farmakoterapi dm 2
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
NAMA : MUHAMMAD ICHSANNIM : N111 10 277KELAS : B
MAKASSAR2013
DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sehingga
menyebabkan komplikasi kronik seperti penyakit mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropatik.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi sel-β autoimun meningkat secara proporsional dengan insiden
pada DM tipe 1 pada populasi berbeda. Pada negara swedia,sardinia, dan Finlandia
adalah prevalensi tertinggi sel antibodi islet (3%-4,5%) dan insiden DM tipe 1
tertinggi 22-35% per 100000.
Prevalensi DM tipe 2 meningkat, terhitung sebanyak 90% dari semua kasus
DM. Prevalensi DM tipe 2 di amerika serikat sekitar 9,6% pada umur 20 tahun.
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS (DM)
Diabetes adalah gangguan metabolik yang dikenal karena resistensi kerja
insulin, insufisiensi sekresi insulin atau keduanya.
Diabetes Melitus tipe 1
Terjadi karena proses autoimun yang merusak sel β pada pankreas.
Meskipun DM tipe 1 biasanya terjadi pada anak dan remaja, namun dapat juga
terjadi pada semua umur.
Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes ini dikenal dengan terjadinya resistensi insulin dan semakin
berkurangnya sekresi insulin seiring waktu. Kebanyakan DM tipe 2 terjadi pada
individu yang menderita obesitas.
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologinya :
1
Diabetes Melitus Tipe 1 :Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolutA. Melalui proses imunologik (Otoimunologik)B. Idiopatik
2
Diabetes Melitus Tipe 2Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensiinsulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersamaresistensi insulin
3 Diabetes Mellitus Tipe Lain
A. Defek genetik fungsi sel β :• kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3),• kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)• kromosom 20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1)• DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas:
• Pankreatitis• Trauma/Pankreatektomi• Neoplasma• Cistic Fibrosis• Hemokromatosis• Pankreatopati fibro kalkulus
D. Endokrinopati:
1. Akromegali2. Sindroma Cushing3. Feokromositoma4. Hipertiroidisme
E. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferonF. Diabetes karena infeksi
G. Diabetes Imunologi (jarang)
H. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington,Chorea, Prader Willi
4 Diabetes Mellitus GestasionalDiabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifatsementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2
5 Pra-diabetes:A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu)B. IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi GlukosaTerganggu)
DIAGNOSIS DIABETES MELITUSKadar glukosa darah puasa Kategori
<100 mg/dL (5.6 mmol/L) Normal
100-125 mg/dL (5.6-5.9 mmol/L) Sedang
≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L) Diabetes Melitus
Kadar glukosa darah setelah 2 jam postload Kategori
< 140 mg/dL (7.8 mmol/L) Normal
140-199 mg/dL (7.8-11.1 mmol/L) Sedang
≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) Diabetes melitus
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit
untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah
semakin berkurang. Pengobatan non farmakologi diabetes meliputi pengendalian
berat badan, olah raga dan diet.
TERAPI FARMAKOLOGI
Sampai pada tahun 1995, hanya dua pilihan yang tersedia untuk terapi
farmakologi untuk pasien diabetes yaitu sulfonilurea (untuk DM tipe 2) dan insulin
(untuk DM tipe 1 atau 2). Sekarang tersedia enam golongan obat untuk terapi
diabetes : penghambat enzim alfa glukosidase, biguanides, meglitinid,
thiazolidinediones (PPAR-α), penghambat DPP-IV, dan sulfonilurea. Obat
antidiabetes oral dikategorikan berdasarkan mekanisme aksi penurunan kadar
insulin. Sulfonilurea dan meglitinid dikategorikan sebagai peningkat sekresi insulin
karena dapat memicu pelepasan insulin endogen.
Pilihan terbaru untuk implementasi terapi insulin telah tersedia. Determir
merupakan pilihan tambahan untuk terapi insulin basal bagi pasien DM tipe 1 dan 2.
Terapi insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan langsung
diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal
adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin
menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel.
Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan
bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana
seharusnya.
Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
Tipe Insulin Mula kerja Puncak Durasi Durasi Max
Mula kerja cepat
Aspart 15-30 mnt 1-2 jam 3-5 5-6
Lispro 15-30 mnt 1-2 jam 3-4 4-6
Glulsine 15-30 mnt 1-2 jam 3-4 5-6
Inhaled human insulin 15-30 mnt 1-2 jam 6 jam 8 jam
Masa kerja singkat
Regular 0.5-1.0 jam 2-3 jam 3-6 jam 6-8 jam
Masa kerja sedang
NPH 2-4 jam 4-6 jam 8-12 jam 14-18 jam
Masa kerja panjang
Determir 2 jam 6-9 jam 14-24 jam 24 jam
Glargine 4-5 jam - 22-24 jam 24 jam
Interaksi Insulin
Obat Efek pada kadar glukosa Keterangan
Penghambat ACE Sedikit menurunkanMeningkatkan sensitivitas
insulin
Alkohol Menurunkan Mengurangi produksi
glukosa hati
Interferon alfa Meningkatkan Tidak jelas
Diazoxide Meningkat Mengurangi sekresi insulin
Diuretik Meningkat Meningkatkan resistensi
insulin
Glukokortikoid Meningkat Menurunkan kerja insulin
Asam nikotinik Meningkat
Meningkatkan resistensi
insulin, dan menurunkan
kerja insulin
Kontrasepsi oral Meningkat Tidak jelas
Pentamidin Berkurang kemudian
meningkatToksik pasa sel β
Fenitoin Meningkat Mengurangi sekresi insulin
β- bloker Dapat meningkat Mengurangi sekresi insulin
Salisilat Berkurang Menghambat IKK-β pada
dosis tinggi
Simpatomimetik Sedikit meningkat Meningkatkan
glikogenolisis
Pengaturan dosis insulin tergantung pada individu masing-masing. Pada DM tipe 1,
kebutuhan sehari insulin yaitu 0.5-0.6 unit/kg. Dengan 50% rata-rata melalui insulin
basal. Pada DM tipe 2 dibutuhkan dosis yang lebih tinggi dengan pasien resistensi
insulin.
Sulfonilurea
Farmakologi. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues,
kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β langerhans pankreas.
Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada
membran sel-sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan
membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk ke sel
β, merangsang granula yang berisi insulin yang ekuivalen dengan peptida-C.
Farmakokinetik. Semua sulfonilurea dimetabolisme di hati, beberapa menjadi
metabolit aktif yang lain menjadi inaktif. Enzim cytochrome P459 (CYP) 2C9
terlibatdalam metabolisme hepatik pada kebanyakan sulfonilurea. Waktu paru
sulfonilurea berhubungan secara langsung terhadap resiko hipoglikemia. Pasien
dengan resiko hipoglikemia harus diberikan dosis awal yang sangat rendah untuk
sulfonilurea dengan waktu paruh singkat.
Komplikasi Mikrovaskular. Sulfonilurea dapat menurunkan komplikasi
mikrovaskular pada pasien DM tipe 2.
Komplikasi Makrovaskular. Pada penelitian terbaru UKPDS, tidak ada manfaat
yang signifikan pada diagnosis DM tipe 2 pada pasien yang mengkonsumsi
sulfonilurea sejak 10 tahun.
Efek Samping. Gangguan fungsi hati dan ginjal terutama yang menggunakan
sediaan dengan masa kerja panjang. Reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual,
muntah, diare, gejala hematologik, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya.
gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan
obat bersama makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis.
Interaksi Obat. Obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu
penggunaan sulfonilurea adalah insulin, alkohol, fenformin, sulfonamid, salisilat
dosis besar, fenilbutason, oksifenilbutason, probenesid, dikumarol, kloramfenikol,
penghambat MAO, guanetidin, fenfluramin, klofibrat.
Insulin secretagogues aksi singkat. (Repaglinid dan Nateglinid)
Mekanisme kerjanya mirip dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat
berbeda. Golongan obat ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-
independent di sel β pankreas. Pada pemberian oral absorbsinya cepat dan kadar
puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karena harus
diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar
dan metabolitnya tidak aktif. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan
saluran pencernaan.
Interaksi Obat. Nateglinide ditemukan mampu melemahkan penghambat CYP2C9
berdasarkan metabolisme tolbutamid, meskipun tidak ada interaksi yang signifikan
terhadap obat lain.
Dosis. Nateglinid dan repaglinid harus diberikan lebih dahulu sekitar 30 menit
sebelum makan. Dosis maksimum repaglinid 2 mg, nateglinid seharusnya diberikan
120 mg sebelum makan.
BIGUANID.
Farmakologi. Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia di amerika.
Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas
jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi
kinase di sel (AMP-activated protein kinase)
Farmakokinetik dan Dosis. Metformin oral akan mengalami absorbsi di intestin,
dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan
utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis
pemeliharaan 3 x 500 mg, dosis maksimal 2,5 gram. Obat diminum pada waktu
makan. Pasien DM yang tidak memberikan respon dengan sulfonilurea dapat diatasi
dengan metformin.
Komplikasi Makrovaskular. Metformin mengurangi komplikasi makrovaskular pada
pasien obesitas pada UKPDS. Metformin secara signifikan menurunkan semua
penyebab kematian dan resiko stroke dibandingkan pengobatan dengan sulfonilurea
dan insulin.
Efek samping. Mual, muntah, diare serta kecap logam, tetapi dengan menurunkan
dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang. Pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal atau sistem kardiovaskular, pemberian biguanid dapat menimbulkan
peningkatan asam laktat dalam darah.
Kontraindikasi. Biguanid tidak diberikan pada kehamilan, pasien penyakit
hepaberat, penyakit ginjal dengan uremia, dan penyakit jantung kongestif, dan
penyakit paru dengan hipoksia kronik.
Interaksi Obat. Simetidin berkompetisi pada sekresi tubular ginjal dengan
metformin. Obat lain yang dapat berinteraksi seperti obat kationik, prokainamid,
digoksin, quinidin, trimetoprim, dan vankomisin.
Metformin seharusnya dimasukkan dalam terapi untuk semua jenis DM tipe 2.
Metformin cukup dapat ditoleransi dan tidak berkontraindikasi. Metformin
adalah satu-satunya antihiperglikemik oral ryang terbukti dapat mengurangi
resiko jumlah kematian, menurut UKPDS.
TIAZOLIDINEDION
Farmakologi. Pioglitazon dan rosiglitazon adalah dua jenis tiazolinendion untuk
pengobatan DM tipe 2. TZDs berikatan dengan PPAR-γ yang terletak pada sel
lemak dan sel vaskular. Di jaringan adiposa PPAR-γ mengurangi keluarnya asam
lemak menuju otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin. Aktivasi
hormon adiposit dan adipokin yang nampaknya adalah adiponektin. Senyawa ini
dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase.
Dosis. Dosis awal rosidlitazon 4 mg. Bila dalam 3-4 minggu kontrol glisemia belum
adekuat, dosis ditingkatkan 8 mg/ hari sedangkan pioglitazon dosis awal 15-30 mg
bila kontrol glisemia belum adekuat.
Efek samping. TZDs dapat menyebabkan idiosyncratik hepatotoksik. Peningkatan
berat badan, edema, menambah volume plasma dan memperburuk gagal jantung
kongesti. Rosiglitazon dikaitkan dengan meningkatnya kejadian gagal jantung dan
infark miokard. Untuk pioglitazon tidak digunakan untuk penderita riwayat atau resiko
kanker kandung kemih.
PENGHAMBAT ENZIM α-GLIKOSIDASE
Obat golongan ini secara kompetitif menghambat enzim (maltase, isomaltase,
sukrase, dan glukomaltase) dalam memperlambat absorbsi polisakarida, dekstrin
dan disakarida di intestin.
Farmakokinetik. Beberapa metabolit akarbose secara sistemik diansobsi dan
diekskresikan lewat urin.
Komplikasi mikrovaskular. Dapat Mengurangi kadar HBA1c yang berhubungan
dengan faktor resiko komplikasi mikrovaskular.
Komplikasi Makrovaskular. Dilaporkan penurunan secara signifikan pada kejadian
resiko kardiovaskular meskipun jumlahnya sedikit.
Efek samping. flatulen, diare, rasa tidak nyaman pada perut.
Dosis. Sebaiknya dosis dititrasi, mulai dosis awal 25 mg pada saat mulai makan
selama 4-8 minggu. Kemudian secara bertahap ditingkatkan setiap 4-8 minggu
sampai dosis maksimal 75 mg.
Penghambat DPP-IV
Farmakologi. Obat ini menghambat kerja DPP-IV sehingga mencegah degradasi
GLP-1.
Farmakokinetik. Sitagliptin dan vildagliptin diabsorbsi dengan baik melalui saluran
cerna dengan bioavailabilitas oral sekitar 87% , dan tidak dipengaruhi oleh
keberadaan makanan. Sekitar 79% sitagliptin diekskresi dalam bentuk utuh melalui
urin. Sedangkan vildagliptin hanya sekitar 15% diekskresi dalam bentuk utuh di urin,
sisanya dimetabolisme.
Efikasi penurunan rata-rata pada HbA1c sekitar 0.7-1% pada dosis 100 mg per hari.
Efek samping. cukup toleransi tidak menyebabkan efek samping pada saluran
cerna. Efek samping yang signifikan yaitu hipoglikemia.
Dosis dan pemakaian. Vildagliptin melalui dosis oral sekitar 50-100 mg per hari.
Sitagliptin oral 100 mg per hari kecuali terdapat riwayat penyakit insufisiensi ginjal.
Obat ini dikontraindikasikan pada Dm tipe 1, ketoasidosis, gangguan fungsi ginjal
berat dan gangguan fungsi hati.
KONTROL DIABETES
Kontrol glukosa secara intensif dapat menurunkan komplikasi mikrovaskular
(neuropati, retinopati, dan nefropati).berdasarkan pengujian komplikasi dan diabetes
kontrol (DCCT) untuk DM tipe 1 dan UKPDS untuk DM tipe 2. UKPDS (United
Kingdom Prospective Diabetes Study) juga melaporkan bahwa kontrol hipertensi
pada pasien dengan diabetes tidak hanya menurunkan resiko retinopati dan
nefropati tetapi juga menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.
TERAPI
Pengetahuan pasien tentang kualitas dan kualitas pola makan, aktivitas,
farmakokinetik sediaan insulin dan sediaan injeksi lain, serta farmakologi obat
antidiabetes oral untuk DM tipe 2 sangat penting untuk menyesuaikan perencanaan
pengobatan dan meningkatkan kontrol glukosa darah dengan menurunkan resiko
hipoglikemia dan efek samping dari terapi farmakologis.
Terapi DM tipe 1 harus menggunakan insulin. Sekarang ini, terapi insulin
basal-bolus atau terapi pompa dalam memotivasi pasien cenderung memberikan
hasil glikemik yang baik. Terapi basal-bolus yaitu termasuk pemberian insulin basal
dengan pengontrolan puasa ,postabsorbsi, dan pemenuhan waktu makan.
Penambahan pramlinitid pada pasien tanpa pengontrolan glikemia setelah makan
malam dapat dijamin jika pasien menginjeksikan insulin beberapa waktu setiap
sebelum makan.
Pengobatan DM tipe 2 kadang harus menggunakan kombinasi obat termasuk
oral dan injeksi antihiperglikemik dan insulin untuk mencapai kadar glikosa yang
diinginkan.
PENCEGAHAN
Manajemen yang baik faktor resiko penyakit kardiovaskular pada DM tipe 2 sangat
diperlukan untuk menurunkan resiko dari kematian akibat penyakit jantung.
Menghentikan kebiasaan merokok, penggunaan obat antiplatelet adalah strategi
utama untuk pencegahan faktor resiko diabetes. Manajemen yang baik untuk
meminimalkan dislipidemia untuk mencapai LDL-kolesterol yang rendah sampai
<100mg/dL kemudian meningkatkan HDL-kolesterol ≥ 40 mg/dL. Dan perawatan
penyakit hipertensi minimal untuk mencapai tekanan darah > 130/80 mmh Hg
sangatlah penting.
Strategi pencegahan untuk DM tipe 1 belum memberikan hasil. Strategi pencegahan
untuk DM tipe 2 cukup memberikan hasil. Perubahan gaya hidup, diet, latihan
aerobik sekitar 30 menit 5 kali seminggu, penurunan berat badan merupakan
strategi pencegahan diabetes yang berhasil. Sampai sekarang tidak ada pengobatan
yang telah dibuktikan oleh FDA untuk pencegahan diabetes. Meskipun ada
beberapa seperti metformin dan rosiglitazon. Memiliki potensi untuk menunda onset
diabetes.
PENDIDIKAN PERAWATAN SENDIRI
Pendidikan edukasi dan kemampuan untuk mendemonstrasikan self-care dan
bersabar pada terapi pengubahan gaya hidup dan bantuan terapi farmakologik
merupakan hal penting yang memberikan hasil yang baik. Berbagai tim kesehatan
termasuk dokter (pengobatan umum, endokrinologis, optalmologis, dan ahli bedah
vaskuler),podiatrists, ahli gizi, perawat, apoteker, karyawan kemasyarakatan,
spesialis kesehatan, dan pendidik diabetes yang bersertifikat sangat perlu untuk
mengoptimalkan hasil yang baik ini pada pasien penderita diabetes.