repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47353/1/helmi...
TRANSCRIPT
RIWAYAT SURAH AL-FATH DAN AL-TAUBAH
DALAM RANGKAIAN PEMBACAAN MAULID NABI
(Studi Kasus Tradisi Maulid di Pulau Kelapa)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Helmi Faridhatul
11140340000207
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
Riwayat Surah Al-Fath dan at-Taubah Dalam Rangkaian
Pembacaan Maulid Nabi
( Studi Kasus Tradisi di Pulau Kelapa)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Agama (S.Ag)
Olch:
Ⅱelnli Faridhatul
NIⅣI:11140340000207
Pembimbing:
PROGRAM STUDIILMU AL…QUR'AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAPI NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1440H/2019M
NIP。 197205181998031003
PENGESAIIAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Riwayat surah al-Fath dan at-Taubah daLam RangkaianPembacaan maulid Nabi (Studi kasus Tradisi Maulid Nabi di Pulau Kelapa),telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN SyarifHidayatullah Jalarta pada 31 Juli 2019 Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag ) pada pro$am ilmu al-
Qur'an dan tafsir.
Ciputat,31 Juli 2019
Sidang Munaqasah
erangkap penguji Sekretaris Merangkap Anggota
PenguJl l
Fahrizal PIlahdt tti』 ШKⅡNIP.198507242015031001
Peng両 i2
Drs.Ahmad Rifki ⅣIuchtar,■ 1.A.
NIP 196908221997031002
Dosen Pembimbing Skripsi
1998031002
Nip 197205181998031003
LEPIBAR PERNYATAAN
bawah inl:Yangbertanda tangan di
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
NIM
Program Studi/ Univ.
Judul Skripsi
Helmi Paridhatun
Jakart■ 13 Mci1995
11140340000207
11mu Al― Qur'an dan Tafsむ,UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
RIwayat Surah al― Fath dan at¨ Taubah Dalaln
Rangkaian Pembacaan Maulid Nabi (Studi Kasus
Tradisi di Pulau Kelapa )
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlak-u di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakalta,31 Juli 2019
Peneliti
2.
3.
i
ABSTRAK
Helmi Faridhatul, Nim 11140340000207 Judul Skripsi Pembacaan surah
al-Fath dan at-Taubah dalam Rangkaian Riwayat Maulid Nabi (Studi Kasus
Tradisi Maulid di Pulau Kelapa). Dalam perkembangannya kajian living Qur’an
mencoba mengabungkan kajian Ilmu al-Qur’an dan kajian sosial. Dalam berbagai
pemaknaan terhadap al-Qur’an, model studi living Qur’an menjadi fenomena unik
yang mentradisi di tengah-tengah masyarakat muslim. Pembacaan surah al-Fath
menjadi elemen yang melekat dalam keseharian masyarakat Pulau Kelapa dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan, terutama dalam upacara pembacaan maulid
Nabi Muhammad SAW yang terkait dengan acara syukuran, seperti syukuran
setelah pesta pernikahan, nujuh bulanan, aqiqah, dan khitanan.
Pertanyaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
masyarakat Pulau Kelapa mentradisikan pembacaan surah al-Fath dalam kegiatan
keagamaan yang mereka lakukan? Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode field reseach (penelitian lapangan) dengan pendekatan kualitatif.
Melalui observasi di Pulau Kelapa dan wawancara dengan masyarakat di sana,
penulis mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk dianalisis dalam sebuah
uraian yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian penulis menemukan bahwa
praktek pembacaan surah al-Fath hanya membaca lima ayat pertamanya saja.
Ayat-ayat itu dibacakan dalam upacara pembacaan maulid Barzanji bersama
dengan pembacaan ayat-ayat lain, yaitu QS at-Taubah 128 dan QS surah al-Ahzab
ayat 56. Warga Pulau Kelapa mempraktekkan pembacaan ayat-ayat itu dalam
pembacaan maulid yang dilangsungkan sebagai acara syukuran atas selamatan
pengantin, selamatan sunatan, akekah dan nujuhbulan.
Rutinitas pembacaan ayat-ayat surah al-Fath itu dibarengi dengan adanya
pemahaman khusus yang mereka ungkapkan tentang pilihan pembacaan surah al-
Fath sebagai refleksi kegembiraan atas kemenangan yang diberikan Allah kepada
hamba-hambanya sebagaimana ditunjukkan dalam makna ayat-ayatnya.
Kata kunci: Living Qur’an, Antropologi Agama, Barzanzi
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas nikmat yang Allah
berikan dan kehadiratnya Allah SWT. Yang memberikan nikmat sehat jasmani
maupun rohani serta hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyeleseikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ RIWAYAT SURAT AL-
FATH DAN AT-TAUBAH DALAM RANGKAIAN PEMBACAAN MAULID
NABI ( Studi Kasus Tradisi Maulid di Pulau Kelapa ) Sholawat serta salam tak
lupa juga penulis junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a,w. serta
kepada keluarga dan para sahabat aamin allahumma aamiin.
Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
munaqasyah guna memperoleh gelar Sarjana Agama Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafir ( IQTAF) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif
Hidayatullah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu masih
jauh dengan kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik dari tekhnik
penyusunan dan kosakata yang tertulis, maupun dari isi pembahasan yang ada
dalam skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam skripsi ini.
Dalam penyeleseian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai piha. Untuk itu,dengan penuh rasa hormat penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan menuntut ilmu pada Program Sarjana Jurusan Studi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir ( IQTAF) di Fakultas Ushuluddin.
2. Dr,Yusuf Rahman , M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, MA selaku ketua Jurusan di Fakultas Ushuluudin pada
bidang al-Qur’an dan Tafsir ( IQTAF) yang telah membantu dan memberi
saya kesempatan dalam penyusunan Skripsi.
iii
4. Fahrizal Mahdi, LC,MIRKH selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir (IQTAF) yang sudah membantu dalam prosedur Skripsi.
5. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA selaku Dosen Penasehat sekaligus Dosen
proposal yang telah banyak memberi saya pengetahuan bagaiman
menentukan kata-kata yang benar dalam penulisan skripsi serta judul yang
bagus.
6. Dr. Eva Nugraha, MA selaku Dosen penguji proposal yang hampir banyak
banget penulis repotkan dan sabar memberi arahan serta pertanyaan-
pertanyaan dalam menentukan judul yang baik untuk proses lanjutan
penulisan skripsi.
7. Moh. Anwar Syarifuddin, MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu saya
lontarkan dengan banyak dan berbagai pertanyaan dalam penulisan skripsi
ini hingga selesainya bimbingan skripsi dengan beliau hingga saya dapat
elanjutkan sidang dengan penguji skripsi berikutnya.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu Nama para dosen yang
saya hormati dengan tulus memberikan ilmu pengetahuan serta wawasan
yang luas mengenai segala aspek keilmuan selama penulis mengikuti
perkuliahan.
9. teruntuk Teman-Teman penulis yang sudah banyak memberi semangat
serta motivasi yang banyak untuk penulis agar tidak malas dalam
penyusunan skripsi.
10. tercintah dan terkasih serta tersayang penulis banggakan untuk Kedua
Orang tua Enyak (Ibu Dahroh) dan Babeh ( Bapak Arifin) yang penulis
sayangi dan selalu penulis rindukan tak ada kata-kata lagi bisa penulis
ungkapkan selain ucapan terimakasih yang memberikan materi serta doa-
doa yang selalu di panjatkan untuk penulis agar segera selesai dalam
skripsi aye Persembahkan untukmu enyak dan babeh.
11. Teruntuk Urnia ,Nisa Ftahunnisa, Nita Nurningsih, Lia Lianti, Irfanah, dan
juga kanda Imron Rosyadi S,Pd yang juga yang Penulis sangat
berterimaksih telah mendungkung dan memotivasi penulis dalam
penysunan skripsi.
iv
12. Seluruh Informan yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai
demi mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan proses
skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu,
penulis menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan
penelitian dimasa mendatang. Terima kasih.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Batasan Masalah .................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5
F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 5
G. Metode Penelitian ................................................................. 8
H. Metode Pengumpulan Data ................................................... 9
I. Teknik Analisis Data ............................................................. 9
J. Sistematika Penulisan ............................................................ 12
BAB II. PENAFSIRAN SURAH AL-FATH MENURUT LITERATUR
TAFSIR AL-QUR’AN DAN LIVING QUR’AN
A. Definisi Living Qur’an ........................................................... 15
B. Pendekatan dalam Penelitian Living Qur’an ......................... 17
C. Interaksi Muslim dengan Al-Qur’an ...................................... 18
D. Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup ...................................... 20
E. Sekilas Keutamaan Membaca Al-Quran ................................ 23
F. Pembacaan Surat Al-Fath ....................................................... 27
G. Kandungan Surat Al-Fath ....................................................... 30
H. Kandungan Surat At-Taubah .................................................. 32
BAB III. GAMBARAN UMUM PULAU KELAPA
A. Letak Geografis ...................................................................... 34
B. Kondisi Demografi ................................................................ 34
C. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan & Pekerjaan ............ 35
D. Kepadatan dan Persebaran Pulau Kelapa ............................... 35
E. Potensi Budaya ……………………………………………… 37
F. Keadaan Sosial-Ekonomi Pulau Kelapa…………………… 38
G. Keadaan Agama Pulau Kelapa……………………………… 39
H. Biodata Informan……………………………………………. 41
vi
BAB 1V. RIWAYAT SURAH AL-FATH DAN AT-TAUBAH DALAM
RANGKAIAN PEMBACAAN MAULID NABI
A. Praktik Pembacaan Surah al-Fath Penduduk Pulau Kelapa ...... 46
1. Praktik Selametan Pengantin ............................................... 47
2. Praktik Selametan Sunatan .................................................. 51
B. Arti Penting Surat Al-Fath bagi Penduduk Pulau Kelapa .......... 55
C. Respon dan Pemahaman Warga terhadap Pembacaan Surah al-Fath
............................................................................................... 58
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………. ............... 63
B. Saran ………………………… .................................................. 64
DAFTARPUSTAKA .............................................................................. 66
LAMPIRAN .............................................................................................. 70
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Wawancara Masyarakat Pulau Kelapa
2. Profil Pulau Kelapa
3. Dokumentasi Penelitian
4. Surat Laporan Telah Melakukan Penelitian Dari Masyarakat Pulau Kelapa.
5. Surat Pengantar Wawancara Dari Kampus Untuk Pulau Kelapa.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan skripsi ini berpedoman pada transliterasi dari Keputusan SK
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak Dilambangkan
b Be
t Te
ts te dan es
J Je
ẖ h dengan garis di bawah
kh ka dan ha
d De
dz de dan zet
r Er
z Zet
s Es
sy es dan ye
s es dengan garis di bawah
ḏ de dengan garis di bawah
ṯ te dengan garis di bawah
ẕ zet dengan garis di bawah
ʻ koma terbalik di atas hadap
kanan
ix
Gh ge dan ha
F Ef
Q Ki
K Ka
L El
M Em
n En
W We
H Ha
ˋ Apostrof
Y Ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fatẖ ah
I Kasrah
U Ḏammah
x
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i
au a dan u
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas
î i dengan topi di atas
û u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf qomariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân, bukan ad-
diwân.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
xi
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setalah kata
sandang yang diikuti oleh hurf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata ضرورة ال tidak
ditulis “ad-darûrah” melainkan “al-ḏ arūrah”, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯ ah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta matbûtah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 Ṯ arîqah
2 Al-jâmi’ah al-islâmiyah
3 Waẖ dat al-wujûd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimt, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
xii
Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hamîd Al-
Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (Italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisana nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya, ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت ألجر
al-ẖ الحركة العصرية arakah al-‘asriyyah
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh شهد أن ال إله إال اهلل
Maulânâ Malik al-Sâlih موالنا ملك الصالح
xiii
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak pelru
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd, Mohamad
Roem, bukan Muẖ ammad Rûm, Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Raẖ mân.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an ialah salah satu kitab suci yang paling mulia dan juga
diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. melalui malaikat Jibril, sebagai
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Al-Qur’an tersebut dalam isinya
terdapat lafaz-lafaz yang asalnya dari Allah langsung, sehingga al-Qur’an juga
disebut sebagai kalam Allah SWT.1
Dalam Perkembangan Pengetahuan ilmu tafsir, kajian Living Qur’an
menyatukan dengan cabang ilmu al-Qur’an dan ilmu sosial, dan berbagai Makna
serta pandangan masyarakat terhadap al-Qur’an. Model studi living Qur’an ini
menjadi fenomena yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat muslim, karena
fenomena al-Qur’an yang sering kali menjadi bagian dari kehidupan dan
keseharian masyarakat.2
Rentang sejarah al-Qur’an selalu menjadi lahan (objek) untuk selalu dikaji.
Berbagai metode dan pendekatan yang ditawarkan dalam rangka memperoleh
makna yang sesuai kandungan dalam al-Qur’an.Dalam Islam sendiri banyak
mufasir yang muncul, sejak era klasik, abad pertengahan hingga era kontemporer
dewasa ini. Begitu juga dengan kajian al-Qur’an di Barat (Orientalisme), Al-
Qur’an kerap sekali menjadi lahan kajian yang terus berkembang sampai
sekarang.3
Pada hakekatnya, praktek Living Qur’an sudah dimulai pada masa
Rasululullah s.a.w. yaitu upaya menangkap makna dan fungsi al-Qur’an yang
dialami masyarakat Muslim. Akan tetapi pada saat itu masih belum ada
1Muhammad Yusuf, dkk.,Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. h.3
22 M, Mansur, dkk.,Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an ( Yogyakarta:
TH-Press, 2007), h.4. 3Raf’udin, “Pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam upacara peret kandung: Living
Qur’an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura, Yogyakrta: Universitas Islam
Negri Sunan Kalijaga, 2013. h. 3.
2
pendekatan ilmu pengetahuan sosial yang mengonsep sebuah pengetahuan pada
disiplin ilmu yang tertentu dan notebene produk barat.4
Selain itu praktik pembacaan al-Qur’an terdapat pada praktik yang
dilakukan pada waktu, tempat dan tujuan tertentu, misalnya praktik pembacaan
yang dilakukan pada malam jum’at tengah malam di makam para wali atau ulama
sebagai sarana untuk memohon sesuatu. Model-model pembacaan al-Qur’an yang
lebih menggunakan al-Qur’an dalam kehidupan praktis dengan berbagai latar
belakang , motivasi,atau harapan tertentu ini merupakan bentuk respon umat islam
terhadap al-Qur’an yang seringkali dilakukan di luar kondisi tekstual dari ayat-
ayat al-Qur’an yang dibaca.5
Di sinilah pentingnya mempelajari Living Qur’an, kita bisa tau Kajian
Living Qur’an bukan hanya saja berbicara bagaimana seseorang atau kelompok
orang memahami al-Qur’an, akan tetapi bagaimana respon masyarakat Islam
menyikapi al-Qur’an sebagai rutinitas dan pegangan dalam kehidupan sehari-hari
menurut konteks budaya dan pergaulan sosial.6
Memperlakukan al-Qur’an di luar kapisitasnya sebagai teks bukan hanya
terjadi di masa Nabi saja. Ada sebagian masyarakat di Indonesia yang
menggunakan al-Qur’an di luar kapasitasnya sebagai teks, seperti kebiasaan
menggunakan al-Qur’an sebagai jimat,7Bermujahadah,
8membaca al-Qur’an
dalam acara-acara tertentu,9membaca al-Qur’an pada waktu tertentu.
Praktik-Praktik yang banyak terjadi pada masyarakat dalam pembacaan
surat-surat yang ada di dalam al-Qur’an beragam dan berbeda karena di lihat dari
4 Andi Firman “ Pemahaman Umat Islam terhadap Surah Yasin Living Qur’an di Desa
nyiur Permai kab. Tambilahan, Riau, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarih Hidayatullah
Jakarta, 2015, h.1. 5Nilna fadlilah,”Pembacaan Surat-Surat al-Qur’an Dalam Tradisi Dulkadiran: Kajian
Living Qur’an di Dusun sampurnaan Kec. Bungah Kab, Gresik, skripsi S1 fakultas ushuluddin dan
ilmu pemikiran islam , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. 6 Muhammad Yusuf, dkk.,Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. h.5.
7 Anwar Mujahidin, “Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-Ayat al-Qur’an sebagai jimat
dalam Kehidupan Masyarakat Ponorogo”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, vol.
10, no.1,(2016). 8Moh .Muhtador, “Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahad”, Jurnal Penelitian, vol.8,
n0.1, (2014). 9 Umi Masruroh, “Tradisi Rebo Wakasan dalam Kajian Living Qur’an di desa pakuncen
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo”, Qaf, vol. 1, no. 2, (2017).
3
pandangan masyarakat sekitar tentang tradisi pembacaan surat tertentu yang
dibaca dan memahami makna surat itu. Dari kultur budaya daerah tersebut
menjadikan kebiasaan yang digunakan dalam adat atau tradisi membaca al-
Qur’an. 10
Tradisi di dalam Masyarakat yang paling utama berbasis agama lahir dan
melestarikan sampai sekarang dan tentunya yang mempunyai makna dan filosofi
dengan nilai dan syariat . Adapun pengertian dari tradisi ialah dalam bahasa arab
berasal dari unsur-unsur huruf waratsa, yang juga di sepadankan dengan kata irts,
wirts dan mirats. Semua kata tersebut merupakan bentuk dari mashdar yang
menunjukan arti segala yang di warisi manusia dari kedua orang tuanya, baik
berupa harta maupun pangkat atau keningratan yang ada di islam merupakan salah
satu hal yang datang dan di hubungkan dengan jiwa islam. 11
Penelitian ini mengkaji tradisi pembacaan Surah al-Fath dalam Kegiatan
Keagamaan warga Pulau Kelapa. Selain itu, penelitian ini juga menguatkan
pendapat yang mengatakan bahwa dalam kegiatannya, pembacaan surah al-Fath
melafalkan beberapa ayat 1-5. Pembacaan surah al-Fath dalam pemahaman
masyarakat di pulau kelapa ini penting untuk diteliti, karena belum ada penelitian
yang meneliti di Pulau Kelapa yang menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Seribu
ini secara mendalam tentang tradisi kegiatan keagamaan warga Pulau Kelapa.
Oleh karena itu penulis akan meneliti tentang “ RIWAYAT SURAH AL-FATH
DAN AT-TAUBAH DALAM RANGKAIAN PEMBACAAN MAULID
NABI” (Studi Kasus Tradisi Maulid di Pulau Kelapa).
10
Isnaini Sholeha, Pembacaan surat-surat pilihan dari al-Qur’an dalam tradisi
mujahadah: studi Living Qur’an pesantren putri Nurul Ummahat kotagede, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2016, .h. 1. 11
Leni Lestari, Tradisi Pembacaan Surah As-Sajadah Dalam Salat Subuh Hari Jum’at Di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Jakarta Selatan (Stud Iliving Hadis), Semarang: Universitas
Islam Negeri Walisongo, h. 1. 2018.
4
B. . Identifikasi Masalah
Masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan tema di atas dapat
didentifikasikan sebagai berikut :
Pertama, proses akulturasi berlangsung dalam budaya pembacaan surah al-Fath
dan At-Taubah yang dibacakan di kegiatan Maulid Nabi oleh warga Pulau Kelapa
sebagai salah satu tradisi atau adat yang masih dipakai hingga sekarang, dan
bagaimana mereka belajar dari guru-guru terdahulu seputar tradisi ini?
Kedua, pembacaan surah al-Fath mengalami pergeseran otentitasnya atau
telah terpengaruh oleh tradisi lain? Sebagai sebuah tradisi, pembacaan surah al-
Fath dalam kegiatan keagamaan di Pulau Kelapa merupakan hasil kompleksitas
manusianya. Di dalamnya terdapat kepentingan agama. Secara historis, tradisi
keagamaan pembacaan surah al-Fath tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pengaruh Praktik surah al-Fath dan At-taubah terhadap warga
Pulau Kelapa? Pulau kelapa yang merupakan tanah betawi, memiliki kegitan
keagamaan yang unik. Namun, hal ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi yang
sudah ada,salah satunya pembacaan surah al-Fath dalam keagamaan ayat 1-5 saja
yang dibaca.
C. Pembatasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, banyak persoalan yang terkait
dengan penelitian ini.Karena keterbatasan waktu dan pengalaman penulis
sehingga penulis merasa perlu membatasi dalam penulisan skripsi ini.Batasan
masalah pada penelitian ini berfokus kepada Pembacaan surah Al-Fath dan at-
Taubah dalam Pemahanam Masyarakat Pulau Kelapa.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
a. Bagaimana Riwayat surah al-fath dan at-taubah dalam rangkaian
pembacaan maulid nabi.
5
b. Apa Pengaruh dari Pemabacaan surah al-Fath dan at-taubah yang sudah
ada dalam Barzanzi atau rawi.
E. 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apa tujuan warga Pulau Kelapa dalam Pembacaan Surah Al-
Fath dan At-Taubah, pemahaman yang selama ini mereka pahami, dan asal
sumber pengetahuannya..
Makna Praktik Pembacaan Surah Al-Fath dan at-Taubah yang ada dalam
serangkaian Pembacaan Maulid Nabi di dalam Barzanzi atau rawi di Pulau
Kelapa.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah agar dapat memberikan
informasi baru yang dapat menambah wawasan di bidang ilmu keislaman
khususnya kajian ilmu tafsir dan pemikiran-pemikiran tradisi keislaman di
Indonesia untuk menambah khazanah studi al-Qur’an terutama kajian di bidang
Living Qur’an. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para
kalangan akademisi untuk lebih peka terhadap fenomena tradisi keagamaan.
F. Tinjauan Pustaka
Agar tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi ini dengan yang
lain, maka penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki
kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan untuk tidak
mengangkat metodologi yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak berkesan
plagiat dari kajian yang telah ada. Dari beberapa karya yang penulis telusuri
tentang kemiripan praktik pembacaan riwayat surah al-Fath dan at-Taubah dalam
kegiatan keagamaan masyarakat Pulau Kelapa, kajian Living Qur’an secara
khusus penulis belum menemukan, akan tetapi penulis menemukan beberapa
karya yang membahas kajian Living Qur’an, berikut skripsi kajian yang telah
diteliti:
6
a. Andi Firman, “Pemahaman umat Islam terhadap surah yasin ( Studi Living
Qur’an di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau).
Dalam Skripsinya Andi Firman menuliskan bahwa Penelitian di Desa
nyiur permai Riau tentang pemahaman terhadap surah yasin Surah yang
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga banyak manfaatnya seperti
pengobatan misalnya dan juga minta diberi kesalametan serta untuk orang yang
sudah meninggal.12
Penelitian ini relevan dengan penelitian penulis, surat Yasin dimanfaatkan
sebagai sarana pengobatan oleh masyarakat. Hal tersebut menunjukan hubungan
masyarakat tidak dapat lepas dari pengaruh Al-Quran dari salah satu aspek yaitu
kesehatan. Sedangkan, penulis meneliti masyarakat Pulau Kelapa yang meyakini
surat Al-Fath untuk keselamatan mereka di kehidupan sehari-hari.
b. Nilna Fadhilah, “Pembacaan Surat-Surat al-Qur’an dalam Tradisi Dulkadiran
(Kajian Living Qur’an di dusun sampurnaan kec. Bungah kab, Gresik).
Hasil penelitian dalam tulisan skripsi ini Menunjukan tradisi Dulkadiran
yang dilakukan oleh masyarakat Sampurnaan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memohon sesuatu kepada allah dengan melakukan washilah kepada syekh
Abdul Qadir al-Jilani, misalnya, mendoakan suatu acara yaitu mendoakan orang
yang pergi haji, dan hajat yang tertentu dan membaca surat al-Fatihah sebanyak
delapan kali. 13
Pembacaan washilah dalam penelitian di atas sama halnya dengan
pembacaan surat At-taubah dan Al-Fath oleh masyarakat Pulau Kelapa. Mereka
biasa membacakan surat Al-Fath dan At-Taubah dalam peringatan hari besar
Islam.
c. Anwar Mujahidin, Analisis Simbolik Penggunaan ayat-ayat al-Qur’an sebagai
Jimat Dalam Kehidupan Masyarakat Ponorogo.
12
Andi Firman “ Pemahaman Umat Islam terhadap Surah Yasin Living Qur’an di Desa
nyiur Permai kab. Tambilahan, Riau” ( Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarih Hidayatullah
Jakarta,2015), h.1. 13
Nilna fadlilah,”Pembacaan Surat-Surat al-Qur’an Dalam Tradisi Dulkadiran: Kajian
Living Qur’an di Dusun sampurnaan Kec. Bungah Kab, Gresik” (skripsi S1 fakultas ushuluddin
dan ilmu pemikiran islam , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2016).
7
Dalam artikel ini menuliskan tentang ingin mengetahui ragam ayat al-
Qur’an yang digunakan dalam jimat dan bagaimana masyarakat memaknai dan
memahaminya. Misalnya, jimat digunakan untuk mengusir gangguan dari mahluk
halus atau jin.14
Penelitian Anwar sama halnya dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menitikberatkan pada fungsi Al-Quran untuk kepentingan
masyarakat. Seperti Masyarakat Pulau Kelapa yang meyakini surat Al-Fath dapat
mengantarkan mereka pada titik kemenangan dan kejayaan, yang berarti dapat
menang atas masalah dan urusan duniawi pembacanya.
d. Moh Mohtador, Pemaknaan ayat al-Qur’an dalam mujahadah ( Studi living
Qur’an di pondok pesantren Al-Munawwir krapyak komplek al-kandiyas),
Penulisan artikel ini menjelaskan bagaimana al-Qur’an dapat dipahami dan
diamalakan oleh masyarakat. Masyarakat dapat bermujahadah dan berinteraksi
dalam mengambil potongan-potongan ayat al-Qur’an dan menjadikan amalan-
amalan yang mempunyai daya magic dan mistis. 15
Penelitian ini relevean dengan penelitian penulis kali ini, penulis
mengkhususkan pemaknaan surat Al-Fath dan At-Tauabah dalam rangkaian
pembacaan Maulid Nabi di Pulau Kelapa.
e. Umi Masruroh, Tradisi Rebo Wekasan dalam Kajian Living Qur’an di Desa
Pekuncen, Kecamatan Solomerto, Kabupaten Wonosobo.
Artikel ini menuliskan ingin mengetahui yang dimaksud dengan Rebo
Wekasan di Desa Pekuncen serta mengetahui dari sudut pandang dari kajian
living Qur’an dan dilihat dari pendekatan fenomenologi.16
pembacaan ayat al-Quran sangat erat sekali dan sering ditemukan dalam tradisi-
tradisi masyarakat Indonesia, seperti rebo wekasan tersebut. Tradisi Maulid Nabi
14
Anwar Mujahidin, “Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-Ayat al-Qur’an sebagai jimat
dalam Kehidupan Masyarakat Ponorogo”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran islam, vol.
10, no.1,(2016). 15
Moh .Muhtador, “Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahad”, Jurnal Penelitian,
vol.8, n0.1, (2014). 16
Umi Masruroh, “Tradisi Rebo Wakasan dalam Kajian Living Qur’an di desa pakuncen
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo”, Qaf, vol. 1, no. 2, (2017).
8
di Pulau Kelapa pun erat dengan Al-Quran, dengan membaca Surat Al-Fath dan
At-Taubah.
f. Isni sholeha, Pembacaan surat-surat pilihan dari al-Qur’an dalam tradisi
mujahadah, (studi living Qur’an di Pondok Pesantren Nurul Ummahat
Kotagede, Yogyakarta).
Dalam skripsi yang ia tuliskan adalah meneniliti bagaimana praktik
pembacaan surat-surat pilihan dalam tradisi mujahadah bagi para santri, pengurus,
mauapun pengasuh di pesantren tersebut dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. 17
Melalui pendekatan kualitatif pula, penulis dalam penelitian ini membahas
pemaknaan QS. Al-Fath dan At-Taubah pada masyarakat Pulau Kelapa.
g. Rafi’uddin, Pembacaan Ayat-Ayat al-Qur’an dalam Upacara Peret kandung (
Living Qur’an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura).
Skripsi ini menjelaskan dakam melaksanakan Upacara Peret Kandung
yang merupakan upacara selametan kandungan di setiap usia kehamilan menuju
tujuh bulan di Desa Poteran,dan dalam acara ini juga dibacakamya ayat al-Qur’an
seperti surah yasin, al-Luqman,Yusuf, Waqi’ah, Fatir, Maryam, dan al-Sajadah.18
Masyarat yang tinggal di suatu daerah memiliki tradisi pembacaan Al-
Quran yang berbeda. Masyarakat Desa Poteran memilih surat-surat tertentu,
berbeda dengan masyarakat Pulau Kelapa. Keduanya memiliki tujuan yang
hampir sama.
h. Leni Lestari, Tradisi Pembacaan surah as-Sajadah dalam salat subuh hari
jum’at di pondok pesantren miftahul ulum Jakarta selatan, (Studi Living
Hadis).
17
Isnaini Sholeha, Pembacaan surat-surat pilihan dari al-Qur’an dalam tradisi
mujahadah: studi Living Qur’an pesantren putri Nurul Ummahat kotagede, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2016, .h. 1.
18
Raf’udin, “Pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam upacara peret kandung “ Living
Qur’an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep Madura, “ ( Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin,Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakrta, 2013), h. 3.
9
Dalam skripsi ini menjelaskan bagaiamana praktik surah as-Sajadah dan
jama’ah dalam memaknai pembacaan surah tersebut, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode kualitatif. 19
Melalui pendekatan kualitatif pula, penulis dalam penelitian ini membahas
pemaknaan QS. Al-Fath dan At-Taubah pada masyarakat Pulau Kelapa.
G. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengggunakan Metode Penelitian Kualitatif
dengan pendekatan etnografi. Menurut sugiyono metode kualitatif ini sering
disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitianya dialukuan pada
kondisi yang alamiah: disebut juga sebagai etnografi, karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya
disebut sebagai kualitatif karena kata yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat Kualitatif.20
Lebih lanjut Sugiyono menuturkan bahwa Metode Kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik
sesuatu yang tampak. Oleh karena itu, pada Penelitian Kualitatif tidak
menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.21
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan etnografi
sebagaimana dipaparkan oleh james P.Spradley.22
Menurutnya, etnografi
merupakan pekerjaan mendeskrpsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas
ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.
Lebih lanjut ia menjelaskan, inti etnografi adalah upaya memperhatikan
makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.
19
Leni Lestari, “ Tradisi Pembacaan Surah As-Sajadah dalam Salat Subuh Hari Jum’at Di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Jakarta Selatan (Stud iLiving Hadis),” Fakultas Ushuludin dan
Humaniora Universitas Islam Negri Walisongo, h. 1. 2018.
20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung:Alfabeta,2014), h.1 21
Sugiyono ,Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung:Alfabeta,2014), h.3. 22
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997),h.3.
10
Beberapa makna dari terekspresi acara langsung dalam bahasa: dan banyak yang
diterima dan disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata dan
perbuatan.23
Metode penelitian kualitatif dan pendekatan etnografi digunakan penulis
dalam tulisan ini dikarenakan penulis ingin meneliti objek secara alamiah secara
mendalam dan mengetahui makna yang terkandung dalam perbuatan seseorang
dibalik perbuatan yang dilakukan. Pendekatan etnografipun cocok digunakan
dengan penelitian penulis karena penulis ingin menjabarkan suatu kebudayaan
hasil interaksi antara masyarakat dengan alQur’an beserta pandangan mereka
tentang prilaku yang mereka lakukan terkait dengan kebudayaan hasil interaksi
dengan al-Qur’an.
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan adalah jenis field research (penelitian
lapangan), yaitu suatu penelitian yang Jenis menggambarkan atau memaparkan
secara umum mengenai pembacaan surah al-Fath terhadap kegiatan keagamaan di
Pulau kelapa kep. Seribu utara dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan
mengintrepretasikan data yang berkaitan dengan penelitian ini. 24
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pulau Kelapa, Kecamatan, Kepulauan Seribu
Utara ,Kab.Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Penulis memilih lokasi ini karena di
Pulau ini warganya memiliki Pemahaman dari guru terdahulu dan Praktik
Pembacaan surah al-Fath yang sangat unik, di pulau ini juga penulis tinggal, sejak
tahun 1995 sampai sekarang (2019).
23
James P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997, h.3.
24
John Creswell, Penelitian Kualitatif & Field Research Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2015, hlm.105.
11
3. Subyek Penelitian dan Sumber data
Subyek penelitian merupakan tempat untuk memperoleh keterangan,25
dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya adalah informan yang akan diteliti,
di antaramya:
a. Tokoh masyarakat atau sesepuh yang menjadi panutan di Pulau Kelapa yang
asli warga Pulau Kelapa sendiri.
b. Utadz atau yang faham bacaan dan tentang Pembacaan Surah Al-Fath
tersebut.
c. orang-orang yang ada pada masa tradisi pembacaan surah Al-Fath harus
dipakai dalam kegaiatan keagamaan sampai sekarang.
d. Warga yang tau akan bacaan Surah Al-Fath yang dipakai hingga sekarang
dengan bacaan-bacaan yang ada.
Subyek penelitian diatas yaitu orang-orang yang akan diwawancarai
langsung untuk memperoleh data dan informasi, adapun informasi tersebut bisa
saja masih bertambah sesuai dengan apa yang diterima dan dialami selama
pengumpulan data.
H. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa metode guna menggumpulkan data
penelitian ini. Setidaknya ada tiga metode pengumpulan data yang penulis
gunakan yaitu observasi partisipatif pasif, wawancara semistruktur, dan
dokumentasi.
a. Observasi partisipatif pasif
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pada ilmuwan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Dalam penelitian ini peneliti ikut terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Namun peneliti hanya berpartisipasi pasif dalan penelitian
25
J.R.Rajo. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan , Jakarta:
Grasindo,2010, h. 109.
12
observasi ini. Sugiyon menjelaskan bahwa dalam penelitianya peneliti datang
ditempat kegiatan orang yang sedang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Begitu sugiyono menjelaskan tentang observasi partisipasi
pasif.26
b. Wawancara semistruktur
Wawancara ingin mewawancara dalam pelaksanaanya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,peneliti
perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh
informan.27
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentak dari seseorang.
Dokumen yang berupa tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi, peraturan , kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalkan foto,
gambar, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,dan lain-lain. Studi dokumentasi
merupakan perlengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. 28
I. Teknik Analisis Data.
1. Deskripsi data
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena
tertentu,berdasarkan data-data kualitatif yang diperoleh melalui pembagian
26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014, h.66.
27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014, h.73-74.
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014, h.82.
13
angket,dan observasi. Data yang diperoleh dari hasil pembagian angket dan
observasi tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian.
2. Analisis data
Data-data yang telah terkumpul dari hasil observasi dan wawancara tersebut
disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian analisis data diuraikan dengan
menggunakan bahasa sendiri dan memberikan interprestasi terhadap data yang
diperoleh secara apa adanya.
J. Sistematika penulisan
Sistematika Pembahasan dalam Penelitian Skripsi ini terdiri dari lima bab,yaitu:
Bab I memaparkan pemahaman yang mendasar seputar latar,belakang
terutama apa masalah yang ada di penelitian skripsi ini khususnya di
daerah Pulau Kelapa yang memakai surah al-Fath dan at-Taubah yang
sudah ada dalam barzanzi yang di pakai setiap Pembacaan Maulid Nabi
khusunya di daerah betawi, disertai adanya review berkaitan dengan
Living Qur’an rentang Pembacaan surah-surah dalam al-Qur’an. Dan juga
menggunakan Penelitian Kualitatif serta metode analisis data yang sudah
di wawancara kepada Penduduk Pulau Kelapa.
Bab II, sekilas tentang living Qur’an.kandungan surah al-Fath dan juga
Pemahaman umat silam tentang Pembacaan al-Qur’an serta Kandungan
surah at-Taubah.
Bab III, mengenalkan gambaran lokasi penelitian dipulau kelapa provinsi
DKI Jakarta utara, keadaan demografi atau jumlah penduduk menurut
jenis kelamin dan usia, keadaan pendidkan dan kebudayaan, keadaan
sosial ekonomi, agama dan kepercayaan masyarakat di pulau kelapa.
Bab IV, merupakan bab hasil penelitian yang telat didapatkan tentang
pemahaman umat muslim terhadap surah al-Fath dan At-Taubah di Pulau
Kelapa, provinsi DKI Jakarta Utara, perbedaan resepsi Al-Qur’an dalam
kegiatan keagamaan masyarakat Pulau Seribu, beberapa ayat yang sering
digunakan oleh masyarakat, peristiwa-peristiwa sosial yang ditandai
dengan pembacaan surah al-Fath dan At-Taubah.
14
Bab V, isisnya terdiri dari kesimpulan sebagai jawaban permasalahan
penelitian ini. Kritik dan saran sebagai rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
15
BAB II
PENAFSIRAN SURAH AL-FATH DAN AT-TAUBAH
MENURUT LITERATUR TAFSIR AL-QUR’AN DAN LIVING
QUR’AN
A. Definisi Living Quran
Banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli tentang Living Qur’an,
salah satunya Sahiron Syamsuddin. Ia menyatakan, “Teks Al-Qur‟an „hidup‟
dalam masyarakat itulah yang disebut Living Qur’an, sedangkan teks yang
berupa pemaknaan Al-Qur‟an disebut dengan Living Tafsir. Adapun yang
dimaksud dengan teks Al-Qur‟an yang hidup ialah pergumpulan teks Al-Qur‟an
dalam ranah realitas yang mendapat respons dari masyarakat dari hasil
pemahaman dan penafsiran.1Sahiron Syamsudin menjelaskan lebih lanjut bahwa
terkait dengan pengertian respons masyarakat sebagai respon mereka terhadap
teks tertentu dan hasil penafsiran tertentu. Menurutnya, sosial terhadap Al-Qur‟an
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti tradisi bacaan surat atau ayat
tertentu pada acara dan seremoni sosial keagamaan. Sementara itu, resepsi sosial
terhadap hasil penafsiran dapat dilihat dari dilembagakannya bentuk penafsiran
tertentu dalam masyarakat, baik dalam skala besar maupun kecil.
Selain pemahaman di atas, the Living al-Qur’an atau “al-Qur‟an yang
hidup” sering dipahami dalam berbagai macam bentuk pengertian yang bersumber
dari perspektif berbeda-beda: pertama, ungkapan tersebut bisa bermakna “Nabi
Muhammad” dalam arti yang sebenarnya, yaitu sosok Nabi Muhammad
SAW.Akhlak Nabi Muhammad SAW menurut keyakinan umat Islam adalah al-
Qur‟an.Dalam al-Qur‟an sendiri disebutkan bahwa pada diri Nabi Muhammad
SAW terdapat contoh yang baik. Hal ini diperkuat oleh hadits dari Siti Aisyah
RA.yang mengatakan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW adalah al-Qur‟an.
Artinya, beliau selalu berperilaku dan bertindak berdasarkan pada apa yang
1 Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah dalam Penelitian Al-Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm. xiv.
16
terdapat dalam al-Qur‟an2 Oleh karena itu, (Nabi Muhammad SAW) adalah
panutan yang selalu mencontohkan “al-Qur‟an yang hidup”, al-Qur‟an yang
berwujud dalam sosok manusia.
Kedua, living Qur‟an juga bisa mengacu pada suatu masyarakat yang
kehidupan sehari-harinya menggunakan al-Qur‟an sebagai kitab pedoman atau
pegangan. Mereka hidup dengan mengikuti apa yang diperintahkan dalam al-
Qur‟an dan menjauhi hal-hal yang dilarang di dalamnya. Dengan kata lain,
masyarakat tersebut seperti “al-Qur‟an yang hidup”, yaitu al-Qur‟an yang
mewujud dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tidak didapati contoh konkret dari
masyarakat semacam ini, dan mungkin juga masyarakat semacam ini belum
pernah ada, karena dalam masyarakat Islam manapun selalu saja terdapat bentuk-
bentuk kehidupan, pola-pola perilaku, tindakan dan aktivitas yang tidak
berdasarkan al-Qur‟an.3
Di sisi lain, Muhammad Mansur berpendapat bahwa pengertian The Living
Qur’an sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an in everyday life, yang tidak
lain adalah “makna dan fungsi Al-Qur‟an yang secara nyata dipahami dan dialami
masyarakat Muslim. Maksud Muhammad Mansur adalah “perilaku masyarakat
yang dihubungkan dengan al-Qur‟an pada tataran realitas. Al-Qur‟an atau teks
mempunyai fungsi sesuai dengan apa yang bisa dianggap atau dipersepsikan oleh
satuan masyarakat dengan beranggapan akan mendapatkan keutamaan (fadilah)
dari pengamalan yang dilakukan dalam tataran realitas yang dijustifikasi dari teks
Al-Qur‟an.4 Dalam pengertian ini, Living Qur’an juga dapat diartikan sebagai
“fenomena yang hidup di tengah masyarakat Muslim terkait dengan Al-Qur‟an ini
sebagai objek studinya”.5Oleh karena itu, kajian tentang Living Qur‟an dapat
diartikan sebagai kajian tentang “berbagai peristiwa sosial terkait dengan
kehadiran Al-Qur‟an atau keberadaan Al-Qur‟an di sebuah komunitas Muslim
2Heddy Sahri Ahimsa Putra,The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi vol
20, No 1, Mei 2012, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, .hlm.1. 3Heddy Sahri Ahimsa Putra,The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi vol
20, no. 1, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, , Mei 2012. hlm.2. 4 Muhammad Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm. 5. 5 Muhammad Mansur, dkk.,Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:
Teras, 2007, hlm.7.
17
tertentu.”6 Dengan pengertian seperti ini, maka The Living Qur’an tersebut pada
dasarnya sudah berumursama tuanya dengan Al-Qur‟an itu sendiri.Al-Quran telah
hadir dalam kehidupan sosial masyarakat sejak dahulu.
Beragamdefinisi yang ditawarkan di atas semuanya sudah memenuhi
ruang lingkup yang berhubungan dengan Living Qur‟an.Dengan bahasa yang
lebih sederhana dapat dikatakan Living Qur’an adalah interaksi, asumsi,
justifikasi, dan perilaku masyarakat yang didapat dari teks-teks al-Qur‟an.Al-
Quran telah menyentuh sendi-sendi kehidupan sehari-hari masyarakat.Living
Qur’an memusatkan perhatiannya pada keadaan realitas kehidupan.
B. Pendekatan dalam Penelitian Living Qur’an
Dalam kajian Living Qur‟an ini, pendekatan yang digunakan oleh penulis
ialah fenomenologi.Pendekatan ini dianggap relevan dalam kajian Living Qur’an,
sebab objek kajian yang sedang penulis kaji berkaitan erat dengan realitas
sosial.Dalam teori fenomenologi, pengkajian mencoba mendekati makna yang
sebenarnya dari gejala objek yang sedang diteliti melalu jiwa atau kesadaran objek
itu sendir.7
Pendekatan ini berfokus pada objek membicarakan dengan apa
adanya, tanpa adanya intervensi dari peneliti. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
pendekatan fenomenologi memahami adanya keterkaitan objek dengan nilai-nilai
tertentu.8
Ilmuwan sosial yang berkompeten dalam memberikanperhatian pada
perkembangan fenomenologi adalah Alfred Schutz.Iamengkaitkan pendekatan
fenomenologi dengan ilmu sosial. Selain itu juga Schutz menyusun pendekatan
fenomenologi dengan lebih sistematis, komprehensif, dan praktis sebagai sebuah
pendekatanyang berguna untuk menangkap berbagai gejala (fenomena) dalam
6 Muhammad Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm.8. 7 Mohammad Sodik, Pendekatan Sosiologi: Metodologi Pendekatan Agama: Pendekatan
Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitan UIN SUKA, 2006, hlm. 78. 8Robet Bog dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi Kualitatif, terj. Arif Furchan
Surabaya: Usaha Nasional, 1992, hlm. 35.
18
dunia.9Ada juga ilmuwan lainya seperti Neal Robinson, Farid Esack dan Abdullah
Saeed.yang mengetahuai tentang fenomenologi bukan hanya Schutz.
Sedangkan, Fenomenologi agama dalam pendekatan Evans-Pritchard,
pengertian agama yang terjadi di masyarakat.Ia mengkritik pendekatan
intelektualis dalam istilah para teoritisi terdahulu atau pendekatan positivisme
sebagai pasangan pendekatan fenomenologis. Pendekatan ini dapat membantu
menjelaskan ragam fenomena keberagamaan di masyarakat yang nampak adanya
saling pengaruh antara satu keyakinan dengan keyakinan lain sehingga tidak ada
satu batas yang jelas dalam membedakan suatu model keyakinan.10
Ia menyiratkan
bahwa fenomena agama atau keyakinan perlu disertakan dalam kajian
fenomenologi yang terdapat di masyarakat.
C. Interaksi Kaum Muslim dengan Al-Qur’an
Pada masyarakat modern, orientasi memahami Al-Qur‟an dan interaksi
dengan Al-Qur‟an berbeda bila dibandingkan dengan abad lalu pada masa
kenabian Nabi Muhammad saw. Pada masa Nabi Muhammad saw., masyarakat
Arab langsung berinteraksi dengan Al-Qur‟an bertepatan dengan diturunkan
wahyu, dan mereka langsung meminta Nabi Muhammad saw. untuk mengajarkan
bacaan Al-Qur‟an. Selain mengajar membaca, Nabi Muhammad saw. juga
mempunyai penulis wahyu pada periode Mekah dan Madinah. Pada periode
Mekah, salah satu penulisnya adalah Abdullah bin Abi Sarh, dan yang penulis
pada waktu Madinah adalah Ubay bin Ka‟ab, dan orientasi yang tampak pada
masa tersebut adalah untuk melestarikan dan menjaga Al-Qur‟an, di samping
sebagai hujjah. Hal ini terus berlanjut sampai dijadikan dasar oleh Abu Bakar
dalam menghimpun Al-Qur‟an.11
Pada masa modern ini, interaksi muslim jauh berbeda dengan pada masa
Nabi Muhammad saw. Di beberapa daerah di Indonesia, ada perspektif bahwa
seseorang tidak dianggap sempurna Islamnya, kalau mereka tidak bisa membaca
9 Stefanus Nindito, Program Studi Sosiologi Vol. 2, No. 1, Yogyakarta: Univeristas
Atma Jaya, 2005, h. 79-94. 10
Abd. Rahman Jeferi, Mistisisme dalam Masyarakat Banjar: Analisis terhadap
Fenomena Jimat Vol. 7, No. 2, Yogyakarta: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 2008, h. 121. 11
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011,
hlm. 26-28.
19
Al-Qur‟an, sehingga banyak daerah yang menekankan belajar ilmu agama,
khususnya al-Qur‟an, dibandingkan dengan pendidikan umum.12
Hal itu dikuatkan dengan banyaknya metode belajar al-Qur‟an untuk
kalangan anak berumur sepuluh tahun ke bawah, seperti Yanbu‟a, Amtsilati,
Qira‟ati, dan TPQ.Metode tersebut bukan hanya metode belaka yang tanpa adanya
lembaga yang menaungi. Sebaliknya, metode tersebut juga dibarengi dengan
berdirinya lembaga yang menaungi untuk berkelanjutan belajar. Dapat dikatan
bahwa muslim modern dalam berinteraksi dengan Al-Qur‟an lebih dini secara usia
dibandingkan dengan muslim pada masa Nabi Muhammad saw. Sehingga,
menurut Mattulada, sebagaimana dikutip oleh Umar Shihab, mengatakan bahwa
masyarakat muslim Sulawesi akan merasa malu jika pada umur 5-10 mereka
belum bisa membaca Al-Qur‟an.13
Lebih lanjut Umar menjelaskan, sistem pengajaran (pengajian) Al-Qur‟an
di Indonesia bertingkat-tingkat dan dilakukan secara bertahap. Tingkatan yang
paling rendah adalah pada usia berkisar lima tahun. Mereka menerima pengajaran
dari orang tuanya yang dilakukan di rumah masing-masing, dengan cara
menghafal ayat-ayat atau surat-surat pendek yang dimulai dari Juz „Amma.
Setelah berumur tujuh tahun atau delapan tahun, mereka mulai diajarkan
membaca Al-Qur‟an.Pengajaran dilakukan di tempat ibadah seperti masjid dan
mushola.Setelah itu, baru diajarkan untuk membaca dan menerjemahkan kitab
kuning dan seterusnya sehingga mereka dapat memahami pesan-pesan Al-
Qur‟an.14
Sejak dini, masyarakat Indonesia telah menerapkan pembelajaran
membaca al-Quran kepada anak-anaknya.Hal tersebut dimungkinkan agar anak-
anak dapat membaca dan memaknai nilai-nilai dalam al-Quran hingga masa
dewasa. Al-Quran sudah menjadi bagian yang penting bagi umat Islam di
Indonesia.
12
Umar Shihab, Kontektualitas Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005, hlm. 56-57. 13
Muhammad Mansur, dkk.,Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm.57. 14
Muhammad Mansur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm.59-91
20
Interaksi masyarakat Islam dengan Al-Quran menghasilkan gejala sosial
yang bersifat keagaaman. Gejala tersebut timbul dari tindakan-tindakan
masyarakat yang berdasarkan Quran. Masyarakat Islam di Indonesia sangat
perhatian dan respect terhadap al-Quran dari berbagai kalangan dan usia.
Tindakan tersebut dapat berupa pembelajaran Quran seperti yang diterangkan di
atas. Mereka mengajarrkan al-Quran sejak pendidikan di rumah oleh orang tua,
jenjang sekolah, atau pondok pesantren.
Gejala sosial-keagaaman dapat menjadi karakteristik masyarakat umat
Islam. Masyarakat Indonesia khususnya umat Islam sangat respect terhadap Al-
Quran dari generasi ke generasi dan berbagai tingkatan usia dan etnis. Fenomena
yang terlihat jelas, bisa kita ambil beberapa kegiatan yang mencerminkan
everyday life of the Quran atau Living Quran, sebagai berikut:
1. Al-Quran dibaca rutin dan diajarkan di tempat-tempat ibadah (Masjid dan
Surau)
2. Al-Quran senantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun sebagian.
3. Menjadikan potongan atau beberapa ayat tertentu dikutip dan dijadikan
hiasan dinding bahkan kain kiswah Ka‟bah dalam bentuk kaligrafi.
4. Al-quran dibaca oleh para qari dalam acara dan peristiwa tertentu.
5. Al-Qur‟an senantiasa dibaca dalam acara kematian seseorang yasinan dan
tahlil.
6. Al-Qur‟an dilombakan dalam bentuk tilawah dan tahfidz Qur‟an.
7. Sebagian umat Islam menjadikan Al-Qur‟an sebagai “jampi-jampi”, untuk
mendoakan pasien yang sakit.
8. Potongan ayat-ayat tertentu dijadikan jimat yang oleh pemiliknya
dipercaya sebagai perisai dari bala musibah, dsb.
Berbagai kegiatan di atas menunjukan bahwa umat Islam bergantung,
memanfaatkan, dan memedomani al-quran dalam berbagai bidang.Mulai dari
peringatan hari besar hingga sebagai hiasan, masyarakat muslim percaya
kehadiran Al-Quran membawa kebaikan.
D. Al-Qur’an Sebagai Pedoman Kehidupan
Al-Qur‟an sebagai rujukan awal umat Islam dalam menentukan hukum
dalam realitas kehidupan.Sebab, Al-Qur‟an mempunyai daya magnetik dalam
perilaku umat Islam. Selain memiliki nilai ibadah ketika dibaca, Al-Qur‟an juga
21
mengatur tata cara berperilaku dan harus menjadi pedoman kehidupan umat Islam.
Tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan dan rida dari Allah.
Secara garis besar, kehidupan manusia diatur oleh Al-Qur‟an dan aturan
tersebut tidak hanya bersifat teologis. Karena Al-Qur‟an kitab universal yang
mengatur perilaku manusia, dapat dikatakan kalau aturan tersebut sampai pada
tataran praksis. Aturan-aturan tersebut bisa menjadi pedoman kehidupan bagi
masyarakat muslim.
Kandungan isi Al-Qur‟an terhadap manusia dapat diklasifikasikan menjadi
empat bagian.15
Pertama, akidah yang wajib diimani. Hal ini berhubungan dengan
rukun iman yang terdapat dalam doktrin Islam.Masalah akidah adalah masalah
personal, tidak ada orang yang dapat mengetahui akidah seseorang kecuali Allah
Yang Maha Esa. Kedua, hukum-hukum praksis yang mengatur tentang interaksi
manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan. Ketiga, perilaku mulia, yang
mendidik manusia untuk berbuat baik, baik dari segi zahir maupun batin, kelakuan
bagi zahir menjadikan manusia harmonis dan batin yang mengontrol ego dan
sebagainya. Keempat, berisi janji dan ancaman Tuhan kepada hamba yang
beramal baik dan mematuhi perintah serta menjauhi larangannya untuk tidak
berbuat.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Mustafa al-Ghulayani, sebagaimana
dikutip oleh Athaillah, tentang kandungan Al-Qur‟an, bahwa di dalam Al-Qur‟an
terdapat prinsip-prinsip kemasyarakatan yang universal, dan di dalamnya terdapat
ketentuan-ketentuan yang menjadikan Al-Qur‟an itu selalu sesuai untuk segala
zaman dan tempat.16
Mengkaji tentang al-Quran, sampai saat ini, selalu menjadi urutan dan
panutan yang paling terpenting dan pertama dalam menjaga dan upaya
mempelajari ajaran-ajaran agama Islam. Tentunya, model pengkajiannya pun
sangat berperan dalam mendapatkan hasil dan tujuan yang optimal seiring
15
A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an: Verifikasi Tentang Otentisitas Al-Qur’an,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 31-33. 16
Muhammad Mansur, dkk.,Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Teras, 2007, hlm.37
22
perkembangan zaman. Kajian mengenai al-Quran dan al-Hadis mengalami
pengembangan wilayah, dari kajian teks kepada kajian sosial-budaya, yang
menjadikan masyarakat agama sebagai objeknya. Kajian ini sering disebut dengan
istilah “living Qur‟an”.Secara sederhana, “living Qur‟an” dapat dimaknai sebagai
gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-pola perilaku maupun respons
sebagai pemaknaan terhadap nilai-nilai Quran.17
M. Mansur berpendapat bahwa the living Qur’an adalah suatu yang
bermula dari fenomena Qur’anin Everyday Life, yang tidak lain adalah makna dan
fungsi al-Quran yang riil difahami dandialami masyarakat Muslim.18
Hal tersebut
mempunyai arti memfungsikan al-Quran dalam kehidupan praktis,diluar kondisi
konteks tekstualnya. Sedangkan Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa respon
sosial(realitas) terhadap al-Quran dapat dikatakan Living Qur’an, baik itu al-
Quran dilihat masyarakatdari ilmu (science) dalam wilayah profane (tidak
keramat) di satu sisi dan sebagai buku petunjuk(huda) yang bernilai sakral (sacred
value) di sisi lain.19
Kedua pendapat tersebut meletakan living Quran sebagai
kajianAl-Quran yang menoroti atau memuat masalah realitas kehidupan
masyarajat.
Selain itu, studi mengenai living Qur’an juga merupakan studi al-Quran
yang tidak hanya bertumpu pada eksistensi tekstualnya, melainkan tentang
fenomena sosial yang lahir terkaitdengan kehadiran al-Quran dalam wilayah
geografi tertentu dan mungkin masa tertentu pula. Beberapa pendapat di atas,
tidak tampak adanya perbedaan dengan pendapat Abdul Mustaqim, dalam
tulisannya menyatakan bahwa kajian living al-Qur‟an mempunyai beberapaarti
penting. Menurutnya, terdapat tiga arti penting yang di utarakannya.Pertama,
memberikankontribusi yang signifikan bagi pengembangan wilayah objek kajian
al-Quran, dimana tafsir bisa bermakna sebagai respons masyarakat yang
diinspirasi oleh kehadiran al-Quran. Kedua, kepentingan dakwah dan
pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat lebih maksimal dan tepat dalam
17
Isnawati .Jurnal Tafsir dan Hadist, vol 3 no 2, Banjarmasin: IAIN Antasari, 2015. 18
Muhammad Mansur, Dkk, Living Qur’an dalam Litasan Sejarah Studi Al-Qur’an,
dalam Metodologi Penelitian LivingQur’an dan Hadis, Yogyakarta: TH Press, 2007, hlm.1-5. 19
Muhammad yusuf , Pedekatan Sosiologi dalamPenelitian Living Qur’an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an danHadis, Syahiron Syamsuddin, 36-37.
23
mengapresiasi al-Quran.20
Ketiga, memberi paradigma baru bagi
pengembangankajian al-Quran kontemporer, sehingga studi al-Quran tidak hanya
berkutat pada wilayah kajian teks.
Sudah menjadi keharusan bagi umat Islam yang seharusnya berperilaku
sesuai dengan ajaran-ajaran al-Quran dan Hadist. Namun fenomena yang muncul
tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang semestinya dipraktikkan dan
diamalkan. Kajian living Quran semakin menarik seiring meningkatnya kesadaran
masyarakat Islam terhadap ajaran agamanya.
E. Sekilas Keutamaan Membaca al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah sesuatu yang merupakan ayat atau kitab suci teruntuk
umat Islam yang merupakan dari bacaan yang paling sempurna,tidak ada lagi
bacaan atau ayat-ayat seperti al-Qur‟an yang dibaca oleh setiap jiwa dan ribuan
juta umat Islam yang ada di dunia ini yang tidak mengerti artinya atau tidak dapat
menulis dengan aksaranya. Al-Quran adalah kitab yang sangat kompleks untuk
dipelajari. Bahkan huruf demi huruf di lafadzkan oleh orang
dewasa,remaja,bahkan anak-anak kecil sekalipun. Dan tiada bacaan yang melebihi
seindah ayat al-Qur‟an dalam suatu titik perhatian yang didapatkanya,bukan
hanya sejarah saja secara umum,akan tetapi ayat demi ayat,baik dari segi masa,
musim, maupun saat turunya. Hingga sampai sebab-sebab serta waktu ke waktu
turunnya.21
Seiring dengan pengertian huruf dan terjemahan yang terdapat di al-
Qur‟an memberikan arti utamanya dengan bacaan yang dibaca (qur‟an bi-ma‟na
maqru), al-Qur‟an benar-benar ayat yang sangat indah untuk dibaca apalagi
didengarkan. Dengan keindahan untuk dibaca, tentu bagi siapa saja yang
berkemampuan untuk membaca, memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an.
Hal tersebut dapat berdampak baik dalam kehidupan pembacanya, karena al-
Qur‟an salah satu ucapan atau perkataan yang sangat baik.22
20
Muhammad yusuf , Pedekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an danHadis, Syahiron Syamsuddin 68-70 21
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Jakarta: Mizan, 2007, h. 3. 22
Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013,
h.19.
24
Seperti dalam al-Qur‟an yang tertera dan jelas surah az-zumar :23.
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur‟an yang
serupa ( mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-
orang yang takut kepada tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu dia
menunjuki siapa yang di kehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah,
niscaya tak ada baginya seorang pemimpin.23
Ayat di atas memberikan kepada kita arahan bagi umat Islam yang
membacanya agar berkata atau untuk berucap yang baik. Dengan membaca,
memahami serta mengamalkan apa yang tercantum dalam al-Qur‟an, maka
seorang dapat terhindar dari segala kejahatan.24
Kebahagiaan dan keberuntungan
ini akan bermakna dalam kehidupan manusia. Bila kandungan al-Qur‟an
direalasisasikan dalam kehidupan sehari-hari, kapan dan di manapun bagi yang
membacanya.25
Diantara keutamaan membaca al-Qur‟an:
1. Mendapatkan pahala
Dalam Islam perbuatan yang baik akan mendapatkan balasan yang baik,
balasan yang baik berupa pahala yang akan mengantarkan seseorang untuk
23
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012, h. 662. 24
M. Quraish Shihab, al-Lubab: Makna,tujuan,dan pelajaran dari surah-surah al-Qur’an,
Tangerang: Lentera Hati,2012, h.117. 25
Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an, Jakarta : Pena Madani, 2008, h.70.
25
masuksurga, namun demikian perbuatan yang memiliki pahala hanya dilakukan
dengan penuh keikhlasan.26
“Orang mukmin yang mahir membaca al-Qur‟an,maka kedudukanya di akhirat
ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca al-Qur‟an
dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat pahala.27
2. Satu hurufnya dibaca dan diganjarkan dengan 1 kebaikan dan dilipatkan
menjadi 10 kebaikan
Abdullah bin Mas‟ud radhiyallahu‟anhu berkata: Rasulullah
shallaallahum‟alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf
dari al-Qur‟an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu
kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10
kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan لما satu huruf akan tetapi
Alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf”( HR.Tirmidzi kitab
shahih Al jami‟no 6469).28
3. Mengamalkan dan Membaca Al-Qur‟an akan Dapat Ganjaran atau 10 Kali
Lipat.
Al-Qur‟an menjadi hujjah yang membela kita,jika kita mengamalkan
kandunganya. Al-Qur‟an akan juga akan menuntut kita, jika kita tidak
mengamalkanya. Sesungguhnya Al-Qur‟an akan menjadi musuh pada hari kiamat
bagi orang-orang yang membaca dan menghafalnya saja, namun menyelisihi dan
tidak mengamalknya.29
26
Andi firman, Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah YasinDesa Nyiur Permai,
Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta 2015.hlm. 26. 27
Andi firman, Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah YasinDesa Nyiur Permai,
Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta 2015.hlm. 26. 28
Ustadz Ahmad zainudin,Lc, Keutamaan Membaca Al-Qur’an, https://Artikel
Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2019. 29
Ustadz Ahmad zainudin,Lc, Keutamaan membaca al-Qur’an, https://Artikel
Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2019.
26
Dan al-Qur‟an bisa jadi berada di depan kita, menunjukan kita kepada
jalan kebaikan dan menuntun kita menuju surga.Al-Qur‟an juga bisa jadi berada
di belakang kita yang akan menarik kita ke dalam neraka.
Allah ta‟ala berfirman dalam surah al-An‟am 6: 19
“Katakanlah (Muhammad), siapakah yang lebih kuat kesaksianya? Katakanlah,
Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur‟an ini diwahyukan
kepadaku agar dengan dia itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada
orang-orang yang sampai (Al-Qur‟an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar
bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah? Katakanlah, aku tidak dapat
bersaksi. Katakanlah, sesusungguhnya hanya Dialah tuhan yang maha esa dan
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.(QS.Al-
An‟am 6: 19).30
Al-Qur‟an adalah hujjah dan sebagai perimgatan.tidak ada seorangpun
yang beralasan setelah al-Qur‟an diturunkan, karena di dalamnya allah ta‟ala telah
menjelaskan manakah yang benar (haq) dan menjelaskan manakah yang salah
(bathil) allah ta‟ala juga di dalam al-Qur‟an tentang petunjuk (hidayah) dan
menjelaskan adanya kesesatan.31
4. Mendapatkan syafaat pada hari kiamat
Al-Qur‟an kitab yang paling agung dan mulia dibanding kitab lainya dan
ayatnya pun sangat indah untuk didengar apalagi dibacakannya. Disebutkan
bahwa membaca Al-Qur‟an akan mendapatkan syafaat pada hari kiamat (HR.
Muslim). Dalam hal ini tentunya akan sangat disarankan jika seseorang lebih
mengutamakan waktunya untuk membaca al-Qur‟an, meskipun disibukkan
dengan berbagai macam kesibukan sehari-harinya.32
30
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan terjemahan (Jakarta: Sinergi pustaka Indonesia,2012),h. 31
Ustadz Muhamad Saifuddin Hakim,Lc, Keutamaan al-Qur’an “fatwa tentang al-
Qur’an”, https://Artikel Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2019. 32
Ustadz Muhamad Saifuddin Hakim,Lc, Keutamaan al-Qur’an “fatwa tentang al-
Qur’an”, https://Artikel Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2019.
27
Dan dalam shahih Muslim dari abu umamah,Nabi s.a.w bersabda:
“bacalah al-Qur‟an, karena ia akan datang memberi syafa‟at kepada para
pembacanya pada hari kiamat nanti”33
Syafaat yang akan didapatkan untuk orang-orang yang membacakan dan
memuliakam al-Qur‟an, dan juga memahami makna dan maengaplikasikanya
kandunganya, syafaat yang ditemukan menurut hadis di atas adalah orang yang
memohon ampun bagi yang membacanya dari segala kesalahan.34
5. Sebagai penenang jiwa dan ketentraman hati.
Kita sebagai umat Islam tentunya akan merasa tenang jika membaca al-
Qur‟an ada rasa yang menenangkan hati dari kegelisahan. Dari hal
tersebutseseorang akan selalu mengingat Allah s.w.t dengan membaca dan
mendengarkan al-Qur‟an dimana setiap ayat al-Qur‟an yang dibacanya akan
mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi para pembacanya.35
Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Isra (17) ayat 82:
“ووىزل مه القرءان ماهو شفآء ورحمة للمؤمىيه واليزيد الظالميه إالخسارا
“Dan kami turunkan dari Al-Qur‟an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman,sedangkan bagi orang yang zalim (al-Qur‟an itu)
hanya akan menambah kerugian.36
F. Pembacaan Surah Al-Fath
Al-Qur‟an adalah suatu pedoman yang merupakan kitab suci paling
tertinggi dalam pegangan umat Islam, dan bekal untuk kita mempersiapkan di
33
Ibn Katsir, Derajat Hadist-Hadist Dalam Tafsir Ibn Katsir, Jakarta: Pustaka Azzam,
2008, h. 906. 34
Andi Firman, Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin Desa Nyiur Permai,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin, 2015.h.27.
35
Ustadz Muhamad Saifuddin Hakim,Lc, Keutamaan al-Qur’an “fatwa tentang al-
Qur’an”, https://Artikel Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 Januari 2019 36
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia,
2012, h. 34.
28
akhirat nanti. Kita membutuhkan suatu pegangan hidup,yang berarti pegangan dan
pedoman untuk kita nanti. Dalam tradisi kita khusunya zaman sekarang ini,tak
lepas dari melihat al-Qur‟an .
Surah al-Fath terdiri dari 29 ayat. Dia tidak diturunkan di Madinah, akan
tetapi di kota Mekkah pada malam hari di suatu tempat di antara Mekkah dan
Madinah,pada lokasi yang bernama kura al-Hamim satu lembah yang termasuk
wilayah Mekkah, atau dalam riwayat lain di Dhajnan, yaitu gunung yang terletak
tidak jauh dari kota Mekkah. 37
Nama Surah al-Fath telah di kenal sejak masa Nabi saw. Nama tersebut
terambil dari awal surahnya dimana ditemukan kata Fath(an) dan fatahna.
Memang surah ini menguraikan al-fath, yakni kemenangan yang di raih dan
dijanjikan Allah swt. Kepada Rosulullah Muhammad saw. Tidak ada nama lain
yang dikenal untuk surah ini kecuali nama tersebut. 38
Ibnu Katsir mengatakan bahwa surat yang mulia ini turun ketika Rasulullah saw
kembali dari Hudaibiyah di bulan dzulqaidah tahun ke-6 H yang pada saat itu
dihalang-halangi oleh kaum musyrikin untuk memasuki Masjidil Haram dalam
menunaikan umroh. Kaum musyrikin cenderung untuk mengadakan perjanjian
dan gencatan senjata serta meminta Rasulullah saw pulang pada tahun ini dan
kembali lagi pada tahun berikutnya. Tawaran ini disambut oleh Rasulullah saw
meskipun tampak kekurangsukaan di wajah sebagian sahabat, diantaranya Umar
bin Khottob ra. Setelah mereka menyembelih hewan-hewan kurbanya dan pada
saat pulang kemudian Allah swt menurunkan surat ini yang menceritakan tentang
apa yang terjadi di antara Rasulullah saw dengan mereka—orang-orang Quraisy—
dan menyatakan bahwa perjanjian tersebut adalah kemenangan dikarenakan
berbagai maslahat yang ada di dalamnya.39
إوافتحىالكفتحامبيىا
37
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an”, surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati, 2012, h. 695. 38
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an”, surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati,2012, h. 695. 39
Tafsir Ibnu Katsir juz VII, hal 325
29
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata.” (QS. Al Fath : 1)
Terjadi perbedaan pendapat tentang maksud dari kata fath (kemenangan)
didalam ayat itu. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Futuh Mekah, berbagai
kemenangan yang didapat oleh Rasulullah saw, kemenangan orang-orang
Romawi, ataupun baiat Ridwan pada hari-hari Hudaibiyah, namun banyak yang
menyebutkan bahwa kemenangan itu adalah perjanjian Hudaibiyah.
Pada tahun ke 6 H, Rosulullah saw berangkat dari Madinah, bersama 1400
kaum Muslimin, membawa puluhan ekor unta dengan tujuan melaksanakan
ibadah umrah di Mekkah. Jauh sebelum keberangkatan, beliau pernah
menyampaikan kepada sahabat-sahabat beliau di Madinah bahwa beliau bermimpi
memasuki kota mekkah bersama kaum muslim dalam keadaan berumrah dan
tanpa gangguan.40
Memang, beliau tidak menyampaikan pada tahun itu, tetapi
yang ikut berumrah menduga bahwa dalam perjalanan itulah terlaksana mimpi
itu.Apalagi tradisi masyarakat jahiliyah sekalipun tidak memperkenankan siapa
pun untuk dihalangi berkunjung ke Mekkah selama tujuanya adalah menghormati
ka‟bah. Tetapi,setelah Nabi saw. Bersama rombongan tiba di Hudaibiyah, satu
tempat sekitar 20 km dari Mekkah, Mereka dihadang dan dilarang memasuki
Mekkah, kendati ditugaskan bahwa beliau bermaksud melaksanakan umrah.41
Perundingan demi perundingan dilkasanakan dan akhirnya terjadi
kesepakatan antara Nabi saw. dan kaum musyrik Mekkah. Banyak sahabat Nabi
Muhammad saw, sulit menerima perjanjian Hudaibiyah itu. Betapa tidak, mereka
datang dari Madinah dengan tujuan beribadah dan melaksanakan umrah di
Mekkah, tetapi dihadang dan dilarang melaksanakannya hingga tahun depan. 42
Gencatan senjata disetujui, tetapi dengan syarat siapa dari umat Islam yang
datang meminta perlindungan kepada musyrik Mekkah, mereka tidak akan
40
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati, 2012, h. 695.-696. 41
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath Tangerang : Lentera Hati, 2012, h. 696. 42
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati, 2012, h. 695.
30
dikembalikan kepada Nabi saw di Madinah. Sebaliknya penduduk Mekkah yang
meminta perlindungan kepada Nabi saw, harus dikembalikan ke Mekkah untuk
dimurtadkan atau disiksa. Disisi lain, kalimat Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim
yang menghiasi mukadimah perjanjian harus diubah dengan Bismika Allahumma
(Dengan nama-Mu ya Allah), demikian juga Muhammad Rasulullah, harus
diganti dengan Muhammad bin (putra) Abdillah.43
G. Kandungan surah al-Fath
Surah al-Fath adalah suatu surah yang maknanya berita gembira tentang
kemenangan yang diperoleh oleh kaum muslim melalui perjanjian Hudaibiyah
serta kemengan-kemenangan lain sesudahnya, antara lain keberhasilan membuka
dan menguasai kota Mekkah. Dalam surah ini ditemukan juga uraian tentang
keutamaan yang dianugrahkan Allah swt Kepada Nabi saw. 44
Kaum beriman
yang mengikuti dan mendukung beliau, di samping kecaman kepada sekelompok
penduduk gunung yang bersangka buruk terhadap Allah swt.
Surat ini memberikan penjelasan bahwa kemenangan yang diperoleh kaum
mukminin tidak selamanya harus melalui suatu kontak senjata dengan orang-
orang kafir atau musuh-musuhnya namun kemenangan juga bisa diperoleh melalui
suatu perjanjian atau perdamaian dengan mereka. Selama hal itu memang
memberikan kemaslahatan bagi dakwah Islam dan kaum muslimin.
Kondisi realita umat Islam saat ini yang terus menerus menjadi „mangsa‟
orang-orang kafir tidaklah bisa dikatakan kontradiksi dengan surat al Fath ini yang
menceritakan tentang kemenangan yang diperoleh kaum mukminin.
Perintah Allah swt kepada Rasul-Nya dan juga orang-orang beriman untuk
pergi berumroh yang kemudian dihalang-halangi untuk memasuki Masjidil Haram
oleh orang-orang Quraisy dan pada akhirnya menghasilkan perjanjian Hudaibiyah
ini terjadi pada tahun ke-6 H.
43
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati,2012, h. 696. 44
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath, Tangerang : Lentera Hati,2012, h. 697.
31
Perjanjian yang dikatakan oleh Allah swt sebagai kemenangan yang nyata
ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba atau tanpa sebab. Allah swt tidak memberikan
kemenangan ini diawal-awal dakwahnya ketika di Mekah ataupun ketika mereka
baru tiba hijrah di Madinah. Akan tetapi Allah swt memberikan kemenangan ini
setelah 13 tahun dakwah Islam ini muncul dan dibawa oleh Rasulullah saw di
Mekah dan 6 tahun dakwah ini mewarnai masyarakat muslim di Madinah.
Selama masa itu Rasulullah saw mempersiapkan suatu generasi yang kuat,
kokoh, sabar dan tahan akan berbagai ujian yang menerpa mereka sebagai satu
konsekuensi dari perjalan dakwah di jalan Allah swt untuk menyongsong
kemenangan yang dijanjikan Allah swt, termasuk Hudaibiyah ini.
Selama masa itu berbagai ujian dan peristiwa-peristiwa besar mewarnai
perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya, diantaranya:
Pada fase Mekah terjadi berbagai penyiksaan dan intimidasi yang dilakukan oleh
orang-orang Quraisy terhadap orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya. Pemboikotan selama tiga tahun, penolakan masyarakat Thaif terhadap
dakwah yang pada akhirnya fase ini ditutup dengan hijrahnya kaum muslimin dan
Rasulullah saw ke Madinah.
Pada fase Madinah sebelum terjadi perjanjian Hudaibiyah berbagai upaya
dilakukan oleh Rasulullah saw untuk mengokohkan masyarakat muslim pertama
tersebut, seperti pembangunan masjid dan mempersaudarakan antara Muhajirin
dan Anshor. Setelah itu Allah swt mengizinkan mereka untuk berperang melawan
orang-orang yang menentang dakwah sehingga terjadilah berbagai peperangan,
seperti Badar, Uhud, dan Ahzab di samping peperangan melawan orang-orang
Yahudi.
Perjanjaian Hudaibiyah diambil Rasulullah dalam memulai dakwahnya
setelah hijrah.Perjanjian tersebut menghasilkan kesepakatan antara umat dengan
akum Qurasiy Mekah. Tak ada jalan perang yang diambil, tak ada pertempahan
darah antara kaum Quraisy dan para sahabat. Walaupun di antara para sahabat
tidak setuju dengan perjanjian tersebut. Rasulullah mengambil jalan perjanjian
karena menganggap eksistensi Islam sudah tertancap di Mekah. Kaum Quraisy
32
pun memerangi umat Islam. Ini adalah kemenangan bagi Rosulullah, karena Islam
sudah dikenal dan mau diterima oleh siapa pun. Baginya perjanjian hudaibiyah
adalah awal baru dakwah Rosul di Mekah.
Tujuanya adalah meyakinkan umat Islam tentang kebenaran janji Allah
swt. Yang betapapun terlihat jauh namun pada hakikatnya, ia pasti akan tiba pada
saatnya, selama umat Islam melangkah ke arah sana dengan langkah yang pasti.
Karena itu, mereka hendaknya selalu tampil dengan sifat-sifat terpuji,
sebagaimana dilukiskan oleh uraian akhir surat ini.45
H. Kandungan Surah at-Taubah
Kata dari ( لقد جاء كم رسو ل ) laqad ja’akum rasull akan datang kepada
kamu ( orang-orang arab ) Nabi Muhammad saw. datang atas kehendak beliau
sendiri, bukan diutus atau didatangkan oleh Allah swt. Penyebutan Kata rasul
memberi kesan bahwa kedatangan beliau sebagai utusan allah. Dari kedua kata itu
pada akhirnya melahirkan kesan baru bahwa beliau tercipta dengan membawa
potensi keimanan yang menjadikan beliau sangat wajar menjadi rasul yang allah
swt utus. Sehingga, saat beliau menerima wahyu illahi, saaat itu juga beliau
tampil melaksanakan tugasnya tanpa harus di dorong-dorong, akan tetapi
langsung terdorong oleh jiwa beliau, dan karna itu sehingga beliau bukan saja
sungguh-sungguh berdakwah, senang dan berbahagia melaksanakanya tetapi lebih
dari itu. 46
لقد جآءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ماعنتم حريص
{821عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم }
(Sungguh telah datang Kepadamu seorang rasul dari kaumumu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan{keimanan dan keselamatan}
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin )
Di dalam kitab tafsir ath-thabari ada yang mengatakan seperti Abu Ja‟far
”Seorang rasul" رسول sungguh telah datang kepadamu “ wahai kaum “ لقد جآءكم“
45
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB “Makna,Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an”,surah- Al-fath, Tangerang: Lentera Hati,2012, h. 697. 46
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002. h. 95
33
sebagai utusan Allah kepada kalian مه أوفسكم “ Dari kaummu sendiri .” yang sudah
kalian kenal, dan bukan dari bangsa lain, tapi mengapa kalian masih menudhnya
yang bukan-bukan ketika dia memberi nasihat kepada kalian. 47
Dalam Tafsir ibnu katsir di tuliskan “ Firman Allah Ta‟ala , “ Berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami” {128}. Yaitu terasa amat berat baginya
sesuatu yang menyulitkan dan menyusahkan umatnya. Di dalam kitab Ash-Shahih
disebutkan, “ sessungguhnya agama islam ini mudah. 48
seluruh syariat yang
beliau bawa adalah gampang, lapang, sempurna, dan mudah bagi orang yang
Allah Ta‟ala berikan kemudahan baginya. “( Dia ) sangat menginginkan (
keimanan dan keselamatan ) bagimu. “ {128}. Yaitu untuk memberikan hidayah
dan menyampaikan manfaat duniawidan ukhrawiuntuk kalian. Ath-Thabrani
Rahimahullah meriwayatkan dari abu Ath-Thufuli, dari Abu Dzar Radhiyallahu
Anhu, dia berkata, “ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam telah meninggalkan
kami, dan tidak ada seekor burung pun yang membalikan kedua sayapnya di udara
melainkan beliau telah menyebutkan suatu ilmu tentangnya kepada kami. “ Dia (
Abu Dzar ) berkata, “ Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “ Tidak
ada suatu apapun yang tersisa yang dapat mendekatkan diri kepada surga dan
menjauhkanya dari neraka, melainkan aku telah menjaskannya kepada kalian. 49
47
Perpustakaan Nasional RI, Jami’ Al Bayaan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an, 19 jld. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009. h. 413. 48
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Imdatu Tafsir An Hifdzi Ibnu Katsir, Jakarta:
Darussunnah, 2014. h. 629 49
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Imdatu Tafsir An Hifdzi Ibnu Katsir, Jakarta:
Darussunnah, 2014. h. 629
34
BAB III
GAMBARAN UMUM KELURAHAN PULAU KELAPA
A. Letak Geografis
Penulis melakukan penelitian mengenai “Riwayat Surat Al-Fath dan At-
Taubah dalam Rangkaian Pembacaan Maulid Nabi” di Pulau Kelapa, Kab.
Kepulauan Seribu. Letak geografis Pulau Kelapa berada pada jalur administratif
Kelurahan Pulau Kelapa termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kepulauan
Seribu, Kotamadya Jakarta Utara, Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ada
36 buah pulau yang menjadi bagian dari wilayah Kelurahan Pulau Kelapa. Luas
wilayah Pulau Kelapa sendiri hanya seperduapuluh saja dari luas keseluruhannya,
yaitu terhitung hanya 13,09 Ha.
Luas wilayah pulau tersebut memang masih tergolong cukup besar bila
dibandingkan dengan luas wilayah Pulau-pulau lain yang berada dalam
Kecamatan Kepulauan Seribu. Dari sisi peruntukan, hanya Pulau Kelapa dan
Pulau Kelapa Dua yang merupakan wilayah hunian pemukiman penduduk di
Kelurahan Pulau Kelapa, karena pulau-pulau lain umumnya diperuntukkan hanya
sebagai tempat peristirahatan, loaksi wisata, maupun tempat budidaya perikanan
saja.1Kecamatan Pulau seribu mempunyai jumlah penduduk yang lumayan banyak
dan juga tersebar di Pulau-Pulau kecil berpenghuni. Ada seebelas Pulau yang
berpenghuni dianataranya , Pulau Untung Jawa,Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau
Tidung Besar, Pulau Pramuka, Pulau Panggang,Pulau Harapan,Pulau Kelapa.
Di wilayah Kabupaten ini terdapat pula sebuah zona konservasi berupa
taman nasional laut kepulauan seribu (TNKS). Sebagai daerah yang sebagian
besar wilayahnya merupakan perairan di dalamnyajuga terdapat zona
konzervasi,maka tidaklah mengherankan bagaimana pengembanan budidaya laut
1 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018
35
dan pariwisata. Dua sector ini diharapkan menjadi prime-mover pembangunan
masyarakat dan wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.2
B. Kondisi Demografi
Keadaan topografi Pulau Kelapa dilihat secara umum keadaanya
merupakan lautan yang sangat luas dan terdiri pulau-pulau kecil sebanyak 36
pulau. Hanya dua pulau diperuntukan untuk permukiman salah satunya yaitu
Pulau Kelapa. Terdapat banyak variasi Pekerjaan yang dimiliki penduduk Pulau
Kelapa, seperti nelayan, pedagang, pegawai perkantoran, dan pengusaha jasa
persewaan untuk pengembangan bidang usaha pariwisata berbasis masyarakat.
Sedangkan Pulau Kelapa Dua mayoritas penduduknya hanya bermata-pencaharian
nelayan saja. Sekolah-sekolah yang ada di Pulau Kelapa cukup memadai dari SD,
SMP, serta MAN. Terdapat juga sekelompok organisasi-organisasi pengajian di
siang dan di malam hari di mushola-mushola.3
Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah
dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 km. Posisinya secara geografis
adalah pada 5,45 LS dan 106,25-104.40 BT dengan luas 870 hektare (8,70 km).
temperatur sepanjang tahun umumnya berkisar antara 21 C -32 C dengan
kelembaban udara rata-rata 80.
Pulau Seribu merupakan gugusan Kepulauan yang terletak di sebelah utara
Jakarta, tepat berhadapan dengan teluk Jakarta. Namanya Kepulauan Seribu bukan
berarti Pulau-Pulau di dalam gugusan kepulauan itu berjumlah seribu. Jumlah
pulau itu hanya sekitar 342 Pulau, termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu karang
itu sendiri berjumlah 158. Tidak semua pulau yang termasuk di dalam gugusan
kepulauan seribu didiami manusia. Sebagaimana banyak pulau-pulau lainya di
Indonesia.
2 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018
3 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018
36
C. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan sebuah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan
kesejahteraan dan keturunan yang baik buat bangsa Indonesia pada umumnya dan
tingkat perekonomian pada khusunya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi
maka akan mendongkrak tingkat kestabilan warga. Tingkat kecakapan juga akan
mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan pada giliranya mendorong
lapangan pekerjaaan.dan pekerjaan juga sangat dibutuhkan karena dengan adanya
pekerjaaan kita bisa mengatur dan melihat bagaimana kondisi perekonomian
sendiri. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk
pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan
biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu,
selain itu mudah menerima konfirmasi yang lebih maju.4
D. Kepadatan dan persebaran Warga Pulau kelapa
Persebaran penduduk pada warga pulau kelapa secara merata dan di setiap
RW ada peningkatan masing-masing orang dengan jumlah yang berbeda, secara
tertib dan beraturan jumlah penduduk pulau kelapa pada setiap rukun tetatangga
(RT) akan tetapi setiap rukun tetangga dari hasil data yang di dapat di ambil dari
setiap (RW) data yang di dapat dari kelurahan dan jumlah per RW setiap laki-laki
dan perempuam serta dewasa dan anak-anak dan jumlahnyanya masing-masing
dengan KK (kartu keluarga) setiap RW.
1. Bidang Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu tujuan dan keharusan yang kita jaga dan harus
kita penuhi. Karena kesehatan sangatlah mahal untuk kita dapatkan banyak orang
yang sudah sakit ingin cepat sembuh karena kesehatan adalah suatu hal yang
sangat didambakan orang, dengan tubuh sehat pikiran pun akan sehat, dan dengan
sehat kita bisa melakukan aktifitas yang kita bisa lakukan. Tentunya kesehatan
juga tak lain dari memberikan kita sehat dengan ijin Allah SWT kita bisa
menjalani hidup sehari-hari dan kita perlu banyak bersyukur dengan apa yang
allah berikan kepada kita nikmat kesehatan.
4 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018.
37
Dalam data dari kelurahan Pulau Kelapa menurut data tempat dan sarana
kesehatan yang ada di Pulau kelapa sebagai berikut adanya Puskesmas,dengan
daya tamping 30 orang dan BKIA (Badan Kesegatan Ibu Anak) daya tampung 5
orang dan rumah bersalon daya tampung 10 orang. Danya temoat prasarana
kesehatan memudahkan warga pulau kelapa untuk periksa kesehatan dan
memudahkan adanya darurat seperti ibu melahirkan dan orang sakit.selain
memudahkan akses untuk berobat banyak juga kepentingan untuk posyandu anak
dan imunisasi yang digunakan di Puskesmas. Terdapat juga beberapa tenaga
kesehatan yang ada di Pulau kelapa sesuai bidang mereka seperti adanya dokter
umum yang berjumlah 8 orang, dokter gigi 2 orang serta perawat 18 orang dan
bidan 8 orang.danya tenaga kesehatan. Selain itu, terdapat dukun bayi yang
diberdayakan sebagai tenaga urut bagi ibu hamil dan bayi. Karyawan non medis 4
orang dan ahli gizi 2 orang serta analisis laboratorium 2 orang tenaga kefarmasian
1orang dan perawat 2 orang.5
Dalam data yang saya dapatkan dari laporan kelurahan setiap perbulan
dengan data yang ada di Pulau kelapa ialah adanya mushola sebagai tempat
peribadatan umat muslim di pulau kelapa dengan nama “Mushola Al-Anwar” dan
ada juga yang mengurusnya M. Insan, serta Mushola At-Taqwa dengan pengelola
Peterus Mustafa dan juga ada Mushola Perempuan yang diberi nama Al-Muslimat
dengan pengurus Umroh, Al-Jamiat Ummahat dengan pengurus Maryani.6 Di
Pulau kelapa kegiatan Majlis Ta’lim untuk ibu-ibu yang dilaksanakan biasanya
pada hari selasa dan minggu saja,jika para laki-laki atau bapak-bapak biasanya
menghadiri Ta’lim itu pada malam hari sehabis sholat Isya dilaksanakan pada
berdiam menunggu ustad yang mengisi Ta’lim atau ceramah tersebut. Di sini
lebih banyak Ma’jlis Ta’lim ibu-ibu dibanding bapak-bapak, mungkin ibu-ibu
lebih gemar mendengarkan ceramah dibanding bapak-bapak yang letih setelah
bekerja dan Ta’lim yang diadakan bapak-bapak tidaklah cepat hanya sebentar
saja.7
5 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018
6 Wawancara Pribadi dengan Maryani Marzuki 7 januari 2019
7 Data kelurahan Pulau Kelapa laporan setiap perbulan 2018
38
E. Potensi Budaya
Kebudayaan adalah salah satu sandaran hidup masyarakat dan mkana yang
dalam bagi masyarakat yang masih berpegang teguh dengan budaya bukan
sekedar kata melainkan meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma. Semua ini
merupakan langkah awal di mana manusia merasa berbeda dalam sebuah wacana.
Kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan
menampilkan kebudayaanya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat
ramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka. Kebudayaan
melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekedar pada
individu, dalam hal ini yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, bahwa,
budaya itu merupakan cipta, rasa dan karsa suatu masyarakat. Sedangkan,
kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa masyarakat tersebut.8
Dari pengertian budaya dan kebudayaan di atas, dapat penulis jelaskan
kebudayaan yang ada pada masyarakat Pulau Kelapa masih menjaga dan
mempraktikan budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh orang-orang terdahulu
mereka. Hal ini terbukti masih berlakunya tatanan budaya yang dipakai di Pulau
Kelapa pada setiap selamatan pernikahan, selamatan khitanan, serta selamatan
nuzubulan yang memakai bacaan ayat suci al-qur’an dalam praktek kegiatan
keagamaan mereka.
Adapun Kebudayaan yang ada pada masyarakat pulau kelapa :
1. Tradisi pernikahan
Tradisi pernikahan yang terdapat di Pulau Kelapa ini sangat unik,
dibanding budaya pernikahan yang ada di pulau lain. Ketika tiga hari setelah acara
pernikahan diadakan maulid atau selamatan setelah pernikahan atau hajatan
sedangkan hajatan di Pulau Kelapa sama seperti hajatan di Jakarta yang
berlangsung selama satu hari. Berbeda dengan hajatan di Pulau Kelapa selalu
diadakan di rumah tidak pernah di gedung ataupun di luar pulau, dan hidangan
dimasak oleh keluarga dan tetangga. Hal itu dilakukan sebelum acara, dua sampai
tiga hari sebelumnya. Jadi ibu-ibu atau tetangga peserta hajatan membantu
8 Wawancara dengan Warga Pulau Kelapa 10 Januari 2019
39
memamasak, meskipun di pulau kelapa mayoritas suku betawi akan tetapi ada
juga orang yang bukan asli dari pulau (perantauan) seperti, Jawa, Bugis, dan
Minang. Jadi, setelah acara pernikahan adanya acara selamatan untuk pengantin
dan keluarga setelah hari pernikahan .
2. Bulan Safar (rabo wakasan)
Bulan Safar adalah bulan kedua tahun hijriyah, warga Pulau Kelapa
memperingati upacara rebo wakasan. Upacara tersebut berbentuk arak tujuh atau
tolak bala dan serangkaian acara-acara lain sejak ba’da maghrib. Warga
berkumpul di masjid membawa mukena dan tasbih serta al-Qur’an. Setelah sholat
tolak bala, warga lalu diajak keliling kampung untuk arak tolak bala dan
melantunkan ayat-ayat al-Qur’an seperti al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas serta sholawat
Tibbil-Qulub. Di setiap empat penjuru berdiam dan membaca doa-doa.
F. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat pulau kelapa secara umum lebih
berasal dari hasil laut. Hal ini di lihat dari banyaknya penduduk pulau kelapa yang
menetap di pulau berprofesi sebagai nelayan dan memiliki usaha hasil laut yang
dikirim ke Jakarta. Selain dijual, para nelayan memanfaatkan hasil laut untuk
dikonsumsi sendiri. Ada juga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai
pemandu wisata. Wisatawan yang berkunjung ke gugusan Kepulauan Seribu dan
khususnya pulau kelapa berasal dari turis asing dan local. Profesi ini sudah
ditekuni sejak lama oleh para warga. Turis berkunjung di pualu kelapa dan di luar
pulau Kelapa, seperti Pulau Perak, Pulau Pramuka, Pulau Tidung dan masih
banyak pulau lainya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pariwisata atau tamu
dari Jakarta datang ke Kepulauan Seribu setiap akhir pecan. Para pemandu wisata
ini berstatus profesional, karana warga telah diberi pelatihannya sejak lama.
Terdapat pula warga Pulau Kelapa berprofesi sebagai pedagang. Mereka
menjual sembako, bahan bakar seperti solar,bensin untuk kapal nelayan, dan
peddagang kaki lima di sekitar pelabuhan.
40
G. Keadaan Agama Pulau Kelapa
Agama adalah kedekatan manusia dengan sang khaliq. Hubungan ini
berwujud kepada sikap batin seseorang serta terlihat dalam ibadah dan akhlak
kebiasaan kehidupan masing-masing manusia dalam sehari-harinya. Agama di
pulau kelapa adalah suatu keyakinan yang mengarahkan beriskap antusias dan
peduli terhadap sesame. Sebagian besar warga Pulau Kelapa memeluk agama
Islam. Bahkan, tidak terdapat agama lain. Awal mula agama islam dan
berkembang hingga sekarang serta ajaran-ajaran yang di pakai hingga sekarang,
dahulu adanya para ngkong atau kakek –kakek kita yang belajar dari daerah
banten dan ada juga belajar dari Jakarta suku betawi,dan memulailah ddengan
mengajarkan kitab-kitab serta pengajian pengajian dan cara mauled disertakan
marhaban ,kakek kita terdahulu mengajarkan dan menyuruh anak-anaknya untuk
belajar ke pesantren dan mengembangkan ajaran agama Islam di Pulau Kelapa ada
salah satu kakek saya sendiri yang bernama H. Dulhak dan meneruskan ajaran-
ajaran yang masih di pakai sampai sekarang seperti pembacaan al-Fath pada
barzanzi dan kegiatan keagamaan masyarakat Pulau Kelapa. Jadi di pualau kelapa
sendiri ada istilah tidak mauled tidak enak jika tidak datang. Karena, kita
diajarkan harus peduli dengan ajaran-ajaran orang terdahulu yang mengajarkan
kita.
Adapun Kegiatan masyarakat di Pulau kelapa yang hingga sekarang masih
di pakai dan berjalan dengan rutin, diantaranya:
1. Peringatan Hari Besar Islam :
a. Maulid Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman yang selalu dan akan terus
menjadi panutan yang tak akan pernah bisa menandinginya dan tidak ada yang
bisa mengingkari kebenaranya dan akan kita junjungkan baginda besar kita pujaan
kita kekasih allah nabi Muhammad saw. Beliau ini yang membawa umatnya dan
mengajarkan ummatnya tentang apa itu dan indahnya islam dan beliaulah yang
sellau menyadarkan umatnya kembali ke jalan Allah. Beliau mengajarkan sopan
santun, perdamaian, persaudaraan, kasih sayang, dan peduli sesama umat, dan
41
beliau jugalah yang dapat menghapus perselisihan, perperangan, dan pertikaian.
Dengan adanya mauled nabi Muhammad saw yang dilakukan warga pulau kelapa
merupakan acara yang ditunggu dan dihadiri banyak warga yang terpenting
mendengarkan ceramah dari utadz-ustadz yang diundang untuk memberikan
ceramah di Pulau Kelapa.
b. Isro Mi’raj
Kegiatan isro mi’raj yang dilakukan oleh warga Pulau Kelapa. Sama
halnya dengan acara Maulid Nabi saw seperti biasa, acara tersebut dipimpin oleh
penceramah membawakan tausiyah-tausiyah. Diisi juga dengan sambutan-
sambutan dari lurah Pulau Kelapa dan panitia yang menyelenggarakan. Dalam
acara ini warga pulau kelapa diajak bersama-sama berdzikkir dan mengingat
perjuangan Nabi Muhammad saw.
c. Tradisi 10 Muharram (lebaran anak yatim)
Pada tanggal 10 muharram terdapat tradisi yang selalu dilaksanakan sejak
dulu yaitu lebaran anak yatim. Unik dan menarik serta banyak pelajaran yang bisa
diambil dari hari lebaran anak yatim di Pulau Kelapa. Lebaran anak yatim diberi
kesenangan pada hari itu dan adanya sumbangan dan santunan dari mana saja dan
kalangan apapun yang ada di Pulau kelapa maupun luar Pulau Kelapa. Biasanya
sebelum hari perayaan anak yatim terdapat tenda-tenda serta banyak makanan-
makanan yang disediakan buat anak yatim atau pun tamu yang datang serta warga
yang melihat perayaan anak yatim itu. Hari perayaan itu berlangsung adanya
ustadz atau ustazah dari Jakarta, diundang untuk ceramah, sebelum mendengarkan
ceramah ibu-ibu yang biasa membacakan surah-surah atau mauled anak yatim itu,
membacakan barzanzi serta surah al-Fath. Setelah itu anak yatim diarak keliling
kampoug atau Pulau Kelapa, anak yatim disuruh berkumpul dan dibagikan
amplop atau santunan baru diarak diiringi menggunakan hadrah dan qasidah,
tujuanyan agar hati mereka selalu bahagia dan senang meskipun salah satu orang
tua mereka telah tiada. Seluruh anak yatim mendengarkan ceramah dari ustad atau
ustadzah yang sudah ada.
42
H. Biodata Informan
1. Ustadz Wilin
Ustadz Wilin merupakan warga pulau kelapa yang sudah lama tinggal dan
menetap di Pulau Kelapa rt 05 / rw 03. Bapak ustadz Wilin ini ialah asli dari
daerah Tanara Banten menikah dengan perempuan di pulau kelapa dan menetap di
Pulau Kelapa pada tahun 1970an. Kini ia menjadi penceramah di Pulau Kelapa
atau ustadz yang memberikan cermahnya di majelis-majelis ta’lim atau di
undangan–undangan mauled. Ia mengajarkan ajaran-ajaran Islam yang baik
karena Ia belajar dari Tanara sejak dulu dan ia merupakan salah satu anak
pesantren dan pernah mengabdi di Pesantren. Oleh karena itu, ia menjadi
penceramah atau ustadz di pulau kelapa pertama setelah kakek-kakek kita
terdahulu meninggal.
2. Maskur
Bapak maskur ini adalah warga asli Pulau Kelapa sejak lahir dan ia tinggal
di Pulau Kelapa pada tahun 1987. Ia melanjutkan pendidikan sekolah menengah
di Jakarta. Kemudian meneruskan perguruan tinggi di salah satu perguruan tinggi
yaitu IAIN JAKARTA, pendidikan perguruan tarbiyah dan lulu bergelar S.Ag. Ia
jarang sekali berada di Pulau Kelapa. Selepas lulus dari perguruan tinggi Ia
menjadi guru di SMP 69 Jakarta di Pulau Kelapa dan mengajarkan ilmu agama di
sekolah. Sesekali beliau mengisi majlis ta’lim ibu-ibu di pulau kelapa.
3. Ahmad Fudhoili
Bapak ini merupakan warga pulau harapan RT 03 / RW 02 yang jaraknya sekitar
1 km dari pulau kelapa. Ia tinggal di Pulau Harapan pada tahun 1992. Pulau
Harapan berdekatan dengan Pulau Kelapa. Ia bekerja di salah satu KUA (kantor
urusan agama) di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang berlokasi di Pulau
Harapan dan ia sering mengisi majlis ta’lim ibu-ibu di Pulau Harapan.
43
4. Mahyudin
Bapak Mahyudin adalah warga asli Pulau Kelapa. Rumahnya di bagian tengah
Pulau Kelapa RT 03 RW 03. Ia bekerja di PPSU Pulau Kelapa. Bapak ini selalu
mengikuti maulid yang ada di warga Pulau Kelapa. Bapak ini sering diundang
untuk membacakan barzanzi dalam mauled serta memimpn acara mauled seperti
malid selametan nuzubulan,mauled selametan pernikahan serta khitanan.
5. Umroh
Ibu Umroh warga asli Pulau Kelapa berumur 72 tahun. Ibu ini adalah
sesepuh perempuan di Pulau Kelapa yang banyak tahu tentang keadaan ajaran-
ajaran Islam di pulau kelapa dari zaman dahulu, ia bahkan tahu bagaimana
keadaan pulau kelapa terdahulu, seperti pengetahuannya tentang guru-gurunya
hingga sekarang dan ia juga masih aktif dalam menghadiri majlis ta’lim ibu-ibu.
6. Jawiyah
Ibu jawiyah merupakan warga asli dari Pulau Kelapa sejak tahun 80an. Ia
sudah berada di Pulau Kelapa dan ia merupakan ibu-ibu yang aktif dalam
mengikuti majlis ta’lim dan selalu ikut acara-acara maulid ibu-ibu. Ibu Jawiyah
ini yang mengepalai ibu-ibu dalam membaca Barzanzi atau rawi dalam majlis
ta’lim pekerjaan ibu jawiyah selaon ibu rumah tanggga ia juga pengurus majlis
ta’lim.
7. Nahrawi
Bapak Nahrawi merupakan warga Pulau Kelapa yang sangat berpengaruh di Pulau
Kelapa, dalam artian ia adalah orang yang lebih faham agama dibanding orang
awam sekitarnya. Bapak ini adalah guru ngaji di rumahnya setiap abis maghrib
anak-anak datang bersamaan untuk mengaji iqro dan al-qur’an selain mengajar
ngaji. Bapak ini ialah seorang guru agama di madrasah dan juga kepala sekolah di
TK islam ,ia juga sangat aktif di acara-acara besar islam di pulau kelapa
8. Hj. Mardiyanah
44
Ibu Hj. Mardiyanah adalah asli warga pulau kelapa sejak tahun 1984 sudah
tinggal di Pulau Kelapa. Ia merupakan ibu-ibu yang sangat aktif dalam kegiatan
majlis ta’lim dan acara-cara mauludan dalam kegiatan keagamaan di pulau kelapa
acara selametan dan maulud perempuan. Ibu ini pekerjaan sehari-harinya adalah
srorang ibu rumah tangga dan mengurus majlis ta’lim jika ada acara-cara di majlis
ta’lim.
9. Maryani Marzuki
Ibu maryani adalah seorang ibu yang dikenal luas oleh warga Pulau Kelapa. Ia
selalu membacakan serangkaian acara muludan. Ia adalah warga asli Pulau
Kelapa, tinggal sejak tahun 1985. Ia juga menjabat ketua majlis ta’lim perempuan
di pulau kelapa. Keseharian Ibu Maryani adalah seorang ibu rumah tangga. Dan ia
sangat aktif di majlis ta’lim.
10. Khaerullah bin Marzuq
Bapak ini warga asli pulau kelapa. Bapak ini merupakan keturunan guru-guru
agama terdahulu yang mengajarkan ajaran-ajaran di Pulau Kelapa. Tinggal di
Pulau sejak 1991. Khaerulllah seorang pekerja di daerah Jakarta yang bertugas
menjaga bangunan-bangunan. Jika sedang berada di pulau kelapa, ia mengajari
anak-anak mengaji atau guru ngaji.
11. Aspandiar abdulhai
Bapak Aspandiar abdulhai adalah seorang guru di Sekolah Menengah Pendidikan
(SMP) dan juga mengurus Masjid di Pulau Kelapa ada juga kegiatan keagamaan
di pulau kelapa. Ia yang membacakan bacaan di acara-acara maulud lelaki dan
yang mengepalai maulud laki-laki. Bapak ini asli pulau kelapa tinggal sejak tahun
1980 selain guru bapak ini juga pernah mengepalai Departemen Agama di
Kepuluan Seribu.
12. Salma
Ibu Salma adalah warga pulau kelapa dan seorang ibu rumah tangga ibu salma
tingga di pulau kelapa sejak tahun 1985. Ia adalah sorang ibu rumah tangga dan
45
mempunyai warung sembako di pulau kelapa untuk kebutuhan ibu rumah tangga
lainya. Sesekali dan lumayan sering menghadiri majlis ta’lim dan acara-acara
keagamaan seperti maulud perempuan.
13. Rahmat
Bapak rahmat adalah warga pulau kelapa dan bapak rahmat juga asli pulau Kelapa
ia tinggal di pulau Kelapa sejak tahun 1980. Ia seorang yang sangat rajin bekerja
dari shubuh ia sudah berangkat ambil air bersih untuk warga yang membeli air
kepadanya. Ia jug seorang warga yang taat akan ajaran keagaman dan kegiatan di
pulau Kelapa dan juga sering membacakan sholawat untuk acara arak pengantin.
14. Munaroh
Ibu Munaroh adalah ibu rumah tangga di pulau Kelapa. Ibu munaroh tinggal di
Pulau Kelapa sejak tahun 1979. Dia merupakan salah satu ibu yang sangat pintar
dalam memainkan Qasidah bersama grupnya yang sering diundang dalam acara-
acara pengantin atau sunatan.
15. Markim
Bapak Markim adalah seorang nelayan yang tinggal di pulau kelapa. Sejak ia
berumur 10 tahun ia tinggal di Pulau Kelapa bersama orang tuanya. Ia bukan asli
warga Pulau Kelapa tetapi Ia asli warga Tangerang. Bapak Markim adalah
nelayan yang sudah lama tinggal di pulau kelapa. Ia sangat rajin pergi ke mushola
untuk adzan setiap sholat 5 waktu.
46
BAB IV
RIWAYAT SURAH AL-FATH DAN AT-TAUBAH DALAM
RANGKAIAN PEMBACAAN MAULID NABI
( Studi Kasus Tradisi Maulid di Pulau Kelapa)
Al-Qur‟an kitab suci yang selalu dan setiap saat mendapatkan perhatian dan
dibaca oleh masyarakat muslim, bahkan juga menjadi landasan amal dan
perbuatan bagi pribadi seorang muslim dalam menjalani kehidupannya sebagai
individu yang menjadi bagian dari masyarakat secara luas. Umat Islam senantiasa
meyakini bahwa al-Qur‟an benar-benar hadir secara nyata di dalam setiap sendi
kehidupan, sebagaimana bacaan dan makna ayat-ayatnya hadir beriringan dalam
kehidupan umat Islam di sepanjang masa.1 Dari sinilah muncul penelitian tentang
fenomena living Qur’an. Yang dicari dari penelitian living Qur‟an bukanlah
kebenaran agama dengan bukti-bukti ayat-ayat al-Qur‟an, yang dengan itu
umumnya sebagian kelompok muslim bisa saja menghakimi kelompok muslim
lainnya, atau terhadap kelompok keagamaan lain yang dianggap tidak sesuai, akan
tetapi living Quran lebih mengedepankan dan mengutamakan penelitian terhadap
tradisi yang ada (fenomena) yang berkembang hingga saat ini dalam masyarakat
dan dilihat dari perspektif kualitatif.2
Adapun al-Qur‟an terkadang dijadikan untuk isyarat dan simbol dalam
kayakinan masyarakat yang bisa juga dimanfaatkan sebagai kebaikan, dan
kemudian diapresiasikan dengan norma dan bentuk prilaku keagamaan. Jadi
dengan penelitian living Qur‟an, para peneliti menemukan sebuah kesimpulan
hasil penelitian yang mendetil dalam meneliti prilaku suatu masyarakat dengan
karakter sosial keagamaan yang juga sangat unik. Tanpa disadari masyarakat
muslim Indonesia juga menjadikan dan menggunakan al-Qur‟an sebagai alat
kelengkapan bacaan dalam sebuah acara keagamaan. Seperti tradisi yang
berkembang di wilayah Pulau kelapa yang letaknya di Teluk Jakarta, dan berada
1 Kitab (al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petujuk bagi mereka yang bertaqwa.
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan terjemahanya, h.2. 2 Yusuf dkk, Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an, h. 50.
47
di Wilayah Administratif Kepulauan Seribu yang menjadi lokasi penelitian yang
penulis lakukan. Di sini, ayat-ayat al-Qur‟an masih dipakai dan difungsikan
sebagai bahan bacaan untuk acara-acara dan kegiatan-kegiatan keagamaan
Masyarakat Kelurahan Pulau Kelapa yang menyertai pembacaan rawi/maulid
pada upacara selametan perkawinan, nujuhbulanan, dan aqiqah anak yang baru
lahir, serta khitanan.3 Bab ini mengulas pemahaman dan praktek yang dilakukan
oleh warga Pulau Kelapa terhadap pembacaan ayat-ayat tertentu dalam al-Qur‟an,
maka dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan pendapat dan pandangan,
serta praktek yang mereka lakukan terhadap pembacaan surah al-Fath dalam
berbagai acara keagaamaan seperti yang sudah penulis sebutkan di atas.
A. Praktik Pembacaan Surah al-Fath pada Penduduk Pulau Kelapa
Surah al-Fath adalah nama sebuah surah dalam al-Qur‟an yang bermakna
“Kemenangan”. Al-Fath adalah surah ke-48 dalam susunan mushaf al-Qur‟an.
Surah ini tergolong ke dalam kelompok surah-surah Madaniyah, karena
diturunkan sesudah hijrah. Surah al-Fath terdiri atas 29 ayat. Dinamai surah al-
Fath, yang berarti kemenangan, diambil dari perkataaan fath(an) yang terdapat
pada ayat pertama surah ini. Sebagian besar ayat-ayat dalam surah ini
menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan yang dicapai Nabi
Muhammad dalam peperangan yang dilakukam oleh Nabi Muhammad SAW.
Beliau sangat gembira dengan turunnya ayat pertama surat ini. Kegembiraan ini
dinyatakan dalam sabda Nabi SAW yang diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari,
”Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surat, yang surat itu benar-benar
lebih aku cintai dan seluruh apa yang disinari matahari. Kegembiraan Nabi
Muhammad itu ialah karena ayat-ayatnya menerangkan tentang kemenangan yang
akan diperoleh Muhammad dalam perjuanganya dan tentang kesempurnaan
nikmat Allah.
Menurut Aspandiar, penduduk Pulau Kelapa cukup banyak dan hampir
semuanya mayoritas Muslim. Dalam acara keagamaan yang dilakukan di Pulau
Kelapa, surah al-Fath tidak pernah tidak dibacakan pada upacara pembacaan
3 Hasil observasi, Pulau Kelapa, 6 Januari 2019
48
maulid Nabi Muhammad SAW. Pembacaan tersebut masih dipegang teguh dan
terus dijalani dari dulu hingga sekarang.4
1. Praktek Selametan Pengantin (Mauludan)
Dalam upacara selametan pengantin yang diadakan sebagai kegiatan
yang mentradisi di Pulau Kelapa, pembacaan surah al-Fath menempati posisi
sangat penting dalam rangkaian upacara selamatan pengantin. Upacara selamatan
pengantinnya sendiri memiliki beberapa karakter unik yang bisa digambarkan
sebagai tradisi khas warga Pulau Kelapa, seperti bentuk acara hajatan yang
dilakukan, arak-arakan pengantin, dan selametan pengantin, setelah akad nikah.
Dalam semua tahapan tersebut, warga Pulau Kelapa sangat antusias dalam ikut
serta merayakan acara hajatan yang dilangsungkan di salah satu rumah warga.
Beberapa rangkaian tradisi yang dilakukan pada acara adat pengantin, misalnya
beberapa waktu sebelum pelaksanaan pernikahan biasanya ada upacara yang
warga Pulau Kelapa menyebutnya “Jalan Pakat”, yaitu acara jalan yang dilakukan
untuk mengabari seluruh warga Pulau dari satu rumah ke rumah lainnya bahwa
ada salah satu anak warga Pulau kelapa tersebut yang hendak dinikahkan dengan
pasangan pilihannya sendiri, dan akan dihajatkan pada tanggal yang sudah di
tentukan. Biasanya, jalan pakat ini dilakukan 1 bulan sebelum hari pelaksanaan
hajatan dilaksanakan.5
Pada hari H atau hari pelaksanaan acara hajatan dilakukan, tidak seperti
halnya dengan daerah-daerah lain yang melaksanakan acara intinya dengan
upacara akad nikah, yang dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan, hal unik
yang dilakukan warga Pulau Kelapa sedikit berbeda. Setelah pelaksanaan acara
akad nikah diadakanya acara “Arak Pengantin”, yaitu ketika semua orang yang
hadir di acara akad akan mengikuti jalannya acara arak pengantin yang dilakukan
dengan cara mengadzankan pengantin yang akan diarak. Maksud
dikumandangkannya adzan bagi pengantin ini agar si pengantin tidak mendapati
gangguan dan mara bahaya di jalanan, misalnya, jika ada pihak-pihak yang sirik
4 Wawancara Pribadi dengan Abduhlai Aspandiar, Pulau Kelapa, 22 Januari 2019.
5 Wawancara pribadi dengan.Jawiyah.Di pulau Kelapa 15 Januari 2019.
49
dengan hiasan yang dikenakan, atau bentuk acara hajatan yang dilangsungkan
bagi si pengantin. Selain kumandang adzan, acara juga membacakan kumandang
sholawat dustur untuk pengantin agar pasangan yang baru saja menikah tersebut
diberkahi dalam pernikahannya.6
Sehabis acara arak pengantin, dilaksanakan acara hajatan. Acara hajatan
ini dinamai “Mauludan Pengantin” atau dengan kata lain “Selametan Pengantin”.
Acara ini biasanya dilakukan setelah hari ke-5 pernikahan. Ada pula yang
melaksanakan hajatan 1 minggu setelah hari akad nikah, dengan mengundang atau
memberi kabar kepada orang-orang dan meminta kehadiran mereka. Para
undangan biasanya kaum laki-laki saja sebagai pesertanya.7 Dalam kasus
undangan laki-laki ini, diundanglah kira-kira lima puluh orang laki-laki untuk
menghadiri acara mauludan tersebut. Waktu pelaksanaannya, biasanaya diadakan
setelah shalat Ashar, atau malam hari sehabis shalat Isya‟. Ketika diselenggerakan
mauludan, jamaah mauludan berbondong-bondong datang ke rumah yang
empunya hajat, dan menunggu beberapa saat agar semua undangan yang belum
datang dapat berkumpul. Dalam proses menunggu ini sering dibacakan nazham
sholawatan, atau bisa juga dengan mengumandangkan tilawah ayat-ayat al-
Qur‟an.
Pada saat para tamu undangan mauludan sudah berkumpul semuanya,
dimulailah acara dengan diawali dengan kata sambutan dari yang punya hajat,
yaitu sang bapak dari pengantin. Setelah itu, dimualailah acara mauludan yang
dipimpin oleh sang ketua mauludan. Bacaan pertama yang dibaca dalam upacara
mauludan adalah pembacaan surah al-Fatihah disertai hadorot untuk Nabi
Muhammad SAW. dan juga tak lupa dibacakan doa untuk seluruh anggota
keluarga mempelai, baik yang masih hidup maupun mereka yang sudah tidak ada
(meninggal dunia).8 Setelah membaca surah al-Fatihah, sang ketua membacakan
surah Al-Fath ayat 1-5. Pembacaan surah al-Fath ini seringkali dirangkai dengan
pembacaan surah at-Taubah ayat 128 Dan surah al-Ahzab ayat 56 Pembacaan
ayat-ayat al-Qur;an tersebut menjadi rangkaian awal pembacaan ayat-ayat al-
6 Wawancara pribadi dengan Mahyudin di Pulau Kelapa pada 9 Januari 2019.
7 Wawancara pribadi dengan Khaerullah bin Marzuq, di Pulau Kelapa 18 Januari 2019.
8 Wawancara pribadi dengan Abdulhai Aspandiar, Di Pulau Kelapa 25 Januari 2019.
50
Qur‟an yang menyertai pembacaan rawi/maulid yang dibagi ke dalam beberapa
segmen pembacaan, dan masing-masing dipandu secara bergiliran oleh orang-
orang yang sudah ditentukan di antara para undangan. Biasanya mereka yang
membacakan adalah kaum pemuka agama( ustad yang juga bisa di bilang yang
bisa baca bacaan rawi tersebut dengan nada yang di gunakan ), atau mereka yang
memang mahir membaca aksara Arab. Dalam maulid dibacakan pula ungkapan
selamat marhaban, yang ditutup dengan doa.
Dalam sebuah sesi wawancara dengan Bapak Abdulhai Aspandiar,
diceritakan bahwa surah al-Fath ayat 1-5 dibacakan dan kemudian disertai dengan
potongan ayat dari surah At-Taubah ayat ke 128 dan Al-Ahzab ayat ke 56.
Sehingga, selengkapnya ayat-ayat yang dibacakan sesudah pembacaan hadorot
surah al-Fatihah adalah sebagai berikut:
“Sungguh, kami telah memberimu kepadamu kemenangan yang nyata”
“Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang
lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-nya atasmu dan
menunjukimu ke jalan yang lurus.”
“Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)”
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
untuk menambah keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala
tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
51
“Agar dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam
surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan
dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut
Allah suatu keuntungan yang besar,9
- Potongan surah At-Taubah ayat ke 128
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselametan)bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang
beriman.”
- Potongan surah Al-Ahzab ayat ke 56
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya-nya bersholawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam
dengan penih penghormatan kepadanya.”10
Menurut penjelasan Aspandiar. yang dibacakan dalam acara hanyalah
ayat pertama hingga ayat ke-5 saja dari surah Al-Fath, bukan keseluruhan ayat
yang ada dalam surah al-Fath.” Ia menyebutnya lima ayat tersebut sebagai salah
satu patokan dalam bacaan selametan” sebagaimana ia jelaskan berikut ini:
“Setelah itu baru surah Al-fath yang dipake paling ayat 1 sampe 5, udah
itu aja kaya ada di ayat 1 yang artinya kan kemenangan yah, apabila si
pengantin itu dalam artian menang dari hal yang macem-macem dan
selamet dari bahaya semoga Allah melindungi pernikhanya, dia menang
gitu.”11
Maksud dari pernyataan yang telah disampaikan oleh bapak Aspandiar
Abdulhai adalah bahwa 5 ayat dalam surah al-Fath ini digunakan sebagai bacaan
untuk selametan setelah acara pernikahan, yang mana abis selesai acara
9 Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 45
10 Kementrian Agama RI, al-qur’an dan Terjemahnya. hal. 56
11 Wawancara pribadi dengan Aspandiar Abdulhai ,Pulau Kelapa, 30 Januari 2019.
52
pernikahan diadakannya dengan cara memanggil orang-orang untuk mauludan,
baik yang dipanggilnya untuk maulud laki-laki maupun perempuan dan yang
artinya “apabila seseorang yang melangsungkan pernikahan dan setelahnya maka
akan diadakan acara selametan, maka yang dibacakan ayat Al-Fath dari ayat
pertama sampai ayat kelima”. Dalam rangkaian acara, bacaan serta kegiatan
diawali dengan mempersiapkan acara dari mulai memanggil orang-orang yang
akan menghadiri mauludan sekiranya ada lebih dari 10 orang bisa 50 orang yang
akan di panggil satu persatu ke rumah-rumah untuk hadir dalam cara mauludan,
dan mulainya acara barulah ada yang mengepalai acara mauludan di bacakanya
hadorot-hadorot serta sholawatan untuk Nabi Muhammad saw, dan barulah
memulai bacaan dan di masukanya potongan ayat seperti ayat At-taubah ke 28
dan surah Al-Ahzab ayat ke 56 dan barulah dimulai al-Fath yang akan dilanjutkan
dengan acara Marhabanan dan biasanya diakhiri dengan doa yang dikhususkan
untuk nama pengantin.12
2. Selametan Sunatan (Mauludan Pengantin Sunat)
Pada upacara Selametan Sunatan atau Mauludan Penganten Sunat warga
Kelapa juga mentradisikan pembacaan surah al-Fath dalam rangkaain pembacaan
maulid/rawi yang dilakukan. Prosesinya tidak berbeda dengan prosesi pembacaan
rawi pada acara mauludan pengantin, hanya sering dibedakan dalam pihak yang
diundang dalam acara tersebut. Jika hajatan pengantin umumnya mengundang
jamaah laki-laki, maka dalam acara mauludan sunatan yang diundang adalah
jamaah kaum ibu atau yang lazim disebut “maulud perempuan”.13
Namun demikian, prosesi maulud perempuan lumayan lebih rebet
dibandingkan dengan prosesi pada mauludan laki-laki. Sehingga tak heran kalau
kemudian pihak yang punya hajat lebih senang mengundang untuk melaksanakan
maulid laki-laki disbanding dengan perayaan mauludan perempuan. Di sini, dalam
tradisi yang berlangsung di Pulau Kelapa dewasa ini, akan biasa didapati warga
yang mengadakan selamatan pengantin sunat, namun mengundang mauludan laki-
laki, meski kesempatan ini tidak sesering maulud perempuan.
12
Wawancara Pribadi dengan Aspandiar Abdulhai, Pulau Kelapa 12 Januari 2019 13
Wawancara pribadi dengan Maryani Marzuki di Pulau Kelapa 17 Januari 2019.
53
Prosesi acara maulud perempuan dalam acara hajatan penganten sunat
dilakukan setelah pengantin sunatan yang disunat oleh dokter atau bidan di tempat
prakteknya kembali pulang ke rumah. Ada pula dokter dan bidan yang dipanggil
ke rumah. Setelah anak selesai disunat dan sampai di rumah, sang orang tua si
anak mengadakan upacara potong ayam dengan membunyikan petasan sebagai
pertanda untuk mengabarkan bahwa si anak telah selesai disunat.14
Adapun serangkaian acara dalam mauludan penganten sunat ialah
sebelum acara dimulai, ibu-ibu datang berame-rame menuju rumah tempat
dilaksanakan hajatan pengantin sunat. Biasanya, ada juga alunan musik
Qasidahan yang dimainkan oleh ibu-ibu dalam menyambut para undangan jamaah
yang datang. Banyaknya undangan yang ikut serta hadir dalam acara tersebut
sesuai dengan jumlah undangan yang disebar. Tradisi yang berlangsung di Pulau
Kelapa, biasanya jika mauludan diadakanya di Pulau kelapa itu ibu-ibu warga
Pulau Harapan yang bertetangga dengan Pulau Kelapa juga turut hadir. Mauludan
perempuan ini identik dengan keramaian ibu-ibu dengan bermacam-macam baju
yang mereka kenakan, warna-warni pakaian dan perhiasan yang enak dilihat mata,
dan di dalam mauludan pengantin sunat itu ada juga biasanya diundang salah
seorang ustadzah atau ustadz dari Jakarta untuk mengisi ceramah dalam mauludan
ibu-ibu.15
Beberapa alasan yang menandai didatangkannya penceramah dari
Jakarta adalah karena orang pulau merasa suasana acara akan berlangsung lebih
ramai jika tuan rumah juga turut mengundang pencermah dari Jakarta, karena
akan ramai juga undangan jamaah yang datang ke rumah tempat diadakannya
acara mauludan perempuan tersebut.
Prosesi acara mauludan perempuan dalam hajatan penganten sunat
diawali dengan pembacaan sholawat serta ayat-ayat al-Qur‟an, tak beda dengan
mauludan laki-laki. Setelah pembacaan surah al-Fatihah yang turut disertakan
bacaan hadorot bagi Nabi SAW dan juga doa bagi anggota keluarga sang
empunya hajat. Dalam prosesi selanjutnya, juga dibacakanya surah al-Fath ayat 1-
5 dan ayat-ayat lain lanjutan dan kemudian dibacakan rawi/maulid dan diakhiri
14
Wawancara pribadi dengan Umroh di Pulau Kelapa 14 Januari 2019. 15
Wawancara pribadi dengan Munaroh di Pulau Kelapa 24 Januari 2019.
54
dengan doa yang dibagi ke dalam beberapa segmen, yang masing-masing segmen
dipandu atau dipimpin oleh salah satu dari jamaah yang hadir.
Di dalam acara ini akan dibacakan solawat yang bacannya sebagai berikut:
ي
“Ya tuhanku semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Nabi Muhammad”
3. Upacara Nujuhbulan dan Aqiqah Anak
Surah al-Fath dan pembacaan surah-surah lain yang menjadi pembuka
bagi pembacaan rawi/maulid juga dilakukan dalam acara nujuhbulan dan aqiqah
anak yang baru lahir. Ustadz Wilin menceritakan posisi pembacaan surah al-Fath
dalam acara selamatan Nujuhbulan dalam penjelasannya dalam wawancara
dengan penulis di Pulau Kelapa sebagai berikut:
“Waktu baca surah Al-fath mah yah buat acara selametan nuzubulanan nah
ayat itu yang di pake,biar selamet pengantin kawianan,maupun sunatan
dan nujuhbulan juga biasanya dipake tapi yah tergantung yang undangnya
yang punya hajat, mau mauludan perempuan apa mauludan laki-laki, yah
memang dipake surah al-Fath itu.”
Maksud dari pembacaan surah al-Fath dari 1-5 dibacakan dengan
bermaksud dan niat mendoakan kesejahteraan dan keberkahan buat si anak agar si
anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta berbakti kepada orang tua,dan
rasa syukur kepada allah swt yang telah memberi keselametan kepada si anak
lahor ke dunia ini .16
Dalam ayat ini al-Fath terdapat lafaz إ
yang artinya “sungguh kami telah memberimmu kemenangan yang nyata.”
Sementara itu, membacakan surah Al-fath bagi orang agar diberi
keselametan dalam acara mauludan selametan pengantin dan sunatan serta ada
juga Nuzubulan yang di mana acara mauludan tersebut diadakan laki-laki maupun
16
Wawancara pribadi dengan, Aspandiar abdulha,Pulau Kelapa, 26 Januari 2019.
55
perempuan yang diambil juga bacaan sholawat serta potongan-potongan ayat dari
Al-Qur‟an biasanya setelah itu ada juga dibacakanya marhabanan sebagai penutup
Mauludan.17
Sedangkan menurut Ahmad Fudhoili seseorang penceramah di pengajian
Majlis Ta‟lim ibu-ibu mengungkapkan ”Yah kalo bacaan Al-Fath mah dibacain
pas sedang mauludan18
aja untuk syarat bacaan al-Qur‟an di dalam mauludan
biasanya sih dibaca ama Mauludan Perempuan, itu salah satu buat selametan
pengantin supaya pengantinnya diberi selametan dan menang dalam acara
tersebut, serta sunatan juga dia udah menang begitu di pakenya ayattnya 1-5.”
Maksud yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Fudhoili, yaitu “dalam
Membacakan surah Al-Fath di Pulau Kelapa yaitu dengan membacakan Q.S Al-
Fath : 1-5 dalam serangkaian acara Mauludan dan itu wajib di pakai ,dan harus di
pakai tidak boleh di lewatkan acara mauludan pengantin maupun sunatan serta
nuzubulanan.dikatakan dari warga pulau kelapa jika membaca surah Al-Fath
agara di beri keselametan dan kemenangan bagi pengantin maupun sunatan”.19
Membaca surah Al-Fath yang dibacakan salah satu orang yang mengikuti
acara Mauludan seperti yang dilakukan Ibu Hj. Mardiyanah: “Kalo baca surah Al-
Fath itu dipakenya dalam rangkaian orang Maulid pengantin sunatan Nuzubulan,
itu selalu dipake ama ibu-ibu, nah kalo bapak-bapak kadang jarang pake abis
sholawat aja udah dah langsung marhabanan, dan baca surah itu harus dipake
sebelum baca yang lain”.20
Ibu Hj. Mardiyanah mengungkapkan, ketika acara
mauludan yang dibacakan oleh mauludan perempuan baca surah Al-Fath itu harus
dibacakan dalam rangkaian mauludan agar yang dimauludkan diberi keselametan
dan keemenangan dalam melepas pengantin untuk menjalani keluarga baru.21
Ada juga yang mengungkapkan praktek pembacaan surah Al-Fath:1-5 di
katakan oleh Ibu Maryani Marzuki mengungkapkan bahwa “dipake buat acara
17
Wawancara Pribadi dengan, Ustadz Wilin, Pulau Kelapa, 6 Januari 2019. 18
Diartikan dari bahasa Pulau Kelapa (Warga Pulau Kelapa) kebahasaan indonesia 19
Wawancara pribadi dengan Ahmad Fudhoil, Pulau Kelapa 7 Januari 2019. 20
Wawancara Pribadi dengan, Hj. Mrdiyanah, Pulau Kelapa 8 Januari 2019. 21
Wawancara Pribadi dengan,Hj. Mardiyanah, Pulau Kelapa 8 Januari 2019.
56
Mauludan perempuan biasanya acara mauludan sunatan, mauludan penganten,22
mauludan nuzubulan dipakenya kan abis sholawatan langsung dah tuh baca Al-
Fath, baca rawi terus udah selesei marhabanan terakhir “Maksud dari praktek
ayat ini yaitu dalam acara Mauludan di Pulau Kelapa sangat dipakai dan
dibacakan dalam serangkaian acara mauludan dan itu harus dilakukan, kemudian
barulah dibacakanya rawi serta potongan-potongan ayat lainya, serta juga terakhir
di lakukan dengan marhabanan barulah penutup dengan doa.23
Sementara pembacaan surah al-Fath saat sedang selametan Aqeqah anak
atau potong rambut dilaksanakan dalam sebuah prosesi yang digambarkan oleh
Mahyudin sebagai berikut:
“Warga Pulau Kelapa juga mentradisikan bacaan yang digunakan saat
potong rambut anak atau Aqeqah terselip juga ayat al-Fath 1-5 yang
dibacakan saat sedang memotong rambut si bayi dan diambil beberapa
helai rambut si bayi tersebut… Jadi, rangkaian acara (aqeqah) tersebut
adalah (dimuali dengan) membacakan sholawat, diputarkan bayi tersebut
bersama ayah ibunya (kepada jamaah yang hadir), lalu setelahnya
dibacakanya surah al-Fath”.24
B. Arti Penting Pembacaan Surah al-Fath bagi Penduduk Pulau Kelapa
Ketika surah al-Fath adalah salah sebuah surah dalam al-Qur‟an yang
mana artinya adalah kemenangan dan mengingat surah ini tergolong surah
“madaniyah” yang menggambarkan kondisi masyarakat muslim di Madinah dan
kondisi masyarakat sekitarnya. Kurun waktu turunnya surat ini dan turunnya
surah Muhammad yang mendahuluinya dalam urutan mushaf berkisar sekitar tiga
tahun jaraknya.
Pada masa tersebut telah terjadi perubahan-perubahan penting dalam
berbagai kondisi masyarakat muslim di Madinah perubahan-perubahan dalam
sikapnya dan sikap orang-orang yang menentangnya.perubahan paling penting
terjadi pada kondisi psikologi dan imannya, dan juga konsistensi mereka pada
22
Di terjemahkan dari bahasa Pulau Kelapa (bahasa Betawi) ke bahasa Indonesia. 23
Wawancara Pribadi dengan,Maryani Marzuki, Pulau Kelapa 10 Januari 2019. 24
Wawancara Pribadi dengan Mahyudin, Pulau Kelapa 6 Januari 2019.
57
manhaj imani yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam dan matang.25
Dari kondisi social historis inilah sehingga ketika sebagian masyarakat muslim
banyak yang membacakannya dalam kegiatan perayaan maulid Nabi Muhammad
SAW., maka salah satu motivasi dan tujuan pembacaan itu di antaranya adalah
untuk dapat mencapai kondisi dan cita-cita kemenangan yang dijanjikan Allah
bagi umat Islam.
Berkaca dari kedalaman makna ayat-ayat yang dibacakan, maka dalam
kegiatan maulid tersebut banyak masyarakat di berbagai daerah yang
menggunakan surah al-Fath ini sebagai bacaan pengantar ketika hendak membaca
Maulid Barzanji, misalnya, sebagaimana yang lazim berlangsung dalam tradisi
masyarakat Pulau Kelapa di Kepulauan Seribu. Atas dasar pertimbangan itulah,
Ustadz Wilin mengamini bahwa surah al-Fath menjadi bukti populernya tradis
pembacaan maulid khususnya Barzanji, di mana suku Betawi banyak
membacakannya sebagai bahan bacaan dalam peringtatan acara Hari Besar Islam,
ataupun upacara-upacara tradisional yang terkait dengan siklus hidup.26
Dalam beberapa sesi wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap
warga Pulau Kelapa seputar arti penting Surah al-Fath bagi mereka sebagai bahan
bacaan dalam acara pembacaan maulid yang mereka lakukan, terdapat beberapa
pemahaman seperti bahwa surah al-Fath merupakan salah satu surah yang ayat-
ayatnya yang sering dan dipraktekkan dibaca sebagai pengantar bacaan maulid di
Pulau Kelapa atau Kepuluan Seribu umumnya. Mereka meyakini surah tersebut
dengan sangat percaya bahwa kandungan surah tersebut memiliki keunggulan,
begitu juga sangat dikenal sebagai ayat yang sangat penting untuk dibaca.27
Surah
al-Fath juga dipercayai sebagai suatu surah yang ayat-ayatnya mempunyai arti
yang sangat penting, yaitu kemenangan dan kejayaan, yang maknanya akan terus
dipegangi sebagai sebuah solusi untuk warga Pulau Kelapa dalam acara kegiatan
keagamaan tersebut.28
25
Sayyid Qutub, Tafsir fi-zhilalil Qur’an. Jilid 3 h. 167 26
Hasil observasi di Pulau Kelapa bersama Nahrawi 12 Januari 2019. 27
Wawancara pribadi dengan Ustadz Wilin, Pulau Kelapa, 6 Januari 2019. 28
Wawancara pribadi dengan Maryani Marzuki, Pulau Kelapa, 10 Januari 2019.
58
Dari beberapa pendapat masyarakat tentang surah al-Fath, pemahaman
yang dikemukakan warga, seperti Maryani Marzuki, disebabkan karena warga
Pulau Kelapa memang tidak bisa lepas dari latar belakang keagamaan dan
pendidikan yang mereka dapatkan. Dan mereka bisa dapat mengambil kesimpulan
dari surah al-Fath sebagai bacaan yang dibutuhkan saat acara keagamaan warga
pulau kelapa, karena surah al-Fath sendiri mempunyai makna yang sangat
mendalam yaitu sebagai kemenangan yang dihayati serta diidamkan datangnya
bagi warga pulau sendiri. Tidak dipungkiri bahwa surah al-Fath menjadi surah
yang paling sering dibacakan karena ayat-ayatnya merupakan ayat-ayat yang
paling disenangi, serta sesuai dengan kebutuhan yang dituju dalam acara-acara
siklus hidup yang sangat erat dengan nuansa keagamaan, seperti dalam melepas
anak menuju jenjang perkawinan, kemudian yang pembacanya akan dibaca
dengan tujuan tertentu agar dimudahkan dan diberi keselametan untuk yang
menjalankan hajat tersebut dan warga menjadikan surah tersebut sebagai
pegangan dalam acara kegiatan.29
Beberapa motif yang dituju dalam pembacaan surah Al-Fath di Pulau
Kelapa yang dipraktekan di setiap kegiatan keagamaan yang seperti: “mauludan
selametan pengantin, mauludan selametan sunatan, dan juga dipakai mauludan
aqeqahan, dan nuzubulan di antaranya adalah bahwa pembacaan surah al-Fath
merupakan salah satu simbol yang penting dibacakan setelah rangkaian bacaan
yang dipakai seperti hadorot kepada Nabi Muhammad SAW”. Begitu juga
setelahnya dibacakan potongan surat al-Ahzab 56 dan at-Taubah 128 sebagai
bagian dari rangkaian bacaan inti yang menjadi pengantar bagi pembacaan
rawi/maulid yang dilakukan oleh warga Pulau Kelapa. Mereka menyatukan
pembacaannya dalam buku pegangan si pembaca dalam acara maulud tersebut,
biasanya membaca kitab rawi “Barzanji”. Jadi, surah al-Fath itu termasuk dari
bacaan Barzanji yang ada dalam rawi.30
Selain itu, maksud membacakan surah al-Fath dalam acara keagamaan
tersebut, bermaksud agar yang di Mauludin atau selametan seperti halnya
29
Wawancara pribadi dengan nahrawi,Pulau Kelapa,9 Januari 2019. 30
Wawancara Pribadi dengan,Abdulhai Aspandiar,Pulalu Kelapa,30 Januari 2019.
59
pengantin, pengantin sunat, nujuhbulan sebagai doa mendapatkan keberkahan dan
mendapatkan kebahagiaan. Bagi yang dikhitan, diharapkan dapat diberi
kelancaran dan pengantin yang baru saja menikah diberi kesalematan dalam
rumah tangganya yang tak lain diambil dari kata kemenangan yang diambil dan
digunakan dalam tradisi upacara selametan yang diartikan sebagai „mereka yang
menang‟ dalam hal apapun: hawa nafsu, kesakitan dalam arti kesakitan pengantin
sunat, dan juga diberi kesalematan ibu dan ayahnya bersyukur anaknya sudah
disunat. Selain juga sebagai sebuah harapan diberikan jodoh sebagai wujud dari
arti menang, yaitu ungkapan rasa syukur manusia kepada Allah swt.31
C. Respon dan Pemahaman Warga terhadap Pembacaan Surah al-Fath
Sebuah pendidikan merupakan suatu faktor yang unggul dalam
pembentukan diri manusia dan pendidikan juga berperan membentuk kebaikan
ataupun keburukan manusia yang menurut ukuran normatif. Adanya perbedaan
latar belakang pendidikan akan berdampak bedanya pemahaman dalam kepala
masing-masing manusia dan menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan
warga, baik yang bersifat formal maupun non formal. Sedikit maupun banyak
sangat mempengaruhi pendapat warga tentang yang berkaitan dengan bacaan
surah di al-Qur‟an disamping itu, kondisi kultur, ekonomi dan budaya. Setiap
individu warga juga memiliki perebedaan yang sama. Khususnya latar belakang
tersebut memberikan keunikan di setiap kali memahami al-Qur‟an. Seperti warga
pulau kelapa yang mempunyai pendududuk muslim, akan tetapi menimbulkan
adanya perbedaan dalam menanggapi dan fungsi surah Al-Fath, seperti halnya
yang penulis temui di Pulau Kelapa tersebut.32
Bapak Mahyudin menceritakan pemahamannya bahwa surah al-Fath
adalah surah yang artinya sangat bagus untuk dipakai di pulau kelapa dalam doa
selamatan dan itu sesuai yang ada di al-Qur‟an.33
Sementara Bapak Nahrawi
mengatakan, “Itu ajaran baik dan surahnya juga baik, jadi apa salahnya kita ikutin
ajaran itu dan artinya al-Fath sendiri kan kemenangan, jadi orang yang
31
Wawancara Pribadi dengan,nahrawi,Pulau Kelapa,9 Januari 2019. 32
Hasil observasi ,pulau Kelapa ,6 Januari -15 februari 2019. 33
Wawancara Pribadi dengan Mahyudin.
60
diselametin memang menang dan kalo kita baca al-Qur‟an pahalanya dapet
sepuluh.”34
Pendapat lain dari Ustad Wilin menegaskan, “Surah al-Fath kan dari
dulu dibacakan di Pulo Kelapa sudah dari turun temurun, jadi surah Al-Fath itu
artinya kebaikan dan keselametan buat yang baca, dikarenakan artinya menang
dan bagus ayatnya.35
Sementara dari kalangan kaum perempuan, Ibu Maryani Marzuki
menegaskan “Surat Al-fath ini diajarin dari ustazah yang mengajar di Pulau
Kelapa, dan bacaan ini bacaan bagus buat keselametan dan kemenangan bagi yang
punya hajat, kayak orang kawinanan, dan sunatan dan bagus untuk dibaca buat
acara maulud perempuan dan bagus buat kita amalin.”36
Maksud dari yang
dikatakan oleh Ibu Maryani Marzuki ialah ayat Al-Fath yang dibacakan dan
diutamakan dalam acara maulud itu sangat wajib dibaca, karena bacaan al-Qur‟an
lebih banyak pahala dan manfaatnya. Ayat ini banyak digunakan dalam kegiatan
keagamaan dalam kegiatan Pulau Kelapa dibacakannya ketika sedang acara
mauludan perempuan maupun laki-laki yaitu selametan perkawinan, dan
selametan sunatan dan nujubulan.
Selain itu, ada juga para warga yang memahami tentang surah al-Fath
dalam berbagai versi pendapat mereka. Mpok Umroh menceritakan “Surah al-Fath
adalah surah yang paling dipake dan utama bagi maulud perempuan dalam
merayain acara maulud penganten, dan surah al-Fath itu harus dipakai sampai
sekarang, karena ganjil kalo gak baca surat itu.”37
Hj. Mardiyanah juga sama
halnya berpendapat, ”Yah surat al-Fath kan harus dibaca kalo setiap acara
mauludan itu harus dipake setelah hadorot dan gak pernah ketinggalan.”38
Bahkan, pendapat pemahaman mereka juga menyentuh aspek empiris, seperti
Bapak Aspandiar Abdulhai menggunakan ayat-ayat dalam awal surah al-Fath ini
sebagai salah satu ayat yang diyakininya sebagai perisai dan doa meraih
kemenangan, sebagaimana ia mengatakan ”Yah surat Al-Fath itu bagus dipake dan
34
Wawancara pribadi dengan Nahrawi. 35
Wawancara Pribadi dengan ustad Wilin. 36
Wawancara Pribadi dengan, Maryani Marzuki. 37
Wawancara Pribadi dengan ,Umroh, pulau Kelapa, 6 Januari 2019. 38
Wawancara Pribadi dengan ,Hj. Mardiyanah, pulau Kelapa, 8 Januari 2019.
61
orang pulo pakenya itu buat selametan agar mempelai diberi keselametan terus
juga sama sunatan agar dia menang dalam melawan sakitnya.”39
Pengalaman berinteraksi dengan al-Qur‟an menghasilkan pemahaman dan
penghayatan terhadap ayat-ayat tertentu secara atomistik, sebagaimana dilihat dari
pengalaman pembacaan surah al-Fath di Pulau Kelapa. Pemahaman dan
penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan secara verbal
maupun dalam bentuk tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu yang
membacanya, dan juga indivisu lain sehingga membentuk kesadaran bersama, dan
pada taraf tertentu melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi.
Pengalaman bergaul dengan al-Qur‟an melalui pembacaan ayat-ayat secara
mentradisi seperti pembacaan surah al-Fath ternyata lekat dengan makna yang
dibawa surah itu sebagai surah dalam al-Qur‟an yang bermakna kemenangan
sehingga praktek, pemahaman, dan penghayatan yang dilakukan warga Pulau
Kelapa dalam menerapkan ayat-ayat al-Qur‟an tertentu dalam kehidupan, dalam
bentuk pembacaan surah al-Fath sebagai pengantar bacaan Rawi/Maulid Barzanji
menjadi tuntunan tersendiri, ketika pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an senyatanya
dikaitkan dengan makna yang dikandungnya sebagai pelindung untuk
keselametan dan bahkan dari kesakitan dan kejahatan. Dengan demikian, adanya
praktek pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an yang mentradisi di sebuah masyarakat
seperti pembacaan surah al-Fath di kalangan warga Pulau Kelapa benar-benar
menjadikannya al-Qur‟an yang dihidup di tengah masyarakat yang
mengamalkannya. Salah satu bukti testimoni masyarakat sebagai respon positif
mereka atas praktek living Qur‟an ini menegaskan bahwa “mengenai bacaan --
surah al-Fath sebagai pengantar pembacaan-- mauludan di Pulau Kelapa yang
dilakukan buat selametan biasanya dipakai salametan sunatan, kan (ketika itu)
acaranya sunatannya sudah selesei, jadi dimauludin dengan bacaan surah al-Fath
sebagai ekspresi kememangan, karena kan yang pengantin sunatnya sudah selamet
dari rasa sakit, sehingga dibacakanya ayat Al-Fath satu sampai lima dan bacaan
sholawat.40
39
Wawancara pribadi dengan ,Aspandiar Abdulhai, pulau Kelapa 11 Januari 2019. 40
Wawancara Pribadi dengan Nahrawi, Pulau Kelapa,7 Januari 2019.
62
Banyak informan mengatakan jika tradisi pembacaan surah al-Fath yang
di gabungkan dengan surah at-Taubah terdapat dalam Barzanzi yang dibacakan
dalam setiap acara keagamaan maulid-maulid di Pulau Kelapa, harus dibacakan
dalam bacaan maulid, informan yang di wawancarai oleh penulis juga
menceritakan bahwa harus dibacakan di maulid tersebut,entah maulid apa saja itu
yang ada dalam acara sebagai salah satu aturan tradisi yang dipakai, jika tidak
memakai surah al-Fath dalam maulid tersebut dianggap menyalahi tradisi yang
ada dan mendapat sanksi moral dari orang yang mengikuti mauludan tersebut atau
dari warga Pulau Kelapa itu sendiri sanksi moral berupa omongan dan sindiran
dari warga sekitar.41
Warga Pulau Kelapa juga mengatakan surah al-Fath dipakai tidak hanya
di Pulau Kelapa saja, akan tetapi digunakan pada acara maulidan Pulau-Pulau
lainya seperti Pulau Pramuka. Pulau Panggang, Pulau tidung. Pulau tersebut yang
masih juga menggunakan pembacaan al-Fath dalam Rangkain acara Maulid Nabi
dan acara keagamaan yang bersangkutan dengan barzanzi serta Rawi42
ada juga
di Pulau lainya yang juga menggunakan surah al-Fath dan at-Taubah yang sudah
ada dalam rangkaian Maulid Nabi,dn juga mauludan lainya.
Di Pulau lain juga melafalkan bacanaan Barzanzi tersbut dengan nada
yang berebda yang khas sesuai Pulau tersebut gmn cara baca dengan nada yang
berbeda dengan Pulau Kelapa. Jadi tidak hanya di Pulau Kelapa saja yang memaki
surah al-Fath dan at-Taubah dalam rangkaian Mauludan serta Maulid Nabi.43
Di Pulau kelapa sendiri tradisi membacakan surah al-Fath yang di padukan
dengan surah at-taubah serta al-Ahzab itu, adalah bagian dari barzanzi dan rawi
yang biasa dipakai di Mulid Nabi saw. ada salah satu ustad yang terbilang tokoh
agama mengungkapkan bahawa kebiasaan baca surah al-Fath itu di Pulau kelapa
sendiri dibacakan hanya dalam acara keagaaman saja seperti.Nujuhbulanan,
Aqeqah anak, serta Hajatan Pengantin, dan Sunatan, dalam acara ini biasanya
masyarakat Pulau kelapa meggunakan pegangan Barzanzi yang di dalamnya ada
41
Wawancara Pribadi dengan Aspandiar,Pulau Kelapa. 6 Januari 2019. 42
Wawancara dan ikut serta Mauludan di Pulau Kelapa. 5 Februari 2019. 43
Wawancara dan ikut serta Mauludan di Pulau Kelapa. 5 Februari 2019.
63
surah al-Fath dan at-taubah yang juga ada surah al-Ahzab, karna turun temurun
yang diajakrkan dari orang-orang terdahulu mereka mengajarkanya juga dengan
nada “ Ras” yang selalu jadi andalan Warga Pulau Kelapa sampai saat ini. 44
44
Wawancara Pribadi dengan Aspandiar Abdulhai tgl 10 januari 2019 Pulau Kelapa.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penduduk di Pulau Kelapa mempraktekan Riwayat surah al-fath dan at-
Taubah dalam Rangkaian Pembacaan Maulid Nabi. Hasil penelitian skripsi yang
penulis lakukan menemukan bahwa pembacaan surah al-Fath hanya dibaca ayat
pertama hingga ayat kelima saja. Ayat-ayat itu dibacakan dalam upacara
pembacaan maulid Barzanji bersama dengan pembacaan ayat-ayat lain, yaitu QS
at-Taubah 128 dan QS surah al-Ahzab ayat 56 Warga Pulau Kelapa
mempraktekkan pembacaan ayat-ayat itu dalam pembacaan maulid untuk upacara
selamatan pengantin, selamatan sunatan, akekah dan nujuhbulan. Rutinitas ayat-
ayat surah al-Fath itu dibarengi dengan adanya pemahaman khusus terhadap
pilihan pembacaanayat-ayat tadi, sehingga menjadi bagian dari Living Qur’an
dalam kebiasaan penduduk Pulau Kelapadengan keunikan tradisi yang masih
melekat.
Pulau Kelapa sendiri masih berpegang teguh dengan tradisi yang ada, yang
masih melekat dalam melaksanakan serta menjalankan tradisi tersebut, salah satu
tradisi yang dipegang dan digunakan hingga sekarang ialah “Mauludan laki-laki
dan Mauludan Perempuan” yang dimaksud dengan Maulud ialah : salah satu
kegiatan yang dilakukan oleh warga Pulau Kelapa dengan Membacakan surah
dalam al-Qur’an yaitu surah al-Fath yang dimana artinya Kemenangan dan
diartikan oleh Warga Pulau Kelapa dengan tujuan Menang dalam acara Selametan
yang mereka selenggarakan.
Beberapa praktek pembacaan surah al-Fath yang digunakan dalam acara
kegiatan keagamaan warga Pulau Kelapa antara lain:
a. Surah al-Fath digunakan saat acara selametan Mauludan Pengantin
sunat, biasanya di baca setelah hadorot-hadorot kepada Nabi Muhammad saw.
Dan kepada Keluarga yang sudah Pulang duluan (Meninggal Dunia) , barulah di
bacakanya surah al-Fath tersebut dengan makna, agar sianak yang di sunat diberi
keberkahan dalam acara sunatan serta dijadikan anak yang sholeh dan patuh
65
kepada orang tuanya, dan anak yang di sunat telah menang dalam mengalahkan
rasa sakitnya.
b. Surah al-Fath dipakai juga saat dalam acara selametan Nujubulan dan
aqeqah di Pulau Kelapa dipakai sama seperti acara selametan mauludan lainya
yang dimakanai dengan pembacaan surah al-Fath untuk member selamet kepada
orang tua dari si bayi yang di lahirkan dan selamet dalam menjalankan kelahiran
si bayi dari mulai mengandung dan melahirkan ke Dunia,serta Kemenangan
dalam artian “ Menang” dalam mengurus dan Melahirkan sibayi dan tidak ada
Musibah yang Menimpa kepada si ibu.
c. Surah al-Fath juga digunakan dan dipakai hingga sekarang dalam acara
selametan Pengantin ( hajatan Pengaantin ) dalam surah al-Fath yang dipakai
dalam rangkaian acara yang ada digunakan juga dalam bentuk dan maksud yang
tak lain bertujuan agar kedua mempelai serta keluarga mempelai baik laki-laki dan
perempuan di beri Keselametan dalam artian “menang” kedua mempelai melepas
anak-anak mereka dengan penuh kegembiraan tidak ada halangan dalam acara
pernikahan anaknya maupun acara hajatan.
B. Saran
Penelitian tentang Praktek Pembacaan surah al-fath dan at-Taubah dalam
Rangkaian Riwayat Maulid Nabi ,salah satu Living Qur’an yang harus dikaji.
Sedangkan, masalah yang ada di Pulau Kelapa tentang surah Al-Fath Praktek
surah Al-Fath di Pulau Kelapa yang masih ada sampai saat ini dengan dibacakan
ayat 1 sampai 5 dan juga surah lain seperti At-taubah ayat 128 dan Al-ahzab ayat
56 dengan tujuan untuk menjaga tradisi dari orang terdahulu yang tinggal di
Pulau Kelapa.
Sehingga, semakin hari dapat menjadi proses menuju pengalaman al-
Qur’an sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Al-Qur’an kembali kepada fungsi
sebenarnya. Dan menjadi pedoman Kehidupan untuk menggapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
66
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2015.
Ahmad, Fathurrobani. Pembacaan Ayat-Ayat Al-Qur’ān Dalam Tradisi Senenan
Thariqah Qadariyah Wa Naqsabandiyah (Studi living Qur’an Di Desa
Cukir Kec.Diwek Kab.Jombang) Skripsi S1 Fakultas Usuluddin dan
Pemikiran Islam. Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga, 2016.
Ali, Muhammad. Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadith
vol.4,no.2. Jakarta: Journal of Qur’an an Hadith Studies, 2015.
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Imdatu Tafsir An Hifdzi Ibnu Katsir. Jakarta:
Darussunnah, 2014.
Creswell, John. Penelitian Kualitatif & Field Research. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2015.
Daniel L. Pals, Seven Theories of Relegion, terj. Inyiak Ridwan Munzir dan
M.Syukuri. Bandung: Mizan Media Utama.
Daniel L. Pals, Seven Theories of Relegion, terj. Inyiak Ridwan Munzir dan
M.Syukuri. Yogyakarta: IRCiSoD, 2011.
Departemen Agama RI. Al–Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Rineka Cipta,
2002.
Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Social. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Faizi, Hamam. Mencium Dan Nyunggi Al-Qur’an: Upaya Pengembangan Kajian
Al-Qur’an Melalui Living Qur’an, vol. 4, no. 1. Jakarta: Suhuf, 2012
67
Fathurrobani, Ahmad. Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur’an Dalam Tradisi Senenan
Thariqah Qadariyah wa Naqsabandiyah: Studi Living Qur’an di Desa
Cukir Kec.Diwek Kab.Jombang. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016.
Firman, Andi. Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin. Skripsi S1
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
Fitrati, Yuyun Jahaoi. Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan Sebelum Dan
Setelah Bangun Tidur Di Pondok Pesantren Matholi’ul Hikmah-Brebes.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.
Ida Qurrota A’yun, Mujahadah Ayat-Ayat Syifa Malam Jum’at Kliwon: Studi
Living Qur’an Di Ponpes Al-Hikmah 1 Brebes. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2013.
Lestari, Leni, Tradisi Pembacaan Surah As-Sajadah Dalam Salat Subuh Hari
Jum’at Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Jakarta Selatan (Stud Iliving
Hadis). Semarang: Universitas Islam Negri Walisongo. 2018.
Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 1997).
Mansur, M., dkk. Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an
Yogyakarta: TH-Press, 2007.
Masruroh, Umi. Tradisi Rebo Wakasan dalam Kajian Living Qur’an di desa
Pakuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo, vol.1,no.2.
Yogyakarta: Qaf, 2017.
Moh Fadil. Pengaruh Kegiatan Membaca Surah Yasin. Surabaya: UIN Sunan
Ampel, 2017.
Moh Fakih. Pembacaan Yasin Dalam Penanaman Akhlak Masyarakat.
Tulangagung: IAIN Tulungagung, 2010.
68
Muhtador, Mohammad. Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahad, vol.8, no.1
Jakarta: Jurnal Penelitian, , 2014.
Mujahidin, Anwar. Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Sebagai
Jimat Dalam Kehidupan Masyarakat Ponorogo, vol. 10, no.1. Kalam:
Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 2014).
Perpustakaan Nasional RI. Jami’ Al Bayaan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an, 19 jld.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Rafiudin. Pembacaan Ayat-Ayat Al-Qur’ān Dalam Upacara Peretkandung:-
Living Qur’an Di Desa Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep
Madura. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2013.
Rajo, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan.
Jakarta: Grasindo, 2010.
Sanapiah, Faisal. Format-Format Penelitian Sosia. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Shihab, M. Q Uraish. Tafsiral-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’ān.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sholehah, Isnani. Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari Al-Qur’an Dalam Tradisi
Mujahadah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Ulya, Ibrizatul. Pembacaan 124.000 Kali Surah Al-Ikhlas dalam Ritual Kematian
Di Jawa. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017.
Wijaya, Aksin. Arah Baru Studi Ulum AL-Qur’an: Memburu Pesan Tahun di
Balik Fenomena Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan 1, 2009.
69
Yusuf, Muhammad, Dkk. Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an.
Yogyakarta:TH-Press, 2007.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Ustadz Wilin
Alamat Pulau Kelapa RT/RW 05/03
Usia 70 tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki
Agama Islam
Suku Jawa
Pekerjaan Penceramah
Pendidikan Ponpes salafi
Saya : “Bagaimana praktek pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan di pulau
kelapa?”
Informan: “ إنا فتحنا لك فتحا مبيناkan? Iya paling hanya maulud perempuan yang pake surah al-
fath yah laki-laki mah engga di pake .yah karena tidak di pake karena tidak dibiasakan
disini buat lelaki,tapi kalo Jakarta masih di pake ,terus kalo arak penganten gk
pake,Cuma sholawat doang,pake yang” allahumma sholli ala Muhammad langsung jalan
dah di arak.yang pake itu yah mauludan jadi yah Cuma maulued
perempuan aja yang selalu baca al-fath itu “
Saya: “Acara keagamaan apa saja?
Informan: “Tetep yang dipake itu yah maulud ,tapi kalo di pulo panggang beda yah itu di pake
laki perempuan surah al-fath itu,cuman disini aja kalo yang pake al-fath itu perempuan
kalo di sini (pulau kelapa) ,yang pake ا إن “ itu “ mauled perempuan,baik
itu aqeqah.mauludan. walimah khitanan, pengantenan (walimatul ursy) itu di pake surah
al-fath “ اإنا ”
Saya: “Apa saja kombinasi /surah lain yang di pakai sebelum pembacaan surah al-fath ?atau
rawi yang dibaca?rawi apa itu?”
Informan: “nah itu awal dari rawi,al-fath dulu baru baca rawi ada surah lainya ,pake al-fatihah
terus langsung marhabanan”
Saya: “Apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan: “Kalo “ itu hanya buat perempuan semua di sini perempuan pake
lelaki mah tidak,tapi kalo di pulau panggang itu pake laki perempuan itu pake,Cuma di
sini aja yang maulud pake “ itu perempuan aja.yah gk tau dah emang„إ
udah dari dulunya kali.”
Saya: “Dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “Kalo seinget saya selama ini al-fath itu hanya di bacakan hanya mauled saja,yang
pokonya yang ada mauled aja ,kalo darii dulu sih kiyai-kiyai dulu ke pulau kelapa hanya
cermah aja ,yah itu dari barzanzi nah awalnya begitu,ada al-fathnya yah dari tahun 70an
lah kayanya pas saya ada di pulo kelapa.”
Saya: “Apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “Maksud dan tujuanya adalah untuk kita junjungkan nabi Muhammad dengan
bacaan-bacaan al-fath dan tujuan di bacakanya al-fath di pulo kelapa untuk merayakan
dan melepas anak dalam perkawinan menggembirakan yang sedang berbahagia sesuai
dengan makna al-fath itu sendiri, kemenangan atau menang.”
Nama : Maskur
Alamat : Pulau kelapa rt 04 rw 02
Usia : 57 th
Jenis kealamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pekerjaan : Guru SMP
Pendidikan : S1
Saya : “Bagaimana praktek pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan Pulau
Kelapa?”
Informan : “Yang saya tau maulud-maulud jadi kalo al-fath itu mah di baca sebelum baca jadi
baca al-fath dulu baru barzanzi biasanya ibu-ibu yang baca tapi saya sih belom
ngalami, kalo lelaki sih jarang saya kan laki-laki tapi katanya sih harus dibaca.”
Saya : “Acara keagamaan apa saja”
Informan : “Pokonya kalo barzanzi tuh yah diawali “ ” ini dipakenya surah al-fath
itu kaya nuzubulan,maulud penganten hajatan lah pokonya yah maulud-maulud aja
sunatan, yah mauled kelahiran anak”
Saya : “Apa saja kombinasi/sura yang di pake sebelum baca al-Fath?”
Informan: “Yah awalnya al-fatihah ,yah banyak lah kita khususin dulu buat yang meninggal,terus
kita hadiahkan buat nabi,nah baru dah tuh baca al-fath”
Saya : “Apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan : “Duh, kalo itu saya kurang tau,kaynya mah sih pulau panggang juga pake dah, yah
kurang tau dah saya di pulo laen pake apa gak.”
Saya : “Dari mana asal tradisi ini?”
Informan : “Awalnya saya gk tau sih kalo baca al-fath itu dulu kan saya jarang di pulo kelapa,
dari tahun 86 di atas 86 lah 87 kayanya saya baru ikutin barzanzi ada al-fathnya juga.”
Saya : “Apa maksud dan tujuan baca surah al-Fath?”
Informan : “Yah mungkin bermaksud untuk melepas anaknya nikahan dan sunatan dari hawa
nafsu jadi menang dalam artian menang telah melawan rasa sakit yang di sunat dan
tujuanya mungkin untuk menggembirakan.”
Nama: Ahmad Fudholi
Alamat: pulau harapan rt 03 rw 02
Umur: 42 tahun
Agama: islam
Jenis kelamin: laki-laki
Pekerjaan: SLTA
Suku : Betawi
Saya : “Bagaimana praktek pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau
kelapa?”
informan: “Kalo baca al fath sih kalo kaga salah “ “itu sih ibu-ibu mauludan ,nah
biasanya ibu-ibu dah itu yang baca mauludan tuh pasti pake surah al-fath tuh.”
saya : “Acara keagamaan apa saja itu?”
informan : “Yah pokonya mauludan dah yah poko kata ini apakah aqeqah, nuzubulan, maupun
itu kawinanan, yah bahasa orang pulo itu mauled perempuan yang baca ibu-ibu itu
pasti dibawa.”
Saya : “Apa saja kombinasi/ surat sebelum al-fath?”
Informan : “Jadi gini kalo memang hadorot yah tetep al-fatihah ,baru itu dah itu al-fath nah yang
ada dibarzanzi aja dah tu di ikutin sesuai barzanzi yang “ “ إ
Saya : “Apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan: “Yah kayanya di pulo laen juga di pake dah tapi sepertinya di pulo laen itu laki-
perempuan dipake surah al-fath itu.”
Saya :”Dari mana asal tradisi ini?”
Informan : “Kalo yang ” ا إ “ itu memamng tradisinya seperti itu dari dulu udah
seperti itu ,saya kira bapak-bapak ajarkan seperti itu baca surah al-fath kaya begitu
dari orang tua kita dulu,mungkin sekarang mah bapak-bapak pengen ringkas jadi gk di
pake,Cuma kalo ibu-ibu masih dipake sampe sekarang.”
Saya : “Apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan : “Saya kira sih maksud dan tujuan dibacakan surah al-fath dalam selametan untuk beri
selamat kepada pengantin dalam acara perkawianan dan dy menang dalam menjaga
hawa nafsunya Tujuanyan agara si anak yang nikah dan sunat senang saya kira sih
seperti itu yah.”
Nama: Mahyudin
Alamat : pulau kelapa rt 03 rw 02
Umur: 45 tahun
Agama: islam
Jenis kelamin: laki-laki
Pekerjaan: PPSU
Pendidikan : SMA
Suku : Betawi
Saya :“Bagaimana praktek pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau
kelapa?”
Informan : “Di pakenya acara maulid aja sih biasanya di pake sama ibu-ibu kalo bapak-bapak sih
agak jarang-jarang gtu karena pengen simple.”
Saya : “acara keagamaan apa saja?”
Informan : “Yah kaya acara mauled Nabi, Nuzubulan, khitanan, mauled perkawinan yah tetep
pake “ ا ”
Saya : “Apa saja kombinasi /surat sebelum al-fath?”
Informan :“Tawasul dulu, sahabat baru barzanzi dah tu yang ada surah al-fatihnya, kalo
rentetannya,
sih ayat kursi dulu At-taubah, baru al-fath ,sholawat langsung rawi dah tuh
Saya : “Apakah hanya terjadi di pulau kelaapa saja?”
Informan : “pulo laen juga pake,pulo panggang,pulo pramuka, pulo tidung di pake semua dah di
kepuluan seribu.”
Saya : “Dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “iya dari dulu, orang tua kita dulu dari guru kita terdahulu udah ngajarin kaya gtu baca
surah al-fath yah kiyai dulu guru ngaji dulu gtu kaya namanya Hj.Dulhaq,ustaz safii,
nah beliau itu asal dari tanara, terus punya istri orang sini jadi ngajarin gtu dah tuh
surah al-fath tuh yah saya taunya dari tahun 90an lah saya mengikuti sampe sekarang,
taunya sih dari dulu tapi ngikutinya pas dari tahu 90an.”
Saya : “Apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?
Informan : “Bermaksud untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang kampung, bahwa si
anak telah resmi menikah dan di beri selametan, yang bertujuan buat pengantin dan
yang disunat bergembira senang dan bahagia.”
Nama: Umroh
Alamat: pulau kelapa rt 02 rw 04
Umur : 72 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Pendidikan: SR
Suku: Betawi
Saya : “Bagaimana Praktek Pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau
kelapa?”
Informan : “Prakteknya yah kalo acara maulid sih yah acara-acara maulid dah pengajian pake sih
tapi kalo kita lagi mau aja bergantian bacanya.”
Saya : “acara keagamaan apa saja itu?”
Informan : “yah aqeqahan, maulid kawinan, maulid khitanan nuzubulan paling yah acara maulid
–maulid aja sih.”
Saya : “apa kombinasi/surat sebelum baca al-fath?”
Informan : “tawasul dulu,hadorot yang sehat,dan sedang sakit terus yang sudah meninggal .terus
ikutin yang barzanzi tuh sholawat kalo kita perlu yasinan yah yasinan, berjamaah
abis yasinan istilahnya yah tahlil nah al-fath itu di pake yah mau maulidnya mau baca
barzanzi dah tuh maulidnya lah gtu.”
Saya: “apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan : “Yah di pulo panggang juga pake,pulau elang juga pake pulo seribu lah di pake, cuma
kalo pulo-pulo laen laki perempuan masih di pake.”
Saya: “Dari mana asal taridisi ini?”
Informan : “Kalo zaman dulu sih pakenya sarafal anam tapi sekarang mah pakenya barzanzi,
dari orang dahulu,turun-temurun iya pake ampe sekarang abis udah terbiasanya kaya
gtu jadi di bawa aja,yah mungkin dari guru- guru dahulu. Yah waktu itu kita masih
perawan nah kita ikut pengajian-pengajian gtu nah di kasih tau dah di barzanzi itu ada
surah al-fath nya harus di bawa.”
Saya: “Apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan : “Apa yah jaman dulu tuh agar kita dapat kegembiraan diberi kesalemetan, dan untuk
melepas dari orang tua bagi yang perkawinan.”
Nama : Jawiyah
Alamat : pulau kelapa rt 02 rw 04
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Suku : Betawi
Saya: “Bagaimana Praktek Pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau kelapa?”
Informan: “Prakteknya mah yah paling maulid aja di pake kalo maulud-maulud tuh baru di pake
surat al-fath nya.”
Saya: “Acara keagamaan apa saja?”
Informan: “Iya maulud nuzubulan, maulud sunatan, orang kawinan maulid Nabi.”
Saya: “Apa kombinasi surat sebelum al-fath?”
Informan: “Gak baca biasa aja baca al-fatihah dulu,tahlilaln paling, hadorot, abis itu baru dah
baca barzanzi yang ada al-fathnya ا “ ”
Saya: “Dari mana asal tradisi ini?”
Informan : “Dari dulu dari nenek moyang kita,udah puluhan taon dari zaman dulunya suruh baca
“inna fathna” baca barzanzi “ “ dah tuh kit abaca. Kalo taonya mah gak
tau dah udah lama soalnya lebih lah dari tahun 70an dari zaman dulu.”
Saya: “Apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan: “Yah di pulo laen juga pake baca surah al-fath tapi di kelapa di pake mulu.
Saya: “Apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “Yah kalo orang tua dulu sih maksudnya supaya anaknya bahagia terus biar kalo pergi
dengan suaminya agar selamet ,tujuan agar melepasnya dengan tenang.”
7. Nama : Nahrawi
Alamat : Pulau Kelapa rt 07 rw 03
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : lelaki
Pekerjaan : Guru agama ,Guru ngaji
Pendidikan : S.Ag UIN Jakarta
Suku : Betawi
Saya : “Bagaimana praktik pembacaan surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau
kelapa?”
Informan : “itu artinya kemenangan ,jadi di pulo iti biasanya di pake
kalo orang sini (panggilnya )maulud ,kaya maulud sunatan ,jadi di pakenya surah
al-fath. Artinyanya kesuksesan kemenangan jadi orang sunat itu biar selamet kalo
orang sini dinamakanya maulud.”
Saya : “acara keagamaan apa saja?”
Informan : “biasanya dibaca stelah pernikahan,karena pernikahan itu selamat,tidak apa-apa
tidak ada rintangan jadi dbacakanya surah al-fath,kaya sunatan, biasanya juga
aqeqahan,agak sering sih perempuan maulid perempuan yang baca.kalo lelaki
jarang.”
Saya : “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan : “al-fatihah,hadorot yang paling penting untuk ulama-ukama terdahulu,guru-guru
kita yang ada maupun yang sudah meninggal ,baru al-fath dan barzanzi yang ada
di barzanzi kita membacaakan itu.”
Saya : “apakah hanya di Pulau Kelapa saja?”
Informan : “khusunya tradisi ini , di pulau seribu ,pulau lain kayanya pake juga ,tapi kalo di
pulau kelapa selalu pake al-fath buat mauludan pernikahan,khitanan,nuzubulan.
Saya pernah juga sih lihat di bekasi itu dy,maulid nabi pake al-fath,tapi kalo acara
keagamaanya kurang tau dah.”
Saya : “dari mana asal tradisi ini ?”
Informan : “tradisi surat al-fath itu dari ulama-ulama zaman dulu, zaman dulu ulama yang
ada di pulo, dankarena itu bacaan baik,ajaran bagus,yah.. apasalahnya kita
ngikutin ajaran-ajaran baik,dan bacaan baik,suratnya juga baik,jadi kita ikutin
aja,kan kalo kita baca al-fath itu kan baca Qur‟an pahalanya sepuluh,jadi kita
ambul pahalnya,dan ngikutin ajaran-baik dari orang dulu,dan ulama-ulama
terdahulu ,jadi kita ikutin ampe sekarang.”
Saya : “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan : “artinya kan kemenangan, bermaksud kesuksesan keselamatan yang sudah di
sunat demikian juga yang sudah nikah, bertujuan agar tidak ada halangan apa-apa
bagi yang menjalaninya sebagai tanda syukur maka di bacakanya surah al-fath.”
8. Nama : Hj. Mardiyanah
Alamat : pulau kelapa Rt 01 Rw 01
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : aliyah
Suku : Betawi
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagmaan pulau kelapa?”
Informan: “kalo kegiatan rangkaian surah al-fath mah dipakenya orang maulid pasti pake “
pasti itu di pake.”
Saya : “acara keagamaan apa saja ?”
Informan: “entah maulid nikahan,maulid sunatan,aqeqahan, sebeenernya mah kalo gak di pake
juga yah gak apa-apa, tapi di sini di pake,dan yang pake maulid perempuan kalo laki-
laki mah jarang pake.”
Saya: “apa kombinasi atau surat sebelum al-fath?”
Informan: “hadorot ke nabi, al-fatihah, udah gitu pake sholawat baru dah di pake barzanzi “
al-fath dah tuh.”
Saya: “apakah hanya di pulau kelapa saja?”
Informan : “tidak juga, Pulau Tidung juga pake, tapi kalo di pulo Tidung mah di panggilnya
„rosulan‟ ya kan maulidan, kalo kita kan maulidan (di Pulau Kelapa) di pulo
Panggang juga pake di Kepulauan Seribu dah pake.”
Saya: dari mana asal tradisi ini ?
Informan: “iya itu memang dari dulu itu mah kalo setiap orang nikah ,kalo acara maulud tuh
kaya gitu, sebenernya mah tanpa pake itu juga gak jadi masalah ,tapi karena ini mah
udah tradisi jadi kita pake aja ,dan melepas anak itu harus pake baca doa-doa lah gtu,
di katakana wajin yah tidak jadi yah dari zaman dahulu baca itu al-fath ,taunya paling
dari tahun 87an lah tau maulud-maulud gtu. Tapi sebelumnya orang pulau kelapa itu
baca sarafal anam bukan barzanzi, nah baru sekarang pake barzanzi dan tuh rawi gtu.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “maksudnya yah kita melepas dengan baik di bcakanya surah al-fath yang bertujuan
agar si pengantin dan yang di sunat di beri kesalemetan dari Allah.”
9. Nama : Maryani Marzuki
Alamat : pulau kelapa RT01 Rw 02
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : prempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Suku : Betawi
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau kelapa?”
Informan : “yah prakteknya mah setiap maulid aja maulid perempuan pake bacaan “
Saya: “acara keagamaan apa saja ?”
Informan: “kalo acaranya maulid perempuan, kawinan, sunatan, nuzubulan.”
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan: “yah al-fatihah, hadorot „ ya robbi sholli ala muhammad‟ buat nabi, sholawat baru dah
baca al-fath yang ada di barzanzi.”
Saya: “apakah hanya di pulau kelapa saja?”
Informan: “yang saya tau sih hanya di pulau kelapa aja ,tapi kayanya di pulau-pulau laen juga
pake, dan pulau harapan kayanya pake tapi jarang, kalo di kita (pulau kelapa) pake
terus.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “yah dari saya tahun 86an sih dari saya perawan ikut-ikut pengajian terus di bawa tuh
surah al-fath „inna fatahna‟ yah itu dari zaman dulu, udah tradisi dulu mah masih pake
sarafal anam, tapi sekarng udah di ganti barzanzi, dulu itu maulid perempuan di
ajarinya, sama ibu Hj. Ida dari Jakarta baca maulid waktu 45 tahun yang lalu, jadi
udah di ajarinya kaya gtu baca itu setiap maulid ,yah kita ikutin dan sampe sekarang
dan karena al-fath itu artinya „kemenangan‟ jadi bagus lah buat kita amalin.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “bermaksud supaya anaknya diberi keberkahan dalam menikah dan keselametan
dalam rumah tangga ,tujuan melepas anak dengan selametan biar senang itu sih kata
orang tua dulu ngajarinya.”
10. Nama : Khaerullah Bin Marzuq
Alamat : Pulau Kelapa RT07 Rw 03
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiun swasta
Suku : betawi
Saya: “bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan di Pulau Kelapa?”
Informan: “acara untuk kelahiran rosul, malid nabi jadi di pakenya al-fath, karena kan itu
rahmatan lil‟alamin.”
Saya: “acara keagamaan apa saja?”
Informan: “yang saya tau sih Cuma maulid-maulid aja soalnya saya jarang ikut maulid paling
juga kawianan paling sunatan kali ,kan biar anaknya berakhlak,dan untuk juga
maunya sih kalo emang di baca,yah di baca.”
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan: “yah paling tawasul, terus sholawat hadorot buat nabi, baru dah baca barzanzi,
barzanzi yang di baca nassar, terus al-fath. Pake al-taubah juga ayat terakhir.”
Saya: “apakah hanya di Pulau Kelapa saja?”
Informan: “kayanya di pulau-pulau laen juga pake dah, kalo barzanzi mah dan lafathnya juga.
Karena kan itu bacaan dari al-Qur‟an dan bagus jadi dipake.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “itu sih dari zaman dulu emang pakenya surah al-fath barzanzi yang di pake barzanzi
„nassar‟ udah tradisi turun–temurun baca „ ‟dan memmang sejak di
selenggarakan maulid aja sebelum lahir juga itu udah ada dari tahun 90an lah saya tau
baca itu.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?
Informan: “apa yah…orang duku sih orang tua kita dulu ajarinya biar kalo di ajak sama
suaminya bahagia hidupnya, tujuanya agar melepas dengan selametan supaya berkah
gtu paling.”
11. Nama : Aspandiar Abdulhai
Alamat : pulau kelapa RT 08 Rw 02
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin: laki-laki
Pekerjaan : Guru smp
Pendidikan : PAI (bergelar S.Ag)
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau kelapa?”
Informan: “acara keagamaan yang di pake surah al-fath “ ” paling acara maulid-
maulid.”
Saya: “acara keagamaan apa saja?”
Informan: “paling yang masih di dalam surah al-fath “ نا di pakenya buat maulid
pernikahan, suanatan, nujubulanan, kaya potong rambut gtu apa tu, akekah yah..? nah
iya itu di pakenya acara itu.ا
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum surah al-fath?”
Informan: “jadi yah seperti biasa,tawassul atau al-fatihah, hadorot kepada nabi Muhammad, terus
ada bacaan ayat Qur‟an kaya ayat kursi at-taubah, nah terakhir barzanzi ada al-fath
juga, baru setelah itu marhabanan.”
Saya: “apakah hanya di pulau kelapa saja?”
Informan: “di pulau-pulau laen juga di pake kaya pulau Panggang, Pramuka itu di pake.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “jadi tahun 70an perkembangan di pulau itu adalah barzanzi,tatkala masuk sudah
berkembang-berkembang semakin maju sekitar tahun 80an datenglah dan di
undanglah ustazah-utazah untuk acara maulid perempuan untuk ceramah,mauludan
anaknya sunata,sehingga utazah itu membawa surat „inna fathna‟ dan „lakod jaakum‟
sampai tuntas, sehingga marhabanan laki-laki dan perempuan sanggat berbeda. Kalau
laki-laki pake marhabanannya pake dari tradisi banten, dan nada serta lafdz banten,
tapi kalo ibu-ibu di sini sudah pake nada dan tradisi Jakarta, karena ustazah tadi
mengembangkan seni bacaan barzanzi di pulau dan ibu-ibu belajar dengan ustazah
tersebut, dan ustazah tersebut sering di undang dalam acara maulud-maulud seperti
khitanan, perkawinan.”
Informan: “maksudnya adalah:
Bertawasul kepada rosululllah
Kepada pengarang kitab barzanzi rasa hormat atas jasa dan karya semoga mendapat
cucuran rahmat dari allah SWT.
Mendoakan ruh pada orang tua yang punya hajat dan orang-orang mukmin mukminat
semoga mendapat ampunan dari allah.
Bertujuan untuk
Mendoakan niat shohibul hajat semoga diberikan keselametan,kesehatan dan
keberkahanya.sehingga kaitan dengan surah al-fath dan surah al-fatihah adalah saling
terkait yakni pembukaan dan bisa di artikan kemenangan intinya adalah
keselametan.”
12. Nama : Salma
Alamat : Pulau Kelapa Rt 06 rw 04
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga /majlis ta‟lim
Pendidikan : SD
Suku : betawi
Saya: “Bagaiman praktek surat al-fath dalam kegiatan keagamaan Pulau Kelapa?”
Informan: “yah kalo prakteknya mah kaya maulud-maulud aja pake “ إنا فتحنا لك فتحا مبينا” di
pakenya sunatan, kawinan.”
Saya: “acara keagamaan apa saja?”
Informan: “acara maulud perempuan kaya sunatan,kawinan, nuzubulan yah pokonya yang cara
maulud aja.”
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan: “al-fatihah hadorot-hadorot yasin, م
821 baru barzanzi sholawat dah pakenya sarafal anam.”
Saya: “apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?
Informan: “Pulau Panggang, Pulau Tidung, Pulau Pramuka juga pake tapi mereka mah beda
nada.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “itu dari zaman dulu,zamn nabi lah,tapi kit abaca al-fah itu “ ” dari
zamn dulu udah ada di pulo kelapa. Jadi ikutin aja sampe sekarang udah tradisi.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “yah supaya anak kita senang dalam berumah tangga ,tujuan baca al-fath agar melepas
dengan senang hati.”
13. Nama : Rahmat
Alamat : pulau kelapa RT 03 Rw 04
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan : SD
Suku : Betawi
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan Pulau Kelapa?”
Informan: “acaranya kalo buat maulud pakenya baca “ kalo maulud perempuan ”إ
pakennya surat itu ”
Saya: “acara keagamaan apa saja?”
Informan: “yah paling maulud-maulud kaya penganten,sunatan,nuzubulan yah itu paling di pake
surat al-fath.”
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan: “pertama al-fatihah , hadorot-hadorot buat nabi,terus baru dah baca barzanzi yang ada
al-fath nya itu sholawat dah.”
Saya: “apakah hanya terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan: “di Pulo Panggamg, Pramuka itu pake semua surat al-fath Cuma kayanya beda nada.
Yah paling bagus nadanya lagunya yah di Pulau Kelapa di banding pulau-pulau
lain.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “dari dulu tum ah kalo baca surah al-fath “ ” kalo awalnya mah kurang
tau dah soalnya gua mah anak baru sekarang jadi kaga tau dah kalo dulunya mah
siapa,yang gua tau sih ada yang ngajarin namanya Hj. Nurjali tapi udah meninggal,
yah masih di pake sampe sekarang.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “bermaksud membacakan surah al-fath agar gembira, tujuannya kan dia menang
dalam apapun buat yang nikah.”
14. Nama : Munaroh
Alamat : Pulau Kelapa Rt 03 Rw 02
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin: perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Suku : betawi
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau kelapa?
Informan: “yah acaranya, acara maulid-maulid, kaya maulid khotanan, maulid perkawianan,
maulid nuzubulalan. Kaya aqeqah juga dah pake.”
Saya: acara keagamaan apa saja?
Informan: maulud-maulud ,perkawianan,khitanan.nuzubulan,aqeqah
Saya: apa kombinasi/surat sebelum al-fath?
Informan: “pertama al-fatihah buat nabi, hadorot terus “ya robbi sholli” baru barzaznzi “
baru marhabanan dah.”
Saya: “apakah terjadi di pulau kelapa saja?”
Informan: “iya Cuma di pulau seribu aja,di pulo panggang,pulo tidung,pulopramuka juga
pake,Cuma beda nada,enakan nada pulo kelapa baca barzanzinya,kalo kite kan pake
lagunya nada ROS ,kalo pulau laen kaga tau dah kaga enak di denger,tapi tetep pake
“ ”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “yah dari orang dulu dari semejak saya kecil itu udah di pake “ ”nitu
mah dari dulu sampe sekarang . Cuma dulu mah pake bacaannya bukan barzanzi tapi
„srafal anam‟ perempuan itu buat yang cetusin adanya maulud perempuan enyak
saya ( hj. Maryani) dulu tuh dy yang cetusin adanya maulud perempuan. Di pakelah
sampe sekarang beserta bacaan-bacanya tuh kaya “ inna fatahna”.
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “yah kata orang tua sih biar anaknya berkah nikahanya ,tujuanya melepas agar bahagia
dalam perkawinan di beri selametan dari segala macem godaan.”
15. Nama : Markim
Alamat : Pulau Kelapa Rt 01 Rw 01
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan : SD
Suku : sunda
Saya: “Bagaimana praktek surah al-fath dalam kegiatan keagamaan pulau kelapa?
Informan: “oh..acara maulud-maulud –maulud biasa kaya maulud penganten,suanatan kita
pakenya itu biasa kalo pake „inna fatahna‟ pake barzanzi”
Saya: “acara keagamaan apa saja itu?”
Informan: “mululid nabi, maulud abis nikah,maulid khitanan,nuzubulan nah itu kalo yang
sering di pake acaranya.”
Saya: “apa kombinasi/surat sebelum al-fath?”
Informan: “kita pembukaan al-fatihah, hadorot, al-jannatu, wa ba‟du, wa kana baru al-fath “
terus sholawat, udah gtu baru marhabanan.”
Saya: “apakah hanya di pulau kelapa saja?”
Informan: “kayanya di pulau lain juga pake ah,pulo Tidung, pulo Pramuka, pulo Panggang
kayanya pake.”
Saya: “dari mana asal tradisi ini?”
Informan: “yah itu mah udah dari dulu udah dari zaman dulu, pas saya masih di sini juga itu
udah ada bacaan „ ‟ kaya gtu udah ada dari dulu, dan udah diajarin di
pulo Kelapa, dan itu kan ajaran dari nabi Muhammad jadinya baik untuk kita ikutin.”
Saya: “apa maksud dan tujuan baca surah al-fath?”
Informan: “ tujuanya melepas anak dengan kemenangan dengan kegembiraan dan maksufnya
agar naka bahagia sunatan maupun nikhahan.”
„
PROFIL PULAU KELAPA ( KELURAHAN PULAU KELAPA)
A. Kondisi Pulau Kelapa
Kelurahan Pulau kelapa merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari gugusan pulau-
pulau kecil sebanyak 36 pulau, dimana dua pulau di peruntukan untuk pemukiman yaitu pulau
kelapa dan pulau kelapa dua, pulau di peruntukan untuk peristirahatan sisanya untuk PHU,
pariwisata,SPTN Wilayah 1, Ekplorasi Minyak, Airstriep. Pulau Kelapa terdiri dari 4 Rw dan 28
Rt, semuanya merupakan pemukiman penduduk, pulau kelapa dua terdiri dari 1 RW. Dan 3 RT.
Penduduk pulau kelapa bermata pencarian, nelayan, pedagang, perkantoran dan persewaan dari
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Sedangkan untuk pulau kelapa dua mayoritas
penduduknya bermata pencarian nelayan da nada juga sebagian penduduk yang berja sebagai
pedagang tour gaide untu perjalanan praiwisata yang datang ke pulau kelapa .dan banyak juga
yang berjualan warga asli Pulau kelapa seperti cemilan dan masih banyak lagi. Dan ada juga
terdapat lapangaan bola ada juga taman bermain untuk warga pulau kelapa serta bermain yang
dinamakan (RPTRA) Rumah penduduk taman rakyat ada pula permainan khusu untuk anak-
anak.
B. Sejarah Pulau Kelapa
Pulau Kelapa merupakan salah satu pulau di wilayah Kepulauan Seribu.Menurut cerita
asal mula dinamakan Pulau Kelapa karena dahulunya pulau tersebut banyak di tumbuhi pohon
kelapa.Penduduk yang menghuni Pulau Kelapa sangat heterogen, didominasi oleh orang-orang
Betawi, Banten, Bugil, Jawa, Sumatera dan etnis lainnya.
Dulunya Pulau Kelapa terpisah dengan Pulau harapan.Sekitar tahun 1950-an, dibangun jalan
yang menghubungkan antara kedua pulau tersebut sepanjang 200 meter.Tujuan pembangunan
jalan tersebut adalah untuk mempermudah akses transportasi karena saat itu terjadi migrasi
masyarakat Pulau Kelapa ke Pulau Harapan karena kesadaran penduduk Pulau Kelapa yang
cukup tinggi.
Mata pencaharian penduduk Pulau Kelapa sebagian besar adalah nelayan.Transportasi laut
didominasi kapal ojek dengan tujuan yang bermacam-macam seperti Muara Angke, Muara
Kamal, Kronjo sedangkan dengan tujuan Marina Ancol menggunakan Kapal Kerapu atau
predator. adanya pulau kelapa berdasarkan cerita dari orang tua di sana dan yang lebih tahu,
pulau kelapa awalnya hanya pasir pepohonan yang tumbuh dan pulau kelapa hanya benerapa
warga saja yang sudah menetap di pulau kelapa,dan karena letaknya ada din di teluk Jakarta
terjadinya nama Pulau Kelapa itu ada sebuah kapal besar yang dimana kapal itu berisikan orang
jepang ia menamakan pulau itu adalah pulau kelapa dan banyak pohon kelapa di pulau itu ada
juga ceritanya orang jepang itu menyanyikan lagu untu pulau kelapa yang sekarang di kenal
sebagai Rayuan Pulau Kelapa hingga saat ini dari zaman jepang menetap di Pulau seribu
khusunya di Pulau kelapa ada peninggalan jepang yang dinamakan “Pulau jepang” yang dimana
isinya di Pulau itu terda[at barang-barang yang di simpan seperti sepatu,senapan angin dan baju-
baju serta tas yang di tinggalkan orang jepang,tapi berjalanya waktu ada sebagian orang cina
datang ke pulau jepang dan membeli pulau itu lalu di gantinya pulau itu menjadi “Pulau cina”
hingga sekarang di kenal menjadi “Pulau cina” 1
C. Letak Geografis Pulau Kelapa
Dilihat daria letak geografisnya, pulau kelapa berada padda posisi 05 derajat 39’14”LS
dan 106 derajat 34’08”BT. Pulau ini secara administrative berada di wilayah kelurahan Pulau
Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu,
Provinsi DKI Jakarta. Pulau dengan luas 13,09 ha ini merupakan pulau berpenduduk yang
dijadikan pusat pemerintahan kelurahan pulau Kelapa. Pulau yang menjadi pemukuman padat
penduduk ini terletak pada Zona Pemukiman Taman Nasional Kepulauan Seribu.Kelurahan
pulau kelapa membawahi 36 pulau di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang masing-
masing peruntukan sebagai daerah pemukiman, pariwisata, zona inti perlindungan, dan cagar
alam.Pulau Kelapa dan pulau harapan dihubungkan oleh jalan yang terrbuat dari beton yang
merupakan hasil reklamasi. A. Letak Geografis
Secara geografis kelurahan pulau kelapa terletak di kepulauan seribu Jakarta utara dengan luas
wilayah 258,47 Ha dengan batas wilyah berikut
1 Wawancara pribadi dengan Mahyunin ,Pulau kelapa, 1 februari 2019.
Sebelah utara adanya pulau berbatasana dengan laut jawa
Sebelah selatan berbatasan dengan pulau panggang
Sebelah barat berbatasan dengan laut jawa
Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan pulau harapan
a. ketinggian tanah dari permukaan laut
b. tanah yang dipergunakan taman beemain RPTRA
(ruang public terbuka rumah anak )
c. tanah yang dipakai untuk TPU
tanah permukiman rakyat
+ 1 s/d 1,5 meter
3000
Meter
Hektar
Banyaknya Pulau dan Luas
No Nama Pulau Luas( Ha) Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
P. Dua Barat
P. Lipan
P. Sebaru Kecil
P. Kapas
P.Bundar
P. Hantu Timur
P. Hantu Barat
P. Pabelokan
P. Iyu Kecil
P. Iyu Besar
P. Saktu
P. Kelor Timur
P. Kelora Barat
P. Cina
P. Jukung
7,93
6,26
16,60
-
1,28
19,95
10,56
10,50
5,11
6,38
16,07
3,73
2,30
3, 14
11,03
PHU
PHU
Rehabilitas
Peristirahatan
Peristirahatan
Pariwisata
Pariwisata
Eksplorasi Minyak
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peternakan Ikan Kakap
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
P. Melinjo
P. K A Melintang
P. Melintang Besar
P. Melintang Kecil
P. Tongkeng
P. Panjang Bawah
P. Kayu Angin Putri
P. Putri Barat
P. Putri Gundul
P. Macan Kecil
P. Matahari
P. Genteng Besar
P. Genteng Kecil
P. Kayu Angin Genteng
P. Panjang Kecil
P. Panjang Besar
P. Kelapa Dua
P. Kelapa
P. Kaliage Besar
P. Kaliage Kecil
P. Semut Kecil
11,11
0,77
16,48
6,54
3,36
9,00
0,98
8,29
6,98
0,82
6,13
24,76
5,58
0,44
0,39
12,92
1,90
13,09
6,46
1,05
0,58
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Pariwisata
Pariwisata
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Airstriep
Pemukiman, Peternakan Ikan &
SPTN Wilayah I Pulau Kelapa
Pemukiman
Peristirahatan
Peristirahatan
Peristirahatan
Jumlah 258,47
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1986
tahun 2000 tanggal 27 Juli 2000 tentang Pemecahan, Pembentukan, Penetapan Batas dan Nama
Kelurahan – Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Wilayah Kotamadya Jakarta Utara,
untuk Kelurahan Pulau Kelapa dengan rincian sebagai berikut.
Luas Wilayah Kelurahan Pulau Kelapa 258,47 Ha dengan batas-batas :
1. Utara : 05 10 00 LS ( Laut Jawa)
2. Timur : 106 26 00 BT (Kelurahan Pulau Harapan)
: 106 27 10 BT
: 106 34 17 BT
: 106 34 30 BT
3. Selatan : 05 41 41 LS ( Kelurahan Pulau Panggang)
4. Barat : 106 19 30 BT ( Laut Jawa )
Ketinggian tanah dari permukaan laut : ± 1 s/d 1,5 meter
Banyaknya curah hujan : ± 400 mm
Topografi : -
Suhu udara rata-rata : ± 28º s/d 32º
Jarak dari Pusat Kantor Kec. Kep. Seribu Utara : ±1 Km
Jarak dari Pusat Kantor Kab Adm. Kep. Seribu : 10 Km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Prov. DKI Jakarta : 84 Km
D. Kependudukan Pulau Kelapa
Pulau ini dihuni oleh 5.795 orang penduduk dengan jumlah kepala keluarga 1.543
KK.Penduduk Pulau Kelapa sebagian besar merupakan pendduduk asli pulau yang terdiri dari
berbagai macam suku yakni Bugis, Mandar, Betawi dan Jawa.Masyarakat setempat
menggunakan bahasa khas kepulauan Seribu yang merupakan perpaduan bahasa dari suku-suku
tersebut.Selain itu, masyarakat memiliki adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat
kepulauan pada umumnya yaitu pesta rakyat yang dipengaruhi kebudayaan bugis.Masyarakat
pulau kelapa seluruhnya memeluk agama.Agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat pulau
Kelapa adalah Islam.Hal tersbut dibuktikan dengan berdirinya satu masjid Jami dan beberapa
mushola. Tidak ditemukan rumah ibadah agama lain. Mayoritas penduduk memeluk Islam
memuncculkan pengaruh kebiasaan masyarakat pulau kelapa dalam beradat-istiadat dan budaya.
Penduduk pulau Kelapa sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan tangkap dan
budidaya.Kelembagaan yang ada yaitu PKK, Karang Taruna, Kelompok Usaha Berssama
(KUBE), dan Pramuka. Kendala yang dialami yaitu tidak berjalannya KUBE usaha kerupuk ikan
yang telah dibina oleh pemerintah daerah karena minimnya permodalan, pasokan bahan baku
dan pemasaran produk.
Keadaan Tofografi pulau kelapa dilihat secara umum keadaanya merupakan lautan yang
sangat luas dan terdiri pulau-pulau kecil sebanyak 36 pulau,dimana dua pulau diperuntukan
untuk pemikiman yaitu pulau kelapa dan pulau kelapa dua, dalam hal ini penduduk pulau kelapa
bermatapencarian nelayan.pedagang,perkantoran dan persewaan dari penegembangan pariwisata
berbasis masyarakat. Sedangkan pulau kelapa dua mayoritas pednduduknya bermata
pencaharian nelayan.
Secara administratif pulau kelapa teramsuk dalam wilayah provinsi daerah khusus
ibukota Jakarta nomor 1996 tahun 2000 27 juki tentang pemecahan ,penetapan dan pembentukan
batas dan nama kelurahan –kelurhan di kecamatan kepulauan seribu eilayah kotamadya Jakarta
utara. Pulau ini merupakan salah satu desa yang berpotensi dan didukung oleh kondisi yang baik,
dan dilihat secara umum keadaanya merupakan daerah luasnya lautan jawa dengan pulau-pulau
yang lumayan banyak dan dekat-dekat .
Perbatasan sebelah timur dengan pulau kelapa adalah kelurahan pulau harapan ,sebdelah
utara berbatasan dengan LS laut jawa yang sangat luas ,sebelah selatan berbtasan dengan
kelurahan pulau panggang, sebelah barat berbatasan dengan BT laut jawa, sedangkan lama jarak
ke kecamatan kelurahan pulau kelapa 1 km dengan berjalan kaki, jarak dari pulau kelapa ke
kabupaten pulau seribu 10 km melalui perahu nelayan, jarak pulau kelapa ke pusat pemerintahan
provinsi DKI Jakarta 84 km menggunakan kapal laut.
Dengan jumlah penduduk yang ada di kelurahan pulau kelapa 1.721 orang, dengan
jumlah laki-laki 1.489 orang dan perempuan 232 orang, dengan jumlah kepala keluarga 1.865
kk.
Untuk luas wilayah pulau kelapa menurut kelurahan pulau kelapa 258,47Ha,luas tanah kuburan
2000 hektar mayoritas masyarakat desa pulau kelapa mata pencaharian pokoknya adalah
nelayan.
Kepadatan dan persebaran Warga Pulau kelapa
Persebaran penduduk pada warga pulau kelapa secara merata, secara tertib dan beraturan
jumlah penduduk pulau kelapa pada setiap rukun tetatangga (RT) akan tetapi setiap rukun
tetangga dari hasil data yang di dapat di ambil dari setiap (RW
E. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
Jumlah Penduduk di Tiap RW
No RW
KK
Jmh
Jumlah Penduduk
Jmh Lk Pr
Dewasa Anak-Anak
Lk Pr Lk Pr
1 01 339 40 379 332 302 393 352 1.379
2 02 353 51 404 337 336 384 445 1.502
3 03 410 63 473 330 436 440 399 1.605
4 04 387 78 465 442 434 442 453 1.771
5 05 116 28 144 138 82 107 97 424
Jumlah 1.605 260 1.865 1.579 1.590 1.766 1.746 6.681
Jumlah Kepala Keluarga di wilayah Kelurahan Pulau Kelapa dalam bulan ini sebagaii berikut :
Kepala Keluarga ( KK ) Laki-laki : 1.605
Kepala Keluarga ( KK ) Perempuan : 260
Kepala Keluarga ( KK ) WNA : ____________+
Jumlah : 1.865
Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk warga pulau kelapa cenderung meningkat di setiap tahunya karena
adanya julah kelahiran dan danya orang-orang prantauan yang menetap di pulau kelapa
dan kematian lebih kecil di bandingkan angka kelahiran dan orang perantauan.
Nama Pulau yang berpenduduk dan Kepala Keluarga
No Nama Pulau
KK
Jmh
Jumlah Penduduk
Jmh Lk Pr
Dewasa Anak-Anak
Lk Pr Lk Pr
1 Pulau Kelapa 1.489 232 1.721 1.441 1.508 1.659 1.649 6.257
2 Pulau Kelapa Dua 116 28 137 138 82 107 97 424
Jumlah 1.605 260 1.865 1.579 1.590 1.766 1.746 6.681
Mobilitas Penduduk pada per bulan
Mobilitas penduduk dalam bulan ini sebagai berikut :
No RW
Lahir Mati Pindah Datang
Ket
Lk Prem Lk Prem Lk Prem Lk Prem
1 01 - 1 - 1 1 2 - 1
2
3
4
5
02
03
04
05
-
-
-
-
1
2
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
1
-
-
3
-
2
-
2
-
2
-
Jumlah - 5 - 1 3 3 5 5
Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
No Umur
WNI
Jumlah
WNA
Jumlah
Jumlah
Seluruh Lk Pr Lk Pr
1 0 – 4 427 445 872 - - -
872
2 5 – 9 322 324 646 - - -
646
3 10 – 14 334 332 666 - - -
666
4 15 – 19 291 296 587 - - -
587
5 20 – 24 322 288 610 - - -
610
6 25 – 29 276 280 556 - - -
556
7 30 – 34 289 393 682 - - -
682
8 35 – 39 271 195 466 - - -
466
9 40 – 44 147 129 276 - - -
276
10 45 – 49 145 155 300 - - -
300
11 50 – 54 111 103 214 - - -
214
12 55 – 59 146 179 325 - - -
325
13 60 – 64 91 76 167 - - -
167
14 65 – 69 71 56 127 - - -
127
15 70 – 74 64 62 126 - - -
126
16 75keatas 38 23 61 - - -
61
Jumlah 3.345 3.336 6.681 - - - 6.681
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan dan Pekerjaan
No. Pendidikan, Pekerjaan dan Drop Out
Jenis Kelamin
Jumlah Ket
Laki Prem
1.
Pendidikan
a. Tidak Sekolah
b. Tidak Tamat SD
c. Tamat SD / MI
d. Tamat SLTP
e. Tamat SLTA
f. Tamat Akademi / S1
g. S2
h. D1
i. D2
j. D3
444
421
1.508
321
149
37
2
-
4
459
436
1.459
275
78
42
-
1
4
903
857
2.967
596
227
79
2
1
8
2.
3.
Pekerjaan
a. Tani
b. Buruh / Karyawan Swasta
c. Pegawai Negeri Sipil
d. ABRI (POLRI)
e. Pedagang
f. Pensiunan
g. Pertukangan
h. Nelayan
i. Pakir Miskin / Jompo
j. Lain-lain
4
-
95
31
10
27
3
46
1.058
105
-
-
98
21
2
10
-
19
27
-
234
-
9
-
63
-
-
106
18
4
14
-
114
58
10
261
3
55
1.058
168
-
204
39
6
Drop Out / Putus Sekolah
a. Dari Sekolah Dasar
b. Dari SLTP
c. Dari SLTA
d. Dari Akademi / P. Tinggi
F. Keadaan Sosial
a. Sumber Daya Manusia
Tahapan akhir dari setiap pembangunan ada peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) . SDM merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia., sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas
manusia harus menjadi perhatian penting.Pada saat ini SDM di Pulau Kelapa kepulauan seribu
utara. Cukup baik dibandingkan masa-masa sebelumnya,dan sumber daya manusia di Pulau
kelapa banyak yang di aktifkan dengan adanya kegiatan atau komunitas yang namanya pengrajin
jaring ikan untuk tamu-tamu yangi ingin belajar ke pulau kelapa dan ingin membeli jaring dan
biasanya mereka tahu bagaimana dan dengan alat apa isa merakit jaring ikan ada komunistas
yang namanya ( KJP ) Komunitas Jaring Pulau ….di sinilah jarang-jaring ikan di buat tepatnya
ada di sebelah barat pantai Pulau kelapa dan biasanya setiap sore bapak-bapak sudah ada di sana
untuk merakit jaring ,dan di pulau kelapa juga ada tempat pembuatan kapal ( perahu) yang di
pakai untuk pergi ke Jakarta dibuatnya kapal tersebut dengan kayu pilihan yang kuat dan kokoh
dalam menyebrang ke lautan selama 4 jam lamanya di lautan dan tahan dari ombak.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan kita dalam meneruskan
dan membangkitkan serta memajukan tingkat dan generasi kesejahteraan pada umumnya dan
tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan membangun tongkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong munculnya
lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk
pembukaan lapangan kerja baru guna untuk mengatasi pengangguran. Penddikan biasanya dapat
memperjelas dan mempertajam sistematika pikir atau pola individu, selain itu mudah menerima
informasi yang unggul dan maju,dan adanya pendidikan di pulau kelapa dari sekolah dasar
(SD) sampai sekolah menengah atas (SMA) arangkan tetapi waktu tahun 1995 sampai tahun
2007 sekolah ( SMA) hanya ada di pulau pramuka yang jaraknya harus menyebrangi laut hamper
1 jam ke Pulau Pramuka,akan tetapi makain maju dan banyak di kenala orang tentang Pulau
seribu dan khusunya Pulau Kelapa dan sekarang adanya sekolah ALIYAH di Pulau kelapa tidak
perlu meneybrang ke pulau Pramuka lagi. Dan banyak sekolah –sekolah islam seperti MTS dan
STANAWIYAH. Paud dan TK juga sudah tersedia di Pulau kelapa.
c. Kesehatan
Peningkatan drajat kesehatan masyarakat di Pulau Kelapa antara lain dapat di lihat dari
status kesehatan,serta pola penyakit. Masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai
catatan kesehaumahatan seperti meningkatnya usia dan adanya kematian serta ada juga kelahiran
bayi baru lahir,Kesehatan di Pulau kelapa berbagai macam penyakit dan keluhan nyang ada aja
warga pulau rasakan dan setiap harinya ada aja pasien yang datan ke PUSKESMAS untuk
berobat,di pulau Kelapa terdapat dokter-dokter yang bergantian datang ke Pulau kelapa dan di
jadwalkan sesuai jadwal masing-masing dokter. Bk bisa diasanya dokter yang ada jadwal bekerja
di Pulau kelapa disediakanya Rumah Dinas Dokter ( RDD) dan mereka tinggal di sana selama
jadwal yang sudakeagah di sediakan dan mereka harus memenuhinya,biasanya warga Pulau
kelapa jika ada yang sakit dan harus ditangani dengan serius akan di bawa ke pulau Pramuka
yang alat kesehatannya lumayan lengkap di banding di Pulau kelapa,dan jika tidak bisa di
tangani di Pulau Pramuka akan di bawa langsung ke Jakarta dan di sedikanya kapal Puskesmas.
d. Kehidupan Beragama
Penduduk Pulau Kelapa 99 persen agama islam. Dalam kehidupan beragama kesadaran
melaksanakan ibadah keagamaan khusunya dan kegiatan keagamaan di Pulau Kelapa agama
islam sangat berkembang dengan baik,Kegiatan Keagamaan Pulau kelapa berbagai macam acara
yang ada di Pulau kelapa rangakain –rangkaian acara setiap keagamaan seperti halnya dalam
acara maulid dan mauludan Nabi Muhammad saw, mauludan ata selametan,kegiatann
keagamaan di Pulau kelapa semuanya saling membantu dan mendoakan jika ada acara selametan
atau syukuran karena warga Pulau kelapa sangat sekali antusias dengan adanya selametan dalam
acara perkawinan maupun sunatan serta nuzubulaan yang biasanya diadakanya pada siang hari
atau petang setelah sholat ashar para hadirin baik laki-laki maupun perempuan yang di undang
dalam acara mauludan beramai-ramai datang.
e. Budaya
Pada bidang budaya masyarakat di Pulau Kelapa menjunjung tinggi dan menjaga terus
budaya serta adat istiadat yang diwarisi oleh orang-orang terdahulu. Adanya budaya ini terbukti,
masih berlakunya keunikan budaya serta kearifan lokal pada setiap proses acara kegiatan
keagamaan di Pulau kelapa. Proses pernikahan, sunatan, nujubulan. Hal itu harus dilakukan
dengan adanya selamatan dan membacakan surah tertentu seperti surah Al-Fath dan rangkaian
bacaan lainya dan dipadukan dengan bacaan-bacaan salawat Nabi dan hadorot terkhusus untuk
orang yang sudah meninggal. Terdapat juga selingan potongan ayat seperti At-taubah ayat 126
dan Al-ahzab ayat 56.
Budaya di Pulau kelapa sangatlah unik seperti salah satu contoh adanaya arak pengantin
keliling Pulau kelapa setelah akad nikah. sang menmpelai diwajibkan di arak keliling Pulau
kelapa dan diiringi oleh Qasidah, Marawis dan Gendang Lenong. Setiap penjuru belokan yang
ada di Pulau Kelapa harus dilewati oleh pengantin, biasanya dilakukan saat pagi sekitar jam 10.
Jika sunatan, diarak setelah maghrib. Tradisi ini sudah lama dari zaman dahulu, masyarakat
Pulau kelapa membacakan surat al-Fath sebelum arak-arakan. Sebelumnya dikumandangkan
adzan dan dibacakan sholawat dustur. Setelah pengantin diarak dan sampai ke pelaminan, ia
menyebarkan uang logam ke banyak orang.
f. Politik
Proses reformasi yang bergulir sejak tahun 1997 telah memberikan peluang dalam
membangun demokrasi secara lebih nyata yang menuju kearah proses konsolidasi
demokrasi.lebih format politik ini terumuskan juga berdasarkan UU Nomer 31 tahun 2002
tentang partai politik. UU Nomer 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, UU Nomer 22 Tahun
2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta UU Nomer 23 Tahun
2003 tentang pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Kemajuan demokrasi telah
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menggunakan hak demokrasinya antara lain dibuktikan
dengan adanya peningkatan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam
proses pemilihan umum,dan juga adanya komunitas partai di Pulau Kelapa. Pulau Kelapa sendiri
dalam keadaan berpolitik yang ada saat ini ialah adanya pemilihan ketua RT dan RW yang di
lakukan oleh warga Pulau Kelapa setiap masa pergantian tahun.
G. Data Bangunan, Tanah dan Sarana-Prasarana Milik Pemerintah
No. NAMA BANGUNAN Ukura
n Lokasi
Tangga
l
Sertifik
at
Tanah
No
sertifik
at
tanah
Status
tanah
Asal
usul
peroleh
an
1 GD. INCINELATOR 80 M² P. Kelapa
RT.001/01
Milik
Pemda
Reklama
si
2 LAPANGAN BOLA 7888 M² P. Kelapa
RT.001/01
22-09-
1983
No. 4
Th.198
3
Milik
Pemda
asal
milik
adat
3 SDN 02 PAGI P.
KELAPA 80 M²
P. Kelapa
RT.002/01
22-09-
1983
No. 6
Th.198
3
Milik
Pemda
asal
milik
adat
4 RUMAH DINAS
SEKOLAH 500 M²
P. Kelapa
RT.002/01
Milik
Pemda
asal
milik
adat
5 GD. IPA RO 140 M² P. Kelapa
RT.005/01
Milik
Pemda
Reklama
si
6 GD. 363,5 M² P. Kelapa Milik Reklama
ADMINISTRATOR
PELABUHAN
RT.005/01 Pemda si
7 GD. BKB PAUD
MERAH PUTIH 80 M²
P. Kelapa
RT.001/02
Milik
Pemda
Reklama
si
No. NAMA BANGUNAN Ukura
n Lokasi
Tangga
l
Sertifik
at
Tanah
No
sertifik
at
tanah
Status
tanah
Asal
usul
peroleh
an
8 TAMAN
LINGKUNGAN 1037 M² P. Kelapa RT.002/04
Milik
Pemda
Reklama
si
9 GD. RB 503,25
M² P. Kelapa RT.005/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
10 GD. SASANA KRIDA 325 M² P. Kelapa RT.006/04 Milik
Pemda
asal
milik
adat
11 KANTOR KEL. P.
KELAPA 591 M² P. Kelapa RT.006/04
27-03-
1981
No. 2
Th.198
1
Milik
Pemda
asal
milik
adat
12 GD. PUSKESMAS 384 M² P. Kelapa RT.007/04 27-03-
1981
No. 1
Th.198
1
Milik
Pemda
asal
milik
adat
13 GD. BKB PAUD
INSAN UTAMA 272,6 M² P. Kelapa RT.006/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
14 RUMAH DINAS
KELURAHAN 208 M² P. Kelapa RT.006/04
27-03-
1981
No. 3
Th.198
Milik
Pemda
asal
milik
1 adat
15 MCK RW. 04 40 M² P. Kelapa RT.006/04 Milik
Pemda
asal
milik
adat
16 RUDIN POLISI 193 M² P. Kelapa RT.007/04 Milik
Pemda
asal
milik
adat
17 GD. PLTD 112 M² P. Kelapa RT.007/04 Milik
Pemda
asal
milik
adat
18 GD. IPA RO 61 M² P. Kelapa RT.007/04 Milik
Pemda
asal
milik
adat
19 GD. SDN 01 PAGI P.
KELAPA 1330 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
20 RUMAH DINAS
SEKOLAH 80 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
21 GD. DISTRIK PLN
RW. 04 24 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
22 POLSEK KEP. SERIBU
UTARA 300 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
23 TAMAN
LINGKUNGAN
1431,9
M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
24 RUMAH DINAS
KESEHATAN 360 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
asal
milik
adat
25 TAMAN BUDAYA 2.580 M² P. Kelapa RT.007/04 Milik
Pemda
Reklama
si
26 GD. KEC. KEP.
SERIBU UTARA 400 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
Reklama
si
27 GD. DISTRIK PLN
KECAMATAN 20 M² P. Kelapa RT.007/04
Milik
Pemda
Reklama
si
28 GD. SPAM DPU 32 M² P. Kelapa Dua
RT.001/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
29 GD. IPA RO 32 M² P. Kelapa Dua
RT.002/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
30 GD.TK USIA DINI
SEMAI BANGSA 30 M²
P. Kelapa Dua
RT.003/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
31 GD. PLTD 304 M² P. Kelapa Dua
RT.003/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
32 GD. DISTRIK PLN
RW. 05 20 M²
P. Kelapa Dua
RT.003/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
33 GD. POSYANDU 157 M² P. Kelapa Dua
RT.003/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
No. NAMA BANGUNAN Ukura
n Lokasi
Tangga
l
Sertifik
at
Tanah
No
sertifika
t tanah
Status
tanah
Asal
usul
peroleha
n
34 GD.MCK RW.01 15 M² P. Kelapa Dua
RT.001/01
Milik
Pemda
asal
milik
adat
35 GD.SEKAYA
MARITIM 450 M²
P. Kelapa Dua
RT.003/05
Milik
Pemda
Reklama
si
36 GD.SPTN WILAYAH 1
KELAPA DUA
1.431.9
M² P. KelapaDua RT.003/05
Milik
Pemda
asal
milik
adat
37 GD.LISTRIK PLN
RW.01 20 M²
P. Kelapa Dua
RT.001/01
Milik
Pemda
asal
milik
adat
38 LAHAN KOSONG 1.120 M² P. KelapaDua RT.003/05 Milik
Pemda
Reklama
si
39 PULAU PANJANG 12,92 Ha Pulau Panjang Milik
Pemda
asal
milik
adat
40 GD.LISTRIK PLN
P.PANJANG 20 M² Pulau Panjang
Milik
Pemda
asal
milik
adat
1. FOTO MAULUD PEREMPUAN
2. MAULUD LAKI-LAKI
Lampiran I
Dokumentasi
3.
4.
PETA WILAYAH KELURAHAN PULAU KELAPA KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
RW.01
RW.02 RW.03
RW.04 PULAU KELAPA
RW.05
PR. LUCKY SAMUDRA
SPTN WILAYAH I
PULAU KELAPA
PULAU KELAPA DUA
PEMERINTAH PRO∨ INSI DAERAH KHUSUS iBUKOTA」 AKARTAKABUPATEN ADMINISTRASi KEPULAUAN SERIBU
KECAMATAN KEPULAUAN SERiBU UTARAKELURAHAN PULAU KELAPA
」alan Dermaga ttimur Rt.006ノ 04Ema‖ :kelurahanpulaukelapa201 6《 ⊃gmail.COm
」A KA RttA
_ 14540KOde Pos:
SURAT KETERANGANMELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor:27 ノー1.851
Yang bertanda tangan dibawah ini Lurah Kelurahan Pulau Kelapa l
Menerangkan bahwa nama tersebut dibawah ini :
Nama
NIP
PangkaUGol.
Jabatan
Nama
NIM
Fak./Jurusan
Semester
Program
Univ.
YUSUP,M.Si
197005041997031005
Penata Tk lノ (‖ lノc)
Sekretaris Kelurahan Pulau Kelapa
Helrni Far:dhatul
ll140340000207
‖mu A卜 Quran dan Tafsir
X(Sepuiu)
Strata Satu(Sl)
UIN Syarif Hidayatu‖ ah」akarta
Berdasarkan surat dari Universitas lslam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah
Jakarta Nomor : B-lF3lKM.o1.3l2l2o19 tanggal 21 Februari 2019 hat .
Wawancara/Penelitian Skripsi, bahwa benar nama tersebut diatas telah melakukan
Penelitian Skripsi di Kelurahan Pulau Kelapa terhitung pada tanggal 23 s.d 28
Februari 2019 dengan penulisan skripsi yang berjudul ;
"Praktik Pembacaan Surah Al-Fath dalam Kegiatan Masyarkat Pulau Kelapa(Living Qur'an di Pulau Kelapa"
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat di pergunakan sebagaimana
mestinya.
Pulau Kelapa,lua Kelapa
NIP 197005041997031005YUSUP,
KEPIENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAPI NEGERI(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS USHULUDDIN
Jln lr H Juanda No 95 Ciputat 15412, lndonesiaTelp :(021)7493677,7401925,Fax:(021)7493579
www ushuluddin uinjkt ac di Email:humas ushuludd n@uinikt ac d
NiomorLampiranPenhal
:B_qs7圧 3/KM 013/2/2019
:ヽVawancara/Pellelitial Sk」 psi
Jakalta,21 Febnlal■ 2019
Sedang dalarn penulisan skripsi dengan judul "Praktik Pemhucaan Surah Al-Futh dalum Kegiutan Keagamaon Masyarakut Puktu Kelupa (Living Qur'undi Puktu Kekrpa)".
Sehubungan dengan itu, katri mohon rnahasiswa karni dapat diterirnamelahukan penelitian / wawancara guna penulisan skripsi dimaksud.
Demikian. atas perhatian dau bantuann-va kami ucapkan terir-na kasih.
NIP 19651allggok,M飯 ′1002
膏i:鮨∬hHn、 ..1軋N“鴫マにdi―
Tempat
Dellgan llol■ llat)
Bersama illl disalllpakall bahwa mallasiswa kami daI■ Fak■Jtas
Ushuluddlll UIN Syalif1lidayatllllah Jakartai
:Hellni Faridhatul
i ll140340000207
:1lmu Al― Qur'all dan TaiiriX(Sepulllll)
:2018/2019i Stata Satu(Sl)