family folderw

40
1 BAB I KASUS Nama Penderita : M. Aris Saputra Umur : 5 tahun 7 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Dokter Muda Pembina : Netta, S.Ked A. Anamnesis (Alloanamnesis dengan Ibu penderita pada Tanggal 14 Agustus 2013 pukul 09.00 wib) Keluhan Utama BAB cair sejak + 2 hari yang lalu Riwayat Perjalanan Penyakit Penderita datang ke puskesmas dengan keluhan BAB cair sejak dua hari yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, penderita mengeluh BAB cair dimana konsistensi air lebih banyak daripada ampas, frekuensi + 3 kali, lendir pada BAB tidak ada, darah pada BAB tidak ada, jumlah 1 gelas belimbing, warna cokelat kuning, tidak berbau anyir, muntah tidak ada. Penderita masih mau minum dan makan. Penderita tidak merasakan haus yang berlebihan. Penderita masih BAK frekuensi lima kali,

Upload: netta-lionora

Post on 28-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdf

TRANSCRIPT

Page 1: Family FolderW

1

BAB I

KASUS

Nama Penderita : M. Aris Saputra

Umur : 5 tahun 7 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Dokter Muda Pembina : Netta, S.Ked

A. Anamnesis

(Alloanamnesis dengan Ibu penderita pada Tanggal 14 Agustus 2013 pukul

09.00 wib)

Keluhan Utama

BAB cair sejak + 2 hari yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit

Penderita datang ke puskesmas dengan keluhan BAB cair sejak dua hari

yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, penderita mengeluh BAB cair dimana

konsistensi air lebih banyak daripada ampas, frekuensi + 3 kali, lendir pada BAB

tidak ada, darah pada BAB tidak ada, jumlah 1 gelas belimbing, warna cokelat

kuning, tidak berbau anyir, muntah tidak ada. Penderita masih mau minum dan

makan. Penderita tidak merasakan haus yang berlebihan. Penderita masih BAK

frekuensi lima kali, sebanyak + 200 cc. Pasien diberikan obat warung enterostop

oleh ibunya, namun keluhan dirasakan tidak berkurang.

Satu hari yang lalu, penderita mengeluh BAB cair menjadi lebih sering

frekuensi + 5 kali, lendir pada BAB tidak ada, darah pada BAB tidak ada, jumlah

½ gelas belimbing, warna cokelat kuning, bau anyir tidak ada, BAB menyemprot

tidak ada, muntah tidak ada. Penderita masih mau minum dan makan. Penderita

Page 2: Family FolderW

2

tidak merasa haus yang berlebihan. Penderita masih BAK frekuensi empat kali,

sebanyak + 250 cc.

Kemudian, ibu penderita membawa penderita berobat ke Balai Pengobatan

Puskesmas Talang Ratu Palembang.

Riwayat penyakit Keluarga

Riwayat keluarga penderita mengeluh BAB cair sebelumnya disangkal.

B. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Tekanan darah : Tidak dilakukan

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

Berat badan : 30 kg

Status Gizi : Status gizi baik (CDC dan WHO)

Keadaan spesifik

Kepala

Kulit kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva palpebra anemis tidak ada, sklera ikterik

tidak ada, mata cekung tidak ada

Hidung : tidak ada kelainan

Telinga : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Mulut : lidah kotor (-)

Leher : tidak ada kelainan

Page 3: Family FolderW

3

Thorax : Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi

tidak ada.

Perkusi : nyeri tekan tidak ada, sonor kedua

lapang paru.

Palpasi : Batas jantung : d.b.n, Paru: d.b.n

Auskultasi : Jantung : bunyi jantung I-II reguler,

murmur tidak ada, gallop tidak ada,

Paru: suara napas vesikuler, ronkhi

tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : Inspeksi : Datar, simetris, lemas, nyeri tekan

tidak ada

Perkusi : timpani (+)

Palpasi : hepar,lien; tidak teraba, turgor kulit

kembali < 2”

Auskultasi : bising usus (+) meningkat (>8

kali/menit)

Ekstremitas atas : edema tidak ada, anemia (-)

Ekstremitas bawah : edema tidak ada, anemia (-)

KGB : tidak ada pembesaran pada KGB regio coli, aksila

dan inguinal.

C. Diagnosis Banding

Diare akut

Disentri

Kolera

D. Diagnosis Kerja

Diare akut tanpa dehidrasi

Page 4: Family FolderW

4

E. Terapi

1. Umum :

a. Menjelaskan kepada ibu, penderita dan anggota keluarga agar menjaga

kebersihan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum makan dan sesudah membuang air besar. Selain itu, berikan

minum air yang sudah direbus dan menggunakan air yang cukup

bersih.

b. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap memberikan cairam tambahan

kepada penderita dapat berupa oralit, air matang, dan kuah sup atau

kuah sayuran.

c. Menjelaskan kepada ibu penderita mengenai tata cara pembuatan

oralit, yaitu dengan melarutkan satu bungkus oralit ke dalam 200 cc

air. Kemudian beri oralit 100-200 cc setiap kali buang air besar. Ajari

ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit. Jika anak

muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat.

Selain itu, dapat diberikan larutan gula garam yang dapat ibu buat

sendiri di rumah. Cara pembuatannya yaitu dengan menambahkan 1

sdm gula pasir dan sedikit garam ke dalam 200 ml air hangat. Ibu

harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti.

d. Menjelaskan kepada ibu penderita mengenai tata cara pemberian zink,

yaitu dengan melarutkan air dilarutkan dalam satu sendok air matang.

Ingatkan ibu untuk memberi tablet zink satu kali sehari kepada

anaknya selama 10 hari walaupun diare telah berhenti, Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap

kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan.

e. Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya

bertambah parah, atau buang air besar cair lebih sering, atau tidak bisa

minum, atau malas minum, atau mengalami rasa haus yang nyata, atau

Page 5: Family FolderW

5

muntah berulang-ulang, atau timbul demam, atau ada darah dalam

tinja.

2. Khusus :

- Oralit 100-200 cc tiap kali BAB cair

- Zink tablet 1x20 mg selama 10 hari.

F. Komplikasi

Komplikasi dari diare akut adalah dehidrasi. Penderita diare yang tidak

mengalami dehidrasi dapat berubah mengalami dehidrasi derajat ringan-sedang

atau derajat berat apabila diare bertambah parah Oleh karena itu, diberikan oralit

dan diedukasi kepada pasien untuk mengkonsumsi cairan yang banyak selama

diare.

Efek samping dari oralit tidak ada dan sangat jarang terjadi. Sedangkan efek

samping dari zink sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya

muntah. Namun,pemberian zink dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia

seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah.

Zink aman dikonsumsi bersamaan dengan oralit. Zink dapat diberikan

dengan obat-obatan lain yang sesuai dengan resep dokter di klinik atau pekerja

kesehatan.

G. Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad Bonam

Quo ad Functionam : dubia ad Bonam

Page 6: Family FolderW

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Batasan diare menurut WHO adalah keluarnya tinja yang lunak/cair dengan

frekuensi 3x/hari atau lebih dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Batasan lainnya adalah ibu merasakan adanya perubahan konsistensi dan

frekuensi BAB. Batasan kedua dibuat karena bayi terutama yang belum

mendapat makanan tambahan dan hanya mendapat ASI eksklusif, BAB dapat

mencapai 6-8 kali perhari dengan feses encer dengan ada bagian padat dan

berbau asam.

Diare akut ditandai dengan gejala berupa defekasi dengan tinja cair/lembek

dengan atau tanpa darah dan lendir dengan frekuensi 3 kali/hari atau lebih

berlangsung kurang dari 14 hari. Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut

yang terjadi lebih dari 14 hari yang umumnya disebabkan oleh agen infeksi.

Diare kronis lebih ditujukan untuk diare yang hilang timbul yang sering terjadi

berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14

hari yang umumnya disebabkan oleh noninfeksi. Rata-rata (95%) diare akut

terjadi 3-5 hari, karena itu diare akut yang melanjut lebih dari 7 hari disebut

prolong diarrhea dan harus diketahui agen penyebabnya.

B. EPIDEMIOLOGI

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan

dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok

usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi

terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak

menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab

kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara

Page 7: Family FolderW

7

berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per

tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per

tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare.

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan

jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di

Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita,

sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar

antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada

survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi,

didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel

sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian

diare pertahun.

Angka kejadian diare di palembang dari data dinas kesehatan kota

Palembang didapatkan pada tahun 2006 sebanyak 53.429 orang, tahun 2007

46.738 orang, tahun 2008 sebanyak 53.824 orang, tahun 2009 sebanyak 54.162

orang, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 49.897 orang. Walaupun angka

kejadian diare pada tahun 2010 menurun tetapi masih tinggi dengan cakupan

wilayah sebesar 81%. Pada tahun 2009 didapatkan angak kejadian diare pada

balita sebanyak 26.413 balita.

Kebanyakan kasus diare (+85%) disebabkan oleh rotavirus, ETEC, dan tidak

ditemukan mikroorganisme penyebab. Sisanya disebabakan oleh bakteri lainnya,

virus lainnya, parasit, malabsorpsi makanan, alergi makanan, keracunan

makanan, imunodefisiensi, dan lain-lain,

Golongan virus yang merupakan agen infeksi adalah rotavirus, virus

Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, dan Adenovirus. Golongan bakteri, yakni yakni

Page 8: Family FolderW

8

Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC), Salmonella, Shigella, Vibrio

cholera 01, Clostridium difficile, Aeromonas hydrophilia, Plesiomonas

shigelloides, Yersinia enterocolitis, Campilobacter jejuni, Staphilococcus aureus,

dan Clostridium botulinum. Golongan parasit, yakni Entamoeba histolytica,

Dientamoeba fragilis, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp,

Isospora belli, Blastocystis hominis, dan Enterobius vermicularis. Golongan

cacing, yakni Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis, dan Trichinella

spiralis. Golongan jamur, yakni Candidiasis, Zygomycosis, dan

Coccidioidomycosis. Walaupun agen infeksi yang menyebabkan diare banyak

jumlahnya, tetapi secara klinis WHO hanya membagi diare akut menjadi diare

akut, disentri, dan kolera.

C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT DIARE

Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau

sekresi yang meningkat. Beberapa mekanisme yang mendasarinya adalah

mekanisme sekretorik (diare sekretorik), mekanisme osmotik (diare osmotik),

dan campuran. Prinsip dasar infeksi oleh bakteri adalah kemampuan bakteri

mengeluarkan toksin-toksin, yang dapat bertindak sebagai reseptor untuk melekat

pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian menghancurkannya

(sitolitik, disebut sitotoksin), mengaktifkan second messenger intraseluler

sehingga terjadi peningkatan sekresi (disebut enterotoksin), dan

merusak/merangsang sistem persarafan (disebut neurotoksin). Pada infeksi

bakteri, kerusakan sel dapat terjadi tergantung jenis bakteri yang menginvasi,

tetapi dapat pula enterositnya utuh/tidak rusak. Jika enterositnya tidak rusak

maka diare yang ditimbulkannnya adalah diare sekresi. Jika enterositnya rusak

maka disamping diare sekresi juga dapat terjadi diare osmotik (tergantung pada

tingkat kerusakan enterosit). Prinsip dasar diare karena virus adalah invasi virus

ke dalam enterosit untuk berkembang biak sehingga enterosit lisis. Lisisnya

Page 9: Family FolderW

9

enterosit menyebabkan gangguan pada vili (pemendekan pada villi) sehingga

menyebabkan kripta hipertropi dan hiperplasia.

Hampir seluruh kasus diare berlangsung 3-5 hari. Karena itu diare yang

melebihi 7 hari, walaupun masih tergolong diare akut, harus diketahui

penyebabnya. Diare akut dapat menjadi diare persisten (lebih dari 14 hari).

Penyebab terjadinya diare persisten sangat kompleks dan merupakan gabungan

banyak faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Faktor kuman, terinfeksi

oleh kuman yang sering menyebabkan diare persisten, yakni Shigella, EPEC,

Samonella, Giardia, Entamoeba histolylotica, Cryptosporiium dan lain-lain.

Infeksi rotavirus jarang menyebabkan diare persisten.

Faktor pejamu (host) diantaranya adalah tidak mendapat ASI, tidak

mendapat ASI eksklusif, anemia, umur kurang dari 1 tahun, BBLR, gizi buruk,

penggunaan antibiotika yang tidak tepat, penanganan diare yang tidak benar,

penggunaan obat-obat simptomatik, defisiensi zat imunologis, defisiensi enzim

pencernaan. Faktor lainnya adalah sanitasi yang jelek, sumber air minum yang

kotor, pendidikan pengasuh yang rendah.

Selain diare persisten, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari disebabkan

diare kronik. Salah satu cara untuk membedakannya adalah puasa, dimana pada

diare persisten diare tetap berlangsung sedangkan pada diare kronik tidak. Cara

lainnya adalah dengan mengetahui bentuk tinja, dimana pada diare dengan tinja

berair dapat disebabkan oleh diare persisten, difisiensi enzim disakaridase,

malabsorpsi monosakarida, alergi makanan, psikogenik, sindroma usus pendek,

sindroma usus kecil tercemar, defek imun primer, penggunaan pencahar, tumor

ektraluminal, dan gangguan endokrin.

Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, dibagi menjadi

diare akut dan kronis. Patokan waktunya adalah 14 hari, tetapi menurut Arasu

adalah 28 hari. Diare akut biasanya (95%) berlangsung dalam 3-5 hari, karena itu

diare akut yang memanjang lebih dari 7 hari disebut prolong diarrhoea harus

dipikirkan kuman penyebab dan faktor resiko terjadinya diare persisten.

Page 10: Family FolderW

10

Berdasarkan manifestasi klinis, dibagi menjadi tiga, yakni disentri, kolera, dan

diare akut (bukan disentri maupun kolera). Diare kronis dapat dibagi menjadi 2

(beberapa pengarang tidak membedakannya) adalah diare persisten (kelanjutan

dari diare akut, disebabkan adanya infeksi) dan diare kronis (diare yang sering

hilang timbul atau kelanjutan diare akut dengan gejala yang ringan, dengan sebab

bukan karena infeksi). Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinis, ditujukan untuk

penggunaan antimikroba, dimana pada kolera dan disentri diberikan antibotika.

Secara sederhana setiap diare akut yang disertai darah dan atau lendir/pus dapat

dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis, sampai terbukti lain. Kolera

mempunyai manifestasi klinis khas, yakni diare profus, seperti cucian air beras,

berbau khas seperti ”bayklin”/sperma, umur anak 3 tahun ke atas (terutama di

atas 5 tahun), adanya kejadian luar biasa dimana pada awal serangan menyerang

orang dewasa baru kemudian menyerang anak.

Berdasarkan derajat dehidrasi, dibagi menjadi tanpa dehidrasi, ringan-

sedang, dan berat. Klasifikasi dehidrasi sesuai kehilangan cairan yang telah

terjadi (PWL= provious water loss). PWL yang 0-5% penurunan barat badan

(BB) tidak berdampak pada derajat dehidrasi (tanpa dehidrasi). Kehilangan

cairan hingga 3% BB masih dapat dikompensasi oleh tubuh sehingga tidak

terjadi tanda-tanda dehidrasi. PWL yang 5-10% penurunan BB berdampak pada

tanda-tanda klinis dehidrasi ringan-sedang. PWL yang 10-15% penurunan BB

berdampak pada tanda-tanda klinis dehidrasi berat. PWL yang lebih dari 15%

menyebabkan kematian ataupun syok. Pada anak yang lebih besar karena

komposisi cairan tubuh, terutama CES, lebih sedikit maka PWL sebesar 9% BB

bisa menimbulkan dehidrasi berat. Derajat dehidrasi dapat ditentukan

berdasarkan gambaran klinis anak yang menderita diare, yang menurut MTBS

(manajemen terpadu balita sakit) berdasarkan keadaan umum, kelopak mata, rasa

haus, dan turgor.

Page 11: Family FolderW

11

Diare tanpa

dehidrasi

Diare dehidrasi

ringan/sedang

Diare dehidrasi

berat

Bila terdapat dua

tanda atau lebih

Bila terdapat dua

tanda atau lebih

Bila terdapat dua

tanda atau lebih

Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/

tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung

Keinginan untuk

minum

Normal, tidak ada

rasa haus

Ingin minum

terus, ada rasa

haus

Malas minum

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat

lambat

D. TATALAKSANA

Menurut WHO ada 4 dasar terapi diare:

(1) pemberian cairan: untuk mengobati atau mencegah dehidrasi,

(2) Diet: meneruskan ASI dan makanan lainnya,

(3) obat-obatan: tidak memakai antibiotika, terkecuali pada kasus kolera dan

disentri, WHO telah merekomendasikan pemakaian zinc dan

(4) penyuluhan.

WHO menyusun rencana pengobatan untuk mengobati diare, dimana

rencana A untuk tanpa dehidrasi, B untuk dehidrasi ringan-sedang dan C untuk

dehidrasi berat.

a. Rencana Terapi A untuk tanpa dehidrasi: Penanganan Diare di Rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan dirumah: beri cairan

tambahan, beri tablet zink, lanjutkan pemberian makan, kapan harus

kembali.

1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

a) Jelaskan kepada ibu :

Gejala dehidrasiDerajat dehidrasi

Page 12: Family FolderW

12

pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan

tambahan yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada

setiap pemberian

jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang

sebagai tambahan

jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan

berikut : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika :

anak telah diobati dengan rencana terapi B dan C dalam kunjungan

ini

b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit

           < 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

           > 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

           atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB

Cara meminumkan:

– minumkan sedikit sedikit tetapi sering

– jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat

– teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti

2. Beri tablet zinc

 Pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :

    < 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari

    > 6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari

3. Lanjut pemberian makan/ASI

4. Kapan harus kembali

b. Rencana Terapi B: penanganan dehidrasi ringan-sedang

Page 13: Family FolderW

13

1) Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Tentukan jumlah oralit selama periode 3 jam.

UMUR 0-4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah cairan (cc) 200-400 400-700 700-900 900-1400

Jumlah oralit yang diperlukan = 75 cc/kgBB

- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas,

berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung

- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri

juga 100-200 cc air matang selama periode ini.

- Mulailah memberi makan setelah anak ingin makan

- Lanjutkan pemberian ASI.

Tunjukkan kepada ibu cara pemberian oralit

- Minumkan sedikit – sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

- Lanjutkan ASI selama anak mau.

Berikan tablet zink selama 10 hari.

2) Setelah 3 jam:

- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya

- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:

- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah

- Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk

menyelesaikan 3 jam pengobatan.

- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6

bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana Teraoi A.

Page 14: Family FolderW

14

- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah, yaitu beri cairan tambahan,

lanjutkan pemberian makan, beri tablet zink selama 10 hari.

3) Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah

sesuai dengan berat badan anak atau umur anak jika berat badan aank

tidak diketahui. Namun, jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum

lebih banyak.

4) Tunjukkan kepada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok

teh setiap 1- 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun, dan pada anak

yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan

menggunakan cangkir.

5) Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah

- Jika anak muntah, tunggu selama 1- menit lalu beri laruatan oralit lebih

lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit)

6) Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau

7) Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu

cara menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit

secukupnya kepada ibu agar bisa menyelesakan rehidrasi di rumah

ditambah untuk rehidrasi dua hari berikutnya.

8) Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang

terlihat sebelumnya.

c. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat Secara Cepat

Page 15: Family FolderW

15

E. PENCEGAHAN

Page 16: Family FolderW

16

Pengobatan penyakit diare sangat efektif dalam mencegah kematian, tetapi

tidak memiliki dampak pada insidensi diare. Staf kesehatan yang bekerja di

fasilitas perawatan untuk mengajar anggota keluarga dan memotivasi mereka

tentang langkah-langkah pencegahan. Ibu dari anak-anak yang dirawat karena

diare cenderung sangat menerima pesan-pesan tersebut. Untuk menghindari

kelebihan informasi yang didapatkan ibu, yang terbaik adalah dengan

menekankan hanya satu atau dua saja dari poin-poin berikut, memilih yang

paling sesuai untuk ibu dan anaknya.

1. Air Susu Ibu

Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi harus mendapatkan ASI

eksklusif. Ini berarti bahwa bayi yang sehat harus diberi ASI dan tidak boleh

menerima makanan atau cairan lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman,

susu hewan atau formula. Bayi dengan ASI eksklusif sangat kecil

kemungkinannya untuk mendapatkan diare atau meninggal karena diare

daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI atau ASI sebagian. Menyusui

juga melindungi terhadap risiko alergi pada awal kehidupan, memberikan

jarak dan perlindungan terhadap infeksi selain diare (misalnya pneumonia).

Menyusui harus terus diberikan sampai minimal 2 tahun.

2. Memperbaiki Cara Mempersiapkan Makanan

Makanan pelengkap biasanya harus dimulai ketika anak berusia 6 bulan.

Hal ini dapat dimulai setiap saat setelah berusia 4 bulan. Namun, jika anak

tidak tumbuh memuaskan. Memberikan makanan yang baik, memilih

makanan bergizi dan menggunakan praktek-praktek yang higienis ketika

mempersiapkan makanan. Pilihan makanan pelengkap akan tergantung pola

diet lokal dan pertanian, serta pada kepercayaan dan praktek-praktek yang

ada. Selain ASI (atau susu hewan), makanan lunak (seperti sereal) harus

diberikan. Bila mungkin, telur, daging, ikan dan buah-buahan harus

diberikan juga. Makanan lain, seperti kacang-kacangan matang dan sayuran

Page 17: Family FolderW

17

harus diberikan, terutama yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10

ml / porsi).

3. Penggunaan Air Bersih

Resiko diare dapat dikurangi dengan menggunakan air bersih yang tersedia

dan melindunginya dari kontaminasi.

Keluarga harus:

Kumpulkan air dari sumber terbersih yang tersedia.

Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumber air.

Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih;

menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup dan tidak membiarkan

anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat tersebut, mengambil air

menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar tangan tidak

menyentuh air.

Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman

untuk anggota keluarga.

4. Cuci Tangan

Semua agen penyebab diare dapat ditularkan melalui tangan yang telah

terkontaminasi oleh feses. Resiko diare secara substansial berkurang jika

anggota keluarga melakukan praktek cuci tangan dengan benar. Semua

anggota keluarga harus mencuci tangan dengan bersih setelah buang air

besar, setelah membersihkan seorang anak yang buang air besar, setelah

membuang faeses anak, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan.

Cuci tangan yang baik memerlukan penggunaan sabun dan air yang cukup

bersih.

Page 18: Family FolderW

18

5. Keamanan Makanan

Makanan dapat terkontaminasi oleh patogen penyebab diare di tempat-

tempat umum seperti pasar, selama persiapan di rumah atau di restoran, dan

setelah terus disiapkan tanpa didinginkan. Oleh karena itu, pendidikan

kesehatan untuk masyarakat umum harus menekankan pesan-pesan kunci

berikut mengenai persiapan dan konsumsi makanan:

o Cuci tangan dengan bersih dengan sabun setelah buang air besar dan

sebelum menyiapkan makanan atau makan.

o Masak makanan sampai matang

o Cuci dan keringkan semua peralatan memasak setelah digunakan.

o Jauhkan makanan yang dimasak dan peralatan bersih secara terpisah dari

makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi terkontaminasi.

o Lindungi makanan dari lalat terbang.

6. Penggunaan Jamban dan Pembuangan Kotoran yang Aman

Sebuah lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap

penyebaran penyebab diare. Karena patogen yang menyebabkan diare

diekskresikan ke dalam kotoran orang yang terinfeksi atau hewan,

pembuangan kotoran yang tepat dapat memotong penyebaran infeksi. Feses

dapat mencemari air tempat anak-anak bermain, ibu mencuci pakaian, dan

tempat sumber air untuk pemakaian keperluan rumah tangga. Setiap

keluarga harus mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi dengan baik.

Jika tidak tersedia, keluarga harus buang air besar di tempat yang ditunjuk

dan menguburkan kotoran segera. Kotoran anak-anak cenderung

mengandung patogen diare, kotoran tersebut harus dikumpulkan segera

setelah buang air besar dan dibuang di jamban atau dikubur.

Page 19: Family FolderW

19

F. Komplikasi

Komplikasi diare akut berupa syok hipovolemik/septik, dehidrasi,

hipokalemia, hiponatremia, asidosis metabolik, kematian

G. Prognosis

Prognosis umumnya baik dengan pemberian cairan yang adekuat. Beberapa

kasus diare yang disebabkan oleh virus akan sembuh sendiri tanpa terapi dalam 7

sampai 10 hari. Prognosis akan semakin buruk jika diare akut berlanjut menjadi

diare persisten sebab menimbulkan malabsorpsi, malnutrisi hingga gangguan

pertumbuhan.

Page 20: Family FolderW

20

BAB III

PENCEGAHAN/PEMBINAAN

A. Genogram Keluarga Tn. Dedi Supriadi

B. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)

1. Fungsi Holistik, merupakan fungsi keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,

fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.

a. Fungsi biologis

- Keluarga ini terdiri dari ayah (Tn. Dedi, 32 tahun), ibu (Ny. Erna, 27

tahun) dan tiga orang anak laki-laki ( Ivan, 10 tahun; Aris, 5 tahum dan

Ahrafi, 1 tahun)

- Pada keluarga ini tidak ditemukan penyakit yang diwariskan secara

genetik

- Pada keluarga ini tidak ditemukan penyakit yang menular ataupun

penyakit kronis

Tn. Dedi Supriadi/32 tahun Ny. Erna Wati/27 tahun

Ivan Riski /10 tahun M. Aris /5 tahun M. Ahrafi /1 tahun

Page 21: Family FolderW

21

b. Fungsi psikologis

- Hubungan Aris dengan ayah, ibu serta saudaranya baik dan harmonis,

saling mendukung antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan

saling pengertian.

c. Fungsi sosial ekonomi

- Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,

hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Kondisi ekonomi keluarga

termasuk ekonomi kurang, ayah bekerja sebagai buruh harian lepas dan

ibu tidak bekerja, keluarga ini juga berperan aktif dalam setiap kegiatan

dan kehidupan sosial di masyarakat.

2. Fungsi fisiologis

Fungsi ini diukur dengan APGAR score. APGAR score merupakan skor yang

untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota

keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR

score meliputi.

a) Adaptation : keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota

keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu

dengan yang lainnya.

b) Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling

membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah

yang dialami oleh keluarga tersebut.

c) Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota

keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

d) Affection: interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini

sudah terjalin dengan cukup baik.

Page 22: Family FolderW

22

e) Resolve: keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan

kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga

lainnya.

Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 6,1, dengan interpretasi Cukup.

(data terlampir).

3. Fungsi Patologis dinilai dengan SCREEM score.

Social, interaksi keluarga dengan tetangga yang berada di lingkungan

sekitarnya sudah baik.

Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup

terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun.

Religious, keluarga ini taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama

yang dianutnya.

Economic, status ekonomi keluarga ini termasuk ekonomi kurang.

Educational, tingkat pendidikan keluarga ini cukup. Ayah lulusan SMP, ibu

lulusan SMA, anak pertama sedang menjalani jenjang pendidikan SD, anak

kedua baru masuk TK.

Medical, keluarga ini belum cukup mampu mendapat pelayanan kesehatan

yang memadai karena terkendala ekonomi. Namun, dengan adanya janimnan

kesehatan yang dibuat oleh pemerintah, keluarga ini pun dapat menikmati

pelayanan kesehatan.

4. Fungsi hubungan antarmanusia

Interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik.

5. Fungsi Keturunan (genogram)

Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas)

Page 23: Family FolderW

23

6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)

Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, walaupun sikap

sadar akan kesehatan masih belum tercapai seperti cuci tangan sebelum makan

belum rutin dilakukan. Namun, tindakan kesehatan lain sudah dilakukan.

7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)

Lingkungan sekitar cukup sehat dan para tetangga juga menjalin kerjasama

dengan baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan

kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas tidak begitu jauh.

8. Fungsi indoor

Gambaran lingkungan dalam rumah sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan,

lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi, sirkulasi udara dan

pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban ada di dalam rumah,

pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.

9. Fungsi outdoor

Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah dengan jalan

raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, dan tempat

pembuangan umum jauh dari lokasi rumah.

Page 24: Family FolderW

24

Lampiran 1

Kondisi Rumah

Peta

Lampiran 2

Dapur Kamara

Ruang Tamu/Ruang Keluarga

WC

Page 25: Family FolderW

25

APGAR Score0 : jarang/tidak sama sekali1 : kadang-kadang

Variabe Penilaian

APGAR Ayah

APGAR Ibu

APGAR Anak ke-1

APGAR anak ke-2

APGAR anak ke-3

Adaptation 2 2 2 0 0Partnership 2 1 2 0 0Growth 1 2 1 1 0Affection 2 2 1 2 2Resolve 1 2 1 2 2

Total 8 9 6 5 4

2 : sering/selalu

Interpretasi : ≤5 : kurang, 6-7 (cukup), dan 8-10 (baik).Rata-rata Apgar Score: 6,1 (cukup)

Lampiran 3

SCREEM score.

Page 26: Family FolderW

26

Variabel Penilaian PenilaianSocial interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah

cukup baik.

Culture keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang

cukup terhadap budaya, tata krama, dan perhatian

terhadap sopan santun.

Religious keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya.

Economic status ekonomi keluarga ini kurang

Educational tingkat pendidikan keluarga ini cukup. Ayah lulusan

SMP, ibu lulusan SMA, anak pertama sedang

menjalani jenjang pendidikan SD, anak kedua baru

masuk TK.

Medical keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dengan adanya jaminan kesehatan dari pemerintah

Lampiran 4BaganStruktur Organisasi Puskesmas Pakjo

Page 27: Family FolderW

Petugas KIA serta KBNiswah Aryani, Am. Keb

dan Nadiati

P. perbaikan Gizi masyarakat

Hj. Darnawati

Petugas Promosi Kes. Ling

Hj.Rohmiah

Pel Kesehatan Wajib

Petugas TradisionalHj. Rohmiah

Petugas Kesehatan Kerja

IrlandianaPetugas Kesehatan

LANSIANuria Syafitri, Am.

Kep

Petugas Kesehatan Sekolah

Murpinawati

P. Keperawatan Kesehatan

Niswah Aryani, AM. Kep

P. Kesehatan Pengembangan

Petugas Kesehatan Olahraga

Elly Noverda

PustuSiring AgungHj. Nella Sofia

PustuTalang Mas Ketip

Syarifah

KEPALA PUSKESMASDr. Hj. Yulia Darlina

SUBBAG. Tata UsahaMarlina

Petugas P2M/P2TMIrlandiana/Rita Maria

Koordinator Pel. Kesehatan MasyarakatDrg. Nina Agustina

Koordinator Pel. Kesehatan PeroranganDr.Magdalia nova

Petugas Promosi KesehatanRohmiah

Pel kesehatan wajib

Petugas Perbaikan Gizi MasyarakatHj. Darnawati

Petugas Pengobatan

Hj. Rita Mariya, Am. Kep

Petugas P2M/P2TMIrlandiana/Rita

Mariya

P. Kesehatan Pengembangan

Petugas Kesehatan Mata

Rita Mariya, Am. Kep

Petugas Gigi dan MulutDrg. Nina Agustina

Petugas Kesehatan LANSIA

Nuria Syafitri, Am. Kep

Petugas Kesehatan JiwaHj. Rita Mariya, Am. Kep

P. Keperawatan Kesehatan

Niswah Aryani, Am. Keb

Petugas KIA serta KB

Niswah Aryani, Am. Keb dan Nadiati

27