i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSIMENABUNG DI BANK SYARIAH
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh :
VITA WIDYAN PRIAJINIM: 106070002327
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011M
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MENABUNG DI BANKSYARIAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh:
VITA WIDYAN PRIAJI
NIM: 106070002327
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Jahja Umar, Ph.DNIP: 130 885 522
Pembimbing II
Miftahuddin, M.SiNIP: 19730317 200604 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI
MENABUNG DI BANK SYARIAH” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 September
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 20 September 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan/Ketua merangkap Anggota Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.SiNIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001
Anggota:
Drs. Akhmad Baidun, M.Si Miftahuddin, M.SiNIP : 19640814 200 112 1001 NIP: 19730317 200604 1 001
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vita Widyan Priaji
NIM : 106070002327
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intensi Menabung di Bank Syariah” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang
ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar
pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 14 September 2011
. Vita Widyan Priaji .NIM: 106070002327
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Setiap perbuatan diawali dengan niat. Setiap perkara tergantung pada
niatnya”
-Nabi Muhammad SAW
"Tinta para pelajar lebih suci daripada darah orang-orang yang mati
syahid"
-Nabi Muhammad SAW
“Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengendalikanperasaan senang dan deritanya. Ketika dia tidak melakukantindakan yang diperlukan untuk menuju sukses, dia bisamerasakan penderitaan akibat tidak melakukan tindakan itu. Dandia mendapatkan perasaan bahagia ketika dia melakukan tindakanyang diperlukan untuk menuju sukses. Inilah kendali yangdimiliki orang sukses. Sebaliknya orang gagal. Dia merasakanmenderita kalau melakukan tindakan yang diperlukan untuksukses, dan dia merasa nyaman kalau tidak melakukan tindakanyang diperlukan untuk sukses itu. Sehingga mereka akhirnyatidak melakukan kegiatan/kebiasaan sukses”-Anthony Robbins
“Never be yourself. But, grow yourself. Why be yourself when you can be
someone better ?”
-Richard Bandler
vi
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk Bapak & Ibu
yang telah memberikan kasih sayang secara penuh dan
pengorbanan tanpa syarat demi kebahagiaan serta masa
depanku.
vii
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) September 2011(C) Vita Widyan Priaji(D) XX + 149 halaman + lampiran(E) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah(F) Bank Syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan di Indonesia.
Namun, meski tingkat pertumbuhan rata-rata termasuk baik, tidak dengan jumlahnasabahnya, dimana dari tahun ke tahun justru menunjukkan kecenderunganpenurunan jumlah nasabah yang bergabung dengan bank syariah. Hal ini dirasaperlu bagi para manajemen bank syariah untuk mengetauhi faktor apa saja yangdapat memunculkan intensi atau niat para calon nasabah untuk menggunakan jasaperbankan syariah dari kacamata psikologis. Intensi menabung merupakanprediktor yang baik untuk memprediksi kemunculan perilaku di masa yang akandatang. Kemunculan intensi menabung ini diduga banyak dipengaruhi olehberbagai faktor, baik itu faktor psikologis maupun demografis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yangpaling besar dan signifikan mempengaruhi intensi menabung di bank syariah.Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi intensi menabungdi bank syariah, yaitu sikap, norma subyektif, perceived behavior control,religiusitas, pendapatan, pendidikan, dan usia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 200responden penduduk Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yangdilakukan menggunakan non-probability sampling. Instrumen dalam penelitianini menggunakan skala intensi menabung yang dikembangkan oleh Fishbein &Ajzen (1975). Alat ukur sikap peneliti susun berdasarkan teori Engel (1995),norma subjektif dan PBC berdasarkan silent belief yang berpijak pada teoriFishbein dan Ajzen (1975) dan Ajzen (2005). Alat ukur religiusitas berdasarkanFetzer Institute (1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalampeneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakansoftware SPSS versi 19. Sedangkan untuk pengujian validitas konstrukmenggunakan Lisrel 8.3.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan R square sebesar0,459 hal ini berarti 45,9 % variabel intensi menabung di bank syariah dapatdijelaskan oleh variasi dari ke 7 variabel yaitu sikap, norma subyektif, perceivedbehavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, dan usia dengan indekssignifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Yang berarti, hipotesis mayor nol (H0) yangmenyatakan tidak ada pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior
viii
control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, dan usia, ditolak. Artinya adapengaruh sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas,penghasilan, pendidikan, dan usia terhadap intensi menabung di bank syariah.
Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkindapat mempengaruhi intensi menabung di bank syariah pada penelitianselanjutnya. Selain itu perlu pula untuk menguji hingga ke aspek perilakumenabung di bank syariah.
(G)Daftar Bacaan: 55; buku: 22 + jurnal: 22 + internet: 8 + skripsi: 2 + tesis: 1
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang MempengaruhiIntensi Menabung di Bank Syariah”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkankepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga, sahabat,ulama, dan segenap umat Islam sekalian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telahmendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karenaitu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dansekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima kasih karena ditengahjadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan waktu dalam prosesbimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksiyang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Miftahuddin, M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, arahan,koreksi, pertanyaan kritis, kritik yang membangun, dan waktu yang diberikan kepadaPenulis.
3. Ibu Solicha, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan danmasukannya selama Penulis menjalani perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyakmemberikan pelajaran kepada Penulis, baik itu dalam hal akademis maupun dalammenjalani kehidupan.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyakmembantu Penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi. Teristimewauntuk Mbak Rini yang banyak memberikan informasi mengenai kegiatan Bapak dan PakAyung yang banyak memberi informasi dan bantuan dalam proses birokrasi di bagianakademik.
x
6. Orang tuaku, Bapak Wuryono dan Ibu Ponijem. Terima kasih tak terhingga atas didikan,kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan baik moril maupun materil yangmasih Penulis terima dan rasakan hingga detik ini. Perjuangan Bapak dan Ibu dalammengasuh dan membesarkan Penulis merupakan sebab dari semua yang telah Penulisraih hingga saat ini. Dan itu semua sulit Penulis gantikan dengan material duniawi dalambentuk apapun. Hanya bakti dan doa-doa yang bisa Penulis berikan. Semoga Bapak danIbu diberikan kesehatan serta usia yang panjang dan berkah oleh Allah SWT, agar kelakdi masa depan bisa melihat keberhasilan Penulis.
7. Adikku, Vita Wahyu Prahasto, terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sabarmenghadapi kakak yang terkadang galak dan jahil. Semoga kamu mampu menjadi anakyang sukses kelak, anak yang sholeh, dan mari kita bersama membanggakan danmembahagiakan kedua orang tua yang telah banyak berkorban untuk kita.
8. Sahabat GAMA 88, “Family without Family Tree”; Kak Ari, Kiki, Dina, Sunu, Ayya, Ayi,Mira, Dyane, Emir, Desi, Intan, Ifah, Manggala Adi, Winas, Suny, Vita, Mbak Tiwi.Walaupun kini kita jarang bersama, namun memori tentang kebersamaan dan perjuangmemasuki bangku kuliah dulu, di mana kita saling mendukung demi cita-cita, akanselalu Penulis kenang sepanjang masa. Teristimewa untuk Kak Ari yang benar-benarmembimbing Penulis mulai dari nol, memberikan gambaran tentang dunia kuliah dimana kala itu Penulis masih amat ‘buta’, mendorong semangat Penulis agar terus optimisdan memiliki konsep diri yang baik, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, dan balabantuan lain yang begitu banyak dan berarti bagi Penulis.
9. Sahabat-sahabat Penulis semenjak kuliah, Adiyo, Adit, Pras, Rudhi, Amal, Dara, Danny,Hanny, Isni, Rika, Sheli, Suci, & Siti, terima kasih untuk segala canda tawa yang telahkita rangkai bersama, berbagi cerita, dan segala kenangan yang menyejukkan hati.Teristimewa untuk Adiyo, atas bantuan memecahkan kode-kode rumit Lisrel, saran saatproses pengolahan data dan ilmu-ilmu statistika yang diberikan. Nya’ Soraya dan Inazyang banyak memberi masukan dan bantuan saat Penulis mengalami kebuntuan, sertarefrensi yang sangat membantu bagi Penulis. Untuk teman-teman seperjuanganpengerjaan skripsi Sarah, Lina, Dimas, Eja, Iqbal, Risna, Fifa, Nuran, Reza, dan Efy yangtelah berbagi ide, refrensi, saran, dan canda ketika bertemu di kampus dan menunggubimbingan. Adik-adik mentee Penulis yang kritis, Aman, Ani, Icha, Indah, Sanie, ulul,Serta rekan-rekan kelas D yang sangat kompak.
10. Fathannisa Isnani, terima kasih banyak telah mengisi hari-hari Penulis dengan penuhcanda, saling berbagi, kelucuan, dan banyak membantu Penulis, mulai dari mencaribahan refrensi, menemani sewaktu menunggu bimbingan, memberi semangat disaatgalau, meluangkan waktu untuk membantu saat kesulitan, serta kesabaran memberiPenulis support kala down dan gundah. Serta kawan-kawan dari Fathannisa; Indah,Meida, Mizan, Nesya, Reisha, Restu, Tate, Thata, Uci, Virgin, dan Winda.
11. Sahabat Penulis, Ratih & Sidiq, selama tujuh tahun kita bersahabat, saling membantu,meredakan emosi saat sedih, memberi semangat sewaktu kehilangan asa, memotivasisatu sama lain kala duka, dan berbagi tawa di momen bahagia. Terima kasih banyak,sahabat.
xi
12. Tim Bettermind Indonesia, Kak Adang, Sunu, dan Echa. Terima kasih atas kekompakandan semangat mendirikan organisasi ini. Pembelajaran bersama mengenai organisasi danbisnis yang sudah berdiri 5 tahun lamanya ini, telah membuat Penulis memilikipengalaman yang berkontribusi pada perjalanan karir.
13. Sahabat-sahabat Kahfi Bagus Brain Communication School. Guru besar Kahfi, BapakTubagus Wahyudi & Bapak Fir’aun Maulana yang banyak memberikan motivasi, ilmu-ilmu, & paradigma kehidupan kepada Penulis yang sangat signifikan mengubahkekeliruan pola pikir Penulis. Kawan-kawan kelas XI A dan XI Maliki yang sangathangat. Teristimewa untuk Alwi, atas diskusi, sharing ilmu, & bantuan menyebar angket.Ai, Ali, Helen, Ka Hambali, Ka Irfan, Rajesh, Silvi yang juga membantu Penulismencarikan responden sewaktu kesulitan mendapatkannya. Ka Bogie, Ka DP, Ka Ibnu,Ka Oji, Ka Sorih, Ka Syarif dan Kaka-kaka lain atas pembelajaran luar biasa yangdiberikan. Dan Sahabat Kahfi semua yang mohon maaf tidak bisa Penulis sebutkan satupersatu.
14. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Skripsi ini tidak akanpernah selesai tanpa bantuan dari Anda semua. Terima kasih banyak atas kesabaran danwaktu luang yang Anda berikan untuk mengisi angket Penulis.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segaladukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu Penulis dalammenyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, motivasi,dan bimbingan dari semua pihak dibalas dengan balasan yang berlipat. Amin. Selain ituPenulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Mengingatkekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangunsangat diharapkan Penulis sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, 14 September 2011
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1-18
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah................................................. 16
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 17
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 17
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 18
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 19-77
2.1 Intensi Menabung......................................................................... 19
2.1.1 Teori Intensi ........................................................................ 19
2.1.1.1 Pengertian intensi .................................................. 20
2.1.1.2 Spesifikasi intensi.................................................. 20
2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhiterwujudnya intensi ............................................... 22
2.1.1.4 Teori yang membahas mengenai intensi ............... 26
xiii
2.1.1.5 Background faktor intensi ..................................... 35
2.1.2 Perilaku Menabung............................................................ 37
2.1.2.1 Pengertian dan Penjelasan Menabung................... 37
2.1.3 Intensi Menabung ............................................................. 39
2.1.3.1 Definisi Intensi Menabung .................................... 39
2.1.3.2 Model Teori Intensi MenabungMenurut Robinovich & Paul ................................. 39
2.1.3.3 Model Teori Intensi MenabungMenurut Croy dkk ................................................ 42
2.1.3.4 Model Teori Intensi MenabungMenurut Warneryd ................................................ 43
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung .............. 45
2.2.1 Sikap ................................................................................... 46
2.2.1.1 Pengertian Sikap ..................................................... 46
2.2.1.2 Komponen Sikap..................................................... 49
2.2.2 Norma Subyektif ................................................................. 51
2.2.2.1 Pengertian Norma Subyektif................................... 51
2.2.2.2 Determinan Norma Subyektif ................................. 52
2.2.3 Perceived Behavior Control ............................................... 54
2.2.3.1 Pengertian Perceived Behavior Control ................. 54
2.2.3.2 Faktor Pendukung dan PenghambatPerilaku Menabung ................................................. 56
2.2.4 Religiusitas.......................................................................... 57
2.2.4.1 Pengertian Religiusitas ............................................. 58
2.2.4.2 Dimensi Religiusitas................................................. 61
2.2.5 Penghasilan ......................................................................... 65
2.2.6 Pendidikan........................................................................... 66
2.2.7 Usia ................................................................................. 66
2.3 Bank Syariah ................................................................................. 68
2.3.1 Pengertian Bank Syariah ...................................................... 68
2.3.2 Fungsi Bank Syariah ............................................................ 68
2.4 Kerangka Berpikir ......................................................................... 73
xiv
2.5 Hipotesis Penelitian....................................................................... 77
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 78-119
3.1 Populasi dan Sampel ..................................................................... 78
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 79
3.2.1 Definisi operasional.............................................................. 80
3.2.2 Instrumen pengumpulan data ............................................... 82
3.3 Pengujian Validitas Alat Ukur ...................................................... 86
3.3.1 Uji Validitas Alat Ukur ........................................................ 89
3.3.1.1 Uji Validitas Skala Intensi Menabung...................... 89
3.3.1.2 Uji Validitas Skala Sikap ......................................... 91
3.3.1.3 Uji Validitas Skala Norma Subyektif ....................... 96
3.3.1.4 Uji Validitas Skala PBC ........................................... 99
3.3.1.5 Uji Validitas Skala Religiusitas................................ 106
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 116
3.5 Metode Analisa Data ..................................................................... 117
BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 120-131
4.1 Analisa Deskriptif ........................................................................... 120
4.2 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 123
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN........................................ 132-144
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 132
5.2 Diskusi …….................................................................................. 133
5.3 Saran ……….. ............................................................................... 141
5.3.1 Saran Metodologis................................................................ 141
5.3.2 Saran Praktis......................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 145-149
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Di Lima Negara Berkembang ........... 4
Tabel 1.2 Pertumbuhan Bank Syariah Di Indonesia......................................... 4
Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah Dan Konvensional .............................. 70
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil .................................................... 72
Tabel 3.1 Bluprint Skala Intensi ....................................................................... 83
Tabel 3.2 Bluprint Skala Sikap ......................................................................... 84
Tabel 3.3 Bluprint Skala Norma Subyektif....................................................... 84
Tabel 3.4 Bluprint Skala Perceived Behavior Control ..................................... 85
Tabel 3.5 Bluprint Skala Religiusitas ............................................................... 86
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Untuk Intensi Menabung ................................. 90
Tabel 3.7 Matriks Korelasi Antar Kesalahan PengukuranPada Butir-Butir Item Faktor Afektif ............................................... 92
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Afektif ....................................... 93
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Kognitif ..................................... 94
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Konatif....................................... 95
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Untuk Normative Belief ................................... 97
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Untuk Motivation To Comply .......................... 98
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Untuk Control Belief Pendukung..................... 100
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Untuk Power Belief Pendukung....................... 102
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Untuk Control Belief Penghambat................... 103
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Untuk Power Belief Penghambat..................... 105
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Untuk Daily Spiritual Experience.................... 107
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Untuk Meaning ................................................ 108
Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Untuk Value Dan Belief ................................... 110
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Untuk Forgiveness........................................... 111
Tabel 3.21 Muatan Faktor Item Untuk Private Religious Practice .................... 112
Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Untuk Religious Support.................................. 113
Tabel 3.23 Muatan Faktor Item Untuk Religious/Spiritual Coping ................... 114
xvi
Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Untuk Commitment Dan Organizational ........ 115
Tabel 4.1 Jumlah Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 120
Tabel 4.2 Jumlah Subyek Berdasarkan Pendidikan......................................... 121
Tabel 4.3 Jumlah Subyek Berdasarkan Penghasilan ....................................... 122
Tabel 4.4 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV..................................... 123
Tabel 4.5 Tabel R-Square ................................................................................ 124
Tabel 4.6 Koefisien Regresi............................................................................. 125
Tabel 4.7 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable ................ 129
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Rekening
BUS dan UUS 2005-2009............................................................... 7
Grafik 1.2 Prosentase Pertumbuhan Jumlah Rekening
BUS dan UUS 2005-2009............................................................... 8
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior ........................................................... 28
Gambar 2.2 Background Factor Pada Theory of Planned Behavior .................. 36
Gambar 2.3 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Croy .............. 42
Gambar 2.4 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd ...... 45
Gambar 2.5 Pandangan Tradisional Tiga Komponen Sikap............................... 49
Gambar 2.6 Pandangan Kontemporer Hubungan Antara Kepercayaan,
Perasaan, Sikap Intensi Berperilaku Dan Perilaku.......................... 50
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian Muhammad Dan Devi ..................... 58
Gambar 2.8 Background Factor Pada Theory of Planned Behavior.................. 74
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir........................................................................... 75
Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfimatorik Dari Variabel Intensi Menabung .... 89
Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari Faktor Afektif ........................ 91
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner
Lampiran 2 Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik
Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik
Lampiran 3 Analisis Faktor
Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Menabung
Analisis Faktor Konfirmatorik Afektif
Analisis Faktor Konfirmatorik Kognitif
Analisis Faktor Konfirmatorik Konatif
Analisis Faktor Konfirmatorik Normative Belief
Analisis Faktor Konfirmatorik Motivation To Comply
Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief pendukung
Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief pendukung
Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief penghambat
Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief penghambat
Analisis Faktor Konfirmatorik Daily Spiritual Experience
Analisis Faktor Konfirmatorik Meaning
Analisis Faktor Konfirmatorik Value dan Belief
Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness
Analisis Faktor Konfirmatorik Private Religious Practice
Analisis Faktor Konfirmatorik Religious Support
Analisis Faktor Konfirmatorik Religious/ Spiritual Coping
Analisis Faktor Konfirmatorik Commitment dan Organizational
xx
Lampiran 4 Matriks Korelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Faktor Afektif
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Kognitif
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Normative belief
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Motivation to comply
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Control belief Pendukung
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Power belief Pendukung
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Control belief Penghambat
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Power belief Penghambat
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Daily spiritual experience
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Meaning
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Private religious practice
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran PadaButir-Butir Item Commitment dan Organizational
Lampiran 5 OUTPUT SPSS ANALISIS REGRESI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting di dalam
pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung dunia usaha disegala
sektor. Perbankan memiliki porsi yang cukup besar dalam penghimpunan dana
masyarakat baik berupa tabungan, deposito dan giro serta penyediaan dana dalam
bentuk penyaluran berbagai jenis kredit dan menjadi sarana pendukung di dalam
transaksi lalu lintas pembayaran dan keuangan (Hendrawan, 2004).
Penyaluran berbagai arus perputaran uang yang ada di bank dari
masyarakat kembali ke masyarakat, dimana bank sebagai perantaranya. Nasabah
yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan giro,
tabungan dan deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat ini sama
artinya dengan membeli dana. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa
dari bank berupa bunga (istilah yang digunakan oleh bank konvensional) atau bagi
hasil (istilah yang digunakan oleh bank syariah). Kemudian oleh bank dana
tersebut disalurkan kembali atau dijual kepada masyarakat yang kekurangan atau
membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman. Bagi masyarkat yang memperoleh
pinjaman atau kredit diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta
2
bunga sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan atau menurut sistem bagi
hasil yang telah ditetapkan bersama.
Salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk menabung di bank
diantaranya karena tergiur oleh suku bunga yang ditawarkan oleh pihak bank.
Namun bunga bank kini menjadi perdebatan para ulama. Secara umum para ulama
menggolongkan bunga bank termasuk dalam kategori riba dan haram.
Sebagian masyarakat Indonesia meyakini pendapat bahwa bunga bank
yang beredar di bank-bank konvensional termasuk dalam kategori riba dan haram.
Sistem yang dijalankan oleh perbankan konvensional tidak sesuai dengan syariah.
Bank syariah tampil sebagai alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan suatu
sistem perbankan yang menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat dan
memenuhi prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah diperkuat
dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dirubah
dalam UU No. 10 tahun 1998, UU No. 23 tahun 1999 dan UU No. 9 tahun 2004
tentang Bank Indonesia.
Sejarah berdirinya perbankan syariah dengan sistem bagi hasil, didasarkan
pada dua alasan utama: (1) Adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank
konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang
dilarang oleh agama. Larangan riba bukan saja oleh agama Islam, tetapi dilarang
pula oleh agama lainnya. (2) Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki
kecenderungan terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elit,
para bankir dan pemiliki modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa
menimbulkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya dikhawatirkan akan
3
mengakibatkan kerawanan berupa konflik antar kelas sosial yang berujung pada
terganggunya stabilitas nasional maupun perdamaian internasional (Sumitro,
2004)
Menurut Sullivan (dalam Felix, 1997), kebutuhan akan bank syariah
disebabkan tiga pertimbangan. (1) Seorang investor Islam harus menghindari
hubungannya dengan industri yang dilarang untuk seorang Muslim, seperti;
alkohol, perjudian, ponografi, atau daging (daging babi). (2) Perusahaan Islam
harus menghindari bunga (riba), perjudian dan memperhatikan batasan dalam jual
beli saham. (3) Banyak investor muslim yang cenderung tertarik untuk
berinvestasi di perusahaan yang memperhatikan etika dan moral Islam.
Perbankan syariah pun memiliki perkembangan yang cukup
menggembirakan baik di Indonesia maupun luar negeri. Pertumbuhan perbankan
syariah di beberapa negara cukup meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat
prosentase pertumbuhan bank syariah di lima negara berkembang yang mayoritas
muslim penduduknya beragama dari tahun 2002 ke 2006 yaitu Tukey 44%,
Indonesia 60%, Kuwait 29 %, Malaysia 20 % dan Qatar 40 %. Lihat tabel berikut:
4
TABEL 1.1
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI 5 (LIMA)NEGARA BERKEMBANGNegara 2002 2003 2004 2005 2006 % Pertumbuhan2002-2006Turkey 1.5 1.6 1.5 2.4 2.7 44Indonesia 0.4 0.6 1.2 1.4 1.6 60Kuwait 15 16.2 18.1 21.6 25.4 29Malaysia 8.9 9.7 10.5 11.7 12.3 20Qatar 12.5 12.5 13.7 14.4 15.9 40
Sumber: Bank Sentral dalam Riawan (2009)
Tidak hanya di luar negeri saja. Pertumbuhan bank syariah dan usaha
syariah di Indonesia pun cukup membanggakan. Hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut.
TABEL 1.2
PERTUMBUHAN USAHA SYARIAH DI INDONESIA
Sumber: BI, statistik Perbankan Syariah, 2009 (dalam E-Syariah, 2010)
Perkembangan bank syariah yang ditunjukkan dalam Tabel 1.2 menunjukkan
secara kuantitas pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan
dalam jumlah bank. Awal tahun lahirnya bank syariah yaitu pada tahun 1998
terlihat hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah. Berbeda dengan di awal-awal tahun, pada Desember 2009 jumlah bank
syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25
Indikasi 1998KP/UUS 2003KP/UUS 2004KP/UUS 2005KP/UUS 2006KP/UUS 2007KP/UUS 2008KP/UUS 2009KP/UUSBUS 1 2 3 3 3 3 5 6UUS - 8 15 19 20 25 27 25BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
5
Unit Usaha Syariah. Disamping itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama
Namun demikian walaupun pertumbuhan perbankan syariah di berbagai
sektor cukup baik, belum tentu halnya dengan para nasabah. Partisipasi umat
Islam terhadap bank syariah masih sangat minim, jika dihitung dalam prosentase
hanya sekitar (1,57%) dibandingkan dengan masyarakat Indonesia yang sebagian
besar umat Islam. Hal ini menjadi pertanyaan sejauh mana pemahaman dan sikap
masyarakat mengenai bank syariah. Selain itu, bank syariah yang hadir
berdasarkan kaidah yang berlandaskan unsur keislaman idealnya menjadi daya
tarik bagi penduduk Indonesia yang memiliki penduduk kurang lebih 200.000.000
jiwa dan 88% diantaranya atau sekitar 176.000.000 merupakan penduduk muslim.
Jika menengok ke belakang, krisis moneter yang melanda dunia termasuk
negara Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan bank-bank konvensional
dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara
perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu
bertahan. Tak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para
penyimpan dana di bank-bank syariah. Salah satu bank yang tercatat berhasil
menunjukkan daya tahannya yaitu bank Muamalat dan pada krisis keuangan tahun
6
2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp300 miliar lebih (E-
Syariah, 2010).
Sistem bunga yang membawa kehancuran perekonomian dan tergolong
riba dihindari oleh bank syariah dan kemudian diganti menjadi sistem yang
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil ini tidak bertentangan
dengan ajaran agama dibandingkan prinsip bunga yang dianut oleh bank-bank
konvensional. Dalam Gozali (2010) sistem bagi hasil perbankan syariah yaitu
berprinsip pada keadilan. Keunggulan dari sistem bagi hasil antara lain yang
pertama, lebih menunjukkan kewajiban bisnis dan keadilan karena pengusaha
hanya akan membayarkan bagi hasil sesuai dengan keuntungan rill yang
diperoleh. Ke dua, adanya fleksibilitas dan dinamika yang tidak akan
menyebabkan kebangkrutan dan hilangnya produktivitas masyarakat. Ketiga,
memberikan peluang kemitraan usaha karena setiap penyaluran dana bank
dikaitkan dengan sektor rill disertai pembinaan dan pengawasan dalam proses
manajemen perusahaan. Ke empat, memberikan kesempatan berkembang usaha
kecil karena dasar penilaian pembiayaan yaitu kelayakan usaha nasabah bukan
pada sisi jaminan. Ke lima, dengan diterapkannya sistem bagi hasil cost push
inflation dapat ditekan/dihapus. Ke enam, tidak mengenal negative spread seperti
dialami oleh bank konvensional akibat kenaikan suku bunga simpanan. Ke tujuh,
bank syariah tidak boleh melakukan usaha spekulatif yang dapat membahayakan
bank.
Suhesta (2010) menjelaskan mengenai fenomena yang menarik jika
mencermati Statistik Perbankan Syariah per Februari 2010 yang dikeluarkan oleh
7
Bank Indonesia pada akhir Maret 2010 yang lalu. Fenomena itu ialah tentang
pertumbuhan nasabah perbankan syariah.
Berdasarkan data jumlah rekening Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) mulai 2005 hingga 2009 dapat dihitung bahwa rerata
tingkat pertumbuhan jumlah rekening BUS dan UUS yaitu 25% per tahun. Pada
2005 jumlah rekening tersebut 1,4 juta unit. Sementara pada akhir 2009 telah
berjumlah 5,2 juta lebih. Berikut merupakan grafik mengenai pertumbuhannya:
GRAFIK 1.1
GRAFIK PERTUMBUHAN JUMLAH REKENING BUS DAN UUS2005-2009
Sumber: Suhesta (2010)
Meski tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar itu termasuk cukup baik,
namun ternyata jika dilihat dari tahun ke tahun justru menunjukkan trend
(kecenderungan) penurunan yang cukup signifikan. Statistik tersebut bisa diolah
grafik penurunannya seperti berikut ini:
8
GRAFIK 1.2
GRAFIK PERSENTASE PERTUMBUHAN JUMLAH REKENING BUSDAN UUS 2005-2009
Sumber: Suhesta (2010)
Terlihat bahwa tingkat pertumbuhan rekening pada 2006 naik 68,11%
dibandingkan jumlah rekening pada tahun 2005. Namun, pada tahun-tahun
berikutnya, tingkat pertumbuhan itu semakin menurun hingga pada akhir 2009
tinggal 19,73% –di bawah rata-rata tahunan– dibandingkan dengan tahun 2008.
Bahkan jika dilihat dari jumlah pertambahan unit rekening per tahunnya pun –
sebagaimana grafik yang pertama— terlihat adanya trend penurunan yang sama.
Fenomena ini menunjukkan adanya gejala stagnasi pertumbuhan rekening
pada institusi perbankan syariah di Indonesia. Ini juga berarti terjadi stagnasi
terhadap jumlah nasabah, oleh karena jumlah nasabah berkorelasi langsung
dengan jumlah rekening. Pada gilirannya hal ini secara tidak langsung
berpengaruh pula terhadap lambannya peningkatan market share perbankan
syariah di tanah air.
9
Kenyataan ini sungguh terasa ironis setidaknya karena dua hal. Pertama,
stagnasi itu justru terjadi pada saat pemerintah dan kalangan perbankan syariah
tengah berusaha keras mengejar pangsa pasar (market share) 5% dari kue bisnis
perbankan nasional sesegera mungkin. Ke dua, perbankan syariah justru tidak
berhasil menggaet nasabah dari kalangan muslim di tengah penduduk Indonesia
yang mayoritas muslim.
Melihat masih minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap perbankan
syariah, penting sekali bagi para manajemen perbankan syariah untuk mengetahui
intensi menabung yang dimiliki oleh para calon nasabah serta faktor-faktor
psikologis dan demografis apa saja yang mempengaruhinya, dilihat dari kacamata
psikologi. Dengan pemahaman terhadap intensi para calon nasabah tersebut maka
akan menjadi bahan pertimbangan bagi para manajemen bank syariah untuk dapat
mengembangkan jumlah nasabahnya.
Menabung merupakan suatu aktivitas guna memenuhi suatu kebutuhan
yaitu jaminan akan materi. Menabung juga merupakan kegiatan atau aktivitas
yang memerlukan adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan
menyimpan uangnya di bank. Menabung memerlukan niat agar perilakunya dapat
terealisasikan dengan baik. Seorang nasabah pada saat akan menabung kepada
suatu bank terlebih dahulu mempertimbangkan apa manfaat dan tujuan dari
menabung. Selanjutnya mulai mengumpulkan informasi tentang bank apa yang
cocok dengan kebutuhan maupun prinsipnya. Kemudian dilakukan kegiatan
menilai, mencari dan memakai jenis tabungan yang dibutuhkan tersebut. Maka,
dapat dikatakan untuk merealisasikan suatu aktivitas menabung diperlukan sebuah
10
kemauan yang kuat atau niat untuk melakukannya. Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975) kemauan yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku, dapat dijelaskan
melalui konsep intensi. Intensi dalam diri individu menggambarkan aspek-aspek
internal maupun eksternal yang mempengaruhi orang tersebut merealisasikan
suatu perilaku.
Intensi juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu sikap, norma subyektif dan
perceived behavior control. Sikap dalam Fishben dan Ajzen (1975) diartikan
sebagai besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek yang
dimaksud dalam hal ini umumnya berupa suatu tingkah laku. Norma subyektif
menurut Fishbein dan Ajzen (1975) didefinisikan sebagai persepsi individu bahwa
kebanyakan orang yang dianggap penting bagi dirinya berpikir supaya dia
seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tingkah laku tertentu. Jadi norma
subyektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Sementara perceived behaviral
control (PBC), diartikan sebagai dorongan ataupun hambatan yang dipersepsikan
individu untuk menampilkan suatu tingkah laku (Ajzen, 1991). Intensi merupakan
prediktor yang baik dalam mempengaruhi berbagai macam tingkah laku. Tingkah
laku yang dimaksud di sini yaitu tingkah laku yang nampak. Intensi yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu intensi menabung di bank syariah.
Hubungan yang kuat antara intensi dan perilaku ini, memunculkan dugaan
bahwa hal-hal yang mempengaruhi perilaku menabung kemungkinan besar juga
akan mempengaruhi intensi menabung. Dengan demikian, kita bisa mempelajari
11
faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menabung dengan berpijak pada faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku menabung.
Masyarakat dapat memiliki intensi atau tidak memiliki intensi sama sekali
untuk menabung di bank syariah dapat dipengaruhi oleh sikap masyarakat
terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Sikap diperoleh melalui pengalaman
dan proses belajar. Dengan adanya pengalaman dan proses belajar tersebut, maka
seseorang bertindak berdasarkan perasaannya. Sebuah pengalaman dan proses
seseorang sangatlah beragam dan dalam kaitannya dengan bank syariah,
masyarakat pun mempunyai sikap yang berbeda-beda. Misalnya saja, dalam
konteks keharaman bunga bank yang secara jelas dihindari oleh bank syariah,
masyarakat cenderung mengabaikan keharaman dari bunga bank itu sendiri dapat
dikarenakan proses pembelajarannya selama ini mengenai bunga bank dan riba itu
sendiri.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cokro (1999)
tentang pengaruh sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif dan perceived
behavior control terhadap intensi menabung di bank syariah didapatkan hasil
bahwa intensi pemeluk agama Islam untuk menabung di bank syariah cenderung
tinggi. Faktor yang berpengaruh paling tinggi pada intensi untuk menabung di
bank berasal dari faktor sikap dan juga PBC. Sebelum memutuskan untuk
memilih institusi perbankan, para calon nasabah biasanya memiliki tipe perbankan
yang telah dievaluasinya sebagai objek yang lebih disukai dari institusi perbankan
yang lain. Pada saat perasaan suka itu terbentuk, maka intensinya pun juga ikut
terbentuk.
12
Dalam penelitian Taib dkk (2008) International journal of Islamic and
middle eastern finance and management dalam penelitiannya yang berjudul
Factors influencing intention to use diminishing partnership home financing,
mejelaskan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap intensi untuk terlibat dalam
diminishing partnership (DP). Diminishing partnership dalam dunia perbankan
syariah juga disebut dengan musyarakah mutanaqisa, yang didefinisikan sebagai
bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang
atau aset. Kerja sama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak
sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan
kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain.
Bentuk kerja sama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada
pihak lain (Gozali, 2010). Selain itu, didapatkan bahwa norma subyektif, ini
secara positif berkaitan dengan intensi untuk terlibat dalam DP. Norma subyektif
menjadi prediktor yang lebih baik karena memiliki koefisien nilai yang lebih
tinggi. Karena DP merupakan produk keuangan yang “bebas bunga” dan
keberadaannya sangat dipandu oleh hukum syariah, secara jelas ini telah
memberikan kontibusi terhadap norma subyektif. Pendapat yang disuarakan para
Ulama, anggota keluarga dan teman sebaya memberikan pengaruh terhadap
intensi individu untuk menggunakan DP.
Selain itu, Croy dkk (2010) dalam jurnal The role and relevance of domain
knowledge, perceptions of planning importance, and risk tolerance in predicting
savings intentions, menyebutkan bahwa PBC (perceived behavior control)
memberikan pengaruh besar terhadap intensi menabung. Hasil mengkonfirmasi
teori Ajzen yang bernama Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan sebuah
13
model powerful yang bisa digunakan dalam memprediksi intensi berperilaku
dalam konteks menabung.
Penelitian yang dilakukan oleh SEF UGM (2008) mengenai preferensi
mahasiswa terhadap perbankan syariah memberikan data bahwa meskipun banyak
responden yang tertarik untuk menabung di bank syariah tetapi ternyata
kebanyakan dari mereka belum memiliki rekening di sana. Sebanyak 72,6%
responden masih belum memiliki rekening di bank syariah. Sebesar 16,67% yang
sudah memiliki rekening di bank syariah. Sedangkan sebanyak 10,42% responden
berencana untuk memulai membuka rekening baru.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa masih belum
berencana membuka rekening di bank syariah. Sebagian besar dari mereka merasa
malas dan merasa bahwa tidak praktis jika harus membuka rekening baru. Selain
itu alasan lainnya yaitu karena kesulitan akses menjangkau. Memang sampai saat
ini bank syariah masih lebih sedikit jumlahnya dibanding bank konvensional. Tak
mengherankan jika masyarakat kesulitan untuk menggunakan jasa bank syariah
dan lebih memilih bank konvensional. Ada juga alasan lain yang meragukan
praktek bank syariah apakah sudah sesuai dengan syariah Islam.
Perceived behavior control erat kaitannya dengan faktor-faktor yang
dipersepsi sebagai faktor pendukung dan penghambat seseorang dalam
berperilaku. Dalam peneltian Karim dan Affif (2008) yang berjudul Islamic
banking consumer behaviour in Indonesia menjelaskan mengenai faktor-faktor
yang dipersepsikan oleh masyarkat sebagai pendukung dan penghalang mereka
untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
14
Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung diantaranya:
a. Mendapatkan beberapa ketenangan.
b. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam.
c. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan.
d. Keselamatan di dunia dan akhirat.
e. Keinginan untuk mendapatkan pahala.
Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat diantaranya:
a. Kurangnya Informasi tentang produk bank syariah.
b. Tidak melihat manfaat praktis dari produk.
c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus
menyesuaikan dengan aturan syariah yg ketat.
d. Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka.
e. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank
konvensional.
f. Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola
keuangan.
Faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap intensi menabung di bank
syariah yaitu faktor religiusitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
seseorang memilih bank-bank Islam terutama berdasarkan alasan agama.
Karenanya, unsur keislaman dan keagamaan memegang peranan penting dalam
menentukan bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu, yang dalam hal
ini yaitu menabung di bank syariah yang notabenenya merupakan bank Islam.
15
Pengaruh religiusitas terhadap perilaku menabung pernah diteliti oleh
Abdullah dan Majid (2003) dalam Jurnal Ekonomi Islam yang berjudul The
influence of religiosity, income and consumption on saving behaviour. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan perilaku menabung erat kaitannya dengan religiusitas
dan signifikan berhubungan secara positif. Artinya, semakin tinggi religiusitas
seseorang, semakin tinggi pula kecenderungan seseorang untuk menabung.
Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010) mengenai The influence of
religious belief on depositor behavior in an emerging market, memberikan bukti
bahwa keyakinan agama dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan
individu dalam memilih jasa perbankan. Penelitian ini menemukan bahwa bank-
bank Islam di Pakistan menikmati tingkat pertumbuhan deposito jauh lebih besar
dari bank konvensional. Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad & Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity and the malay muslim
investors in malaysia: an analysis on some aspects of ethical investment decision,
juga memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan
terhadap perilaku investasi para investor muslim Malaysia dalam berinvestasi
secara syariah.
Kibet (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Determinants of household
saving: Case study of small holder farmers, entrepreneurs and teachers in rural
areas of Kenya, menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi tabungan rumah
tangga salah satunya yaitu penghasilan, usia dan tingkat pendidikan. Ini sesuai
dengan background faktor pada teori planned behavior dimana ketiga variabel
demografis tersebut secara tidak langsung mempengaruhi intensi.
16
Berangkat dari latar belakang di atas, maka Peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavior control, religiusitas,
penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank syariah.
Dalam penelitian ini hanya sampai pada taraf niat untuk menabung, tidak sampai
pada perilaku menabung. Namun intensi tetap penting untuk dipahami, karena
perilaku seseorang dapat diprediksi dengan melihat intensinya.
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Perumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavior
control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi
menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan?
2. Faktor manakah yang paling mempengaruhi intensi menabung di bank syariah
pada masyarakat Tangerang Selatan?
1.2.2 Batasan masalah
1. Untuk memudahkan Peneliti dalam proses penelitian. Peneliti hanya melakukan
penelitian pada variabel sikap, norma subyektif dan perceived behavior
control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia yang diprediksi
mempengaruhi variabel intensi.
2. Subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu masyarakat Tangerang
Selatan.
17
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif,
perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia
terhadap intensi menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan ekonomi
yang berkaitan dengan perilaku menabung.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
masukan dalam pengembangan skala pengukuran psikologi. Hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya
yang relevan.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para praktisi ekonomi syariah
khususnya perbankan syariah, mengenai faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan
untuk calon nasabahnya guna menabung di bank syariah.
18
1.5. Sistematika Penulisan
BAB 1: Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
baik yang teoritis maupun praktis dan sistematika penelitian.
BAB 2: Kajian Teori
Dalam bab kajian teori ini akan dipaparkan mengenai sejumlah teori
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian.
BAB 3: Metodelogi Penelitian
Dalam bab metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai populasi
dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk, prosedur pengumpulan data
dan metode analisis data.
BAB 4: Hasil Penelitian
Dalam bab empat ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis
deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi dan
saran dari hasil penelitian.
19
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, akan diuraikan mengenai pengertian intensi menabung di bank
syariah, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi yaitu sikap, norma subyektif
dan perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, usia,
pengertian menabung, bank syariah, fungsi bank syariah, prinsip-prinsip bank
syariah, Perbedaan bunga dan bagi hasil, kerangka berpikir dan terakhir hipotesis.
2.1 Intensi Menabung
2.1.1 Teori Intensi
Sebelum membahas mengenai intensi menabung, akan dijelaskan terlebih dahulu
teori tentang intensi berperilaku secara umum dan juga sikap, norma subyektif,
perceived behavior control yang secara teoritis mempengaruhi terwujudnya
intensi berperilaku.
Perilaku menabung seringkali sulit untuk dijelaskan dan diprediksi karena
banyak faktor yang mempengaruhinya. Sebelum perilaku itu nampak di
permukaan secara kasat mata, tentu terdapat disposisi yang mendahuinya.
Disposisi yang mendahului perilaku ini lah yang dinamakan intensi. Intensi
merupakan prediktor terbaik terhadap kemunculan perilaku dan hampir tidak
dapat dipisahkan dari tiap perilaku. Intensi merupakan pernyataan individu
tentang niatnya untuk melakukan tingkah laku. Pengukuran intensi ini sangat
berguna dalam memprediksi tingkah laku dan sudah diuji oleh beberapa ahli
sebagai prediktor terbaik pada tingkah laku yang akan dimunculkan.
20
2.1.1.1 Pengertian Intensi
Banyak ahli yang mendefinisikan intensi, diantaranya Fishbein & Ajzen (1975)
yang mendefinisikan intensi sebagai berikut:
“Person’s location on subjective probability dimension involving arelation between himself and some action. A behavioral intension,therefore refers to a person’s subjective probability that he will performthe behavior.”
Dapat disimpulkan, bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam
dimensi probabilitas yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan
tingkah laku. Sebuah intensi berperilaku, oleh karena itu, merujuk pada
probabilitas subyektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku.
Intensi juga dapat didefinisikan sebagai maksud, pamrih, keinginan,
tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri yang dapat
dibedakan dari proses-proses psikologis, yang mencakup referensi atau kaitannya
dengan suatu objek (Chaplin, 1999). Sedangkan menurut Ajzen (2005) intensi
diartikan sebagai kecenderungan tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan
kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah suatu niat dari
individu untuk melakukan tingkah laku tertentu. Fishbein dan Ajzen menyatakan
bahwa intensi berperilaku merupakan determinan terdekat dengan perilaku yang
akan dilakukan seseorang.
Mempelajari intensi sama saja dengan mempelajari kemungkinan
seseorang dalam melakukan perilaku tertentu dan memprediksi apakah seseorang
akan melakukan tindakan tertentu atau tidak, serta seberapa besar kemungkinan
21
terealisasikan dalam sebuah tindakan nyata. Dapat disimpulkan juga bahwa
intensi merupakan konstruk dalam diri seseorang yang mengacu pada keinginan
untuk melakukan tingkah laku tertentu.
2.1.1.2 Spesifikasi Intensi
Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu tindakah demi mencapai tujuan
tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi
memiliki empat aspek, yaitu:
1. Perilaku (behavior), yaitu tindakan spesifik yang nantinya akan
diwujudkan.
2. Sasaran (target), yaitu obyek yang menjadi sasaran perilaku. Obyek yang
menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu:
a. Orang / obyek tertentu (particular object),
b. Sekelompok orang/obyek (a class of object) dan
c. Orang atau obyek pada umumnya (any object).
3. Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya
suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan).
Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi dan keadaan terjadinya perilaku.
4. Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu
tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode.
Misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu),
22
periode tertentu (bulan tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu
yang akan datang). Berdasarkan aspek-aspek intensi dari kedua pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu
perilaku atau tindakan, sasaran, situasi dan waktu.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terwujudnya Intensi
Ajzen (2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang membuat seseorang
mampu mewujudkan sebuah perilaku, terdiri atas faktor internal dan faktor
eksternal:
1. Faktor internal
Faktor internal seorang invididu dapat mempengaruhi kesuksesan
mewujudkan suatu perilaku. Beberapa faktor ini dengan mudah dimodifikasi
oleh pelatihan dan pengalaman, sementara sisanya lebih sulit untuk berubah.
a. Informasi, keterampilan dan kemampuan
Seseorang yang memiliki intensi untuk mewujudkan kemungkinan
perilaku, selain dari usaha untuk melakukannya sendiri, ia juga
membutuhkan informasi, keterampilan dan kemampuan. Kehidupan
sehari-hari banyak memberikan contoh. Mungkin kita memiliki intensi
mengajak orang lain agar memiliki satu persepsi yang sama dengan kita
mengenai pandangan politik, membantu anak untuk mengerjakan soal
matematika, atau memperbaiki perekam video yang tidak berfungsi.
Namun intensi kita gagal dalam upaya kita dikarenakan kita tidak
memiliki keterampilan verbal dan sosial yang diperlukan, pengetahuan
23
matematika, atau keterampilan mekanis. Kekurangan informasi,
keterampilan dan kemampuan seperti inilah yang akhirnya menggagalkan
terwujudnya intensi.
b. Emosi dan Kompulsi
Kurangnya keterampilan, kemampuan dan informasi dapat menghasilkan
masalah kontrol perilaku. Namun biasanya diasumsikan bahwa secara
prinsip masalah ini dapat diatasi. Sebaliknya, beberapa jenis perilaku
memiliki kekuatan yang tampaknya sebagian besar di luar kendali kita.
Orang kadang terlihat tidak dapat berhenti berfikir atau bermimpi tentang
peristiwa tertentu, berhenti berbicara, gagap, atau berhenti mencentang
pada daftar lis. Perilaku kompulsif ini dilakukan meskipun intensi dan
usaha terpadu dilakukan untuk melakukan perilaku yang sebaliknya.
Perilaku emosional terlihat memiliki karakteristik yang sama. Individu
sering tidak dapat bertanggungjawab atas terjadinya perilaku yang terjadi
di bawah tekanan atau dalam keadaan emosi yang kuat. Kontrol perilaku
yang lemah pada seseorang sering disebut dengan keadaan “dikuasai oleh
emosi”. Tindakan kekerasan dan buruknya sebuah kinerja diasumsikan
terjadi dalam kondisi seperti itu dan tampaknya tidak banyak yang dapat
dilakukan untuk mengubah hal itu.
Kesimpulannya, berbagai faktor internal dapat mempengaruhi kesuksesan
perwujudan perilaku jika memiliki intensi atau pencapain tujuan yang diinginkan.
Mungkin cukup mudah untuk mendapatkan kontrol atas beberapa faktor, seperti
24
informasi, kemampuan dan keterampilan. Namun faktor lain seperti emosi yang
intensif, stres atau kompulsi lebih sulit untuk dinetralisir.
2. Faktor Eksternal
Kontrol seseorang atas pencapaian tujuan perilaku juga dipengaruhi oleh situasi
atau faktor lingkungan di luar individu. Faktor eksternal ini menentukan faktor
mana yang ada di lingkungan yang memfasilitasi atau menggangu perwujudan
sebuah perilaku.
a. Kesempatan
Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk menghargai pentingnya faktor
kebetulan atau peluang untuk keberhasilan dalam eksekusi sebuah perilaku
yang berintensi. Sebuah intensi untuk menonton bioskop tidak dapat
menjadi perilaku jika tiket terjual habis pada malam sebelumnya atau jika
seseorang mengalami kecelakaan serius dalam perjalanan menuju biskop.
Kurangnya kesempatan dapat mengurangi usaha untuk mewujudkan suatu
perilaku. Di sini seseorang berusaha untuk mewujudkan intensi namun
gagal karena keadaan sekitar menghalanginya. Walaupun intensi langsung
akan terpengaruh, keinginan dasar untuk melakukan sebuah perilaku tidak
harus diubah. Lingkungan menghambat perilaku untuk mewujudkan
perilaku dan akan memaksa untuk merubah rencana, namun tidak selalu
dapat merubah intensi seseorang. Karena ada kemungkinan orang yang
dihambat ini akan mencobanya lagi di lain waktu.
25
b. Ketergantungan Pada yang Lain
Setiap kali perwujudan perilaku tergantung pada tindakan orang lain, ada
potensi kontrol yang tidak lengkap terhadap perilaku atau tujuan. Sebuah
contoh yang baik mengenai ketergantungan perilaku misalnya kasus kerja
sama. Seseorang akan bisa bekerjasama dengan orang lain hanya jika
orang yang diajak tersebut juga berkeinginan untuk bekerjasama.
Seperti waktu dan kesempatan, ketidakmampuan untuk berperilaku
sesuai dengan intensi dapat disebabkan oleh ketergantungan pada
kebutuhan seseorang tidak mempengaruhi intensi dari motivasi. Sering
kali, seseorang yang menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan
ketergantungan interpersonal dapat membentuk perilaku yang diinginkan
dalam kerjasama dengan partner yang berbeda. Namun, bagaimanapun, hal
ini tidak dapat terus menerus menjadi penyebab sebuah tindakan.
Singkatnya, kekurangan kesempatan dan ketergantungan pada orang lain
hanya membawa pada perubahan yang sementara pada intensi. Ketika
lingkungan menolak terwujudnya sebuah perilaku, seseorang akan
menunggu untuk kesempatan yang lebih baik.
26
2.1.1.4 Teori yang Membahas Mengenai Intensi
2.1.1.4.1 Teori Planned Behavior
Awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) mengkaji hubungan antara intensi dan
perilaku dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Berdasarkan
teori ini, suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku dan tingkah laku
ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma
subyektif yang merefleksikan pengaruh sosial. Namun setelah dikaji selama
beberapa tahun, Ajzen menemukan bahwa TRA hanya berlaku bagi tingkah laku
yang berada di bawah control penuh individu dan tidak bisa atau tidak sesuai
untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah control individu.
Ajzen berpendapat bahwa ada faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat
realisasi intensi ke dalam tingkah laku.
Dari analisis itulah kemudian Ajzen memberikan teori penyempurna dari
Theory of Reasoned Action yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). Ajzen
mengajukan TPB sebagai alat prediktor perilaku ketika individu tidak memiliki
kontrol kemauan sendiri secara penuh. Dengan demikian, TPB memperhitungkan
bahwa tidak semua perilaku berada di bawah kontrol kemauan individu itu sendiri
dan bahwa perilaku berada di sepanjang kontinum yang meregang dari titik
kontrol penuh sampai tidak ada kontrol sama sekali. Individu dikatakan memiliki
kontrol penuh ketika tidak ada halangan jenis apapun dalam mengadopsi suatu
perilaku yang kurang memiliki kesempatan-kesempatan, seperti sumber daya atau
keahlian yang memadai.
27
Perbedaan antara TRA dengan TPB terletak pada penambahan determinan
ketiga dari behavioral intention yaitu perceived behavior control (PBC). Niat
individual untuk membentuk suatu perilaku terhadap suatu objek merupakan suatu
kombinasi sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilakunya. Sikap
individual terhadap perilaku termasuk keyakinan perilaku (behavioral belief) dan
evaluasi terhadap konsekuensinya (evaluation of consequences).
Sikap di sini merupakan keyakian positif atau negatif tentang melakukan
suatu perilaku tertentu. Di lain pihak, seorang individu akan bermaksud
melakukan suatu perilaku tertentu ketika ia mengevaluasinya sebagai hal yang
positif. Oleh karena itu, sikap ditentukan oleh bobot keyakinan individual tentang
konsekuensi melakukan perilaku (keyakinan perilaku) serta oleh evaluasinya
terhadap konsekuensi itu (evaluasi hasil atau akibat).
Menurut Ajzen (2005), sikap memiliki suatu efek langsung pada
behavioral intention serta terkait dengan norma subyektif dan PBC. Dalam norma
subyektif individu terdapat keyakinan normatif (normative belief) dan motivasi
untuk mematuhi saran dari orang lain (motivation to comply others’ suggestion).
Dalam TPB ada satu faktor tambahan yang mempengaruhi intensi, yaitu
perceived behavior control (PBC). PBC menjelaskan tentang control belief, yaitu
keyakinan tentang adanya faktor yang bisa memfasilitasi atau menghambat suatu
perilaku. PBC ini juga mempengaruhi perilaku secara tidak langsung (lihat
gambar 2.1, garis putus-putus PBC terhadap perilaku). Secara umum teori ini
dapat digambarkan seperti dalam gambar model berikut:
28
GAMBAR 2.1
THEORY of PLANNED BEHAVIOR
Sumber: Ajzen (2005)
Persepsi ini dapat merefleksikan pengalaman masa lampau, antisipasi
keadaan di masa yang akan datang dan sikap terhadap norma yang berpengaruh
yang mengelilingi individu. Faktor kontrol di sini termasuk faktor internal dan
eksternal. Faktor internal seperti keahlian, kemampuan, informasi, emosi dan lain-
lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor situasi atau faktor lingkungan.
Sebagai contoh dalam hal perilaku untuk berenang. Seseorang bisa saja memiliki
sikap yang positif dan persepsi bahwa orang-orang disekitranya akan sangat
mendukung tindakannya untuk bisa berenang atau bahkan ia sudah berkeinginan
untuk berenang, namun ia tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh
faktor perasaan takut tenggelam dan tidak mampu untuk melakukannya atau
kakinya akan terasa keram jika ia nanti berenang dan faktor dari dalam ataupun
dari luar lainnya.
29
Kontrol perilaku yang dipersepsi (PBC) mengindikasikan bahwa motivasi
seseorang dipengaruhi oleh persepsi seberapa sulitnya perilaku itu dapat
dilakukan, sebagaimana persepsi seberapa sukses yang dapat dilakukan seseorang
dalam suatu aktivitas. Bila seseorang memiliki keyakinan kontrol tentang adanya
faktor-faktor yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka kontrol yang
dipersepsinya akan tinggi terhadap suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang akan
mempunyai suatu persepsi kontrol yang rendah bila ia mempunyai keyakinan
kontrol yang kuat tentang rintangan dalam mewujudkan perilaku tersebut.
a. Hal-hal yang Mendahului Attitudes Toward the Behavior (Sikap
Terhadap Perilaku)
Teori planned behavior menunjukkan bahwa bagaimana seseorang mengevaluasi
setiap objek cukup dari keyakinannya saja tentang objek tersebut. Sikap terhadap
perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari
perilaku, yang disebut behavioral belief. Setiap behavioral belief terhubungkan
dengan perilaku terhadap suatu hasil tertentu, atau terhadap atribut lainnya seperti
biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan pada saat menampilkan sebuah
perilaku. Sebagai contoh, seseorang dapat mempercayai bahwa “menjalani diet
rendah sodium” (perilakunya), “mengurangi tekanan darah”, “menyebabkan
perubahan pada gaya hidup”, “sangat membatasi berbagai makanan yang telah
disetujui sebelumnya” dan sebagainya (hasil). Sikap terhadap perilaku ditentukan
oleh evaluasi seseorang terhadap hasil yang berkaitan dengan perilaku dan oleh
kekuatan asosiasi tersebut.
30
Evaluasi setiap hasil penting yang memberikan kontribusi terhadap sikap
secara proporsional terhadap kemungkinan subyektif seseorang bahwa perilaku
tersebut akan memberikan hasil yang dimaksud. Dengan mengalikan kekuatan
belief dan evaluasi hasil, serta rangkuman produk-produk yang dihasilkan,
diperoleh sebuah perkiraan mengenai sikap terhadap perilaku dan perkiraan ini
berdasarkan pada belief yang diperoleh seseorang tentang perilaku tersebut.
Model nilai yang diharapkan ini dideskripsikan secara simbolis dengan
rumus berikut:
AB = Σ biei
Berdasarkan rumus di atas, AB merupakan simbol dari sikap terhadap
perilaku (attitude toward behavior); bi merupakan simbol dari behavioral belief
(kemungkinan subyektif) yang akan melakukan tindakan B dan akan
menyebabkan hasil i; ei merupakan simbol dari evaluasi hasil i; dan jumlah yang
melebihi jumlah keyakinan perilaku diakses pada saat itu juga. Dapat
diinterpretasikan bahwa, orang yang percaya melakukan suatu perilaku tertentu
akan menyebabkan hasil tertentu dan sebagian besar hasil tertentu tersebut
dievaluasi sebagai hasil yang positif bagi dirinya maka ia akan memiliki sikap
yang baik terhadap perilaku tersebut. Sementara orang yang percaya bahwa
melakukan perilaku tersebut sebagian besar akan membawa hasil negatif
cenderung memiliki sikap yang kurang baik.
31
b. Hal-hal yang Mendahului Subjective Norms (Norma subyektif)
Subjective norms, sebagai penentu utama intensi yang berada di posisi kedua
dalam teori planned behavior, juga diasumsikan sebagai fungsi dari belief,
namun belief dari jenis yang berbeda, yaitu belief seseorang bahwa individu atau
kelompok tertentu menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku; atau
bahwa kelompok sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam
dalam perilaku tertentu tersebut. Untuk banyak perilaku, acuan penting yang
biasanya ada ialah orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja dan tergantung
pula pada perilaku yang terlibat, mungkin para pakar seperti dokter atau akuntan
pajak.
Kepercayaan yang mendasari norma subyektif disebut normative belief.
Umumnya, seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka
harus patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang
bahwa hal tesebut menjadi tekanan secara sosial dan sebagai keharusan bagi
dirinya untuk melakukan perilaku tersebut. Sebaliknya, orang yang percaya
bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya dan ia patuhi akan tidak setuju
dengan perwujudan perilaku dirinya, akan memiliki norma subyektif yang
menekan mereka untuk menghindari perwujudan dari perilaku tersebut.
Hubungan antara kepercayaan normatif dan norma subyektif
dideskripsikan secara simbolis dalam rumus berikut:
32
SN = Σ nimi
Di sini SN merupakan simbol dari subjective norm; ni merupakan simbol
dari normative belief tentang acuan i; mi merupakan simbol dari motivation to
comply yaitu motivasi seseorang untuk patuh pada acuan i; dan jumlahnya
merupakan jumlah kepercayaan normatif yang dapat diikur. Dengan kata lain,
orang yang percaya bahwa individu atau kelompok yang cukup berpengaruh
terhadapnya akan mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal
ini menyebabkan ia menjadi terdorong untuk melakukannya. Sebaliknya, jika ia
percaya individu atau kelompok yang cukup berpengaruh terhadap dirinya tidak
mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal ini membuat
dirinya untuk tidak melakukan tingkah laku tersebut.
Subjective norm (norma subyektif) dapat dinilai secara langsung dengan
meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa
kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka
melakukan perilaku tertentu
c. Hal-hal yang Mendahului Perceived Behavior Control (Persepsi Kontrol
Perilaku)
Prediktor utama yang terakhir di dalam teori planned behavior, perceived
behavior control atau persepsi kontrol perilaku, yang juga dianggap fungsi dari
belief. Belief dalam PBC ini yaitu tentang ada atau tidak adanya faktor yang
memfasilitasi atau menghalangi terwujudnya sebuah perilaku. Belief ini dapat
berdasarkan pada bagian pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan
33
perilaku. Namun mereka biasanya juga dipengaruhi oleh informasi dari orang
kedua tentang perilaku dengan mengobservasi pengalaman dari rekan-rekan dan
teman dan oleh faktor lainnya yang meningkatkan atau menurunkan persepsi
tentang kesulitan dalam mewujudan perilaku tertentu.
Semakin banyak sumber yang dibutuhkan dan kesempatan yang dianggap
telah ia miliki dan lebih sedikit penghalang atau penghambat yang mereka
antisipasi, semakin besar kontrol yang mereka persepsi atas perilaku. Behavioral
belief dianggap menentukan sikap, normative belief dipandang sebagai
menentukan norma subyektif dan control belief dapat dianggap sebagai penentu
dari PBC. Jika seseorang memiliki control belief yang kuat mengenai faktor-
faktor yang ada akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut
memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku.
Namun sebaliknya, seseorang akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control belief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku.
Untuk memperoleh pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat
dilakukan dengan bertanya pada seseorang apakah mereka percaya bahwa
melakukannya di bawah kontrol dirinya dan seterusnya. Persepsi kontrol perilaku
dapat diukur dengan rumus berikut ini:
PBC = Σcipi
Dalam rumus ini, ci merupakan simbol dari control belief yang diberikan
oleh faktor i; pi merupalan kuatnya faktor i untuk menfasilitasi atau menghambat
34
terjadinya perilaku; dan hasilnya dapat dilihat dari jumlah control belief yang
dapat diukur. Dengan kata lain, orang yang memiliki control belief yang kuat
mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi perilaku tertentu, maka
orang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu
perilaku. Sebaliknya, orang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control belief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku.
Pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat dilakukan dengan
menanyakan pada seseorang apakah mereka percaya bahwa mereka mampu
mewujudkan perilaku tertentu, apakah mereka percaya bahwa melakukannya
benar-benar di bawah kontrol mereka dan seterusnya.
Proses seseorang tiba pada niat mereka merupakan pendekatan beralasan
untuk penjelasan dan prediksi perilaku sosial dalam arti bahwa niat berperilaku
seseorang diasumsikan mengikuti keyakinan mereka tentang mewujudkan sebuah
perilaku. Perilaku seseorang diasumsikan berasal dari kepercayaan mereka tentang
mewujudkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan ini bisa jadi tidak akurat, bias
atau bahkan tidak masuk akal. Bagaimanapun, sekali saja satu set kepercayaan
terbentuk ia akan menyediakan pondasi kognitif dimana sikap, norma subyektif
dan persepsi kontrol perilaku, terutama intensi dan perilaku dianggap mengikuti
alasan dan model tetap. Bagaimanapun, hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
seseorang dengan sadar melihat kembali setiap langkah dan setiap kali mereka
terlibat dalam sebuah perilaku. Sekali terbentuk sikap, norma, persepsi kontrol
perilaku dan intensi akan menjadi sangat mudah diakses dan siap sedia untuk
35
memandu terwujudnya sebuah perilaku. Itulah, mengapa seseorang tidak harus
melihat kembali perilaku mereka, norma dan control belief agar konstruk ini
menjadi aktif.
2.1.1.5 Background Faktor Intensi
Menurut teori planned behavior, selain faktor-faktor utama yaitu sikap, norma
subyektif dan PBC, banyak variabel yang mungkin berhubungan atau
mempengaruhi kepercayaan yang seseorang seperti; umur, jenis kelamin, etnis,
status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, keanggotaan, kepribadian,
suasana hati, emosi, sikap dan nilai secara umum, inteligensi, anggota kelompok
tertentu, pengalaman masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial, kemampuan
coping dan lainnya.
Jelas bahwa seseorang yang tumbuh dalam lingkungan sosial yang
berbeda dapat memiliki informasi yang berbeda tentang isu-isu yang berbeda.
Informasi menyediakan dasar bagi kepercayaan mereka tentang konsekuensi
sebuah perilaku, pengharapan normatif, pentingnya seseorang dan penghalang
yang dapat mencegah mereka dalam mewujudkan perilaku. Laki-laki dapat
memiliki pengalaman yang berbeda daripada pengalaman wanita, orang yang
lebih tua mendapatkan informasi yang berbeda dari informasi orang yang lebih
muda dan suasana hati yang bersifat sementara dapat mempengaruhi cara
seseorang mempersepsikan sesuatu. Semua faktor ini dapat mempengaruhi
perilaku, normatif dan kontrol kepercayaan. Sebagai hasilnya, akan
mempengaruhi intensi dan tindakan.
36
Pada gambar 2.2 faktor-faktor yang melatarbelakangi ini dibagi ke dalam
kategori personal, sosial dan informasional. Teori planned behavior mengenali
potensi yang penting ini sebagai faktor yang melatarbelakanginya. Mengingat
banyaknya jumlah potensi yang sesuai dengan faktor yang melatarbelakangi, sulit
untuk mengetahui mana yang harus dipertimbangkan tanpa seleksi teori yang
dapat menuntun dalam area perilaku yang diamati. Teori seperti ini bukan
merupakan bagian dari model teori planned behavior, namun hanya sebagai
pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam tentang determinan tingkah laku
manusia. Dengan demikian memperdalam pemahaman tentang penentu perilaku.
Di bawah ini mengenai kerangka teori planned behavior:
GAMBAR 2.2
BACKGROUND FAKTOR PADA THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
membeli
BACKGROUNDFACTORS
PERSONAL
General Attitudes
Personality traits
Values
Emotions
Intelligence
SOCIAL
Age, Gender, Race,Ethnicity,education, income,religion
INFORMATION
Experience
Knowledge
Media exposure
Behavioralbelief
Attitudetoward thebehavior
NormativeBelief
Subjectivenorm
NormativeBelief
Subjectivenorm
Controlbelief
PerceivedBehavioralControl
Intention Behavior
37
2.1.2 Perilaku Menabung
2.1.2.1 Pengertian dan Penjelasan Menabung
Keynes (dalam Felix, 1995) mendefinisikan menabung sebagai berikut:
“Excess of income over consumption expenditure in a period or as thedifference in net worth at the end of period and the net worth at thebeginning of the period.”
Dapat diambil pengertian bahwa menabung adalah kelebihan dari
penghasilan yang melebihi pengeluaran konsumsi dalam suatu periode tertentu,
atau sebagai selisih antara kekayaan bersih pada akhir periode dan kekayaan
bersih pada awal periode.
Warneryd (1999) juga memberikan pengertian tentang menabung:
“Saving meant as a rule that some consumption was postponed asafeguard future living.”
Tabungan dimaksudkan sebagai suatu pengaturan dimana suatu konsumsi ditunda
demi keamanan di kehidupan mendatang.
Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia no.
22/133/UPG/1989 (dalam Sudaryana, 2007) yaitu tabungan adalah simpanan
pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
syarat:
a) Mendatangi bank atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut.
b) Penarikan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah
pembayaran lain yang sejenis.
c) Tabungan yang diselenggarakan bank dalam bentuk rupiah.
38
Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa orang yang menabung
memiliki hak untuk memperoleh kembali tabungannya dengan syarat tertentu.
Keyness (dalam Felix, 1995) memberikan rumusan total income atau
penghasilan adalah jumlah dari konsumsi dan tabungan, atau diformulasikan
sebagai Y = C + S. Dalam hal ini Y merupakan simbol dari penghasilan, C
merupakan simbol dari konsumsi, sedangkan S merupakan simbol dari saving
atau tabungan. Jika rumusan itu diubah untuk mendapatkan pengertian saving atau
tabungan, maka formulasinya akan menjadi S = Y – C. Jika dibahasakan dalam
bentuk kalimat maka tabungan dapat didefinisikan sebagai hasil dari penghasilan
yang telah dikurangi konsumsi. Contohnya, seseorang dengan penghasilan
Rp5.000.000 per bulan dan pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi tiap
bulan yaitu Rp3.000.000, maka asumsinya sisa uang yang ada yaitu Rp2.000.000
akan menjadi tabungannya.
Secara logika, tabungan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat
penghasilannya. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tabungan
yang dimiliki. Semakin tinggi penghasilan maka porsi uang yang akan ditabung
menjadi semakin besar dan berarti kebutuhan akan menabung menjadi semakin
tinggi pula.
Kegiatan menabung menyangkut dua permasalahan pokok yaitu:
a. Masalah kemampuan untuk menabung, yang ditentukan oleh selisih lebih
antara penghasilan yang diterima dengan pengeluaran yang dilakukan.
b. Masalah kesediaan untuk menabung, karena setiap orang pada umumnya
mempunyai kecenderungan menggunakan seluruh penghasilan untuk
39
memenuhi kebutuhan pada saat ini yang biasanya bersifat konsumtif
(Hakim, 2008).
Pengertian menabung pada penelitian ini lebih menitikberatkan pada
menabungkan uang, menyisihkan uang yang diterima untuk disimpan dan
digunakan untuk kepentingan yang akan datang.
2.1.3. Intensi Menabung
2.1.3.1 Definisi Intensi Menabung
Setelah membahas mengenai teori intensi dan menabung, Peneliti menarik sebuah
kesimpulan bahwa intensi menabung dapat didefinisikan sebagai suatu niat yang
kuat dari individu untuk menyimpan uang dan menanam modalnya di bank yang
sifatnya produktif guna memenuhi kebutuhan di masa mendatang.
Teori-teori yang membahas mengenai intensi secara umum telah dijabarkan
pada BAB sebelumnya, yaitu teori intensi yang dikemukakan oleh Fishbein dan
Ajzen. Intensi merupakan sebuah perilaku dalam konteks umum bisa
menggunakan pembahasan intensi yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.
Akan tetapi setelah Peneliti melakukan studi literatur, terdapat beberapa jurnal
psikologi ekonomi yang membahas mengenai intensi menabung secara khusus.
Perilaku menabung dan intensi menabung merupakan salah satu kajian dari
perilaku konsumen.
2.1.3.2 Model Teori Intensi Menabung Menurut Rabinovich & Paul
Robinovich & Paul (2006) dalam jurnal psikologi ekonomi menjelaskan
konsep tentang intensi menabung dan faktor psikologis yang mempengaruhi
intensi menabung. Secara umum dengan memahami intensi seseorang untuk
40
menabung, maka dapat dilakukan prediksi bahwa seseorang tersebut akan
melakukan suatu perilaku berupa menabung di masa yang akan datang.
Rabinovich & Paul (2006) memberikan konsep mengenai intensi
menabung dengan beberapa faktor psikologis yaitu time horizon, expenditure
control techniques dan perceived easiness of expenditure control. Penjelasan
mengenai faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
1. Time Horizon
Time horizon mengacu kepada panjang periode waktu yang diperhitungkan
dalam proses perencanaan pengeluaran tabungan. Variabel ini telah terbukti
menjadi salah satu variabel yang paling kuat mempengaruhi perilaku
menabung. Time horizon mengacu pada satu titik waktu tertentu di masa yang
akan datang dimana suatu proses akan dievaluasi. Dalam manajemen
akunting, finansial dan resiko, diperlukan sebuah penetapan horizon waktu
tertentu sedemikian hingga diperoleh alternatif yang dapat dilaksanakan pada
periode waktu yang dimaksud. Time horizon yang paling umum digunakan
yaitu triwulan, kuartal, satu sampai lima tahun, bahkan lebih dari 10 tahun.
Dalam hal ini, isu yang mendasar yaitu seberapa besar pengaruh data masa
yang akan datang terhadap keputusan saat ini. (Chand dkk dalam Lucy, 2008).
2. Expenditure Control Techniques
Elster (dalam Robonovich & Paul, 2006) memberi gagasan bahwa
penggunaan teknik tertentu dapat meningkatkan sumber daya dari kontrol diri
dan meningkatkan kemungkinan menabung. Salah satu teknik utama yang
41
dijelaskan yaitu pra-komitmen, dimana pra-komitmen merupakan pengaturan
yang memberikan pertahanan terhadap impuls masa depan. Konsep
expenditure control techniques dan pengendalian diri dihubungkan melalui
dua perspektif teoritis yaitu akuntansi mental (Shefrin & Thaler, 1992;
Robonovich & Paul, 2006) dan niat pelaksanaan (Gollwitzer & Brandstatter,
1993; Robonovich & Paul, 2006). Menurut kerangka akuntansi mental,
teknik tertentu seperti mentransfer uang kepada rekening terpisah (atau
mentransfer ke mata uang yang berbeda) memfasilitasi pelabelan uang
sebagai sumber terpisah yang berbeda dari penghasilan lainnya. Mental
perhitungan yang berbeda memiliki kecenderungan yang berbeda untuk
menghabiskan, sehingga uang yang dicap sebagai tabungan melalui transfer
ke bentuk yang berbeda cenderung akan dikeluarkan. Akibatnya, ketika
tabungan ditransfer ke rekening mental yang spesifik, kurangnya sumberdaya
pengendalian diri yang diperlukan untuk menahan diri dari pengeluarannya
memunculkan kecenderungan untuk menghabiskan uang yang lebih rendah
(Robonovich & Paul, 2006).
3. Perceived Easiness of Expenditure Control
Persepsi kemudahan kontrol pengeluaran ini berkaitan dengan konsep kontrol
perilaku yang dipersepsi (PBC) dalam theory of planned behavior. Rabinovich
memiliki pemikiran bahwa PBC tidak selalu adekuat dalam hal tabungan dan
dengan demikian faktor lain yang mengendalikan perilaku yang sebenarnya
dapat mengganggu (misalnya teknik penggunaan). Pentingnya persepsi
kemudahan dalam pengeluaran terhadap perilaku ini pertama kali ditunjukkan
42
oleh Wa¨rneryd (1998, dalam Robonovich & Paul, 2006) dan kemudian
direplikasi oleh Webley & Viner (2000, dalam Robonovich & Paul, 2006).
Dalam kedua studi, variabel ini dimasukkan dalam model yang optimal untuk
memprediksi perilaku menabung. Variabel ini kini diterima secara luas
sebagai prediktor dalam perilaku menabung (Nyhus, 2002; Robonovich &
Paul, 2006).
2.1.3.3 Model Teori Intensi Menabung Menurut Croy dkk
Croy dkk (2010) dalam jurnal psikologi ekonomi memberikan konsep tentang
intensi menabung. Faktor sikap, norma subyektif dan PBC, pengetahuan, persepsi
tentang pentingnnya perencanaan dan toleransi terhadap resiko dianggap
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensi menabung. Konsep
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
GAMBAR 2.3
KERANGKA MODEL TEORI INTENSI MENABUNG MENURUTCROY DKK
Sumber: Croy dkk (2010)
PI
PP
PBC
Int
SNAtt
RT
43
Dapat dilihat hubungan antara planning importance (PI) mempengaruhi
planning preparedness (PP), PI dan PP melatar belakangi PBC terbentuk. Dalam
hal ini, ketika seseorang memiliki persepsi bahwa sebuah perencanaan keuangan
merupakan hal yang penting, maka individu tersebut akan membuat suatu rincian
perencanaan yang akhirnya individu akan memiliki control belief yang kuat
mengenai faktor-faktor yang akan memfasilitasi perilakunya. Selain itu, PI dan PP
ini akan mempengaruhi Risk Tolerance (RT), yaitu tingkat ketidakpastian yang
investor dapat tangani dalam hal perubahan negatif dalam nilai asetnya dan RT ini
pada akhirnya memberi pengaruh langsung terhadap Intensi menabung.
Kesimpulannya sikap, norma subyektif, PBC dan Risk tolerance memberi
pengaruh secara langsung terhadap intensi.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa TPB menjadi model teori yang
kuat yang dapat digunakan untuk memprediksi niat untuk berperilaku dalam
konteks menabung. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, jenis
kelamin, usia dan penghasilan, persepsi mengenai pentingnya perencanaan
memprediksi kesiapan perencanaan yang pada gilirannya memprediksi PBC dan
niat.
2.1.3.4 Model Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd
Habit (kebiasaan) dan sikap terkadang diperlakukan sebagai dua hal yang setara,
tetapi biasanya perbedaan juga dijelaskan. Kebiasaan dianggap sebagai rutinitas
yang dipelajari melalui penghargaan, pengalaman sebelumnya dan dianggap
memiliki kekuatan prediktif. Konsep yang berlaku kurang lebih sama, yaitu
bahwa orang cenderung berperilaku pada situasi yang baru menurut cara mereka
44
berperilaku pada waktu sebelumnya dalam situasi yang sama. Sebuah pernyataan
populer "perilaku di masa lalu merupakan prediktor terbaik dari perilaku di masa
depan" (Ajzen, 1991; Warneryd, 1999). Tampaknya ini berlaku baik untuk
kebiasaan dan kepribadian dengan pengecualian bahwa situasi dapat berubah dan
seluruh situasi menjadi radikal baru.
Ajzen (1991, dalam Warneryd, 1999) menolak argumen bahwa kebiasaan
hanya diwakili perilaku di masa lalu dan harus dipertimbangkan dalam model. Ia
berpendapat bahwa residu dari perilaku masa lalu sudah dalam model dan
kebiasaan (habits) juga tergantung pada hal-hal lain dari sekedar perilaku di masa
lalu. Namun Ia juga tidak menolak sepenuhnya bahwa perilaku masa lalu dapat
bermanfaat dalam model.
Banyak studi telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang memiliki sikap
yang positif terhadap perilaku menabung (Lea dkk, 1987; Warneryd, 1999).
Norma subyektif untuk menabung atau tidak menabung menjadi kuat dan
mereka dapat berubah dari waktu ke waktu. Dalam penelitian di beberapa negara,
sebuah kelompok terkadang menjadi pendorong seseorang untuk melakukan
perilaku seperti menabung. Dorongan dari kelompok ini lebih menitikberatkan
pada alasan keuangan dan usaha pencegahan. Dengan kata lain, kelompok yang
dianggap penting bisa mendorong individu untuk menabung, yang bertujuan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang. PBC dalam konteks
menabung sama saja dengan situasi keuangan individu. Setidaknya untuk
beberapa rumah tangga ada cukup banyak variasi dalam model komponen.
Persepsi terhadap perubahan situasi keuangan merupakan faktor penentu penting
45
dari perilaku menabung. Berikut gambar mengenai konsep intensi menabung yang
dicetuskan oleh Warneryd (1999):
GAMBAR 2.4
MODEL TEORI INTENSI MENABUNG WARNERYD YANGTERINSPIRASI OLEH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR MILIK AJZEN
Sumber: Warneryd (1999)
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, Peneliti menyimpulkan
beberapa faktor yang mempengaruhi intensi menabung yaitu sikap, norma
subyektif dan perceived behavior control. Selain itu intensi menabung merupakan
SavingAttitudes
Past Saving
Subjectivenorms
PerceivedBehavior Control
Intention tosave
SavingBehavior
46
kajian dari perilaku menabung dan dalam proses menabung juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain seperti penghasilan, pendidikan dan usia.
Hal lain yang perlu dicermati bahwa bank syariah merupakan bank yang
melaksanakan kaidah keislaman dalam sistemnya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pelanggan memilih bank Islam terutama berdasarkan alasan
agama. Unsur keislaman dan keagamaan memegang peranan penting dalam
menentukan bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu, yang dalam hal
ini menabung di bank syariah sebagai bank Islam. Unsur keagamaan atau
religiusitas akan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh individu. Atas
pertimbangan tersebut Peneliti mengambil faktor religiusitas sebagai faktor yang
dianggap juga mempengaruhi intensi menabung di bank syariah.
2.2.1 Sikap
2.2.1.1 Pengertian Sikap
Fishbein & Ajzen (1975) mengatakan bahwa intensi seringkali nampak seperti
“komponen konatif dari sikap” dan biasanya juga diasumsikan bahwa komponen
konatif ini berhubungan dengan komponen afektif dari sikap. Konsep ini memberi
keterangan kuat bahwa sikap dan intensi merupakan dua konstruk yang saling
berkaitan erat.
Allport (dalam Oskamp & Schultz, 2004) menyatakan konsep sikap
membantu untuk menjelaskan konsistensi perilaku seseorang. Thurstone (dalam
Oskamp & Schultz, 2004) mendefiniskan sikap sebagai “afeksi atau perasaan
terhadap sebuah rangsangan”. Sikap didefiniskan sebagai suatu penilaian kognitif
47
seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya
cenderung ke arah berbagai objek atau ide.
Sikap dapat pula diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau aktivitas. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula
sebaliknya, keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan perilaku
konsumen, sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu
produk, merek dan pelayanan.
Terdapat beberapa sudut pandang teoritis utama mengenai sifat penting
dari sikap. Konsep yang paling lumrah yaitu konsep mengenai Tri-componential
viewpoint. Konsep ini memberi penjelasan bahwa sikap merupakan satu kesatuan
namun memiliki tiga aspek atau komponen yaitu komponen afektif, kognitif dan
perilaku. Sebagai contoh, sikap seseorang tentang mengendarai sepeda motor.
Komponen afektif (emosi). Hal ini ini mengacu pada perasaan dan emosi yang
dimiliki seseorang terhadap objek. Misalnya saja, “mengendarai sepeda motor itu
menyenangkan”, “mengendarai sepeda motor sangat menggairahkan”. Komponen
kognitif, yang terdiri dari ide-ide dan keyakinan seseorang miliki terhadap objek
sikap. Sebagai contoh, “sepeda motor merupakan kendaraan yang cepat”,
“mengendarai sepeda motor lebih hemat bensin daripada mengendarai mobil”.
Komponen perilaku, yang terdiri dari kecenderungan tindakan seseorang terhadap
objek. Misalnya, “saya naik sepeda motor setiap kesempatan yang saya
dapatkan.”, “jika saya punya uang, saya akan membeli sepeda motor.” (Oskamp
& Schultz, 2004).
48
Perilaku juga amat terpengaruh oleh sikap terhadap merek atau terhadap
produk yang ada. Dalam Engel dkk (1995) sikap didefinisikan secara singkat
sebagai evaluasi secara menyeluruh dari alternatif-alternatif, yang memiliki
rentangan dari positif ke negatif. Sekali saja terbentuk, sikap memainkan peranan
langsung pada pilihan selanjutnya dan sulit untuk dirubah.
Loudon & Bitta (1993) menyebutkan tiga definisi diantara lebih dari 100
definisi sikap yang ada. Definisi yang pertama, sikap adalah bagaimana positif
atau negatif, favorable atau unfavorable, atau pro atau kontranya perasaan
seseorang terhadap sebuah objek. Definisi ini menunjukkan sikap sebagai
perasaan atau reaksi evaluatif pada sebuah objek. Definisi kedua mewakili
pemikiran Allport (dalam Loudon & Bitta,1993), yang memandang sikap sebagai
predeposisi yang dipelajari untuk merespon sebuah objek atau kelas objek dalam
cara favorable atau unfavorable secara konsisten. Definisi sikap yang ketiga
dipopulerkan oleh psikolog sosial yang berorientasi secara kognitif yaitu: “ sebuah
ketahanan dari gabungan motivasi, emosi, perseptual dan proses kognitif yang
berkaitan pada beberapa aspek dalam dunia seorang individu. Pandangan sikap
seperti ini terbuat dari tiga komponen: (1) komponen kognitif, atau pengetahuan,
(2) komponen afektif, atau emosi dan (3) komponen konatif atau kecenderungan
perilaku.
Dari tiga pengertian di atas disimpulkan bahwa sikap adalah keseluruhan
evaluasi baik negatif maupun positif terhadap suatu objek, orang, kejadian dan
aktifitas yang dilakukan serta mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif
seseorang.
49
2.2.1.2 Komponen Sikap
Engel dkk (1995) menjelaskan sikap secara tradisional dan terdiri dari tiga
komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Pengetahuan seseorang dan
kepercayaan tentang suatu sikap terletak dalam komponen kognitif. Komponen
afektif mewakili perasaan seseorang tentang objek sikap. Komponen konatif
merujuk pada tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap objek
sikap. Di bawah ini merupakan skema pandangan tradisional mengenai komponen
sikap:
GAMBAR 2.5
PANDANGAN TRADISIONAL TIGA KOMPONEN SIKAP
Sumber: Engel dkk (1995)
Sikap yang lebih kontemporer direfleksikan oleh gambar 2.8 di bawah ini.
Dalam hal ini sikap dipandang sebagai berbeda dari komponen-komponennya,
dengan tiap komponen yang berhubungan pada sikap. Kedua komponen kognitif
(kepercayaan) dan komponen afektif (perasaan) dikonsepkan sebagai penentu-
penentu sikap. Dalam kata lain evaluasi keseluruhan seseorang pada sebuah objek
sikap dilihat sebagai penentu kepercayaan seorang dan atau perasaan tentang
Attitude
Cognitivecomponent
(belief)
Affectivecomponent(feelings)
Conativecomponent(behavioral)intentinon)
50
sikap objek. Bagi beberapa produk, sikap akan tergantung pada kepercayaan.
Sikap konsumen terhadap sebuah vacum cleaner, contohnya, terutama dapat
muncul oleh karena persepsi mereka tentang keuntungan fungsional produk-
produk, seperti seberapa baik ia membersihkan dan seberapa mudah untuk
digunakan.
GAMBAR 2.6
PANDANGAN KONTEMPORER HUBUNGAN ANTARAKEPERCAYAAN, PERASAAN, SIKAP, INTENSI BERPERILAKU dan
PERILAKU
Sumber: Engel dkk (1995)
Menurut perspektif diagram di atas, ada dua cara fundamental yang
membentuk sikap: melalui kepercayaan dan melalui perasaan tentang objek sikap.
Mengidentifikasi tata cara dimana sikap terbentuk merupakan hal penting karena
Belief
Attitude
Behavioralintention
Behavior
Feelings
51
ia memberikan petunjuk bagi mereka yang tertarik dalam mempengaruhi perilaku
konsumen.
Komponen konatif dalam pandangan kontemporer ini tidak dipandang
sebagai penentu komponen sikap. Sikap justru dipandang sebagai determinan dari
komponen konatif. Oleh karena itu, intensi berperilaku seseorang akan bergantung
pada sikapnya. Sebagai akibatnya, intensi konsumen untuk mewujudkan suatu
perilaku (seperti membeli sebuah produk) seharusnya sebanding dengan sikap
mereka yang semakin favorable.
Dalam gambar pandangan kontemporer, intensi berperilaku terletak paling
dekat dengan perilaku, mengindikasikan bahwa perilaku diharapkan lebih
berhubungan erat terhadap intensi berperilaku daripada sikap, kepercayaan
maupun perasaan. Karena alasan ini, ketika seseorang tertarik dalam memprediksi
perilaku, intensi berperilaku harus diikur karena ia seharusnya merupakan prediksi
perilaku di masa depan yang paling akurat.
2.2.2 Norma Subyektif
2.2.2.1 Pengertian Norma subyektif
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam Fishbein dan Ajzen (1975)
mengartikan norma subyektif:
“The subjective norm is the person’s perception that most people who areimportant to him think he should or should not perform the behavior inquestion.”
Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa norma subyektif
merupakan persepsi individu tentang harapan orang-orang yang dianggap penting
52
oleh mereka berpikir bahwa ia sebaiknya melakukan atau tidak melakukan
perilaku tertentu.
Norma subyektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative belief)
mengenai harapan-harapan kelompok acuan atau orang tertentu yang dianggap
penting terhadap individu dan motivasi individu untuk memenuhi atau menuruti
harapan tersebut (motivation to comply). Keyakinan normatif diperoleh dari
informasi orang yang berpengaruh (significant others) tentang apakah individu
perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman
individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Semakin banyak orang yang
dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu
semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi keyakinan
normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi individu untuk memenuhi
harapan-harapan dari orang yang berarti (significant others) bagi dirinya maka
akan semakin diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subyektif bagi
dirinya.
2.2.2.2 Determinan Norma Subyektif
Ajzen (2005) menjelaskan bahwa norma subyektif ditentukan oleh dua
determinan:
1. Normative belief, yaitu kepercayaan bahwa individu atau kelompok tertentu
menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku; atau bahwa kelompok
sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam dalam
perilaku tertentu tersebut.
53
2. Motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi harapan
kelompok acuan tersebut.
Seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka harus
patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang
tekanan sosial sebagai keharusan bagi dirinya untuk melakukan perilaku tersebut.
Sebaliknya, orang yang percaya bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya
dan ia patuhi akan tidak setuju dengan perwujudan perilaku dirinya, akan
memiliki norma subyektif yang menekan mereka untuk menghindari perwujudan
dari perilaku tersebut.
Hubungan antara kepercayaan normatif dan norma subyektif
dideskripsikan secara simbolis dalam rumus dibawah.
SN = Σ nimi
SN = Subjective norm
ni = Normative belief (kepercayaan individu tentang seseorang atau kelompokyang dijadikan acuan berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan perilakuatau tidak menampilkan perilaku tertentu)
mi = Motivasi individu untuk patuh pada seseorang atau kelompok yangmenjadi acuan.
Subjective norm (norma subyektif) dapat dinilai secara langsung dengan
meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa
kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka
melakukan perilaku tertentu.
54
Pada penelitian sebelumnya oleh Khan (...) yang berjudul Banking
behavior of Islamic Bank customer in Bangladesh menunjukkan bahwa sekitar
30% dari orang-orang dalam kategori penghasilan BDT10, 000-20,000 setuju
bahwa mereka mengikuti saran dari keluarga dan teman-teman dalam memilih
bank syariah. Untuk kategori penghasilan bahkan lebih rendah, yaitu BDT 50,
000-10,000 dan kurang dari BDT 5, 000, sekitar 50% pelanggan mengindikasikan
bahwa mereka mengikuti saran dari keluarga dan teman dalam memilih bank
syariah.
2.2.3 Perceived Behavior Control
2.2.3.1 Pengertian Perceived Behavior Control
Selain kedua faktor di atas, Ajzen memperluas teori reasoned action dengan
menambahkan faktor yang ketiga, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku,
dalam teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior). Persepsi
terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavior control) merupakan persepsi
terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan sebuah perilaku,
atau persepsi seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk
menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk intensi untuk melakukan suatu
perilaku kecuali merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan atau sumber
daya untuk menampilkan perilaku tersebut. Semakin tinggi persepsi terhadap
kontrol perilaku, semakin tinggi intensi perilaku.
Untuk memperoleh pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat
dilakukan dengan bertanya pada seseorang apakah mereka percaya bahwa
55
melakukannya di bawah kontrol dirinya dan seterusnya. Persepsi kontrol perilaku
dapat diukur dengan rumus berikut ini:
PBC = Σcipi
PBC = Perceived behavior control (persepsi kontrol perilaku)
Ci = Control belief yang diberikan oleh faktor –faktor yang dipersepsi.
Pi = Kuatnya faktor – faktor yang dipersepsi untuk menfasilitasi ataumenghambat terjadinya perilaku
Menurut teori TPB, Persepsi kontrol perilaku (PBC) dan niat untuk
berperilaku (intensi), dapat digunakan langsung untuk memprediksi perilaku.
Sebagai contoh dalam perilaku bermain ski, individu mungkin memiliki niat yang
sama kuat untuk belajar ski dan keduanya mencoba untuk melakukannya, orang
yang percaya dengan kemampuannya bahwa ia dapat menguasai kegiatan ini lebih
mungkin untuk bertahan daripada orang yang meragukan kemampuannya. Alasan
kedua, hubungan langsung antara PBC dan perilaku sering kali dapat digunakan
sebagai pengganti ukuran kontrol sebenarnya. Apakah ukuran kontrol perilaku
dianggap dapat menggantikan ukuran kontrol sebenarnya tergantung pada
keakuratan persepsi.
Persepsi kontrol perilaku tidak mungkin realistis apabila seseorang
memiliki informasi yang relatif sedikit tentang perilaku, ketika persyaratan atau
sumber daya yang tersedia telah berubah, atau ketika unsur-unsur baru maupun
asing telah memasuki situasi. Dalam kondisi tersebut, pengkuran PBC dapat
menambahkan sedikit akurasi prediksi perilaku. Namun, selama kontrol yang
56
dirasakan realistis, konsep ini dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan
suksesnya upaya untuk berperilaku (Ajzen, 2005)
2.2.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Menabung di Bank
Syariah
Karim & Affif (2006) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dipersepsikan
oleh masyarkat sebagai pendukung dan penghalang mereka untuk menggunakan
jasa perbankan syariah. Hal ini terkait dengan PBC, karena dalam setiap
pengukuran PBC dibutuhkan adanya faktor-faktor yang dipersepsi sebagai
penghalang dan pendukung terhadap perwujudan dari perilaku.
Berikut merupakan faktor yang dipersepsi menjadi pendukung dan
penghambat masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah:
1. Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung:
a. Mendapatkan beberapa ketenangan
b. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam
c. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan
d. Keselamatan di dunia dan akhirat
e. Keinginan untuk mendapatkan pahala
2. Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat:
a. Kurangnya informasi tentang produk bank syariah
b. Tidak melihat manfaat praktis dari produk
c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus
menyesuaikan dengan aturan syariah yg ketat
d. Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka
57
e. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank
konvensional.
f. Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola
keuangan.
2.2.4 Religiusitas
Selain faktor-faktor di atas, religiusitas juga berkaitan dengan tingkah laku
individu dalam memilih jasa perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh
Khan (2010) mengenai The Influence of Religious Belief on Depositor Behavior in
an Emerging Market, memberikan bukti bahwa keyakinan agama dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap pilihan individu dalam memilih jasa perbankan.
Penelitian ini menemukan bahwa bank-bank Islam di Pakistan menikmati tingkat
pertumbuhan deposito jauh lebih besar dari bank konvensional.
Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Muhammad &
Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity And The Malay Muslim Investors In
Malaysia: An Analysis On Some Aspects Of Ethical Investment Decision, juga
memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan
terhadap perilaku investasi investor Malaysia Muslim Melayu dalam berinvestasi
secara syariah. Studi ini mengkaji pengaruh religiusitas terhadap perilaku
investasi investor Muslim Melayu di Malaysia. Secara khusus, penelitian ini
mengeksplorasi jenis investasi pilihan untuk investasi, tujuan dari investasi dan
memanfaatkan sumber-sumber informasi dalam membuat investasi tersebut.
Mengenai penjelasan kerangka berpikirnya dapat di lihat pada gambar 2.9:
58
GAMBAR 2.7
KERANGKA KERJA PEMBUATAN KEPUTUSAN UNTUKBERINVESTASI
Sumber: Muhammad & Devi (2006)
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya oleh Zulhari (2005)
diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas
dengan intensi menabung di bank syariah. Dengan kata lain, religiusitas juga
dapat mempengaruhi individu untuk memunculkan suatu perilaku yang erat
kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut hukum Islam (Syariah).
2.2.4.1 Pengertian Religiusitas
Religiusitas berasal dari kata religion (agama). Harun Nasution (dalam Rakhmat,
1997) merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi
(relegare, religere) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum.
Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin)
atau relegare berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti
mengikat. Adapun kata agama tediri dari a = tidak; gam = pergi mengandung arti
tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.
Culture
Religion(Islam)
IslamicReligiosity
HighlyReligious
LeastReligious
ShariahComplianceInvestment
ShariahNon-Compliance
Investment
59
Menurut Harun Nasution, intisari agama yaitu ikatan. Agama mengandung
makna ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Kekuatan gaib yang
tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Rakhmat, 1997).
Agama merupakan sebuah sistem yang memiliki banyak dimensi. Glock &
Stark (dalam Ancok, 2001) mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya
berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate
meaning).
Menurut Hunt dan Vitel yang dikutip oleh Sood dan Nasution (1995)
(dalam Muhammad & Devi, 2006) agama telah diidentifikasi sebagai salah satu
elemen penting dalam lingkungan budaya, serta dianggap mempengaruhi cara
orang berperilaku (Sadler, dalam Muhammad & Devi, 2006). Lebih khusus lagi,
salah satu elemen dasar yang lain dalam sebuah agama yaitu Tauhid atau Ke-
Esaan Allah dan syariah atau hukum Islam. Agama Islam adalah Akhlaq (atau
moral dan nilai-nilai) yang menyediakan kerangka kerja pembentuk perilaku
moral dan etika umat Islam saat melakukan semua aspek kehidupan mereka (Abd
Halim; Saeed dkk, dalam Muhammad & Devi, 2006). Selain itu, teramati bahwa
Al-Qur'an sebagai sumber utama syariah Islam dengan jelas memberikan satu set
stabil dan sempurna nilai-nilai yang tetap tidak berubah dalam semua keadaan,
tidak seperti faktor budaya lain yang mungkin dipengaruhi oleh perubahan dalam
60
lingkungan ekonomi dan politik (Abdullah dan Siddique, dalam Muhammad &
Devi, 2006).
Caird (dalam Muhammad & Devi (2006) mengusulkan tiga ukuran dari
religiusitas, yaitu kognitif (fokus pada sikap agama atau kepercayaan), perilaku
(mengevaluasi kehadiran diri untuk pergi ke gereja atau melakukan doa secara
pribadi) dan pengalaman (pengalaman mistik). Mookherje, 1993 (dalam
Muhammad & Devi, 2006) mendefinisikan religiusitas dalam hal umum atau
partisipatif (berdasarkan keanggotaan gereja dan frekuensi kehadiran di gereja)
dan perilaku agama yang dilakukan scara pribadi atau kebaktian (berdasarkan
frekuensi doa, membaca Alkitab dan skor kumulatif dalam intensitas beribadah).
Fetzer (1999) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu yang
menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari
setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh setiap agama
wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
Menurut Fetzer (1999) terdapat 12 dimensi religiusitas, yaitu dimensi daily
spiritual experiences, yang memandang dampak agama dan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari, meaning yaitu sejauhmana seorang individu dapat mencari
makna hidupnya melalui agama, value yaitu pengaruh kualitas iman terhadap
nilai-nilai hidup, belief yang disebut keimanan, yakni kebenaran yang diyakini
dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan, forgiveness yaitu suatu tindakan
memaafkan dan bertujuan untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan,
private religious practice yang merupakan perilaku beragama dalam mempelajari
agama yang dianut meliputi, coping atau cara mengatasi stres seorang individu
61
dengan menggunakan pola dan metode seperti dengan berdoa, religious support
yaitu aspek hubungan sosial antara individu dengan pemeluk agama sesamanya,
religious/spiritual history yaitu seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan
hidupnya, commitment yaitu seberapa jauh individu mementingkan agamanya,
organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh
individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan
beraktivitas di dalamnya dan religious preferences yaitu melihat sejauh mana
individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya.
Dari definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli di atas mengenai
religiusitas, Peneliti menyimpulkan bahwa religiusitas adalah perwujudan
seberapa jauh individu yang menganut agama tertentu merasakan pengalaman
beragama sehari-hari (daily spiritual experience), ekspresi keagamaan sebagai
sebuah nilai (value), keyakinan (belief), memaafkan (forgiveness), melatih diri
dalam beragama (private religious practice), penggunaan agama sebagai coping
(religious/spiritual coping), hubungan sosial yang baik antara individu dengan
pemeluk agama (religious support), ikut serta dalam lembaga keagamaan
(organizational religiousnees) dan komitmen beragama (commitment).
2.2.4.2 Dimensi Religiusitas
Fetzer (1999) dalam laporan penelitiannya yang berjudul Multidimensional
Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in Health Research
menjelaskan 12 dimensi religiusitas, antara lain: daily spiritual experiences,
meaning, values, belief, forgiveness, private religious practices, religious/spiritual
62
coping, religious support, religious/spiritual history, commitment, organizational
religiousness dan religious preference.
a. Daily spiritual experiences, merupakan dimensi yang memandang dampak
agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, daily
experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan
dengan transenden (Tuhan, yang ilahi) dalam kehidupan sehari-hari dan
persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga daily
spiritual experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan kognitif
(Underwood, dalam Fetzer 1999)
b. Meaning, merupakan konsep dalam religiusitas berkaitan dengan konsep
meaning milik Viktor Frankl yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan
hidup. Meaning yang dimaksud disini berkaitan dengan religiusitas atau yang
disebut religion-meaning yaitu sejauhmana seorang individu dapat mencari
makna hidupnya melalui agama yang dianut serta menjadi agama sebagai
landasan tujuan hidupnya (Pragament, dalam Fetzer 1999)
c. Value, menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan pengaruh kualitas iman
terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling
menolong, saling melindungi dan sebagainya.
d. Konsep belief menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan konsep inti dari
religiusitas. Dalam bahasa Indonesia belief disebut keimanan, yakni
kebenaran yang diyakini dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan.
e. Forgiveness, merupakan dimensi yang berwujud suatu tindakan memaafkan,
bertujuan untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan dan berusaha
63
keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.
Dimensi forgiveness mencakup empat dimensi turunan, yaitu pengakuan
dosa, merasa diampuni oleh Tuhan, merasa dimaafkan oleh orang lain dan
memaafkan diri sendiri. (Idler dalam Fetzer, 1999)
f. Private religious practice, merupakan perilaku beragama dalam mempelajari
agama yang dianut meliputi: ibadah, mempelajari kitab dan kegiatan-kegiatan
lain untuk meningkatkan kualitas religiusitasnya (Levin dalam Fetzer, 1999)
g. Religious/Spiritual Coping, merupakan coping stress atau cara mengatasi
stres seorang individu dengan menggunakan pola dan metode seperti dengan
berdoa, beribadah. Pragament (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan bahwa
terdapat tiga jenis coping secara religius, yaitu:
1) Deferring style, yaitu menyerahkan coping kepada Tuhan dengan cara
berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan
menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
2) Collaborative style, yaitu individu meminta solusi kepada Tuhan dan
antara Tuhan dengan hamba-Nya saling bertanggung jawab dalam
menjalankan coping.
3) Self-directing style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam
menjalankan coping.
h. Religious Support, yaitu aspek hubungan sosial antara individu dengan
pemeluk agama sesamanya (Krause dalam Fetzer, 1999)
64
i. Religious/Spiritual History, yaitu seberapa jauh individu berpartisipasi untuk
agamanya sepanjang rentang kehidupannya dan seberapa jauh agama
mempengaruhi perjalanan hidupnya.
j. Commitment, yaitu seberapa jauh individu mementingkan agamanya,
komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya (Williams dalam Fetzer,
1999)
k. Organizational religiousness, merupakan konsep yang mengukur seberapa
jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat
dan beraktivitas di dalamnya (Idler, dalam Fetzer 1999)
l. Religious preferences, yaitu melihat sejauh mana individu membuat pilihan
dan memastikan pilihan agamanya (Ellison dalam Fetzer, 1999).
Perlu diketahui, Peneliti tidak memasukkan dimensi preferences dan history
dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena cara pengukuran dimensi
preferences dan history sulit untuk diinterpretasikan. Dimana dimensi preference
berisi mengenai pertanyaan: “Saat ini, agama apa yang menjadi pilihan anda?”,
dikarenakan dalam peneltian religiusitas Fetzer (1999) mencakup keseluruhan
agama yang ada di dunia, sedangkan dalam peneltian ini, Peneliti hanya
menggunakan sampel yang beragama Islam saja, karena itu tidak diperlukan lagi
pertanyaan mengenai agama apa yang dianut oleh sampel. Kemudian item dari
history, pertanyaan yang tersedia: “Apakah anda pernah merasakan
penurunan/peningkatan kualitas iman yang signifikan?”, “jika iya, pada usia
berapa anda merasakannya?”. Hal ini yang membuat Peneliti tidak mengadaptasi
65
item history dikarenakan tingkat analisa datanya pun akan sulit dan kurang cocok
untuk penelitian S1.
2.2.5 Penghasilan
Fakta fundamental mengenai perilaku menabung bahwa menabung sangat
bergantung pada penghasilan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
Keyness (2005) memberikan rumusan total income atau penghasilan adalah
jumlah dari konsumsi dan tabungan, atau diformulasikan: Y = C + S. Dimana Y
merupakan simbol dari total penghasilan, C merupakan simbol dari konsumsi dan
S merupakan simbol dari tabungan. Jika rumusan itu diubah untuk mendapatkan
pengertian saving atau tabungan, maka formulasinya akan menjadi S = Y – C.
Seseorang dengan penghasilan Rp5.000.000 per bulan dan pengeluaran yang
digunakan untuk konsumsi tiap bulan yaitu Rp4.000.000 maka asumsinya sisa
uang yang ada yaitu Rp1.000.000 akan menjadi tabungannya.
Collins (1991) dalam penelitiannya berjudul Saving behavior in 10
development countries, menunjukkan bahwa meningkatnya standar hidup
merupakan alasan mengapa jumlah tabungan meningkat. Penghasilan rill di
beberapa negara telah meningkat secara dramatis, salah satunya yaitu Korea.
Seseorang dengan usia yang lebih tua cenderung mendapatkan penghasilan yang
lebih tinggi, sehingga mempengaruhi perilaku mereka dalam menabung.
Cronqvist and Siegel (2010) dalam penelitiannya berjudul The origins of
saving behavior, juga menemukan fakta bahwa perilaku menabung berkorelasi
66
dengan beberapa variabel salah satunya yaitu income growth (pertumbuhan
penghasilan).
Lee dkk (2000) dalam jurnalnya The Effect of Family Life Cycle and
Financial Management Practices on Household Saving Patterns, juga
memberikan sebuah kesimpulan bahwa penghasilan rendah, level pendidikan
yang lebih rendah menurunkan kemungkinan untuk menabung.
2.2.6 Pendidikan
Solmon (1975) dalam risetnya yang berjudul The Relation between Schooling and
Savings Behavior: An Example of the Indirect Effects of Education juga mencoba
menemukan hubungan antara pendidikan dan perilaku menabung. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan memberi dampak yang signifikan terhadap
penghematan bagi individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dan
kecenderungan untuk menabung akan naik pada individu yang memiliki
pencapaian sekolah yang lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan karena
pencapaian pendidikan yang lebih tinggi, membuat seseorang lebih memiliki
pengetahuan mengenai keuangan, selain itu juga memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan penghasilan dan kekayaan seseorang.
2.2.7 Usia
Lopez (1995) dalam penelitiannya yang berjudul The influence of age on
household savings behaviours and motives: Evidence from Spain, menemukan
adanya pengaruh dari usia terhadap perilaku menabung. Lopez (1995)
menemukan hasil bahwa usia merupakan variabel sosio-demografis yang paling
67
berpengaruh terhadap perilaku menabung. Usia merupakan variabel sosio-
demografis yang memungkinkan untuk membedakan secara jelas sikap dan
perilaku seseorang, karena usia membentuk aktivitas komersial seseorang.
Beberapa pertimbangan penting tersembunyi dibalik usia, terutama variabel sosio-
demografis yang memiliki kaitan erat dengan usia seperti kelas sosial, tingkat
pendidikan, peran keluarga dan status sipil. Kedua, usia menunjukkan serangkaian
kewajiban dan kapasitas ekonomi pada keluarga.
Usia mengungkapkan evolusi perilaku baru dan sikap. Kapasitas yang
menjelaskan dan membedakan antara sikap, usia dan perilaku tertentu pada
dasarnya tercermin dalam motif menabung. Usia tengah baya dan pemuda antara
14 dan 45 tahun menabung secara fundamental untuk motif jangka pendek seperti
motif untuk mandiri. Di sisi lain, motif jangka panjang, motif untuk warisan dan
motif menabung untuk jangka panjang, lebih lazim terdapat pada orang usia di
atas 46 tahun. Individu yang memiliki usia lebih dari 46 tahun digambarkan
sebagai memiliki sikap yang lebih konservatif (awet) sedangkan pemuda dan
setengah baya sekarang sikap kurang konservatif.
Collins (1991) juga memberikan fakta bahwa pada tahun 1975, tabungan
cukup terkonsentrasi di antara masyarakat dengan usia 25-40 tahun. Masyarakat
yang berusia 50-54 cenderung lebih sedikit dalam menabung.
Temuan lain dari Yorulmaz (2010) dalam peneliatiannya, The relation
between age structure and saving rate of turkey: 1968-2006 memberi fakta bahwa
perilaku menabung dengan struktur usia tertentu juga berpengaruh pada tingkat
tabungan. Seseorang di usia 0-14 tahun memiliki kecenderungan menabung pada
68
taraf sedang, lalu meningkat pada usia 15-64 tahun dan cenderung turun di usia 65
tahun ke atas.
2.3 Bank Syariah
2.3.1 Pengertian Bank Syariah
Pengertian umum bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Atau jika diperinci lagi, bank syariah adalah lembaga intermediasi
keuangan yang memobilisasi dana simpanan masyarakat dengan basis akad yang
sesuai syariah dan menyalurkan dana kepada para wiraswastawan dan pengusaha
dengan basis akad sesuai dengan syariah pula. Bank berdasarkan prinsip syariah
meninggalkan praktek-praktek riba seperti sistem bunga dan hanya menjalankan
usaha yang halal saja.
Berdirinya bank syariah selain dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
mengikuti perintah agama, juga didasari kesadaran akan dampak destruktif
bunga. Bunga dianggap sebagai penyebab kacaunya perekonomian di banyak
negara berkembang saat ini. Sistem perbankan konvensional sebagai organisasi
finansial modern, diakui secara luas telah gagal membuat dunia lebih baik (Irsyad,
2007)
2.3.2 Fungsi Bank Syariah
Bank Syariah memiliki fungsi sebagai:
1. Manajer investasi
Bank syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan
menggunakan akad Mudharabah atau sebagai agen investasi.
69
2. Investor
Bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi
yang sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara
proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
Bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti
non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Pengemban fungsi sosial
Bank syariah dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan
dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan prinsip, maka secara operasional terdapat perbedaan
perbedaan yang substantif antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional. Di bawah ini merupakan tabel perbandingan antara bank syariah
dan bank konvensional:
70
TABEL 2.1
PERBANDINGAN ANTARA BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL
Perbandingan Bank Syariah Bank Konvensional
Akad & AspekLegalitas
Hukum Islam & HukumPositif Hukum PositifLembagaPenyelesaianSengketa
BASYARNAS BANIStruktur Organisasi
Ada Dewan SyariahNasional (DSN) &Dewan PengawasSyariah (DPS) Tidak ada DNS & DPSInvestasi Halal Halal dan HaramPrinsip operasional Bagi hasil, Jual-beli,sewa Perangkat bungaTujuan Profit & Falah Oriented Profit OrientedHubungan Nasabah Kemitraan Debitor & KreditorSumber: Widiyaningsih, 2005
Tabel di atas menjelaskan yang pertama yaitu akad dari perbankan syariah
berlandaskan hukum Islam, sedangkan bank konvensioanal bedasarkan hukum-
hukum yang berlaku di Negara tersebut. Ke dua, lembaga penyelesaian sengketa
dari bank syariah yaitu BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional),
sedangkan pada bank konvensional yaitu BANI (Badan Arbitrase Nasional
Indonesia). Ke tiga, bank syariah memiliki Dewan Syariah Nasional (DNS) dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS), sedangkan bank konvensional tidak memiliki
keduanya. Ke empat, investasi yang diperbolehkan dalam usaha syariah hanya
yang bersifat halal saja, sedangkan dalam bank konvensional tidak memiliki
kaidah tersebut dimana investasi yang bersifat haram tidak menjadi larangan. Ke
lima, bank syariah memiliki prinsip operasional seperti bagi hasil, jual-beli dan
sewa atau diberi istilah money for goods and services, dimana uang untuk
71
membeli sesuatu, sedangkan di bank konvensional yang diperjual belikan yaitu
uang itu sendiri atau diberi istilah money for money. Ke tujuh, tujuan bank
syariah, yaitu profit dan falah oriented, artinya bank syariah tidak semata-mata
mencari keuntungan tetapi juga berusaha meraih kemenangan baik di dunia
maupun di akhirat. Kemenangan di dunia artinya keberhasilan menunjukkan
bahwa bank syariah merupakan sistem perbankan yang terbaik, sedangkan
kemenangan di akhirat berupa pahala dan kebaikan di sisi Allah SWT, sedangkan
bank konvensional hanya bertujuan untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya.
Ke delapan, dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan yaitu
hubungan debitur dan kreditur. Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan
pokok pinjaman dan bunganya, tidak peduli apakah debitur mendapatkan untung
atau rugi. Berbeda dengan konsep yang diterapkan bank syariah dimana hubungan
yang terjadi yaitu antar investor yang harmonis, sehingga adanya saling kerjasama
dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah menerapkan nilai Ilahiyah
sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai keadilan, persaudaraan
serta kepedulian (Widiyaningsih, 2005).
Perbedaan selanjutnya yang perlu diketahui menyangkut bahasan
mengenai perbankan syariah yaitu tentang perbedaan antara bagi hasil dan bunga
bank. Secara umum, bagi hasil dan bunga memiliki perbedaan yang jelas. Yang
pertama, bunga memiliki asumsi harus selalu untung, sedangkan penetuan
besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad berpedoman pada kemungkinan
untung rugi. Ke dua, besarnya prosentase pada bunga bank konvensioanal
bergantung pada jumlah uang yang dipinjamkan, sedangkan pada sistem bagi
hasil yaitu berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Ke tiga, pembayaran
72
bunga selalu tetap, tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi, sedangkan bagi hasil bergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan, apabila rugi akan ditanggung bersama oleh kedua pihak
yaitu pihak nasabah dan bank. Ke empat, jumlah pembayaran pada bunga yaitu
tetap, tidak meningkat walau jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi
sedang “booming”, sedangkan pada bagi hasil, jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Ke lima, bunga bank
keberadaanya juga diragukan oleh semua agama termasuk agama-agama non-
Islam, sedangkan keberadaan bagi hasil tidak ada yang meragukan keabsahannya.
Ringkasan perbedaan bunga bank dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel 2.2:
TABEL 2.2
PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL
Perbandingan Bagi hasil Bunga
Penentuankeuntungan
Pada waktu akaddengan pedomankemungkinan untungrugiPada waktu perjanjiandengan asumsi harusselalu untung
Besarnya prosentaseBerdasarkan jumlahkeuntungan yangdiperoleh Berdasarkan jumlahuang (modal) yangdipinjamkan
Pembayaran
Bergantung padakeuntungan proyek bilarugi ditanggungbersamaSeperti yang dijanjikantanpa pertimbanganuntung atau rugi
Jumlah pembayaranSesuai denganpeningkatan jumlahpendapatan Tetap, tidak meningkatwalau keuntunganberlipat
EksistensiTidak ada yangmeragukankeabsahannya Diragukan oleh semuaagama
Sumber: Widiyaningsih, 2005
73
2.4 Kerangka Berpikir
Banyak tokoh psikologi maupun psikologi ekonomi yang mengaitkan antara
intensi dengan perilaku tertentu, salah satunya yaitu perilaku menabung. Ajzen
telah mengembangkan theory of planned behavior menjadi lebih mendetail
dengan menambahkan background factor. Intensi menabung pun bukanlah suatu
variabel yang datang dengan sendirinya, banyak faktor psikologis maupun
demografis yang belum disadari berpengaruh terhadap munculnya hal tersebut.
Diantara faktor tersebut telah terdapat dalam background factor yang
dikemukakan oleh Ajzen. Dari beberapa faktor yang ada Peneliti hanya
mengambil beberapa faktor saja karena disesuaikan dengan kemampuan dan
waktu yang dimiliki untuk melakukan penelitian ini.
Berikut ini merupakan skema background faktor pada teori planned
behavior:
74
GAMBAR 2.8
BACKGROUND FAKTOR PADA THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
Kemudian dari beberapa faktor yang ada, diambil beberapa faktor yang dianggap
berpengaruh terhadap intensi menabung di bank syariah, yaitu sikap, norma
subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, usia.
Dari keseluruhan variabel, Peneliti asumsikan memiliki pengaruh terhadap intensi
menabung di bank syariah dan berikut ini merupakan gambar rangkumannya:
75
GAMBAR 2.9
KERANGKA BERPIKIR
Keseluruhan variabel yang terdiri dari variabel psikologis dan variabel
demografis di atas Peneliti asumsikan berpengaruh terhadap intensi menabung di
bank syariah. Sikap yang individu miliki tentang bank syariah, norma subyektif
yang individu miliki tentang bank syariah, perceived behavior control terhadap
perilaku menabung di bank syariah, tingkat religiusitas yang dimiliki individu,
Norma SubyektifPerceived Behavior Control
ReligiusitasPenghasilanPendidikan
Usia
IntensiMenabung
Sikap
76
penghasilan, pendidikan dan usia seseorang. Variabel-varibel di atas kemudian
mempengaruhi intensi seseorang untuk menabung di bank syariah dan di
kemudian hari menghasilkan suatu perilaku, yaitu perilaku menabung di bank
syariah.
Intensi menabung di bank syariah sangat mungkin dpengaruhi oleh
variabel psikologis maupun demografis lain, dengan kata lain tidak hanya variabel
sikap, norma subyektif, PBC, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia saja
yang berkemungkinan mempengaruhi secara langsung. Jika variabel lain diteliti,
besar kemungkinan hasil penelitian akan lebih baik. Namun konsekuensi jika
variabel lain juga diikut sertakan dalam penelitian ini yaitu dari segi pengujian
dan analisis data akan menjadi lebih rumit dan memakan waktu cukup lama,
sehingga kurang cocok bagi penelitian skripsi mahasiswa S1.
77
2.5 Hipotesis Penelitian
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan
diuji yaitu hipotesis nihil yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:
Hipotesis Mayor:
Tidak ada pengaruh sikap, norma subyektif, perceived behavior control,
religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank
syariah pada masyarakat.
Hipotesis Minor:
H01 : Tidak ada pengaruh sikap terhadap intensi menabung di bank syariah pada
masyarakat Tangerang Selatan.
H02 : Tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi menabung di bank
syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
H03 : Tidak ada pengaruh perceived behavior control terhadap intensi
menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
H04 : Tidak ada pengaruh religiusitas terhadap intensi menabung di bank
syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
H05 : Tidak ada pengaruh penghasilan terhadap intensi menabung di bank
syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
H06 : Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap intensi menabung di bank
syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
H07 : Tidak ada pengaruh usia terhadap intensi menabung di bank syariah pada
masyarakat Tangerang Selatan.
78
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentang populasi dan sampel, serta teknik pengambilan
sampel. Kemudian akan dibahas variabel penelitian, definisi operasional dari
variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, pengujian validitas alat ukur,
prosedur pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan untuk
menemukan jawaban atas hipotesis penelitian.
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini yaitu penduduk Tangerang Selatan kecamatan
Ciputat, Pamulang dan Serpong dimana sampel tersebut telah memiliki
penghasilan, telah memiliki rekening di bank konvensional. Peneliti mengambil
sampel yang berstatus telah menabung pada bank konvensional, karena dalam
penelitian ini intensi yang dimaksud adalah niat seseorang untuk menabung di
bank syariah dan belum berbentuk sebuah perilaku menabung di bank syariah.
Sampel dalam penelitian ini berstatus pendidikan minimal SMA, dengan rentang
usia antara 18-58 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara non-probability
samping, karena Peneliti tidak memiliki daftar penduduk yang memenuhi kriteria
tersebut. Non-probabilty sampling artinya adalah tidak diketahui berapa besarnya
peluang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang
diambil yaitu sebanyak 200 orang.
79
3.2 Variabel Penelitian
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya variabel yang diteliti
dalam penelitian ini yaitu:
1. Intensi menabung
2. Sikap
3. Norma subyektif
4. Perceived behavior control
5. Religiusitas
6. Penghasilan
7. Pendidikan
8. Usia
Adapun yang dijadikan sebagai dependent variable (DV) yaitu intensi
menabung. Sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas,
penghasilan, pendidikan dan usia merupakan independent varible (IV).
80
3.2.1 Definisi Operasional
Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam BAB 2, kemudian Peneliti
menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini.
1. Intensi Menabung
Intensi menabung adalah skor yang diperoleh dari besarnya peluang seseorang
untuk menabung di bank syariah.
2. Sikap
Sikap adalah skor yang diperoleh dari sampel tentang perasaan positif atau
negatif terhadap bank syariah yang dilihat dari dimensi afektif, kognitif dan
konatif yang dimiliki seseorang.
3. Norma Subyektif
Norma subyektif adalah skor yang diperoleh dari hasil perkalian penjumlahan
pada skala normative belief dengan skala motivation to comply tentang
kebanyakan orang-orang yang penting bagi sampel berpikir apakah ia
seharusnya atau tidak seharusnya menabung di bank syariah.
4. Perceived Behavior Control
Perceived behavior control adalah skor yang diperoleh dari hasil perkalian
penjumlahan pada skala control belief dengan skala power belief tentang
adanya faktor yang bisa memfasilitasi atau menghambat untuk menabung di
bank syariah.
81
5. Religiusitas
Religiusitas adalah skor yang diperoleh dari skala religiusitas yang mencakup
10 dimensi, yaitu merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual
experience), mencari makna hidup melalui agama (meaning), pengaruh kualitas
iman terhadap nilai-nilai hidup (value), keyakinan (belief), memaafkan
(forgiveness), melatih diri dalam agama (private religious practice),
penggunaan agama sebagai coping (religious/spiritual coping), hubungan
sosial antar individu dengan agama yang sama (religious support), komitmen
beragama (commitment) dan organisasi keagamaan (organizational
religiousness).
6. Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah uang yang diterima oleh sampel perbulan dari
aktivitasnya, berupa menjual produk dan/atau jasa kepada pelanggan atau
perusahaan sampai pada saat pengumpulan data penelitian.
7. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang telah dimiliki oleh sampel
sampai pada saat pengumpulan data penelitian.
82
8. Usia
Usia adalah banyaknya jumlah tahun dari usia sampel yang dihitung mulai dari
tahun lahir sampel sampai pada saat pengumpulan data penelitian.
3.2.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kusioner yang berbentuk
skala likert. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpul data berupa
sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai
suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para
responden dalam suatu penelitian.
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lima alat ukur.
Adapun lima alat ukur tersebut yaitu:
1. Alat Ukur Intensi Menabung
Alat ukur intensi menabung merupakan sebuah skala yang mengukur intensi
menabung seseorang terhadap bank syariah. Intensi menabung diukur dengan
memberikan 3 pernyataan yang diadaptasi berdasarkan penelitian Grodon dan
Mykytyn (2002). Ketiga pernyataan tersebut berisi tentang seberapa besar
kemungkinan responden untuk menabung di bank syariah, seberapa besar
responden berencana untuk menabung di bank syariah dan seberapa kuat
responden berkomitmen untuk menabung di bank syariah dalam jangka waktu
1 tahun.
83
Skala intensi menabung ini memiliki rentangan dari sangat tidak setuju
(skala 1) sampai sangat setuju (skala 4).
TABEL 3.1
BLUEPRINT SKALA INTENSI
No. Indikator Itemnomor
Jumlah
1. Kemungkinan untuk menabung 1 12. Berencana untuk menabung 2 13. Berkomitmen untuk menabung 3 1TOTAL 3
2. Alat Ukur Sikap
Alat ukur sikap ini dikembangkan oleh Peneliti dari dimensi sikap yang
disebutkan dalam Engel (1995) dimana sikap dilihat dari tiga aspek; afektif,
kognitif dan konatif. Ketiga aspek tersebut menjadi konstruk yang kemudian
diturunkan ke dalam 15 item pernyataan. Peneliti tidak menggunakan cara
pengukuran sikap yang dianjurkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975),
dikarenakan saat proses elisitasi belief sikap yang muncul sangat mirip dengan
belief PBC, hal ini diduga dapat mengurangi nilai prediktif IV terhadap DV.
Alat ukur sikap secara keseluruhan mengukur ketiga aspek yang telah
disebutkan tadi. Subyek diminta untuk memilih salah satu dari 4 skala yang
menunjukkan derajat kesesuain antara pernyataan dengan diri subyek dari
sangat setuju (skala 4) sampai sangat tidak setuju (skala 1).
84
TABEL 3.2
BLUEPRINT SKALA SIKAP
No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Afektif 1*, 2,3*,10*,13*,14* 62. Kognitif 4*,5,6,7,8, 9 63. Konatif 11,12,15 3TOTAL 15
Keterangan: Tanda (*) menandakan item unfavorable
3. Alat Ukur Norma Subyektif
Alat ukur dari norma subyektif adalah sebuah skala yang mengukur significant
others dari responden yang dianggap mempengaruhi terbentuknya sebuah
perilaku menabung di bank syariah. Skala ini terdiri dari 9 item pernyataan,
yang memiliki rentangan dari sangat tidak perlu (skala 1) sampai sangat perlu
(skala 4).
Alat ukur ini merupakan pengembangan item yang mencontoh dari item
baku pengukuran intention to use diminishing partnership home financing yang
diberikan oleh Taib dkk (2008).
TABEL 3.3
BLUEPRINT SKALA NORMA SUBYEKTIF
No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Normative belief 1, 2,3,4,5,6,7,8,9 92. Motivation to comply 1, 2,3,4,5,6,7,8,9 9TOTAL 18
85
4. Alat Ukur Perceived Behavior Control
Alat ukur dari Perceived behavior control adalah sebuah skala yang mengukur
persepsi mengenai adanya faktor yang mendorong atau menghambat
terbentuknya sebuah perilaku menabung di bank syariah. Skala ini terdiri dari
24 item pernyataan, yang memiliki rentangan dari sangat tidak mungkin (skala
1) sampai sangat mungkin (skala 4).
Berdasarakan studi literatur dari Karim dan Affif (2005) tentang Islamic
Banking Consumer Behaviour in Indonesia, didapatkan beberapa faktor yang
dipersepsi sebagai faktor penghambat dan faktor pendukung masyarakat untuk
menabung di bank syariah. Faktor ini kemudian yang dikembangkan sebagai
item-item dari PBC.
TABEL 3.4
BLUEPRINT SKALA PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL
No. Dimensi Item nomor Jumlah1. Control belief Pendukung 1, 2,3,4,5,6 62. Power belief Pendukung 1,2,3,4,5,6 63. Control belief Penghambat 1,2,3,4,5,6 64. Power belief Penghambat 1,2,3,4,5,6 6TOTAL 24
5. Religiusitas
Dalam penelitian ini, skala religiusitas diadopsi dan diadaptasi dari Brief
Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality berdasarkan teori
multidimensional religiusitas oleh Fetzer (1999). Dengan 10 dimensi yaitu
86
daily spiritual experience, meaning, value, belief, forgiveness, religius support,
private religious practice, religious/spiritual coping, commitment dan
organizational.
TABEL 3.5
BLUEPRINT SKALA RELIGIUSITASNo. Indikator Item nomor Jumlah1. Daily spiritual experience 1, 2,3,4,5,6 62. Meaning 7,8,9,10 43. Value 37,38* 24. Belief 11,12 25. Forgiveness 13,14,15 36. Private religious practice 16*,17,18,19, 20, 21 67. Religious/spiritual coping 22, 23*, 24 38. Religious Support 25,26*,27,28 49. Commitment 32,33,34 310. Organizational 35,36 2
TOTAL 35Keterangan: Tanda (*) menandakan item unfavorable
6. Penghasilan, Pendidikan dan Usia
Untuk variabel penghasilan, pendidikan dan usia, data akan diperoleh dari
pengisian data diri responden yang tercantum saat pengisian angket.
3.3. Pengujian Validitas Alat Ukur
Peneliti selanjutnya melakukan uji validitas konstruk instrumen tersebut. Peneliti
menggunaka CFA (Confirmatory factor Analysis) untuk pengujian validitas
instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2010):
87
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Trait
ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan
melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subskala bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks S -
matriks Σ atau bisa juga dinyatakan dengan S - Σ = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi-square tidak signifikan P>0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya, tidak ada perbedaan antara yang diteorikan
dengan data yang diperoleh, dan teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian didrop.
88
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Berarti item tersebut
mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun
demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif
(unfavorable). Untuk item yang unfavorable, skornya harus dibalik terlebih
dahulu menjadi favorable sebelum analisis CFA dilakukan.
Selanjutnya dilakukan analisis CFA kembali dengan menggunakan item
yang tidak didrop atau item yang baik. Setelah didapat model fit dihitung faktor
skornya. Penggunaan faktor skor ini bertujuan untuk menghindari hasil penelitian
yang bias akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam
penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya,
melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan perbedaan
validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang
bertanda negatif dan positif (Zscore) maka Peneliti mentranformasikan faktor skor
tersebut menjadi T skor. Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2010):
T skor = (10 x faktor skor) + 50.
Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan
diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah
menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi
89
dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan
menggunakan sotware LISREL 8.30 (Joreskog dan Sorbom, 1999).
Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dijelaskan pada
setiap sub bab berikut ini:
3.3.1 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka Peneliti melakukan uji
validitas dengan menggunakan Confimatory Factor Analysis (CFA) dengan
bantuan Lisrel 8.3. (Joreskog dan Sorbom, 1999). Adapun penjelasannya akan
dipaparkan dalam sub bab berikut:
3.3.1.1 Uji Validitas Skala Intensi Menabung
Dalam subab ini Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur intensi menabung. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
diperoleh model satu faktor yang fit dan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
GAMBAR 3.1
ANALISIS FAKTOR KONFIMATORIK DARI VARIABELINTENSI MENABUNG
90
Terlihat dari gambar 3.1, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P-value = 1
(P>0,05). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu intensi
menabung.
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.6 di bawah ini:
TABEL 3.6
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR INTENSINo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.91 0.06 16.30 V2. 0.93 0.05 17.15 V3. 0.89 0.06 15.75 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur intensi
menabung, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel
intensi menabung.
91
3.3.1.2 Uji Validitas Skala Sikap
Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur sikap. Peneliti melakukan uji validitas ini dengan analisis
perdimensi dari sikap yaitu afektif, kognitif dan konatif. Berikut penjelasannya di
bawah ini:
1. Validitas Konstruk Faktor Afektif
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
faktor afektif terhadap bank syariah. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi–Square =
61.38, df = 9, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.171. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
pada gambar dibawah ini:
GAMBAR 3.2
ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK DARI FAKTOR AFEKTIF
92
Terlihat dari gambar 3.2 di atas, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan
P-value > 0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu
faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu
hal saja, yaitu faktor afektif dari sikap terhadap bank syariah. Hanya saja, pada
model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang
saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut
sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Adapun
butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan
pada tabel 3.7 di bawah ini:
TABEL 3.7
MATRIKS KORELASI ANTAR KESALAHAN PENGUKURAN PADABUTIR-BUTIR ITEM FAKTOR AFEKTIF1 2 3 10 13 141 12 V 13 14 113 V V 114 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahan pengukurannya salingberkorelasi
Dari tabel 3.7 di atas, bisa dilihat item yang saling berkorelasi dan
multidimensional yaitu item nomor 2 dengan nomor 1, item nomor 13 dengan
nomor 2 dan 10, namun karena jumlah korelasi tidak terlalu banyak maka item
93
ini tetap digunakan dalam menghitung faktor skor. Adapun koefisien muatan
faktor dapat dilihat pada tabel 3.8, berikut ini:
TABEL 3.8
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR AFEKTIFNo Koefisien StandarError Nilai T Signifikan1. 0.59 0.07 8.17 V2. 0.05 0.09 0.53 X3. 0.72 0.07 10.08 V10. 0.40 0.08 4.76 V13. 0.80 0.07 11.22 V14. 0.49 0.07 6.56 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur dimensi
afektif, terdapat 1 item yang memiliki nilai T kurang dari 1.96 yaitu item 2,
maka item ini akan didrop. Sedangkan sisa item lainnya memiliki nilai t > 1.96
(signifikan) dan semua bertanda positif, maka item-item tersebut digunakan
dalam mengestimasi skor faktor untuk faktor afektif.
2. Validitas Konstruk Faktor Kognitif
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,
dengan Chi–Square = 122.45, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.252.
Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 5.52, df = 4, P-value = 0.23798
94
dan RMSEA = 0.044. Gambar analisis faktor konfirmatorik faktor kognitif dan
faktor selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut ini:
TABEL 3.9
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR KOGNITIFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan4 0.74 0.07 11.20 V5 0.80 0.11 7.55 V6 0.62 0.07 9.14 V7 0.70 0.07 10.69 V8 0.84 0.06 13.42 V9 0.61 0.07 9.08 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur faktor
kognitif, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, Oleh karena itu,
berdasarkan hasil pengujian ini, tidak ada item yang didrop. Hanya saja, pada
model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang
saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal
yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 5. Tetapi
karena item nomor 5 memiliki kesalahan pengukuran yang tidak lebih dari tiga,
95
maka item tersebut tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
Matriks korelasi faktor kognitif dan faktor selanjutnya dapat dilihat pada
lampiran.
3. Validitas Konstruk Faktor Konatif
Dari analisis CFA yang dilakukan, didapatkan model satu faktor fit, dengan
Chi–Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Dengan
demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa
seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu faktor konatif yang dalam
hal ini merupakan salah satu dari dimensi sikap terhadap bank syariah. Adapun
koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini:
TABEL 3.10
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR KONATIFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan11 0.95 0.13 7.09 V12 0.56 0.10 5.75 V15 0.38 0.08 4.34 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur dimensi
konatif, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk dimensi
konatif.
96
3.3.1.3 Uji Validitas Skala Norma Subyektif
Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur dimensi dari norma subyektif yaitu Normative belief dan
Motivation to comply.
1. Validitas Konstruk Normative Belief
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu normative belief. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 597.63, df = 27,
P-value = 0.0000, RMSEA = 0.328. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
18.24, df = 15, P-value = 0.25047 dan RMSEA = 0.033.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut ini:
97
TABEL 3.11
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR NORMATIVE BELIEF
No Koefisien StandarError Nilai t Signifikan1. 0.30 0.07 4.47 V2. 0.67 0.08 8.25 V3. 0.70 0.06 11.03 V4 0.56 0.07 8.25 V5 0.50 0.07 7.28 V6 0.25 0.07 3.35 V7 0.85 0.06 13.60 V8 0.73 0.06 11.42 V9 0.43 0.07 6.05 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur normative
belief, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat item
yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut
diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel
normative belief. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada
dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 2
dan 6 sehingga item ini tidak digunakan untuk mengghitung faktor skor.
Sedangkan item yang paling baik karena kesalahan pengukurannya hanya
berkorelasi satu kali yaitu item nomor 1. Selanjutnya, item-item yang baik
tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
98
2. Validitas Konstruk Motivation to Comply
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu motivation to comply. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan, diperoleh model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 376.87,
df = 27, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.255. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 18.24, df = 15, P-value = 0.25047 dan RMSEA = 0.033.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut ini:
TABEL 3.12
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR MOTIVATION TOCOMPLYNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.30 0.07 4.47 V2. 0.67 0.08 8.25 V3. 0.70 0.06 11.03 V4 0.56 0,07 8.25 V5 0.50 0.07 7.28 V6 0.25 0.07 3.35 V7 0.85 0.06 13.60 V8 0.73 0.06 11.42 V9 0.43 0.07 6.05 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
99
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur motivation to
comply, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat
item yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut
diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung faktor skor dari variabel
motivation to comply. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 6,
sehingga tidak digunakan dalam menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-
item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
3.3.1.4 Uji Validitas Skala Perceived Behavior Control
Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur dimensi dari Perceived behavior control yaitu control belief
pendukung dan power belief pendukung, serta control belief penghambat dan
power belief penghambat.
1. Validitas Konstruk Control Belief Pendukung
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu control belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 714.24, df = 10,
P-value = 0.0000, RMSEA = 0.595. Namun, setelah dilakukan modifikasi
100
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
7.00, df = 4, P-value = 0.13577 dan RMSEA = 0.061.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut ini:
TABEL 3.13
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR CONTROL BELIEFPENDUKUNGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.83 0.06 13.89 V2. 0.82 0.06 13.23 V3. 0.95 0.06 17.19 V4 0.81 0.06 13.52 V5 0.75 0.06 12.02 V6 0.63 0.07 9.59 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur control belief
pendukung, tidak terdapat item yang bermuatan negatif dan juga tidak terdapat
item yang tidak signifikan (tidak bagus), maka keseluruhan item-item tersebut
diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel
control belief pendukung. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga
101
dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 5,
namun karena jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan
untuk menghitung faktor skor. Sedangkan item yang paling ideal karena
kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi adalah item nomor 1. Selanjutnya,
item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
2. Validitas Konstruk Power belief Pendukung
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu power belief pendukung. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 160.19, df = 9 ,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.291. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
5.41, df = 3, P-value = 0.14412 dan RMSEA = 0.064.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut ini:
102
TABEL 3.14
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR POWER BELIEFPENDUKUNGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.84 0.06 13.67 V2. 0.87 0.06 15.15 V3. 1.05 0.05 21.03 V4. 0.73 0.06 11.95 V5. 0.64 0.06 9.95 V6. 0.87 0.08 10.94 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur power belief,
semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka keseluruhan item
digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel power belief. Hanya
saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada
beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-
masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling
berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 3 dan 6. Namun karena
jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan untuk
menghitung faktor skor. Sedangkan item yang paling ideal karena kesalahan
pengukurannya hanya berkorelasi satu kali yaitu item nomor 2 dan 4.
Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor
skornya.
103
3. Validitas Konstruk Control belief Penghambat
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu control belief. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan Chi-Square = 262.76, df = 20,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.247. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =
17.10, df=13, P-value = 0.19469 dan RMSEA = 0.040.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut ini:
TABEL 3.15
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR CONTROL BELIEFPENGHAMBATNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.17 0.08 2.23 V2. 0.53 0.07 7.26 V3. 0.63 0.07 9.32 V4 0.66 0.07 9.80 V5 0.60 0.07 8.80 V6 0.77 0.07 11.83 V7 0.54 0.08 6.86 V8 0.49 0.07 6.56 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
104
Dilihat dari tabel 3.15 di atas, dari 8 item yang mengukur control belief
penghambat, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel
control belief penghambat. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item nomor 7,
sehingga tidak digunakan dalam menghitung faktor skor. Sedangkan item yang
paling ideal karena kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi yaitu item
nomor 3 dan 4. Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan dengan
menghitung faktor skornya.
4. Validitas Konstruk Power belief Penghambat
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu power belief penghambat. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square =
262.76, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.247. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 17.10, df=13, P-value = 0.19460 dan
RMSEA = 0.040.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
105
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut ini:
TABEL 3.16
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR POWER BELIEFPENGHAMBATNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.17 0.08 2.23 V2. 0.53 0.07 7.26 V3. 0.63 0.07 9.32 V4 0.66 0.07 9.80 V5 0.60 0.07 8.80 V6 0.77 0.07 11.83 V7 0.54 0.08 6.86 V8 0.49 0.07 6.56 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur power belief
penghambat, semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif,
maka keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk
variabel power belief penghambat. Hanya saja, pada model pengukuran ini
terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat
multidimensional pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang
kesalahan pengukurannya saling berkorelasi dan multidimensional yaitu item
nomor 7, sehingga item ini tidak digunakan untuk menghitung faktor skor.
Sedangkan item yang paling ideal karena kesalahan pengukurannya tidak
106
berkorelasi yaitu item nomor 3 dan 4. Selanjutnya, item-item yang baik
tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
3.3.1.5 Uji Validitas Skala Religiusitas
Dalam hal ini Peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur dimensi dari Religiusitas yaitu daily spiritual experience,
meaning, value, belief, forgiveness, private religious practice, religious/spiritual
coping, religious support, commitment, organizational. Berikut merupakan hasil
uji validitas berdasarkan masing-masing dimensi.
1. Validitas Konstruk Daily Spiritual Experience
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu daily spiritual
experience. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, diperoleh model satu
faktor yang tidak fit, dengan Chi–Square = 135.51, df = 9, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.226. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 9.92, df = 7,
P-value = 0.19299 dan RMSEA = 0.046.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
107
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.17 berikut ini:
TABEL 3.17
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR DAILY SPIRITUALEXPERIENCENo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan1. 0.67 0.06 10.53 V2. 0.92 0.05 16.97 V3. 0.99 0.05 19.28 V4 0.66 0.06 10.51 V5 0.86 0.06 15.23 V6 0.66 0.06 10.49 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur daily spiritual
experience, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel
daily spiritual experience. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 2 dengan 1 dan item nomor
6 dengan 4, namun karena jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap
digunakan untuk menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-item yang baik
tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
108
2. Validitas Konstruk Meaning
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu meaning. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan, diperoleh model satu faktor yang tidak
fit, dengan Chi-Square = 19.10, df = 2, P-value = 0.00007 dan
RMSEA = 0.207. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.23, df = 1, P-
value = 0.07244 dan RMSEA = 0.106.
Selanjutnya, kualitas item dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji yaitu hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.18 berikut ini:
TABEL 3.18
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR MEANINGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan7 0.66 0.07 9.10 V8 0.99 0.08 12.53 V9 0.93 0.08 11.44 V10 0.55 0.07 7.66 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
109
Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur meaning,
semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif, maka keseluruhan
item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel meaning.
Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran
pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing.
Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi yaitu
item nomor 8 dengan item nomor 9, namun karena jumlah korelasi tidak lebih
dari tiga kali maka tetap digunakan untuk menghitung faktor skor. Selanjutnya,
item-item yang baik tersebut diujikan dengan menghitung faktor skornya.
3. Validitas Konstruk Value dan Belief
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu value dan
belief. Dari hasil didapat nilai Chi-Square = 0.00, df=1, P-value=0.95238,
RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur masing-masing
faktor yaitu item nomor 37 dan 38 mengukur faktor value sedangkan item
nomor 11 dan 12 mengukur faktor belief. Adapun koefisien muatan faktor
dapat dilihat pada tabel 3.19, berikut ini:
110
TABEL 3.19
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR VALUE DAN BELIEFNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan11 0.94 0.12 7.56 V12 0.44 0.09 5.14 V37 0.60 0.12 5.12 V38 0.32 0.09 3.72 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur value dan
belief, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka keseluruhan
item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel value dan
belief.
4. Validitas Konstruk Forgiveness
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu forgiveness.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi-
Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Dengan demikian,
model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu forgiveness. Adapun koefisien
muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.20, berikut ini:
111
TABEL 3.20
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR FORGIVENESSNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan13 0.61 0.09 6.72 V14 0.48 0.08 5.72 V15 0.80 0.10 7.86 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur forgiveness
semua item signifikan (t > 1.96) dan semua bertanda positif, maka keseluruhan
item digunakan dalam mengestimasi faktor skor untuk variabel forgiveness.
5. Validitas Konstruk Private Religious Practice
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu private
religious practice. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi-Square = 36.18, df = 9, P-value = 0.00004 dan
RMSEA = 0.123. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 12.27, df=7,
P-value = 0.09190 dan RMSEA = 0.062. Dengan demikian, model dengan
hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti
mengukur satu hal saja, yaitu private religious practice. Adapun koefisien
muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.21, berikut ini:
112
TABEL 3.21
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR PRIVATE RELIGIOUSPRACTICENo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan16 0.67 0.08 8.38 V17 0.55 0.07 7.41 V18 0.55 0.08 6.62 V19 0.70 0.07 9.51 V20 0.45 0.08 5.82 V21 0.35 0.08 4.51 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 6 item yang mengukur private
religious practice, semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel
private religious practice. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi yaitu item nomor 16 berkorelasi dengan item
nomor 18 dan item nomor 17 berkorelasi dengan item nomor 20, namun karena
jumlah korelasi tidak lebih dari tiga kali maka tetap digunakan untuk
menghitung faktor skor. Selanjutnya, item-item yang baik tersebut diujikan
dengan menghitung faktor skornya.
113
6. Validitas Konstruk Religious Support
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yaitu salah satu dimensi religiusitas yaitu religious support. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi–
Square = 0.40, df = 2, P-value = 0.81713 dan RMSEA = 0.000. Dengan
demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa
seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu religious support. Adapun
koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.22, berikut ini:
TABEL 3.22
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR RELIGIOUS SUPPORTNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan25 0.67 0.07 9.60 V26 -0.20 0.07 -2.99 X27 1.06 0.07 15.57 V28 0.59 0.07 8.47 VKeterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 4 item yang mengukur religious
support terdapat 1 item yang memiliki nilai negatif yaitu item nomor 26, maka
item tersebut didrop. Sedangkan item lainnya digunakan dalam mengestimasi
faktor skor untuk variabel religious support.
7. Validitas Konstruk Religious/Spiritual Coping
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu
religious/spiritual coping. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,
114
diperoleh model satu faktor yang fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0,
P-value = 1.00000 dan RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan
hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti
mengukur satu hal saja, yaitu religious/spiritual coping. Adapun koefisien
muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.23, berikut ini:
TABEL 3.23
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR RELIGIOUS/SPIRITUALCOPINGNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan22 0.27 0.12 2.23 V23 0.32 0.14 2.35 V24 1.27 0.47 2.73 V
Ket: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 3 item yang mengukur
religious/spiritual coping semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif,
maka keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk
variabel religious/ spiritual coping.
8. Validitas Konstruk Commitment dan Organizational
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
satu faktor yang merupakan salah satu dimensi religiusitas yaitu commitment
dan organizational. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi–Square = 8.31, df = 3, P-value = 0.04011 dan
RMSEA = 0.094. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
115
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.76, df=2,
P-value = 0.41407 dan RMSEA = 0.000. Dengan demikian, model dengan
hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti
mengukur masing-masing faktor yaitu item nomor 32, 33 dan 34 mengukur
faktor commitment, sedangkan item nomor 35 dan 36 mengukur faktor
organizational. Adapun koefisien muatan faktor dapat dilihat pada tabel 3.24,
berikut ini:
TABEL 3.24
MUATAN FAKTOR ITEM UNTUK FAKTOR COMMITMENT DANORGANIZATIONALNo Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan32 0.76 0.08 9.52 V33 0.76 0.08 9.96 V34 0.52 0.07 7.07 V35 0.76 0.10 7.80 V36 0.88 0.12 7.32 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 5 item yang mengukur commitment
dan organizational semua item signifikan (t > 1.96) dan bertanda positif, maka
keseluruhan item digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel
commitment dan organizational.
116
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian berikut ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan
data, yaitu sebagai berikut:
1. Peneliti menyusun instrument penelitian setiap variabel.
2. Peneliti kemudian melakukan elisitasi kepada 20 orang untuk
mendapatkan informasi dan menentukan normative serta control belief
dari sebuah populasi. Untuk mendapatkan normative belief, Peneliti
memberikan pertanyaan terbuka yaitu siapa saja orang-orang yang
mendukung Anda untuk menabung di bank syariah. Peneliti mendapatkan
control belief dengan memberikan pertanyaan terbuka yaitu faktor-faktor
apa saja yang Anda percayai sebagai penghambat dan pendorong untuk
menabung di bank syariah. Peneliti kemudian membandingkan hasil
elisitasi dengan penelitian terdahulu. Terlihat beberapa kesamaan antara
hasil elisitasi yang dilakukan oleh Peneliti dengan penelitian terdahulu.
Hasil inilah yang kemudian Peneliti jadikan item alat ukur.
3. Peneliti kemudian menyebarkan angket tersebut kepada 5 orang untuk
membaca dan menyeleksi item-item tersebut agar nantinya dapat secara
efisien mengisi angket tersebut.
4. Peneliti menyebarkan angket tersebut kepada beberapa sampel yang ada di
Tangerang Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan non-
probability sampling. Hasil skala yang telah diisi kemudian diskoring
untuk dianalisis datanya.
117
3.5 Metode Analisa Data
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh antara sikap, norma
subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan
usia terhadap intensi menabung di bank syariah secara empiris, maka Peneliti
mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik Multiple
Regression Analysis (analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda
ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada di BAB 2. Dengan
dependent variable intensi menabung dan independent variable sikap, norma
subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan
usia, maka persamaan regresinya sebagai berikut:
Yꞌ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Yꞌ = Intensi Menabung
a = Konstan Intersepsi
b = Koefisien Regresi
X1 = Sikap
X2 = Norma subyektif
X3 = Perceived behavior control
X4 = Religiusitas
X5 = Penghasilan
X6 = Pendidikan
X7 = Usia
Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara intensi menabung dengan sikap, norma subyektif,
perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia.
Besarnya intensi menabung yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan
tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R2 merupakan
118
perkiraan proporsi varians dari intensi yang dijelaskan oleh sikap, norma
subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan
usia. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut:
Uji R2 mengindikasikan apakah regresi Y pada independen variabel secara
bersama-sama signifikan secara statistik.
Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka
digunakanlah uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan menggunakan rumus
F (Pedhazur,1982), yaitu sebagai berikut:
Dimana k merupakan simbol dari jumlah independen variabel dan N
merupakan simbol dari jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,
dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang diujikan memiliki
pengaruh terhadap dependen variabel.
Kemudian selanjutnya Peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-tiap
IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi yaitu melihat apakah signifikan
dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap
IV, harus didapat dahulu nilai standard error of estimate dari b (koefisien regresi)
yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb
119
barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb
itu sendiri. Jika ditulis dengan rumus maka:
Dimana b merupakan simbol dari koefisien regresi dan sb merupakan
simbol dari standar eror dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi
yang dilakukan oleh Peneliti.
120
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif,
dan terakhir pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Analisis Deskriptif
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang sampel penelitian,
maka pada sub bab ini akan disampaikan hal-hal penting terhadap penafsiran
penelitian. Gambaran sampel yang akan dibahas berupa jenis kelamin,
pendidikan, penghasilan dan usia.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu orang-orang yang
tinggal di wilayah Tangerang Selatan (Ciputat, Pamulang dan Serpong).
Jumlahnya sendiri tidak diketahui dikarenakan adanya keterbatasan pada waktu
dan biaya. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 200 orang. Pada tabel 4.1 ini
digambarkan banyaknya subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
TABEL 4.1
JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin Frekuensi ProsentaseLaki-laki 67 33,5%Perempuan 133 66,5%Total 200 100%
121
Berdasarkan tabel di atas, responden berjumlah 200 dengan jumlah sampel
laki-laki 67 orang (33,5%) dan perempuan 133 orang (66,5%).
Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan usia.
Berdasarkan total subyek penelitian yang berjumlah 200 diketahui bahwa usia 45,
55 dan 58 tahun terdapat 1 orang (masing-masing 0,5%), usia 18, 28, 38, 47
terdapat 2 orang (masing-masing 1%), usia 27, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 42, 46,
tahun terdapat 3 orang (1,5%), usia 26, 40, 41 dan 44 tahun terdapat 4 orang (2%),
usia 34 dan 37 tahun terdapat 5 orang (2,5%), usia 35 tahun terdapat 6 orang
(3%), usia 25 tahun terdapat 7 orang (3,5%), usia 20 tahun terdapat 13 orang
(6,5%), usia 24 tahun terdapat 16 orang (8%), usia 19 dan 21 tahun terdapat 22
orang (10,9%), usia 23 tahun terdapat 24 orang (11,9%) dan usia 22 tahun
terdapat 26 orang (12,9%).
Selanjutnya, Peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan
pendidikan.
TABEL 4.2
JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN PENDIDIKAN
Pendidikan Frekuensi ProsentaseSMA 93 46,5%Diploma 12 6%S1 83 41,5%S2 12 6%Total 200 100%
122
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 46,5% responden berpendidikan SMA.
Sebanyak 41,5% berpendidikan S1. Prosentase terkecil yaitu sebanyak 6%
berpendidikan Diploma dan S2.
Selanjutnya, Peneliti mendeskripsikan subyek penelitian berdasarkan
penghasilan.
TABEL 4.3
JUMLAH SUBYEK BERDASARKAN PENGHASILAN
Penghasilan Frekuensi Prosentase< Rp1.000.000 81 40,5%Rp1.000.001-2.000.000 43 21,5%Rp2.000.001-3.000.000 31 15,5%Rp3.000.001-4.000.000 16 8%Rp4.000.001-5.000.000 8 4%> Rp5.000.000 21 10,5%Total 200 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden (40,5%) memiliki
penghasilan per bulan dibawah Rp1.000.000. Sebesar 21,5% responden memiliki
penghasilan antara Rp1.000.001-2.000.000. Sebesar 15,5% responden memiliki
penghasilan antara Rp2.000.001-3.000.000. Sebesar 8% responden memiliki
penghasilan Rp3.000.001-4.000.000. Sebesar 4% responden memiliki penghasilan
Rp4.000.001-5.000.000. Sebesar 10,5% responden memiliki penghasilan diatas
Rp5.000.000.
123
4.2 Uji Hipotesis Penelitian
Dalam tahap ini, Peneliti melakukan analisis regresi dengan menggunakan
software SPSS 19.0 untuk menjawab hipotesis pada bab dua. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab 3, dalam analisis regresi terdapat 3 hal yang akan dilihat.
Yang pertama yaitu melihat besaran R-Square untuk mengetahui berapa persen
(%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Ke dua, melihat apakah secara
keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV. Ke tiga, melihat
signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama, Peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk tabel R-square
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
TABEL 4.4
TABEL R-SQUAREModel SummaryModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate1 ,678a ,459 ,440 4,68567a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subyektif, PBC,Penghasilan
Dari tabel R-Square di atas dapat diketahui proporsi varians intensi
menabung di bank syariah yang diberikan oleh independent variable. Nilai R-
Square tersebut sebesar 0,459, artinya proporsi varians intensi menabung di bank
syariah yang diberikan oleh independent variable sebesar 45,9% dan sisanya
sebesar 54,1% dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini.
124
Langkah ke dua, Peneliti menganalisis pengaruh dari seluruh independent
variable terhadap intensi menabung di bank syariah. Hasil pengujian tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
TABEL 4.5
TABEL ANOVA PENGARUH IV TERHADAP DV
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 3582,536 7 511,791 23,310 ,000aResidual 4215,464 192 21,956Total 7798,000 199a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subyektif, PBC,Penghasilanb. Dependent Variable: IntensiDari hasil tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai p = 0.000 (p < 0,05),
artinya hipotesis mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
seluruh IV terhadap intensi menabung di bank syariah, ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap, norma subyektif, PBC,
religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank
syariah.
Tahap selanjutnya yaitu melihat koefisien regresi setiap independent
variable. Apabila nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan, artinya
independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap intensi
menabung di bank syariah. Lihat tabel 4.6 di bawah ini:
125
TABEL 4.6
KOEFISIEN REGRESICoefficientsa
ModelUnstandardizedCoefficients StandardizedCoefficients t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 31,010Sikap ,190 ,019 ,575 10,100 ,000Norma Subyektif ,002 ,001 ,199 3,530 ,001PBC ,000 ,000 ,032 ,559 ,577Religiusitas ,006 ,006 ,053 ,998 ,319Penghasilan ,240 ,246 ,063 ,977 ,330Pendidikan ,423 ,334 ,072 1,267 ,207Usia ,032 ,049 ,042 ,654 ,514a. Dependent Variable: Intensi
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Intensi menabungꞌ = 31,010 + 0,190 Sikap* + 0,002 Norma subyektif* +
0,000 PBC + 0,006 Religiusitas + 0,240
Penghasilan + 0,423 Pendidikan + 0,032 Usia
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
Dari tabel di atas pula, kita dapat mengetahui signifikan atau tidaknya
koefisien regresi yang dihasilkan. Untuk mengetahuinya dapat dilihat nilai
signifikannya pada kolom yang paling kanan, jika p < 0,05, maka koefisien
126
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap intensi menabung di
bank syariah. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Sikap memiliki nilai koefisien sebesar 0,190 dengan nilai p = 0,000
(p <0,05), yang artinya bahwa variabel sikap secara positif mempengaruhi
intensi menabung di bank syariah dan signifikan. Jadi, semakin positif
sikap seseorang terhadap bank syariah maka semakin tinggi intensi
menabung di bank syariah dan hal ini secara statistik signifikan. Sikap
merupakan penentu sebuah pilihan seseorang, ketika sikap seseorang
terhadap bank syariah bersifat positif maka hal ini akan mempengaruhi
pilihan orang tersebut untuk cenderung memilih jasa perbankan syariah
sebagai pilihan mereka.
2. Norma subyektif memiliki nilai koefisien sebesar 0,002 dengan nilai
p = 0,000 (p < 0,05), yang artinya bahwa variabel norma subyektif secara
positif mempengaruhi intensi menabung di bank syariah dan signifikan.
Jadi, semakin tinggi norma subyektif seseorang maka semakin tinggi
intensi menabung di bank syariah dan hal ini secara statistik signifikan.
Norma subyektif membantu membentuk keyakinan individu terhadap
suatu perilaku. Ketika norma maupun harapan-harapan orang disekitarnya
yang memiliki peranan penting bagi dirinya menyatakan menabung di
bank syariah merupakan suatu hal yang baik dan perlu untuk dilakukan,
maka hal ini pun akan menimbulkan niat seseorang untuk menabung di
bank syariah.
127
3. PBC memiliki nilai koefisien 0,000 dengan nilai p = 0,577 (p > 0,05),
yang artinya bahwa variabel PBC secara positif mempengaruhi intensi
menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi PBC
maka semakin tinggi pula intensi menabung di bank syariah dan hal ini
secara statistik tidak signifikan. Tidak signifikannya PBC dapat terjadi
ketika konstruk ini tidak cukup untuk mendorong maupun menghambat
suatu perilaku. Peneliti beranggapan bahwa masih terdapat belief lain yang
dipersepsi lebih mendorong maupun menghambat seseorang untuk
menabung di bank syariah dan tidak masuk dalam penelitian ini.
4. Religiusitas memiliki koefisien 0,006 dengan nilai p = 0,319 (p > 0,05),
yang artinya bahwa variabel religiusitas secara positif mempengaruhi
intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin
tinggi religiusitas seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di
bank syariah, namun hal ini secara statistik signifikan. Tidak signifikannya
religiusitas kemungkinan disebabkan karena nasabah dalam memilih
sebuah bank, yang dalam hal ini bank syariah, mereka lebih
mengutamakan economic rationale, ketimbang faktor yang sifatnya
keagamaan.
5. Penghasilan memiliki koefisien 0,240 dengan nilai p = 0,330 (p > 0,05),
yang artinya bahwa variabel penghasilan secara positif mempengaruhi
intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin
tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di
bank syariah, namun hal ini secara statistik tidak signifikan. Dalam
128
penelitian terdahulu penghasilan memang mempengaruhi perilaku
menabung seseorang secara umum. Namun dalam penelitian ini
dikarenakan objek perilaku lebih spesifik yaitu menabung di bank syariah,
dimana perilakunya lebih kompleks, tentu akan lebih banyak dipengaruhi
oleh variabel lain disamping varibel penghasilan saja. Penghasilan
dianggap tidak berpengaruh secara langsung terhadap intensi menabung di
bank syariah, namun pengaruhnya kemungkinan besar melalui variabel
lain semisal motivasi dan sikap. Orang yang memiliki penghasilan tinggi
menjadi memiliki motif untuk menabung, ditambah lagi ia memliki sikap
yang positif terhadap bank syariah, hal ini yang akhirnya memunculkan
intensi yang kuat untuk menabung di bank syariah. Interpretasi ini juga
berlaku untuk variabel pendidikan dan usia. Pembahasan lebih lanjut dapat
dilihat di BAB 5 sub bab diskusi.
6. Pendidikan memiliki koefisien 0,423 dengan nilai p = 0,207 (p > 0,05),
yang artinya bahwa variabel pendidikan secara positif mempengaruhi
intensi menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi intensi menabung di
bank syariah, namun hal ini secara statistik tidak signifikan.
7. Usia memiliki koefisien 0,032 dengan nilai p = 0,514 (p > 0,05), yang
artinya bahwa variabel usia secara positif mempengaruhi intensi
menabung di bank syariah dan tidak signifikan. Jadi semakin tinggi usia
maka semakin tinggi intensi menabung di bank syariah, namun hal ini
menurut statistik tidak signifikan.
129
Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varians dari DV
yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan
dengan menghitung pertambahan proporsi varians setiap kali IV baru dimasukkan
dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.7
dibawah ini:
TABEL 4.7
PROPORSI VARIANS MASING-MASING INDEPENDENT VARIABLEModel SummaryModel R Square Change StatisticsR Square Change F-Change df1 df2 Sig. F-Change1 ,400 ,400 131,799 1 198 ,0002 ,438 ,038 13,373 1 197 ,0003 ,438 ,000 ,171 1 196 ,6804 ,442 ,003 1,203 1 195 ,2745 ,453 ,011 4,025 1 194 ,0466 ,458 ,005 1,829 1 193 ,1787 ,459 ,001 ,427 1 192 ,5141. Predictors: (Constant), Sikap2. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif3. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC4. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas5. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan6. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan, Pendidikan7. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subyektif, PBC, Religiusitas,Penghasilan, Pendidikan, Usia
130
Dari tabel 4.7 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel sikap memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 40% bagi
bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini signifikan
dengan F-change = 131,799 dan df = 1,198.
2. Variabel norma subyektif memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 3.8%
bagi bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini
signifikan dengan F-change = 13,373 dan df = 1,197.
3. Variabel perceived behavior control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 0% bagi bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan
ini tidak signifikan dengan F-change = 0,171 dan df = 1,196.
4. Variabel religiusitas memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi
bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak
signifikan dengan F-change = 1,203 dan df = 1,195.
5. Variabel penghasilan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,1% bagi
bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini signifikan
dengan F-change = 4,025 dan df = 1,194.
6. Variabel pendidikan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,5% bagi
bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak
signifikan dengan F-change = 1,829 dan df = 1,193.
131
7. Variabel usia memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi
bervariasinya intensi menabung di bank syariah. Sumbangan ini tidak
signifikan dengan F-change = 0,427 dan df = 1,192.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini yaitu bahwa hanya ada tiga IV dari 7
IV, yaitu sikap, norma subyektif dan penghasilan yang signifikan memberikan
sumbangan terhadap intensi menabung di bank syariah jika dilihat dari besarnya
pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV
(sumbangan proporsi varians yang diberikan).
132
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diskusi, kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:
“Ada pengaruh yang signifikan secara keseluruhan dari sikap, norma subyektif,
perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia
terhadap intensi menabung di bank syariah”. Hal ini berarti bahwa hipotesis
mayor yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap, norma subyektif,
perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia
terhadap intensi menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan,
ditolak.
Selanjutnya jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varians
sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang
signifikan yaitu sikap, norma subyektif dan penghasilan. Variabel sikap
mempunyai pengaruh yang relatif dominan secara signifikansi atau memiliki
prosentase kontribusi terbesar terhadap intensi menabung di bank syariah yaitu
sebesar 40%; sumbangan varians norma subyektif sebesar 3,8%; sumbangan
varians penghasilan sebesar 1,1%. Sedangkan IV yang lain seperti perceived
133
behavior control, religiusitas, pendidikan dan usia tidak memberikan sumbangan
varians yang signifikan terhadap intensi menabung di bank syariah.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap bank syariah memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap intensi menabung di bank syariah
pada masyarakat Tangerang Selatan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin positif sikap seseorang terhadap bank syariah maka akan semakin tinggi
pula intensi menabung di bank syariah. Variabel sikap juga memiliki sumbangan
atau pengaruh terbesar terhadap intensi menabung di bank syariah. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cokro (1999) yang
mendapatkan hasil bahwa sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
intensi menabung di bank syariah.
Engel (1995) menyebutkan bahwa sikap dibentuk dari 3 komponen, yaitu:
1) afektif, komponen perasaan terhadap objek sikap, 2) kognitif, komponen
kepercayaan terhadap objek sikap, 3) konatif, merujuk pada tindakan seseorang
atau kecenderungan berperilaku. Dengan sumbangan variabel sikap yang terbesar
yaitu 40%, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap yang positif
terhadap perbankan syariah, memiliki gabungan antara perasaan yang positif,
kepercayaan terhadap perbankan syariah dan memiliki kecenderungan menabung
di bank syariah. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Taib dkk (2008) yang
menemukan bahwa sikap yang positif mempengaruhi intensi untuk menggunakan
Diminishing Partnership yang berlandaskan hukum syariah.
134
Ketika seseorang memiliki sikap yang favorable atau positif (yang dalam
hal ini secara kognitif) bahwa bank syariah memiliki konsep yang lebih baik atau
tidak kalah dibandingkan bank konvensional, maka intensi untuk menabung di
bank syariah pun menjadi terbentuk. Sama halnya, jika seseorang
mengasosiasikan sebuah objek dengan perasaan positif, sikapnya juga akan
menjadi lebih favorable. Sikap, menentukan intensi. Intensi seseorang untuk
menabung di bank syariah, idealnya bertambah kuat sebagaimana sikapnya
terhadap bank syariah itu menjadi lebih favorable.
Variabel independen kedua terbesar yang memberikan kontribusi dalam
intensi menabung di bank syariah yaitu variabel norma subyektif. Variabel ini
memberi kontribusi terhadap intensi menabung di bank syariah berdasarkan pada
aspek norma sosial dengan dua determinan (Ajzen, 1991). Pertama, keyakinan
seseorang mengenai norma atau harapan orang-orang di sekitar yang memiliki
peranan penting bagi dirinya (significant other) untuk menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku menabung di bank syariah (normative belief). Yang ke dua,
keyakinan terhadap norma sosial ini harus disertakan dengan keinginan untuk
mematuhi seseorang yang dianggap penting tersebut (motivation to comply).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran dan persepsi orang lain
yang dianggap penting dapat mempengaruhi individu dalam membuat keputusan
atau tindakan tertentu, yang dalam hal ini intensi menabung di bank syariah. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taib dkk (2008) bahwa norma
subyektif memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi untuk menggunakan
diminishing partnership (DP). Semenjak DP menjadi produk finansial yang bebas
135
bunga serta keberadaannya disahkan oleh hukum syariah, dalam penelitian ini
norma subyektif menjadi prediktor yang lebih baik dibandingkan dengan sikap.
Opini dari para ekonom Islam, ustad, maupun rekan yang telah bergabung dalam
grup syariah memberi efek yang cukup kuat untuk mempengaruhi intensi
seseorang untuk menggunakan DP. Pendapat serupa yang menyatakan norma
subyektif memiliki pengaruh terhadap intensi juga pernah diteliti oleh Bhatti
(2007) dalam Journal of internet Banking and Commerce. Penelitian ini juga
memberikan kesimpulan yang sama bahwa norma subyektif mempengaruhi
intensi untuk menggunakan mobile commerce. Norma subyektif sering digunakan
sebagai variabel untuk menjelaskan tingkat adopsi yang cepat untuk
menggunakan sebuah teknologi dan hasil penelitian ini mengungkapkan pengaruh
yang signifikan dari tekanan normatif untuk menggunakan teknologi. Norma
subyektif juga membantu membentuk estimasi atau keyakinan individu terhadap
kemampuannya untuk menggunakan sistem dengan baik.
Variabel selanjutnya yaitu PBC, niat untuk menabung di bank syariah
tidak secara signifikan diprediksi PBC, seperti hipotesis di TPB. Hal ini dapat
terjadi ketika PBC saja tidak cukup untuk mendorong para nasabah untuk
menabung di bank syariah. Sebagaimana pernyataan Ajzen (2008) bahwa PBC
memiliki implikasi motivasi pada intensi. Serupa dengan penelitian Teo & Lee
(2010) mengenai intensi para guru untuk menggunakan teknologi, diperoleh hasil
bahwa PBC saja tidak cukup untuk mendorong guru-guru untuk menggunakan
teknologi. Namun, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PBC secara
signifikan berkorelasi dengan sikap dan norma subyektif.
136
Pada intensi menabung di bank syariah, terdapat belief yang diyakini oleh
subyek menjadi faktor pendorong dan penghambat untuk menabung di bank
syariah. Beberapa belief yang muncul diantaranya yaitu adanya keinginan bisa
mendapatkan ketenangan hati karena terbebas dari riba, bisa menabung dengan
cara yang diarahkan oleh Islam dan bisa mendapatkan pelayanan yang baik dari
bank syariah. Sedangkan, ketersediaan informasi tentang produk yang masih
terbatas, akan kesulitan mendapatkan ATM dan lokasi yang jauh dari pusat
aktivitas, dianggap sebagai faktor yang dapat menghambat untuk menabung di
bank syariah. Dalam hal ini bahwa faktor yang dipersepsikan oleh individu
sebagai faktor pendorong dan penghambat untuk menabung di bank syariah
kemungkinan tidak benar-benar menjadi faktor yang mendorong maupun
menghambat. Ada kemungkinan terdapat faktor lain yang secara jelas menjadi
pendorong maupun penghambat untuk menabung di bank syariah, hal inilah yang
kemungkinan PBC dalam penelitian ini tidak menentukan tinggi rendahnya
intensi untuk menabung di bank syariah.
Ajzen (2005) juga menyatakan bahwa pada beberapa situasi, perceived
behavior control ini tidak realistis, seperti pada kondisi ketika individu hanya
memiliki sedikit informasi tentang tingkah laku, ketika sumber daya yang tersedia
berubah, maupun ketika elemen baru muncul pada situasi tersebut. Pada situasi
seperti ini, pengukuran perceived behavior control hanya memiliki peran yang
sedikit untuk memprediksi tingkah laku. Hal ini juga terjadi pada penelitian ini.
Hal utama yang dapat disoroti yaitu mengenai informasi tentang perbankan
syariah itu sendiri. Kebanyakan dari responden belum memahami tentang
137
perbankan syariah dengan alasan informasi yang didapat tentang bank syariah
masih sangat minim. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan PBC tidak menjadi
prediktor yang baik.
Membuat keputusan untuk menjadi nasabah sebuah bank tidaklah sama
dengan membeli produk-produk murah. Membuat keputusan untuk mengalihkan
tabungannya dari satu bank ke bank lain nyatanya tidak mudah. Seseorang harus
melewati beberapa prosedur administrasi yang juga disertai dengan biaya-biaya
lain. Karenanya, ketika seseorang hendak membuat sebuah keputusan untuk
menabung di bank syariah, mereka memerlukan sejumlah rincian informasi.
Informasi inilah yang kemudian akan memunculkan belief yang tepat dimana
dapat memprediksi sebuah intensi. Namun sayangnya, belief dalam penelitian ini
yang dianggap sebagai pendorong untuk menjadi nasabah bank syariah dianggap
tidaklah cukup kuat untuk mendorong mereka untuk memunculkan intensi
menabung di bank syariah, begitupula dengan belief penghambatnya.
Untuk variabel religiusitas, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap intensi menabung di bank
syariah. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad &
Devi (2006) dalam jurnalnya Religiosity And The Malay Muslim Investors In
Malaysia: An Analysis On Some Aspects Of Ethical Investment Decision, yang
memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan
terhadap perilaku investasi investor Malaysia Muslim Melayu dalam berinvestasi
secara syariah. Selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulhari (2005)
diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas
138
dengan intensi menabung di bank syariah. Dengan kata lain, religiusitas juga
dapat mempengaruhi individu untuk memunculkan suatu perilaku yang erat
kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut hukum Islam (Syariah). Berbeda
dalam penelitian ini, religiusitas tidak secara signifikan mempengaruhi intensi
menabung di bank syariah. Hasil ini kemungkinan dikarenakan, masyarakat saat
ini dalam memilih jasa perbankan syariah lebih mengutamakan pada aspek yang
bersifat ekonomis atau keuntungan ketimbang aspek keagamaan. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Irbid dan Zarka (2001) yang juga
memberikan kesimpulan yang sama mengenai faktor yang mendorong nasabah
memilih bank syariah. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa, nasabah
dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan,
bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan
economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah.
Seseorang yang memiliki intensi menabung di bank syariah kemungkinan
tahu tentang kaidah-kaidah keagamaan dan tahu mengenai hukum syariah, namun
bukan berarti orang yang memiliki intensi menabung di bank syariah memiliki
tingkat religiusitas yang tinggi seperti yang ditanyakan item-item religiusitas
dalam peneltian ini. Seandainya, item-item religiusitas yang ada berisi mengenai
hukum syariah dalam hal menabung kemungkinan akan memiliki pengaruh
terhadap intensi menabung di bank syariah, namun dikarenakan item yang ada
sifatnya general maka dari itu pengaruh yang signifikan tidak didapatkan dalam
penelitian ini. Salah satu item yang Peneliti maksud seperti; “hukum riba
merupakan hukum dalam agama Islam hal yang paling saya hindari”, dan ketika
139
seseorang menjawab “sangat setuju”, kemungkinan besar mereka memiliki intensi
yang tinggi untuk menabung di bank syariah. Namun yang perlu dicermati adalah,
orang yang memahami hukum riba dan syariah belum tentu menjadi indikasi dari
total religiusitas. Peneliti menyimpulkan, apabila terdapat dimensi religiusitas
yang mengukur konstruk pengetahuan mengenai hukum Islam (syariah), besar
kemungkinan dimensi itulah yang bisa mempengaruhi intensi menabung di bank
syariah.
Variabel selanjutnya yaitu penghasilan, yang dalam penelitian ini tidak
mempengaruhi intensi menabung di bank syariah. Dalam artian, tinggi besarnya
penghasilan seseorang tidak mengharuskan orang itu untuk memilih menabung di
bank syariah. Penelitian terdahulu memang mengatakan bahwa penghasilan
memiliki pengaruh terhadap perilaku menabung, namun dikarenakan dalam
penelitian ini lebih spesifik terhadap menabung di bank syariah maka pola
hubungannya pun belum begitu jelas. Variabel penghasilan Peneliti asumsikan
akan memiliki pengaruh signifikan bukan pada intensi menabung di bank syariah,
namun jika sudah masuk pada tahap perilaku menabung di bank syariah, seperti
misalnya dalam hal memilih jenis tabungan. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki penghasilan tinggi, kemungkinan lebih memilih jenis tabungan seperti
deposito daripada hanya sekedar menyimpan uang di bank saja.
Variabel pendidikan dalam penelitian ini juga tidak memberikan pengaruh
yang signifikan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, belum tentu lebih
memilih untuk menabung di bank syariah, karena pendidikan dalam penelitian ini
bersifat general. Jika pendidikan dalam penelitian ini lebih dikonsentrasikan pada
140
jenis fakultas kemungkinan akan terdapat perbedaan intensi menabung di bank
syariah antara fakultas A dan fakultas B. Misalnya saja mahasiswa S1 Fakultas
Syariah, kemungkian lebih memiliki intensi yang tinggi untuk menabung di bank
syariah, dibandingkan mahasiswa S1 jurusan Psikologi. Hal ini disebabkan
mahasiswa Fakultas Syariah lebih memahami mengenai hukum syariah daripada
mahasiswa S1 Fakultas Psikologi.
Untuk variabel usia, diperoleh hasil yang tidak signifikan. Hal ini
disebabkan kemungkinan variabel usia memang tidak secara langsung
mempengaruhi intensi. Diasumsikan bahwa variabel usia memiliki keterkaitan
dengan variabel pengetahuan terhadap perbankan syariah. Orang yang memiliki
usia lebih tua jika mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai perbankan
syariah kemungkinan tidak akan tertarik dengan bank syariah. Orang yang lebih
mudapun demikian, jika tidak mengetahui tentang hukum riba dan hukum syariah
kemungkinan kecil memiliki intensi menabung di bank syariah.
Kesimpulannya, dalam penelitian terdahulu, ketiga variabel demografis di
atas memang mempengaruhi perilaku menabung seseorang. Namun, dalam
penelitian ini perilaku menabung yang dimaksud yaitu menabung di bank syariah.
Ada kemungkinan jika variabel demografis ini diteliti pada perilaku menabung
secara umum dapat memberikan hasil yang signifikan, namun tidak pada perilaku
menabung di bank syariah yang bersifat lebih khusus serta tentu banyak aspek-
aspek demografis lain yang lebih signifikan mempengaruhi pilihan untuk
menabung di bank syariah seperti jarak tempuh antara rumah dengan bank
syariah. Jika melihat dari background faktor TPB, variabel pendidikan,
141
penghasilan dan usia memang tidak secara langsung mempengaruhi intensi
seseorang. Ketiga variabel tersebut digambarkan memberikan pengaruh pada
sikap, norma subyektif dan PBC, bukan pada intensi secara langsung.
Kemungkinan besar ketiga variabel demografis tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
bergantung pada variabel sikap, norma subyektif dan perceived behavior control,
serta variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti variabel
pengetahuan, namun interaksi antar variabel tesebut tidak diteliti dalam penelitian
ini.
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, Peneliti menyadari masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Peneliti memberikan beberapa saran untuk
bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait
dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Metodologis
1. Elemen waktu dan situasi sebaiknya lebih diperjelas lagi jika ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan intensi menabung di bank
syariah dengan harapan agar tingkat peramalannya dapat lebih akurat.
2. Perlunya mencari variabel-variabel lain yang lebih sesuai dan secara
teoritis didiuga bisa meramalkan intensi untuk menabung di bank syariah.
Hal ini mengingat bahwa variabel sikap, norma subyektif, PBC,
religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia secara bersama-sama hanya
memberikan sumbangan 45,9% terhadap peramalan intensi menabung di
142
bank syariah, sedangkan masih terdapat prosentase yang cukup besar dari
variabel lain yaitu 54,1% yang mempengaruhi intensi seseorang untuk
menabung di bank syariah. Peneliti menyarankan untuk penelitian
selanjutnya agar mencoba meneliti variabel pengetahuan terhadap sistem
perbankan syariah, pengetahuan mengenai bunga bank, dan sikap terhadap
bunga bank.
3. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas maka perlu juga
memperluas jangkauan dan juga jumlah subyek yang dijadikan sampel
penelitian. Begitu pula area penyebaran yang tidak hanya di daerah
Tangerang Selatan saja.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur tingkah laku aktual
menabung di bank syariah. Hal ini diharapkan berguna untuk mengetahui
sejauh mana kesesuaian teori ini dalam memprediksi tingkah laku.
5.3.2 Saran Praktis
1. Publikasi dan sosialisasi sebaiknya lebih gencar dilakukan oleh bank-bank
syariah terhadap produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas
atau calon nasabah yang potensial agar lebih dikenal. Strategi yang
digunakan hendaknya mempertimbangkan faktor sikap dan norma
subyektif, dimana kedua variabel tersebut merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan pada penelitian ini. Strategi yang terkait dengan
sikap berarti harus memperhatikan karekteristik perbankan syariah dimana
hal tersebut dapat meningkatkan sikap posititf calon nasabah terhadap
143
bank syariah Misalnya dengan memberikan iklan-iklan yang menonjolkan
konsekuensi positif yang akan didapatkan apabila menabung di bank
syariah.
2. Para orang tua, kerabat, tokoh agama dan dosen/guru hendaknya terus
menjaga dan meningkatkan saran-saran positif kepada orang-orang
terdekat maupun masyarakat luas agar mereka memiliki intensi menabung
di bank syariah. Kerjasama antara para tokoh agama maupun ilmuwan
juga diperlukan agar terwujudnya integrasi persamaan persepsi antara
keduanya dalam memajukan perbankan syariah, serta sosialisasi bank
syariah kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat
memicu masyarakat untuk lebih yakin terhadap kinerja perbankan syariah
dan berwujud pada intensi yang tinggi untuk menabung di bank syariah,
karena tokoh agama dan ilmuwan seringkali dijadikan panutan
masyarakat.
3. Mengingat faktor religiusitas dalam penelitian ini tidak berdampak
signifikan, diharapkan para praktisi ekonomi sudah saatnya
mengedepankan hal-hal yang lebih universal dan populer di masyarakat,
dibandingkan menggunakan pola pikir yang mengedepankan masalah
halal-haram bunga bank, seperti mensosialisasikan keunggulan-
keunggulan rill bank syariah dibandingkan bank konvensional akan
menjadi strategi pemasaran yang baik bagi bank syariah untuk masa yang
akan datang. Dengan mengedepankan sosialisasi yang sifatnya universal,
diharapkan bank syariah tidak hanya dipersepsi sebagai bank milik orang-
144
orang Islam saja, namun bank syariah juga dipersepsi sebagai bank yang
universal serta dapat menggarap pangsa pasar bagi nasabah non-muslim.
145
Daftar Pustaka
Abdullah, N., Majid, M.S. Abd. (2003, March). The influence of religiosity,income and consumption on saving behaviour: the case of internationalIslamic university malaysia (Iium). IQTISAD: Journal of IslamicEconomics, Vol. 4, No. 1, pp. 37 – 55
Ajzen, Icek. ( 2005). Attitudes, personality and behavior (2th ed). England:Mc Graw
Ancok, Jamaluddin (2001). Psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Bhatti, Tariq (2007). Exploring factors influencing the adoption of mobilecommerce. Array Development: Journal of Internet Banking andCommerce, December 2007, vol. 12, no.3
Canova, L., Rattazi, A.M.M., & Webley, P. (2005). The hierarchical structureof saving motives. Elsevier: Journal of Economic Psychology 26 (2005)21–34
Chaplin.J.P. (2000). Kamus lengkap psikologi. Kartini Kartono (terjemahan)Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cokro (1999). Pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subyektif, danperceived behavior control terhadap intensi menabung di bank syariah.Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Collins, Susan M. (1991). Saving behavior in ten developing countries.Chicago: University of Chicago Press.
Cronqvist, Henrik & Siegel, Stephan (2010). The origins of savings behavior.Stockholm, Sweden: Institute for Financial Research, SIFR,Drottninggatan 89, SE‐113 60
Croy, Gerry., Gerrans, Paul., Speelman, Craig (2010). The role and relevanceof domain knowledge, perceptions of planning importance, and risktolerance in predicting savings intentions. Journal of EconomicPsychology 31 (2010) 860–871
Engel, F.J., Blackwell, D.R. dan Miniard, P.W.( 1995). Consumer behavior(8th ed). Ohio:Thomson/South-Western
146
Felix, David (1995). Biography of an idea: John Maynard Keynes and thegeneral theory of employment, interest and money. United States ofAmerika: Transaction Publishers
Felix, Pomeranz (1997, July). The accounting and auditing organization forIslamic financial institutions: an important regulatory debut. Journal ofInternational Accounting Auditing & Taxation.http://www.financeinislam.com/article/1_39/1/368
Fetzer, John E. (1999): Multidimensional measurement of religiousness /spirituality for use in health. Kalamazo: John E. Fetzer Institute.
Fishbein, M. dan Ajzen, I.( 1975). Belief, attitude, intention and behavior: anintroduction to theory and research. United States: Addison WesleyPub.co.
Grandon, Elizabeth dan Mykytyn, P. Jr. (2002). Developing an instrument tomeasure the intention to use electronic commerce in small and mediumsized businesses in Chile. AMCIS 2002 Proceedings: Southern IllinoisUniversity at Carbondale
Gozali, Ahmad (2010, 12 Desember).Diminishing partnership menggantikanmurabahah?. http://ib.eramuslim.com/2010/12/12/diminishing-partnership-menggantikan-murabahah/
Gozali, Ahmad (2010, 27 Desember). Kenapa harus bank syariah?.http://ib.eramuslim.com/2010/12/27/kenapa-harus-bank-syariah/
Hakim, Lukmanul (2008). Upaya bank dalam usaha meningkatkankepercayaan nasabah melalui pemasaran produk. Among Makarti,Vol.1, No.1 Juli 2008
Husada, Erlangga (2007). Kajian Islam kontemporer. Jakarta: UIN JakartaPress.
Hendrawan, Heru (2004). Analisis perilaku nasabah tabungan abc cabangtebet setelah fatwa MUI mengenai bunga bank. Bandung: MB – IPB
Hosen, N.M., Ali, Hasan., dan Muchtasib, B. (2007). Menjawab keraguanumat Islam terhadap bank syariah. Jakarta: PKES Publishing
Irsyad, Muhammad (2007). Perbankan syariah dan pengentasan kemiskinan:Kajian Islam Kontemporer. Jakarta: UIN Press
147
Joreskog, K.G. and Sorbom, D. (1988). Prelis (2nd edition). USA: ScientificSoftware.inc.
Kamayanti, Ari dan Setya, Parwita W (2008, Feb 28). Persepsi nasabahdalam memilih bank syariah dan bank konvensional di sidoarjo.http://akuntansisyariah.multiply.com/journal/item/2/Persepsi_Nasabah_dalam_Memilih_Bank_Syariah_dan_Bank_Konvensional_di_Sidoarjo
Karim, Adiwarman (2004). Bank Islam: Analisis fiqih dan keuangan. Jakarta:Raja Grafindo persada
Karim, Adiwarman A. and Affif, Adi Zakaria. (2006). Islamic bankingconsumer behavior in Indonesia: a qualitative approach. Paperpresented at the 7th International Conference on Islamic Economics, 1-3 April 2008, King Abdul Aziz University, Jeddah, Saudi Arabia.
Khan, M.S.Noman., Hassan, M.K. & Shahid, A.I.(...). Banking behavior ofIslamic bank customers in Bangladesh. Journal of Islamic Economics,Banking and Finance
Khan, Ayesha K (2010). God, government and outsiders: The Influence ofReligious Belief on Depositor Behavior in an Emerging Market.
Kibet, Lawrence K., Mutai, Benjamin K., Ouma, Desterjo E., Owuor, George(2009, October). Determinants of household saving: case study of smallholder farmers, entrepreneurs and teachers in rural areas of Kenya.Journal of Development and Agricultural Economics Vol. 1(7), pp. 137-143
Lee, Seonglim, Park, Myung-Hee, Montalto, Catherine P. (2000). The effect offamily life cycle and financial management practices on householdsaving patterns. Journal of Korean Home Economics AssociationEnglish Edition: Vol. 1, No. 1, December 2000
Lopez, Fernando Lera (1995).The influence of age on household savingsbehaviours and motives evidence from Spain. Pamplone, Spain:Department of Economics, Public University of Navarre
Loudon, D.L. & Bitta, A.J.D (1993). Consumer behavior: concepts andapplications. (4th edition). Singapore: McGraw-Hill Book co.
148
Lucy, Karyati Basar (2008). Model program integer untuk menentukanhorizon waktu peramalan dalam menyelesaikan masalah dynamic lostsizing. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Muhamad, Rusnah & Devi, S.Susela (2006). Religiosity and the malay musliminvestors in Malaysia: an analysis on some aspects of ethicalinvestment decision.
Muhammad (2006). Bank Syariah: analisis kekuatan, peluang, kelemahan danancaman. Yogyakarta: Ekonisia.
Oskamp, Stuart dan Schultz, W.P (2004). Attitude and opinions. New Jersey:Lawrence Erlbaum Associate.
Pedhazur, E.J. (1982). Multiple regression in behavioral research explanationand prediction. New York: CBS College Publishing
Rabinovic, Anna & Webley Paul (2006). Filling the gap between planningand doing; Psychological factors involved in the successfulimplementation of saving intention. Journal of Economic Psychology.Elsevier
Rahmat, Jalaluddin (1997). Psikologi agama. Jakarta: Rajawali Press
Riawan, Amin (2009). Perbankan syariah: sebagai solusi perekonomiannasional. Jakarta: Asbisindo
SEF UGM (2009). Riset Bank Shariah 2008. http://unlam-ekonomi-islam.blogspot.com/2010/10/riset-bank-shariah-2008.html.
Sevilla, G. Consuelo et.al. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI-Press.
Solmon, Leuis C. (1975). The relation between schooling and savingsbehavior: an example of the indirect effects of education. NationalBureau of Economic Research
Sudaryana, Arif (2007). Analisis perilaku konsumen dalam menabung padabank umum di Yogyakarta. AKMENIKA UPY, Volume 1, 2007
Suhesta, Bahtiar Hayat (2010). Mendorong pertumbuhan perbankan syariahdengan kembali kepada jati diri. I.Financehttp://ifinance.bahtiarhs.net/2010/04/mendorong-pertumbuhan-perbankan-syariah-dengan-kembali-kepada-jati-diri/
149
Sumitro, Warkum (1996). Asas-asas perbankan Islam dan lembaga-lembagaterkait (bamui, takaful dan pasar modal syariah. Jakarta: Raja GrafindoPersada
Taib, Md Fauziah, Ramayah, T., Razak, A.D. (2008). Factors influencingintention to use diminishing partnership home financing. InternationalJournal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 1No. 3, 2008, pp. 235-248
Teo, Timothy & Lee, B.C. (2010). Examining the efficacy of the Theory ofPlanned Behavior (TPB) to understand pre-service teachers’ intentionto use technology. Sydney: Ascilite
Umar, J. (2010). Bahan pelatihan analisis faktor. Institut Asessmen Indonesia.(Juli,2010)
Warneryd, Karl-Erik (1999). The psychology of saving: A Study on EconomicPsychology. Cheltenham United Kingdom: Edward Elgar Publisher
Wirdyaningsih. (2005). Bank dan asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana.
Yorulmaz, Oya Ekici-Ozlem (2010). The relation between age structure andsaving rate of Turkey: 1968-2006. SosySal Bilimler Dergisi 2010, (4),15-24
Zulhairi (2005). Hubungan religiusitas dengan intensi untuk menabung dibank syariah pada pemeluk agama Islam. Skripsi. Depok: FakultasPsikologi UI.
Website:
(www.syariahmandiri.com)
(www.pkesinteraktif.com)
Lampiran 1
Selamat Pagi/Siang/Sore
Saya mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir, saat inisaya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir kuliah (skripsi). Sayamembutuhkan bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisiangket ini. Jawaban Anda tidak dilihat benar atau salah, dan kerahasiaan jawaban Andaterjamin. Sebelumnya saya berterima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untukmengisi angket ini.
DATA RESPONDENInisial / Nama :Usia :Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. PerempuanPendidikan Terakhir :
a. SD c. SMA g. S1 i. S3b. SMP e. Diploma h. S2
Aktivitas saat ini / pekerjaan :a. Wiraswasta c. Pegawai Swasta e. Mahasiswab. Pegawai Negri d. Ibu Rumah tangga f. Lain-lain
(sebutkan)................................Penghasilan / uang saku (bagi yg belum bekerja) rata-rata per bulan :
a. < Rp 1.000.000 d. 3.000.001 - 4.000.000b. Rp 1.000.001 - 2.000.000 e. 4.000.001 - 5.000.000c. Rp 2.000.001 - 3.000.000 f. > Rp 5.000.000
Apakah Anda Memiliki rekening tabungan di bank ?a. Tidak (Stop sampai di sini, Terima kasih banyak )b. Ya (Lanjutkan ke nomor berikutnya)
Mohon sebutkan nama Banknya .................................
Lama menjadi nasabah;a. ≤ 1 tahun c. 3 – 6 tahun e. ≥ 9 tahun
b. 1 – 3 tahun d. 6 – 9 tahun
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi.
.....................................................(Inisial / Nama dan Tanda Tangan)
PETUNJUK PENGISIANBerikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta memilih pernyataan yang sesuaidengan diri Anda, dan bukan yang idealnya terjadi pada diri Anda. Berilah tanda checklist(√) pada jawaban yang Anda pilih dari keempat alternatif jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan, yaitu:SJ : Bila pernyataan Sangat Jarang Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.J : Bila pernyataan Jarang Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.S : Bila pernyataan Sering Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.SS : Bila pernyataan Sangat Sering Anda alami, rasakan, pikirkan / lakukan.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalahbenar selama itu sesuai dengan diri Anda.
Contoh Pengisian
Jika Anda Sangat Jarang merasakan hal yang terdapat dalam pernyataan, maka Anda dapatmemberi tanda (√) pada kolom SJ (Sangat Jarang).
No. PERNYATAAN SJ J S SS1. Saya mendapat perhatian dari
teman saya ketika sedangstres.
√
Jika Anda Sangat Sering melakukan hal yang terdapat dalam pernyataan, maka Anda dapatmemberi tanda (√) pada kolom SS (Sangat Sering).
No. PERNYATAAN SJ J S SS2. Saya membantu teman saya
dalam mengerjakan tugasnya.√
Skala 1 RELIGIUSITAS
No PERNYATAAN SJ J S SS1. Saya merasakan kehadiran Allah
dimanapun dan kapanpun.2 Saya menemukan kekuatan dan
kenyamanan dalam agama saya.3. Saya merasakan kedamaian dalam agama
saya.4. Saya mencoba untuk lebih dekat dengan
Allah.5. Saya merasakan cinta Allah kepada saya,
baik secara langsung ataupun melaluiorang lain.
6. Saya tersentuh secara spiritual saatmelihat keindahan ciptaan Allah.
7. Agama memberi makna bagi kehidupansaya baik suka maupun duka.
8. Tanpa ketakwaan kepada Allah, hidupsehari-hari terasa tak berarti.
9. Keyakinan saya terhadap agamamembantu saya menemukan hikmah,sekalipun itu peristiwa yang palingmenyakitkan dan membingungkan.
10. Ketika ketakwaan saya kepada Allahsedang menurun, saya merasa waktu-waktu yang saya lewati lebih sulit.
11. Saya percaya Allah mengamati setiaptingkah laku saya, dan hal inimembatalkan niat saya berbuat dosa.
12. Saya merasa bertanggung jawab untukmengurangi segala penderitaan dankerusakan di muka bumi.
13. Karena agama, saya memaafkan diri sayaatas dosa-dosa yang telah saya lakukan
14. Karena agama, saya memaafkan orang-orang yang menyakiti saya
15. Karena keyakinan terhadap agama, sayamerasa Allah mengampuni dosa-dosasaya.
16. Karena sedang sibuk atau banyakmasalah, saya meninggalkan kewajibansaya melaksanakan shalat.
17. Saya melaksanakan sholat tahajud saatmalam hari.
18. Saya menonton ceramah agama di TV.19 Saya membaca Al-Quran.20. Saya membaca buku-buku agama.21. Saya berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan.22. Saya berdoa kepada Allah untuk diberi
kekuatan, dukungan, serta bimbingan-Nya.
23. Saya mencoba untuk memahami situasidan memutuskan apa yang saya lakukantanpa bergantung pada Allah
24. Saya memohon bantuan Allah saatmenjalankan pekerjaan saya
25. Jika saya sedang sakit, teman-teman sayabersedia membantu dan menjenguk saya.
26. Teman-teman saya mengkritik hal-halyang saya lakukan.
27. Jika saya memiliki masalah yang sulit,teman-teman saya rela membantumemecahkan permasalahan saya.
28. Saya mendengarkan permasalahan teman-teman saya yang curhat tentang masalahpribadi mereka.
29. Saya pernah merasakan pengalamanspiritual yang mengubah hidup saya.
30. Saya pernah merasakan penambahankualitas iman saya yang sangat drastis.
31. Saya pernah merasakan penurunankualitas iman saya yang sangat drastis.
32. Saya berpegang teguh pada ajaran agamadalam menjalani kehidupan sehari-hari.
33. Saya mengabdikan seluruh hidup sayauntuk urusan agama.
34. Saya menyisihkan beberapa persen uanggajian saya untuk saya sedekahkan.
35. Saya menghadiri acara pengajian atauceramah.
36. Saya ikut andil bagian dalam kegiatan ditempat ibadah.
37. Seluruh cara saya dalam menjalanikehidupan adalah didasari oleh aturanagama.
38. Walau saya percaya dengan agama saya,namun banyak hal lain yang lebih pentingdalam hidup saya.
Skala 2 NORMA SUBJEKTIF
Pada bagian ini terdapat beberapa sosok orang dimana Anda diminta untuk memberikan pernyataanapakah sosok orang dalam pernyataan ini Sangat Tidak Menyarankan (STM), TidakMenyarankan (TM), Menyarankan (M), Sangat Menyarankan (SM) Anda untuk menabung diBank Syariah. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih.
No. PERNYATAAN STM TM M SM1. Orang tua saya, ............ saya untuk menabung di
Bank Syariah.2. Saudara sekandung saya (kakak / adik), ............
saya menabung di Bank Syariah.3. Kerabat (paman,bibi,sepupu) saya, ............ saya
menabung di Bank Syariah.4. Pasangan saya, ............ saya untuk menabung di
Bank Syariah.5. Beberapa tokoh agama, ............ saya menabung
di Bank Syariah.6. Beberapa pakar ekonomi, ............... saya
menabung di bank syariah.
7. Sahabat saya, ............ saya menabung di banksyariah.
8. Teman-teman saya, ............ saya menabung dibank syariah.
9. Dosen / guru saya, ............ saya menabung dibank syariah.
Pada bagian ini Anda diminta untuk memilih pernyataan mengenai siapa saja orang-orang yangbiasanya Anda ikuti sarannya dengan pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju(TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih.
No. PERNYATAAN STS TS S SS1. Biasanya saya akan mengikuti saran orang tua saya.2. Biasanya saya akan mengikuti saran saudara
sekandung (kakak / adik) saya.3. Biasanya saya akan mengikuti saran kerabat
(paman,bibi,sepupu) saya.4. Biasanya saya akan mengikuti saran pasangan saya.5. Biasanya saya akan mengikuti saran tokoh agama.
6. Biasanya saya akan mengikuti saran pakar ekonomi.7. Biasanya saya akan mengikuti saran sahabat saya.8. Biasanya saya akan mengikuti saran teman-teman
saya.9. Biasanya saya akan mengikuti saran dosen / guru
saya.
Skala 3 PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL
Mungkinkah hal-hal di bawah ini MENJADI PENDORONG Anda untuk menabung di BankSyariah ?
No Faktor STS TS S SS1. Bisa mendapatkan ketenangan hati, karena
terbebas dari riba2. Bisa menabung dengan cara yang diarahkan oleh
Islam.3. Bisa berpartisipasi dalam rencana baik untuk
kesejahteraan umat.4. Ingin mendapat keselamatan di dunia dan akhirat.5. Ingin mendapat berkah dan pahala.6. Mendapatkan pelayanan bank syariah yang baik.
Dan SEBERAPA BESAR kemungkinan hal-hal di bawah ini MENDORONG Anda untukmenabung di bank syariah ?
No Faktor SK K B SB1. Bisa mendapatkan ketenangan hati, karena terbebas
dari riba2. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh
Islam.3. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk
kesejahteraan umat.4. Ingin mendapat keselamatan di dunia dan akhirat.5. Ingin mendapatkan berkah dan pahala.6. Mendapatkan pelayanan bank syariah yang baik.
Mungkinkah hal-hal di bawah ini MENJADI PENGHAMBAT Anda untuk menabung di BankSyariah ?
No. Faktor STS TS S SS1. Informasi tentang Produk Bank Syariah masih
terbatas.2. Jika menabung di bank syariah, tidak akan
mendapat manfaat praktis dari produk yangditawarkan.
3. Aturan – aturan perbankan syariah yang ketat danrumit.
4. Bank Syariah belum terbukti dalam kinerjanya.5. Keuntungan dari sistem bagi hasil lebih rendah
dari bunga di bank konvensional.6. Tidak mendukung kegiatan dan bisnis dalam
mengelola keuangan.7. Kesulitan mendapatkan ATM bank syariah.8. Sulit menjangkau kantor bank syariah, karena
jauh dari pusat aktivitas.
Dan SEBERAPA BESAR kemungkinan hal-hal di bawah ini MENGHAMBAT Anda untukmenabung di bank syariah ?
No. Faktor SK K B SB1. Informasi tentang Produk Bank Syariah masih
terbatas.2. Jika menabung di bank syariah, tidak akan mendapat
manfaat praktis dari produk yang ditawarkan.3. Aturan syariah yg ketat dan rumit.4. Bank Syariah belum terbukti dalam kinerjanya.5. Keuntungan dari sistem bagi hasil lebih rendah dari
bunga di bank konvensional.6. Bank syariah tidak mendukung kegiatan dan bisnis
dalam mengelola keuangan.7. Kesulitan mendapatkan ATM bank syariah.8. Sulit menjangkau kantor bank syariah, karena jauh
dari pusat aktivitas.
KETERANGAN:
STS : SANGAT TIDAK SETUJU S : SETUJUTS : TIDAK SETUJU SS : SANGAT SETUJU
SK : SANGAT KECIL B : BESARK : KECIL SB : SANGAT BESAR
Skala 4 SIKAP
No. PERNYATAAN STS TS S SS1. Saya merasa bank konvensional lebih terjamin dari
pada bank syariah.2. Kemungkinan saya merasa percaya diri jika sewaktu-
waktu saya menunjukkan pada orang lain bahwa sayatelah menabung di bank syariah.
3. Saya tidak tertarik melihat produk-produk perbankansyariah.
4. Saya meragukan kinerja bank syariah.5. Saya pikir bank syariah lebih terpercaya dibandingkan
bank konvensional.6. Saya yakin bank syariah bisa menyaingi bank
konvensional .7. Saya tidak ragu jika suatu saat ingin menabung di
bank syariah8. Saya yakin produk-produk yg ditawarkan bank
syariah tak kalah baik dari produk-produk perbankankonvensional.
9. Saya pikir menabung di bank syariah merupakan salahsatu pilihan yang tepat bagi orang yang inginmenabung.
10. Saya merasa malu menabung di bank syariah.11. Kemungkinan ketika ingin membuka rekening baru,
saya lebih memilih untuk menggunakan bank syariah.12. Kemungkinan ketika ingin meminjam dana, saya lebih
memilih untuk menggunakan jasa bank syariah.13. Saya sama sekali tidak berminat terhadap jasa bank
syariah.14. Saya kurang tertarik menabung di bank syariah.15. Saya sering membaca di media atau internet tentang
produk-produk menarik yang ditawarkan perbankansyariah.
STS : Sangat Tidak Setuju S : SetujuTS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
Skala 5 INTENSI
No PERNYATAAN STS TS S SS1. Saya kemungkinan akan mulai menabung di Bank
syariah dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.2. Saya berencana akan mulai menabung di bank syariah
dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.3. Saya berkomitmen untuk mulai menabung di bank
syariah dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.
Keterangan;STS : Sangat Tidak Setuju S : SetujuTS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
Selesai.. Harap periksa kembali seluruh jawaban Anda, jangan sampai adahalaman maupun nomor yang terlewatkan...
Terima kasih banyak atas waktu yang telah Anda luangkan untuk berpartisipasi dalam
proses pengumpulan data ini.
Selamat melanjutkan aktivitas Anda.
Sukses , Kebahagiaan & Rizki yang berlimpah semoga selalu menyertai langkah Anda,
keluarga Anda, serta orang-orang yang Anda sayangi.
LAMPIRAN 2
Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik
DATE: 6/27/2011TIME: 10:26
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified inthe
Universal Copyright Convention.Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from fileD:\SKRIPS~1\SKRIPSI\LISREL\INT.LS8:
UJI VALIDITAS INTENSI MENABUNGDA NI=3 NO=200 MA=KMLAX1 X2 X3KM SY FI=INT.CORSE1 2 3/MO NX=3 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FILKINTENSIFR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3
PDOU TV SS MI
UJI VALIDITAS INTENSI
Number of Input Variables 3Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 3Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 200
Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik (CFA)DATE: 6/25/2011
TIME: 10:39
L I S R E L 8.30BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\ARTIKE~1\PRIVATE.LS8:UJI VALIDITAS PRIVATEDA NI=38 NO=200 MA=KMLAX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23X24 X25 X26X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38KM SY FI=PAPER.CORSE16 17 18 19 20 21/MO NX=6 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FILKPRIVATEFR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6FR TD 3 1 TD 5 2PDOU TV SS MIUJI VALIDITAS PRIVATE
Number of Input Variables 38Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 6Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 200
UJI VALIDITAS PRIVATECorrelation Matrix to be Analyzed
X16 X17 X18 X19 X20 X21-------- -------- -------- -------- -------- --------
X16 1.00X17 0.36 1.00X18 0.08 0.29 1.00X19 0.46 0.39 0.40 1.00X20 0.25 0.39 0.34 0.28 1.00X21 0.31 0.27 0.07 0.25 0.13 1.00
UJI VALIDITAS PRIVATEParameter Specifications
LAMBDA-XPRIVATE--------
X16 1
X17 2X18 3X19 4X20 5X21 6
THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21
-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 7X17 0 8X18 9 0 10X19 0 0 0 11X20 0 12 0 0 13X21 0 0 0 0 0 14
UJI VALIDITAS PRIVATENumber of Iterations = 19LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-XPRIVATE--------
X16 0.67(0.08)8.38
X17 0.55(0.07)7.41
X18 0.55(0.08)6.62
X19 0.70(0.07)9.51
X20 0.45(0.08)5.82
X21 0.35(0.08)4.51
PHIPRIVATE--------
1.00
THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21
-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 0.55
(0.09)6.42
X17 - - 0.69(0.08)8.64
X18 -0.28 - - 0.70(0.06) (0.09)-4.44 7.76
X19 - - - - - - 0.52(0.08)6.84
X20 - - 0.14 - - - - 0.80(0.06) (0.09)2.32 9.22
X21 - - - - - - - - - - 0.88(0.09)9.61
Squared Multiple Correlations for X - VariablesX16 X17 X18 X19 X20 X21
-------- -------- -------- -------- -------- --------0.45 0.31 0.30 0.48 0.20 0.12
Goodness of Fit StatisticsDegrees of Freedom = 7
Minimum Fit Function Chi-Square = 12.07 (P = 0.098)Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.27 (P = 0.092)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 5.2790 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 19.14)
Minimum Fit Function Value = 0.061Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.027
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.096)Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.06290 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12)P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.32
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.2090 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.18 ; 0.27)
ECVI for Saturated Model = 0.21ECVI for Independence Model = 1.13
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 213.24Independence AIC = 225.24
Model AIC = 40.27Saturated AIC = 42.00
Independence CAIC = 251.03Model CAIC = 100.45
Saturated CAIC = 132.26Root Mean Square Residual (RMR) = 0.044
Standardized RMR = 0.044Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33
Normed Fit Index (NFI) = 0.94Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.44Comparative Fit Index (CFI) = 0.97Incremental Fit Index (IFI) = 0.98Relative Fit Index (RFI) = 0.88
Critical N (CN) = 305.54
UJI VALIDITAS PRIVATEModification Indices and Expected ChangeNo Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-XNo Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21
-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 - -
X17 0.21 - -X18 - - 1.08 - -X19 0.01 0.08 0.46 - -X20 0.04 - - 5.19 1.05 - -X21 0.71 2.72 5.69 0.02 0.68 - -
Expected Change for THETA-DELTAX16 X17 X18 X19 X20 X21
-------- -------- -------- -------- -------- --------X16 - -X17 -0.03 - -X18 - - -0.07 - -X19 0.01 0.02 0.06 - -X20 -0.01 - - 0.15 -0.06 - -X21 0.06 0.10 -0.16 0.01 -0.05 - -
Maximum Modification Index is 5.69 for Element ( 6, 3) of THETA-DELTAUJI VALIDITAS PRIVATEStandardized Solution
LAMBDA-XPRIVATE--------
X16 0.67X17 0.55X18 0.55X19 0.70X20 0.45X21 0.35
PHIPRIVATE--------
1.00
The Problem used 6608 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)Time used: 0.027 Seconds
LAMPIRAN 3
Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Menabung
Analisis Faktor Konfirmatorik Afektif
Analisis Faktor Konfirmatorik Kognitif
Analisis Faktor Konfirmatorik Konatif
Analisis Faktor Konfirmatorik Normatif Belief
Analisis Faktor Konfirmatorik Motivation To Comply
Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief pendukung
Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief pendukung
Analisis Faktor Konfirmatorik Control belief penghambat
Analisis Faktor Konfirmatorik Power belief penghambat
Analisis Faktor Konfirmatorik Daily Spiritual Experience
Analisis Faktor Konfirmatorik Meaning
Analisis Faktor Konfirmatorik Value dan Belief
Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness
Analisis Faktor Konfirmatorik Private Religious Practice
Analisis Faktor Konfirmatorik Religious Support
Analisis Faktor Konfirmatorik Religious/ Spiritual Coping
Analisis Faktor Konfirmatorik Commitment dan Organizational
LAMPIRAN 3
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Faktor Afektif
1 2 3 10 13 141 12 V 13 14 113 V V 114 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Kognitif
4 5 6 7 8 94 15 16 V V 17 V 18 V 19 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Normative belief1 2 3 4 5 6 7 8 91 12 13 14 V V 15 16 V V V 17 V V 18 V V 19 V V V 1Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Motivation tocomply1 2 3 4 5 6 7 8 91 12 13 14 V V 15 16 V V V 17 V V 18 V V 19 V V V 1
Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Control beliefPendukung1 2 3 4 5 61 12 13 V 14 15 V V 16 V V 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Power beliefPendukung
1 2 3 4 5 61 12 13 V 14 15 V V 16 V V V 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Control beliefPenghambat1 2 3 4 5 6 7 81 12 V 13 14 15 16 17 V V V 18 V V V 1
Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Power beliefPenghambat1 2 3 4 5 6 7 81 12 V 13 14 15 16 17 V V V V 18 V V 1
Ket : tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Daily spiritualexperience1 2 3 4 5 61 12 V 13 14 15 16 V 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Meaning7 8 9 107 18 19 V 110 V 1Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Private religiouspractice16 17 18 19 20 2116 117 118 V 119 120 V 121 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Commitmentdan Organizational32 33 34 35 3632 133 134 135 V 136 V 1
Ket: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi
LAMPIRAN 4
OUTPUT SPSS 19 ANALISIS REGRESI BERGANDA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .678a .459 .440 4.68567
a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma
Subjektif, PBC, Penghasilan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3582.536 7 511.791 23.310 .000a
Residual 4215.464 192 21.956
Total 7798.000 199
a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subjektif, PBC,
Penghasilan
b. Dependent Variable: Intensi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.010 4.490 6.906 .000
Sikap .190 .019 .575 10.100 .000
NormaSubjektif .002 .001 .199 3.530 .001
PBC .000 .000 .032 .559 .577
Religiusitas .006 .006 .053 .998 .319
Penghasilan .240 .246 .063 .977 .330
Pendidikan .423 .334 .072 1.267 .207
Usia .032 .049 .042 .654 .514
a. Dependent Variable: Intensi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .632a .400 .397 4.86259
2 .662b .438 .432 4.71742
3 .662c .438 .430 4.72739
4 .665d .442 .430 4.72494
5 .673e .453 .439 4.68870
6 .677f .458 .441 4.67872
7 .678g .459 .440 4.68567
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .400 131.799 1 198 .000
2 .038 13.373 1 197 .000
3 .000 .171 1 196 .680
4 .003 1.203 1 195 .274
5 .011 4.025 1 194 .046
6 .005 1.829 1 193 .178
7 .001 .427 1 192 .514
a. Predictors: (Constant), Sikap
b. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif
c. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC
d. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas
e. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan
f. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan, Pendidikan
g. Predictors: (Constant), Sikap, Norma Subjektif, PBC, Religiusitas, Penghasilan, Pendidikan, Usia