akmk01_partisipasi anggaran-anteseden,intervening dan konsekuensi

28
PARTISIPASI ANGGARAN : ANTESEDEN, INTERVENING DAN KONSEKUENSI Imam Abu Hanifah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [email protected] BIDANG KAJIAN Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan (AKMK) KONFERENSI ILMIAH AKUNTANSI I IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PENDIDIK (IAIKAPd WILAYAH JAKARTA BANTEN) UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 26-27 FEBRUARI 2014

Upload: syukriy-abdullah

Post on 19-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Partisipasi Anggaran

TRANSCRIPT

  • PARTISIPASI ANGGARAN : ANTESEDEN, INTERVENING DAN KONSEKUENSI

    Imam Abu Hanifah

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    [email protected]

    BIDANG KAJIAN

    Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan (AKMK)

    KONFERENSI ILMIAH AKUNTANSI I

    IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PENDIDIK

    (IAIKAPd WILAYAH JAKARTA BANTEN)

    UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 26-27 FEBRUARI 2014

    mailto:[email protected]

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    PARTISIPASI ANGGARAN : ANTESEDEN, INTERVENING DAN KONSEKUENSI

    Imam Abu Hanifah

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    [email protected]

    ABSTRACT The purpose of this study was to examine the effect of asymmetry information on

    budgetary participation, and the influence of goal commitment and job satisfaction in

    mediating the relationship budgetary participation and managerial performance. This study

    uses agency theory to the relationship of asymmetry information with budgetary participation

    and goal setting theory for relationship budgetary participation and managerial performance

    with two intervening variables.

    This study uses primary data in the form of a questionnaire for the mid-level

    manager in a large-scale manufacturing enterprises. Data was collected through survey

    method to 546 middle-level managers. Questionnaires were returned and may be used in the

    analysis of as many as 178 with a response rate of 32.6%. Data were analyzed using path

    analysis with the help of Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16 and AMOS 16.

    The results are the first, the asymmetry information significant and positive effect on

    budgetary participation. Second, budget participation significant and positive effect on

    managerial performance through goal commitment, and the third, budget participation

    significant and positive effect on managerial performance through job satisfaction.

    Keywords: asymmetry information and budgetary participation.

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Penelitian

    Anggaran merupakan salah satu jenis perencanaan yang digunakan oleh organisasi

    dan alat pengendalian manajemen. Anggaran merupakan komponen utama dari perencanaan

    keuangan untuk masa depan, anggaran juga memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai

    tujuan organisasi baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan tersebut

    menjadi dasar bagi penyusunan anggaran. Anggaran dapat memberikan dasar bagi

    penggunaan sumber daya perusahaan dan memotivasi karyawan, anggaran juga dapat

    digunakan sebagai sarana komunikasi dan koordinasi. Anggaran secara formal

    mengkomunikasikan rencana organisasi kepada setiap karyawan, dengan demikian seluruh

    karyawan menyadari peran mereka dalam mencapai tujuan perusahaan, dan koordinasi

    anggaran diperlukan agar aktifitas perusahaan yang beragam dapat saling mendukung dalam

    pencapaian tujuan organisasi.

    Proses penyusunan anggaran dipandang sebagai suatu sistem akuntansi manajemen,

    karena tujuan akuntansi manajemen adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui

    pemanfaatan sumber daya yang terbatas secara efisien dan efektif (Sprinkle, 2003). Sistem

    akuntansi manajemen (seperti proses penyusunan anggaran) memiliki potensi dan

    mailto:[email protected]

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    kemampuan untuk: 1) memberikan informasi yang dibutuhkan bagi perencanaan dan

    pembuatan keputusan, dan 2) memotivasi kinerja individu. Dengan kata lain, proses

    penyusunan anggaran menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk membuat

    keputusan-keputusan yang berisikan informasi yang lebih baik (better-informed decisions).

    Anggaran dapat berpengaruh positif atau negatif bagi kinerja individu dan organisasi.

    Perilaku positif terjadi jika goal manajer sesuai dengan goal organisasi (sering disebut

    dengan goal congruence) dan manajer mempunyai pemicu untuk mencapainya. Sebaliknya,

    perilaku negatif dapat dimanifestasikan dalam berbagai cara, tetapi yang jelas dampak

    keseluruhan adalah pada kinerja individu dan tujuan organisasi. Salah satu upaya untuk

    meminimalkan perilaku negatif tersebut antara lain dengan memberikan dan meningkatkan

    partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Alim, 2003). Penelitian terdahulu (Shields dan Shields, 1998) menyimpulkan bahwa jika alasan

    organisasi memberi ruang untuk partisipasi anggaran adalah berbagi informasi antara atasan

    dan bawahan, maka diperkirakan informasi asimetri atasan dan bawahan sebagai anteseden

    dari partisipasi anggaran. Informasi asimetri dapat digunakan sebagai variabel independen

    dan moderating yang berinteraksi dengan partisipasi anggaran dan kinerja. Penelitian lanjutan

    diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsekuensi dari partisipasi anggaran yaitu dengan melihat pengaruh dari penyebab atau anteseden partisipasi anggaran. Lebih lanjut Shields dan Shields (1998) menyarankan untuk memperlakukan informasi asimetri

    sebagai anteseden partisipasi anggaran dalam penelitian empiris.

    Teori keagenan berpendapat bahwa partisipasi anggaran timbul karena berbagai

    pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran memiliki informasi yang berbeda

    tentang ketidakpastian (misalnya manajemen pusat dan cabang) [Kirby dkk., 1991; Shields

    dan Young, 1993]. Informasi asimetri muncul ketika bawahan memiliki informasi yang

    relevan untuk proses pengambilan keputusan penganggaran yang tidak dimiliki atasan (Evans

    dkk., 2001). Informasi asimetri terjadi ketika salah satu pihak memiliki pengetahuan yang

    memadai atas informasi tentang perusahaan, sedangkan pihak lainnya tidak. Sejumlah peneliti akuntansi berpendapat bahwa bawahan memiliki informasi pribadi tentang bidang tanggung jawab mereka dan partisipasi anggaran memberikan bawahan kesempatan untuk berbagi informasi dengan atasannya (Shields dan Shields, 1998). Tingkat informasi pribadi terkait dengan asimetri informasi antara atasan dan bawahan.

    Shields dan Young (1993) membuktikan adanya hubungan positif antara informasi

    asimetri dan partisipasi anggaran. Informasi asimetri umumnya akan banyak terjadi di

    perusahaan yang sangat besar dengan beragam produk dan teknologi. Dalam perusahaan

    seperti ini, manajemen pusat relatif tidak mengetahui tentang kondisi lokal yang dialami

    manajer tingkat bawah. Manajemen pusat dapat menggunakan partisipasi anggaran untuk

    memahami kondisi lingkungan lokal dan juga memberikan motivasi yang baik bagi manajer

    dibawahnya. Shields dan Young (1993) mengusulkan model analisis jalur untuk menjelaskan

    hubungan partisipasi dan kinerja, dan berargumen bahwa informasi asimetri akan

    menimbulkan permintaan partisipasi anggaran dan pada gilirannya, partisipasi anggaran

    berhubungan dengan kinerja perusahaan. Dengan mengeksplorasi alasan mengapa atasan

    mendorong partisipasi anggaran, peneliti dapat lebih memahami penyebab partisipasi

    dan bagaimana partisipasi mempengaruhi hasil kerja seperti kinerja dan kepuasan kerja.

    Chong dkk. (2005) mengusulkan untuk menguji aspek motivasional dan pencapaian

    nilai. Aspek motivasional menggambarkan bahwa tindakan partisipasi akan meningkatkan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    kepercayaan bawahan, rasa pengendalian, dan ego-keterlibatan dengan organisasi, yang

    kemudian bersama-sama menyebabkan berkurangnya resistensi untuk berubah, lebih dapat

    menerima, berkomitmen pada keputusan anggaran, serta dapat meningkatkan kinerjanya

    (Shields dan Shields, 1998). Aspek pencapaian nilai dalam partisipasi anggaran secara teoritis

    dapat mempengaruhi kepuasan dan moral kerja bawahan, artinya dengan memberikan

    kesempatan para bawahan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran akan

    meningkatkan peluang bawahan untuk mengekspresikan nilai-nilai yang dimilikinya (Locke

    dan Latham, 1990; Chong dkk., 2005).

    Komitmen tujuan merupakan keinginan yang kuat dan ketekunan dalam melakukan

    pencapaian tujuan anggaran tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya

    partisipasi dalam penyusunan anggaran mempengaruhi komitmen bawahan terhadap tujuan

    anggaran. (Chong dan Chong, 2002). Komitmen tujuan yang dimiliki karyawan akan

    mempermudah penerimaan anggaran meskipun dirasa sulit untuk dicapai. Penetapan tujuan

    yang terasa sulit namun masih memungkinkan untuk dicapai, akan mempertinggi tingkat

    kinerja. Kinerja adalah fungsi utama dari pencapaian tujuan dan komitmen pada tujuan

    adalah alat untuk memprediksikannya (Locke dan Latham, 1990).

    Aspek pencapaian nilai diukur dengan melihat tingkat kepuasan kerja karyawan.

    Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai

    aspek pekerjaan (Kreitner dan Kinicki, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja

    bukanlah suatu konsep tunggal karena seseorang dapat relatif puas dengan satu aspek dari

    pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya. Greenberg dan

    Baron (2003) memberikan gambaran bahwa kepuasan kerja sebagai salah satu perilaku atau

    sikap yang ditujukan pada suatu pekerjaan. Partisipasi anggaran dinilai memiliki konsekuensi

    terhadap sikap dan perilaku organisasi (Murray, 1990).

    Penelitian sebelumnya memberikan gambaran yang penting pada hubungan antara

    partisipasi anggaran dan kinerja, beberapa studi telah menggunakan model yang

    komprehensif yang mempertimbangkan tidak hanya kondisi anteseden yang menciptakan

    permintaan untuk berpartisipasi, tetapi juga variabel yang memediasi hubungan antara

    partisipasi anggaran dan kinerja (Jermias, 2011), namun belum banyak yang menguji aspek

    pencapaian nilai sebagai variabel mediasi. Beberapa peneliti berpendapat bahwa

    menggabungkan variabel anteseden dan mediasi berupa aspek motivasional dan aspek

    pencapaian nilai dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara

    partisipasi anggaran dan kinerja (misalnya, Chong dkk., 2005; Parker dan Kyj, 2006; Leach-

    Lopez dkk., 2007; Chong dan Johnson, 2007; Jermias, 2011).

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh informasi asimetri terhadap partisipasi anggaran 2. Bagaimana pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen tujuan terhadap kinerja

    manajerial

    3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggaran dan kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial

    2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    2.1. Hubungan Informasi Asimetri dan Partisipasi Anggaran

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Teori keagenan mengasumsikan bahwa individu (baik prinsipal maupun agen)

    dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Agen memiliki informasi yang lengkap tentang

    kondisi lokal sedangkan prinsipal hanya dapat mengaksesnya dengan biaya monitoring yang

    sangat besar. Tantangannya adalah bagaimana dapat memastikan bahwa kepentingan pribadi

    agen tidak berbenturan dengan kepentingan prinsipal di organisasi. Sebuah kontrak yang

    dirancang dengan baik, yaitu anggaran dan anggaran berbasis skema kompensasi, akan

    bertujuan menyelaraskan kepentingan agen dengan prinsipal (Kilfoyle dkk., 2011).

    Sebuah kajian ekstensif dilakukan oleh Locke dan Schweiger (1979) yang hasilnya

    menjelaskan bahwa berbagi informasi adalah penentu paling penting dari efektivitas

    pengambilan keputusan partisipatif. Demikian pula, Shields dan Young (1993) berpendapat

    bahwa salah satu manfaat utama dari partisipasi anggaran adalah bahwa hal itu memfasilitasi

    berbagi informasi selama proses penetapan anggaran. Locke dkk. (1981) setuju dengan

    observasi ini dalam menyatakan bahwa fungsi yang paling sukses dari partisipasi adalah yang

    memungkinkan pekerja untuk mengekspresikan ide-ide bagus tentang bagaimana caranya

    untuk meningkatkan kinerja mereka. Merchant dan Stede (2007) berpendapat bahwa memungkinkan karyawan untuk

    berpartisipasi dan mempengaruhi dalam proses penetapan target kinerja mereka dengan

    berbagi informasi yang berkaitan dengan peluang bisnis, preferensi perusahaan, dan sumber

    daya yang tersedia. Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa dengan berpartisipasi dalam

    proses penetapan target mereka bawahan dapat memberikan informasi yang berguna untuk

    atasan tentang peluang bisnis dan operasional dan risiko, mengingat bahwa mereka tahu lebih

    banyak tentang lingkungan lokal mereka di tempat kerja daripada atasan mereka.

    Berbagi informasi yang difasilitasi oleh partisipasi anggaran memungkinkan atasan

    untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi bawahan, yang pada gilirannya membantu

    mereka untuk mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mencapai anggaran (Murray,

    1990) dan untuk menyediakan bawahan dengan sumber daya yang memadai (Nouri dan

    Parker, 1998). Bagi bawahan, partisipasi anggaran mungkin memberikan kesempatan untuk

    mengkomunikasikan persepsi peluang bisnis dan risiko, menegosiasikan anggaran lebih

    masuk akal, dan memastikan bahwa anggaran yang sejalan dengan aspirasi pribadi mereka.

    Oleh karena itu, semakin tinggi informasi asimetri antara atasan dan bawahan, maka akan

    semakin besar kebutuhan untuk partisipasi anggaran.

    Dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

    H1 : Informasi asimetri berpengaruh positif terhadap partisipasi anggaran.

    2.2. Hubungan Partisipasi Anggaran, Komitmen Tujuan dan Kinerja Manajerial

    Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses dimana para

    individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian

    anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan anggaran (Brownell, 1982).

    Dalam kalimat lain Libby (1999) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran

    akan memungkinkan individu berperan serta untuk bertanggung jawab atas kinerja

    organisasi.

    Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer operasional

    dalam pencapaian sasaran anggaran. Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses

    penyusunan anggaran, sehingga partisipasi manajer operasional akan mendorong moral kerja

    yang tinggi dan inisiatif para manajer. Moral kerja yang tinggi merupakan kepuasan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    seseorang terhadap pekerjaan dan ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut

    mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi.

    Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan tindakan

    bawahan dalam mewujudkan tujuan yang diharapkannya. Tujuan bawahan akan menentukan

    pilihan tindakan yang akan dilakukan. Tujuan individu akan menentukan besarnya usaha

    yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen seorang individu dalam mencapai

    tujuannya akan mendorong dirinya untuk melakukan suatu usaha yang semakin keras,

    sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan yang dimiliki individu akan lebih banyak

    mempengaruhi tindakan individu tersebut. (Locke dan Bryan, 1968; Locke dan Latham,

    1990).

    Komitmen tujuan adalah tekad untuk mencapai tujuan dan ketidakinginan untuk

    meninggalkan atau lebih rendah dari standar (Hollenbeck dan Klein, 1987). Klein dkk. (2001)

    berpendapat bahwa komitmen tujuan adalah aspek penting dari hubungan antara anggaran

    dan kinerja karena anggaran dapat tidak memiliki efek motivasi jika karyawan tidak memiliki

    komitmen tujuan pada pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.

    Locke dan Latham (1990) berpendapat bahwa bawahan hanya akan

    mempertimbangkan untuk mengerjakan tugas jika mereka melihat bahwa anggaran dapat

    dicapai dan layak dicapai. Oleh karena itu, diharapkan untuk menyertakan bawahan dalam

    proses penetapan anggaran karena akan memungkinkan mereka untuk bernegosiasi dan

    akhirnya menyetujui anggaran. Memberikan bawahan untuk memiliki kontrol atas anggaran

    juga akan membuat mereka melihat bahwa atasan mereka mempercayai mereka. Hal ini pada

    gilirannya meningkatkan tingkat ego keterlibatan bawahan dalam tujuan perusahaan,

    penerimaan tujuan, dan komitmen untuk mencapainya.

    Locke (1968) berpendapat bahwa pengaruh langsung dari partisipasi adalah

    komitmen bawahan terhadap keputusan yang telah ditetapkan. Locke dkk. (1988)

    mengatakan bahwa teori penetapan tujuan menunjukkan bahwa partisipasi dapat mendorong

    komitmen tujuan, dan komitmen pada tujuan merupakan variabel penting dalam

    meningkatkan kinerja (Klein dkk., 1999). Locke dan Latham (1990) berpendapat bahwa

    partisipasi akan mengarahkan bawahan untuk menerima tujuan sebagai tujuan pribadi.

    Hofstede (1991) menyatakan bahwa partisipasi meningkatkan komitmen tujuan karena

    bawahan menginternalisasi tujuan melalui proses berbagi informasi yang terjadi selama

    proses penetapan tujuan perusahaan.

    Dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

    H2 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap komitmen tujuan.

    H3 : Komitmen tujuan berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial.

    2.3. Hubungan Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial

    Teori penetapan tujuan didasarkan pada asumsi bahwa perilaku orang memiliki

    maksud-maksud tertentu (Locke dan Latham, 1990) dan sasaran atau tujuan mengarahkan

    dan mendukung kemampuan individual untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Partisipasi

    dalam pengambilan keputusan penganggaran merupakan pendekatan yang ideal untuk tata

    kelola. Para peneliti berpendapat bahwa partisipasi anggaran dapat meningkatkan kepuasan

    kerja dan kinerja yang lebih baik bagi bawahan, karena bawahan merasa diperlakukan oleh

    atasannya sebagai mitra berharga dalam proses pengambilan keputusan. yang pada gilirannya

    menciptakan moral yang lebih tinggi, motivasi yang lebih besar, dan komitmen yang lebih

    tinggi (Jermias, 2011).

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Shields dan Shields (1998) menyebutkan penelitian Hofstede (1967) sebagai

    penelitian yang menemukan hubungan positif antara partisipasi anggaran dan kepuasan kerja.

    Chenhall dan Brownell (1988) menemukan baik hubungan langsung antara partisipasi

    anggaran dan kepuasan kerja dan hubungan tidak langsung antara partisipasi anggaran dan

    kepuasan kerja berlangsung melalui ambiguitas peran. Frucot dan Shearon (1991)

    menemukan hubungan positif antara partisipasi anggaran dan kepuasan kerja. Doll dan

    Torkzadeh (1991) dan Denison dan Mishra (1995) keduanya menemukan hubungan positif

    antara partisipasi dan kepuasan. Lau dan Tan (2003) menemukan koefisien jalur yang

    menghubungkan partisipasi anggaran dan kepuasan kerja pada manajer di Singapura.

    Dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

    H4 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.

    H5 : Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

    2.4. Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel

    a. Informasi Asimetri Informasi asimetri merupakan situasi dimana agen (bawahan) memiliki informasi lokal

    atau privat yang lebih dibandingkan informasi yang dimiliki prinsipal (atasan) berkaitan

    dengan bidang tanggung jawabnya (Dunk, 1993). Informasi asimetri dalam penelitian ini

    diukur dengan menggunakan enam item pertanyaan yang dikembangkan oleh Dunk (1993).

    Dunk (1993) berpendapat bahwa enam item dalam instrumen didasarkan pada definisi

    informasi asimetri yang ditentukan oleh teori keagenan, responden diminta untuk

    membedakan antara informasi yang dimiliki oleh atasan dan bawahan. Skala respon diukur

    menggunakan skala lima poin yaitu (1) sangat tidak setuju hingga (5) sangat setuju.

    b. Partisipasi Anggaran Partisipasi anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu

    (manajer) dalam menentukan dan menyusun anggaran divisi atau bagiannya baik secara

    periodik maupun tahunan. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penyusunan anggaran

    diukur dengan menggunakan instrumen empat item yang didasarkan atas instrumen Vroom

    dan Mann (1960). Jawaban atas daftar pertanyaan ini didesain menggunakan skala lima poin

    dengan alternatif jawaban dari satu sampai dengan lima. Semakin besar skor yang diperoleh

    menunjukkan semakin besar keterlibatan individu dalam partisipasi anggaran.

    c. Komitmen Tujuan Komitmen tujuan mengacu pada keterikatan atau tekad untuk mencapai tujuan (Locke

    dan Latham, 1990). Komitmen Tujuan diukur dengan menggunakan tiga pertanyaan yang

    awalnya dikembangkan oleh Locke (1968) dan telah dimodifikasi oleh penelitian selanjutnya

    (misalnya, Wentzel, 2002; Maiga, 2005, Chong dan Johnson, 2007; Murray, 1990).

    Responden diminta untuk mengindikasikan level komitmen mereka terhadap tujuan yang

    telah disepakati. Skala respon berkisar antara (1) sangat tidak setuju hingga (5) sangat setuju.

    d. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah perasaan pekerja tentang pekerjaan atau pengalaman kerja dalam

    kaitannya dengan pengalaman sebelumnya, ekspektasi saat ini, dan alternatif yang tersedia

    (Baizer dkk., 1997). Tingkat kepuasan kerja diukur dengan Kuesioner bentuk pendek dari

    Kuesioner Kepuasan Minnesota (MSQ) (Weiss dkk., 1967). Kuesioner versi MSQ ini telah

    didukung untuk keandalan dan validitasnya (Weiss dkk., 1967), dan telah digunakan secara

    luas baik di psikologi terapan maupun penelitian akuntansi manajerial (misalnya, Brownell

    1982; Lau dan Tan 2003).

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    e. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial dilihat berdasarkan kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas-

    tugas manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi,

    pengaturan staf, negosiasi dan representasi (Mahoney dkk., 1963). Kinerja yang diukur

    meliputi delapan dimensi yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi,

    pengaturan staff, negosiasi, representasi serta pengukuran secara keseluruhan. Instrumen ini

    terdiri dari 9 (sembilan) item pertanyaan. Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan

    semakin tinggi kinerja yang dicapai dalam pelaksanaan tugas manajerial.

    3. METODE PENELITIAN

    Pada hakekatnya penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat eksplanatori

    dengan menguji variabel penyebab dan variabel yang memediasi pengaruh partisipasi

    anggaran terhadap kinerja manajerial. Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh bukti

    empiris untuk mengkonfirmasi temuan studi yang ada tentang hubungan variabel-variabel

    tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan mengirim kuesioner kepada

    para manajer level menengah perusahaan manufaktur skala besar di Provinsi Banten.

    Perusahaan manufaktur skala besar merupakan perusahaan yang memiliki modal

    sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah

    banyak dan terampil, pemasaran berskala nasional atau internasional. Perusahaan seperti ini

    mempunyai rentang kendali yang sangat luas dan memungkinkan terjadinya informasi

    asimetri. Perusahaan manufaktur skala besar memiliki jumlah dan frekuensi transasksi bisnis

    yang tinggi serta berada pada lingkungan persaingan bisnis yang ketat, sehingga proses

    penetapan anggaran juga menjadi lebih kompleks.

    Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan metode pemilihan sampel

    bertujuan (purposive sampling). Pertimbangan atau kriteria penentuan sampel dalam

    penelitian ini adalah (1) responden telah menduduki posisi jabatannya minimal selama satu

    tahun, (2) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

    keterlibatan manajer level menengah dan akibat yang ditimbulkan baik yang bersifat positif

    maupun negatif dari keikutsertaan manajer dalam proses penetapan anggaran.

    3.1. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan melalui survei dengan mengirim

    kuesioner kepada para manajer level menengah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

    kombinasi dua cara berikut; (1) melalui jasa pos, dan (2) secara langsung oleh peneliti.

    Kombinasi kedua metode tersebut dipilih dengan pertimbangan kemampuan peneliti dan

    dalam usaha meningkatkan tingkat pengembalian kuesioner. Pengiriman kembali kuesioner

    yang sudah diisi dilakukan oleh responden secara langsung kepada peneliti dengan

    menggunakan sampul surat siap kirim yang disediakan peneliti. Apabila dalam waktu dua

    minggu, jumlah kuesioner yang kembali belum mencukupi, maka dilakukan kontak via

    telepon atau dihubungi langsung kepada calon responden. Sebelum digunakan dalam

    penelitian sesungguhnya, kuesioner yang digunakan diujicobakan (pilot test) terlebih dahulu

    dengan menggunakan sampel pada beberapa perusahaan manufaktur di Kota Serang.

    3.2. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dimulai dengan melakukan uji normalitas, evaluasi outlier, uji

    reliabilitas, dan uji kesesuaian model. Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    tersebut berdistribusi normal. Data normal jika membentuk suatu distribusi normal, jika

    asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas besar maka seluruh hasil uji

    statistik tidak valid. Outlier merupakan kondisi observasi dari suatu data yang memiliki

    karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan

    muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-

    variabel kombinasi (Ghozali, 2008).

    Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang menjadi indikator

    dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban terhadap pernyataan adalah

    konsisten atau stabil dari waktu ke waktu atau jawaban tidak boleh acak karena masing-

    masing pernyataan hendak mengukur hal yang sama (Ghozali, 2006). Pengujian goodness of

    fit dilakukan sebelum pengujian hipotesis penelitian, dengan melihat beberapa indeks

    goodness of fit, seperti absolute fit measure, incremental fit measure dan parsimonious fit

    measure.

    3.3. Metode Analisis Pengujian model penelitian menggunakan pendekatan yang direkomendasikan oleh

    Anderson dan Gerbing (1988) serta Chong dan Chong (2002) dengan menggunakan dua

    tahapan. Tahap pertama, measurement model dievaluasi dengan confirmatory factor analysis

    (CFA). Kedua, berdasarkan hasil CFA, item-item yang merefleksikan konstruk yang sama

    kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan unidimensional composite yang akan digunakan

    dalam pengujian model penelitian.

    Penelitian ini menggunakan path analysis untuk mengetahui dan menganalisis

    pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen sekaligus sehingga

    memungkinkan pengujian terhadap variabel intervening (Ghozali, 2008). Path analysis

    ditujukan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel

    sebagai variabel penyebab, terhadap seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel

    akibat.

    Hair dkk. (1998) menyatakan bahwa terdapat empat langkah yang harus ditempuh

    untuk menggunakan path analysis ini, yaitu: 1) mengembangkan model, yang harus

    dilakukan berdasarkan teori; 2) mengembangkan diagram jalur untuk menunjukkan hubungan

    kausalitas; 3) konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan

    spesifikasi model pengukuran; dan 4) pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model

    yang dibangun.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi Umum Objek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan metode survey melalui penyebaran kuesioner kepada

    manajer level menengah perusahaan manufaktur skala besar di Kabupaten/Kota se Provinsi

    Banten. Data diperoleh sebanyak 546 kuesioner yang dapat disebar kepada manajer level

    menengah dengan tingkat pengembalian efektif sebesar 32,6%. Hal ini disebabkan karena ada

    penolakan dari beberapa perusahaan manufaktur yang pada awalnya akan dijadikan target

    populasi. Jumlah sampel sebanyak 178 responden dapat dikatakan cukup memadai karena

    telah sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan dengan estimasi maximum likelihood

    yaitu antara 100 sampai 200 (Ghozali, 2008). Tingkat pengembalian kuesioner sebesar 32,6%

    dipertimbangkan juga cukup memadai berkaitan dengan sifat sensitif penelitian tentang

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    keperilakuan serta memperhatikan tingkat pengembalian untuk ukuran Indonesia yang rata-

    rata hanya 10 20 persen.

    Berdasarkan pengalaman di lapangan dapat disampaikan bahwa respon terhadap

    petugas lapangan sebagian besar positif kecuali beberapa perusahaan asing di Tangerang.

    Petugas penerima kuesioner di perusahaan tersebut menganggap bahwa kegiatan penyebaran

    kuesioner mengganggu pekerjaan dan tidak memberikan nilai tambah langsung bagi

    perusahaan. Beberapa calon responden juga merasa bahwa kegiatan ini dianggap ingin

    menyelidiki keadaan perusahaan dengan tujuan membandingkan perusahaan satu dengan

    lainnya. Pengumpulan data untuk daerah lain relatif tidak mengalami hambatan yang berarti,

    bahkan membantu memberikan dan menunjukkan nama manajer yang menjadi target

    responden penelitian.

    Responden terdiri dari manajer laki-laki sebanyak 68,5% dengan masa kerja berkisar

    antara 11 20 tahun sebanyak 41,6% yang umumnya berpendidikan strata 1 (S1) sebanyak

    55,1% dengan usia berkisar antara 41 50 tahun sebanyak 51,2%. Responden sebagian besar

    menduduki jabatan manajer bidang keuangan sebanyak 33,1%. Karakteristik responden ini

    dirasakan cukup memadai untuk mengukur pengaruh variabel anteseden, intervening dan

    konsekuensi dari partisipasi anggaran.

    4.2. Uji Normalitas

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai kritis sebesar

    2,58 pada tingkat signifikan 0,01. Apabila nilai kritis dari hasil penelitian ini lebih besar

    dari kriteria nilai kritis tersebut, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak

    normal. Begitu sebaliknya, apabila nilai kritis lebih kecil dari kriteria tesebut, maka distribusi

    data adalah normal.

    Berdasarkan tabel 2 (lihat lampiran), dapat dilihat bahwa nilai critical ratio (c.r.)

    skewness value semua variabel menunjukkan distribusi normal karena nilainya di bawah

    2,58, kecuali variabel KM dengan nilai c.r. sebesar -3,005. Sedangkan uji normalitas

    multivariate memberikan nilai critical ratio (c.r.) sebesar 2,545 berada dibawah 2,58. Jadi

    secara multivariate berdistribusi normal. Dengan demikian, berdasarkan hasil tersebut dapat

    disimpulkan bahwa model penelitian ini memenuhi syarat dan layak digunakan untuk

    menguji seluruh hipotesis penelitian.

    4.3. Pengujian Outliers

    Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik

    yang terlihat sangat berbeda jauh dari obsevasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk

    nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-variabel kombinasi (Hair

    dkk., 1998). Evaluasi multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan perhitungan jarak

    mahalanobis (the mahalanobis distance) untuk tiap-tiap variabel. The mahalanobis distance

    menunjukkan jarak sebuah variabel dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang

    multidimensional (Norusis, 1994; Tabacnick dan Fidell, 1996, dalam Ferdinand, 2005).

    Perhitungan jarak mahalanobis didasarkan pada nilai p2 > 0,000. Oleh karena itu, data yang

    memiliki jarak mahalanobis p2 = 0,000 dianggap multivariate outliers. Kesimpulannya

    adalah bahwa tidak terdapat jarak mahalanobis sama dengan 0,000, dengan demikian untuk

    data penelitian ini tidak terdeteksi adanya outlier multivariate (lihat Tabel 3 lampiran).

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    4.4. Pengujian Multicollinearity

    Untuk melihat apakah terdapat multicollinearity atau singularity dalam sebuah

    kombinasi variabel, perlu mengamati determinan matriks kovarians. Nilai determinan yang

    sangat kecil menunjukkan indikasi terdapatnya masalah multikolinieritas atau singularitas,

    sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian. Hasil output AMOS 16.0 memberikan

    nilai determinan of sample covariance matrix sebesar 1,547 (lihat Tabel 4 lampiran). Nilai ini

    lebih besar dari nol sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah

    multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis.

    4.5. Pengujian Reliabilitas

    Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang menjadi indikator

    dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban terhadap pernyataan adalah

    konsisten atau stabil dari waktu ke waktu atau jawaban tidak boleh acak karena masing-

    masing pernyataan hendak mengukur hal yang sama. Jika jawaban terhadap indikator dari

    suatu variabel tersebut acak, maka dapat dikatakan bahwa tidak reliabel. Pengukuran

    reliabilitas dapat dilakukan dengan one shot atau pengukuran sekali saja, dengan cara melihat

    nilai cronbach alpha (). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai > 0,60.

    Tabel 5 (lihat Lampiran) menyajikan nilai cronbach alpha () masing-masing variabel yang

    diteliti. Semua variabel yang diteliti, yaitu informasi asimetri, partisipasi anggaran, komitmen

    tujuan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial memiliki nilai cronbach alpha () > 0,60.

    Artinya semua variabel yang diteliti reliabel dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.

    4.6. Analisis Konfirmatori (confirmatory factor analysis)

    Variabel laten yang digunakan dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan konsep

    teoritis dengan beberapa indikator. Penelitian ini mempunyai 5 (lima) variabel laten dan 42

    (empat puluh dua) indikator. Analsis konfirmatori dimaksudkan untuk menguji apakah

    indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk laten.

    Berikut analisis konfirmatori masing-masing indikator :

    A. Informasi Asimetri Variabel informasi asimetri (IA) diukur dengan 6 (enam) indikator pernyataan yang

    diambil dari penelitian Dunk (1993). Berdasarkan hasil analisis konfirmatori (lihat Gambar

    2), dapat disimpulkan bahwa indikator IA1 dan IA6 memiliki nilai loading factor sangat

    besar masing-masing sebesar 0,870 dan 0,980. Nilai loading tersebut menandakan bahwa

    dua indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk informasi

    asimetri. Keempat indikator lainnya, yaitu IA2, IA3, IA4 dan IA5 memiliki nilai loading

    sangat kecil, yaitu masing-masing 0,371; 0,327; 0,358; dan 0,329, sehingga keempat

    indikator ini harus dikeluarkan dari model.

    B. Partisipasi Anggaran Konstruk partisipasi anggaran (PA) diukur dengan 4 (empat) indikator pernyataan

    yang bersumber dari penelitian Vroom dan Mann (1960). Berdasarkan hasil analisis

    konfirmatori konstruk partisipasi anggaran (lihat Gambar 3), terlihat bahwa semua indikator

    (PA7, PA8, PA9 dan PA10) memiliki nilai loading factor di atas 0,50. Nilai loading masing-

    masing indikator yaitu 0,689; 0,578; 0,566 dan 0,502. Nilai loading tersebut menandakan

    bahwa keempat indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk

    partisipasi anggaran.

    C. Komitmen Tujuan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Variabel komitmen tujuan (KT) diukur dengan 3 (tiga) indikator pernyataan yang

    diadopsi dari penelitian Latham dan Steele (1983). Berdasarkan hasil analisis konfirmatori

    (lihat Gambar 4), dapat disimpulkan bahwa indikator KT11 dan KT13 memiliki nilai loading

    factor di atas 0,50 masing-masing sebesar 0,885 dan 0,963. Nilai loading tersebut

    menandakan bahwa dua indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur

    konstruk komitmen tujuan. Indikator lainnya, yaitu KT12 memiliki nilai loading sangat kecil

    yaitu 0,329 tidak dapat dijadikan indikator dari konstruk KT, sehingga indikator KT12 harus

    dikeluarkan dari model, dengan tujuan untuk membentuk model yang lebih baik. Namun

    demikian, walaupun indikator KT12 tidak digunakan, pernyataan tersebut dapat diwakili oleh

    dua indikator lainnya.

    D. Kepuasan Kerja Konstruk kepuasan kerja (KK) diukur dengan 20 (dua puluh) indikator pernyataan

    yang diadopsi dari penelitian Vocational Psychology Research, University of Minnesota

    (1967). Berdasarkan hasil analisis konfirmatori (lihat Gambar 5), dapat dilihat bahwa

    indikator yang memiliki nilai loading factor sangat kecil sebanyak 10 indikator yaitu

    indikator KK17, KK18, KK19, KK23, KK25, KK26, KK27, KK31, KK32, dan KK34,

    sehingga kesepuluh indikator tersebut harus dikeluarkan dari model. Indikator yang tersisa,

    yaitu KK20, KK21, KK22, KK24, KK28, KK29, KK30, KK33, KK35 dan KK36 dilakukan

    analisis konfirmatori ulang untuk mendapatkan nilai yang fit.

    Setelah dilakukan analisis konfirmatori ulang dan mendapatkan nilai yang fit (lihat

    Gambar 6), maka indikator yang tersisa dan valid untuk mengukur konstruk kepuasan kerja

    adalah KK21, KK22, KK29, KK33 dan KK36. Kelima indikator tersebut harus dijadikan

    indikator untuk pengujian model penelitian.

    E. Kinerja Manajerial Variabel terakhir yaitu kinerja manajerial (KM) diukur dengan 9 (sembilan) indikator

    pernyataan yang diadopsi dari penelitian Mahoney, dkk. (1963). Berdasarkan hasil analisis

    konfirmatori (lihat Gambar 7), indikator KM37, KM39, KM41 dan KM45 memiliki loading

    factor di atas 0,50. Sedangkan kelima indikator lainnya, yaitu KM38, KM40, KM42, KM43

    dan KM44 memiliki nilai loading jauh dibawah 0,50, sehingga kelima indikator ini harus

    dikeluarkan dari model.

    Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis konfirmatori untuk model yang

    direvisi hingga didapat nilai yang fit. Hasil pengujian menyisakan indikator KM37, KM41

    dan KM45 dengan nilai loading masing-masing indikator sebesar 0,512; 0,739 dan 0,653

    (lihat Gambar 8). Nilai loadng ini di atas batas minimal yang ditetapkan, sehingga indikator

    KM37, KM41 dan KM45 merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk kinerja

    manajerial.

    4.7. Analisis Pengujian Jalur (path) Dalam perhitungan analisis dengan path diagram, untuk bobot masing-masing

    variabel digunakan aggregate dari indikator yang valid untuk mengukur masing-masing

    nariabel. Skor indikator yang valid dari tiap-tiap variabel dijumlahkan dan kemudian jumlah

    masing-masing variabel tersebut diuji dengan menggunakan analisis jalur.

    Model penelitian yang diusulkan terdiri dari 5 (lima) variabel, yaitu informasi

    asimetri, partisipasi anggaran, komitmen tujuan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial.

    Analisis jalur dilakukan dengan tujuan untuk menguji persamaan regresi dan mengukur

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    hubungan langsung maupun tidak langsung antar variabel dalam model. Berikut hasil

    lengkap pengujian path diagram :

    Gambar 1

    Hasil Pengujian Model Penelitian

    Sumber : Hasil Analisis jalur

    Gambar 1 di atas menunjukkan hasil analisis jalur. Semua variabel menunjukkan

    hubungan yang positif. Berikut hasil uji kesesuaian model (goodness of fit) dibandingkan

    dengan cut off Value dari masing-masing index :

    Tabel 1

    Goodness of Fit Pengujian Jalur

    Goodness of fit index Cut off Value Hasil Model Keterangan

    Chi-Square P = 5% df = 5

    X2 = 11,07

    5,982

    Fit

    Probabilitas 0,05 0,308 Fit

    CFI 0,94 0,996 Fit

    NFI 0,90 0,975 Fit

    GFI 0,90 0,987 Fit

    AGFI 0,90 0,960 Fit

    TLI 0,95 0,991 Fit

    RMSEA 0,08 0,033 Fit

    Sumber : Hasil Pengolahan Data

    Tabel 1 menunjukan bahwa semua indeks Goodness of Fit model yang dibangun

    sudah fit. Ini terlihat dari nilai pada kolom hasil model, dimana nilainya sesuai dengan yang

    disyaratkan pada kolom cut off value. Tingkat signifikansi (Probabilitas) sebesar 0,308

    menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara

    matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi gagal untuk

    ditolak.

    Informasi

    Asimmetri

    .23

    Partisipasi

    Anggaran

    .54

    Komitmen

    Tujuan

    .04

    Kepuasan

    Kerja

    .21

    Kinerja

    Manajeriale2

    e4

    e1

    .40

    e3.48

    .73 .17

    .21

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Penerimaan hipotesis nol menunjukkan bahwa model dapat diterima, hal ini juga

    diperkuat dengan indeks-indeks goodness of fit lainnya seperti CFI (0,996), NFI (0,975), GFI

    (0,987), AGFI (0,960), TLI (0,991) dan RMSEA (0,033) memberikan konfirmasi yang cukup

    kuat untuk dapat diterimanya model.

    4.8. Pengujian Hipotesis Berdasarkan perhitungan melalui analisis jalur yang mencakup variabel Informasi

    Asimetri (IA), Partisipasi Anggaran (PA), Komitmen Tujuan (KT), Kepuasan Kerja (KK)

    dan Kinerja Manajerial (KM). Tahap selanjutnya adalah menguji hipotesis yang diajukan,

    hasil uji hipotesis dapat dilihat berdasarkan besarnya critical ratio (c.r), probability dan

    standardized regression weight pada Tabel 6 (lihat Lampiran). Nilai C.R di atas 2,56 akan

    menghasilkan nilai estimasi yang signifikan pada taraf () 1%, sedangkan nilai C.R. lebih

    besar dari 1,96 signifikan pada taraf () 5%.

    Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Partisipasi Anggaran

    Berdasarkan Tabel 6 (lihat Lampiran) H1 dapat diterima. Hasil penelitian ini

    mengindikasikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri yang terjadi antara atasan

    (superior) dan bawahan (subordinate), maka pimpinan perusahaan harus semakin sering

    melibatkan manajer level menengah dalam proses penyusunan anggaran agar diperoleh

    informasi dan pemahaman yang lebih jelas mengenai informasi pribadi yang dimiliki

    bawahan.

    Informasi lokal yang dimiliki responden sangat diperlukan untuk menilai peluang

    bisnis dan resiko unit kerja dalam penyusunan anggaran yang lebih masuk akal. Informasi

    yang mereka miliki akan mereka sampaikan dalam bentuk program kerja wilayah yang

    menjadi tanggung jawabnya dan dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk

    menyusun anggaran. Kekurangan informasi akan menimbulkan masalah ketidakpastian bagi

    pembuat keputusan. Manajer mungkin tidak tahu persis konsekuensi dari tindakan yang akan

    diambil, karenanya informasi yang lebih baik dapat menurunkan ketidakpastian dan

    mengarahkan pada keputusan yang lebih baik.

    Informasi asimetri yang terjadi di perusahaan mendorong manajemen untuk

    meningkatkan partisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Semua indikator yang

    membentuk partisipasi anggaran memiliki nilai loading lebih besar dari 50%. Reponden

    menyetujui adanya keterlibatan dalam penyusunan anggaran, memiliki otoritas dalam

    memutuskan aktivitas, Opininya merupakan faktor penting dalam mengeksekusi anggaran,

    dan memiliki otoritas serta tanggung jawab yang diberikan oleh manajer puncak untuk

    mengeksekusi anggarannya.

    Temuan ini mendukung teori keagenan bahwa informasi pribadi tentang kondisi

    lokal yang dimiliki bawahan lebih banyak dan lebih lengkap dibandingkan atasannya.

    Berdasarkan teori keagenan tersebut, maka perlu untuk membuka ruang partisipasi bawahan

    dalam menyusun rencana kerja dan anggaran yang berhubungan dengan unit organisasi yang

    menjadi tanggung jawabnya.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Shields dan Young (1993) yang

    melaporkan bahwa informasi asimetri menciptakan kebutuhan untuk partisipasi anggaran.

    Teori yang digunakan dalam penelitiannya adalah agency theory. Berdasarkan survei

    kuesioner, Shields dan Young (1993) menemukan bahwa ada hubungan positif antara tingkat

    informasi asimetri dan penggunaan partisipasi anggaran. Beberapa peneliti lain yang hasilnya

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    sejalan dengan penelitian ini adalah Murray (1990), Nouri dan Parker (1998), Shields dan

    Shields (1998), dan Merchant dan Stede (2007).

    Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Tujuan Terhadap Kinerja Manajerial

    Tabel 6 (lihat Lampiran) menunjukkan H2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang

    positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil ini mengindikasikan

    bahwa semakin tinggi keterlibatan manajer level menengah dalam proses penyusunan

    anggaran, akan meningkatkan komitmen manajer atas tujuan anggaran. Hasil pengujian

    menunjukkan bahwa secara langsung partisipasi anggaran mendorong manajer untuk

    merasakan adanya komitmen pada tujuan anggaran yang akan dijadikan pedoman untuk

    melaksanakan tugasnya.

    Responden merasakan adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk

    berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Keempat indikator partisipasi anggaran

    mempunyai tingkat validitas yang cukup untuk mengukur tingkat partisipasi anggaran yang

    ditunjukkan oleh nilai loading di atas 50%. Berbeda dengan komitmen tujuan, hanya dua

    indikator yaitu penerimaan sebagai tujuan pribadi dan berjuang mencapai anggaran

    mendapatkan nilai loading yang sangat besar (lebih dari 70%). Hal ini menandakan bahwa

    dengan dilibatkannya manajer level menengah dalam proses penyusunan anggaran mampu

    meningkatkan motivasi manajer pada pencapaian tujuan anggaran.

    Temuan ini sejalan dengan teori goal setting dan hasil penelitian Locke dan Latham

    (1990), Hofstede (1991), dan Klein dkk. (2001). Locke dan Latham (1990) berpendapat

    bahwa bawahan hanya akan mempertimbangkan untuk mengerjakan tugas jika mereka

    melihat bahwa anggaran dapat dicapai dan layak dicapai. Ika (2010) menyimpulkan bahwa

    partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan komitmen tujuan anggaran.

    Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian

    terdahulu yang dilakukan Ika (2010) mendukung penelitian yang dilakukan saat ini dengan

    objek penelitian yang sama yaitu perusahaan manufaktur.

    Fakta ini menunjukkan bahwa dengan dilibatkannya para manajer dalam proses

    penyusunan anggaran di perusahaan, akan memungkinkan mereka memiliki otoritas dan

    tanggung jawab untuk mengeksekusi anggaran. Hal yang mendasarinya adalah karena opini

    manajer level menengah merupakan faktor penting dalam mengeksekusi anggaran, manajer

    level menengah dilibatkan dalam penyusunan anggaran, dan memiliki otoritas dalam

    memutuskan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai anggaran yang ditetapkan.

    Keterlibatan ini membuat para manajer menjadi terikat dan berusaha untuk mencapai tujuan

    anggaran yang pada akhirnya semakin meningkatkan komitmen mereka agar secara bersama-

    sama saling bersinergi dan berjuang untuk mencapai anggaran yang telah ditetapkan.

    H3 seperti yang dinyatakan pada Tabel 6 (lihat Lampiran) juga menunjukkan hasil

    yang positif signifikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara langsung komitmen

    tujuan akan mendorong manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Komitmen tujuan adalah

    aspek penting dari hubungan antara anggaran dan kinerja karena anggaran dapat tidak

    memiliki efek motivasi jika karyawan tidak memiliki komitmen tujuan pada pekerjaan yang

    menjadi tanggung jawab mereka.

    Hampir semua manajer merasakan adanya peningkatan komitmen pada tujuan

    anggaran. Kedua indikator komitmen tujuan (indikator kt11 dan kt13) mendapatkan jawaban

    dengan nilai loading lebih besar dari 70%. Jawaban untuk pernyataan kinerja manajerial

    menunjukkan kecenderungan yang hampir sama dengan komitmen tujuan. Indikator km41

    memiliki nilai loading sebesar 0,739 yang berarti memiliki tingkat validitas yang sangat

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    tinggi. Kinerja manajerial yang diukur dengan sembilan indikator, ternyata hanya tiga

    indikator yang memiliki nilai loading di atas 50%. Hal ini menandakan bahwa komitmen

    pada tujuan anggaran mampu meningkatkan kinerja manajemennya.

    Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini menjelaskan tindakan bawahan dalam

    mewujudkan tujuan yang diharapkannya. Tujuan bawahan akan menentukan pilihan tindakan

    yang akan dilakukannya. Setiap individu menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan

    mereka baik jangka pendek maupun jangka panjang (Locke dan Latham, 1990). Dengan

    demikian, sasaran yang ditetapkan secara partisipatif menghasilkan kinerja yang unggul,

    artinya individu akan memiliki kinerja terbaik bila diberi tugas sasaran oleh atasan mereka.

    Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Locke dkk. (1981),

    Klein dkk. (2001), dan Yuen dan Cheung (2003).

    Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial

    Tabel 6 (lihat Lampiran) menunjukkan H4 diterima. Hasil pengujian menunjukkan

    bahwa secara langsung partisipasi anggaran akan meningkatkan kepuasan kerja, sehingga

    manajer dapat melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya. Hasil pengolahan

    data menunjukkan probabilitas 0,005 (Tabel 5). Dengan kata lain partisipasi anggaran

    mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja pada tingkat signifikan 0,005.

    Dengan demikian hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa partisipasi anggaran

    mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil ini

    mengindikasikan bahwa semakin tinggi keterlibatan manajer level menengah dalam proses

    penyusunan anggaran, akan meningkatkan kepuasan kerja yang ditandai dengan diberikannya

    kesempatan kepada para manajer level menengah untuk melakukan sesuatu dengan

    menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Partisipasi anggaran dapat meningkatkan

    kepuasan kerja bagi bawahan, karena bawahan merasa diperlakukan oleh atasannya sebagai

    mitra berharga dalam proses pengambilan keputusan, yang pada gilirannya menciptakan

    moral yang lebih tinggi, motivasi yang lebih besar, dan komitmen yang lebih tinggi.

    Temuan empiris ini menunjukkan bahwa dengan adanya otoritas untuk memutuskan

    aktivitas dan mengeksekusi anggaran di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, dapat

    membuat para manajer merasa puas dengan kompetensi dan cara atasan menangani

    pekerjaannya. Hal ini dapat meningkatkan rasa kepuasan berekspresi, jaminan pekerjaan

    tetap, meningkatkan kepercayaan pada kebijakan perusahaan, dan dapat melakukan sejumlah

    pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara bebas.

    Temuan ini juga konsisten dengan teori penetapan tujuan. Teori penetapan tujuan

    didasarkan pada asumsi bahwa perilaku orang memiliki maksud-maksud tertentu (Locke dan

    Latham, 1990) dan sasaran atau tujuan mengarahkan dan mendukung kemampuan individual

    untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian

    sebelumnya seperti yang sudah dilakukan oleh Hofstede (1967), Chenhall dan Brownell

    (1988), Frucot dan Shearon (1991), Doll dan Torkzadeh (1991), Denison dan Mishra (1995),

    Lau dan Tan (2003), dan Jermias (2011).

    H5 juga dapat diterima dan didukung secara empiris. Hasil pengujian menunjukkan

    bahwa secara langsung kepuasan kerja akan mendorong manajer untuk meningkatkan

    kinerjanya. Hasil pengolahan data menunjukkan probabilitas 0,014 (Tabel 6). Hasil ini

    mengindikasikan bahwa kepuasan kerja sangat dibutuhkan oleh manajer level menengah

    untuk meningkatkan kinerjanya.

    Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap manajer memiliki

    tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang berlaku pada

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    dirinya. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja

    merupakan bentuk respon terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja

    sering ditentukan oleh hasil pekerjaan. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya

    dan dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1998).

    Ketiga aspek tersebut tercermin dari tingkat validitas dari lima indikator yaitu cara

    atasan menangani pekerjanya (kk21), kompetensi supervisor (kk22), besaran gaji yang

    diterima (kk29), kondisi kerja (kk33) dan prestasi yang didapat (kk36). Kelima indikator ini

    mempunyai tingkat validitas yang tinggi terutama untuk indikator kk21, kk36 dan kk29

    dengan nilai loading di atas 70%. Tingginya nilai rata-rata jawaban pertanyaan tentang

    kepuasan kerja meyakini bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang luas untuk

    melakukan pekerjaan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki karyawannya dan

    menilai baik atas cara-cara pimpinan dalam menangani bawahannya. Kesempatan ini

    membuat responden dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan berpeluang

    untuk maju dalam pekerjaannya.

    Temuan empiris ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

    Chong (2002), dan Leach-Lopez dkk. (2007, 2009). Penelitian Leach-Lopez dkk. (2007)

    menemukan bukti yang kuat bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja.

    5. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN KONTRIBUSI PRAKTIS

    5.1. Simpulan

    Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu (1) Menguji hubungan antara

    informasi asimetri dengan partisipasi anggaran, dan (2) Menginvestigasi pengaruh partisipasi

    anggaran terhadap kinerja manajerial melalui dua variabel intervening (yaitu komitmen

    tujuan dan kepuasan kerja). Model yang dibangun dalam penelitian ini lebih merujuk pada

    teori keagenan dan teori penetapan tujuan. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian

    hipotesis, penelitian ini menghasilkan temuan yaitu: bahwa informasi lokal yang dimiliki

    bawahan lebih banyak dibandingkan atasannya sehingga atasan membuka ruang untuk

    mengikutsertakan bawahan dalam penyusunan anggaran yang menimbulkan konsekuensi

    positif bagi kinerja manajerial. Informasi asimetri biasanya terjadi dalam perusahaan skala

    besar, dimana atasan (superior) relatif tidak tahu banyak tentang kondisi lokal dibandingkan

    bawahan (subordinate). Dengan demikian atasan menggunakan partisipasi anggaran untuk

    belajar tentang lingkungan setempat serta memberikan motivasi pada bawahannya.

    Teori penetapan tujuan digunakan untuk mendukung model hubungan partisipasi

    anggaran dan variabel interveningnya terhadap kinerja manajerial. Teori ini digunakan untuk

    menjelaskan tindakan manajer level menengah dalam mewujudkan tujuan yang

    diharapkannya. Tujuan manajer level menengah akan menentukan pilihan tindakan yang akan

    dilakukan. Setiap individu menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan mereka baik jangka

    pendek maupun jangka panjang. Tujuan manajer level menengah akan menentukan besarnya

    usaha yang dilakukannya, semakin tinggi komitmen manajer dalam mencapai tujuannya akan

    mendorong manajer tersebut untuk melakukan usaha-usaha yang keras dengan melakukan

    segala upaya dan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan yang ditetapkan dengan kebersamaan

    (partisipatif) menghasilkan kinerja yang unggul.

    Akhirnya, temuan empiris ini menunjukkan bahwa dengan adanya otoritas untuk

    memutuskan aktivitas dan mengeksekusi anggaran, dapat membuat para manajer level

    menengah lebih dapat mengembangkan ide-ide dan rencana kerja sesuai dengan kondisi

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    lingkungannya, meningkatkan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, dan meningkatkan

    kepuasan kerja. Hal ini berdampak pada meningkatnya kinerja mereka.

    5.2. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain (1) hasil uji confirmatory

    factor analysis (CFA) menunjukkan bahwa beberapa indikator penelitian memiliki nilai

    loading yang rendah, sehingga tidak dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. Padahal

    beberapa indikator tersebut kemungkinan dapat memberikan penjelasan yang kuat terhadap

    hubungan antar variabel penelitian. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian untuk generalisasi,

    (2) pendapat para manajer level menengah merupakan pendapat pada saat mengisi kuesioner.

    Pendapat tersebut belum tentu mencerminkan opini yang konsisten dari waktu ke waktu,

    walaupun para manajer tersebut terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Penelitian yang

    akan datang sebaiknya memperluas jenis perusahaan dengan membandingkan berbagai

    macam industri serta perlu mempertimbangkan saran Shields dan Shields (1998), dengan

    menggunakan persepsi ketidakpastian lingkungan dan ketidakpastian tugas sebagai penyebab

    diperlukannya partisipasi anggaran selain informasi asimetri.

    5.3. Kontribusi Praktis

    Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi manajemen perusahaan bahwa

    pada saat informasi lokal yang dimiliki bawahan lebih lengkap dibandingkan informasi yang

    dimiliki atasan, maka perusahan harus membuka ruang yang cukup untuk memberikan

    keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran. Dengan demikian, akan diperoleh

    informasi lokal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan anggaran. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja

    manajerial melalui komitmen tujuan dan kepuasan kerja. Temuan ini memberi masukan bagi

    manajemen perusahaan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran mampu memberikan

    kesempatan bagi manajer level menengah untuk mengembangkan ide-ide dan rencana kerja

    yang sesuai dengan kondisi lingkungan bisnisnya, meningkatkan komitmen untuk mencapai

    tujuan anggaran, meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan kinerja manajerial.

    Anggaran yang telah ditetapkan merupakan komitmen manajer penyusun anggaran yang akan

    digunakan sebagai tolok ukur kinerja manajer.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alim, M. N. (2003). Pengaruh Ketidakpastian Stratejik dan Revisi Anggaran Terhadap

    Efektivitas Partisipasi Penyusunan Anggaran: Pendekatan Kontinjensi. Ventura. 6

    (3). 317-328.

    Anderson, J. C., dan D. W. Gerbing. (1988). Structural equation modeling in practice: A

    review and recommended two-step approach. Psychological Bulletin: 411423.

    Baizer, W.K., J.A. Kihm, P.C. Smith, J.L. Irwin, P.D. Bachiochi, dan C. Robie. (1997).

    Users Manual for the Job Descriptive Index (JDI: 1997 Revision) and the Job in

    General Scales. Ohio: Bowling Green.

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Brownell, P. (1982). The role of accounting data in performance evaluation, budgetary

    participation and organizational effectiveness. Journal of Accounting Research. 20

    (1). 12-27.

    Chenhall, R. H. dan P. Brownell. (1988). The Effect of participative budgeting on job

    satisfaction and performance : Role ambiguity as an intervening variable.

    Accounting. Organizations and Society. 13 (3). 225 233.

    Chong, V. K., I. R. Eggleton, dan M. K. Leong. (2005). The effects of value attainment and

    cognitive roles of budgetary participation on job performance. Advances in

    Accounting Behavioral Research. 8. 213233.

    Chong, V. K., dan D. M. Johnson. (2007). Testing a Model of The Antecedents and

    Consequences of Budgetary Participation on Job Performance. Accounting and

    Business Research. 37. 3-19

    Denison, D.R. dan A. K. Mishra. (1995). Toward a theory of organizational culture and

    effectiveness. Organization Science. 6 (2). 204-223.

    Doll, W.J., dan G. Torkzadeh. (1991). Issues and Opinions - The Measurement of End-User

    Computing Satisfaction: Theoretical and Methodological Issues. MIS Quarterly. 15.

    5-10.

    Dunk, A. S. (1993). The effect of budget emphasis and information asymmetry on the

    relation between budgetary participation and slack. The Accounting Review. 68 (2).

    400 410.

    Evans, J. H., R. L. Hannan, R. Krishnan, dan D. V. Moser. (2001). Honesty in managerial

    reporting. The Accounting Review. 76 (4). 537559.

    Ferdinand, A. (2005). Struktural Equation Modelling Dalam Penelitian Manajemen.

    Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Frucot, V., dan W. T. Shearon. (1991). Budgetary participation, locus of control, and

    Mexican managerial performance and job satisfaction. The Accounting Review. 1.

    80-99.

    Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan

    Penerbit Universitas Diponegoro.

    Ghozali, I. (2008). Konsep dan aplikasi dengan program AMOS 16.0. Semarang: Badan

    Penerbit Universitas Diponegoro.

    Greenberg, J. dan R. A. Baron. (2003). Behavior in Organization: Understanding and

    managing the human side of work. 8th ed. New Jersey: Prentice Hall.

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Hair, J. F., R.E. Anderson, R.L. Tathan, dan W.C. Black. (1998). Multivariate Data Analysis

    with Reading. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

    Hofstede, G.H. (1967). The Game of Budget Control. Assen. The Netherlands: Van Gorcum.

    Hofstede, G. H. (1991). Cultures and Organizations: Software of the Mind. London:

    McGraw-Hill.

    Hollenbeck, J. R. dan H. J. Klein. (1987). Goal commitment and the goal-setting process:

    Problems, prospects, and proposals for future research. Journal of Applied

    Psychology. 72. 212-220.

    Ika, A. (2010). Pengaruh Determinan Komitmen Tujuan, Kejelasan dan Umpan Balik

    Anggaran Terhadap Job Relevant Information dan Kinerja Manajerial Pada

    Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Program

    Doktor Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana, Univesitas Diponegoro.

    Jermias, J. (2011). Budgetary Participation: The Effects of Information Asymmetry, Goal

    Commitment, and Role Ambiguity on Job Satisfaction and Performance. Social

    Science Research Network (SSRN). CAAA Annual Conference 2011.

    Kilfoyle, E, dan A. J. Richardson. (2011). Agency and structure in budgeting: Thesis,

    antithesis and synthesis. Critical Perspective on Accounting. 22. 183 199.

    Kirby, A., S. Reicheistein, P. Sen, dan T. Paik. (1991). "Participation, Slack, and Budget-

    Based Performance Evaluation. Journal of Accounting Research. 109-128.

    Klein, H. J., M. J. Wesson, J.R. Hollenbeck, P.M. Wright, dan R.P. DeShon. (2001). The

    assessment of goal commitment : A measurement model meta-analysis.

    Organizational Behavior and Human Decision Processes. 85. 3255.

    Kreitner, R., dan A. Kinicki. (2000). Organization Behavior. 5th edition. USA : Mc Graw-

    Hill.

    Lau, C. M., dan S.L.C. Tan. (2003). The Effects of Participation and Job-Relevant

    Information on the Relationship Between Evaluative Style and Job Satisfaction.

    Review of Quantitative Finance and Accounting. 21 (1). 17-34.

    Leach-Lopez, M. A., W. W. Stammerjohan, dan F. M. McNair. (2007). Differences in the

    Role of Job-Relevant Information in the Budget Participation-Performance

    Relationship among U.S. and Mexican Managers: A Question of Culture or

    Communication. Journal of Management Accounting Research. 19. 105 136.

    Leach-Lopez, M. A., W. W. Stammerjohan, dan K. S. Lee. (2009). Budget participation and

    job performance of South Korean managers mediated by job satisfaction and job

    relevant information. Management Research News. 32 (3). 220 238.

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Libby, T. A. (1999). The influence of voice and explanation on performance in a

    participative budgeting setting. Accounting, Organizations and Society. 24. 125-

    137.

    Locke, E. A. (1968). Toward a theory of task motivation and incentives. Organizational

    behavior and human performance. 3. 157 189.

    Locke, E. A. dan J.F. Bryan. (1968). Goal-Setting as a Determinant of The Effect of

    Knowledge of Score on Performance. The American Journal of Psychology. 81(3).

    398-406.

    Locke, E. A. dan G. P. Latham. (1990). A Theory of Goal Setting and Task Performance.

    Englewood, Cliffs. New Jersey : Prentice Hall.

    Locke, E. A. dan D. M. Schweiger. (1979). Participation in decision-making: One more

    look. In B. M. Staw (Ed.). Research in organizational behaviour. 1. 265 339.

    Locke, E. A., K. N. Shaw, L. M. Saari, G. P. Latham. (1981). Goal Setting and Task

    Performance : 19691980. Psychological Bulletin (American Psychological

    Association). 90 (1). 125152.

    Luthans, F. (1998). Organizational Behavior. 8th ed. Mc Graw-Hill.

    Mahoney, T. A., T. H. Jerdee, dan S. J. Carroll. (1963). Development of Managerial

    Performance: A Research Approach. Cincinnati, OH : Southwestern Publishing

    Company.

    Maiga, A.S. (2005). Antecedents and consequences of budget participation. Advances in

    Management Accounting. 14. 211-231

    Merchant, K. A., dan W. A. Van der Stede. (2007). Management Control System:

    Performance Measurement, Evaluation, and Incentives. Second Edition, Toronto:

    Prentice Hall.

    Murray, D. (1990). The performance effect of participating budgeting : an integration of

    intervening and moderating variables. Behavioral Research in Accounting. 2. 104

    123

    Nouri, H. dan R. J. Parker. (1998). The relationship between budget participation and job

    performance : The roles of budget adequacy and organizational commitment.

    Accounting, Organizations and Society. 23 (5/6). 467-483.

    Parker, R. J., dan L. Kyj. (2006). Vertical information sharing in the budgeting process.

    Accounting, Organizations and Society. 31. 27-45.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Edwin_A._Lockehttp://datause.cse.ucla.edu/DOCS/eal_goa_1981.pdfhttp://datause.cse.ucla.edu/DOCS/eal_goa_1981.pdfhttp://en.wikipedia.org/wiki/Psychological_Bulletinhttp://en.wikipedia.org/wiki/American_Psychological_Associationhttp://en.wikipedia.org/wiki/American_Psychological_Association

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Shields, J. F. dan M. D. Shields. (1998). Antecedents of participative budgeting.

    Accounting, Organizations and Society. 23 (1). 49 - 76

    Shields, M. D. dan S. M. Young. (1993). Antecedents and consequences of partisipative

    budgeting : Evidence on the effects of asymmetrical information. Journal of

    Management Accounting Research. 5. 265 - 280

    Sprinkle, G. B. (2003). Perspectives on experimental research in managerial accounting.

    Accounting, Organizations and Society. 28 (2/3). 287-318.

    Vroom, V. H., dan F. C. Mann. (1960). Leader authoritarianism and employee attitudes.

    Personnel Psychology. 13. 125140.

    Weiss, D.J., R. V. Davis, G. W. England, dan L. H. Lofquist. (1967). Manual for the

    Minnesota satisfaction questionnaire. Minnesota Studies in Vocational

    Rehabilitation XXII. October. Bulletin 45.

    Wentzel, K. (2002). The Influence of Fairness Perceptions and Goal Commitment on

    Managers Performance in a Budget Setting. Behavioral Research In Accounting.

    14. 247 271.

    Yuen, D. C.Y. dan K.C.C. Cheung. (2003). Impact of Participation in Budgeting and

    Information Asymmetry on Managerial Performance in The macau Service Sector.

    Journal of Applied Management Accounting Research. 1(2). 6578.

    LAMPIRAN

    Tabel 2

    Assessment of normality

    Variable Min Max Skew c.r. Kurtosis c.r.

    IA 6,000 10,000 0,348 1,896 2,219 6,043

    PA 14,000 20,000 0,265 1,444 -0,858 -2,335

    KK 15,000 25,000 0,121 0,659 1,216 3,312

    KT 6,000 10,000 -0,274 -1,492 0,635 1,730

    KM 10,000 15,000 -0,552 -3,005 -0,134 -0,364

    Multivariate

    5,648 2,545

    Sumber : Hasil output AMOS 16

    Tabel 3

    Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

    Observation

    number

    Mahalanobis

    d-squared p1 p2

    Observation

    number

    Mahalanobis

    d-squared p1 p2

    172 18.354 .005 .619 56 8.447 .207 .007

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    161 18.295 .006 .259 29 8.371 .212 .007

    59 17.060 .009 .220 147 8.361 .213 .005

    174 15.836 .015 .266 107 8.316 .216 .004

    152 15.260 .018 .229 143 8.153 .227 .007

    28 14.333 .026 .322 43 7.997 .238 .012

    164 14.232 .027 .211 20 7.938 .243 .012

    141 14.047 .029 .150 151 7.860 .249 .012

    168 13.906 .031 .099 163 7.670 .263 .026

    33 13.204 .040 .176 177 7.553 .273 .035

    47 13.138 .041 .115 42 7.353 .289 .070

    44 13.115 .041 .066 88 7.347 .290 .053

    38 13.115 .041 .034 46 7.106 .311 .125

    51 12.727 .048 .046 21 7.086 .313 .105

    11 12.679 .048 .027 176 7.037 .317 .100

    71 12.419 .053 .029 178 7.037 .317 .075

    57 12.363 .054 .018 70 6.987 .322 .072

    155 12.323 .055 .010 39 6.981 .323 .055

    27 12.320 .055 .005 17 6.972 .323 .041

    37 12.320 .055 .002 19 6.968 .324 .030

    25 11.211 .082 .059 150 6.950 .326 .024

    4 11.196 .083 .037 173 6.818 .338 .038

    169 10.967 .089 .047 62 6.626 .357 .081

    74 10.954 .090 .030 82 6.534 .366 .098

    110 10.716 .098 .041 68 6.470 .373 .103

    97 10.592 .102 .039 81 6.441 .376 .091

    41 10.542 .104 .028 104 6.310 .389 .134

    170 10.279 .113 .047 31 5.912 .433 .474

    156 10.277 .113 .029 167 5.872 .438 .463

    126 10.131 .119 .032 10 5.699 .458 .616

    60 10.126 .119 .020 98 5.671 .461 .593

    40 10.124 .120 .012 140 5.445 .488 .790

    24 10.060 .122 .010 96 5.270 .510 .891

    58 9.938 .127 .010 2 5.194 .519 .909

    26 9.705 .138 .018 91 5.114 .529 .928

    53 9.534 .146 .025 69 5.114 .529 .905

    122 9.459 .149 .022 14 5.105 .530 .882

    159 9.404 .152 .018 32 5.076 .534 .872

    66 9.384 .153 .012 67 4.904 .556 .943

    79 9.382 .153 .007 75 4.851 .563 .947

    22 9.327 .156 .006 146 4.776 .573 .958

    85 9.292 .158 .004 34 4.752 .576 .952

    123 9.249 .160 .003 23 4.683 .585 .961

    35 9.242 .160 .002 64 4.641 .591 .961

    138 9.238 .161 .001 3 4.554 .602 .973

    6 9.211 .162 .001 149 4.506 .608 .975

    5 9.048 .171 .001 145 4.450 .616 .978

    36 9.046 .171 .001 165 4.450 .616 .969

    30 8.477 .205 .015 116 4.437 .618 .961

    73 8.477 .205 .010 12 4.201 .649 .994

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Sumber : Hasil output AMOS 16

    Tabel 4

    Sample Covariances

    IA PA KK KT KM

    IA .700

    PA .656 2.656

    KK .227 .610 3.273

    KT .252 1.044 .311 .765

    KM .229 .773 .504 .428 1.283

    Condition number = 15.102

    Eigenvalues

    4.344 2.609 .922 .514 .288

    Determinant of sample covariance matrix = 1.547

    Tabel 5

    Hasil Uji Reliabilitas

    No. Variabel Cronbach Alpha Keterangan

    1 Informasi Asimetri 0,635 Reliabel

    2 Partisipasi Anggaran 0,671 Reliabel

    3 Komitmen Tujuan 0,608 Reliabel

    4 Kepuasan Kerja 0,829 Reliabel

    5 Kinerja Manajerial 0,712 Reliabel

    Sumber : Hasil analisis untuk penelitian ini

    Tabel 6

    Hasil Pengujian Pengaruh Informasi Asimetri, Pertisipasi Anggaran, Komitmen

    Tujuan, Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Manajerial

    Hipotesis Jalur Estimate S.E. C.R.

    Standardized

    Regression

    weights

    P

    H1 PA

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Hipotesis Jalur Estimate S.E. C.R.

    Standardized

    Regression

    weights

    P

    H5 KM

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Gambar 4

    CFA Komitmen Tujuan

    Gambar 5

    CFA Kepuasan Kerja

    Gambar 6

    chi-square=.000

    probabilitas=\p

    degree of freedom=0

    GFI=1.000

    AGFI=\agfi

    CFI=\cfi

    CMIN/DF=\cmindf

    RMSEA=\rmsea

    TLI=\tli

    NFI=\nfiKom. Tujuan

    .78

    kt13

    e13

    .88

    .11

    kt12

    e12

    .33

    .93

    kt11

    e11

    .96

    KK

    .00

    kk17

    e17

    .05

    .02

    kk18

    e18

    .15

    .02

    kk19

    e19

    .14

    .38

    kk20

    e20

    .62

    .75

    kk21

    e21

    .87

    .50

    kk22

    e22

    .71

    .04

    kk23

    e23

    .20

    .50

    kk24

    e24

    .70

    .13

    kk25

    e25

    .36

    .00

    kk26

    e26

    .06

    .19

    kk27

    e27

    .43

    .55

    kk28

    e28

    .74

    .75

    kk29

    e29

    .87

    .43

    kk30

    e30

    .65

    .19

    kk31

    e31

    .44

    .04

    kk32

    e32

    .20

    .40

    kk33

    e33

    .64

    .01

    kk34

    e34

    .09

    .43

    kk35

    e35

    .65

    .71

    kk36

    e36

    .84

    chi-square=735.432

    probabilitas=.000

    degree of freedom=170

    GFI=.705

    AGFI=.635

    CFI=.657

    CMIN/DF=4.326

    RMSEA=.137

    TLI=.617

    NFI=.600

    KK

    .96

    kk21

    e21

    .98

    .37

    kk22

    e22

    .61

    .63

    kk29

    e29

    .79

    .38

    kk33

    e33

    .61

    .91

    kk36

    e36

    .96

    chi-square=19.338

    probabilitas=.002

    degree of freedom=5

    GFI=.962

    AGFI=.886

    CFI=.980

    CMIN/DF=3.868

    RMSEA=.127

    TLI=.959

    NFI=.973

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    CFA Kepuasan Kerja - Revisi

    Gambar 7

    CFA Kinerja Manajerial

    Gambar 8

    CFA Kinerja Manajerial - Revisi

    chi-square=110.925

    probabilitas=.000

    degree of freedom=27

    GFI=.875

    AGFI=.791

    CFI=.689

    CMIN/DF=4.108

    RMSEA=.133

    TLI=.585

    NFI=.637

    Kinerja

    Manajerial

    .29

    km37

    e37

    .54

    .14

    km38

    e38

    .37

    .35

    km39

    e39

    .59

    .21

    km40

    e40

    .46

    .35

    km41

    e41

    .59

    .14

    km42

    e42

    .37

    .06

    km43

    e43

    .25

    .19

    km44

    e44

    .43

    .38

    km45

    e45

    .62

    chi-square=.000

    probabilitas=\p

    degree of freedom=0

    GFI=1.000

    AGFI=\agfi

    CFI=\cfi

    CMIN/DF=\cmindf

    RMSEA=\rmsea

    TLI=\tli

    NFI=\nfi

    Kinerja

    Manajerial

    .26

    km37 e37

    .51

    .55

    km41 e41.74

    .43

    km45 e45

    .65

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Gambar 9

    Hasil Uji Analisis Jalur

    Informasi

    Asimmetri

    .23

    Partisipasi

    Anggaran

    .54

    Komitmen

    Tujuan

    .04

    Kepuasan

    Kerja

    .21

    Kinerja

    Manajeriale2

    e4

    e1

    .40

    e3

    chi-square=5.982

    probabilitas=.308

    degree of freedom=5

    GFI=.987

    AGFI=.960

    CFI=.996

    RMSEA=.033

    TLI=.991

    NFI=.975

    .48

    .73 .17

    .21