fakultas hukum - digital library uns · daftar tabel halaman tabel 1 tabel gaji pns tahun 2007...

80
Pelaksanaan penggajian pegawai negeri sipil di pemerintah kota surakarta (tinjauan yuridis pelaksanaan pp no.9 tahun 2007 tentang perubahan kesembilan atas pp no.7 tahun 1977 tentang peraturan gaji pegawai negeri sipil) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Meynar Intan Hapsari E.003231 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: ngodang

Post on 10-Mar-2019

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pelaksanaan penggajian pegawai negeri sipil di pemerintah kota surakarta

(tinjauan yuridis pelaksanaan pp no.9 tahun 2007 tentang perubahan

kesembilan atas pp no.7 tahun 1977 tentang peraturan gaji pegawai negeri

sipil)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Meynar Intan Hapsari

E.003231

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

ii

PERSETUJUAN

Penulisan Hukum ini (Skripsi) telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Pembimbing,

Waluyo, S.H., Msi NIP : 132092854

iii

PENGESAHAN

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah diterima dan dipertahankan Oleh Dewan

Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada

Hari :

Tanggal :

DEWAN PENGUJI

1. …………………………. DJOKO WAHJU W, S.H., M.S.

Ketua

2. …………………………. WALUYO, S.H., Msi

Anggota

Mengetahui,

Dekan

MOH. JAMIN,S.H., M.H. NIP. 131 570 154

iv

MOTTO

“Sebab barang siapa berseru kepada nama TUHAN, akan diselamatkan”

(Roma 10 : 13)

Kesalahan terbesar yang dibuat manusia di dalam kehidupanya adalah terus

menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat kesalahan.

(Elbert Hubbard)

v

PERSEMBAHAN

Skripsiku ini penulis persembahkan

untuk:

§ Tuhan Yesus Kristus yang telah

menuntun jalanku serta membimbing

hidupku.

§ Ibu dan Ayahku tersayang dan tak

tergantikan

§ Kakak-kakakku, adekku, dan

ponakanku tercinta

§ Sahabat-sahabatku yang memberikan

inspirasi

§ Masa Depanku

vi

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur tak terhingga atas berkat dan karunia dari Tuhan YME

penulis panjatkan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Penulisan

Hukum ( Skripsi ) dengan judul “PELAKSANAAN PENGGAJIAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (Tinjauan Yuridis

Pelaksanaan PP No.9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas PP No.7

Tahun 1977 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil).”

Penulisan hukum (skripsi) ini, penulis membahas tentang bagaimana

pelaksanaan pemberian gaji, hambatan-hambatan yang timbul dalam penggajian

Pegawai Negeri Sipil, dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Penulisan Hukum (

Skripsi ) ini menemui berbagai rintangan, tantangan,dan hambatan yang harus

penulis lewati dengan penuh kesabaran. Selanjutnya dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi ) ini.

2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., selaku Pembimbing Akademik penulis, yang

telah membimbing dan memberikan arahan sehingga dapat menjadi bekal

dalam penulisan hukum ( skripsi ) ini.

3. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku pembimbing dalam penulisan hukum (

skripsi ) ini, yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan

kepada penulis hingga selesainya penulisan hukum ( skripsi ) ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS, yang telah memberikan ilmu

kepada penulis sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan hukum ( skripsi

) ini.

5. Ayahanda Haryono dan Ibunda Anastasia Sri Hartati tersayang yang telah

memberikan pelajaran hidup, bimbingan, doa, semangat, dan kasih sayangnya

kepada penulis sampai saat ini.

vii

6. Seluruh keluarga penulis Mas Adrian Chris Darmawan dan Mbak Novita

Santa Erika, Mas Mahmud Affandi Kurniawan dan Mbak Mutiara Dian

Agustina beserta Kei Altantuya Kurniawan, dan adeku Tiffany Kusuma

Augusta, terima kasih atas dukungan, doa, nasehat, arahan dan semangat

kepada penulis selama ini.

7. Hendra Prihatino, S.H, yang telah memberikan dukungan, arahan, dan nasehat

kepada penulis selama ini.

8. Saudara dan sahabatku : Kristiyani Asih Pratiwi, Rahayu Kusumo Wardhani,

Andi Sasmito, dan Tyo Asmoro, yang telah memberikan pelajaran hidup

sehingga penulis menjadi lebih dewasa.

9. Saudara-saudaraku di Fakultas Hukum UNS : Anna Yuliani, Maria Sanjaya,

Dita Ayu Candrakinasih, Christina Wiwied, Fitri Aryanti, Prabarani Palma

Pramitha, Heydi Rosiana Sitorus, Danang Vidri Aditya, Faris Danar, Bayu

Adityo Nugroho, Erick Cristanto, Gana Renaldi Pascasurya, Toufik Muchtar,

terima kasih atas suka duka dan semua kenangan yang telah diberikan kepada

penulis.

10. Sahabat-sahabatku di Unit Bola Basket UNS, terima kasih atas dukungannya

selama ini kepada penulis.

11. Candra Asyari yang telah memberikan dukungan kepada penulis dengan

menyediakan fasilitas komputer hingga penulisan hukum ini selesai.

12. Seluruh teman-teman di Fakultas Hukum UNS, khususnya angkatan 2003

yang tidak dapat penulis ungkapkan satu-persatu, terima kasih atas

perhatiannya.

Pada akhirnya bagi pihak-pihak yang belum bisa penulis ungkapkan di

sini, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuannya hingga penulisan

hukum ( skripsi) ini selesai.

Surakarta, Desember 2007

Meynar Intan Hapsari

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

MOTTO ........................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

ABSTRAK....................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

E. Metode Penelitian .......................................................................... 6

F. Teknik Analisis Data...................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan Hukum ....................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12

A. Kerangka Teori .............................................................................. 12

1. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah ....................... 12

2. Tinjauan tentang Keuangan Daerah......................................... 15

3. Tinjauan Umum tentang PNS .................................................. 17

4. Tinjauan Umum tentang Gaji PNS .......................................... 24

B. Kerangka Pemikiran....................................................................... 28

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 30

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 30

ix

1. Tinjauan tentang Kota Surakarta.............................................. 30

2. Tinjauan tentang Badan Pengelola Keuangan ......................... 33

B. Pelaksanaan Penggajian PNS di Kota Surakarta............................ 43

1. Dasar Hukum Penggajian PNS di Kota Surakartra.................. 43

2. Keadaan PNS di Kota Surakarta .............................................. 47

3. Penggajian PNS di Kota Surakarta .......................................... 52

C. Hambatan dalam Pelaksanaan Penggajian dan Upaya

Penyelesaiannya ............................................................................. 60

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 62

A. Kesimpulan .................................................................................... 62

B. Saran............................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surar Ijin Penelitian dari Fakultas Hukum UNS

Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel Gaji PNS tahun 2007 Golongan I dan II ....................44

Tabel 2 Tabel Gaji PNS tahun 2007 Golongan III dan IV ............... 45

Tabel 3 Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Surakarta..................46

Tabel 4 Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan

kepangkatan dan golongan...................................................47

Tabel 5 Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Suraklarta berdasarkan

tingkat pendidikan................................................................49

xii

ABSTRAK

MEYNAR INTAN HAPSARI, PELAKSANAAN PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PP NO.9 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PP NO.7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum ( Skripsi). 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimanakah pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta, hambatan-hambatan yang timbul dari pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil, dan bagaimana cara mengatasi hambatan yang timbul dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan jenis penelitian empiris. Jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.tenik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi di lapangan yang meliputi observasi dan wawancara serta studi kepustakaan. Kemudian teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif dengan model interaktif.

Berdasar penelitian ini diperoleh hasil bahwa, Pertama, Pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997. Kedua, hambatan-hambatan yang timbul dalam penggajian Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah, pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga jangka waktu penyelesaian pembayaran gaji juga terlambat dari waktu yang ditentukan, sering terjadinya pergantian bendahara sehingga mengakibatkan kesalahapahaman mengenai aturan gaji, perubahan ketentuan gaji sering tidak tepat waktu karena turunnya SK sering terlambat, dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat turun sehingga pegawai negeri sipil yang seharusnya sudah pensiun masih menerima gaji seperti biasa sebelum di pensiun. Ketiga, Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah, diadakannya konsultasi antara Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan tentang bagaimana cara mengatasi data yang seharusnya telah lengkap ketika data itu sampai kepada bagian keuangan. Data yang disampaikan ke bagian keuangan oleh Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah harus benar, lengkap, serta valid agar dapat secara mudah diselesaikan oleh bagian keuangan tanpa harus dikembalikan lagi sehingga tidak ada keterlamabatan, Diadakan pembinaan-pembinaan secara berkala kepada bendaharaan gaji, dibentuknya aparat pengawas fungsional yang melakukan pengawasan atau pemeriksaan atau secara berkesinambungan terhadap pengelolaan gaji pegawai negeri sipil agar tidak terjadi suatu kekeliruan atau kecurangan agar tercipta suatu tertib administrasi, tertib penyaluran dan penggunaan dana serta tertib pertanggungjawaban yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang telah bergulir memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Daerah untuk dapat melakukan penyelenggaraan pemerintahan

secara dinamis dan dapat disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan yang

ada. Desentralisasi memberikan efisiensi secara tepat agar segala keputusan

yang mutlak diperlukan dalam hal pembangunan daerah dapat langsung

terlaksana tanpa harus menunggu keputusan dari pemerintah pusat sebagai

sentral kekuasaan. Pemerintah pusat dalam hal ini akan berfungsi menyiapkan

pedoman-pedoman umum yang dijadikan parameter bagi penyelenggaraan

pemerintah daerah agar tidak menyimpang dari prinsip Negara Kesatuan.

Disamping itu, dengan diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah maka

tugas-tugas pemerintah akan dijalankan dengan lebih baik karena masyarakat

di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi, dan

politik. Desentralisasi diyakini akan mencegah kepincangan dalam menguasai

sumber daya yang dimiliki dalam sebuah Negara (Syaukani,2002:273).

Desentralisasi atau otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah

satu pilihan kebijaksanaan nasional yang dapat mencegah kemungkinan

terjadinya disintegerasi nasional. Otonomi Daerah juga merupakan sarana

kebijakan yang secara politik ditempuh dalam rangka memelihara keutuhan

Bangsa. Karena dengan otonomi akan memperkuat ikatan semangat

kebangsaan serta persatuan dan kesatuan diantara segenap warga bangsa ini.

Dan diharapkan dapat menjadi solusi perkembangan pembangunan daerah

sebagai bentuk kewenangan pemerintah daerah dalam hal pelakasanaan

pemerintahan.

Pelimpahan wewenang sebagai bentuk otonomi daerah diharapkan

dapat menjadi solusi yang tepat sebagai salah satu cara meningkatkan

pelayanan dan pengelolaan pemerintahan. Menurut Ateng Syafruddin

menegaskan: “Keharusan dalam segala organisasi ialah adanya hubungan-

1

xiv

hubungan yang harmonis yang didasarkan kepada kepentingan-kepentingan

yang diintegrasikan, untuk tujuan ini esensi pertama adalah hubungan

kewajiban dan tugas yang diintegrasikan itu dipertimbangkan satu sama lain.

Ini berarti bahwa koordinasi yang pekerjaan sehat. Ini semua dimungkinkan

dalam organisasi yang sehat (Ateng Syafrudin,1976:77).

Pembagian wewenang diharapkan menjadi jembatan penghubung

antara tujuan pemerintah pusat yang dapat selaras dengan kondisi keuangan

pemerintah daerah itu sendiri, karena itu diperlukan koordinasi yang dapat

menyatukan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian dan kesinambungan

antarbagian, agar tujuan penyelenggaraan pemerintah dapat berjalan dengan

baik. Dalam pembagian kerja, tugas pekerjaan terpecah-pecah kedalam fungsi-

fungsi tertentu dan masing-masing fungsi dilaksanakan oleh pejabat-pejabat

tertentu. Pembagian kerja mendorong timbulnya spesialisasi yang

mengandung kemungkinan timbulnya perpecahan. Agar hal ini tidak terjadi,

maka diperlukan koordinasi (Josef Riwu Kaho,2005:247).

Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah sebagai bentuk

desentralisasi tidak hanya mencakup pada kepentingan masyarakat umumnya

tetapi secara khusus juga haruslah memberikan perubahan terhadap pegawai

pemerintah daerah itu sendiri sebagai salah satu faktor pendukung pelaksana

pembangunan daerah, mengingat suatu daerah dibentuk berdasarkan

pertimbangan kemampuan ekonomi potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang

memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam

Pasal 1 butir 5 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, yaitu : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang,dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”. Kewenangan daerah yang dimaksud adalah kewenangan dalam

seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar

negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama, serta

kewenangan bidang lain. Dimana kewenangan bidang lain tersebut meliputi

xv

kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan

nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi

negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan

sumber daya manusia, pemberdayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi

yang srategis, konservasi, dan standarisasi nasional.

Dalam upaya memberdayakan pemerintah daerah maka pemerintah

pusat memberikan perubahan kewenangan, maka perspektif perubahan yang

diinginkan dalam pengelolaan keuangan dan anggaran daerah adalah:

a) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.

Hal ini tidak terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk

kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi

masyrakat pada pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah.

b) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, Kepala Daerah, dan PNS

Daerah, baik rasio maupun pertimbangannya.

c) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan

anggaran multitahunan.

d) Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional

( Mardiasmo,2002:9-10).

Jenis-jenis kewenangan tersebut diatur lebih lanjut di dalam Peraturan

Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Wewenang Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Wewenang pemerintah daerah yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tersebut salah satunya adalah

wewenang dalam bidang politik dalam negeri dan administrasi publik.

Dalam bidang administrasi publik, pemerintah daerah mempunyai

kewenangan dalam pengelolaan gaji pegawai negeri sipil di daerahnya.

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa dalam rangka mewujudkan otonomi

di bidang Administrasi Pengelolaan Gaji PNS, maka pemerintah pusat telah

menyerahkan Administrasi Pengelolaan Gaji PNS kepada pemerintah daerah

propinsi/kabupaten/kota. Masalah gaji merupakan hal yang sensitif dan

mempunyai dampak politis yang sangat luas bagi penyelenggaraan

pemerintahan, oleh karena itu masalah gaji memerlukan penanganan yang

xvi

baik, tertib, dan teratur pada setiap bagian yang terkait, baik pada Bagian

Kepegawaian sebagai sumber data maupun pada Bagian Keuangan yang

merupakan unit dalam menangani Administrsi Pengelolaan Gaji PNS. Seperti

yang kita ketahui bahwa Pegawai Negeri Sipil yang mana mereka ini

merupakan pelaksana pemerintah yang bekerja sesuai dengan bidang masing-

masing berdasar suatu peraturan yang telah ditetapkan, yang tersebar di

berbagai wilayah Indonesia dan terdiri atas berbagai jabatan, yang meliputi :

jabatan struktural, jabatan fungsional, serta jabatan/pejabat negara tertentu.

Untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan Pegawai Negeri,

dalam Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undang-

undang nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian ditegaskan

bahwa Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai

dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Untuk itu Negara dan pemerintah

wajib mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang layak

kepada Pegawai Negeri.

Berdasarkan uraian diatas, maka Pemerintah daerah mempunyai peran

yang sangat penting dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di

daerahnya. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan penggajian PNS

tersebut, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul

“PELAKSANAAN PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (Tinjauan Yuridis Pelaksanaan PP

No.9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas PP No.7 Tahun 1977

tentang Peraturan Gaji Pegewai Negeri Sipil)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan secara jelas,

maka penulis mengambil rumusan permasalahan yang akan dibahas, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah

Kota Surakarta?

xvii

2. Apakah hambatan-hambatan yang timbul dari pelaksanaan penggajian

Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta dan bagaimana upaya

penyelesaiannya?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Tujuan

dalam suatu penelitian menunjukkan kualitas dan nilai penelitian tersebut.

Berdasarkan atas latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di

Pemerintah Kota Surakarta.

b. Mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dari pelaksanaan

penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta dan

upaya-upaya penyelesaiannya.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap

penerapan teori-teori yang penulis terima selama menempuh kuliah

dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat.

b. Memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk

menyusun penulisan hukum, sebagai persyaratan dalam mencapai

gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Didalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

dapat diharapkan dari adanya penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum,

khususnya Hukum Administrasi Negara.

xviii

b. Menambah referensi bagi penelitian berikutnya.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk menambah

referensi dibidang karya ilmiah yang tujuannya juga untuk dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dibidang hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penyusunan dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak yang harus ada

didalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk

mempermudah dalam memilih metode yang digunakan hendaklah jelas aspek-

aspek yang akan diungkapkan. Hal ini biasanya ditentukan terlebih dahulu

mengenai karakteristik dari suatu disiplin.

Menurut Soerjono Soekamto metode berarti “jalan ke” namun menurut

kebiasaan, metode dirumuskan dengan kemungkinan sebagai berikut :

1. Suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian

2. Suatu teknik yang umum dan suatu ilmu pengetahuan

3. Cara tertentu untuk melakukan prosedur (Soerjono Soekamto, 1986:5).

Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu

faktor penting yang menunjang suatu proses penelitian yaitu berupa

penyelesaian suatu permasalahan yang akan diteliti dimana metode penelitian

merupakan cara utama yang bertujuan untuk mencapai tingkat penelitian,

jumlah dan jenis yang akan dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan

klasifikasi yang akan didasarkan pada pengalaman dapat ditentukan jenis

penelitian (Winarno Surakhrnad, 1992 ; 130).

Pengertian metode sendiri adalah usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana

dilakukan dengan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1994:4), dengan demikian

xix

pengertian metode sebenarnya adalah cara bagaimana penelitian akan

dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hal-hal yang menyangkut metode

penelitian dalam penulisan hukum ini, penulis menguraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum dengan menggunakan

jenis penelitian empiris yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang tata

kerjanya memberikan data seteliti mungkin tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan aktivitas manusia, sifat-sifat, hasil karya manusia,

keadaan dan gejala-gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 1984:10).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta khususnya di Kantor

Pengelola Keuangan Daerah dan Badan Kepegawaian Daerah Kota

Surakarta yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Nomor 2 Surakarta.

Pemilihan lokasi penelitian ini dipertimbangkan karena instansi-instansi

tersebut cukup memiliki data yang penulis butuhkan guna menunjang

penelitian ini.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama, atau melalui penelitian di lapangan. Data primer

diperoleh melalui wawancara dengan pejabat-pejabat terkait di

lingkungan di Pemerintah Daerah Kota Surakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung yang berisi keterangan tambahan maupun keterangan

pendukung. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui

kajian-kajian pustaka, tulisan-tulisan ilmiah, dan literatur-literatur lain

yang mendukung.

xx

4. Sumber Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan arah

penelitian ini, sumber data diambil dari :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan

informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti yang diperoleh dengan tanya jawab

atau wawancara yaitu Pegawai Kantor Keuangan Daerah dan Pegawai

Badan Kepegawaian Daerah. Permasalahan yang diteliti berupa data-

data, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung di

lapangan mengenai permasalahan yang diteliti.

b. Sumber Data Sekunder

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

terdiri dari :

(1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian.

(2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

(3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

Daerah.

(4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan

Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977

tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

2) Bahan Hukum Sekunder, meliputi bahan-bahan yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti bahan-bahan

kepustakaan, dokumen, arsip negara, artikel, jurnal, makalah,

majalah serta surat kabar.

3) Bahan Hukum Tersier, adalah informasi, petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya

xxi

adalah kamus, enslikopedia, indeks komulatif dan seterusnya

(Soerjono Soekanto, 1980:52).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk pengumpulan data

dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke obyek

penelitian untuk mengadakan pengamatan secara langsung. Hal ini

dimaksudkan agar memperoleh data yang valid.

b. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab secara lisan dengan sumber data yang bersangkutan dalam hal

ini Pegawai Kantor Pengelola Keuangan Daerah dan Pegawai Dinas

Pendapatan Daerah.

c. Studi Pustaka

Teknik Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data melalui

membaca, mengkaji dan menganalisis isi serta membuat catatan dari

buku-buku, dokumen, jurnal dan lain-lain yang bertujuan untuk

mendapatkan data sekunder.

F. Analisis Data

Dalam analisis data ini penulis menggunakan pendekatan secara

kualitatif, pengertian analisis kualitatif adalah cara pemilihan yang

menghasilkan data deskriptif analisis, yakni apa yang dinyatakan responden

secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari

secara utuh (Soerjono Soekamto, 1984:20)

Penulis memperoleh data dari responden secara tertulis maupun lisan,

kemudian dikumpulkan, selanjutnya dianalisa secara kualitatif. Langkah

berikutnya dicari hubungan dengan data yang ada dan disusun secara logis dan

xxii

sistematis, sehingga diperoleh gambaran secara jelas tentang pelaksanaan

penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta.

Adapun dalam penulisan ini, penulis menggunakan analisis kualitatif.

Dibawah ini disajikan skema dari model analisis data tersebut.

(HB Sutopo, 2002:91-96)

Gambar 1. Teknik Analisis Data

Dari bagan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian kepada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus

bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah penelitian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan

Dalam mengumpulkan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari

arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposi.

Pengumpulan Data

Pengujian Data Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ Vertifikasi

xxiii

G. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika

penulisan, maka diperlukan suatu sistematika penulisan hukum. Sistematika

penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian serta sistematika skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang Tinjauan umum tentang Pemerintahan

Daerah, Tinjauan Tentang Keuangan Daerah, Tinjauan umum

tentang Pegawai Negeri Sipil, Tinjauan umum tentang gaji

Pegawai Negeri Sipil.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini memuat tentang Deskripsi Lokasi Penelitian,

Pelaksanaan Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota

Surakarta, dan hambatan dan penyelesaiannya terhadap masalah

yang timbul dalam proses pelaksanaan penggajian tersebut.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup ini penulis menarik suatu kesimpulan secara

singkat dan jelas untuk menjawab permasalahan penelitian

berdasarkan pembahasan dan selanjutnya penulis mencoba untuk

memberikan saran sebagai solusi/upaya pemecahan masalah dalam

skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xxiv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teori

a. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah

1) Pengertian Otonomi Daerah

Negara Republik Indonesia sebagai suatu negara kesatuan

menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,

dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah

untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu pasal 18

Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pembagian daerah

Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan

pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Otonomi daerah adalah kewenangan mengatur dan mengurus

penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh

pemerintah pusat (central government), melainkan juga oleh kesatuan-

kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelftanding),

bersifat otonomi (Bagir Manan, 2000:7).

Pelaksanaan otonomi daerah akan membawa efektivitas dalam

pemerintahan, sebab wilayah Negara itu pada umumnya terdiri dari

berbagai satuan daerah yang masing-masing memiliki sifat-sifat

khusus tersendiri yang disebabkan oleh faktor-faktor geograis(keadaan

tanah, iklim, flora, fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi, dialek,

bahasa, tingkat pendidikan).

Menurut UU No. 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.

Dari pengertian di atas jelas bahwa pemerintah daerah dapat

menggunakan wewenangnya untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya, tetapi dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh

12

xxv

undang-undang. Untuk mengetahui batas-batas urusan rumah tangga

daerah ada 3 teori yaitu :

a. Otonomi Materiil

Otonomi materiil mengatur mengenai urusan rumah tangga

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengenai batas-batas

kewenangannya dalam undang-undang pembentukan daerah.

b. Otonomi Formil

Otonomi ini tidak ada pembatasan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah dalam mengurus dan mengatur rumah

tangganya. Daerah diberikan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya untuk kepentingan daerahnya untuk

kemajuan dan perkembangan daerah. Akan tetapi daerah tidak

dapat mengatur urusan yang telah diatur oleh undang-undang yang

ada diatasnya atau bertentangan dengan kepentingan umum.

c. Otonomi Riil

Sistem ini merupakan campuran dari otonomi materiil dan otonomi

formil. Undang-undang pembentukan daerah, pemerintah, pusat

menentukan urusan-urusan yang. dijadikan ketentuan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Urusan rumah

tangga tersebut disesuaikan dengan kesanggupan dan kemampuan

daerah itu sendiri (Sujamto, 1979-1980:15-16).

Berdasarkan uraian di atas, maka penyelenggaraan di

daerah berasaskan desentralisasi yaitu penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka

NKRI. Dalam hal ini yang dianut adalah otonomi formil karena daerah

diberikan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya, untuk

kepentingan daerahnya, dan kemajuan serta perkembangan daerah.

2) Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah

Selanjutnya dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dikatakan bahwa : Prinsip

otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

xxvi

arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang

ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah mempunyai

kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,

peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat

yang berujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip

otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata

adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang

senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan

berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan

demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama

dengan daerah lainnya.

Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung

jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-

benar sejalan dengan tujuan maksud pemberian otonomi, yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan

nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah

harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh

dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga

harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah

lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan

antar daerah. Hal ini tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah

juga harus menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan

pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan

wilayah negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

xxvii

b. Tinjauan Tentang Keuangan Daerah

1) Dalam Pasal 155 Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa :

a) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan

belanja daerah.

b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

pemerintah di daerah didanai dari dan atas bebean anggaran

pendapatan dan belanja negara.

c) Administrasi pendanaan penyelanggaran urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari

administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Dalam penjelasan Undang-Undang No.32tahun 2004

dijelaskan bahwa penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan

terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan

pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan

yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dimana besarnya disesuiakan dan diselaraskan

dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan daerah. Semua

sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang

diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan

yang antara lain berupa; kepastian tersedianya pendanaan dari

pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan;

kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi

daerah dan untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya

nasional yang berada didaerah dan dana perimbangan lainnya; hak

untuk mengelola kekayan daerah dan mendapatkan sumber-sumber

pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Dengan

xxviii

pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya pemerintah

menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi”.

Di dalam Undang-undang mengenai keuangan negara, terdapat

penegasan dibidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan

pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari

Presiden sebagian diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota

selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah

dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekeayaan daerah

yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada, pengaturan

pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Gubernur/Bupati/Walikota

bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian

dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan demikian pengaturan

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan

menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan dearah, yaitu dalam

Undang-undang mengenai pemerintahan daerah.

2) Dalam pasal 157 Undang-Undang No.32 tahun 2004 bahwa sumber

pendapatan daerah terdiri atas :

a) Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu :

1. Hasil pajak daerah;

2. Hasil retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4. Lain-lain PAD yang sah.

b) Dana perimbangan

1. Antara pajak umum dengan pajak daerah terutama mengenai

asas-asas umumnya tidak ada perbedaan yang begitu prinsip,

hanya dalam pajak umum mempunyai fungsi mengatur

sedangkan dalam pajak daerah mempunyai asas yang

menyatakan pungutan pajak daerah tidak boleh menjadi

hambatan keluar masuknya atau pengangkutan barang (juga

orang) dari atau kedalam wilayah.

xxix

Sumber pungutan pajak negara relatif tidak terbatas sedangkan

obyek daripada daerah terbatas jumlahnya dalam arti bahwa

obyek pajak yang telah dipungut oleh negara tidak boleh

dipergunakan lagi, karena akan dapat memberatkan wajib pajak

dalam hal pajak ganda itu diberitahukan maka daerah hanya

dapat memungut tambahan atas pajak tersebut. Lapangan pajak

daerah adalah lapangan obyek pajak yang belum dipungut oleh

pemerintah.

Dasar hukum dalam penarikan pajak daerah ialah Undang-

undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Pajak daerah adalah pajak yang ditarik dipungut dan

masuk kas pemerintah daerah yang penarikannya dan

pemberlakuannya harus berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan daerah yaitu pemerintah daerah yang berhak,

memungut pajak daerah adalah yang mempunyai hak mengurus

rumahtangga sendiri.

2. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari

penerimaan APBN yang diaplikasikan kepada daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Menurut Undang-undang No.33 tahun 2004

pasal 10 ayat (1) bahwa dana perimbangan terdiri atas :

a. Dana bagi hasil;

b. Dana alokasi umum;

c. Dana alokasi khusus.

c) Lain-lain pendapatan yang sah terdiri atas hibah dan pendapatan

dana darurat.

c. Tinjauan Umum tentang Pegawai Negeri Sipil

1) Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan

menentukan, karena pegawai negeri sipil adalah aparatur negara, abdi

xxx

negara dan abdi masyarakat, serta sebagai pelaksana pemerintah

dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam

rangka mewujudkan tujuan nasional, menurut penelitian M. Zikri Ks

di Sumatera Selatan menunjukan bahwa mentalitas pejabat

memainkan peranan yang sangat besar dalam menentukan berhasil

tidaknya pemerintah menjalankan tugasnya (M. Zikri. Ks, 1970:45).

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan

aparatur negara dan kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya

antara lain tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri sipil. Dalam

rangka mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri

sipil yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-

Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta yang bersatu padu,

bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna, berhasil guna, bersih,

berkualitas tinggi, dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur

aparatur negara, abdi negara, abdi masyarakat. Untuk mewujudkan

pegawai negeri sipil sebagai yang dimaksud diatas, maka pegawai

negeri sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya.

Dalam melaksanakan pembinaan aparatur negara antara lain

pegawai negeri sipil, telah diatur dalam Undang-Undang nomor 43

tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian: Dalam Bab 1 Pasal 1, yang

dimaksud dengan:

a. Pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia

yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan

xxxi

Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Pejabat negara adalah pimpinan dan anggota lembaga

tertinggi/tinggi Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan

dalam undang-undang.

d. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau

tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Jabatan negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk

didalamnya jabatan kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi

negara, dan jabatan kepaniteraan pengadilan.

f. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya

dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat

yang ditentukan.

g. Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok

pada satu satuan organisasi pemerintah.

Dikemukakan pada Bab II Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 bahwa Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pegawai Negeri Sipil terdiri pula dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat;

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Disamping pegawai negeri sebagaimana dimaksud diatas pejabat yang

berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai

Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya

xxxii

dibebankan pada Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah dan bekerja

pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar instansi induknya.

Kedudukan pegawai negeri sipil dalam pemerintahan diatur

dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok

kepegawaian. Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang ini menyatakan bahwa

pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan.

2) Penggolongan Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1980 tentang

pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil menetapkan

bahwa setiap pegawai negeri sipil diangkat dalam pangkat tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1).

Kenaikan pangkat merupakan penghargaan yang diberikan atas

pengabdian pegawai negeri sipil yang bersangkutan terhadap negara

(pasal 2). Berdasar Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1980

bahwa pangkat-pangkat yang dapat diberikan untuk pengangkatan

pertama adalah :

a. Juru muda golongan ruang I/a bagi mereka yang sekurang-

kurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar

b. Juru muda tingkat I golongan ruang I/b bagi mereka yang

sekurang-kurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah

Menengah Umum Tingkat Pertama atau Surat Tanda Tamat

Belajar Sekolah Menengah. Kejurusan Tingkat Pertama 3 tahun.

c. Juru golongan ruang I/c bagi mereka yang sekurang-kurangnya

memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Kejuruan

Tingkat Pertama 4 tahun.

d. Pengatur muda golongan ruang II/a bagi mereka yang sekurang-

kurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah

xxxiii

Menengah Umum Tingkat Atas, Surat Tanda Tamat Belajar

Sekolah Menengah Kejurusan Tingkat Atas Non Guru 3 tahun.

Ijazah Diploma I, Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Kejuruan

Tingkat Atas Non Guru 4 tahun, Surat Tanda Tamat Belajar

Sekolah Menengah Kejurusan Tingkat Atas Guru 3 tahun atau

Akta I.

e. Pengatur muda tingkat I golongan ruang II/b bagi mereka yang

sekurang-kurangnya memiliki Ijasah Sarjana Muda, ijasah

Diploma II, Ijasah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijasah

Diploma III, Ijasah Akademik, Ijasah Bakaloreat, Akta II, atau

Ijasah Diploma III Politeknik.

f. Pengatur golongan ruang II/c bagi mereka yang sekurang-

kurangnya memiliki Akta III.

g. Penata muda golongan ruang III/a bagi mereka yang sekurang-

kurangnya memiliki Ijasah Sarjana, Ijasah Dokter, Ijasah

Apoteker, Ijasah Pasca Sarjana, Ijasah Spesialis I atau Akta IV.

h. Penata muda tingkat I golongan ruang III/b bagi mereka yang

sekurang-kurangnya memiliki Ijasah Doktor, Ijasah Spesialis II,

Akta V atau memperoleh gelar doktor dengan mempertahankan

disertasi pada suatu perguruan tinggi negeri yang berwenang.

3) Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil

Pada Bab II Undang-Undang No.43 Tahun 1999:

- Pasal 4 : Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan

Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

- Pasal 5 : Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan

tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan

penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab.

xxxiv

- Pasal 6 : (1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia

jabatan.

(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat

yang berwajib atas kuasa Undang-Undang.

Selain kewajiban yang dimuat di dalam pasal 4 Undang-

Undang No. 43 Tahun 1999, yang merupakan perubahan atas pasal

tersebut Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 dan dengan masih

memberlakukan kewajiban lain yang termuat dalam pasal 5 dan pasal

6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tersebut maka diberlakukan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Bagi Pegawai Negeri Sipil diwajibkan :

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945, negara, dan pemerintah;

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan

atau kepentingan diri sendiri,serta menghindarkan segala sesuatu

yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan

golongan, diri sendiri, atau pihak lain;

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah,

dan pegawai negeri sipil;

d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji pegawai negeri sipil,

sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

e. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan

sebaik-baiknya;

f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah

baik yang langsung menyangkut tugas kedinasanya maupun yang

berlaku secara umum;

g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan

penuh pengabdian, kesadaran dan tangung jawab;

xxxv

h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk

kepentingan negara;

i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan,

dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;

j. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal

yang dapat membahayakan atau merugikan pemerintah/negara,

terutama dibidang keamanan, keuangan, materiil;

k. Mentaati ketentuan jam kerja;

l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;

m. Menggunakn dan memelihara barang-barang milik negara dengan

sebaik-baiknya;

n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat

menurut bidang tugasnya masing-masing;

o. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap

bawahanya;

p. Membimbing bawahanya dan melaksanakan tugasnya;

q. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap

bawahanya;

r. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;

s. Memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk

mengembangkan kariernya;

t. Mentaati peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;

u. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku

sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil

dan terhadap atasanya;

v. Hormat menghormati antara sesama warganya yang memeluk

Agama/Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang

berlainan;

w. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam

masyarakat;

xxxvi

x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan

kedinasan yang berlaku;

y. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;

z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap

laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

- Pasal 7 : (1) Setiap pegawai Negeri berhak memperoleh gaji

yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan

dan tangungjawabnya;

(2) Gaji yang diterima Pegawai Negeri harus mampu

memacu produktivitas dan menjamin

kesejahteraannya;

(3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan

dengan Peratuaran Pemerintah.

Mengenai hak Pegawai Negeri yang lain, telah diatur dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 1974 yang terdapat dalam :

- Pasal 8 : Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.

- Pasal 9 : (1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu

kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibanya, berhak memperolah perawatan;

(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat

jasmani atau cacat rohani dalam dan karena

menjalankan tugas kewajibannya yang

mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam

jabatan ataupun juga, berhak memperoleh

tunjangan;

(3) Setiap Pegawai Negeri ytang tewas, keluarganya

berhak memeperoleh uang duka.

xxxvii

- Pasal 10 : Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun.

d. Tinjauan Umum Tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil

1) Pengertian Gaji Pegawai

Ada berbagai rumusan mengenai pengertian gaji, diantaranya

seperti yang diuraikan di bawah ini :

a. Menurut Hadi Poerwono, memberikan definisi gaji sebagai berikut:

Gaji ialah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti

jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau

syarat-syarat tertentu (Hadi Poerwono, 1983:186)

b. Sedangkan menurut Dewan Penelitian Perburuhan Nasional,

memberikan definisi gaji sebagai berikut : gaji ialah suatu

penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada

penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa-jasa yang telah dan

akan dilakukan berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidupnya

yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan

Undang-Undang dan peraturan, kemudian dibayarkan atas dasar

suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

2) Gaji Pegawai

- Yang dimaksud dengan gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan

yang ada hubungannya dengan gaji ialah penghasilan yang

diterima oleh calon pegawai/pegawai negeri yang telah diangkat

oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

- Gaji pegawai terdiri dari:

1. Gaji Pokok

Yang dimaksud dengan gaji pokok ialah gaji yang diberikan

kepada calon pegawai/ pegawai negeri yang diangkat dalam

xxxviii

suatu pangkat atau masa kerja golongan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

2. Selain gaji pokok pegawai negeri berhak memperoleh

tunjangan tertentu, antara lain:

a. Tunjangan isteri/suami

Yang dimaksud dengan tunjangan isteri/suami ialah

tunjangan yang diberikan kepada calon pegawai/pegawai

negeri yang beristeri/suami;

b. Tunjangan anak

Yang dimaksud dengan tunjangan anak ialah tunjangan

yang diberikan kepada calon pegawai/pegawai negeri yang

mempunyai anak (anak kandung, anak tiri, dan anak angkat)

yang belum mencapai umur 18 tahun (sejak 1 April 1980,

21-25 tahun), tidak atau belum pernah kawin, tidak

mempunyai penghasilan tersendiri serta nyata menjadi

tanggungan calon pegawai/pegawai negeri yang

bersangkutan.

Tunjangan anak diberikan sebanyak-banyaknya untuk 2

(dua) anak. Apabila anak melanjutkan kuliah maka

tunjangan anak diberikan sampai anak mencapai umur 25

tahun, namun apabila anak tidak melanjutkan kuliah maka

tunjangan anak diberikan sampai anak tersebut mencapai

umur 21 tahun.

c. Tunjangan jabatan

Yang dimaksud dengan tunjangan jabatan ialah tunjangan

yang diberikan kepada pegawai negeri yang menjabat

jabatan tertentu menurut ketentuan yang berlaku.

1) Tunjangan Jabatan Struktural adalah tunjangan

jabatanyang diberikan kepada PNS yang menjabat pada

jabatan Struktural pada Sekretariat Daerah, Dinas

Dearah, dan Lembaga Teknis Daerah lainnya.

xxxix

2) Tunjangan Jabatan Fungsional adalah tunjangan jabatan

yang diberikan kepada PNS yang menjabat jabatan

fungsional sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri yang membidangi Pendayagunaan Aparatur

Negara.

d. Tunjangan Beras

Tunjangan yang diberikan kepeda semua jiwa atau semua

orang yang masuk dalam daftar gaji pegawai negeri.

e. Tunjangan khusus PPh Pasal 21

f. Tunjangan umum

Tunjangan yang diberikan kepada pegawai yang tidak

mendapat tunjangan jabatan fungsional maupun tunjangan

jabatan struktural. Tunjangan yang diberikan kepada staff.

3. Tambahan kesejahteraan Pegawai Negeri

Tambahan kesejahteraan Pegawai Negeri ini berupa Iuran

Askes yang tidak diterimakan secara langsung namun

berwujud perbaikan pelayanaan kesehatan oleh PT. Askes.

- Besarnya gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan yang ada

hubungannya dengan gaji:

1. Gaji pokok besarnya sesuai dengan masa kerja, pangkat,

golongan serta ruang gaji menurut ketentuan yang berlaku;

2. Tunjangan isteri/suami sebesar 10% dari gaji pokok;

3. Tunjangan anak sebesar 2% dari gaji pokok;

4. Tunjangan jabatan struktural dan jabatan fungsional sebesar

menurut ketentuan yang berlaku;

5. Tunjangan beras

Tunjangan beras diberikan kepada 1 jiwa dalam daftar gaji

Pegawai Negeri, tiap jiwa mendapatkan 10 kilogram beras dan

tiap satu kilogramnya seharga Rp.3848,- .

6. Tunjangan khusus PPh Pasal 21sebesar 5% daru gaji pokok;

7. Tunjangan Umum

xl

Jumlah Tunjangan umum:

a. Golongan I sebesar Rp. 175.000,-

b. Golongan II sebesar Rp. 180.000,-

c. Golongan III sebesar Rp.185.000,-

d. Golongan IV sebesar Rp. 190.000,-

8. Tambahan Kesejahteraan Pegawai Negeri

Iuran Askes dari APBD sebesar :

2% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga

Jumlah pada huruf a s/d e diatas,dikurangi potongan-

potongan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Apabila

kedua-duanya pegawai negeri, tunjangan-tunjangan tersebut

dibayarkan kepada yang gaji pokoknya lebih tinggi dan dapat

dirubah atas dasar kesepakatan bersama.

- Potongan-potongan dalam gaji pegawai negeri :

1. IWP (Iuran Wajib Pegawai)

IWP sebesar :

10% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga

Perincian :

a. Iuran Pensiun : 4,75%

b. Iuran Taspen : 3,25%

c. Askes : 2% .

Jumlah :10%

2. Pajak Penghasilan

PPh Pasal 21 gaji sebesar :

5% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga

Merupakan subsidi dari pemerintah.

3. Taperum (Tabungan Perubahan)

Jumlah Taperum pergolongan :

a. Golongan I sebesar Rp. 3.000,-

b. Golongan II sebesar Rp. 5.000,-

c. Golongan III sebesar Rp. 7.000,-

xli

d. Golongan IV sebesar Rp. 10.000,-

4. Lain-lain potongan lainnya kepada Negara sepanjang tidak

menyimpang dari Peraturan yang berlaku.

3) Dasar hukum penggajian Pegawai Negari Sipil di Surakarata

Guna mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah

diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di

daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,

serta suatu perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Sumber pembiayaan pemerintah daerah dilaksanakan atas dasar

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan terdiri dari

pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-

lain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah merupakan

sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah

dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang

berasal dari bagian daerah dari sumber pajak bumi dan bangunan, bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber

daya alam serta dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana

perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

mengingat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi

dan melengkapi.

Adapun dasar hukum yang dipergunakan dalam rangka

pengelolaan sumber keuangan daerah, dapat disajikan sebagai beriku :

a. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.

xlii

c. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang perubahan

kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977

tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

xliii

2. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Republik Indonesia (RI) adalah negara kesatuan yang menggunakan

sistem desentralisasi. Susunan organisasi RI terdiri dari dua susunan utama,

yaitu : susunan organisasi negara Tingkat Pusat dan Tingkat Daerah.

Sebagai konsekuensi sistem desentralisasi, tidak semua urusan

pemerintahan diselanggarakan sendiri oleh Pemerintah Pusat. Berbagai urusan

pemerintahan dapat diserahkan atau dilaksanakan atas bantuan satuan-satuan

NEGARA

PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH DAERAH

Pegawai Negeri Sipil

PNS DAERAH

PNS PUSAT

Sistem Penggajian PNS di Surakarta

Dasar Hukum

1. UU No. 32 / 2004 2. UU No. 33 / 2004 3. UU No. 43 / 1999 4. PP No. 9 / 2007

xliv

pemerintahan yang lebih rendah dalam bentuk otonomi atau tugas

pembantuan. Susunan Pemerintahan Tingkat Pusat diatur dalam UUD dan

dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya. Urusan pemerintahan

yang diserahkan kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangga daerah. Dan

terhadap urusan pemerintahan yang diserahkan itu, daerah mempunyai

kebebasan untuk mengatur dan mengurus sendiri dengan pengawasan dari

pemerintah pusat atau satuan pemerintahan yang lebih tinggi tingkatannya dari

daerah yang bersangkutan.

Untuk menjalankan satuan pemerintahan dibutuhkan para petugas

publik atau aparatur negara yang dalam hal ini adalah para pegawai negeri.

Pada umumnya pejabat publik berstatus pegawai negeri namun tidak semua

pejabat publik berstatus pegawai negeri, seperti halnya pemegang jabatan dari

suatu jabatan negara.

Pegawai Negeri Sipil yang merupakan pejabat publik atau aparatur

negara mempunyai beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam rangka

pelaksanaan tugas sebagai abdi negara, abdi masyarakat. Salah satu kewajiban

pegawai negeri sipil adalah melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-

baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab.

Sebagai timbal balik dari kewajiban yang telah dilaksanakan sebagai abdi

negara dan abdi masyarakat para aparatur negara dalam hal ini pegawai negeri

sipil mendapatkan suatu hak yang berupa pemberian gaji.

xlv

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Tinjauan tentang Kota Surakarta

Kota Surakarta atau yang dikenal juga dengan sebutan Kota Solo

merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng

pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92

m di atas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta

terletak di antara 110 45’ 15”-110 45’ 35’’ Bujur Timur dan 70’ 36”-70’

56” Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tga) aliran

Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe.

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur

adalah Kbupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, batas wilayah

sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo.

Surakarta terbagi dalam 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan

Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kecamatan Serengan.

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2005 adalah 552.542

jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita. Sex rationya 96,06

yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 laki-laki. Angka

ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2005 jika

disbanding dengan jumlah penduduk tahun 2000 hasil sensus yang sebesar

488.834 jiwa, berarti dalam 5 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708

jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan

pertumbuhan ekonomi.

Di Kota Surakarta terdapat 2 Perguruan Tinggi Negeri dan sekitar

24 Perguruan Tinggi Swasta. Pendidikan Menengah meliputi 8 SMA

Negeri dan 27 SMP Negeri. Keberadaan Insitusi Pendidikan ini

33

xlvi

menunjukan bahwa Kota Surakarta telah memiliki infrstruktur pendidikan

yang relatif lengkap sehingga layak untuk disebut sebagai Kota

Pendidikan juga. Aset pendidikan tersebut merupakan sarana dan

prasarana yang penting bagi penyediaan sumberdaya manusia (SDM)

unggul.

Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator

kualitas SDM. Indikator utama derajad kesehatan penduduk adalah angka

Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi baru lahir (AKB) dan Angka

Kematian Ibu melahirkan (AKI). Angka rata-rata harapan hidup adalah 68

tahun bagi pria dan 72 tahun bagi wanita. Angka Kematian Bayi Lahir

(AKB) 18,35 perseribu kelahiran, sedang angka Kematian Ibu Melahirkan

(AKI) 11 perseribu kelahiran. Selain itu, status gizi baik telah mencapai

91,8%. Meningkatnya angka harapan hidup serta rendahnya angka

AKBdan AKI tersebut mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan

gizi daerah. Kondisi ini sangat kondusif bagi kelangsungan pembangunan.

Sebagai Kota Budaya, warga kota selalu mengedepankan dan

menjunjung tinggi perilaku budaya yang mengutamakan tata nilai

kehidupan yang adiluhung, yaitu menempatkan orang lain pada posisi

yang setara atau menyikapi orang lain sebagai pihak yang memiliki peran

penting bagi orang lain. Falsafah kehidupan ini digunakan Pemerintah

Kota Surakarta sebagai strategi pendekatan pembangunan maupun

pelayanan publik dan kerjasama antar daerah. Strategi pembangunan

dilaksanakan dengan menggunakan pola pembangunan partisipatif,

dilaksanakan melalui forum musyawarah yang diselenggarakan sendiri

oleh masyarakat, sedang pemerintah hanya memfasilitasi. Jenis dan

tahapan musyawarah untuk agenda pembangunan kota adalah Muskelbang

(tingkat Kelurahan), Muscambang (tingkat Kecamatan), dan Muskotbang

(tingkat Kota). Sedang kerjasama antar daerah dilakukan sebagai upaya

mensinergikan potensi-potensi Kota/Kabupaten disekitar Kota Surakarta.

Sejarah kelahiran Kota Surakarta dimulai pada masa pemerintahan

Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi

xlvii

pemberontakan Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerebat-kerabat

Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang

mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung

pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang

merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh

Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Peku Buwono

mengungsi ke daerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo).

Dengan bantuan pasukan kompeni di bawah pimpinan Mayor

Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo

pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro

dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung

Tirtowiguno, Tumengung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk

mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru.

Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan

supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala, sebuah desa di tepi

sungai Bengawan Solo sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun

istana yang baru. Sejak itulah, desa sala segera berubah menjadi Surakarta

Hadiningrat.

Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa

perkembangan dan dinamika Surakarta pada masa dahulu sangat

dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton

(Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda

(Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi

melalui Pasar Gede Harjonagoro.

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.

Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota

Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,

sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan

Mangkunegaran. Secara Yuridis Kota Surakarta terbentuk tanggal 15 Juli.

Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal

16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.

xlviii

2. Tinjauan tentang Badan Pengelola Keuangan

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis

berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Keberadaaan badan teknis

yang memiliki tugas untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah,

sangat urgen dalam rangka menyelenggarakan urusan-urusan di bidang

keuangan, termasuk dalam hal pengelolaan penggajian PNS di lingkungan

Pemerintah Kota Surakarta.

Bagian keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota

Surakarta yang mempunyai tugas dan fungsi dalam hal pengelolaan

keuangan Daerah, menempatkan dan mengatur susunan organisasi

kelembagaannya, terdiri dari:

a. Kepala;

b. Sub Bagian Tata Usaha;

c. Seksi Anggaran Rutin;

d. Seksi Anggaran Pembangunan;

e. Seksi Perbendaharaan;

f. Seksi Pembukuan;

g. Seksi Verifikasi.

Berdasarkan kedudukan dari masing-masing organ pemerintahan

dilingkungan badan keuangan daerah Kota Surakarta sebagaimana

disebutkan di atas, masing-masing memiliki tugas dan fungsi, yaitu:

a. Kepala Kantor mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

di bidang pengelolaan keuangan daerah.

Uraian tugas yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan Kantor

sesuai dengan Program Pembangunan Daerah;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas;

3) Memberi petunjuk danarahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

xlix

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan

danhambatan serta memberikan jalan keluranya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secaraperiodik guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Menyiapkan bahan penyusunan dan perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah;

8) Mengendalikan kelancaran Pengelolaan Keuangan Daerah;

9) Menyusun perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

atas dasar analisa pelaksanaan Anggaran Pendaptan dan Belanja

Daerah sebagai bahan pertangungjawaban penyelenggaraan

pengelolaan keuangan daerah;

10) Menyusun neraca daerah dan aliran kas daerah;

11) Mengusahakan kas daerah untuk mendapatkan nilai tambah;

12) Menyelenggarakan urusan tata usaha Kantor;

13) Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional;

14) Menyelenggarakan system jaringan dokumentasi dan informasi

hokum;

15) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

16) Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat serta

membuat laporan berkala dan tahunan;

17) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran

dalam pelaksanaan tugas;

18) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

19) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

l

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan

administrasi umum, kepegawaian dan keuangan sesuai dengan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor.

Uraian tugas dimaksud, antara lain:

1) Menyusun program dan rincian kerja bagian Tata Usaha

berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan kanor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Mengelola administrasi surat-menyurat, peralatan dan

perlengkapan kantor, rumah tangga, perjalanan dinas,

dokumentasi, dan perpustakaan serta hubungan masyarakat dan

protokol;

8) Mengelola administrasi kepegawaian meliputi pengangkatan,

kenaikan pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun, kenaikan

gaji berkala, dan tunjangan serta presensi atau daftar hadir

pegawai;

9) Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan

pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon

peserta ujian dinas pegawai;

10) Mengusulkan permohonan ijin dan tugas belajar;

11) Memproses permohonan cuti dan mengusulkan permohonan kartu

pegawai, kartu istri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun serta

kartu asuransi kesehatan;

li

12) Menyiapkan dan memproses Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (DP3) dan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)

13) Memproses laporan perkawinan, ijin perkawinan dan perceraian;

14) Mengelola administrasi keuangan meliputi penyusunan rencana

anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan Daerah

(DUKDA) dan Daftar Usulan Proyek Daerah (DUPD),

penyusunan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA) dan Daftar

Isian Proyek Daerah (DIPDA) serta penyusunan perubahan dan

perhitungan anggaran;

15) Melaksanakan pembuatan daftar gaji dan pembayaran gaji

pegawai;

16) Mengkoordinasikan administrasi keuangan, anggaran rutin, dan

pembangunan serta melakukan pengawasan laporan administrasi

keuangan bendahara rutin dan pembangunan dengan

membubuhkan paraf;

17) Melaksanakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum;

18) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyipakan

bahan petunjuk pemecahan permasalahan;

19) Melaksanakan tertib administrasiserta membuat laporan berkala

dan tahunan;

20) Melaksanakn koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

21) Memberikan usul dan saran kepada atsan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

22) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

23) Melaksanakan tugas lain yang biberikan oleh atasan;

c. Kepala Seksi Anggaran Rutin mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan dan pengendalian Anggaran Belanja Rutin Daerah sesuai

dengan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Kepala Kantor.

Uraian Tugas dimaksud, sebagai berikut:

lii

1) Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Anggaran Rutin

berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemeretaan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Meneliti Surat Permintaan Pembayaran (SPP)Anggaran Rutin;

8) Mengumpulkan, menyusun, dan menyebarluaskan petunjuk teknis

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

9) Mengumpulkan bahan-bahan penyusunan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah;

10) Menyiapkan nota keuangan beserta lampirannya untuk

disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

11) Mengumpulkan bahan perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah;

12) Menyiapkan nota keuangan perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah;

13) Menerbitkan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA);

14) Menyiapkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) belanja rutin;

15) Mengelola administrasi pinjaman daerah;

16) Mengelola gaji pegawai;

17) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

18) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan;

liii

19) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

20) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

21) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

22) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

d. Kepala Seksi Anggaran Pembangunan mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan dan pengendalian Anggaran Belanja

Pembangunan Daerah sesuai dengan kebijakan teknis yang di

tetapakan oleh Kepala Kantor.

Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut:

1) Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Anggaran

Penbangunan berdasarkan rencana srategis dan program kerja

tahunan Kantor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemeretaan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Meneliti Surat Perminaan Pembayaran (SPP) Belanja

Pembangunan;

8) Mengumpulkan, menyusun, dan menyebarluaskan petunjuk teknis

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

9) Mengumpulkan bahan penyusunan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah;

liv

10) Menyiaokan nota keuangan beserta lampirannya untuk

disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

11) Mengumpulkan bahan perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah;

12) Menyiapkan nota keuangan perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah;

13) Menerbitkan Daftar Isian Pembangunan Daerah (DIPDA);

14) Menyiapkan Surat Keputusa Otorisasi (SKO) belanja

pembangunan;

15) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

16) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan;

17) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

18) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

19) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

e. Kepala Seksi perbendaharaan mempunyai tugas mengelola

perbendaharaan untuk anggaran rutin dan pembangunan sesuai dengan

kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Kepala Kantor.

Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut:

1) Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Perbendaharaan

berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemeretaan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

lv

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU);

8) Menguji kebenaran penerbitan Surat Perintah Membayar Uang

(SPMU);

9) Membina perbendaharaan daerah;

10) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

11) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan;

12) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

13) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

14) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

f. Kepala Seksi Pembukuan mempunyai tugas melaksanakan pembukuan

anggaran rutin dan anggaran pembangunan sesuai dengan kebijakan

teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor.

Uraian tugas dimaksud, sebgai berikut:

1) Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Pembukuan

berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemeretaan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

lvi

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Menyelenggarakan pembukuan secara kronologis dan sistematis

realisasi semua pendapatan daerah, belanja rutin dan

pembangunan;

8) Membuat Daftar Pembukuan Administratif (DPA) atas beberapa

pembukuan yang memerlukan penyesuaian;

9) Menyusun laporan triwulan realisasi pendapatan daerah, balanja

rutin dan pembangunan;

10) Menyusun konsep perhitungan anggaran pendapatan dan belanja

daerah;

11) Menyusun konsep neraca daerah dan aliran kas;

12) Mengajukan permohonan pencairan dana dari Pmerintah dan

propinsi;

13) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

14) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan;

15) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

16) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

17) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

g. Kepala Seksi Verifikasi mempunyai tugas memeriksa dan meneliti

realisasi anggaran rutin dan pembangunan serta realisasi penerimaan

dan pengeluaran keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang

ditetapkan oleh Kepala Kantor.

lvii

Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut:

1) Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Verifikasi

berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemeretaan tugas;

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan

peningkatan kinerja;

7) Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi anggaran rutin;

8) Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi anggaran

pembangunan;

9) Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi gaji;

10) Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi pendapatan daerah

yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan lain

yang sah berdasarkan Undang-undang;

11) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

12) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan;

13) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas;

14) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

15) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai

pertangungjawaban pelaksanaan tugas;

16) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

lviii

B. Pelaksanaan Penggajian PNS di Kota Surakarta

1. Dasar Hukum Penggajian PNS di Kota Surakarta

Manajemen penggajian PNS di Kota Surakarta didasarkan pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keberadaan PNS yang

diyakini sebagai pendukung penyelenggaraan tugas pemerintah daerah

mempunyai hak untuk memperoleh gaji, maka dari itu diperlukan suatu

upaya untuk menigkatkan profesionalisme dan kesejahteraan PNS,

sebagaimana dalma Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian, ditegaskan bahwa pegawai negeri berhak

memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan

tanggung jawabnya. Untuk itu Negara dan Pemerintah wajib

mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang layak

kepada pegawai negeri.

Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu

produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Gaji Pegawai Negeri yang

adil dan layak, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

2007 tanggal 10 Januari 2007 dan Surat Edaran Nomor 03 PB/2007

tanggal 15 Januari 2007.

Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja

Pegawai Negeri yang bersangkutan. Berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999,

sebagaimana halnya di Kota Surakarta dan pada umumnya sistem

penggajian dapat digolongkan dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem skala

tunggal dan sistem skala ganda. Sistem skala tunggal adalah sistem

penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang

berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan

yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan

besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan

pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan

beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

lix

Selain kedua sistem penggajian tersebut dikenal juga sistem

penggajian ketiga yang disebut sistem skala gabungan, yang merupakan

perpaduan antara sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Dalam

sistem skala gabungan, gaji pokok ditentukan sama bagi Pegawai Negeri

yang berpangkat sama, di samping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai

Negeri yang memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang

tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan

pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus. PNS di

Kota Surakarta, gaji pokok besarnya berdasarkan golongan ruang yang

ditetapkan sesuai dengan pangkat yang di pangkunya. Berikut jumlah gaji

pokok yang diterima PNS Kota Surakarta berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tanggal 10 Januari 2007 dan Surat

Edaran Nomor 03 PB/2007 tanggal 15 Januari 2007 :

lx

Tabel 1. Tabel gaji PNS tahun 2007 Golongan I dan II

GOLONGAN I GOLONGAN II

MKG a b c d MKG a b c d

0 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

760.500 778.000

795.800

814.100

832.800

851.900

871.500

891.500

912.000

933.000

954.400

976.300

998.700

1.021.700

820.200 839.000 858.300 878.000 898.200 918.800 939.900 961.500 983.600 1.006.200 1.029.300 1.052.900 1.077.100

854.900 875.400 894.600 915.200 936.200 957.700 979.700 1.002.200 1.025.200 1.048.800 1.072.900 1.097.500 1.112.700

891.100 911.500 932.500 953.900 975.800 . 998.200 1.021.100 1.044.600 1.068.600 1.093.100 1.118.200 1.143.900 1.170.200

0

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

27

29

31

33

961.000 972.000 994.400 1.017.200 1.040.600 1.064.500 1.088.900 1.113.900 1.139.500 1.165.700 1.192.500 1.219.900 1.247.900 1.276.600 1.305.900 1.335.900 1.227.600 1.255.200

1.032.400 1.060.300 1.084.600 1.109.500 1.135.000 1.161.100 1.187.800 1.215.000 1.242.900 1.271.500 1.300.700 1.330.600 1.361.100 1.392.400 1.424.400 1.457.100

1.080.300 1.105.100 1.130.500 1.156.500 1.183.000 1.210.200 1.238.000 1.266.400 1.295.500 1.325.300 1.355.700 1.386.900 1.418.700 1.451.300 1.484.700 1.518.800

1.126.000

1.151.600

1.178.300

1.205.400

1.233.100

1.261.400

1.290.400

1.320.000

1.350.400

1.350.400

1.413.100

1.445.600

1.478.800

1.512.700

1.541.500

1.583.000

lxi

Table 2. Tabel gaji PNS tahun 2007 Golongan III dan IV

GOLONGAN III GOLONGAN IV

MKG a b c d MKG a b c d e

0 1.200.600 1.251.400 1.304.400 1.359.500 0 1.417.100 1.477.000 1.539.500 1.634.000 1.672.500

2 1.228.200 1.280.200 1.334.300 1.390.800 2 1.449.600 1.510.900 1.574.900 1.641.500 1.711.000

4 1.256.400 1.309.600 1.365.000 1.422.700 4 1.482.900 1.545.700 1.611.000 1.679.200 1.750.300

6 1.285.300 1.339.600 1.396.300 1.455.400 6 1.517.000 1.581.200 1.648.100 1.717.800 1.790.500

8 1.314.800 1.370.400 1.428.400 1.488.800 8 1.551.800 1.617.500 1.685.900 1.757.200 1.831.600

10 1.345.000 1.401.900 1.461.200 1.523.000 10 1.587.500 1.654.600 1.724.600 1.797.600 1.873.700

12 1.375.900 1.434.100 1.494.800 1.558.000 12 1.623.900 1.692.600 1.764.300 1.838.900 1.915.700

14 1.407.500 1.467.000 1.529.100 1.593.800 14 1.661.200 1.731.500 1.804.800 1.881.100 1.960.700

16 1.439.800 1.500.700 1.564.200 1.630.400 16 1.699.400 1.771.300 1.846.200 1.924.300 2.005.300

18 1.472.900 1.535.200 1.600.200 1.667.900 18 1.738.400 1.812.000 1.888.600 1.968.500 2.051.800

20 1.506.700 1.570.500 1.636.900 1.706.200 20 1.778.400 1.853.600 1.932.000 2.013.800 2.099.000

22 1.541.300 1.606.500 1.674.500 1.745.400 22 1.819.200 1.896.200 1.976.400 2.060.000 2.147.200

24 1.576.700 1.643.400 1.713.000 1.785.400 24 1.861.000 1.939.700 2.021.800 2.107.300 2.194.500

26 1.612.900 1.681.200 1.752.300 1.826.500 26 1.903.700 1.948.300 2.068.200 2.155.700 2.217.000

28 1.650.000 1.719.800 1.792.600 1.868.400 28 1.947.500 2.029.900 2.115.700 2.205.300 2.298.000

30 1.687.900 1.759.300 1.833.700 1.911.300 30 1.992.200 2.076.500 2.164.300 2.255.900

32 1.726.700 1.799.700 1.875.900 1.955.200 32 2.038.000 2.124.200 2.214.100 2.307.700

Peraturan Pemerintah No.9 tahun 2007

lxii

2. Keadaan PNS di Surakarta

Kelancaran penyelengaraan tugas pemerintah dan pembangunan

nasional sangat tergantung pada kesempuranaan aparatur Negara

khususnya Pengawai Negeri Sipil. Usaha mencapai tujuan nasional untuk

mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,

demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri

yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi

masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata,

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Manajemen PNS perlu di atur secara menyeluruh, dengan

menerakan norma, standar dan prosedur yang seragam dalam penepatan

formasi, pengadaan PNS dalam manajemen PNS. Kota Surakarta,

berdasarkan data yang ada, jumlah PNS tercatat sebanyak 9017 orang.

a. Jumlah PNS

Jumlah Pegawai Negeri Sipil secara keseluruhan yang ada di

kota Surakarta Berjumlah 9017 orang (sembilan ribu tiga puluh

empat ) dengan rincian menurut table sebagai berikut:

Tabel 3. Data jumlah PNS di pemerintah Kota Surakarta

Pangkat / Golongan Ruang Bagian I II III IV

Jumlah

Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah

0 6 18 1 25

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia

0 2 19 2 23

Bagian Umum 1 44 36 6 87 Bagian Organisasi 0 4 16 3 23 Dinas Pekerjaan Umum 0 12 65 6 85 Dinas Tata Kota 0 3 47 5 55 Dinas Kebersihan dan Pertamanan

5 39 42 8 94

Dinas Kesehatan 1 234 342 39 616 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

34 500 2651 2597 5782

Dinas Pertanian 2 13 49 7 71

lxiii

Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

14 34 101 3 152

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

0 12 58 8 78

Dinas Kopersai dan UKM 0 3 32 5 40 Dinas Tenaga Kerja 0 7 59 10 76 Dinas Pendapatan Daerah 1 25 58 9 93 Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

2 36 41 5 84

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

0 7 46 7 60

Dinas Kesejahtraan Rakyat PP dan KB

0 15 82 8 105

Dinas Pengelolaan Pasar 14 47 71 6 138 Badan Pengawas Daerah 0 3 33 10 46 Badan Perencanaan Daerah 1 6 37 10 54 Badan Kepegawaian Daerah 0 22 32 6 60 Badan Informasi dan Komunikasi

1 9 45 6 61

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

0 57 65 1 121

Kantor Kesbang dan Perlindungan Masyarakat

0 7 16 3 26

Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

0 6 21 1 28

Kantor Keuangan Daerah 0 7 30 1 38 Kantor Pemadam Kebakaran 2 23 25 1 51 Kantor Lingkungan Hidup 0 6 23 1 30 Kantor Pengelolaan Aset Daerah

1 3 21 1 26

Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki lima

0 12 21 2 35

Kecamatan Laweyan 0 29 125 2 156 Kecamatan Serengan 1 24 82 1 108 Kecamatan Pasar Kliwon 0 18 98 2 118 Kecamatan Jebres 1 35 115 2 153 Kecamatan Banjarsari 0 42 132 3 177 Sekretariat DPRD 2 11 28 3 44 TOTAL 83 1363 4780 2791 9017

sumber data : Pemkot Surakarta 2007.

lxiv

b. PNS berdasarkan Kepangkatan dan Golongan

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta

berdasarkan Golongannya , sesuai tabel berikut:

Tabel 4. Data jumlah PNS di Pemerintahan Kota Surakarta

berdasarkan kepangkatan dan golongan

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV 1. I. a. 21 II. a. 509 III. a. 1109 IV. a. 2664 2. I. b. 1 II. b. 219 III. b. 1060 IV. b. 116 3. I. c. 28 II. c. 338 III. c. 1016 IV. c. 10 4. I. d. 33 II. d. 297 III. d. 1595 IV. d. 1 Jumlah : 83 Jumlah : 1363 Jumlah : 4780 Jumlah : 2791

Sumber data : Pemkot Surakarta 2007

1. Golongan I yang berjumlah 83 ( delapan puluh tiga ) orang yang

terdiri dari :

a. Golongan Ia berjumlah : 21 orang,

b. Golongan I b berjumlah : 1 orang

c. Golongan I c berjumlah : 28 orang

d. Golongan I d berjumlah : 33 orang

2. Golongan II yang berjumlah 1356 ( seribu tiga ratus lima puluh

enam ) orang yang terdiri dari :

a. Golongan II a berjumlah : 501 orang

b. Golongan II b berjumlah : 219 orang

c. Golongan II c berjumlah : 339 orang

d. Golongan II d berjumlah : 297 orang

3. Golongan III yang berjumlah 4798 ( empaat ribu tujuh ratus

sembilan puluh delapan ) orang yang terdiri dari :

a. Golongan III a berjumlah : 1122 orang

b. Golongan III b berjumlah : 1063 orang

c. Golongan III c berjumlah : 1017 orang

d. Golongan III d berjumlah : 1596 orang

lxv

4. Golongan IV yang berjumlah 2793 ( dua ribu tujuh ratus sembilan

puluh tiga ) orang yang terdiri dari :

a) Golongan IV a berjumlah : 2670 orang

b) Golongan IV b berjumlah : 116 orang

c) Golongan IV c berjumlah : 10 orang

d) Golongan IV d berjumlah : 1 orang

c. PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta

berdasarkan Pendidikan, menurut keterangan table berikut :

Tabel 5. Data jumlah PNS di pemerintah Kota Surakarta berdasarkan

tingkat pendidikan

PENDIDIKAN UNIT KERJA SD SLTP SLTA D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3

JMLH

Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah

1 0 14 0 0 2 1 4 3 0 25

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia

0 0 8 0 0 1 0 13 2 0 24

Bagian Umum 16 8 29 0 0 8 4 15 6 2 88 Bagian Organisasi 0 1 8 0 0 1 0 10 3 0 23 Dinas Pekerjaan Umum 3 1 41 0 0 6 0 21 11 0 83 Dinas Tata Kota 0 0 23 0 0 5 0 19 7 0 54 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 9 10 44 0 0 2 0 22 8 0 95

Dinas Kesehatan 5 25 295 0 0 15

5 4 111 19 0 616

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

89 105 710 2 1259

517

8 2833 182 0 5782

Dinas Pertanian 5 5 18 79 0 5 0 35 3 0 71 Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan 11 12 71 0 0 8 3 39 8 0 152 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

0 4 38 0 0 8 0 23 5 0 78

Dinas Kopersai dan UKM 0 0 16 0 0 1 0 19 4 0 40 Dinas Tenaga Kerja 1 2 21 0 0 12 0 36 4 0 76 Dinas Pendapatan Daerah 2 5 39 0 0 10 0 19 18 0 93 Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya 13 3 17 0 0 10 0 37 4 0 84 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

2 0 24 0 0 4 0 27 3 0 60

Dinas Kesejahtraan Rakyat PP dan KB

3 1 44 0 1 7 0 41 8 0 105

Dinas Pengelolaan Pasar 23 14 61 0 0 6 0 27 7 0 138 Badan Pengawas Daerah 1 0 7 0 0 2 0 20 16 0 46

lxvi

Badan Perencanaan Daerah 2 1 11 0 0 4 0 24 12 0 54 Badan Kepegawaian Daerah 1 0 24 0 0 5 3 23 4 0 60 Badan Informasi dan Komunikasi 5 1 15 0 0 2 0 33 4 0 60 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 3 8 80 0 0 1 0 27 2 0 121 Kantor Kesbang dan Perlindungan Masyarakat

1 2 13 0 0 1 0 6 3 0 26

Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

0 1 14 0 1 1 0 11 0 0 28

Kantor Keuangan Daerah 2 0 16 0 0 2 1 15 2 0 38 Kantor Pemadam Kebakaran 3 5 32 0 1 1 0 8 1 0 51 Kantor Lingkungan Hidup 2 1 6 0 0 1 0 17 3 0 30 Kantor Pengelolaan Aset Daerah 0 2 15 0 0 1 0 6 2 0 26 Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki lima

2 5 17 0 0 0 0 8 3 0 35

Kecamatan Laweyan 8 13 48 1 0 10 1 63 12 0 156 Kecamatan Serengan 6 8 42 0 0 6 1 41 4 0 108 Kecamatan Pasar Kliwon 1 7 55 0 0 3 1 42 9 0 118 Kecamatan Jebres 4 17 60 0 0 13 1 47 10 0 152 Kecamatan Banjarsari 7 13 73 1 0 11 1 57 14 0 177 Sekretariat DPRD 2 1 15 0 0 2 0 19 5 0 44 233 281 2064 83 1262 834 29 3818 411 2 9017

Sumber data : Pemkot Surakarta 2007

lxvii

3. Penggajian PNS di Kota Surakarta

Norma, standar, dan prosedur mengenai penggajian Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di Kota Surakarta ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan. Hal tersebut dalam kaitannya dengan penggajian

PNS di Kota Surakarta, dilakukan dengan persyaratan-persyaratan tertentu,

sebagaimana tersebut di bawah ini:

a. SK Pengangkatan sebagai bukti Pegawai Negeri Sipil yang telah

diangkat

b. SK Penempatan Pegawai Negeri Sipil yang menyatakan bagian dan

daerah kerja

c. Surat Pernyataan menjalankan tugas dari unit kerja

d. Daftar keluarga / KP 4 dilengkapi Akte Kelahiran semua keluarga dan

Surat Nikah

e. Tersedia dananya dalam Daftar Alokasi Dana Umum atau sarana

lainnya yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.

f. Surat keputusan pengangkatan Calon Pegawai/Pegawai Negeri Sipil

yang berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO), surat

keputusan tersebut harus diteliti dan diuji kebenarannya apakah sudah

memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.

g. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilampiri dengan:

1) Daftar gaji yang telah ditandatangani oleh Pembuat Daftar Gaji

(PDG), Bendaharawan Gaji, dan atasan langsungnya dalam

rangkap 3 (tiga).

2) Daftar rekapitulasi jumlah uang, pegawai,isteri,anak, jumlah jiwa

yang disusun per golongan, dibuat dalam rangkap 3(tiga) sesuai

dengan keperluan.

3) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas dari Sekretaris Daerah,

Kepala Dinas, Ketua Lembaga Teknis Daerah, dan Kepala Satuan

Kerja Daerah lainnya yang bersangkutan yang menyatakan sejak

kapan pegawai baru/ pindahan tersebut melaksanakan tugasnya,

bila dalam daftar gaji terdapat pegawai pindahan.

lxviii

4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) definitive

apabila dalam daftar gaji terdapat pegawai baru pindahan dari

kantor pembayaran diluar daerah pembayarannya atau SKPP

sementara apabila dalam daftar gaji terdapat pegawai pindahan dari

kantor di dalam wilayah pembayarannya.

5) SKPP yang terlampir dalam daftar gaji adalah yang asli dan harus

dicocokan dengan lembar kedua yang diterima lewat Kantor Pos.

SKPP lembar kedua tidak boleh dibawa sendiri oleh pegawai yang

bersangkutan.

6) Daftar susunan keluarga pada tiap permulaan tahun kawin. Apabila

ada perubahan susunan keluarga karena menikah/cerai, kelahiran

anak, kematian, dibuktiakan dengan surat nikah/cerai, kelahiran,

dan kematian yang berwenang.

h. Daftar gaji untuk pegawai dibuat tersendiri/dipisahkan pergolongan

untuk kemudian dibuat daftar rekapitulasi antara Pegawai Negeri Sipil

dan Calon Pegawai Negeri Sipil. Bagi satuan kerja daerah yang

mempunyai beberapa jenis kegiatan (kode kegiatan berbeda) daftar

gaji dari masing-masing kegiatan harus dibuat tersendiri. Untuk satuan

kerja yang mempunyai lebih dari 5 (lima) jenis kegiatan supaya

dibuatkan daftar rekapitulasi untuk memudahkan penerbitan SPMU-

nya.

i. SPP susulan gaji/ kekurangan gaji agar diajukan tersendiri/dipisahkan

dari pengajuan SPP gaji bulanan.

Prosedur pencairan gaji pengawai negeri sipil, dilakukan sebagai

berikut:

a. Daftar Alokasi Dana Alokasi Umum (DA-DAU) atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang diterima oleh walikota

dialokasikan kepada Sekertariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan

Kerja Daerah lainnya dalam bentuk Surat Keputusan Otorisasi (SKO).

DA-DAU dalam bentuk SKO tersebut meliputi belanja pegawai,

belanja rutin non pegawai, dan anggaran pembangunan non daerah;

lxix

b. Khusus untuk pembayaran gaji, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah

mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)

berdasarkan atas DA-DAU belanja pegawai dalam bentuk SKO

dengan dilampiri :

1) Rekapitulasi daftar gaji untuk bulan bersangkutan yang berisi

rincian gaji, tunjangan, rincian potongan, dan penerimaan anggaran

lainnya.

2) Foto copy rekening Koran sub rekening khusus gaji Pegawai

Negeri Sipil bulan lalu.

SPP-LS tersebut selanjutnya daijukan ke KPPN dengan ketentuan

paling lambat tanggal 15 setiap bulan atau tanggal sesudahnya apabila

tanggal 15 adalah hari libur untuk pembayaran gaji bulan berikutnya.

Dalam merekapitulasi daftar gaji sebagaimana dimaksud pada huruf a,

agar dirinci secara jelas potongan-potongan untuk bagian pusat atau

pihak ketiga seperi WP 10 %, angsuran porsekot gaji, PPK Bulog,

Taperum, dan hutang karena kelebihan gaji.

Khusus untuk Terusan Penghasilan Gaji (TPG) hanya dikenakan

potongan iuran wajib asuransi kesehatan sebesar 2%;

c. Untuk kelancaran pembayaran susulan gaji/kekurangan gaji dan lain-

lain, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, dapat mengajukan SPP-LS

ke KPPN setiap saat, dengan melampirkan rekapitulasi daftar gaji yang

berkiatan dengan susulan gaji /kekurangan gaji bulan berkenan dan

foto copy rekening koran sub rekening khusus gaji Pegawai Negeri

Sipil dan fotocopy surat pernyataan SPP-LS serta foto copy konsep

SPMU;

d. Atas dasar DA-DAU gaji Pegawai Sipil dalam SPP-LS yang diajukan

oleh Bagian Keuangan Sekretaris menerbitkan Surat Perintah

Membayar Langsung (SPM-LS), Mata Anggaran Khusus (MAK) 5611

setelah terbit dahulu kebenaran SPP-LS lampiran;

e. Penerbitan SPM-LS Dana Gaji Pegawai Negeri Sipil tersebut

dilakukan secepat-cepatnya 6 hari kerja sebelum tanggal pembayaran

lxx

gaji. Atas dasar SPM-LS tersebut, bendaharawan KPPN pada hari itu

juga melakukan pemindahan bukuan dana dari rekening kas Negara

pada sub rekening khusus gaji pada rekening kas daerah di Bank

Pembangunan Daerah;

f. Rekening khusus gaji tersebut tidak diperkrnankan digabung

(dicampur) dengan rekening untuk keperluan lainnya seperti belanja

rutin non pegawai, dana pembangunan daerah, dan sebagainya, serta

tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan lain di luar keperluan

pembayaran gaji dan tunjangan lainnya.

Setelah dilakukan pencairan dana untuk penggajian PNS, maka

dilakukan pembayaran gaji PNS, dengan prosedur sebagai berikut:

a. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji dari Sekretariat Daerah,

Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah membuat Kartu Gaji

Perorangan (KGP) untuk tiap Pegawai Negeri Sipil pada unit kerja

yang menjadi tangung jawabnya. KGP tersebut disusun menurut

nomor unit pegawai dalam daftar gaji (urutan pangkat/golongan) dan

diisi data selengkapnya mengenai Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan antara lain nama, Nomor Induk Pegawai (NIP),

tempat/tanggal/lahir, pangkat/golongan, eselon/jabatan, status pegawai

dan status keluarga, kenaikan gaji berkala, tanggungan keluarga

delegasi/alimentasi, utang-piutang, dan sebagainya;

b. Selain itu, Para Pelaksana juga wajib menyusun daftar/register

pembuat daftar gaji dan membuat Kartu Induk Gaji (KIG) yang

didalamnya dicatat identitas Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan

Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan, penyediaan dana, jumlah

Pegawai Negeri Sipil menurut golongan, penerbitan SPMU gaji,

SPMU lembur, SPMU honorarium dan sebagainya;

c. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji dari Sekretariat Daerah,

Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah kemudianmengajukan Surat

Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Bagian Keuangan Pemerintah

Daerah dengan dilampiri Rekapitulasi Daftar Gaji, KGP, Daftar Gaji,

lxxi

KIG, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT), SKPP, surat

keputusan kenaikan pangkat, kenaikan gaji,dan SK jabatan;

d. SPP beserta lampirannya diterima di tata usaha dan kemudian di

agendakan dan dibukukan dalam buku register, setelah dibukukan

dalam buku register baru dan kemudian diteruskan kapada Kepala

Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan;

e. Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan menerima, memeriksa, dan

mencatat dalam buku permintaan/penyelesaian SPP, kemudian

diteruskan ke Pelaksana Pengelola Gaji Pemerintah Daerah untuk

diproses serta diverifikasi serta dicocokkan dengan data yang terdapat

dalam kartu gaji masing-masing Pegawai Negeri Sipil;

f. Setelah SPP dan lampirannya diverifikasi dan dicocokkan dengan

kartu gaji oleh Pelaksana Pengelola Gaji Pemerintah Daerah, kemudian

dicatat pembayaran dan perubahannya pada Kartu Gaji Perorangan

(KGP) yang bersangkutan. Pencatatan dalam KGP hanya dilakukan

dalam jumlah bersihnya saja sepanjang tidak terjadi mutasi;

g. Apabila dalam daftar gaji terdapat mutasi karena pengangkatan

pegawai baru, kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, atau

kepindahan harus dicatat secara lengkap pada kolom-kolom yang

tersedia pada KGP tersebut dengan dilengkapi dengan SK dan SKPP

dari yang berwenang yang telah memenuhi persyaratan. Persyaratan

tersebut antara lain persetujuan dari PDG, BAKN, dan lain-lain;

h. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji Pemerintah Daerah

kemudian membuat konsep Surat Perintah Membayar Utang (SPMU)

dan dicatat dalam Kartu Induk Gaji (KIG). Konsep SPMU dan KIG

kemudian diteruskan kepada atasannya (Kepala Bagian/Sub Bagian

Perbendaharaan) untuk diperiksa, diulang, dan ditetapkan;

i. Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan memeriksa/menguji

konsep SPMU dan membandingkan dengan KIG dan KGP berkenan,

dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan adanya pegawai fiktif,

memeriksa kebenaran mutasi, dan sebagainya agar tidak terjadi

lxxii

keterlanjuran pembayaran gaji yang tidak benar. Kepala Bagian/Sub

Bagian Perbendaharaan kemudian membubuhi paraf pada konsep

SPMU, KIG, KGP setelah memeriksa dan mengujinya. Konsep

SPMU, KIG, dan KGP diteruskan ke Kepala Bagian Keuangan untuk

diperiksa kembali;

j. Kepala Bagian Keuangan memeriksa/menguji konsep SPMU tersebut

dan membubuhi paraf pada Kartu Induk Gaji (KIG) berkenaan dan

sekaligus menetapkan konsep SPMU tersebut. Selanjutnya

meneruskan konsep SPMU kepada Unit Pengolah Data untuk dketik

setelah terlebih dahulu mengadakan pencatatan seperlunya pada buku

permintaan/penyelesaian SPP, sedangkan lampiran-lampirannya

dikembalikan kepada para Pelaksana Pengelola Pambayaran Gaji dari

Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang

bersangkutan;

k. Setelah selesai diketik, Net SPMU tersebut dicocokkan dengan konsep

dan selanjutnya ditandatangani oleh pejabat penandatanganan SPMU

(Kepala Bagian Keuangan) dengan memperhatikan bahwa selambat-

lambatnya sebelum tanggal 1 bulan berkenaan SPMU gaji tersebut

harus telah selesai diproses;

l. Bagian keuangan menerbitkan SPMU gaji dan potongan-potongannya

kepada bendaharawan Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan

Kerja Daerah yang bersangkutan, selanjutnya Pemegang Kas Daearah

memindah bukukan SPMU gaji tersebut ke rekening bendaharawan

Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah dan

akan dibukukan pada sisi pengelolaan buku kas sub rekening khusus

gaji Pegawai Negeri;

m. Bendaharwan Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja

Daerah yang bersangkutan akan mengambil uang untuk dibagikan

kepada Pegawai Negeri Sipil yang menjadi tanggungjawabnya;

n. Penyelesaian SPP rapel gaji adalah sama dengan pnyelesaian SPP gaji

bulanan dan harus diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan hari kerja;

lxxiii

o. Menyiapkan bahan-bahan laporan yang berkenaan dengan realisasi

penerimaan dana dan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil secara

structural kepada bupati dengan tenbusan ke Kanwil DJA/KTUA dan

KPPN setempat.

Secara garis besar proses pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil di

Pemerintahan Kota Surakarta tersebut yaitu bahwa Sekretariat Daerah,

Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan mengajukan

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dengan dilampiri daftar gaji, KGP,

KIG, SKPP, dan sebagainya kepada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah

Kota Surakarta. Setelah diteliti, kemudian oleh Sub Bagian

Perbendaharaan diterbitkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU).

Carik giro pada SPMU selanjutnya diteliti ulang dan ditandatangani oleh

Kepala Bagian Keuangan atas nama Walikota. Setelah ditandatangani

kemudian dikirim ke rekening khusus gaji masing-masing Sekretariat

Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan

pada Bank Pembangunan Daerah, Kemudian bendaharawan gaji masing-

masing Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah

yang bersangkutan mengambil uang di rekening khusus gaji Bank

Pembangunan Daerah untuk dibagikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang

menjadi tangungjawabnya.

Singkatnya, proses tersebut dapat dibuat dalam tahapan-tahapan

sebagai berikut :

a. Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah

mengajukan SPP beserta lampiranya;

b. Setelah SPP dan lampirannya masuk, Sub Bagian Perbendaharaan

memproses, meneliti, dan mencatat dalam buku permintaan/

penyelesaian SPP;

c. Sub Bagian Perbendaharaan membuat konsep SPMU;

d. Setelah diteliti ulang oleh Kepala Bagian Keuangan, kemudian SPMU

tersebut ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan atas nama

Walikota. SPMU tersebut dikirim ke Sekretariat Dareh, Dinas,

lxxiv

Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah pada sub rekening khusus gaji di

Bank Pembangunan Daerah;

e. Bendaharawan gaji Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan

Kerja Daerah mengambil uang di rekening khusus gaji pada Bank

Pembangunan Daerah untuk dibagikan kepada Pegawai Negeri Sipil

yang menjaditangungjawabnya;

Proses pelaksanaan secara langsung Pembayaran Gaji Pegawai

Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta sebagai berikut:

a. Setiap tanggal 6 paling lambat setiap SKPD harus sudah menyerahkan

SPP gaji untuk bulan berikutnya ke kantor keuangan daerah. SPP gaji

terdiri dari :

1) Daftar perolehan SPP gaji

2) SPP gaji

3) Daftar nomilatif

4) Daftar taperum

5) Daftar belanja Pegawai

6) Daftar jumlah pegawai guru/ non guru

7) Daftar perbedaan jumlah pegawai

8) Daftar gaji PNS

9) Rekap gaji PNS

10) Surat-surat pendukung

b. Kantor Keuangan Daerah mengadakan koreksi atas kebenaran SPP gaji

dari masing-masing SKPD, meliputi : jumlah jiwa, jumlah uang, dan

surat pendukung belanja.

c. Setelah SPP gaji dikoreksi kebenarannya maka kaitan keuangan daerah

menerbitkan SPP gaji.

d. Bendahara gaji dari masing-masing SKPD setiap tanggal 30 bisa

diambil SPJ di kantor keuangan untuk dicairkan di BPD setiap tanggal

1 selanjutnya akan dibayarkan kepada pegawai.

e. Setiap tanggal 10 masing-masing bendahara gaji SKPD mengirimkan

SPJ ke kantor keuangan daerah sebagai laporan.

lxxv

C. Hambatan dalam Pelaksanaan Penggajian dan Upaya Penyelesaiannya

Salah satu wujud dari pelaksanaan otonomi daerah adalah mewujudkan

otonomi di bidang Administrasi Pengelolaan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Peran

Pemerintah Kota Surakarta sangat signifikan dalam mewujudkan hal ini,

dengan jalan penataan manajemen penggajian, baik yang berkaitan dengan

distribusi penggajian maupun penataan sistem kelembagaan yang memiliki

kemampuan dalam mengelola penggajian PNS di Kota Surakarta.

Pelaksanaan pengelolaan penggajian PNS di Kota Surakarta, masih

sering timbul berbagai persoalan-persoalan yang mengakibatkan terhambatnya

pendistribusian gaji kepada PNS. Hambatan atau permasalahan yang biasa

terjadi dalam pelaksanaan Pemberian Gaji Pegawai Negeri di Pemerintah Kota

Surakarta berupa :

1. Pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan,

sehingga jangka waktu penyelesaian pambayaran gaji juga terlambat dari

waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan tersebut biasanya dikarenakan

data yang diajukan dari Sekretrariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan

Kerja Daerah yang bersangkutan kurang lengkap sehingga oleh bagian

keuangan data tersebut harus dikembalikan untuk dilengkapi.

2. Sering terjadinya pergantian bendahara sehingga mengakibatkan

kesalahpahaman mengenai aturan gaji. Hal ini menandakan masih belum

adanya konsistensi dari pemerintah daerah dalam melakukan back-up

terhadap kinerja bendahara, sehingga ketika terjadi pergantian bendahara,

dibutuhkan adaptasi oleh bendahara yang baru.

3. Perubahan ketentuan gaji sering tadak tepat waktu karena turunnya SK

sering terlambat. Dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat

turun sehingga Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya sudah pensiun tetapi

masih menerima gaji seperti biasa sebelum di pensiun.

Dalam rangka mengatasi persoalan tersebut di atas, dilakukan upaya

penyelesaian berupa:

1. Koordinasi yang lebih intensif, salah satunya waktu dari pelaksanaan

koordinasi ini dilakukan jauh sebelum waktu pelaksanaan pemberian gaji

lxxvi

dilaksanakan, sehingga penyesuaian dan antisipasi terhadap kesalahan-

kesalahan yang berkaitan dengan laporan daftar gaji.

2. Melakukan sistem baku terhadap metode kerja dari bendahara, sehingga

pergantian bendahara tidak banyak mempengaruhi dan tidak menjadi

kendala dalam pencairan gaji PNS.

3. Perlu adanya keseragaman dalam pencatatan dan sistem pemberian gaji

secara baik terhadap PNS yang masih aktif maupun yang sudah pensiun.

Selain itu langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan pelaporan

dini terhadap oknum-oknum PNS yang hendak pensiun kepada Badan

Kepegawaian Daerah untuk segera diserahkan kepada Badan Kepegawaian

Nasional untuk diketahui dan disesuaikan dengan sistem pemberian gaji.

lxxvii

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah diselesaikan pada beberapa bab dalam

penyusunan skripsi ini, maka penulis dapat menbarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bahwa dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah

Kota Surakarta telah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997.

2. Hambatan–hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian gaji

Pegawai Negeri Sipil antara lain:

a. Pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan,

sehingga jangka waktu penyelesaian pembayaran gaji juga terlambat

dari waktu yang ditentukan. Keterlambatan tersebut biasanya

dikarenakan data yang diajukan dari Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja

Daerah yang bersangkutan kurang lengkap sehinggga oleh bagian

keuangan data tersebut harus dikembalikan untuk dilengkapi.

b. Sering terjadinya pergantian bendahara sehingga mengakibatkan

kesalahapahaman mengenai aturan gaji.

c. Perubahan ketentuan gaji sering tidak tepat waktu karena turunnya SK

sering terlambat

d. Dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat turun sehingga

pegawai negeri sipil yang seharusnya sudah pensiun masih menerima

gaji seperti biasa sebelum di pensiun

3. Cara mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian gaji

Pegawai Negeri Sipil antara lain :

a. Diadakannya konsultasi antara Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga dan

Satuan kerja Daerah yang bersangkutan tentang bagaimana cara

65

lxxviii

mengatasi data yang seharusnya telah lengkap ketika data itu sampai

kepada bagian keuangan. Data yang disampaikan ke bagian keuangan

oleh Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah harus benar, lengkap,

serta valid agar dapat secara mudah diselesaikan oleh bagian keuangan

tanpa harus dikembalikan lagi sehingga tidak ada keterlamabatan

b. Diadakan pembinaan-pembinaan secara berkala kepada bendaharaan

gaji

c. Dibentuknya aparat pengawas fungsiuonal yang melakukan

pengawasan atau pemeriksaan atau secara berkesinambungan terhadap

pengelolaan gaji pegawai negeri sipil agar tidak terjadi suatu kekeliruan

atau kecurangan agar tercipta suatu tertib administrasi, tertib

penyaluran dan penggunaan dana serta tertib pertanggungjawaban yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. Saran

1. Dalam pengiriman SPP (Surat Permintaan Pembayara) diharapkan tidak

terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga pencairan gaji dapat

dilakukan tepat waktu.

2. Apabila ada perubahan dalam ketentuan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil

sebaiknya turunnya SK (Surat Keputusan) jangan sampai terlambat agar

tidak terjadi kekurangan gaji.

3. Sebaiknya pergantian bendaharawan gaji dapat diminimalkan agar tidak

terjadi kesalahpahaman mengenai aturan gaji.

lxxix

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agus Ashyari, 1990, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Ateng Syafrudin,1976, Pengaturan koordinasi Pemerintahan di Daerah, Tarsito, Bandung.

Bagir Manan, 2000, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas UII, Yogyakarta.

Bintoro Tjokroaminoto, 1985, Perencanaan Pembangunan Daerah, CV. Hajimas Agung, Jakarta.

Djoenaedi, 1982, Prospek Administrasi Negara, Sumur, Bandung.

Hadi Poerwono, 1983, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Keempat, Jakarta.

Heribertus Sutopo, 1988, Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teoritis dan Praktek, Pusat PEnelitian UNS, Surakarta.

Irawan Soetjipto, 1991, Hubungan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta, Jakarta.

Josef Riwu Kaho, 2005, Prospek Otonomi Daerah, Rajagrafindo, Banung.

Koentjoroningrat, 1984, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta.

Koesomahatmadja Rd H, dikutip oleh Sujamto, 1979-1980, Latar Belakang Otonomi Daerah yang Nyata dan Bertangung Jawab Dititikberatkan Pada Daerah Tingkat II, Badan Pengembangan dan Penelitian, Departemen Dalam Negeri, Jakarta.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, ANDI, Yogyakarta.

Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGM-Press, Yogyakarta.

Soerjono Soekamto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.

Syaukani, Afan Gaffar, Ryaas Rasyid, 2002, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. P

Zikri M. Ks., 1970, Pengaruh Akhlak Pejabat Pemerintahan Terhadap Jalannya Pemerintahan, Fakultas Sospol UGM, Yogyakarta.

lxxx

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Penerbit Absolut, Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.