termasuk MRSA).

6. Infeksi Venerik

a. Sifillis

Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan kedua setelah penisilin untuk

mengobati sifillis. Dosisnya 4 kali 500 mg sehari per oral selama 15 hari.

Tetrasiklin juga efektif untuk mengobati chancroid dan granuloma inguinal.

Karena itu dianjurkan memberikan dosis yang sama dengan dosis untuk terapi

sifilis.

7. Akne Vulgaris

Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis

yang diberikan untuk ini ialah 2 kali 250 mg sehari selama 2-3 minggu, bila

perlu terapi dapat diteruskan sampai beberapa bulan dengan dosis minimal

yang masih efektif.

8. Penyakit Paru Obstruksi Menahun

Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif menahun dapat diatasi dengan

doksisiklin oral 2 kali 100 mg/ hari. Antibiotika lain yang juga bermanfaat

ialah kotrimoksazol dan koamoksiklav.

9. Infeksi Intraabdominal

Tigesiklin efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal yang

disebabkan oleh E. Coli, C.freundii, E.faecalis, B.fragilis dan kuman-kuman

lain yang peka.

10. Infeksi lain

a. Aktinimikosis

Golongan tetrasiklin dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini bila

penisilin G tidak dapat diberikan kepada pasien.

Page 12: farmasi

b. Frambusia

Respons penderita terhadap pemberian golongan tetrasiklin berbeda-beda.

Pada beberapa kasus hasilnya baik, yang lalin tidak memuaskan. Antibiotik

pilihan utama untuk penyakit ini ialah penisilin.

c. Leptospirosis

Walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk pengobatan

leptospirosis, efektifitasnya tidak terbukti secara mantap.

d. Infeksi saluran cerna

Tetrasiklin mungkin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis

intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu mungkin efektif

untuk disentri yang disebabkan oleh strain Shigella yang peka.

11. Penggunaan Topikal

Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata

golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada

mata oleh kuman Gram-positif dan Gram-negatif yang sensitif. Selain itu

salep mata ini dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmia neonatorum

pada neonatus (1).

3.2 CONTOH OBAT

Contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain:

1. Conmycin

Komposisi : Tetracycline HCL

Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin

Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu.

Sifilis 30-40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam

sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat

Page 13: farmasi

diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak

nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak

<12 tahun.

Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia,

enterokolitis, lesi inflamasi, ruam makulopapular dan

eritematosa, fotosensitif.

2. Corsamycin

Komposisi : Oxytetracycline HCl

Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi

akut, bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan

oleh mikoplasma pneumonia, bronkiektasis terinfeksi,

bronkiolitis, otitis media, angina vincenti, infeksi traktus

urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan

biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan

(endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO

dan sifilis yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma

inguinal dan khankroid, bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan

Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.

Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk

kebanyakan infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut

bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr.

Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO

dan sifilis, bruselosis total dosis 2-3 g/hr.

Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam

sesudah makan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Page 14: farmasi

Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi

dan hipoplasia pada anak, hambatan pertumbuhan tulang

sementara. Dosis tinggi: uremia.

3. Corsatet

Komposisi : Tetracycline HCl

Indikasi : Abses, akne, amubiasis, anthraks, disentri basiler,

bartonellosis, bronkitis akut dan kronis, infeksi

bronkopulmoner, bruselosis, kankroid, difteri, infeksi traktus

genitourinaria, GO, granuloma inguinale, infeksi yang

menyertai fibrosis kistik pankreas, listeriosis, limfograuloma

venereum, infeksi bakteri campuran, osteomielitis, otitis

eksterna dan media, pertusis, faringitis, pneumonia, psittakosis,

pielonefritis akut dan kronis, rocky mountain spotted fever,

demam scarlet, sinusitis, infeksi jaringan lunak, sifilis,

tonsilitis, tularemia, tifoid, ricketsia, uretritis (non-GO),

pencegahan pra dan pasca bedah dan dental.

Dosis : Dewasa 250 mg 4 x/hr. Infeksi berat 1500-2000 mg/hr. Anak

20-40 mg/kg/BB/hr, dosis terbagi. Sifilis dosis total 30-40 g

dalam dosis terbagi rata selam 10-15 hari. Bruselosis

kombinasi dengan streptomisin.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam

sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat

diberkian bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak

nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal berat, hamil, anak < 12 tahun.

Efek samping : Gangguan GI, supersenitif, hepatotoksik dan nefrotoksik.

Jarang meningkatkan TIK, SLE. Perubahan warna gigi dan

hipoplasia gigi pada anak dalam masa pertumbuhan (6).

Page 15: farmasi

BAB IV

TOKSISITAS

4.1. EFEK SAMPING OBAT

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin

dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan

iritatif serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.

1. Reaksi Kepekaan

Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah

erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat

ialah edema angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat

pula terjadi pada waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silang antara berbagai

derivat tetrasiklin sering terjadi.

2. Reaksi toksik dan iritatif

Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral,

terutama dengan oksitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang

diberikan, makin sering terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan

mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin

bersama dengan makanan, tetapi jangan dengan susu atau antasid yang

mengandung alumunium, magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul

akibat iritasi dan harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus

atau Clostridium difficile yang sangat berbahaya.

Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada

pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM

tanpa anestetik lokal.

Page 16: farmasi

Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti

leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan

trombositopenia.

Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin, tetapi paling sering

timbul pada pemberian dimetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa

fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofilia. Pigmentasi kuku

dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.

3. Efek samping akibat perubahan biologik

Seperti antibiotik lain yang berspektrum luas, pemberian golongan tetrasiklin

kadang-kadang diikuti oleh terjadinya superinfeksi oleh kuman resisten dan

jamur. Superinfeksi kandida biasanya terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan

kadang-kadang menyebabkan infeksi sistemik. Faktor predisposisi yang

memudahkan terjadinya superinfeksi ini ialah diabetes melitus, leukimia, lupus

eritematosus diseminata, daya tahan tubuh yang lemah dan pasien yang mendapat

terapi kortikosteroid dalam waktu lama.

4.2. RESISTENSI

Mekanisme resistensi yang terpenting adalah diproduksinya pompa

protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini

dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain

melalui proses transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis

tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua jenis tetrasiklin lainnya.

Mekanisme resistensinya adalah sebagai berikut: Tetrasiklin (tet)

merupakan molekul hidrofobik, dan masuk ke dalam sel dengan difusi pasif..

Jika tetrasiklin tidak ada, repressor tetR akan mencegah proses transkripsi gen

Page 17: farmasi

tetA, selain itu tetR juga akan melakukan siintesis proteinnya sendiri pada

urutan operator tetO di dalam sitosol, tetrasiklin membentuk kompleks dengan

bivalent ion ion metal seperti magnesium itu semacam sebuah ikatan kom-

pleks ke tetR, sehingga mengubah konformasi dan disosiasi nya dari bagian

operator kemudian, tidak hanya antiporter tetA, tetapi antipoerter tetR juga

tersintesis tetA mengeluarkan kompleks [tet-Mg2+] +H+ keluar dari sitosol,

dan memasukkan proton pada waktu yang bersamaan. Setelah tetrasiklin

dikeluarkan, sisa protein tetR mengikat rangkaian tetO lagi dan menonak-

tifkan tetA dan tetR.

Gambar.2.Mekanisme Resistensi Tetrasiklin (2)

Page 18: farmasi

Resistensi terhadap tetrasiklin dapat timbul melalui penembusan obat,

perlindungan ribosomal protein, mutasi rRNA 16S, dan inaktivasi obat

melalui aksi sebuah monooxygenase.

BAB V

PENYELIDIKAN / PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

1. Judul : Tetracycline tooth discolouration in Benin City

Penulis: Matthew A.Sede

Isi Jurnal :

Pendahuluan

Perubahan warna pada gigi merupakan masalah estetika yang terkait

pada banyak factor. Pengaruh terhadap perubahan warna yang disebabkan

oleh Tetrasiklin sudah banyak yang terdokumentasikan1. Perubahan warna

gigi akibat Tetrasiklin merupakan masalah estetika yang serius bagi pasien1.

Perubahan warna pada gigi ini merupakan efek samping dari pengobatan

menggunakan Tetrasiklin saat mengobati infeksi pada anak anak, atau saat

diberikan pada ibu hamil pada masa kehamilan 14-16 minggu4. Perubahan

warna termanifestasi pada 50% dari janin yang terpapar dengan penggunaan

Tetrasiklin5. Kadang kala selain perubahan warna gigi,ditemukan juga adanya

Page 19: farmasi

hypoplasia enamel5. Kejadian perubahan warna pada penggunaan Tetrasiklin

tidak hanya terjadi pada anak anak dan juga bayi. Efek perubahan warna pada

gigi orang dewasa juga sudah banyak didokumentasikan pada penggunaan

berkepanjangan dari Tetrasiklin atau derivatnya yaitu Minocycline1. Peruba-

han warna karena Tetrasiklin digolongkan sebagai perubahan warna intrinsic

pada dentin. Perubahan warna yang terjadi bervariasi,mulai dari warna kuning

muda sampai abu abu tua7. Tingkat keparahan perubahan warna dari Tetrasik-

lin tergantung pada jumlah dosis Tetrasiklin yang diberikan6. Tujuan dari

studi ini adalah untuk menentukan angka kejadian dari perubhan warna gigi

yang disebabkan oleh Tetrasiklim, pengobatan untuk itu yang bisa

diberikan,serta persepsi dari pasien terhadap hasil pengobatan yang akan

datang.

Metode Penelitian

Semua rekam medis dari pasien diambil dari rumah sakit dan klinik

perawatan gigi yang menangani perubahan warna gigi akibat Tetrasiklin

dalam kurun waktu antara Januari 1998 sampai Desember 2002. Informasi

yang diambil dari rekam medis tersebut mencakup parameter demografis dari

pasien pasien tersebut seperti riwayat keluarga dengan perubhahan warna gigi

(akibat Tetrasiklin), perawatan yang sudah diterima dan yang akan diterima.

Kriteria yang dipakai untuk mengelompokan tingkat keparahan perubahan

warna akibat Tetrasiklin menggunakan kriteria dari Jorda et al yang men-

gelompokan tingkat keparahan berdasarkan berat,sedang, dan ringan. Peruba-

Page 20: farmasi

han warna ringan ditandai dari perubahan warna gigi menjadi kuning muda

atau abu abu muda dari seluruh dentin tanpa pewarnaan mahkota gigi. Peruba-

han warna yang lebih gelap tanpa disertai perubahan warna mahkota gigi ter-

masuk dalam kategori sedang. Lalu perubahan warna pada mahkota gigi ter-

masuk kategori berat6,7.

Hasil Penelitian

Selama periode 5 tahun penelitian ini, total pasien baru yang tercakup

dalam kriteria penelitian sebanyak 3750 pasien dengan 81 orang (2,2%)

menderita perubahawan warna karena Tetrasiklin. Rekam medis menunjukan

bahwa semua pasien megalami perubahan warna gigi sejak kecil,tapi tidak

tersedia data apakah yang meminum Tetrasiklin itu sang pasien langsung

saaat kecil ataukah ibu dari pasien saat mengandung. Sebanyak 32 orang

pasien (39.5%) diteliti termasuk dalam kelompok dengan perubahan warna

gigi berat, sedangkan 25 orang dengan perubahan warna gigi sedang dan 24

orang dengan perubahan warna gigi ringan.

Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyebab perubahan

warna gigi yang utama adalah pemberian antibiotic Tetrasiklin pada saat anak

anak dan saat ibu hamil. Studi ini juga menunjukan adanya riwayat perubahan

warna pada keluarga, dimana tren tersebut mungkin berhubungan dengan ke-

biasaan pada keluarga untuk mengobati sendiri penyakit infeksi pada anak

Page 21: farmasi

anak di populasi tersebut. Kesimpulan dari studi ini adalah adanya perubahan

warna pada gigi tidak terkait pada genetic melainkan akibat dari penggunaan

antibiotic yang tidak tepat karena kurangnya edukasi.

2. Judul: Pengaruh Tetrasiklin Terhadap Perubahan Warna Gigi Anak”

Penulis : Aprilisa

Isi Jurnal :

Pendahuluan

Pemberian obat obat tertentusering memberikan dapak bagi gigi,baik

gigi sulung maupun gigi permanen. Salah satu dari jenis obat obatanyang

telah terbukti memberikan dampak buruk bagi gigi yaitu Tetrasiklin1.

Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang sering digunakan

untuk pengobatan infeksi terutama pada anak-anak, ibu hamil dan crang de-

wasa1. Penggunaan tetrasiklin sebagai antibiotik mengakibatkan perubahan

warna intrinsic pada gigi yang sifatnya menetap dan dapat mengenai enamel

serta dentin. Perubahan warna yang ditimbulkan oleh tetrasiklin merupakan

akibat dari pengendapan senyawa orthocalcium phosnhat complex dalam gigi

dengan variasi warna mulai dari hilling hingga kccoklatan, tergantung jenis

tetrasiklin yang digunakan, dosis dan lamanya pemakaiar obat. Kondisi ini da-

pat terjadi pada gigi sulung, gigi permanen, gigi anterior maupun posterior.

Jika perubahan warna ini mengenai gigi anterior, maka akan menimbulkan

Page 22: farmasi

permasalahan estetis. Oleh karena itu, maka diperlukan perawatan yang tepat

untuk mengembalikan warna gigi menjadi normal kembali.

Hasil Penelitian

Tetrasikiln yang diberikan saat ibu hamil dapat melewati blood plasen-

tal barrier dan akan mempengaruhi warna gigi sulung dari janin di dalamnya3.

Demikian juga halnya dengan bayi yang diberikan pengobatan dengan meng-

gunakan Tetrasiklin,gigi sulung serta gigi permanennya akan mengalami pe-

rubahan warna dengan tingkat perubahan warna yang bervariasi (severe, mod-

erate, mild)3. Perawatan untuk mengembalikan warna gigi yang dipakai dalam

studi ini menggunakan dua tehnik yaitu bleaching dan veneer.

Kesimpulan

Tehnik pengembalian warna gigi untuk mengatasi perubahan warna

gigi akibat tetrasiklin dengan cara bleaching kurang memberikan hasil yang

maksimal dibandingkan dengan prosedur pengembalian warna gigi yang

menggunakan teknik veneer.

3. Judul : Pemberian Tetrasiklin Gel 0,7 % Setelah Skeling Dan Penghalusan

Akar Gigi Dapat Mengurangi Kedalaman Pocket Periodontal Dan Daerah Be-

radang Jaringan Periodontal Penderita Periodontitis Kronis.

Peneliti : I Putu Yudhi Astaguna Wibawa

Page 23: farmasi

Isi Jurnal :

Pendahuluan

Di Indonesia tetrasiklin gel tidak populer, mungkin karena mahal dan

tidak mudah diperoleh, sehingga ada ide untuk membuat campuran tetrasiklin

gel 0,7 % dengan relatif lebih murah. Tindakan skeling dan penghalusan akar

gigi kadang-kadang tidak dapat mencapai hasil yang maksimal karena kom-

pleksitas anatomi gigi yang menyulitkan akses instrumen ke dalam pocket pe-

riodontal, sehingga membatasi efektivitas penghalusan akar gigi. Tetrasiklin

gel 0,7 % sebagai tambahan untuk skeling dan penghalusan akar gigi menun-

jukkan efek klinik yang lebih baik dari skeling dan penghalusan akar gigi saja.

Penggunaan sediaan tetrasiklin gel sebagai terapi penunjang skeling dan peng-

halusan akar gigi memberikan efek klinik yang lebih baik daripada Skeling

dan penghalusan akar gigi saja (Maduratna, 2000; Nilawati, 2003 ). Tindakan

skeling dan penghalusan akar gigi kadang-kadang tidak dapat mencapai hasil

yang maksimal karena kompleksitas anatomi gigi yang menyulitkan akses in-

strumen ke dalam pocket periodontal, sehingga membatasi efektivitas peng-

halusan akar gigi ( Thomas dan Jorgen, 1996 ). Secara biokompatibilitas

penggunaan tetrasiklin telah diteliti dalam bentuk tetrasiklin gel dengan kon-

sentrasi 0,7 % yang dapat diterima jaringan dan dapat menghilangkan lapisan

smir, membuka tubuli dentin dan membuka matriks kolagen ( Maduratna,

2000 ).

Page 24: farmasi

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian uji klinik (clinical trial)

yaitu penelitian dengan rancangan eksperimental randomized double blind pre

test - post test control group design , Untuk mengetahui efek pemberian sedi-

aan tetrasiklin gel 0,7 % apakah dapat mengurangi kedalaman pocket peri-

odontal dan daerah beradang jaringan periodontal pada penderita periodontitis

khronik.. Dua puluh enam pasien periodontitis khronik yang memiliki mini-

mal tiga gigi kedalaman pocket ≥ 4 mm, dan ≥ 4 mm kehilangan perlekatan,

serta perdarahan saat probing dipilih dan dikelompokkan ke dalam kelompok

tetrasiklin gel 0,7 %, dan kelompok kontrol . Setelah skeling dan penghalusan

akar gigi pada semua sample , tiga gigi secara acak dipilih dan diberikan

tetrasiklin gel 0,7 % yang diterapkan pada hari 1 dan hari ke 7. BOP, PPD,

dan perlekatan gingiva di catat pada awal dan satu bulan setelah pemberian

tetrasiklin gel 0,7 % . Dengan uji statistik perbandingan berdasarkan per-

lakuan bahwa rerata kedalaman pocket kelompok kontrol adalah 3,770,44,

rerata kelompok tetrasiklin gel 0,7% adalah 2,460,52. Analisis kemaknaan

dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai U = 9,00 nilai p = 0,001.

Hal ini berarti bahwa rerata peningkatan kedalaman pocket pada kedua

kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Rerata daerah beradang

kelompok kontrol adalah 59,698,37, rerata kelompok tetrasiklin gel 0,7%

adalah 20,159,95. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menun-

Page 25: farmasi

jukkan bahwa nilai t = 10,97 nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata

daerah beradang pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05).

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tetrasiklin

gel 0,7 % setelah skeling dan penghalusan akar gigi dapat mengurangi kedala-

man pocket periodontal dan daerah beradang jaringan periodontal penderita

periodontitis kronis. Untuk penelitian lanjutan dapat disarankan bahwa perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek kombinasi

tetrasiklin obat dan antibiotika lain dengan tetrasiklin tunggal apakah dapat

mempercepat penyembuhan penyakit periodontitis khronik dan juga mengenai

kombinasi sediaan tetrasiklin agar obat dapat bertahan lama dalam saku gusi

sehingga memberikan efek maksimal.

BAB VI

Page 26: farmasi

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tetracycline merupakan spektrum luas Poliketida antibiotik yang dihasilkan

oleh Streptomyces genus dari Actinobacteria , di indikasikan untuk melawan infeksi

bakteri. Tetracycline adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis

protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat

kalsifikasi dalam pembentukan tulang.

Kira-kira 30-80% Tetracycline diserap lewat saluran cerna. Dalam cairan

serebrospinal (CSS) kadarnya hanya 10-20% dari kadar dalam serum. Penetrasi ke

cairan tubuh lain dalam jaringan tubuh cukup baik, Tetracycline akan ditimbun dalam

sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di dentin dan email

gigi yang belum bererupsi. Tetracycline tidak dimetabolisme secara berarti di hati.

Golongan Tetracycline akan diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus.

Pada pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan Tetracycline diekskresi melalui

urin.

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan Tetracycline

yaitu reaksi kepekaan pada kulit seperti urtikaria dan dermatitis eksoliatif. Reaksi

toksik dan iritatif dapat juga terjadi, seperti iritasi pada lambung akibat pemberian

tetrasiklin per oral. Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis

pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM

tanpa anestetik lokal. Reaksi yang timbul akibat perubahan biologik seperti terjadi

superinfeksi kandida biasanya terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan kadang-

kadang menyebabkan infeksi sistemik.

Pemberian Tetracycline untuk penyembuhan dan perawatan gigi cukup

efektif. Dimana fungsi Tetracycline sebagai anti kolagenase telah mampu

menghalangi MMP-8dan dapat menurunkan progresi radang periodontal dan

menghambat hilangnya tulang alveolar, Tetracycline dapat mengikat ion kalsium dan

Page 27: farmasi

ion Zn yang terletak di sisi aktif dari enzim kolagenase. Hambatan pada enzim

kolagenase ini menghasilkan efek antiproteolitik yang dapat menghambat resorbsi

tulang. Penggunaan sediaan Tetracycline gel sebagai terapi penunjang skeling dan

penghalusan akar gigi juga memberikan efek klinik yang lebih baik daripada Skeling

dan penghalusan akar gigi saja.