faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menabung …

197
i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG DI BANK SYARIAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh : VITA WIDYAN PRIAJI NIM: 106070002327 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSIMENABUNG DI BANK SYARIAH

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh :

VITA WIDYAN PRIAJINIM: 106070002327

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG DI BANKSYARIAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

VITA WIDYAN PRIAJI

NIM: 106070002327

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Jahja Umar, Ph.DNIP: 130 885 522

Pembimbing II

Miftahuddin, M.SiNIP: 19730317 200604 1 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI

MENABUNG DI BANK SYARIAH” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 September

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 20 September 2011

Sidang Munaqosyah

Dekan/Ketua merangkap Anggota Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.SiNIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001

Anggota:

Drs. Akhmad Baidun, M.Si Miftahuddin, M.SiNIP : 19640814 200 112 1001 NIP: 19730317 200604 1 001

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vita Widyan Priaji

NIM : 106070002327

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Intensi Menabung di Bank Syariah” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak

melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang

ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar

pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika

ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 September 2011

. Vita Widyan Priaji .NIM: 106070002327

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Setiap perbuatan diawali dengan niat. Setiap perkara tergantung pada

niatnya”

-Nabi Muhammad SAW

"Tinta para pelajar lebih suci daripada darah orang-orang yang mati

syahid"

-Nabi Muhammad SAW

“Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengendalikanperasaan senang dan deritanya. Ketika dia tidak melakukantindakan yang diperlukan untuk menuju sukses, dia bisamerasakan penderitaan akibat tidak melakukan tindakan itu. Dandia mendapatkan perasaan bahagia ketika dia melakukan tindakanyang diperlukan untuk menuju sukses. Inilah kendali yangdimiliki orang sukses. Sebaliknya orang gagal. Dia merasakanmenderita kalau melakukan tindakan yang diperlukan untuksukses, dan dia merasa nyaman kalau tidak melakukan tindakanyang diperlukan untuk sukses itu. Sehingga mereka akhirnyatidak melakukan kegiatan/kebiasaan sukses”-Anthony Robbins

“Never be yourself. But, grow yourself. Why be yourself when you can be

someone better ?”

-Richard Bandler

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

vi

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini ku persembahkan untuk Bapak & Ibu

yang telah memberikan kasih sayang secara penuh dan

pengorbanan tanpa syarat demi kebahagiaan serta masa

depanku.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

vii

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) September 2011(C) Vita Widyan Priaji(D) XX + 149 halaman + lampiran(E) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah(F) Bank Syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan di Indonesia.

Namun, meski tingkat pertumbuhan rata-rata termasuk baik, tidak dengan jumlahnasabahnya, dimana dari tahun ke tahun justru menunjukkan kecenderunganpenurunan jumlah nasabah yang bergabung dengan bank syariah. Hal ini dirasaperlu bagi para manajemen bank syariah untuk mengetauhi faktor apa saja yangdapat memunculkan intensi atau niat para calon nasabah untuk menggunakan jasaperbankan syariah dari kacamata psikologis. Intensi menabung merupakanprediktor yang baik untuk memprediksi kemunculan perilaku di masa yang akandatang. Kemunculan intensi menabung ini diduga banyak dipengaruhi olehberbagai faktor, baik itu faktor psikologis maupun demografis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yangpaling besar dan signifikan mempengaruhi intensi menabung di bank syariah.Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi intensi menabungdi bank syariah, yaitu sikap, norma subyektif, perceived behavior control,religiusitas, pendapatan, pendidikan, dan usia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 200responden penduduk Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yangdilakukan menggunakan non-probability sampling. Instrumen dalam penelitianini menggunakan skala intensi menabung yang dikembangkan oleh Fishbein &Ajzen (1975). Alat ukur sikap peneliti susun berdasarkan teori Engel (1995),norma subjektif dan PBC berdasarkan silent belief yang berpijak pada teoriFishbein dan Ajzen (1975) dan Ajzen (2005). Alat ukur religiusitas berdasarkanFetzer Institute (1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalampeneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakansoftware SPSS versi 19. Sedangkan untuk pengujian validitas konstrukmenggunakan Lisrel 8.3.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan R square sebesar0,459 hal ini berarti 45,9 % variabel intensi menabung di bank syariah dapatdijelaskan oleh variasi dari ke 7 variabel yaitu sikap, norma subyektif, perceivedbehavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, dan usia dengan indekssignifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Yang berarti, hipotesis mayor nol (H0) yangmenyatakan tidak ada pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

viii

control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, dan usia, ditolak. Artinya adapengaruh sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas,penghasilan, pendidikan, dan usia terhadap intensi menabung di bank syariah.

Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkindapat mempengaruhi intensi menabung di bank syariah pada penelitianselanjutnya. Selain itu perlu pula untuk menguji hingga ke aspek perilakumenabung di bank syariah.

(G)Daftar Bacaan: 55; buku: 22 + jurnal: 22 + internet: 8 + skripsi: 2 + tesis: 1

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang MempengaruhiIntensi Menabung di Bank Syariah”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkankepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga, sahabat,ulama, dan segenap umat Islam sekalian.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telahmendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karenaitu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dansekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima kasih karena ditengahjadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan waktu dalam prosesbimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksiyang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Miftahuddin, M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, arahan,koreksi, pertanyaan kritis, kritik yang membangun, dan waktu yang diberikan kepadaPenulis.

3. Ibu Solicha, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan danmasukannya selama Penulis menjalani perkuliahan.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyakmemberikan pelajaran kepada Penulis, baik itu dalam hal akademis maupun dalammenjalani kehidupan.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyakmembantu Penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi. Teristimewauntuk Mbak Rini yang banyak memberikan informasi mengenai kegiatan Bapak dan PakAyung yang banyak memberi informasi dan bantuan dalam proses birokrasi di bagianakademik.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

x

6. Orang tuaku, Bapak Wuryono dan Ibu Ponijem. Terima kasih tak terhingga atas didikan,kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan baik moril maupun materil yangmasih Penulis terima dan rasakan hingga detik ini. Perjuangan Bapak dan Ibu dalammengasuh dan membesarkan Penulis merupakan sebab dari semua yang telah Penulisraih hingga saat ini. Dan itu semua sulit Penulis gantikan dengan material duniawi dalambentuk apapun. Hanya bakti dan doa-doa yang bisa Penulis berikan. Semoga Bapak danIbu diberikan kesehatan serta usia yang panjang dan berkah oleh Allah SWT, agar kelakdi masa depan bisa melihat keberhasilan Penulis.

7. Adikku, Vita Wahyu Prahasto, terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sabarmenghadapi kakak yang terkadang galak dan jahil. Semoga kamu mampu menjadi anakyang sukses kelak, anak yang sholeh, dan mari kita bersama membanggakan danmembahagiakan kedua orang tua yang telah banyak berkorban untuk kita.

8. Sahabat GAMA 88, “Family without Family Tree”; Kak Ari, Kiki, Dina, Sunu, Ayya, Ayi,Mira, Dyane, Emir, Desi, Intan, Ifah, Manggala Adi, Winas, Suny, Vita, Mbak Tiwi.Walaupun kini kita jarang bersama, namun memori tentang kebersamaan dan perjuangmemasuki bangku kuliah dulu, di mana kita saling mendukung demi cita-cita, akanselalu Penulis kenang sepanjang masa. Teristimewa untuk Kak Ari yang benar-benarmembimbing Penulis mulai dari nol, memberikan gambaran tentang dunia kuliah dimana kala itu Penulis masih amat ‘buta’, mendorong semangat Penulis agar terus optimisdan memiliki konsep diri yang baik, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, dan balabantuan lain yang begitu banyak dan berarti bagi Penulis.

9. Sahabat-sahabat Penulis semenjak kuliah, Adiyo, Adit, Pras, Rudhi, Amal, Dara, Danny,Hanny, Isni, Rika, Sheli, Suci, & Siti, terima kasih untuk segala canda tawa yang telahkita rangkai bersama, berbagi cerita, dan segala kenangan yang menyejukkan hati.Teristimewa untuk Adiyo, atas bantuan memecahkan kode-kode rumit Lisrel, saran saatproses pengolahan data dan ilmu-ilmu statistika yang diberikan. Nya’ Soraya dan Inazyang banyak memberi masukan dan bantuan saat Penulis mengalami kebuntuan, sertarefrensi yang sangat membantu bagi Penulis. Untuk teman-teman seperjuanganpengerjaan skripsi Sarah, Lina, Dimas, Eja, Iqbal, Risna, Fifa, Nuran, Reza, dan Efy yangtelah berbagi ide, refrensi, saran, dan canda ketika bertemu di kampus dan menunggubimbingan. Adik-adik mentee Penulis yang kritis, Aman, Ani, Icha, Indah, Sanie, ulul,Serta rekan-rekan kelas D yang sangat kompak.

10. Fathannisa Isnani, terima kasih banyak telah mengisi hari-hari Penulis dengan penuhcanda, saling berbagi, kelucuan, dan banyak membantu Penulis, mulai dari mencaribahan refrensi, menemani sewaktu menunggu bimbingan, memberi semangat disaatgalau, meluangkan waktu untuk membantu saat kesulitan, serta kesabaran memberiPenulis support kala down dan gundah. Serta kawan-kawan dari Fathannisa; Indah,Meida, Mizan, Nesya, Reisha, Restu, Tate, Thata, Uci, Virgin, dan Winda.

11. Sahabat Penulis, Ratih & Sidiq, selama tujuh tahun kita bersahabat, saling membantu,meredakan emosi saat sedih, memberi semangat sewaktu kehilangan asa, memotivasisatu sama lain kala duka, dan berbagi tawa di momen bahagia. Terima kasih banyak,sahabat.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xi

12. Tim Bettermind Indonesia, Kak Adang, Sunu, dan Echa. Terima kasih atas kekompakandan semangat mendirikan organisasi ini. Pembelajaran bersama mengenai organisasi danbisnis yang sudah berdiri 5 tahun lamanya ini, telah membuat Penulis memilikipengalaman yang berkontribusi pada perjalanan karir.

13. Sahabat-sahabat Kahfi Bagus Brain Communication School. Guru besar Kahfi, BapakTubagus Wahyudi & Bapak Fir’aun Maulana yang banyak memberikan motivasi, ilmu-ilmu, & paradigma kehidupan kepada Penulis yang sangat signifikan mengubahkekeliruan pola pikir Penulis. Kawan-kawan kelas XI A dan XI Maliki yang sangathangat. Teristimewa untuk Alwi, atas diskusi, sharing ilmu, & bantuan menyebar angket.Ai, Ali, Helen, Ka Hambali, Ka Irfan, Rajesh, Silvi yang juga membantu Penulismencarikan responden sewaktu kesulitan mendapatkannya. Ka Bogie, Ka DP, Ka Ibnu,Ka Oji, Ka Sorih, Ka Syarif dan Kaka-kaka lain atas pembelajaran luar biasa yangdiberikan. Dan Sahabat Kahfi semua yang mohon maaf tidak bisa Penulis sebutkan satupersatu.

14. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Skripsi ini tidak akanpernah selesai tanpa bantuan dari Anda semua. Terima kasih banyak atas kesabaran danwaktu luang yang Anda berikan untuk mengisi angket Penulis.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segaladukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu Penulis dalammenyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, motivasi,dan bimbingan dari semua pihak dibalas dengan balasan yang berlipat. Amin. Selain ituPenulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Mengingatkekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangunsangat diharapkan Penulis sebagai bahan penyempurnaan.

Jakarta, 14 September 2011

Penulis

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR........................................................................................... ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1-18

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah................................................. 16

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 17

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 17

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 18

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 19-77

2.1 Intensi Menabung......................................................................... 19

2.1.1 Teori Intensi ........................................................................ 19

2.1.1.1 Pengertian intensi .................................................. 20

2.1.1.2 Spesifikasi intensi.................................................. 20

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhiterwujudnya intensi ............................................... 22

2.1.1.4 Teori yang membahas mengenai intensi ............... 26

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xiii

2.1.1.5 Background faktor intensi ..................................... 35

2.1.2 Perilaku Menabung............................................................ 37

2.1.2.1 Pengertian dan Penjelasan Menabung................... 37

2.1.3 Intensi Menabung ............................................................. 39

2.1.3.1 Definisi Intensi Menabung .................................... 39

2.1.3.2 Model Teori Intensi MenabungMenurut Robinovich & Paul ................................. 39

2.1.3.3 Model Teori Intensi MenabungMenurut Croy dkk ................................................ 42

2.1.3.4 Model Teori Intensi MenabungMenurut Warneryd ................................................ 43

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung .............. 45

2.2.1 Sikap ................................................................................... 46

2.2.1.1 Pengertian Sikap ..................................................... 46

2.2.1.2 Komponen Sikap..................................................... 49

2.2.2 Norma Subyektif ................................................................. 51

2.2.2.1 Pengertian Norma Subyektif................................... 51

2.2.2.2 Determinan Norma Subyektif ................................. 52

2.2.3 Perceived Behavior Control ............................................... 54

2.2.3.1 Pengertian Perceived Behavior Control ................. 54

2.2.3.2 Faktor Pendukung dan PenghambatPerilaku Menabung ................................................. 56

2.2.4 Religiusitas.......................................................................... 57

2.2.4.1 Pengertian Religiusitas ............................................. 58

2.2.4.2 Dimensi Religiusitas................................................. 61

2.2.5 Penghasilan ......................................................................... 65

2.2.6 Pendidikan........................................................................... 66

2.2.7 Usia ................................................................................. 66

2.3 Bank Syariah ................................................................................. 68

2.3.1 Pengertian Bank Syariah ...................................................... 68

2.3.2 Fungsi Bank Syariah ............................................................ 68

2.4 Kerangka Berpikir ......................................................................... 73

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xiv

2.5 Hipotesis Penelitian....................................................................... 77

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 78-119

3.1 Populasi dan Sampel ..................................................................... 78

3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 79

3.2.1 Definisi operasional.............................................................. 80

3.2.2 Instrumen pengumpulan data ............................................... 82

3.3 Pengujian Validitas Alat Ukur ...................................................... 86

3.3.1 Uji Validitas Alat Ukur ........................................................ 89

3.3.1.1 Uji Validitas Skala Intensi Menabung...................... 89

3.3.1.2 Uji Validitas Skala Sikap ......................................... 91

3.3.1.3 Uji Validitas Skala Norma Subyektif ....................... 96

3.3.1.4 Uji Validitas Skala PBC ........................................... 99

3.3.1.5 Uji Validitas Skala Religiusitas................................ 106

3.4 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 116

3.5 Metode Analisa Data ..................................................................... 117

BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 120-131

4.1 Analisa Deskriptif ........................................................................... 120

4.2 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 123

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN........................................ 132-144

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 132

5.2 Diskusi …….................................................................................. 133

5.3 Saran ……….. ............................................................................... 141

5.3.1 Saran Metodologis................................................................ 141

5.3.2 Saran Praktis......................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 145-149

LAMPIRAN

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Di Lima Negara Berkembang ........... 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan Bank Syariah Di Indonesia......................................... 4

Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah Dan Konvensional .............................. 70

Tabel 2.2 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil .................................................... 72

Tabel 3.1 Bluprint Skala Intensi ....................................................................... 83

Tabel 3.2 Bluprint Skala Sikap ......................................................................... 84

Tabel 3.3 Bluprint Skala Norma Subyektif....................................................... 84

Tabel 3.4 Bluprint Skala Perceived Behavior Control ..................................... 85

Tabel 3.5 Bluprint Skala Religiusitas ............................................................... 86

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Untuk Intensi Menabung ................................. 90

Tabel 3.7 Matriks Korelasi Antar Kesalahan PengukuranPada Butir-Butir Item Faktor Afektif ............................................... 92

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Afektif ....................................... 93

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Kognitif ..................................... 94

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Konatif....................................... 95

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Untuk Normative Belief ................................... 97

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Untuk Motivation To Comply .......................... 98

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Untuk Control Belief Pendukung..................... 100

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Untuk Power Belief Pendukung....................... 102

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Untuk Control Belief Penghambat................... 103

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Untuk Power Belief Penghambat..................... 105

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Untuk Daily Spiritual Experience.................... 107

Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Untuk Meaning ................................................ 108

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Untuk Value Dan Belief ................................... 110

Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Untuk Forgiveness........................................... 111

Tabel 3.21 Muatan Faktor Item Untuk Private Religious Practice .................... 112

Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Untuk Religious Support.................................. 113

Tabel 3.23 Muatan Faktor Item Untuk Religious/Spiritual Coping ................... 114

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xvi

Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Untuk Commitment Dan Organizational ........ 115

Tabel 4.1 Jumlah Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 120

Tabel 4.2 Jumlah Subyek Berdasarkan Pendidikan......................................... 121

Tabel 4.3 Jumlah Subyek Berdasarkan Penghasilan ....................................... 122

Tabel 4.4 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV..................................... 123

Tabel 4.5 Tabel R-Square ................................................................................ 124

Tabel 4.6 Koefisien Regresi............................................................................. 125

Tabel 4.7 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable ................ 129

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Rekening

BUS dan UUS 2005-2009............................................................... 7

Grafik 1.2 Prosentase Pertumbuhan Jumlah Rekening

BUS dan UUS 2005-2009............................................................... 8

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior ........................................................... 28

Gambar 2.2 Background Factor Pada Theory of Planned Behavior .................. 36

Gambar 2.3 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Croy .............. 42

Gambar 2.4 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd ...... 45

Gambar 2.5 Pandangan Tradisional Tiga Komponen Sikap............................... 49

Gambar 2.6 Pandangan Kontemporer Hubungan Antara Kepercayaan,

Perasaan, Sikap Intensi Berperilaku Dan Perilaku.......................... 50

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian Muhammad Dan Devi ..................... 58

Gambar 2.8 Background Factor Pada Theory of Planned Behavior.................. 74

Gambar 2.9 Kerangka Berpikir........................................................................... 75

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfimatorik Dari Variabel Intensi Menabung .... 89

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari Faktor Afektif ........................ 91

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik

Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik

Lampiran 3 Analisis Faktor

Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Menabung

Analisis Faktor Konfirmatorik Afektif

Analisis Faktor Konfirmatorik Kognitif

Analisis Faktor Konfirmatorik Konatif

Analisis Faktor Konfirmatorik Normative Belief

Analisis Faktor Konfirmatorik Motivation To Comply

Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief pendukung

Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief pendukung

Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief penghambat

Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief penghambat

Analisis Faktor Konfirmatorik Daily Spiritual Experience

Analisis Faktor Konfirmatorik Meaning

Analisis Faktor Konfirmatorik Value dan Belief

Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness

Analisis Faktor Konfirmatorik Private Religious Practice

Analisis Faktor Konfirmatorik Religious Support

Analisis Faktor Konfirmatorik Religious/ Spiritual Coping

Analisis Faktor Konfirmatorik Commitment dan Organizational

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

xx

Lampiran 4 Matriks Korelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Faktor Afektif

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Kognitif

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Normative belief

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Motivation to comply

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Control belief Pendukung

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Power belief Pendukung

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Control belief Penghambat

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Power belief Penghambat

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Daily spiritual experience

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Meaning

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Private religious practice

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Commitment dan Organizational

Lampiran 5 OUTPUT SPSS ANALISIS REGRESI

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting di dalam

pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung dunia usaha disegala

sektor. Perbankan memiliki porsi yang cukup besar dalam penghimpunan dana

masyarakat baik berupa tabungan, deposito dan giro serta penyediaan dana dalam

bentuk penyaluran berbagai jenis kredit dan menjadi sarana pendukung di dalam

transaksi lalu lintas pembayaran dan keuangan (Hendrawan, 2004).

Penyaluran berbagai arus perputaran uang yang ada di bank dari

masyarakat kembali ke masyarakat, dimana bank sebagai perantaranya. Nasabah

yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan giro,

tabungan dan deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat ini sama

artinya dengan membeli dana. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa

dari bank berupa bunga (istilah yang digunakan oleh bank konvensional) atau bagi

hasil (istilah yang digunakan oleh bank syariah). Kemudian oleh bank dana

tersebut disalurkan kembali atau dijual kepada masyarakat yang kekurangan atau

membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman. Bagi masyarkat yang memperoleh

pinjaman atau kredit diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

2

bunga sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan atau menurut sistem bagi

hasil yang telah ditetapkan bersama.

Salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk menabung di bank

diantaranya karena tergiur oleh suku bunga yang ditawarkan oleh pihak bank.

Namun bunga bank kini menjadi perdebatan para ulama. Secara umum para ulama

menggolongkan bunga bank termasuk dalam kategori riba dan haram.

Sebagian masyarakat Indonesia meyakini pendapat bahwa bunga bank

yang beredar di bank-bank konvensional termasuk dalam kategori riba dan haram.

Sistem yang dijalankan oleh perbankan konvensional tidak sesuai dengan syariah.

Bank syariah tampil sebagai alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan suatu

sistem perbankan yang menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat dan

memenuhi prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah diperkuat

dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dirubah

dalam UU No. 10 tahun 1998, UU No. 23 tahun 1999 dan UU No. 9 tahun 2004

tentang Bank Indonesia.

Sejarah berdirinya perbankan syariah dengan sistem bagi hasil, didasarkan

pada dua alasan utama: (1) Adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang

dilarang oleh agama. Larangan riba bukan saja oleh agama Islam, tetapi dilarang

pula oleh agama lainnya. (2) Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki

kecenderungan terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elit,

para bankir dan pemiliki modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa

menimbulkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya dikhawatirkan akan

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

3

mengakibatkan kerawanan berupa konflik antar kelas sosial yang berujung pada

terganggunya stabilitas nasional maupun perdamaian internasional (Sumitro,

2004)

Menurut Sullivan (dalam Felix, 1997), kebutuhan akan bank syariah

disebabkan tiga pertimbangan. (1) Seorang investor Islam harus menghindari

hubungannya dengan industri yang dilarang untuk seorang Muslim, seperti;

alkohol, perjudian, ponografi, atau daging (daging babi). (2) Perusahaan Islam

harus menghindari bunga (riba), perjudian dan memperhatikan batasan dalam jual

beli saham. (3) Banyak investor muslim yang cenderung tertarik untuk

berinvestasi di perusahaan yang memperhatikan etika dan moral Islam.

Perbankan syariah pun memiliki perkembangan yang cukup

menggembirakan baik di Indonesia maupun luar negeri. Pertumbuhan perbankan

syariah di beberapa negara cukup meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat

prosentase pertumbuhan bank syariah di lima negara berkembang yang mayoritas

muslim penduduknya beragama dari tahun 2002 ke 2006 yaitu Tukey 44%,

Indonesia 60%, Kuwait 29 %, Malaysia 20 % dan Qatar 40 %. Lihat tabel berikut:

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

4

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI 5 (LIMA)NEGARA BERKEMBANGNegara 2002 2003 2004 2005 2006 % Pertumbuhan2002-2006Turkey 1.5 1.6 1.5 2.4 2.7 44Indonesia 0.4 0.6 1.2 1.4 1.6 60Kuwait 15 16.2 18.1 21.6 25.4 29Malaysia 8.9 9.7 10.5 11.7 12.3 20Qatar 12.5 12.5 13.7 14.4 15.9 40

Sumber: Bank Sentral dalam Riawan (2009)

Tidak hanya di luar negeri saja. Pertumbuhan bank syariah dan usaha

syariah di Indonesia pun cukup membanggakan. Hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut.

TABEL 1.2

PERTUMBUHAN USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Sumber: BI, statistik Perbankan Syariah, 2009 (dalam E-Syariah, 2010)

Perkembangan bank syariah yang ditunjukkan dalam Tabel 1.2 menunjukkan

secara kuantitas pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan

dalam jumlah bank. Awal tahun lahirnya bank syariah yaitu pada tahun 1998

terlihat hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat

Syariah. Berbeda dengan di awal-awal tahun, pada Desember 2009 jumlah bank

syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25

Indikasi 1998KP/UUS 2003KP/UUS 2004KP/UUS 2005KP/UUS 2006KP/UUS 2007KP/UUS 2008KP/UUS 2009KP/UUSBUS 1 2 3 3 3 3 5 6UUS - 8 15 19 20 25 27 25BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

5

Unit Usaha Syariah. Disamping itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah

(BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama

Namun demikian walaupun pertumbuhan perbankan syariah di berbagai

sektor cukup baik, belum tentu halnya dengan para nasabah. Partisipasi umat

Islam terhadap bank syariah masih sangat minim, jika dihitung dalam prosentase

hanya sekitar (1,57%) dibandingkan dengan masyarakat Indonesia yang sebagian

besar umat Islam. Hal ini menjadi pertanyaan sejauh mana pemahaman dan sikap

masyarakat mengenai bank syariah. Selain itu, bank syariah yang hadir

berdasarkan kaidah yang berlandaskan unsur keislaman idealnya menjadi daya

tarik bagi penduduk Indonesia yang memiliki penduduk kurang lebih 200.000.000

jiwa dan 88% diantaranya atau sekitar 176.000.000 merupakan penduduk muslim.

Jika menengok ke belakang, krisis moneter yang melanda dunia termasuk

negara Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan bank-bank konvensional

dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara

perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu

bertahan. Tak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda

dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali

membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan

syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan

bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para

penyimpan dana di bank-bank syariah. Salah satu bank yang tercatat berhasil

menunjukkan daya tahannya yaitu bank Muamalat dan pada krisis keuangan tahun

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

6

2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp300 miliar lebih (E-

Syariah, 2010).

Sistem bunga yang membawa kehancuran perekonomian dan tergolong

riba dihindari oleh bank syariah dan kemudian diganti menjadi sistem yang

beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil ini tidak bertentangan

dengan ajaran agama dibandingkan prinsip bunga yang dianut oleh bank-bank

konvensional. Dalam Gozali (2010) sistem bagi hasil perbankan syariah yaitu

berprinsip pada keadilan. Keunggulan dari sistem bagi hasil antara lain yang

pertama, lebih menunjukkan kewajiban bisnis dan keadilan karena pengusaha

hanya akan membayarkan bagi hasil sesuai dengan keuntungan rill yang

diperoleh. Ke dua, adanya fleksibilitas dan dinamika yang tidak akan

menyebabkan kebangkrutan dan hilangnya produktivitas masyarakat. Ketiga,

memberikan peluang kemitraan usaha karena setiap penyaluran dana bank

dikaitkan dengan sektor rill disertai pembinaan dan pengawasan dalam proses

manajemen perusahaan. Ke empat, memberikan kesempatan berkembang usaha

kecil karena dasar penilaian pembiayaan yaitu kelayakan usaha nasabah bukan

pada sisi jaminan. Ke lima, dengan diterapkannya sistem bagi hasil cost push

inflation dapat ditekan/dihapus. Ke enam, tidak mengenal negative spread seperti

dialami oleh bank konvensional akibat kenaikan suku bunga simpanan. Ke tujuh,

bank syariah tidak boleh melakukan usaha spekulatif yang dapat membahayakan

bank.

Suhesta (2010) menjelaskan mengenai fenomena yang menarik jika

mencermati Statistik Perbankan Syariah per Februari 2010 yang dikeluarkan oleh

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

7

Bank Indonesia pada akhir Maret 2010 yang lalu. Fenomena itu ialah tentang

pertumbuhan nasabah perbankan syariah.

Berdasarkan data jumlah rekening Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit

Usaha Syariah (UUS) mulai 2005 hingga 2009 dapat dihitung bahwa rerata

tingkat pertumbuhan jumlah rekening BUS dan UUS yaitu 25% per tahun. Pada

2005 jumlah rekening tersebut 1,4 juta unit. Sementara pada akhir 2009 telah

berjumlah 5,2 juta lebih. Berikut merupakan grafik mengenai pertumbuhannya:

GRAFIK 1.1

GRAFIK PERTUMBUHAN JUMLAH REKENING BUS DAN UUS2005-2009

Sumber: Suhesta (2010)

Meski tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar itu termasuk cukup baik,

namun ternyata jika dilihat dari tahun ke tahun justru menunjukkan trend

(kecenderungan) penurunan yang cukup signifikan. Statistik tersebut bisa diolah

grafik penurunannya seperti berikut ini:

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

8

GRAFIK 1.2

GRAFIK PERSENTASE PERTUMBUHAN JUMLAH REKENING BUSDAN UUS 2005-2009

Sumber: Suhesta (2010)

Terlihat bahwa tingkat pertumbuhan rekening pada 2006 naik 68,11%

dibandingkan jumlah rekening pada tahun 2005. Namun, pada tahun-tahun

berikutnya, tingkat pertumbuhan itu semakin menurun hingga pada akhir 2009

tinggal 19,73% –di bawah rata-rata tahunan– dibandingkan dengan tahun 2008.

Bahkan jika dilihat dari jumlah pertambahan unit rekening per tahunnya pun –

sebagaimana grafik yang pertama— terlihat adanya trend penurunan yang sama.

Fenomena ini menunjukkan adanya gejala stagnasi pertumbuhan rekening

pada institusi perbankan syariah di Indonesia. Ini juga berarti terjadi stagnasi

terhadap jumlah nasabah, oleh karena jumlah nasabah berkorelasi langsung

dengan jumlah rekening. Pada gilirannya hal ini secara tidak langsung

berpengaruh pula terhadap lambannya peningkatan market share perbankan

syariah di tanah air.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

9

Kenyataan ini sungguh terasa ironis setidaknya karena dua hal. Pertama,

stagnasi itu justru terjadi pada saat pemerintah dan kalangan perbankan syariah

tengah berusaha keras mengejar pangsa pasar (market share) 5% dari kue bisnis

perbankan nasional sesegera mungkin. Ke dua, perbankan syariah justru tidak

berhasil menggaet nasabah dari kalangan muslim di tengah penduduk Indonesia

yang mayoritas muslim.

Melihat masih minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap perbankan

syariah, penting sekali bagi para manajemen perbankan syariah untuk mengetahui

intensi menabung yang dimiliki oleh para calon nasabah serta faktor-faktor

psikologis dan demografis apa saja yang mempengaruhinya, dilihat dari kacamata

psikologi. Dengan pemahaman terhadap intensi para calon nasabah tersebut maka

akan menjadi bahan pertimbangan bagi para manajemen bank syariah untuk dapat

mengembangkan jumlah nasabahnya.

Menabung merupakan suatu aktivitas guna memenuhi suatu kebutuhan

yaitu jaminan akan materi. Menabung juga merupakan kegiatan atau aktivitas

yang memerlukan adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan

menyimpan uangnya di bank. Menabung memerlukan niat agar perilakunya dapat

terealisasikan dengan baik. Seorang nasabah pada saat akan menabung kepada

suatu bank terlebih dahulu mempertimbangkan apa manfaat dan tujuan dari

menabung. Selanjutnya mulai mengumpulkan informasi tentang bank apa yang

cocok dengan kebutuhan maupun prinsipnya. Kemudian dilakukan kegiatan

menilai, mencari dan memakai jenis tabungan yang dibutuhkan tersebut. Maka,

dapat dikatakan untuk merealisasikan suatu aktivitas menabung diperlukan sebuah

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

10

kemauan yang kuat atau niat untuk melakukannya. Menurut Fishbein dan Ajzen

(1975) kemauan yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku, dapat dijelaskan

melalui konsep intensi. Intensi dalam diri individu menggambarkan aspek-aspek

internal maupun eksternal yang mempengaruhi orang tersebut merealisasikan

suatu perilaku.

Intensi juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu sikap, norma subyektif dan

perceived behavior control. Sikap dalam Fishben dan Ajzen (1975) diartikan

sebagai besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek yang

dimaksud dalam hal ini umumnya berupa suatu tingkah laku. Norma subyektif

menurut Fishbein dan Ajzen (1975) didefinisikan sebagai persepsi individu bahwa

kebanyakan orang yang dianggap penting bagi dirinya berpikir supaya dia

seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tingkah laku tertentu. Jadi norma

subyektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan

atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Sementara perceived behaviral

control (PBC), diartikan sebagai dorongan ataupun hambatan yang dipersepsikan

individu untuk menampilkan suatu tingkah laku (Ajzen, 1991). Intensi merupakan

prediktor yang baik dalam mempengaruhi berbagai macam tingkah laku. Tingkah

laku yang dimaksud di sini yaitu tingkah laku yang nampak. Intensi yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu intensi menabung di bank syariah.

Hubungan yang kuat antara intensi dan perilaku ini, memunculkan dugaan

bahwa hal-hal yang mempengaruhi perilaku menabung kemungkinan besar juga

akan mempengaruhi intensi menabung. Dengan demikian, kita bisa mempelajari

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

11

faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menabung dengan berpijak pada faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku menabung.

Masyarakat dapat memiliki intensi atau tidak memiliki intensi sama sekali

untuk menabung di bank syariah dapat dipengaruhi oleh sikap masyarakat

terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Sikap diperoleh melalui pengalaman

dan proses belajar. Dengan adanya pengalaman dan proses belajar tersebut, maka

seseorang bertindak berdasarkan perasaannya. Sebuah pengalaman dan proses

seseorang sangatlah beragam dan dalam kaitannya dengan bank syariah,

masyarakat pun mempunyai sikap yang berbeda-beda. Misalnya saja, dalam

konteks keharaman bunga bank yang secara jelas dihindari oleh bank syariah,

masyarakat cenderung mengabaikan keharaman dari bunga bank itu sendiri dapat

dikarenakan proses pembelajarannya selama ini mengenai bunga bank dan riba itu

sendiri.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cokro (1999)

tentang pengaruh sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif dan perceived

behavior control terhadap intensi menabung di bank syariah didapatkan hasil

bahwa intensi pemeluk agama Islam untuk menabung di bank syariah cenderung

tinggi. Faktor yang berpengaruh paling tinggi pada intensi untuk menabung di

bank berasal dari faktor sikap dan juga PBC. Sebelum memutuskan untuk

memilih institusi perbankan, para calon nasabah biasanya memiliki tipe perbankan

yang telah dievaluasinya sebagai objek yang lebih disukai dari institusi perbankan

yang lain. Pada saat perasaan suka itu terbentuk, maka intensinya pun juga ikut

terbentuk.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

12

Dalam penelitian Taib dkk (2008) International journal of Islamic and

middle eastern finance and management dalam penelitiannya yang berjudul

Factors influencing intention to use diminishing partnership home financing,

mejelaskan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap intensi untuk terlibat dalam

diminishing partnership (DP). Diminishing partnership dalam dunia perbankan

syariah juga disebut dengan musyarakah mutanaqisa, yang didefinisikan sebagai

bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang

atau aset. Kerja sama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak

sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan

kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain.

Bentuk kerja sama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada

pihak lain (Gozali, 2010). Selain itu, didapatkan bahwa norma subyektif, ini

secara positif berkaitan dengan intensi untuk terlibat dalam DP. Norma subyektif

menjadi prediktor yang lebih baik karena memiliki koefisien nilai yang lebih

tinggi. Karena DP merupakan produk keuangan yang “bebas bunga” dan

keberadaannya sangat dipandu oleh hukum syariah, secara jelas ini telah

memberikan kontibusi terhadap norma subyektif. Pendapat yang disuarakan para

Ulama, anggota keluarga dan teman sebaya memberikan pengaruh terhadap

intensi individu untuk menggunakan DP.

Selain itu, Croy dkk (2010) dalam jurnal The role and relevance of domain

knowledge, perceptions of planning importance, and risk tolerance in predicting

savings intentions, menyebutkan bahwa PBC (perceived behavior control)

memberikan pengaruh besar terhadap intensi menabung. Hasil mengkonfirmasi

teori Ajzen yang bernama Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan sebuah

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

13

model powerful yang bisa digunakan dalam memprediksi intensi berperilaku

dalam konteks menabung.

Penelitian yang dilakukan oleh SEF UGM (2008) mengenai preferensi

mahasiswa terhadap perbankan syariah memberikan data bahwa meskipun banyak

responden yang tertarik untuk menabung di bank syariah tetapi ternyata

kebanyakan dari mereka belum memiliki rekening di sana. Sebanyak 72,6%

responden masih belum memiliki rekening di bank syariah. Sebesar 16,67% yang

sudah memiliki rekening di bank syariah. Sedangkan sebanyak 10,42% responden

berencana untuk memulai membuka rekening baru.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa masih belum

berencana membuka rekening di bank syariah. Sebagian besar dari mereka merasa

malas dan merasa bahwa tidak praktis jika harus membuka rekening baru. Selain

itu alasan lainnya yaitu karena kesulitan akses menjangkau. Memang sampai saat

ini bank syariah masih lebih sedikit jumlahnya dibanding bank konvensional. Tak

mengherankan jika masyarakat kesulitan untuk menggunakan jasa bank syariah

dan lebih memilih bank konvensional. Ada juga alasan lain yang meragukan

praktek bank syariah apakah sudah sesuai dengan syariah Islam.

Perceived behavior control erat kaitannya dengan faktor-faktor yang

dipersepsi sebagai faktor pendukung dan penghambat seseorang dalam

berperilaku. Dalam peneltian Karim dan Affif (2008) yang berjudul Islamic

banking consumer behaviour in Indonesia menjelaskan mengenai faktor-faktor

yang dipersepsikan oleh masyarkat sebagai pendukung dan penghalang mereka

untuk menggunakan jasa perbankan syariah.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

14

Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung diantaranya:

a. Mendapatkan beberapa ketenangan.

b. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam.

c. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan.

d. Keselamatan di dunia dan akhirat.

e. Keinginan untuk mendapatkan pahala.

Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat diantaranya:

a. Kurangnya Informasi tentang produk bank syariah.

b. Tidak melihat manfaat praktis dari produk.

c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus

menyesuaikan dengan aturan syariah yg ketat.

d. Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka.

e. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank

konvensional.

f. Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola

keuangan.

Faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap intensi menabung di bank

syariah yaitu faktor religiusitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

seseorang memilih bank-bank Islam terutama berdasarkan alasan agama.

Karenanya, unsur keislaman dan keagamaan memegang peranan penting dalam

menentukan bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu, yang dalam hal

ini yaitu menabung di bank syariah yang notabenenya merupakan bank Islam.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

15

Pengaruh religiusitas terhadap perilaku menabung pernah diteliti oleh

Abdullah dan Majid (2003) dalam Jurnal Ekonomi Islam yang berjudul The

influence of religiosity, income and consumption on saving behaviour. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan perilaku menabung erat kaitannya dengan religiusitas

dan signifikan berhubungan secara positif. Artinya, semakin tinggi religiusitas

seseorang, semakin tinggi pula kecenderungan seseorang untuk menabung.

Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010) mengenai The influence of

religious belief on depositor behavior in an emerging market, memberikan bukti

bahwa keyakinan agama dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan

individu dalam memilih jasa perbankan. Penelitian ini menemukan bahwa bank-

bank Islam di Pakistan menikmati tingkat pertumbuhan deposito jauh lebih besar

dari bank konvensional. Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad & Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity and the malay muslim

investors in malaysia: an analysis on some aspects of ethical investment decision,

juga memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan

terhadap perilaku investasi para investor muslim Malaysia dalam berinvestasi

secara syariah.

Kibet (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Determinants of household

saving: Case study of small holder farmers, entrepreneurs and teachers in rural

areas of Kenya, menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi tabungan rumah

tangga salah satunya yaitu penghasilan, usia dan tingkat pendidikan. Ini sesuai

dengan background faktor pada teori planned behavior dimana ketiga variabel

demografis tersebut secara tidak langsung mempengaruhi intensi.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

16

Berangkat dari latar belakang di atas, maka Peneliti tertarik untuk meneliti

pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavior control, religiusitas,

penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank syariah.

Dalam penelitian ini hanya sampai pada taraf niat untuk menabung, tidak sampai

pada perilaku menabung. Namun intensi tetap penting untuk dipahami, karena

perilaku seseorang dapat diprediksi dengan melihat intensinya.

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Perumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavior

control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi

menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan?

2. Faktor manakah yang paling mempengaruhi intensi menabung di bank syariah

pada masyarakat Tangerang Selatan?

1.2.2 Batasan masalah

1. Untuk memudahkan Peneliti dalam proses penelitian. Peneliti hanya melakukan

penelitian pada variabel sikap, norma subyektif dan perceived behavior

control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia yang diprediksi

mempengaruhi variabel intensi.

2. Subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu masyarakat Tangerang

Selatan.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

17

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif,

perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia

terhadap intensi menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan

sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan ekonomi

yang berkaitan dengan perilaku menabung.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

masukan dalam pengembangan skala pengukuran psikologi. Hasil penelitian ini

juga dapat dijadikan bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya

yang relevan.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para praktisi ekonomi syariah

khususnya perbankan syariah, mengenai faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan

untuk calon nasabahnya guna menabung di bank syariah.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

18

1.5. Sistematika Penulisan

BAB 1: Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang

penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

baik yang teoritis maupun praktis dan sistematika penelitian.

BAB 2: Kajian Teori

Dalam bab kajian teori ini akan dipaparkan mengenai sejumlah teori

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka berpikir dan

hipotesis penelitian.

BAB 3: Metodelogi Penelitian

Dalam bab metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai populasi

dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

pengumpulan data, uji validitas konstruk, prosedur pengumpulan data

dan metode analisis data.

BAB 4: Hasil Penelitian

Dalam bab empat ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis

deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.

BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi dan

saran dari hasil penelitian.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

19

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai pengertian intensi menabung di bank

syariah, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi yaitu sikap, norma subyektif

dan perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, usia,

pengertian menabung, bank syariah, fungsi bank syariah, prinsip-prinsip bank

syariah, Perbedaan bunga dan bagi hasil, kerangka berpikir dan terakhir hipotesis.

2.1 Intensi Menabung

2.1.1 Teori Intensi

Sebelum membahas mengenai intensi menabung, akan dijelaskan terlebih dahulu

teori tentang intensi berperilaku secara umum dan juga sikap, norma subyektif,

perceived behavior control yang secara teoritis mempengaruhi terwujudnya

intensi berperilaku.

Perilaku menabung seringkali sulit untuk dijelaskan dan diprediksi karena

banyak faktor yang mempengaruhinya. Sebelum perilaku itu nampak di

permukaan secara kasat mata, tentu terdapat disposisi yang mendahuinya.

Disposisi yang mendahului perilaku ini lah yang dinamakan intensi. Intensi

merupakan prediktor terbaik terhadap kemunculan perilaku dan hampir tidak

dapat dipisahkan dari tiap perilaku. Intensi merupakan pernyataan individu

tentang niatnya untuk melakukan tingkah laku. Pengukuran intensi ini sangat

berguna dalam memprediksi tingkah laku dan sudah diuji oleh beberapa ahli

sebagai prediktor terbaik pada tingkah laku yang akan dimunculkan.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

20

2.1.1.1 Pengertian Intensi

Banyak ahli yang mendefinisikan intensi, diantaranya Fishbein & Ajzen (1975)

yang mendefinisikan intensi sebagai berikut:

“Person’s location on subjective probability dimension involving arelation between himself and some action. A behavioral intension,therefore refers to a person’s subjective probability that he will performthe behavior.”

Dapat disimpulkan, bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam

dimensi probabilitas yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan

tingkah laku. Sebuah intensi berperilaku, oleh karena itu, merujuk pada

probabilitas subyektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku.

Intensi juga dapat didefinisikan sebagai maksud, pamrih, keinginan,

tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri yang dapat

dibedakan dari proses-proses psikologis, yang mencakup referensi atau kaitannya

dengan suatu objek (Chaplin, 1999). Sedangkan menurut Ajzen (2005) intensi

diartikan sebagai kecenderungan tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan

kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah suatu niat dari

individu untuk melakukan tingkah laku tertentu. Fishbein dan Ajzen menyatakan

bahwa intensi berperilaku merupakan determinan terdekat dengan perilaku yang

akan dilakukan seseorang.

Mempelajari intensi sama saja dengan mempelajari kemungkinan

seseorang dalam melakukan perilaku tertentu dan memprediksi apakah seseorang

akan melakukan tindakan tertentu atau tidak, serta seberapa besar kemungkinan

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

21

terealisasikan dalam sebuah tindakan nyata. Dapat disimpulkan juga bahwa

intensi merupakan konstruk dalam diri seseorang yang mengacu pada keinginan

untuk melakukan tingkah laku tertentu.

2.1.1.2 Spesifikasi Intensi

Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu tindakah demi mencapai tujuan

tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi

memiliki empat aspek, yaitu:

1. Perilaku (behavior), yaitu tindakan spesifik yang nantinya akan

diwujudkan.

2. Sasaran (target), yaitu obyek yang menjadi sasaran perilaku. Obyek yang

menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga

yaitu:

a. Orang / obyek tertentu (particular object),

b. Sekelompok orang/obyek (a class of object) dan

c. Orang atau obyek pada umumnya (any object).

3. Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya

suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan).

Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi dan keadaan terjadinya perilaku.

4. Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu

tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode.

Misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu),

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

22

periode tertentu (bulan tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu

yang akan datang). Berdasarkan aspek-aspek intensi dari kedua pendapat

di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu

perilaku atau tindakan, sasaran, situasi dan waktu.

2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terwujudnya Intensi

Ajzen (2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang membuat seseorang

mampu mewujudkan sebuah perilaku, terdiri atas faktor internal dan faktor

eksternal:

1. Faktor internal

Faktor internal seorang invididu dapat mempengaruhi kesuksesan

mewujudkan suatu perilaku. Beberapa faktor ini dengan mudah dimodifikasi

oleh pelatihan dan pengalaman, sementara sisanya lebih sulit untuk berubah.

a. Informasi, keterampilan dan kemampuan

Seseorang yang memiliki intensi untuk mewujudkan kemungkinan

perilaku, selain dari usaha untuk melakukannya sendiri, ia juga

membutuhkan informasi, keterampilan dan kemampuan. Kehidupan

sehari-hari banyak memberikan contoh. Mungkin kita memiliki intensi

mengajak orang lain agar memiliki satu persepsi yang sama dengan kita

mengenai pandangan politik, membantu anak untuk mengerjakan soal

matematika, atau memperbaiki perekam video yang tidak berfungsi.

Namun intensi kita gagal dalam upaya kita dikarenakan kita tidak

memiliki keterampilan verbal dan sosial yang diperlukan, pengetahuan

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

23

matematika, atau keterampilan mekanis. Kekurangan informasi,

keterampilan dan kemampuan seperti inilah yang akhirnya menggagalkan

terwujudnya intensi.

b. Emosi dan Kompulsi

Kurangnya keterampilan, kemampuan dan informasi dapat menghasilkan

masalah kontrol perilaku. Namun biasanya diasumsikan bahwa secara

prinsip masalah ini dapat diatasi. Sebaliknya, beberapa jenis perilaku

memiliki kekuatan yang tampaknya sebagian besar di luar kendali kita.

Orang kadang terlihat tidak dapat berhenti berfikir atau bermimpi tentang

peristiwa tertentu, berhenti berbicara, gagap, atau berhenti mencentang

pada daftar lis. Perilaku kompulsif ini dilakukan meskipun intensi dan

usaha terpadu dilakukan untuk melakukan perilaku yang sebaliknya.

Perilaku emosional terlihat memiliki karakteristik yang sama. Individu

sering tidak dapat bertanggungjawab atas terjadinya perilaku yang terjadi

di bawah tekanan atau dalam keadaan emosi yang kuat. Kontrol perilaku

yang lemah pada seseorang sering disebut dengan keadaan “dikuasai oleh

emosi”. Tindakan kekerasan dan buruknya sebuah kinerja diasumsikan

terjadi dalam kondisi seperti itu dan tampaknya tidak banyak yang dapat

dilakukan untuk mengubah hal itu.

Kesimpulannya, berbagai faktor internal dapat mempengaruhi kesuksesan

perwujudan perilaku jika memiliki intensi atau pencapain tujuan yang diinginkan.

Mungkin cukup mudah untuk mendapatkan kontrol atas beberapa faktor, seperti

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

24

informasi, kemampuan dan keterampilan. Namun faktor lain seperti emosi yang

intensif, stres atau kompulsi lebih sulit untuk dinetralisir.

2. Faktor Eksternal

Kontrol seseorang atas pencapaian tujuan perilaku juga dipengaruhi oleh situasi

atau faktor lingkungan di luar individu. Faktor eksternal ini menentukan faktor

mana yang ada di lingkungan yang memfasilitasi atau menggangu perwujudan

sebuah perilaku.

a. Kesempatan

Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk menghargai pentingnya faktor

kebetulan atau peluang untuk keberhasilan dalam eksekusi sebuah perilaku

yang berintensi. Sebuah intensi untuk menonton bioskop tidak dapat

menjadi perilaku jika tiket terjual habis pada malam sebelumnya atau jika

seseorang mengalami kecelakaan serius dalam perjalanan menuju biskop.

Kurangnya kesempatan dapat mengurangi usaha untuk mewujudkan suatu

perilaku. Di sini seseorang berusaha untuk mewujudkan intensi namun

gagal karena keadaan sekitar menghalanginya. Walaupun intensi langsung

akan terpengaruh, keinginan dasar untuk melakukan sebuah perilaku tidak

harus diubah. Lingkungan menghambat perilaku untuk mewujudkan

perilaku dan akan memaksa untuk merubah rencana, namun tidak selalu

dapat merubah intensi seseorang. Karena ada kemungkinan orang yang

dihambat ini akan mencobanya lagi di lain waktu.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

25

b. Ketergantungan Pada yang Lain

Setiap kali perwujudan perilaku tergantung pada tindakan orang lain, ada

potensi kontrol yang tidak lengkap terhadap perilaku atau tujuan. Sebuah

contoh yang baik mengenai ketergantungan perilaku misalnya kasus kerja

sama. Seseorang akan bisa bekerjasama dengan orang lain hanya jika

orang yang diajak tersebut juga berkeinginan untuk bekerjasama.

Seperti waktu dan kesempatan, ketidakmampuan untuk berperilaku

sesuai dengan intensi dapat disebabkan oleh ketergantungan pada

kebutuhan seseorang tidak mempengaruhi intensi dari motivasi. Sering

kali, seseorang yang menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan

ketergantungan interpersonal dapat membentuk perilaku yang diinginkan

dalam kerjasama dengan partner yang berbeda. Namun, bagaimanapun, hal

ini tidak dapat terus menerus menjadi penyebab sebuah tindakan.

Singkatnya, kekurangan kesempatan dan ketergantungan pada orang lain

hanya membawa pada perubahan yang sementara pada intensi. Ketika

lingkungan menolak terwujudnya sebuah perilaku, seseorang akan

menunggu untuk kesempatan yang lebih baik.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

26

2.1.1.4 Teori yang Membahas Mengenai Intensi

2.1.1.4.1 Teori Planned Behavior

Awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) mengkaji hubungan antara intensi dan

perilaku dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Berdasarkan

teori ini, suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku dan tingkah laku

ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma

subyektif yang merefleksikan pengaruh sosial. Namun setelah dikaji selama

beberapa tahun, Ajzen menemukan bahwa TRA hanya berlaku bagi tingkah laku

yang berada di bawah control penuh individu dan tidak bisa atau tidak sesuai

untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah control individu.

Ajzen berpendapat bahwa ada faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat

realisasi intensi ke dalam tingkah laku.

Dari analisis itulah kemudian Ajzen memberikan teori penyempurna dari

Theory of Reasoned Action yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). Ajzen

mengajukan TPB sebagai alat prediktor perilaku ketika individu tidak memiliki

kontrol kemauan sendiri secara penuh. Dengan demikian, TPB memperhitungkan

bahwa tidak semua perilaku berada di bawah kontrol kemauan individu itu sendiri

dan bahwa perilaku berada di sepanjang kontinum yang meregang dari titik

kontrol penuh sampai tidak ada kontrol sama sekali. Individu dikatakan memiliki

kontrol penuh ketika tidak ada halangan jenis apapun dalam mengadopsi suatu

perilaku yang kurang memiliki kesempatan-kesempatan, seperti sumber daya atau

keahlian yang memadai.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

27

Perbedaan antara TRA dengan TPB terletak pada penambahan determinan

ketiga dari behavioral intention yaitu perceived behavior control (PBC). Niat

individual untuk membentuk suatu perilaku terhadap suatu objek merupakan suatu

kombinasi sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilakunya. Sikap

individual terhadap perilaku termasuk keyakinan perilaku (behavioral belief) dan

evaluasi terhadap konsekuensinya (evaluation of consequences).

Sikap di sini merupakan keyakian positif atau negatif tentang melakukan

suatu perilaku tertentu. Di lain pihak, seorang individu akan bermaksud

melakukan suatu perilaku tertentu ketika ia mengevaluasinya sebagai hal yang

positif. Oleh karena itu, sikap ditentukan oleh bobot keyakinan individual tentang

konsekuensi melakukan perilaku (keyakinan perilaku) serta oleh evaluasinya

terhadap konsekuensi itu (evaluasi hasil atau akibat).

Menurut Ajzen (2005), sikap memiliki suatu efek langsung pada

behavioral intention serta terkait dengan norma subyektif dan PBC. Dalam norma

subyektif individu terdapat keyakinan normatif (normative belief) dan motivasi

untuk mematuhi saran dari orang lain (motivation to comply others’ suggestion).

Dalam TPB ada satu faktor tambahan yang mempengaruhi intensi, yaitu

perceived behavior control (PBC). PBC menjelaskan tentang control belief, yaitu

keyakinan tentang adanya faktor yang bisa memfasilitasi atau menghambat suatu

perilaku. PBC ini juga mempengaruhi perilaku secara tidak langsung (lihat

gambar 2.1, garis putus-putus PBC terhadap perilaku). Secara umum teori ini

dapat digambarkan seperti dalam gambar model berikut:

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

28

GAMBAR 2.1

THEORY of PLANNED BEHAVIOR

Sumber: Ajzen (2005)

Persepsi ini dapat merefleksikan pengalaman masa lampau, antisipasi

keadaan di masa yang akan datang dan sikap terhadap norma yang berpengaruh

yang mengelilingi individu. Faktor kontrol di sini termasuk faktor internal dan

eksternal. Faktor internal seperti keahlian, kemampuan, informasi, emosi dan lain-

lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor situasi atau faktor lingkungan.

Sebagai contoh dalam hal perilaku untuk berenang. Seseorang bisa saja memiliki

sikap yang positif dan persepsi bahwa orang-orang disekitranya akan sangat

mendukung tindakannya untuk bisa berenang atau bahkan ia sudah berkeinginan

untuk berenang, namun ia tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh

faktor perasaan takut tenggelam dan tidak mampu untuk melakukannya atau

kakinya akan terasa keram jika ia nanti berenang dan faktor dari dalam ataupun

dari luar lainnya.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

29

Kontrol perilaku yang dipersepsi (PBC) mengindikasikan bahwa motivasi

seseorang dipengaruhi oleh persepsi seberapa sulitnya perilaku itu dapat

dilakukan, sebagaimana persepsi seberapa sukses yang dapat dilakukan seseorang

dalam suatu aktivitas. Bila seseorang memiliki keyakinan kontrol tentang adanya

faktor-faktor yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka kontrol yang

dipersepsinya akan tinggi terhadap suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang akan

mempunyai suatu persepsi kontrol yang rendah bila ia mempunyai keyakinan

kontrol yang kuat tentang rintangan dalam mewujudkan perilaku tersebut.

a. Hal-hal yang Mendahului Attitudes Toward the Behavior (Sikap

Terhadap Perilaku)

Teori planned behavior menunjukkan bahwa bagaimana seseorang mengevaluasi

setiap objek cukup dari keyakinannya saja tentang objek tersebut. Sikap terhadap

perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari

perilaku, yang disebut behavioral belief. Setiap behavioral belief terhubungkan

dengan perilaku terhadap suatu hasil tertentu, atau terhadap atribut lainnya seperti

biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan pada saat menampilkan sebuah

perilaku. Sebagai contoh, seseorang dapat mempercayai bahwa “menjalani diet

rendah sodium” (perilakunya), “mengurangi tekanan darah”, “menyebabkan

perubahan pada gaya hidup”, “sangat membatasi berbagai makanan yang telah

disetujui sebelumnya” dan sebagainya (hasil). Sikap terhadap perilaku ditentukan

oleh evaluasi seseorang terhadap hasil yang berkaitan dengan perilaku dan oleh

kekuatan asosiasi tersebut.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

30

Evaluasi setiap hasil penting yang memberikan kontribusi terhadap sikap

secara proporsional terhadap kemungkinan subyektif seseorang bahwa perilaku

tersebut akan memberikan hasil yang dimaksud. Dengan mengalikan kekuatan

belief dan evaluasi hasil, serta rangkuman produk-produk yang dihasilkan,

diperoleh sebuah perkiraan mengenai sikap terhadap perilaku dan perkiraan ini

berdasarkan pada belief yang diperoleh seseorang tentang perilaku tersebut.

Model nilai yang diharapkan ini dideskripsikan secara simbolis dengan

rumus berikut:

AB = Σ biei

Berdasarkan rumus di atas, AB merupakan simbol dari sikap terhadap

perilaku (attitude toward behavior); bi merupakan simbol dari behavioral belief

(kemungkinan subyektif) yang akan melakukan tindakan B dan akan

menyebabkan hasil i; ei merupakan simbol dari evaluasi hasil i; dan jumlah yang

melebihi jumlah keyakinan perilaku diakses pada saat itu juga. Dapat

diinterpretasikan bahwa, orang yang percaya melakukan suatu perilaku tertentu

akan menyebabkan hasil tertentu dan sebagian besar hasil tertentu tersebut

dievaluasi sebagai hasil yang positif bagi dirinya maka ia akan memiliki sikap

yang baik terhadap perilaku tersebut. Sementara orang yang percaya bahwa

melakukan perilaku tersebut sebagian besar akan membawa hasil negatif

cenderung memiliki sikap yang kurang baik.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

31

b. Hal-hal yang Mendahului Subjective Norms (Norma subyektif)

Subjective norms, sebagai penentu utama intensi yang berada di posisi kedua

dalam teori planned behavior, juga diasumsikan sebagai fungsi dari belief,

namun belief dari jenis yang berbeda, yaitu belief seseorang bahwa individu atau

kelompok tertentu menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku; atau

bahwa kelompok sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam

dalam perilaku tertentu tersebut. Untuk banyak perilaku, acuan penting yang

biasanya ada ialah orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja dan tergantung

pula pada perilaku yang terlibat, mungkin para pakar seperti dokter atau akuntan

pajak.

Kepercayaan yang mendasari norma subyektif disebut normative belief.

Umumnya, seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka

harus patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang

bahwa hal tesebut menjadi tekanan secara sosial dan sebagai keharusan bagi

dirinya untuk melakukan perilaku tersebut. Sebaliknya, orang yang percaya

bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya dan ia patuhi akan tidak setuju

dengan perwujudan perilaku dirinya, akan memiliki norma subyektif yang

menekan mereka untuk menghindari perwujudan dari perilaku tersebut.

Hubungan antara kepercayaan normatif dan norma subyektif

dideskripsikan secara simbolis dalam rumus berikut:

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

32

SN = Σ nimi

Di sini SN merupakan simbol dari subjective norm; ni merupakan simbol

dari normative belief tentang acuan i; mi merupakan simbol dari motivation to

comply yaitu motivasi seseorang untuk patuh pada acuan i; dan jumlahnya

merupakan jumlah kepercayaan normatif yang dapat diikur. Dengan kata lain,

orang yang percaya bahwa individu atau kelompok yang cukup berpengaruh

terhadapnya akan mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal

ini menyebabkan ia menjadi terdorong untuk melakukannya. Sebaliknya, jika ia

percaya individu atau kelompok yang cukup berpengaruh terhadap dirinya tidak

mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal ini membuat

dirinya untuk tidak melakukan tingkah laku tersebut.

Subjective norm (norma subyektif) dapat dinilai secara langsung dengan

meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa

kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka

melakukan perilaku tertentu

c. Hal-hal yang Mendahului Perceived Behavior Control (Persepsi Kontrol

Perilaku)

Prediktor utama yang terakhir di dalam teori planned behavior, perceived

behavior control atau persepsi kontrol perilaku, yang juga dianggap fungsi dari

belief. Belief dalam PBC ini yaitu tentang ada atau tidak adanya faktor yang

memfasilitasi atau menghalangi terwujudnya sebuah perilaku. Belief ini dapat

berdasarkan pada bagian pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

33

perilaku. Namun mereka biasanya juga dipengaruhi oleh informasi dari orang

kedua tentang perilaku dengan mengobservasi pengalaman dari rekan-rekan dan

teman dan oleh faktor lainnya yang meningkatkan atau menurunkan persepsi

tentang kesulitan dalam mewujudan perilaku tertentu.

Semakin banyak sumber yang dibutuhkan dan kesempatan yang dianggap

telah ia miliki dan lebih sedikit penghalang atau penghambat yang mereka

antisipasi, semakin besar kontrol yang mereka persepsi atas perilaku. Behavioral

belief dianggap menentukan sikap, normative belief dipandang sebagai

menentukan norma subyektif dan control belief dapat dianggap sebagai penentu

dari PBC. Jika seseorang memiliki control belief yang kuat mengenai faktor-

faktor yang ada akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut

memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku.

Namun sebaliknya, seseorang akan memiliki persepsi yang rendah dalam

mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control belief yang kuat mengenai

faktor-faktor yang menghambat perilaku.

Untuk memperoleh pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat

dilakukan dengan bertanya pada seseorang apakah mereka percaya bahwa

melakukannya di bawah kontrol dirinya dan seterusnya. Persepsi kontrol perilaku

dapat diukur dengan rumus berikut ini:

PBC = Σcipi

Dalam rumus ini, ci merupakan simbol dari control belief yang diberikan

oleh faktor i; pi merupalan kuatnya faktor i untuk menfasilitasi atau menghambat

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

34

terjadinya perilaku; dan hasilnya dapat dilihat dari jumlah control belief yang

dapat diukur. Dengan kata lain, orang yang memiliki control belief yang kuat

mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi perilaku tertentu, maka

orang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu

perilaku. Sebaliknya, orang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam

mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control belief yang kuat mengenai

faktor-faktor yang menghambat perilaku.

Pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat dilakukan dengan

menanyakan pada seseorang apakah mereka percaya bahwa mereka mampu

mewujudkan perilaku tertentu, apakah mereka percaya bahwa melakukannya

benar-benar di bawah kontrol mereka dan seterusnya.

Proses seseorang tiba pada niat mereka merupakan pendekatan beralasan

untuk penjelasan dan prediksi perilaku sosial dalam arti bahwa niat berperilaku

seseorang diasumsikan mengikuti keyakinan mereka tentang mewujudkan sebuah

perilaku. Perilaku seseorang diasumsikan berasal dari kepercayaan mereka tentang

mewujudkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan ini bisa jadi tidak akurat, bias

atau bahkan tidak masuk akal. Bagaimanapun, sekali saja satu set kepercayaan

terbentuk ia akan menyediakan pondasi kognitif dimana sikap, norma subyektif

dan persepsi kontrol perilaku, terutama intensi dan perilaku dianggap mengikuti

alasan dan model tetap. Bagaimanapun, hal ini tidak dapat dikatakan bahwa

seseorang dengan sadar melihat kembali setiap langkah dan setiap kali mereka

terlibat dalam sebuah perilaku. Sekali terbentuk sikap, norma, persepsi kontrol

perilaku dan intensi akan menjadi sangat mudah diakses dan siap sedia untuk

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

35

memandu terwujudnya sebuah perilaku. Itulah, mengapa seseorang tidak harus

melihat kembali perilaku mereka, norma dan control belief agar konstruk ini

menjadi aktif.

2.1.1.5 Background Faktor Intensi

Menurut teori planned behavior, selain faktor-faktor utama yaitu sikap, norma

subyektif dan PBC, banyak variabel yang mungkin berhubungan atau

mempengaruhi kepercayaan yang seseorang seperti; umur, jenis kelamin, etnis,

status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, keanggotaan, kepribadian,

suasana hati, emosi, sikap dan nilai secara umum, inteligensi, anggota kelompok

tertentu, pengalaman masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial, kemampuan

coping dan lainnya.

Jelas bahwa seseorang yang tumbuh dalam lingkungan sosial yang

berbeda dapat memiliki informasi yang berbeda tentang isu-isu yang berbeda.

Informasi menyediakan dasar bagi kepercayaan mereka tentang konsekuensi

sebuah perilaku, pengharapan normatif, pentingnya seseorang dan penghalang

yang dapat mencegah mereka dalam mewujudkan perilaku. Laki-laki dapat

memiliki pengalaman yang berbeda daripada pengalaman wanita, orang yang

lebih tua mendapatkan informasi yang berbeda dari informasi orang yang lebih

muda dan suasana hati yang bersifat sementara dapat mempengaruhi cara

seseorang mempersepsikan sesuatu. Semua faktor ini dapat mempengaruhi

perilaku, normatif dan kontrol kepercayaan. Sebagai hasilnya, akan

mempengaruhi intensi dan tindakan.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

36

Pada gambar 2.2 faktor-faktor yang melatarbelakangi ini dibagi ke dalam

kategori personal, sosial dan informasional. Teori planned behavior mengenali

potensi yang penting ini sebagai faktor yang melatarbelakanginya. Mengingat

banyaknya jumlah potensi yang sesuai dengan faktor yang melatarbelakangi, sulit

untuk mengetahui mana yang harus dipertimbangkan tanpa seleksi teori yang

dapat menuntun dalam area perilaku yang diamati. Teori seperti ini bukan

merupakan bagian dari model teori planned behavior, namun hanya sebagai

pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam tentang determinan tingkah laku

manusia. Dengan demikian memperdalam pemahaman tentang penentu perilaku.

Di bawah ini mengenai kerangka teori planned behavior:

GAMBAR 2.2

BACKGROUND FAKTOR PADA THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

membeli

BACKGROUNDFACTORS

PERSONAL

General Attitudes

Personality traits

Values

Emotions

Intelligence

SOCIAL

Age, Gender, Race,Ethnicity,education, income,religion

INFORMATION

Experience

Knowledge

Media exposure

Behavioralbelief

Attitudetoward thebehavior

NormativeBelief

Subjectivenorm

NormativeBelief

Subjectivenorm

Controlbelief

PerceivedBehavioralControl

Intention Behavior

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

37

2.1.2 Perilaku Menabung

2.1.2.1 Pengertian dan Penjelasan Menabung

Keynes (dalam Felix, 1995) mendefinisikan menabung sebagai berikut:

“Excess of income over consumption expenditure in a period or as thedifference in net worth at the end of period and the net worth at thebeginning of the period.”

Dapat diambil pengertian bahwa menabung adalah kelebihan dari

penghasilan yang melebihi pengeluaran konsumsi dalam suatu periode tertentu,

atau sebagai selisih antara kekayaan bersih pada akhir periode dan kekayaan

bersih pada awal periode.

Warneryd (1999) juga memberikan pengertian tentang menabung:

“Saving meant as a rule that some consumption was postponed asafeguard future living.”

Tabungan dimaksudkan sebagai suatu pengaturan dimana suatu konsumsi ditunda

demi keamanan di kehidupan mendatang.

Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia no.

22/133/UPG/1989 (dalam Sudaryana, 2007) yaitu tabungan adalah simpanan

pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan

syarat:

a) Mendatangi bank atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut.

b) Penarikan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah

pembayaran lain yang sejenis.

c) Tabungan yang diselenggarakan bank dalam bentuk rupiah.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

38

Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa orang yang menabung

memiliki hak untuk memperoleh kembali tabungannya dengan syarat tertentu.

Keyness (dalam Felix, 1995) memberikan rumusan total income atau

penghasilan adalah jumlah dari konsumsi dan tabungan, atau diformulasikan

sebagai Y = C + S. Dalam hal ini Y merupakan simbol dari penghasilan, C

merupakan simbol dari konsumsi, sedangkan S merupakan simbol dari saving

atau tabungan. Jika rumusan itu diubah untuk mendapatkan pengertian saving atau

tabungan, maka formulasinya akan menjadi S = Y – C. Jika dibahasakan dalam

bentuk kalimat maka tabungan dapat didefinisikan sebagai hasil dari penghasilan

yang telah dikurangi konsumsi. Contohnya, seseorang dengan penghasilan

Rp5.000.000 per bulan dan pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi tiap

bulan yaitu Rp3.000.000, maka asumsinya sisa uang yang ada yaitu Rp2.000.000

akan menjadi tabungannya.

Secara logika, tabungan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat

penghasilannya. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tabungan

yang dimiliki. Semakin tinggi penghasilan maka porsi uang yang akan ditabung

menjadi semakin besar dan berarti kebutuhan akan menabung menjadi semakin

tinggi pula.

Kegiatan menabung menyangkut dua permasalahan pokok yaitu:

a. Masalah kemampuan untuk menabung, yang ditentukan oleh selisih lebih

antara penghasilan yang diterima dengan pengeluaran yang dilakukan.

b. Masalah kesediaan untuk menabung, karena setiap orang pada umumnya

mempunyai kecenderungan menggunakan seluruh penghasilan untuk

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

39

memenuhi kebutuhan pada saat ini yang biasanya bersifat konsumtif

(Hakim, 2008).

Pengertian menabung pada penelitian ini lebih menitikberatkan pada

menabungkan uang, menyisihkan uang yang diterima untuk disimpan dan

digunakan untuk kepentingan yang akan datang.

2.1.3. Intensi Menabung

2.1.3.1 Definisi Intensi Menabung

Setelah membahas mengenai teori intensi dan menabung, Peneliti menarik sebuah

kesimpulan bahwa intensi menabung dapat didefinisikan sebagai suatu niat yang

kuat dari individu untuk menyimpan uang dan menanam modalnya di bank yang

sifatnya produktif guna memenuhi kebutuhan di masa mendatang.

Teori-teori yang membahas mengenai intensi secara umum telah dijabarkan

pada BAB sebelumnya, yaitu teori intensi yang dikemukakan oleh Fishbein dan

Ajzen. Intensi merupakan sebuah perilaku dalam konteks umum bisa

menggunakan pembahasan intensi yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Akan tetapi setelah Peneliti melakukan studi literatur, terdapat beberapa jurnal

psikologi ekonomi yang membahas mengenai intensi menabung secara khusus.

Perilaku menabung dan intensi menabung merupakan salah satu kajian dari

perilaku konsumen.

2.1.3.2 Model Teori Intensi Menabung Menurut Rabinovich & Paul

Robinovich & Paul (2006) dalam jurnal psikologi ekonomi menjelaskan

konsep tentang intensi menabung dan faktor psikologis yang mempengaruhi

intensi menabung. Secara umum dengan memahami intensi seseorang untuk

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

40

menabung, maka dapat dilakukan prediksi bahwa seseorang tersebut akan

melakukan suatu perilaku berupa menabung di masa yang akan datang.

Rabinovich & Paul (2006) memberikan konsep mengenai intensi

menabung dengan beberapa faktor psikologis yaitu time horizon, expenditure

control techniques dan perceived easiness of expenditure control. Penjelasan

mengenai faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

1. Time Horizon

Time horizon mengacu kepada panjang periode waktu yang diperhitungkan

dalam proses perencanaan pengeluaran tabungan. Variabel ini telah terbukti

menjadi salah satu variabel yang paling kuat mempengaruhi perilaku

menabung. Time horizon mengacu pada satu titik waktu tertentu di masa yang

akan datang dimana suatu proses akan dievaluasi. Dalam manajemen

akunting, finansial dan resiko, diperlukan sebuah penetapan horizon waktu

tertentu sedemikian hingga diperoleh alternatif yang dapat dilaksanakan pada

periode waktu yang dimaksud. Time horizon yang paling umum digunakan

yaitu triwulan, kuartal, satu sampai lima tahun, bahkan lebih dari 10 tahun.

Dalam hal ini, isu yang mendasar yaitu seberapa besar pengaruh data masa

yang akan datang terhadap keputusan saat ini. (Chand dkk dalam Lucy, 2008).

2. Expenditure Control Techniques

Elster (dalam Robonovich & Paul, 2006) memberi gagasan bahwa

penggunaan teknik tertentu dapat meningkatkan sumber daya dari kontrol diri

dan meningkatkan kemungkinan menabung. Salah satu teknik utama yang

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

41

dijelaskan yaitu pra-komitmen, dimana pra-komitmen merupakan pengaturan

yang memberikan pertahanan terhadap impuls masa depan. Konsep

expenditure control techniques dan pengendalian diri dihubungkan melalui

dua perspektif teoritis yaitu akuntansi mental (Shefrin & Thaler, 1992;

Robonovich & Paul, 2006) dan niat pelaksanaan (Gollwitzer & Brandstatter,

1993; Robonovich & Paul, 2006). Menurut kerangka akuntansi mental,

teknik tertentu seperti mentransfer uang kepada rekening terpisah (atau

mentransfer ke mata uang yang berbeda) memfasilitasi pelabelan uang

sebagai sumber terpisah yang berbeda dari penghasilan lainnya. Mental

perhitungan yang berbeda memiliki kecenderungan yang berbeda untuk

menghabiskan, sehingga uang yang dicap sebagai tabungan melalui transfer

ke bentuk yang berbeda cenderung akan dikeluarkan. Akibatnya, ketika

tabungan ditransfer ke rekening mental yang spesifik, kurangnya sumberdaya

pengendalian diri yang diperlukan untuk menahan diri dari pengeluarannya

memunculkan kecenderungan untuk menghabiskan uang yang lebih rendah

(Robonovich & Paul, 2006).

3. Perceived Easiness of Expenditure Control

Persepsi kemudahan kontrol pengeluaran ini berkaitan dengan konsep kontrol

perilaku yang dipersepsi (PBC) dalam theory of planned behavior. Rabinovich

memiliki pemikiran bahwa PBC tidak selalu adekuat dalam hal tabungan dan

dengan demikian faktor lain yang mengendalikan perilaku yang sebenarnya

dapat mengganggu (misalnya teknik penggunaan). Pentingnya persepsi

kemudahan dalam pengeluaran terhadap perilaku ini pertama kali ditunjukkan

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

42

oleh Wa¨rneryd (1998, dalam Robonovich & Paul, 2006) dan kemudian

direplikasi oleh Webley & Viner (2000, dalam Robonovich & Paul, 2006).

Dalam kedua studi, variabel ini dimasukkan dalam model yang optimal untuk

memprediksi perilaku menabung. Variabel ini kini diterima secara luas

sebagai prediktor dalam perilaku menabung (Nyhus, 2002; Robonovich &

Paul, 2006).

2.1.3.3 Model Teori Intensi Menabung Menurut Croy dkk

Croy dkk (2010) dalam jurnal psikologi ekonomi memberikan konsep tentang

intensi menabung. Faktor sikap, norma subyektif dan PBC, pengetahuan, persepsi

tentang pentingnnya perencanaan dan toleransi terhadap resiko dianggap

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensi menabung. Konsep

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

GAMBAR 2.3

KERANGKA MODEL TEORI INTENSI MENABUNG MENURUTCROY DKK

Sumber: Croy dkk (2010)

PI

PP

PBC

Int

SNAtt

RT

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

43

Dapat dilihat hubungan antara planning importance (PI) mempengaruhi

planning preparedness (PP), PI dan PP melatar belakangi PBC terbentuk. Dalam

hal ini, ketika seseorang memiliki persepsi bahwa sebuah perencanaan keuangan

merupakan hal yang penting, maka individu tersebut akan membuat suatu rincian

perencanaan yang akhirnya individu akan memiliki control belief yang kuat

mengenai faktor-faktor yang akan memfasilitasi perilakunya. Selain itu, PI dan PP

ini akan mempengaruhi Risk Tolerance (RT), yaitu tingkat ketidakpastian yang

investor dapat tangani dalam hal perubahan negatif dalam nilai asetnya dan RT ini

pada akhirnya memberi pengaruh langsung terhadap Intensi menabung.

Kesimpulannya sikap, norma subyektif, PBC dan Risk tolerance memberi

pengaruh secara langsung terhadap intensi.

Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa TPB menjadi model teori yang

kuat yang dapat digunakan untuk memprediksi niat untuk berperilaku dalam

konteks menabung. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, jenis

kelamin, usia dan penghasilan, persepsi mengenai pentingnya perencanaan

memprediksi kesiapan perencanaan yang pada gilirannya memprediksi PBC dan

niat.

2.1.3.4 Model Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd

Habit (kebiasaan) dan sikap terkadang diperlakukan sebagai dua hal yang setara,

tetapi biasanya perbedaan juga dijelaskan. Kebiasaan dianggap sebagai rutinitas

yang dipelajari melalui penghargaan, pengalaman sebelumnya dan dianggap

memiliki kekuatan prediktif. Konsep yang berlaku kurang lebih sama, yaitu

bahwa orang cenderung berperilaku pada situasi yang baru menurut cara mereka

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

44

berperilaku pada waktu sebelumnya dalam situasi yang sama. Sebuah pernyataan

populer "perilaku di masa lalu merupakan prediktor terbaik dari perilaku di masa

depan" (Ajzen, 1991; Warneryd, 1999). Tampaknya ini berlaku baik untuk

kebiasaan dan kepribadian dengan pengecualian bahwa situasi dapat berubah dan

seluruh situasi menjadi radikal baru.

Ajzen (1991, dalam Warneryd, 1999) menolak argumen bahwa kebiasaan

hanya diwakili perilaku di masa lalu dan harus dipertimbangkan dalam model. Ia

berpendapat bahwa residu dari perilaku masa lalu sudah dalam model dan

kebiasaan (habits) juga tergantung pada hal-hal lain dari sekedar perilaku di masa

lalu. Namun Ia juga tidak menolak sepenuhnya bahwa perilaku masa lalu dapat

bermanfaat dalam model.

Banyak studi telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang memiliki sikap

yang positif terhadap perilaku menabung (Lea dkk, 1987; Warneryd, 1999).

Norma subyektif untuk menabung atau tidak menabung menjadi kuat dan

mereka dapat berubah dari waktu ke waktu. Dalam penelitian di beberapa negara,

sebuah kelompok terkadang menjadi pendorong seseorang untuk melakukan

perilaku seperti menabung. Dorongan dari kelompok ini lebih menitikberatkan

pada alasan keuangan dan usaha pencegahan. Dengan kata lain, kelompok yang

dianggap penting bisa mendorong individu untuk menabung, yang bertujuan

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang. PBC dalam konteks

menabung sama saja dengan situasi keuangan individu. Setidaknya untuk

beberapa rumah tangga ada cukup banyak variasi dalam model komponen.

Persepsi terhadap perubahan situasi keuangan merupakan faktor penentu penting

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

45

dari perilaku menabung. Berikut gambar mengenai konsep intensi menabung yang

dicetuskan oleh Warneryd (1999):

GAMBAR 2.4

MODEL TEORI INTENSI MENABUNG WARNERYD YANGTERINSPIRASI OLEH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR MILIK AJZEN

Sumber: Warneryd (1999)

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, Peneliti menyimpulkan

beberapa faktor yang mempengaruhi intensi menabung yaitu sikap, norma

subyektif dan perceived behavior control. Selain itu intensi menabung merupakan

SavingAttitudes

Past Saving

Subjectivenorms

PerceivedBehavior Control

Intention tosave

SavingBehavior

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

46

kajian dari perilaku menabung dan dalam proses menabung juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor lain seperti penghasilan, pendidikan dan usia.

Hal lain yang perlu dicermati bahwa bank syariah merupakan bank yang

melaksanakan kaidah keislaman dalam sistemnya. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pelanggan memilih bank Islam terutama berdasarkan alasan

agama. Unsur keislaman dan keagamaan memegang peranan penting dalam

menentukan bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu, yang dalam hal

ini menabung di bank syariah sebagai bank Islam. Unsur keagamaan atau

religiusitas akan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh individu. Atas

pertimbangan tersebut Peneliti mengambil faktor religiusitas sebagai faktor yang

dianggap juga mempengaruhi intensi menabung di bank syariah.

2.2.1 Sikap

2.2.1.1 Pengertian Sikap

Fishbein & Ajzen (1975) mengatakan bahwa intensi seringkali nampak seperti

“komponen konatif dari sikap” dan biasanya juga diasumsikan bahwa komponen

konatif ini berhubungan dengan komponen afektif dari sikap. Konsep ini memberi

keterangan kuat bahwa sikap dan intensi merupakan dua konstruk yang saling

berkaitan erat.

Allport (dalam Oskamp & Schultz, 2004) menyatakan konsep sikap

membantu untuk menjelaskan konsistensi perilaku seseorang. Thurstone (dalam

Oskamp & Schultz, 2004) mendefiniskan sikap sebagai “afeksi atau perasaan

terhadap sebuah rangsangan”. Sikap didefiniskan sebagai suatu penilaian kognitif

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

47

seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya

cenderung ke arah berbagai objek atau ide.

Sikap dapat pula diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk melakukan

suatu tindakan atau aktivitas. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula

sebaliknya, keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan perilaku

konsumen, sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu

produk, merek dan pelayanan.

Terdapat beberapa sudut pandang teoritis utama mengenai sifat penting

dari sikap. Konsep yang paling lumrah yaitu konsep mengenai Tri-componential

viewpoint. Konsep ini memberi penjelasan bahwa sikap merupakan satu kesatuan

namun memiliki tiga aspek atau komponen yaitu komponen afektif, kognitif dan

perilaku. Sebagai contoh, sikap seseorang tentang mengendarai sepeda motor.

Komponen afektif (emosi). Hal ini ini mengacu pada perasaan dan emosi yang

dimiliki seseorang terhadap objek. Misalnya saja, “mengendarai sepeda motor itu

menyenangkan”, “mengendarai sepeda motor sangat menggairahkan”. Komponen

kognitif, yang terdiri dari ide-ide dan keyakinan seseorang miliki terhadap objek

sikap. Sebagai contoh, “sepeda motor merupakan kendaraan yang cepat”,

“mengendarai sepeda motor lebih hemat bensin daripada mengendarai mobil”.

Komponen perilaku, yang terdiri dari kecenderungan tindakan seseorang terhadap

objek. Misalnya, “saya naik sepeda motor setiap kesempatan yang saya

dapatkan.”, “jika saya punya uang, saya akan membeli sepeda motor.” (Oskamp

& Schultz, 2004).

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

48

Perilaku juga amat terpengaruh oleh sikap terhadap merek atau terhadap

produk yang ada. Dalam Engel dkk (1995) sikap didefinisikan secara singkat

sebagai evaluasi secara menyeluruh dari alternatif-alternatif, yang memiliki

rentangan dari positif ke negatif. Sekali saja terbentuk, sikap memainkan peranan

langsung pada pilihan selanjutnya dan sulit untuk dirubah.

Loudon & Bitta (1993) menyebutkan tiga definisi diantara lebih dari 100

definisi sikap yang ada. Definisi yang pertama, sikap adalah bagaimana positif

atau negatif, favorable atau unfavorable, atau pro atau kontranya perasaan

seseorang terhadap sebuah objek. Definisi ini menunjukkan sikap sebagai

perasaan atau reaksi evaluatif pada sebuah objek. Definisi kedua mewakili

pemikiran Allport (dalam Loudon & Bitta,1993), yang memandang sikap sebagai

predeposisi yang dipelajari untuk merespon sebuah objek atau kelas objek dalam

cara favorable atau unfavorable secara konsisten. Definisi sikap yang ketiga

dipopulerkan oleh psikolog sosial yang berorientasi secara kognitif yaitu: “ sebuah

ketahanan dari gabungan motivasi, emosi, perseptual dan proses kognitif yang

berkaitan pada beberapa aspek dalam dunia seorang individu. Pandangan sikap

seperti ini terbuat dari tiga komponen: (1) komponen kognitif, atau pengetahuan,

(2) komponen afektif, atau emosi dan (3) komponen konatif atau kecenderungan

perilaku.

Dari tiga pengertian di atas disimpulkan bahwa sikap adalah keseluruhan

evaluasi baik negatif maupun positif terhadap suatu objek, orang, kejadian dan

aktifitas yang dilakukan serta mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif

seseorang.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

49

2.2.1.2 Komponen Sikap

Engel dkk (1995) menjelaskan sikap secara tradisional dan terdiri dari tiga

komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Pengetahuan seseorang dan

kepercayaan tentang suatu sikap terletak dalam komponen kognitif. Komponen

afektif mewakili perasaan seseorang tentang objek sikap. Komponen konatif

merujuk pada tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap objek

sikap. Di bawah ini merupakan skema pandangan tradisional mengenai komponen

sikap:

GAMBAR 2.5

PANDANGAN TRADISIONAL TIGA KOMPONEN SIKAP

Sumber: Engel dkk (1995)

Sikap yang lebih kontemporer direfleksikan oleh gambar 2.8 di bawah ini.

Dalam hal ini sikap dipandang sebagai berbeda dari komponen-komponennya,

dengan tiap komponen yang berhubungan pada sikap. Kedua komponen kognitif

(kepercayaan) dan komponen afektif (perasaan) dikonsepkan sebagai penentu-

penentu sikap. Dalam kata lain evaluasi keseluruhan seseorang pada sebuah objek

sikap dilihat sebagai penentu kepercayaan seorang dan atau perasaan tentang

Attitude

Cognitivecomponent

(belief)

Affectivecomponent(feelings)

Conativecomponent(behavioral)intentinon)

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

50

sikap objek. Bagi beberapa produk, sikap akan tergantung pada kepercayaan.

Sikap konsumen terhadap sebuah vacum cleaner, contohnya, terutama dapat

muncul oleh karena persepsi mereka tentang keuntungan fungsional produk-

produk, seperti seberapa baik ia membersihkan dan seberapa mudah untuk

digunakan.

GAMBAR 2.6

PANDANGAN KONTEMPORER HUBUNGAN ANTARAKEPERCAYAAN, PERASAAN, SIKAP, INTENSI BERPERILAKU dan

PERILAKU

Sumber: Engel dkk (1995)

Menurut perspektif diagram di atas, ada dua cara fundamental yang

membentuk sikap: melalui kepercayaan dan melalui perasaan tentang objek sikap.

Mengidentifikasi tata cara dimana sikap terbentuk merupakan hal penting karena

Belief

Attitude

Behavioralintention

Behavior

Feelings

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

51

ia memberikan petunjuk bagi mereka yang tertarik dalam mempengaruhi perilaku

konsumen.

Komponen konatif dalam pandangan kontemporer ini tidak dipandang

sebagai penentu komponen sikap. Sikap justru dipandang sebagai determinan dari

komponen konatif. Oleh karena itu, intensi berperilaku seseorang akan bergantung

pada sikapnya. Sebagai akibatnya, intensi konsumen untuk mewujudkan suatu

perilaku (seperti membeli sebuah produk) seharusnya sebanding dengan sikap

mereka yang semakin favorable.

Dalam gambar pandangan kontemporer, intensi berperilaku terletak paling

dekat dengan perilaku, mengindikasikan bahwa perilaku diharapkan lebih

berhubungan erat terhadap intensi berperilaku daripada sikap, kepercayaan

maupun perasaan. Karena alasan ini, ketika seseorang tertarik dalam memprediksi

perilaku, intensi berperilaku harus diikur karena ia seharusnya merupakan prediksi

perilaku di masa depan yang paling akurat.

2.2.2 Norma Subyektif

2.2.2.1 Pengertian Norma subyektif

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam Fishbein dan Ajzen (1975)

mengartikan norma subyektif:

“The subjective norm is the person’s perception that most people who areimportant to him think he should or should not perform the behavior inquestion.”

Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa norma subyektif

merupakan persepsi individu tentang harapan orang-orang yang dianggap penting

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

52

oleh mereka berpikir bahwa ia sebaiknya melakukan atau tidak melakukan

perilaku tertentu.

Norma subyektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative belief)

mengenai harapan-harapan kelompok acuan atau orang tertentu yang dianggap

penting terhadap individu dan motivasi individu untuk memenuhi atau menuruti

harapan tersebut (motivation to comply). Keyakinan normatif diperoleh dari

informasi orang yang berpengaruh (significant others) tentang apakah individu

perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman

individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Semakin banyak orang yang

dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu

semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi keyakinan

normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi individu untuk memenuhi

harapan-harapan dari orang yang berarti (significant others) bagi dirinya maka

akan semakin diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subyektif bagi

dirinya.

2.2.2.2 Determinan Norma Subyektif

Ajzen (2005) menjelaskan bahwa norma subyektif ditentukan oleh dua

determinan:

1. Normative belief, yaitu kepercayaan bahwa individu atau kelompok tertentu

menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku; atau bahwa kelompok

sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam dalam

perilaku tertentu tersebut.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

53

2. Motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi harapan

kelompok acuan tersebut.

Seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka harus

patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang

tekanan sosial sebagai keharusan bagi dirinya untuk melakukan perilaku tersebut.

Sebaliknya, orang yang percaya bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya

dan ia patuhi akan tidak setuju dengan perwujudan perilaku dirinya, akan

memiliki norma subyektif yang menekan mereka untuk menghindari perwujudan

dari perilaku tersebut.

Hubungan antara kepercayaan normatif dan norma subyektif

dideskripsikan secara simbolis dalam rumus dibawah.

SN = Σ nimi

SN = Subjective norm

ni = Normative belief (kepercayaan individu tentang seseorang atau kelompokyang dijadikan acuan berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan perilakuatau tidak menampilkan perilaku tertentu)

mi = Motivasi individu untuk patuh pada seseorang atau kelompok yangmenjadi acuan.

Subjective norm (norma subyektif) dapat dinilai secara langsung dengan

meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa

kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka

melakukan perilaku tertentu.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

54

Pada penelitian sebelumnya oleh Khan (...) yang berjudul Banking

behavior of Islamic Bank customer in Bangladesh menunjukkan bahwa sekitar

30% dari orang-orang dalam kategori penghasilan BDT10, 000-20,000 setuju

bahwa mereka mengikuti saran dari keluarga dan teman-teman dalam memilih

bank syariah. Untuk kategori penghasilan bahkan lebih rendah, yaitu BDT 50,

000-10,000 dan kurang dari BDT 5, 000, sekitar 50% pelanggan mengindikasikan

bahwa mereka mengikuti saran dari keluarga dan teman dalam memilih bank

syariah.

2.2.3 Perceived Behavior Control

2.2.3.1 Pengertian Perceived Behavior Control

Selain kedua faktor di atas, Ajzen memperluas teori reasoned action dengan

menambahkan faktor yang ketiga, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku,

dalam teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior). Persepsi

terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavior control) merupakan persepsi

terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan sebuah perilaku,

atau persepsi seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk

menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk intensi untuk melakukan suatu

perilaku kecuali merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan atau sumber

daya untuk menampilkan perilaku tersebut. Semakin tinggi persepsi terhadap

kontrol perilaku, semakin tinggi intensi perilaku.

Untuk memperoleh pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat

dilakukan dengan bertanya pada seseorang apakah mereka percaya bahwa

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

55

melakukannya di bawah kontrol dirinya dan seterusnya. Persepsi kontrol perilaku

dapat diukur dengan rumus berikut ini:

PBC = Σcipi

PBC = Perceived behavior control (persepsi kontrol perilaku)

Ci = Control belief yang diberikan oleh faktor –faktor yang dipersepsi.

Pi = Kuatnya faktor – faktor yang dipersepsi untuk menfasilitasi ataumenghambat terjadinya perilaku

Menurut teori TPB, Persepsi kontrol perilaku (PBC) dan niat untuk

berperilaku (intensi), dapat digunakan langsung untuk memprediksi perilaku.

Sebagai contoh dalam perilaku bermain ski, individu mungkin memiliki niat yang

sama kuat untuk belajar ski dan keduanya mencoba untuk melakukannya, orang

yang percaya dengan kemampuannya bahwa ia dapat menguasai kegiatan ini lebih

mungkin untuk bertahan daripada orang yang meragukan kemampuannya. Alasan

kedua, hubungan langsung antara PBC dan perilaku sering kali dapat digunakan

sebagai pengganti ukuran kontrol sebenarnya. Apakah ukuran kontrol perilaku

dianggap dapat menggantikan ukuran kontrol sebenarnya tergantung pada

keakuratan persepsi.

Persepsi kontrol perilaku tidak mungkin realistis apabila seseorang

memiliki informasi yang relatif sedikit tentang perilaku, ketika persyaratan atau

sumber daya yang tersedia telah berubah, atau ketika unsur-unsur baru maupun

asing telah memasuki situasi. Dalam kondisi tersebut, pengkuran PBC dapat

menambahkan sedikit akurasi prediksi perilaku. Namun, selama kontrol yang

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

56

dirasakan realistis, konsep ini dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan

suksesnya upaya untuk berperilaku (Ajzen, 2005)

2.2.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Menabung di Bank

Syariah

Karim & Affif (2006) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dipersepsikan

oleh masyarkat sebagai pendukung dan penghalang mereka untuk menggunakan

jasa perbankan syariah. Hal ini terkait dengan PBC, karena dalam setiap

pengukuran PBC dibutuhkan adanya faktor-faktor yang dipersepsi sebagai

penghalang dan pendukung terhadap perwujudan dari perilaku.

Berikut merupakan faktor yang dipersepsi menjadi pendukung dan

penghambat masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah:

1. Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung:

a. Mendapatkan beberapa ketenangan

b. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam

c. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan

d. Keselamatan di dunia dan akhirat

e. Keinginan untuk mendapatkan pahala

2. Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat:

a. Kurangnya informasi tentang produk bank syariah

b. Tidak melihat manfaat praktis dari produk

c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus

menyesuaikan dengan aturan syariah yg ketat

d. Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

57

e. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank

konvensional.

f. Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola

keuangan.

2.2.4 Religiusitas

Selain faktor-faktor di atas, religiusitas juga berkaitan dengan tingkah laku

individu dalam memilih jasa perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh

Khan (2010) mengenai The Influence of Religious Belief on Depositor Behavior in

an Emerging Market, memberikan bukti bahwa keyakinan agama dapat memiliki

dampak yang signifikan terhadap pilihan individu dalam memilih jasa perbankan.

Penelitian ini menemukan bahwa bank-bank Islam di Pakistan menikmati tingkat

pertumbuhan deposito jauh lebih besar dari bank konvensional.

Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Muhammad &

Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity And The Malay Muslim Investors In

Malaysia: An Analysis On Some Aspects Of Ethical Investment Decision, juga

memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan

terhadap perilaku investasi investor Malaysia Muslim Melayu dalam berinvestasi

secara syariah. Studi ini mengkaji pengaruh religiusitas terhadap perilaku

investasi investor Muslim Melayu di Malaysia. Secara khusus, penelitian ini

mengeksplorasi jenis investasi pilihan untuk investasi, tujuan dari investasi dan

memanfaatkan sumber-sumber informasi dalam membuat investasi tersebut.

Mengenai penjelasan kerangka berpikirnya dapat di lihat pada gambar 2.9:

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

58

GAMBAR 2.7

KERANGKA KERJA PEMBUATAN KEPUTUSAN UNTUKBERINVESTASI

Sumber: Muhammad & Devi (2006)

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya oleh Zulhari (2005)

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas

dengan intensi menabung di bank syariah. Dengan kata lain, religiusitas juga

dapat mempengaruhi individu untuk memunculkan suatu perilaku yang erat

kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut hukum Islam (Syariah).

2.2.4.1 Pengertian Religiusitas

Religiusitas berasal dari kata religion (agama). Harun Nasution (dalam Rakhmat,

1997) merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi

(relegare, religere) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum.

Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai,

menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin)

atau relegare berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti

mengikat. Adapun kata agama tediri dari a = tidak; gam = pergi mengandung arti

tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.

Culture

Religion(Islam)

IslamicReligiosity

HighlyReligious

LeastReligious

ShariahComplianceInvestment

ShariahNon-Compliance

Investment

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

59

Menurut Harun Nasution, intisari agama yaitu ikatan. Agama mengandung

makna ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud

berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Kekuatan gaib yang

tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar

sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Rakhmat, 1997).

Agama merupakan sebuah sistem yang memiliki banyak dimensi. Glock &

Stark (dalam Ancok, 2001) mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem

keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya

berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate

meaning).

Menurut Hunt dan Vitel yang dikutip oleh Sood dan Nasution (1995)

(dalam Muhammad & Devi, 2006) agama telah diidentifikasi sebagai salah satu

elemen penting dalam lingkungan budaya, serta dianggap mempengaruhi cara

orang berperilaku (Sadler, dalam Muhammad & Devi, 2006). Lebih khusus lagi,

salah satu elemen dasar yang lain dalam sebuah agama yaitu Tauhid atau Ke-

Esaan Allah dan syariah atau hukum Islam. Agama Islam adalah Akhlaq (atau

moral dan nilai-nilai) yang menyediakan kerangka kerja pembentuk perilaku

moral dan etika umat Islam saat melakukan semua aspek kehidupan mereka (Abd

Halim; Saeed dkk, dalam Muhammad & Devi, 2006). Selain itu, teramati bahwa

Al-Qur'an sebagai sumber utama syariah Islam dengan jelas memberikan satu set

stabil dan sempurna nilai-nilai yang tetap tidak berubah dalam semua keadaan,

tidak seperti faktor budaya lain yang mungkin dipengaruhi oleh perubahan dalam

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

60

lingkungan ekonomi dan politik (Abdullah dan Siddique, dalam Muhammad &

Devi, 2006).

Caird (dalam Muhammad & Devi (2006) mengusulkan tiga ukuran dari

religiusitas, yaitu kognitif (fokus pada sikap agama atau kepercayaan), perilaku

(mengevaluasi kehadiran diri untuk pergi ke gereja atau melakukan doa secara

pribadi) dan pengalaman (pengalaman mistik). Mookherje, 1993 (dalam

Muhammad & Devi, 2006) mendefinisikan religiusitas dalam hal umum atau

partisipatif (berdasarkan keanggotaan gereja dan frekuensi kehadiran di gereja)

dan perilaku agama yang dilakukan scara pribadi atau kebaktian (berdasarkan

frekuensi doa, membaca Alkitab dan skor kumulatif dalam intensitas beribadah).

Fetzer (1999) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu yang

menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari

setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh setiap agama

wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.

Menurut Fetzer (1999) terdapat 12 dimensi religiusitas, yaitu dimensi daily

spiritual experiences, yang memandang dampak agama dan spiritual dalam

kehidupan sehari-hari, meaning yaitu sejauhmana seorang individu dapat mencari

makna hidupnya melalui agama, value yaitu pengaruh kualitas iman terhadap

nilai-nilai hidup, belief yang disebut keimanan, yakni kebenaran yang diyakini

dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan, forgiveness yaitu suatu tindakan

memaafkan dan bertujuan untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan,

private religious practice yang merupakan perilaku beragama dalam mempelajari

agama yang dianut meliputi, coping atau cara mengatasi stres seorang individu

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

61

dengan menggunakan pola dan metode seperti dengan berdoa, religious support

yaitu aspek hubungan sosial antara individu dengan pemeluk agama sesamanya,

religious/spiritual history yaitu seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan

hidupnya, commitment yaitu seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh

individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan

beraktivitas di dalamnya dan religious preferences yaitu melihat sejauh mana

individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya.

Dari definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli di atas mengenai

religiusitas, Peneliti menyimpulkan bahwa religiusitas adalah perwujudan

seberapa jauh individu yang menganut agama tertentu merasakan pengalaman

beragama sehari-hari (daily spiritual experience), ekspresi keagamaan sebagai

sebuah nilai (value), keyakinan (belief), memaafkan (forgiveness), melatih diri

dalam beragama (private religious practice), penggunaan agama sebagai coping

(religious/spiritual coping), hubungan sosial yang baik antara individu dengan

pemeluk agama (religious support), ikut serta dalam lembaga keagamaan

(organizational religiousnees) dan komitmen beragama (commitment).

2.2.4.2 Dimensi Religiusitas

Fetzer (1999) dalam laporan penelitiannya yang berjudul Multidimensional

Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in Health Research

menjelaskan 12 dimensi religiusitas, antara lain: daily spiritual experiences,

meaning, values, belief, forgiveness, private religious practices, religious/spiritual

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

62

coping, religious support, religious/spiritual history, commitment, organizational

religiousness dan religious preference.

a. Daily spiritual experiences, merupakan dimensi yang memandang dampak

agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, daily

experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan

dengan transenden (Tuhan, yang ilahi) dalam kehidupan sehari-hari dan

persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga daily

spiritual experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan kognitif

(Underwood, dalam Fetzer 1999)

b. Meaning, merupakan konsep dalam religiusitas berkaitan dengan konsep

meaning milik Viktor Frankl yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan

hidup. Meaning yang dimaksud disini berkaitan dengan religiusitas atau yang

disebut religion-meaning yaitu sejauhmana seorang individu dapat mencari

makna hidupnya melalui agama yang dianut serta menjadi agama sebagai

landasan tujuan hidupnya (Pragament, dalam Fetzer 1999)

c. Value, menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan pengaruh kualitas iman

terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling

menolong, saling melindungi dan sebagainya.

d. Konsep belief menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan konsep inti dari

religiusitas. Dalam bahasa Indonesia belief disebut keimanan, yakni

kebenaran yang diyakini dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan.

e. Forgiveness, merupakan dimensi yang berwujud suatu tindakan memaafkan,

bertujuan untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan dan berusaha

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

63

keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.

Dimensi forgiveness mencakup empat dimensi turunan, yaitu pengakuan

dosa, merasa diampuni oleh Tuhan, merasa dimaafkan oleh orang lain dan

memaafkan diri sendiri. (Idler dalam Fetzer, 1999)

f. Private religious practice, merupakan perilaku beragama dalam mempelajari

agama yang dianut meliputi: ibadah, mempelajari kitab dan kegiatan-kegiatan

lain untuk meningkatkan kualitas religiusitasnya (Levin dalam Fetzer, 1999)

g. Religious/Spiritual Coping, merupakan coping stress atau cara mengatasi

stres seorang individu dengan menggunakan pola dan metode seperti dengan

berdoa, beribadah. Pragament (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan bahwa

terdapat tiga jenis coping secara religius, yaitu:

1) Deferring style, yaitu menyerahkan coping kepada Tuhan dengan cara

berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan

menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

2) Collaborative style, yaitu individu meminta solusi kepada Tuhan dan

antara Tuhan dengan hamba-Nya saling bertanggung jawab dalam

menjalankan coping.

3) Self-directing style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam

menjalankan coping.

h. Religious Support, yaitu aspek hubungan sosial antara individu dengan

pemeluk agama sesamanya (Krause dalam Fetzer, 1999)

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

64

i. Religious/Spiritual History, yaitu seberapa jauh individu berpartisipasi untuk

agamanya sepanjang rentang kehidupannya dan seberapa jauh agama

mempengaruhi perjalanan hidupnya.

j. Commitment, yaitu seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya (Williams dalam Fetzer,

1999)

k. Organizational religiousness, merupakan konsep yang mengukur seberapa

jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat

dan beraktivitas di dalamnya (Idler, dalam Fetzer 1999)

l. Religious preferences, yaitu melihat sejauh mana individu membuat pilihan

dan memastikan pilihan agamanya (Ellison dalam Fetzer, 1999).

Perlu diketahui, Peneliti tidak memasukkan dimensi preferences dan history

dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena cara pengukuran dimensi

preferences dan history sulit untuk diinterpretasikan. Dimana dimensi preference

berisi mengenai pertanyaan: “Saat ini, agama apa yang menjadi pilihan anda?”,

dikarenakan dalam peneltian religiusitas Fetzer (1999) mencakup keseluruhan

agama yang ada di dunia, sedangkan dalam peneltian ini, Peneliti hanya

menggunakan sampel yang beragama Islam saja, karena itu tidak diperlukan lagi

pertanyaan mengenai agama apa yang dianut oleh sampel. Kemudian item dari

history, pertanyaan yang tersedia: “Apakah anda pernah merasakan

penurunan/peningkatan kualitas iman yang signifikan?”, “jika iya, pada usia

berapa anda merasakannya?”. Hal ini yang membuat Peneliti tidak mengadaptasi

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

65

item history dikarenakan tingkat analisa datanya pun akan sulit dan kurang cocok

untuk penelitian S1.

2.2.5 Penghasilan

Fakta fundamental mengenai perilaku menabung bahwa menabung sangat

bergantung pada penghasilan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

Keyness (2005) memberikan rumusan total income atau penghasilan adalah

jumlah dari konsumsi dan tabungan, atau diformulasikan: Y = C + S. Dimana Y

merupakan simbol dari total penghasilan, C merupakan simbol dari konsumsi dan

S merupakan simbol dari tabungan. Jika rumusan itu diubah untuk mendapatkan

pengertian saving atau tabungan, maka formulasinya akan menjadi S = Y – C.

Seseorang dengan penghasilan Rp5.000.000 per bulan dan pengeluaran yang

digunakan untuk konsumsi tiap bulan yaitu Rp4.000.000 maka asumsinya sisa

uang yang ada yaitu Rp1.000.000 akan menjadi tabungannya.

Collins (1991) dalam penelitiannya berjudul Saving behavior in 10

development countries, menunjukkan bahwa meningkatnya standar hidup

merupakan alasan mengapa jumlah tabungan meningkat. Penghasilan rill di

beberapa negara telah meningkat secara dramatis, salah satunya yaitu Korea.

Seseorang dengan usia yang lebih tua cenderung mendapatkan penghasilan yang

lebih tinggi, sehingga mempengaruhi perilaku mereka dalam menabung.

Cronqvist and Siegel (2010) dalam penelitiannya berjudul The origins of

saving behavior, juga menemukan fakta bahwa perilaku menabung berkorelasi

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

66

dengan beberapa variabel salah satunya yaitu income growth (pertumbuhan

penghasilan).

Lee dkk (2000) dalam jurnalnya The Effect of Family Life Cycle and

Financial Management Practices on Household Saving Patterns, juga

memberikan sebuah kesimpulan bahwa penghasilan rendah, level pendidikan

yang lebih rendah menurunkan kemungkinan untuk menabung.

2.2.6 Pendidikan

Solmon (1975) dalam risetnya yang berjudul The Relation between Schooling and

Savings Behavior: An Example of the Indirect Effects of Education juga mencoba

menemukan hubungan antara pendidikan dan perilaku menabung. Dapat

disimpulkan bahwa pendidikan memberi dampak yang signifikan terhadap

penghematan bagi individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dan

kecenderungan untuk menabung akan naik pada individu yang memiliki

pencapaian sekolah yang lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan karena

pencapaian pendidikan yang lebih tinggi, membuat seseorang lebih memiliki

pengetahuan mengenai keuangan, selain itu juga memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan penghasilan dan kekayaan seseorang.

2.2.7 Usia

Lopez (1995) dalam penelitiannya yang berjudul The influence of age on

household savings behaviours and motives: Evidence from Spain, menemukan

adanya pengaruh dari usia terhadap perilaku menabung. Lopez (1995)

menemukan hasil bahwa usia merupakan variabel sosio-demografis yang paling

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

67

berpengaruh terhadap perilaku menabung. Usia merupakan variabel sosio-

demografis yang memungkinkan untuk membedakan secara jelas sikap dan

perilaku seseorang, karena usia membentuk aktivitas komersial seseorang.

Beberapa pertimbangan penting tersembunyi dibalik usia, terutama variabel sosio-

demografis yang memiliki kaitan erat dengan usia seperti kelas sosial, tingkat

pendidikan, peran keluarga dan status sipil. Kedua, usia menunjukkan serangkaian

kewajiban dan kapasitas ekonomi pada keluarga.

Usia mengungkapkan evolusi perilaku baru dan sikap. Kapasitas yang

menjelaskan dan membedakan antara sikap, usia dan perilaku tertentu pada

dasarnya tercermin dalam motif menabung. Usia tengah baya dan pemuda antara

14 dan 45 tahun menabung secara fundamental untuk motif jangka pendek seperti

motif untuk mandiri. Di sisi lain, motif jangka panjang, motif untuk warisan dan

motif menabung untuk jangka panjang, lebih lazim terdapat pada orang usia di

atas 46 tahun. Individu yang memiliki usia lebih dari 46 tahun digambarkan

sebagai memiliki sikap yang lebih konservatif (awet) sedangkan pemuda dan

setengah baya sekarang sikap kurang konservatif.

Collins (1991) juga memberikan fakta bahwa pada tahun 1975, tabungan

cukup terkonsentrasi di antara masyarakat dengan usia 25-40 tahun. Masyarakat

yang berusia 50-54 cenderung lebih sedikit dalam menabung.

Temuan lain dari Yorulmaz (2010) dalam peneliatiannya, The relation

between age structure and saving rate of turkey: 1968-2006 memberi fakta bahwa

perilaku menabung dengan struktur usia tertentu juga berpengaruh pada tingkat

tabungan. Seseorang di usia 0-14 tahun memiliki kecenderungan menabung pada

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

68

taraf sedang, lalu meningkat pada usia 15-64 tahun dan cenderung turun di usia 65

tahun ke atas.

2.3 Bank Syariah

2.3.1 Pengertian Bank Syariah

Pengertian umum bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam. Atau jika diperinci lagi, bank syariah adalah lembaga intermediasi

keuangan yang memobilisasi dana simpanan masyarakat dengan basis akad yang

sesuai syariah dan menyalurkan dana kepada para wiraswastawan dan pengusaha

dengan basis akad sesuai dengan syariah pula. Bank berdasarkan prinsip syariah

meninggalkan praktek-praktek riba seperti sistem bunga dan hanya menjalankan

usaha yang halal saja.

Berdirinya bank syariah selain dilatarbelakangi oleh keinginan untuk

mengikuti perintah agama, juga didasari kesadaran akan dampak destruktif

bunga. Bunga dianggap sebagai penyebab kacaunya perekonomian di banyak

negara berkembang saat ini. Sistem perbankan konvensional sebagai organisasi

finansial modern, diakui secara luas telah gagal membuat dunia lebih baik (Irsyad,

2007)

2.3.2 Fungsi Bank Syariah

Bank Syariah memiliki fungsi sebagai:

1. Manajer investasi

Bank syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan

menggunakan akad Mudharabah atau sebagai agen investasi.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

69

2. Investor

Bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana

nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi

yang sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara

proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran

Bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti

non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Pengemban fungsi sosial

Bank syariah dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan

dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai

ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan prinsip, maka secara operasional terdapat perbedaan

perbedaan yang substantif antara perbankan syariah dengan perbankan

konvensional. Di bawah ini merupakan tabel perbandingan antara bank syariah

dan bank konvensional:

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

70

TABEL 2.1

PERBANDINGAN ANTARA BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

Perbandingan Bank Syariah Bank Konvensional

Akad & AspekLegalitas

Hukum Islam & HukumPositif Hukum PositifLembagaPenyelesaianSengketa

BASYARNAS BANIStruktur Organisasi

Ada Dewan SyariahNasional (DSN) &Dewan PengawasSyariah (DPS) Tidak ada DNS & DPSInvestasi Halal Halal dan HaramPrinsip operasional Bagi hasil, Jual-beli,sewa Perangkat bungaTujuan Profit & Falah Oriented Profit OrientedHubungan Nasabah Kemitraan Debitor & KreditorSumber: Widiyaningsih, 2005

Tabel di atas menjelaskan yang pertama yaitu akad dari perbankan syariah

berlandaskan hukum Islam, sedangkan bank konvensioanal bedasarkan hukum-

hukum yang berlaku di Negara tersebut. Ke dua, lembaga penyelesaian sengketa

dari bank syariah yaitu BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional),

sedangkan pada bank konvensional yaitu BANI (Badan Arbitrase Nasional

Indonesia). Ke tiga, bank syariah memiliki Dewan Syariah Nasional (DNS) dan

Dewan Pengawas Syariah (DPS), sedangkan bank konvensional tidak memiliki

keduanya. Ke empat, investasi yang diperbolehkan dalam usaha syariah hanya

yang bersifat halal saja, sedangkan dalam bank konvensional tidak memiliki

kaidah tersebut dimana investasi yang bersifat haram tidak menjadi larangan. Ke

lima, bank syariah memiliki prinsip operasional seperti bagi hasil, jual-beli dan

sewa atau diberi istilah money for goods and services, dimana uang untuk

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

71

membeli sesuatu, sedangkan di bank konvensional yang diperjual belikan yaitu

uang itu sendiri atau diberi istilah money for money. Ke tujuh, tujuan bank

syariah, yaitu profit dan falah oriented, artinya bank syariah tidak semata-mata

mencari keuntungan tetapi juga berusaha meraih kemenangan baik di dunia

maupun di akhirat. Kemenangan di dunia artinya keberhasilan menunjukkan

bahwa bank syariah merupakan sistem perbankan yang terbaik, sedangkan

kemenangan di akhirat berupa pahala dan kebaikan di sisi Allah SWT, sedangkan

bank konvensional hanya bertujuan untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya.

Ke delapan, dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan yaitu

hubungan debitur dan kreditur. Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan

pokok pinjaman dan bunganya, tidak peduli apakah debitur mendapatkan untung

atau rugi. Berbeda dengan konsep yang diterapkan bank syariah dimana hubungan

yang terjadi yaitu antar investor yang harmonis, sehingga adanya saling kerjasama

dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah menerapkan nilai Ilahiyah

sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai keadilan, persaudaraan

serta kepedulian (Widiyaningsih, 2005).

Perbedaan selanjutnya yang perlu diketahui menyangkut bahasan

mengenai perbankan syariah yaitu tentang perbedaan antara bagi hasil dan bunga

bank. Secara umum, bagi hasil dan bunga memiliki perbedaan yang jelas. Yang

pertama, bunga memiliki asumsi harus selalu untung, sedangkan penetuan

besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad berpedoman pada kemungkinan

untung rugi. Ke dua, besarnya prosentase pada bunga bank konvensioanal

bergantung pada jumlah uang yang dipinjamkan, sedangkan pada sistem bagi

hasil yaitu berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Ke tiga, pembayaran

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

72

bunga selalu tetap, tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak

nasabah untung atau rugi, sedangkan bagi hasil bergantung pada keuntungan

proyek yang dijalankan, apabila rugi akan ditanggung bersama oleh kedua pihak

yaitu pihak nasabah dan bank. Ke empat, jumlah pembayaran pada bunga yaitu

tetap, tidak meningkat walau jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi

sedang “booming”, sedangkan pada bagi hasil, jumlah pembagian laba meningkat

sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Ke lima, bunga bank

keberadaanya juga diragukan oleh semua agama termasuk agama-agama non-

Islam, sedangkan keberadaan bagi hasil tidak ada yang meragukan keabsahannya.

Ringkasan perbedaan bunga bank dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel 2.2:

TABEL 2.2

PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL

Perbandingan Bagi hasil Bunga

Penentuankeuntungan

Pada waktu akaddengan pedomankemungkinan untungrugiPada waktu perjanjiandengan asumsi harusselalu untung

Besarnya prosentaseBerdasarkan jumlahkeuntungan yangdiperoleh Berdasarkan jumlahuang (modal) yangdipinjamkan

Pembayaran

Bergantung padakeuntungan proyek bilarugi ditanggungbersamaSeperti yang dijanjikantanpa pertimbanganuntung atau rugi

Jumlah pembayaranSesuai denganpeningkatan jumlahpendapatan Tetap, tidak meningkatwalau keuntunganberlipat

EksistensiTidak ada yangmeragukankeabsahannya Diragukan oleh semuaagama

Sumber: Widiyaningsih, 2005

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

73

2.4 Kerangka Berpikir

Banyak tokoh psikologi maupun psikologi ekonomi yang mengaitkan antara

intensi dengan perilaku tertentu, salah satunya yaitu perilaku menabung. Ajzen

telah mengembangkan theory of planned behavior menjadi lebih mendetail

dengan menambahkan background factor. Intensi menabung pun bukanlah suatu

variabel yang datang dengan sendirinya, banyak faktor psikologis maupun

demografis yang belum disadari berpengaruh terhadap munculnya hal tersebut.

Diantara faktor tersebut telah terdapat dalam background factor yang

dikemukakan oleh Ajzen. Dari beberapa faktor yang ada Peneliti hanya

mengambil beberapa faktor saja karena disesuaikan dengan kemampuan dan

waktu yang dimiliki untuk melakukan penelitian ini.

Berikut ini merupakan skema background faktor pada teori planned

behavior:

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

74

GAMBAR 2.8

BACKGROUND FAKTOR PADA THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

Kemudian dari beberapa faktor yang ada, diambil beberapa faktor yang dianggap

berpengaruh terhadap intensi menabung di bank syariah, yaitu sikap, norma

subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, usia.

Dari keseluruhan variabel, Peneliti asumsikan memiliki pengaruh terhadap intensi

menabung di bank syariah dan berikut ini merupakan gambar rangkumannya:

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

75

GAMBAR 2.9

KERANGKA BERPIKIR

Keseluruhan variabel yang terdiri dari variabel psikologis dan variabel

demografis di atas Peneliti asumsikan berpengaruh terhadap intensi menabung di

bank syariah. Sikap yang individu miliki tentang bank syariah, norma subyektif

yang individu miliki tentang bank syariah, perceived behavior control terhadap

perilaku menabung di bank syariah, tingkat religiusitas yang dimiliki individu,

Norma SubyektifPerceived Behavior Control

ReligiusitasPenghasilanPendidikan

Usia

IntensiMenabung

Sikap

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

76

penghasilan, pendidikan dan usia seseorang. Variabel-varibel di atas kemudian

mempengaruhi intensi seseorang untuk menabung di bank syariah dan di

kemudian hari menghasilkan suatu perilaku, yaitu perilaku menabung di bank

syariah.

Intensi menabung di bank syariah sangat mungkin dpengaruhi oleh

variabel psikologis maupun demografis lain, dengan kata lain tidak hanya variabel

sikap, norma subyektif, PBC, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia saja

yang berkemungkinan mempengaruhi secara langsung. Jika variabel lain diteliti,

besar kemungkinan hasil penelitian akan lebih baik. Namun konsekuensi jika

variabel lain juga diikut sertakan dalam penelitian ini yaitu dari segi pengujian

dan analisis data akan menjadi lebih rumit dan memakan waktu cukup lama,

sehingga kurang cocok bagi penelitian skripsi mahasiswa S1.

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

77

2.5 Hipotesis Penelitian

Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan

diuji yaitu hipotesis nihil yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:

Hipotesis Mayor:

Tidak ada pengaruh sikap, norma subyektif, perceived behavior control,

religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank

syariah pada masyarakat.

Hipotesis Minor:

H01 : Tidak ada pengaruh sikap terhadap intensi menabung di bank syariah pada

masyarakat Tangerang Selatan.

H02 : Tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi menabung di bank

syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

H03 : Tidak ada pengaruh perceived behavior control terhadap intensi

menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

H04 : Tidak ada pengaruh religiusitas terhadap intensi menabung di bank

syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

H05 : Tidak ada pengaruh penghasilan terhadap intensi menabung di bank

syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

H06 : Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap intensi menabung di bank

syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.

H07 : Tidak ada pengaruh usia terhadap intensi menabung di bank syariah pada

masyarakat Tangerang Selatan.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

78

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang populasi dan sampel, serta teknik pengambilan

sampel. Kemudian akan dibahas variabel penelitian, definisi operasional dari

variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, pengujian validitas alat ukur,

prosedur pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan untuk

menemukan jawaban atas hipotesis penelitian.

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu penduduk Tangerang Selatan kecamatan

Ciputat, Pamulang dan Serpong dimana sampel tersebut telah memiliki

penghasilan, telah memiliki rekening di bank konvensional. Peneliti mengambil

sampel yang berstatus telah menabung pada bank konvensional, karena dalam

penelitian ini intensi yang dimaksud adalah niat seseorang untuk menabung di

bank syariah dan belum berbentuk sebuah perilaku menabung di bank syariah.

Sampel dalam penelitian ini berstatus pendidikan minimal SMA, dengan rentang

usia antara 18-58 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara non-probability

samping, karena Peneliti tidak memiliki daftar penduduk yang memenuhi kriteria

tersebut. Non-probabilty sampling artinya adalah tidak diketahui berapa besarnya

peluang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang

diambil yaitu sebanyak 200 orang.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

79

3.2 Variabel Penelitian

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya variabel yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu:

1. Intensi menabung

2. Sikap

3. Norma subyektif

4. Perceived behavior control

5. Religiusitas

6. Penghasilan

7. Pendidikan

8. Usia

Adapun yang dijadikan sebagai dependent variable (DV) yaitu intensi

menabung. Sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas,

penghasilan, pendidikan dan usia merupakan independent varible (IV).

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

80

3.2.1 Definisi Operasional

Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam BAB 2, kemudian Peneliti

menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini.

1. Intensi Menabung

Intensi menabung adalah skor yang diperoleh dari besarnya peluang seseorang

untuk menabung di bank syariah.

2. Sikap

Sikap adalah skor yang diperoleh dari sampel tentang perasaan positif atau

negatif terhadap bank syariah yang dilihat dari dimensi afektif, kognitif dan

konatif yang dimiliki seseorang.

3. Norma Subyektif

Norma subyektif adalah skor yang diperoleh dari hasil perkalian penjumlahan

pada skala normative belief dengan skala motivation to comply tentang

kebanyakan orang-orang yang penting bagi sampel berpikir apakah ia

seharusnya atau tidak seharusnya menabung di bank syariah.

4. Perceived Behavior Control

Perceived behavior control adalah skor yang diperoleh dari hasil perkalian

penjumlahan pada skala control belief dengan skala power belief tentang

adanya faktor yang bisa memfasilitasi atau menghambat untuk menabung di

bank syariah.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

81

5. Religiusitas

Religiusitas adalah skor yang diperoleh dari skala religiusitas yang mencakup

10 dimensi, yaitu merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual

experience), mencari makna hidup melalui agama (meaning), pengaruh kualitas

iman terhadap nilai-nilai hidup (value), keyakinan (belief), memaafkan

(forgiveness), melatih diri dalam agama (private religious practice),

penggunaan agama sebagai coping (religious/spiritual coping), hubungan

sosial antar individu dengan agama yang sama (religious support), komitmen

beragama (commitment) dan organisasi keagamaan (organizational

religiousness).

6. Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah uang yang diterima oleh sampel perbulan dari

aktivitasnya, berupa menjual produk dan/atau jasa kepada pelanggan atau

perusahaan sampai pada saat pengumpulan data penelitian.

7. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang telah dimiliki oleh sampel

sampai pada saat pengumpulan data penelitian.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

82

8. Usia

Usia adalah banyaknya jumlah tahun dari usia sampel yang dihitung mulai dari

tahun lahir sampel sampai pada saat pengumpulan data penelitian.

3.2.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kusioner yang berbentuk

skala likert. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpul data berupa

sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai

suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para

responden dalam suatu penelitian.

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lima alat ukur.

Adapun lima alat ukur tersebut yaitu:

1. Alat Ukur Intensi Menabung

Alat ukur intensi menabung merupakan sebuah skala yang mengukur intensi

menabung seseorang terhadap bank syariah. Intensi menabung diukur dengan

memberikan 3 pernyataan yang diadaptasi berdasarkan penelitian Grodon dan

Mykytyn (2002). Ketiga pernyataan tersebut berisi tentang seberapa besar

kemungkinan responden untuk menabung di bank syariah, seberapa besar

responden berencana untuk menabung di bank syariah dan seberapa kuat

responden berkomitmen untuk menabung di bank syariah dalam jangka waktu

1 tahun.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

83

Skala intensi menabung ini memiliki rentangan dari sangat tidak setuju

(skala 1) sampai sangat setuju (skala 4).

TABEL 3.1

BLUEPRINT SKALA INTENSI

No. Indikator Itemnomor

Jumlah

1. Kemungkinan untuk menabung 1 12. Berencana untuk menabung 2 13. Berkomitmen untuk menabung 3 1TOTAL 3

2. Alat Ukur Sikap

Alat ukur sikap ini dikembangkan oleh Peneliti dari dimensi sikap yang

disebutkan dalam Engel (1995) dimana sikap dilihat dari tiga aspek; afektif,

kognitif dan konatif. Ketiga aspek tersebut menjadi konstruk yang kemudian

diturunkan ke dalam 15 item pernyataan. Peneliti tidak menggunakan cara

pengukuran sikap yang dianjurkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975),

dikarenakan saat proses elisitasi belief sikap yang muncul sangat mirip dengan

belief PBC, hal ini diduga dapat mengurangi nilai prediktif IV terhadap DV.

Alat ukur sikap secara keseluruhan mengukur ketiga aspek yang telah

disebutkan tadi. Subyek diminta untuk memilih salah satu dari 4 skala yang

menunjukkan derajat kesesuain antara pernyataan dengan diri subyek dari

sangat setuju (skala 4) sampai sangat tidak setuju (skala 1).

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

84

TABEL 3.2

BLUEPRINT SKALA SIKAP

No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Afektif 1*, 2,3*,10*,13*,14* 62. Kognitif 4*,5,6,7,8, 9 63. Konatif 11,12,15 3TOTAL 15

Keterangan: Tanda (*) menandakan item unfavorable

3. Alat Ukur Norma Subyektif

Alat ukur dari norma subyektif adalah sebuah skala yang mengukur significant

others dari responden yang dianggap mempengaruhi terbentuknya sebuah

perilaku menabung di bank syariah. Skala ini terdiri dari 9 item pernyataan,

yang memiliki rentangan dari sangat tidak perlu (skala 1) sampai sangat perlu

(skala 4).

Alat ukur ini merupakan pengembangan item yang mencontoh dari item

baku pengukuran intention to use diminishing partnership home financing yang

diberikan oleh Taib dkk (2008).

TABEL 3.3

BLUEPRINT SKALA NORMA SUBYEKTIF

No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Normative belief 1, 2,3,4,5,6,7,8,9 92. Motivation to comply 1, 2,3,4,5,6,7,8,9 9TOTAL 18

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

85

4. Alat Ukur Perceived Behavior Control

Alat ukur dari Perceived behavior control adalah sebuah skala yang mengukur

persepsi mengenai adanya faktor yang mendorong atau menghambat

terbentuknya sebuah perilaku menabung di bank syariah. Skala ini terdiri dari

24 item pernyataan, yang memiliki rentangan dari sangat tidak mungkin (skala

1) sampai sangat mungkin (skala 4).

Berdasarakan studi literatur dari Karim dan Affif (2005) tentang Islamic

Banking Consumer Behaviour in Indonesia, didapatkan beberapa faktor yang

dipersepsi sebagai faktor penghambat dan faktor pendukung masyarakat untuk

menabung di bank syariah. Faktor ini kemudian yang dikembangkan sebagai

item-item dari PBC.

TABEL 3.4

BLUEPRINT SKALA PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL

No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Control belief Pendukung 1, 2,3,4,5,6 62. Power belief Pendukung 1,2,3,4,5,6 63. Control belief Penghambat 1,2,3,4,5,6 64. Power belief Penghambat 1,2,3,4,5,6 6TOTAL 24

5. Religiusitas

Dalam penelitian ini, skala religiusitas diadopsi dan diadaptasi dari Brief

Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality berdasarkan teori

multidimensional religiusitas oleh Fetzer (1999). Dengan 10 dimensi yaitu

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

86

daily spiritual experience, meaning, value, belief, forgiveness, religius support,

private religious practice, religious/spiritual coping, commitment dan

organizational.

TABEL 3.5

BLUEPRINT SKALA RELIGIUSITASNo. Indikator Item nomor Jumlah1. Daily spiritual experience 1, 2,3,4,5,6 62. Meaning 7,8,9,10 43. Value 37,38* 24. Belief 11,12 25. Forgiveness 13,14,15 36. Private religious practice 16*,17,18,19, 20, 21 67. Religious/spiritual coping 22, 23*, 24 38. Religious Support 25,26*,27,28 49. Commitment 32,33,34 310. Organizational 35,36 2

TOTAL 35Keterangan: Tanda (*) menandakan item unfavorable

6. Penghasilan, Pendidikan dan Usia

Untuk variabel penghasilan, pendidikan dan usia, data akan diperoleh dari

pengisian data diri responden yang tercantum saat pengisian angket.

3.3. Pengujian Validitas Alat Ukur

Peneliti selanjutnya melakukan uji validitas konstruk instrumen tersebut. Peneliti

menggunaka CFA (Confirmatory factor Analysis) untuk pengujian validitas

instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2010):

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

87

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional

sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Trait

ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan

melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga

subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun

subskala bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks S -

matriks Σ atau bisa juga dinyatakan dengan S - Σ = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi-square tidak signifikan P>0.05, maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya, tidak ada perbedaan antara yang diteorikan

dengan data yang diperoleh, dan teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika

hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam

mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian didrop.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

88

6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Berarti item tersebut

mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun

demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif

(unfavorable). Untuk item yang unfavorable, skornya harus dibalik terlebih

dahulu menjadi favorable sebelum analisis CFA dilakukan.

Selanjutnya dilakukan analisis CFA kembali dengan menggunakan item

yang tidak didrop atau item yang baik. Setelah didapat model fit dihitung faktor

skornya. Penggunaan faktor skor ini bertujuan untuk menghindari hasil penelitian

yang bias akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam

penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya,

melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan perbedaan

validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang

bertanda negatif dan positif (Zscore) maka Peneliti mentranformasikan faktor skor

tersebut menjadi T skor. Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2010):

T skor = (10 x faktor skor) + 50.

Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan

diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah

menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

89

dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan

menggunakan sotware LISREL 8.30 (Joreskog dan Sorbom, 1999).

Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dijelaskan pada

setiap sub bab berikut ini:

3.3.1 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur

Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka Peneliti melakukan uji

validitas dengan menggunakan Confimatory Factor Analysis (CFA) dengan

bantuan Lisrel 8.3. (Joreskog dan Sorbom, 1999). Adapun penjelasannya akan

dipaparkan dalam sub bab berikut:

3.3.1.1 Uji Validitas Skala Intensi Menabung

Dalam subab ini Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional

dalam mengukur intensi menabung. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

diperoleh model satu faktor yang fit dan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

GAMBAR 3.1

ANALISIS FAKTOR KONFIMATORIK DARI VARIABELINTENSI MENABUNG

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

90

Terlihat dari gambar 3.1, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P-value = 1

(P>0,05). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu intensi

menabung.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,

yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti pada tabel 3.6 di bawah ini:

TABEL 3.6

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR INTENSINo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.91 0.06 16.30 V2. 0.93 0.05 17.15 V3. 0.89 0.06 15.75 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur intensi

menabung, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel

intensi menabung.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

91

3.3.1.2 Uji Validitas Skala Sikap

Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional

dalam mengukur sikap. Peneliti melakukan uji validitas ini dengan analisis

perdimensi dari sikap yaitu afektif, kognitif dan konatif. Berikut penjelasannya di

bawah ini:

1. Validitas Konstruk Faktor Afektif

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

faktor afektif terhadap bank syariah. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi–Square =

61.38, df = 9, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.171. Namun, setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti

pada gambar dibawah ini:

GAMBAR 3.2

ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK DARI FAKTOR AFEKTIF

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

92

Terlihat dari gambar 3.2 di atas, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan

P-value > 0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu

faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu

hal saja, yaitu faktor afektif dari sikap terhadap bank syariah. Hanya saja, pada

model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang

saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut

sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Adapun

butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan

pada tabel 3.7 di bawah ini:

TABEL 3.7

MATRIKS KORELASI ANTAR KESALAHAN PENGUKURAN PADABUTIR-BUTIR ITEM FAKTOR AFEKTIF1 2 3 10 13 141 12 V 13 14 113 V V 114 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahan pengukurannya salingberkorelasi

Dari tabel 3.7 di atas, bisa dilihat item yang saling berkorelasi dan

multidimensional yaitu item nomor 2 dengan nomor 1, item nomor 13 dengan

nomor 2 dan 10, namun karena jumlah korelasi tidak terlalu banyak maka item

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

93

ini tetap digunakan dalam menghitung faktor skor. Adapun koefisien muatan

faktor dapat dilihat pada tabel 3.8, berikut ini:

TABEL 3.8

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR AFEKTIFNo Koefisien StandarError Nilai T Signifikan1. 0.59 0.07 8.17 V2. 0.05 0.09 0.53 X3. 0.72 0.07 10.08 V10. 0.40 0.08 4.76 V13. 0.80 0.07 11.22 V14. 0.49 0.07 6.56 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur dimensi

afektif, terdapat 1 item yang memiliki nilai T kurang dari 1.96 yaitu item 2,

maka item ini akan didrop. Sedangkan sisa item lainnya memiliki nilai t > 1.96

(signifikan) dan semua bertanda positif, maka item-item tersebut digunakan

dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor afektif.

2. Validitas Konstruk Faktor Kognitif

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,

dengan Chi–Square = 122.45, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.252.

Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,

maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 5.52, df = 4, P-value = 0.23798

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

94

dan RMSEA = 0.044. Gambar analisis faktor konfirmatorik faktor kognitif dan

faktor selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut ini:

TABEL 3.9

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR KOGNITIFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan4 0.74 0.07 11.20 V5 0.80 0.11 7.55 V6 0.62 0.07 9.14 V7 0.70 0.07 10.69 V8 0.84 0.06 13.42 V9 0.61 0.07 9.08 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur faktor

kognitif, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, Oleh karena itu,

berdasarkan hasil pengujian ini, tidak ada item yang didrop. Hanya saja, pada

model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang

saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya

bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal

yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 5. Tetapi

karena item nomor 5 memiliki kesalahan pengukuran yang tidak lebih dari tiga,

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

95

maka item tersebut tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

Matriks korelasi faktor kognitif dan faktor selanjutnya dapat dilihat pada

lampiran.

3. Validitas Konstruk Faktor Konatif

Dari analisis CFA yang dilakukan, didapatkan model satu faktor fit, dengan

Chi–Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Dengan

demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa

seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu faktor konatif yang dalam

hal ini merupakan salah satu dari dimensi sikap terhadap bank syariah. Adapun

koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini:

TABEL 3.10

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR KONATIFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan11 0.95 0.13 7.09 V12 0.56 0.10 5.75 V15 0.38 0.08 4.34 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur dimensi

konatif, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk dimensi

konatif.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

96

3.3.1.3 Uji Validitas Skala Norma Subyektif

Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional

dalam mengukur dimensi dari norma subyektif yaitu Normative belief dan

Motivation to comply.

1. Validitas Konstruk Normative Belief

Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu normative belief. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 597.63, df = 27,

P-value = 0.0000, RMSEA = 0.328. Namun, setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

18.24, df = 15, P-value = 0.25047 dan RMSEA = 0.033.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut ini:

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

97

TABEL 3.11

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR NORMATIVE BELIEF

No Koefisien StandarError Nilai t Signifikan1. 0.30 0.07 4.47 V2. 0.67 0.08 8.25 V3. 0.70 0.06 11.03 V4 0.56 0.07 8.25 V5 0.50 0.07 7.28 V6 0.25 0.07 3.35 V7 0.85 0.06 13.60 V8 0.73 0.06 11.42 V9 0.43 0.07 6.05 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur normative

belief, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat item

yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut

diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel

normative belief. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan

pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada

dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 2

dan 6 sehingga item ini tidak digunakan untuk mengghitung faktor skor.

Sedangkan item yang paling baik karena kesalahan pengukurannya hanya

berkorelasi satu kali yaitu item nomor 1. Selanjutnya, item-item yang baik

tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

98

2. Validitas Konstruk Motivation to Comply

Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu motivation to comply. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan, diperoleh model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 376.87,

df = 27, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.255. Namun, setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 18.24, df = 15, P-value = 0.25047 dan RMSEA = 0.033.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut ini:

TABEL 3.12

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR MOTIVATION TOCOMPLYNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.30 0.07 4.47 V2. 0.67 0.08 8.25 V3. 0.70 0.06 11.03 V4 0.56 0,07 8.25 V5 0.50 0.07 7.28 V6 0.25 0.07 3.35 V7 0.85 0.06 13.60 V8 0.73 0.06 11.42 V9 0.43 0.07 6.05 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

99

Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur motivation to

comply, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat

item yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut

diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung faktor skor dari variabel

motivation to comply. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga

dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional

pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 6,

sehingga tidak digunakan dalam menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-

item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

3.3.1.4 Uji Validitas Skala Perceived Behavior Control

Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional

dalam mengukur dimensi dari Perceived behavior control yaitu control belief

pendukung dan power belief pendukung, serta control belief penghambat dan

power belief penghambat.

1. Validitas Konstruk Control Belief Pendukung

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu control belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,

model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 714.24, df = 10,

P-value = 0.0000, RMSEA = 0.595. Namun, setelah dilakukan modifikasi

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

100

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

7.00, df = 4, P-value = 0.13577 dan RMSEA = 0.061.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut ini:

TABEL 3.13

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR CONTROL BELIEFPENDUKUNGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.83 0.06 13.89 V2. 0.82 0.06 13.23 V3. 0.95 0.06 17.19 V4 0.81 0.06 13.52 V5 0.75 0.06 12.02 V6 0.63 0.07 9.59 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur control belief

pendukung, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat

item yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut

diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel

control belief pendukung. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

101

dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional

pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 5,

namun karena jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan

untuk menghitung faktor skor. Sedangkan item yang paling ideal karena

kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi adalah item nomor 1. Selanjutnya,

item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

2. Validitas Konstruk Power belief Pendukung

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu power belief pendukung. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 160.19, df = 9 ,

P-value = 0.00000, RMSEA = 0.291. Namun, setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

5.41, df = 3, P-value = 0.14412 dan RMSEA = 0.064.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut ini:

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

102

TABEL 3.14

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR POWER BELIEFPENDUKUNGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.84 0.06 13.67 V2. 0.87 0.06 15.15 V3. 1.05 0.05 21.03 V4. 0.73 0.06 11.95 V5. 0.64 0.06 9.95 V6. 0.87 0.08 10.94 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur power belief,

semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka keseluruhan item

digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel power belief. Hanya

saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada

beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-

masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling

berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 3 dan 6. Namun karena

jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan untuk

menghitung faktor skor. Sedangkan item yang paling ideal karena kesalahan

pengukurannya hanya berkorelasi satu kali yaitu item nomor 2 dan 4.

Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor

skornya.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

103

3. Validitas Konstruk Control belief Penghambat

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu control belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,

model satu faktor tidak fit, dengan Chi-Square = 262.76, df = 20,

P-value = 0.00000, RMSEA = 0.247. Namun, setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

17.10, df=13, P-value = 0.19469 dan RMSEA = 0.040.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut ini:

TABEL 3.15

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR CONTROL BELIEFPENGHAMBATNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.17 0.08 2.23 V2. 0.53 0.07 7.26 V3. 0.63 0.07 9.32 V4 0.66 0.07 9.80 V5 0.60 0.07 8.80 V6 0.77 0.07 11.83 V7 0.54 0.08 6.86 V8 0.49 0.07 6.56 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

104

Dilihat dari tabel 3.15 di atas, dari 8 item yang mengukur control belief

penghambat, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel

control belief penghambat. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga

dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional

pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 7,

sehingga tidak digunakan dalam menghitung faktor skor. Sedangkan item yang

paling ideal karena kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi yaitu item

nomor 3 dan 4. Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan dengan

menghitung faktor skornya.

4. Validitas Konstruk Power belief Penghambat

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu power belief penghambat. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square =

262.76, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.247. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square = 17.10, df=13, P-value = 0.19460 dan

RMSEA = 0.040.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

105

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut ini:

TABEL 3.16

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR POWER BELIEFPENGHAMBATNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.17 0.08 2.23 V2. 0.53 0.07 7.26 V3. 0.63 0.07 9.32 V4 0.66 0.07 9.80 V5 0.60 0.07 8.80 V6 0.77 0.07 11.83 V7 0.54 0.08 6.86 V8 0.49 0.07 6.56 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur power belief

penghambat, semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif,

maka keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk

variabel power belief penghambat. Hanya saja, pada model pengukuran ini

terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang

kesalahan pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item

nomor 7, sehingga item ini tidak digunakan untuk menghitung faktor skor.

Sedangkan item yang paling ideal karena kesalahan pengukurannya tidak

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

106

berkorelasi yaitu item nomor 3 dan 4. Selanjutnya, item-item yang baik

tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

3.3.1.5 Uji Validitas Skala Religiusitas

Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional

dalam mengukur dimensi dari Religiusitas yaitu daily spiritual experience,

meaning, value, belief, forgiveness, private religious practice, religious/spiritual

coping, religious support, commitment, organizational. Berikut merupakan hasil

uji validitas berdasarkan masing-masing dimensi.

1. Validitas Konstruk Daily Spiritual Experience

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu daily spiritual

experience. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, diperoleh model satu

faktor yang tidak fit, dengan Chi–Square = 135.51, df = 9, P-value = 0.00000,

RMSEA = 0.226. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 9.92, df = 7,

P-value = 0.19299 dan RMSEA = 0.046.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

107

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.17 berikut ini:

TABEL 3.17

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR DAILY SPIRITUALEXPERIENCENo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.67 0.06 10.53 V2. 0.92 0.05 16.97 V3. 0.99 0.05 19.28 V4 0.66 0.06 10.51 V5 0.86 0.06 15.23 V6 0.66 0.06 10.49 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur daily spiritual

experience, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel

daily spiritual experience. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga

dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional

pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 2 dengan 1 dan item nomor

6 dengan 4, namun karena jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap

digunakan untuk menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-item yang baik

tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

108

2. Validitas Konstruk Meaning

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu meaning. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak

fit, dengan Chi-Square = 19.10, df = 2, P-value = 0.00007 dan

RMSEA = 0.207. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.23, df = 1, P-

value = 0.07244 dan RMSEA = 0.106.

Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal

ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.18 berikut ini:

TABEL 3.18

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR MEANINGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan7 0.66 0.07 9.10 V8 0.99 0.08 12.53 V9 0.93 0.08 11.44 V10 0.55 0.07 7.66 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

109

Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur meaning,

semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif, maka keseluruhan

item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel meaning.

Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran

pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing.

Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi yaitu

item nomor 8 dengan item nomor 9, namun karena jumlah korelasi tidak lebih

dari tiga kali maka tetap digunakan untuk menghitung faktor skor. Selanjutnya,

item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.

3. Validitas Konstruk Value dan Belief

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu value dan

belief. Dari hasil didapat nilai Chi-Square = 0.00, df=1, P-value=0.95238,

RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat

diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur masing-masing

faktor yaitu item nomor 37 dan 38 mengukur faktor value sedangkan item

nomor 11 dan 12 mengukur faktor belief. Adapun koefisien muatan faktor

dapat dilihat pada tabel 3.19, berikut ini:

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

110

TABEL 3.19

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR VALUE DAN BELIEFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan11 0.94 0.12 7.56 V12 0.44 0.09 5.14 V37 0.60 0.12 5.12 V38 0.32 0.09 3.72 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur value dan

belief, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka keseluruhan

item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel value dan

belief.

4. Validitas Konstruk Forgiveness

Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu forgiveness.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi-

Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Dengan demikian,

model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh

item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu forgiveness. Adapun koefisien

muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.20, berikut ini:

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

111

TABEL 3.20

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR FORGIVENESSNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan13 0.61 0.09 6.72 V14 0.48 0.08 5.72 V15 0.80 0.10 7.86 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur forgiveness

semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif, maka keseluruhan

item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel forgiveness.

5. Validitas Konstruk Private Religious Practice

Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu private

religious practice. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu

faktor tidak fit, dengan Chi-Square = 36.18, df = 9, P-value = 0.00004 dan

RMSEA = 0.123. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 12.27, df=7,

P-value = 0.09190 dan RMSEA = 0.062. Dengan demikian, model dengan

hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu private religious practice. Adapun koefisien

muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.21, berikut ini:

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

112

TABEL 3.21

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR PRIVATE RELIGIOUSPRACTICENo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan16 0.67 0.08 8.38 V17 0.55 0.07 7.41 V18 0.55 0.08 6.62 V19 0.70 0.07 9.51 V20 0.45 0.08 5.82 V21 0.35 0.08 4.51 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur private

religious practice, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel

private religious practice. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga

dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional

pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan

pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 16 berkorelasi dengan item

nomor 18 dan item nomor 17 berkorelasi dengan item nomor 20, namun karena

jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan untuk

menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan

dengan menghitung faktor skornya.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

113

6. Validitas Konstruk Religious Support

Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yaitu salah satu dimensi religiusitas yaitu religious support. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi–

Square = 0.40, df = 2, P-value = 0.81713 dan RMSEA = 0.000. Dengan

demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa

seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu religious support. Adapun

koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.22, berikut ini:

TABEL 3.22

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR RELIGIOUS SUPPORTNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan25 0.67 0.07 9.60 V26 -0.20 0.07 -2.99 X27 1.06 0.07 15.57 V28 0.59 0.07 8.47 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur religious

support terdapat 1 item yang memiliki nilai negatif yaitu item nomor 26, maka

item tersebut didrop. Sedangkan item lainnya digunakan dalam mengestimasi

faktor skor untuk variabel religious support.

7. Validitas Konstruk Religious/Spiritual Coping

Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu

religious/spiritual coping. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

114

diperoleh model satu faktor yang fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0,

P-value = 1.00000 dan RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan

hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu religious/spiritual coping. Adapun koefisien

muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.23, berikut ini:

TABEL 3.23

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR RELIGIOUS/SPIRITUALCOPINGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan22 0.27 0.12 2.23 V23 0.32 0.14 2.35 V24 1.27 0.47 2.73 V

Ket: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur

religious/spiritual coping semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,

maka keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk

variabel religious/ spiritual coping.

8. Validitas Konstruk Commitment dan Organizational

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional mengukur

satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu commitment

dan organizational. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu

faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 8.31, df = 3, P-value = 0.04011 dan

RMSEA = 0.094. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

115

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.76, df=2,

P-value = 0.41407 dan RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan

hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur masing-masing faktor yaitu item nomor 32, 33 dan 34 mengukur

faktor commitment, sedangkan item nomor 35 dan 36 mengukur faktor

organizational. Adapun koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.24,

berikut ini:

TABEL 3.24

MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR COMMITMENT DANORGANIZATIONALNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan32 0.76 0.08 9.52 V33 0.76 0.08 9.96 V34 0.52 0.07 7.07 V35 0.76 0.10 7.80 V36 0.88 0.12 7.32 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 5 item yang mengukur commitment

dan organizational semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka

keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel

commitment dan organizational.

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

116

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian berikut ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan

data, yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti menyusun instrument penelitian setiap variabel.

2. Peneliti kemudian melakukan elisitasi kepada 20 orang untuk

mendapatkan informasi dan menentukan normative serta control belief

dari sebuah populasi. Untuk mendapatkan normative belief, Peneliti

memberikan pertanyaan terbuka yaitu siapa saja orang-orang yang

mendukung Anda untuk menabung di bank syariah. Peneliti mendapatkan

control belief dengan memberikan pertanyaan terbuka yaitu faktor-faktor

apa saja yang Anda percayai sebagai penghambat dan pendorong untuk

menabung di bank syariah. Peneliti kemudian membandingkan hasil

elisitasi dengan penelitian terdahulu. Terlihat beberapa kesamaan antara

hasil elisitasi yang dilakukan oleh Peneliti dengan penelitian terdahulu.

Hasil inilah yang kemudian Peneliti jadikan item alat ukur.

3. Peneliti kemudian menyebarkan angket tersebut kepada 5 orang untuk

membaca dan menyeleksi item-item tersebut agar nantinya dapat secara

efisien mengisi angket tersebut.

4. Peneliti menyebarkan angket tersebut kepada beberapa sampel yang ada di

Tangerang Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan non-

probability sampling. Hasil skala yang telah diisi kemudian diskoring

untuk dianalisis datanya.

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

117

3.5 Metode Analisa Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh antara sikap, norma

subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan

usia terhadap intensi menabung di bank syariah secara empiris, maka Peneliti

mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik Multiple

Regression Analysis (analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda

ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada di BAB 2. Dengan

dependent variable intensi menabung dan independent variable sikap, norma

subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan

usia, maka persamaan regresinya sebagai berikut:

Yꞌ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Yꞌ = Intensi Menabung

a = Konstan Intersepsi

b = Koefisien Regresi

X1 = Sikap

X2 = Norma subyektif

X3 = Perceived behavior control

X4 = Religiusitas

X5 = Penghasilan

X6 = Pendidikan

X7 = Usia

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara intensi menabung dengan sikap, norma subyektif,

perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia.

Besarnya intensi menabung yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan

tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R2 merupakan

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

118

perkiraan proporsi varians dari intensi yang dijelaskan oleh sikap, norma

subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan

usia. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut:

Uji R2 mengindikasikan apakah regresi Y pada independen variabel secara

bersama-sama signifikan secara statistik.

Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka

digunakanlah uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan menggunakan rumus

F (Pedhazur,1982), yaitu sebagai berikut:

Dimana k merupakan simbol dari jumlah independen variabel dan N

merupakan simbol dari jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,

dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang diujikan memiliki

pengaruh terhadap dependen variabel.

Kemudian selanjutnya Peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-tiap

IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi yaitu melihat apakah signifikan

dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap

IV, harus didapat dahulu nilai standard error of estimate dari b (koefisien regresi)

yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

119

barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb

itu sendiri. Jika ditulis dengan rumus maka:

Dimana b merupakan simbol dari koefisien regresi dan sb merupakan

simbol dari standar eror dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi

yang dilakukan oleh Peneliti.

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

120

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif,

dan terakhir pengujian hipotesis penelitian.

4.1 Analisis Deskriptif

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang sampel penelitian,

maka pada sub bab ini akan disampaikan hal-hal penting terhadap penafsiran

penelitian. Gambaran sampel yang akan dibahas berupa jenis kelamin,

pendidikan, penghasilan dan usia.

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu orang-orang yang

tinggal di wilayah Tangerang Selatan (Ciputat, Pamulang dan Serpong).

Jumlahnya sendiri tidak diketahui dikarenakan adanya keterbatasan pada waktu

dan biaya. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 200 orang. Pada tabel 4.1 ini

digambarkan banyaknya subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

TABEL 4.1

JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Frekuensi ProsentaseLaki-laki 67 33,5%Perempuan 133 66,5%Total 200 100%

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

121

Berdasarkan tabel di atas, responden berjumlah 200 dengan jumlah sampel

laki-laki 67 orang (33,5%) dan perempuan 133 orang (66,5%).

Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan usia.

Berdasarkan total subyek penelitian yang berjumlah 200 diketahui bahwa usia 45,

55 dan 58 tahun terdapat 1 orang (masing-masing 0,5%), usia 18, 28, 38, 47

terdapat 2 orang (masing-masing 1%), usia 27, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 42, 46,

tahun terdapat 3 orang (1,5%), usia 26, 40, 41 dan 44 tahun terdapat 4 orang (2%),

usia 34 dan 37 tahun terdapat 5 orang (2,5%), usia 35 tahun terdapat 6 orang

(3%), usia 25 tahun terdapat 7 orang (3,5%), usia 20 tahun terdapat 13 orang

(6,5%), usia 24 tahun terdapat 16 orang (8%), usia 19 dan 21 tahun terdapat 22

orang (10,9%), usia 23 tahun terdapat 24 orang (11,9%) dan usia 22 tahun

terdapat 26 orang (12,9%).

Selanjutnya, Peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan

pendidikan.

TABEL 4.2

JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN PENDIDIKAN

Pendidikan Frekuensi ProsentaseSMA 93 46,5%Diploma 12 6%S1 83 41,5%S2 12 6%Total 200 100%

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

122

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 46,5% responden berpendidikan SMA.

Sebanyak 41,5% berpendidikan S1. Prosentase terkecil yaitu sebanyak 6%

berpendidikan Diploma dan S2.

Selanjutnya, Peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan

penghasilan.

TABEL 4.3

JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN PENGHASILAN

Penghasilan Frekuensi Prosentase< Rp1.000.000 81 40,5%Rp1.000.001-2.000.000 43 21,5%Rp2.000.001-3.000.000 31 15,5%Rp3.000.001-4.000.000 16 8%Rp4.000.001-5.000.000 8 4%> Rp5.000.000 21 10,5%Total 200 100%

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden (40,5%) memiliki

penghasilan per bulan dibawah Rp1.000.000. Sebesar 21,5% responden memiliki

penghasilan antara Rp1.000.001-2.000.000. Sebesar 15,5% responden memiliki

penghasilan antara Rp2.000.001-3.000.000. Sebesar 8% responden memiliki

penghasilan Rp3.000.001-4.000.000. Sebesar 4% responden memiliki penghasilan

Rp4.000.001-5.000.000. Sebesar 10,5% responden memiliki penghasilan diatas

Rp5.000.000.

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

123

4.2 Uji Hipotesis Penelitian

Dalam tahap ini, Peneliti melakukan analisis regresi dengan menggunakan

software SPSS 19.0 untuk menjawab hipotesis pada bab dua. Seperti yang telah

dijelaskan pada bab 3, dalam analisis regresi terdapat 3 hal yang akan dilihat.

Yang pertama yaitu melihat besaran R-Square untuk mengetahui berapa persen

(%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Ke dua, melihat apakah secara

keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV. Ke tiga, melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.

Langkah pertama, Peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk tabel R-square

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

TABEL 4.4

TABEL R-SQUAREModel SummaryModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate1 ,678a ,459 ,440 4,68567a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subyektif, PBC,Penghasilan

Dari tabel R-Square di atas dapat diketahui proporsi varians intensi

menabung di bank syariah yang diberikan oleh independent variable. Nilai R-

Square tersebut sebesar 0,459, artinya proporsi varians intensi menabung di bank

syariah yang diberikan oleh independent variable sebesar 45,9% dan sisanya

sebesar 54,1% dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini.

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

124

Langkah ke dua, Peneliti menganalisis pengaruh dari seluruh independent

variable terhadap intensi menabung di bank syariah. Hasil pengujian tersebut

dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

TABEL 4.5

TABEL ANOVA PENGARUH IV TERHADAP DV

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 3582,536 7 511,791 23,310 ,000aResidual 4215,464 192 21,956Total 7798,000 199a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subyektif, PBC,Penghasilanb. Dependent Variable: IntensiDari hasil tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai p = 0.000 (p < 0,05),

artinya hipotesis mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan

seluruh IV terhadap intensi menabung di bank syariah, ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap, norma subyektif, PBC,

religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank

syariah.

Tahap selanjutnya yaitu melihat koefisien regresi setiap independent

variable. Apabila nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan, artinya

independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap intensi

menabung di bank syariah. Lihat tabel 4.6 di bawah ini:

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

125

TABEL 4.6

KOEFISIEN REGRESICoefficientsa

ModelUnstandardizedCoefficients StandardizedCoefficients t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 31,010Sikap ,190 ,019 ,575 10,100 ,000Norma Subyektif ,002 ,001 ,199 3,530 ,001PBC ,000 ,000 ,032 ,559 ,577Religiusitas ,006 ,006 ,053 ,998 ,319Penghasilan ,240 ,246 ,063 ,977 ,330Pendidikan ,423 ,334 ,072 1,267 ,207Usia ,032 ,049 ,042 ,654 ,514a. Dependent Variable: Intensi

Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Intensi menabungꞌ = 31,010 + 0,190 Sikap* + 0,002 Norma subyektif* +

0,000 PBC + 0,006 Religiusitas + 0,240

Penghasilan + 0,423 Pendidikan + 0,032 Usia

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan

Dari tabel di atas pula, kita dapat mengetahui signifikan atau tidaknya

koefisien regresi yang dihasilkan. Untuk mengetahuinya dapat dilihat nilai

signifikannya pada kolom yang paling kanan, jika p < 0,05, maka koefisien

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

126

regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap intensi menabung di

bank syariah. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Sikap memiliki nilai koefisien sebesar 0,190 dengan nilai p = 0,000

(p <0,05), yang artinya bahwa variabel sikap secara positif mempengaruhi

intensi menabung di bank syariah dan signifikan. Jadi, semakin positif

sikap seseorang terhadap bank syariah maka semakin tinggi intensi

menabung di bank syariah dan hal ini secara statistik signifikan. Sikap

merupakan penentu sebuah pilihan seseorang, ketika sikap seseorang

terhadap bank syariah bersifat positif maka hal ini akan mempengaruhi

pilihan orang tersebut untuk cenderung memilih jasa perbankan syariah

sebagai pilihan mereka.

2. Norma subyektif memiliki nilai koefisien sebesar 0,002 dengan nilai

p = 0,000 (p < 0,05), yang artinya bahwa variabel norma subyektif secara

positif mempengaruhi intensi menabung di bank syariah dan signifikan.

Jadi, semakin tinggi norma subyektif seseorang maka semakin tinggi

intensi menabung di bank syariah dan hal ini secara statistik signifikan.

Norma subyektif membantu membentuk keyakinan individu terhadap

suatu perilaku. Ketika norma maupun harapan-harapan orang disekitarnya

yang memiliki peranan penting bagi dirinya menyatakan menabung di

bank syariah merupakan suatu hal yang baik dan perlu untuk dilakukan,

maka hal ini pun akan menimbulkan niat seseorang untuk menabung di

bank syariah.

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

127

3. PBC memiliki nilai koefisien 0,000 dengan nilai p = 0,577 (p > 0,05),

yang artinya bahwa variabel PBC secara positif mempengaruhi intensi

menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi PBC

maka semakin tinggi pula intensi menabung di bank syariah dan hal ini

secara statistik tidak signifikan. Tidak signifikannya PBC dapat terjadi

ketika konstruk ini tidak cukup untuk mendorong maupun menghambat

suatu perilaku. Peneliti beranggapan bahwa masih terdapat belief lain yang

dipersepsi lebih mendorong maupun menghambat seseorang untuk

menabung di bank syariah dan tidak masuk dalam penelitian ini.

4. Religiusitas memiliki koefisien 0,006 dengan nilai p = 0,319 (p > 0,05),

yang artinya bahwa variabel religiusitas secara positif mempengaruhi

intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin

tinggi religiusitas seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di

bank syariah, namun hal ini secara statistik signifikan. Tidak signifikannya

religiusitas kemungkinan disebabkan karena nasabah dalam memilih

sebuah bank, yang dalam hal ini bank syariah, mereka lebih

mengutamakan economic rationale, ketimbang faktor yang sifatnya

keagamaan.

5. Penghasilan memiliki koefisien 0,240 dengan nilai p = 0,330 (p > 0,05),

yang artinya bahwa variabel penghasilan secara positif mempengaruhi

intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin

tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di

bank syariah, namun hal ini secara statistik tidak signifikan. Dalam

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

128

penelitian terdahulu penghasilan memang mempengaruhi perilaku

menabung seseorang secara umum. Namun dalam penelitian ini

dikarenakan objek perilaku lebih spesifik yaitu menabung di bank syariah,

dimana perilakunya lebih kompleks, tentu akan lebih banyak dipengaruhi

oleh variabel lain disamping varibel penghasilan saja. Penghasilan

dianggap tidak berpengaruh secara langsung terhadap intensi menabung di

bank syariah, namun pengaruhnya kemungkinan besar melalui variabel

lain semisal motivasi dan sikap. Orang yang memiliki penghasilan tinggi

menjadi memiliki motif untuk menabung, ditambah lagi ia memliki sikap

yang positif terhadap bank syariah, hal ini yang akhirnya memunculkan

intensi yang kuat untuk menabung di bank syariah. Interpretasi ini juga

berlaku untuk variabel pendidikan dan usia. Pembahasan lebih lanjut dapat

dilihat di BAB 5 sub bab diskusi.

6. Pendidikan memiliki koefisien 0,423 dengan nilai p = 0,207 (p > 0,05),

yang artinya bahwa variabel pendidikan secara positif mempengaruhi

intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di

bank syariah, namun hal ini secara statistik tidak signifikan.

7. Usia memiliki koefisien 0,032 dengan nilai p = 0,514 (p > 0,05), yang

artinya bahwa variabel usia secara positif mempengaruhi intensi

menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi semakin tinggi usia

maka semakin tinggi intensi menabung di bank syariah, namun hal ini

menurut statistik tidak signifikan.

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

129

Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varians dari DV

yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan

dengan menghitung pertambahan proporsi varians setiap kali IV baru dimasukkan

dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.7

dibawah ini:

TABEL 4.7

PROPORSI VARIANS MASING-MASING INDEPENDENT VARIABLEModel SummaryModel R Square Change StatisticsR Square Change F-Change df1 df2 Sig. F-Change1 ,400 ,400 131,799 1 198 ,0002 ,438 ,038 13,373 1 197 ,0003 ,438 ,000 ,171 1 196 ,6804 ,442 ,003 1,203 1 195 ,2745 ,453 ,011 4,025 1 194 ,0466 ,458 ,005 1,829 1 193 ,1787 ,459 ,001 ,427 1 192 ,5141. Predictors: (Constant), Sikap2. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif3. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC4. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas5. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan6. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan, Pendidikan7. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan, Pendidikan, Usia

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

130

Dari tabel 4.7 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel sikap memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 40% bagi

bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini signifikan

dengan F-change = 131,799 dan df = 1,198.

2. Variabel norma subyektif memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 3.8%

bagi bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini

signifikan dengan F-change = 13,373 dan df = 1,197.

3. Variabel perceived behavior control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 0% bagi bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan

ini tidak signifikan dengan F-change = 0,171 dan df = 1,196.

4. Variabel religiusitas memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi

bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak

signifikan dengan F-change = 1,203 dan df = 1,195.

5. Variabel penghasilan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,1% bagi

bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini signifikan

dengan F-change = 4,025 dan df = 1,194.

6. Variabel pendidikan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,5% bagi

bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak

signifikan dengan F-change = 1,829 dan df = 1,193.

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

131

7. Variabel usia memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi

bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak

signifikan dengan F-change = 0,427 dan df = 1,192.

Sebagai kesimpulan dari bagian ini yaitu bahwa hanya ada tiga IV dari 7

IV, yaitu sikap, norma subyektif dan penghasilan yang signifikan memberikan

sumbangan terhadap intensi menabung di bank syariah jika dilihat dari besarnya

pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV

(sumbangan proporsi varians yang diberikan).

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

132

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diskusi, kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

“Ada pengaruh yang signifikan secara keseluruhan dari sikap, norma subyektif,

perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia

terhadap intensi menabung di bank syariah”. Hal ini berarti bahwa hipotesis

mayor yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap, norma subyektif,

perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia

terhadap intensi menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan,

ditolak.

Selanjutnya jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varians

sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang

signifikan yaitu sikap, norma subyektif dan penghasilan. Variabel sikap

mempunyai pengaruh yang relatif dominan secara signifikansi atau memiliki

prosentase kontribusi terbesar terhadap intensi menabung di bank syariah yaitu

sebesar 40%; sumbangan varians norma subyektif sebesar 3,8%; sumbangan

varians penghasilan sebesar 1,1%. Sedangkan IV yang lain seperti perceived

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

133

behavior control, religiusitas, pendidikan dan usia tidak memberikan sumbangan

varians yang signifikan terhadap intensi menabung di bank syariah.

5.2. Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap bank syariah memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap intensi menabung di bank syariah

pada masyarakat Tangerang Selatan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

semakin positif sikap seseorang terhadap bank syariah maka akan semakin tinggi

pula intensi menabung di bank syariah. Variabel sikap juga memiliki sumbangan

atau pengaruh terbesar terhadap intensi menabung di bank syariah. Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cokro (1999) yang

mendapatkan hasil bahwa sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

intensi menabung di bank syariah.

Engel (1995) menyebutkan bahwa sikap dibentuk dari 3 komponen, yaitu:

1) afektif, komponen perasaan terhadap objek sikap, 2) kognitif, komponen

kepercayaan terhadap objek sikap, 3) konatif, merujuk pada tindakan seseorang

atau kecenderungan berperilaku. Dengan sumbangan variabel sikap yang terbesar

yaitu 40%, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap yang positif

terhadap perbankan syariah, memiliki gabungan antara perasaan yang positif,

kepercayaan terhadap perbankan syariah dan memiliki kecenderungan menabung

di bank syariah. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Taib dkk (2008) yang

menemukan bahwa sikap yang positif mempengaruhi intensi untuk menggunakan

Diminishing Partnership yang berlandaskan hukum syariah.

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

134

Ketika seseorang memiliki sikap yang favorable atau positif (yang dalam

hal ini secara kognitif) bahwa bank syariah memiliki konsep yang lebih baik atau

tidak kalah dibandingkan bank konvensional, maka intensi untuk menabung di

bank syariah pun menjadi terbentuk. Sama halnya, jika seseorang

mengasosiasikan sebuah objek dengan perasaan positif, sikapnya juga akan

menjadi lebih favorable. Sikap, menentukan intensi. Intensi seseorang untuk

menabung di bank syariah, idealnya bertambah kuat sebagaimana sikapnya

terhadap bank syariah itu menjadi lebih favorable.

Variabel independen kedua terbesar yang memberikan kontribusi dalam

intensi menabung di bank syariah yaitu variabel norma subyektif. Variabel ini

memberi kontribusi terhadap intensi menabung di bank syariah berdasarkan pada

aspek norma sosial dengan dua determinan (Ajzen, 1991). Pertama, keyakinan

seseorang mengenai norma atau harapan orang-orang di sekitar yang memiliki

peranan penting bagi dirinya (significant other) untuk menampilkan atau tidak

menampilkan perilaku menabung di bank syariah (normative belief). Yang ke dua,

keyakinan terhadap norma sosial ini harus disertakan dengan keinginan untuk

mematuhi seseorang yang dianggap penting tersebut (motivation to comply).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran dan persepsi orang lain

yang dianggap penting dapat mempengaruhi individu dalam membuat keputusan

atau tindakan tertentu, yang dalam hal ini intensi menabung di bank syariah. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taib dkk (2008) bahwa norma

subyektif memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi untuk menggunakan

diminishing partnership (DP). Semenjak DP menjadi produk finansial yang bebas

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

135

bunga serta keberadaannya disahkan oleh hukum syariah, dalam penelitian ini

norma subyektif menjadi prediktor yang lebih baik dibandingkan dengan sikap.

Opini dari para ekonom Islam, ustad, maupun rekan yang telah bergabung dalam

grup syariah memberi efek yang cukup kuat untuk mempengaruhi intensi

seseorang untuk menggunakan DP. Pendapat serupa yang menyatakan norma

subyektif memiliki pengaruh terhadap intensi juga pernah diteliti oleh Bhatti

(2007) dalam Journal of internet Banking and Commerce. Penelitian ini juga

memberikan kesimpulan yang sama bahwa norma subyektif mempengaruhi

intensi untuk menggunakan mobile commerce. Norma subyektif sering digunakan

sebagai variabel untuk menjelaskan tingkat adopsi yang cepat untuk

menggunakan sebuah teknologi dan hasil penelitian ini mengungkapkan pengaruh

yang signifikan dari tekanan normatif untuk menggunakan teknologi. Norma

subyektif juga membantu membentuk estimasi atau keyakinan individu terhadap

kemampuannya untuk menggunakan sistem dengan baik.

Variabel selanjutnya yaitu PBC, niat untuk menabung di bank syariah

tidak secara signifikan diprediksi PBC, seperti hipotesis di TPB. Hal ini dapat

terjadi ketika PBC saja tidak cukup untuk mendorong para nasabah untuk

menabung di bank syariah. Sebagaimana pernyataan Ajzen (2008) bahwa PBC

memiliki implikasi motivasi pada intensi. Serupa dengan penelitian Teo & Lee

(2010) mengenai intensi para guru untuk menggunakan teknologi, diperoleh hasil

bahwa PBC saja tidak cukup untuk mendorong guru-guru untuk menggunakan

teknologi. Namun, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PBC secara

signifikan berkorelasi dengan sikap dan norma subyektif.

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

136

Pada intensi menabung di bank syariah, terdapat belief yang diyakini oleh

subyek menjadi faktor pendorong dan penghambat untuk menabung di bank

syariah. Beberapa belief yang muncul diantaranya yaitu adanya keinginan bisa

mendapatkan ketenangan hati karena terbebas dari riba, bisa menabung dengan

cara yang diarahkan oleh Islam dan bisa mendapatkan pelayanan yang baik dari

bank syariah. Sedangkan, ketersediaan informasi tentang produk yang masih

terbatas, akan kesulitan mendapatkan ATM dan lokasi yang jauh dari pusat

aktivitas, dianggap sebagai faktor yang dapat menghambat untuk menabung di

bank syariah. Dalam hal ini bahwa faktor yang dipersepsikan oleh individu

sebagai faktor pendorong dan penghambat untuk menabung di bank syariah

kemungkinan tidak benar-benar menjadi faktor yang mendorong maupun

menghambat. Ada kemungkinan terdapat faktor lain yang secara jelas menjadi

pendorong maupun penghambat untuk menabung di bank syariah, hal inilah yang

kemungkinan PBC dalam penelitian ini tidak menentukan tinggi rendahnya

intensi untuk menabung di bank syariah.

Ajzen (2005) juga menyatakan bahwa pada beberapa situasi, perceived

behavior control ini tidak realistis, seperti pada kondisi ketika individu hanya

memiliki sedikit informasi tentang tingkah laku, ketika sumber daya yang tersedia

berubah, maupun ketika elemen baru muncul pada situasi tersebut. Pada situasi

seperti ini, pengukuran perceived behavior control hanya memiliki peran yang

sedikit untuk memprediksi tingkah laku. Hal ini juga terjadi pada penelitian ini.

Hal utama yang dapat disoroti yaitu mengenai informasi tentang perbankan

syariah itu sendiri. Kebanyakan dari responden belum memahami tentang

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

137

perbankan syariah dengan alasan informasi yang didapat tentang bank syariah

masih sangat minim. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan PBC tidak menjadi

prediktor yang baik.

Membuat keputusan untuk menjadi nasabah sebuah bank tidaklah sama

dengan membeli produk-produk murah. Membuat keputusan untuk mengalihkan

tabungannya dari satu bank ke bank lain nyatanya tidak mudah. Seseorang harus

melewati beberapa prosedur administrasi yang juga disertai dengan biaya-biaya

lain. Karenanya, ketika seseorang hendak membuat sebuah keputusan untuk

menabung di bank syariah, mereka memerlukan sejumlah rincian informasi.

Informasi inilah yang kemudian akan memunculkan belief yang tepat dimana

dapat memprediksi sebuah intensi. Namun sayangnya, belief dalam penelitian ini

yang dianggap sebagai pendorong untuk menjadi nasabah bank syariah dianggap

tidaklah cukup kuat untuk mendorong mereka untuk memunculkan intensi

menabung di bank syariah, begitupula dengan belief penghambatnya.

Untuk variabel religiusitas, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap intensi menabung di bank

syariah. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad &

Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity And The Malay Muslim Investors In

Malaysia: An Analysis On Some Aspects Of Ethical Investment Decision, yang

memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan

terhadap perilaku investasi investor Malaysia Muslim Melayu dalam berinvestasi

secara syariah. Selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulhari (2005)

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

138

dengan intensi menabung di bank syariah. Dengan kata lain, religiusitas juga

dapat mempengaruhi individu untuk memunculkan suatu perilaku yang erat

kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut hukum Islam (Syariah). Berbeda

dalam penelitian ini, religiusitas tidak secara signifikan mempengaruhi intensi

menabung di bank syariah. Hasil ini kemungkinan dikarenakan, masyarakat saat

ini dalam memilih jasa perbankan syariah lebih mengutamakan pada aspek yang

bersifat ekonomis atau keuntungan ketimbang aspek keagamaan. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Irbid dan Zarka (2001) yang juga

memberikan kesimpulan yang sama mengenai faktor yang mendorong nasabah

memilih bank syariah. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa, nasabah

dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan,

bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan

economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah.

Seseorang yang memiliki intensi menabung di bank syariah kemungkinan

tahu tentang kaidah-kaidah keagamaan dan tahu mengenai hukum syariah, namun

bukan berarti orang yang memiliki intensi menabung di bank syariah memiliki

tingkat religiusitas yang tinggi seperti yang ditanyakan item-item religiusitas

dalam peneltian ini. Seandainya, item-item religiusitas yang ada berisi mengenai

hukum syariah dalam hal menabung kemungkinan akan memiliki pengaruh

terhadap intensi menabung di bank syariah, namun dikarenakan item yang ada

sifatnya general maka dari itu pengaruh yang signifikan tidak didapatkan dalam

penelitian ini. Salah satu item yang Peneliti maksud seperti; “hukum riba

merupakan hukum dalam agama Islam hal yang paling saya hindari”, dan ketika

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

139

seseorang menjawab “sangat setuju”, kemungkinan besar mereka memiliki intensi

yang tinggi untuk menabung di bank syariah. Namun yang perlu dicermati adalah,

orang yang memahami hukum riba dan syariah belum tentu menjadi indikasi dari

total religiusitas. Peneliti menyimpulkan, apabila terdapat dimensi religiusitas

yang mengukur konstruk pengetahuan mengenai hukum Islam (syariah), besar

kemungkinan dimensi itulah yang bisa mempengaruhi intensi menabung di bank

syariah.

Variabel selanjutnya yaitu penghasilan, yang dalam penelitian ini tidak

mempengaruhi intensi menabung di bank syariah. Dalam artian, tinggi besarnya

penghasilan seseorang tidak mengharuskan orang itu untuk memilih menabung di

bank syariah. Penelitian terdahulu memang mengatakan bahwa penghasilan

memiliki pengaruh terhadap perilaku menabung, namun dikarenakan dalam

penelitian ini lebih spesifik terhadap menabung di bank syariah maka pola

hubungannya pun belum begitu jelas. Variabel penghasilan Peneliti asumsikan

akan memiliki pengaruh signifikan bukan pada intensi menabung di bank syariah,

namun jika sudah masuk pada tahap perilaku menabung di bank syariah, seperti

misalnya dalam hal memilih jenis tabungan. Sebagai contoh, seseorang yang

memiliki penghasilan tinggi, kemungkinan lebih memilih jenis tabungan seperti

deposito daripada hanya sekedar menyimpan uang di bank saja.

Variabel pendidikan dalam penelitian ini juga tidak memberikan pengaruh

yang signifikan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, belum tentu lebih

memilih untuk menabung di bank syariah, karena pendidikan dalam penelitian ini

bersifat general. Jika pendidikan dalam penelitian ini lebih dikonsentrasikan pada

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

140

jenis fakultas kemungkinan akan terdapat perbedaan intensi menabung di bank

syariah antara fakultas A dan fakultas B. Misalnya saja mahasiswa S1 Fakultas

Syariah, kemungkian lebih memiliki intensi yang tinggi untuk menabung di bank

syariah, dibandingkan mahasiswa S1 jurusan Psikologi. Hal ini disebabkan

mahasiswa Fakultas Syariah lebih memahami mengenai hukum syariah daripada

mahasiswa S1 Fakultas Psikologi.

Untuk variabel usia, diperoleh hasil yang tidak signifikan. Hal ini

disebabkan kemungkinan variabel usia memang tidak secara langsung

mempengaruhi intensi. Diasumsikan bahwa variabel usia memiliki keterkaitan

dengan variabel pengetahuan terhadap perbankan syariah. Orang yang memiliki

usia lebih tua jika mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai perbankan

syariah kemungkinan tidak akan tertarik dengan bank syariah. Orang yang lebih

mudapun demikian, jika tidak mengetahui tentang hukum riba dan hukum syariah

kemungkinan kecil memiliki intensi menabung di bank syariah.

Kesimpulannya, dalam penelitian terdahulu, ketiga variabel demografis di

atas memang mempengaruhi perilaku menabung seseorang. Namun, dalam

penelitian ini perilaku menabung yang dimaksud yaitu menabung di bank syariah.

Ada kemungkinan jika variabel demografis ini diteliti pada perilaku menabung

secara umum dapat memberikan hasil yang signifikan, namun tidak pada perilaku

menabung di bank syariah yang bersifat lebih khusus serta tentu banyak aspek-

aspek demografis lain yang lebih signifikan mempengaruhi pilihan untuk

menabung di bank syariah seperti jarak tempuh antara rumah dengan bank

syariah. Jika melihat dari background faktor TPB, variabel pendidikan,

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

141

penghasilan dan usia memang tidak secara langsung mempengaruhi intensi

seseorang. Ketiga variabel tersebut digambarkan memberikan pengaruh pada

sikap, norma subyektif dan PBC, bukan pada intensi secara langsung.

Kemungkinan besar ketiga variabel demografis tersebut tidak berdiri sendiri tetapi

bergantung pada variabel sikap, norma subyektif dan perceived behavior control,

serta variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti variabel

pengetahuan, namun interaksi antar variabel tesebut tidak diteliti dalam penelitian

ini.

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, Peneliti menyadari masih terdapat banyak

kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Peneliti memberikan beberapa saran untuk

bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait

dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Elemen waktu dan situasi sebaiknya lebih diperjelas lagi jika ingin

melakukan penelitian yang terkait dengan intensi menabung di bank

syariah dengan harapan agar tingkat peramalannya dapat lebih akurat.

2. Perlunya mencari variabel-variabel lain yang lebih sesuai dan secara

teoritis didiuga bisa meramalkan intensi untuk menabung di bank syariah.

Hal ini mengingat bahwa variabel sikap, norma subyektif, PBC,

religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia secara bersama-sama hanya

memberikan sumbangan 45,9% terhadap peramalan intensi menabung di

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

142

bank syariah, sedangkan masih terdapat prosentase yang cukup besar dari

variabel lain yaitu 54,1% yang mempengaruhi intensi seseorang untuk

menabung di bank syariah. Peneliti menyarankan untuk penelitian

selanjutnya agar mencoba meneliti variabel pengetahuan terhadap sistem

perbankan syariah, pengetahuan mengenai bunga bank, dan sikap terhadap

bunga bank.

3. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas maka perlu juga

memperluas jangkauan dan juga jumlah subyek yang dijadikan sampel

penelitian. Begitu pula area penyebaran yang tidak hanya di daerah

Tangerang Selatan saja.

4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur tingkah laku aktual

menabung di bank syariah. Hal ini diharapkan berguna untuk mengetahui

sejauh mana kesesuaian teori ini dalam memprediksi tingkah laku.

5.3.2 Saran Praktis

1. Publikasi dan sosialisasi sebaiknya lebih gencar dilakukan oleh bank-bank

syariah terhadap produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas

atau calon nasabah yang potensial agar lebih dikenal. Strategi yang

digunakan hendaknya mempertimbangkan faktor sikap dan norma

subyektif, dimana kedua variabel tersebut merupakan faktor yang

berpengaruh signifikan pada penelitian ini. Strategi yang terkait dengan

sikap berarti harus memperhatikan karekteristik perbankan syariah dimana

hal tersebut dapat meningkatkan sikap posititf calon nasabah terhadap

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

143

bank syariah Misalnya dengan memberikan iklan-iklan yang menonjolkan

konsekuensi positif yang akan didapatkan apabila menabung di bank

syariah.

2. Para orang tua, kerabat, tokoh agama dan dosen/guru hendaknya terus

menjaga dan meningkatkan saran-saran positif kepada orang-orang

terdekat maupun masyarakat luas agar mereka memiliki intensi menabung

di bank syariah. Kerjasama antara para tokoh agama maupun ilmuwan

juga diperlukan agar terwujudnya integrasi persamaan persepsi antara

keduanya dalam memajukan perbankan syariah, serta sosialisasi bank

syariah kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat

memicu masyarakat untuk lebih yakin terhadap kinerja perbankan syariah

dan berwujud pada intensi yang tinggi untuk menabung di bank syariah,

karena tokoh agama dan ilmuwan seringkali dijadikan panutan

masyarakat.

3. Mengingat faktor religiusitas dalam penelitian ini tidak berdampak

signifikan, diharapkan para praktisi ekonomi sudah saatnya

mengedepankan hal-hal yang lebih universal dan populer di masyarakat,

dibandingkan menggunakan pola pikir yang mengedepankan masalah

halal-haram bunga bank, seperti mensosialisasikan keunggulan-

keunggulan rill bank syariah dibandingkan bank konvensional akan

menjadi strategi pemasaran yang baik bagi bank syariah untuk masa yang

akan datang. Dengan mengedepankan sosialisasi yang sifatnya universal,

diharapkan bank syariah tidak hanya dipersepsi sebagai bank milik orang-

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

144

orang Islam saja, namun bank syariah juga dipersepsi sebagai bank yang

universal serta dapat menggarap pangsa pasar bagi nasabah non-muslim.

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

145

Daftar Pustaka

Abdullah, N., Majid, M.S. Abd. (2003, March). The influence of religiosity,income and consumption on saving behaviour: the case of internationalIslamic university malaysia (Iium). IQTISAD: Journal of IslamicEconomics, Vol. 4, No. 1, pp. 37 – 55

Ajzen, Icek. ( 2005). Attitudes, personality and behavior (2th ed). England:Mc Graw

Ancok, Jamaluddin (2001). Psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Bhatti, Tariq (2007). Exploring factors influencing the adoption of mobilecommerce. Array Development: Journal of Internet Banking andCommerce, December 2007, vol. 12, no.3

Canova, L., Rattazi, A.M.M., & Webley, P. (2005). The hierarchical structureof saving motives. Elsevier: Journal of Economic Psychology 26 (2005)21–34

Chaplin.J.P. (2000). Kamus lengkap psikologi. Kartini Kartono (terjemahan)Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cokro (1999). Pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subyektif, danperceived behavior control terhadap intensi menabung di bank syariah.Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Collins, Susan M. (1991). Saving behavior in ten developing countries.Chicago: University of Chicago Press.

Cronqvist, Henrik & Siegel, Stephan (2010). The origins of savings behavior.Stockholm, Sweden: Institute for Financial Research, SIFR,Drottninggatan 89, SE‐113 60

Croy, Gerry., Gerrans, Paul., Speelman, Craig (2010). The role and relevanceof domain knowledge, perceptions of planning importance, and risktolerance in predicting savings intentions. Journal of EconomicPsychology 31 (2010) 860–871

Engel, F.J., Blackwell, D.R. dan Miniard, P.W.( 1995). Consumer behavior(8th ed). Ohio:Thomson/South-Western

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

146

Felix, David (1995). Biography of an idea: John Maynard Keynes and thegeneral theory of employment, interest and money. United States ofAmerika: Transaction Publishers

Felix, Pomeranz (1997, July). The accounting and auditing organization forIslamic financial institutions: an important regulatory debut. Journal ofInternational Accounting Auditing & Taxation.http://www.financeinislam.com/article/1_39/1/368

Fetzer, John E. (1999): Multidimensional measurement of religiousness /spirituality for use in health. Kalamazo: John E. Fetzer Institute.

Fishbein, M. dan Ajzen, I.( 1975). Belief, attitude, intention and behavior: anintroduction to theory and research. United States: Addison WesleyPub.co.

Grandon, Elizabeth dan Mykytyn, P. Jr. (2002). Developing an instrument tomeasure the intention to use electronic commerce in small and mediumsized businesses in Chile. AMCIS 2002 Proceedings: Southern IllinoisUniversity at Carbondale

Gozali, Ahmad (2010, 12 Desember).Diminishing partnership menggantikanmurabahah?. http://ib.eramuslim.com/2010/12/12/diminishing-partnership-menggantikan-murabahah/

Gozali, Ahmad (2010, 27 Desember). Kenapa harus bank syariah?.http://ib.eramuslim.com/2010/12/27/kenapa-harus-bank-syariah/

Hakim, Lukmanul (2008). Upaya bank dalam usaha meningkatkankepercayaan nasabah melalui pemasaran produk. Among Makarti,Vol.1, No.1 Juli 2008

Husada, Erlangga (2007). Kajian Islam kontemporer. Jakarta: UIN JakartaPress.

Hendrawan, Heru (2004). Analisis perilaku nasabah tabungan abc cabangtebet setelah fatwa MUI mengenai bunga bank. Bandung: MB – IPB

Hosen, N.M., Ali, Hasan., dan Muchtasib, B. (2007). Menjawab keraguanumat Islam terhadap bank syariah. Jakarta: PKES Publishing

Irsyad, Muhammad (2007). Perbankan syariah dan pengentasan kemiskinan:Kajian Islam Kontemporer. Jakarta: UIN Press

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

147

Joreskog, K.G. and Sorbom, D. (1988). Prelis (2nd edition). USA: ScientificSoftware.inc.

Kamayanti, Ari dan Setya, Parwita W (2008, Feb 28). Persepsi nasabahdalam memilih bank syariah dan bank konvensional di sidoarjo.http://akuntansisyariah.multiply.com/journal/item/2/Persepsi_Nasabah_dalam_Memilih_Bank_Syariah_dan_Bank_Konvensional_di_Sidoarjo

Karim, Adiwarman (2004). Bank Islam: Analisis fiqih dan keuangan. Jakarta:Raja Grafindo persada

Karim, Adiwarman A. and Affif, Adi Zakaria. (2006). Islamic bankingconsumer behavior in Indonesia: a qualitative approach. Paperpresented at the 7th International Conference on Islamic Economics, 1-3 April 2008, King Abdul Aziz University, Jeddah, Saudi Arabia.

Khan, M.S.Noman., Hassan, M.K. & Shahid, A.I.(...). Banking behavior ofIslamic bank customers in Bangladesh. Journal of Islamic Economics,Banking and Finance

Khan, Ayesha K (2010). God, government and outsiders: The Influence ofReligious Belief on Depositor Behavior in an Emerging Market.

Kibet, Lawrence K., Mutai, Benjamin K., Ouma, Desterjo E., Owuor, George(2009, October). Determinants of household saving: case study of smallholder farmers, entrepreneurs and teachers in rural areas of Kenya.Journal of Development and Agricultural Economics Vol. 1(7), pp. 137-143

Lee, Seonglim, Park, Myung-Hee, Montalto, Catherine P. (2000). The effect offamily life cycle and financial management practices on householdsaving patterns. Journal of Korean Home Economics AssociationEnglish Edition: Vol. 1, No. 1, December 2000

Lopez, Fernando Lera (1995).The influence of age on household savingsbehaviours and motives evidence from Spain. Pamplone, Spain:Department of Economics, Public University of Navarre

Loudon, D.L. & Bitta, A.J.D (1993). Consumer behavior: concepts andapplications. (4th edition). Singapore: McGraw-Hill Book co.

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

148

Lucy, Karyati Basar (2008). Model program integer untuk menentukanhorizon waktu peramalan dalam menyelesaikan masalah dynamic lostsizing. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Muhamad, Rusnah & Devi, S.Susela (2006). Religiosity and the malay musliminvestors in Malaysia: an analysis on some aspects of ethicalinvestment decision.

Muhammad (2006). Bank Syariah: analisis kekuatan, peluang, kelemahan danancaman. Yogyakarta: Ekonisia.

Oskamp, Stuart dan Schultz, W.P (2004). Attitude and opinions. New Jersey:Lawrence Erlbaum Associate.

Pedhazur, E.J. (1982). Multiple regression in behavioral research explanationand prediction. New York: CBS College Publishing

Rabinovic, Anna & Webley Paul (2006). Filling the gap between planningand doing; Psychological factors involved in the successfulimplementation of saving intention. Journal of Economic Psychology.Elsevier

Rahmat, Jalaluddin (1997). Psikologi agama. Jakarta: Rajawali Press

Riawan, Amin (2009). Perbankan syariah: sebagai solusi perekonomiannasional. Jakarta: Asbisindo

SEF UGM (2009). Riset Bank Shariah 2008. http://unlam-ekonomi-islam.blogspot.com/2010/10/riset-bank-shariah-2008.html.

Sevilla, G. Consuelo et.al. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI-Press.

Solmon, Leuis C. (1975). The relation between schooling and savingsbehavior: an example of the indirect effects of education. NationalBureau of Economic Research

Sudaryana, Arif (2007). Analisis perilaku konsumen dalam menabung padabank umum di Yogyakarta. AKMENIKA UPY, Volume 1, 2007

Suhesta, Bahtiar Hayat (2010). Mendorong pertumbuhan perbankan syariahdengan kembali kepada jati diri. I.Financehttp://ifinance.bahtiarhs.net/2010/04/mendorong-pertumbuhan-perbankan-syariah-dengan-kembali-kepada-jati-diri/

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

149

Sumitro, Warkum (1996). Asas-asas perbankan Islam dan lembaga-lembagaterkait (bamui, takaful dan pasar modal syariah. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Taib, Md Fauziah, Ramayah, T., Razak, A.D. (2008). Factors influencingintention to use diminishing partnership home financing. InternationalJournal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 1No. 3, 2008, pp. 235-248

Teo, Timothy & Lee, B.C. (2010). Examining the efficacy of the Theory ofPlanned Behavior (TPB) to understand pre-service teachers’ intentionto use technology. Sydney: Ascilite

Umar, J. (2010). Bahan pelatihan analisis faktor. Institut Asessmen Indonesia.(Juli,2010)

Warneryd, Karl-Erik (1999). The psychology of saving: A Study on EconomicPsychology. Cheltenham United Kingdom: Edward Elgar Publisher

Wirdyaningsih. (2005). Bank dan asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana.

Yorulmaz, Oya Ekici-Ozlem (2010). The relation between age structure andsaving rate of Turkey: 1968-2006. SosySal Bilimler Dergisi 2010, (4),15-24

Zulhairi (2005). Hubungan religiusitas dengan intensi untuk menabung dibank syariah pada pemeluk agama Islam. Skripsi. Depok: FakultasPsikologi UI.

Website:

(www.syariahmandiri.com)

(www.pkesinteraktif.com)

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Lampiran 1

Selamat Pagi/Siang/Sore

Saya mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir, saat inisaya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir kuliah (skripsi). Sayamembutuhkan bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisiangket ini. Jawaban Anda tidak dilihat benar atau salah, dan kerahasiaan jawaban Andaterjamin. Sebelumnya saya berterima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untukmengisi angket ini.

DATA RESPONDENInisial / Nama :Usia :Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. PerempuanPendidikan Terakhir :

a. SD c. SMA g. S1 i. S3b. SMP e. Diploma h. S2

Aktivitas saat ini / pekerjaan :a. Wiraswasta c. Pegawai Swasta e. Mahasiswab. Pegawai Negri d. Ibu Rumah tangga f. Lain-lain

(sebutkan)................................Penghasilan / uang saku (bagi yg belum bekerja) rata-rata per bulan :

a. < Rp 1.000.000 d. 3.000.001 - 4.000.000b. Rp 1.000.001 - 2.000.000 e. 4.000.001 - 5.000.000c. Rp 2.000.001 - 3.000.000 f. > Rp 5.000.000

Apakah Anda Memiliki rekening tabungan di bank ?a. Tidak (Stop sampai di sini, Terima kasih banyak )b. Ya (Lanjutkan ke nomor berikutnya)

Mohon sebutkan nama Banknya .................................

Lama menjadi nasabah;a. ≤ 1 tahun c. 3 – 6 tahun e. ≥ 9 tahun

b. 1 – 3 tahun d. 6 – 9 tahun

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi.

.....................................................(Inisial / Nama dan Tanda Tangan)

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

PETUNJUK PENGISIANBerikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta memilih pernyataan yang sesuaidengan diri Anda, dan bukan yang idealnya terjadi pada diri Anda. Berilah tanda checklist(√) pada jawaban yang Anda pilih dari keempat alternatif jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan, yaitu:SJ : Bila pernyataan Sangat Jarang Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.J : Bila pernyataan Jarang Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.S : Bila pernyataan Sering Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.SS : Bila pernyataan Sangat Sering Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.

Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalahbenar selama itu sesuai dengan diri Anda.

Contoh Pengisian

Jika Anda Sangat Jarang merasakan hal yang terdapat dalam pernyataan, maka Anda dapatmemberi tanda (√) pada kolom SJ (Sangat Jarang).

No. PERNYATAAN SJ J S SS1. Saya mendapat perhatian dari

teman saya ketika sedangstres.

Jika Anda Sangat Sering melakukan hal yang terdapat dalam pernyataan, maka Anda dapatmemberi tanda (√) pada kolom SS (Sangat Sering).

No. PERNYATAAN SJ J S SS2. Saya membantu teman saya

dalam mengerjakan tugasnya.√

Skala 1 RELIGIUSITAS

No PERNYATAAN SJ J S SS1. Saya merasakan kehadiran Allah

dimanapun dan kapanpun.2 Saya menemukan kekuatan dan

kenyamanan dalam agama saya.3. Saya merasakan kedamaian dalam agama

saya.4. Saya mencoba untuk lebih dekat dengan

Allah.5. Saya merasakan cinta Allah kepada saya,

baik secara langsung ataupun melaluiorang lain.

6. Saya tersentuh secara spiritual saatmelihat keindahan ciptaan Allah.

7. Agama memberi makna bagi kehidupansaya baik suka maupun duka.

8. Tanpa ketakwaan kepada Allah, hidupsehari-hari terasa tak berarti.

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

9. Keyakinan saya terhadap agamamembantu saya menemukan hikmah,sekalipun itu peristiwa yang palingmenyakitkan dan membingungkan.

10. Ketika ketakwaan saya kepada Allahsedang menurun, saya merasa waktu-waktu yang saya lewati lebih sulit.

11. Saya percaya Allah mengamati setiaptingkah laku saya, dan hal inimembatalkan niat saya berbuat dosa.

12. Saya merasa bertanggung jawab untukmengurangi segala penderitaan dankerusakan di muka bumi.

13. Karena agama, saya memaafkan diri sayaatas dosa-dosa yang telah saya lakukan

14. Karena agama, saya memaafkan orang-orang yang menyakiti saya

15. Karena keyakinan terhadap agama, sayamerasa Allah mengampuni dosa-dosasaya.

16. Karena sedang sibuk atau banyakmasalah, saya meninggalkan kewajibansaya melaksanakan shalat.

17. Saya melaksanakan sholat tahajud saatmalam hari.

18. Saya menonton ceramah agama di TV.19 Saya membaca Al-Quran.20. Saya membaca buku-buku agama.21. Saya berdoa sebelum dan sesudah

melakukan kegiatan.22. Saya berdoa kepada Allah untuk diberi

kekuatan, dukungan, serta bimbingan-Nya.

23. Saya mencoba untuk memahami situasidan memutuskan apa yang saya lakukantanpa bergantung pada Allah

24. Saya memohon bantuan Allah saatmenjalankan pekerjaan saya

25. Jika saya sedang sakit, teman-teman sayabersedia membantu dan menjenguk saya.

26. Teman-teman saya mengkritik hal-halyang saya lakukan.

27. Jika saya memiliki masalah yang sulit,teman-teman saya rela membantumemecahkan permasalahan saya.

28. Saya mendengarkan permasalahan teman-teman saya yang curhat tentang masalahpribadi mereka.

29. Saya pernah merasakan pengalamanspiritual yang mengubah hidup saya.

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

30. Saya pernah merasakan penambahankualitas iman saya yang sangat drastis.

31. Saya pernah merasakan penurunankualitas iman saya yang sangat drastis.

32. Saya berpegang teguh pada ajaran agamadalam menjalani kehidupan sehari-hari.

33. Saya mengabdikan seluruh hidup sayauntuk urusan agama.

34. Saya menyisihkan beberapa persen uanggajian saya untuk saya sedekahkan.

35. Saya menghadiri acara pengajian atauceramah.

36. Saya ikut andil bagian dalam kegiatan ditempat ibadah.

37. Seluruh cara saya dalam menjalanikehidupan adalah didasari oleh aturanagama.

38. Walau saya percaya dengan agama saya,namun banyak hal lain yang lebih pentingdalam hidup saya.

Skala 2 NORMA SUBJEKTIF

Pada bagian ini terdapat beberapa sosok orang dimana Anda diminta untuk memberikan pernyataanapakah sosok orang dalam pernyataan ini Sangat Tidak Menyarankan (STM), TidakMenyarankan (TM), Menyarankan (M), Sangat Menyarankan (SM) Anda untuk menabung diBank Syariah. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih.

No. PERNYATAAN STM TM M SM1. Orang tua saya, ............ saya untuk menabung di

Bank Syariah.2. Saudara sekandung saya (kakak / adik), ............

saya menabung di Bank Syariah.3. Kerabat (paman,bibi,sepupu) saya, ............ saya

menabung di Bank Syariah.4. Pasangan saya, ............ saya untuk menabung di

Bank Syariah.5. Beberapa tokoh agama, ............ saya menabung

di Bank Syariah.6. Beberapa pakar ekonomi, ............... saya

menabung di bank syariah.

7. Sahabat saya, ............ saya menabung di banksyariah.

8. Teman-teman saya, ............ saya menabung dibank syariah.

9. Dosen / guru saya, ............ saya menabung dibank syariah.

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Pada bagian ini Anda diminta untuk memilih pernyataan mengenai siapa saja orang-orang yangbiasanya Anda ikuti sarannya dengan pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju(TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih.

No. PERNYATAAN STS TS S SS1. Biasanya saya akan mengikuti saran orang tua saya.2. Biasanya saya akan mengikuti saran saudara

sekandung (kakak / adik) saya.3. Biasanya saya akan mengikuti saran kerabat

(paman,bibi,sepupu) saya.4. Biasanya saya akan mengikuti saran pasangan saya.5. Biasanya saya akan mengikuti saran tokoh agama.

6. Biasanya saya akan mengikuti saran pakar ekonomi.7. Biasanya saya akan mengikuti saran sahabat saya.8. Biasanya saya akan mengikuti saran teman-teman

saya.9. Biasanya saya akan mengikuti saran dosen / guru

saya.

Skala 3 PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL

Mungkinkah hal-hal di bawah ini MENJADI PENDORONG Anda untuk menabung di BankSyariah ?

No Faktor STS TS S SS1. Bisa mendapatkan ketenangan hati, karena

terbebas dari riba2. Bisa menabung dengan cara yang diarahkan oleh

Islam.3. Bisa berpartisipasi dalam rencana baik untuk

kesejahteraan umat.4. Ingin mendapat keselamatan di dunia dan akhirat.5. Ingin mendapat berkah dan pahala.6. Mendapatkan pelayanan bank syariah yang baik.

Dan SEBERAPA BESAR kemungkinan hal-hal di bawah ini MENDORONG Anda untukmenabung di bank syariah ?

No Faktor SK K B SB1. Bisa mendapatkan ketenangan hati, karena terbebas

dari riba2. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh

Islam.3. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk

kesejahteraan umat.4. Ingin mendapat keselamatan di dunia dan akhirat.5. Ingin mendapatkan berkah dan pahala.6. Mendapatkan pelayanan bank syariah yang baik.

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Mungkinkah hal-hal di bawah ini MENJADI PENGHAMBAT Anda untuk menabung di BankSyariah ?

No. Faktor STS TS S SS1. Informasi tentang Produk Bank Syariah masih

terbatas.2. Jika menabung di bank syariah, tidak akan

mendapat manfaat praktis dari produk yangditawarkan.

3. Aturan – aturan perbankan syariah yang ketat danrumit.

4. Bank Syariah belum terbukti dalam kinerjanya.5. Keuntungan dari sistem bagi hasil lebih rendah

dari bunga di bank konvensional.6. Tidak mendukung kegiatan dan bisnis dalam

mengelola keuangan.7. Kesulitan mendapatkan ATM bank syariah.8. Sulit menjangkau kantor bank syariah, karena

jauh dari pusat aktivitas.

Dan SEBERAPA BESAR kemungkinan hal-hal di bawah ini MENGHAMBAT Anda untukmenabung di bank syariah ?

No. Faktor SK K B SB1. Informasi tentang Produk Bank Syariah masih

terbatas.2. Jika menabung di bank syariah, tidak akan mendapat

manfaat praktis dari produk yang ditawarkan.3. Aturan syariah yg ketat dan rumit.4. Bank Syariah belum terbukti dalam kinerjanya.5. Keuntungan dari sistem bagi hasil lebih rendah dari

bunga di bank konvensional.6. Bank syariah tidak mendukung kegiatan dan bisnis

dalam mengelola keuangan.7. Kesulitan mendapatkan ATM bank syariah.8. Sulit menjangkau kantor bank syariah, karena jauh

dari pusat aktivitas.

KETERANGAN:

STS : SANGAT TIDAK SETUJU S : SETUJUTS : TIDAK SETUJU SS : SANGAT SETUJU

SK : SANGAT KECIL B : BESARK : KECIL SB : SANGAT BESAR

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Skala 4 SIKAP

No. PERNYATAAN STS TS S SS1. Saya merasa bank konvensional lebih terjamin dari

pada bank syariah.2. Kemungkinan saya merasa percaya diri jika sewaktu-

waktu saya menunjukkan pada orang lain bahwa sayatelah menabung di bank syariah.

3. Saya tidak tertarik melihat produk-produk perbankansyariah.

4. Saya meragukan kinerja bank syariah.5. Saya pikir bank syariah lebih terpercaya dibandingkan

bank konvensional.6. Saya yakin bank syariah bisa menyaingi bank

konvensional .7. Saya tidak ragu jika suatu saat ingin menabung di

bank syariah8. Saya yakin produk-produk yg ditawarkan bank

syariah tak kalah baik dari produk-produk perbankankonvensional.

9. Saya pikir menabung di bank syariah merupakan salahsatu pilihan yang tepat bagi orang yang inginmenabung.

10. Saya merasa malu menabung di bank syariah.11. Kemungkinan ketika ingin membuka rekening baru,

saya lebih memilih untuk menggunakan bank syariah.12. Kemungkinan ketika ingin meminjam dana, saya lebih

memilih untuk menggunakan jasa bank syariah.13. Saya sama sekali tidak berminat terhadap jasa bank

syariah.14. Saya kurang tertarik menabung di bank syariah.15. Saya sering membaca di media atau internet tentang

produk-produk menarik yang ditawarkan perbankansyariah.

STS : Sangat Tidak Setuju S : SetujuTS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Skala 5 INTENSI

No PERNYATAAN STS TS S SS1. Saya kemungkinan akan mulai menabung di Bank

syariah dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.2. Saya berencana akan mulai menabung di bank syariah

dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.3. Saya berkomitmen untuk mulai menabung di bank

syariah dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.

Keterangan;STS : Sangat Tidak Setuju S : SetujuTS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju

Selesai.. Harap periksa kembali seluruh jawaban Anda, jangan sampai adahalaman maupun nomor yang terlewatkan...

Terima kasih banyak atas waktu yang telah Anda luangkan untuk berpartisipasi dalam

proses pengumpulan data ini.

Selamat melanjutkan aktivitas Anda.

Sukses , Kebahagiaan & Rizki yang berlimpah semoga selalu menyertai langkah Anda,

keluarga Anda, serta orang-orang yang Anda sayangi.

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

LAMPIRAN 2

Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik

DATE: 6/27/2011TIME: 10:26

L I S R E L 8.30

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99

Use of this program is subject to the terms specified inthe

Universal Copyright Convention.Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from fileD:\SKRIPS~1\SKRIPSI\LISREL\INT.LS8:

UJI VALIDITAS INTENSI MENABUNGDA NI=3 NO=200 MA=KMLAX1 X2 X3KM SY FI=INT.CORSE1 2 3/MO NX=3 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FILKINTENSIFR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3

PDOU TV SS MI

UJI VALIDITAS INTENSI

Number of Input Variables 3Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 3Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 200

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik (CFA)DATE: 6/25/2011

TIME: 10:39

L I S R E L 8.30BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\ARTIKE~1\PRIVATE.LS8:UJI VALIDITAS PRIVATEDA NI=38 NO=200 MA=KMLAX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23X24 X25 X26X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38KM SY FI=PAPER.CORSE16 17 18 19 20 21/MO NX=6 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FILKPRIVATEFR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6FR TD 3 1 TD 5 2PDOU TV SS MIUJI VALIDITAS PRIVATE

Number of Input Variables 38Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 6Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 200

UJI VALIDITAS PRIVATECorrelation Matrix to be Analyzed

X16 X17 X18 X19 X20 X21-------- -------- -------- -------- -------- --------

X16 1.00X17 0.36 1.00X18 0.08 0.29 1.00X19 0.46 0.39 0.40 1.00X20 0.25 0.39 0.34 0.28 1.00X21 0.31 0.27 0.07 0.25 0.13 1.00

UJI VALIDITAS PRIVATEParameter Specifications

LAMBDA-XPRIVATE--------

X16 1

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

X17 2X18 3X19 4X20 5X21 6

THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21

-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 7X17 0 8X18 9 0 10X19 0 0 0 11X20 0 12 0 0 13X21 0 0 0 0 0 14

UJI VALIDITAS PRIVATENumber of Iterations = 19LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-XPRIVATE--------

X16 0.67(0.08)8.38

X17 0.55(0.07)7.41

X18 0.55(0.08)6.62

X19 0.70(0.07)9.51

X20 0.45(0.08)5.82

X21 0.35(0.08)4.51

PHIPRIVATE--------

1.00

THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21

-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 0.55

(0.09)6.42

X17 - - 0.69(0.08)8.64

X18 -0.28 - - 0.70(0.06) (0.09)-4.44 7.76

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

X19 - - - - - - 0.52(0.08)6.84

X20 - - 0.14 - - - - 0.80(0.06) (0.09)2.32 9.22

X21 - - - - - - - - - - 0.88(0.09)9.61

Squared Multiple Correlations for X - VariablesX16 X17 X18 X19 X20 X21

-------- -------- -------- -------- -------- --------0.45 0.31 0.30 0.48 0.20 0.12

Goodness of Fit StatisticsDegrees of Freedom = 7

Minimum Fit Function Chi-Square = 12.07 (P = 0.098)Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.27 (P = 0.092)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 5.2790 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 19.14)

Minimum Fit Function Value = 0.061Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.027

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.096)Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.06290 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12)P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.32

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.2090 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.18 ; 0.27)

ECVI for Saturated Model = 0.21ECVI for Independence Model = 1.13

Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 213.24Independence AIC = 225.24

Model AIC = 40.27Saturated AIC = 42.00

Independence CAIC = 251.03Model CAIC = 100.45

Saturated CAIC = 132.26Root Mean Square Residual (RMR) = 0.044

Standardized RMR = 0.044Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33

Normed Fit Index (NFI) = 0.94Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.44Comparative Fit Index (CFI) = 0.97Incremental Fit Index (IFI) = 0.98Relative Fit Index (RFI) = 0.88

Critical N (CN) = 305.54

UJI VALIDITAS PRIVATEModification Indices and Expected ChangeNo Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-XNo Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21

-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 - -

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

X17 0.21 - -X18 - - 1.08 - -X19 0.01 0.08 0.46 - -X20 0.04 - - 5.19 1.05 - -X21 0.71 2.72 5.69 0.02 0.68 - -

Expected Change for THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21

-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 - -X17 -0.03 - -X18 - - -0.07 - -X19 0.01 0.02 0.06 - -X20 -0.01 - - 0.15 -0.06 - -X21 0.06 0.10 -0.16 0.01 -0.05 - -

Maximum Modification Index is 5.69 for Element ( 6, 3) of THETA-DELTAUJI VALIDITAS PRIVATEStandardized Solution

LAMBDA-XPRIVATE--------

X16 0.67X17 0.55X18 0.55X19 0.70X20 0.45X21 0.35

PHIPRIVATE--------

1.00

The Problem used 6608 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)Time used: 0.027 Seconds

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

LAMPIRAN 3

Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Menabung

Analisis Faktor Konfirmatorik Afektif

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Kognitif

Analisis Faktor Konfirmatorik Konatif

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Normatif Belief

Analisis Faktor Konfirmatorik Motivation To Comply

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief pendukung

Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief pendukung

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief penghambat

Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief penghambat

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Daily Spiritual Experience

Analisis Faktor Konfirmatorik Meaning

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Value dan Belief

Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Private Religious Practice

Analisis Faktor Konfirmatorik Religious Support

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Analisis Faktor Konfirmatorik Religious/ Spiritual Coping

Analisis Faktor Konfirmatorik Commitment dan Organizational

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

LAMPIRAN 3

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Faktor Afektif

1 2 3 10 13 141 12 V 13 14 113 V V 114 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Kognitif

4 5 6 7 8 94 15 16 V V 17 V 18 V 19 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Normative belief1 2 3 4 5 6 7 8 91 12 13 14 V V 15 16 V V V 17 V V 18 V V 19 V V V 1Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Motivation tocomply1 2 3 4 5 6 7 8 91 12 13 14 V V 15 16 V V V 17 V V 18 V V 19 V V V 1

Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Control beliefPendukung1 2 3 4 5 61 12 13 V 14 15 V V 16 V V 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Power beliefPendukung

1 2 3 4 5 61 12 13 V 14 15 V V 16 V V V 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Control beliefPenghambat1 2 3 4 5 6 7 81 12 V 13 14 15 16 17 V V V 18 V V V 1

Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Power beliefPenghambat1 2 3 4 5 6 7 81 12 V 13 14 15 16 17 V V V V 18 V V 1

Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Daily spiritualexperience1 2 3 4 5 61 12 V 13 14 15 16 V 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Meaning7 8 9 107 18 19 V 110 V 1Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Private religiouspractice16 17 18 19 20 2116 117 118 V 119 120 V 121 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Commitmentdan Organizational32 33 34 35 3632 133 134 135 V 136 V 1

Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

LAMPIRAN 4

OUTPUT SPSS 19 ANALISIS REGRESI BERGANDA

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .678a .459 .440 4.68567

a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma

Subjektif, PBC, Penghasilan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3582.536 7 511.791 23.310 .000a

Residual 4215.464 192 21.956

Total 7798.000 199

a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subjektif, PBC,

Penghasilan

b. Dependent Variable: Intensi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 31.010 4.490 6.906 .000

Sikap .190 .019 .575 10.100 .000

NormaSubjektif .002 .001 .199 3.530 .001

PBC .000 .000 .032 .559 .577

Religiusitas .006 .006 .053 .998 .319

Penghasilan .240 .246 .063 .977 .330

Pendidikan .423 .334 .072 1.267 .207

Usia .032 .049 .042 .654 .514

a. Dependent Variable: Intensi

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG …

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .632a .400 .397 4.86259

2 .662b .438 .432 4.71742

3 .662c .438 .430 4.72739

4 .665d .442 .430 4.72494

5 .673e .453 .439 4.68870

6 .677f .458 .441 4.67872

7 .678g .459 .440 4.68567

Model Summary

Model

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .400 131.799 1 198 .000

2 .038 13.373 1 197 .000

3 .000 .171 1 196 .680

4 .003 1.203 1 195 .274

5 .011 4.025 1 194 .046

6 .005 1.829 1 193 .178

7 .001 .427 1 192 .514

a. Predictors: (Constant), Sikap

b. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif

c. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC

d. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas

e. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan

f. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan, Pendidikan

g. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan, Pendidikan, Usia