faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan...
TRANSCRIPT
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Dilihat
Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MEIGA GEMALA
NIM 1111046100118
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor administrasi
(pesyaratan awal), pendapatan, I’tikad dan evaluasi terhadap pembiayaan bermasalah yang
dilihat dari perspektif mitra pembiayaan pada BMT Prima Syariah.
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembiayaan bermasalah, I’tikad memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan
bermasalah, sedangakan untuk faktor administrasi (persyaratan awal) dan evaluasi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.
Kata Kunci: Pembiayaan Bermasalah, Faktor Administrasi, Pendapatan, I’tikad,
Evaluasi
Pembimbing : A.M.Hasan Ali, MA
Daftar Pustaka : Tahun 1996 s.d 2015
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat
manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan terang
benderang.
Penulisan skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan
Bermasalah Dilihat Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah”,
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis, sehingga
dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis sayangi dan semua
pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Tanpa
partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan terasa lebih
sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang terhormat:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakaultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M.Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak A.M.Hasan Ali, MA, selaku dosen pembimbing yang tiada hentinya
membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini.
5. BMT Prima Syariah, Kalisari Jakarta Timur, yang telah bersedia membantu
penulis melakukan penelitian secara langsung di lapangan dalam hal pengisian
kuesioner yang penulis ajukan, terhadap seluruh responden dari mitra
pembiayaan BMT Prima Syariah.
6. Papa Mama tercinta Suwis Charles dan Suparmi yang tidak henti-hentinya
memberikan doa dan dukungan agar terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih
untuk kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada
penulis. Ria Liftyowati dan Atha Reifan, yang menjadi adik sekaligus teman
penulis saat dirumah. Serta keluarga besar yang tak henti-hentinya mendokan
dari mulai proposal skripsi sampai dengan Alhamdulillah penyelesaian skripsi
ini.
7. Sahabat-sahabat kesayangan, yang selalu bersama dari semester 1 sampai
akhirnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasi untuk Assy Shella, Hanni
Khairani, Yella Novella Dara Amelia, Novita Zuhrowiya, Astri wulandari dan
Siti Haura Ibtisamah atas kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya,
kegilaannya, yang selalu mengisi hari-hari penulis selama masa kuliah. Semoga
persahabatan kita terus berlanjut sampai tua nanti.
vi
8. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah C angkatan 2011, terimakasih
buat segala kekompakan dan kebersamaannya. Semoga kita semua bisa
mewujudkan impian masing-masing.
Ciputat, Juli 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………………………………... ii
ABSTRAK……………………………………………………………….... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………….... vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………..... 3
C. Pembatasan Masalah………………………………………. 4
D. Perumusan Masalah…………………………………..……. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..……... 5
F. Review Studi Terdahulu………………………………..….. 6
G. Sistematika Penulisan …………………………………....... 10
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………... 12
A. Teori Pembiayaan………………………………………….. 12
B. Teori Pembiayaan Murabahah…………………………….. 17
C. Teori Pembiayaan Mudharabah…………………………… 23
D. Teori Pembiayaan Ijarah…………………………………… 26
E. Teori Pembiayaan Musyarakah…………………………… 28
F. Teori Pembiayaan Bermasalah…………………………….. 31
G. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)…………………………... 38
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 41
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………….. 41
B. Pendekatan Penelitin……………………………………….. 41
C. Jenis Penelitian ……………………………………………... 42
D. Sumber Data……………………………………………….. 42
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………. 43
F. Variabel Penelitian………………………………………….. 44
G. Metode Analisis Data……………………………………….. 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………... 53
A. Gambaran Umum BMT Prima Syariah………………….. 53
B. Gambaran Umum Responden ……………………………... 59
1. Identifikasi Mitra Pembiayaan…………………………. 59
2. Uji Kualitas Data……………………………………….. 66
a. Uji Validitas………………………………………... 66
b. Uji Reliabilitas ……………………………………... 70
3. Uji Asumsi Klasik ……………………………………... 71
a. Uji Normalitas ……………………………………... 71
b. Uji Autokorelasi……………………………………. 72
c. Uji Multikolinearitas……………………………….. 73
d. Uji Heteroskedastisitas……………………………... 74
4. Analisis Regresi Linier Berganda ……………………... 75
a. Uji Koefisien Determinasi………………………….. 75
b. Uji t…………………………………………………. 76
c. Uji F………………………………………………… 79
BAB V PENUTUP……………………………………………………… 80
A. Kesimpulan………………………………………………….. 80
B. Saran………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 83
LAMPIRAN………………………………………………………………. 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu resiko pada lembaga intermediasi atau lembaga keuangan adalah
resiko pembiayaan (non performing financing). Non Performing Financing
merupakan risiko pembiayaan, didapat dari perbandingan total pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan oleh pihak dari lembaga
keuangan. Risiko pembiayaan ini tidak hanya terjadi pada bank, namun terjadi
pula pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT).
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu balai usaha mandiri
terpadu yang berintikan dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan mendorong kegiatan menabung untuk menunjang
kegiatan ekonominya.1 BMT pada dasarnya merupakan pengembangan dari
konsep ekonomi dalam Islam terutama dalam bidang keuangan yang
kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial) dan menghimpun,
serta menyalurkan dana masyarakat yang juga bersifat profit motive.2 Peran
BMT dalam menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil di
lingkungannya merupakan suatu sumbangan yang sangat berarti bagi
pembangunan nasional, mengingat lembaga perbankan yang belum mampu
terlalu jauh dalam menyentuh masyarakat kecil atau pengusaha kecil.
1 PINBUK. Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu (Jakarta: PINBUK, t.t) h.1
2 Prof. H.A.Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, M.Ag, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002) cet.1, edisi.1, h.183
2
Banyaknya BMT yang bermunculan di Indonesia, salah satu BMT yang
juga ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat lapisan bawah yakni BMT
Prima Syariah yang terletak di daerah Kalisari, Jakata Timur. Peranan BMT
Prima Syariah dalam menyalurkan dana pada mitra pembiayaan, secara garis
besar produk pembiayaan syariah bertujuan sebagai transaksi pembiayaan yang
ditujukan untuk memiliki barang dengan prinsip jual beli, prinsip sewa, dan
prinsip bagi hasil. Dan salah satu produk lending yang paling banyak diminati
oleh masyarakat yaitu produk pembiayaan murabahah.
Pembiayaan murabahah yang ada di BMT Prima Syariah merupakan
pembiayaan yang diperuntukan bagi nasabah yang membutuhkan barang untuk
alat produksi, konsumtif, ataupun untuk keperluan perdagangan. Dengan
disalurkannya dana dari pembiayaan murabahah khususnya sektor dagang,
terdapat beberapa kendala-kendala yang dihadapi BMT Prima Syariah. Salah
satu kendala yang dihadapi yaitu tidak baiknya i‟tikat mitra pembiayaan
sehingga mitra pembiayaan tidak jujur dalam pengembalian utangnya secara
tepat waktu setelah diberikan fasilitas pembiayaan oleh BMT Prima Syariah,
yang seharusnya mitra pembiayaan tersebut wajib membayar angsuran setiap
bulannya, namun masih terdapat mitra pembiayaan yang bermasalah.
Dari hasil pra survei, dikatakan pula bahwa di dalam BMT masih terjadi
pembiayaan bermasalah. Penyebabnya yaitu memang benar mitra pembiayaan
yang kurang atau bahkan tidak mentaati aturan awal antara kedua belah pihak
yang dapat menimbulkan dampak yang tidak baik di kemudian harinya.
Terjadinya pembiayaan bermasalah ini salah satunya juga dikarenakan
pembiayaan ini ditujukan pada usaha mikro atau pada para pedagang kecil yang
3
kondisi ekonominya tidak menentu sesuai dengan tingkat pendapatan mereka.
Selain itu yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah juga bisa dari karakter
mitra pembiayaan BMT itu sendiri, ada yang baik dan mengembalikan uang
tepat waktu tapi ada juga nasabah yang tidak jujur atau bahkan sengaja
menunggak pembayarannya.
Dari penjelasan singkat di atas penulis berkeinginan untuk lebih
mengetahui serta menganalisis perspektif mitra pembiayaan BMT itu sendiri
secara langsung yang bermasalah dengan pembiayaannya pada BMT Prima
Syariah. Dan selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah penyebab mitra
pembiayaan dengan pembiayaan bermasalah tersebut benar hanya berdasarkan
kondisi ekonomi keuangan serta karakter mitra pembiayaannya itu sendiri saja
yang menyebabkan mitra pembiayaan tersebut bermasalah atau ada faktor lain.
Dari kondisi tersebut penulis menarik untuk meneliti dengan sebuah judul
“Faktor-Faktor Yang Memempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Dilihat
Dari Perspektif Mitra Pembiayaan Pada BMT Prima Syariah”
B. Identifikasi Masalah
Selama ini analisis mengenai pembiayaan bermasalah hanya dilihat dari
perspektif Bank syariah atau Lembaga keuangan syariahnya saja, karena belum
terdapatnya penelitian langsung tentang faktor-faktor apa saja yang benar-benar
mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut yang dilihat secara
langsung pula dari perspektif mitra pembiayaan yang bersangkutan, namun
pada penelitian kali ini penulis akan mengkaji serta menganalisis faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah dilihat dari
perspektif atau sudut pandang mitra pembiayaan yang masih tercatat memiliki
4
pembiayan bermasalah itu sendiri. Dan dalam mengidentifikasi masalah, penulis
juga membagi kedalam tiga bagian, yaitu;
1. Wilayah penelitian, dalam penelitian ini wilayah penelitian kajiannya hanya
pada Manajemen pada BMT Prima Syariah saja.
2. Pendekatan penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan empiris yang mengkaji serta menganalisis data-data dari subjek
penelitian di lapangan.
3. Jenis masalah, dalam penelitian ini jenis masalahnya yaitu mengenai
perspektif mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah pada BMT
Prima Syariah.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas pembahasan
permasalahannya maka penulis hanya akan menganalisis pada perspektif yang
merupakan sudut pandang mitra pembiayaan yang masih tercatat sebagai
nasabah dengan pembiayaan bermasalah pada BMT Prima Syariah terhadap
pembiayaan bemasalah yang terjadi. Dan dalam pembatasan masalah penulis
membagi dalam tiga bagian, yaitu;
1. Waktu penelitian, dalam penelitian ini waktu penelitian yang digunakan
pada data nasabah yang bermasalah yaitu antara tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014.
2. Variabel, dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain yaitu
administrasi (persyaratan awal), pendapatan, I‟tikad, dan evaluasi.
3. Lokasi, dalam penelitian ini lokasi yang digunakan penulis adalah BMT
Prima Syariah yang terletak di Kalisari, Jakarta timur.
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah?
2. Bagaimana perspektif mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah
yang dialami?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pembiayaan bermasalah.
2. Untuk mengetahui bagaimana perspektif mitra pembiayaan terhadap
pembiayaan bermasalah.
1. Manfaat bagi penulis
Mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pembiayaan bermasalah (non
performing financing) dalam sebuah lembaga mikro seperti BMT, terutama
dalam persepsi para mitra pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah
yang terjadi sehingga bisa di analisis agar mampu memberi keputusan yang
baik bagi lembaga keuangan tersebut dalam menyelesaikan serta
menanggapi permasalahan pembiayaan bermasalah tersebut secara baik dan
benar.
6
2. Manfaat bagi lembaga keuangan
Sebagai salah satu masukan bagi lembaga keuangan atau pimpinan lembaga
tersebut dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam penyelesaian
non performing financing dalam pembiayaan.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Sebagai bahan untuk pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya
sehingga dapat memudahkan penelitian serta memahami dan mengetahui
lebih dalam mengenai pembiayaan bermasalah.
F. Review Studi Terdahulu
1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Produk Murabahah di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Wadi‟ah Tasikmalaya, oleh Roby
Abdillah. Jurnal tahun 2012. Menurut penulis di dalam penelitiannya
tersebut menyebutkan bahwa dari hasil penelitiannya yang telah dilakukan,
diketahui faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan murabahah
bermasalah ini. Adapun faktor internalnya meliputi tidak akuratnya account
officer dalam menganalisis nasabah yang ingin melakukan pembiayaan
murabahah. Sedangkan upaya yang dilakukan account officer untuk
menangani pembiayaan bermasalah produk murabahah ini adalah dengan
melakukan upaya pencegahan, seperti memberikan kebijakan rescheduling
(penjadwalan kembali), pendekatan secara kekeluargaan, surat peringatan
sertamelakukan teguran secara lisan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya
dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat
penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan
7
yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin
melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri. Dan
penelitian sebelumnya ini menggunakan metode desktiptif kualitatif
sedangkan penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
2. Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT
BPR Syariah Harta Insan Karimah , oleh Ifah Latifah Mahasiswi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2008.
Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT BPR Syariah
Harta Insan Karimah ada dua sebab, yaitu faktor intern dan ekstern. Adapun
faktor intern yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah di BPR
tersebut meliputi 1) Petugas; menyangkut karakter dan kemampuan Account
Officer dalam menganalisa calon mitra atau nasabah kurang cermat. 2)
Sistem; menyangkut system dan produser penyaluran pembiayaan yang
adakalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat,
serta monitoring yang kurang intensif dari Account Officer, sehingga
pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini. Dan faktor
ekstern yang mempengaruhi meliputi, 1) Kondisi usaha nasabah pembiayaan
yang sedang menurun; 2) Nasabah kurang mampu mengelola usahanya; 3)
Kebijakan Pemerintah; 4) Nasabah berkarakter kurang baik; 5) Bencana
Alam. Adapun upaya yang dilakukan oleh Account Officer dalam
pencegahan pembiayaan bermasalah adalah dengan cara berhati-hati dalam
pemberian pembiayaan, melakukan pendekatan kepada nasabah serta
mengadakan pengawasan pembiayaan terus-menerus. Selain itu upaya
8
penanganan pembiayaan bermasalah di BPR tersebut adalah dengan cara
restructuring, rescheduling, penyitaan jaminan dan write off. Perbedaannya
dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat
penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan
yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin
melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri.
3. Analisis Efektivitas Pengawasan Pembiayaan Murabahah Untuk
Meminimalkan Terjadinya NPF Berdasarkan Prinsip-prinsip Penyaluran
Pembiayaan, oleh Ismy Estrifiyasa Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2012. Menurut penulis prinsip-
prinsip penyaluran pembiayaan 6 C merupakan salah satu cara untuk
melakukan pengawasan pembiayaan murabahah dengan menggunakan
metode Analisis Hirarki Proses untuk mengetahui dari 6 kriteria yaitu
character, capital, collateral, condition, dan constraint. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kriteria capital yang menjadi prioritas utama dalam
pengawasan pembiayaan murabahah. Perbedaannya dengan penelitian kali
ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat penanganan pembiayaan
bermasalah dari sisi bank atau lembaga keuangan yang bersangkutannya
saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin melihat dari sisi mitra
pembiayaan yang bermasalah itu sendri.
4. Pelaksanaan Monioring Pembiayaan Murabahah Pada Bank Muamalat
Indonesia Cabang Ciledug, oleh Suharyati Ina Muharani Mahasiswi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2013. Menurut
penulis monitoring dilakukan dengan dua tahapan, tahapan pertama yaitu
9
dengan pengawasan administrasi yang meliputi mengisi formulir, melakukan
seleksi administrasi, melakukan analisa pembiayaan oleh Kelompok
Pemutus Pembiayaan (KPP), dan selanjutnya persetujuan pembiayaan.
Tahapan kedua yaitu pemantauan. Proses pemantauan dilakukan oleh
analisis pembiayaan mengenai objek pemantauan seperti angsuran
pembiayaan, keperluan pembiayaan dan jaminan pembiayaan. Perbedaannya
dengan penelitian kali ini yaitu, penelitian sebelumnya hanya melihat
penanganan pembiayaan bermasalah dari sisi Bank atau lembaga keuangan
yang bersangkutannya saja, sedangkan pada penelitian kali ini penulis ingin
melihat dari sisi mitra pembiayaan yang bermasalah itu sendri.
10
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, review studi terdahulu, dan sisitematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini akan dijelaskankan tentang teori-teori, yaitu dasar hukum,
pengertian umum, fungsi dan tujuan lembaga keuangan, pengertian
mengenai pembiayaan, pengertian pembiayaan murabahah, pengertian
pembiayaan mudharabah, pengertian pembiayaan musyarakah,
pengertian pembiayaan ijarah, pengertian mengenai pembiayaan
bermasalah yang dapat membantu penulis dalam memahami dan
menafsirkan data.
BAB III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian dengan
penjelasan dalam ruang lingkup penelitian, pendekatan penelitian, jenis
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
dan metode analisis data dengan menggunakan uji-uji yang sesuai untuk
penelitian yang sedang dibahas ini.
11
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum dari objek
penelitian serta hasil analisis data penelitian dengan uji-uji yang
digunakan terhadap permasalahan yang sedang dibahas guna
mendapatkan jawaban.
BAB V Penutup
Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari
hasil penelitian secara menyeluruh dengan menyertakan saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung usaha yang telah direncanakan,baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.3
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.4 Kemudian dijelaskan pula dalam UU
no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 1 poin ke 25 menjelaskan
bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa;
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna.
3 Muhammad, Managemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), cet.1, h.260
4 Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998.
13
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh.
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transansaksi multi
jasa.
f. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS
dan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiayai.
g. Fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.
Dengan penjelasan di atas, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dalam
kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan Islam atau istilah teknisnya
disebut sebagai aktiva produktif.5
b. Tujuan Pembiayaan
Tujuannya adalah selain untuk menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis
perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
aman, diantaranya:
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem
bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank atau lembaga
konvensional, karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh bank atau lembaga konvensional.
5 Veithzal Rivai dan Arfian Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori,Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara,2010), edisi.1, cet.1, h.681
14
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh
rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
Selain dari tujuan di atas, dalam praktiknya tujuan pemberian suatu
pembiayaan sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk mendapatkan hasil dari pemberian pembiayaan.
2. Membantu usaha nasabah atau mitra pembiayaan
Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan mengembangkan dan
memperluas usahanya.
3. Membantu pemerintah
Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah adalah dalam
penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah
barang dan jasa, menghemat serta meningkatkan devisa Negara.
c. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Ketika bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman uang kepada nasabah
atau mitra pembiayaannya, tentu saja pihak bank mengharapkan uangnya untuk
kembali. Karena itu, untuk memperkecil resiko (uang pinjaman tidak kembali),
dalam memberikan pembiayaan atau kredit bank harus mempertimbangkan
beberapa hal yang terkait dengan I‟tikad baik (willingness to pay) dan
kemampuan membayar (ability to pay) nasabah atau mitra pembiayaan tersebut
untuk melunasi kembali pinjaman. Hal-hal tersebut terdiri dari character
(kepribadian), capacity (kapasitas), capital (modal), collateral (jaminan), dan
15
condition of economy (keadaan perekonomian) atau yang biasa sering disebut
sebagai 5C. Dengan penjelasan sebagai berikut:6
a) Character adalah bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada bank
bahwa sifat atau karakter dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan
atau kredit dari bank benar-benar dapat dipercaya.
b) Capacity adalah melihat kemapuan calon nasabah dalam membayar
pembiayaan atau kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya dalam
mengelola bisnis usaha serta kemampuannya dalam mencari laba.
c) Capital adalah modal yang diberikan oleh bank, dan biasanya bank tidak
akan bersedia untuk membiayai suatu pembiayaan untuk usaha secara
100%, yang artinya nasabah atau mitra pembiayaan yang mengajukan
permohonan pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya
atau modal sendiri.
d) Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah atau mitra
pembiayaan baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
e) Condition of economy. Dalam menilai suatu pembiayaan atau kredit
hendaknya juga dilihat dari kondisi ekonomi pada saat sekarang dan dimasa
yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing.
Dan dalam Islam pun terdapat pula prinsip-prinsip pembiayaan, yaitu:7
a) Tidak adanya transaksi keuangan berbasis riba
b) Pengenalan pajak religius dan pemberian sedekah dan zakat
6 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011) h.119
7 Mervy dan Latifah, Perbankan Syaraiah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) cet. Ke-10, h.44
16
c) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum
Islam
d) Penghindaran aktifitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar
(transaksi yang tidak jelas)
e) Penyediaan takaful (asuransi syariah)
d. Jenis-jenis Pembiayaan
Menurut sifat pembiayaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
umumnya perorangan.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan
konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) Pembiayaan konsumen akad murabahah
2) Pembiayaan konsumen akad IMBT
3) Pembiayaan konsumen akad ijarah
4) Pembiayaan konsumen akad istishna
5) Pembiayaan konsumen akad qard + ijarah
17
B. Teori Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, murabahah adalah bentuk mutual (bermakna: saling) dari kata
ribh yang artinya keuntungan.8 Menurut para fuqahah, murabahah didefinisikan
sebagai penjualan biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
dengan mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik
murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga
pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya (cost) tersebut.9 Margin keuntungan merupakan selisih harga jual
dikurangi harga asal yang merupakan pendapatan atau keuntungan bagi penjual.
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin
diperoleh).10
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan
merupakan implementasi muamalat tijariah (interasi bisnis).11
Pada murabahah,
penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya
secara cicilan atau berangsur. Secara istiah, sebenarnya transaksi yang dilakukan
dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut
bai ut-taksid.12
8 Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Jakarta: Darul Haq, 2004)
9 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, vol.1, 2005) h.13
10 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuntungan, Ed.3 (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007) h.113 11
Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, cet.1, 2005) h.118 12
Zulkifli Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) h.39
18
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah, pada bagian
pertama tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:
1. Melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
3. Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas dengan riba.
5. Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai dengan harga beli ditambah keuntungannya. Dalam hal ini
bank harus memberitahukannya secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.13
b. Landasan Hukum Syariah Murabahah
“…padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...” (QS. Al-Baqarah 1:275)
“… Nabi bersabda ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara
tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jerawut
untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual…” (HR. Ibnu Majah dari
Shuhaib)
13
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSN-MUI/IV/2000, bagian
pertama angka 1 s/d 6.
19
c. Rukun dan Syarat Murabahah
Rukun Murabahah:
1. Penjual (bai‟)
2. Pembeli (musytari‟)
3. Barang/objek (mabi‟)
4. Harga (tsaman)
5. Ijab qabul (sighat)14
Syarat Murabahah:
1) Syarat yang berakad
1. Cakap Hukum
2. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/di bawah
tekanan
2) Objek yang diperjualbelikan
1. Tidak termasuk barang yang diharamkan
2. Bermanfaat
3. Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan
4. Merupakan hak milik penuh yang berakad
5. Sesuai dengan spesifikasi antara yang diserahkan penjual dan yang
diterima pembeli.
14
Zulkifli Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrun Hakim, 2003) h.40
20
3) Akad sighat
1. Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad
2. Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi
barang maupun harga yang disepakati
3. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang
4. Tidak membatasi jangka waktu
d. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah
Pada pelaksanaan pembiayaan murabahah pada bank atau lembaga keuangan
syariah, terdapat dua jenis pembiayaan murabahah yaitu:
1. Pembiayaan murabahah produktif
Pembiayaan murabahah pada jenis ini bertujuan dalam rangka
memperlancar kegiatan produksi ini mencakup antara lain pembiayaan
untuk pembelian bahan baku dan pembelian alat-alat produksi.
2. Pembiayaan murabahah konsumtif
Pembiayaan murabahah konsumtif merupakan pembiayaan yang diberikan
untuk memenuhi kebutuhan debitor dalam rangka membeli barang atau
kebutuhan konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah,
kendaraan atau kebutuhan rumah tangga.15
Dan pada dasarnya pembiayaan
murabahah konsumtif ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok
nasabahnya atau memenuhi kebutuhan sehari-hari.
15
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004) h.109-110
21
e. Manfaat dan Resiko Murabahah
Ba‟i al Murabahah memberi banyak manfaat bagi lembaga keuangan syariah,
salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisish harga beli
dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu ba‟i al murabahah juga
sangat sederhana, sehingga memudahkan penanganan administrasinya di
lembaga syariah tersebut.16
Selain memberikan manfaat, ba‟i al murabahah ini
juga memiliki berbagai resiko yang harus diantisipasi, diantaranya:17
1. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik
setelah bank atau lembaga keuangan tersebut membeli untuk nasabah, dan
bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
3. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena beberapa sebab, seperti: barang rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya, atau spesifikasi dari barang tersebut
berbeda dengan yang dipesan. Dalam hal ini bank atau lembaga keuangan
tersebut telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, maka
barang tersebut menjadi milik bank atau lembaga keuangan. dengan
demikian bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
4. Dijual, karena ba‟i al murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka
ketika kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah
bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya, termasuk untuk
menjualnya.
16
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001) h.151 17
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001) h.151-152
22
f. Aplikasi dan Skema Murabahah
Secara umum aplikasi ba‟i al murabahah dapat digambarkan dalam sekema
berikut ini :
Gambar 2.118
Skema Pembiayaan Murabahah
1. Negosiasi dan Persyaratan
3a. Akad Murabahah
3b. Serah terima abarang
4. Bayar Kewajiban
2. Beli Barang Tunai 3c. Kirim Barang
Keterangan:
1) Nasabah atau Mitra pembiayaan dan Bank atau Lembaga Keuangan Syariah
melakukan negosiasi harga dan spesifikasi barang.
2) Bank atau Lembaga Keuangan Syariah membeli barang yang dibutuhkan nasabah atau
mitra pembiayaan secara tunai kepada supplier atau penjual.
3) a) Pihak bank atau lembaga keuangan syariah dan nasabah atau mitra pembiayaan
melakukan perjanjian transaksi jual beli dengan akad murabahah.
b) Terjadinya serah terima barang antara bank atau lembaga keuangan syariah dengan
nasabah atau mitra pembiayaan.
18
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press,2011) edisi.1, cet.3, h.83
Bank Syariah /
Lembaga Keuangan
Syariah
Nasabah / Mitra
Pembiayaan
Supplier / Penjual
23
c) Supplier atau penjual mengirim barang kepada nasabah atau mitra pembiayaan.
4) Nasabah atau mitra pembiayaan membayar kewajibannya kepada bank atau lembaga
keuangan syariah sesuai dengan kesepakatan.
C. Teori Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian mudharabah
Merupakan suatu akad transaksi yang dilakukan antara dua belah pihak, dimana
salah satu pihak menyerahkan harta (modal) kepada pihak yang lain agar
diperdagangkan, dengan pembagian keuntungan diantara keduanya sesuai
dengan kesepakatan.19
Ada pun dalam Peraturan Bank Indonesia, mudharabah didefinisikan
dengan penanaman dana dan pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola
dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau
metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.20
b. Landasan Hukum Syariah Mudharabah
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki hasil perniagaan) dati
Tuhan-mu” (QS. Al-Baqarah : 198)
c. Rukun dan Syarat Mudharabah
Rukun Mudharabah:
1. Pemilik modal
2. Pelaksana usaha
19
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.117 20
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.118
24
3. Objek transaksi/Modal
4. Nisbah keuntungan
5. Ijab qabul (sighat)21
Syarat Mudharabah:
1) Syarat yang berakad
1. Cakap hukum
2. Dewasa
3. Berakal
2) Objek transaksi
1. Modal harus berupa satuan mata uang
2. Modal harus diketahui dengan jelas ukurannya
3. Modal harus jelas adanya bukan berbentuk tangguhan
4. Modal bersifat dapat diserahterimakan kepada pihak pengelola modal
5. Bentuk usaha yang dijalankan ada kaitannya dengan perniagaan
6. Keuntungan harus diketahui secara jelas ukurannya
7. Keuntungan dibagi dengan persentase yang bersifat seimbang dan
merata
3) Akad sighat
Pemilik modal melafazhkan ijab, seperti “aku serahkan modal ini kepadamu
untuk usaha, jika terdapat keuntungan akan dibagi dua”. Dan ucapan qabul
dari pengelola modal.
21
Drs. H. Hendi Suhendi, M.Si., Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.140
25
d. Jenis –jenis Mudharabah
1. Mudharabah mutlaqah (mudharabah tanpa syarat)
Yakni pihak pemilik modal memberikan modal kepada pihak pengelola
modal untuk mengelola modal tersebut secara bebas tanpa adanya
persyaratan tertentu.
2. Mudharabah muqayyadah (mudharabah bersyarat)
Yakni seseorang memberikan modal kepada pihak lain untuk dikelola
dengan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perjanjian yang
telah dibuat oleh pemilik modal.
e. Aplikasi dan Skema Mudharabah
Gambar 2.222
Skema Pembiayaan Mudharabah
Perjanjian Bagi hasil
Keahlian Modal
Nisbah y% Nisbah x%
Pengambilan modal pokok
22
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.131
Nasabah
(Mudharib)
Bank (Shahibul
Maal)
Usaha/Proyek
Pembagian
Keuntungan
Modal
26
D. Teori Pembiayaan Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah merupakan suatu akad yang mengambil manfaat
dengan jalan penggantian yang biasa disebut dengan akad sewa menyewa.23
Sedangkan dalam Peraturan Bank Indonesia, Ijarah didefinisikan dengan
transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.24
b. Landasan Hukum Syariah Ijarah
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering” (HR. Ibnu Majah
dari Ibnu Umar)
c. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun Ijarah:
1. Orang yang berakad (aqid)
2. Upah (ujrah)
3. Manfaat barang (ma‟qud „alaih)
4. Ijab qabul (sighat)25
Syarat Ijarah:
1) Syarat yang berakad
1. Berakal
2. Dewasa
3. Cakap hukum
23
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.155 24
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.156 25
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.159
27
2) Objek/Barang/Ma‟qud „alaih
1. Barang harus dimiliki oleh aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk
akad
2. Adanya penjelasan mengenai manfaat benda yang akan disewakan
3. Adanya penjelasan mengenai ketentuan waktu sewa
4. Barang sewaan harus dapat memenuhi persyaratan secara syara‟
5. Kemanfaatan diperbolehkan secara syara‟
6. Barang sewaan terhindar dari cacat
d. Jenis-jenis Ijarah
Dalam hukum Islam terdapat dua jenis ijarah, yaitu:26
1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.
2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari asset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan biaya sewa.
26
Ascarya, Akad dan Produk Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.99
28
e. Aplikasi dan Skema Ijarah
Gambar 2.327
Skema Ijarah
C.Milik
(2) Beli objek sewa A.Milik (3) Sewa beli
(1) Pesan objek sewa
E. Teori Pembiayaan Musyarakah
a. Pengertian Musyarakah
Merupakan suatu akad percampuran, yakni mencampurkan satu harta dengan
harta yang lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini
adalah kerjasama antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama-sama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan.
Sedangkan kerugiannya ditanggung sesuai dengan kontribusi dalam pemberian
modal masing-masing pihak.28
27
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.165 28
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.105
Penjual Objek Sewa Nasabah
Bank
29
b. Landasan Hukum Syariah Musyarakah
“…dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbust zalimkepada sebagian yang lainnya, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dan amat sedikitlah
mereka…” (QS. Shad: 24)
c. Rukun dan Syarat Musyarakah
Rukun Musyarakah:
1. Pemilik modal
2. Proyek/usaha
3. Modal
4. Nisbah bagi hasil
5. Ijab qabul29
Syarat Musyarakah:
1) Syarat yang berakad
1. Cakap hukum
2. Dewasa
3. Berakal
2) Objek transaksi
1. Modal harus berupa satuan mata uang
2. Modal harus diketahui dengan jelas ukurannya
3. Modal harus jelas adanya bukan berbentuk tangguhan
4. Modal bersifat dapat diserahterimakan kepada pihak pengelola modal
5. Bentuk usaha yang dijalankan ada kaitannya dengan perniagaan
29
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.108
30
6. Keuntungan harus diketahui secara jelas ukurannya
7. Keuntungan dibagi dengan persentase yang bersifat seimbang dan merata
sesuai dnga kontribusi dalam pemberian modal masing-masing pihak
d. Jenis-jenis Musyarakah
1. Musyarakah al-inan
2. Musyarakah mufawadhah
3. Musyarakah a‟maal
4. Musyarakah wujuh
e. Aplikasi dan Skema Musyarakah
Gambar 2.430
Skema Pembiayaan Musyarakah
30
Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet.1, h.115
Nasabah Parsial
Aset Value
Bank Syariah Parsial
Pembiayaan
Proyek /Usaha
Keuntungan
Bagi Hasil Keuntungan sesuai dengan
kontribusi modal (nisbah)
31
F. Teori Pembiayaan Bermasalah
a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Menurut Veithzal Rivai ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah,
yaitu:31
1. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi
target yang diinginkan oleh pihak bank.
2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari
bagi bank dalam arti luas.
3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik
dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga,
denda keterlambatan serta biaya-biaya bank yang menjadi beban nasabah
yang bersangkutan.
4. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama
apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan, diperkirakan
tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan, sehingga belum
memenuhi target yang diinginkan oleh bank.
5. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai
perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian di
perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko
dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.
6. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet
serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
31
Veithzal Rivai, dan Andria Permanda Veithzal, Credit Management Handbook: Teori, Konsep,
Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006) h.475
32
Menurut Ismail, pembiayaan bermasalah merupakan kredit yang telah
disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau
melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh
bank dan nasabah.32
Dari berbagai definisi dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang mengindikasikan
ketidakmampuan atau kesulitan yang dialami nasabah dalam pembayaran
kembali angsuran atau kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati kedua belah pihak.
b. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Islamic Financial Management, adanya
anggapan yang salah bahwa pembiayaan bermasalah selalu disebabkan oleh
kesalahan debitur. Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal
yang berasal dari debitur, dari kondisi eksternal, bahkan dari bank yang
memberikan pembiayaannya tersebut.
Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah
berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut perlu
disadari oleh bank agar bank dapat mencegah atau menangani dengan baik.
Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah
adalah sebagai berikut:33
1. Karena Kesalahan Bank atau Lembaga Keuangan Syariah
1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.
32
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010) h.123 33
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT. Rajawali Press,2007) h. 478-479
33
2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan
penggunaan pembiayaan dan sumber pembayaran kembali.
3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya
dari calon nasabah dan apa manfaat pembiayaan yang diberikan.
4) Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah.
5) Kurang lengkap dalam mencantumkan syarat-syarat.
6) Terlalu agresif atau terburu-buru.
7) Pemberian kelonggalan terlalu banyak.
8) Kurangnya pengalaman pejabat pembiayaan atau account officer dalam
melaksanakan tugas.
9) Mudah untuk dipengaruhi,diintimidasi, atau dipaksa oleh calon
nasabah.
10) Keyakinan yang berlebihan.
11) Kurang mengadakan review, minta laporan, dan menganalisis laporan
keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya.
12) Kurang mengadakan kunjungan ke lokasi nasabah.
13) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah.
14) Pengikatan agunan kurang sempurna.
15) Adanya kepentingan pribadi pejabat bank.
16) Tidak punya kebijakan dalam pembiayaan yang sehat.
17) Sikap terlalu memudahkan, dari pejabat bank atau account officer.
2. Karena Kesalahan Nasabah atau Mitra Pembiayaan
1) Nasabah tidak kompeten dalam menjalankan usahanya.
2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman.
34
3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya.
4) Nasabah tidak jujur.
5) Nasabah serakah.
3. Karena Faktor Eksternal
1) Kondisi perekonomian
2) Perubahan-perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah.
3) Bencana alam.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah, antara lain: Pertama, faktor
yang disebabkan oleh pihak bank itu sendiri, seperti pihak bank kurang tajam
dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan pembiayaan oleh
nasabah dan sumber pembayaran kewajibannya kembali. Kedua, faktor yang
disebabkan oleh nasabah seperti nasabah tidak jujur kepada pihak bank dalam
penggunaan dananya. Ketiga, faktor eksternal seperti perubahan peraturan atau
kebijakan tentang ekonomi nasional oleh pemerintah dan terjadinya bencana
alam yang menimpa nasabah.
c. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Penanganan pembiayaan bermasalah adalah bagian yang tidak dapat dihindari
dalam proses pembiayaan, di dalam suatu institusi perbankan, maka penanganan
pembiayaan yang bermasalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Oleh sebab itu, jika diketahui adanya gejala suatu pembiayaan yang
berpotensi bermasalah, bank harus segera mengambil langkah penanganan
sebelum masalah tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak bank.34
34
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005) h.168
35
Dalam peroses penanganan pembiayaan bermasalah, penanganannya
dilakukan sesuai dengan kolektabilitas pembiayaan, yaitu sebagai berikut:35
a) Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara:
1) Pemantauan usaha nasabah
2) Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan
b) Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:
1) Pembinaan anggota
2) Pemberian dengan surat teguran
3) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada nasabah
4) Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran juga
dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil keuntungan
atau bagi hasil.
c) Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:
1) Membuat surat teguran atau peringatan
2) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada nasabah secara
lebih bersungguh-sungguh.
3) Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali
jangka waktu angsuran serta memperkecil margin keuntungan atau bagi
hasil.
d) Pembiayaan diragukan dan macet, dilakukan dengan cara:
1) Dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu
angsuran serta memperkecil jumlah angsuran
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005) h.268
36
2) Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin atau bagi hasil
usaha
3) Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan
al Qardhul hasan.
Secara umum proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam
lembaga keuangan syariah atau bank dapat dilakukan dengan cara:
1. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran
pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.
2. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran, jangka
waktu, dan margin.
3. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang
membutuhkan tambahan dana atau usaha yang dibiayai masih layak.36
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang
digunakan diatas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan
reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.
5. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila
nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak
mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.37
36
Kasmir,SE,MM., Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada,2003), edisi.1, cet.2,
h.131 37
Kasmir,SE,MM., Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada,2003), edisi.1, cet.2,
h.104
37
d. Manajemen Risiko Pembiayaan Bermasalah
Menurut Herman Darmawi, manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih
tinggi.38
Zainul Arifin, mengartikan manajemen risiko sebagai pengambilan
keputusan yang rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko termasuk
risk assessment sebagaimana tindakan-tindakan untuk membangun dan
menerapkan pilihan-pilihan kontrol risiko.39
Sedangkan menurut Syafri Ayat,
manajemen risiko merupakan suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang
mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola
risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.40
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa manajemen risiko
yaitu tentang bagaimana mengelola risiko agar tidak melampaui tingkat yang
tidak dapat di tolerir yang dapat merugikan atau bahkan membahayakan
kelangsungan usaha dalam meraih keuntungan. Dengan demikian manajemen
risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning
system) terhadap kegiatan usaha bank atau suatu lembaga keuangan.
38
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Penerbit Buku Aksara,2004) h.17 39
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet.1, h.252 40
Syafri Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Akastri, 2003) h.11
38
G. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan non bank
yang beroperasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan
untuk masyarakat di suatu tempat atau daerah.
BMT memiliki dua bidang kerja yaitu sebagai lembaga Maal (Baitul
Maal) dan sebagai Tamwil (Baitul Tamwil). Baitul Maal dimaksudkan untuk
menghimpun zakat, infaq, maupun shadaqah, dan menyalurkan kepada pihak-
pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun pinjaman modal
tanpa bagi hasil. Baitul Tamwil dimaksudkan untuk menghimpun dana
masyarakat yang mampu dalam bentuk investasi, saham, simpanan ataupun
deposito, dan menyalurkannya sebagai modal usaha dengan bagi hasil.41
b. Ciri-ciri Baitul Maal Wat Tamwil
Ciri-ciri BMT terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya yaitu;
1. Baitul Maal Wat Tamwil umum
Baitul Maal Wat Tamwil umum merupakan lembaga ekonomi bukan bank
yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah atau mitra kecil ke
bawah (mikro) yang beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari
dalam atau sekitar lingkungannya sendiri, BMT merupakan gabungan dari
kegiatan baitul maal dengan baitul tamwil, Baitul Maal yaitu menerima
zakat, infaq, shodaqoh dan menyalurkannya kepada asnafnya menurut
ketentuan syariah dengan perkiraan pemanfaatan yang paling produktif dan
paling bermanfaat.
41
Azyumardi Azra, Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam (Jakarta: Teraju,
2003), h.236
39
2. Operasional Baitul Maal
Operasional Baitul Maal penjelasan yang dilihat dari segi visi dan misi
sosialnya (non komersil), dalam operasionalnya Baitul Maal memiliki
fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat (muzzaki) dan penerima
zakat (mustahiq), Baitul Maal tidak boleh mengambil profit ataupun dari
operasinya, dan pembiayaan dapat diambil dari bagian amil.
3. Operasional Baitul Tamwil
Operasional Baitul Tamwil yaitu merupakan pengupayaan untuk
mengumpulkan dana anggota/mitra dan menyalurkannya kepada
anggota/mitra untuk modal usaha produktif serta menguntungkan. Dan
operasional Baitul Tamwil dapat dilihat dari segi visi dan misi ekonominya
(komersil), Baitul Tamwil dijalankan dengan prinsip ekonomi Islam, Baitul
Tamwil memiliki fungsi sebagai mediator antara anggota/mitra yang
memiliki kelebihan dana dengan anggota yang kekurangan dana, dan
pembiayaan operasionalnya didapat berasal dari asset sendiri atau dana
keuntungan (bagi hasil) dari pembiayaan usaha produktivitas anggota/mitra
tersebut.42
c. Prinsip-prinsip Baitul Maal Wat Tamwil
1. Prinsip bagi hasil, merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha (nisbah) antara penyedia dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib).
2. Prinsip jual beli, merupakan suatu cara jual beli yang dalam pelaksanaannya
BMT sebagai agen yang diberikan kuasa untuk melakukan pembelian
42
Tunge, “Ciri-ciri Baitul Maal dan Baitul Tamwil”, artikel diakses pada 24 April 2015 dari
http://tunge.wordpress.com
40
barang atas nama BMT, lalu kemudian BMT bertindak sebagai penjual
dengan menjual barang yang telah dibelinnya tersebut dengan
ditambahkannya mark-up sebagai harga jual.
3. Prinsip sosial, atau biasa disebut dengan dana kebajikan, yaitu pembiayaan
yang bersifat sosial dan non komersil. Nasabah atau mitra pembiayaan
cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan secara
parsial mengenai faktor administrasi, pendapatan, i‟tikad, dan evaluasi terhadap
pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra pembiayaan BMT
Prima Syariah. Dimana subjek dalam penelitian ini adalah BMT Prima Syariah,
Kalisari - Jakarta Timur. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah
mitra pembiayaan di BMT Prima Syariah.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih
menekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran
kuantitatif yang kokoh. Asumsi dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-
fakta dari objek penenlitian memiliki realitas, dan variabel-variabel dapat
diidentifikasi dan dapat diukur.43
Sedangkan alasan untuk melakukan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan generalisasi hasil dan memprediksi faktor apa saja
yang menyebabkan mitra pembiayaan BMT Prima Syariah bermasalah.
43
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet.1, h.36
42
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu
metode yang menggambarkan suatu fakta yang kemudian dianalisa untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan dari data yang telah diolah. Kuantitatif
merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang banyak menuntut angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap
kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik,
atau tampilan lainnya.44
D. Sumber Data
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu
organisasi langsung melalui objeknya. Data primer biasa dilakukan dengan
wawancara serta mengajukan kuesioner.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, literatur, buku-buka
dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik atau pembahasan data yang akan
diteliti.
44
M. Subono, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pusakata stia, 2005), h.25
43
E. Teknik Pengumpulan Data
a) Survei
Yaitu merupakan suatu metode survei yang digunakan dalam penelitian serta
pengamatan langsung di lapangan secara komperhensif kepada suatu objek
tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid.45
b) Wawancara
Yaitu merupakan suatu metode wawancara dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung.46
Dengan pihak BMT Prima Syariah mengenai faktor-
faktor apa saja yang biasanya menjadi penyebab mitra pembiayaan dengan
pembiayaan bermasalah.
c) Kuesioner
Yaitu merupakan suatu metode kuesioner dengan cara untuk mengetahui
permasalahan yang muncul dari pewawancara dalam penyampaikan
pertanyaan-pertanyaan berupa kuesioner/angket kepada responden.47
d) Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data berdasarkan data-data yang diperoleh, serta
laporan-laporan yang terkait dengan masalah penelitian.48
45
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.17 46
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.224 47
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.181 48
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008) cet.9, h.233
44
F. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel Independen
Yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini yaitu:
= Administrasi (Persyaratan awal)
= Pendapatan mitra pembiayaan
= I‟tikad mitra pembiayaan
= Evaluasi
2) Variabel Dependen
Yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pembiayaan bermasalah yang
dilihat dari perspektif mitra pembiayaan BMT Prima Syariah.
3) Hipotesis
Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari permasalahan ini yang
dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut:
Secara Bersama-sama (Simultan)
Ho = Tidak ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal),
Pendapatan, I‟tikad, dan Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah
yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.
Ha = Ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal),
Pendapatan, I‟tikad, dan Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah
yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.
45
Secara Parsial
Ho = Tidak ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal)
dengan Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra
Pembiayaan BMT Prima Syariah.
Ha = Ada hubungan antara Administrasi (Persyaratan awal) dengan
Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra
Pembiayaan BMT Prima Syariah.
Ho = Tidak ada hubungan antara Pendapatan dengan Pembiayaan
Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT
Prima Syariah.
Ha = Ada hubungan antara Pendapatan dengan Pembiayaan
Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT
Prima Syariah.
Ho = Tidak ada hubungan antara I‟tikad dengan Pembiayaan
Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT
Prima Syariah.
Ha = Ada hubungan antara I‟tikad dengan Pembiayaan Bermasalah
yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.
Ho = Tidak ada hubungan antara Evaluasi dengan Pembiayaan
Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT
Prima Syariah.
46
Ha = Ada hubungan antara Evaluasi dengan Pembiayaan Bermasalah
yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan BMT Prima Syariah.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi
ini dilanggar maka pengujian menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik49
. Cara mengetahui
bahwa data yang diambil terdistribusi normal salah satunya dengan
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai
Kolmogorov-Smirnov. Kurva Z ≤ Z tabel atau nilai asymp. Sig. (2-tailed)
> α pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi diperlukan untuk mengetahui ada tau tidaknya
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1
pada persamaan regresi linier. Autokorelasi mungkin tejadi pada data
time series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang
waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Model regresi yang baik
selayaknya bebas dari autokorelasi. Prasyarat yang harus terpenuhi
49
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2006), h.110
47
adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian
yang sering digunakan adalah pengujian uji Durbin Watson. Nilai
statistik Durbin Watson berkisar antara 0 dan 4. Sebagai pedoman
umum, bila nilai uji statistik Durbin Watson <1 atau >3, maka residual
atau error dari model regresi berganda terjadi autokorelasi.50
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
sama dengan nol.51
Uji multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat
dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance tidak kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka tolerance
semakin rendah. Sehingga model dapat dikatakan terbebas dari
multikoliniearitas.
50
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2006), h.109 51
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2006), h.110
48
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk melihat adanya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat dengan residualnya.
2. Instrumen dan Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah berupa
kuesioner dengan didesain berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah
pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Metode survei
atau penelitian sampel adalah penelitian yang mengambil sampel dari
populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan utama.52
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun butiran-butiran instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.53
Data ini dapat diukur dengan menggunakan skala likert dengan
5 kategori penelitian dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot
sebagai berikut:
52
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2008), h.37 53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.133
49
Tabel 3.1
Pilihan Sangat Tidak
Setuju (SS)
Tidak
Setuju
(S)
Ragu-
Ragu (R)
Setuju
(TS)
Sangat
Setuju (SS)
Fav 1 2 3 4 5
Un Fav 5 4 3 2 1
1) Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Apabila penelitian menggunakan
kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner
tersebut teruji validitasnya. “Uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.
Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah”.54
Dalam prakteknya belum tentu data yang terkumpul adalah
data yang valid. Validitas data yang akan ditentukan oleh keadaan
responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data
yang diperoleh akan valid dan reliable. Tetapi apabila si responden
merasa malu, takut dan mencemaskan jawabannya, maka besar
kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar.
54
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Bandung: Rineka Cipta, 1996),
h.158
50
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai Cronbach‟s
Alpha. Nilai Cronbach‟s Alpha semakin mendekati 1 berarti semakin
tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach‟s Alpha lebih
kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun
reliabillitas suatu konstruk variabel dikatakan reliable jika memberikan
nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60.55
3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
1) Persamaan Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berguna untuk menganalisis besarnya pengaruh
variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, karena
menggunakan lebih dari satu variabel bebas (independen). Selain itu
penggunaan model regresi linear berganda dimaksudkan agar banyaknya
variabel independen yang diduga akan mempengaruhi variabel dependen
dapat terakomodir serta dapat secara jelas pola hubungan yang terbentuk
antara variabelnya. Model persamaan regresi linear berganda yang
digunakan untuk meramalkan Y. Apabila semua nilai variabel independen
diketahui, maka kita dapat menggunakan persamaan regresi linear
berganda. Model regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:
55
Menurut Nunnaly dalam Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate engan Program SPSS,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h.51
51
Y = α + + + + + ε
Dimana :
Y = Pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra
pembiayaan BMT Prima Syariah
α = Konstanta
sd n = Koefisien regresi variabel independen
= Administrasi (Persyaratan awal)
= Pendapatan mitra pembiayaan
= I‟tikad mitra pembiayaan
= Evaluasi
ε = Error
2) Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel dependen
digunakan taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05.56
Jika
probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak
signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka
terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen
(koefisien regresi signifikan).57
56
Ety Rochaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Apalikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2007), h.106 57
Singgih Santoso, Latihan SPS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2007), h.168
52
3) Analisis Pengaruh secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan utuk mengetahui variabel-variabel independen
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi
sebesar 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk mempredeksi
variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika
nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi tidak dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
4) Uji Koefisien Determinasi ( )
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien
determinasi (R square). Jika adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel
dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai
berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika semakin mendekati
angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat
menjelaskan fluktuasi variabel dependen. Karena adanya kelemahan
mendasar penggunaan koefisien determinasi , maka digunakan nilai
adjusted dalam penelitian ini dan nilai adjusted dapat naik dan turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke model.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Prima Syariah
1. Sejarah BMT Prima Syariah
BMT Prima Syariah yang merupakan unit usaha dari Koperasi Karyawan Prima
Utama PT. Primaper Tradea Utama resmi berdiri pada tanggal 03 Oktober 2003
dengan No. Badan Hukum Koperasi : 332/BH/MENEG.I/IV/2004 Tanggal : 06
April 2004 dan dengan surat legalitas No. 13, tanggal 05 Juli 2011, Notaris
H.Rizul Sudarmadi,SH. Dengan penyertaan dari Badan Hukum No. 276/XII.5/-
1.829.31/XII/2011 pada tanggal 19 Desember 2011. Namun demikian, pihak
BMT Prima Syariah telah melakukan aktifitas operasional pada tanggal 01 Mei
2003.58
Kegiatan usaha BMT Prima Syariah pada awal pendirian lebih
berorientasi pada bengkel-bengkel per yang merupakan pelanggan dari PT.
Primaper Tradea Utama dalam upaya mensinegrikan usaha-usaha yang terkait
agar dapat terus berjalan dan berkembang dengan sehat. Namun demikian BMT
Prima Syariah mulai terbuka untuk umum dengan diadakannya launching BMT
Prima Syariah pada tahun 2004.59
58
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun
Buku 2014, h. 5 59
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun
Buku 2014, h. 6
54
2. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Prima Syariah
Visi BMT Prima Syariah
Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik, sehat dan tangguh.60
Misi BMT Prima Syariah
Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan dan nasabah atau
mitra pembiayaan lainnya, sehingga menjadi pelanggan dan nasabah atau
mitra pembiayaan yang sehat dan tangguh.
Membangun jaringan sumber daya ekonomi berbasis syariah untuk
kesejahteraan umat.
Memperkuat dan memperluas jalinan kerjasama dengan lembaga keuangan
syariah yang professional.61
Tujuan BMT Prima Syariah
Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin (sesuai syariah, tidak
mengandung unsur-unsur mudharat bagi pihak-pihak terkait, dan memberikan
manfaat dunia dan akhirat).
Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga (menambah kesejahteraan
anggota, karyawan dan masyarakat).
Membangun kemandirian umat (tidak mengandalkan orang lain).
Melindungi asset dan mengembangkannya.
Membantu mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi agar dapat dimanfaatkan
secara optimal.
60
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun
Buku 2014, h. 8 61
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun
Buku 2014, h. 8
55
Taqarrub kepada Allah Ta‟ala (QS Hud : 61).62
3. Struktur Organisasi BMT Prima Syariah
Susunan Pengawas
Drs. H. Aos Hasan Rosyid (Dir,Ut PT. Primaper)
M. Rizal Fathurrohman
Dewan Pengawas Syariah
Ust. Iwan Setiawan, LC
Susunan Pengurus
Ketua : Iwan Ridwan Rahmatullah, S.Ag
Sekertaris : Hasanul Iman
Bendahara : Agus Roswandi
Susunan Pengelola
Manager : Andonala,SE.,CBRD
Account Officer : Kusnadi Abdul Gani
Account Officer : Nurbaiti
Funding Officer : Nurul Hikmah Alfaidah
Pengawasan Pembiayaan : Dita Amalia, SH
Administrasi Pembiayaan : Indah Lestari
Remedial Officer : Rizal
Ka Bag Keuangan dan Pembukuan : Esya Purwanty
Teller : Evan Eriyanti
Biro Rumah Tangga : Parman Iskandar
62
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun
Buku 2014, h. 8
56
4. Produk-Produk BMT Prima Syariah
1. Produk Simpanan
Produk simpanan yang ada di BMT Prima Syariah meliputi simpanan barokah,
simpanan pendidikan, simpanan idul fitri, simpanan qurban, simpanan haji,
simpanan walimah dan simpanan berjangka. Berikut uraian dari setiap jenis
produk tabungan:
a. Simpanan Barokah
Tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh penabung sesuai
dengan kebutuhan.
b. Simpanan Pendidikan
Tabungan pendidikan (Wadi‟ah Yad Amanah) diperuntukkan bagi siswa
SD, SMP, SMA dan Mahasiswa. Tabungan jenis ini bebas dari biaya
administrasi bulanan.
c. Simpanan Idul Fitri
Tabungan individu khusus untuk persiapan menghadapi hari raya Idul
Fitri. Tabungan jenis ini bebas dari biaya administrasi bulanan.
d. Simpanan Qurban
Tabungan individu khusus untuk keperluan ibadah kurban. Membantu
nasabah atau mitra dalam merencanakan keuangan untuk pembelian
hewan kurban. Tabungan jenis ini bebas dari biaya administrasi bulanan.
e. Simpanan Haji
Tabungan khusus untuk membantu nasabah atau mitra dalam
mewujudkan niat suci untuk bisa beribadah ke tanah suci. Bertujuan
untuk meringankan langkah menuju baitullah.
57
f. Simpanan Walimah
Tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah atau mitra yang sedang
mempersiapkan keuangan menghadapi hari pernikahan. Tabungan jenis
ini bebas dari biaya administrasi bulanan.
g. Simpanan Berjangka
Tabungan dengan peruntukkan investasi berjangka dengan prinsip akad
mudharabah mutlaqah, nasabah akan mendapatkan bagi hasil yang
sesuai syariah. Investasi ini dapat diperpanjang secara otomatis dan bagi
hasil setiap bulan langsung dipindahkan ke rekening simpanan nasabah
atau mitra yang bersangkutan. Pilihan jangka waktu investasi ini dapat
disesuaikan dengan kondisi nasabah atau mitra tersebut.63
2. Produk Pembiayaan
Produk pembiayaan yang ada di BMT Prima Syariah meliputi murabahah,
mudharabah, qardul hasan, ijarah, dan musyarakah. Berikut uraian dari setiap
jenis produk pembiayaan:
a. Murabahah (Jual beli)
Pembiayaan ini untuk keperluan pembelian barang, baik berupa barang
modal, alat produksi, bahan baku, persediaan barang, maupun untuk
kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dalam pembiayaan murabahah
dapat dilakukan secara tunai, maupun dengan mengangsur untuk jangka
waktu tertentu. Pada jual beli murabahah nasabah berhak mengetahui harga
pokok barang serta marjin keuntungan yang diperoleh BMT Prima Syariah.
63
Katalog Produk BMT Prima Syariah “Amanah, Berkah, Hasanah”
58
b. Mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan pola pembiayaan yang diberikan
dimana BMT Prima Syariah sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan
nasabah atau mitra pembiayaan sebagai pengelola modal (mudhari).
Pembiayaan mudharabah biasa dikenal juga sebagai pola pembiayaan bagi
hasil. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan modal tersebut dibagi antara
BMT Prima Syariah dan nasabah atau mitra pembiayaan sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan.
c. Qordul Hasan
Pembiayaan jenis ini diberikan kepada pihak yang membutuhkan dengan
kriteria tertentu. Pembiayaan ini bersifat sosial, sehingga peminjam hanya
mengembalikan sejumlah pokok pinjaman tanpa imbal jasa.
d. Ijarah (Sewa)
Pembiayaan jenis ini menggunakan pola dimana BMT Prima Syariah
menyewakan suatu barang/jasa untuk digunakan manfaatnya oleh nasabah
atau mitra pembiayaan dengan sejumlah imbalan yang dibayarkan oleh
nasabah atau mitra pembiayaan kepada BMT Prima Syariah. Pembiayaan
ijarah ini dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa kendaraan, sewa
tenaga kerja, dan lain sebagainya. Pembiayaan ini juga dapat digunakan
untuk pembayaran biaya sekolah, rumah sakit, dokter serta jasa-jasa lainnya.
e. Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan pola kerjasama antara BMT Prima
Syariah dengan satu atau lebih mitra usaha dalam sebuah proyek atau
aktivitas usaha, dimana para pihak yang terlibat sama-sama berkontribusi
59
dalam hal permodalan maupun pengelolaan usaha. Pembagian hasil yang
diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan dibagikan kepada para pihak
yang terlibat sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pada waktu akad
dilakukan.64
B. Gambaran Umum Responden
1. Identitas Mitra Pembiayaan
Sampel penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
bermasalah dilihat dari perspektif mitra pembiayaan ini adalah berjumlah 70
responden.
Untuk mengetahui identitas mitra pembiayaan, berikut ini akan
diuraikan berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan, umur, pendapatan
perbulan, pengeluaran perbulan dan pendidikan terakhir. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing dari mitra pembiayaan tersebut:
a. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden, diperoleh mitra
pembiayaan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 responden
(44,3%) dan perempuan sebanyak 39 responden (55,7%).
Kesimpulannya adalah bahwa yang lebih banyak menggunakan
pembiayaan pada BMT Prima Syariah adalah kaum perempuan,
yaitu lebih dari (55,7%) dan hal ini dikarenakan tuntutan dari
seorang ibu rumah tangga yang selain bertugas sebagai ibu rumah
tangga mereka juga harus pintar menjaga kondisi perekonomian
64
Katalog Produk BMT Prima Syariah “Amanah, Berkah, Hasanah”
60
rumah tangga mereka dengan cara lain, yaitu memiliki usaha sendiri
atau berdagang.
Gambar 4.1
Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Data Kuesioner
b. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan hasil dari status pernikahan, mitra pembiayaan
yang sudah menikah berjumlah 63 responden (90%), belum menikah
berjumlah 3 responden (4,3%), dan untuk janda/duda berjumlah 4
responden (5,7%). Kesimpulannya adalah bahwa pengguna
pembiayaan pada BMT Prima Syariah banyak digunakan oleh mitra
pembiayaan yang sudah menikah, yaitu sebesar (90%) lebih. Hal ini
mengindikasikan bahwa mitra pembiayaan yang sudah berkeluarga
lebih membutuhkan dana atau bantuan untuk usaha, daripada mitra
pembiayaan yang belum berkeluarga, karena pastinya kebutuhan
mitra pembiayaan yang sudah berkeluarga lebih banyak daripada
yang belum berkeluarga.
44,30%
55,70%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
61
Gambar 4.2
Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Status Pernikahan
Sumber : Data Kuesioner
c. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil dari segi usia, mitra pembiayaan dominan
berada pada usia diatas 40 tahun yaitu diperoleh sebanyak 36
responden (51,43%). Sedangkan untuk usia dibawah 30 tahun
sebanyak 5 responden (7,14%) dan pada usia antara 30-40 tahun
diperoleh sebanyak 29 (41,43%). Kesimpulannya bahwa pembiayaan
pada BMT Prima Syariah banyak digunakan oleh mitra pembiayaan
dengan kisaran usia diatas 40 tahun yaitu sebesar (51,43%). Hal ini
menunjukkan bahwa mitra pembiayaan dengan usia diatas 40 tahun
banyak membutuhkan dana atau bantuan untuk melancarkan usaha
mereka demi kelangsungan hidup mereka.
90%
4,30% 5,70%
Status Pernikahan
Menikah
Belum Menikah
Janda/Duda
62
Gambar 4.3
Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Usia
Sumber : Data Kuesioner
d. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Pendapatan Perbulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari responden, menunjukkan
bahwa sebanyak 45 responden (64,3%) yang berpenghasilan diantara
kisaran 1.000.000-5.000.000 yang banyak menggunakan pembiayaan
pada BMT Prima Syariah. Sedangkan di urutan kedua dengan
penghasilan < 1.000.000 dengan 21 responden (30%), diikuti dengan
yang berpenghasilan 5.000.000-10.000.000 sebanyak 3 responden
(4,3%), dan penghasilan 10.000.000-15.000.000 sebanyak 1
responden (1,4%). Sedangkan untuk penghasilan 15.000.000-
20.000.000 dan >20.000.000 memperoleh 0 responden. Hal ini
menunjukkan bahwa selain orang-orang yang berpenghasilan kecil
yang menggunakan jasa pembiayaan pada BMT Prima Syariah,
ternyata ada orang-orang dengan penghasilan besar yang juga
menggunakan pembiayaan pada BMT Prima Syariah. Walau tidak
7,14%
41,43% 51,43%
Usia
dibawah 30 tahun
30 - 40 tahun
diatas 40 tahun
63
dipungkiri tetap yang berpenghasilan kecil yang paling banyak
menggunakan pembiayaan.
Gambar 4.4
Identifikasi Mitra Pembiayaan Berdasarkan
Pendapatan Perbulan
Sumber : Data Kuesioner
e. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Pengeluaran Perbulan
Berdasarkan hasil yang didapat, menunjukkan bahwa dengan
penghasilan yang mereka dapat perbulannya, banyak pengeluaran
perbulan mereka berada pada tingkatan < 1.000.000 ini ditunjukkan
dengan perolehan 37 responden (52,9%), sedangkan untuk kisaran
pengeluaran 1.000.000-5.000.000 diperoleh sebanyak 31 responden
(44,9%), dan untuk pengeluaran 5.000.000-10.000.000 diperoleh
sebanyak 2 responden (2,9%). Untuk penghasilan kisaran
10.000.000-15.000.000, 15.000.000-20.000.000, dan > 20.000.000
masing-masing tidak mendapatkan suara dari responden. Hal ini
menunjukkan bahwa pengeluaran perbulan untuk pengguna jasa
30%
64,30%
4,30%
1,40%
0 0
Pendapatan Perbulan
< 1.000.000
1.000.000 - 5.000.000
5.000.000 - 10.000.000
10.000.000 - 15.000.000
15.000.000 - 20.000.000
>20.000.000
64
pembiayaan banyak digunakan oleh yang berpenghasilan kurang dari
1.000.000.
Gambar 4.5
Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan
Pengeluaran Perbulan
Sumber : Data Kuesioner
52,90% 44,90%
2,90% 0 0 0
Pengeluaran Perbulan
< 1.000.000
1.000.000 - 5.000.000
5.000.000 -10.000.000
10.000.000 - 15.000.000
15.000.000 - 20.000.0000
> 20.000.000
65
f. Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan pendidikan terakhir, perolehan tertinggi terdapat
pada tingkat SMP/SMA sebanyak 40 responden (57,1%), diikuti
dengan tingkat pendidikan SD/MI sebanyak 27 responden (38,6%),
dan tingkat Tidak sekolah sebanyak 2 responden (2,9%), dan untuk
terendahnya terdapat pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 1
responden (1,4%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan Sarjana tidak
mendapatkan suara dari responden. Hal ini menunjukkan bahwa
masih banyak rakyat kecil dengan pendidikan minim yang sering
menggunakan pembiayaan pada BMT Prima Syariah yang memang
diperuntukkan oleh para pedagang atau pengusaha kecil.
Gambar 4.6
Identitas Mitra Pembiayaan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber : Data Kuesioner
2,90%
38,60%
57,10%
1,40% 0
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD/MI dan sederajat
SMP/SMA dan sederajat
Diploma D1/D2/D3
Sarjana S1/S2
66
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Person Corelation,
pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat sighifikansinya dibawah
0,05 maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel berikut
menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu administrasi (persyaratan awal), pendapatan, I‟tikad, dan
evaluasi. Dengan sampel 70 responden.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Administrasi (Persyaratan Awal)
Nomor Butir
Pernyataan
Person
Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (Administrasi1) .462** .000 Valid
2 (Administrasi2) .687** .000 Valid
3 (Administrasi3) .476** .000 Valid
4 (Administrasi4) .633** .000 Valid
5 (Administrasi5) .608** .000 Valid
6 (Administrasi6) .484** .000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
67
Tabel 4.1 menunjukkan variabel administrasi (persyaratan awal)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pernyataan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Pendapatan
Nomor Butir
Pernyataan
Person
Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (Pendapatan1) .863** .000 Valid
2 (Pendapatan2) .841** .000 Valid
3 (Pendapatan3) .801** .000 Valid
4 (Pendapatan4) .852** .000 Valid
5 (Pendapatan5) .741** .000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.2 menunjukkan variabel pendapatan mempunyai kriteria valid
untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
68
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas I’tikad
Nomor Butir
Pernyataan
Person
Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (I‟tikad1) .271** .023 Valid
2 (I‟tikad2) .615** .000 Valid
3 (I‟tikad3) .699** .000 Valid
4 (I‟tikad4) .358** .002 Valid
5 (I‟tikad5) .336** .004 Valid
6 (I‟tikad6) .598** .000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.3 menunjukkan variabel I‟tikad mempunyai kriteria valid untuk
semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Evaluasi
Nomor Butir
Pernyataan
Person
Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (Evaluasi1) .625** .000 Valid
2 (Evaluasi2) .521** .000 Valid
3 (Evaluasi3) .669** .000 Valid
4 (Evaluasi4) .663** .000 Valid
5 (Evaluasi5) .663** .000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
69
Tabel 4.4 menunjukkan variabel evaluasi mempunyai kriteria valid
untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Pembiayaan Bermasalah
Nomor Butir Pernyataan Person
Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (Pembiayaan Bermasalah1) .433** .000 Valid
2 (Pembiayaan Bermasalah2) .839** .000 Valid
3 (Pembiayaan Bermasalah3) .853** .000 Valid
4 (Pembiayaan Bermasalah4) .864** .000 Valid
5 (Pembiayaan Bermasalah5) .744** .000 Valid
6 (Pembiayaan Bermasalah6) .608** .000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.5 menunjukkan variabel pembiayaan bermasalah mempunyai
kriteria valid untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05.
70
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrument penelitian dapat dikatakan reliable jika nilai
Crobach Alpha berada di atas 0,6. Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji reliabilitas
untuk keseluruhan variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Administrasi 0,614 Reliabel
Pendapatan 0,875 Reliabel
I‟tikad 0,770 Reliabel
Evaluasi 0,644 Reliabel
Pembiayaan
bermasalah
0,817 Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.6 menunjukkan nilai cornbach‟s alpha berada diatas 0,6
yaitu administrasi sebesar 0,614, pendapatan sebesar 0,875, I‟tikad
sebesar 0,770, evaluasi sebesar 0,644, dan pembiayaan bermasalah
sebesar 0,817. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliable.
71
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.7
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan gambar 4.7 di atas menunjukkan bahwa data-data yang
digunakan dalam penelitian ini linier, serta juga memenuhi asumsi-asumsi
normalitas dari sebuah data yang berdistribusi normal.
72
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi diperlukan untuk mengetahui ada tau tidaknya
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1
pada persamaan regresi linier. Autokorelasi mungkin tejadi pada data
time series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang
waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Model regresi yang baik
selayaknya bebas dari autokorelasi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi
dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah
pengujian uji Durbin Watson. Nilai statistik Durbin Watson berkisar
antara 0 dan 4. Sebagai pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin
Watson <1 atau >3, maka residual atau error dari model regresi
berganda terjadi autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .648
a .419 .384 2.663 2.485
a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2)
b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil uji di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin
Watson atau residual persamaan regresi diperoleh sebesar 2.485, ini
berarti model regresi berganda dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi.
73
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
variabel bebas yang memiliki kemiripan dengan variabel bebas yang lain
dalam satu model. Untuk mendekati adanya multikolinearitas, penelitian ini
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Syarat suatu data tidak terjadi
multikonearitas adalah jika nilai VIF kurang dari 10. Bila nilai VIF lebih
besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala
multikolinearitas. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsª
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -5.190 5.365
-.967 .337
Administrasi(X1) .148 .157 .099 .941 .350 .799 1.252
Pendapatan(X2) .571 .172 .429 3.321 .001 .535 1.867
Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004 .756 1.322
Evaluasi(X4) -.107 .234 -.055 -.457 .649 .623 1.605
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa seluruh variabel penjelas
memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Ditunjukkan dengan nilai tolerance
secara berturut-turut yaitu untuk administrasi 0,799, pendapatan 0,535, I‟tikad
0,756, dan evaluasi 0,623. Serta nilai VIF secara berturut-turut sebesar 1.252,
1.867, 1.322, dan 1.605. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak terdapat masalah multikol dan dapat digunakan
dalam penelitian ini.
74
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk melihat adanya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat dengan residualnya. Hasilnya dapat dilihat dari gambar
berikut ini:
Gambar 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan gambar 4.8 grafik scatterplot menunjukkan bahwa data
tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat
suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model
regresi layak digunakan untuk memprediksi pembiayaan bermasalah yang
dilihat dari perspektif mitra pembiayaannya berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu administrasi (persyaratan awal), pendapatan, I‟tikad,
dan evaluasi.
75
4. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Uji Koefisien Determinasi ( )
Setiap tambahan satu variabel independen, maka pasti meningkat,
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang digunakan adalah
yang sudah disesuaikan atau Adjusted karena disesuaikan dengan jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian. Adjusted dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Berikut
adalah hasil uji koefisien determinasi.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi ( )
Model Summaryᵇ
Model R
R
Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .648a .419 .384 2.663
a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3),
Pendapatan(X2)
b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted sebesar 0,384. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi dari variabel-variabel bebas yang ada memiliki
kontribusi sebesar 38,4% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya dijelaskan
oleh sebab-sebab lain di luar model. Dan adapun nilai R sebesar 0,648 yang
menunjukkan bahwa antara variabel-variabel bebas mempunyai hubungan
yang kuat terhadap perspektif mitra pembiayaan dalam masalah pembiayaan
bermasalah (Y).
76
b. Uji t (Parsial)
Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara
individu memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel dependen, serta
untuk membuktikan variabel mana yang paling dominan. Berikut adalah tabel
yang menunjukkan hasil uji t yang dihasilkan.
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Coefficientsª
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -5.190 5.365 -.967 .337
Administrasi(X1) .148 .157 .099 .941 .350
Pendapatan(X2) .571 .172 .429 3.321 .001
Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004
Evaluasi(X4) -.107 .234 -.055 -.457 .649
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.9 di atas menunjukkan hasil uji t antara variabel independen
dengan variabel dependen, dan dengan dasar pengambilan keputusan dengan
membandingkan angka signifikansi, yaitu;
1. Jika angka signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.
2. Jika angka signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Maka mendapatkan hasil sebagai berikut;
1) Variabel Faktor Administrasi (Persyaratan awal)
Hasil yang didapat menyatakan nilai Sig. 0,350 >α 0,05 sehingga
Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya koefisien regresi pada faktor
77
administrasi (persyaratan awal) tidak berpengaruh secara
signifikan.
2) Variabel Faktor Pendapatan
Hasil yang didapat menyatakan nilai Sig. 0,001 <α 0,05 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya koefisien regresi pada faktor
pendapatan berpengaruh secara signifikan.
3) Varibel Faktor I‟tikad
Hasil yang didapat menyatakan nilai Sig. 0,004 <α 0,05 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya koefisien regresi pada faktor
I‟tikad berpengaruh secara signifikan.
4) Variabel Evaluasi
Hasil yang didapat menyatakan nilai Sig. 0,649 >α 0,05 sehingga
Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya koefisien regresi pada faktor
evaluasi tidak berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan tabel-tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari
persamaan regresi. Dalam penelitian ini, persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah:
Y = α + + + + + ε
Dengan keterangan:
Y = Pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra
pembiayaan BMT Prima Syariah
α = Konstanta
sd n = Koefisien regresi variabel independen
= Administrasi (Persyaratan awal)
= Pendapatan mitra pembiayaan
78
= I‟tikad mitra pembiayaan
= Evaluasi
ε = Error
Dari output didapatkan model persamaan regresi:
Y = -5.190 + + + – + ε
Dari persamaan regresi tersebut, dapat dilihat variabel bebas
(administrasi, pendapatan, I‟tikad dan evaluasi) yang paling dominan
mempengaruhi variabel terikat (pembiayaan bermasalah) adalah variabel
I‟tikad. I‟tikad memiliki nilai Beta sebesar 0,612 yang artinya apabila I‟tikad
mengalami perubahan sebanyak 10 unit satuan, maka pembiayaan bermasalah
akan berubah sebanyak 61,2 unit satuan. Pendapatan memiliki nilai Beta
sebesar 0,571 yang artinya apabila pendapatan mengalami perubahan
sebanyak 10 unit satuan, maka pembiayaan bermasalah akan berubah
sebanyak 57,1 unit satuan. Administrasi (persyaratan awal) memiliki nilai
Beta sebesar 0,148 yang artinya apabila administrasi mengalami perubahan
sebanyak 10 unit satuan, maka pembiayaan bermasalah akan berubah
sebanyak 14,8 unit satuan. Dan untuk evaluasi memiliki nilai Beta 0,107 yang
artinya apabila evaluasi mengalami perubahan sebanyak 10 unit satuan, maka
pembiayaan bermasalah akan berubah sebanyak 10,7 unit satuan.
79
c. Uji F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai
probability F lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,
sedangkan jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Berikut ini adalah tabel 4.10 yang menunjukkan hasil uji F.
Tabel 4.10
Hasil Uji F
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji F antara semua variabel
independen dengan variabel dependen, yaitu yang memperlihatkan nilai Sig.
sebesar 0,000. Artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari alpha 0,05 (0,000
< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa administrasi (persyaratan awal),
pendapatan, I‟tikad, dan evaluasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap
pembiayaan bermasalah yang dilihat dari prespektif mitra pembiayaan pada
BMT Prima Syariah.
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 333.177 4 83.294 11.741 .000b
Residual 461.123 65 7.094
Total 794.300 69
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
b. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3),
Pendapatan(X2)
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif mitra pembiayaan dengan
menggunakan faktor-faktor seperti administrasi (persyaratan awal), pendapatan,
I‟tikad, dan evaluasi terhadap pembiayaan bermasalah itu sendiri yang dilihat
dari prespektif mitra pembiayaan pada BMT Prima Syariah. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 70 responden yang merupakan mitra pembiayaan di
BMT Prima Syariah Kalisari, Jakarta Timur. Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variabel X1 yaitu
variabel administrasi (persyaratan awal), diketahui bahwa tidak adanya
pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah. Hal ini dapat
dijelaskan oleh tingkat nilai signifikansi dari hasil uji secara parsial sebesar
0,350 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa tidak
terdapat pengaruh antara faktor administrasi terhadap pembiayaan
bermasalah.
2. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variabel X2 yaitu
variabel pendapatan, diketahui bahwa adanya pengaruh yang signifikan
terhadap pembiayaan bermasalah. Hal ini dapat dijelaskan oleh tingkat nilai
signifikansi dari hasil uji secara parsial sebesar 0,001 < 0,05 sehingga Ho
81
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh antara faktor
pendapatan terhadap pembiayaan bermasalah.
3. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variabel X3 yaitu
variabel I‟tikad, diketahui bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap
pembiayaan bermasalah. Hal ini dapat dijelaskan oleh tingkat nilai
signifikansi dari hasil uji secara parsial sebesar 0,004 < 0,05 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh antara faktor
I‟tikad terhadap pembiayaan bermasalah.
4. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variabel X4 yaitu
variabel evaluasi, diketahui bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan
terhadap pembiayaan bermasalah. Hal ini dapat dijelaskan oleh tingkat nilai
signifikansi dari hasil uji secara parsial sebesar 0,649 > 0,05 sehingga Ho
diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa tidak terdapat pengaruh antara
faktor evaluasi terhadap pembiayaan bermasalah.
5. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variabel X1,X2,X3 dan
X4 (administrasi, pendapatan, I‟tikad, dan evaluasi) secara simultan,
diketahui tingkat nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya bahwa semua variabel bebas (administrasi,
pendapatan, I‟tikad, dan evaluasi) berpengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan bermasalah yang dilihat dari perspektif mitra pembiayaan.
82
B. Saran
1. Perspektif mitra pembiayaan pada BMT Prima Syariah dalam hal mengenai
pembiayaan bermasalah banyak didasari atas variabel faktor pendapatan dan
I‟tikad. Hal ini menandakan bahwa pendapatan dari pengasilan usaha mitra
pembiayaan dan I‟tikad dari karakter mita pembiayaan itu sendiri memang
yang mendasari mitra pembiayaan itu terlibat dalam pembiayaan bermasalah
pada BMT. Oleh karena itu alangkah baiknya pihak BMT melakukan
prosedur penerimaan pembiayaan dengan teliti dan selalu melakukan
pengawasan terhadap pembiayaan yang telah tersalurkan.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya untuk menambah variabel yang berbeda
yang dapat mempengaruhi pembiayaan bermasalah. Sehingga penelitian
dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan penelitian yang lebih
berkualitas lagi.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Roby. “Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Produk Murabahah di
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Wadi’ah Tasikmalaya”. Jurnal
ekonomi syariah, 2012.
Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka
Cipta, 1996.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press,2011.
Ash Shawi, Shalah dan Abdullah al Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:
Darul Haq, 2004.
Ayat, Syafri. Manajemen Risiko. Jakarta: Gema Akastri, 2003.
Azharuddin, Ah. Lathif. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, cet.1, 2005.
Azra, Azyumardi. Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam.
Jakarta: Teraju, 2003.
BMT Universitas Muhammadiyah. Artikel diakses pada 24 April 2015 dari
http://bmtuniversitasmuhammadiyahjakarta.blogspot.com
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta: Penerbit Buku Aksara, 2004.
Estrifiyasa, Ismy. “Analisis Efektivitas Pengawasan Pembiayaan Murabahah Untuk
Meminimalkan Terjadinya NPF Berdasarkan Prinsip-prinsip Penyaluran
Pembiayaan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012.
84
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
Indonesia Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSN-
MUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.
Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2010.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuntungan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, ed.3, 2007.
Katalog Produk BMT Prima Syariah, “Amanah, Berkah, Hasanah”. Jakarta, 2014.
Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada,
ed.6, 2002.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003.
Latifah, Ifah. “Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT
BPR Syariah Harta Insan Karimah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Nunnaly. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
Mervy dan Latifah. Perbankan Syaraiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Muhammad. Managemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2006.
Muharani, Suharyati Ina. “Pelaksanaan Monioring Pembiayaan Murabahah Pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Ciledug”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
85
PINBUK. Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu. Jakarta:
PINBUK, t.t.
Prof. H.A.Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, M.Ag, Lembaga-Lembaga Perekonomian
Umat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Rais, Dr. Hj. Isnawati, MA dan Dr. Hj. Hasanudin, MA. Fiqih Muamalah dan
Aplikasinya pada LKS. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima
Utama Tahun Buku 2014.
Rivai, Veithzal. Islamic Financial Management. Jakarta: PT. Rajawali Press,2007.
Rivai, Veithzal dan Andria Permanda Veithzal. Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan
Nasabah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Rivai, Veithzal dan Arfian Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori,Konsep, dan Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara,2010.
Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Apalikasi SPSS. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007.
Saefullah. “Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Kualitas Aktiva Produktif pada
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (Studi pada PT BPRS Risalah Ummat)”.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
86
Santoso, Singgih. Latihan SPS Statistik Parametrik. Jakarta: Elekmedia Komputindo,
2007.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES,
cet.9, 2008.
Sudrajat, Muhammad Subono. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pusakata
stia, 2005.
Suhendi, Drs. H. Hendi, M.Si., Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002.
Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.
Tunge, “Ciri-ciri Baitul Maal dan Baitul Tamwil”, artikel diakses pada 24 April 2015
dari http://tunge.wordpress.com
Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, loc.cit
Wiroso. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, vol.1, 2005.
87
LAMPIRAN
Data Responden
(Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu)
a. No.Responden : ………
b. Nama Responden : ……………………………..
c. Jenis Usaha : ……………………………..
d. Jenis Kelamin : (a) Laki-laki (b) Perempuan
e. Status : (a) Menikah (b) Belum Menikah (c)Janda/Duda
f. Umur : (a) dibawah 30 tahun (b)30-40tahun (c)diatas 40 tahun
g. Pendapatan Perbulan : (a) < 1.000.000
(b) 1.000.000 - 5.000.000
(c) 5.000.000 - 10.000.000
(d) 10.000.000 -15.000.000
(e) 15.000.000 - 20.000.000
(f) > 20.000.000
h. Pengeluaran Perbulan : (a) < 1.000.000
(b) 1.000.000 - 5.000.000
(c) 5.000.000 - 10.000.000
(d) 10.000.000 -15.000.000
(e) 15.000.000 - 20.000.000
(f) > 20.000.000
88
i. Pendidikan Terakhir : (a) Tidak Sekolah
(b) SD/MI dan sederajat
(c) SMP/SMA dan sederajatnya
(d) Diploma (D1/D2/D3)
(e) Sarjana (S1/S2)
Petunjuk : Tanggapilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda ( √ ) pada
penilaian yang paling Bapak/Ibu anggap tepat.
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
89
Kolom Pernyataan Responden;
X1 = Administrasi (Persyaratan awal)
No. Pernyataan STS TS R S SS
1. Saya setuju bahwa persyaratan awal untuk melakukan
pembiayaan di BMT Prima Syariah mudah dipenuhi
2. Saya setuju bahwa tahapan dalam mengajukan pembiayaan
di BMT Prima Syariah mudah dan tidak membutuhkan
waktu yang lama
3. Saya pernah melakukan pembiayaan di Bank dan di tolak
4. Saya memiliki pengalaman sebelumnya dalam hal
pembiayaan sehingga saya lebih memilih menggunakan
pembiayaan pada BMT Prima Syariah
5. Angsuran yang ringan dalam produk pembiayaan
merupakan keunggulan yang membuat saya tertarik
menggunakan pembiayaan pada BMT Prima Syariah
6. Saya setuju bahwa fasilitas dan prosedur pembiayaan BMT
Prima Syariah baik dan cepat
90
X2 = Pendapatan Mitra Pembiayaan
No. Pernyataan STS TS R S SS
7. Bantuan dari BMT Prima Syariah meningkatkan hasil
produksi/penjualan usaha saya
8. Saya masih dapat memenuhi kebutuhan hidup setelah
membayar angsuran
9. Omzet dari penjualan cukup untuk melunasi pembayan
angsuran setiap bulannya
10. Pendapatan saya meningkat setelah mendapatkan
pembiayaan dari BMT Prima Syariah
11. Saya sangat terbantu dalam hal kondisi perekonomian saya
yang membaik setelah menggunakan pembiayaan dari BMT
Prima Syariah
91
X3 = I’ikad Mitra Pembiayaan
No. Pernyataan STS TS R S SS
12. Saya senang melakukan pembayaran angsuran tepat waktu
13. Saya pernah telat melakukan pembayaran angsuran
14. Saya sering menunda-nunda pembayaran angsuran
15. Saya dapat membayar angsuran sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan
16. Saya sanggup melunasi pembayaran angsuran
17. Saya beri’tikad baik dalam membayar angsuran kepada
BMT Prima Syariah
X4 = Evaluasi
No. Pernyataan STS TS R S SS
18. Saya terganggu dengan kehadiran karyawan BMT Prima
Syariah setiap bulannya untuk menagihkan pembayaran
angsuran
19. Saya merasa karyawan BMT Prima Syariah ramah, baik,
sopan dan santun dalam menagihkan pembayaran angsuran
20. Hubungan saya dengan pihak BMT Prima Syariah baik
92
21. Saya terbiasa dengan kedatangan bergilir dari pihak BMT
Prima Syariah untuk menagihkan pembayaran angsuran
22. Saya puas dengan pelayanan yang diberikan pihak BMT
Prima Syariah
Y = Pembiayaan Bermasalah yang dilihat dari Perspektif Mitra Pembiayaan
No. Pernyataan STS TS R S SS
23. Pembiayaan bermasalah disebabkan karena
ketidakmampuan saya dalam membayar angsuran
24. Saya siap dilakukannya penjadwalan ulang oleh pihak BMT
Prima Syariah dikarenakan saya tidak membayaran
angsuran
25. Saya siap dilakukannya persyaratan ulang oleh pihak BMT
Prima Syariah dikarenaan saya tidak membayar angsuran
26. Saya siap dilakukannya penataan ulang oleh pihak BMT
Prima Syariah dikarenakan saya tidak membayar angsuran
27. Saya siap untuk memberikan jaminan sesuai dengan
kesepakatan awal pembiayaan
28. Saya siap dikenakan sangsi karena telat membayar angsuran
yang merupakan kewajiban saya
93
Jawaban Kuesioner Uji Validitas Perspektif Pembiayaan Bermasalah
X1 Administrasi (Persyaratan Awal)
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total
R1 4 4 2 4 4 4 22
R2 4 3 1 4 4 5 21
R3 4 2 2 4 4 2 18
R4 4 4 2 4 4 4 22
R5 4 2 1 4 4 4 19
R6 4 4 1 1 4 4 18
R7 4 4 1 4 4 4 21
R8 4 4 1 4 4 4 21
R9 4 4 2 4 4 4 22
R10 5 5 2 4 5 5 26
R11 4 5 4 5 5 5 28
R12 4 4 2 4 4 4 22
R13 4 4 1 4 4 4 21
R14 4 4 1 4 4 4 21
R15 4 4 4 4 4 4 24
R16 4 4 2 4 4 4 22
R17 4 4 4 4 4 4 24
R18 4 4 2 4 4 4 22
R19 4 4 4 4 4 4 24
R20 5 4 1 4 4 4 22
R21 4 5 2 4 4 4 23
R22 4 4 4 4 4 4 24
94
R23 5 5 2 4 4 4 24
R24 5 5 2 4 4 4 24
R25 4 4 4 4 4 4 24
R26 5 5 2 4 4 4 24
R27 4 4 2 5 4 4 23
R28 4 4 3 4 4 4 23
R29 5 4 1 4 4 4 22
R30 4 4 4 4 4 4 24
R31 5 5 1 5 4 4 24
R32 5 5 1 4 4 4 23
R33 5 5 1 5 4 4 24
R34 4 4 1 4 4 4 21
R35 5 5 1 4 4 4 23
R36 4 4 4 4 4 4 24
R37 4 4 4 4 4 4 24
R38 4 4 4 4 4 4 24
R39 4 4 2 4 4 4 22
R40 4 3 4 4 4 4 23
R41 4 4 4 4 4 4 24
R42 5 5 1 4 4 4 23
R43 5 5 1 4 4 4 23
R44 4 5 1 5 4 4 23
R45 4 4 1 4 4 4 21
R46 4 4 1 4 4 4 21
R47 4 5 5 5 4 4 27
95
R48 4 4 1 5 4 4 22
R49 4 4 4 4 4 4 24
R50 4 4 4 4 4 4 24
R51 4 4 4 4 4 4 24
R52 4 4 4 4 4 4 24
R53 2 3 4 4 4 4 21
R54 4 4 4 4 3 5 24
R55 5 5 2 4 5 5 26
R56 4 4 2 4 4 4 22
R57 4 4 2 2 4 4 20
R58 4 4 2 2 4 4 20
R59 4 4 2 4 4 5 23
R60 5 5 2 5 5 5 27
R61 4 3 2 4 4 4 21
R62 4 4 2 4 4 4 22
R63 4 4 4 4 4 4 24
R64 4 4 2 4 4 4 22
R65 4 4 4 4 4 4 24
R66 4 2 2 4 4 2 18
R67 4 4 2 2 2 4 18
R68 4 4 4 4 4 4 24
R69 2 2 2 2 2 4 14
R70 4 4 2 2 4 4 20
96
X2 Pendapatan
P7 P8 P9 P10 P11 Total
R1 4 4 4 4 4 20
R2 4 4 5 4 4 21
R3 4 4 4 2 4 18
R4 4 4 4 4 4 20
R5 4 4 4 4 4 20
R6 5 4 4 4 4 21
R7 4 4 4 4 4 20
R8 4 4 3 3 3 17
R9 4 4 4 4 4 20
R10 5 4 3 4 4 20
R11 4 4 4 4 4 20
R12 4 4 4 4 4 20
R13 5 4 4 4 4 21
R14 4 4 4 4 4 20
R15 4 4 4 4 4 20
R16 5 5 5 4 4 23
R17 4 4 4 4 4 20
R18 5 5 5 4 5 24
R19 4 4 4 4 4 20
R20 4 5 5 5 4 23
R21 5 5 5 5 4 24
R22 4 4 4 4 4 20
R23 5 5 5 5 4 24
97
R24 5 4 4 5 4 22
R25 4 4 4 4 4 20
R26 5 5 5 4 4 23
R27 5 5 5 4 4 23
R28 4 4 4 4 4 20
R29 5 4 5 4 4 22
R30 4 4 4 4 4 20
R31 5 5 5 4 4 23
R32 5 5 5 4 4 23
R33 5 5 5 5 5 25
R34 5 5 5 5 4 24
R35 5 5 5 5 4 24
R36 4 4 4 4 4 20
R37 4 4 4 4 4 20
R38 4 4 4 4 4 20
R39 4 4 4 4 4 20
R40 4 4 4 4 4 20
R41 4 4 4 4 4 20
R42 5 5 4 4 5 23
R43 5 5 5 5 4 24
R44 5 5 5 4 4 23
R45 5 5 5 4 4 23
R46 4 4 5 5 5 23
R47 5 5 5 5 4 24
R48 4 4 4 4 4 20
98
R49 4 4 3 4 4 19
R50 4 4 4 4 4 20
R51 4 4 4 4 4 20
R52 4 4 4 4 4 20
R53 4 4 4 3 2 17
R54 4 4 4 3 3 18
R55 4 4 4 4 4 20
R56 4 4 4 4 4 20
R57 4 4 4 4 4 20
R58 4 4 4 4 3 19
R59 4 4 3 3 4 18
R60 5 5 4 5 5 24
R61 4 4 4 4 4 20
R62 4 4 4 4 4 20
R63 4 4 4 4 4 20
R64 4 4 2 2 4 16
R65 4 4 4 4 4 20
R66 3 4 4 2 2 15
R67 2 2 2 2 2 10
R68 3 4 4 4 4 19
R69 2 4 4 2 2 14
R70 4 4 4 4 4 20
99
X3 I'tikad
P12 P13 P14 P15 P16 P17 Total
R1 4 4 2 4 4 4 22
R2 4 4 2 4 4 4 22
R3 4 4 2 2 4 4 20
R4 4 2 2 4 4 4 20
R5 5 4 4 3 5 5 26
R6 4 4 4 4 4 5 25
R7 4 2 2 4 4 4 20
R8 4 4 4 3 4 4 23
R9 2 4 4 2 4 4 20
R10 4 4 4 4 5 5 26
R11 4 4 2 4 4 5 23
R12 4 4 4 3 4 4 23
R13 4 4 4 4 4 5 25
R14 4 4 4 4 4 5 25
R15 4 3 4 3 4 4 22
R16 4 4 4 4 4 5 25
R17 5 4 3 3 3 4 22
R18 4 4 4 4 4 4 24
R19 4 3 3 4 4 4 22
R20 4 4 4 4 5 5 26
R21 4 4 4 5 4 4 25
R22 4 3 3 4 4 4 22
R23 4 4 4 4 4 4 24
100
R24 4 4 4 4 4 4 24
R25 4 4 3 4 4 4 23
R26 4 4 4 4 4 4 24
R27 4 4 4 4 4 4 24
R28 4 4 3 3 3 4 21
R29 4 4 4 4 4 5 25
R30 4 3 3 4 4 4 22
R31 4 4 4 4 4 5 25
R32 4 4 4 4 4 4 24
R33 4 4 4 4 4 4 24
R34 4 4 4 4 4 5 25
R35 4 4 4 5 4 4 25
R36 3 3 3 4 4 4 21
R37 4 4 3 3 4 4 22
R38 4 4 3 4 4 4 23
R39 4 4 3 4 4 4 23
R40 4 4 2 4 4 4 22
R41 4 4 3 4 4 4 23
R42 4 4 4 4 5 5 26
R43 4 4 4 4 3 4 23
R44 4 4 4 4 4 5 25
R45 4 4 4 5 4 4 25
R46 4 4 4 4 4 4 24
R47 4 4 4 4 4 5 25
R48 5 5 4 4 4 5 27
101
R49 4 4 4 4 4 4 24
R50 4 4 4 3 4 4 23
R51 4 4 2 4 4 4 22
R52 4 4 3 4 4 4 23
R53 4 4 4 4 1 5 22
R54 5 2 2 4 5 4 22
R55 5 2 1 5 5 5 23
R56 4 2 2 4 4 4 20
R57 4 4 4 4 4 4 24
R58 4 4 4 4 4 4 24
R59 4 3 2 4 4 4 21
R60 4 5 5 4 5 5 28
R61 4 4 4 4 4 4 24
R62 4 4 4 4 4 4 24
R63 4 4 4 4 4 4 24
R64 4 4 4 2 4 4 22
R65 4 4 2 4 4 4 22
R66 4 2 2 4 4 4 20
R67 4 5 4 4 4 4 25
R68 4 4 4 4 4 4 24
R69 2 4 4 4 4 4 22
R70 4 4 2 4 4 4 22
102
X4 Evaluasi
P18 P19 P20 P21 P22 Total
R1 4 4 4 4 4 20
R2 4 4 4 4 4 20
R3 4 4 4 4 2 18
R4 4 4 4 4 4 20
R5 4 4 4 4 4 20
R6 4 4 5 4 4 21
R7 4 4 4 2 4 18
R8 4 4 4 4 4 20
R9 4 4 4 4 4 20
R10 4 5 4 4 5 22
R11 4 5 4 4 5 22
R12 4 4 4 4 5 21
R13 3 4 4 3 3 17
R14 2 5 5 4 5 21
R15 4 4 4 4 4 20
R16 4 4 4 4 5 21
R17 4 4 4 4 4 20
R18 4 5 5 5 5 24
R19 4 4 4 4 4 20
R20 5 5 4 5 4 23
R21 5 4 4 4 5 22
R22 4 4 4 4 4 20
103
R23 5 5 5 4 4 23
R24 5 5 5 5 5 25
R25 4 4 4 4 4 20
R26 5 4 5 5 5 24
R27 5 5 5 5 4 24
R28 4 4 4 4 4 20
R29 5 4 4 4 4 21
R30 4 4 4 4 4 20
R31 5 4 5 4 5 23
R32 1 5 4 5 4 19
R33 5 5 4 4 4 22
R34 5 4 5 5 5 24
R35 5 4 4 5 5 23
R36 4 4 4 4 4 20
R37 4 4 4 4 4 20
R38 4 4 4 4 4 20
R39 4 4 4 4 4 20
R40 4 4 4 4 4 20
R41 4 4 4 4 4 20
R42 5 4 4 4 5 22
R43 5 4 4 5 5 23
R44 5 4 4 4 4 21
R45 5 4 5 4 5 23
R46 4 4 4 4 5 21
R47 2 5 5 5 4 21
104
R48 2 4 4 4 5 19
R49 2 4 4 4 4 18
R50 4 4 4 4 4 20
R51 4 4 4 4 4 20
R52 4 4 4 4 4 20
R53 4 2 4 4 4 18
R54 4 4 4 2 4 18
R55 4 4 4 4 4 20
R56 4 4 4 4 4 20
R57 4 4 4 4 4 20
R58 4 4 4 4 4 20
R59 5 4 4 4 4 21
R60 5 5 5 5 5 25
R61 4 4 4 4 4 20
R62 2 4 4 4 4 18
R63 2 4 4 4 4 18
R64 4 4 4 4 4 20
R65 4 4 4 4 4 20
R66 4 4 4 4 4 20
R67 4 4 4 4 4 20
R68 4 4 4 4 4 20
R69 4 4 4 4 4 20
R70 4 4 4 4 4 20
105
Y Pembiayaan Bermasalah
P23 P24 P25 P26 P27 P28 Total
R1 4 4 4 4 4 2 22
R2 2 4 4 4 4 3 21
R3 4 4 4 4 2 2 20
R4 2 4 4 4 4 4 22
R5 2 4 4 4 4 2 20
R6 3 4 4 4 4 4 23
R7 4 2 2 2 2 2 14
R8 4 4 4 4 3 4 23
R9 4 4 4 4 4 4 24
R10 4 4 4 4 4 4 24
R11 4 3 3 3 3 4 20
R12 4 4 4 4 4 3 23
R13 4 4 4 4 4 4 24
R14 4 4 5 4 4 4 25
R15 3 3 3 3 3 4 19
R16 4 4 4 4 4 5 25
R17 3 3 3 3 2 4 18
R18 4 4 4 4 4 4 24
R19 3 3 3 3 3 4 19
R20 4 4 4 4 4 4 24
R21 4 4 4 4 4 5 25
R22 2 2 2 2 3 4 15
R23 4 4 5 4 4 4 25
106
R24 4 4 4 4 4 4 24
R25 3 3 3 3 3 4 19
R26 5 4 4 4 4 5 26
R27 4 4 4 4 3 4 23
R28 3 3 3 3 3 4 19
R29 4 4 4 4 4 4 24
R30 3 3 3 3 3 3 18
R31 4 4 4 4 4 5 25
R32 4 4 4 4 4 5 25
R33 4 4 4 5 4 4 25
R34 4 4 4 5 3 4 24
R35 4 4 5 4 4 4 25
R36 3 3 3 3 4 4 20
R37 4 3 3 3 3 4 20
R38 4 3 3 3 4 4 21
R39 3 3 3 3 3 4 19
R40 4 3 3 3 3 4 20
R41 4 4 4 4 4 4 24
R42 4 4 2 4 4 5 23
R43 4 3 4 5 3 4 23
R44 4 4 4 5 5 4 26
R45 4 4 4 5 4 4 25
R46 4 4 4 4 4 4 24
R47 4 4 4 4 4 4 24
R48 4 4 4 4 5 4 25
107
R49 4 5 5 4 4 4 26
R50 4 4 4 4 4 4 24
R51 4 4 4 4 4 4 24
R52 4 4 4 4 4 4 24
R53 4 2 2 2 2 2 14
R54 4 4 4 4 4 2 22
R55 2 5 5 5 4 4 25
R56 2 2 4 4 4 4 20
R57 4 4 4 4 4 2 22
R58 4 2 2 2 2 2 14
R59 5 5 5 4 4 4 27
R60 4 4 4 4 4 3 23
R61 4 4 4 4 4 4 24
R62 4 4 4 4 4 4 24
R63 4 4 4 4 4 4 24
R64 4 4 2 2 2 2 16
R65 4 2 2 2 4 4 18
R66 2 2 2 2 4 2 14
R67 2 4 4 4 2 2 18
R68 4 4 4 4 4 2 22
R69 4 2 2 2 2 2 14
R70 4 4 4 4 4 4 24
108
Hasil Uji Validitas Administrasi (Persyaratan awal)
Correlations
Administras
i1
Administras
i2
Administras
i3
Administras
i4
Administras
i5
Administras
i6 Skor
Administras
i1
Pearson
Correlation 1 .642
** -.339
** .281
* .437
** .147 .462
**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .018 .000 .225 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Administras
i2
Pearson
Correlation .642
** 1 -.073 .284
* .374
** .469
** .687
**
Sig. (2-tailed) .000 .546 .017 .001 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Administras
i3
Pearson
Correlation -.339
** -.073 1 .095 .010 .048 .476
**
Sig. (2-tailed) .004 .546 .435 .934 .694 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Administras
i4
Pearson
Correlation .281
* .284
* .095 1 .455
** .095 .633
**
Sig. (2-tailed) .018 .017 .435 .000 .435 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Administras
i5
Pearson
Correlation .437
** .374
** .010 .455
** 1 .219 .608
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .934 .000 .069 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Administras
i6
Pearson
Correlation .147 .469
** .048 .095 .219 1 .484
**
Sig. (2-tailed) .225 .000 .694 .435 .069 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
109
Skor Pearson
Correlation .462
** .687
** .476
** .633
** .608
** .484
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pendapatan
Correlations
Pendapatan
1
Pendapatan
2
Pendapatan
3
Pendapatan
4
Pendapatan
5 Skor
Pendapatan
1
Pearson
Correlation 1 .761
** .572
** .626
** .596
** .863
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
Pendapatan
2
Pearson
Correlation .761
** 1 .755
** .541
** .452
** .841
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
Pendapatan
3
Pearson
Correlation .572
** .755
** 1 .609
** .341
** .801
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000
N 70 70 70 70 70 70
Pendapatan
4
Pearson
Correlation .626
** .541
** .609
** 1 .655
** .852
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
110
Pendapatan
5
Pearson
Correlation .596
** .452
** .341
** .655
** 1 .741
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
Skor Pearson
Correlation .863
** .841
** .801
** .852
** .741
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas I’tikad
Correlations
I'tikad1 I'tikad2 I'tikad3 I'tikad4 I'tikad5 I'tikad6 Skor
I'tikad1 Pearson Correlation 1 -.098 -.184 .169 .123 .219 .271*
Sig. (2-tailed) .420 .128 .163 .312 .068 .023
N 70 70 70 70 70 70 70
I'tikad2 Pearson Correlation -.098 1 .605** -.121 -.117 .193 .615
**
Sig. (2-tailed) .420 .000 .318 .334 .109 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
I'tikad3 Pearson Correlation -.184 .605** 1 -.058 -.044 .256
* .699
**
Sig. (2-tailed) .128 .000 .634 .716 .032 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
I'tikad4 Pearson Correlation .169 -.121 -.058 1 .104 .148 .358**
Sig. (2-tailed) .163 .318 .634 .394 .221 .002
N 70 70 70 70 70 70 70
111
I'tikad5 Pearson Correlation .123 -.117 -.044 .104 1 .172 .336**
Sig. (2-tailed) .312 .334 .716 .394 .154 .004
N 70 70 70 70 70 70 70
I'tikad6 Pearson Correlation .219 .193 .256* .148 .172 1 .598
**
Sig. (2-tailed) .068 .109 .032 .221 .154 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Skor Pearson Correlation .271* .615
** .699
** .358
** .336
** .598
** 1
Sig. (2-tailed) .023 .000 .000 .002 .004 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Evaluasi
Correlations
Evaluasi1 Evaluasi2 Evaluasi3 Evaluasi4 Evaluasi5 Skor
Evaluasi1 Pearson Correlation 1 -.042 .170 .124 .214 .625**
Sig. (2-tailed) .730 .159 .306 .076 .000
N 70 70 70 70 70 70
Evaluasi2 Pearson Correlation -.042 1 .439** .365
** .227 .521
**
Sig. (2-tailed) .730 .000 .002 .059 .000
N 70 70 70 70 70 70
Evaluasi3 Pearson Correlation .170 .439** 1 .429
** .387
** .669
**
Sig. (2-tailed) .159 .000 .000 .001 .000
N 70 70 70 70 70 70
Evaluasi4 Pearson Correlation .124 .365** .429
** 1 .342
** .663
**
112
Sig. (2-tailed) .306 .002 .000 .004 .000
N 70 70 70 70 70 70
Evaluasi5 Pearson Correlation .214 .227 .387** .342
** 1 .663
**
Sig. (2-tailed) .076 .059 .001 .004 .000
N 70 70 70 70 70 70
Skor Pearson Correlation .625** .521
** .669
** .663
** .663
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pembiayaan Bermasalah
Correlations
Pembiaya
anBermas
alah1
Pembiaya
anBermas
alah2
Pembiaya
anBermas
alah3
Pembiaya
anBermas
alah4
Pembiaya
anBermas
alah5
Pembiaya
anBermas
alah6 Skor
PembiayaanBerm
asalah1
Pearson
Correlation 1 .284
* .177 .173 .133 .186 .433
**
Sig. (2-tailed) .017 .144 .151 .273 .123 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
PembiayaanBerm
asalah2
Pearson
Correlation .284
* 1 .814
** .783
** .522
** .266
* .839
**
Sig. (2-tailed) .017 .000 .000 .000 .026 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
PembiayaanBerm
asalah3
Pearson
Correlation .177 .814
** 1 .843
** .570
** .298
* .853
**
Sig. (2-tailed) .144 .000 .000 .000 .012 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
113
PembiayaanBerm
asalah4
Pearson
Correlation .173 .783
** .843
** 1 .583
** .363
** .864
**
Sig. (2-tailed) .151 .000 .000 .000 .002 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
PembiayaanBerm
asalah5
Pearson
Correlation .133 .522
** .570
** .583
** 1 .436
** .744
**
Sig. (2-tailed) .273 .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
PembiayaanBerm
asalah6
Pearson
Correlation .186 .266
* .298
* .363
** .436
** 1 .608
**
Sig. (2-tailed) .123 .026 .012 .002 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
Skor Pearson
Correlation .433
** .839
** .853
** .864
** .744
** .608
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 70 70 70 70 70 70 70
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
114
Hasil Uji Reliabilitas Administrasi (Persyaratan awal)
Reability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.614 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Administrasi1 4.14 .546 70
Administrasi2 4.06 .720 70
Administrasi3 2.37 1.230 70
Administrasi4 3.93 .729 70
Administrasi5 3.99 .434 70
Administrasi6 4.04 .464 70
Hasil Uji Reliabilitas Pendapatan
Reability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.875 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Pendapatan1 4.23 .641 70
Pendapatan2 4.23 .516 70
Pendapatan3 4.16 .651 70
Pendapatan4 3.96 .711 70
Pendapatan5 3.91 .583 70
115
Hasil Uji Reliabilitas I’tikad
Reability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.770 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
I'tikad1 4.00 .450 70
I'tikad2 3.79 .657 70
I'tikad3 3.40 .875 70
I'tikad4 3.86 .572 70
I'tikad5 4.01 .525 70
I'tikad6 4.26 .440 70
Hasil Uji Reliabilitas Evaluasi
Reability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.644 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Evaluasi1 4.01 .860 70
Evaluasi2 4.14 .460 70
Evaluasi3 4.17 .380 70
Evaluasi4 4.09 .531 70
Evaluasi5 4.21 .535 70
116
Hasil Uji Reliabilitas Pembiayaan Bermasalah
Reability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.817 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PembiayaanBermasalah1 3.67 .717 70
PembiayaanBermasalah2 3.63 .745 70
PembiayaanBermasalah3 3.66 .814 70
PembiayaanBermasalah4 3.69 .790 70
PembiayaanBermasalah5 3.60 .730 70
PembiayaanBermasalah6 3.66 .883 70
Hasil Uji Normalitas
117
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .648a .419 .384 2.663 2.485
a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3),
Pendapatan(X2)
b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficient
s
t Sig.
Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
Tolera
nce VIF
1 (Constant) -5.190 5.365 -.967 .337
Administrasi
(X1) .148 .157 .099 .941 .350 .319 .116 .089 .799 1.252
Pendapatan
(X2) .571 .172 .429 3.321 .001 .579 .381 .314 .535 1.867
Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004 .494 .344 .279 .756 1.322
Evaluasi(X4
) -.107 .234 -.055 -.457 .649 .357 -.057 -.043 .623 1.605
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
118
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .648a .419 .384 2.663 .419 11.741 4 65 .000 2.485
a. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2)
b. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
119
Hasil Uji t
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 333.177 4 83.294 11.741 .000b
Residual 461.123 65 7.094
Total 794.300 69
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)
b. Predictors: (Constant), Evaluasi(X4), Administrasi(X1), Itikad(X3), Pendapatan(X2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficient
s
t Sig.
Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
Toleran
ce VIF
1 (Constant) -5.190 5.365 -.967 .337
Administrasi
(X1) .148 .157 .099 .941 .350 .319 .116 .089 .799 1.252
Pendapatan
(X2) .571 .172 .429 3.321 .001 .579 .381 .314 .535 1.867
Itikad(X3) .612 .207 .321 2.956 .004 .494 .344 .279 .756 1.322
Evaluasi(X4
) -.107 .234 -.055 -.457 .649 .357 -.057 -.043 .623 1.605
a. Dependent Variable: PembiayaanBermasalah(Y)