faktor risiko dan gambaran pemetaan...

12
FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN KEJADIAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2014 RISK FACTOR AND MAPPING DISTRIBUTION OF PULMONARY TUBERKULOSIS CASES REVIEW IN ENREKANG REGENCY 2014 Ummu Kalsum 1 , A.Arsunan Arsin 2 , Hasanuddin Ishak 3 1 Mahasiswa Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 2 Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 3 Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Ummu Kalsum, S.KM Abd.Dg.Sirua, No. 99 Kota Makassar, 90245 HP: +6285398716599 Email: [email protected]

Upload: nguyennhi

Post on 19-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN KEJADIAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2014

RISK FACTOR AND MAPPING DISTRIBUTION OF PULMONARY TUBERKULOSIS CASES REVIEW IN ENREKANG REGENCY 2014

Ummu Kalsum1, A.Arsunan Arsin2, Hasanuddin Ishak3

1Mahasiswa Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 2Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

3Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Ummu Kalsum, S.KM Abd.Dg.Sirua, No. 99 Kota Makassar, 90245 HP: +6285398716599 Email: [email protected]

Page 2: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

ABSTRAK

Tuberkulosis paru disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis, sekitar 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif secara ekonomi (15- 50 tahun). Penelitian ini untuk menganalisis asosiasi antara karakteristik individu dan karakteristik lingkungan serta menganalisis spasial pengaruh karakteristik wilayah dengan sebaran kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan menggunakan metode case control study. Subyek penelitian ini adalah 160, terdiri dari 80 kasus (penderita BTA (+)) dan 80 kontrol (penderita BTA (-)). Analisis data dilakukan dengan uji chisquare untuk mengetahui deskripsi dan hubungan faktor risiko dengan kejadian tuberkulosis paru (analisis univariat dan bivariat). Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui besarnya risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru. Hasil analisis bivariat yang terbukti tidak berhubungan antara jenis kelamin dengan kejadian tuberculosis di Kabupaten Enrekang. Sedangkan faktor risiko luas ventilasi dan kelembaban berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru adalah; Luas ventilasi (OR= 4.580), kelembaban dalam rumah (OR= 19.519). Sedangkan hasil analisis multivariat yang terbukti sebagai faktor risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru adalah kelembaban dan pencahayaan alami. Wilayah kerja Puskesmas Maiwa adalah wilayah dengan sebaran kasus TB terbanyak, sekaligus sebagai wilayah yang rentan terhadap kejadian tuberkulosis di Kabupaten Enrekang. Kelembaban merupakan faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis paru di Kabupaten Enrekang adalah kelembaban dalam rumah. Kata Kunci : Faktor Risiko, Tuberkulosis, Analisis Spasial. ABSTRACT

Pulmonary tuberkulosis caused by mycobacterium tuberculos is approximately 75% of those with pulmonary tuberkulosis is the economically productive age (15-50 years. This research to analyze the association between individual characteristic factors and physical environmental factors influence the distribution of cases of tuberkulosis in Enrekang Regency. This type of research is observasional analytic study using case control study method. Subyects of this study was 160, consisting of 80 cases (patients whose sputum samples (+)) and 80 controls (patiens whose sputum samples (-)). Data analysis performed by chisquare test to see descriptions and relationships with risk factors for tuberkulosis incidence (univariate and bivariate analysis). Then performed a multivariatanalysis with logistic regression test to know the size of the risk of pulmonary tuberkulosis incidence. The bivariate result not related to the sex and incident proved tuberculosis. And risk factor result related to incident proved to tuberculosis is; Area ventilation (OR= 4.580) and the air temperature in the room (OR= 19.519). While the result of multivariatanalysis that proved to be risk factors for tuberkulosis incidence is the temperature in the home. And So there is need for improvement of the physical environment of housing, increased investigation and counselling of contact in the same house. Each will renovate or build a house should consider aspects of home sanitation. Keywords: Risk factors, Pulmonary tuberkulosis, Spatial analysis

Page 3: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik lingkungan serta melihat sebaran dan pengaruh karakteristik wilayah dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan menggunakan metode case control study. Subyek penelitian ini adalah 160, terdiri dari 80 kasus (penderita BTA (+)) dan 80 kontrol (penderita BTA (-)). Analisis data dilakukan dengan uji chisquare untuk mengetahui deskripsi dan hubungan faktor risiko dengan kejadian tuberkulosis paru (analisis univariat dan bivariat). Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui besarnya risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru. Hasil analisis bivariat riwayat kontak (OR= 9.750, CI.95%,(2.161-43.985)), Luas ventilasi (OR= 4.580, CI.95%,(2.353-8.914)), kelembaban dalam rumah (OR= 19.519, CI.95%,(8.705-43.764)) dan pencahayaan alami (OR= 6.172, CI.95%,(3.015-12.635)). Sedangkan hasil analisis multivariat yang terbukti sebagai faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru adalah kelembaban dan pencahayaan alami, terbukti jika kedua variabel ini mengalami interaksi maka hasilnya menunjukkan signifikansi dengan nilai (OR= 2.718, CI 95%,(2.019-3.661)). Sementara itu wilayah kerja Puskesmas Maiwa adalah wilayah dengan sebaran kasus TB terbanyak, sekaligus sebagai wilayah yang rentan terhadap kejadian tuberkulosis di Kabupaten Enrekang. Kelembaban merupakan faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis paru di Kabupaten Enrekang. Kata Kunci : Kanker serviks, angka ketahanan, Enrekang. ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the association between individual characteristic factors and physical environmental factors influence the distribution of cases of tuberculosis in Enrekang Regency. The research was an analytic observational study using case control study method. There were 160 subject in the research, consisting of 80 cases (patients whose sputum samples (+)) and 80 controls (patiens whose sputum samples (-)). The data were analyzed using chi square test to find out the description and the relationship between risk factors and the occurrence of pulmonary tuberculosis (univariate and bivariate analysis). Then multivariate analysis with logistic regression test to know the size of the risk of pulmonary tuberculosis incidence. The result of bivariate analysis indicate that the occurrence of pulmonary tuberculosis has a relationship with contact history (OR= 9.750 95%.CI,(2.161-43.985)), the size of ventilation (OR= 4.580, 95%CI ,(2.353-8.914)) and the air temperature in the room (OR= 19.519, CI.95%,(8.705-43.764)), and natural lighting (OR= 6.172, CI.95%,(3.015-12.635)). Meanwhile, the result of multivariate analysis indicates that the risk factors on the the occurrance of pulmonary tuberculosis consist of two mot significant variable the size of (OR= 2.718, CI 95%,(2.019-3.661)) , i.e. humidity and natural lighting. The working area of Maiwa Health Center is the area which has the most distribution of pulmonary tuberculosis and also the sensitive area on occurrence of pulmonary tuberculosis in Enrekang Regency. Keywords: Risk factors, Pulmonary tuberkulosis, Enrekang

Page 4: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang memiliki ketergantungan dengan spasial

(korelasi antara wilayah geografis) artinya memiliki keterkaitan penularan dengan difusi

geografis (Incha, 2013). Dimana geografis sangat erat kaitannya dengan lingkungan yaitu

salah satu faktor yang ikut menentukan kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor

perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status

derajat kesehatan masyarakat. Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya

permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan serta terpenuhinya

persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum, termasuk sarana dan cara pengelolaannya

(Achmadi, 2005).

Penyakit tuberkulosis masih merupakan ancaman global, hal ini disebabkan karena

banyaknya faktor yang dapat menjadi risiko munculnya penyakit ini. Meskipun tingkat

kematian telah menurun karena suksesnya implementasi DOTS (Directly Observed Treatment

Short Course) namun penyakit ini masih menyebabkan setengah juta orang meninggal setiap

tahunnya, dimana sejak tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

Koch pulmonal atau tuberkulosis sebagai “Global Emergency” (WHO dalam Green, 2013).

Selain itu tuberkulosis masih mengancam masyarakat dunia, estimasi global

memperkirakan ada 440.000 kasus TB-MDR di tahun 2011. Salah satu solusi metode yang

direkomendasikan WHO sebagai metode yang paling banyak digunakan untuk penegakkan

diagnosis adalah pemeriksaan mikroskopis namun ditemukan beberapa kelemahan yang

mendorong para ahli di dunia dalam melakukan penemuan baru dan mempermudah serta

mempercepat dalam pemeriksaan TB ( Brown, 2011).

Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Meskipun

memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara pertama diantara High

Burden Country (HBC) di wilayah WHO South East Asian yang mampu mencapai target

global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun

2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010)

dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA positif ( Chandra, 2005).

Tingginya kasus TB membawa dampak pada segi ekonomi, sekitar 75% penderita

tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) (Ruswanto, 2010). Penelitian

oleh Leida (2012) menunjukkan bahwa kejadian multidrug resisten tuberkulosis (MDR-TB)

yang tinggal di rumah dengan suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak

Page 5: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

61,0%, rumah dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 80,5% dan

responden yang memiliki intensitas pencahayaan rumah yang kurang sebanyak 92,7% serta

ada hubungan yang bermakna antara pencahayaan rumah dengan kejadian TB paru resisten

(OR 4,644 95% CI 1,30-16,58).

Situasi tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang sendiri, berdasarkan hasil laporan

dari Rumah Sakit Umum Massenrempulu sepanjang tahun 2012 dan 2013 dari Januari hingga

Desember jumlah pasien yang mendapatkan penanganan di rumah sakit untuk penyakit Koch

pulmonal masing-masing 1.613 (22%) dan 1.561 (23%) dari total jumlah pasien rawat jalan,

sedangkan rawat inap mencapai 151 pasien 10 diantaranya meninggal, dan merupakan

penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit hipertensi dan Gastro Entreritis Acute RSUM

tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi secara spasial dan faktor

risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang.

BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, di mulai dengan pengusulan judul

penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

pelaksanaan penelitian, analisa data dan penyusunan laporan akhir

Desain dan Variabel Penelitian

Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan rancangan penelitian case

control (kasus kontrol), yang mengkaji hubungan kasus dengan faktor risiko. Studi kasus ini

dimulai dengan mengidentifikasi kelompok kasus yaitu penderita BTA (+) sebagai kasus, dan

kelompok dengan kontrol, dengan mengidentifikasi faktor risiko seperti karakteristik individu

(jenis kelamin dan riwayat kontak) serta faktor risiko lingkungan (Kepadatan hunian, luas

ventilasi, kelembaban, suhu dan pencahayaan alami).

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kasus Tuberkulosis paru yang tercatat baik

rawat inap maupun rawat jalan mulai bulan Januari-Desember 2013 di seluruh puskesmas di

Kabupaten Enrekang dan berdomisili di Kabupaten Enrekang dan data spasial (area

population) yaitu semua segmen-segmen wilayah di Kabupaten Enrekang. Cara penarikan

sampel kasus dan kontrol dilakukan secara proportional random sampling dimana sampel

ditarik secara proporsional setiap strata wilayah kerja puskesmas. Jumlah sampel untuk

masing-masing kecamatan. Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 80 orang

Page 6: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

untuk kelompok kasus dan 80 orang untuk kelompok kontrol. Jadi total sampel secara

keseluruhan yaitu 160 total sampel.

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh

dari catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Massenrempulu dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Enrekang serta puskesmas mengenai alamat lengkap penderita koch pulmonal.

Sedangkan data primer berasal dari wawancara dan observasi atau pengukuran langsung

peneliti pada masing-masing responden.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara univariat, bivariate dan multivariat . Analisis

univariat untuk mendeskripsikan gambaran distribusi variabel-variabel penelitian, analisis

bivariat untuk mengetahui dan menguji hubungan variabel independen dengan variabel

dependen digunakan uji Chi Square, yaitu untuk mengestimasi pengaruh dari masing-masing

faktor-faktor yang diteliti (variabel bebas). Sedangkan analisis multivariat untuk menguji

variabel yang paling berpengaruh menggunakan uji regresi logistik. Analisis spasial tentang

distribusi kasus untuk mengidentifikasi faktor risiko keruangan.

HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Spasial

Sampel terbanyak dari penelitian ini adalah responden dari wilayah kerja Puskesmas

Maiwa Kecamatan Maiwa yaitu 32 responden terdiri dari 16 kasus dan 16 kontrol dengan

suhu rumah rata-rata 29.780C. Dan wilayah kerja puskesmas dengan responden paling rendah

adalah Puskesmas Baroko dengan jumlah responden 4, masing-masing 2 baik kelompok kasus

maupun kelompok kontrol. Penemuan kasus tuberkulosis di Kabupaten Enrekang itu

ditentukan berdasarkan penemuan pasif oleh sebagian besar puskesmas di Kabupaten

Enrekang, salah satu puskesmas yang melakukan penemuan kasus secara aktif adalah

puskesmas Maiwa, hal ini pula yang memungkinkan tingginya kasus tuberkulosis pada

wilayah kerja puskesmas ini. Gambar 1 menunjukkan sebaran penderita tuberkulosis di

Kabupaten Enrekang.

Hasil Analisis Bivariat

Secara statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita tuberkulosis

paru adalah wanita, hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik

Untuk sementara, diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih

Page 7: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

memerlukan evidence pada masing-masing wilayah sebagai dasar pengendalian atau dasar

manajemen. Penelitian ini menemukan bahwa 160 orang, yang berjenis kelamin perempuan

(risiko tinggi), lebih banyak ditemukan pada orang yang menderita tuberkulosisi yaitu 44

orang (50.6%) dibandingkan yang tidak menderita tuberkulosis sebanyak 43 orang (49.4%).

Hasil analisis statistik bivariat dengan uji Odds Ratio diperoleh nilai OR = 0.951 dengan

nilai lower limit = 0.510 dan upper limit = 1.772, hasil ini terdapat pada Tabel 1.

Selain karakteristik individu berupa jenis kelamin, faktor risiko lingkungan adalah

salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab tuberkulosis. Penelitian ini menemukan bahwa

dari 160 responden, yang memiliki kelembaban rumah >70% (risiko tinggi), lebih banyak

ditemukan pada penderita TB yaitu 62 responden (77.5%) dibandingkan dengan yang tidak

menderita yaitu 12 responden (15%). Interpretasi hasil analisis bivariat antara kelembaban

rumah dengan kejadian tuberkulosis adalah responden yang memiliki kelembaban rumah

>70% berisiko menderita tuberkulosis 19.519 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang

memiliki kelembaban rumah ≤ 70%. Hasil ini terdapat pada Tabel 2.

Tidak hanya faktor kelembaban dalam rumah, pencahayaan alami dalam rumah juga

ikut menjadi salah satu faktor terhadap kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang,

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 160 responden, yang memiliki pencahayan rumah < 60 lux

(berisiko tinggi), lebih banyak ditemukan pada penderita TB yaitu 65 responden (81.2%)

dibandingkan dengan yang tidak menderita yaitu 33 responden (41.2%). Interpretasi hasil

analisis bivariat antara pencahayaan alami dengan kejadian tuberkulosis adalah orang yang

memiliki pencahayaan rumah < 60 lux berisiko menderita tuberkulosis 6.172 kali lebih tinggi

dibandingkan orang yang memiliki pencahayaan alami rumah > 60 lux.

Analisis Multivariat

Sesuai dengan hasil analisis regresi logistik yang dilakukan sebelumnya, dapat dijelaskan

bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis yaitu luas ventilasi, riwayat

kontak, kelembaban, pencahayaan alami. Sehingga persamaan regresinya yaitu: Logit P(x) =

α + β1x1 + β2x2 + …. Logit P(x) = -9.453 + 2.485 (kelembaban) +1.089 (pencahayaan)

Selanjutnya, nilai Y dapat dihitung dengan memberi nilai 1 dan 0 pada semua variabel

yaitu luas ventilasi, riwayat kontak, kelembaban, pencahayaan alami. Nilai 1 untuk risiko

tinggi sedangkan nilai 0 untuk risiko rendah.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa, jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terhadap

kejadian tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena responden perempuan yang lebih banyak

Page 8: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

menderita tb, walaupun hubungannya tidak signifikan, hasil ini sesuai dengan bahasan pada

penelitian sebelumnya, asumsi peneliti bahwa walaupun karakteristik pada perempuan seperti

tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler

yang dapat menyebabkan perempuan lebih mudah tertular penyakit tb namun ada faktor risiko

yang lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan seperti kebiasaan

merokok. sap rokok dapat meningkatkan risiko terinfeksi kuman M. tuberkulosis. Asap rokok

mengandung lebih dari 4.500 bahan kimia yang memiliki berbagai efek racun, mutagenik dan

karsinogenik. Zat-zat ini memiliki efek proinflamasi dan imunosupresif pada sistem imun

saluran pernapasan, sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi M. Tuberkulosis. Namun

hasil ini perlu kajian yang lebih mendalam lagi.

Meskipun secara statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita

tuberkulosis paru adalah wanita, hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih

lanjut, baik Untuk sementara, diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang

masih memerlukan evidence pada masing-masing wilayah sebagai dasar pengendalian atau

dasar manajemen.

Hasil analisis multivariatmenunjukkan bahwa faktor risiko yang paling berisiko terhadap

kejadian tuberkulosis adalah kelembaban dan pencahayaan dalam rumah. Hal ini erat

kaitannya dengan kebiasaan penghuni rumah pada sebagian besar responden yang menderita

tuberkulosis untuk menutup rapat rumah dan jendela jika ada penghuni rumah yang batuk

karena berasumsi bahwa batuk akan semakin parah dengan membiarkan pintu jendela

terbuka.

Kelembaban yang tinggi pada suatu rumah dapat merupakan sarana yang baik untuk

pertumbuhan kuman mycobacterium tuberkulosis. Penelitian oleh Ashari (2011)

membuktikan bahwa penduduk yang tinggal dengan kelembaban < 40% dan > 70% berisiko

terkena penyakit tuberkulosis paru 4,68 kali dibandingkan dengan penduduk yang tinggal

pada perumahan yang memiliki kelembaban antara 40% - 70%. Berdasarkan hasil penelitian

Mulyadi (2010) di Kota Bogor menyebutkan bahwa penghuni rumah yang mempunyai

kelembaban ruang keluarga lebih besar dari 70 % berisiko terkena TB paru 10,7 kali

disbanding penduduk yang tinggal pada perumahan yang memiliki kelembaban lebih kecil

atau sama dengan 70 %. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leida (2012) di Kota

Makassar dimana kejadian multidrug resisten tuberkulosis (MDR-TB) yang tinggal di rumah

dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 80.5%. Kelembaban yang tinggi

dipengaruhi oleh perilaku atau kebiasaan membuka ventilasi udara, ventilasi yang kurang

menyebabkan bakteri M tuberkulosis ikut terhirup bersama udara.

Page 9: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

Pencahayaan alami dalam penelitian ini adalah pencahayaan yang masuk ke ruangan

dalam rumah, hasil analisis statistik bivariat dengan uji Odds Ratio diperoleh nilai OR =

6.172. Penelitian oleh Rikha (2012) dengan hasil uji statistik bivariat ternyata pencahayaan

alami merupakan faktor risiko yang ada hubunganya dengan kejadian penyakit tuberkulosis

paru, karena nilai ρ-value < 0,05, diperoleh ρ = 0,003 dan OR = 3,333 dengan CI 95%

1,455<OR<7,637, sehingga ada hubungan yang bermakna, dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa pencahayaan alami merupakan faktor risiko terhadap kejadian tuberkulosis paru. Dari

hasil uji statistik multivariat pencahayaan alami juga menunjukkan hasil yang signifikan

karena nilai OR = 4,385 dengan CI 95%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa distribusi penderita

tuberkulosis terbanyak dijumpai pada wilayah kerja Puskesmas Maiwa dengan total kasus 16,

kontrol 16 responden. Karakteristik individu lainnya seperti jenis kelamin bukan merupakan

faktor risiko. Karakteristik lain berupa kelembaban dan pencahayaan alami rumah merupakan

faktor risiko kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Enrekang dengan nilai OR masing-

masing kelembaban (OR= 19.519) dan pencahayaan alami (OR= 6.172). Disarankan kepada

petugas kesehatan bahwa perlunya edukasi kepada setiap pasien khususnya yang terkena

tuberkulosis tentang pentingnya melakukan pencegahan tuberkulosis mengenai faktor –faktor

risiko kejadian tuberkulosis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi langsung

maupun tidak langsung dalam penelitian ini, termasuk: (1) Direktorat Pendidikan Tinggi,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2) Dinas Kesehatan

Kabupaten Enrekang , (3) Petugas program penanggulangan TB di tiap-tiap puskesmas, yang

senantiasa mengarahkan dalam penelusuran pasien langsung.

DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Umar Fahmi. (2005). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku

Kompas, Jakarta. Ashari. (2011). Analisis Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Tubercolosis Paru Resisten Di

Kota Makassar. FKM Unhas. Brown, J. (2011) ‘Majority objected to badger cull before policy was approved’, The

Independent, 29 July 2011.

Page 10: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

Chandra, B. (2005). Ilmu Kedokteran, Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mulyadi. (2010). Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru Di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) .Universitas Diponegoro.

Green, Ezekiel. (2013). IS6110 Restriction Fragment Length Polymorphism Typing of Drug-resistant Mycobacterium tuberculosis Strains from Northeast South Africa. J HEALTH POPUL NUTR 2013 Mar;31(1):1-10 ISSN 1606-0997.

Incha, Ng. (2013). Spatial Dependency of Tuberculosis Incidence in Taiwan. National Taiwan University, Taipei, Taiwan.

Leida, Ida M Thaha. (2012). Analisis Epidemiologi Genetik Dan Faktor Mikronutrien Pada Penderita Multidrug Resisten Tubercolisis (MDR-TB). Program Kedokteran Pascasarjana. Unhas.

Rikha. (2012). Analisis spasial penderita tuberculosis paru di deerah dataran tinggi kota Bogor. Bogor: Kesehatan Masayarakat.

Ruswanto. (2010). Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. Jawa Tengah.

Page 11: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

LAMPIRAN

Lampiran Gambar

Gambar 1. Peta Sebaran Kasus Tuberkulosis di Kabupaten Enrekang

Lampiran Tabel

Tabel 1. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita

Jenis Kelamin Kasus Kontrol

n % CI = 95% n % n %

Perempuan 44 50.6% 43 49.4% 87 60% OR=0.951

LL=0.510

UL=1.772

Laki-laki 36 49.3% 37 50.7% 73 40%

Total 80 100% 80 100% 160 100%

Sumber: Data primer, 2014

Page 12: FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN PEMETAAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1840cd1f235736aebc1f55d7fc61016b.pdf · increased investigation and counselling of contact in the same house

Tabel 2. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan

Kelembaban Rumah

Kelembaban

Rumah

Kasus Kontrol n % CI = 95%

n % n %

Risiko Tinggi 62 77.5% 12 15.0% 74 46.2% OR=19.519

LL=8.705

UL=43.764

Risiko Rendah 18 22.5% 68 85% 86 53.8%

Total 80 100% 80 100% 160 100%

Sumber: Data primer, 2014

Tabel 3. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan

Pencahayan Alami Dalam Rumah

Pencahayaan

Rumah

Kasus Kontrol n CI = 95%

n % n %

Risiko Tinggi 65 81.2% 33 41.2% 98 61.2% OR=6.172

LL=3.015

UL=12.635

Risiko Rendah 15 18.8% 47 58.8% 62 38.8%

Total 80 100% 80 100% 160 100%

Sumber: Data primer, 2014