faktor yang berhubungan dengan pemberian mp- asi …repository.helvetia.ac.id/2409/6/elya aslina...
TRANSCRIPT
-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-
ASI DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA
KECAMATAN BILAH HULU KABUPATEN
LABUHAN BATU TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh :
ELYA ASLINA HASIBUAN
NIM : 1702022070
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
2
2
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-
ASI DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA
KECAMATAN BILAH HULU KABUPATEN
LABUHAN BATU TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memeroleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)
pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
ELYAASLINA HASIBUAN
NIM : 1702022070
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
3
3
-
i
i
Telah Diuji pada Tanggal : 07 Agustus 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Wanda Lestari, STP., M.Gizi
Anggota : 1. Muhammad Firza Syahlefi Lubis, S.K.M., M.K.M
2. Dian Maya Sari Siregar, S.K.M., M.Kes
-
ii
ii
-
iii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Elya Aslina Hasibuan
Tempat/Tanggal Lahir : Medan 27 September 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia
Status Menikah : Menikah
Nama Suami : Sampul Lubis
Agama : Islam
Nama Ayah : Rapotan Hasibuan
Nama Ibu : Danni Siregar
Alamat : Bandar Rejo Kelurahan Ujung Bandar
Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan
Batu
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1992– 1998 : SDNegeri 066043/Medan
Tahun 1998 – 2001 : SMP Tunas Kartika 2 Medan
Tahun 2001 – 2004 : SMA Tunas Kartika 2 Medan
Tahun 2004– 2007 : Akademi Keperawatan Depkes Medan
Tahun 2015 – 2019 : Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan
2. RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 2006 – 2014 : Bekerja di Puskesmas Lingga Tiga Labuhan
Batu
Tahun 2014 – Sekarang : Bekerja di Dinas Kesehatan Labuhan Batu
-
iv
iv
ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP- ASI
DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA KECAMATAN
BILAH HULU KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2019
ELYAASLINA HASIBUAN
NIM : 1702022070
Saat ini pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktek
pemberian MP-ASI dini di berbagai daerah masih tinggi. Hal ini diduga karena
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan
dukungan tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang
berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional.
Penelitian dilakukan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhanbatu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2019. Populasi penelitian
ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan sebanyak 339orang, sampeldiperoleh
sebanyak 77 orang. Data dianalisis secara univariat dan analisis bivariat dengan
menggunakan uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (=0,05).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sebagian
besar responden sudah memberi MP-ASI dini pada bayinya yang berusia 0-6
bulan (68,8%), yang tidak memberikan MP-ASI dini (31,2%). Faktor yang
berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan di Desa Lingga
Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu tahun 2019, yaitu
pendidikan (p = 0,048), pengetahuan (p=0,005), dukungan tenaga kesehatan
(p=0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu pekerjaan
(p=0,206).
Kesimpulan penelitian ini bahwa pendidikan, pengetahuan, dan dukungan
tenaga kesehatan berhubungan signifikan dengan pemberian MP-ASI dini pada
bayi 0-6 bulan.Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada di Desa Lingga Tiga
(bidan desa) untuk rutin memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan kepada
ibu dan keluarga tentang pentingnya tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-
6 dan memberikan informasi tentang makanan yang cocok untuk bayi usia 0-6
yaitu ASI eksklusif, dan memberikan makanan secara bertahap setelah anak
berumur >6 bulan.
Kata Kunci : Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan, Pendidikan,
Pengetahuan, Dukungan Tenaga Kesehatan
-
v
v
-
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ―Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi
0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu
Tahun 2019‖.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) pada Program Studi
S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai
pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Dwi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan Institut Kesehatan Helvetia.
5. Teguh Suharto, SE, M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum
dan Keuangan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, S.Pd, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
7. Nuraini, S.Pd., M.Kes, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Kesehatan
MasyarakatInstitut Kesehatan Helvetia.
8. Khairatunnisa, S.K.M., M.Kes, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Kesehatan MasyarakatInstitut Kesehatan Helvetia.
9. Dian Maya Sari Siregar, S.K.M, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat dan sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah
-
vii
vii
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan skripsi ini.
10. Wanda Lestari, STP, M.Gizi., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan skripsi ini.
11. Muhammad Firza Syahlefi Lubis, SKM., M.K.M,selaku Dosen Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini.
12. Seluruh Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah
mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
13. Teristimewa untuk kepada orangtua, suami tercinta, keluarga yang kusayangi
serta teman-teman kerja saya yang selalu mendoakanku dan selalu
memberikan dukungan baik materi maupun spiritual, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
14. Serta teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan
mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan karunai-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan.
Medan, 07 Agustus 2019
Peneliti
Elya Aslina Hasibuan
-
viii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BABI PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 9 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 10 1.5 Manfaat Teoritis ...................................................................... 10
1.5.1 Manfaat Praktis ......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu .................................................. 11 2.2 Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini .......................... 15
2.2.1 Definisi MP ASI......................................................... 15 2.2.2 Tujuan Pemberian Makanan ASI ............................... 16 2.2.3 Makanan Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 17 2.2.4 Risiko Pemberian MP ASI Dini ................................. 18 2.2.5 Konsep Perilaku ......................................................... 21
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dini ........................................................................................ 24
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................. 33
BAB IIIMETODE PENELITIAN ........................................................... 35
3.1 Desain Penelitian ................................................................... 35 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 35
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 35 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 35
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 35 3.3.1 Populasi ...................................................................... 35 3.3.2 Sampel ........................................................................ 36
3.4 Kerangka Konsep .................................................................. 37 3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ........................ 37 3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................... 38
3.6.1 Jenis Data ................................................................... 37 3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 38 3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................... 39
-
ix
ix
3.7 Metode Pengolahan Data ...................................................... 42 3.8 Analisis Data ......................................................................... 42
3.8.1 Analisis Univariat ..................................................... 43 3.8.2 Analisis Bivariat ........................................................ 43
BAB IVHASILPENELITIANDANPEMBAHASAN ............................. 44
4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 44 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................. 44 4.1.2 Karakteristik Responden ..................................... 45 4.1.3 Analisis Univariat ............................................... 46 4.1.4 Analisis Bivariat .................................................. 51
4.2 Pembahasan ..................................................................... 55 4.2.1 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian MP-ASI Dini
pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 55
4.2.2 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 57
4.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 58
4.2.4 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ........................... 60
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 63 5.2 Saran .................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65
LAMPIRAN ............................................................................................... 67
-
x
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ................................. 38
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian ................ 40
Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ........................... 41
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Lingga Tiga Kecamatan
Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 ................. 45
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 45
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 46
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaandi Desa Lingga
Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 46
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan Kesehatan
di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2019 ............................................................................ 47
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuandi Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 48
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga
Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2019 ...................................................... 49
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga
Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2019 ...................................................... 50
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASIDini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2019 ............................................................................ 50
Tabel 4.10. Tabel Silang Hubungan Pendidikan dengan Pemberian MP-ASI di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 51
Tabel 4.11. Tabel Silang Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 52
Tabel 4.12. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian MP-ASI di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun
2019 ....................................................................................... 53
Tabel 4.13. Tabel Silang Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan
Pemberian MP-ASI di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 .................................... 54
-
xi
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 37
-
xii
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ................................................................................. 67
2. Master Data Uji Validitas ......................................................................... 71
3. Hasil Olah Uji Validitas............................................................................. 72
4. Master Data Uji Penelitian ........................................................................ 76
5. Hasil Olah Uji Penelitian ........................................................................... 78
6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 87
7. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 90
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi yang sehat adalah idaman setiap orang tua dan untuk mendapatkan
bayi yang sehat orang tua perlu memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sangat bergantung dari gizi yang diberikan. Pemberian gizi pada anak
melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi. Bayi
usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif), tetapi pada
kenyataannya masyarakat kita sudah memberikan makanan pendamping ASI
(MP-ASI) pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah
usia enam bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Pemberian makanan setelah bayi
berumur enam bulan akan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.
Perilaku tersebut sangat berisiko bagi bayi untuk terkena diare disebabkan karena
pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. Sistem imun bayi
di bawah enam bulan belum sempurna dan hanya ASI saja yang cocok diberikan
pada bayi usia
-
2
eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan MP-ASI saat
usianya < dari 6 bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif
masih rendah sedangkan praktek pemberian MP-ASI dini diberbagai negara masih
tinggi (3). Beberapa anak menerima makanan pendamping gizi yang mencukupi
dan aman; di banyak negara kurang dari seperempat bayi usia 6-23 bulan
memenuhi kriteria keragaman makanan dan frekuensi makan yang sesuai untuk
usia mereka. Lebih dari 820.000 kehidupan anak-anak dapat diselamatkan setiap
tahun di antara anak-anak di bawah 5 tahun, jika semua anak 0–23 bulan disusui
secara optimal (2). WHO merekomendasikan agar bayi mulai menerima makanan
pendamping pada usia 6 bulan di samping ASI, pada awalnya 2-3 kali sehari
antara 6-8 bulan, meningkat menjadi 3-4 kali sehari antara 9-11 bulan dan 12-24
bulan dengan cemilan bergizi tambahan 1-2 kali sehari (4).
Benua Afrika dan benua Asia juga menunjukkan pemberian ASI eksklusif
masih rendah. Salah satu negara di Afrika, Nigeria, prevalensi pemberian ASI
eksklusif secara nasional adalah 17% dengan variasi regional. Prevalensi inisiasi
menyusui dini adalah 33,2%. Studi lain di Nigeria melaporkan prevalensi mulai
dari 28%-45%. Inisiasi makanan pelengkap yang tepat waktu tetap menjadi
tantangan karena 16% bayi Nigeria diperkenalkan pada makanan padat dan
setengah padat pada 2-3 bulan sementara 40% diperkenalkan pada 4-5 bulan (5).
Di India, persentase inisiasi menyusu dini adalah 24,5%. Menyusui secara
eksklusif menurun dengan cepat dari bulan pertama menjadi enam bulan dengan
hanya 20%. Pengenalan pemberian MP-ASI antara 6 hingga 9 bulan adalah 55,8%
-
3
dan hanya 21% anak-anak berusia 6-23 bulan yang diberi makan sesuai dengan
praktik yang direkomendasikan (6).
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa pada
tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
sebesar 73,06%. Angka ini sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu
44%. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah
Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (15%).
Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Angka
tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase
tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat
(87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua (15,32%) (7).
Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tersebut juga dapat diketahui bahwa
Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Provinsi
Sumatera Utara sebesar 57,47% lebih rendah dari cakupan nasional yaitu 73,06%
sedangkan cakupan ASI eksklusif sebesar 45,74% lebih rendah dari cakupan
nasional yaitu 61,33% (7).
Pencapaian cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten
Labuhanbatu dari tahun 2012-2016 sangat fluktuatif, dimana pada tahun 2012
cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 45,50% menurun pada tahun 2013
menjadi 22,01% dan mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi 41,76%
di tahun 2014 sedangkan pada tahun 2015 menurun kembali menjadi 32,65% dan
meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi 37,74% dari jumlah bayi (0-6 bulan)
sebanyak 5.977 bayi. Tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa sebaliknya bahwa
-
4
bayi yang diberikan makanan sejak dini (usia
-
5
sebanyak 694 orang. Jumlah bayi bulan Januari 2018 sebanyak 51 bayi, bulan
Februari 2019 sebanyak 61 bayi, dan bulan Februari sebanyak 51 bayi (10).
Kebiasaan masyarakat Indonesia memberikan makanan pada bayi
-
6
prelaktal kepada bayi sebelum ASI keluar). Semakin bertambah umur bayi,
frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat. Salah satu
faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian pada balita diare (25,2%)
dan ISPA (15,5%) adalah pemberian MP-ASI dini. Ketidaktahuan masyarakat,
mitos, status pekerjaan, pendapatan keluarga dan adanya peran serta tenaga
kesehatan yang tidak mendukung program ASI eksklusif akan menyebabkan
penurunan ASI eksklusif dan peningkatan MP-ASI dini akibat kurangnya
ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi, yang sebagian besar disebabkan oleh
perilaku ibu (3).
Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku
manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu: Faktor predisposisi (predisposing factors),
yang mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan/sosial ekonomi,
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, kepercayaan dan sebagainya. Faktor pemungkin
(enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, tersedianya informasi,
pelatihan dan sebagainya. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini
meliputi dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, undang-undang,
peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya (12).
Penelitian Kumalasari berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dinidi wilayah binaan Puskesmas
Sidomulyo Pekanbaru tahun 2015 mendapatkan hasil terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan, aktivitas, pendapatan, anjuran tenaga
kesehatan dengan pemberian MP-ASI dini (3).
Penelitian Hartinah berjudul Aspek Sosial Budaya Suku Sasak Tentang
Pemberian Makanan Prelaktal Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
-
7
LambaleKabupaten Buton Utara Tahun 2017 menunjukkan perilaku sosial budaya
masyarakat Suku Sasak masih sangat sering dilakukan memberikan makanan pada
bayi usia dini karena sudah warisan turun temurun (11).
Penelitian Nababan berjudul Pemberian MPASI dini pada bayi ditinjau
dari pendidikan dan pengetahuan ibudi tiga desa binaan AkkesSapta Bakti
Bengkulu tahun 2017 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia
kurang dari enam bulan (13).
Penelitian Heryanto berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini di Desa Negeri Agung Kabupaten
OKU Selatan Sumatera Selatan tahun 2017 menunjukkan korelasi antara
pengetahuan, kecukupan ASI, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan
pemberian MPASI dini (14).
Penelitian Rahmawati berjudul Gambaran Pemberian MPASI pada Bayi
-
8
mendapatkan hasil bahwa dari analisis multivariat, terbukti bahwa faktor yang
mempengaruhi pemberian makanan pendamping dini adalah sosial budaya dan
dukungan tenaga kesehatan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemberian
makanan pendamping awal ini adalah dukungan tenaga kesehatan(16).
Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Lingga Tiga
dengan mewawancarai 10 orang ibu yang memiliki bayi usia
-
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian MP-
ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu
Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini
pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2019.
2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini
pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2019.
3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI
Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu
Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.
4. Untuk mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatandengan pemberian
MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah
Hulu Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.
-
10
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ilmiah yang bermanfaat bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan
pemberian MP-ASI Dini pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang
melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Sebagai masukan bagi Puskesmas Lingga Tiga dalam meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu dan anak berkaitan dengan
faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6
bulan.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat mengetahui
faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6
bulan.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian Rahmawati pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta tahun
2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study. Dengan sampel
sebanyak 64 ibu yang memiliki bayi berusia 6–12 bulan. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
masih sangat tinggi yaitu sebesar 67,3%. Adapun gambaran pemberian MP-ASI
berdasarkan Modifying Factor (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku,
pengalaman, adat/ kebiasaan), Persepsi ibu (kerentanan, keparahan, ancaman,
manfaat, kendala, petunjuk untuk bertindak, dan kepercayaan diri) menunjukkan
persentase yang beragam. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan penelitian yang serupa dengan desain yang berbeda dan jumlah sampel
mewakili yang lebih banyak, sehingga bisa lebih menggambarkan keadaan
masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan lebih akurat (15).
Penelitian Damanik di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang, Kecamatan
Bajenis, Kota Bajing Tinggi pada tahun 2015. Tujuan dari penelitian yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi para ibu dalam memberikan
makanan pendamping ASI awal. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi
analitik dengan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan sejak November
2013 hingga Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
11
-
12
memiliki bayi berusia antara 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas UPTD Teluk
Karang, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing Tinggi yang dijadikan sampel sebanyak
106 ibu. Regresi logistik berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI cukup
tinggi yaitu 89,6%. Dari analisis multivariat, terbukti bahwa faktor yang
mempengaruhi pemberian makanan pendamping dini adalah sosial budaya (p =
0,008) dan dukungan keluarga (p
-
13
antara mitos dengan pemberian MP-ASI dini (ρ-value= 0,141), dan terdapat
hubungan yang signifikan antara anjuran tenaga kesehatan dengan pemberian MP-
ASI dini (ρ-value= 0,037) (3).
Penelitian Hartinah tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Lambale
dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui sosial budaya masyarakat Suku
Sasak terhadap pemberian makanan prelaktal pada bayi di salah satu wilayah kerja
Puskesmas Lambale tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Informan berjumlah 7 orang yang terdiri atas 3
informan biasa yaitu Ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan dan 4 orang
sebagai informan kunci yaitu seorang tokoh adat, tokoh agama, belian atau dukun
bayi, dan bidan yang mengetahui dengan jelas tentang sosial budaya masyarakat
Suku Sasak di Desa tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku sosial
budaya masyarakat Suku Sasak di salah satu Wilayah kerja Puskesmas Lambale
masih sangat sering dilakukan karena menganggap hal tersebut sudah menjadi
warisan turun temurun dari nenek moyang mereka terutama yang berkaitan
dengan pemberian makanan prelaktal pada bayi yaitu berupa madu, kelapa muda
dan nasi pakpak. Sosial budaya masyarakat Suku Sasak yang berkaitan dengan
mengadakan upacara perak api atau upacara pemberian nama pada bayi dengan
cara mengayunkan bayi di atas bara api yang melibatkan semua anggota keluarga.
Diharapkan bagi tenaga kesehatan Masyarakat di Puskesmas Lambale agar
memberikan penyuluhan tentang dampak pemberian makanan prelaktal pada bayi
dan menekankan agar masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas lambale
khususnya masyarakat Desa Soloy Agung agar tidak memberikan makan prelaktal
pada bayi (11).
-
14
Penelitian Heryanto tahun 2017 di Desa Negeri Agung Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Buay Sandang Aji Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera
Selatan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian MPASI dini. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional
dengan populasi seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan di Desa
Negeri Agung pada periode Januari – Maret 2017 yang berjumlah 51 orang.
Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square. Data penelitian
menunjukkan sebanyak 5,1% responden memberikan MPASI dini kepada
bayinya, 51% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang MPASI, 62,7%
responden dengan kecukupan ASI, 52,9% responden dengan kategori tidak
bekerja dan sebanyak 54,9% responden mendapatkan dukungan dari keluarga.
Hasil analisis menunjukkan korelasi antara pemberian MPASI dini dengan
pengetahuan (p-value 0,017), kecukupan ASI (p-value 0,001), pekerjaan (p-value
0,001) dan dukungan keluarga (p-value 0,001). Tenaga kesehatan dapat
meningkatkan perhatian ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dengan
memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai manfaat dan
pentingnya ASI eksklusif (14).
Penelitian Nababan tahun 2018 di tiga desa binaan AkkesSapta Bakti
Bengkulu dengan tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan
pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia
kurang dari enam bulan. Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional.
Jumlah sampel 59 ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan diambil
dengan teknik consecutive sampling. Hasil analisis univariat dari 59 ibu yang
memiliki bayi usia kurang dari enam bulan sebagian besar 32 orang (54,2%)
memiliki tingkat pendidikan rendah, hampir sebagian 27 orang (45,8%) memiliki
-
15
pengetahuan baik. Hasil analisis bivariat diperoleh p-value=0,003 yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan
pemberian MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari enam bulan (13).
2.2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
2.2.1. Definisi MP ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari
asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi
membutuhkan lebih banyak gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks
menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan
memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke belakang (17).
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama
sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI
jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan
diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (18).
Makanan pendamping ASI (MP ASI) dini adalah makanan/ minuman yang
diberikan pada bayi sebelum berusia 6 bulan. Makanan bayi untuk bayi usia
-
16
yaitu menunjukkan bahwa pemberian ASI maupun pengganti ASI (PASI)
berangsur berubah secara bertahap sampai anak mampu makan makanan keluarga
atau orang dewasa (19).
2.2.2. Tujuan Pemberian Makanan Bayi
Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam yaitu tujuan
mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan kepentingan
individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang mencakup 3
macam aspek: a) Aspek fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan
sehat maupun sakit untuk kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.
b)Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi
makanan pendamping ASI. c) Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan
pada bayi dengan menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus.
Disamping itu memberikan kepuasan pada orang tua karena telah melakukan
tugasnya.. Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi masyarakat
luas dan kesehatan masyarakat (19).
ASI memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur 6 bulan. Menjelang
umur 6 bulan, bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan zat gizi dari ASI.
Kebutuhan zat gizi semakin bertambah sesuai dengan peningkatan umur bayi atau
anak karena proses tumbuh kembang. ASI hanya memenuhi sekitar 60-70%
kebutuhan gizi bayi setelah usia 6 bulan, sehingga bayi mulai membutuhkan MP
ASI (20).
-
17
Tujuan pemberian MP ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi
yang diperlukan bayi. Pemberian MP ASI bermanfaat untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya
kekurangan zat gizi baik makro maupun mikro, memelihara kesehatan, mencegah
penyakit dan mempercepat pemulihan bila sakit, membantu perkembangan
jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan
memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan
fisiologis bayi. Pemberian MP ASI juga bermanfaat untuk menyesuaikan
kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan salah
satu proses pendidikan di mana bayi belajar untuk mengunyah dan menelan
makanan padat, serta membiasakan selera-selera baru sebagai masa peralihan dari
ASI ke makanan keluarga (21).
2.2.3. Makanan Bayi Usia 0-6 Bulan
ASIeksklusifadalah satu-satunya makanan bayi umur 0-6 bulan yang
paling disarankan dan tidak ada lagi makanan tambahan yang dianjurkan selain
ASI. Bahkan badan dunia WHO, sangat menyarankan pemberian ASI eksklusif
tersebut. ASI mampu mencukupi semua kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh
bayi hingga umurnya mencapai 6 bulan. Bahkan ibu tidak perlu lagi memberikan
makanan tambahan pendamping ASI (MP-ASI_ apapun selain daripada ASI.
Pemberian ASI pun akan menumbuhkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.
ASI pertama yang berwarna kekuningan yang keluar pertama dari putting susu
jangan dibuang karena ASI kekuningan yang keluar pertama kali tersebut dikenal
dengan nama Kolostrum. Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar,
-
18
yang berisi imunitas atau zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari
berbagai jenis penyakit di saat kondisi bayi masih sangat lemah (22).
Berikut ini rangkuman beberapa manfaat pemberian ASI sebagai satu-
satunya menu utama makanan bayi umur 0-6 bulan pertama:
a. ASI sebagai sumber nutrisi
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. ASI mengurangi risiko kematian bayi
d. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
e. ASI menumbuhkan kasih sayang antar ibu dan bayi (22).
Perlu diketahui, pada usia sebelum 6 bulan, kemungkinan organ
pencernaan bayi belum sepenuhnya sempurna. Setidaknya memerlukan waktu
kurang lebih 6 bulan supaya enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan terbentuk.
Selain itu, ginjal pun belum cukup mampu untuk bekerja secara optimal dalam
menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat. Begitu juga dengan
imunitas atau daya tahan tubuhnya sehingga dikhawatirkan kuman atau bakteri
yang dibawa oleh makanan tambahan bisa dengan mudah masuk ke dalam aliran
darah dan membahayakan kesehatan sang bayi (22).
2.2.4. Risiko Pemberian MP ASI Dini
Berikut risiko bila MP-ASI diberikan terlalu dini: (1)
a. Kuman mudah masuk sehingga peluang sakit lebih besar
Pada usia di bawah 6 bulan, daya imunitas bayi belum sempurna.
Dengan memberikan makanan sebelum usia 6 bulan, berarti membuka
kesempatan bagi kuman-kuman untuk masuk ke dalam tubuh si kecil.
-
19
Apalagi bila makanan yang diberikan tidak terjamin kebersihannya. Begitu
pun dengan alat-alat makan yang digunakan, bila tidak disterilisasi dengan
benar akan menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi. Bayi yang
mendapatkan makanan sebelum usianya 6 bulan ternyata banyak mengalami
diare, batuk-pilek, sembelit, demam, ketimbang bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.
Sebaliknya, ASI yang diberikan hingga usia 6 bulan justru memberikan
perlindungan bagi si kecil terhadap penyakit, mulai penyakit yang disebutkan
di atas sampai penyakit infeksi telinga dan sebagainya. Dengan ASI eksklusif,
imunitas atau kekebalan tubuh bayi meningkat, otomatis dapat melindungi si
kecil dari berbagai penyakit. Selain itu, bayi yang diberi ASI eksklusif,
kemungkinannya mengalami penyakit pernapasan akan lebih rendah.
ASI eksklusif menghindari si kecil dari anemia akibat kekurangan zat
besi. Ini karena, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, dalam tubuhnya
menunjukkan kecukupan hemoglobin dan zat besi. Suatu studi yang
dilakukan Dr. Alfredo Pisacane dari Universitas Federico II di Napoli, Italia,
menyimpulkan, bayi yang diberikan ASI eksklusif namun tidak diberikan
suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi, menunjukkan level
hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun,
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI tapi menerima makanan padat.
Peneliti tidak menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sehingga disimpulkan bahwa
memberikan ASI eksklusif mengurangi risiko terjadinya anemia pada bayi.
-
20
Memang, kadar zat besi di dalam ASI tidak tinggi namun penyerapan zat besi
dari ASI lebih tinggi dibandingkan dari susu lainnya. Dengan pemberian MP-
ASI yang tepat dan ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun, maka kejadian
anemia dapat dihindari.
b. Berpeluang alami alergi makanan.
Sel-sel di sekitar usus pada bayi berusia di bawah 6 bulan belum siap
untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang dikonsumsinya.
Alhasil, makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga dapat
terjadi alergi akibat makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya, bayi yang
diberi MP-ASI setelah 6 bulan, risikonya untuk mengalami alergi akibat
makanan lebih rendah.
Selain itu, bayi usia 4-6 bulan, lapisan ususnya masih ―terbuka‖,
sehingga memudahkan protein-protein dari MP-ASI—yang kemungkinan
dapat mengakibatkan bayi mengalami alergi—serta bakteri patogen yang
menyebabkan berbagai penyakit masuk ke dalam aliran darah. Umumnya,
produksi antibodi dan terjadinya penutupan usus berlangsung pada usia
sekitar 6 bulan. Dengan pemberian ASI eksklusif, zat antibodi yang terdapat
di dalam ASI (slgA) dapat masuk langsung melalui aliran darah bayi,
melapisi organ pencernaan bayi, menyediakan kekebalan pasif, dan
mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus
terjadi.
c. Berpeluang obesitas
Proses pemecahan sari-sari makanan dalam tubuh bayi belum
sempurna, sehingga bila bayi diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan, ia
-
21
berpeluang mengalami obesitas. Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan
sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan.
Karena itulah, menunda pemberian MP-ASI sampai usia 6 bulan dapat
melindunginya dari obesitas di kemudian hari. Perlu diketahui, beberapa
enzim pemecah protein seperti pepsin, lipase, dan amilase, serta asam
lambung, baru akan diproduksi sempurna pada saat bayi berusia 6 bulan.
d. Sulit dicerna dengan baik
Bayi di bawah 6 bulan memiliki sistem pencernaan yang belum
sempurna. Asupan lain disamping ASI membuat organ ini terpaksa bekerja
ekstra keras demi mengolah dan memecah makanan yang masuk. Nah, karena
dipaksa bekerja keras, makanan pun tak dapat dicerna dengan baik. Ujung-
ujungnya, timbul reaksi/gangguan pencernaan seperti konstipasi atau
timbulnya gas. Sementara, sistem pencernaan relatif sempurna dan siap
menerima MP-ASI pada usia 6 bulan ke atas.
Karena itulah, menunda memberikan MP-ASI hingga usia bayi 6 bulan
justru memberi kesempatan kepada sistem pencernaan agar dapat
berkembang matang terlebih dahulu. Secara psikologis pun, umumnya bayi
siap mendapatkan MP-ASI pada usia sekitar 6 bulanan (1).
2.3. Konsep Perilaku
Ditinjau aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi
biologis, semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia,
mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup
-
22
mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang
dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis,
membaca, berpikir, dan seterusnya. Secara singkat aktivitas manusia tersebut
dikelompokkan menjadi 2 yakni : a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh
orang lain, misalnya : berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b) Aktivitas
yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya : berpikir, berfantasi,
bersikap, dan sebagainya (12).
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi
sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan
kesehatan, atau dapat juga didefinisikan perilaku kesehatan adalah semua aktivitas
atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak
dapat diamati yang berkaitan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (23).
Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk covert behavior yang dapat diukur adalah
pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan atau practice yang dapat diamati orang lain secara jelas.
-
23
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi kesehatan
sekurang-kurangnya memiliki tiga dimensi yaitu :
1. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan).
2. Mengembangkan perilaku positif / sehat).
3. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai
dengan norma atau nilai kesehatan (perilaku sehat), atau dengan perkataan lain
mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada (23).
Domain perilaku terdiri dari pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
tindakan/praktik (psikomotor). Skinner (1938) dalam Notoatmodjo merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses SOR atau
Stimulus-Organisme-Respons. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus)
yang berkomunikasi dengan organisme (23).
Menurut Notoatmodjo, semua ahli kesehatan masyarakat dalam
membicarakan status kesehatan mengacu kepada Bloom. Dari hasil penelitiannya
di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom
menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap
status kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil
nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling
kecil terhadap suatu status kesehatan. Green menjelaskan bahwa perilaku itu
dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : faktor predisposisi
-
24
(predisposing factor) faktor pemungkin (enabling factors), faktor penguat
(reinforcing factors) (12).
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang seperti pengetahuan,
sikap, keyakinan, dan nilai yang berkenaan dengan motivasi seseorang untuk
bertindak, faktor demografi (umur, pendidikan, jumlah anak, dan lain-lain).
2. Faktor pendukung (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti fasilitas, jarak, kualitas
pelayanan, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor pendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku seperti dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan
lain-lain.
2.4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian MP-ASI
Dini
2.4.1. Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (24).
Pendidikan akan meningkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi
-
25
pendidikan ibu maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mencerna informasi.
Pendidikan seorang ibu akan meningkatkan pengetahuannya sehingga akan
mempengaruhinya dalam memilih dan mengevaluasi sesuatu yang baik untuk
kesehatan dirinya dan juga kesehatan anaknya (25).
2.4.2. Pekerjaan
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini oleh
ibu. Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan, kesehatan, iklan MP-ASI,
petugas kesehatan, budaya dan sosial ekonomi, dan pekerjaan ibu. Status
pekerjaan juga menjadi salah satualasan pemberian MP-ASI dini. Statuspekerjaan
yang semakin baik dan sosialekonomi keluarga yang meningkat inilah
yangmenyebabkan dan memudahkan ibu untukmemberikan susu formula dan MP-
ASI dini padaanak dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif(18).
2.4.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda,
secara garis besarnya tingkatan pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan (26):
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
-
26
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara
benar. Orang yang telah paham mampu menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dan atau
memisahkan dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti pengelompokan, membedakan
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk, melakukan justification atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian tersebut didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
-
27
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang sebagai
berikut : (27)
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
maka makin mudah orang tersebut menerima informasi baik itu dari orang lain
maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
2. Media massa/informasi.
Informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Kemajuan teknologi akan tersedia bermacam-macam media
massa yang memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak, sehingga seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi
pengetahuan seseorang.
-
28
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada di lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbul balik atau tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
6. Umur
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik (27).
2.4.4. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, dimana telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (26).
Menurut Sheriff dan Sheriff, sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang
diperoleh melalui proses belajar. Sementara Allport melihat sikap sebagai
kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respon. Dari kedua
definisi tersebut, secara khusus sikap dibagi dalam beberapa hal, yaitu pertama,
sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
-
29
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
obyek sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga,
sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif. Dan
kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar (28).
Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi menyatakan sikap sebagai
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan
dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi: simbol, kata-kata,
slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap
positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang
favorable, sebaliknya orang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek
psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap obyek psikologi
(29).
Sikap individu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (30)
1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap
tertentu terhadap suatu objek.
2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek
tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju kepada
sekumpulan objek-objek
-
30
Bila seseorang mempunyai sikap negara pada seseorang, maka orang tersebut
akan mempunyai kecenderungan menunjukkan sikap negatif pada kelompok
dimana orang tersebut bergabung.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dalam diri seseorang, maka akan sulit berubah
dan memakan waktu yang lama. Tetapi sebaliknya jika sikap itu belum
mendalam dalam dirinya, maka sikap tersebut tidak bertahan lama, dan sikap
tersebut mudah diubah.
5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.
Sikap terhadap sesuatu objek akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi,
yang mempunyai daya dorong bagi industri untuk berperilaku secara individu
terhadap objek yang dihadapinya.
Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (29)
a. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
b. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku
dimana individu itu berada.
Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia
akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan
obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek,
-
31
maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu
(29).Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: (23)
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Ada beberapa metode pengungkapan sikap yang secara
historik telah dilakukan orang, diantaranya adalah : (30)
1. Observasi perilaku
Perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dan
konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-
hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang
ditampakkan oleh seseorang.
-
32
2. Penanyaan langsung
Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan
kelemahan yang mendasar. Dimana apabila situasi dan kondisi
memungkinkannya untuk mengetahui hal yang sebenarnya tanpa rasa takut
terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi.
3. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung
secara tertulis dapat dilakukan menggunakan item ganda (multiplechoice).
4. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan
daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut
skala sikap. Dalam pengukuran skala sikap ini dapat digunakan dengan
pengukuran sikap model Bogardus, Thurstone dan Likert. Skala Likert
sangat populer saat ini karena skala ini mudah penyusunannya. Sudah
banyak peneliti yang telah mempergunakan/menyempurnakannya. Skala
Likert terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju (29).
5. Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (cover measures) sebenarnya berorientasi
kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan di atas, akan
tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari
-
33
atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang
terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan (30).
2.4.5. Dukungan Tenaga kesehatan
Tidak hanya status pekerjaan, dukungan tenaga kesehatan dan gencarnya
pemberian susu formula juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ASI
eksklusif. Tenaga kesehatan saat ini mulai banyak yang melakukan pemberian
susu formula dan produk bayi lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya
berdasarkan pada keuntungan finansial. Sikap tenaga kesehatan yang mendukung
pemberian MP-ASI dini pada bayi menimbulkan motivasi dan minat ibu untuk
memberikan susu formula kepada bayinya. Faktor tenaga kesehatan adalah
kualitas tenaga kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu memilih untuk
memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak. Tenaga kesehatan sangat
berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan tambahan pada
bayi usia kurang dari enam bulan (3).
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan
jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan (31). Hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut :
-
34
1) Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6
Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu
tahun 2019.
2) Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6
Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu
tahun 2019.
3) Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-
6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu
tahun 2019.
4) Ada hubungan dukungan tenaga kesehatandengan pemberian MP-ASI Dini
pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2019.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional).Menurut Sugiyono, desain cross sectional yaitu
pengamatan hanya dilakukan sekali sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh
peneliti dengan melihat adanya hubungan (31). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI Dini pada
Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan
Batu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu
Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi karena masih rendahnya
cakupan ASI eksklusif, yang berarti masih tingginya pemberian MP-ASI dini
pada bayi usia 0-6 bulan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2019 sampai dengan bulan
Juli 2019.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di Desa
Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 339 bayi.
35
-
36
3.3.2. Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: (31)
n = 2)(1 dN
N
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat ketetapan yang diinginkan sebesar (sebesar 0,1)
n = 2)1,0(3391
339
n = )01,0(3391
339
n = 39,31
339
n = 39,4
339
n = 77,2 digenapkan menjadi 77 orang.
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel penelitian
sebanyak 77 orang dari 339 populasi yang ada. Penarikan sampel dengan cara
purposif(purposive sampling) yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan
peneliti.
-
37
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
1) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh
ibu sampai dengan penelitian ini dilakukan.
2) Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan ibu sehari-hari baik yang
menghasilkan uang maupun tidak.
3) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini dan ASI eksklusif.
4) Dukungan tenaga kesehatan adalah pernah atau tidak pernahnya ibu
mendapatkan dukungan dan informasi tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini dan ASI eksklusif dari tenaga kesehatan.
5) Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 bulan adalah kebiasaan atau perilaku
ibu dalam memberikan makanan pendamping sejak anak usia dini yaitu bayi
usia
-
38
No. Nama
Variabel
Jumlah
Perta-
nyaan
Cara dan Alat
Ukur
Skala
Pengukuran Value
Jenis
Skala
Ukur
Variabel Independen
1. Pendidikan 1 Kuesioner dengan
menanyakan
pendidikan
terakhir
3
2
1
Tinggi (PT)
Menengah
(SMA)
Dasar (SD/
SMP)
Ordinal
2. Pekerjaan 1 Kuesioner dengan
menanyakan
pekerjaan ibu
sehari-hari
2
1
Bekerja (2)
Tidak bekerja(1)
Nominal
3. Pengetahuan 10 Menghitung skor
pengetahuan
(Skor max = 10)
3
2
1
Baik (76-100%,
8-10)
Cukup (56-75%,
6-7)
Kurang (
-
39
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer
dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
2) Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder diperoleh dari Puskesmas Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu.
3) Data tertier
Data tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan
sumber sekunder. Data tersier dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
referensi yang sangat valid, seperti: jurnal, text book, sumber elektronik.
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang dijawab langsung oleh
responden.
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa data dari
Puskesmas Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu.
3) Data tertier
-
40
Data tersier diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: jurnal, text book,
sumber elektronik.
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner dibagikan pada responden yang sesungguhnya, maka
kuesioner diuji kesahihannya dan kehandalannya dengan melakukan uji validitas
dan reliabilitas kepada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Desa Tanjung
Siram Kecamatan Bilah Hulu.
1) Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran
atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Uji validitas dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item
dengan skor total variabel menggunakan rumus korelasi Pearson product
moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan
valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30 orang responden yaitu 0,361 (32).
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pengetahuan -1
Pengetahuan -2
Pengetahuan -3
Pengetahuan -4
Pengetahuan -5
Pengetahuan -6
Pengetahuan -7
Pengetahuan -8
Pengetahuan -9
Pengetahuan -10
0,695
0,743
0,380
0,899
0,599
0,541
0,589
0,468
0,645
0,418
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
-
41
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dukungan tenaga kesehatan -1
Dukungan tenaga kesehatan -2
Dukungan tenaga kesehatan -3
Dukungan tenaga kesehatan -4
Dukungan tenaga kesehatan -5
Dukungan tenaga kesehatan -6
Dukungan tenaga kesehatan -7
Dukungan tenaga kesehatan -8
Dukungan tenaga kesehatan -9
Dukungan tenaga kesehatan -10
0,782
0,393
0,612
0,727
0,588
0,393
0,615
0,412
0,580
0,588
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
2) Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel (32).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat menunjukkan kehandalan dan dipercaya dengan metode
Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dengan ketentuan nilai
Cronbach Alpha>0,600, maka dinyatakan reliabel (31). Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
No. Variabel Nilai
Reliabilitas
Batas Cronbach’s
Alpha Ket.
1.
2.
Pengetahuan
Dukungan tenaga
kesehatan
0,802
0,765
0,600
0,600
Reliabel
Reliabel
-
42
3.7. Metode Pengolahan Data
Proses pengolahan data pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan
kegiatan. Data-data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah: (33)
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner yang telah dijawab oleh
responden.
2) Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada lembar
kuesioner dengan tujuan data yang diperoleh dapat diolah secara benar.
3) Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel yang
diteliti, misalnya nama dirubah menjadi nomor 1,2,3,..........dan seterusnya.
4) Entering
Data entry, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
bentuk ―kode‖ (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer
yang digunakan peneliti yaitu SPSS.
5) DataProcessing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program statistik
(statistic / data analysis) dengan tahapan sebagai berikut :
-
43
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing jawaban kuesioner variabel bebas dan variabel
terikat dan juga distribusi frekuensi rekapitulasinya.
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis Chi-Square,
pada batas kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila hasil
perhitungan menunjukkan nilai p-value
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Lingga Tiga merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bilah
Hulu Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah desa
Lingga Tiga ± 2874 Ha dan ketinggian rata-rata ± 135 dpl. Adapun batas wilayah
Desa Lingga yaitu sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo
2. Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN III-ANU, Link. Kalibening
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labusel Desa Kampung Dalam
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Tinggi Kelurahan Lobusona
Sarana prasarana yang ada di Desa Lingga Tiga terdiri dari 1 nit Kantor
Kepala Desa 1 unit, Puskesmas 1 unit, Poskesdes 1 unit, 1 buah masjid, satu unit
Prabrik PT. LTS. Desa Lingga Tiga juga dialiri oleh sungai. Jumlah penduduk di
Desa Lingga Tiga sebanyak 6.724 jiwa yang terdiri dari 3.336 laki-laki dan 3.388
perempuan. Desa Lingga Tiga terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun Sidodadi dengan
jumlah penduduk 888 orang, Dusun Lingga Tiga I dengan jumlah penduduk 896
orang, Dusun Lingga Tiga II dengan jumlah penduduk 1.504 orang, Dusun Setia
Warga dengan jumlah penduduk 492 orang, Dusun Janji Lobi dengan jumlah
penduduk 986 orang Dusun Aek Korsik dengan jumlah penduduk 713 orang,
Dusun Kampung Baru dengan jumlah penduduk 669 orang, dan Dusun Firdaus
dengan jumlah penduduk 576 orang.
-
45
4.1.2. Karakteristik Responden
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Lingga Tiga
Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No Umur f %
1. 35 tahun 18 23,4
Jumlah 77 100,0
Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-
35 tahun sebanyak 58 orang (75,3%), sebagian kecil berumur
-
46
Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki 2
orang anak sebanyak 33 orang (42,9%), sebagian kecil memiliki 5 orang anak
sebanyak 2 orang (2,6%).
4.1.3. Analisis Univariat
1. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan responden dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No. Pendidikan f % 1. Dasar (SD/SMP) 21 27,3 2. Menengah (SMA) 47 61,0 3. Tinggi (D3/S1) 09 11,7
Jumlah 77 100,0
Tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 47 orang (61,0%), sebagian kecil
berpendidikan tinggi (D3/S1) sebanyak 9 orang (11,7%).
2. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No. Pekerjaan f %
1. Bekerja 27 35,1
2. Tidak bekerja 50 64,9
Jumlah 77 100,0
-
47
Tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja
(ibu rumah tangga) sebanyak 50 orang (64,9%), sebagian kecil responden bekerja
(PNS/wiraswasta/Pedagang/Petani) sebanyak 27 orang (35,1%).
3. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pernyataan pengetahuan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan di
Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2019
No Pernyataan
Jawaban Total
Benar Salah
f % f % F %
1 Apakah pengertian dari makanan
pendamping ASI (MP-ASI) itu ?
56 72,7 21 27,3 77 100,0
2 Apakah ibu tahu kapan waktu yang tepat
untuk pemberian MP-ASI ?
40 51,9 37 48,1 77 100,0
3 Apa saja jenis-jenis MP-ASI? 43 55,8 34 44,2 77 100,0
4 Apa ibu tahu manfaat dari pemberian MP-
ASI?
48 62,3 29 37,7 77 100,0
5 Apakah ibu tahu tujuan dari pemberian
MP-ASI ?
46 59,7 30 40,3 77 100,0
6 Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang
diberikan terlalu dini kepada bayi ?
47 61,0 30 39,0 77 100,0
7 Pada usia dini (0-6) bulan, makanan yang
sebaiknya diberikan pada bayi yaitu :
34 44,2 43 55,8 77 100,0
8 Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang
diberikan terlalu lambat kepada bayi
(misalnya pada bayi usia 9 bulan) ?
38 49,4 39 50,6 77 100,0
9 Apakah ibu tahu cara yang tepat
pemberian makanan yang berkala pada
bayi ?
53 68,8 24 31,2 77 100,0
10 Pada usia berapakah sebaiknya bayi
disapih ?
36 46,8 41 53,2 77 100,0
Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa pernyataan ―yang dimaksud dengan
MP-ASI dini adalah memberikan makanan pendamping ASI sedini mungkin‖
-
48
menjawab ―benar‖ sebanyak 56 orang (72,7%), ―salah‖ sebanyak 21 orang
(27,3%).Pernyataan ―makanan yang cocok untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI
saja‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 40 orang (51,9%), ―salah‖ sebanyak 37 orang
(48,1%). Pernyataan ―MP-ASI mulai diberikan pada bayi usia 6 bulan keatas‖
menjawab ―benar‖ sebanyak 43 orang (55,8%), ―salah‖ sebanyak 34 orang
(44,2%).Pernyataan ―MP-ASI tidak baik diberikan pada bayi usia 0-6 bulan‖
menjawab ―benar‖ sebanyak 48 orang (62,3%), ―salah‖ sebanyak 29 orang
(37,7%).Pernyataan ―bayi yang diberi MP-ASI dini dapat menyebabkan diare‖
menjawab ―benar‖ sebanyak 46 orang (59,7%), ―salah‖ sebanyak 30 orang
(40,3%).
Pernyataan ―bayi yang terlalu cepat diberi makanan sebelum usia 6 bulan
dapat menyebabkan alergi‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 47 orang (61,0%),
―salah‖ sebanyak 30 orang (39,0%). Pernyataan ―bayi yang terlalu cepat diberi
makanan sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh
yaitu pencernaan‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 34 orang (44,2%), ―salah‖
sebanyak 43 orang (55,8%).Pernyataan ―pemberian makanan terlalu dini dapat
mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi‖ menjawab
―benar‖ sebanyak 38 orang (49,4%), ―salah‖ sebanyak 39 orang
(50,6%).Pernyataan ―Bayi yang terlalu cepat diberi makanan dapat menyebabkan
kegemukan (obesitas)‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 53 orang (68,8%), ―salah‖
sebanyak 24 orang (31,2%).Pernyataan ―tujuan pemberian makanan pendamping
ASI pada bayi usia di atas 6 bulan untuk melengkapi zat gizi yang sudah
berkurang‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 36 orang (46,8%), ―salah‖ sebanyak 41
orang (53,2%).
-
49
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuandi Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No. Pengetahuan f %
1. Baik 13 16,9
2. Cukup 17 22,1
3. Kurang 47 61,0
Jumlah 77 100,0
Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan kurang sebanyak 47 orang (61,0%), sebagian kecil
berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (16,9%).
5. Dukungan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pernyataandukungan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga
Kesehatandi Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No Pernyataan Jawaban
Total Ya Tidak
f % f % F % 1 Tenaga kesehatan memberikan informasi
pada ibu tentang bahaya pemberian MP ASI dini.
73 94,8 4 5,2 77 100,0
2 Tenaga kesehatan memberikan penjelasan tentang pentingnya pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan.
66 85,7 11 14,3 77 100,0
3 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang dampak diare pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.
28 36,4 49 63,6 77 100,0
4 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang gangguan pada usus pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.
50 64,9 27 35,1 77 100,0
5 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang 58 75,3 19 24,7 77 100,0
-
50
No Pernyataan Jawaban
Total Ya Tidak
f % f % F % gangguan pada usus pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.
6 Tenaga kesehatan menjelaskan bahwa bayi yang diberi MP ASI dini dapat terjadi kegemukan (obesitas).
46 59,7 31 40,3 77 100,0
7 Tenaga kesehatan menjelaskan tujuan dari pemberian MP ASI sesuai umur bayi.
48 62,3 29 37,7 77 100,0
8 Tenaga kesehatan selalu memotivasi ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi agar bayi usia 0-6 bulan juga mendapatkan gizi yang baik melalui ASI ibu.
42 54,5 35 45,5 77 100,0
9 Tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan MP ASI pada bayi umur 6 bulan.
58 75,3 19 24,7 77 100,0
Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa pernyataan ―yang dimaksud dengan
MP-ASI dini adalah memberikan makanan pendamping ASI sedini mungkin‖
menjawab ―ya‖ sebanyak 73 orang (94,8%), ―tidak‖ sebanyak 4 orang
(5,2%).Pernyataan ―tenaga kesehatan memberikan penjelasan tentang pentingnya
pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 66 orang
(85,7%), ―tidak‖ sebanyak 11 orang (14,3%).Pernyataan ―tenaga kesehatan
menjelaskan tentang dampak diare pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.‖
menjawab ―ya‖ sebanyak 28 orang (36,4%), ―tidak‖ sebanyak 49 orang
(63,6%).Pernyataan ―tenaga kesehatan menjelaskan tentang gangguan pada usus
pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 50 orang
(64,9%), ―tidak‖ sebanyak 27 orang (35,1%).
Pernyataan ―tenaga kesehatan menjelaskan bahwa bayi yang diberi MP
ASI dini dapat terjadi kegemukan (obesitas).‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 46 orang
(59,7%), ―tidak‖ sebanyak 31 orang (40,3%).Pernyataan ―tenaga kesehatan
-
51
menjelaskan tujuan dari pemberian MP ASI sesuai umur bayi‖ menjawab ―ya‖
sebanyak 48 orang (62,3%), ―tidak‖ sebanyak 29 orang (37,7%).Pernyataan
―tenaga kesehatan selalu memotivasi ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi
agar bayi usia 0-6 bulan juga mendapatkan gizi yang baik melalui ASI ibu.‖
menjawab ―ya‖ sebanyak 42 orang (54,5%), ―tidak‖ sebanyak 35 orang (45,5%).
Pernyataan ―tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan MP ASI
pada bayi umur 6 bulan‖ menjawab ―ya‖
sebanyak 58 orang (75,3%), ―tidak‖ sebanyak 19 orang (24,7%).
Berdasarkan hasil penelitian, dukungan tenaga kesehatan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019
No. Dukungan Tenaga Kesehatan f %
1. Baik 46 59,7
2. Kurang 31 40,3
Jumlah 77 100,0
Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat
dukungan baik dari tenaga kesehat