fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … · animasi pada siswa kesulitan belajar kelas iv sd...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING
COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA ANIMASI PADA SISWA
KESULITAN BELAJAR KELAS IV SD NEGERI PAJANG I SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011
SKRIPSI
Oleh:
SITI HAMIDAH
NIM K5107039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING
COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA ANIMASI PADA SISWA
KESULITAN BELAJAR KELAS IV SD NEGERI PAJANG SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011
Oleh:
SITI HAMIDAH
NIM K5107039
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyarat Guna Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Siti Hamidah. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA
ANIMASI PADA SISWA KESULITAN BELAJAR KELAS IV SD NEGERI
PAJANG I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011, skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
juni. 2011.
Tujuan penelitian adalah Untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dengan media animasi pada siswa kesulitan belajar kelas IV
SD Negeri Pajang I Suarakarta Tahun Ajaran 2011.
Penelitian ini berbentuk classroom action research/ Penelitian Tindakan
Kelas merupakan percermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru dan siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
tes dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan
triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang di gunakan adalah
analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis.Data kuantitatif berupa hasil tes
dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu dengan mencari nilai
rerata dan prosentase ketuntasan belajar. Kemudian membandingkan nilai tes
antar siklus dengan indikator ketercapaian.Sedangkandata kualitatatif yang berasal
dari hasil observasi dan dokumntasi di analisis dengan menggunakan analisis
kritis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunan model pembelajaran Cooperatif Integrated
Reading Composition(CIRC) dengan media animasi dapat meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang I
Surakarta Tahun Ajaran 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Siti Hamidah. THE IMPROVEMENT OF READING COMPREHENSION
COMPETENCY USING COOPERATIVE INTEGRATED READING
COMPOSITION (CIRC) LEARNING MODEL WITH ANIMATION
MEDIA IN THE IV LEARNING DISABLED GRADERS OF SD NEGERI
PAJANG I IN THE SCHOOL YEAR OF 2011. Thesis. Surakarta. Teacher
Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June 2011.
The objective of research is to improve of Reading Comprehension
Competency using Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) learning
model with animation media in the IV learning disabled graders of SD Negeri
Pajang I in the school year of 2011.
This study belongs to a Classroom Action Research, that is, an
observation on the learning activity in the form of action, deliberately emerged
and occurring in a classroom simultaneously. This research is a collaboration of
researcher, teacher, and students. Technique of collecting data used was research
and observation, interview, test, and document analysis. In order to validate the
data, the author employed data and method triangulations. Technique of analyzing
data used was a descriptive comparative and critical analysis. The quantitative
data containing the test result was analyzed using descriptive comparative, by
looking for the mean value and percentage of learning passing. Then it compares
the inter-cycles test value with the achievement indicator. Meanwhile the
qualitative data deriving from result of observation, interview and document was
analyzed using critical analysis.
Considering the result of research conducted, it can be concluded that the
use of Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) learning model with
animation media can improve the Reading Comprehension Competency of IV
learning disabled graders of SD Negeri Pajang I in the school year of 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciiptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-mulah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam (baca tulis). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Terjemahan QS. Al- Alaq ayat 1- 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan ibuku tercinta, tidak ada kebahagiaan yang paling besar dalam
kehidupan ini kecuali memiliki kalian berdua.
Kakak dan adikku tersayang, Hari-hari indah telah kita lewati bersama-
sama baik suka maupun duka.
Nenekku tercinta, nasehat dan kasih sayangmu selalu kuingat dan do’aku
selalu untukmu.
Teman-temanku angkatan 2007 PLB.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama
pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan universitas sebelas maret yang telah memberikan izin
penulisan skripsi;
2. Drs. R. Indiyanto, M.Pd Ketua jurusan ilmu pendidikan yang telah
memberikan persetujuan skripsi;
3. Drs. Gunarhadi, MA, Ph.D ketua program pendidikan luar biasa yang telah
memberikan izin penulisan skripsi;
4. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan dengan lancar;
5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;
6. Bapak dan Ibu dosen program pendidikan luar biasa yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
7. Bapak Sunardi Narendra, MM selaku kepala sekolah SD Negeri Pajang I
Surakarta terima kasih atas pemberian izin untuk melakukan penelitian
disekolah;
8. Bapak winarno, S.Pd selaku wali kelas IV terima kasih atas waktu dan
bantuannya dalam memperoleh data penelitian;
9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2007 yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang membantu dan memberikan warna selama menjadi
mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Siswa-siswi SD Negeri pajang I yang menjadi objek dalam penelitian
saya, terima kasih yang sebesar-besarnya karena membantu dalam
memperoleh datapenelitian ini;
11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................................. ii
PERSETUJUAN ......................................................................................... iii
PENGESAHAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRAC .................................................................................................. vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitan............................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9
1. Tinjauan Anak Kesulitan Belajar .............................................. 9
a. Pengertian kesulitan belajar ................................................ 9
b. Faktor penyebab kesulitan belajar ....................................... 10
c. Klasifikasi kesulitan belajar ................................................ 11
d. Karakteristik kesulitan belajar............................................. 12
2. Tinjauan Anak Kesulitan Belajar Membaca ............................. 13
a. Pengertian kesulitan belajar membaca ................................ 13
b. Jenis-jenis kesulitan belajar membaca ................................ 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Ciri-ciri anak kesulitan belajar membaca ............................ 14
d. Gejala-gejala anak kesulitan belajar membaca .................. 15
3. Tinjauan Membaca Pemahaman ............................................... 17
a. Pengertian membaca ........................................................... 17
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
Membaca ............................................................................. 19
c. Tujuan membaca ................................................................. 19
d. Ciri-ciri membaca................................................................ 20
e. Tahapan-tahapan membaca ................................................. 21
f. Pengertian membaca pemahaman ....................................... 22
g. Tujuan membaca pemahaman ............................................. 23
h. Aspek-aspek membaca pemahaman ................................... 24
i. Prinsip-prinsip membaca pemahaman ................................ 24
4. Tinjauan Model Pembelajaran CIRC ........................................ 27
a. Model pembelajaran ............................................................ 27
b. Model pembelajaran CIRC ................................................. 30
c. Langkah-langkah penggunaan metode CIRC dalam membaca
pemahaman ......................................................................... 36
5. Tinjauan Media Pembelajaran................................................... 37
a. Pengertian media ................................................................. 37
b. Fungsi media pembelajaran................................................. 38
c. Macam-macam media pembelajaran................................... 39
d. Tujuan penggunaan media .................................................. 40
e. Manfaat media pembelajaran .............................................. 40
f. Nilai media dalam pembelajaran ......................................... 40
g. Media animasi ..................................................................... 41
B. Penelitian Relevan ........................................................................... 43
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 44
D. Hipotisis .......................................................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ........................................................ 47
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 48
D. Data dan Sumber Data .................................................................... 48
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 49
F. Validitas Data .................................................................................. 52
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 53
H. Indikator Kinerja ............................................................................. 54
I. Prosedur Penelitian.......................................................................... 55
BAB 1V HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal .................................................................. 58
B. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................... 60
C. Deskripsi Hasil Siklus II ................................................................. 68
D. Hasil Penelitian ............................................................................... 76
E. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 79
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 83
LAMPIRAN-RAMPIRAN ........................................................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 RencanaPelaksanaan Kegiatan Penelitian .......................................... 46
4.1 Kemampuan Awal Membaca Pemahaman ........................................ 58
4.2 Contoh Karangan Sederhana Pengembangan Dari Film Animasi ...... 61
4.3 Nilai Membaca Pemahaman Pada Kegiatan Siklus I .......................... 65
4.4 Contoh Karangan Sederhana Pengembangan Dari Film Animasi ...... 70
4.5 Nilai Pada Pembelajaran Siklus II....................................................... 74
4.6 Nilai Membaca Pemahaman Siswa Pada Kemampuan Awal, Siklus I
Dan Siklus II ..................................................................................... 77
4.7 Peningkatan Nilai Rata-Rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus .... 78
4.8 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membaca Pemahaman Setiap
Siklus .................................................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Nilai Kemampuan Awal ...................................................................... 59
4.2 Nilai Kegiatan Siklus I ........................................................................ 65
4.3 Nilai Kegiatan Siklus II ....................................................................... 74
4.4 Peningkatan Nilai Membaca Pemahaman Siswa ................................ 77
4.5 Peningkatan Nilai Rata-Rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus .... 78
4.6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal ........................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir................................................................................ 44
3.1 Model Penelitian Tindakan ................................................................. 48
4.1 Contoh Film Animasi Dalam Pembelajaran ....................................... 60
4.2 Contoh Film Animasi Dalam Pembelajaran ....................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Tes Membaca Pemahaman ............................... 87
2. Format Penilaian ...................................................................... 88
3. Soal pretest ............................................................................... 89
4. Lembar observasi siswa ........................................................... 92
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ............................ 95
6. Soal Membaca Pemahaman siklus I ......................................... 103
7. Lembar observasi siswa siklus I ............................................... 105
8. Rencana pelaksanaan pembelajaran sklus II ............................ 108
9. Soal Membaca Pemahaman siklus II ....................................... 116
10. Lembar Observasi siswa Siklus II ............................................ 118
11. Rekap nilai persiklus ................................................................ 121
12. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ............................... 122
13. Surat Keputusan Dekan FKIP .................................................. 123
14. Surat Permohonan Izin Research/ Try Out .............................. 124
15. Surat Keterangan ...................................................................... 127
16. Foto kegiatan dalam pembelajaran........................................... 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Setiap warga negara memiliki
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Begitu pula dengan
warga negara yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus
(UU No. 20 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1). Warga negara yang berkelainan tersebut
dan masih berusia anak–anak disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak
Kesulitan belajar sebagai bagian dari anak berkebutuhan khusus, tentunya mereka
juga berhak memperoleh pendidikan khusus agar dapat berkembang sesuai dengan
potensinya.
Anak kesulitan belajar adalah anak dengan kemampuan intelegensi rata-
rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam
belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi,
berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi
integrasi sensori motorik. Salah satunya Kesulitan belajar membaca disebut juga
Disleksia adalah suatu istilah yang menggambarkan kondisi anak yang mengalami
kesulitan belajar. Istilah ini menggambarkan adanya kesulitan balajar dalam
membaca. Akibat dari kesulitan membaca itu akan mengakibatkan kesulitan
dalam berbahasa dan memahami suatu bacaan .
Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan karena bahasa
merupakan alat untuk berkomunikasi dan itu merupakan salah satu fungsi utama
bahasa. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Kemampuan
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. (dalam Budiasih dan Darmiyati Zuchdi). Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis
Untuk dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dan mencapai hasil
yang maksimal guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
yang tepat akan meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran ketrampilan
berbahasa dalam kurikulum disekolah menurut Henry Guntur Tarigan (2008:1)
mencakup empat aspek, yaitu: (1) ketrampilan menyimak/mendengarkan(listening
skills), (2) ketrampilan berbicara (speaking skills), (3) ketrampilan membaca
(reading skills), (4) ketrampilan menulis (writing skills). Setiap ketrampilan
berbahasa erat sekali hubungannya dengan tiga ketrampilan yang lainnya,
misalnya saja ketrampilan membaca berhubungan dengan ketrampilan
mendengarkan, berbicara, maupun menulis. Dawson dalam Henry Guntur Tarigan
(2008:1) mengemukakan keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan
satu kesatuan, merupakan catur tunggal. Sependapat dengan Savage dalam
Budiasih dan Darmiyati Zuchdi (2001:55) menyatakan membicarakan dan
mendiskusikan menyimak, berbicara, membaca, menulis secara terpisah
merupakan hal yang wajar dan terlalu dibuat-buat sebab sebenarnya keempat
kemampuan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena
merupakan salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata
pelajaran yang lain. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat
membaca untuk belajar. (Lerner dalam Mulyono 2003:200). Burns dalam Farida
Rahim (2008:1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu
yang sangat vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Belajar membaca merupakan
usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value)
membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dengan
demikian, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam
pendidikan dan pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kegiatan membaca juga merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari seluruh
dunia. Melalui membaca orang juga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui membaca itu akan
memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam
pandangannya, memperluas wawasannya, serta semakin meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang, Orang yang banyak membaca mempunyai pengetahuan
yang lebih daripada orang yang jarang atau tidak pernah membaca.
Orang dapat membaca apa saja karena sesuatu yang dibaca pasti
mempunyai informasi. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan
yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
Oleh karena itu, kemampuan membaca mempunyai peran yang penting dalam
membantu siswa mempelajari berbagai hal.
Kemampuan membaca siswa tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui
proses pembelajaran yang diperoleh sejak duduk dibangku SD, yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjut atau pemahaman. Akhadiah dalam Budiasih dan
Darmiyati Zuchdi (2001:57) menjelaskan dalam pembelajaran membaca, guru
mempunyai peranan yang penting karena melalui pembelajaran membaca guru
dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan meningkatkan
kemampuan membaca siswa.
Kemampuan membaca selalu dibutuhkan dalam setiap tema pembelajaran.
Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan kemampuan membaca karena
kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan bahasa dan
sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang termasuk dijenjang SD.
Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan
memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai. Kemampuan membaca
menjadi dasar utama, tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi
pengajaran mata pelajaran lain. Membaca terutama membaca pemahaman
merupakan kegiatan yang aktif. Membaca bukan sekedar memahami lambang-
lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan.
Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada
sekolah.
Kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki sebagian siswa masih
kurang atau belum 100%. Sebagian siswa cenderung tidak benar-benar memahami
bacaan yang diberikan, bahkan tidak jarang siswa salah dalam hal memahami
maksud atau tujuan dari bacaan tersebut. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan
peneliti pada siswa menyatakan bahwa pembelajaran membaca pemahaman dirasa
sulit. Hal ini karena siswa terlihat kurang memperhatikan siswa lain yang sedang
membaca. Kemudian pada saat guru memberikan pertanyaan yang bertujuan
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang bacaan, kurangnya pemahaman
siswa mengakibatkan siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Maka hasil
belajar siswa mengenai materi membaca pemahaman masih kurang karena
nilainya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rendahnya
kemampuan membaca siswa khususnya membaca pemahaman menunjukkan ada
kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca pemahaman.
Pada pembelajaran membaca pemahaman, guru hanya memberikan materi
saja tanpa disertai dengan pemilihan model pembelajaran, metode mengajar,
media pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat menarik
perkatian, serta memotivasi siswa untuk belajar. Akibatnya, siswa tidak memiliki
ketertarikan dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa pun tidak bisa
memahami bacaan dengan baik. Padahal penggunaan model pembelajaran,
metode mengajar, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran dapat
membantu guru menyampaikan materi sehingga tujuan pembelajaran pun tercapai.
Dalam hal ini, siswa dapat memahami bacaan. Hal ini disadari karena guru kurang
kreatif dalam memanfaatkan model pembelajaran, metode mengajar, media
pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Selain itu, guru tidak mempunyai
keterampilan khusus untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai
suatu bacaan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman adalah model pembelajaran Cooperative Integreted
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Reading Composition (CIRC). Model pembelajaran CIRC adalah model
pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis, dan
seni berbahasa. Rahim (2008:35) mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran
kooperatif yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah metode
Cooperative Integreted Reading Compotision (CIRC)”. Menurut Slavin (1995),
tujuan utama CIRC khususnya dalam mengunakan tim kooperatif ialah membantu
siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Model
pembelajaran CIRC ini mengintegrasikan antara pembelajaran membaca dan
menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan karakteristik pembelajaran
bahasa Indonesia yaitu terpadu. Selain itu model pembelajaran CIRC ini bersifat
kooperatif dimana dapat meningkatkan kerjasama antara siswa sehingga semua
siswa diarahkan untuk bekerja dan waktu pembelajaran menjadi lebih efektif.
Model pembelajaran CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan
dasar terkait, pengajaran langsung pengajaran memahami bacaan dan seni
berbahasa menulis terpadu. Dalam model pembelajaran CIRC siswa bekerjasama
dalam kelompok untuk mencari ide pokok, pikiran utama dan hal-hal yang
berkaitan dengan teks bacaan. Dalam model pembelajaran CIRC ini salah satu
siswa membacakan cerita untuk kelompok, kemudian mengerjakan tugas
kelompok bersama-sama dan mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Hasil
penelitian tentang pembelajaran struktur cerita mengidentifikasi bahwa CIRC bisa
meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah dan meringkas unsur-unsur cerita
dimana kedua kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa (Farida Rahim, 2008:35), sehingga model pembelajaran CIRC
sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman.
Media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi.
Banyak jenis-jenis media pembelajaran seperti 1) visual (film strip, peta dll), 2)
audio (radio, rekaman dll), 3) audio visual (TV, film), 4) benda tiga dimensi
(model, bak pasir dll), dan 5) dramatisasi (sandiwara boneka, drama dll). Media
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media animasi. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dasarnya animasi adalah menciptakan gerakan, dan cara termudah adalah dengan
menggambar rangkaian gerakan, seperti yang sering dilihar di televisi maupun
dilayar lebar. Animasi tidak hanya untuk film kartun saja, dapat juga kita gunakan
untuk media pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya. Animasi juga
dapat dijadikan media untuk menarik perhatian siswa agar tetap fokus dan
semangat saat proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai
Peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan
media animasi pada siswa kesulitan belajar kelas IV SD Negeri Pajang I
Surakarta Tahun Ajaran 2011.
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) melalui media animasi dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa berkesulitan belajar kelas IV SD Negeri Pajang I
Surakarta Tahun Ajaran 2011?
C. Tujuan penelitian
Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media
animasi pada siswa kesulitan belajar kelas IV SD Negeri Pajang I Suarakarta
Tahun Ajaran 2011.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah bertambahnya
reverensi menuju perkembangan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dalam keterampilan membaca pemahaman bagi anak kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
belajar. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar dalam melakukan
penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih kompleks
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
1) Sebagai alternatif metode belajar untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa
2) Sebagai salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memahami isi
suatu bacaan dalam belajar membaca pemahaman
b. Guru
1) Sebagai gambaran penerapan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) melalui media animasi dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kesulitan belajar
kelas IV SD Negeri Pajang I Surakarta, sekaligus memberikan alternatif
solusi pada kesulitan membaca pemahaman pada siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia.
2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan salah satu model
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kesulitan belajar
kelas IV SD Negeri Pajang I Surakarta.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Sebagai salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut
mengenai suatu rancangan pembelajaran membaca pemahaman dengan
model / metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Menjadi salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjut
dengan variabel yang sama, disekolah dan kondisi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang kesulitan belajar
a. Pengertian kesulitan belajar
Menurut Herry W(1996) dalam Munzayanah (JRR, 1999:50).
Kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis,
proses psikologik dasar maupun sebab-sebab lain, sehingga prestasi belajar
yang dicapai jauh berada dibawah potensi yang sebenarnya.
ACALD (Association Committee for Children and Adult Learning
Disabilities) dikutip oleh Lovitt, (1989) dalam Mulyono
Abdurrahman(1999:8)
Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga
bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan
kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau
nonverbal.
Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan
yang nyata pada orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga
superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan
untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam
perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap
harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan
sehari-hari sepanjang kehidupan.
Definisi kesulitan belajar menurut The States Office of Education
(USOE) dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985) dalam Mulyono
Abdurrahman (1999:6)
Kesulitan Belajar Khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih
dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ujaran atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
perceptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan
tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang
penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,
pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena
gangguan emosional atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau
ekonomi.
Dalam international jornal of special education vol 23 No 2 2008
Learners with LD are particularly deemed to be at risk for low self-esteem
because they experience significant difficulty in school, both in terms of
academic performance and peer acceptance ( sibusiso ntshangase, andile
mdikana, Candice cronk)
Jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia Peserta didik dengan
LD terutama dianggap beresiko rendah diri karena mereka mengalami
kesulitan yang signifikan di sekolah, baik dari segi prestasi akademis dan
penerimaan peer (sibusiso ntshangase, andile mdikana, Candice cronk)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar adalah anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-
rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang
disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologik. Gangguan
tersebut menampakkan dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
b. Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:13) Kesulitan belajar bisa
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, fator penyebab kesulitan
belajar yaitu:
1) Faktor genetic
2) Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen
3) Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk
memfungsikan saraf pusat)
4) Biokomia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada
makanan)
5) Pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
6) Gizi yang tidak memadahi
7) Pengaruh-pengaruh psikologis dan social yang merugikan
perkembangan anak (deprivasi lingkungan)
Menurut hallahah et al(1985:p.17) dalam Mulyono Abdurrahman
banyak penyebab kesulitan belajar, antara lain adalah:
1) Faktor genetic
2) Luka pada otak (brain injury) yang disebabkan oleh trauma fisik atau
kekurangan oksigen sebelum, pada saat atau segera setelah kelahiran
3) Biokimia yang hilang, misalnya kimia yang diperlukan untuk
memfunngsikan sistem syaraf pusat
4) Biokimia yang diberikan kepada anak, misalnya zat pewarna
5) Pencemaran lingkungan, misalnya pencemaran timah hitam dan
6) Pengaruh-pengaruh psikologi dan sosial, misalnya perbedaan latar
belakang budaya, pembelajaran yang tidak tepat, dan kemiskinan orang
tua
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab
kesulitan belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor baik Faktor internal yaitu
kemungkinan adanya disfungsi neurologis.Faktor eksternal yaitu berupa
strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat.
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Mulyono Abdurrahman (1999:11) Secara garis besar kesulitan
belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok :
1) kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities) meliputi:
a) gangguan motorik dan persepsi,
b) kesulitan belajar bahasa dan komunikasi
c) kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku social.
2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabiities) meliputi:
adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dengan kapasitas yang diharapkan yang mencakup penguasaan dalam
membaca, menulis, dan matematika
Menurut Kirk dan Gallagher (1979) mengklasifikasikan kesulitan
belajar menjadi dua macam yaitu
1) kesulitan belajar akademik (academic learning disabiities) menunjuk
pada kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai
dengan kapasitas yang diharapkan dari seseorang anak. Kegagalan-
kegagalan tersebut meliputi keterampilan dalam membaca, menulis,
mengeja dan berhitung.
2) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities) meliputi
a) Gangguan perhatian
b) Gangguan perseptual dan ekspresif
c) Keterbatasan dalam menggunakan operasi mental seperti ingatan,
melihat hubungan, menggeneralisasikan, dan mengasosiasikan
d) Gangguan dalam bahasa yang meliputi keterbatasan untuk
memecahkan sandi (decode) dan menyandikan (encode) berbagai
pengertian atau konsep, baik dalam bentuk verbal maupun dalam
bentuk gerakan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
kesulitan belajar dapat dibagi menjadi dua macam (1) kesulitan belajar
akademik (academic learning disabiities), (2) Kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities)
d. karakteristik kesulitan belajar
Menurut Linda Siege (2003:246) dalam John W. Santrock
karakteristik kesulitan belajar meliputi:
1) Memiliki IQ diatas tingkat retardasi
2) Mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan
dengan sekolah (terutama membaca, matematika)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Tidak menunjukkan gangguan emosional yang serius, mengalami
kesulitan karena menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua,
mempunyai kesulitan sensori atau mempunyai kekurangan neurologis
tertentu.
2. Tinjauan Anak Berkesulitan Belajar Membaca
a. Pengertian Kesulitan Belajar Membaca
Menurut Jamila K.A Muhammad (2008:140) “kesulitan belajar
membaca sering disebut juga disleksia”. Istilah disleksia sendiri berasal dari
bahasa yunani, yaitu “dys” dan “lexia”. Dys berarti kesulitan dan lexia berarti
kata. Disleksia didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh
pengetahuan dari proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan
kalimat. Ada nama-nama lain yang menunjukkan kesulitan belajar membaca
yaitu Corrective Readers dan Remidial Readers. Sedangkan kesulitan belajar
membaca yang berat sering disebut Aleksia (alexia).
Menurut Bryan dan Bryan dikutip Mercer (1979) dalam Mulyono
Abdurrahman mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan
dalam mempelajari komponen-konponen kata dan kalimat, mengintegrasikan
komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala sesuatu yang
berkenaan dengan waktu, arah dan masa.
Anak-anak penderita disleksia adalah anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan mengeja. Tetapi banyak anak
yang tidak menyadari hal ini, dan yang dirugikan adalah mereka sendiri
karena dianggap sebagai anak yang malas, bodoh dan lamban. Hampir pada
semua sekolah terdapat anak-anak yang mempunyai ciri-ciri disleksia. Yang
membedakan adalah tingkat disleksia yang mereka hadapi, apakah ringan,
sedang, ataukah serius. Intervensi awal harus diberikan pada anak-anak
penderita disleksia untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Jenis-jenis kesulitan belajar membaca
Menurut jamila K.A Muhammad (2008:141) kesulitan belajar
membaca atau disleksia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Disleksia Visual
Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam
menggunakan indra penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat
melihat dengan baik, ia tidak dapat membedakan, menginterpretasikan
dan mengingat hal yang dilihatnya.
2) Disleksia Auditoris
Disleksia Auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam
menggunakan indra pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat
mendengar dengan baik, ia mengalami kesulitan dalam mendengar bunyi,
menyimpulkan kesamaan dan perbedaannya, mengenal dengan baik
bunyi perkataan dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam
kelompok suku kata.
3) Disleksia Visual-Auditoris
Anak-anak pada tahap ini berada pada taraf yang serius, karena kedua
indranya, yaitu penglihatan dan pendengarannya, tidak dapat
membantunya menginterpretasikan apa yang dilihat dan didengarnya.
c. Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Ott (1997) seperti yang dikutip oleh Jamila K.A Muhammad
(2008:143-144) menguraikan ciri-ciri anak disleksia sebagai berikut:
1) Umum
a) Perkembangan penuturan dan bahasa lambat
b) Kemampuan mengeja lemah
c) Kemampuan membaca lemah
d) Keliru membedakan kata yang hampir sama
e) Sulit mengikuti arahan
f) Sulit dalam menyalin tulisan
g) Sulit melewati jalan yang memiliki banyak belokan
2) Pengamatan dan Tingkah laku
a) Salah jika menentukan arah
b) Bingung untuk menentukan waktu
c) Sering merasa tertekan
d) Sering salah dalam memakaikan sepatu pada kaki yang benar
e) Kemampuan untuk mandiri yang lemah
3) Koordinasi antara pandangan dengan penglihatan
a) Sulit mengeja dengan benar
b) Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata
c) Sering menambah huruf pada akhir kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d) Bermasalah dalam menyusun huruf
e) Sulit untuk memahami perkataan
f) Daya ingat lemah
g) Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata
4) Kemampuan motorik
a) Koordinasi yang lemah
b) Selalu menggerakkan tangan dengan terlampau cepat
c) Lamban dalam menulis
d) Tulisan buruk dan sulit dibaca
e) Sulit memegang pensil dengan benar
f) Kesulitan dalam menggunakan gunting
g) Sulit menjaga keseimbangan badan
h) Sulit menendang dengan benar
i) Sulit untuk menaiki tangga dengan benar
d. Gejala-gejala Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Munawir Yusuf, Sunardi dan Mulyono Abdurrahman (2003:16-17)
mengemukakan ada dua tipe disleksia yaitu disleksia auditoris dan disleksia
visual.
Gejala-gejala disleksia auditoris dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi, sehingga mengalami
kesulitan dalam analisis fonetik. Contohnya, anak tidak bisa
membedakan kata „kakak‟,‟katak‟,‟kapak‟
2) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris. Contohnya „ibu‟ tidak dapat
diuraikan menjadi „i-bu‟ atau problem sintesa ‟p-i-t-a‟ menjadi „pita‟.
Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan mengeja.
3) Kesulitan reauditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf, tidak dapat
mengingat bunyi huruf atau kata tersebut. Atau kalau melihat kata, tidak
dapat mengungkapkannya, walaupun mengerti arti kata tersebut.
4) Membaca dalam hati lebih baik daripada membaca latin.
5) Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris
6) Anak cenderung melakukan aktivitas visual.
Sedangkan gejala-gejala disleksia visual adalah sebagai berikut:
1) Tendensi terbalik, misalnya „b‟ dibaca „d‟, „p‟ menjadi „g‟ atau „u‟
menjadi „n‟, „m‟ menjadi „w‟ dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip.
3) Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Jika diberi huruf cetak
untuk menyusun kata, mengalami kesulitan. Misalnya kata‟ibu‟ menjadi
„iub‟ atau „ubi‟.
4) Memori visual terganggu
5) Kecepatan persepsi lambat
6) Kesulitan analisis dan sintesis visual
7) Hasil tes membaca buruk.
8) Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditoris
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:206-208) anak-anak
berkesulitan membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam
membaca, antara lain:
1) Penghilangan kata atau huruf
2) Penyelipan kata
3) Penggantian kata
4) Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5) Pengucapan kata salah dan makna sama
6) Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7) Pengucapan kata dengan bantuan guru
8) Pengulangan
9) Pembalikan kata
10) Pembalikan huruf
11) Kurang memperhatikan tanda baca
12) Pembetulan sendiri
13) Ragu-ragu
14) Tersendat-sendat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Tinjauan tentang membaca pemahaman
a. Pengertian membaca
Menurut Crawley dan Mountain (1995) dalam Farida Rahim
(2008:2) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif.
Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol
tulisan (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir,
membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa
berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. As Broto
(1975) seperti yang dikutib Mulyono Abdurrahman (1999:200)
mengemukakan bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan
atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi
bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan
suatu bentuk komunikasi tulis.
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen
dasar dari proses membaca yaitu recording, decoding, dan meaning.
Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat kemudian
mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan
yang digunakan. Decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan
rangkaian grafis kedalam kata-kata. Recoding dan decoding biasanya
berlangsung dikelas awal sedangkan proses memahami makna (meaning)
lebih ditekankan pada kelas tinggi (Syafi‟ie, 1999) dalam Farida Rahim
(2008:2)
Dalam internasional journal of special education vol 23 No. 2 2008
According to Alexander (2000), this dichotomy does not represent the
reality of reading development. The process of learning to read, which
involves decoding and discovering the meanings within oral and written
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
language, and reading to learn, which involves using reading abilities to
seek knowledge, are inextricably tied together (Vicky G spencer).
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Menurut Alexander
(2000), dikotomi ini tidak mewakili realitas perkembangan membaca. Proses
belajar membaca, yang melibatkan decoding dan menemukan arti dalam
bahasa lisan dan tertulis, dan membaca untuk belajar, yang melibatkan
menggunakan kemampuan membaca untuk mencari ilmu, yang diikat erat
(Vicky G spencer).
Membaca memandangi lambang-lambang tertulis semata, bermacam-
macam kemampuan dikerahkan oleh pembaca agar ia mampu memahami
materi yang dibacanya. Soedarsono (1983) seperti yang dikutip Mulyono
Abdurrahman (1999:200) mengemukakan bahwa membaca merupakan
aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,
mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.
Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan
menggunakan pikiran. Bond (1975) seperti yang dikutip Mulyono
Abdurrahman (1999:200) mengemukakan bahwa membaca merupakan
pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang
membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun
suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.
Membaca merupakan proses psikologi. Ada banyak hal mendasar
yang berkaitan dengan proses membaca, antara lain: (1) Intelegensia; (2) usia
mental; (3) jenis kelamin; (4) tingkat sosial ekonomi; (5) bahasa; (6) ras; (7)
kepribadian; (8) sikap; (9) pertumbuhan fisik; (10) kemampuan persepsi; (11)
tingkat kemampuan membaca.
Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang
untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis
sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat
menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses
transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektual dan
pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). (http://mathedu-
unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan
diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas auditif dan visual
untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata atau melihat.
Serta memahami isi dari apa yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik
yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan.
Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca
dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu
menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan
tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca
Kemampuan membaca seseorang tidak dapat diperoleh secara
langsung. Menurut Sabarsi Akhodiah (1991:26), ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, yaitu:
1) Motivasi
Motivasi adalah faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap
kemampuan membaca. Sering kegagalan membaca terjadi karena
rendahnya motivasi. Motivasi meliputi motivasi intrinsic dan motivasi
ekstinsrik.
2) Lingkungan keluarga
Orang tua memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca
akan berusaha agar anak-anaknya memiliki kesempatan untuk belajar
membaca. Untuk itu orang tua memegang peranan penting untuk
mengembangkan kemampuan membaca anak.
3) Bahan bacaan
Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun
kemampuan memahaminya. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan anak, jangan terlalu sulit dan terlalu mudah.
Faktor yang diperhatikan dalam penentuan bahan bacaan adalah topik
dan taraf kesulitan pembaca.
c. Tujuan membaca
Menurut Blanton, dkk dan irwan dalam Farida Rahim (2008:11), ada
beberapa tujuan membaca ,yaitu:
1) Kesenangan
2) Menyempurnakan membaca nyaring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Menggunakan strategi tertentu
4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari
tentang struktur teks
9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik
Menurut Anderson (1972) dalam tarigan (2008:9-10) ada beberapa
tujuan membaca yaitu:
1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details of facta)
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas)
3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequence or organization)
4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference)
5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan
(reading for classify)
6) Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading for evaluate)
7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to
compare or contrast)
d. Ciri-ciri membaca
Menurut Anderson dkk (1985) dalam Sabarsi Akhadiah (1991:23-24)
mengemukakan lima ciri-ciri membaca yaitu
1) Membaca adalah proses konstruktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pengertian atau pemahaman pembaca mengenai suatu tulisan merupakan
hasil pengolahan berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu
dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
2) Membaca harus lancar
Kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan pembaca mengenai
kata-kata. Pembaca harus dapat menghubungkan tulisan dan maknanya.
3) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat
Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi
membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalanya tentang topik yang
dibaca serta tujuan membacanya.
4) Membaca memerlukan motivasi
Membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan akan tetapi
pengajaran membaca mungkin membosankan lebih-lebih bagi siswa yang
seringkali menemui kegagalan.
5) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara
berkesinambungan
Keterampilan itu tidak dapat diperoleh secara mendadak atau dalam
waktu singkat dan untuk selamanya. Keterampilan itu diperoleh melalui
belajar, tahap demi tahap dalam waktu yang panjang secara terus-
menerus.
e. Tahapan-tahapan membaca
Menurut Palawija (2008) dalam siti khuzaimatun menjelaskan 5
tahapan membaca, (http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/023072009055
01.pdf) yaitu:
1) Mengidentifikasi pernyataan tesis dan kalimat topik. Tesis merupakan
perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan.
Kalimat topik merupakan kalimat yang mewakili isi dari sebuah paragraf,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Mengidentifikasi kata-kata dan frasa-frasa kunci. Pengidentifikasian ini
bertujuan untuk memahami makna bacaan yang tersirat dari kata-kata
dan frasa-frasa kunci tersebut,
3) Mencari kosakata baru, kosakata tersebut berfungsi untuk menambah
kekayaan kosakata pembaca,
4) Mengenali organisasi tulisan, yaitu bagan, grafik, dan gambar yang
berfungsi untuk mempermudah pemahaman, dan
5) Mengidentifikasi teknik pengembangan paragraf, yakni penyajian ide
oleh penulis apakah dalam bentuk deduktif, induktif, generalisasi, atau
analogi.
f. Pengertian membaca pemahaman
Menurut Carol dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989 : 1), membaca
pemahaman adalah dua tingkat proses penerjemahan dan pemahaman,
pengarang menulis kode dan pembaca mengartikan kode. Menurut Agustinus
Suyoto (2008) dalam siti khuzaimatun (http://digilib.uns.ac.id) berpendapat
bahwa membaca pemahaman atau komprehensi ialah kemampuan membaca
untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman
ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.
Daryanto (2007:101) mengemukakan bahwa “Dalam hubungan
dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peran paling utama”.
Yang menjadi tujuan pengajaran di SD,SMP,dan SMA pada umumnya adalah
peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif
dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956). Salah satu
diantaranya adalah aspek pemahaman (comprehension).
Daryanto (2007:106) berpendapat bahwa kemampuan memahami
dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu:
a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (traslation) arti
bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi
abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk
mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar dapat dimasukkan
dalam kategori menerjemahkan.
b. Mengintrepretasikan
Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan. Ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami.
c. Mengekstrapolasi
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi
sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman adalah kemampuan membaca untuk penerjemahan dan
mengintrepretasikan ide pokok, detail penting yang berkaitan erat dengan
kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.
g. Tujuan membaca pemahaman
Henry Guntur Tarigan (2008:36) mengemukakan membaca
pemahaman mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai yaitu untuk
mendapatkan kesuksesan dalam pemahaman sepenuhnya terhadap argumen-
argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola simbolisnya, nada-
nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik
yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan membaca pemahaman
diperlukan dalam mempelajari dan mengetahui suatu informasi dari bacaan
sampai pada hal-hal yang khusus.
Adapun tujuan membaca menurut Ekwall seperti yang dikutip oleh
Hargrove dan poteet (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003:194) ada tujuh
kemampuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu:
1) Mengenal ide pokok suatu bacaan
2) Mengenal detail yang penting
3) Mengembangkan imajinasi visual
4) Meramalkan hasil
5) Mengikuti petunjuk
6) Mengenal organisasi karangan
7) Membaca kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sepadan dengan Ekwall, menurut Depdikbud (1995/1996) dalam
jurnal penelitian kependidikan tujuan pembelajaran membaca pemahaman (1)
siswa mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-
kata sendiri dan (2) siswa mampu membaca teks bacaan secara cepat, serta
dapat mencatat gagasan-gagasan utama.
h. Aspek-aspek membaca pemahaman
Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:11-12) membaca merupakan
suatu keterampilan yang kompleks dan melibatkan serangkaian keterampilan
yang lebih kecil lainnya. Dalam membaca terdapat dua aspek penting yaitu
1) Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order)
2) Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan lebih tinggi (higher order)
Dalam kesempatan ini kita akan membahas mengenai aspek-aspek
yang tercakup dalam membaca pemahaman yaitu:
1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatika, dan retorikal)
2) Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan
pengarang relevansi/ keadaan kebudayaan dan reaksi pembaca)
3) Evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk)
4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.
i. Prinsip-prinsip membaca pemahaman
Menurut Mc Laughlin dan Allen (2002) dalam Farida Rahim (2008:3)
mengemukakan prinsip-prinsip membaca pemahaman adalah:
1) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial
Anak-anak terus menerus membangun makna baru pada dasar
pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki untuk proses
komunikasi(Cox dalam Farida Rahim, 2008:4). Maksud dari konsep ini
adalah belajar terjadi apabila informasi baru diintegrasikan dengan apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang telah diketahui sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai lebih
banyak pengalaman suatu topik tertentu akan lebih mudah untuk
memahami dan mempelajari apa yang dibacanya
2) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman
Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja kurikulum
yang memberikan kedudukan yang sama antara membaca dan menulis
serta mengenal pentingnya dimensi kognitif dan afektif kemahiraksaraan.
3) Guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa
Peranan guru dalam proses membaca antara lain menciptakan
pengalaman yang memperkenalkan, memelihara, atau memperluas
kemampuan siswa untuk memahami teks. Hal ini mempersyaratkan guru
melaksanakan pembelajaran dengan langsung, memodelkan, membantu
meningkatkan, memfasilitasi dan mengikutsertakan dalam pembelajaran
(An & Raphael dikutip McLaughlin & Allen,2002 dalam Farida Rahim
2008:6)
4) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca
Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam
proses membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor
tujuan membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca yang baik
menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun
makna.
5) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna
Siswa perlu setiap hari mengakrabi teks dalam berbagai tingkat
kesukaran. ketika tingkat teks yang sedang digunakan maka guru
membantu siswa meningkatkan pengalaman belajar dan siswa menerima
berbagai tingkat dukungan, tergantung pada tujuan dan setting
pengajaran.
6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks
pada berbagai tingkat kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Siswa perlu membaca setiap hari teks dari tingkat yang berbeda. Apabila
tingkat teks akan digunakan, guru hendaknya memberikan bantuan untuk
meningkatkan dan memperluas pengalaman belajar siswa.
7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman
membaca
Pengajaran kosakata secara langsung dan belajar dari konteks sebaiknya
seimbang. Pengajaran sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup kata-
kata dari bacaan siswa dan memfokuskan pada berbagai strategi untuk
menentukan makna kata-kata yang tidak dikenal siswa.
8) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman
Keterlibatan pembaca bertransaksi dengan cetakan membangun
pemahaman berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya
dengan informasi baru.
9) Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan
Siswa yang mengalami strategi pembelajaran pemahaman langsung dapat
meningkatkan pemahaman teks tentang topik baru. Mengaitkan
keterampilan dan strategi-strategi bisa mempermudah siswa memahami
strategi pemahaman.
10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.
Menilai kemajuan siswa penting karena memungkinkan guru
menemukan kelebihan dan kekurangan, merencanakan pengajaran
dengan tepat, mengkomunikasikan kemajuan siswa kepada orang tua dan
untuk mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Tinjauan tentang model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC)
a. Model pembelajaran
1) Pengertian model pembelajaran
Menurut Dahlan (1990) dalam isjoni (2010:49) model mengajar
dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk
kepada pengajar dikelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad
Surya (2003) dalam isjoni (2010:49) merupakan suatu proses perubahan
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran, model pembelajaran mempunyai
peranan yang cukup penting. Model pembelajaran membantu guru dalam
menyampaikan materi sehingga pemahaman siswa mengenai materi
tersebut dapat meningkat. Joice dan Weil (Isjoni, 2010:50)
mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk
kepada pengajar dikelasnya.
Menurut Richard I Arends dalam heru setyawan
(http://zonainfosemua.blogspot.com) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan bagi para pengajar dalam merencanakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
melaksanakan aktifitas belajar mengajar (Sugandi, 2004)
http://pinggiralas.blogspot.com
Menurut Aunurrahaman (2009:146) “Model pembelajaran dapat
diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Model pembelajaran juga dapat
dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan
untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas
pembelajaran dikelas atau ditempat-tempat lain yang melaksanakan
aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur secara sistematis
yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas dengan mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai suatu tujuan.
2) Ciri-ciri model pembelajaran
Model-model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus,
(http://makalah-model-pembelajaran1), antara lain:
a) Rasional teoritik logis yang disusun oleh pendidik.
b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
diterapkan dengan sukses.
d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Jenis-jenis model pembelajaran
Lapp, Bender, Ellenwood & John (1975) dalam Aunurrahman
(2009:147-148)berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar
dapat dijabarkan dari 4 model utama yaitu:
a) The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan
peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan
materi pelajaran yang disajikan.
b) The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan
pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk
mencapai kompetensi individual siswa.
c) The Personalised Model, dimana proses pembelajaran
dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman dan
perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi
individualitasnya.
d) The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi
antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di
dalam proses pembelajaran.
Menurut Stalling (1997) mengemukakan 5 model dalam
pembelajaran yaitu
a) The Exploratory Model, model ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas dan independensi siswa.
b) The Group Process Model, model ini utamanya diarahkan untuk
mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab dan
kemampuan bekerjasama antara siswa.
c) The Developmental Cognitive Model, yang menitikberatkan untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan kognitif.
d) The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk
mengembangkan ketrampila-ketrampilan dasar melalui modifikasi
tingkah laku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
e) The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melalui
pengetahuan factual.
b. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah salah
satu model pembalajaran kooperatif yang mengintegrasikan antara pengajaran
membaca dan menulis. Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran
CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa
mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara
luas (Slavin, 2008:203).
“CIRC is a comprehensive approach to instruction in reading and
composition/language arts for grades 2-6. In CIRC Reading, students are
taught in reading groups and then return to mixed ability teams to work
on a series of cognitively engaging activities, including partner reading,
making predictions, identification of characters, settings, problem and
problem solutions, summarization, vocabulary, reading comprehension
exercises, and story-related writing”.
(http:/www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html)
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia CIRC adalah komposisi
terpadu membaca dan menulis secara kooperatif,dalam kelompok 2-6 orang.
Sintaksnya adalah membentuk kelompok, guru memberikan wacana bahan
bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca
bergantian, menentukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana
kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil diskusi kelompok
dan yang terakhir adalah refleksi dari pembelajaran.
“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a
comprehemsive program for teaching reading and writing/language arts.
It has three principle elements: story-related activities, direct instruction
in reading comprehension,and integrated language arts/writing. In CIRC,
teachers use anthologies basal readers and/or novels, much as they would
in traditional reading programs. Students are assigned to teams composed
of pairs of students from the same or different reading group. Students
work in pairs on a series of cognitively engaging activities, including
reading to each other; predicting how stories will end; summarizing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
stories to each other; writing responses to stories; and practicing spelling,
decoding and vocabulary. Students work in teams to understand the main
idea and master other comprehension skills. During language arts
periods, students also write drafts, revise and edit one another’s work,
and prepare to “publish” their writing” (http://www.ed.gov/pubs).
Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu program menyeluruh
untuk pengajaran membaca dan seni menulis. CIRC mempunyai tiga elemen
penting yaitu : aktivitas terkait dengan cerita, mengarahkan instruksi dalam
pengertian pembacaan, dan mengintegrasikan bahasa secara tertulis. Didalam
CIRC, para guru menggunakan kumpulan puisi roman atau cerita, seperti/
ketika mereka didalam program pembacaan tradisional. Para siswa ditugaskan
keregu yang terdiri atas para siswa dari kelompok pembacaan berbeda atau
yang sama. Para siswa bekerja berpasangan pada satu rangkaian secara teori
melibatkan aktivitas, termasuk membacakan untuk sama lain, penggambaran
kesimpulan bagaimana cerita akan berakhir, peringkasan cerita kesatu sama
lain, penulisan menjawab cerita, dan praktek mengeja, memecahkan kode dan
kosakata. Para siswa bekerja didalam regu untuk memahami gagasan yang
utama dan ketrampilan pemahaman yang lain. Selama periode seni bahasa,
para siswa juga menulis rancangan, meninjau kembali dan mengedit
pekerjaan satu sama lain, dan bersiap-siap untuk “menerbitkan ” apa yang
mereka tulis.
Pengembangan model pembelajaran CIRC dilaksanakan untuk
mengatasi permasalahan membaca, menulis, dan pembelajaran sastra
tradisional. Prinsip pengembangan model pembelajaran CIRC didasarkan
pada beberapa alasan yaitu:
1) Tindak lanjut. Salah satu fokus utama aktivitas CIRC menentukan isi
cerita adalah membuat agar lebih efektif melalui waktu tindak lanjut.
Siswa akan termotivasi bekerja dengan yang lain dengan menggunakan
kooperatif reward dimana mereka mendapat sertifikasi atau mereka
saling mengenal anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Membaca oral. Salah satu tujuan program CIRC adalah untuk
meningkatkan keuntungan siswa membaca dengan suara keras dan
mendapat umpan balik dari kegiatan membacanya dalam kelompok dan
dari latihan merespon satu sama lain dalam membaca.
3) Ketrampilan membaca kompeherensif. Tujuan utama CIRC adalah
menggunakan kelompok koperatif untuk membantu siswa untuk
mengaplikasikan lebih luas ketrampilan membaca komprehensif. Dalam
tindak lanjut, siswa bekerja secara berpasangan untuk mengidentifikasi
lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting, masalah, solusi awal dan
solusi akhir.
Salah satu fokus dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah
membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa
yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang
dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca supaya dapat
memenuhi tujuan dalam bidang lain seperti pemahaman membaca, kosakata,
dan membuat kesimpulan,
CIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu aktivitas mencari hubungan
dasar, pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa
sastra dan menulis terpadu. Evaluasi pembelajaran kooperatif adalah
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang melibatkan para
siswa dalam susunan yang baik, yang mana mereka saling membantu satu
sama lain dan menerapkan strategi pembelajaran metakognitif. CIRC adalah
dasar untuk program membaca sekolah tingkat menengah yang disebut
dengan kelompok dan membaca siswa membaca tepi.
Komponen utama CIRC menurut Slavin (2008:205) terdiri dari:
1) Kelompok membaca. Guru membagi siswa kedalam kelompok
beranggotakan 2-4 orang siswa sesuai dengan tingkat kemampuan
membacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Tim. Siswa disusun berpasangan (atau berempat) didalam kelompok,
kemidian saling berintegrasi dengan kelompok serta saling membantu
antara kelompok tinggi dan kelompok rendah.
3) Kegiatan yang berhubunngan dengan cerita. Dalam hal ini siswa
menggunakan novel. Urutan aktivitas ini meliputi: partner reading (saling
koreksi), tata bahasa cerita dan menulis hubungan cerita, mencari kata-
kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan pengejaan.
4) Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat.
5) Tes. Setelah akhir kegiatan siswa diberi tes pemahaman terhadap cerita
yang telah dibaca. Pada tes ini siswa bekerja secara individu.
6) Pembelajaran langsung didalam membaca komprehensif.
7) Seni berbahasa dan menulis terintegrasi. Setelah membaca siswa dapat
menuangkannya kedalam bentuk tulisan.
8) Membaca mandiri dan buku laporan. Para siswa diminta membaca buku
dirumah dan keesokan harinya membuat laporan tentang apa yang
dibacanya. Membaca mandiri dan buku laporan ini sebagai salah satu
pengganti pekerjaan rumah.
Kegiatan model pembelajaran CIRC tidak berbeda dengan kegiatan
belajar model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti tahap-tahap
pembelajaran yang terdapat pada model investigasi kelompok. Tahap
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Tahap 1: mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan kedalam masing-
masing kelompok kerja.
Siswa membaca cepat berbagai sumber, mengajukan topik dan
mengkategorikan sarana-sarana. Siswa bergabung dalam kelompok yang
mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada minat dan sifat
heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan
memfasilitasi organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tahap 2: merencanakan kegiatan kelompok
Siswa membantu perencanaan bersama: apa yang akan kita kaji? Bagaimana
kita mengkaji? Siapa yang melakukannya? (pembagian kerja) dan apa tujuan
atau maksud kita menyelidiki topik ini?
Tahap 3: melaksanakan pembelajaran
Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data dan mencapai
kesimpulan. Masing-masing anggota kelompok berkontribusi terhadap
terdapat usaha kelompok. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan,
menjelaskan dan mensistesiskan gagasan-gagasan.
Tahap 4: mempersiapkan laporan akhir
Para anggota kelompok menentukan hal-hal yang sangat penting dari pesan
pembelajaran yang telah dipelajari.
Para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Para wakil kelompok membentuk steering committee untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana untuk presentasi.
Tahap 5: menyajikan laporan akhir
Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Presentasi harus melibatkan khalayak (audience) secara aktif.
Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria-
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas.
Tahap 6: evaluasi
Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan
tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut.
Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah
berlangsung.
Agus Adi (http://ady-ajuz.blogspot.com/2009/03/model pembelajaran-
cooperative.html) langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading composition (CIRC) adalah sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/ keliping dan ditulis pada lembar
kertas
4) Mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup
Adapun yang menjadi kelebihan model pembelajaran CIRC adalah :
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak;
2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan anak;
3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil
belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan ketrampilan
berpikir anak;
5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam
lingkungan anak;
6) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah
belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) Menumbuh kembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi
guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003). http://s1pgsd.blogspot.com
c. Langkah-langkah penggunaan metode Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dalam membaca pemahaman
Langkah kegiatan CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1) Guru menerapkan secara singkat mengenai pembelajaran membaca
pemahaman.
2) Guru menyampaikan judul teks bacaan sesuai topik pembelajaran.
3) Siswa memprediksi awal mengenai cerita
4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara
heterogen
5) Guru membagikan teks cerita
6) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah
pembelajaran CIRC yang akan dilaksanakan
7) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan
yang telah dibagikan
8) Setiap kelompok membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks
bacaan seperti ide pokok, pikiran utama dan lain-lain yang berkaitan
dengan teks.
Kemudian mereka menuliskan hasilnya secara tertulis pada kertas
9) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
10) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
11) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan
umpan balik serta atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara
singkat
12) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.
13) Pada akhir kegiatan guru bisa memberikan tes untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Tinjauan tentang media pembelajaran
a. Pengertian media
Media merupakan alat peraga yang berasal dari kata peraga yang
artinya alat-alat, atau dalam bahasa sehari-hari sering digabungkan menjadi alat
peraga. Dalam dunia pendidikan media dikenal sebagai alat komunikasi antara
guru dan siswa untuk mencegah verbalisme.
Ada beberapa batasan tentang media, sebagai berikut: menurut
Mulyani Sumantri (2001:152)” kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.
Menurut Schramm (1977) dalam Heru Setyawan
(http://www.infogue.com) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Media adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,1997) dalam Martinis
Yamin (2007:199)
Menurut Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :
buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton
(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat
keras. (http://www.infogue.com)
Sedangkan menurut Dirje barman Rumumpuk dalam Mulyani
Sumantri (2001:153) mengidentifikasi media pembelajaran sebagai setiap alat,
baik hardware maupun softwere yang dipergunakan sebagai media komunikasi
dan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Selain itu media baca juga merupakan sebuah sumber yang hebat
untuk ditemukan sebagai media acuan dalam kurikulum itu sendiri, sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
bahan media acuan membuat informasi pilihan, mengarang dari berbagai
ide/pendapat dengan menggunakan simbol sistem yang bervariasi/peralatan
dan teknologi yang sangat menarik dalam mempraktikan bagi warga Negara,
khususnya bagi para siswa.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa media baca merupakan sebuah sumber yang digunakan
sebagai alat bantu dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah untuk
menyalurkan pesan dari guru ke siswa, sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai
b. Fungsi Media Pembelajaran
Heru Setyawan (http://www.infogue.com) Media memiliki beberapa
fungsi, diantaranya :
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak
Mulyani Sumantri (2001:154), mengidentifikasi beberapa fungsi
media pembelajaran yaitu:
1) Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Dapat menciptakan situasi belajar yang diharapkan
3) Mempermudah dan mempercepat daya tangkat siswa terhadap bahan ajar
dan meningkatkan kualitas proses belajar siswa.
4) Menjadikan hasil belajar siswa akan lebih tahan lama mengendap,
sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
5) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik
c. Macam-macam media pembelajaran
Menurut Bretz (1971) dalam Martinis Yamin (2007:204)
membagikan media menjadi tiga macam yaitu suara, media bantuk visual,
dan media garak. Media bentuk visual dibagi menjadi tiga yaitu gambar
visual, garis (grafis) dan simbol verbal. Sedangkan menurut Djamarah dan
Zain (2002) dalam Suroso Mukti, Darul Islam, dan Muhlisin Sidik (jurnal
inovasi dan perekayasa pendidikan 2010:140) berdasarkan bentuknya media
dikelompokkan menjadi:
1) Media auditif misalnya tape recorder dan radio,
2) Media visual misalnya diagram dan gambar, dan
3) Media audio visual misalnya film, video dan animasi.
Menurut Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994) dalam
Mulyani Sumantri (2001:158) mengklasifikasikan menjadi:
1) Media visual
2) Media audio
3) Media audio visual
4) Media asli dan orang
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media
dikelompokkan menjadi tiga macam (1) media visual misalnya diagram dan
gambar, (2) media audio misalnya tape recorder dan radio, dan (3) media
audio visual misalnya film, video dan animasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
d. Tujuan penggunaan media
Menurut Mulyani Sumantri (2001: 153) secara khusus media
pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai barikut:
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami
konsep, prinsip, sikap, dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan
media yang paling tepat menurut karakteristik bahan.
2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar
3) Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena
peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media
tertentu
4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik
e. Manfaat media pembelajaran
Menurut kepm dan Dayton (1985) dalam martinis yamin
(2007:200-203) mengidentifikasi delapan manfaat media dalam kegiatan
pembelajaran yaitu
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif
f. Nilai media dalam pendidikan
Sebagaimana diuraikan diatas bahwa media merupakan alat yang
digunakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam pendidikan. Nilai media
dalam pendidikan adalah: (1) meletakkan dasar yang konkret dalam berfikir;
(2) meningkatkan perhatian para siswa pada pembelajaran; (3) meletakkan
dasar yang penting untuk perkembangan daya fikir siswa; (4) memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pengalaman yang nyata, yang dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk
berusaha belajar mandiri.
Agar media bermanfaat, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut: (1) otentik, artinya secara jujur melukiskan objek/ peristiwa seperti
kalau orang melihatnya; (2) sederhana, harus menunjukkan dengan bagian-
bagian pokok yang jelas; (3) ukuran relatif, untuk mempermudah orang
membayangkan ukuran benda yang sebenarnya.
g. Media Animasi
Animasi diambil dari kamus Oxford berarti film yang seolah hidup,
terbuat dari fotografi, gambaran, boneka, dan sebagainya dengan perbedaan
tipis antar frames, untuk memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (The
Little Oxford Dictionary 19)( file:///C:/Users/user/Documents/pengertian-
animasi.html)
Animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan.
Animasi dalam pembelajaran biasanya terintegrasi dengan program komputer
atau yang diberi istilah multimedia animasi. Keuntungan multimedia animasi
(1) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, (2)
memperkecil benda yang besar yang tidak mungkin dihadirkan disekolah, (3)
menyajikan benda atau peristiwa yang komplek, rumit dan berlangsung cepat
dan lambat, (4) menyajikan benda atau peristiwa yang tempatnya sangat jauh,
(5) menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya dan, (6) meningkatkan
daya tarik dan perhatian siswa (Depdiknas, 2007) dalam Suroso Mukti
Leksono, Darul Islam & Muhlisin Sidik (Jurnal inovasi dan perekayasa
pendidikan 2010:141-142)
Membahas tentang animasi, tidak akan terlepas dari bantuan komputer
dan multimedia. Tinjauan mengenai hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Coldbeck (dalam Gene L Wilkinson, 1984:25) telah
mengkaji 150 orang siswa sekolah menengah negeri yang tergabung dalam
enam kelompok. Kelompok pertama belajar dengan buku teks yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
terprogram (programmed text), kelompok kedua dengan pengajaran kelas
biasa, kelompok ketiga belajar dengan kombinasi kelas biasa dan teks
terprogram. Ternyata kelompok ketiga mencapai hasil yang secara signifikan
lebih baik dari pada dua kelompok lainnya.
Suatu variasi pembelajaran terprogram adalah dengan menggunakan
komputer untuk menyajikan bahan-bahan pembelajarannya sebagai pengganti
buku teks, disebut pembelajaran dengan bantuan computer (Computer
Assisted Instruction). Atkinson (dalam Gene L Wilkimson, 1984 :26) meneliti
pengajaran membaca yang diberikan dengan memakai terminal komputer
selama 20 menit perhari bagi siswa kelas I. hasilnya menunjukkan bahwa 0
dari 10 perbandingan mencapai hasil yang lebih baik secara signifikan pada
tes akhir yang telah distandarkan dari pada mereka yang tidak menggunakan
computer.
Dari beberapa pendapat diatas penulis berpendapat bahwa, animasi
biasanya identik dengan gambar, meski tidak menutup kemungkinan untuk
membuat animasi melalui medium lainnya seperti fotografi ataupun objek.
Hal ini terutama karena pada dasarnya animasi adalah menciptakan gerakan.
Sehingga bisa dikatakan bahwa animasi adalah media berbasis kartun.
Kesamaan dalam visualisasi antara komik strip (yang dikenal juga sebagai
kartun strip) dengan animasi membuat istilah film kartun menjadi semakin
lekat dengan animasi.
Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta didik dapat
melakukan proses kognitif dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa animasi
proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta didik
yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung
memerlukan bantuan, salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi
yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Penelitian Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Suwarto, Tesis UNS “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif
Intregasi Membaca Dan Komposisi (CIRC) ” (PTK Pada Siswa Kelas I SD
Negeri Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri )
Bedasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan metode
kooperatif intregasi membaca komposisi (CIRC) dapat meningkatkan proses
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, baik pada siswa maupun
guru. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pembelajaran pada siklus I
sebanyak 53,38%, siklus II sebanyak 71,43% dan siklus III sebanyak 100%.
2. Penelitian oleh Yuliana Astuti, Skripsi FKIP UNS 2009. Peningkatan
Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Media Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Beji
Kecamatan Andong Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian terjadi
peningkatan kemampuan membaca pada siklus I sebanyak 66,67%, siklus II
sebanyak 80% dan iklus III sebanyak 90%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka berfikir
Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami apa yang telah dibaca, yaitu pada saat membaca pemahaman. Hal ini
terjadi karena dirasa guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Diantara berbagai model
pembelajaran, model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) adalah suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa. Melalui model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dapat
membawa siswa menjadi lebih tertarik dan berminat untuk belajar membaca
pemahaman. Dan melalui model pembelajaran CIRC ini diharapkan pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akhirnya kemampuan membaca
pemahaman pun meningkat. Selain ditunjang dengan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman juga harus dengan media
Kemampuan
membaca
pemahaman
masih
rendah
Guru belum menggunakan
model pembelajaaran
CIRC dengan media
animasi
Kondisi Awal
Dalam pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran CIRC dengan Media Animasi Tindakan
Penggunaan model pembelajaran CIRC dengan
media animasi dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang sesuai dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dalam
hal ini adalah media animasi.
C. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media
animasi dapat meningkatan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas
IV SD Negeri Pajang I Surakarta Tahun Ajaran 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri pajang I No.
93 yang beralamat di jalan Transito No.18 Rt. 03 Rw. VII kelurahan pajang
kecamatan Laweyan kota Surakarta. Peneliti memilih tempat tersebut karena
beberapa pertimbangan diantaranya yaitu biaya, waktu, dan data dan subjek
yang dibutuhkan untuk penelitian ini berada di SD Negeri pajang I Surakarta
selain itu untuk mempermudah dalam memperoleh data serta lokasi penelitian
yang mudah dijangkau.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Penelitian akan dilaksanakan selama 5 bulan pada bulan februari-
juni tahun 2011.
Tabel 3.1 Rencana pelaksanaan kegiatan penelitian
No Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Skripsi Bab I,II,III
3 Penyusunan instrumen
4 Perijinan
5 Pelaksanaan penelitian
6 Analisis data
7 Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
A. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) menurut
beberapa ahli dalam Basrowi dan Suwandi(2008:26), meliputi:
1. Hopkins (1992) penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
merupakan salah jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab
penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktikan guru sehari-
hari,permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dalam
pekerjaan guru.
2. Suyanto (1997) penelitia tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang
sifatnya relektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas
secara lebih professional
3. Kemmis & McTaggart (1982) penelitian juga digambarkan sebagai suatu
proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang
statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-
momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
4. Ebbut (1985) menjelaskan PTK merupakan studi yang sistematis yang
dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan
dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
Ebbut melihat proses dan penelitian tindakan ini sebagai suatu rangkaian
siklus yang berkelanjutan, didalam dan diantara siklus-siklus itu ada
informasi yang merupakan balikan. Penekanan tetap pada hal yang sama yaitu
penelitian ini harus memberikan kesempatan pada pelakunya untuk
melaksanakan tindakan melalui beberapa siklus agar berfungsi secara efektif.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas. Menurut
Suharsini Arikunto, dkk (2007:16) model penelitian tindakan divisualisasikan
pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.1 Model penelitian tindakan
B. Subyek Penelitian
Dalam hal ini Subyek penelitian adalah anak kesulitan belajar kelas IV
yang berada di SD Negeri Pajang I Surakarta yang berjumlah 3 siswa dari 46
siswa. Yang terdiri dari 23 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki. Alasan
peneliti adalah masalah yang dihadapi siswa masih rendahnya kemampuan
membaca pemahaman yang dimiliki siswa di SD Negeri Pajang I Surakarta.
C. Data dan Sumber
Sumber data penelitian ini antara lain:
1. Peristiwa proses pembelajaran membaca pemahaman yang berlangsung di
kelas IV SD Negeri Pajang I Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Informan yaitu guru kelas IV SD Negeri Pajang I Surakarta tahun ajaran
2011/2012
3. Dokumen
perencanaan
refleksi
pengamatan
?
pengamatan
Siklus II pelaksanaan
perencanaan
Siklus I pelaksanaan refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Data yang dikumpulkan, antara lain: silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), hasil tes siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah tercapai sasaran. Efek dari suatu
intervensi (action) terus dimonitor secara reflektif Suharsimi Arikunto, dkk
(2007:127). Observasi dilakukan dengan format check list. Alat ini berisikan
seragkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Observasi dilaksanakan
pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II.
2. Tes
Tes merupakan alat pengukuran data yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan membaca permulaan siswa. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:150) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Sedangkan menurut Anas Sudijono (2008 : 67) tes adalah cara (yang
dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian
tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus
dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga
(atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee
lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
atau golongan. Menurut Anas Sudijono (2008 : 68) jenis- jenis tes antara lain
yaitu:
a) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya. Berdasarkan fungsinya tes
dibagi menjadi:
1) tes seleksi
2) tes awal
3) tes akhir
4) tes diagnostic
5) tes formatif
6) tes sumatif
b) Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang diungkap. Berdasarkan
aspek psikis, tes dibagi menjadi:
1) Tes intelegensi (intelegensi test), yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat keceradasan
seseorang.
2) Tes kemampuan (aptitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang
dimiliki oleh testee.
3) Tes sikap (attitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkapkan predisposisi atau kecenderungan seseorang
untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4) Tes kepribadian (personality test), yakni tes yang dilaksanakan
dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak
sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada
suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
5) Tes hasil belajar (achievement test), yakni tes yang biasa digunakan
untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Penggolongan lain
1) Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes digolongkan
menjadi:
(a) Tes individual (individual test), yakni tes dimana tester hanya
berhadapan dengan satu orang testee saja.
(b) Tes kelompok (group test), yakni tes dimana tester berhadapan
dengan lebih dari satu orang testee.
2) Ditilik dari segi waktu yang disediakan tes digolongkan menjadi dua
yaitu:
(a) Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
(b) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
3) Ditilik dari segi bentuk responsnya, tes digoonkan menjadi:
(a) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban)
yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik
secara lisan maupun tertulis.
(b) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban)
dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat,
melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya, tes digolongkan menjadi:
(a) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester
dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan
secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara
tertulis.
(b) Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan
secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
3. Dokumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) Dokumentasi dari asal
katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku,
majalah, dokumen dll
Dokumen digunakan untuk menjaring data awal yang berupa daftra
nilai membaca pemahaman siswa kelas IV. Untuk mengetahui perkembangan
siswa dokumen yang digunakan berupa foto proses pembelajaran.
E. Validitas Data
Cara yang digunakan untuk mengukur vaiditas data yaitu menggunakan
validitas isi dan triangulasi.
1. Validitas isi
Tes dikatakan memiliki isi apabila didalamnya mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang
diukur menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Triangulasi
Triangulasi Menurut priyono (2000) dalam Basrowi dan suwandi
(2008:123) adalah suatu cara untuk mendapatkan keakuratan data dengan
menggunakan berbagai cara, prosedur, dan metode agar data yang
diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Triangulasi yang digunakan
yaitu:
a. Triangulasi data
Tiangulasi data (data triangulation) dalam Basrowi dan suwandi
(2008: 124) yaitu “mengambil data dari berbagai suasana, waktu dan
tempat. Peneliti dapat melakukan pengecekan, pengecekan ulang dan
pengecekan silang. Pengecekan dilakukan pada orang yang sama pada
waktu yang sama. Pengecekan juga juga bisa dilakukan dengan metode
yang berbeda”. Triangulasi data digunakan dengan cara membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Triangulasi metode
Menurut H. B. Sutopo (2006: 95) triangulasi metode dilakukan
dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya wawancara dan
observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini
diusahakan mengarah pada sumber data sama untuk menguji kemantapan
informasinya.
F. Analisis Data
Sarwiji Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa, Teknik analisis yang
digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara
lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan
teknik analisis kritis”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Teknik statistik deskriptif komparatif untuk menganalisis data kuantitatif,
misalnya hasil tes siswa tiap siklus kemudian dilakukan perbandingan. Statistik
deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan
dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, dan
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berfikirnya (grafik,
table, chart).
Teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif,
misalnya dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa
dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada.
G. Indikator Ketercapaian
Pada bagian ini perlu dikemukakan tolak ukur keberhasilan penelitian
yang dilakukan. Dalam menetukan keberhasilan atau keefektifan penelitian akan
tercapai, jika siswa memperoleh nilai 63 sebanyak 80% dari jumlah siswa
keseluruhan. Hasil ini didasarkan pada KKM di SD Negeri Pajang I Surakarta
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV yaitu 63.
H. Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti
menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti berkunjung ke SD Negeri Pajang I Surakarta dan
menemui kepala sekolah. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk
mengadakan penelitian disekolah yang beliau ampu. Peneliti meminta ijin
dengan disertai surat ijin penelitian dari dekan FKIP UNS yang Dilampiri
proposal penelitian. Tahap ini peneliti juga menemui guru kelas IV SD
Negeri Pajang I Surakarta untuk mempersiapkan kegiatan survey awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Studi/Survei Awal
Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas IV untuk
mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran membaca
pemahaman. Survey ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
membaca pemahaman dan memeriksa hasil tes sebelum dilakukan tindakan.
3. Pelaksanaan Siklus
Pelaksanaan penelitian ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk
siklus, yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan;
(2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) analisis dan refleksi. Adapun secara
rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
standar kompetensi membaca pemahaman menggunakan model
pembelajaran CIRC melalui media animasi. Selain itu peneliti juga
menyiapkan berbagai sarana yang diperlukan selama pelajaran seperti
kertas HVS, alat tulis, lembar observasi dan dokumentasi.
b. Pelaksanaan, dilakukan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CIRC melalui media animasi yang telah disepakati
antara peneliti dengan guru. Peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya dengan sistematis.
Ada skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui layar kepada siswa
dengan bantuan media laptop yang dihubungkan dengan LCD, maka
layar putih akan muncul film animasi layaknya sedang menonton di
bioskop. Film animasi ini memiliki rangkaian cerita yang nantinya
memerlukan pemahaman siswa.
2) Guru membagi kelompok menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 2-4 orang siswa.
3) Siswa memperhatikan cerita tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4) Peneliti membagikan teks cerita
Peneliti meminta siswa untuk membaca
5) Peneliti menayangkan cerita sekali lagi
Pada tahap ini, model penbelajaran CIRC mulai dilakukan yaitu
dengan membentuk kelompok dalam satu kelompok siswa bekerja
sama untuk menemukan kata kunci dan memberikan tanggapan
terhadap cerita. Dengan begitu untuk siswa yang kurang jelas dapat di
bantu oleh teman satu kelompoknya.
6) Peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada siswa
Pertanyaan lisan ini untuk mengetahui secara cepat bagaimana
pemahaman siswa pasca mendapat tindakan.
7) Setelah selesai, peneliti meminta siswa untuk mempresentasikan
jawaban dari kelompoknya.
c. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok
penting yang telah ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu, peneliti
juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa agar data lebih
lengkap dan akurat.
4. Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara
menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara.
Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran
yang dilakukan
5. Tahap pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran
disetiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati guru dan siswa
saat pembelajaran membaca pemahaman berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
6. Tahap pelaporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan survey
awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan
menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya kelas IV. Setelah peneliti melakukan pengamatan,
peneliti mengetahui bahwa siswa kelas IV SD Negeri Pajang I pembelajaran
membaca pemahaman masih dirasa sulit oleh siswa. Hal ini menyebabkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman masih rendah dan
belum memuaskan.
Siswa kelas IV SD Negeri Pajang I Surakarta terdiri dari 46 anak, 23 anak
laki-laki dan 23 anak perempuan. Dari 46 anak tersebut terdapat 3 anak
berkesulitan belajar. Nilai patokan atau nilai standar untuk Bahasa Indonesia
berdasarkan standar nilai KKM adalah 63. Rendahnya kemampuan membaca
siswa khususnya membaca pemahaman menunjukkan ada kelemahan yang
dihadapi siswa dalam belajar membaca pemahaman. Agar lebih jelas maka data
hasil kemampuan membaca pemahaman siswa berkesulitan belajar kelas IV SD
Negeri Pajang I pada kondisi awal (pre test). Berikut nilai awal yang diperoleh.
Tabel 4.1 Kemampuan awal membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri
Pajang I Surakarta Tahun Ajaran 2011
No Nama KKM Nilai Kriteria
1 APK 63 60 Tidak tuntas
2 DAAM 63 54 Tidak tuntas
3 KSP 63 58 Tidak tuntas
Jumlah 172
Rata-rata kelas 57,33 Tidak tuntas
Prosentase 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Nilai dari tabel tersebut, diperoleh dari hasil nilai pre test yang
dilaksanakan peneliti. terlihat bahwa dari 3 siswa berkesulitan belajar mendapat
nilai kurang dari 63 atau dibawah KKM. Bila dianalisis dengan meninjau KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk bahasa Indonesia yaitu
>63, belum ada dari 3 siswa tesebut yang mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata
kelas yang dicapai juga belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan yaitu hanya
sebesar 57,33 dengan prosentase 0%
Berdasarkan data diatas dapat pula disajikan bentuk diagram batang sebagai
berikut:
Grafik 4.1 Nilai kemampuan awal
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan
mengadakan penelitian dikelas IV SD Negeri Pajang I dengan menggunakan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
dengan media animasi dalam materi membaca pemahaman. Hal ini bertujuan
untuk membantu siswa yang kemampuan membaca pemahamannya masih rendah
agar meningkat sehingga hasil pembelajarannya lebih meningkat.
48
50
52
54
56
58
60
62
64
APK DAAM KSP
KKM
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Deskripsi Hasil Siklus I
Tindakan siklus I, peneliti mengadakan dua kali pertemuan tiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada
siklus I adalah:
1. Perencanaan tindakan
Berdasarkan survai awal yang dilakukan, diketahui ada permasalahan
yang menyebabkan sebagian siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan
belajar (KKM 63), permasalahan tersebut adalah kemampuan membaca
pemahaman siswa yang masih rendah. Bertolak dari hasil analisis itulah,
peneliti menarik kesimpulan bahwa tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Adapun urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam
siklus I adalah sebagai berikut:
a) Menentukan kompetensi dasar serta indikator yang sesuai dengan
membaca pemahaman kelas IV
b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dengan media animasi untuk siklus I
c) Peneliti mempersiapkan film animasi yang akan dinarasikan menjadi
bentuk bacaan, kemudian membuat pertanyaan berdasar kisi-kisi yang
telah disepakati
Gambar 4.1 Contoh film animasi dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.2 Contoh karangan sederhana pengembangan dari film animasi
Membuat Ketupat
Waktu menujukkan waktu jam pulang sekolah. Murid- muridpun
bergegas pulang menuju rumah mereka masing-masing, begitu juga
Ipin dan Upin. Mereka berjalan kaki menuju rumah, meskipun
mereka berpuasa, mereka tidak mengeluh sama sekali. Sampai di
rumah, Ipin dan Upin segera mengganti seragam sekolah dan berganti
pakaian dengan baju kesayangan mereka yang berlogo U dan I.
Ipin dan Upin ingin pergi bermain dengan teman-temannya di
lapangan. Tetapi saat akan meminta izin kepada kak Ros dan Opah
yang berada di dapur, Ipin dan Upin melihat mereka sedang membuat
ketupat. Kemudian niat mereka untuk bermain tidak jadi. Mereka
ingin membantu kak Ros dan Opah. Tetapi, kak Ros tidak
mengizinkan karena Ipin dan Upin tidak bisa membuat ketupat.
Tetapi Opah dengan sabarnya memberikan izin kepada Ipin dan Upin
untuk membantu membuat ketupat.
Kak Ros memperkenalkan bahan membuat ketupat, yaitu daun
kelapa atau janur. Kak Ros mengajarkan cara membuat ketupat
dengan menganyam. Ipin dan Upin tidak memperhatikan penjelasan
dari kak Ros, mereka malah asyik membuat tikar anyaman dari janur
dan membuat keranjang anyaman dari janur. Karena kesal, Kak Ros
memarahi Ipin dan Upin. Kemudian Ipin dan Upin membuat ketupat,
tetapi punya Ipin tidak berhasil, sedangkan punya Upin berhasil tetapi
kecil sekali.
Akhirnya selesai juga membuat ketupat. Kemudian Opah
memasak ketupat yang telah diisi dengan beras. Setelah ketupat
matang, Kak Ros, Ipin dan Upin menjual ketupat tersebut. Ipin dan
Upin berteriak- teriak menjual ketupat hasil karya mereka dan opah
dengan harga dua seringgit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d) Menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan saat pelaksanaan
tindakan
e) Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan
f) Membuat lembar observasi siswa pada siklus I untuk melihat bagaimana
kegiatan belajar mengajar di kelas IV yang meliputi kegiatan siswa
ketika belajar dengan model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC).
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai praktikan, sedangkan guru
bertindak sebagai observer. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dengan media Animasi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi
unsur-unsur cerita (penokohan, perwatakan, latar dan setting, serta amanat)
dan membuat ringkasan dari sebuah cerita dengan membuat kalimat sendiri .
Langkah-langkah yang dilakukan guru meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
a. Pertemuan I
1) Kegiatan awal
(a) Guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas
(b) Guru memberi salam kepada siswa dan melakukan presensi
kehadiran siswa.
(c) Guru melakukan apersepsi yaitu Tanya jawab dengan siswa
- Anak-anak siapa yang suka membaca?
- Cerita apa yang sering kalian baca?
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara
sederhana kepada siswa
(e) Guru memberi motivasi kepada siswa supaya rajin membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Kegiatan Inti
(a) Guru menuliskan judul bacaan dipapan tulis
(b) Bertanya jawab dan menggali prediksi siswa tentang judul bacaan
(c) Guru membagi siswa kedalam delapan kelompok secara heterogen
(d) Setiap kelompok mendapatkan satu teks cerita “Membuat ketupat”
(e) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah
pembelajaran CIRC dengan media animasi yang akan dilaksanakan
(f) Guru memutarkan film animasi dalam pembelajaran
(g) Setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan untuk
kelompoknya bacaan cerita yang telah dibagikan dan anggota yang
lain menyimak
(h) Setiap kelompok membahas dan mengerjakan lembar kerja siswa
(i) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
(j) Secara bergiliran, wakil dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
(k) Guru memberikan umpan balik atas materi yang telah
dipresentasikan siswa secara singkat
(l) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok yang berhasil
dikerjakan dengan baik
(m) Guru memberikan tes evaluasi membaca pemahaman untuk
dikerjakan secara kelompok.
3) Kegiatan Akhir
(a) Guru memberikan pemantapan dan kesimpulan
(b) Guru menutup pelajaran
b. Pertemuan II
1) Kegiatan awal
(a) Guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas
(b) Guru memberi salam kepada siswa dan melakukan presensi kehadiran
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(c) Guru melakukan apersepsi yaitu Tanya jawab dengan siswa
Guru melakukan tanya jawab berkaitan tentang materi pembelajaran
sebelunnya
- Anak-anak siapa yang masih ingat cerita yang kita pelajari
kemarin?
- Apa yang kalian ingat dari cerita itu?
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara
sederhana kepada siswa
(e) Guru memberi motivasi kepada siswa manfaat rajin dan pintar.
2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi kedalam delapan kelompok secara heterogen sama
seperti kelompok pada pertemuan sebelumnya.
(b) Setiap kelompok mendapatkan satu teks cerita “Membuat ketupat”
(c) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah
pembelajaran CIRC dengan media animasi yang akan dilaksanakan
(d) Guru memutarkan film animasi dalam pembelajaran
(e) Setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan untuk
kelompoknya bacaan cerita yang telah dibagikan dan anggota yang
lain menyimak
(f) Setiap kelompok membahas dan mengerjakan lembar kerja siswa
(g) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
(h) Secara bergiliran, wakil dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
(i) Guru memberikan umpan balik atas materi yang telah dipresentasikan
siswa secara singkat
(j) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok yang berhasil
dikerjakan dengan baik
(k) Guru memberikan tes evaluasi membaca pemahaman untuk
dikerjakan secara individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4) Kegiatan Akhir
(a) Guru mengevaluasi jawaban siswa.
(b) Guru memberikan pemantapan dan kesimpulan
(c) Guru menutup pelajaran
Dari siklus I diperoleh kemampuan membaca pemahaman siswa seperti
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Nilai Membaca pemahaman Pada Kegiatan Siklus I
No Nama KKM Nilai Kriteria
1 APK 63 64 Tuntas
2 DAAM 63 66 Tuntas
3 KSP 63 60 Tidak Tuntas
Jumlah 190
Rata- rata kelas 63,33 Tuntas
Prosentase 66,66%
Dari data diatas bila disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.2 Nilai kegiatan siklus I
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai yang diperoleh
siswa pada siklus I belum dinyatakan tuntas. Ada satu siswa yang nilainya
masih dibawah KKM yang telah ditentukan.Nilai yang diperoleh yaitu 60 .
Sedangkan dua siswa yang lain sudah memenuhi nilai KKM yang ditentukan.
Masing- masing nilainya yaitu 66 dan 64.
56
58
60
62
64
66
68
APK DAAM KSP
KKM
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Bila dilihat dari nilai rata-rata kelas, kemampuan membaca siswa
sudah memenuhi nilai KKM. Besarnya nilai rata- rata kelas yaitu 63,33.
Sedangkan nilai KKM yang ditentukan sebesar 63. Dengan demikian secara
klasikal anak sudah mampu memahami suatu bacaan, namun secara
individual nilai masing- masing siswa belum memenuhi nilai KKM.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran
membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media
Animasi.. Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi. Dalam
tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan lembar observasi siswa, serta foto selama proses
pembelajaran berlangsung.
Observasi dilaksanakan pada pembelajaran, kegiatan yang
dilaksankan guru serta kegiatan siswa dalam pembelajaran membaca
pemahaman. Siklus I dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman
dengan indikator mengidentifikasi unsur-unsur cerita Dan membuat ringkasan
dari suatu teks cerita/ bacaan. Hasil observasi siswa pada pembelajaran
membaca pemahaman melalui model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi pada siklus I adalah:
(a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik
(b) Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran dalam kriteria baik
(c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria cukup
(d) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi masih dalam kriteria cukup
(e) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik
(f) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kriteria baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(g) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria cukup
Berdasarkan data diatas menunjukan hasil observasi siswa pada
pembelajaran membaca pemahaman dengan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi pada siklus I
adalah baik, tetapi keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa
dalam melakukan diskusi dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tes
masih dalam kriteria cukup sehingga perlu ditingkatkan.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang diksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan siklus I maka dapat dikatakan proses pembelajaran
telah menunjukkan perubahan, baik pada kegiatan siswa maupun pada
pencapaian hasil belajar membaca pemahaman yang mengalami peningkatan.
Meskipun terjadi peningkatan dalam kemampuan membaca siswa akan
tetapi terdapat kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya.
Permasalahan tersebut antara lain:
(a) Keseriusan siswa dalam membaca yang dilakukan siswa masih kurang,
hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa yang ramai sendiri
(b) Siswa masih kesulitan dalam membuat paragraf yang baik untuk
membuat ringkasan dari suatu bacaan dilihat dari masih banyaknya siswa
yang mencontek dari bacaan.
(c) Kegiatan kelompok masih kurang karena banyak siswa mengerjakan
tugas kelompok secara individual meskipun mereka berpasangan
(d) Pada saat pasangan kelompok melakukan presentasi, pasangan lain masih
banyak yang ramai dan tidak memperhatikan.
Berdasarkan analisis diatas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu:
(a) Guru memberikan teks bacaan yang menarik perhatian siswa sehingga
siswa lebih serius dalam membaca
(b) Guru menjelaskan tentang cara menulis paragraf yang baik serta
penggunaan EyD yang benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(c) Guru memberi bimbingan pada semua pasangan agar mau bekerja sama
dengan pasangannya sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal
(d) Guru meminta setiap pasangan kelompok yang lain untuk memberikan
tanggapan terhadap kelompok yang presentasi.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi diatas, tindakan yang dilakukan
pada siklus I dikatakan belum berhasil mencapai indikator ketercapaian yaitu
80%. Sehingga dalam siklus I kemampuan membaca pemahaman belum
mencapai ketuntasan belajar dan untuk siklus II menekankan pada perbaikan
proses pembelajaran membaca pemahaman pada siklus I siswa kelas IV SD
Negeri Pajang I Surakarta Tahun Ajaran 2011.
C. Deskripsi Hasi Siklus II
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan selama dua kali
pertemuan tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran. Kegiatan dari siklus II ini
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan kompetensi dasar serta indikator yang sesuai dengan
membaca pemahaman kelas IV
b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dengan media Animasi untuk siklus II dengan langkah perbaikan
pada siklus I
c) Peneliti mempersiapkan film animasi yang akan dinarasikan menjadi
bentuk bacaan, kemudian membuat pertanyaan berdasar kisi-kisi yang
telah disepakati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 4.2 Contoh film animasi dalam pembelajaran
Sepeda Baru
Hari minggu telah tiba. Hari yang ditunggu- tunggu upin dan ipin
karena hari libur. Saatnya untuk bermain dengan teman-teman di
lapangan. Upin dan Ipin sengaja bangun pagi, lalu mereka mandi dan
sarapan. Setelah selesai sarapan, Ipin dan Upin bergegas keluar rumah
dan berjalan menuju lapangan tempat biasa mereka bermain dengan
teman-teman.
Sesampainya di lapangan Ipin dan Upin bertemu dengan teman-
teman mereka, yaitu Fizi, Ihsan dan Memey sedang asyik bermain
sepeda. Sedangkan Fizi hanya berlarian mengejar Ihsan dan Memey
yang menaiki sepeda karena Fizi tidak mempunyai sepeda. Ipin dan
Upin juga hanya bisa meminjam sepeda Ihsan, tetapi ihsan tidak
meminjamkannya. Karena kesal tidak dipinjami oleh Ihsan, Ipin dan
Upin langsung bergegas pulang.
Sampai di rumah, Ipin dan Upin disuruh mandi oleh Kak Ros.
Setelah selesai mandi, Ipin dan Upin menuju ruang makan untuk
makan bersama Kak Ros dan Opa. Di ruang makan, Ipin dan Upin
menceritakan kejadian tadi siang dilapangan, Ipin dan Upin pun
mengungkapkan keinginannya kepada Kak Ros dan Opah untuk
membelikan sepeda baru, tetapi dimarahi kak Ros. Ipin dan Upin
hanya bisa diam. Selesai makan Ipin dan Upin pergi ke kamar mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4. 4 Contoh karangan sederhana pengembangan dari film animasi
d) Menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan saat pelaksanaan
tindakan
e) Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan
f) Membuat lembar observasi siswa pada siklus I untuk melihat bagaimana
kegiatan belajar mengajar di kelas IV yang meliputi kegiatan siswa
ketika belajar dengan model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC)
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran membaca
pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi. Pembelajaran yang
telah disusun pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan.
Keesokan harinya Ipin dan Upin pergi bermain ke rumah Datuk
Ranggi. Dirumah datuk, Ipin dan Upin menceritakan keinginannya
untuk memiliki sepeda. Karena merasa kasihan kemudian datuk
memperlihatkan sepeda bekas, tetapi Ipin da Upin tidak suka.
Kemudian datuk mengajak Si Ipin dan Upin ke gudang belakang.
Didalam gudang terdapat dua sepeda bekas milik datuk dulu. Ipin dan
Upin merasa senang. Kemudian Datuk Ranggi, Ipin dan Upin
bersama-sama memperbaiki sepeda itu. Setelah selesai memperbaiki
sepeda, Ipin dan Upin terkejut melihat hasil kerja sama mereka
dengan Datuk.
Dengan penuh rasa gembira, ipin dan upin menaiki sepeda baru
mereka menuju lapangan. Di lapangan. Sudah ada Ihsan, Fizi dan
Memey. Mereka terkejut melihat sepeda ipin dan upin yang sangat
unik dan bagus dengan merek TDR 2000. TDR itu singkatan dari
Tuan Datuk Ranggi dan akhirnya Ipin dan Upin bisa bermain sepeda
dengan teman-teman mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Siklus II materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi unsur-unsur
cerita membuat suatu ringkasan dari sebuah cerita dengan membuat kalimat
sendiri. Adapun kegiatan yang dilakukan guru pada siklus II meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
a. Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
(a) memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas
(b) Guru memberi salam kepada siswa dan melakukan presensi
kehadiran siswa.
(c) Guru melakukan apersepsi yaitu Tanya jawab dengan siswa
- Siapa yang masih ingat unsur-unsur dari suatu cerita?
- Ada berapa unsur yang kalian ketahui?
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
secara sederhana kepada siswa
(e) Guru memberi motivasi kepada siswa supaya rajin membaca.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru menuliskan judul bacaan dipapan tulis
(b) Bertanya jawab dan menggali prediksi siswa tentang judul bacaan
(c) Guru membagi siswa kedalam delapan kelompok secara heterogen
(d) Setiap kelompok mendapatkan satu teks cerita “sepeda baru”
(e) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah
pembelajaran CIRC dengan media animasi yang akan dilaksanakan
(f) Guru memutarkan film animasi dalam pembelajaran
(g) Setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan untuk
kelompoknya bacaan cerita yang telah dibagikan dan anggota yang
lain menyimak
(h) Setiap kelompok membahas dan mengerjakan lembar kerja siswa
(i) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(j) Secara bergiliran, wakil dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
(k) Guru memberikan umpan balik atas materi yang telah
dipresentasikan siswa secara singkat
(l) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok yang
berhasil dikerjakan dengan baik
(m) Guru memberikan tes evaluasi membaca pemahaman untuk
dikerjakan secara kelompok.
3) Kegiatan Akhir
(a) Guru memberikan pemantapan dan kesimpulan
(b) Guru menutup pelajaran
b. Pertemuan II
1) Kegiatan awal
(a) Guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas
(b) Guru memberi salam kepada siswa dan melakukan presensi
kehadiran siswa.
(c) Guru melakukan apersepsi yaitu Tanya jawab dengan siswa
Guru melakukan tanya jawab berkaitan tentang materi
pembelajaran sebelunya
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
secara sederhana kepada siswa
(e) Guru memberi motivasi kepada siswa manfaat rajin dan pintar.
2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi kedalam delapan kelompok secara heterogen sama
seperti kelompok pada pertemuan sebelumnya.
(b) Setiap kelompok mendapatkan satu teks cerita “Sepeda baru”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(c) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai
langkah pembelajaran CIRC dengan media animasi yang akan
dilaksanakan
(d) Guru memutarkan film animasi dalam pembelajaran
(e) Setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan untuk
kelompoknya bacaan cerita yang telah dibagikan dan anggota
yang lain menyimak
(f) Setiap kelompok membahas dan mengerjakan lembar kerja siswa
(g) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok
(h) Secara bergiliran, wakil dari tiap kelompok membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
(i) Guru memberikan umpan balik atas materi yang telah
dipresentasikan siswa secara singkat
(j) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok yang
berhasil dikerjakan dengan baik
(k) Guru memberikan tes evaluasi membaca pemahaman untuk
dikerjakan secara individu.
5) Kegiatan Akhir
(a) Guru mengevaluasi jawaban siswa.
(b) Guru memberikan pemantapan dan kesimpulan
(c) Guru menutup pelajaran
Hasil belajar siswa kelas IV pada kegiatan siklus II ini mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan hasil nilai pada kegaiatan awal
maupun pada pembelajaran siklus I. Hasil belajar masing-masing siswa
tersebut disajikan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.5 Nilai Pada Pembelajaran Siklus II
No Nama KKM Nilai Kriteria
1 APK 63 78 Tuntas
2 DAAM 63 78 Tuntas
3 KSP 63 70 Tuntas
Jumlah 226
Rata- rata kelas 75,33 Tuntas
Prosentase 100%
Bila disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:
Grafik 4.3 Nilai kegiatan siklus II
Dari grafik maupun tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar membaca pemahaman siswa meningkat dan nilai dari masing-
masing siswa sudah memenuhi KKM yang ditentukan. Nilai tertinggi pada
kegiatan siklus II yaitu sebesar 78. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh
siswa sebesar 70 , dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,33 . Ketuntasan
klasikal sebesar 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada
kegiatan siklus II nilai rerata nilai yang dicapai sudah memenuhi indikator
kinerja maupun nilai KKM dan secara klasikal maupun individual telah
mencapai ketuntasan.
0
20
40
60
80
100
APK DAAM KSP
KKM
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran
membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi.
Observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran, kegiatan
yang dilakukan guru selama pembelajaran, serta kegiatan siswa dalam
pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan lembar observasi.
Selain itu peneliti juga mendokumentasikan jalannya pembelajaran yang
berupa foto. Pada siklus II guru berupaya malaksanaan langkah perbaikan
yang telah direncanakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
siklus I.
Siklus I dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan
indikator mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan membuat ringkasan dari
suatu teks cerita/ bacaan. Hasil observasi siswa pada pembelajaran membaca
pemahaman melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dengan media Animasi pada siklus II adalah:
(a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik
(b) Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran dalam kriteria sangat baik
(c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik
(d) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi masih dalam kriteria baik
(e) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik
(f) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kriteria sangat baik
(g) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria sangat baik
Berdasarkan data diatas menunjukkan hasil observasi siswa pada
pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan
media Animasi pada siklus II menunjukkan peningkatan pada kegiatan siswa
yaitu pada keaktifan siswa, kemampuan siswa dalam melakukan diskusi dan
kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4. Refleksi
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus II maka diperoleh
nilai hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri
Pajang Surakarta pada siklus II Kemampuan membaca pemahaman siswa
mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari tercapainya indikator
kemampuan membaca pemahaman yang telah ditetapkan pada awal tindakan
yaitu a)Kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur cerita, b) Kemampuan
meringkas teks bacaan. Selain itu, kekurangan yng terjadi pada siklus I sudah
dapat diatasi pada siklus II.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan penelitian
pada siklus II telah berhasil, dibuktikan adanya peningkatan hasil belajar
antara nilai awal, siklus I dan siklus II sehingga penelitian tidak dilakukan
pada pembelajaran berikutnya.
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan data awal nilai membaca pemahaman, diketahui bahwa nilai
rata-rata kelas sebesar 57,33. dari ketiga siswa belum ada yang mendapat nilai
rata-rat yang memenuhi KKM. Ketuntasan klasikal sebesar 0%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas belum memenuhi KKM dan
dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum tuntas.
Berdasarkan hasil tes siklus I, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas
kegiatan membaca sebesar 63,33 . dua siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan
satu siswa yang nilainya belum memenuhi KKM atau masih dibawah nilai 63.
Ketuntasan klasikal sebesar 66,66 %. Berdasarkan data tersebut ketuntasan
kalsikal masih belum tercapai. Karena ketuntasan klasikal yang diinginkan adalah
80%.
Sedangkan nilai tes pada siklus II diketahui nilai rata-rata kelas sebesar
75,33 . Semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM yang telah ditentukan.
Dengan perolehan nilai tertinggi yaitu sebesar 78 dan nilai terendah sebesar 70 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Berdasarkan data nilai tersebut secara
klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil obseravsi dan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan
pada pembelajaran membaca pemahaman dengan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi,
hasil yang dicapai mengalami kenaikan secara signifikan. Data nilai kemampuan
awal, siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.6 Nilai Membaca Siswa Pada Kemampuan Awal, Siklus I, dan
Siklus II
No Nama Siswa KKM Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 APK 63 60 64 78
2 DAAM 63 54 66 78
3 KSP 63 58 60 70
Jumlah 172 190 226
Rata-rata 57,33 63,33 75,33
Ketuntasan Belajar 0% 66,66% 100%
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
APK DAAM KSP
KKM
Nilai Awal
siklus I
siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus
Siklus Nilai rata-rata Peningkatan
Tes Awal 57,33 -
Siklus I 63,33 6
Siklus II 75,33 12
Dari peningkatan nilai membaca pemahaman siswa kelas IV diatas dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 4.5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus
Dari ketuntasan belajar secara klasikal dari semua siklus dapat dibuat
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membaca Setiap Siklus
Siklus Prosentase Ketuntasan
(%)
Peningkatan
Tes Awal 0 -
Siklus I 66,66 66,66
Siklus II 100 33.34
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari data peningkatan nilai secara klasikal kelas I dapat digambarkan
dengan grafik sebagai berikut:
Grafik 4.6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal
Hasil penelitian melalui tes menunjukan bahwa rata-rata nilai membaca
pemahaman pada siklus mencapai 75,33 dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 78.
Semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM. Nilai KKM yang ditentukan
adalah 63. Dengan demikian ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dari pernyataan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa indicator kinerja secara kalsikal telah
tuntas.
E. Pembahasan Hasil penelitian
Dengan melihat hasil penelitian diatas dapat diketahui adanya peningkatan
proses pembelajaran terutama kemampuan membaca pemahaman siswa setelah
penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dengan media Animasi. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil
membaca pemahaman yang diperoleh siswa Pada kondisi awal pembelajaran
membaca pemahaman, kemampuan belajar membaca pemahaman siswa kelas IV
masih rendah. Nilai yang diperoleh siswa masih dibawah nilai KKM yang
ditentukan oleh sekolah.
Kemudian peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar membaca pemahaman kelas tersebut. Penelitian
0
20
40
60
80
100
120
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. pada
siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam melakukan
diskusi dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tes masih dalam kriteria cukup
sehingga perlu ditingkatkan.
Hasil nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu sebesar
63,33. Nilai belum memenuhi KKM Karena KKM yang ditentukan adalah 80%
dari siswa, nilainya mencapai 63 bahkan lebih. Masih ada satu anak yang nilainya
belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan. Dengan demikian perlu diadakan
tindakan lagi agar indikator kinerja tercapai tuntas.
Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II. Tindakan pada
siklus ini merupakan penyempurnaan dari kegiatan siklus sebelumnya. Pada
kegiatan siklus ini keaktifan siswa, kemampuan siswa dalam melakukan diskusi
dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik. Hasil belajar
pada siklus inipun juga telah memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai
rata-rata kelas sebesar 75,33 dengan nilai tertinggi 78 dan nilai terendah 70.
Dengan demikian secara klasikal maupun individual indicator kinerja dianggap
sudah tuntas. Bila dinyatakan dengan persen yaitu sebesar 100%.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri
Pajang I Surakarta yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi. Hal ini terjadi
karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media Animasi dapat membuat
siswa memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapatnya. Selai itu siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua
siklus tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media
Animasi dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas
IV SD Negeri Pajang I Surakarta Tahun Ajaran 2011. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan jumlah siswa mencapai ketuntasan belajar (KKM > 63), tidak
ada yang tuntas atau 0% pada siklus awal sebelum dilakukan tindakan menjadi 2
siswa atau 66,66% pada siklus I dan 3 siswa atau 100% pada siklus II. Nilai rata-
rata siswa tiap siklusnya juga mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 57,33 menjadi 63,33 pada siklus I dan
75,33% pada siklus II. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dengan media animasi
dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri
Pajang I Surakarta Tahun Ajaran 2011.
B. Saran
Berkaitan dengan simpulan diatas, maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
a. Dalam upaya penggunaan media pembelajaran yang efektif dan
menunjang proses belajar mengajar, hendaknya diadakan sosialisasi
dan pembekalan rutin kepada guru
b. Hendanya sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga
siswa dan guru merasa serta nyaman dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Bagi guru
a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik sehingga siswa merasa nyaman dan
aktif dalam mengikuti pembelajaran.
b. Guru sebaiknya selalu berfikir kreatif dalam menciptakan media
pembelajaran, sejalan dengan perkembangan IPTEK yang semakin
pesat.
c. Hendaknya menasehati supaya siswa rajin membaca sehingga
pengetahuan serta informasinya bertambah.
3. Bagi siswa
a. Diharapkan lebih sering melakukan kegiatan membaca untuk
menambah pengetahuan serta informasi siswa supaya dapat lebih
mudah memahami bacaan.
b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin
belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
c. Sebaiknya siswa mampu mengekspresikan dirinya dengan berani
dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang
diadakan oleh guru.