family folderw
DESCRIPTION
asdfTRANSCRIPT
1
BAB I
KASUS
Nama Penderita : M. Aris Saputra
Umur : 5 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dokter Muda Pembina : Netta, S.Ked
A. Anamnesis
(Alloanamnesis dengan Ibu penderita pada Tanggal 14 Agustus 2013 pukul
09.00 wib)
Keluhan Utama
BAB cair sejak + 2 hari yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Penderita datang ke puskesmas dengan keluhan BAB cair sejak dua hari
yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, penderita mengeluh BAB cair dimana
konsistensi air lebih banyak daripada ampas, frekuensi + 3 kali, lendir pada BAB
tidak ada, darah pada BAB tidak ada, jumlah 1 gelas belimbing, warna cokelat
kuning, tidak berbau anyir, muntah tidak ada. Penderita masih mau minum dan
makan. Penderita tidak merasakan haus yang berlebihan. Penderita masih BAK
frekuensi lima kali, sebanyak + 200 cc. Pasien diberikan obat warung enterostop
oleh ibunya, namun keluhan dirasakan tidak berkurang.
Satu hari yang lalu, penderita mengeluh BAB cair menjadi lebih sering
frekuensi + 5 kali, lendir pada BAB tidak ada, darah pada BAB tidak ada, jumlah
½ gelas belimbing, warna cokelat kuning, bau anyir tidak ada, BAB menyemprot
tidak ada, muntah tidak ada. Penderita masih mau minum dan makan. Penderita
2
tidak merasa haus yang berlebihan. Penderita masih BAK frekuensi empat kali,
sebanyak + 250 cc.
Kemudian, ibu penderita membawa penderita berobat ke Balai Pengobatan
Puskesmas Talang Ratu Palembang.
Riwayat penyakit Keluarga
Riwayat keluarga penderita mengeluh BAB cair sebelumnya disangkal.
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 30 kg
Status Gizi : Status gizi baik (CDC dan WHO)
Keadaan spesifik
Kepala
Kulit kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra anemis tidak ada, sklera ikterik
tidak ada, mata cekung tidak ada
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Mulut : lidah kotor (-)
Leher : tidak ada kelainan
3
Thorax : Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi
tidak ada.
Perkusi : nyeri tekan tidak ada, sonor kedua
lapang paru.
Palpasi : Batas jantung : d.b.n, Paru: d.b.n
Auskultasi : Jantung : bunyi jantung I-II reguler,
murmur tidak ada, gallop tidak ada,
Paru: suara napas vesikuler, ronkhi
tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Inspeksi : Datar, simetris, lemas, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : hepar,lien; tidak teraba, turgor kulit
kembali < 2”
Auskultasi : bising usus (+) meningkat (>8
kali/menit)
Ekstremitas atas : edema tidak ada, anemia (-)
Ekstremitas bawah : edema tidak ada, anemia (-)
KGB : tidak ada pembesaran pada KGB regio coli, aksila
dan inguinal.
C. Diagnosis Banding
Diare akut
Disentri
Kolera
D. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
4
E. Terapi
1. Umum :
a. Menjelaskan kepada ibu, penderita dan anggota keluarga agar menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum makan dan sesudah membuang air besar. Selain itu, berikan
minum air yang sudah direbus dan menggunakan air yang cukup
bersih.
b. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap memberikan cairam tambahan
kepada penderita dapat berupa oralit, air matang, dan kuah sup atau
kuah sayuran.
c. Menjelaskan kepada ibu penderita mengenai tata cara pembuatan
oralit, yaitu dengan melarutkan satu bungkus oralit ke dalam 200 cc
air. Kemudian beri oralit 100-200 cc setiap kali buang air besar. Ajari
ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit. Jika anak
muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat.
Selain itu, dapat diberikan larutan gula garam yang dapat ibu buat
sendiri di rumah. Cara pembuatannya yaitu dengan menambahkan 1
sdm gula pasir dan sedikit garam ke dalam 200 ml air hangat. Ibu
harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
d. Menjelaskan kepada ibu penderita mengenai tata cara pemberian zink,
yaitu dengan melarutkan air dilarutkan dalam satu sendok air matang.
Ingatkan ibu untuk memberi tablet zink satu kali sehari kepada
anaknya selama 10 hari walaupun diare telah berhenti, Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan.
e. Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya
bertambah parah, atau buang air besar cair lebih sering, atau tidak bisa
minum, atau malas minum, atau mengalami rasa haus yang nyata, atau
5
muntah berulang-ulang, atau timbul demam, atau ada darah dalam
tinja.
2. Khusus :
- Oralit 100-200 cc tiap kali BAB cair
- Zink tablet 1x20 mg selama 10 hari.
F. Komplikasi
Komplikasi dari diare akut adalah dehidrasi. Penderita diare yang tidak
mengalami dehidrasi dapat berubah mengalami dehidrasi derajat ringan-sedang
atau derajat berat apabila diare bertambah parah Oleh karena itu, diberikan oralit
dan diedukasi kepada pasien untuk mengkonsumsi cairan yang banyak selama
diare.
Efek samping dari oralit tidak ada dan sangat jarang terjadi. Sedangkan efek
samping dari zink sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya
muntah. Namun,pemberian zink dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia
seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah.
Zink aman dikonsumsi bersamaan dengan oralit. Zink dapat diberikan
dengan obat-obatan lain yang sesuai dengan resep dokter di klinik atau pekerja
kesehatan.
G. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : dubia ad Bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Batasan diare menurut WHO adalah keluarnya tinja yang lunak/cair dengan
frekuensi 3x/hari atau lebih dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Batasan lainnya adalah ibu merasakan adanya perubahan konsistensi dan
frekuensi BAB. Batasan kedua dibuat karena bayi terutama yang belum
mendapat makanan tambahan dan hanya mendapat ASI eksklusif, BAB dapat
mencapai 6-8 kali perhari dengan feses encer dengan ada bagian padat dan
berbau asam.
Diare akut ditandai dengan gejala berupa defekasi dengan tinja cair/lembek
dengan atau tanpa darah dan lendir dengan frekuensi 3 kali/hari atau lebih
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut
yang terjadi lebih dari 14 hari yang umumnya disebabkan oleh agen infeksi.
Diare kronis lebih ditujukan untuk diare yang hilang timbul yang sering terjadi
berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14
hari yang umumnya disebabkan oleh noninfeksi. Rata-rata (95%) diare akut
terjadi 3-5 hari, karena itu diare akut yang melanjut lebih dari 7 hari disebut
prolong diarrhea dan harus diketahui agen penyebabnya.
B. EPIDEMIOLOGI
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan
dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok
usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi
terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak
menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab
kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara
7
berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per
tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per
tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.
Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan
jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di
Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita,
sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar
antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada
survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi,
didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel
sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian
diare pertahun.
Angka kejadian diare di palembang dari data dinas kesehatan kota
Palembang didapatkan pada tahun 2006 sebanyak 53.429 orang, tahun 2007
46.738 orang, tahun 2008 sebanyak 53.824 orang, tahun 2009 sebanyak 54.162
orang, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 49.897 orang. Walaupun angka
kejadian diare pada tahun 2010 menurun tetapi masih tinggi dengan cakupan
wilayah sebesar 81%. Pada tahun 2009 didapatkan angak kejadian diare pada
balita sebanyak 26.413 balita.
Kebanyakan kasus diare (+85%) disebabkan oleh rotavirus, ETEC, dan tidak
ditemukan mikroorganisme penyebab. Sisanya disebabakan oleh bakteri lainnya,
virus lainnya, parasit, malabsorpsi makanan, alergi makanan, keracunan
makanan, imunodefisiensi, dan lain-lain,
Golongan virus yang merupakan agen infeksi adalah rotavirus, virus
Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, dan Adenovirus. Golongan bakteri, yakni yakni
8
Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC), Salmonella, Shigella, Vibrio
cholera 01, Clostridium difficile, Aeromonas hydrophilia, Plesiomonas
shigelloides, Yersinia enterocolitis, Campilobacter jejuni, Staphilococcus aureus,
dan Clostridium botulinum. Golongan parasit, yakni Entamoeba histolytica,
Dientamoeba fragilis, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp,
Isospora belli, Blastocystis hominis, dan Enterobius vermicularis. Golongan
cacing, yakni Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis, dan Trichinella
spiralis. Golongan jamur, yakni Candidiasis, Zygomycosis, dan
Coccidioidomycosis. Walaupun agen infeksi yang menyebabkan diare banyak
jumlahnya, tetapi secara klinis WHO hanya membagi diare akut menjadi diare
akut, disentri, dan kolera.
C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT DIARE
Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau
sekresi yang meningkat. Beberapa mekanisme yang mendasarinya adalah
mekanisme sekretorik (diare sekretorik), mekanisme osmotik (diare osmotik),
dan campuran. Prinsip dasar infeksi oleh bakteri adalah kemampuan bakteri
mengeluarkan toksin-toksin, yang dapat bertindak sebagai reseptor untuk melekat
pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian menghancurkannya
(sitolitik, disebut sitotoksin), mengaktifkan second messenger intraseluler
sehingga terjadi peningkatan sekresi (disebut enterotoksin), dan
merusak/merangsang sistem persarafan (disebut neurotoksin). Pada infeksi
bakteri, kerusakan sel dapat terjadi tergantung jenis bakteri yang menginvasi,
tetapi dapat pula enterositnya utuh/tidak rusak. Jika enterositnya tidak rusak
maka diare yang ditimbulkannnya adalah diare sekresi. Jika enterositnya rusak
maka disamping diare sekresi juga dapat terjadi diare osmotik (tergantung pada
tingkat kerusakan enterosit). Prinsip dasar diare karena virus adalah invasi virus
ke dalam enterosit untuk berkembang biak sehingga enterosit lisis. Lisisnya
9
enterosit menyebabkan gangguan pada vili (pemendekan pada villi) sehingga
menyebabkan kripta hipertropi dan hiperplasia.
Hampir seluruh kasus diare berlangsung 3-5 hari. Karena itu diare yang
melebihi 7 hari, walaupun masih tergolong diare akut, harus diketahui
penyebabnya. Diare akut dapat menjadi diare persisten (lebih dari 14 hari).
Penyebab terjadinya diare persisten sangat kompleks dan merupakan gabungan
banyak faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Faktor kuman, terinfeksi
oleh kuman yang sering menyebabkan diare persisten, yakni Shigella, EPEC,
Samonella, Giardia, Entamoeba histolylotica, Cryptosporiium dan lain-lain.
Infeksi rotavirus jarang menyebabkan diare persisten.
Faktor pejamu (host) diantaranya adalah tidak mendapat ASI, tidak
mendapat ASI eksklusif, anemia, umur kurang dari 1 tahun, BBLR, gizi buruk,
penggunaan antibiotika yang tidak tepat, penanganan diare yang tidak benar,
penggunaan obat-obat simptomatik, defisiensi zat imunologis, defisiensi enzim
pencernaan. Faktor lainnya adalah sanitasi yang jelek, sumber air minum yang
kotor, pendidikan pengasuh yang rendah.
Selain diare persisten, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari disebabkan
diare kronik. Salah satu cara untuk membedakannya adalah puasa, dimana pada
diare persisten diare tetap berlangsung sedangkan pada diare kronik tidak. Cara
lainnya adalah dengan mengetahui bentuk tinja, dimana pada diare dengan tinja
berair dapat disebabkan oleh diare persisten, difisiensi enzim disakaridase,
malabsorpsi monosakarida, alergi makanan, psikogenik, sindroma usus pendek,
sindroma usus kecil tercemar, defek imun primer, penggunaan pencahar, tumor
ektraluminal, dan gangguan endokrin.
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, dibagi menjadi
diare akut dan kronis. Patokan waktunya adalah 14 hari, tetapi menurut Arasu
adalah 28 hari. Diare akut biasanya (95%) berlangsung dalam 3-5 hari, karena itu
diare akut yang memanjang lebih dari 7 hari disebut prolong diarrhoea harus
dipikirkan kuman penyebab dan faktor resiko terjadinya diare persisten.
10
Berdasarkan manifestasi klinis, dibagi menjadi tiga, yakni disentri, kolera, dan
diare akut (bukan disentri maupun kolera). Diare kronis dapat dibagi menjadi 2
(beberapa pengarang tidak membedakannya) adalah diare persisten (kelanjutan
dari diare akut, disebabkan adanya infeksi) dan diare kronis (diare yang sering
hilang timbul atau kelanjutan diare akut dengan gejala yang ringan, dengan sebab
bukan karena infeksi). Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinis, ditujukan untuk
penggunaan antimikroba, dimana pada kolera dan disentri diberikan antibotika.
Secara sederhana setiap diare akut yang disertai darah dan atau lendir/pus dapat
dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis, sampai terbukti lain. Kolera
mempunyai manifestasi klinis khas, yakni diare profus, seperti cucian air beras,
berbau khas seperti ”bayklin”/sperma, umur anak 3 tahun ke atas (terutama di
atas 5 tahun), adanya kejadian luar biasa dimana pada awal serangan menyerang
orang dewasa baru kemudian menyerang anak.
Berdasarkan derajat dehidrasi, dibagi menjadi tanpa dehidrasi, ringan-
sedang, dan berat. Klasifikasi dehidrasi sesuai kehilangan cairan yang telah
terjadi (PWL= provious water loss). PWL yang 0-5% penurunan barat badan
(BB) tidak berdampak pada derajat dehidrasi (tanpa dehidrasi). Kehilangan
cairan hingga 3% BB masih dapat dikompensasi oleh tubuh sehingga tidak
terjadi tanda-tanda dehidrasi. PWL yang 5-10% penurunan BB berdampak pada
tanda-tanda klinis dehidrasi ringan-sedang. PWL yang 10-15% penurunan BB
berdampak pada tanda-tanda klinis dehidrasi berat. PWL yang lebih dari 15%
menyebabkan kematian ataupun syok. Pada anak yang lebih besar karena
komposisi cairan tubuh, terutama CES, lebih sedikit maka PWL sebesar 9% BB
bisa menimbulkan dehidrasi berat. Derajat dehidrasi dapat ditentukan
berdasarkan gambaran klinis anak yang menderita diare, yang menurut MTBS
(manajemen terpadu balita sakit) berdasarkan keadaan umum, kelopak mata, rasa
haus, dan turgor.
11
Diare tanpa
dehidrasi
Diare dehidrasi
ringan/sedang
Diare dehidrasi
berat
Bila terdapat dua
tanda atau lebih
Bila terdapat dua
tanda atau lebih
Bila terdapat dua
tanda atau lebih
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/
tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk
minum
Normal, tidak ada
rasa haus
Ingin minum
terus, ada rasa
haus
Malas minum
Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat
lambat
D. TATALAKSANA
Menurut WHO ada 4 dasar terapi diare:
(1) pemberian cairan: untuk mengobati atau mencegah dehidrasi,
(2) Diet: meneruskan ASI dan makanan lainnya,
(3) obat-obatan: tidak memakai antibiotika, terkecuali pada kasus kolera dan
disentri, WHO telah merekomendasikan pemakaian zinc dan
(4) penyuluhan.
WHO menyusun rencana pengobatan untuk mengobati diare, dimana
rencana A untuk tanpa dehidrasi, B untuk dehidrasi ringan-sedang dan C untuk
dehidrasi berat.
a. Rencana Terapi A untuk tanpa dehidrasi: Penanganan Diare di Rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan dirumah: beri cairan
tambahan, beri tablet zink, lanjutkan pemberian makan, kapan harus
kembali.
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
a) Jelaskan kepada ibu :
Gejala dehidrasiDerajat dehidrasi
12
pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan
tambahan yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap pemberian
jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika :
anak telah diobati dengan rencana terapi B dan C dalam kunjungan
ini
b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
> 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB
Cara meminumkan:
– minumkan sedikit sedikit tetapi sering
– jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat
– teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Beri tablet zinc
Pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :
< 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari
> 6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari
3. Lanjut pemberian makan/ASI
4. Kapan harus kembali
b. Rencana Terapi B: penanganan dehidrasi ringan-sedang
13
1) Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tentukan jumlah oralit selama periode 3 jam.
UMUR 0-4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan (cc) 200-400 400-700 700-900 900-1400
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 cc/kgBB
- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas,
berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri
juga 100-200 cc air matang selama periode ini.
- Mulailah memberi makan setelah anak ingin makan
- Lanjutkan pemberian ASI.
Tunjukkan kepada ibu cara pemberian oralit
- Minumkan sedikit – sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
- Lanjutkan ASI selama anak mau.
Berikan tablet zink selama 10 hari.
2) Setelah 3 jam:
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah
- Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana Teraoi A.
14
- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah, yaitu beri cairan tambahan,
lanjutkan pemberian makan, beri tablet zink selama 10 hari.
3) Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah
sesuai dengan berat badan anak atau umur anak jika berat badan aank
tidak diketahui. Namun, jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum
lebih banyak.
4) Tunjukkan kepada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok
teh setiap 1- 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun, dan pada anak
yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir.
5) Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah
- Jika anak muntah, tunggu selama 1- menit lalu beri laruatan oralit lebih
lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit)
6) Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau
7) Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu
cara menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit
secukupnya kepada ibu agar bisa menyelesakan rehidrasi di rumah
ditambah untuk rehidrasi dua hari berikutnya.
8) Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang
terlihat sebelumnya.
c. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat Secara Cepat
15
E. PENCEGAHAN
16
Pengobatan penyakit diare sangat efektif dalam mencegah kematian, tetapi
tidak memiliki dampak pada insidensi diare. Staf kesehatan yang bekerja di
fasilitas perawatan untuk mengajar anggota keluarga dan memotivasi mereka
tentang langkah-langkah pencegahan. Ibu dari anak-anak yang dirawat karena
diare cenderung sangat menerima pesan-pesan tersebut. Untuk menghindari
kelebihan informasi yang didapatkan ibu, yang terbaik adalah dengan
menekankan hanya satu atau dua saja dari poin-poin berikut, memilih yang
paling sesuai untuk ibu dan anaknya.
1. Air Susu Ibu
Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi harus mendapatkan ASI
eksklusif. Ini berarti bahwa bayi yang sehat harus diberi ASI dan tidak boleh
menerima makanan atau cairan lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman,
susu hewan atau formula. Bayi dengan ASI eksklusif sangat kecil
kemungkinannya untuk mendapatkan diare atau meninggal karena diare
daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI atau ASI sebagian. Menyusui
juga melindungi terhadap risiko alergi pada awal kehidupan, memberikan
jarak dan perlindungan terhadap infeksi selain diare (misalnya pneumonia).
Menyusui harus terus diberikan sampai minimal 2 tahun.
2. Memperbaiki Cara Mempersiapkan Makanan
Makanan pelengkap biasanya harus dimulai ketika anak berusia 6 bulan.
Hal ini dapat dimulai setiap saat setelah berusia 4 bulan. Namun, jika anak
tidak tumbuh memuaskan. Memberikan makanan yang baik, memilih
makanan bergizi dan menggunakan praktek-praktek yang higienis ketika
mempersiapkan makanan. Pilihan makanan pelengkap akan tergantung pola
diet lokal dan pertanian, serta pada kepercayaan dan praktek-praktek yang
ada. Selain ASI (atau susu hewan), makanan lunak (seperti sereal) harus
diberikan. Bila mungkin, telur, daging, ikan dan buah-buahan harus
diberikan juga. Makanan lain, seperti kacang-kacangan matang dan sayuran
17
harus diberikan, terutama yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10
ml / porsi).
3. Penggunaan Air Bersih
Resiko diare dapat dikurangi dengan menggunakan air bersih yang tersedia
dan melindunginya dari kontaminasi.
Keluarga harus:
Kumpulkan air dari sumber terbersih yang tersedia.
Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumber air.
Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih;
menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup dan tidak membiarkan
anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat tersebut, mengambil air
menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar tangan tidak
menyentuh air.
Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman
untuk anggota keluarga.
4. Cuci Tangan
Semua agen penyebab diare dapat ditularkan melalui tangan yang telah
terkontaminasi oleh feses. Resiko diare secara substansial berkurang jika
anggota keluarga melakukan praktek cuci tangan dengan benar. Semua
anggota keluarga harus mencuci tangan dengan bersih setelah buang air
besar, setelah membersihkan seorang anak yang buang air besar, setelah
membuang faeses anak, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan.
Cuci tangan yang baik memerlukan penggunaan sabun dan air yang cukup
bersih.
18
5. Keamanan Makanan
Makanan dapat terkontaminasi oleh patogen penyebab diare di tempat-
tempat umum seperti pasar, selama persiapan di rumah atau di restoran, dan
setelah terus disiapkan tanpa didinginkan. Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan untuk masyarakat umum harus menekankan pesan-pesan kunci
berikut mengenai persiapan dan konsumsi makanan:
o Cuci tangan dengan bersih dengan sabun setelah buang air besar dan
sebelum menyiapkan makanan atau makan.
o Masak makanan sampai matang
o Cuci dan keringkan semua peralatan memasak setelah digunakan.
o Jauhkan makanan yang dimasak dan peralatan bersih secara terpisah dari
makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi terkontaminasi.
o Lindungi makanan dari lalat terbang.
6. Penggunaan Jamban dan Pembuangan Kotoran yang Aman
Sebuah lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap
penyebaran penyebab diare. Karena patogen yang menyebabkan diare
diekskresikan ke dalam kotoran orang yang terinfeksi atau hewan,
pembuangan kotoran yang tepat dapat memotong penyebaran infeksi. Feses
dapat mencemari air tempat anak-anak bermain, ibu mencuci pakaian, dan
tempat sumber air untuk pemakaian keperluan rumah tangga. Setiap
keluarga harus mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi dengan baik.
Jika tidak tersedia, keluarga harus buang air besar di tempat yang ditunjuk
dan menguburkan kotoran segera. Kotoran anak-anak cenderung
mengandung patogen diare, kotoran tersebut harus dikumpulkan segera
setelah buang air besar dan dibuang di jamban atau dikubur.
19
F. Komplikasi
Komplikasi diare akut berupa syok hipovolemik/septik, dehidrasi,
hipokalemia, hiponatremia, asidosis metabolik, kematian
G. Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan pemberian cairan yang adekuat. Beberapa
kasus diare yang disebabkan oleh virus akan sembuh sendiri tanpa terapi dalam 7
sampai 10 hari. Prognosis akan semakin buruk jika diare akut berlanjut menjadi
diare persisten sebab menimbulkan malabsorpsi, malnutrisi hingga gangguan
pertumbuhan.
20
BAB III
PENCEGAHAN/PEMBINAAN
A. Genogram Keluarga Tn. Dedi Supriadi
B. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)
1. Fungsi Holistik, merupakan fungsi keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,
fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
a. Fungsi biologis
- Keluarga ini terdiri dari ayah (Tn. Dedi, 32 tahun), ibu (Ny. Erna, 27
tahun) dan tiga orang anak laki-laki ( Ivan, 10 tahun; Aris, 5 tahum dan
Ahrafi, 1 tahun)
- Pada keluarga ini tidak ditemukan penyakit yang diwariskan secara
genetik
- Pada keluarga ini tidak ditemukan penyakit yang menular ataupun
penyakit kronis
Tn. Dedi Supriadi/32 tahun Ny. Erna Wati/27 tahun
Ivan Riski /10 tahun M. Aris /5 tahun M. Ahrafi /1 tahun
21
b. Fungsi psikologis
- Hubungan Aris dengan ayah, ibu serta saudaranya baik dan harmonis,
saling mendukung antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan
saling pengertian.
c. Fungsi sosial ekonomi
- Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Kondisi ekonomi keluarga
termasuk ekonomi kurang, ayah bekerja sebagai buruh harian lepas dan
ibu tidak bekerja, keluarga ini juga berperan aktif dalam setiap kegiatan
dan kehidupan sosial di masyarakat.
2. Fungsi fisiologis
Fungsi ini diukur dengan APGAR score. APGAR score merupakan skor yang
untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR
score meliputi.
a) Adaptation : keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota
keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu
dengan yang lainnya.
b) Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah
yang dialami oleh keluarga tersebut.
c) Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
d) Affection: interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
22
e) Resolve: keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan
kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga
lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 6,1, dengan interpretasi Cukup.
(data terlampir).
3. Fungsi Patologis dinilai dengan SCREEM score.
Social, interaksi keluarga dengan tetangga yang berada di lingkungan
sekitarnya sudah baik.
Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup
terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun.
Religious, keluarga ini taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya.
Economic, status ekonomi keluarga ini termasuk ekonomi kurang.
Educational, tingkat pendidikan keluarga ini cukup. Ayah lulusan SMP, ibu
lulusan SMA, anak pertama sedang menjalani jenjang pendidikan SD, anak
kedua baru masuk TK.
Medical, keluarga ini belum cukup mampu mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai karena terkendala ekonomi. Namun, dengan adanya janimnan
kesehatan yang dibuat oleh pemerintah, keluarga ini pun dapat menikmati
pelayanan kesehatan.
4. Fungsi hubungan antarmanusia
Interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik.
5. Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas)
23
6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, walaupun sikap
sadar akan kesehatan masih belum tercapai seperti cuci tangan sebelum makan
belum rutin dilakukan. Namun, tindakan kesehatan lain sudah dilakukan.
7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan sekitar cukup sehat dan para tetangga juga menjalin kerjasama
dengan baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas tidak begitu jauh.
8. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan dalam rumah sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan,
lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi, sirkulasi udara dan
pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban ada di dalam rumah,
pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.
9. Fungsi outdoor
Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah dengan jalan
raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, dan tempat
pembuangan umum jauh dari lokasi rumah.
24
Lampiran 1
Kondisi Rumah
Peta
Lampiran 2
Dapur Kamara
Ruang Tamu/Ruang Keluarga
WC
25
APGAR Score0 : jarang/tidak sama sekali1 : kadang-kadang
Variabe Penilaian
APGAR Ayah
APGAR Ibu
APGAR Anak ke-1
APGAR anak ke-2
APGAR anak ke-3
Adaptation 2 2 2 0 0Partnership 2 1 2 0 0Growth 1 2 1 1 0Affection 2 2 1 2 2Resolve 1 2 1 2 2
Total 8 9 6 5 4
2 : sering/selalu
Interpretasi : ≤5 : kurang, 6-7 (cukup), dan 8-10 (baik).Rata-rata Apgar Score: 6,1 (cukup)
Lampiran 3
SCREEM score.
26
Variabel Penilaian PenilaianSocial interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah
cukup baik.
Culture keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang
cukup terhadap budaya, tata krama, dan perhatian
terhadap sopan santun.
Religious keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Economic status ekonomi keluarga ini kurang
Educational tingkat pendidikan keluarga ini cukup. Ayah lulusan
SMP, ibu lulusan SMA, anak pertama sedang
menjalani jenjang pendidikan SD, anak kedua baru
masuk TK.
Medical keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dengan adanya jaminan kesehatan dari pemerintah
Lampiran 4BaganStruktur Organisasi Puskesmas Pakjo
Petugas KIA serta KBNiswah Aryani, Am. Keb
dan Nadiati
P. perbaikan Gizi masyarakat
Hj. Darnawati
Petugas Promosi Kes. Ling
Hj.Rohmiah
Pel Kesehatan Wajib
Petugas TradisionalHj. Rohmiah
Petugas Kesehatan Kerja
IrlandianaPetugas Kesehatan
LANSIANuria Syafitri, Am.
Kep
Petugas Kesehatan Sekolah
Murpinawati
P. Keperawatan Kesehatan
Niswah Aryani, AM. Kep
P. Kesehatan Pengembangan
Petugas Kesehatan Olahraga
Elly Noverda
PustuSiring AgungHj. Nella Sofia
PustuTalang Mas Ketip
Syarifah
KEPALA PUSKESMASDr. Hj. Yulia Darlina
SUBBAG. Tata UsahaMarlina
Petugas P2M/P2TMIrlandiana/Rita Maria
Koordinator Pel. Kesehatan MasyarakatDrg. Nina Agustina
Koordinator Pel. Kesehatan PeroranganDr.Magdalia nova
Petugas Promosi KesehatanRohmiah
Pel kesehatan wajib
Petugas Perbaikan Gizi MasyarakatHj. Darnawati
Petugas Pengobatan
Hj. Rita Mariya, Am. Kep
Petugas P2M/P2TMIrlandiana/Rita
Mariya
P. Kesehatan Pengembangan
Petugas Kesehatan Mata
Rita Mariya, Am. Kep
Petugas Gigi dan MulutDrg. Nina Agustina
Petugas Kesehatan LANSIA
Nuria Syafitri, Am. Kep
Petugas Kesehatan JiwaHj. Rita Mariya, Am. Kep
P. Keperawatan Kesehatan
Niswah Aryani, Am. Keb
Petugas KIA serta KB
Niswah Aryani, Am. Keb dan Nadiati
27