fakultas ilmu sosial dan ilmu politik …/program... · 2 bab i pendahuluan a. latar belakang...

187
1 PROGRAM COMMUNITY POLICING Disusun Oleh : RULLY WIRASTANINGRUM D0205122 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: haliem

Post on 16-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

1

PROGRAM COMMUNITY POLICING

Disusun Oleh :

RULLY WIRASTANINGRUM

D0205122

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah merambah ke hampir semua kehidupan manusia. Dewasa ini

perkembangan kehidupan bangsa-bangsa di dunia tengah mengalami perubahan

drastis yang melahirkan proses globalisasi yaitu perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi khususnya di bidang komunikasi dan informasi serta transportasi.

Bangsa Indonesia, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, mau atau

tidak mau, pasti terseret ke dalam era globalisasi. Karena itulah bangsa Indonesia

harus mampu memanfaatkan dampak positif dari globalisasi. Globalisasi ditandai

dengan munculnya berbagai karakteristik kehidupan masyarakat dunia, seperti

meningkatnya peran perusahaan swasta dalam perdagangan internasional,

melemahnya ikatan nasional, meningkatnya peranan informasi, pendayagunaan

modal asing, dan regionalisme yang menonjol.

Di tengah perubahan masyarakat yang berkembang dengan pesat sebagai

akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (informasi,

komunikasi dan transportasi) dan pengaruh globalisasi, menjadikan masyarakat

semakin kritis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah. Bagi bangsa

Indonesia, proses globalisasi telah memacu tuntutan reformasi terhadap segenap

tatanan kehidupan bangsa.

Page 3: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

3

Berkaitan dengan arus globalisasi yang melanda dunia dan tidak

terelakkan juga di Indonesia maka bermunculan protes dan reaksi masyarakat

yang dipelopori oleh mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat serta para aktifis

mahasiswa, politisi, dan para pakar pada tahun 1998 yang menuntut pemerintahan

Orde Baru yang cenderung otoriter untuk melepaskan kekuasaannya. Peralihan

dari rezim pemerintahan otoriter menuju pemerintahan reformasi yang mencirikan

demokrasi ditandai dengan perombakan di lingkungan birokrasi pada tingkat

administrasi publik termasuk berbagai peraturan perundang-undangan. Namun

realisasinya di masyarakat masih banyak diwarnai oleh adanya sifat curang dan

balas dendam serta terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat pro dan kontra

sehingga berpengaruh pada situasi Kamtibmas pada masa awal bergulirnya

reformasi.

Era reformasi menggugah semangat pembaharuan, semangat perbaikan,

penataan dan pembenahan secara sadar untuk menyoroti berbagai ketimpangan,

penyimpangan dan berbagai hal yang tidak proposional di semua lembaga

pemerintahan, termasuk institusi Kepolisian. Reformasi kepolisian sejalan dengan

era reformasi pemerintahan negara dan bangsa lebih ditujukan untuk perbaikan

pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas terutama terkait dengan tugas

polisi sebagai pelindung, pengayom dan pelayan maupun penegak hukum.

Selama institusi Polri berada di lingkungan Tentara Nasional Indonesia

(TNI) dan menyatu dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

seperti yang terjadi pada masa Orde Baru, aparat Kepolisian menjadi tidak terlatih

dalam menggunakan senjata hukum yang ada padanya karena menganggap kurang

Page 4: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

4

dibutuhkan. Hal ini didasarkan pada pemahaman dan kebiasaan yang berlaku di

lingkungan militer dengan sikap destruktif dan ofensif, yakni selalu menggunakan

kekerasan seperti melakukan penganiayaan terhadap tersangka untuk

mendapatkan pengakuan, melakukan penangkapan dan penahanan tanpa surat

perintah dan tanpa alasan hukum yang sah. Akibat pola kerja polisi yang bersikap

keras dan destruktif sebagai akibat dari militerisasi institusi Polri tersebut maka

menjadikan masyarakat selalu takut kepada polisi.

Keberadaan Polri sebagai bagian dari TNI/ ABRI tidak terjadi dengan

sendirinya namun didasarkan pada realitas sejarah dan perkembangan

pemerintahan negara dan bangsa Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1961 Polri

dinyatakan sebagai bagian dari ABRI dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden selaku Panglima tertinggi ABRI sesuai sistem yang dianut UUD 1945.

Penyatuan institusi Polri ke dalam tubuh TNI/ ABRI tidak dapat dilepaskan dari

terjadinya Peristiwa G 30 S/ PKI pada tahun 1965 yang disusul jatuhnya Soekarno

sebagai Presiden dan munculnya Ketua Presidium Kabinet, Jendral Soeharto yang

kemudian diangkat sebagai pejabat Presiden pada tahun 1967 dan ditetapkan

sebagai Presiden pada tahun 1968 melalui Sidang Umum MPRS. Pada masa

pemerintahan Soeharto dikenal dengan rezim “Orde Baru” yang berkuasa selama

lebih dari 32 tahun. Pada masa itu integrasi TNI/ ABRI diperketat dengan alasan

apabila institusi ABRI pecah maka negara akan ikut pecah. Oleh karena itulah

maka jabatan Panglima bagi TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU dan Polri dihapus

Page 5: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

5

kemudian diciptakan jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam)

serta Panglima ABRI secara terpisah.1

Pada tanggal 1 Juli 1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI

dikembalikan menjadi Kepala Kepolisian Negara RI dan singkatannya adalah

Kapolri. Kedudukan Polri sebagai bagian dari ABRI pada waktu itu masih tidak

berubah dengan alasan integritas, sehingga segala hal ikwal yang berlaku di

lingkungan TNI/ ABRI juga diberlakukan di lingkungan Polri. Misalnya, masalah

pendidikan, sistem anggaran dan keuangan, materiil dan persoalan lainnya serta

hampir semua tugas-tugas Polri berdasarkan petunjuk dan perintah Panglima

ABRI. Modal seperti itu maka intervensi TNI terhadap pelaksanaan tugas Polri

terutama di bidang penyidikan tidak dapat dihindari, sehingga cita-cita

menjadikan hukum sebagai panglima cenderung hanya sebatas klise dan lip

service belaka. Kedudukan Polri dalam sistem pemerintahan Orde Baru hanya

sebagai alat kekuasaan dan merupakan sub-ordinat dari TNI/ ABRI, sehingga

meninggalkan ciri dan jati diri polisi sebagai pengayom, pelindung dan pelayan

masyarakat dan sebagai aparat penegak hukum.

Gerakan reformasi di Indonesia pada tahun 1998 telah menimbulkan

perubahan di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk juga

di lingkungan Kepolisian. Tuntutan rakyat agar Polri bersikap mandiri dan

profesional dalam menjalankan tugas, serta pelaksanaan fungsi dan peran sebagai

aparat penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat terjawab

1 Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian: Profesionalisme dan Reformasi Polri, Laksbang Mediatama, Surabaya, 2007, hal 2-3

Page 6: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

6

saat Presiden RI pada upacara HUT Bhayangkara ke 54 tanggal 1 Juli 2000

meresmikan reorganisasi Polri keluar dari Departemen Pertahanan dan

TNI/ABRI, untuk selanjutnya menjadi institusi independen dan mandiri yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden selaku Kepala Negara.

Mengenai tugas Polri berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002 yang

merupakan revisi atas UU Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara RI,

telah ditegaskan tentang keberadaan Polri yang secara independen berada di

bawah Presiden dan tidak lagi berada di bawah Panglima ABRI. Hal tersebut

berdampak pada terjadinya perubahan struktur organisasi Polri baik dari tingkat

pusat maupun di tingkat kewilayahan (Polda, Polwil, Polres/Polresta).

Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma di tubuh Polri, yakni dari

sosok polisi yang sebelumnya bersikap militeristis karena menjadi bagian dari

ABRI kemudian menjadi polisi sipil setelah pisah dari ABRI, masyarakat

menghendaki agar Polri meningkatkan profesionalisme-nya dalam menjalankan

tugas dan kewajiban baik sebagai pemelihara Kamtibmas maupun sebagai aparat

penegak hukum.

Sulit rasanya memisahkan keeratan hubungan antara masyarakat dengan

polisi. Tidak ada masyarakat tanpa polisi. Sebaliknya, keberadaan polisi tidak

dapat dilepaskan dari masyarakat. Dimana ada masyarakat, di situlah terdapat

institusi yang namanya polisi (ubi societas ubi politie).

Masyarakat adalah nyata-nyata komunitas yang dilayani oleh institusi

Kepolisian. Namun anehnya, seringkali masyarakat merasa tidak memiliki

keterkaitan dengan Polisi kecuali dalam beberapa hal, seperti tersangkut masalah

Page 7: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

7

kriminal atau berhubungan dengan pelanggaran lalu lintas. Bahkan, sebagian

besar masyarakat kita cenderung segan, merasa tidak nyaman, dan takut ketika

mengunjungi kantor Polisi. Sebisa mungkin orang akan menghindar agar tidak

berurusan dengan Polisi. Di pihak Polisi sendiri, mereka jarang sekali

berhubungan langsung dengan masyarakat, kecuali terkait perkara kriminalitas

dan pelanggaran lalu lintas. Dari sinilah, kesenjangan jarak antara Polisi dengan

masyarakat sebetulnya mulai terpupuk.

Fenomena terjadinya penurunan kepercayaan masyarakat terhadap Polri

telah diprediksi, sebagaimana dinyatakan dalam Grand Strategi Polri 2005-2025,

khususnya pada BAB II angka 2. Pada bagian tersebut tergambar krisis

kepercayaan terhadap Polri, antara lain:2

1. Saat ini banyak masyarakat yang tidak takut melanggar hukum

2. Masyarakat mengembangkan slogan-slogan yang melecehkan Polisi

3. Masyarakat menganggap kewibawaan Polri hanya pada senjata dan

wewenang formalnya

4. Masyarakat yang banyak uang menganggap Polisi tidak ada wibawa sama

sekali dan dapat dikendalikan

5. Di era kebebasan pers penyelewengan Polri semakin terbuka dan citra

Polri semakin terpuruk

Munculnya berbagai penilaian negatif terhadap performa Polri tentunya

menimbulkan berbagai pertanyaan terkait komitmen Polri untuk senantiasa

berupaya menampilkan paradigma baru dalam berperilaku dan bertindak.

2 http://www.batampos.co.id

Page 8: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

8

Tindakan menyimpang dari sebagian anggota Polri tersebut seakan hendak

mempertanyakan kembali komitmen Polri yang konon sejak terpisah dari TNI

hendak berupaya mengubah perilaku dari sosok Polri yang antagonis menjadi

Polisi Sipil yang protagonis, yaitu polisi yang sopan, siap melayani dan dicintai

masyarakat.3

Untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat dalam

menciptakan dan menjaga Kamtibmas dan tentunya Polri dapat bertindak sebagai

polisi yang netral, jujur, terbuka bersih dan berwibawa yang dicintai dan

dihormati, dipercaya serta dibanggakan oleh masyarakatnya. Community Policing

adalah salah satu alternatif untuk menuju Polri sebagai polisi sipil yang

demokratis dan mandiri. Yang menentukan keberhasilan tugas polisi bukan hanya

pada menekan angka kejahatan tetapi manakala kejahatan atau gangguan

Kamtibmas tidak terjadi serta tercipta ketertiban dan keteraturan yang dapat

dirasakan oleh masyarakatnya yang dipercaya masyarakatnya.4

Jika selama ini citra yang ada dalam benak masyarakat adalah pelayanan

dan profesionalisme kerja polisi kurang baik dan kurang memuaskan, maka perlu

dilakukan usaha dan kegiatan untuk mengubahnya. Oleh karena itu, diperlukan

implementasi kegiatan public relations untuk memperbaiki citra tersebut. Maka

Polri membuat Grand Strategi 2005-2025 yaitu Perpolisian Masyarakat/

Community Policing (Polmas). Community Policing sebagai alternatif gaya

Kepolisian merupakan pilihan strategi yang dilakukan oleh Polri baik sebagai

3 http://www.batampos.co.id 4 http://www.dharana-lastarya.org

Page 9: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

9

konsep maupun dalam aktivitasnya. Community Policing dilakukan karena

keterbatasan personil polisi dan institusi Polri menghendaki adanya jalinan

kerjasama yang harmonis dengan masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan

Kamtibmas sehingga citra Polri di masyarakat dapat membaik.

Pemahaman konsep Perpolisian Masyarakat (Community Policing)

menurut Friedmann telah menghasilkan langkah penting dalam perbaikan strategi

Kepolisian yang berkaitan dengan bimbingan masyarakat. Apabila

pelaksanaannya terus dikembangkan dengan baik dan konsisten dapat memperluas

pemahaman tentang keterkaitan antara polisi dan masyarakat yang diamankan.

Konsep Community Policing banyak dirumuskan oleh beberapa ahli seperti

Trojanowicz (1998), Bayley (1988), Meliala (1999) dan Rahardjo (2001) yang

secara garis besar menekankan pada pentingnya kerja sama antara polisi dengan

masyarakat setempat dimana ia bertugas untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah-masalah sosialnya sendiri. Pemolisian ini tidak dilakukan

untuk melawan kejahatan, tetapi mencari dan melenyapkan sumber kejahatan

melalui upaya-upaya pencegahan kejahatan maupun pendidikan bagi warganya.5

Community Policing dikembangkan dan disosialisasikan kepada

masyarakat oleh seluruh anggota Polri berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.

Pol: SKEP/737/X/2005, tanggal 13 Oktober 2005, tentang kebijakan dan strategi

penerapan Polmas. Konsep Perpolisian Masyarakat (Polmas) yang tertuang dalam

Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep / 737 / X / 2005 tanggal 13 Oktober 2005

5 www.dharana-lastarya.org

Page 10: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

10

mengadopsi sistem Koban atau Chuzaiso Jepang, sistem Neighbourhood Policing

dari Singapura dan Community Policing dari Amerika Serikat.

Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2008, menjelaskan bahwa penerapan Polmas sebagai falsafah dan strategi

merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan Polri

kepada masyarakat melalui kemitraan dengan warga masyarakat untuk

mewujudkan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam era

demokrasi dan penegakan hak asasi manusia.6

Jumlah anggota Polisi di Indonesia bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk akan selalu tidak berimbang atau bahkan semakin ketinggalan, sehingga

untuk mencapai ratio ideal (1:400) akan dibutuhkan waktu yang lama. Sementara,

ratio polisi dan penduduk yang ideal pun tidak merupakan jaminan dapat

terwujudnya Kamtibmas. Membangun kemitraan dengan masyarakat adalah

strategi yang tepat untuk mengatasi kesenjangan ini. Menutupi kekurangan

personel Polri akan lebih efesien dengan penambahan kekuatan melalui pelibatan

masyarakat sebagai mitra yang setara.7

Pemisahan Kepolisian Republik Indonesia dari Tentara Nasional Indonesia

(TNI) memberikan peluang bagi dilakukannya pemikiran ulang yang mendasar

terhadap peranan Kepolisian. Community Policing merupakan salah satu cara

yang paling inovatif untuk mendukung upaya-upaya reformasi Kepolisian yang

diupayakan baik oleh pihak Kepolisian sendiri maupun kelompok-kelompok

6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7, Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Mayarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, Jakarta, 2008, hal. 18 7 ibid. Hal. 13

Page 11: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

11

masyarakat. Kekhasan Community Policing yang menekankan pada pentingnya

peran dan keterlibatan masyarakat untuk mendukung terciptanya polisi sipil yang

profesional dan bertanggung jawab merupakan suatu bentuk dukungan yang

strategis terhadap program reformasi Kepolisian di Indonesia.

Dalam pelaksanaan Community Policing semua instansi Kepolisian

berperan dalam menyukseskan program ini, baik tingkat pusat maupun tingkat

kewilayahan (Polda, Polwil, Polres). Polres Boyolali sebagai salah satu instansi

Kepolisian juga melaksanakan kegiatan Community Policing untuk memperbaiki

citra Polri di wilayah hukum Boyolali.

Untuk menilai seberapa jauh program Community Policing dianggap

efektif, harus didasarkan pada seberapa jauh program tersebut dapat

mempengaruhi masyarakat. Usaha persuasif dan edukasi masyarakat bisa diawali

dengan berbagai hal. Proses edukasi biasa diawali dengan penyampaian informasi

atau sosialisasi mengenai Community Policing pada masyarakat. Proses tersebut

dilanjutkan dengan mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku kelompok

masyarakat kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kebutuhan perubahan yang

diinginkan. Penyampaian informasi dapat dilakukan dengan banyak cara, baik

melalui komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.

Persoalan yang muncul adalah selain sebagai usaha mewujudkan

profesionalisme Polri, bagaimana dan seperti apa Binamitra Polres Boyolali

menjalankan tugas pada masyarakat melalui program Community Policing

tersebut. Sebuah program yang disusun sebuah institusi, seharusnya merupakan

Page 12: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

12

suatu investasi yang menguntungkan kedua belah pihak, masyarakat maupun

institusi.

Alasan peneliti mengambil tema penelitian evaluasi pada program ini

adalah meskipun program Community Policing merupakan program nasional yang

dimiliki Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), namun Binamitra Polres

Boyolali belum memiliki data secara pasti, seperti apa efektifitas pelaksanaan

program Community Policing yang telah dilaksanakan selama ini.

Penelitian ini akan mencoba melihat bagaimana dan seperti apa Binamitra

Polres Boyolali berusaha mewujudkan kemitraan antara polisi dengan masyarakat

untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Boyolali terhadap Kepolisian.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengevaluasi kegiatan Community

Policing yang dilakukan Binamitra Polres Boyolali dan mengetahui apa manfaat

program tersebut baik bagi masyarakat dan Binamitra Polres Boyolali sebagai

pelaksana program serta mengetahui faktor-faktor yang menghambat maupun

mendukung program ini.

Page 13: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

13

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektifitas program Community Policing oleh Binamitra

Polres Boyolali dalam membentuk citra positif Polri di Kabupaten Boyolali?

2. Apa sajakah faktor yang menghambat maupun mendukung pelaksanaan

program Community Policing oleh Binamitra Polres Boyolali dalam

membentuk citra positif Polri di Kabupaten Boyolali?

C. TUJUAN PENELITIAN

Atas dasar permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dapat

ditetapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efektifitas program Community Policing oleh Binamitra Polres

Boyolali dalam membentuk citra positif Polri di Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui faktor yang menghambat maupun mendukung pelaksanaan

program Community Policing oleh Binamitra Polres Boyolali dalam

membentuk citra positif Polri di Kabupaten Boyolali.

Page 14: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

14

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui dan mendapatkan informasi atau gambaran tentang

praktik kegiatan komunikasi dalam pelaksanaan program Community

Policing oleh Binamitra Polres Boyolali dalam membentuk citra

positif Polri di Kabupaten Boyolali.

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi Binamitra Polres Boyolali dalam

penyelenggaraan kegiatan komunikasi pada program-program

Community Policing berikutnya.

E. LANDASAN TEORI

1. Public Relations (Humas)

Daud Sirait dalam buku Webster’s New international Dictionary of The

English Languange melalui bukunya tentang hubungan masyarakat dan

periklanan niaga, seperti dikutip dalam buku Kustadi Suhandang, mengemukakan

tentang Public Relations.

Menurut Sirait, kamus internasional itu merumuskan Public Relations

sebagai:

“Aktivitas yang dilakukan oleh industri, perserikatan, perusahaan, perhimpunan, jawatan pemerintah, dan atau organisasi lainnya, untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan masyarakat tertentu (misalnya para langganan, para pegawai, atau para

Page 15: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

15

pemegang saham) dan masyarakat pada umumnya dengan maksud menyesuaikan dirinya pada keadaan sekeliling dan memperkenalkan dirinya kepada masyarakat”8

Jadi, Public Relations merupakan aktivitas suatu perusahaan atau

organisasi kepada publiknya untuk menciptakan dan memelihara hubungan baik.

Inti dari kegiatan Public Relations adalah komunikasi, menurut Carl I. Hovland,

komunikasi adalah:

“Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”9

Pendapat Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek bukan

saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum

(public opinion) dan sikap publik (public attitude).

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, public relations pada

dasarnya mempunyai dua pengertian10, yaitu:

1. Public relations sebagai “method of communications”, yaitu merupakan

suatu rangkaian atau sistem kegiatan, yaitu kegiatan berkomunikasi secara

khas. Kegiatan komunikasi yang khas tersebut mempunyai ciri dan aspek

sebagai berikut:

8 Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan, Kajian, Program, Implementasi, Nuansa, Bandung, 2004, hal. 46. 9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997, hal. 10. 10 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations, Mandar Maju, Bandung, 1993, hal. 94-96

Page 16: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

16

a. Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal balik.

b. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, pelaksanaan

persuasi, dan pengkajian organisasi itu sendiri.

c. Tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri.

d. Sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar organisasi.

e. Efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis antara

organisasi dengan publik.

Dalam pengertian sebagai metode komunikasi, terdapat makna bahwa setiap

pemimpin maupun karyawan di suatu organisasi, baik kecil maupun besar,

dapat melaksanakan public relations. Jadi, apabila seorang manager atau

pemimpin organisasi melaksanakan kegiatan dengan ciri-ciri dan aspek

sebagaimana di atas, berarti bahwa dia telah melaksanakan public relations

yang sebenarnya demi kepemimpinan (leadership) dia sendiri.

2. Public relations sebagai “state of being”, yaitu perwujudan dari kegiatan

berkomunikasi yang melembaga. Biasanya, semakin besar sebuah

organisasi, maka semakin rumit manajemennya. Semakin luas pula ruang

lingkup kegiatan public relations yang harus dilakukan. Jika demikian,

maka kadang tugas tersebut dilembagakan dalam bentuk biro, bagian, atau

divisi di dalam organisasi. Kegiatan berkomunikasi kepada publik telah

dilembagakan dalam bentuk biro, bagian, seksi, atau divisi itulah yang

dinamakan public relations sebagai “state of being”.

Page 17: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

17

Pada dasarnya, pengadaan serta besar kecilnya divisi public relations,

tergantung pada manajemen perusahaan yang bersangkutan. Public relations

yang melembaga dari suatu perusahaan kecil biasanya tidak perlu merupakan

suatu bagian atau departemen yang khusus, bahkan kadang-kadang cukup

dirangkap oleh pemimpin perusahaannya sendiri. Dapat juga disatukan dengan

bagian lain yang sifat kerjanya setaraf dan sehaluan dengan sifat kerja public

relations. Dalam hal ini, S. K Bonar melalui bukunya yang berjudul Hubungan

Masyarakat / Public Relations Modern, seperti dikutip oleh Kustadi Suhandang,

mengemukakan bahwa bentuk hubungan masyarakat dibuat dengan cara-cara

sebagai berikut:

1. Suatu badan perusahaan atau jawatan dapat mengangkat seorang anggota

stafnya, yang termasuk dalam golongan pimpinan menjadi Kepala

Hubungan Masyarakat.

2. Dapat mengangkat seorang pegawai yang mengetahui urusan-urusan

kemasyarakatan, menjadi Kepala Hubungan Masyarakat.

3. Direktur perusahaan atau jawatan dapat merangkap pekerjaan Hubungan

Masyarakat.

4. Dapat pula menyerahkan pekerjaan itu kepada orang luar, pakar Hubungan

Masyarakat untuk melakukan tugas Hubungan Masyarakat itu.11

11 Kustadi Suhandang, Op.cit., hal 193.

Page 18: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

18

Kegiatan public relations yang dilakukan menggunakan suatu metode

komunikasi. Metode komunikasi untuk public relations secara spesifik diutarakan

oleh Cutlip dan Center seperti dikutip oleh Rhenald Kasali, dimana komunikasi

yang efektif harus dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Fact Finding, merupakan tahapan pengumpulan fakta, data, dan informasi

yang beredar di masyarakat luas. Praktisi public relations perlu memantau

dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang

berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan.

2. Planning and Program, merupakan tahap perencanaan dan program. Pada

tahap ini seorang praktisi public relations sudah menemukan penyebab

timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan pemecahan atau

pencegahan.

3. Action and Communication, merupakan tahap aksi dan komunikasi

pelaksanaan dari perencanaan dan program yang telah disusun sebelumnya.

4. Evaluating, merupakan tahap evaluasi program yang telah dilakukan,

apakah sesuai rencana dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan

perusahaan.12

Walaupun banyak definisi dari beberapa ahli tentang public relations,

sebenarnya ada beberapa kesamaan pokok pemikiran, yaitu:

1. Public relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh

goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik.

12 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, PT. Temprint, Jakarta, 1994, hal. 82.

Page 19: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

19

2. Sasaran public relations adalah menciptakan opini publik yang favourable

yang menguntungkan semua pihak.

3. Public relations merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen

guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi.

4. Public relations adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis

antara suatu badan atau organisasi dengan masyarakat melalui suatu proses

komunikasi timbal balik atau dua arah. Hubungan yang harmonis ini

timbul dari adanya mutual understanding, mutual confidence, dan image

yang baik. Ini semua merupakan langkah-langkah yang ditempuh public

relations untuk mencapai hubungan yang harmonis.

Menurut F. Rachmadi, pengertian public relations mengacu pada segenap

kegiatan yang dilakukan oleh sutau perusahaan atau lembaga, khususnya oleh

seorang petugas public relations dalam rangka mengorganisasikan dan

mengkomunikasikan segala sesuatu guna mencapai saling pengertian yang lebih

baik antara perusahaan dengan publik yang dituju, yaitu sejumlah orang dengan

siapa organisasi yang dimaksud ingin melakukan hubungan.13

Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari

selalu berhubungan dengan berbagai pihak. Keberadaan pihak-pihak tersebut

sangat penting bagi perusahaan. Adanya publik di sekitar perusahaan akan

mempengaruhi kinerja di dalam perusahaan. Perusahaan perlu membina hubungan

dengan mereka dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, serta

dapat menciptakan dan memelihara suatu hubungan yang harmonis.

13 F. Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hal. 20.

Page 20: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

20

Secara harfiah kata”publik” bisa diartikan masyarakat, rakyat, atau umum,

namun dalam konteks public relations, kata publik di sini diartikan sebagai

himpunan atau kumpulan orang-orang dan lembaga atau organisasi yang

berkepentingan serta berada di sekitar lembaga atau organisasi itu berada.14

Publik tersebut mencakup mereka yang berada di dalam dan di luar

perusahaan. Untuk publik yang di luar perusahaan disebut eksternal public.

Sedangkan publik yang di dalam perusahaan disebut internal public. Keberadaan

kedua publik tersebut adalah sama pentingnya. Perusahaan perlu membina

hubungan agar secara jangka panjang bisa menjaga eksistensi dan stabilitas

perusahaan.

Adanya kegiatan public relations dari perusahaan tentunya mempunyai

tujuan tertentu. Bagi perusahaan, kegiatan komunikasi dengan publiknya tidak

lain adalah untuk membangun suatu hubungan yang harmonis dengan mereka,

sehingga publik mempunyai kesan yang baik kepada perusahaan, dan pada

akhirnya akan membawa citra yang baik dan positif. Hal tersebut akan membawa

suatu kepercayaan kepada perusahaan.

PR merupakan aspek komunikasi yang bersifat: informatif dan edukatif.

Pada hakekatnya PR adalah kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk

menciptakan pemahaman, pengertian, dan dukungan terhadap suatu ikhwal.

Sehingga akan didapatkan respons positif dari masyarakat yang akan mampu

merubah sikap, opini dan persepsi yang pada akhirnya membentuk citra.

14 Kustadi Suhandang, Op.cit., hal. 32.

Page 21: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

21

2. Peran Public Relations

Peran public relations secara konseptual dan metodologis adalah sama

pada setiap perusahaan. Peran utama dari PR dalam mewakili top manajemen

suatu perusahaan adalah menyelenggarakan kegiatan two way communications

yang merupakan ciri khas dari peran PR, karena salah satu tugas PR adalah “apa

dan bagaimana” bertindak sebagai narasumber informasi (source of

communications) dan saluran informasi (channel of informations). Peran PR

dalam menyelenggarakan kegiatan komunikasi dua arah dapat pula diartikan

sebagai proses komunikasi itu sendiri. meliputi pencarian informasi (fact finding

melalui observasi, riset, kepustakaan, media seeking, dan sebagainya), kemudian

mengolah informasi (meliputi kegiatan pengeditan, merangkum, identifikasi,

analisis data, dan sebagainya), kemudian mendistribusikan informasi baik verbal

tulis maupun verbal lisan dan nonverbal. Semua itu adalah komunikasi, yaitu

kegiatan yang berkaitan dengan proses pentransferan dan penerimaan ide,

gagasan, dan segala macam informasi dengan tujuan tertentu.

Menurut Everett M. Rogers, salah seorang Pakar Sosiologi Pedesaan

Amerika, yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset komunikasi

khususnya dalam penyebaran inovasi, membuat definisi komunikasi, yaitu:15

“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.

15 Prof. Dr. H. Hafield Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 19

Page 22: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

22

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers dan D. Lawrence Kincaid,

sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa:

“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

Menurut kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada

studi komunikasi antar manusia (human communications) adalah sebagai berikut:

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan: (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.

Komunikasi merupakan komponen utama PR dalam menjalankan

perannya dalam suatu perusahaan. Sebagai salah satu unsur fungsional

manajemen dalam membangun citra yang baik bagi perusahaannya, maka

komunikasi dilakukan terus-menerus agar terjaga sikap saling pengertian dan

menghindarkan dari prasangka-prasangka yang bersifat negatif. Dengan

komunikasi, akan didapatkan persamaan persepsi dan pemahaman dengan

melakukan tukar-menukar pikiran, pendapat, dan perasaan dari satu pihak kepada

pihak lain. Komunikasi juga dapat diartikan dengan mengacu pada definisi yang

disampaikan oleh Harold D. Lasswell:

“Who says what in which channel to whom with what effect”.

Page 23: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

23

Tabel 1.1

The Lasswell Formula

(Ruslan, 1999: 23)

Jika dijabarkan ke dalam peranan kampanye PR, maka akan nampak

komponen-komponen komunikan tersebut, yakni:16

a. Who says (siapa mengatakan) komunikator

Sebagai komunikator, mau tidak mau PR harus mampu menjelaskan atau

menyampaikan sesuatu kegiatan atau aktivitas dan program kerja kepada

publiknya, sekaligus ia bertindak sebagai mediator untuk mewakili

perusahaan terhadap publik dan sebaliknya. Kaitannya sebagai seorang

profesional, PR harus berkemampuan sebagai:

1) Creator, yaitu orang yang memiliki kreativitas dan pencipta ide atau

gagasan dalam berkomunikasi.

2) Conseptor, yaitu orang yang memiliki skill atau konseptor dalam

penyusunan program kerja PR, khususnya dalam berkampanye.

3) Problem solver, yaitu orang yang mampu untuk mengatasi permasalahan

yang dihadapinya, dinamis, solutif, dan proaktif dalam menjalankan

peranan PR, khususnya dalam mengantisipasi gangguan dalam

melaksanakan perannya. 16 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi & Aplikasi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 22-28

Who

S

Says What

M

In Which Channel

C

To Whom

R

With What Effect

E

Page 24: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

24

b. Says what (mengatakan apa) pesan yang disampaikan kepada penerima

yang berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas, atau kegiatan tertentu yang

dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui, dipahami dan dimengerti

yang sekaligus diterima oleh publiknya.

c. In which channel (melalui saluran apa) media, sarana atau alat dalam

menyampaikan pesan atau sebagai mediator antara komunikator dengan

komunikannya.

Media atau alat khusus keperluan PR campaign dapat digolongkan atau

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Media umum, yaitu sarana-sarana seperti surat-menyurat, telepon, dan

sebagainya.

2) Media massa, yaitu berupa cetak seperti surat kabar, majalah, atau

elektronik seperti radio dan televisi. Media ini mempunyai efek serempak

dan cepat (smultaneity effect) dan mampu mencapai audience dalam

jumlah besar dan tersebar luas di berbagai tempat secara bersamaan.

3) Media khusus, seperti iklan, logo, nama perusahaan, ataupun produk

yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersial

yang efektif.

4) Media internal, yaitu media yang digunakan untuk kepentingan kalangan

terbatas dan non komersial serta lazim digunakan dalam aktivitas PR.

Jenisnya antara lain:

Page 25: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

25

a) House Journal, seperti majalah bulanan (in house magazine), profil

perusahaan (company profile), laporan tahunan perusahaan (annual

report), prospektus, buletin dan tabloid.

b) Printed materials, seperti barang cetakan untuk publikasi dan

promosi, berupa booklets, pamphlets, leaflets, kop surat, kartu nama,

memo dan kalender.

c) Spoken and visual words, seperti audio visual, video record, slide film,

broadcasting media, perlengkapan radio dan televisi.

d) Media pertemuan, seperti seminar, rapat, pertemuan, diskusi,

pameran, special events, sponsorship, dan gathering meet.

d. With what effect (dengan efek apa) efek dan dampak

Efek atau dampak merupakan respons atau reaksi setelah proses komunikasi

tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan umpan balik atau feedback

berbentuk positif maupun negatif.

Model komunikasi yang diaplikasikan dalam PR adalah sebagai berikut:17

a. Sumber: perusahaan/ lembaga/ organisasi

b. Komunikator: bidang/ divisi public relations

c. Pesan: kegiatan-kegiatan

d. Komunikan: publik-publik PR

e. Efek: citra publik terhadap perusahaan/ lembaga/ organisasi

17 Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 118

Page 26: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

26

Dalam berbagai aktivitasnya yang selalu berhubungan dengan komunikasi,

seorang praktisi PR dapat menempuh berbagai cara dalam menyampaikan pesan-

pesannya terhadap komunikan (publik-publik PR). Hal ini sangat tergantung pada

macam-macam tingkat pengetahuan, pendidikan, maupun latar belakang sosial

budaya dari pihak komunikan. Sehingga, PR harus melihat metode apa yang

sebaiknya dipakai supaya pesan-pesan yang disampaikan mengenai sasaran

dengan tepat.

Komunikator, dalam hal ini adalah PR, akan selalu selektif terhadap ragam

komunikan yang dihadapinya antara lain dengan menggunakan:18

a. Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow Communications)

Di mana komunikator dapat mengirim pesan (sesuai dengan tujuan

perusahaannya) langsung kepada komunikan, sehingga akan timbul

kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah (tidak ada respon dari

komunikan) atau proses komunikasi dua arah (terdapat umpan balik dari

komunikan). Dalam hal ini, PR harus dapat membedakan pesan-pesan yang

disampaikan dengan cara berkomunikasi satu tahap, karena pada umumnya

PR langsung bertatap muka dengan publiknya sehingga PR harus benar-benar

dapat menguasai medan.

18 A. W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986, hal. 89-91

Page 27: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

27

Tabel 1.2

One Step Flow Communications

b. Komunikasi Dua Arah (Two Step Flow Communications)

PR dalam menyampaikan pesannya tidak langsung kepada publik, tetapi

melalui orang-orang tertentu saja, misalnya melalui para pemuka masyarakat,

karena pemuka masyarakat ini lebih mengetahui sifat-sifat dari masyarakat.

Tabel 1.3

Two Step Flow Communications

( Widjaja, 1986: 90)

c. Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step Flow Communications)

Ada jenis pesan yang bisa disampaikan melalui bermacam-macam cara,

misalnya PR dalam memperkenalkan program yang baru diluncurkan,

kegiatan produksi, maupun distribusi yang dilaksanakan oleh perusahaan

PR

publik publik publik

PR

one Pemuka Pemuka Pemuka step Masyarakat Masyarakat Masyarakat two step Publik Publik Publik

Page 28: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

28

yang bersangkutan, dan sebagainya. Cara-cara penyampaian pesan bisa

dilakukan melalui tatap muka, melalui orang kedua, ataupun pemasangan

iklan serta pers release melalui media massa (media elektronik dan media

cetak).

Tabel 1.4

Multi Step Flow Communications

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi

merupakan proses, yaitu serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan PR dalam

manajemen, yang salah satunya adalah mendapatkan simpati dari publiknya

sehingga menimbulkan citra yang positif terhadap suatu perusahaan yang

bersangkutan.

Menurut Dozier & Broom, peranan PR dalam suatu organisasi dibagi ke

dalam empat kategori, yaitu:19

19 Rosady Ruslan, Op.cit., hal. 24

PR

Publik Pemuka Masyarakat Media massa

Publik Publik

Page 29: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

29

a. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi PR yang berpengalaman dan memiliki kemampuan yang

tinggi dapat membantu mananjemen organisasi mencarikan solusi dalam

penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).

Hubungan praktisi PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan dokter

dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima

atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PR

tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relationship

yang tengah dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan.

b. Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator)

Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator

untuk membantu pihak manajemen organisasi dalam hal untuk mendengar

apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, dia juga

dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan

organisasi kepada publiknya. Sehingga, dengan komunikasi timbal balik

tersebut dapat tercipta saling mengerti, mempercayai, menghargai,

mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

c. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Facilitator)

Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan public relationship

ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk

membantu pimpinan organisasi, baik sebagai penasehat (advisor) hingga

mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau

krisis yang tengah dihadapi organisasi yang bersangkutan secara rasional dan

Page 30: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

30

profesional. Biasanya, dalam menghadapi krisis yang terjadi, maka dibentuk

suatu tim posko yang dikoordinir praktisi PR dengan melibatkan berbagai

departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi,

perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan

krisis tersebut.

d. Teknisi Komunikasi (Communication Technician)

Peranan ini menjadikan PR sebagai journalist in resident yang hanya

menyediakan layanan teknisi komunikasi atau dikenal dengan method of

communication in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi

tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan, yaitu secara teknis

komunikasi, baik arus media komunikasi yang dipergunakan dari tingkatan

pimpinan dengan bawahan yang berbeda dari bawahan ke tingkat atasan.

Selain itu, terdapat beberapa kegiatan dan sasaran PR sebagai pendukung

fungsi manajemen perusahaan, yaitu:20

a. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and

image)

1) Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif

2) Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai

pihak

b. Menghadapi krisis (facing crysis)

1) Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi

dengan membentuk manajemen krisis

20 Ibid, hal 25

Page 31: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

31

2) Memperbaiki lost of image dan damage (PR recovery image)

c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)

1) Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik

2) Mendukung kegiatan kampanye sosial anti merokok, menghadapi obat-

obat terlarang, dan sebagainya

Public Relations merupakan fungsi manajemen yang membantu

menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta

kerjasama suatu organisasi/perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam

menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen. PR membantu manajemen

dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik. PR secara

efektif membantu manjemen memantau berbagai perubahan.21

PR sebagai alat manajemen modern, maka secara struktural merupakan

bagian dari suatu perusahaan, artinya PR bukanlah merupakan suatu fungsi yang

terpisah dari fungsi perusahaan tersebut. Jadi, fungsi PR adalah bersifat melekat

pada manajemen perusahaan, yaitu “bagaimana” PR dapat menyelenggarakan

komunikasi dua arah timbal balik antara perusahaan yang diwakilinya dengan

publiknya. Artinya, peranan turut menentukan sukses atau tidaknya visi, misi dan

tujuan bersama dari suatu perusahaan.

21 Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Op.cit, hal 13

Page 32: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

32

3. Komunikasi Persuasif

Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik langsung maupun tak langsung, serta mengandung suatu tujuan,

untuk memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau

perilaku (behaviour).22

Sedangkan asal kata persuasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

“Persuasion” yang berinduk kepada kata kerja “to persuade” artinya membujuk,

merayu dan menghimbau. Kegiatan untuk membujuk, merayu dan menghimbau

atau sejenisnya adalah merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

spontan, dengan senang hati dengan sukarela tanpa merasa dipaksa.23

Menurut Ernest G dan Nancy C. Borman, memberikan pengertian

persuasif sebagai berikut:24

1. Persuasif merupakan komunikasi untuk mempengaruhi pilihan seseorang.

2. Persuasif adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk mendapat respons

dari penerima, untuk mengubah sikap atau keyakinan pendengar, dimana

sumber pesan, serta orang yang memberikan tanggapan ataupun pidato

yang bersifat persuasif, mempunyai tujuan khusus dan menampilkan pesan

yang bersifat membujuk untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Persuasif tidak sama dengan paksaan, dimana paksaan akan melenyapkan

pilihan sedangkan bujukan akan mempengaruhi pilihan.

22 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, CV. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 5 23 Ibid, hal 21 24 Ernest & Nancy Borman, Retorika : Suatu Pendekatan Terpadu, Erlangga, Jakarta, 1991, hal 210

Page 33: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

33

Kata persuasif bilamana ditelusuri lebih lanjut, berasal dari bahasa Latin

“Persuadere” yang berarti menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan senang hati. Persuasif merupakan salah satu metode komunikasi sosial dan

dalam penerapannya menggunakan teknik/ cara tertentu.

Bahwa pada dasarnya persuasif, menunjukkan pada metode komunikasi

yang menggerakkan serta melakukan sesuatu dengan rasa senang, rasa sukarela

tanpa mempunyai perasaan disuruh/dipaksa oleh orang lain. Caranya adalah

dengan ajakan, himbauan, rayuan dan meminta. Beberapa metode persuasi

adalah:25

1. Asosiasi (association) artinya teknik ini menyangkutkan kepada sesuatu

peristiwa atau seseorang yang tenar, sedang populer yang ramai

dibicarakan secara positif.

2. Menumbuhkan kekhawatiran yang merangsang dengan kehendak sendiri

melakukan sesuatu pemecahan (fear arousing). Artinya teknik ini

bukanlah menimbulkan rasa takut, tegang atau sejenisnya, tetapi pada

dasarnya teknik ini bersifat sugesti yang menimbulkan kepada si penerima

sugesti, tanpa dipaksa melakukan sesuatu.

3. Mengubah pendapat dengan harapan, bahwa dengan perubahan itu akan

mendapat manfaat (pay off idea). Artinya bahwa manusia pada dasarnya

karena pendapat ataupun pengalamannya tidak jarang melakukan sesuai

berdasarkan frame of reference dan frame experience, tanpa memikirkan

25 R.A Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1988, hal 246

Page 34: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

34

akibat atau mencari usaha lain yang lebih baik. Sehingga, orang lain dapat

memberikan saran atau usul yang kalau diterimanya akan memberikan

suatu manfaat padanya.

4. Menimbuhkan keinginan, kehendak untuk memilih atau melakukan

sesuatu yang diistilahkan sebagai icing device and red herring atau disebut

sebagai iming-iming.

5. Menumbuhkan partisipasi serta peran serta.

Pada dasarnya beberapa teknik diatas dijelaskan mengenai cara ataupun

metode membujuk/mempersuasi orang lain, namun didalam komunikasi persuasi

diharapkan adanya suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk mengubah,

serta mempunyai efek terhadap individu. Menurut Carl I. Hovland,

mengemukakan sifat dari komunikasi persuasif sebagai berikut:26

Efek utama dari komunikasi persuasif adalah menstimulasikan individu untuk berpikir sekaligus mengenai dua hal, yaitu pendapat asalnya dan pendapat baru yang direkomendasikan melalui komunikasi yang berkenan.

Demi berhasilnya komunikasi persuasif perlu dilaksanakan secara

sistematis, dengan menggunakan formula yang biasa disebut AIDDA yang

dijadikan landasan pelaksanaan. Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan

dari tahap-tahap komunikasi persuasifnya sebagai berikut:27

26 Robert S. Fieldman, Social Psychology, Prentice Hall, New Jersey, 1998, hal 393 27 Onong Uchjana Effendy, Op.cit, hal 25

Page 35: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

35

A – Attention – Perhatian

I – Interest – Minat

D – Desire – Hasrat

D – Decision – Keputusan

A – Action – Kegiatan

Formula tersebut seringpula disebut A-A Procedure sebagai singkatan dari

Attention – Action Procedure, yang berarti agar komunikan dalam melakukan

kegiatan dimulai dengan menumbuhkan perhatian.

Berdasarkan formula AIDDA, komunikasi persuasif dimulai dengan upaya

perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata

yang baik tetapi juga dalam hal penampilan (appearance) ketika menghadapi

khalayak. Apabila perhatian sudah berhasil dibangkitkan, dilanjutkan dengan

upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal

yang menyangkut kepentingan komunikan. Karena itu, komunikator harus

mengenal siap komunikan yang dihadapinya “know your audience”. Tahap

berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikan untuk melakukan ajakan,

bujukan, atau rayuan komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan

mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang

diharapkan dari komunikator.

Page 36: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

36

4. Community Relations

Salah satu publik yang dihadapi public relations adalah komunitas.

Komunitas merupakan kelompok sosial yang padu, dimana individu-individu

dipusatkan oleh nilai-nilai, kebiasaan dan kepentingan bersama dimana mereka

mempunyai status dan peran tertentu serta mempunyai perasaan solidaritas

dengan kelompok, rasa ikut memiliki dan ikut menjadi anggota. Sebagai satu

kelompok, mereka didukung dan mendukung kepentingan ekonomi yang sama

atau komplementer.28

Menurut Rhenald Kasali, komunitas adalah masyarakat yang bermukim

atau mencari nafkah di sekitar pabrik, kantor, gudang, tempat pelatihan, tempat

peristirahatan atau sekitar asset perusahaan lain.29 Yang terpenting disini adalah

bahwa komunitas merupakan kelompok kesatuan yang tinggal di lokasi, baik

pabrik maupun assetnya.

Kegiatan untuk membina hubungan dengan komunitas dalam PR dikenal

dengan istilah community relations. Community relations pada dasarnya

merupakan kegiatan komunikasi perusahaan dalam menjalankan hubungan

dengan komunitas lokal. Hubungan dengan komunitas merupakan usaha titip diri

kepada lingkungan, kepada khalayak penduduk sekitar, agar tidak mengganggu

dan dapat mempertahankan citra perusahaan di mata publik.30

Menurut Wilbur J. Bill Peak dalam karyanya, “Community Relations”

yang dimuat dalam Lesly Public Relations Handbook, mendefinisikan hubungan

28 Onong Uchjana Effendy, Human Relations & Public Relations, Op.cit, hal. 149 29 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 127 30 Frazier Moore, Hubungan Masyarakat: Prinsip, Kasus dan Masalah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1988, hal. 153

Page 37: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

37

dengan komunitas adalah “Hubungan dengan komunitas, sebagai fungsi hubungan

masyarakat merupakan partisipasi suatu lembaga yang berencana, aktif, dan

sinambung dengan dan didalam suatu komunitas untuk memelihara dan membina

lingkungannya demi keuntungan kedua belah pihak, lembaga dan komunitas.”31

Dari definisi Peak itu menunjukkan bahwa hubungan dengan komunitas

berorientasi pada kegiatan yang dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini Kahumas

sebagai pelaksanaannya yang bersifat partisipatif. Dengan partisipasi itu, maka

keuntungan tidak hanya pada organisasi atau lembaga saja, tetapi juga pada

lingkungan di sekitarnya.

Dalam pelaksanaan PR, komunitas dipandang sebagai suatu kesatuan

dengan perusahaan yang memberikan manfaat timbal balik. Suatu lembaga tidak

akan dapat berfungsi efektif dan berhasil tanpa dukungan dari komunitas.

Dukungan komunitas mencakup kebutuhan bagi kegiatan konstruktif dalam

kepentingan umum yang meliputi hubungan masyarakat yang berhasil.

Komunitas mempunyai peranan penting bagi perusahaan karena mereka

dapat memberikan kontribusi positif, misalnya jasa penyewaan rumah bagi

karyawan, penyediaan bahan baku, penyediaan tenaga kerja, dan warung-warung

makan dengan harga terjangkau. Selain itu masyarakat juga merupakan pengguna

produk dan jasa perusahaan yaitu sebagai konsumen. Di lain pihak perusahaan

diharapkan dapat memenuhi harapan-harapan komunitasnya, yaitu menciptakan

lapangan kerja, fasilitas pendidikan yang memadai, adanya perhatian kepada

31 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal. 23

Page 38: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

38

masyarakat kesejahteraan komersial, pertumbuhan penduduk, perumahan dan

kebutuhan yang memadai, kesempatan berkreasi dan sebagainya.

Kehadiran suatu perusahaan, terutama yang sudah dianggap besar dengan

sumber daya manusia yang memadai dituntut oleh komunitas untuk dapat

memenuhi harapan-harapan tersebut. Kegiatan tersebut merupakan misi ekonomi

sekaligus misi sosial terhadap komunitas. Perusahaan diharapkan dan diwajibkan

untuk membantu, baik dalam hal fisik maupun materi demi kesejahteraan

masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Komunitas yang terdapat di sekitar lembaga terdiri atas kelompok-

kelompok, dan kelompok-kelompok yang berjenis-jenis ini masing-masing terdiri

atas individu-individu yang bermacam-macam pula dalam kepentingannya karena

masing-masing berbeda jenis kelamin, usia status sosial ekonomi, agama,

pendidikan, kebudayaan dan lain-lain.

Sedangkan media komunikasi yang digunakan dalam community relations

adalah:32

a. Iklan surat kabar

b. Media audio visual (radio dan TV)

c. Publikasi perusahaan

d. Wisata pabrik

e. Pertemuan dengan para pemuka pendapat

f. Kunjungan para pengusaha ke lembaga-lembaga komunikasi

g. Pameran

32 Op. Cit, hal. 67

Page 39: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

39

Menurut penelitian, teknik berkomunikasi akan lebih efektif apabila secara

langsung berhadapan (face to face). Pesan yang disampaikan akan lebih mengena

bila dikemukakan secara eksplisit, dan dengan mengulang-ulang (repetif)

argumentasi yang mendukung sikap yang dituju.

Bila perusahaan sudah mendapatkan simpati dari publiknya, hubungan

yang terjalin akan lebih harmonis dengan komunitasnya sehingga dapat mengubah

persepsi dan pengetahuan masyarakat setempat. Kesan yang dulunya negatif akan

menjadi positif. Sehingga lambat laun akan timbul kepercayaan mereka akan

perusahaan dan mempunyai citra positif terhadap perusahaan.

5. Citra

Citra perusahaan adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan, bukan

hanya citra atas produk dan pelayanan saja.33 Citra perusahaan terbentuk oleh

banyak hal. Hal-hal positif yang mampu meningkatkan citra suatu perusahaan

antara lain: perusahaan yang gemilang program kerja yang berkesinambungan,

keberhasilan event yang pernah diselenggarakan, memiliki hubungan baik dengan

publiknya.

Sedangkan Bill Canton mengemukakan bahwa citra adalah kesan

perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan; kesan yang sengaja

diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.34 Rhenald Kasali

mengungkapkan citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu

33 M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hal. 62 34 Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Op.cit., hal. 112

Page 40: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

40

kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap akan

menghasilkan citra yang tidak sempurna.35

Citra dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif karena

merupakan salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan (favourable opinion).

Tugas perusahaan dalam rangka membentuk citranya adalah dengan

mengidentifikasikan citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publiknya.

Proses pembentukan citra berawal dari persepsi. Akar dari opini

sebenarmya tak lain adalah persepsi. Opini muncul ketika orang tersebut

mempunyai persepsi.36 Opini publik adalah suatu ungkapan keyakinan yang

menjadi pegangan di antara para anggota sebuah kelompok atau publik, mengenai

suatu masalah kontroversial yang menyangkut kepentingan umum.37

Untuk mengetahui seperti apa opini yang terbentuk di masyarakat

memang perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dan berawal dengan

mempertanyakan opini publik yang berkembang, salah satu caranya dengan

mengadakan polling opini publik, dengan polling tersebut dapat menghapus

pendapat ekstrim tentang kebijakan dari instansi, sesuai yang diungkapkan Iginio

Gagliardone (London School of Economics) dan Nicole A. Stremlau (Stanhope

Centre for Communications Policy Research, UK)

“The public opinion polls were also used in an effort to “eliminate extreme opinions, map out common ground and areas of compromise and test comprehensive agreements as packages” (Irwin, 2001, p. 67).” 38

35 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 28 36 Ibid, hal. 23 37 Frazier Moore, Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 54 38Public Opinion Research in a Conflict Zone:Grassroots Diplomacy in Darfur, International

Page 41: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

41

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat juga

dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara

jelas, ataupun melalui pilihan kata yang halus dan tidak secara langsung dapat

diartikan. Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka,

simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan dan oleh tanda-tanda lain yang tak

terbilang jumlahnya melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap dan

kesetiaan.39

Citra menentukan sosok institusional dan citra perusahaan dalam pikiran

publik dengan mengetahui secara pasti sikap masyarakat terhadap sebuah

perusahaan. Berusaha untuk mengetahui bagaimana sebuah perusahaan dikenal

dengan baik reputasinya dan apa yang publik pikirkan tentang produk pelayanan,

harga, reklame, personalia dan praktiknya. Tugas perusahaan dalam rangka

membentuk citranya adalah mengidentifikasikan citra seperti apa yang ingin

dibentuk di mata masyarakat.

Citra sendiri terdiri atas berbagai macam atau jenisnya. Dalam bukunya

“Public Relations Edisi Keempat”, Frank Jefkins mengemukakan pendapatnya

mengenai jenis citra. Menurutnya citra dibagi atas lima jenis, yakni:

1) Citra Bayangan

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi

(biasanya adalah pemimpin) mengenai anggapan pihak luar tentang

organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam

Journal of Communication 2, 2008 39 Rhenald Kasali,Op.cit, hal 19

Page 42: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

42

mengenai pandangan luar organisasinya. Citra seringkali tidak tepat, sebagai

akibat tidak memadainya informasi, pengetahuan, maupun pemahaman yang

dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pandangan atau

pendapat pihak-pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif.

Memandang diri sendiri serba hebat.

2) Citra yang berlaku (current image)

Citra ini merupakan pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar

mengenai suatu organisasi. Citra yang berlaku ini jarang sesuai dengan

kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan

orang-orang luar yang bersangkutan biasanya tidak memadai. Citra ini

sepenuhnya ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki oleh

mereka yang mempercayainya. Citra ini cenderung positif.

3) Citra yang diharapkan (wish image)

Citra ini diinginkan oleh pihak manajemen. Citra yang diharapkan

biasanya lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada,

walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik terkadang juga

merepotkan. Citra yang diharapkan biasanya dirumuskan dan diperjuangkan

untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum

memiliki informasi yang memadai mengenai hal tersebut

4) Citra perusahaan (coorporate image)

Citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya lembaga) adalah citra

suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan

pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal, antara lain:

Page 43: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

43

riwayat perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan yang diraih,

hubungan masyarakat yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja

dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial dan

sebagainya.

5) Citra majemuk (multiple image)

Setiap perusahaan atau lembaga pasti memiliki banyak unit dan

anggota. Masing-masing unit dan individu memiliki perangai dan perilaku

tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak, sadar atau tidak mereka pasti

memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra perusahaan

atau lembaga secara keseluruhan. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak

diinginkan, variasi itu harus ditekan seminimal mungkin, dan citra

perusahaan atau lembaga itu secara keseluruhan harus ditegakkan. Caranya

antara lain mewajibkan semua karyawan mengenakan pakaian seragam,

simbol-simbol tertentu yang sama, menyamakan jenis dan warna alat

transportasi, dan sebagainya.

Citra perusahaan merupakan kesatuan dari aspek-aspek:

a. Kesan, yaitu pembentukan tanggapan dalam diri seseorang terhadap suatu

objek termasuk di dalamnya pemahaman tentang aktivitas-aktivitas yang

dilakukan objek.

b. Perasaan, yaitu perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu objek.

c. Pengetahuan, yaitu menggambarkan perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang dari tidak tahu menjadi tahu yang diperoleh melalui suatu

Page 44: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

44

pengalaman. Pengalaman ini menjadi suatu kebenaran yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kepercayaan, yaitu gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang

sesuatu, di mana kepercayaan ini akan membentuk citra dalam hal ini

perusahaan.

Solomon mengemukakan bahwa efek kognitif dari suatu komunikasi

sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang.40 Citra terbentuk

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan

pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno sebagai

berikut:

Tabel 1.5

Model pembentukan citra

pengalaman mengenai stimulus

Kognisi

Stimulus Persepsi Sikap Respon

Rangsang Perilaku

Motivasi

Sumber: Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2003, hal. 115

40 Soleh Soemirat dan Ardianto Elvinaro, Op.cit., hal.114.

Page 45: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

45

Keterangan:

Input : stimulus rangsang

Kognisi : suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus

Persepsi : hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan

proses pemaknaan.

Motivasi : keadaan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan

tertentu agar mencapai suatu tujuan.

Sikap : kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.

PR digambarkan sebagai input-output (input adalah stimulus yang

diberikan, sedangkan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu), di mana

proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra. Model pembentukan

citra tersebut menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar

diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap

merupakan komponen-komponen respresentation (citra) dari stimulus. Stimulus

yang diberikan dapat diterima maupun ditolak.

PR adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif

dari mitra perusahaan atau organisasi atas dasar menghormati kepentingan

bersama. Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,

seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Citra adalah tujuan utama sekaligus

merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia PR.41 Setiap

perusahaan atau organisasi mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang

41 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal 70

Page 46: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

46

memandangnya. Ada banyak citra tentang suatu perusahaan atau organisasi,

misalnya tepat dalam pengiriman produknya kepada konsumen, bervariasi dalam

produknya, inovatif, sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya, dan lain-

lain.

Pada akhirnya, dapat diperoleh gambaran bahwa usaha peningkatan citra

dalam suatu perusahaan adalah keharusan yang harus dilakukan. Citra yang baik,

nantinya akan mempengaruhi segala hal, baik di dalam maupun di luar perusahaan

itu sendiri.

6. Evaluasi Program

Program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.42 Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

efektivitas pencapain tujuan, hasil atau dampak suatu kegiatan atau program dan

juga mengenai proses pelaksanaan suatu kebijakan yang telah direncanakan dan

dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.43

Designing programs or communication campaigns to affect behaviors requiresfirst being able to understand why poople behave the way they do. Interventionsare more effective when they are based on research that tells us what factors influencea person’s decision to perform a specific behavior, or the ways in which an existing behavior can be channeled toward more desirable outcomes. For tunately, decades of research have taught us much about human behavior. Behavioral change theorists now agree on eight factors known to influence behavior:

1. Intention 2. Environmental constraints 3. Skills 4. Attitudes

42 Arikunto Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Bina Aksara, Jakarta, 1988, hal. 11 43 H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, hal. 113

Page 47: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

47

5. Norms 6. Self-standards 7. Emotion 8. Self efficacy44

Evaluasi memberikan kontribusi yang besar bagi sebuah program. Wujud

hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk mengambil

keputusan (decision maker). Evaluasi dapat dipakai untuk mengetahui seberapa

luas program itu berhasil, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan seperti:

1. Menghentikan program karena dipandang bahwa program tersebut

tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana

diharapkan.

2. Merevisi program karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan.

3. Melanjutkan program karena pelaksanaan program menunjukkan

bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan

memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat

lain atau mengulangi program di lain waktu), karena program tersebut

berhasil dengan baik, bermanfaat dan perlu dilaksanakan lagi di lain

waktu serta di tempat lain.45

Evaluasi program dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis tergantung dari

tujuan evaluasi, jika berdasarkan tahap-tahap penyelenggaraan suatu program,

evaluasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

44 Anne Pollock, Using Behavioral Change Theory to Communicate Effectiverly, 2009 45 Arikunto Suharsimi, Op.cit, hal. 8

Page 48: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

48

a. Pre-programme Evaluation (evaluasi yang diselenggarakan sebelum

program mulai dilaksanakan)

b. On-going Programme Evaluation (evaluasi yang diselenggarakan pada

saat program berlangsung)

c. Ex-post Programme Evaluation (evaluasi yang dilakukan setelah program

berakhir)

Penelitian tentang efektifitas program Community Policing ini tergolong

dalam On-going Programme Evaluation, sebab program Community Policing

sampai sekarang masih berlangsung. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti

menggunakan cara pendekatan model CIPP (Context, Input, Process, Product).

Pendekatan CIPP ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam

pengembangan program yang secara keseluruhann memperhitungkan keterkaitan

antar faktornya (CIPP).

Pendekatan model CIPP dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam dan

kawan-kawannya yang tergabung dalam kelompok ilmuwan Phi Delta Kapha

(1967) di Ohio State University Amerika Serikat, dengan empat sasaran penilaian,

yaitu:

1. Penilaian tentang Context (konteks)

Menurut Gilbert Sax, penilaian konteks merupakan penggambaran

dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum

terpenuhi, populasi dan sample dari individu yang dilayani dan tujuan

program. Atau bisa dikatakan penilaian konteks adalah penilaian

Page 49: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

49

terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan kebutuhan dan karakteristik

individu yang menanganinya.

Penilaian konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai

berikut:

a. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan

program?

b. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan?

c. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan?

d. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan

kepentingan masyarakat?

e. Tujuan manakah yang paling mudah dicapai?

2. Penilaian tentang Input (masukan)

Meliputi pertimbangan tentang sumber daya dan strategi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus suatu

program. Informasi-informasi yang terkumpul selama tahap penilaian,

seharusnya digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan

sumber dan strategi di dalam keterbatasan dan hambatan yang ada.

Penilaian masukan digunakan untuk menjawab pertanyaan sebagai

berikut:

a. Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai

dengan pencapaian tujuan?

Page 50: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

50

b. Apakah strategi yang diambil merupakan strategi resmi?

c. Strategi manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah

cocokkah untuk pencapaian tujuan program kampanye

sebelumnya?

d. Prosedur dan jadwal khusus mana yang digunakan untuk

melaksanakan strategi tersebut?

e. Apa ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam

program dan apa akibat yang ditimbulkannya?

3. Penilaian tentang Process (proses)

Meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan

diterapkan dalam praktek. Dalam penilaian proses diperlukan catatan

tentang kejadian-kejadian yang muncul selama program berlangsung.

Catatan tersebut digunakan untuk menentukan kelemahan dan

kerkuatan pendukung dan penghambat program jika dikaitkan dengan

keluaran yang ditemukan. Tujuannya adalah membantu

penanggungjawaban pemantauan agar lebih mudah mengetahui

kelemahan-kelemahan program dari berbagai aspek untuk kemudian

dapat dengan mudah melakukan remidi. Penilaian proses digunakan

untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang

ditentukan?

b. Perlukah staf pelaksana diberi orientasi mengenai mekanisme

kegiatan program?

Page 51: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

51

c. Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan

secara tepat?

d. Hambatan apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program

berlangsung dan perlu diatasi?

4. Penilaian tentang Product (hasil)

Penilaian yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur

keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian ini

berfungsi membantu penanggung jawab program dalam mengambil

keputusan, meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program.

Penilaian hasil memerlukan perbandingan antara hasil program dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian hasil digunakan untuk

menjawab pertanyaan:

a. Tujuan mana yang sudah dicapai ?

b. Pernyataan seperti apa yang dapat dibuat yang menunjukkan

hubungan antara spesifikasi prosedur dengan hasil nyata dari

kegiatan program?

c. Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai

akibat dari kegiatan program?

d. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari

kegiatan program? 46

46 Ibid, hal. 39

Page 52: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

52

Menurut Arikunto, ada tiga dimensi dalam penelitian evaluasi dengan

model CIPP, yaitu:

a. Tipe evaluasi

Konteks, input, proses, dan hasil.

b. Manfaat Evaluasi

Digunakan untuk pengambilan keputusan (decision making) dan bukti

pertanggungjawaban (accountability)

c. Tahap evaluasi

· Menggambarkan (delineating)

Berkaitan dengan pertanyaan “pertanyaan seperti apa yang akan

diajukan?”

· Memperoleh (obtaining)

Berkaitan dengan pertanyaan “bagaimanakah cara memperoleh

informasi yang diperlukan?”

· Menyediakan (providing)

Berkaitan dengan pertanyaan “bagaimanakah informasi yang

diperoleh akan dilaporkan?’

Alasan pemilihan model evaluasi CIPP, karena secara keseluruhan model

CIPP memperhatikan keterkaitan secara menyeluruh dari konteksnya yang

meliputi informasi dari beberapa faktor mengenai kondisi dan karakteristik

konteks sebelum dilaksanakan. Masukan yang diberikan sebagai persiapan

pelaksanaan program supaya berjalan lancar. Proses bagaiamana program

dilaksanakan dari awalnya dengan pendekatan apakah sesuai konteks dan

Page 53: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

53

merupakan proses yang tepat untuk mencapai tujuan program. Dan akhirnya

bagaimana kualitas hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan program yang

dievaluasi tersebut.

Dari kumpulan informasi tersebut, peneliti bisa menganalisis dengan

melihat kesesuaian antar faktornya, sehingga bisa diketahui kelemahan dan

kekuatan program yang sedang diteliti. Selanjutnya hasil tersebut dijadikan dasar

untuk menyusun secara operasional untuk memperbaiki program.

Stufflebeam mencoba menghubungkan evaluasi dengan pengambilan

keputusan dalam penelitian evaluasi model CIPP. Pengambilan keputusan adalah

konseptualisasi dari proses keputusan seperti kesadaran, pemilihan dan tindakan.

Stufflebeam mencoba menghubungkan evaluasi dengan pengambilan

keputusan dalam penelitian evaluasi CIPP. Pengambilan keputusan adalah

konseptualisasi dari proses keputusan seperti kesadaran, pemilihan dan tindakan.

Dalam proses tersebut peran evaluator adalah:

a. Memantau program mengidentifikasikan kebutuhan dan

kesempatan.

b. Mengidentifikasikan alternatif dari konsepsi persoalan yang

dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan akan menggunakan

kesempatan.

c. Mengukur alternatif perumusan masalah dari berbagai posisi nilai

d. Mengukur atau mempertimbangkan situasi yang membutuhkan

perubahan dan apakah tersedia informasi yang cukup sehingga

dimungkinkan terjadinya perubahan kegiatan.

Page 54: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

54

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini, digambarkan

berikut:

Tabel 1.6

Alur Efektifitas Pelaksanaan Program Community Policing

oleh Binamitra Polres Boyolali

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Konteks

· Latar belakang program Community Policing

· Tujuan program Community Policing

· Sasaran program Community Policing

· Perencanaan program Community Policing

· Kesesuaian program Community Policing dengan Tugas Pokok

Binamitra Polres Boyolali

INPUT PROSES PRODUK

KONTEK

DAMPAK

KE LUAR KE DALAM

NEGATIF POSITIF NEGATIF POSITIF

EFEKTIF

Page 55: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

55

b. Input

· Pelaksana/SDM program Community Policing

· Pembagian tugas dan persiapan

· Sarana dan prasarana program Community Policing

· Strategi program Community Policing

c. Proses

· Bentuk-bentuk kegiatan program Community Policing

· Fokus kegiatan program Community Policing

· Kelancaran program Community Policing

· Continuity dan consistency program Community Policing

· Pendukung kelancaran program Community Policing

· Hambatan program Community Policing

d. Produk

· Pencapaian tujuan program Community Policing

· Parameter keberhasilan program Community Policing

e. Dampak ke dalam

Dampak yang ditimbulkan dari program Community Policing untuk

Binamitra Polres Boyolali. Dampak ke dalam dinilai dari sisi positif

internal program Community Policing terhadap Binamitra Polres Boyolali

secara khusus dan citra Polri secara umum.

f. Dampak ke luar

Dampak yang ditimbulkan dari program Community Policing untuk

masyarakat.

Page 56: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

56

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluatif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil, atau

dampak suatu kegiatan dan juga mengenai proses pelaksanaan suatu

kebijakan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam kurun waktu

tertentu, sehingga akan diketahui efektivitasnya.47

Penelitian tentang program Community Policing termasuk dalam formative

evaluation research, yaitu evaluasi yang dilakukan masih dalam masa

pelaksanaan program, sebagai bagian kegiatan untuk menemukan kekuatan

dan kelemahan pelaksanaan sehingga bertujuan untuk memperbaiki serta

mengembangkan pelaksanaannya lebih lanjut.48

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sebagai

penelitian deskriptif, penelitian ini melukiskan, memaparkan, menuliskan

dan melaporkan suatu keadaan, suatu objek penelitian atau suatu peristiwa.

Dengan menggunakan penelitian ini, maka peneliti dapat secara rinci

mengumpulkan informasi aktual, dan menggambarkan secara objektif

situasi yang ada.

47 H.B. Sutopo, Op.cit, hal. 113 48 ibid, hal. 114

Page 57: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

57

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Polres Boyolali, terutama pada bagian Humas/

Binamitra. Alasannya adalah karena sebagai lembaga tertinggi Kepolisian

tingkat Kabupaten, Polres mempunyai tugas mengatur kinerja semua polisi

di Kabupaten Boyolali, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

mengenai kegiatan public relations khususnya dalam lingkup lembaga

pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan keamanan

dan ketertiban masyarakat terutama melalui kegiatan pencitraan yang

dijalankan, yaitu melalui program Community Policing

3. Populasi/ Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yaitu seluruh staf

yang bekerja di Polres Boyolali. Dari keseluruhan populasi tersebut

kemudian ditarik bagian yang merupakan pengkhususan objek yang diteliti

yang disebut sebagai sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel dengan

kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber yang mantap.49

49 ibid, hal. 55

Page 58: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

58

4. Sumber Data

a. Data primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti,

sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah

berupa manusia sebagai narasumber. Pengambilan data dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu kecenderungan

peneliti memilih informasinya berdasarkan anggapan bahwa informan

tersebut dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang kuat.

Data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara.

Informan dalam penelitian program Community Policing:

· Kepala Sub Bagian Bimmas, Binamitra Polres Boyolali

· Bagian Administrasi Bimmas, Binamitra Polres Boyolali

· Sasaran program Community Policing

b. Data sekunder

Data sekunder ini digunakan untuk mendukung dan melengkapi data

primer dan diperoleh dari literatur, arsip, jurnal yang relevan, dan

data-data yang mendukung data primer.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan melakukan wawancara,

jenis wawancara yang digunakan adalah in depth interview, dimana

wawancara dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan

Page 59: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

59

perbincangan secara mendalam dengan pihak yang terkait dengan

penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan

memperoleh data yang jelas, terperinci serta mendetail mengenai

kegiatan Community Policing pada Binamitra Polres Boyolali.

Pertanyaan yang diajukan bersifat “open ended”, tidak formal

berstruktur dan mengarah pada kedalaman informasi.

Dalam penelitian program Community Policing, peneliti melakukan

wawancara dengan beberapa informan yang peneliti anggap mampu

memberikan informasi yang mantap. Berikut nama-nama informan

dalam penelitian program Community Policing:

· Ipda. Joko Lukito, Kepala Sub Bagian Bimmas, Binamitra Polres

Boyolali. Wawancara tatap muka dilakukan sekali di Polres

Boyolali pada 19 Januari 2010.

· Aiptu. Dalyamto, Ba Min Bimmas, Binamitra Polres Boyolali.

Wawancara tatap muka dilakukan sekali di Polres Boyolali pada 19

Januari 2010.

· Sejumlah sasaran program Community Policing, yaitu Oktaviani

Puspitasari, Setro Margono, Suyamto, Agus Setiawan dan Erna

Dwi Agustin. Wawancara tatap muka, masing-masing satu kali.

Peneliti memiliki batasan pertanyaan untuk setiap masing-masing

narasumber. Interview Guide digunakan untuk memberikan batasan

kepada peneliti agar pertanyaan yang diajukan tidak melebar juga

supaya pertanyaan yang diajukan menjadi lebih terarah. Narasumber

Page 60: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

60

terbagi menjadi dua kategori, yaitu pelaksana program dan sasaran

program. Semua informan mendapatkan pertanyaan yang sama namun

sesuai dengan kemampuan atau jabatan mereka dan pengetahuan

mereka serta kebutuhan data berupa kontek, input, proses, produk dan

dampak program Community Policing.

Interview Guide yang digunakan juga menyesuaikan dengan

informan penelitian namun tetap berpegang pada kebutuhan data.

Kegiatan wawancara dengan informan pelaksana program serta

peserta program Community Policing dilakukan formal namun

menggunakan bahasa tidak kaku, menggunakan pemilihan kata yang

lebih sederhana dan mudah dipahami namun jawaban-jawaban yang

didapat tetap mampu memenuhi kebutuhan data serta kegiatan

wawancara dilakukan dengan santai dan informan merasa nyaman

untuk memberikan jawaban-jawaban yang menjadi kebutuhan data

bagi peneliti.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat dan benda serta rekaman gambar.

Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung.50

50 ibid, hal. 64

Page 61: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

61

Dalam penelitian program Community Policing, observasi yang

dilakukan oleh peneliti yaitu observasi berperan pasif dimana peneliti

hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan sebagai

apapun selain sebagai pengamat pasif, namun hadir dalam konteksnya.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dan teori dalam penelitian ini, peneliti

memanfaatkan berbagai macam data dan teori yang didapat melalui

buku-buku, majalah dan sumber informasi non manusia lainnya yang

menunjang penelitian, seperti dokumen, arsip, laporan, peraturan, dan

literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian. Teknik

dokumentasi digunakan dengan maksud melengkapi data yang tidak

diperoleh dari kegiatan wawancara.

6. Validitas Data

Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih

menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara

akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.51

Data yang berhasil dikumpulkan dan dicatat harus diusahakan kemantapan

dan kebenarannya. Penulis harus bisa menentukan cara yang tepat untuk

mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Validitas merupakan

jaminan kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian.52

51 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007, hal. 97 52 H.B. Sutopo, Op.cit, hal. 77

Page 62: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

62

Validitas data dalam penelitian ini menggunakan tehnik trianggulasi.

Trianggulasi merupakan tehnik yang didasari pada pola pikir

fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik

kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang.

Menurut Patton (1984) tehnik trianggulasi dibedakan menjadi empat

macam yaitu:53

a. Trianggulasi Data (Sumber) Teknik trianggulasi data menurut istilah Patton juga disebut sebagai trianggulasi sumber. Tehnik yang mengarah pada penggunaan beragam sumber data yang tersedia. Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari berbagai sumber data yang berbeda.

b. Trianggulasi Metode Mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan tehnik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Ditekankan pada penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda untuk menguji kemantapan informasinya pada sumber data yang sama.

c. Trianggulasi Peneliti Hasil penelitian, baik data ataupun simpulan bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.

d. Trianggulasi Teori Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisa dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Setiap pandangan teori selalu memiliki kekhususan cara pandangan, maka dengan menggunakan beberapa perspektif teori akan menghasilkan simpulan yang multidimensi.

Dari keempat data yang dikemukakan Patton (1984), hanya trianggulasi

data(sumber) yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini untuk

mengetahui validitas data yang diperoleh. Penggunaan beberapa sumber

53 Ibid, hal 78-82

Page 63: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

63

data yang berbeda sangat penting untuk penelitian ini guna mendapatkan

hasil penelitian atau kesimpulan yang valid.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, proses analisa data dilakukan pada awal

mulanya bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisa data dalam

penelitian kualitatif terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset yang dimulai

dari bahan reduction yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil

keputusan. Data reduction adalah bagian dari analisis, suatu bentuk

analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian

rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

b. Sajian data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset untuk dilakukan.dengan melihat suatu penyajian

data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan

untuk mengejakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain

berdasarkan pengertian tersebut. Display meliputi berbagai jenis

matriks, gambar atau skema, jaringan kerja keterkaitan kegiatan, dan

Page 64: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

64

tabel. Kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur

supaya mudah dilihat dan dimengerti.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai

mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan melakukan

pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, dan

proposisi-proposisi. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai

proses pengumpulan data berakhir.54

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah CIPP yaitu

analisis dengan empat sasaran penilaian, yaitu penilaian konteks, masukan,

proses, dan produk. Metode ini didefinisikan sebagai proses untuk

menggambarkan, mendapatkan dan menyediakan informasi-informasi

yang berguna sebagai alat pengambilan keputusan. Melalui CIPP, maka

proses evaluasi ini akan dapat dijelaskan satu persatu mulai dari konteks,

input, proses, dan produk.

54 Ibid, hal 91-93

Page 65: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

65

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. GAMBARAN UMUM POLRI

1. Sejarah Polri

Di dunia dikenal 2 macam riwayat kelahiran polisi di masyarakat. Polisi

Negara, yaitu polisi yang dibentuk oleh sebuah pemerintahan, dan polisi

masyarakat yang dibentuk atas prakarsa dan menghamba pada aspirasi

masyarakat. Kebanyakan riwayat kelahiran Polisi Negara terjadi di daratan benua

Eropa yang memiliki latar belakang pemerintahan Absolut/Monarki, sehingga ada

beberapa pihak yang menyebutnya sebagai Kepolisian Eropa Kontinental.

Penyebutan ini tidak sepenuhnya benar, karena sebenarnya Eropa Kontinental

lebih termaksud pada sebuah sistem kepolisian, bukan sejarah kepolisian;

meskipun sebuah sistem kepolisian memang terbentuk dari sejarah kepolisian

tersebut.

Sedangkan riwayat kelahiran Polisi Masyarakat banyak terjadi di wilayah

Inggris dan bekas jajahannya, kecuali di Negara-negara commonwealth di benua

Asia yang menyesuaikan dengan tujuan awal pembentukan badan kepolisian

dinegara tersebut, yaitu penjajahan. Di Inggris sendiri, polisi berawal dengan

penunjukan Kin Police atau polisi warga. Posisi ini secara bertahap mengalami

peningkatan sesuai dengan perkembangan masyarakat sampai ke tingkat kota

yang organisasi kepolisiannya dipimpin oleh seorang shireeves, dan kemudian

lebih akrab dengan sebutan sheriff. Sedangkan di Amerika, sheriff atau marshall

Page 66: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

66

dibentuk oleh koloni-koloni, sehingga mereka pun harus bekerja atas kehendak

koloni tersebut.

Di Indonesia, sepintas yang masih bisa terlihat dalam kehidupan saat ini

adalah semacam polisi masyarakat. Di Jawa misalnya, dikenal posisi Jagabaya

dalam pemerintahan desa tradisional, dan demikian pada suku-suku lainnya.

Namun jika kita kembali ke jaman penjajahan Belanda maupun Jepang, sistem

yang berlaku adalah Polisi Negara, yang bertujuan mengamankan kepentingan

penjajahan di Indonesia dari serangan “ekstrimis inlander”, atau pejuang

kemerdekaan.

a. Jaman Kerajaan Majapahit

Sejarah kepolisian di Indonesia akarnya pun ditarik hingga ke jaman

Majapahit, untuk mencari roh Bhayangkara Negara melalui sosok Mahapatih

Gajah Mada. Asal muasal Bhayangkara yang mengabdi untuk menjaga

keselamatan seluruh warga negeri. Setelah itu, Bhayangkara Negara mengambil

peran pengabdian berbagai masyarakat kerajaan di seluruh Nusantara.

Kerajaan di Nusantara mempunyai satuan-satuan khusus yang berperan

sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat istilah "Bhayangkara" yang

digunakan untuk menyebut polisi, berasal dari jaman Majapahit. Pada masa itu,

Mahapatih Gajah Mada membentuk satuan Bhayangkara yang bertugas sebagai

penjaga keselamatan pribadi raja. Anggota satuan ini berjumlah 15 orang, terdiri

dari orang-orang pilihan.

Menurut inskripsi sejarah, pada tahun I3l9 terjadi pemberontakan Ra Kuti

di Majapahit. Pemberontakan itu disusul kerusuhan yang merebak ke seluruh

Page 67: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

67

wilayah kerajaan. Tetapi pasukan Bhayangkara berhasil menyelamatkan Raja

Jayanegara yang terancam, dan mengungsikan Raja ke Desa Bedander.

Agar persembunyian raja tidak tercium, satuan Bhayangkara diperintahkan untuk

tidak meninggalkan lokasi itu. Namun, ada anggota pasukan yang diam-diam

pergi meninggalkan Desa Bedander. Mahapatih Gajah Mada yang marah atas

pelanggaran disiplin itu memerintahkan pencarian hingga ketemu, dan anggota itu

dihukum mati.

Kepada anak buahnya, Gajah Mada menekankan empat prinsip

kebhayangkaraan, yang di kemudian hari diadopsi menjadi prinsip-prinsip

kepolisian Polri. Keempat prinsip yang dinamakan Catur Prasetya itu adalah:

Satya Haprabu (setia kepada pimpinan negara); Hanyaken Musuh (mengenyahkan

m negara); Cineung Pratidina (bertekad mempertahankan negara) dan Tan Sa

Trisna (ikhlas dalam bertugas). Empat prinsip Gajah Mada itu kemudian menjadi

pedoman kerja setiap anggota Polri, melalui ikrar Catur Prasetya yang pertama

kali diucapkan dalam Wisuda Sarjana PTIK Angkatan VI pada tanggal 4 April

1961 di istana Negara. Kini, dan untuk masa-masa mendatang, setiap Polisi

Indonesia harus menghayati keempat prinsip tersebut agar menjadi insan

Bhayangkara sejati.

Agar sifat-sifat keperwiraan Gajah Mada dapat memberi inspirasi kepada

roh seluruh jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia sepanjang masa, maka

di depan Markas Besar Polri yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Jakarta dibangun

patungnya. Sebuah patung yang bukan sekadar bernilai seni, tetapi lebih dari itu

adalah penanda roh kepolisian Indonesia.

Page 68: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

68

Selain Majapahit, berbagai kerajaan lain di Nusantara juga mempunyai

institusi dan satuan yang berfungsi sebagai penjaga keamanan dan ketertiban

masyarakat seperti satuan Bhayangkara. Tetapi, fungsi-fungsi dan filosofi

kepolisian ideal yang dibangun Gajah Mada lah yang terekam dalam inskripsi

sejarah, sehingga dianut oleh Polri.

b. Jaman Penjajahan Belanda

Ketika Nusantara dijajah Belanda, polisi mengalami metamorfosa. Satuan

penjaga keamanan dan ketertiban kerajaan di Nusantara yang masih terpisah-pisah

berubah menjadi satuan dengan ruang lingkup geografis yang luas. Pemerintahan

Hindia Belanda membangun kekuasaan dengan sentralisasi di Batavia (Jakarta),

sehingga ruang lingkup tugas polisi menjadi jauh lebih luas.

Namun, fungsi polisi relatif tetap, yaitu memberikan perlindungan kepada

warga, harta benda dan kekayaan lainnya dari ancaman pencurian, penjarahan,

dan perampokan. Cakupan tugas yang lebih luas ini dapat ditafsirkan sebagai

pelayanan kepada kekuasaan kolonial, tetapi dapat pula dianggap memperkuat

keamanan dan ketertiban, sebagai modal sosial bangsa-bangsa Nusantara

menyumbang pembentukan bangsa Indonesia di kemudian hari.

Dalam menjalankan fungsinya, polisi kolonial berwenang menyidik kasus-kasus

kriminal. Tetapi, seringkali batas-batas antara apa yang disebut sebagai “tindakan

kriminalitas” dengan “ tindakan politik yang dianggap membahayakan keamanan

Negara” sangat tipis. Akibatnya, penjajah kerap menyalahgunakan polisi sebagai

alat kekuasaan (politik) untuk menghadapi para aktivis pergerakan kebangsaan

Indonesia.

Page 69: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

69

Belanda mengendalikan kepolisian dengan mengijinkan penggunaan

senjata api hanya oleh orang Belanda. Anggota pribumi tidak diperbolehkan

membawa dan menggunakan senjata api. Tetapi, situasi ini berubah pada masa

perang dunia II, saat jepang mengambil alih kekuasaan Belanda. Penguasaan

penduduk Jepang mulai memperbolehkan polisi pribumi untuk menggunakan

senjata api. Pada masa itu, belum ada pemilahan yang tegas antara militer yang

bersenjata api, dengan polisi yang juga bersenjata api. Jadi, selain menjaga dan

memelihara ketertiban, polisi juga ikut bertempur (Combatant).

Ketika Jepang kalah dalam PD II, bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaan nasionalnya dengan nama Republik Indonesia. Tetapi, Belanda

ingin kembali berkuasa di bekas Hindia Belanda, melalui tindakan yang

disebutnya aksi polisionil. Suatu sebutan bagi tindakan yang dianggap

“polisionil”, yaitu pemulihan “ketertiban” masyarakat eks jajahannya.

Namun, sebagai kekuatan bersenjata, polisi bergabung dengan seluruh

rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan terhadap aksi

polisionil Belanda itu disebut sebagai perang kemerdekaan. Pengalaman polisi

bersenjata masa penduduk Jepang sangat bermanfaat dalam perang kemerdekaan

menentang kembalinya Belanda ke Bumi Nusantara.

c. Jaman Penjajahan Jepang

Ketika pecah perang Dunia II, tentara Jepang dengan sangat cepat

menyerbu dan menundukkan kekuasaan Belanda di wilayah Nusantara, yang oleh

Belanda disebut Hindia Belanda. Kedatangan "pasukan kuning" dari utara itu

meruntuhkan mitos kekuasaan kulit putih.

Page 70: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

70

Karena masa perang, maka pemerintah pendudukah Jepang di Hindia

Belanda menerapkan pemerintahan militer dan hukum militer. Ciri-cirinya adalah

militeristik, keras, lugas, dan bahkan kejam. Di bawah konteks ini, pribumi yang

menjadi anggota polisi dibekali dengan senjata api. Secara otomatis, peran polisi

warisan Belanda pun menurun drastis dan mengalami degradasi tajam.

Patut dicatat, bahwa pada masa itu peran polisi sebagai penjaga keamanan

dan ketertiban juga dilakukan oleh tentara. Begitupun sebaliknya, polisi menjadi

bagian dari kekuatan tempur. Karena itu, "polisi" yang berperan aktif adalah Polisi

Militer, yang mengambil alih tugas-tugas polisi sipil (sekalipun belum disebut

sebagai "polisi sipil").

Polisi tidak mempunyai kewenangan apa-apa, sehingga fungsi polisi hanya

sebagai pelengkap, diwarnai dengan norma kekerasan melalui pendekatan

kekuasaan. Karena suasana peperangan pula, pemerintahan Jepang membentuk

dan memperkuat Polisi Rahasia yang disebut Ken Pel Tai, dengan sasaran utama

operasi pada perkara yang berlatar belakang politik (hususnya masalah infiltrasi,

sabotase provokasi politik.

Kemudian, pada bulan April 1944, Jepang membentuk pasukan paramiliter

yang dikenal dengan nama Tokubetsu Keisatsi-tai, dengan anggota terdiri dari

para politik muda dan pemuda polisi didikan Jepang Tokubetsu Keisatsu-tai ini

lebih terlatih dari pasukan polisi istimewa dengan tugas-tugas serupa, yang

dibentuk pada masa penjajahan Belanda. Selain diasramakan, polisi istimewa

Jepang ini memperoleh pendidikan dan latihan kemiliteran dari tentara Jepang.

Page 71: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

71

Tokubetsu Keisatsu-tai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang

Kamtibmas, dan sekaligus bertugas di front pertempuran.

Tokubetsu Keisatsu-tai dikembangkan dengan persebaran dan

pembentukan satuan-satuan kewilayahan. setiap kesatuan Tokubetsu Keisatsu-tai

wilayah berada di bawah perintah Kepala Polisi Karesidenan (dulu, wilayah

administrasi di bawah provinsi yang mengkoordinasikan beberapa kabupaten).

Setiap wilayah memiliki variasi jumlah personel, yang berkisar antara 60 hingga

orang, tergantung pada kondisi dan situasi wilayah. Komandan kompi Tokubetsu

Keisatsu-tai tersebut umumnya berpangkat Itto Keibu (Letnan Satu/lnspektur

satu).

d. Jaman Kemerdekaan Republik Indonesia

Gema proklamasi kemerdekaan RI, mengakibatkan pemuda-pemuda yang

tergabung dalam kesatuan Keisatsu-tai (Polisi) dan Tekubetsu Keisatsu-tai (Polisi

Istimewa) bentukan Jepang menyatakan dengan tegas berdiri di belakang

pemerintah RI. Mereka melucuti persenjataan Jepang bersama TKR dan barisan

pemuda yang bertempur melawan Jepang dan menyerang NICA.

Dua hari setelah kemerdekaan RI dikumandangkan, sidang Panitia

Persiapan Kemerdekaan RI menetapkan Jawatan Kepolisian Negara RI berada di

bawah Kementrian Dalam Negeri. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1946 merupakan

hari yang bersejarah bagi Polri, karena pada waktu itu dikeluarkan Ketetapan

Pemerintah No. 11/SD/1946 yang memutuskan bahwa Jawatan Kepolisian Negara

RI merupakan jawatan tersendiri yang berada langsung dibawah Perdana Menteri.

Page 72: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

72

Sehingga, sejak saat itu, tanggal 1 Juli 1946 diperingati sebagai Hari Kepolisian

atau Hari Bhayangkara.

Antara tahun 1947 sampai dengan 1964, sejalan dengan perubahan

institusi serta bentuk susunan pemerintahan, kedudukan Polri beberapa kali

dialihkan dari lembaga pemerintahan yang satu ke lembaga pemerintahan yang

lain. Selama itu, Polri pernah berada dibawah Presiden, Perdana Menteri, Jaksa

Agung, Menteri Dalam Negeri, Komisi Kepolisian dan Menteri Pertahanan/

Koordinator Kemanan dan Ketertiban sampai diintegrasikannya Polri dalam tubuh

ABRI, secara utuh pada tahun 1964, berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun

1961. Sehingga bisa dikatakan, Kepolisian merupakan fungsi Pemerintahan

Negara yang unik yang seringkali dialihkan dan dalam sejarahnya yang panjang

itu, Polri berada dibawah Menteri Pertahanan atau Menhankam/ Panglima ABRI

dan dibawah Presiden ataupun Perdana Menteri.

Integrasi Polri ke dalam tubuh ABRI sebenarnya mulai ditetapkan pada

tanggal 1 Agustus 1947, yakni dengan dimiliterisasikannya Kepolisian

berdasarkan Penetapan Dewan Pertahanan No.112/1947. Sejalan perkembangan

situasi keamanan dan perubahan susunan pemerintahan, integrasi tersebut hanya

berjalan beberapa tahun.

Pada tahun 1960 MPRS mengeluarkan Ketetapan No. II/PRS/1960 yang

antara lain berisi: Angkatan Perang dan Polisi Negara sebagai pertahanan/

keamanan. Kepolisian Negara adalah alat revolusi untuk pengamanan dalam

negeri. Dari segi ketatanegaraan dan tata usaha negara, status kepolisian dan status

hukum kepegawaian diletakkan diantara sipil dan militer. Kedudukan Polri

Page 73: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

73

sebagai unsur ABRI kemudian dipertegas dalam UU No. 3/1961. Tap MPRS

tersebut kemudian dirubah atau disempurnakan dalam sidang MPR berikutnya,

sementara UU No.3/1961 diganti dengan UU No. 28 th 1997 tentang Polri sebagai

realisasi dari UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan Negara

(Hankamneg). Sedangkan status keprajuritan personil Polri diperkuat dengan UU

No. 2 Tahun 1988 tentang prajurit ABRI.

Dengan demikian secara yuridis status Polri sebagai ABRI dilegalisasi

oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Dan keABRI-an Polri bukan saja

telah melembaga secara struktural tetapi juga membudaya dalam hampir setiap

aspek organisasi, manajemen dan perilaku setiap personil Polri.

Namun, perjalanan sejarah telah menentukan lain, dengan kedudukannya

sebagai unsur ABRI kadang-kadang menimbulkan hambatan dalam

penyelenggaraan fungsi kepolisian oleh Polri. Walau beberapa kebijakan diambil,

seperti pembenahan sistem pendidikan dan upaya mengedepankan Polri dalam

tugas-tugas Bimmas, ternyata masih dirasakan adanya kelemahan dalam

kinerjanya, terutama dalam kapasitasnya sebagai agen penegak hukum.

2. Polri di Era Reformasi

Pada perkembangan Polri selanjutnya, adalah di Era Reformasi, yakni

dengan berpisahnya Polri dari ABRI pada tanggal 1 April 1999.

Adapun alasan dipisahkannya Polri dari ABRI adalah:55

55 Anton Tabah dan Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc, Reformasi Kepolisian (Pakar Menjawab : POLRI harus otonom dan terpisah dari ABRI), CV. Sahabat, Klaten, 1998, hal 25

Page 74: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

74

a. Polri adalah institusi publik yang berwatak sipil serta dituntut untuk

menjalankan peranannya tersebut.

b. Polri menghadapi masyarakat sebagai sasaran kontrol yang harus

dilindungi.

c. Kultur polisi berbeda dengan kultur militer.

d. Doktrin Polri adalah melindungi, sedang doktrin militer adalah

menghancurkan (musuh). Keduanya tidak dapat dipersatukan.

e. Polri berurusan dengan hukum dan menjadi bagian dari hukum. Oleh

sebab itu, demi efisien dan kerapian struktur harus dipertegas bahwa

tempat Polri adalah bagian dari penegakan hukum.

f. Kapolri harus memegang puncak komando kepolisian, karena hanya

seorang yang berasal dari kalangan polisi profesional akan mampu

memahami dan menjalankan fungsi kepolisian dengan baik.

Bilamana sebelum reformasi Kapolri berada dibawah Menhankam, namun

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dari pasal 11 UU No. 2 Tahun 2002, dikatakan bahwa

Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Pada

ayat 2, usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden

kepada DPR disertai dengan alasannya. Ini berarti, Kapolri berada dibawah

Presiden, serta diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Era reformasi saat ini juga menjadikan perlindungan HAM, demokratisasi

serta masalah lingkungan hidup menjadi isu sentral. Untuk itu di era reformasi,

dengan pemisahan Polri secara total dari ABRI diharapkan agar Polri menjadi

Page 75: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

75

lebih mandiri. Dengan kemandirian Polri tersebut, diharapkan agar Polri dapat

mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang profesional serta dekat dengan

masyarakat dalam menuju perubahan tata kehidupan nasional ke arah masyarakat

yang demokratis, aman, tertib, adil, dan sejahtera.

3. Visi dan Misi Polri

Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang ditulis oleh WJS.

Poerwadarminta, visi adalah daya lihat; penglihatan; atau kemampuan untuk

melihat serta mengetahui inti/ pokok dari suatu hal atau persoalan. Visi Polri

adalah cita-cita yang harus diwujudkan dalam setiap derap langkah kehidupan

anggota Polri untuk mengayunkan langkah sebagai pelindung, pengayom dan

pelayan masyarakat maupun sebagai penegak hukum.

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh

Prof. Dr. Js. Badudu, misi adalah sesuatu yang dianggap sebagai tugas dan

kewajiban yang harus dilaksanakan.

Untuk visi dan misi Polri, yang digunakan sebagai dasar adalah Surat

Keputusan KAPOLRI No. Pol : Kep/01/0/2001, Tanggal 2 Januari 2002. Isi dari

visi serta misi Polri dibuat sama untuk seluruh jajaran Kepolisian di Indonesia, hal

ini dibuat agar ada kesamaan visi dan misi serta kerjasama dengan jajaran tingkat

kepolisian yang lain. Karena dibuat oleh Kapolri, maka untuk setiap pergantian

Kapolri, visi dan misi dapat diubah dan disesuaikan dengan perkembangan jaman.

a. Visi Polri adalah:

Polri mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang

selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat, serta aparat penegak

Page 76: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

76

hukum yang profesional dan proporsional yang selalu menjunjung tinggi

supremasi hukum dan hak azasi manusia, pemelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam

suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

b. Misi Polri adalah:

1) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat yang meliputi aspek security, surety, safety dan peace

sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis.

2) Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif

dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta

kepatuhan hukum masyarakat (Law Abiding Citizenship).

3) Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan

menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju

adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.

4) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap

memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam

bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

5) Mengelola Sumber Daya Manusia Polri secara profesional dalam

mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri

sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai

kesejahteraan masyarakat.

Page 77: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

77

6) Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam (internal Polri) sebagai

upaya menyamakan visi dan misi Polri kedepan.

7) Memelihara solidaritas institusi Polri dari berbagai pengaruh eksternal

yang sangat merugikan organisasi.

8) Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah

konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

9) Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari

masyarakat yang berbhineka tunggal ika

Selain visi dan misi, terdapat pula tujuan Polri, yaitu terwujudnya

keamanan dalam negeri, yang mendorong gairah kerja masyarakat untuk

mencapai kesejahteraannya.

4. Pedoman Hidup Tri Brata dan Pedoman Kerja Catur Prasetya

Tri Brata dan Catur Prasetya dipakai sebagai pedoman hidup dan pedoman

kerja Polri, Tri Brata menjadi pedoman hidup Polri yang diprakarsai oleh Guru

Besar dan Dekan PTIK Prof. Djoko Soetono, SH. Dalam menyongsong pra

rancangan Undang-Undang Kepolisian sebelum Indonesia Merdeka.

Kata-kata Tri Brata pada awalnya dikemukakan oleh Maha Guru Sastra

sekaligus Dekan Fakultas Sastra UI yang merangkap sebagai Mendikbud saat itu,

yaitu Prof. Dr. Priyono. Kemudian secara resmi diucapkan oleh seorang

mahasiswa PTIK pada prosesi wisuda kesarjanaan PTIK Angkatan II tanggal 3

Mei 1954, yang diresmikan sebagai Kode Etik pelaksanaan tugas Polri (yang

dahulu disebut Pedoman Hidup) pada tanggal 1 Juli 1955. Selain pedoman hidup

Page 78: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

78

Tri Brata, Polri juga memiliki pedoman kerja yang disebut Catur Prasetya yang

dipakai sejak tahun 1961.56

a. TRI BRATA adalah:

1) Rastra Sewakottama, artinya abdi utama daripada nusa dan bangsa

2) Nagara Janottama, artinya warga negara teladan daripada negara

3) Yana Anucacana Dharma, artinya wajib menjaga ketertiban pribadi

daripada rakyat

b. CATUR PRASETYA adalah:

1) Satya Haprabu, artinya setia kepada negara dan pemimpin

2) Hanyaken Musuh, artinya mengenyahkan musuh-musuh negara dan

masyarakat

3) Gineung Pratidina, artinya mengagungkan negara

4) Tan Satrisna, artinya tidak terikat trisna kepada sesuatu

5. Lambang Polri

Gambar 2.1

Lambang Polri

56 http://www.polri.go.id, Kepolisian Negara Republik Indonesia-Tri Brata dan Catur Prasetya

Page 79: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

79

Lambang Polri bernama Rastra Sewakottama yang berarti Polri adalah

abdi utama rakyat. Sebutan itu adalah Brata pertama Tri Brata yang diikrarkan

sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954. Polri yang tumbuh dan

berkembang oleh dari rakyat dan untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan

bertindak sebagai abdi sekaligus sebagai pelindung dan pengayom rakyat.

Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo, dengan rincian makna sebagai

berikut:57

a. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

b. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping

memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani

masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi Kamtibmas yang

mantap.

c. Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang

dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi

Kemerdekaan.

d. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju

kehidupan adil dan makmur, sedang daun kapas dengan 9 putik dan 45

butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama

29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto

Tjokrodiatmodjo.

e. Tiga bintang di atas logo bernama Tri Brata adalah pedoman hidup Polri.

f. Sedang warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

57 http://www.polri.go.id, Kepolisian Negara Republik Indonesia-Lambang Polri

Page 80: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

80

g. Warna kuning keemasan melambangkan kebesaran jiwa dan keagungan

hati nurani segenap prajurit Polri.

h. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang

bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi

apapun.

6. Doktrin Polri

Sebelum berintegrasi dalam ABRI, doktrin Polri adalah “Tata Tentrem

Kerta Raharja.” Dengan integrasi ABRI, semua doktrin Angkatan Perang dan

Polri diintegrasikan dan diberlakukan doktrin ABRI “Catur Dharma Eka Karma”

yang di dalam perkembangannya ternyata tidak sesuai lagi dengan pelaksanaan

tugas pokok Polri. Dengan pemisahan Polri dari ABRI, maka Polri kembali

kepada doktrin “Tata Tentrem Kerta Raharja”.58

a. “Tata Tentrem Kerta Raharja”

Berisi ajaran bahwa untuk mencapai tujuan nasional yang berupa

masyarakat Indonesia yang adil makmur, adapun artinya adalah:

1) Tata, artinya ketertiban yang berdasarkan hukum

2) Tentrem, artinya terwujudnya keamanan dalam negeri ataupun

terwujudnya security, surety, safety dan peace (rasa tenang, aman,

tentram dan damai)

3) Kerta, artinya diwujudkan melalui pembinaan

4) Raharja, artinya dipersyaratkan adanya suasana gairah untuk

membangun

58 http://www.polri.go.id, Kepolisian Negara Republik Indonesia-Doktrin Polri

Page 81: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

81

Dengan demikian, Tata Tentrem Kerta Raharja dapat diartikan sebagai

terwujudnya keamanan dalam negeri, serta ketertiban yang berdasarkan hukum

melalui pembinaan, supaya tercipta rasa aman, tenteram dan damai. Dengan

situasi tersebut, diharapkan masyarakat mempunyai gairah untuk membangun.

Yang menjadi harapan dari pelaksanaan doktrin “Tata Tentrem Kerta Raharja” ini

terdapat perilaku yang menjunjung tinggi supremasi hukum, hak asasi manusia,

budaya hukum menjadi acuan dalam mewujudkan keamanan dalam negeri.

Doktrin Polri merupakan pandangan yang diyakini kebenarannya dan

mempengaruhi perilaku anggota Polri atau kelompok pada organisasi dalam

menjalankan misi serta untuk mencapai tujuan organisasi Polri.

b. Mengacu pada visi Polri maka doktrin Polri juga memuat dua aspek

penting, yaitu:

1) Aspek inward looking, bagian doktrin Polri yang memuat tentang

doktrin pembinaan Polri, bersifat pandangan tentang penyusunan

kemampuan dan pembangunan kekuatan yang sesuai dengan tuntutan

tugas.

2) Aspek out ward looking, bagian doktrin Polri yang memuat tentang

doktrin operasional Polri, mengidentifikasikan bentuk-bentuk tugas,

pengembangan sistem, metode, taktik dan teknik pelaksanaan tugas

pokok, serta pandangan Polri tentang lingkungan (masyarakat)

menurut pandangan operasional Polri.

Page 82: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

82

B. GAMBARAN UMUM POLRES BOYOLALI

1. Sejarah Polres Boyolali

Dimulai pada tahun 1942 hingga tahun 1945, sebelum bernama Polres

diberi nama Komres (Komando Resort). Seiring dengan perkembangan jaman

maka semenjak tahun 1980-an diganti menjadi Polres (Kepolisian Resort). Polres

Boyolali ini didirikan dengan tujuan mengatasi masalah Kamtibmas, masalah

tersebut meliputi lalu-lintas, tertib dalam melaksanakan kegiatan masyarakat dan

sebagainya.

2. Lokasi

a. Letak wilayah

Terletak diantara 110’.22 – 110’.50 bujur timur dan 7’.36 – 7’.11 lintang

selatan dengan ketinggian antara 1500 s/d 2200 meter dari permukaan laut.

b. Luas wilayah

Luas wilayah seluruhnya 1.015.100.965 Ha dibagi menjadi 19 kecamatan

terdiri dari 267 desa dan tercakup dalam 5 kawedanan.

c. Batas wilayah Polres Boyolali:

1) Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen

2) Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo

3) Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Salatiga

4) Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kodya Surakarta

Page 83: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

83

d. Jumlah penduduk:

Jumlah penduduk yang ada di daerah Boyolali ini 944.181 jiwa yang terdiri

dari laki-laki 461.806 jiwa (48,9%) dan perempuan 482.375 jiwa (51,1%)

dengan kepadatan penduduk rata-rata 930 jiwa/ Km2.

Tabel 2.1

Daftar Polsek di Kabupaten Boyolali

NO DAFTAR POLSEK DI KABUPATEN BOYOLALI

LETAK KECAMATAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Polsek Selo

Polsek Ampel

Polsek Cepogo

Polsek Musuk

Polsek Boyolali

Polsek Mojosongo

Polsek Teras

Polsek Sawit

Polsek Banyudono

Polsek Sambi

Polsek Ngemplak

Polsek Nogosari

Polsek Simo

Polsek Karanggede

Polsek Klego

Polsek Andong

Polsek Kemusu

Polsek Wonosegoro

Polsek Juwangi

Kec. Selo

Kec. Ampel

Kec. Cepogo

Kec. Musuk

Kec. Boyolali

Kec. Mojosongo

Kec. Teras

Kec. Sawit

Kec. Banyudono

Kec. Sambi

Kec. Ngemplak

Kec. Nogosari

Kec. Simo

Kec. Karanggede

Kec. Klego

Kec. Andong

Kec. Kemusu

Kec. Wonosegoro

Kec. Juwangi

Page 84: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

84

3. Struktur Organisasi Polres Boyolali

Tabel 2.2 Struktur Organisasi Polres Boyolali

DASAR SKEP KAPOLRI NO POL. : KEP/54/X/2002 TANGGAL 17 OKTOBER 2002

4.

Tugas dan tanggung jawab berdasarkan pada struktur organisasi Polres

Boyolali:

a. Kapolres

Kapolres mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Pembantu dan pelaksana utama Kapolda atau Kapolwil pada tingkat

kewilayahan, dalam pelaksanaan pembinaan kemampuan Polri dan

segenap komponen lain dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara

dibidang penertiban dan penyelamatan masyarakat serta penyelenggaraan

operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas Polres.

KAPOLRES WAKA POLRES

BAG OPS BAG BINAMITRA BAG MIN

URTELEMATIKA UNIT P3 D UR DOKKES TAUD BENSAT

SPK SAT INTELKAM SAT RESKRIM SAT SAMAPTA SAT LANTAS

19 POLSEK

Page 85: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

85

b. Wakapolres

Wakapolres mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai pembantu dan penasehat utama Polres terutama dalam

penyelenggaraan pembinaan kemampuan termasuk koordinasi dan sebagai

pengawas serta mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugas

Kapolres secara terbatas dan mewakili Kapolres apabila Kapolres

berhalangan.

c. Kabagmin (Kepala Bagian Administrasi)

Kabagmin mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai unsur pembantu pimpinan dan staf pada Polres yang bertugas

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi pembinaan personil dan

pembinaan logistik serta latihan dalam rangka mendukung pelaksanaan

tugas Polres.

d. Kabag Binamitra

Kabag Binamitra mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai unsur pelaksana tingkat Mapolres yang bertugas

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi Binamitra yang berifat

terpusat pada tingkat Resor atau antar sektor, termasuk memberikan

dukungan operasional terhadap pelaksanaan fungsi tersebut pada tingkat

polsek.

Page 86: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

86

e. Kabagops (kepala Bagian Operasional)

Kabagops mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf pada Polres yang

bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan segala kegiatan dalam

rangka pengendalian terhadap pelaksanaan operasional Polres termasuk

penyelenggaraan pekerjaan staf dalam bidang manajemen operasional

Polres yang bersifat terpadu serta pelayanan masyarakat dan pengendalian

atas pelaksanaan tindakan pertama di tempat kejadian.

f. Kaurtelematika

Kaurtelematika mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Memimpin staf telekomunikasi dan informatika dalam rangka

meningkatkan kemampuan para anggota untuk menggunakan alat-alat

komunikasi secara profesional, efektif, efisien, modern serta proaktif.

Sehingga, apabila terjadi gangguan dalam bentuk Crime Intelligence serta

adanya hakekat ancaman akan lebih berhasil bila dilengkapi dengan alat

komunikasi prima dan modern.

g. Kataud (Kepala Tata Usaha dan Urusan Dalam)

Kataut mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Memimpin bidang tata usaha, serta urusan dalam yang berkaitan dengan

data-data serta laporan kegiatan yang dikerjakan oleh tiap unit baik harian,

minggguan ataupun bulanan pembukuan diserahkan kepada bidang usaha

ini, dan sebagainya yang kemudian untuk diarsipkan.

Page 87: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

87

h. Kasat Intelkam (Kepala Intelegen dan Keamanan Kepolisian)

Kasat Intelkam mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai unsur pelaksana pada tingkat Mapolres yang bertugas

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi Intelijen dan keamanan

Kepolisian dalam seluruh wilayah Polres termasuk memberikan dukungan

operasional terhadap pelaksanaan fungsi tersebut pada tingkat polsek.

i. Kasat Reskrim (Kepala Satuan Reserse dan Kriminal)

Kasat Reskrim mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Unsur pelaksana pada tingkat Mapolres yang bertugas menyelenggarakan

dan melaksanakan fungsi reserse kepolisian yang bersifat terpusat pada

tingkat resor atau antar sektor termasuk memberikan dukungan operasional

atas pelaksanaan fungsi tersebut pada tingkat Polsek. Reserse juga

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi yang meliputi kegiatan

represif kepolisian melalui upaya penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana, baik kejahatan umum maupun kejahatan ekonomi, termasuk tindak

pidana penyelundupan, kejahatan uang palsu dan kejahatan narkoba. Serta

melaksanakan fungsi kriminalistik lapangan dalam rangka pembuktian

secara ilmiah kasus-kasus kejahatan yang ditanganinya.

j. Kepala Unit P 3 D

Kepala unit P 3 D mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai unsur pelaksana staf pada Mapolres yang bertugas membantu

pimpinan Polres dalam rangka penegakan hukum, disiplin, tata tertib dan

pengamanan dalam lingkungan Polres. Selain itu, mempunyai wewenang

Page 88: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

88

untuk menindak dan memeriksa anggota Polri maupun sipil yang

melanggar tindak pidana dan pelanggaran disiplin khususnya dalam

lingkungan Mapolres.

k. Kasat Samapta

Kasat Samapta mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Memimpin Samapta Bhayangkara, juga termasuk salah satu dari fungsi

operasional Polri yang mengemban tugas utama bersifat preventif, atau

pencegahan. Melalui patroli, pengaturan, penjagaan dan pengawalan serta

pelayanan masyarakat.

Tugas tersebut merupakan tugas esensial bagi satuan Samapta ini. Sasaran

utamanya adalah menghilangkan atau sekurang-kurangnya meminimalisir

bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan.

Tugas utama Samapta adalah patroli, karena dengan patroli yang benar,

bukan saja dicegah bertemunya niat dan kesempatan berbuat jahat dari

penjahat, tetapi sekaligus menarik simpati masyarakat, untuk

membangkitkan partisipasi masyarakat terhadap polisi. Selain itu, daerah

“lampu merah” ataupun tempat hiburan serta tempat rawan kejahatan

lainnya merupakan sasaran utama petugas patroli ini. Pada jam-jam sibuk

dan usai sekolah, petugas Samapta bertanggung jawab terhadap

pemeliharaan keamanan dan ketertiban baik di sekolah, kantor-kantor

umum lainnya.

Page 89: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

89

l. Kasat Lantas

Kasat Lantas mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Sebagai pimpinan dalam satuan lalu-lintas baik dalam hal penegakan

hukum lalu lintas (Police Traffic Law Enforcement) baik dalam upaya

preventif maupun represif, pendidikan masyarakat tentang lalu lintas

(Police Traffic Education), rekayasa lalu lintas (Police Traffic

Engineering) serta registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan

bermotor.

C. GAMBARAN UMUM BINAMITRA POLRES BOYOLALI

1. Struktur Organisasi Binamitra Polres Boyolali

Struktur organisasi Binamitra Polres Boyolali dijelaskan pula mengenai

tugas setiap unit, dimulai dari Kepala Bagian Binamitra hingga pada unit-unit

terkecil. Dimana dalam struktur ini juga dibagi berdasarkan kepangkatan

personel Polri. Struktur ini penting, agar ada pembagian pelimpahan wewenang

serta tugas yang jelas, baik yang dimulai dari pimpinan hingga bawahan.

Yang menjadi bentuk struktur organisasi Binamitra Polres Boyolali adalah

sebagai berikut:

Page 90: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

90

Tabel 2.3 Struktur Organisasi Bagian Binamitra

Keterangan:

KABAG BINAMITRA : Kepala Bagian Binamitra

KASUBBAG BIMMAS : Kepala Sub Bagian Bimbingan Masyarakat

KASUBBAG KERMA : Kepala Sub Bagian Kerjasama Masyarakat

BAN UM : Bantuan Umum

BAN MIN : Bantuan Admistrasi

KOMPOL : Komisaris Polisi

AKP : Ajun Komisaris Polisi

Ipda : Inspektur Dua

Aiptu : Ajun Inspektur Satu

Briptu : Brigadir Satu

Bripda : Brigadir Dua

KABAG BINAMITRA KOMPOL SUWARNO, SH

KASUBBAG BIMMAS IPDA JOKO LUKITO

KASUBBAG KERMA IPTU SUTANTO

BAN UM AIPTU JOKO W

BA MIN AIPTU DALYAMTO

BAN UM AIPTU BUDI WASITO

BA MIN AIPTU L. MURTIJO

BAN UM BRIPTU SETYAWAN E S

BA MIN BRIPDA ADI NEGARA

BAN UM BRIPTU RAHMAD B.L, S.Pd, MH

BA MIN BRIPDA SATRIO A

BAMBANG SURYANTO PENGATUR 1

ENI RAHAYU PENGATUR 1

Page 91: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

91

2. Tugas dan Wewenang Binamitra Polres Boyolali

Binamitra Polres Boyolali adalah unsur pelaksana tingkat Mapolres yang

bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi Binamitra yang berifat

terpusat pada tingkat Resor atau antar sektor, termasuk memberikan dukungan

operasional terhadap pelaksanaan fungsi tersebut pada tingkat polsek.

Dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut, dengan memperhatikan arahan

Kapolres dan petunjuk pembina fungsi pembina, fungsi Binamitra Polres Boyolali

adalah:

a. Memberi bimbingan teknik atas pelaksanaan fungsi Binamitra pada tingkat

polsek

b. Menyelenggarakan dan melaksanakan Binkamswakarsa untuk memelihara

dan menciptakan suasana aman tertib dalam lingkungan masyarakat

melalui usaha pam yang tumbuh dan berkembang atas kehendak dan

kemampuan masyarakat itu sendiri termasuk mencegah dan

menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

c. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembinaan potensi masyarakat

untuk memelihara serta meningkatkan situasi dan kondisi masyarakat yang

menguntungkan bagi pelaksanaan tugas kepolisian serta cegah timbulnya

faktor kriminogen

d. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan badan-badan di

dalam dan di luar Polri pada tingkat Mapolres

Page 92: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

92

e. Menyelenggarakan dan melaksanakan koordinasi serta kerjasama dengan

badan/ organisasi pemerintah, swasta, LSM dan lain-lain pada tingkat

pusat maupun daerah dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat.

Binamitra Polres dipimpin oleh Kepala Bagian Binamitra Polres disingkat

Kabag Binamitra yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya

kepada Kapolres, dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dikoordinasi oleh

Wakapolres.

a. KABAG BINAMITRA

Tugas dan wewenangnya adalah:

1) Mengatur penyelenggaraan dan mengawasi atau mengarahkan

pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan pam swakarsa oleh

satuan fungsi yang berkompeten

2) Membina hubungan kerjasama dengan organisasi/ lembaga/ tokoh

sosial/ kemasyarakat dan instansi pemerintah, khususnya instansi

polsus/ PPNS dan pemerintahan daerah. Bertanggung jawab kepada

Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali

Wakapolres

b. KASUBBAG BIMMAS

Tugas dan wewenangnya adalah:

1) Merencanakan penyusuanan rencana kerja dibidang kegiatan bimbingan

masyarakat serta pembinaan dalam rangka program perpolisian

masyarakat

Page 93: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

93

2) Menyusun kegiatan dan strategi dalam rangka pemberdayaan

masyarakat dan pemberdayaan Pam swakarsa melalui ksk/ fsk

3) Mengadakan kegiatan bimbingan penyuluhan keamanan dan hukum

terhadap masyarakat

c. KASUBBAG KERMA

Tugas dan wewenangnya adalah:

Merencanakan penyususnan rencana kerja dibidang kegiatan kerjasama

dengan organisasi/ lembaga/ tokoh sosial/ kemasyarakatan dan instansi

pemerintah dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga

masyarakat pada hukum dan perundang-undangan.

Beberapa Program Unggulan yang dimiliki oleh Binamitra adalah:

Pemberdayaan community policing

1) Kegiatan Bintibmas (pembinaan dan penyuluhan hukum, kecelakaan

lalu lintas, narkoba dan lain-lain)

2) Kegiatan Binredawan (pembinaan dan penyuluhan terhadap remaja,

karang taruna, pelajar, mahasiswa tentang kenakalan remaja, narkoba

dan KDRT)

3) Kegiatan Binkamsa (pembinaan, penyuluhan, sambang dan pelatihan

terhadap pos kamling)

4) Kegiatan Bin Kor Polsus

Page 94: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

94

Peluang/ Potensi Dukungan terhadap Binamitra Polres Boyolali, yang

meliputi:

a. Pemerintah Daerah Boyolali

b. Tokoh agama

c. Tokoh masyarakat

d. Pengusaha atau pelaku bisnis

e. Instansi terkait

f. Sekolah, kampus dan potensi masyarakat lainnya

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Informan

Dalam penelitian yang menjadi informan, yaitu pelaksana program

Community Policing (Polmas), yaitu Binamitra Polres Boyolali, dan sasaran

program Community Policing, yaitu masyarakat peserta program Community

Policing. Berikut informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini:

1. Pelaksana Program Community Policing

Community Policing adalah program Kepolisian dalam membangun

kemitraan dengan masyarakat. Binamitra selaku Humas Polres Boyolali

mempunyai peranan yang besar dalam kegiatan ini. Staf pelaksana

program Community Policing di Binamitra Polres Boyolali, yaitu:

· Kasubbag Bimmas, Binamitra Polres Boyolali

Page 95: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

95

IPDA Joko Lukito, 51 tahun, jabatan beliau di Polres Boyolali adalah

sebagai Kepala Sub Bagian Bimmas yang bertugas membantu Kabag

Binamitra dalam penyusunan rencana kerja di bidang kegiatan

bimbingan masyarakat serta pembinaan dalam rangka program

Perpolisian Masyarakat/ Polmas/ Community Policing.

· Ba Min Bimmas, Binamitra Polres Boyolali

AIPTU Dalyamto, 46 tahun, jabatan beliau di Polres Boyolali adalah

sebagai Ba Min Bimmas yang bertugas menyusun laporan hasil

kegiatan harian, mingguan dan bulanan Binamitra Polres Boyolali.

2. Sasaran Program Community Policing

Sasaran Program Community Policing adalah seluruh Warga Negara

Indonesia. Tanggung jawab pelaksanaan program ini diserahkan kepada

masing-masing institusi Kepolisian yang ada di seluruh Indonesia. Untuk

Polres Boyolali bertanggung jawab atas pelaksanaan program Community

Policing pada masyarakat yang ada di wilayah kerja Polres Boyolali.

Wilayah kerja Polres Boyolali yaitu Kabupaten Boyolali dengan

membawahi 19 Polsek.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih narasumber secara purposive dan

mendapatkan pembinaan langsung secara tatap muka (face to face).

Berikut daftar nama narasumber dari peserta program Community

Policing:

a. Oktaviani Puspitasari, 26 tahun, pendidikan sarjana pendidikan,

berprofesi sebagai guru Play Group, berdomisili di Ampel, Boyolali.

Page 96: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

96

b. Setro Margono, 45 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan sebagai

Kepala Desa Keposong, berdomisili di Musuk, Boyolali.

c. Suyamto, usia 38 tahun, pendidikan sarjana pendidikan, pekerjaan

sebagai guru SLTP, berdomisili di Ampel, Boyolali.

d. Agus Setiawan, 35 tahun, pendidikan SMA, bekerja sebagai Satuan

Pengamanan (Satpam) BNI Sunggingan, berdomisili di Teras,

Boyolali

e. Erna Dwi Agustin, 17 tahun, pendidikan terakhir SLTP, sekarang

masih terdaftar sebagai siswi SMA Negeri 3 Boyolali, berdomisili di

Mojosongo, Boyolali.

Tabel 3.1

Informan Peserta Program Community Policing

No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Oktaviani Puspitasari 26 tahun Sarjana pendidikan Guru Play Group

2. Setro Margono 45 tahun SMA Kepala Desa

3. Suyamto 38 tahun Sarjana pendidikan Guru SLTP

4. Agus Setiawan 35 tahun SMA Satpam

5. Erna Dwi Agustin 17 tahun SLTP Pelajar

B. Perencanaan Program Community Policing

1. Latar Belakang Community Policing

Sebelum konsep Community Policing diluncurkan terutama di

negara-negara maju, penyelenggaraan tugas-tugas Kepolisian baik dalam

pemeliharaan keamanan dan ketertiban maupun penegakan hukum,

Page 97: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

97

dilakukan secara konvensional. Polisi cenderung melihat dirinya semata-

mata sebagai pemegang otoritas dan institusi kepolisian dipandang semata-

mata sebagai alat negara sehingga pendekatan kekuasaan bahkan tindakan

represif seringkali mewarnai pelaksanaan tugas dan wewenang Kepolisian.

Walaupun prinsip-prinsip “melayani dan melindungi” (to serve and to

protect) ditekankan, pendekatan-pendekatan yang birokratis, sentralistik,

serba sama/seragam mewarnai penyajian layanan kepolisian. Gaya

perpolisian tersebut mendorong polisi untuk mendahulukan mandat dari

pemerintah pusat dan mengabaikan ‘persetujuan’ masyarakat lokal yang

dilayani. Selain itu polisi cenderung menumbuhkan sikap yang

menampilkan dirinya sebagai sosok yang formal dan eksklusif dari

anggota masyarakat lainnya. Pada akhirnya semua itu berakibat pada

memudarnya legitimasi kepolisian di mata publik pada satu sisi, serta

semakin berkurangnya dukungan publik bagi pelaksanaan tugas kepolisian

maupun buruknya citra polisi pada sisi lain.

Kondisi di atas, juga terjadi di Indonesia, lebih-lebih ketika Polri

dijadikan sebagai bagian integral ABRI dan polisi merupakan prajurit

ABRI yang dalam pelaksanaan tugasnya diwarnai sikap dan tindakan yang

kaku bahkan militeristik yang tidak proporsional. Perpolisian semacam itu

juga ditandai antara lain oleh pelaksanaan tugas kepolisian, utamanya

penegakan hukum, yang bersifat otoriter, kaku, keras dan kurang peka

terhadap kebutuhan rasa aman masyarakat. Di sisi lain pelaksanaan tugas

kepolisian sehari-hari, lebih mengedepankan penegakan hukum utamanya

Page 98: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

98

untuk menanggulangi tindak kriminal. Berdasarkan TAP MPR Nomor

II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang berkaitan

dengan Sistem Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Swakarsa, Polri

dibebani tugas melakukan pembinaan Kamtibmas yang diperankan oleh

Babinkamtibmas sebagai ujung tombak terdepan. Pendekatan demikian

memposisikan masyarakat seakan-akan hanya sebagai objek dan posisi

polisi sebagai subjek yang ‘serba lebih’ sehingga dianggap figur yang

mampu menangani dan menyelesaikan segenap permasalahan kamtibmas

yang dihadapi masyarakat.59

Pola penyelenggaraan pomolisian yang bertumpu kepada konsep

peningkatan jumlah polisi dan/atau peningkatan intensitas kegiatan polisi

tidak mampu mengatasi atau menekan angka gangguan Kamtibmas yang

berkembang pesat di dalam masyarakat.

Sejalan dengan pergeseran peradaban umat manusia, secara

universal terutama di negara-negara maju, masyarakat cenderung semakin

‘jenuh’ dengan cara-cara lembaga pemerintah yang birokratis, resmi,

formal/kaku, general/seragam dan lain-lain dalam menyajikan layanan

publik. Terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih menginginkan

pendekatan-pendekatan yang personal dan menekankan pemecahan

masalah dari pada sekedar terpaku pada formalitas hukum yang kaku.

Dalam bidang penegakan hukum terutama yang menyangkut pertikaian

antar warga, penyelesaian dengan mekanisme informal dipandang efektif

59 Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/737/X/2005, hal 4

Page 99: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

99

dari pada proses sistem peradilan pidana formal yang acapkali kurang

memberikan peranan yang berarti bagi korban dalam pengambilan

keputusan penyelesaian masalah yang dideritanya.

Kondisi sebagaimana diutarakan di atas mendorong diluncurkannya

program-program baru dalam penyelenggaraaan tugas Kepolisian terutama

yang disebut Community Policing. Lambat laun, Community Policing tidak

lagi hanya merupakan suatu program dan/atau strategi melainkan suatu

falsafah yang menggeser paradigma konvensional menjadi suatu model

perpolisian baru dalam masyarakat madani. Model ini pada hakekatnya

menempatkan masyarakat bukan semata-mata sebagai objek tetapi mitra

Kepolisian dan pemecahan masalah (pelanggaran hukum) lebih merupakan

kepentingan dari pada sekedar proses penanganan yang formal/prosedural.

Dalam kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia nilai-nilai yang

terkandung dalam konsep Community Policing pada hakekatnya bukan

merupakan hal yang asing. Kebijakan Siskamswakarsa diangkat dari nilai-

nilai sosial dari sosio-kultural masyarakat Indonesia, yang lebih menjujung

nilai-nilai sosial dari pada individu. Pelaksanaan pengamanan lingkungan

secara swakarsa pernah/masih efektif berjalan. Pada bagian-bagian

wilayah/etnik tertentu nilai-nilai kultural masih efektif (bisa diefektifkan)

dalam penyelesaian masalah sosial pada tingkat lokal. Nilai saling

memaafkan dijunjung tinggi dalam masyarakat Indonesia yang religius.

Pada zaman dahulu dikenal adanya “Hakim Perdamaian” desa. Kondisi itu

semua merupakan modal awal yang dapat berperan sebagai faktor

Page 100: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

100

pendukung yang efektif dalam pengembangan Community Policing “ala”

Indonesia, jika dikelola secara tepat sesuai ke-kini-an dan sejalan dengan

upaya membangun masyarakat madani khususnya kepolisian “sipil” yang

menekankan pada pendekatan kemanusiaan khususnya perlindungan hak-

hak asasi manusia dalam pelaksanaan tugas kepolisian.

2. Pengertian Program Community Policing

Konsep Community Policing (Polmas) mencakup 2 (dua) unsur:

perpolisian dan masyarakat.60

a. Secara harfiah, perpolisian yang merupakan terjemahan dari kata

“Policing” berarti segala hal ihwal tentang penyelenggaraan fungsi

kepolisian. Dalam konteks ini perpolisian tidak hanya menyangkut

operasionalisasi (taktik/teknik) fungsi Kepolisian tetapi juga

pengelolaan fungsi Kepolisian secara menyeluruh mulai dari tataran

manajemen puncak sampai manajemen lapis bawah, termasuk

pemikiran-pemikiran filsafati yang melatarbelakanginya.

b. Masyarakat yang merupakan terjemahan dari kata “Community”

(komunitas) dalam konteks Polmas berarti:

1) Warga masyarakat atau komunitas yang berada di dalam suatu

wilayah kecil yang jelas batas-batasnya (geographic-community).

Batas wilayah komunitas ini harus dilakukan dengan

60 Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/737/X/2005, hal 5

Page 101: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

101

memperhatikan keunikan karakteristik geografi dan sosial dari

suatu lingkungan dan terutama keefektifan pemberian layanan

kepada warga masyarakat. Wilayah tersebut dapat berbentuk RT,

RW, desa, kelurahan ataupun berupa pasar/pusat belanja/mall,

kawasan industri, pusat/kompleks olahraga, stasiun bus/kereta api

dan lain-lain.

2) Dalam pengertian yang diperluas masyarakat dalam pendekatan

Polmas diterapkan juga bisa meliputi sekelompok orang yang hidup

dalam suatu wilayah yang lebih luas seperti kecamatan bahkan

kabupaten/kota, sepanjang mereka memiliki kesamaan

kepentingan. Sebagai contoh kelompok berdasar agama, kelompok

berdasar profesi, hobby dan sebagainya. Kelompok ini dikenal

dengan nama komunitas berdasar kepentingan (community of

interest).

Sebagai suatu strategi, Polmas berarti: model perpolisian yang

menekankan kemitraan yang sejajar antara petugas Polmas dengan

masyarakat lokal dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan

sosial yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat serta

ketenteraman kehidupan masyarakat setempat dengan tujuan untuk

mengurangi kejahatan dan rasa ketakutan akan kejahatan serta

meningkatkan kualitas hidup warga setempat.

a. Dalam pengertian ini, masyarakat diberdayakan sehingga tidak lagi

semata-mata sebagai objek dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian

Page 102: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

102

melainkan sebagai subjek yang menentukan dalam mengelola sendiri

upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib bagi ketenteraman

dan keselamatan kehidupan bersama mereka yang difasilitasi oleh

petugas kepolisian yang berperan sebagai petugas Polmas dalam suatu

kemitraan.

b. Dalam pengertian pengelolaan terkandung makna bahwa masyarakat

berusaha menemukan, mengidentifikasi, menganalisis dan mencari

jalan keluar pemecahan masalah-masalah gangguan keamanan dan

ketertiban termasuk pertikaian antar warga serta penyakit masyarakat

dan masalah sosial lain yang bersumber dari dalam kehidupan mereka

sendiri bagi terwujudnya suasana kehidupan bersama yang damai dan

tenteram.

c. Operasionalisasi konsep Polmas pada tataran lokal memungkinkan

masyarakat setempat untuk memelihara dan menumbuh-kembangkan

sendiri pengelolaan keamanan dan ketertiban yang didasarkan atas

norma-norma sosial dan/atau kesepakatan-kesepakatan lokal dengan

mengindahkan peraturan-peraturan hukum yang bersifat nasional dan

menjunjung tinggi prinsip-prinsip HAM (Hak Asasi Manusia) dan

kebebasan individu yang bertanggung jawab dalam kehidupan

masyarakat yang demokratis.

Polmas pada dasarnya sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung

dalam konsep Siskamswakarsa yang dalam pengembangannya disesuaikan

dengan ke-kini-an penyelenggaraan fungsi Kepolisian masyarakat madani,

Page 103: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

103

sehingga tidak semata-mata merupakan pengadopsian dari konsep

“Community Policing”.

Mengacu pada uraian di atas, Polmas hakekatnya mengandung 2

(dua) unsur utama, yaitu:61

a. Membangun kemitraan antara polisi dan masyarakat.

b. Menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat

lokal.

Sebagai suatu falsafah, Polmas mengandung makna “suatu model

perpolisian yang menekankan hubungan yang menjunjung nilai-nilai

sosial/kemanusiaan dan menampilkan sikap santun dan saling menghargai

antara polisi dan warga dalam rangka menciptakan kondisi yang

menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi Kepolisian dan

peningkatan kualitas hidup masyarakat”.

Pembentukan Polmas mempersyaratkan:

a. Adanya seorang petugas Polmas yang ditugaskan secara tetap untuk

model kewilayahan dan sejumlah petugas yang ditugaskan secara tetap

untuk model kawasan.

b. Model kawasan mempersyaratkan adanya “pos” (balai) sebagai pusat

layanan kepolisian sedangkan model wilayah dapat memanfaatkan

fasilitas yang tersedia pada kantor desa/kelurahan atau tempat tinggal

petugas Polmas.

61 ibid, hal. 7

Page 104: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

104

c. Adanya suatu forum kemitraan yang keanggotaannya mencerminkan

keterwakilan semua unsur dalam masyarakat termasuk petugas Polmas

dan pemerintah setempat.

Perwujudan Polmas sebagai suatu falsafah merasuk dalam sikap dan

perilaku setiap anggota Polri yang mencerminkan pendekatan

kemanusiaan baik dalam pelaksanaan tugas layanan Kepolisian maupun

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

3. Tujuan Penerapan Polmas (Community Policing)

Tujuan penerapan Polmas adalah terwujudnya kerjasama polisi dan

masyarakat lokal (komunitas) untuk menanggulangi kejahatan dan

ketidaktertiban sosial dalam rangka menciptakan ketenteraman umum

dalam kehidupan masyarakat setempat.

Menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial mengandung

makna bukan hanya mencegah timbulnya tetapi juga mencari jalan keluar

pemecahan permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap

keamanan dan ketertiban yang bersumber dari komunitas itu sendiri serta

dalam batas-batas tertentu mengambil tindakan pertama jika terjadi

kejahatan atau bahkan menyelesaikan pertikaian antar warga sehingga

tidak memerlukan penanganan melalui proses formal dalam sistem

peradilan pidana.

Page 105: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

105

Menciptakan ketenteraman umum mengandung makna bahwa yang

dituju oleh Polmas bukan hanya sekedar ketiadaan faktual terhadap

keamanan dan ketertiban tetapi juga perasaan takut warga dalam

kehidupan bersama dalam komunitas mereka.

Kerjasama polisi dan masyarakat mengandung makna bukan sekedar

bekerja bersama dalam operasionalisasi penanggulangan kejahatan dan

ketidaktertiban sosial tetapi juga meliputi mekanisme kemitraan yang

mencakup keseluruhan proses manajemen, mulai dari perencanaan sampai

pengawasan/ pengendalian dan analisis/ evaluasi atas pelaksanaannya.

Karena itu, sebagai suatu tujuan, kerjasama tersebut merupakan proses

yang terus menerus tanpa akhir.

4. Sasaran Penerapan Program Community Policing

Yang menjadi sasaran dalam program Community Policing adalah

segenap warga negara Indonesia. Untuk memungkinkan terbangunnya

kerjasama yang menjadi tujuan penerapan Polmas maka sasaran yang

harus dicapai adalah membangun Polri yang dapat dipercaya oleh warga

setempat dan membangun komunitas yang siap bekerjasama dengan Polri

dalam meniadakan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban serta

menciptakan ketenteraman warga setempat.

Polri yang dapat dipercaya tercermin dari sikap dan perilaku segenap

personel Polri, baik dalam kehidupan pribadi sebagai bagian dari

komunitas maupun dalam pelaksanaan tugas mereka, yang menyadari

Page 106: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

106

bahwa warga komunitas adalah stakeholder kepada siapa mereka dituntut

untuk menyajikan layanan kepolisian sebagaimana mestinya.

Komunitas yang siap bekerjasama adalah kesatuan kehidupan

bersama warga yang walaupun dengan latar belakang kepentingan yang

berbeda memahami dan menyadari bahwa kepentingan penciptaan situasi

keamanan dan ketertiban umum merupakan tanggung jawab bersama antar

warga dan antara warga dengan polisi.

Tabel 3.2

Sasaran Program Community Policing

Sasaran

Membangun Polri yang dapat dipercaya

masyarakat setempat

Membangun masyarakat yang siap kerjasama

dengan Polri

Tiada gangguan Kamtibmas & menciptakan

ketentraman masyarakat

Sikap dan perilaku polisi (pribadi/pelaksanaan tugas) yang

menyadari bahwa warga setempat adalah stakeholder yang dilayani

Warga masyarakat dengan latar belakang kepentingan berbeda yang

paham dan sadar bahwa kepentingan kamtibmas merupakan

Page 107: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

107

5. Strategi Penerapan Community Policing

Polmas bukan hanya semacam program dalam penyelenggaraan

fungsi kepolisian tetapi merupakan suatu metafora yang menuntut

perubahan. Oleh karena itu, kebijakan dasar yang harus diletakkan adalah

bahwa penerapan Polmas hanya direalisasikan pada level lokal terutama

lingkungan komunitas yang mencerminkan kehidupan bersama yang

komunitarian. Sebagai pelaksana Polmas tingkat Polres, Binamitra Polres

Boyolali dalam penerapan Polmas mempunyai beberapa langkah/tahapan,

yaitu:

a. Tahap persiapan:

Dalam tahap persiapan ini yang ditekankan Binamitra adalah sosialisasi

Polmas kepada semua jajaran dan masyarakat. Adapun strategi yang

digunakan yaitu:

1) Strategi internal (Polri)

a) Mengembangkan sistem pembinaan sumber daya manusia

khususnya bagi petugas Polmas yang meliputi:

· Rekruitmen

· Pendidikan/pelatihan untuk menyiapkan para pelatih (master

trainers) maupun petugas Polmas

· Pembinaan karier secara berjenjang dari tingkat kelurahan

sampai dengan supervisor dan pembina Polmas tingkat Polres

dan seterusnya.

Page 108: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

108

· Penilaian kinerja dengan membuat standar penilaian baik

untuk perorangan maupun kesatuan.

· Penghargaan dan penghukuman

b) Menyelenggarakan program-program pendidikan dan pelatihan

Polmas secara bertahap sesuai dengan kualifikasi yang

dibutuhkan.

c) Meningkatkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan tugas

Polmas.

d) Menyediakan dukungan anggaran yang memadai dalam

pelaksanaan tugas Polmas.

e) Meningkatkan upaya penciptaan kondisi internal Polri yang

kondusif bagi penerapan Polmas sehingga:

· Setiap aktivitas penyajian layanan kepolisian mencerminkan

suatu pendekatan yang berorientasi kepada kepentingan

masyarakat dalam rangka menumbuhkan kepercayaan

masyarakat terhadap Polri.

· Setiap anggota Polri dalam tampilan di tempat umum

menunjukkan sikap dan perilaku yang baik serta dalam

kehidupan di lingkungan pemukiman/ kerja senantiasa

berupaya membangun hubungan yang harmonis dalam rangka

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.

Page 109: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

109

f) Mengembangkan program-program yang sejalan dengan program

Polmas pada satuan-satuan fungsi operasional kepolisian tingkat

Polres ke atas.

2) Strategi Eksternal (Masyarakat)

a) Mengadakan kerjasama dengan pemerintah daerah, DPRD dan

instansi terkait lainnya.

b) Membangun dan membina kemitraan dengan tokoh-tokoh sosial

termasuk pengusaha, media massa dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), dalam rangka memberikan dukungan bagi

kelancaran dan keberhasilan program-program Polmas.

c) Meningkatkan program-program sosialisasi yang dilakukan

petugas Polmas dan setiap petugas pada satuan-satuan fungsi

guna meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat

terhadap hukum dalam rangka mewujudkan stabilitas Kamtibmas.

d) Membentuk Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM)

sebagai wadah kerjasama antara polisi dengan masyarakat yang

mengoperasionalisasikan Polmas dalam lingkungannya.

e) Menyelenggarakan program-program Polmas pada komunitas-

komunitas sehingga secara bertahap dapat diimplementasikan

pada setiap lingkungan kehidupan masyarakat lokal.

f) Membangun jaringan koordinasi dan kerjasama antara Forum

Kemitraan Polisi-Masyarakat dengan kesatuan Polri setempat

termasuk memantau, mengawasi/mengendalikan, memberikan

Page 110: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

110

bimbingan teknis dan arahan serta melakukan penilaian atas

keefektifan program Polmas.

b. Tahap Operasional

Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM) bersama segenap

warganya melakukan kegiatan yang meliputi:

1) Audit internal terhadap masalah-masalah yang dihadapi di

lingkungannya melalui survey berkala

2) Penyusunan dan pelaksanaan program kerja Forum

3) Pembahasan dan pemecahan masalah-masalah kamtibmas/ sosial

yang terjadi

4) Penyelesaian konflik/ pertikaian antar warga yang difasilitasi oleh

petugas Polmas

5) Penetapan dan penegakan peraturan lokal yang mengacu pada nilai-

nilai tradisi/ adat setempat

Program pengembangan Community Policing 2006-2009, yaitu:

a. Tahun 2006: Tahap Sosialisasi

1) Mensosialisasikan falsafah strategi, prinsip-prinsip dan program-

program Polmas dalam lingkungan Polri dan masyarakat.

2) Mendidik dan melatih master trainers sebagai agen perubahan yang

nantinya bertugas untuk mendidik para petugas Polmas dan polisi

pada satuan kewilayahan dan satuan fungsi lainnya.

Page 111: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

111

3) Menyiapkan petugas Polmas yang akan mengawasi pelaksanaan

program Polmas baik dengan meningkatkan kemampuan

Babinkamtibmas yang sudah ada maupun mendidik petugas baru.

4) Mendorong percepatan penciptaan kondisi internal yang kondusif

dalam rangka menumbuh-kembangkan kepercayaan masyarakat

terhadap Polri.

5) Menyesuaikan operasionalisasi program-program Bimmas/

Binkamtibmas/ Siskamwakarsa dengan konsep Polmas secara

bertahap.

6) Mengembangkan program Polmas dalam wilayah/ kawasan yang

ditetapkan oleh masing-masing Polres secara prioritas.

7) Membangun dan membina kemitraan dengan pihak terkait baik

dengan masyarakat, pejabat pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah, pelaku bisnis, media massa dan lembaga-

lembaga sosial lainnya.

b. Tahun 2007: Tahap pengembangan

1) Memelihara dan meningkatkan segala sesuatu yang telah disiapkan

dan dicapai pada tahun 2006.

2) Meningkatkan jumlah petugas Polmas.

3) Mengembangkan program Polmas dalam wilayah/kawasan sebagai

kelanjutan dari program yang dilaksanakan.

4) Mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah

dilaksanakan pada tahun 2006.

Page 112: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

112

c. Tahun 2008: Tahap Peningkatan

1) Mengembangkan program Polmas dalam wilayah/ kawasan sebagai

kelanjutan dari program yang dilaksanakan sehingga warga

masyarakat dapat berpartisipasi dan mendukung program Polmas.

2) Mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah

dilaksanakan pada tahun 2007.

d. Tahun 2009: Tahap Pemantapan

1) Polres dan jajarannya telah mengimplementasikan Polmas seoptimal

mungkin.

2) Pengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah dilaksanakan

pada tahun 2008.

6. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Pada dasarnya Community Policing (Polmas) dilaksanakan oleh seluruh

anggota Polri mulai dari semua petugas di lapangan sampai pucuk

Pimpinan Polri. Bentuk kegiatan yang dilakukan anggota Polri berbeda

sifatnya sesuai kedudukan dan batas kewenangan masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2008 tentang pedoman dasar strategi dan implementasi

pemolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polri, petugas

Polmas mempunyai tugas:

Page 113: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

113

1) Menyelenggarakan fungsi deteksi permasalahan masyarakat

2) Melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan penyuluhan

masyarakat

3) Melaksanakan tugas-tugas kepolisian umum

4) Melaksanakan fungsi Reserse Kriminal secara terbatas

Wewenang petugas Polmas:

1) Mengambil tindakan Kepolisian secara proporsional dalam

perbuatan melawan hukum

2) Menyelesaikan perkara ringan/pertikaian melalui FKPM

3) Melaksanakan penertiban dalam memelihara keamanan

lingkungan

Tabel 3.3

DATA PERSONIL BINAMITRA POLRES BOYOLALI

No Nama Pangkat Jabatan

1 Suwarno, SH Kompol Kabag Binamitra

2 Joko Lukito Ipda Kasubbag Bimmas

3 Sutanto Iptu Kasubbag Kerma

4 Sukiman, SE Aipda Ban Um Bimmas

5 Dalyamto Aiptu Ba Min Bimmas

6 Budi Wasito Aiptu Ban Um Kerma

Page 114: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

114

7 Rahmad, SPd. MH Briptu Ban Um Kerma

8 Setyawan Eka S Briptu Anggota

9 Adi Negara Bripda Anggota

10 Anik M Bripda Anggota

11 Warno, SH Briptu Anggota

12 Satrio Anggun S Bripda Anggota

13 Suryanto PNS Pengatur

14 Eni Rahayu PNS Pengatur

Sumber: Binamitra Polres Boyolali Th 2010

b. Sumber Biaya Operasional

Perhitungan rencana anggaran Polri mengalokasikan biaya operasional

yang selayaknya untuk menjamin aktivitas dan dinamika penerapan

strategi Polmas di seluruh Indonesia termasuk biaya manajemen pada

setiap tingkatan organisasi dalam rangka secara terus menerus

memantau, mengawasi/mengendalikan, mengarahkan dan menilai

keberhasilan pelaksanaan penerapan Polmas. Untuk menjamin

keberlangsungan Polmas, masing-masing kesatuan kewilayahan

(Polres) perlu melakukan kerjasama dengan Pemda setempat sehingga

operasionalisasi Polmas dapat merupakan program Pemda yang

didukung dengan APBD.

c. Sumber Perlengkapan

Page 115: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

115

Tidak ada perlengkapan khusus dalam program Community Policing.

Perlengkapan yang digunakan hanya berupa laptop, layar/screen, sound

system dan buku pedoman.

7. Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi yang dipakai Binamitra Polres Boyolali dalam

menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat adalah secara lisan,

melalui penyuluhan-penyuluhan maupun pembinaan secara langsung.

Wahana yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan Polmas di

masyarakat maka dibentuklah FKPM, melalui FKPM komunikasi antara

polisi dengan masyarakat lebih terorganisir.

Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) adalah wahana

komunikasi antara Polri dan warga yang dilaksanakan atas dasar

kesepakatan bersama dalam rangka pembahasan masalah Kamtibmas dan

masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama oleh masyarakat

dan petugas Polri dalam rangka menciptakan kondisi yang menunjang

kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas

hidup masyarakat.62

Tugas dari FKPM yaitu:

a. Merencanakan rapat secara periodik

b. Menentukan skala prioritas memecahkan masalah sosial atau

kejahatan

c. Memonitor sikon dan mengidentifikasi masalah 62 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008, hal. 10

Page 116: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

116

d. Mempelajari bentuk-bentuk gangguan keamanan dan ketertiban

e. Mengkaji dan menganalisa setiap masalah

f. Menetapkan program kerja memcahkan masalah

g. Menampung atau menyalurkan laporan masyarakat yang berkaitan

dengan masalah sosial, kejahatan dan pelanggaran

Wewenang FKPM:

a. Membuat kesepakatan yang merupakan peraturan lokal dalam

lingkungan dan melaksanakannya

b. Secara kelompok/ perorangan mengambil tindakan kepolisian

dalam hal tertangkap tangan

c. Memberi saran pendapat kepada Kapolsek tentang pengelolaan/

peningkatan kualitas keamanan

d. Selesaikan perkara ringan/ pertikaian antar warga bersama petugas

Polmas

Larangan FKPM:

a. Membentuk suatu satuan tugas

b. Menggunakan atribut dan emblem (lambang/simbol) Polri

c. Tanpa bersama petugas Polmas, menangani sendiri penyelesaian

kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran

d. Melakukan tindakan Kepolisian (upaya paksa terhadap kasus

kejahatan)

Page 117: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

117

e. Mengatasnamakan atau mengkait-kaitkan hubungan Polmas/FKPM

dalam melakukan kegiatan politik praktis

8. Monitoring Program Community Policing

Pelaksanaan pemantauan (monitoring) dilakukan melalui langkah-langkah:

a. Koordinasi antara Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM)

dengan Polsek

b. Membuat laporan secara berkala oleh petugas Polmas

c. Evaluasi oleh Polres bersama FKPM

d. Penilaian keberhasilan/keefektifan yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan pendapat masyarakat

C. Pelaksanaan Program Community Policing

Dalam melaksanakan peranannya, personil Binamitra Polres Boyolali

mempunyai tugas dan wewenang sebagai pelaksana yang mengacu pada Surat

Keputusan Kapolri No. Pol Kep/54/X/2002. Surat Keputusan Kapolri tersebut,

menjelaskan mengenai perumusan tugas pokok Binamitra, yang menjadi dasar

acuan personil Binamitra Polres Boyolali untuk dilaksanakannya. Dalam surat

Keputusan Kapolri No. Pol Kep/54/X/2002, menyatakan bahwa:63

Bagian Binamitra (Pembinaan Kemitraan), adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf Polres yang berada di bawah Kapolres, yang bertugas menyelenggarakan dan mengawasi/mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang berkompeten, membina hubungan kerjasama dengan organisasi/lembaga/tokoh sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi

63 Surat Keputusan Kapolri Nomor 54,Organisasi Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres), Jakarta, 2002, hal. 6

Page 118: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

118

Polsus/PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri-masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7

tahun 2008 yang menjadi pedoman dasar pelaksanaan kegiatan Polmas

Binamitra Polres Boyolali disampaikan mengenai prinsip-prinsip

penyelenggaraan Polmas, yaitu:64

1. Komunikasi intensif: praktek pemolisian yang menekankan kesepakatan

dengan warga, bukan pemaksaan berarti bahwa Polri menjalin komunikasi

intensif dengan masyarakat melalui tatap muka, telekomunikasi, surat,

pertemuan-pertemuan, forum-forum komunikasi, diskusi dan sebagainya

di kalangan masyarakat dalam rangka membahas masalah keamanan.

2. Kesetaraan: asas kesejajaran kedudukan antara warga

masyarakat/komunitas dan petugas kepolisian yang saling menghormati

martabat, hak dan kewajiban, dan menghargai perbedaan pendapat, asas

kesetaraan juga mensyaratkan upaya memberi layanan kepada semua

kelompok masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

khusus perempuan, anak, lansia, serta kelompok-kelompok rentan lainnya.

3. Kemitraan: Polri membangun interaksi dengan masyarakat berdasarkan

kesetaraan/kesejajaran, sikap salaing mempercayai dan menghormati

64 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008, hal 14

Page 119: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

119

dalam upaya pencegahan kejahatan, pemecahan masalah keamanan dalam

komunitas/masyarakat, serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

4. Transparansi: asas keterbukaan polisi terhadap warga

masyarakat/komunitas serta pihak-pihak lain yang terkait dengan upaya

menjamin rasa aman, tertib dan tenteram, agar dapat bersaama-sama

memahami permasalahan, tidaj saling curiga dan dapat menumbuhkan

kepercayaan satu sama lain.

5. Akuntabilitas: penerapan asas pertanggungjawaban Polri yang jelas,

sehingga setiap tindakannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai prosedur

dan hukum yang berlaku dengan tolok ukur yang jelas, seimbang dan

objektif.

6. Partisipasi: kesadaran polisi dan masyarakat untuk secara aktif ikut dalam

berbagai kegiatan komunitas/masyarakat untuk mendorong keterlibatan

warga dalam upaya memelihara rasa aman dan tertib, memberi informasi,

saran dan masukan serta aktif dalam proses pengambilan keputusan guna

memecahkan permasalahan kamtibmas, sambil menghindari

kecenderungan main hakim sendiri.

7. Personalisasi: pendekatan Polri yang lebih mengutamakan hubungan

pribadi langsung daripada hubungan formal/birokrasi yang umumnya lebih

kaku, demi menciptakan tata hubungan yang erat dengan warga

masyarakat/komunitas.

Page 120: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

120

8. Desentralisasi: penerapan polmas mensyaratkan adanya desentralisasi

kewenangan kepada anggota polisi di tingkat lokal untuk menegakkan

hukum dan memecahkan masalah.

9. Otonomisasi: pemberian kewenangan atau keleluasaan kepada kesatuan

kewilayahan untuk mengelola Polmas di wilayahnya.

10. Proaktif: segala bentuk kegiatan pemberian layanan polisi kepada

masyrakat atas inisiatif polisi dengan atau tanpa ada laporan/permintaan

bantuan dari masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan keamanan,

ketertiban dan penegakan hukum.

11. Orientasi pada pemecahan masalah: polisi bersama-sama dengan warga

masyarakat/komunitas melakukan identifikasi dan menganalisa masalah,

menetapkan prioritas dan respons terhadap sumber/akar masalah.

12. Orientasi pada pelayanan: bahwa pelaksanaan tugas Polmas lebih

mengutamakan pelayanan polisi kepada masyarakat berdasarkan

pemahaman bahwa pelayanan adalah hak masyarakat yang harus

dilaksanakan oleh anggota polisi sebagai kewajibannya.

Personil dari Binamitra polres Boyolali, memberikan Binluh (pembinaan

dan penyuluhan) kepada masyarakat disesuaikan dengan sasaran yang dituju,

baik itu untuk remaja, wanita, anak-anak, pelajar, satpam dan masyarakat

umum. Karena banyaknya sasaran dalam program Community Policing, maka

Binamitra Polres Boyolali mengelompokkan kegiatan sesuai dengan

sasarannya. Pengelompokan tersebut adalah:

1. Kegiatan Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Bintibmas)

Page 121: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

121

Untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri terus

membangun kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat dalam upaya

mewujudkan keamanan dan ketertiban, salah satunya dalam bentuk

bimbingan dan penyuluhan. Dalam Binamitra Polres Boyolali

melaksanakan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat Boyolali

untuk menyampaikan pesan, informasi, dan permasalahan sosial

kamtibmas. Dalam melakukan kegiatan bimbingan penyuluhan kepada

masyarakat, petugas menempatkan dirinya sejajar dengan masyarakat.

a. Sosialisasi Polmas dan FKPM dengan tokoh agama, tokoh masyarakat

dan tokoh daerah

b. Penyuluhan pokdar (kelompok sadar) kamtibmas

c. Penyuluhan Kamtibcar Lantas

d. Penyuluhan hukum Polmas

e. Pembinaan dan penyuluhan langsung terhadap tukang parkir dan ojek

f. Kegiatan kemitraan dengan instansi terkait

2. Kegiatan Pembinaan Redawan (Remaja, Pemuda dan Wanita)

Pembinaan redawan diberikan mengingat para remaja dan pemuda rawan

dalam melakukan aksi-aksi kejahatan. Secara psikologi pada usia tersebut,

remaja dan pemuda bergejolak darah anak muda, dan bilamana

terpengaruh dengan lingkungan yang buruk akan mempengaruhi mereka.

Misalnya, maraknya bahaya narkotika, serta kenakalan remaja. Namun,

pembinaan yang dilakukan bukan hanya bagi para remaja dan pemuda

saja, tetapi juga meliputi pembinaan terhadap wanita. Pembinaan diberikan

Page 122: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

122

kepada para wanita yang telah terjaring pada operasi khusus jajaran Polres

Boyolali, mengenai masalah pelacuran yang merupakan tindak pidana

ringan. Pembinaan yang dilakukan Binamitra Polres Boyolali bukan hanya

bagi remaja dan pemuda saja, tetapi juga meliputi pembinaan terhadap

anak-anak yang dimulai sejak Taman Kanak-kanak yang diberi nama

Polisi Sahabat Anak (PSA). Disini anak-anak TK diberi pembinaan serta

pelatihan untuk mengenal rambu-rambu lau-lintas, menanamkan semenjak

dini pengenalan terhadap polisi sehingga sosok polisi bukan menjadi sosok

yang menakutkan bagi anak-anak. Sebab kadangkala, orang tua menakut-

nakuti anak-anak bahwa sosok polisi itu menakutkan. Oleh sebab itu,

Binamitra Polres Boyolali bekerjasama dengan Play Group ataupun

Taman Kanak-kanak yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali. Oleh sebab

itu Polres Boyolali bertanggung jawab memberikan pembinaan melalui

penyuluhan-penyuluhan, yaitu:

a. Penyuluhan hukum

b. Penyuluhan kenakalan remaja

c. Penyuluhan narkoba dan dampak penyalahgunaannya

d. Penyuluhan KDRT

e. Pembinaan dan latihan Pramuka Saka Bhayangkara

f. Pelatihan PKS dan OSIS

g. Pembinaan PSA (Polisi Sahabat Anak)

3. Kegiatan Pembinaan Keamanan Swakarsa (Binkamsa)

Page 123: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

123

Binamitra Polres Boyolali senantiasa mengajak masyarakat Boyolali, agar

dapat mengamankan wilayahnya masing-masing, supaya tercipta suasana

aman dan tertib, baik di lingkungan dimana ia tinggal maupun di

lingkungan tempat ia bekerja. Dengan membentuk keamanan swakarsa,

masyarakat diajak untuk secara aktif dapat mengamankan lingkungannya,

sehingga tugas Polri dalam memberikan perlindungan serta pengamanan

akan dibantu oleh partisipasi aktif dari masyarakat, sebab adanya

pengamanan masyarakat itu sendiri. Prinsip pengamanan swakarsa dan

swadaya yaitu penampilan dari kegiatan nyata masyarakat didalam

membina keamanan di lingkungannya masing-masing atas dasar

kebutuhan sendiri sesuai dengan intensitas berbagai macam/jenis ancaman

dan gangguan kamtibmas yang terjadi dan dirasakan. Untuk melaksanakan

prinsip ini, menjadi tugas dari Binamitra untuk memberikan pembinaan

terhadap masyarakat Boyolali, agar dapat membantu dan mendukung

tugas-tugas kepolisian.

Bentuk pembinaan keamanan swakarsa yang dilakukan oleh Binamitra

Polres Boyolali terhadap masyarakat, meliputi:

a. Sambang dan kontrol pos kamling

b. Pembinaan anggota satuan pengamanan (satpam)

c. Pembinaan dan penyuluhan anggota pos kamling

d. Kegiatan kemitraan dengan Senkom (Sentral Komunikasi)

Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) adalah tempat atau bangunan

sebagai salah satu sarana dalam penyelenggaraan siskamling, yang

Page 124: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

124

berfungsi sebagai pusat kegiatan dalam pelaksanaan siskamling, dan

pembentukannya berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah warga.65

Pembinaan terhadap para calon satpam di wilayah Boyolali oleh Binamitra

Polres Boyolali, dilakukan dengan cara memberikan pendidikan dan

pelatihan (Diklat) satpam. Meskipun bentuk pembinaan kepada satpam

tidak hanya memberikan pendidikan dan pelatihan kepada calon satpam,

tetapi untuk lebih memperlengkapi pengamanan, bagi satpam diadakan

pertemuan-pertemuan dalam bentuk penyuluhan.

Dalam pendidikan dasar satpam ini, meliputi beberapa bahan pokok atau

materi tentang kesatpaman. Pelajaran mengenai kesatpaman adalah:

1) Pengantar/ orientasi pendidikan satpam

2) Pembinaan kepribadian

3) Pengetahuan dan ketrampilan

4) Perundang-undangan

5) Kesamaptaan

4. Kegiatan Pembinaan dan Koordinasi Polisi Khusus (POLSUS)

Binamitra Polres Boyolali mengadakan kerjasama dan koordinasi serta

mengawasi dan memberikan pembinaan terhadap POLSUS. Yang

dimaksud dengan POLSUS adalah aparat kepolisian yang berdasarkan

Undang-undang serta atas kuasa Undang-undang mempunyai kewenangan

kepolisian terbatas dalam bidang tertentu. Yang menjadi bagian POLSUS

adalah polisi khusus yang menjaga di kereta api dan kehutanan.

65 Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Sistem Keamanan Lingkungan

Page 125: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

125

Binamitra Polres Boyolali menjadi wakil institusi Polres, yang

mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitar, agar masyarakat mau

berpartisipasi dan bekerjasama dengan Polri, karena Polri membutuhkan

masyarakat dan masyarakat tetap membutuhkan kehadiran Polri di tengah-

tengah masyarakat. Caranya adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dan

efektif dengan masyarakat, baik dengan penyuluhan ataupun dengan

pembinaan kepada masyarakat wilayah Kabupaten Boyolali. Dengan adanya

hubungan yang baik antara polisi dengan masyarakat maka tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap Polri akan meningkat.

Page 126: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

126

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti akan menyajikan analisa dan pembahasan hasil

penelitian dari rencana awal penyusunan program sampai pada hasil yang

diperoleh dari pelaksanaan program. Untuk mengetahui efektifitas program,

deskripsi data yang diperoleh dari lapangan akan dievaluasi dengan menggunakan

pendekatan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dan Dampak

Seperti yang diungkapkan dalam Bab I, CIPP merupakan pendekatan

evaluasi yang bisa digunakan dalam pengembangan sebuah program yang secara

keseluruhan memperhitungkan keterkaitan antar faktornya. Sehingga akan bisa

ditemukan solusi untuk pemecahan masalah yang ditemukan pada saat

pelaksanaan program. Dan pada akhirnya bisa disusun serangkaian saran dan

rujukan untuk proses perbaikan dan pengembangan program selanjutnya.

Page 127: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

127

Evaluasi dengan menggunakan model pendekatan CIPP memperhatikan

keterkaitan program secara menyeluruh, mulai dari konteksnya yang meliputi

informasi dari beberapa faktor mengenai kondisi dan karakteristik konteks

sebelum suatu program dilaksanakan. Masukan yang diberikan sebagai penilaian

atas persiapan program supaya bisa berjalan lancar.

Proses bagaimana program dilakukan, apakah sesuai dengan konteksnya

dan merupakan proses yang tepat untuk mencapai tujuan program.

Dari informasi yang meliputi 4 faktor tersebut, peneliti akan mencoba

menganalisa data yang diperoleh dari lapangan dengan melihat kesesuaian antar

faktornya, sebagai berikut:

A. Analisa dan Pembahasan Data Konteks

Penilaian konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang

lingkungan program. Kebutuhan yang belum terlayani, populasi dan sampel

dari individu yang dilayani dan tujuan program. Penilaian konteks terbagi

dalam lima komponen yaitu, latar belakang pelaksanaan program, tujuan

program, sasaran program, perencanaan program dan kesesuaian antara

program dengan tugas pokok Binamitra Polres Boyolali sebagai pelaksana

program Community Policing.

1. Latar Belakang

Penilaian terhadap latar belakang prograsm Community Policing

diperoleh melalui wawancara dengan pelaksana program dengan

mengajukan pertanyaan :

Page 128: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

128

Apa latar belakang dilaksanakannya Program Community Policing ?

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Dalam rangka menciptakan situasi kondisi keamanan masyarakat dimana jumlah polisi dengan jumlah masyarakat ibaratnya 1:1000, yang sudah tidak relevan lagi sehingga perlu adanya keterlibatan dari masyarakat. Keamanan dan ketertiban bukan semata-mata hanya tugas polisi tetapi jadi tanggung jawab bersama. Untuk menyikapi kebutuhan jumlah warga masyarakat dengan polisi yang tidak relevan tersebut maka polisi melakukan terobosan-terobosan dalam rangka menciptakan situasi kondisi kamtibmas dengan cara menggandeng masyarakat, menjalin suatu kemitraan untuk mewujudkan keamanan ketertiban yang menjadi dambaan masyarakat itu sendiri.” 66

Sedangkan data dari buku pedoman Community Policing, latar

belakang (dasar pertimbangan penerapan) program Community

Policing, yaitu:

a. Pola penyelenggaraan pemolisian yang bertumpu kepada konsep peningkatan jumlah Polisi dan/atau peningkatan intensitas kegiatan Polisi (misalnya patroli dan penindakan pelanggaran) tidak mampu mengatasi atau menekan angka gangguan Kamtibmas yang berkembang pesat di dalam masyarakat.

b. Pemolisian lebih efektif dengan mengalihkan pendekatan konvensional ke pendekatan modern yaitu penerapan Polmas menekankan upaya pemecahan masalah yang terkait dengan kejahatan dan ketidaktertiban secara proaktif bersama-sama dengan masyarakat.

c. Praktek keterlibatan masyarakat tradisional dalam pemolisian sudah di kenal di Indonesia diantaranya dalam bentuk: ronda kampung, jogo boyo, jogo tirto, pecalang dan sebagainya.

d. Pola-pola penyelesaian masalah masyarakat melalui adat kebiasaan sudah umum diterapkan di dalam masyarakat tradisional, yang kesemuanya merupakan pola-pola pemecahan maslaah dan pencegahan serta pembinaan ketentraman dan

66 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 129: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

129

kerukunan masyarakat yang mendasarkan pada asas kemitraan, kebrsamaan dan keharmonisan di dalam masyarakat.

e. Paradigma Reformasi dalam negara demokrasi yang plural menuntut agar Polri mampu melaksanakan tugas dengan berpegang pada prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, berperan sebagai pelindung dan pelayan masyarakat, bukan mengambil peran sebagai penguasa. Reformasi juga menghendaki keterbukaan Polri serta kepekaan Polri terhadap aspirasi rakyat serta memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan harapan warga.

f. Penerapan Polmas sebagai falsafah dan strategi merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan Polri kepada Masyarakat melalui kemitraan dengan warga masyarakat untuk mewujudkan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam era demokrasi dan penegakam Hak Asasi Manusia.67

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, latar belakang program

Community Policing ini dilatari oleh kenyataan bahwa sumber daya

manusia kepolisian yang terbatas tidak mungkin mengamankan

masyarakat secara solitair atau seorang diri. Polisi membutuhkan

peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

Syarat utama program ini adalah terjalinnya kedekatan hubungan

antara polisi dan masyarakat. Tepatnya, kemitraan yang harmonis dan

upaya–upaya untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang

terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan keamanan

dan ketertiban warga masyarakat (kamtibmas).

67 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008, hal. 12

Page 130: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

130

Latar belakang pelaksanaan adalah hal yang paling utama dalam

menjalankan suatu program. Latar belakang merupakan suatu

permasalahan yang harus segera dipecahkan atau diselesaikan melalui

perencanaan dan pelaksanaan program. Jadi, latar belakang digunakan

untuk menentukan langkah selanjutnya dalam perencanaan suatu

program. Dari data wawancara dan dokumen, membuktikan bahwa

latar belakang dari program Community Policing kuat. Dengan latar

belakang yang kuat, maka perencanaan akan menjadi lebih terarah.

2. Tujuan Program

Penilaian terhadap tujuan program Community Policing diperoleh

melalui hasil wawancara dengan pelaksana program dengan mengajukan

pertanyaan sebagai berikut:

Apakah tujuan diadakannya program Community Policing?

Jawaban dari Aiptu. Dalyamto, yaitu:

“Adapun tujuan dari penerapan Polmas:

1. Mewujudkan adanya kerjasama antara polisi dengan masyarakat yang sifatnya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara pihak polri dengan masyarakat. Dengan adanya program Polmas kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dapat diciptakan antara masyarakat dan Polri. Masing-masing pihak merasa diuntungkan, masyarakat dapat menjalankan aktifitas tanpa ada gangguan kamtibmas. Polisi diuntungkan dengan adanya keamanan, yang secara tidak langsung mengurangi beban tugas polisi dalam melaksanakan

Page 131: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

131

tugas dan kewenangannya, baik tugas-tugas perventif dan reprentif.

2. Memecahkan suatu permasalahan-permaslahan yang terjadi di lingkungan, baik itu di lingkungan masyarakat, di lingkungan kawasan perusahaan maupun komunitas suatu perkumpulan, contohnya paguyupan ojek, pedagang kaki lima maupun kaitannya dengan jasa angkutan. Permasalahan yang dimaksud adalah permasalahan tindak pidana ringan, yang bisa diselasaikan sesuai porsi kewenangan FKPM yang ditoleransi dalam Perkap. Nomor 7 tahun 2008. Salah satu kewenangannya adalah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan maupun wilayah yang sifatnya ringan.

3. Mewujudkan adanya kemitraan antara Polri dan masyarakat, yang mana dulu Polri sebagai subjek dan masyarakat sebagai objek, sekarang kita sama-sama, polisi sebagai subjek, masyarakat juga sebagai subjek, sebagai partnership sebagai mitra kerja dalam rangka mengeliminer permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat”.68

Sedangkan jawaban dari Ipda. Joko Lukito, yaitu:

“Sesuai dengan Perkap No. 7 tujuannya itu untuk mewujudkan kemitraan polisi dengan masyarakat dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam masyarakat, kaitannya dengan permasalahan yang ringan”.69

Penilaian terhadap tujuan Program Community Policing juga diperoleh

melalui website, yaitu:

1. Terwujudnya model pemolisian yang protagonis dengan kedekatan polisi dan masyarakat sebagai pilar utamanya.

2. Terbinanya kerja sama dan tanggung jawab bersama antara Polri dan masyarakat dalam mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan kamtibmas.

3. Berkembangnya potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk

68 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

69 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 132: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

132

pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

4. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kamtibmas melalui cara-cara yang positif, proaktif, konstruktif, dan kreatif serta menguntungkan semua pihak yang berkecimpung dalam pembinaan kamtibmas.70

Telah disebutkan dengan jelas dalam Peraturan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia bahwa program ini memang bertujuan

untuk mewujudkan kemitraan polisi dan masyarakat yang didasari

kesadaran bersama dalam rangka menanggulangi permasalahan yang

dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat guna

menciptakan rasa aman, tertib dan tentram serta meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat. Upaya menanggulangi permasalahan yang

dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat

mencakup rangkaian upaya pencegahan dengan melakukan identifikasi

akar permasalahan, menganalisis, menetapkan prioritas tindakan,

melakukan evaluasi dan evaluasi ulang atas efektifitas tindakan.71

Kemitraan polisi dan masyarakat, meliputi mekanisme kemitraan

yang mencakup keseluruhan proses manajemen, mulai dari

perencanaan, pengawasan, pengendalian, analisis dan evaluasi atas

pelaksanaannya. Kemitraan tersebut merupakan proses yang

berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman,

tertib dan tenteram, warga masyarakat diberdayakan untuk ikut aktif

70 http://www.dharana-lastarya.org

71 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008, hal. 17

Page 133: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

133

menemukan, mengidentifikasi, menganalisis dan mencari jalan keluar

bagi masalah-masalah yang menggangu keamanan, ketertiban dan

masalah sosial lainnya. Masalah yang dapat diatasi oleh masyarakat

terbatas pada masalah yang ringan, tidak termasuk perkara pelanggaran

hukum yang serius. Yang dimaksud tindak pidana ringan yaitu

ancaman hukum tindak pidana tersebut masa kurungannya tidak lebih

dari 3 bulan dan denda tidak lebih dari Rp 7.500,00 namun dalam

Perda tidak lebih dari Rp 50.000,00.

3. Sasaran program

Sasaran Program Community Policing adalah semua lapisan

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Keamanan dan ketertiban dalam

masyarakat merupakan kebutuhan bagi setiap individu, kelompok bahkan

negara untuk menjaga kelangsungan hidup dan terselenggaranya

pemerintahan. Menyadari akan pentingnya rasa aman dan adanya

berbagai keterbatasan sumberdaya kepolisian maka peran serta

masyarakat membantu tugas-tugas keamanan tidak dapat dielakkan. Hal

tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ipda. Joko Lukito:

“Keamanan dan ketertiban adalah tanggung jawab seluruh warga masyarakat bukan hanya tugas polisi. Jadi masyarakat harus membantu tugas polisi agar kamtibmas bisa terwujud”.72

Kegiatan program Community Policing yang dilaksanakan oleh

Binamitra Polres Boyolali difokuskan kepada sasaran-sasaran potensial,

72 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 134: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

134

yang memang penting untuk mendapatkan sosialisasi Community

Policing. Contoh sasaran kelompok potensial itu adalah Satpam, anggota

poskamling, remaja SMA, kelompok sadar kamtibmas, dan komunitas-

komunitas tertentu seperti tukang ojek dan parkir.

Binamitra Polres Boyolali juga memperhatikan sasaran dari anak-

anak. Binamitra melakukan kerjasama dengan Taman Kanak-kanak dan

Play Group yang ada di Boyolali untuk dilakukan sosialisasi kepada

anak-anak. Pada usia dini, anak-anak tersebut dikenalkan mengenai

sosok polisi. Hal ini ditujukan untuk menumbuh-kembangkan

pengetahuan anak-anak mengenai kamtibmas. Meskipun sosialisasi yang

diberikan masih dalam tahap pengenalan polisi, diharapkan anak-anak

dapat ikut serta dalam penciptaan kamtibmas di Boyolali.

4. Perencanaan Program

Penilaian terhadap perencanaan program Community Policing

diperoleh melalui hasil wawancara dengan pelaksana program dengan

mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Seperti apakah awal perencanaan program Community Policing?

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Sebelum Binamitra terjun langsung ke masyarakat, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi pada seluruh personil agar tahu apa saja tugas mereka. Setelah itu dilaksanakan sosialisasi-sosialisasi pada masyarakat dan melakukan pendekatan-pendekatan pada toga (tokoh

Page 135: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

135

agama), tomas (tokoh masyarakat), maupun perangkat desa. Kita juga harus menentukan wilayah mana saja yang akan dijadikan sasaran, kita lakukan koordinasi dengan Polsek setempat sehingga akan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan-kegiatan di masyarakat.73

Awal perencanaan program Community Policing merupakan tahap

persiapan yang harus dilakukan Binamitra Polres Boyolali. Dalam tahap

persiapan ada dua strategi yang dilaksanakan, yaitu strategi internal

(Polri) dan strategi eksternal (masyarakat). Strategi eksternal yang harus

dilakukan kepolisian, salah satunya adalah membentuk Forum Kemitraan

Polisi-Masyarakat (FKPM) sebagai wadah komunikasi dalam program

ini. Langkah-langkah pembentukan FKPM adalah sebagai berikut:

a. Bersama-sama Camat dan aparat pemerintah desa atau

komunitas kawasan melaksanakan sosialisasi Polmas kepada

masyarakat

b. Bersama-sama tokok/aparat desa merencanakan pertemuan

dalam pembentukan FKPM

c. Kapolsek dan petugas Polmas memfalisitasi pembentukan

FKPM dalam pertemuan umum sampai terbentuk FKPM

5. Kesesuaian Program dengan Tugas Pokok Binamitra Polres Boyolali

73 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 136: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

136

Program Community Policing merupakan program yang

mendukung kelancaran dan keberhasilan tugas dan tanggung jawab

utama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), khususnya

Binamitra Polres Boyolali. Sesuai dengan Surat Keputusan Kapolri No.

Pol Kep/54/X/2002, perumusan tugas pokok Binamitra, yang menjadi

dasar acuan personil Binamitra Polres Boyolali untuk dilaksanakan

tugasnya, yaitu:74

Bagian Binamitra (Pembinaan Kemitraan), adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf Polres yang berada di bawah Kapolres, yang bertugas menyelenggarakan dan mengawasi/mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang berkompeten, membina hubungan kerjasama dengan organisasi/lembaga/tokoh sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi Polsus/PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri-masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

Tujuan dari program Community Policing sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab dari Binamitra Polres Boyolali. Hal tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan Ipda. Joko Lukito:

”Yang menjadi tugas pokok dalam program Polmas itu adalah pembinaan terhadap masyarakat, itu memang sudah menjadi kewajiban Binamitra Polres Boyolali”.75

74 Surat Keputusan Kapolri Nomor 54,Organisasi Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres), Jakarta, 2002, hal. 6

75 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 137: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

137

Sejak tahun 1970an di Indonesia tugas-tugas kepolisian ditetapkan:

represif, preventif, dan pre-emtif. Tugas-tugas dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan fungsi Pembinaan Masyarakat (Binmas) atau

Bimbingan Masyarakat (Bimmas). Unit Bimmas berada pada berbagai

tingkat organisasi Polri. Proses lahirnya Polmas (Community Policing) di

lingkungan Polri adalah menyempurnakan konsep, kebijakan, dan

praktek Pembinaan Masyarakat dan praktek masyarakat sebagai mitra

sejajar Polri dalam memecahkan masalah merupakan hal yang baru bagi

Polri.

B. Analisa dan Pembahasan Data Input

Penilaian terhadap input atau masukan yang meliputi, pertimbangan

tentang sumber daya dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan

suatu program. Penilaian ini dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam

pelaksanaan program. Data tersebut didapat dari wawancara, observasi dan

dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.

1. Pelaksana Program (Software)

Program Community Policing adalah tugas dan kewajiban seluruh

anggota Kepolisian tanpa terkecuali. Untuk wilayah Kabupaten Boyolali

yang menjadi pusat pengaturan program ini adalah Polres Boyolali.

Setiap bagian di Polres Boyolali mempunyai tugas masing-masing dalam

program ini, begitu pula dengan Bagian Binamitra Polres Boyolali yang

bertugas dalam pembinaan dan penyuluhan masyarakat. Binamitra Polres

Boyolali terdiri dari 14 staf yang menangani semua hal yang terkait

Page 138: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

138

perencanaan, persiapan sampai dengan pelaksanaan program Community

Policing di wilayah Boyolali.

Agar program dapat berhasil dan efektif maka harus dilaksanakan

oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam bidang manajemen

sumber daya manusia, kebijakan yang digariskan meliputi:

a. Penambahan kekuatan personel Polri harus secara bertahap

memperhitungkan pemenuhan kebutuhan tenaga petugas

Polmas sehinggga setiap desa/kelurahan diharapkan dapat

terisi dengan sekurang-kurangnya seorang petugas Polmas.

b. Kurikulum setiap program pendidikan pertama dan

pengembangan umum harus mencakup mata pelajaran/mata

kuliah Polmas yang silabus dan satuan acara

pelajaran/perkuliahanya disesuaikan dengan jenjang dan jenis

pendidikannya.

c. Pada setiap Polda atau sekurang-kurangnya gabungan dari

beberapa polda tetangga harus diselenggarakan sekurang-

kurangnya satu kali program pelatihan khusus tentang Polmas

setiap tahun dalam rangka penyegaran pengetahuan dan/ atau

regenerasi petugas Polmas.

d. Pemilihan personel Polri untuk ditugaskan sebagai petugas

Polmas harus memperhitungkan latar belakang pengalaman

tugas pada satuan-satuan fungsi operasional dan aspek

Page 139: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

139

moral/kepribadian yang mendukung pelaksanaan misalnya

sebagai petugas Polmas.

e. Sistem pembinaan personel harus menjamin terbukanya

peluang peningkatan karier yang proaktif bagi

petugas/pembina Polmas yang dinilai berhasil membina dan

mengembangkan Polmas.

2. Pembagian Tugas dan Persiapan

Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam sebuah kelompok

kerja penting dilaksanakan untuk kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan

sebuah program. Setiap personil Binamitra Polres Boyolali mempunyai

tugas masing-masing. Sehingga program akan berjalan lancar sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat.

Tabel 4.1

Pertelaan Tugas Bagian Binamitra Polres Boyolali

No Nama Jabatan Tugas

1 Suwarno, SH Kabag

Binamitra

Mengatur penyelenggaraan dan

mengawasi/ mengarahkan pelaksanaan

penyuluhan masyarakat dan pembinaan

PAM swakarsa, membina hubungan

kerjasama dengan organisasi/ lembaga/

tokoh sosial/ kemasyarakatan dan

instansi pemerintah.

Page 140: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

140

2 Joko Lukito Kasubbag

Bimmas

Merencanakan penyusunan rencana

kerja dibidang kegiatan bimbingan

masyarakat serta pembinaan dalam

rangka program Perpolisian

Masyarakat

3 Sutanto Kasubbag

Kerma

Merencanakan penyusunan rencana

kerja dibidang kegiatan kerjasama

dengan organisasi/ lembaga/ tokoh

masyarakat dan instansi pemerintah.

4 Sukiman, SE Ban Um

Bimmas

Membuat usulan/ merencanakan

pengusulan anggota Babinkamtibmas,

merencanakan kegiatan sambang dan

penyuluhan paguyuban tukang ojek,

merencanakan/ menyusun penyuluhan

terhadap Polhut, menyusun kegiatan

sambang dan patroli pada obvit/provit

yang menggunakan jasa anggota

satpam dan menyusun kegiatan

pembekalan Polmas dan HAM

5 Dalyamto Ba Min

Bimmas

Membuat laporan hasil kegiatan harian,

mingguan dan bulanan untuk mengukur

kinerja Binamitra Polres Boyolali

6 Budi Wasito Ban Um Mengagendakan serta menyusun

Page 141: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

141

Kerma program pembinaan dan latihan

terhadap Pramuka Saka Bhayangkara,

mendata jumlah personil anggota PKS

serta merencanakan kegiatan latihan di

sekolah-sekolah

7 Rahmad, SPd. MH Ban Min

Kerma

Membuat rencana dan menyusun

kegiatan PSA dalam rangka pengenalan

figur Polri secara dini

8 Setyawan Eka S Anggota Menyusun kegiatan sambang terhadap

tukang parkir, memprogramkan

kegiatan sambang dan pembinaan

anggota poskamling

9 Adi Negara Anggota Melaksanakan kegiatan pembinaan

kepada PSA dalam rangka pengenalan

figur Polri secara dini, melaksanakan

kegiatan pembinaan dan latihan

Pramuka Saka Bhayangkara

10 Anik M Anggota Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan

pembinaan dan penyuluhan di Polsek-

polsek secara kontinue, menyusun

kegiatan penyuluhan hukum terhadap

lapisan masyarakat berkaitan dengan

kesadaran hukum dalam rangka

Page 142: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

142

menciptakan situasi kondusif.

11 Warno, SH Anggota Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan

pembinaan dan penyuluhan di Polsek-

polsek secara kontinue, menyusun

kegiatan penyuluhan hukum terhadap

lapisan masyarakat berkaitan dengan

kesadaran hukum dalam rangka

menciptakan situasi kondusif.

12 Satrio Anggun S Anggota Pelaksana kegiatan sambang terhadap

tukang parkir, pelaksana kegiatan

sambang dan pembinaan anggota

poskamling

13 Suryanto Pengatur Mengagendakan surat-surat masuk/

keluar

14 Eni Rahayu Pengatur Mengagendakan surat-surat masuk/

keluar

Sumber: Binamitra Polres Boyolali Th 2010

3. Sarana dan Prasarana (Hardware)

· Sarana/fasilitas

Program Community Policing tidak akan berjalan lancar tanpa

dukungan sarana/fasilitas yang memadai di setiap kegiatannya.

Beberapa sarana yang dibutuhkan antara lain:

- Laptop dan software

Page 143: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

143

- Layar atau screen

- Seperangkat sound system

- Kamera untuk dokumentasi

- Buku pedoman

Keterangan mengenai sarana/ fasilitas diperoleh melalui

wawancara dengan Ipda. Joko Lukito:

“Untuk sarana dan fasilitas, tidak ada masalah karena sarana-sarana yang diperlukan sama dengan sarana yang dipakai sebelum program ini ada. Jadi kita tidak perlu menyiapkan alat-alat yang baru.”76

Keterangan juga diperoleh dari Aiptu. Dalyamto:

”Kalau di Boyolali sendiri, pelaksanaan program dilakukan dengan tatap muka langsung. Jadi tidak banyak sarana yang dibutuhkan, yang penting kita menyiapkan materi secara lengkap dan koordinasi dengan masyarakat.”77

Dari hasil jawaban di atas menunjukkan bahwa sarana yang

tersedia untuk pelaksanaan program ini untuk sangat memadai dan

juga sudah dimanfaatkan dengan baik oleh pelaksana program.

Sarana yang telah disediakan tersebut sangat cukup untuk melakukan

program Community Policing di Kabupaten Boyolali.

76 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

77 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 144: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

144

Fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang

diperlukan/memadai. Namun, lebih baik jika diperlengkap lagi

sehingga menunjang pelaksanaan program. Keterangan tersebut

diperoleh melalui wawancara dengan Aiptu. Dalyamto:

“Sudah cukup memadai. Mungkin yang perlu ditambah itu sarana sosialisasinya, seperti brosur, pamflet biar kita lebih mudah menyampaikan ke masyarakat.”78

· Dana

Selain perencanaan yang matang, alokasi dana operasional

memegang peran penting dalam sebuah program. Perencanaan

anggaran merupakan hal vital yang harus dilakukan agar program

berjalan sesuai rencana.

Dalam bidang manajemen anggaran/keuangan, kebijakan yang

digariskan Polri meliputi:

a. Perhitungan rencana anggaran Polri harus

mengalokasikan biaya operasional yang selayaknya

untuk menjamin aktivitas dan dinamika pelaksanaan

tugas Polmas termasuk biaya manajemen pada setiap

tingkatan organisasi dalam rangka secara terus menerus

memantau, mengawasi/mengendalikan, mengarahkan

dan menilai keberhasilan pelaksanaan penerapan Polmas.

78 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 145: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

145

b. Untuk mengembangkan program-program Polmas,

masing-masing kesatuan kewilayahan dapat mengadakan

kerjasama dengan lembaga-lembaga donor baik

internasional maupun nasional dan lokal.

c. Untuk menjamin keberlangsungan Polmas masing-

masing kesatuan kewilayahan perlu melakukan

kerjasama dengan pemerintah daerah setempat sehingga

operasionalisasi Polmas dapat merupakan program

pemerintah daerah yang didukung dengan anggaran

pendapatan dan belanja daerah yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan program Community Policing, dana yang

digunakan adalah anggaran khusus yang telah ditetapkan oleh Polri.

Binamitra Polres Boyolali mendapat alokasi dana dari pusat dalam

program ini, sehingga tinggal melaksanakan kegiatan sesuai

anggaran yang sudah diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Ipda. Joko Lukito:

“Dana sudah diatur dari pusat, Binamitra tinggal mengalokasikannya saja. Dana yang dari pusat kita alokasikan untuk tiap program-program Polmas yang dilaksanakan Binamitra. Banyaknya kegiatan tergantung dana yang ada, kalau dana sedikit kegiatannya juga sedikit, begitu juga sebaliknya.”79

Dana merupakan salah satu kendala dalam program Community

Policing Binamitra Polres Boyolali. Hal ini dikarenakan, Pemda

79 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 146: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

146

Boyolali belum memasukkan anggaran program ini dalam APBD,

sedangkan dana yang dialokasikan dari pusat belum mencukupi.

Seperti keterangan Aiptu. Dalyamto:

”Belum memadai. Dana yang pas-pasan itu kita alokasikan ke tiap kegiatan, kadang kita harus mengubah rencana kerja karena dananya kurang. Ini yang menyebabkan kegiatan kita tidak optimal.”80

4. Strategi

Untuk mencapai tujuan diperlukan strategi yang tepat. Strategi

merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan perencanaan program dalam kurun waktu tertentu.

Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tim kerja, memilih tema faktor

pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip untuk melaksanakan

gagasan strategis secara rasional dan dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito dinyatakan

bahwa:

“Strategi kita dalam menciptakan kemitraan dengan masyarakat yaitu dengan melakukan komunikasi persuasif. Kita gencar melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap semua lapisan masyarakat. Sosialisasi-sosialisasi program telah kita rencanakan sejak awal sehingga kegiatan yang dilaksanakan terarah dan diharapkan bisa efektif. Pendekatan-pendekatan personal juga kita lakukan, diusahakan tiap kecamatan terdapat FKPM sebagai sarana komunikasi dengan masyarakat.”81

80 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

81 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 147: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

147

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Aiptu. Dalyamto:

”Strategi kita yaitu binluh (pembinaan dan penyuluhan) masyarakat lewat FKPM tentunya. Dan pembinaan-pembinaan sesuai dengan kegiatan yang sudah direncanakan Binamitra, kegiatan tersebut dilaksanakan guna melakukan pendekatan terhadap masyarakat untuk menjalin kemitraan.”82

Kegiatan untuk membina hubungan dengan komunitas dalam PR

dikenal dengan istilah Community Relations. Community Relations pada

dasarnya merupakan kegiatan komunikasi perusahaan dalam

menjalankan hubungan dengan komunitas lokal. Hubungan dengan

komunitas merupakan usaha titip diri kepada lingkungan, kepada

khalayak penduduk sekitar, agar tidak mengganggu dan dapat

mempertahankan citra perusahaan di mata publik.

Sebagai suatu strategi, Community Policing merupakan model

perpolisian yang menekankan kemitraan yang sejajar antara polisi

dengan masyarakat lokal dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap

permasalahan sosial yang mengancam keamanan dan ketertiban

masyarakat serta ketentraman kehidupan masyarakat setempat dengan

tujuan untuk mengurangi kejahatan dan rasa ketakutan akan kejahatan

serta meningkatkan kualitas hidup warga setempat.

82 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 148: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

148

Untuk teknik pendekatan Binamitra Polres Boyolali, dalam

melakukan pendekatan terhadap masyarakat, bentuk komunikasi yang

disampaikan bersifat:

a. Informatif, artinya menjelaskan sesuatu secara tepat, cepat

dan benar.

b. Persuasif, artinya dilakukan dengan cara-cara yang baik,

memikat hati, bujukan, ajakan, pujian dan sebagainya.

c. Motivatif, artinya memberi harapan-harapan kepada

masyarakat dan mendorong untuk bisa berbuat sesuatu yang

positif.

d. Edukatif, artinya bersifat mendidik, meningkatkan

wawasan, untuk mengembangkan sikap positif serta

meningkatkan kemampuan.

e. Komunikatif, artinya sesuai dengan semboyan yang

dikembangkan di lingkungan Polri, yaitu menggunakan pola

3 S (Senyum, Sapa dan Salam), yaitu komunikasi yang

ramah, sopan, sesuai dengan norma yang berlaku di wilayah

tugasnya masing-masing dengan lebih terbuka dan akrab.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi dalam

program Community Policing yang telah digunakan oleh Binamitra

Polres Boyolali sesuai dengan yang diungkapkan oleh R.A Santoso

Sastropoetro dalam bukunya Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan

Disiplin dalam Pembangunan Nasional, metode persuasi yaitu; (a)

Page 149: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

149

asosiasi; (b) menumbuhkan kekhawatiran yang merangsang dengan

kehendak sendiri melakukan sesuatu pemecahan; (c) mengubah pendapat

dengan harapan; (d) menumbuhkan keinginan, kehendak untuk memilih

atau melakukan sesuatu; (e) menumbuhkan partisipasi serta peran serta.

Program Community Policing lebih menekankan cara dalam mewujudkan

kemitraan dengan komunitas melalui komunikasi persuasif yang

dilakukan lewat kegiatan pembinaan dan penyuluhan.

C. Analisa dan Pembahasan Data Proses

Berisi catatan tentang kegiatan-kegiatan yang muncul selama program

berlangsung. Data tersebut digunakan untuk proses penilaian, penyesuaian

strategi dan bentuk kegiatan dengan tujuan program, kelemahan, kekuatan,

faktor pendukung, dan hambatan selama proses program berlangsung.

Sumber data ini didapat dari pelaksana program, wawancara dengan peserta

dan observasi pesneliti. Penilaian proses meliputi:

1. Bentuk Kegiatan

Kegiatan inti dari Program Community Policing yang dilaksanakan

Binamitra Polres Boyolali adalah program pembinaan dan penyuluhan

melalui komunikasi persuasif. Artinya, yang dilakukan personil

Binamitra Polres Boyolali dalam membujuk/membina masyarakat tanpa

merasa dipaksa, sehingga melaksanakannya secara sukarela dilakukan

dengan teknik-teknik membujuk atau persuasi, karena pada dasarnya

persuasi, menunjukkan pada bentuk komunikasi yang menggerakkan

serta melakukan sesuatu dengan rasa senang, rasa sukarela tanpa

Page 150: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

150

mempunyai perasaan disuruh/dipaksa oleh orang lain. Caranya adalah

dengan ajakan himbauan, rayuan dan meminta.

Dalam Community Policing, komunikasi yang dilakukan personil

Binamitra Polres Boyolali bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi

serta peran serta masyarakat, agar masyarakat mempunyai kesadaran

dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Bilamana masyarakat

menyadari bahwa masyarakat membutuhkan rasa aman, maka

masyarakat diberikan motivasi dari Binamitra Polres Boyolali untuk

menggerakkan masyarakat dalam menumbuhkan keamanan secara

swakarsa. Untuk menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat dilakukan

dengan membujuk atau membina masyarakat agar mau terlibat dalam

menciptakan keamanan.

Bentuk yang dilakukan Binamitra Polres Boyolali dalam

mempersuasikan program Community Policing adalah melalui

komunikasi langsung. Komunikasi langsung adalah bentuk dari

komunikasi dengan cara bertatap muka (face to face) antara komunikator

dengan komunikan, dalam proses ini yang disebut komunikator adalah

Binamitra Polres Boyolali sedangkan komunikannya adalah publik

terutama masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali. Bentuk kegiatan

komunikasi langsung yang diselenggarakan oleh Binamitra Polres

Boyolali, sebagai berikut:

5. Kegiatan Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Bintibmas)

Page 151: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

151

· Sosialisasi Polmas dan FKPM dengan tokoh agama, tokoh

masyarakat dan tokoh daerah

· Penyuluhan pokdar (kelompok sadar) kamtibmas

· Penyuluhan Kamtibcar Lantas

· Penyuluhan hukum Polmas

· Pembinaan dan penyuluhan langsung terhadap tukang parkir dan

ojek

6. Kegiatan Pembinaan Redawan (Remaja, Pemuda dan Wanita)

· Penyuluhan hukum

· Penyuluhan kenakalan remaja

· Penyuluhan narkoba dan dampak penyalahgunaannya

· Penyuluhan KDRT

· Pembinaan dan latihan Pramuka Saka Bhayangkara

· Pelatihan PKS dan OSIS

· Pembinaan PSA (Polisi Sahabat Anak)

7. Kegiatan Pembinaan Keamanan Swakarsa (Binkamsa)

· Sambang dan kontrol pos kamling

· Pembinaan anggota satuan pengamanan (satpam)

· Pembinaan dan penyuluhan anggota pos kamling

· Kegiatan kemitraan dengan Senkom (Sentral Komunikasi)

8. Kegiatan Pembinaaan dan Koordinasi Polisi Khusus (POLSUS)

Page 152: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

152

Dari analisis kegiatan Polmas Binamitra Polres Boyolali,

dinyatakan bahwa tugas-tugas dari Kepolisian untuk mengamankan

lingkungannya diserahkan kepada masyarakat, salah satunya dilakukan

oleh satpam. Dengan demikian, pembinaan kepada satpam lebih

diintensifkan. Agar satpam (satuan pengamanan), yang mengamankan

wilayah di lingkungan kerjanya, memiliki bekal serta kemampuan yang

cukup yang diperoleh pada saat pembinaan yang diberikan oleh personil

Binamitra Polres Boyolali. Dalam pembinaan juga disampaikan

informasi-informasi terbaru mengenai gangguan-gangguan yang

sekiranya mengganggu keamanan, serta memberikan solusi atas

gangguan tersebut, sehingga satpam yang merupakan bagian dari

jaringan informasi dari Kepolisian akan membantu efektifitas kerja

Binamitra Polres Boyolali. Adanya kesediaan dari instansi untuk

mengundang Binamitra Polres Boyolali serta memberikan bantuan dana

yang diperlukan bagi terselenggaranya pendidikan satpam, merupakan

salah satu bentuk begian dari wujud partisipasi masyarakat dalam

menciptakan Kamtibmas. Artinya, Binamitra Polres Boyolali dibutuhkan

untuk memberikan pembinaan keamanan kepada satpam.

Sedangkan bentuk pembinaan yang lainnya, yang tidak kalah

penting adalah pembinaan anggota poskamling. Poskamling merupakan

wujud pengamanan swakarsa yang dilakukan masyarakat untuk menjaga

keamanan dan ketertiban lingkungan masing-masing. Pembinaan anggota

siskamling diharapakan dapat meningkatkan Kamtibmas serta

Page 153: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

153

meminimalisir gangguan-gangguan yang muncul dalam masyarakat.

Apabila para anggota siskamling memiliki kemampuan mengenai

kamtibmas maka tugas personil Binamitra Polres Boyolali akan lebih

ringan dan masyarakatpun lingkungannya akan lebih aman dan tertib.

Pembinaan kepada satpam dan anggota poskamling merupakan

program Polmas dalam kegiatan Bintibmas (pembinaan ketertiban

masyarakat). Dalam kegiatan pembinaan ini masyarakat dijadikan mitra

polri untuk menciptakan atau memelihara keamanan dan ketertiban.

Dalam kegiatan Polmas Binamitra Polres Boyolali lainnya,

Binredawan (pembinaan remaja, pemuda dan wanita) yang menjadi

prioritas dalam pembinaan terhadap siswa-siswa SMA dan SLTP.

Kepada para siswa diberikan pembinaan karena pada usia remaja mereka

mengalami suatu bentuk transisi secara psikologi. Untuk mencegah

terjadinya kenakalan remaja maka Binamitra Polres Boyolali

memberikan pembinaan dan dan penyuluhan mengenai hukum,

kenakalan remaja, dan dampak penyalahgunaan narkoba. Melalui

pembinan ini diharapakan tingkat kenakalan remaja di wilayah

Kabupaten Boyolali dapat menurun.

Selain melakukan pencegahan terhadap kenakalan remaja,

Binamitra Polres Boyolali juga mengajak para siswa untuk melalukan hal

positif. Binamitra Polres Boyolali memberikan suatu bentuk pembinaan

melalui PKS (Patroli Keamanan Sekolah). PKS membantu dalam hal

kelancaran lalu-lintas di saat para siswa pergi ke sekolah maupun disaat

Page 154: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

154

pulang sekolah. Karena pada jam-jam tersebut, sangat diperlukan

pengaturan lalu-lintas. Polisi merasa terbantu dengan adanya kelancaran

lalu-lintas yang dilakukan oleh PKS di sekitar sekolah masing-masing.

Sehingga polisi akan lebih efektif dalam mengatur lalu-lintas yang

lainnya. Bilamana hanya terfokus kepada pengaturan lalu-lintas di sekitar

sekolah-sekolah yang ada di wilayah Boyolali yang sangat banyak, maka

dengan keterbatasan personil Polri tidak memungkinkan untuk mengatur

lalu-lintas di wilayah Kabupaten Boyolali yang begitu luas khususnya

pada pagi hari. Maka dari pihak SLTP di wilayah Boyolali , diberikan

kepercayaan dengan menerima pembinaan, pelatihanserta penyuluhan

untuk dapat mengatur lalu-lintas, mengatasi kecelakaan lalu-lintas serta

kemacetan di jalan raya. Personil Binamitra Polres Boyolali datang serta

mengadakan pembinaan kepada siswa-siswa SLTP yang ada si wilayah

Boyolali, bilamana diminta pihak sekolah untuk memberikan pembinaan

kepada mereka ataupun sebaliknya, Binamitra Polres Boyolali

mengundang para siswa ke Polres untuk dilakukan pembinaan.

Pembinaan yang lain adalah pembinaan kepada anak-anak TK

(Taman Kanak-kanak) atau Play Group melalui Polisi Sahabat Anak

(PSA). Anak-anak TK mulai diperkenalkan dengan sosok polisi serta

tugas-tugasnya. Cara penyampaiaan pesan oleh PSA yang sekiranya

dapat dimengerti oleh anak-anak TK, oleh sebab itu membutuhkan

adanya bentuk kreatifitas dari personil Binamitra Polres Boyolali sepaya

pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh anak-anak TK tersebut.

Page 155: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

155

Pembinaan kepada anak-anak TK juga menjadi salah satu prioritas

dari program Polmas Binamitra Polres Boyolali dengan bentuk

pembinaan dan penyuluha. Permintaan untuk mengadakan pembinaan

dilakukan oleh pihak TK (Taman Kanak-kanak), yang mengudang

personil dari Binamitra Polres Boyolali untuk memberikan pembinaan

dan penyuluhan, kadang anak-anak TK juga melakukan kunjungan ke

Polres Boyolali untuk pengenalan secara langsung figur polisi, akibatnya

ada suatu bentuk kerjasama dalam memberi pendidikan kepada anak,

yaitu antara pihak pengelola TK dengan pihak Binamitra Polres Boyolali.

2. Fokus Kegiatan

Informasi mengenai fokus kegiatan diperoleh melalui wawancara

dengan mengajukan pertanyaan:

Apa yang menjadi fokus utama dalam pelaksanaan program Community Policing?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

”Menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan membentuk hubungan kesejajaran antara polisi dan masyarakat. Hal ini dalam kaitannya mengeliminer masalah-masalah ringan yang ada di masyarakat dengan mencari solusi bersama. Kalau memperbaiki citra Polri itu hanya efek samping dari program ini, bukan fokus/tujuan utama program ini. Tapi tidak dipungkiri, program ini memang mengarah pada perbaikan citra Polri.”83

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

83 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 156: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

156

”Menjalin kemitraan dengan masyarakat kaitannya dalam menciptakan kondisi situasi kamtibmas dan problem solving agar permasalahan-permasalahan di masyarakat tidak muncul ke permukaan.”84

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fokus

utama dari program ini adalah menciptakan kemitraan antara polisi

dengan masyarakat dan pemecahan masalah (problem solving).

Community Policing bukanlah hubungan masyarakat (humas) atau

sebuah program yang dirancang khusus untuk memperbaiki citra polisi.

Hubungan yang baik dengan masyarakat dan perbaikan citra polisi

hanyalah efek samping dan bukan tujuan utama.

Memang pada dasarnya komponen-komponen Community Policing

adalah sebagai berikut:

a. Kemitraan – Community Policing mendorong sebuah

kemitraan baru antara masyarakat dengan polisi yang slaing

menghargai, sopan santun, memberi dukungan dan saling

menguntungkan.

b. Pemecahan masalah – Community Policing mendefinisikan

kembali misi polisi agar terarah pada pembangunan

masyarakat dan pemecahan masalah.

84 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 157: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

157

3. Kelancaran Pelaksanaan Program

Kesuksesan sebuah program tidak terlepas dari kinerja tim

pelaksana yang solid. Data tentang kelancaran pelaksanaan program

diperoleh melalui wawancara dengan mengajukan pertanyaan:

Bagaimana dengan tingkat kelancaran pelaksanaan kegiatan Community Policing?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

”Sudah cukup lancar, sesuai dengan perencanaan yang dibuat anggota kita.”85

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Lancar-lancar saja karena masyarakat mendukung program ini.”86

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kegiatan ini memang sudah

berjalan secara lancar tetapi kurang optimal karena belum seluruh

wilayah di Kabupaten Boyolali mendapat sosialisasi. Pembentukan

FKPM pun hanya di daerah-daerah tertentu saja.

4. Continuity dan Consistency

Community Policing merupakan Grand Strategi Polri 2005 – 2025

dalam rangka melaksanakan tugas pokok Polri sebagai pemelihara

85 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

86 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 158: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

158

kamtibmas, penegak hukum, pelindung, pengayom serta pelayan

masyarakat. Sehingga program ini wajib dilaksanakan oleh seluruh

personil Polri sesuai dengan bagian masing-masing. Pelaksanaan

program ini di Binamitra Polres Boyolali pun telah dilaksanakan

semenjak Peraturan Kapolri dikeluarkan, yaitu Oktober 2005. Dari tahun

2005, penerapan Community Policing telah dilaksanakan sesuai rencana,

mulai dari tahap persiapan sampai tahap operasional. Hal ini dapat dilihat

dari laporan tahunan yang dibuat oleh Binamitra Polres Boyolali.

Tabel 4.2

Data Kegiatan Binamitra Polres Boyolali

Bulan Oktober - Desember Tahun 2009

No Sasaran Pembinaan

Bentuk Pembinaan

Tujuan dari Pesan yang Disampaikan

Frekuensi

1 Satpam Binluh Agar para personil satpam memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya di wilayah kerjanya masing-masing. Serta memberi informasi yang baru yaitu cara mengatasi gangguan keamanan dan ketertiban.

15 kali

2 Anggota poskamling

Binluh Agar para anggota poskamling memiliki kemampuan untuk menjaga lingkungan masing-masing demi menciptakan kondisi kamtibmas.

12 kali

3 Pelajar SMA Binluh Agar para siswa mengerti akan bahaya narkoba serta akibatnya. Memberi bimbingan sebagai upaya pencegahan kenakalan remaja.

12 kali

4 Pelajar SMP Binluh Agar para anggota PKS (Patroli 9 kali

Page 159: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

159

Keamanan Sekolah) memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengaturan lalu-lintas di wilayah sekolahnya masing-masing. Sebagai upaya pencegaham kenakalan remaja dan juga para remaja tidak terlibat pada bahaya nakorba.

5 Anak-anak TK/Play Group

Binluh Agar siswa dapat mengenal keberadaan Polri secara lebih dekat serta mengerti rambu-rambu lalu-lintas yang ada di jalan raya.

9 kali

6 Saka Bhayangkara

Binluh Mewujudkan remaja yang terampil melalui kegiatan yang lebih positif yaitu melalui kegiatan pramuka.

12 kali

7 Tokoh masyarakat

Binluh Agar masyarakat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kamtibmas sehingga keamanan swakarsa dapat berjalan dengan baik.

9 kali

8 Kelompok sadar kamtibmas

Binluh Agar kelompok ini memiliki kemampuan untuk membantu polisi dalam menciptakan kamtibmas.

6 kali

9 Tukang parkir

Binluh Agar tukang parkir dapat menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan berkerjanya.

6 kali

10 Tukang ojek Binluh Agar tukang ojek dapat menjaga wilayah kerja masing-masing dari gangguan keamanan dan ketertiban sehingga lingkungan kerja mereka akan lebih kondusif.

6 kali

11 Pengurus FKPM

Binluh Agar para pengurus FKPM dapat memaksimalkan peranannya di wilayah masing-masing sehingga permasalahn-permasalahan yang ditimbul di masyarakat tidak muncul kepermukaan dan dapat

15 kali

Page 160: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

160

segera diatasi. 12 Polisi

Kehutanan Binluh Melakukan koordinasi dengan

Polhut agar dapat bekerjasama dalam menjaga keamanan hutan.

6 kali

SUMBER: Kegiatan Polmas Binamitra Polres Boyolali

Program ini dapat terus berjalan karena untuk anggaran telah

ditentukan dari Polri. Untuk Binamitra Polres Boyolali, konsistensi

perencanaan tergantung dari dana yang diberikan pusat, seperti yang

diungkapkan oleh Aiptu. Dalyamto:

”Konsistensi perencanaan semua tergantung anggaran yang ada.”87

Sedangkan data mengenai frekuensi pelaksanaan program

Community Policing diperoleh melalui wawancara dengan pertanyaan:

Bagaimana frekuensi pelaksanaan program Community Policing?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

”Tahun kemarin (2009) semua rencana kegiatan bisa tercapai. Ini bisa dilihat di laporan pencapaian tahun 2009.”88

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Sudah terjadwal dengan baik.”89

87 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

88 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

89 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 161: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

161

Dilihat dari segi kontinyuitas dan konsistensinya, pelaksanaan

program Community Policing sudah cukup efektif, karena dilaksanakan

atau dijadwalkan secara berkesinambungan, meskipun pelaksanaan

kadang tidak sesuai dengan perencanaan karena kendala dana. Tetapi

untuk tahun 2009, semua perencanaan yang dibuat dapat direalisasikan

semua.

5. Pendukung Kelancaran Program

Kelancaran dan kesuksesan suatu program tidak terlepas dari

dukungan faktor eksternal. Pihak-pihak yang mendukung program ini

adalah:

· Pemda Boyolali

· Asosiasi pengusaha/pedagang

· Lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah: Perguruan

Tinggi, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain

· Masyarakat umum

Seperti yang diungkapkan oleh Ipda. Joko Lukito:

”Banyak sekali pihak yang mendukung program ini, contohnya saja toga, tomas, perguruan tinggi di Boyolali, sekolah-sekolah dan Pemda.”90

90 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 162: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

162

Demikian pula yang diutarakan Aiptu. Dalyamto:

”Semua pihak mendukung terutama Pemda, kalau sudah ada dukungan dari Pemda maka program ini akan lebih baik."91

Bentuk dukungan dari Pemda mengenai anggaran untuk program

Community Policing sedang di usahakan. Binamitra Polres Boyolali

sedang melakukan pendekatan dengan Bupati agar anggaran untuk

program ini dimasukkan dalam APBD.

Selain adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, program

Community Policing dapat berjalan lancar karena adanya dukungan dari

masyarakat. Masyarakat butuh program Community Policing karena

mereka dapat merasakan manfaat dari program ini dengan harapan

permasalahan yang ada di masyarakat akan dapat terselesaikan dengan

baik melalui kemitraan Polisi dan masyarakat dan masyarakat sangat

mengharapkan upaya pemeliharaan kamtibmas dari pihak kepolisian.

6. Hambatan Program Community Policing

Dalam setiap pelaksanaan suatu program tentu ada kendala ataupun

hambatan dan yang menjadi kendala dalam program Community Policing

didapat dari hasil wawancara dengan pelaksana program, secara

keseluruhan untuk pelaksana program memang ada kendala yang

dihadapi, seperti yang diungkapkan oleh Ipda. Joko Lukito:

91 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 163: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

163

“Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti, hanya saja kita masih kekurangan dana. Saat ini masih diupayakan melobi Pemda agar mau memasukkan anggaran program ini dalam APBD.”92

Kendala yang dihadapi dalam program ini hanyalah masalah dana.

Dana yang berasal dari pusat masih kurang memadai untuk semua

kegiatan yang dilaksanakan Binamitra Polres Boyolali. Hal ini

menyebabkan adanya kegiatan yang harus dikurangi dan menyebabkan

kegiatan kurang optimal. Binamitra Polres Boyolali sedang

mengupayakan pendekatan kepada Pemda agar bersedia memasukkan

anggaran program Community Policing dalam APBD. Karena memang

sudah seharusnya, Polres bekerjasama dengan Pemda mengenai anggaran

program ini.

Dari pihak masyarakat tidak ada kendala dalam pelaksanaan

program Community Policing, karena masyarakat mendukung adanya

program ini. Namun tidak semua masyarakat mengetahui program ini.

Hal ini bisa dilihat dari daerah-daerah mana saja yang terdapat FKPM,

tidak semua daerah terdapat FKPM.

D. Analisa dan Pembahasan Data Produk

Penilaian produk dilakukan untuk melihat hasil dari pelaksanaan

Program Community Policing. Penilaian ini meliputi:

1. Pencapaian Tujuan

92 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 164: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

164

Pengukuran terhadap pencapaian tujuan merupakan perbandingan

dari hasil yang direncanakan dan yang telah dicapai. Pengukuran

terhadap pencapaian tujuan program digunakan sebagai kajian atas tujuan

khusus program dan membandingkan antara hasil nyata dengan hasil

yang direncanakan. Sumber data utama dalam penulisan ini adalah hasil

wawacara dengan pelaksana program atas pertanyaan:

Bagaimana tingkat keberhasilan dari program Community

Policing?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

”Sejauh ini tanggapan dari masyarakat sangat mengharapkan sekali program Polmas ini tetap dilanjutkan. Karena manfaat daripada program ini sangat positif sekali. Katakan saja, yang kemarin lomba FKPM yang dimana tingkat Polda juara 2, tingkat Polwil juara 1 untuk FKPM di desa Sembungan, Nogosari. Atensi dari masyarakat sangat tinggi sekali, bagus dan maju sekali, sehingga permasalahan-permasalahan bisa diantisipasi di tingkat bawah. Ini menunjukkan bahwa program Polmas berhasil.”93

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Hasil dari program ini ya sangat positif sekali. Permasalahan-permasalahan di masyarakat bisa dieliminer, dan masyarakat secara swakarsa dapat melakukan pengamanan di lingkungan masing-masing.”94

93 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

94 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

Page 165: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

165

Data mengenai pencapaian juga diperoleh dari wawancara dengan

mengajukan pertanyaan tentang pendapat peserta program Community

Policing:

Bagaimana pendapat Anda tentang program Community

Policing?

Jawaban Oktaviani Puspitasari:

“Program ini bagus ya, karena dengan begini masyarakat akan lebih mengenal polisi secara dekat. Pendapat-pendapat miring mengenai polisi juga bisa diluruskan. Masyarakat kan sudah ada perasaan antipasi dulu dengan polisi, kalau ada pendekatan seperti ini kan mereka bisa mengubah penilaiannya.”95

Jawaban Setro Margono:

”Ya kalau menurut saya Polmas sangat bermanfaat. Desa kami ini lebih aman dan warga bisa diajak menjaga keamanan bersama.”96

Jawaban Suyamto:

”Untuk di daerah sini mungkin saged dikembangkan lagi ya.”97

Jawaban Agus Setiawan:

”Cukup efektif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan ketrtiban dan keamanan di lingkungan masing-masing. Kalau untuk satpam seperti saya ini, program ini bisa menambah pengetahuan saya dalam mengamankan lingkungan, kan ada pembinaan dan penyuluhan dari Polres.”98

95 Hasil wawancara dengan Oktaviani Puspitasari, Rabu, 20 Januari 2010

96 Hasil wawancara dengan Setro Margono, Kamis, 21 Januari 2010

97 Hasil wawancara dengan Suyamto, Kamis, 21 Januari 2010

98 Hasil wawancara dengan Agus Setiawan, Rabu, 20 Januari 2010

Page 166: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

166

Dari hasil wawancara di atas, semua peserta program memiliki

pandangan positif tentang program Community Policing. Memang bila

ditinjau dari hasil kuantitatif, yaitu peningkatan jumlah FKPM yang

terbentuk di masyarakat, bisa disebut program ini berhasil. Namun ke

depannya, jika ada program baru lagi yang akan dilaksanakan

seyogyanya juga mempertimbangkan dari sisi sasaran program, semua

masyarakat berhak mendapat pelayanan yang sama. Sehingga program

dapat berhasil baik secara kuantitas maupun kualitas, yaitu terbinanya

hubungan kemitraan antara masyarakat dengan Polri.

Pada dasarnya pelaksanaan Community Policing untuk

menumbuhkan hubungan kemitraan dengan masyarakat, sehingga dapat

membangun dan membina rasa saling percaya. Sejalan dengan dibentuk

dan dipeliharanya hubungan kemitraan polisi dan masyarakat, kedua

belah pihak akan memiliki kemampuan yang semakin baik saat

bekerjasama dalam mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah

yang mempengaruhi mutu kehidupan di lingkungan mereka. Pihak

kepolisian akan membangun rasa tanggung jawab atau komitmen untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan tersebut.

Dalam rangka memfasilitasi pengenanlan Community Policing dan

menciptakan sebuah kemitraan dengan masyarakat yang memperkuat

komunikasi antara Polri dan masyarakat, maka didirikan FKPM. Forum

kemitraan ini tidak dengan sendirinya merupakan perpolisian

Page 167: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

167

masyarakat, namun untuk memfasilitasi komunikasi dan implementasi

praktis Community Policing secara terstruktur. Forum-forum merupakan

sarana utama dalam mewujudkan tujuan program Community Policing.

Tabel 4.3

Data FKPM di Boyolali

NO POLSEK /

KECAMATAN JML DESA

MODEL POLMAS

WIL KWSN

1. Boyolali 9 4 1

2. Sawit 12 6 1

3. Sambi 16 2 -

4. Selo 10 3 -

5. Simo 13 7 -

6. Ngemplak 12 4 -

7. Juwangi 10 8 -

8. Teras 13 4 -

9. Banyudono 15 10 1

10. Karanggede 16 4 -

11. Nogosari 13 7 -

12. Ampel 20 6 -

13. Kemusu 13 7 -

14. Mojosongo 13 8 -

15. Wonosegoro 18 7 -

16. Musuk 20 9 1

Page 168: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

168

17. Cepogo 15 4 -

18. Andong 16 7 -

19. Klego 13 5 -

JUMLAH 267 110 4

Dari data tersebut, program Community Policing telah mampu

meningkatkan kemitraan dan kepercayaan masyarakat terhadap polisi.

Melalui FKPM. Komunikasi antara polisi dan masyarakat lebih baik dan

intensif.

2. Parameter Keberhasilan Program

Pada dasarnya yang menjadi ukuran keberhasilan Polri tidak hanya

ditentukan oleh kemampuannya menekan angka kriminalitas dan

menaikkan angka penyelesaian kasus kejahatan, tetapi juga oleh

kemampuan Polri dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat sebagai

upaya untuk mewujudkan Kamtibmas. Bentuk partisipasi ini lebih

difokuskan pada kesadaran masyarakat dalam mengamankan dan

menertibkan baiknya pribadi masing-masing maupun lingkungannya.

Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan dimana ia tinggal

maupun lingkungan kerjanya. Dari pernyataan tersebut, ternyata

partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membantu pihak kepolisian dalam melaksanakan tugasnya.

Page 169: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

169

Berdasarkan Pasal 14 ayat 1c dalam Undang-Undang Kepolisian

Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, tertulis bahwa:99

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas untuk membina masyarakat, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

Dari dasar Undang-Undang yang baru ini, tugas pokok Polri adalah

membina masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat agar

timbul suatu kesadaran hukum di dalam masyarakat sehingga masyarakat

taat terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.

Untuk mendapat data tentang parameter keberhasilan program

Community Policing diperoleh melalui wawancara dengan mengajukan

pertanyaan:

Apa yang menjadi parameter keberhasilan program Community

Policing?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

”Kepercayaan masyarakat meningkat, masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga kamtibmas, tingkat pelanggaran hukum menurun, ada hubungan harmonis antara masyarakat dan polisi, kegiatan FKPM meningkat. Mungkin yang paling penting masyarakat lebih terbuka pada polisi dan percaya terhadap kinerja polisi.”100

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

99 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002

100 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 170: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

170

”Salah satu indikator/tolak ukur keberhasilan program ini, adanya suatu pertemuaan secara rutin baik itu sebulan sekali maupun setengah bulan sekali yg mana FKPM yang ada di wilayah, kawasan maupun komunitas ada pertemuan secara rutin. Agendanya adalah membahas/mengklarifikasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Yang kedua adalah kaitannya masalah kunjungan, sejauh mana rencana kegiatannya, kegiatan-kegaiatan yang sudah dilakukan itu apa saja merupakan suatu penilaian dari keberhasilan program Sehingga FPKM bisa dikatakan berhasil apabila organaisasi/lembaga tersebut mampu melaksanakan tugas dan wewenangnya. Indikator keberhasilan lainnya, gannguan kamtibmas tingkat polsek/polres bisa dieliminer, permasalahan-permasalahan yang ringan bisa diselesaikan ditingkat kawasan, wilayah maupun komunitas, sehingga tidak menjadi beban institusi polisi.”101

Kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan

Polmas:102

a. Intensitas komunikasi antara petugas dengan masyarakat meningkat.

b. Keakraban hubungan petugas dengan masyarakat meningkat. c. Kepercayaan masyarakat terhadap Polri meningkat. d. Intensitas kegiatan forum komunikasi petugas dan masyarakat

meningkat. e. Kepekaan/ kepedulian masyarakat terhdap masalah Kamtibmas

meningkat. f. Daya kritis masyarakat terhadap akuntabilitas penyelesaian

masalah Kamtibmas meningkat. g. Ketaatan warga masyarakat terhadap aturan yang berlaku

meningkat. h. Partisispasi masyarakat dalam hal deteksi dini, peringatan dini,

lapotan kejadian meningkat. i. Kemampuan masyarakat mengeleminir akar masalah

meningkat.

101 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa, 19 Januari 2010

102 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2008, hal 56-57

Page 171: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

171

j. Keberadaan dan berfungsinya mekanisme penyelesaian masalah oleh polisi dan masyarakat.

k. Gangguan Kamtibmas menurun.

Berdasar data hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa parameter keberhasilan program Community Policing hanya

melihat dari sisi kualitas semata, yaitu terbentuknya kemitraan antara

polisi dan masyarakat sehingga masalah di masyarakat dapat teratasi.

E. Analisa dan Pembahasan Data Dampak

Efektifitas pelaksanaan program Community Policing dapat dilihat dari

dampak yang ditimbulkan. Dampak dari pelaksanaan program Community

Policing dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Dampak Internal (ke dalam)

Penilaian dampak internal pelaksanaan program Community

Policing diperoleh melalui wawancara dengan pelaksana program, yaitu:

Adakah dampak positif yang dirasakan setelah adanya program

Community Policing terhadap Binamitra Polres Boyolali selaku

pelaksana program ini sendiri?

Jawaban Ipda. Joko Lukito:

Page 172: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

172

”Dampak positif dari program ini, personil kita lebih mudah dalam melakukan pengamanan ketertiban dan keamanan masyarakat karena masyarakat mau diajak bekerjasama.”103

Jawaban Aiptu. Dalyamto:

”Dampak positif, kerjasama antara polisi dengan masyarakat berjalan baik. Masyarakat mampu melaksanakan pengamanan swakarsa jadi tugas polisi lebih ringan.”104

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa program

Community Policing menjadi jembatan untuk menjalin hubungan

kemitraan antara Binamitra Polres Boyolali dengan masyarakat. Sebagai

Public Relations dari Polres Boyolali, sudah menjadi tugas Binamitra

untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Sirait, dalam Kamus Internasional yang merumuskan

Public Relations sebagai:

“Aktivitas yang dilakukan oleh industri, perserikatan, perusahaan, perhimpunan, jawatan pemerintah, dan atau organisasi lainnya, untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan masyarakat tertentu (misalnya para langganan, para pegawai, atau para pemegang saham) dan masyarakat pada umumnya dengan maksud menyesuaikan dirinya pada keadaan sekeliling dan memperkenalkan dirinya kepada masyarakat”105

Adanya kegiatan public relations dari perusahaan tentunya

mempunyai tujuan tertentu. Bagi perusahaan, kegiatan komunikasi

103 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

104 Hasil wawancara dengan Aiptu. Dalyamto, Selasa 19 Januari 2010

105 Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan, Kajian, Program, Implementasi, Nuansa, Bandung, 2004, hal. 46.

Page 173: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

173

dengan publiknya tidak lain adalah untuk membangun suatu hubungan

yang harmonis dengan mereka, sehingga publik mempunyai kesan yang

baik kepada perusahaan, dan pada akhirnya akan membawa citra yang

baik dan positif. Hal tersebut akan membawa suatu kepercayaan kepada

perusahaan.

Dalam program Community Policing yang dilaksanakan oleh

Binamitra Polres Boyolali, secara tidak langsung tujuan yang ingin

dicapai adalah pembentukan citra positif Polri.

Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan

prestasi yang hendak dicapai bagi dunia PR.106 Sebuah instansi yang

paham akan pentingnya citra, perlu memberi perhatian yang cukup untuk

membangun citra yang menguntungkan bagi instansi tersebut, tidak

hanya melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik yang

bersifat negatif terhadap instansi yang bersangkutan. Demikian pula

dengan Binamitra Polres Boyolali, melalui program Community Policing

akan menimbulkan dampak yang berimbas terhadap citra Polri di wilayah

Kabupaten Boyolali. Seperti yang diungkapkan oleh Ipda. Joko Lukito:

“Sejauh ini keberhasilan Polmas dalam meningkatkan citra polri di wilayah Boyolali, masyarakat lebih percaya kepada kepolisian, lebih ada keterbukaan antara masyarakat dengan Polri.”107

106 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal 70

107 Hasil wawancara dengan Ipda. Joko Lukito, Selasa, 19 Januari 2010

Page 174: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

174

Agar kegiatan PR Binamitra Polres Boyolali melalui program

Community Policing efektif diperlukan teknik komunikasi yang tepat.

Teknik komunikasi seorang Public Relations Officer di instansi

pemerintah, termasuk Binamitra Polres Boyolali tidak berbeda dengan

teknik komunikasi yang digunakan public relations di bidang lainnya,

yaitu teknik komunikasi persuasif (komunisuasif). Komunikasi persuasif

dapat dilakukan oleh Binamitra Polres Boyolali dengan mengaplikasikan

formula AIDDA, yaitu:108

A - Attention : menarik perhatian

I - Interest : membangkitkan minat

D - Desire : menumbuhkan hasrat

D - Decision : membuat keputusan

A - Action : melakukan penggiatan

Dengan formula AIDDA, akan terjadi proses transfer public

relations yang bisa mengubah opini negatif menjadi positif, dan dari

prasangka menjadi menerima. Apalagi program Community Policing,

jika tidak melakukan teknik komunikasi persuasif yang benar justru dapat

berpengaruh buruk terhadap citra dari instansi kepolisian sendiri.

Komunikasi merupakan komponen utama PR dalam menjalankan

perannya di suatu instansi. Sebagai salah satu unsur fungsional

manajemen dalam membangun citra yang baik bagi Polri, maka

108 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, CV. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 25

Page 175: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

175

komunikasi dilakukan terus menerus agar terjaga sikap saling pengertian

dari masyarakat sebagai sasaran program Community Policing dan

menghindarkan dari prasangka-prasangka yang bersifat negatif. Sesuai

dengan definisi Public Relations yang dikemukakan oleh Fraser P. Seitel:

”Public Relations merupakan fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen. PR membantu manajemen dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik. PR secara efektif membantu manjemen memantau berbagai perubahan.”109

Proses pembentukan citra berawal dari persepsi. Akar dari opini

sebenarnya tak lain adalah persepsi. Opini muncul ketika orang tersebut

mempunyai persepsi.110 Untuk mengetahui seperti apa opini yang

terbentuk di masyarakat tentang Polri terkait program Community

Policing memang perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dan berawal

dengan mempertanyakan opini publik yang berkembang, salah satu

caranya dengan mengadakan polling opini publik atas program

Community Policing, dengan polling tersebut dapat menghapus pendapat

ekstrim tentang instansi kepolisian, sesuai yang diungkapkan Iginio

Gagliardone (London School of Economics) dan Nicole A. Stremlau

(Stanhope Centre for Communications Policy Research, UK)

109 Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 13

110 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 28

Page 176: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

176

“The public opinion polls were also used in an effort to “eliminate extreme opinions, map out common ground and areas of compromise and test comprehensive agreements as packages.”111

Dari perumusan di atas ini, disimpulkan bahwa komunikasi

mengenai soal-soal tertentu, apabila dibawa dalam bentuk tertentu

kepada orang-orang tertentu akan memberikan efek tertentu pula. Justru

dalam perumusan ini sifat khas komunikasi yaitu mempelajari efek

dinyatakan dengan jelasnya.

Tujuan adanya Polmas dalam Binamitra adalah agar Polri lebih

menekankan pada adanya suatu hubungan antara masyarakat dan Polri.

Dan, Polri menjembatani hubungan antara keduanya. Karena kedua

hubungan ini diibaratkan sebagai ikan dan air yang saling memberi

kehidupan, mereka berinteraksi satu dengan yang lain serta

membutuhkan. Oleh karena itu, hubungan masyarakat dan Polri praktis

seyogyanya dibina dengan tujuan agar tercapainya kesuksesan dalam hal

kinerja Polri ditengah masyarakat, dan juga pihak Polri sudah memiliki

sistem kerja yang khusus berkaitan langsung dengan Binamitra hingga

ditingkat Polsek bahkan penugasannya sampai ke pelosok desa atau

sering disebut sebagai Babinkamtibmas (Bintara Pembina Keamanan dan

Ketertiban Masyarakat). Hal ini sebagai upaya nyata dalam bidang

pembinaan oleh Polri agar memberikan bimbingan terhadap masyarakat

111 Public Opinion Research in a Conflict Zone:Grassroots Diplomacy in Darfur, International Journal of Communication 2, 2008, p.5

Page 177: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

177

sampai ke tingkat bawah. Sehingga, Polri akan lebih cepat dan tepat

dalam menerima masukan-masukan dari masyarakat baik secara

langsung ataupun tidak langsung, sehingga terjalin suatu kerjasama

dengan masyarakat dalam upaya menciptakan kamtibmas.

Meskipun tanpa disadari, bahwa Polri sebenarnya banyak

menghadapi faktor lain yang juga mempengaruhi untuk menjamin

keberhasilan Polri dalam bertugas serta mengabdi pada kepentingan

negara dan masyarakat, salah satu hubungan yang perlu dijaga adalah

hubungan antara Polri dengan masyarakat yang seyogyanya hubungan

diantara keduanya dapat berjalan dengan baik dan erat.

Kedua hubungan ini begitu penting mengingat bahwa hubungan

tersebut akan menentukan citra polisi dimata masyarakat. Menurut Alan

Coffrey, Edward Elfonso dan Walter Hartinger dalam bukunya Police

And Community In Transition (1980), dikatakan bahwa semakin erat

hubungan persahabatan antara Polri dengan Masyarakat, maka semakin

positif citra polisi. Sebaliknya, kian merenggang hubungan keduanya

akan semakin negatiflah citra polisi di mata masyarakat.112

2. Dampak Eksternal (ke luar)

Apabila kita melihat dampak pelaksanaan Program Community

Policing bagi masyarakat dari perspektif dampak komunikasi adalah

perubahan dalam opini dan pengetahuan, pandangan dan ide, sikap dan

112 Majalah Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Caraka Candi bulan Desember 2002, hal 29

Page 178: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

178

tingkah laku serta kepercayaan dan citra. Hal ini bisa dijabarkan sebagai

berikut:

· Dampak Kognitif

Merupakan dampak yang timbul pada komunikan sehingga

meningkatkan pengetahuan dan intelektualitas. Dalam konteks ini

dampak kognitif yang ditimbulkan dari adanya program Community

Policing adalah peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat

mengenai peran, tugas dan wewenang kepolisian dalam menciptakan

ketertiban masyarakat.

Meskipun dampak kognitif sudah cukup baik di kalangan peserta

program Community Policing, namun pemahaman detail tentang

peran, tugas dan wewenang Kepolisian belum terwujud, terutama

masyarakat umum yang tidak menjadi sasaran program secara

langsung.

· Dampak Afektif

Dampak afektif pelaksanaan program Community Policing dapat

dilihat dari kesadaran masyarakat mengenai Kamtibmas. Sehingga

mereka peduli untuk menjaga keamanan dan ketertiban demi

menciptakan kondisi yang aman dan tertib. Dampak afektif program

Community Policing juga bisa dibilang cukup baik. Setselah adanya

program Community Policing, masyarakat menjadi lebih percaya

kepada polisi dan bersedia menjalin kemitraan dalam mewujudkan

Kamtibmas.

Page 179: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

179

· Dampak Behavioral

Merupakan dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk

perubahan tingkah laku, tindakan dan kegiatan. Dampak behavioral

ini nampak dari perilaku masyarakat yang bersedia melakukan

pengamanan swakarsa pada lingkungannya masing-masing. FKPM

yang dibentuk mampu melaksanakan tugas dengan baik, mereka

memecahkan permasalahan-permasalahan ringan yang timbul di

masyarakat sehingga tidak muncul ke permukaan.

Tindak pidana ringan yang dimaksud adalah tindak pindana yang

ancaman hukum kurungan penjara tidak lebih dari 3 bulan dan denda

tidak lebih Rp 7.500,00 dan dalam Perda tidak lebih Rp 50.000,00.

Contoh-contoh tindak pidana ringan yaitu percekcokan,

penganiayaan ringan, pencurian ringan dan lain-lain. Tindak pidana

ringan yang ditangani petugas Polmas dan FKPM Binamitra Polres

Boyolali, antara lain:

1. Pengancaman

2. Sengketa pembuatan saluran air

3. Kesepakatan jual beli tanah yang tidak jadi

4. Penganiayaan terhadap anak

5. Perselingkuhan

6. Menjual tanah keluarga secara sepihak

7. Penyerobotan tanah

8. Perselisihan dengan pemerasan

Page 180: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

180

9. Kesalahpahaman: pemukulan

10. Pencemaran nama baik

11. Pengerusakan

12. Kecelakaan lalu lintas ringan

13. Penguasaan tanah secara sepihak

Berdasarkan data yang diperoleh dari Binamitra Polres Boyolali,

pada tahun 2009 terdapat 28 permasalahan yang ditangani.

Walaupun permasalahan-permasalahan tersebut ringan namun

apabila tidak segera ditangani maka akan menimbulkan gangguan

Kamtibmas dan dapat pula memicu timbulnya tindak pidana berat.

Setiap ada permasalahan yang terselesaikan maka akan dibuat Surat

Keputusan Bersama (SKB), yaitu surat kesepakatan antara pihak-

pihak yang berselisih sehingga keputusan yang diambil bersama

memiliki kekuatan hukum.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dan analisis yang telah

dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dan juga merupakan jawaban dari

Page 181: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

181

pertanyaan yang telah diajukan. Adapun kesimpulan yang didapat sebagai

berikut:

1. Dengan menggunakan dasar analisis secara keseluruhan yang meliputi

CIPP dan Dampak dari program Community Policing, maka dapat

diketahui mengenai efektifitas dari program tersebut, ditinjau dari

pelaksaan program, maka program Community Policing bisa dikategorikan

cukup efektif, karena mampu menciptakan kemitraan antara polisi dengan

masyarakat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

Kepolisian. Namun bila pengertian keefektifan pelaksanaan program

Community Policing dilihat dari sisi sasaran program maka pelaksanaan

program Community Policing belum dapat dikategorikan efektif, karena

belum semua masyarakat dilibatkan dalam program ini.

2. Bentuk komunikasi yang digunakan dalam program Community Policing

sudah tepat, yaitu komunikasi persuasif dengan komunikasi langsung

(tatap muka) melalui pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat.

Penyampaian pesan-pesan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, dan

dengan kemampuan dana serta pemahaman materi yang didasarkan pada

pengalaman personil Binamitra Polres Boyolali.

3. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan program Community Policing

oleh Binamitra Polres Boyolali, antara lain:

b. Adanya dukungan dari masyarakat Kabupaten Boyolali karena mereka

merasa program Community Policing bermanfaat dalam mewujudkan

Page 182: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

182

kamtibmas di lingkungan mereka. Apresiasi yang tinggi dari

masyarakat sangat mendukung kelancaran program ini.

c. Adanya dukungan dari kerjasama yang baik dari pihak eksternal,

pihak-pihak tersebut antara lain: Pemda Boyolali, asosiasi pengusaha,

lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah.

3. Faktor yang menjadi hambatan dalam penerapan program Community

Policing oleh Binamitra Polres Boyolali, antara lain:

a. Belum memadainya dana yang diberikan oleh kantor pusat, sedangkan

Pemda belum memasukkan anggaran program Community Policing

dalam APBD. Binamitra Polres Boyolali sedang melakukan

pendekatan kepada Pemda agar segera memasukkan anggaran dana

program ini ke APBD.

b. Pembentukan Forum Kemitraan Polisi – Masyarakat baru di sebagian

wilayah Boyolali, belum merata di semua daerah. Sehingga masih

terdapat masyarakat yang belum mengetahui tentang program ini.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas maka peneliti memiliki beberapa saran yang bisa

dijadikan pertimbangan untuk melakukan program-program

PR masa mendatang dan sebagai saran untuk peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian serupa, saran tersebut yaitu:

Page 183: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

183

1. Kepada Binamitra Polres Boyolali

a. Lebih mematangkan perencanaan dari strategi yang diambil, serta

melakukan monitoring dan evaluasi terutama dampak terhadap citra

instansi Kepolisian di Boyolali serta untuk setiap kegiatan yang sudah

dilaksanakan sehingga dapat diketahui kekurangannya dan dijadikan

tolok ukur bagi kegiatan selanjutnya.

b. Meningkatkan kualitas kerja personil Binamitra Boyolali dalam

berkomunikasi dengan masyarakat sehingga setiap program yang

dilaksanakan akan lebih efektif.

c. Tanggap terhadap kritik dan saran serta opini publik yang terbentuk di

masyarakat. Tanggapan positif dengan meningkatkan pelayanan polisi

terhadap masyarakat akan menumbuhkan rasa kepuasan masyarakat

atas kinerja polisi.

2. Kepada peneliti lain

Penelitian ini belum mampu menggali lebih dalam tentang ukuran

efektivitas suatu program PR, sehingga disarankan kepada peneliti lain

supaya dapat mengkaji ulang penelitian ini dengan teknik penelitian yang

berbeda, mengingat penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penelitian

tersebut bisa berupa:

a. Meneliti secara mendalam mengenai ukuran efektivitas program baik

dari sisi pelaksana program maupun sasaran program Community

Policing.

Page 184: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

184

b. Evaluasi dan orientasi proses program kerja Binamitra Polres Boyolali

dalam melaksanakan program Community Policing.

3. Kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kerjasamanya dengan pihak

kepolisian karena keamanan dan ketertiban masyarakat adalah tanggung

jawab bersama, bukan hanya pihak kepolisian saja. Dan tidak selalu

berpikiran negatif terhadap kinerja Polri.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Linggar. 2002. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cangara, Hafield. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 1992. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

. 1993. Human Relations & Public Relations. Bandung: Mandar Maju.

. 1997. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

Ernest dan Nancy, B. 1991. Retorika: Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Fieldman, R.S. 1998. Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall.

Page 185: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

185

Khasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti.

Moore, Frazier. 1988. Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus dan Masalah,(edisi) Satu. Bandung: PT. Remadja Karya.

. 2005. Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.

Rachmadi, F. 1994. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rahardi, Pudi. 2007. Hukum Kepolisian: Profesionalisme dan Reformasi Polri. Surabaya: Laksbang Mediatama.

Ruslan, Rosady. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sastropoetro, R.A.S. 1988. Partisipasi Komunikasi Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro A. 2002. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relations Perusahaan: Kajian Program Implementasi. Bandung: Nuansa.

Suharsimi, Arikunto. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Widjaja, A.W. 1986. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Website

Heryawan, Herry. Polisi Sipil yang Dipercaya. Diakses Kamis, 13 Agustus 2009 17:27:36 http://harianbatampos.com/web/index.php?option=com_content&task=view&id=73265&Itemid=374

Page 186: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

186

Wahyudi, Hudit. Setiap Polisi Adalah Pelaksana Polmas. Diakses Senin, 11 Januari 2010 14:30:41 http://www.dharana-lastarya.org/index.php?query=setiap+polisi+adalah+pelaksana+polmas&pilih=search

http://www.polri.go.id

http://www.isiindonesia.com

http://bhayangkaraindonesia.blogspot.com

http://inorsiswanto.blogspot.com

http://www.komisikepolisianindonesia.com

Majalah

Majalah Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Manekha Tunggal Dharma, Mei 1999

Majalah Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Caraka Candi, Desember 2002

Jurnal Internasional

Gagliardone, I. dan Nicole A. 2008. Public Opinion Research in a Conflict Zone:Grassroots Diplomacy in Darfur. p. 5. International Journal of Communication 2. Diakses Kamis, 15 Oktober 2009, 11:02:26. http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/407

Pollock, Anne. 2009. Journal of Public Relations Research Volume 21, pages 404 – 42. Diakses Minggu, 14 Maret 2010. 09:59:18. http://www.hfrp.org/content/advancedsearch?SearchText=public+communications+campaign+and+evaluation&SearchContentClassID=-1&x=0&y=0

Unpublished

Galingga, Herald. 2009. Skripsi. Efektivitas Program Kampanye Sunset Policy. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Page 187: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …/Program... · 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan sebagai konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah

187

Hernitawidyastuti, Pungki. 2009. Skripsi. Efektifitas Program Kampanye “Hemat LIistrik 17-22”. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peraturan Polri:

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi pada Tingkat Kewilayahan.

Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.

Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.