faktor pendorong dan penghambat pembangunan

Upload: azmia-naufalaz

Post on 09-Oct-2015

327 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sosiologi antropologi

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    1/12

    Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan

    Dalam proses pembangunan ditemukan adanya faktor pendorong dan penghambat atas

    jalannya proses pembangunan itu sendiri. Berikut ini uraian singkatnya:

    Faktor pendorong

    1. Nilai-nilai budaya

    a. berorientasi pada kemampuan sendiri

    b. sifat tahan penderitaan

    c. berorientasi pada usaha

    d. sikap toleransi

    e. gotong royong

    2. Sikap mental

    a. penilaian tinggi terhadap unsur-unsur yang membawa kebaikan

    b. penilaian tinggi terhadap hasil karya orang lain

    c. ingin menguasai alam dengan kaidah yang benar

    d. berorientasi masa depan

    e. penilaian tinggi terhadap kerjasama

    Faktor penghambat

    1. sikap tradisionalistis

    2. Vested Interest

    3. prasangka buruk terhadap sesuatu yang baru4. kekhawatiran terjadi kegagalan pada integrasi budaya

    5. hambatan yang bersifat ideologis

    6. komunikasi yang belum lancar

    7. tingkat pendidikan rendah

    selain itu, terdapat pula sikap mental yang tidak cocok untuk pembangunan, seperti:

    a. sikap pasrah menerima

    b. sikap kurang disiplin

    c. sikap kurang suka kerja keras

    d. sikap kurang jujur

    e. sikap hidup boros

    f. sikap ketergantungan terhadap orang lain

    g. sikap prasangka buruk terhadap pembaruan

    h. sikap mengisolasi terhadap pembaruan

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    2/12

    VII

    FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN

    KESEHATAN INDONESIA

    A. PEMBANGUNAN KESEHATAN

    Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, kondisi dan status kesehatan Perempuan

    Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Angka

    Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-

    2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.. AKI di Indonesia masih berada di

    posisi tertinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN. Adapun faktor penyebabnya

    adalah status kesehatan reproduksi ibu yang buruk, status gizi ibu sebelum dan selama

    kehamilan yang rendah, kurangnya tingkat pendidikan ibu,dan rendahnya tingkat ekonomi

    keluarga.

    Isu lain adalah rentannya perempuan terhadap Penyakit menular ( HIV/AIDS) terutama

    daerah padat penduduk, perbatasan dan daerah wisata karena kurangnya pengetahuan

    HIV/AIDS dan kurangnya akses pelayanan pencegahan dan Kekerasan Terhadap

    Perempuan. Masih banyaknya penyakit infeksi dan menular yang disebutkan diatas,

    menyebabkan beban ganda (double burden)yang ditanggung semakin berat ,karena penyakit

    degenerative dan life style tergolong tinggi. Revrisond bawsir dkk (1999), dalam bukunya

    pembangunan tanpa perasaanmenyebutkan bahwa pelayanan kesehatan kita belum

    menjangkau seleruh lapisan masyarakat alias tidak merata,diperparah lagi subsidi sector

    kesehatan malah dinikmati kalangan berpunya.Ironisnya, masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih

    memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah

    sakit dan puskesmas .Padahal,hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada

    sekedar hak akan pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses

    informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan

    masyarakat.

    Kesehatan perempuan sebagai sebuah investasi merupakan cerminan dari pentingnya

    SDM yang produktif. Di beberapa Negara maju yang menggunakan konsep sehat produktif,

    sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus

    diarahkan untuk dapata membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa

    hidup produktif.

    Selama ini, pemerintah masih memandang sektor kesehatan sebagai sektor konsumtif,

    kesehatan tidak dilihat sebagai investasi, tetapi hanya dilihat sebagai sector kesejahteraan

    yang dinilai menjadi beban biaya. Bukti nyatanya adalah alokasi belanja kesehatan

    pemerintah yang sangat rendah, hanya sekitar 2-3% dari total belanja Negara. Namun

    ironisnya, pelayanan kesehatan malah menjadi sumber pendapatan pembangunan.

    Disini membuktikan pemerintah menerapkan standar ganda dalam bidang kesehatna.

    Disatu sisi, belanja kesehatan dianggap beban dan tidak diprioritaskan. Disisi lain, pelayanan

    kesehatan dijadikan sumber pendapatan. Artinya pembangunan Negara ini disokong dariuang rakyat yang sakit. Sehingga masuk akal bila ada orang usil mengatakan bila

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    3/12

    pemerintah ingin mendapat sumber pendapatan yang besar sebar saja kuman atau virus

    kepada masyarakat, agar masyarakat menjadi sakit dan kemudian mereka berobat ke rumah

    sakit pemerintah.

    Padahal dengan rendahya alokasi belanja kesehatan akan menghasilkan indicator

    kesehatan yang rendah. Jika dibandingkan dengan Negara ASEAN, Indonesia terendah dalambelanja kesehatan. Dalam laporan kesehatan WHO tahun 1999, Indonesia hanya

    mengeluarkan 1,8% dari produk domestik brutonya (PDB) untuk belanja kesehatan.

    Sementara Negara ASEAN lain yang memiliki PDB perkapita lebih tinggi mengeluarkan

    porsi lebih besar untuk kesehatan. Maka tidak mengherankan bila indicator kesehatan

    Indonesia, terendah di antara Negara ASEAN, karna kita menanam modal lebih kecil, maka

    kita mendapat hasil yang sedikit.

    Menurut Thabrany (1999),terdapat lorelasi negative antara status kesehatan dengan

    pendapatan perkapita di kemudian hari,jika factor lain konstan. Negara-negara yang

    diawal 70-an memiliki AKB tinggi,tidak memiliki AKB tinggi,tidak memiliki pendapatan

    perkapita tinggi di tahun 1991lingkungan eksekutif, legisletif, maupun dari masyarakat

    termasuk swasta. Kunci sukses lainnya di tengah keterbasan sumber daya dalam hal

    pembiayaandan tenaga adalah memprioritaskan bidang bidang pembangunan kesehatan ,

    seperti kesehatan Ibu dan Anak.

    Kondisi tersebut diatas menunjukan ,kesehatan sebagai salah satu unsur Utama SDM

    dan sebagai modal tahan lama bagi pembangunan kesehatan Indonesia sama sekali belum

    dianggap penting oleh para pembuat keputusan. Padahal adagium di lingkungan internasional

    yang menyebutkan Health is not everything, but without health, everything is nothing

    merupakan cerminan dari urgensitas kesehatan dalam suatu pengembangan masyarakat dan

    pembangunan secara nasional.maka diharapkan bagi pemerintah untuk memahami keadaantersebut dan menyusun paradigma yang menyokong Pembangunan dengan meningkatkan

    kesehatan agar menghasilkan SDM yang berkualitas.

    B. PERMASALAHAN UMUM KESEHATAN

    1. Disparitas status kesehatan

    Disparitas adalah perbedaan; jarak: ada -- upah yg diterima oleh para pekerja pabrik

    itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa ini,status Menghalangi pemiliknya untuk

    mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa, politikus bahkan insan

    kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan

    kuratif dirumah sakit dan puskesmas . "Meskipun secara nasional kualitas kesehatan

    masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah

    masih cukup tinggi," katanya.

    Padahal, hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan

    pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang

    kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.Belum

    Dipenuhi oleh Negara.Selama ini Kesehatan Dianggap sebagai barang yang mahal,

    Kesehatan Di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya orang miskin dilarang

    sakitdisini.tragis, mengingat Kekayaan Indonesia yang luar biasa banyak. Kemana hasil -

    hasil bumi Indonesia.

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    4/12

    Mukhlas,52 th adalah salah satu warga miskin yang telah bertahun-tahun menyimpan

    hutang kepada rumah sakit Negara karena tidak mempunyai biaya pengobatan,5 th yang lalu

    dia terjatuh dari pohon kelapa.biaya pengobatan yang semakin hari dirasakan semakin berat

    membuat sebagian Warga negeri ini menjadi Enggan memperdulikan kesehatannya. Mereka

    cenderung acuh tak acuh terhadap kesehatan. Padahal buila ditilik kembali kesehatan adalahPilar Negara untuk memajukan Negara. Kapan Kesehatan akan menjadi barang yang

    Murah,bahkan gratis.

    2. Beban Ganda penyakit

    Bagi masyarakat Indonesia khususnya,penyakit memiliki beban ganda,yang pertama

    adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak untuk mengatasi masalah

    penyakit yang dideritanya.hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang

    bersangkutan,karena keterbatasan Dana,mereka mendapakan keterbatasan Pelayanan

    kesehatan.

    3. Kinerja Pelayanan yang rendah

    JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono,

    menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah terutama di daerah tertinggal, terpencil,

    perbatasan dan pulau-pulau terluar. "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor

    penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk," katanya, malam ini. Agung

    Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia

    yang memerlukan dukungan semua elemen bangsa.

    "Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah

    standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenagakesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi," katanya. Dikatakan, hingga saat

    ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio

    dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi."Indonesia mengalami

    kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan," katanya.

    4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih

    Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang

    mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta missalnya,lihatlah sungai disana kini

    sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi,fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan

    kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula

    di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita

    temukan di masyarakat kita.

    5. Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan

    Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok

    masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial Baik Papan,sandang dan pangan.

    Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya,mungkin

    jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.

    C. LANGKAH LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    5/12

    1. Pembangunan Berwawasan Kesehatan

    A.internal

    1.) memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan

    Seiring berkembangnya Pengetahuan dan kebutuhan masyarakat tentang arti kesehatan,maka

    para pelaku kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik,olehkarena itu semua pihak yang bekerja dalam kesehatan disarankan untuk meningkatkan

    kualitas dan kuantitasnya, baik dengan pendidikan normal, pendidikan informal, seminar

    seminar kesehatan. Dan selalu mengakses informasi ter-update.langkah langkah ini

    diharapkan bisa memajukan kesehatan Indonesia.

    2.) mengelola masyarakat

    Pembangunan Diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

    sehat tujuannya adalah Mengubah perilaku masyarakat. Diselenggarakan dengan dasar-

    dasar perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan

    meratadikarenakan Masyarakat sebagai penentu kesehatannya sendiri . Memperhatikan

    dinamika kependudukan, epidemiolog, ekologi, kemajuan iptek, serta globalisasi dan

    demokratisasi hal ini Berurusan dengan pengaruh dari sektor lain.

    B. Eksternal

    1.) diluar system kesehatan

    Banyaknya factor lambatnya pembangunan kesehatan di Indonesia, perlu segera di

    atasi.faktor dari luar pelaku kesehatan adalah para pasien ataupun sasaran kesehatan yaitu

    masyarakat.dilihat dari segi perekonomian Indonesia saja telah dapat dilihat kesenjangan

    yang terjadi,di harapkan Departemen kesehatan, masyarakat, dan para pelaku kesehatan lebihpeduli juga terhadap masalah masalah ini.kebiasaan masyarakat miskin yang cenderung

    jorok, bukan tanpa alasan, adalah karena kesterbatasan mereka,sementara sikap acuh mereka

    disebakan oleh minimnya pengertahuan masyarakat tentang kesehatan.Pelaku kesehatan di

    harapkan mengadakan penyuluhan-penyuluhan,serta pemberdayaan masyarakat, bukan hanya

    di kota, tapi terlebih didesa desa pedalaman.

    2.) Determinan kesehatan

    Untuk merealisasikan tujuan-tujuan diatas tersebut perlu ditingkatkan sector social ekonomi,

    budaya positif dan lingkungan yang sehat.Perilaku gaya hidup dipengaruhi oleh :

    Pendidikan

    Pertanian

    Industry pangan

    Lingkungan kerja

    Pekerjaan

    Air besih dan sanitasi

    Serta pelayanan kesehatan perumahan

    Semua itu perlu ditingkatkan guna kemajuan dan peningkatan pembangunan

    kesehatan.namun hal yang terpenting untuk meningkatkan kesehatan SDM Indonesia adalah

    factor genetic dan kondisi awal kehidupannya.yang bersangkutan dengan Ibu hamil,masa

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    6/12

    kehamilan dan kelahiran.peningkatan dalam hal ini sangatlah penting untuk di perhatikan

    oleh semua masyarakat Indonesia.

    Latar Belakang.

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa

    perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan

    sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang

    berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang

    bermukim dalam suatu tempat tertentu.

    Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai

    derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat

    merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu

    perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak

    positif maupun negatif.

    Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu

    contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan

    tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan

    dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang

    tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya

    mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya

    suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya

    dengan kesehatan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian kesehatan?

    2. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional?

    3. Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat?

    4. Apa faktor pendorong dan penghambat?

    5. Bagaimana solusi peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan?

    C. Tujuan Masalah

    1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan.

    2. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional.

    3. Untuk mengetahui Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat.

    4. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat.

    5. Untuk mengetahui Bagaimana Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan

    kesehatan.

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Kesehatan

  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    7/12

    Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

    orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya

    penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

    pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan

    adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secarakolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

    mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

    Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang

    menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang

    untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data

    terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu

    mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan

    kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap

    'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil

    dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung

    dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi

    juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

    UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera

    dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

    Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri

    dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian

    integral kesehatan.

    B. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional

    Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggotamasyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa

    penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat

    mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu

    disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan

    sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan

    sakit.

    Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang

    yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing

    suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena

    guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu

    pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk

    menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.

    Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari

    kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit

    tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan

    tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.

    Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh

    dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke

    dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhanmaka Shamanakan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.[1]

    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn1
  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    8/12

    C. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat

    Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor

    faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.

    Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami

    dalam konteks pengertian yang lain.

    Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu

    pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau

    dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan

    dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik

    secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

    Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis),

    atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.

    Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak

    terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit .[2]

    Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai

    masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,

    perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang

    disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor

    yaitu:

    1. Environment atau lingkungan.

    2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological

    balance.

    3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan

    sebagainya.

    4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan

    rehabilitatif.

    Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling

    besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

    Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor

    seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama

    (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat

    menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

    Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang

    beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan

    kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari

    berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian

    sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social

    seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?

    Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang

    memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,

    terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia

    yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini

    karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankanperan normalnya secara wajar.

    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn2https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn2https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn2https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn2
  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    9/12

    Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,

    mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit

    adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti

    panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan

    lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.[3]

    Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan

    daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam

    masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan

    sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi

    berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.

    Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di

    beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah

    sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal

    terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa

    gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.

    Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain

    akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.

    Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian

    memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh

    tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.

    Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana

    dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib,

    roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian

    penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram airdi malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka

    masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

    D. Faktor Pendorong Dan Penghambat

    a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan dalam Masyarakat

    Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan individu ketika

    sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati

    sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.

    Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan

    faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala

    faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka

    kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan

    masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut

    teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

    1. Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

    tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

    nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

    2. Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

    bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.

    3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggioleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para

    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn3https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn3https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn3https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn3
  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    10/12

    petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu,

    faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk

    dalam faktor ini.[4]

    Aspeksosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak :

    1. Dukun sebagai penyembuhMasyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang

    disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat

    menyembuhkannya.

    2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda

    Contoh Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut

    akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.

    3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial.

    Dimana hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan

    kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun

    terjadi .

    Tetapi ada baik nya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut

    para medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh

    kembang kesehatan anak.

    b. Faktor Penghambat Pengobatan Dalam Masyarakat

    Belum..............................................

    E. Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.

    Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan kesehatan,

    yaitu :

    1. Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta

    masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer.

    2. Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa,

    namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.

    3. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian,

    pengujian dan pengembangan obat-obatan dan car-cara pengobatan tradisional.

    4. Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun

    perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah pendaftaran

    masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

    5. Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiologik, setelah diteliti,

    diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan

    primer. Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang. Sedangkan cara-cara

    psikologik dan supranatural perlu diteliti lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam

    program.

    6. Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi tokoh

    masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya sebagai

    komunikator antara pemerintah dan masyarakat.[5]

    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftn4
  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    11/12

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional, saya yakinbahwa jika di nilai dari banyak fungsi yang di harapkan dapat memenuhi oleh pengobatan

    dan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam

    masyarakat-masyarakat tersebut, maka system-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai

    sarana adaptif, telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu,

    telah memberikan harapan dan penyembuhan kepada yang sakit, mereka menangani juga

    penyakit-penyakit sosial, dan mereka telah memberikan sumbangan terhadap penambahan

    populasi dunia secara lambat.

    Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan ilmiah ,baik dari aspek-aspek preventif

    dan , klinisnya, serta semua kekurangan dalm perawatan kesehatannya maka pengobatan

    tradisional adalah cara kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari

    penduduk masa kini. Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami saja melainkan keputusan

    para penilai utama, konsumen-konsumen tradisional yang semakin meningkat dalam memilih

    antara pengobatanya sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.

    B. Saran

    Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah

    ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti. dapat

    mengetahui bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari

    pengobatan system tradisional.

    DAFTAR PUSTAKA

    Uciha Itachi ,2013 Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan, 2012http://macrofag.blogspot.com/

    Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan

    Kesehatan,http://roberthanatalia.blogspot.com/

    Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan

    Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia.Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4.

    Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman.

    1997.Laporan Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat

    Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan.Jakarta: Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes.

    Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat

    Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia .Jurnal bahan alam

    Indonesia, Volume 2.

    Sugeng, Dwi. (2007).Pengobatan Alternatif.Yogyakarta: PT. Media Abadi.

    https://plus.google.com/118347067188047908848https://plus.google.com/118347067188047908848http://macrofag.blogspot.com/http://macrofag.blogspot.com/http://macrofag.blogspot.com/http://www.blogger.com/profile/06614440357019534665http://www.blogger.com/profile/06614440357019534665http://www.blogger.com/profile/06614440357019534665http://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://www.blogger.com/profile/06614440357019534665http://macrofag.blogspot.com/https://plus.google.com/118347067188047908848
  • 5/19/2018 Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembangunan

    12/12

    [1]Uciha Itachi ,Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan, 2012http://macrofag.blogspot.com/di akses tanggal 04

    April 2013 Jam 03.38.

    [2]Robertha Natalia Gracia,Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan,

    2010http://roberthanatalia.blogspot.com/di akses tanggal 04 April 2013 Jam 03.38.

    [3]

    Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalamPengobatan Sendiri di Indonesia.Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4, halaman 136-141.

    [4]Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997.Laporan Penelitian

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di

    Pedesaan.Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes, 52 hlm.

    [5]Sugeng, Dwi.Pengobatan Alternatif.Yogyakarta: PT. Media Abadi. (2007). Hal 27

    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref1http://macrofag.blogspot.com/http://macrofag.blogspot.com/http://macrofag.blogspot.com/https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref2https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref2http://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttp://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref3https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref3https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref5https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref4https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref3http://roberthanatalia.blogspot.com/http://roberthanatalia.blogspot.com/2010/12/hubungan-aspek-sosial-terhadap.htmlhttps://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref2https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref2http://macrofag.blogspot.com/https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref1https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7562011636748071846#_ftnref1