faktor-faktor yang berhubungan dengan...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA
PERAWAT DI RS. RUMAH SEHAT TERPADU PARUNG, BOGOR,
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
NADIA TAHSINIA
NIM : 109101000084
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2013
Nadia Tahsinia
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Mei 2013
Nadia Tahsinia, NIM: 109101000084
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu, Parung, Bogor, Tahun 2013
xvi + 88 halaman, 18 tabel, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Mengelola sumber daya manusia bukan hal yang mudah karena menyangkut
banyak faktor penting yang harus diperhatikan, salah satunya faktor kepuasan kerja.
Kepuasan kerja karyawan termasuk perawat perlu diperhatikan untuk mendukung
produktivitas kerja yang berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit.
Rasio jumlah perawat dengan tempat tidur di RS. Rumah Sehat Terpadu belum
memenuhi ketetapan. Kekurangan tenaga ini akan menyebabkan tingginya beban kerja
yang diemban oleh perawat. Tingginya beban kerja akan mempengaruhi kepuasan kerja
perawat. Selain itu, tingkat resign yang cukup tinggi juga mengindikasikan rendahnya
kepuasan kerja perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional.
Populasi dan sampel adalah seluruh perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan instrumen kuesioner. Analisis
data menggunakan analisis univariat yaitu distribusi frekuensi dan analisis bivariat
dengan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
variabel pengakuan, gaji dan program kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat di
RS. Rumah Sehat Terpadu. Walaupun variabel-variabel lain secara statistik tidak
menunjukkan hubungan yang bermakna, akan tetapi hal tersebut sangat menarik untuk
ditelusuri dan perlu dicermati oleh pihak rumah sakit. Salah satu saran bagi RS. Rumah
Sehat Terpadu yaitu agar mengembangkan program yang dapat meningkatkan kepuasan
kerja perawat, diantaranya dengan memberikan insentif jaga malam dan tindakan yang
membutuhkan keahlian khusus serta mengadakan program perawat terbaik setiap bulan.
Daftar bacaan: 30 (1990 - 2010)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, May 2013
Nadia Tahsinia, NIM: 109101000084
Factors Related to The Nurses job Satisfaction in Rumah Sehat Terpadu Hospital,
Parung, Bogor in Year 2013
xvi + 88 pages, 18 tables, 6 diagrams, 3 attachments
ABSTRACT
Managing human resources is not an easy because it is involves by many
important factors that must be considered, one of which job satisfaction factors. Job
satisfaction of employees including nurses need to be considered to support the work
productivity impact on the quality of hospital health care. The ratio of the number of
nurses and bed in the Rumah Sehat Terpadu Hospital is not comply with the provisions.
This shortage will lead to high workload carried by nurses. The high workload will
affect to nurses job satisfaction. In addition, a high enough level resign also indicate the
poor of nurse job satisfaction. Purpose of this research was to determine the factors
related to nurses job satisfaction.
This research is quantitative research with cross sectional method. The
population and samples is all nurses who work in Rumah Sehat Terpadu Hospital. The
data was collected through interviews with the questionnaire instrument. Analysis of the
data using univariate by frequency distributions and bivariate with chi-square test.
The results showed that there is a significant relationship between the variables
recognition, salary and international relationships with the nurses job satisfaction.
Although other variables showed no statistically significant relationship, but it is very
interesting to be traced and to be closery observed by the management of the hospital.
One of the suggestion for Rumah Sehat Terpadu Hospital is to develop programs that
improve nurses job satisfaction, such as giving incentives on night duty and actions that
requires special expertise and held best nursing program in every month.
Reading list: 30 (1990 - 2010)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA
PERAWAT DI RS. RUMAH SEHAT TERPADU, PARUNG, BOGOR
TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM.)
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh:
Nadia Tahsinia
109101000084
Pembimbing I,
Riastuti Kusuma W, MKM.
Pembimbing II,
Ratri Ciptaningtyas, MHS.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RS. RUMAH SEHAT TERPADU,
PARUNG, BOGOR TAHUN 2013 telah diujikan dalam sidang skripsi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 29 Mei 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta, 29 Mei 2013
Sidang Ujian Skripsi
Ketua,
Drs. M. Farid Hamzeins, M.Si.
Anggota,
Fajar Ariyanti, Ph.D Apriningsih, M.Kes
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadia Tahsinia
Alamat : Gandokan, RT 02 RW 06, Kranggan, Temanggung, Jawa
Tengah 56271
No. HP : +6285726003578
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Temanggung, 13 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan
1995-1997 TK Al-Huda Yogyakarta
1997 – 2003 : SDN Temanggung II No I
2003 – 2006 : MTs. Assalaam Temanggung
2006 – 2009 : MA Assalaam Temanggung
2009 – 2013 : S1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillah:
Skrpisi ini aku persembahkan untuk anugerah terindah dalam
hidup:
Bapak dan Ibu tercinta
Adik-Adik tersayang
Serta orang-orang disekelilingku yang aku sayangi
Berkat harapan, doa dan dukungan mereka, aku jadi sarjana :D
Terima Kasih Ya Allah atas anugerah keluarga harmonis ini
^_^
“Allahumma innaka taa’amu anna haadzihil quluuba qadij tama’at alaa mahabbatik, wal taqat
‘alaa thaa’atik watawahhadat ‘alaa da‟watik, wa ta‟aahadat alaa nushroti syariiatik, fawats-
tsiqil-laahumma raabithatahaa wa adim wud-dahaa wahdihaa subulahaa wamla‟haa binuurikal-
ladzii laa yakhbu wasyrah shuduurahaa bifaidhil iimaani bika wa jamiilit-tawakkuli alaika wa
ahyihaa bima’rifatika wa amithaa alasyahaadati fii sabiilika innaka ni’mal maula wa ni’man-
nashiir. Allahumma amiin. Wa shallillaahumma „alaa sayyidina muhammadin wa „alaa aalihi wa
shahbihi wa sallim. Amiin
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-
Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu, Parung, Bogor,
Tahun 2013” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah menyempurnakan peradaban
manusia menjadi terang dan tercerahkan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan penuh
kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi dari rasa
terima kasih kepada :
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Muflih Wahyanto, Ibunda Anisah Indriati, serta ketiga
saudaraku Fega Gifarina, Najwa Wijdania dan Fakhma Mujahida, terima kasih atas
doa, nasehat, dan motivasi yang begitu besar. Semoga Allah selalu memberikan
limpahan rezeki dan rahmat-Nya kepada kita semua.
2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan pandangan masa depan yang cerah dan penuh tantangan bagi penulis.
3. Ibu Riastuti Kusuma, MKM, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan
bimbingan ketika penulis mengalami kesulitan dan mnyempatkan waktu di tengah
kesibukannya.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Yahmin, MARS selaku direktur utama RS. Rumah Sehat Terpadu yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di rumah sakit.
7. Seluruh karyawan dan perawat RS. Rumah Sehat Terpadu yang sudah menerima
keberadaanku dengan baik, senang berada diantara keluarga harmonis ini.
8. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa selama perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah.
9. Sahabat-Sahabat tersayang, Kesmas 2009, FKIK 2009, CSS 2009, MPK 2009, BEM
FKIK dan PIM Lovers, Mbok Dila, Jijah, Lulu, Leli, Wali, Omi, Badra, Fatia,
Iqbal, Fahad, Nisa, Mamal, Piya, Ami, Indry, Nani, Adila, Sebay, Rudi, Udin,
Salwa, Fida, dkk. Love You All, kalian sahabat terbaik, penuh inspirasi dan
motivasi. Semoga silaturrahim kita tetap terjalin sampai kakek nenek
10. Adik dan Kakak Kelas FKIK Angkatan 2006-2012.
11. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat terutama
bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang manajemen pelayanan kesehatan.
Jakarta, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................... 10
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................ 11
1.5.2 Bagi RS. Rumah Sehat Terpadu .......................................... 11
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hida-
yatullah Jakarta .................................................................... 12
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ................................................ 14
2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ........................... 15
2.1.2 Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia ......................... 17
2.1.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit ................. 19
2.2 Keperawatan ................................................................................. 19
2.3 Kepuasan Kerja ............................................................................ 21
2.3.1 Pengertian ............................................................................. 21
2.3.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja .... 23
2.3.3 Pengukuran Kepuasan Kerja ................................................. 28
2.4 Kerangka Teori .............................................................................. 29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...... 32
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 32
3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 34
3.3 Hipotesis........................................................................................ 37
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 38
4.1 Desain Penelitian .......................................................................... 38
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38
4.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 38
4.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ................................ 39
4.5 Uji Normalitas ............................................................................... 39
4.6 Pengolahan Data ........................................................................... 41
4.7 Analisis Data ................................................................................ 42
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................. 43
5.1 Profil RS. Rumah Sehat Terpadu .................................................. 43
5.1.1 Sejarah ................................................................................... 43
5.1.2 Gambaran Penerima Manfaat ................................................. 43
5.1.3 Ciri Khas RS. Rumah Sehat Terpadu ..................................... 44
5.1.4 Visi dan Misi ......................................................................... 45
5.1.5 Struktur Organisasi ................................................................ 45
5.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 45
5.3 Hasil Analisis Univariat ................................................................ 47
5.4 Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 54
5.5 Keterbatasan dalam Penelitian ...................................................... 61
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 64
6.1 Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Kepuasan Kerja
..................................................................................................... 64
a. Umur ...................................................................................... 64
b. Pendidikan .............................................................................. 68
c. Jabatan .................................................................................... 71
6.2 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kepuasan Kerja ................... 73
a. Pengakuan .............................................................................. 73
b. Gaji ......................................................................................... 75
c. Program Kesejahteraan ........................................................... 78
d. Hubungan Interpersonal .......................................................... 81
BAB VII PENUTUP .................................................................................. 85
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 85
7.2 Saran ............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1.1
3.1
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
Rasio Jumlah Perawat dan Tempat Tidur di RS. Rumah
Sehat Terpadu Tahun 2013
Definisi Operasional
Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Umur di RS. Rumah Sehat
Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Pendidikan di RS. Rumah Sehat
Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Jabatan di RS. Rumah Sehat
Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Pengakuan Atas Kinerja di RS.
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Gaji di RS. Rumah Sehat
Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Program Kesejahteraan di RS.
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Hubungan Interpersonal di RS.
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Umur dan Kepuasan Kerja di
RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Pendidikan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Jabatan dan Kepuasan Kerja di
RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
3
34
48
49
50
50
51
52
53
53
54
55
56
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
Distribusi Perawat Menurut Pengakuan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Gaji dan Kepuasan Kerja di RS.
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Program Kesejahteraan dan
Kepuasan Kerja di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Distribusi Perawat Menurut Hubungan Interpersonal dan
Kepuasan Kerja di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Rekapitulasi Hasil Uji Chi Square
57
58
59
60
61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Struktur Organisasi RS. Rumah Sehat Terpadu
Kuesioner Penelitian
Analisis Univariat dan Bivariat
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Peran strategis ini didapat karena rumah sakit adalah fasilitas kesehatan
yang padat teknologi dan padat karya (Yoga, 2000).
Sistem pelayanan di rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditinjau
kembali untuk mengantisipasi persaingan tingkat dunia. Rumah sakit tidak lagi
dikelola dengan manajemen sederhana, tetapi harus mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan yang muncul akibat perubahan-perubahan tersebut diatas. Oleh karena
itu, untuk dapat bertahan dan berkembang dalam lingkungan dengan perubahan
cepat, paradigma manajemen rumah sakit harus diubah menjadi efektif dan
mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi perubahan (Sujudi, 1997). Untuk
mencapai tujuan itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas (Mathis,
2001).
Manajemen sumber daya manusia adalah pengendalian individu-individu
yang bekerja dalam organisasi berupa hubungan antara pekerjaan dengan pekerja,
terutama untuk menciptakan pemanfaatan individu-individu secara produktif
19
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi dan dalam rangka perwujudan
kepuasan individu-individu tersebut (Nawawi, 2008). Tujuan manajemen sumber
daya manusia yaitu meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam usaha
meningkatkan efektifitas organisasi untuk mencapai tujuan (Effendi, 2005).
William dan Keith dalam Effendi (2005) mengatakan secara lebih operasional,
tujuan manajemen sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas
pegawai, mengurangi tingkat absensi, mengurangi tingkat perputaran kerja, atau
meningkatkan loyalitas para pegawai pada organisasi.
Di samping itu, menurut Yoga (2000), kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan rumah sakit haruslah terselenggara secara profesional dan menyeluruh
sehingga dapat memberikan kepuasan para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Untuk mewujudkan hal itu, maka kualitas tenaga kesehatan yang berperan di rumah
sakit haruslah benar-benar profesional dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
organisasi tempat ia bekerja. Untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja yang
dihasilkan secara berkesinambungan, manajemen memerlukan alat bantu yang
nantinya bisa digunakan dalam pengambilan keputusan strategis bagi organisasinya
yang bertujuan meningkatkan kinerja organisasi, salah satunya dengan melakukan
survei kepuasan karyawan.
Mengelola sumber daya manusia bukan hal yang mudah karena menyangkut
banyak faktor penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah faktor
kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan
20
pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan
kerjanya (Umar, 2008). Setiap individu akan memiliki kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan yang ada pada dirinya, karena pada dasarnya kepuasan
kerja bersifat individual. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang
diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk bekerja (Gibson, 1996). Lebih
lanjut Davis dan Newstroom dalam Anggraini (1999) menjelaskan bahwa semakin
banyak faktor-faktor dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Artinya, adanya
kesesuaian antara faktor-faktor pekerjaan dengan keinginan atau kebutuhan
seseorang akan mempengaruhi kepuasannya dalam bekerja. Faktor-faktor pekerjaan
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut Robbins (2003) antara lain upah
kerja, kesempatan promosi, jenis pekerjaan, kepemimpinan atasan dan iklim kerja.
Sementara itu, Siagian (2002) menjelaskan penyebab ketidakpuasan kerja
dapat beraneka ragam seperti kondisi kerja yang tidak memuaskan, penghasilan
yang dirasa rendah, hubungan yang tidak serasi antara atasan maupun rekan kerja,
kebijakan administrasi, kebijakan organisasi serta faktor-faktor lain. Herzberg
dalam Umar (2008) menyebutkan faktor-faktor yang berperan sebagai
ketidakpuasan terhadap individu adalah kebijakan dan manajemen, gaji, hubungan
dengan mitra kerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan rasa
aman.
21
Disisi lain ketidakpuasan kerja karyawan terhadap suatu pekerjaan akan
berdampak pada menurunnya motivasi kerja, menurunnya loyalitas karyawan serta
mengakibatkan tingginya tingkat perputaran karyawan atau turn over, kemangkiran
karyawan, dan tindakan-tindakan negatif vital personalia lainnya yang dapat
merugikan organisasi. Ketika kepuasan kerja karyawan menurun, maka
kecenderungan untuk meninggalkan atau keluar dari pekerjaan menjadi meningkat.
Hal ini tentunya akan berdampak pada tingginya angka turn over karyawan
(Handoko, 1996).
Keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Yoga, 2000). Perawat menjadi ujung tombak dan tulang punggung pelayanan
rumah sakit, maka perlu adanya komunikasi yang baik yang menjembatani antara
manajemen dengan perawat untuk terus menjaga kualitas rumah sakit. Komunikasi
yang terjalin baik dapat memberikan perasaan aman dan nyaman sehingga dapat
menimbulkan perasaan yang puas dalam diri perawat yang tentunya hal tersebut
merupakan keuntungan bagi pihak rumah sakit, karena dengan begitu pelayanan
keperawatan kepada pasien dapat diberikan dengan baik (Kusmawati, 2004). Selain
itu, menurut Aditama (2000), Sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi
secara langsung dengan pasien adalah perawat. Tenaga perawat merupakan tenaga
yang paling banyak dan paling lama kontak dengan pasien. Sehingga kualitas
22
pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu indikator
baik atau buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit.
Menurut Witzel dan Fuerst (1994), keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan di bidang kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat,
sejak lahir sampai meninggal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, serta pemeliharaan
kesehatan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab, serta etika profesi
keperawatan.
RS. Rumah Sehat Terpadu termasuk rumah sakit tipe D yang memiliki 57
tempat tidur. Rasio antara jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur yang dimiliki
RS. Rumah Sehat Terpadu adalah 1 : 0,54. dengan rasio paling tinggi terdapat pada
ruang Al-Hafizh yakni 1 : 1,2. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340
Tahun 2010 rasio jumlah perawat dengan tempat tidur adalah 3 : 2 untuk rumah
sakit tipe D. Jadi bila RS. Rumah Sehat Terpadu memiliki 57 tempat tidur maka
jumlah perawat yang dimiliki seharusnya 38 orang. Hal ini menunjukkan RS.
Rumah Sehat Terpadu mengalami kekurangan sumber daya manusia (SDM)
Perawat merujuk pada Permenkes Nomor 340 Tahun 2012. Kekurangan SDM
perawat berakibat pada tingginya beban kerja sehingga kepuasan kerja perawat
turut mempengaruhi (Nasution, 2000).
23
Selain itu, dari hasil studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara
dengan kepala perawat dan beberapa perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu pada
bulan Februari-Maret 2013, dapat diketahui beberapa hal:
1. Rumah Sakit baru setahun beroperasi tetapi sudah terhitung terdapat 10
perawat yang resign dan perawat tersebut adalah perawat ahli.
2. Seringkali terdengar keluhan dari beberapa perawat tentang jadwal shift atau
lembur yang tidak menentu.
3. Banyak tenaga perawat yang masuk baru lulus pendidikan sehingga belum
ada pengalaman sebelumnya.
4. Tidak ada tunjangan gaji di luar gaji pokok.
Darsono (2011) menyatakan bahwa sebaiknya rumah sakit harus melakukan
penelitian untuk mendapatkan informasi yang akan menentukan karakteristik,
harapan, dan kebutuhan karyawannya sebagai dasar mengembangkan sumber daya
manusianya. Sejak didirikan hingga sekarang, belum pernah dilakukan penelitian
tentang kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Berdasarkan data dan
persoalan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
1.2 Rumusan Masalah
Rasio jumlah perawat dengan tempat tidur di RS. Rumah Sehat Terpadu
adalah 1 : 0,54. Hal ini belum memenuhi ketetapan Permenkes Nomor 340 Tahun
24
2010 yang menyatakan bahwa rasio jumlah perawat dengan tempat tidur di RS Tipe
D sebesar 3 : 2. Kekurangan tenaga ini akan menyebabkan tingginya beban kerja
yang diemban oleh perawat. Tingginya beban kerja akan mempengaruhi kepuasan
kerja perawat. RS. Rumah Sehat Terpadu baru beroperasi selama satu tahun, akan
tetapi berdasarkan wawancara dengan kepala bagian SDM, jumlah perawat yang
sudah dinyatakan mengundurkan diri dari Juli tahun 2012 hingga Januari 2013
berjumlah 10 orang. Hal ini mengindikasikan rendahnya kepuasan kerja yang
dirasakan oleh perawat. Menurut Munandar (2001) dalam Eman (2004), angka
resign atau turn over sangat berkaitan dengan kepuasan kerja yang rendah. Ketika
kepuasan kerja karyawan menurun, maka kecenderungan untuk meninggalkan atau
keluar dari pekerjaan menjadi meningkat. Hal ini tentunya akan berdampak pada
tingginya angka turn over karyawan (Handoko, 1996).
Selain itu, berdasarkan temuan, diketahui gejala-gejala yang mengindikasikan
kurangnya tingkat kepuasan kerja perawat diantaranya adalah perawat
mengeluhkan jadwal lembur yang tidak menentu, gaji, dll. Mengatasi permasalahan
tersebut, RS. Rumah Sehat Terpadu perlu memperhatikan kepuasan kerja
perawatnya untuk menurunkan bahkan menghilangkan angka pengunduran diri dan
keluhan perawat. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang gambaran
kepuasan kerja perawat sekaligus melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan,
karena tingkat resign dan keluhan perawat berhubungan dengan kepuasan kerja.
25
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu?
2. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan, pangkat/jabatan)
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu?
3. Bagaimana gambaran faktor organisasi (pengakuan, gaji yang diterima, program
kesejahteraan, hubungan interpersonal) di RS. Rumah Sehat Terpadu?
4. Adakah hubungan antara umur dengan kepuasan kerja perawat RS. Rumah Sehat
Terpadu?
5. Adakah hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat RS. Rumah
Sehat Terpadu?
6. Adakah hubungan antara pangkat/jabatan dengan kepuasan kerja perawat RS.
Rumah Sehat Terpadu?
7. Adakah hubungan antara pengakuan dengan kepuasan kerja perawat RS. Rumah
Sehat Terpadu?
8. Adakah hubungan antara gaji yang diterima dengan kepuasan kerja perawat RS.
Rumah Sehat Terpadu?
9. Adakah hubungan antara program kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat
RS. Rumah Sehat Terpadu?
10. Adakah hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat
RS. Rumah Sehat Terpadu?
26
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu Tahun 2013.
2. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan,
pangkat/jabatan) perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
3. Mengetahui gambaran faktor organisasi (pengakuan, gaji yang diterima,
program kesejahteraan, hubungan interpersonal) di RS. Rumah Sehat
Terpadu.
4. Mengetahui hubungan antara karakteristik individu umur dengan
kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
5. Mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat
di RS. Rumah Sehat Terpadu.
6. Mengetahui hubungan antara pangkat/jabatan dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
7. Mengetahui hubungan antara pengakuan dengan kepuasan kerja perawat
di RS. Rumah Sehat Terpadu.
27
8. Mengetahui hubungan antara gaji yang diterima dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
9. Mengetahui hubungan antara program kesejahteraan dengan kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
10. Mengetahui hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan manajemen rumah sakit
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
perawat.
1.5.2 Bagi RS. Rumah Sehat Terpadu
1. Dapat digunakan sebagai informasi gambaran tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu
2. Dapat dijadikan masukan bagi pihak rumah sakit sebagai acuan
dalam perancangan program peningkatan kepuasan kerja perawat.
28
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1. Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu akademik, penelitian dan
pengabdian masyarakat.
2. Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna
bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat.
3. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam
topik yang sama yaitu kepuasan kerja.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Manajemen Pelayanan
Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah, untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu tahun 2013. Responden pada penelitian ini adalah seluruh
perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu, Jalan Raya Parung, Ds.
Jampang, Kec. Parung, Bogor. Waktu penelitian pada bulan April-Mei 2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Berikut ini beberapa pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli dalam Handoko (1996), seperti
yang dikutip berikut ini :
Edwin B. Flippo
‘Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pemeliharaan dan pemberhentian sumber daya manusia pada akhirnya,
sehingga tujuan individu, organisasi, dan sosial dapat dicapai.’
Andrew F. Sikula
‘Administrasi personalia adalah implementasi dari sumber daya
manusia oleh atau dalam suatu perusahaan. Manajemen personalia adalah
penarikan, seleksi, penempatan, dan pengembangan sumber daya manusia oleh
dan dalam suatu perusahaan.’
Menurut Siagian (2002) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia, dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia
(cipta, rasa, dan karsa) sebagai aset suatu organisasi demi terwujudnya tujuan
organisasi dengan memperoleh, mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja
secara efektif dan efisien.
30
2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan pekerjaan, seharusnya organisasi
memperhatikan fungsi-fungsi manajemen dan fungsi operasional seperti
yang dikemukakan oleh Flippo (1994). Menurutnya, fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia ada dua, yakni:
a. Fungsi Manajemen
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program
tenaga kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang
mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik
sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.
3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi
staffing adalah menempatkan orang-orang dalam struktur
organisasi, sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan
SDM agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
4) Pengawasan (Controlling)
Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktivitas-aktivitas
agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi
31
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi
penyimpangan dapat diketahui dan segera dilakukan perbaikan.
b. Fungsi Operasional
1) Pengadaan (Procurement)
Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan
penentuan kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi,
dan penempatan.
2) Pengembangan (Development)
Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui program
pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau pegawai
dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini penting
dan akan terus berkembang karena adanya perubahan teknologi,
penyesuaian dan meningkatnya kesulitan tugas manajer.
3) Kompensasi (Compensation)
Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan
balas jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai sesuai
dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan
atau organisasi.
4) Integrasi (Integration)
Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu,
organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu,
harus dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai.
32
5) Pemeliharaan (Maintenance)
Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, diharapkan
organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang baik. Maka
fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap
pegawai yang menguntungkan perusahaan.
6) Pemutusan Hubungan Kerja (Separation)
Usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung
jawab perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke
lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila
organisasi atau perusahaan mengadakan pemutusan hubungan
kerja.
Jadi, fungsi MSDM menurut uraian di atas terdiri dari fungsi
manajemen dan fungsi operasi yang masing-masing terdiri dari
mengatur, merencanakan, mengorganisasikan, memimpin serta
mengendalikan manusia yang merupakan aset penting bagi perusahaan.
Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan termasuk pengadaan,
pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja.
2.1.2 Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2005), manajemen adalah fungsi yang
berhubungan dengan mewujudkan hasil tertentu melalui kegiatan
33
orang-orang. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia berperan
penting dan dominan dalam manajemen.
MSDM mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang
mencakup masalah-masalah sebagai berikut.
a. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang
efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job
description, job spesification, job requirement, dan job evaluation.
b. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan
berdasarkan the right man in the right place and the right man in
the right job.
c. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan
pemberhentian.
d. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada
masa yang akan datang.
e. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan
perkembangan perusahaan pada khususnya.
f. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan
kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
g. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh
h. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian prestasi
karyawan
34
2.1.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
Menurut Strauss (1997) dalam buku The Well Managed
Community Hospital, kegiatan menajemen sumber daya manusia di
rumah sakit meliputi perencanaan, maintenance, kompensasi, dan
mengatasi masalah hukum sehubungan dengan tenaga kerja. Kegiatan
dalam perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan
yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk recruitment, retraining, dan
pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang
akan diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta
berbagai kemungkinan perubahan dalam kebijakan kesehatan. Tugas
dalam maintenance meliputi recruitment, seleksi pelayanan kepada
karyawan, keselamatan dan kesehatan kerja serta tugas-tugas
administratif. Kegiatan di kompensasi meliputi administrasi penilai gaji
dan imbalan lainnya, termasuk persiapan untuk pensiun. Penilaian
keberhasilan manajemen sumber daya manusia di rumah sakit
seharusnya dinilai berdasarkan keluaran data kepegawaiannya seperti
habisnya biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan SDM, hubungan
biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diterima, efisiensi
SDM, serta mutu SDM yang ada.
2.2 Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam menyelenggarakan mutu pelayanan rumah sakit sehingga
35
pengelolaannya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya (Aditama, 2002).
Berdasarkan pengertian tersebut, jelas keperawatan merupakan suatu profesi
yang mempunyai disiplin ilmu tersendiri yang bekerjasama serta sejajar
dengan disiplin ilmu kesehatan lainnya dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat.
James dalam buku Hospital Management (1990) menyebutkan bahwa
Nursing Development di rumah sakit mempunyai beberapa tugas, seperti:
a. Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk
kesembuhan atau pemulihan status fisik dan mentalnya.
b. Memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien,
seperti penataan tempat tidur, dll.
c. Melakukan tugas-tugas administratif.
d. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan berkelanjutan
e. Melakukan berbagai penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
f. Berpartisipasi aktif dalam program pendidikan bagi calon perawat.
Melaksanakan praktek keperawatan haruslah didasarkan pada
penerapan dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi, psikologi, sosial
budaya, perkembangan dari spiritual, serta pengetahuan-pengetahuan yang
menunjang lainnya yang berkaitan, diantaranya biologi, patofisiologi,
penyakit mikrobiologi, farmakologi kebutuhan manusia, motivasi,
komunikasi, teori belajar mengajar, pendekatan sistem pemecahan masalah
36
manajemen dan kepemimpinan dan hubungan interpersonal (Nursalam,
2007).
Rumah sakit menyusun standar asuhan keperawatan sebagai pedoman
pemberian asuhan keperawatan untuk kasus terbanyak pada masing-masing
jenis pelayanan. Tujuan standar keperawatan menurut Gillies yang dikutip
oleh Nursalam (2007), yaitu:
a. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan
c. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan
melindungi pasien dari tindakan tidak terapeutik
2.3 Kepuasan Kerja
2.3.1 Pengertian
Menurut Hasibuan (2005), kepuasan kerja (Job satisfaction)
karyawan harus diciptakan dengan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan
karyawan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
Sementara Robbins (2003) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai sikap umum individu pada pekerjaannya, selisih antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dengan
banyaknya ganjaran yang seharusnya diterima. Definisi lain
37
dikemukakan oleh Church (1995) dalam Marihot (2005) bahwa
kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap
(attitude) yang dimiliki oleh karyawan. Sikap tersebut adalah hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaan berserta faktor-faktor yang
spesifik seperti pengawasan atau supervisi, gaji dan tunjangan,
kesempatan untuk mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat,
kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang
adil dan tidak merugikan, hubungan sosial di dalam pekerjaan yang
baik, penyelesaian yang cepat terhadap keluhan-keluhan, dan
perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap karyawan.
Sementara Smith (1996) dalam Rezky (2010) menyatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan pekerja atau karyawan
terhadap pekerjaannya. Hal ini merupakan sikap umum terhadap
pekerjaan yang didasarkan penilaian aspek yang berada dalam
pekerjaan. Jurges (2003) dalam Rezky (2010) berpendapat bahwa
kepuasan kerja adalah hasil yang penting dalam aktivitas pasar
tenaga kerja. Berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh beberapa
ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja ialah perasaan
yang dirasakan oleh karyawan terhadap pekerjaannya dan juga
karena faktor-faktor yang mendukung dalam menyelesaikan
pekerjaannya, seperti supervisi, gaji dan tunjangan, kesempatan
untuk mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja,
pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak
38
merugikan, hubungan sosial di dalam pekerjaan yang baik,
penyelesaian yang cepat terhadap keluhan-keluhan, dan perlakuan
yang baik dari pimpinan terhadap karyawan.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Menurut Baron & Byrne (1994) dalam Eman (2004), ada dua
kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama
yaitu faktor organisasi. Faktor kedua yaitu faktor individual atau
karakteristik individu. Pada faktor individual, ada dua predictor penting
terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang
rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong karyawan untuk
mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat
menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki
ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil
kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) dalam As’ad (1995) berpendapat
bahwa pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang
kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik faktor organisasi
maupun faktor individunya.
39
2.3.2.1 Faktor Individu yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Menurut Baron & Byrne (1994) dalam Eman (2004), ada
beberapa karakteristik individu yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
a. Kepuasan kerja dan umur
Umur seseorang yang bekerja ternyata berkaitan dengan
kepuasan kerja. Karyawan yang masih muda, tuntutan kepuasan
kerjanya tinggi, sedangkan karyawan tua tuntutan kepuasan kerjanya
relatif rendah. Bagi karyawan profesional, umur meningkat maka
kepuasan kerja juga meningkat. Sedangkan bagi karyawan non
profesional, kepuasan merosot selama usia tengah baya dan
kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila
digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U
(Hasibuan, 2005).
Rendahnya kepuasan kerja timbul pada saat karyawan berusia
25-30 tahun (Gilmer, 1996). Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Atliselli dan Brown dalam As’ad (1995) yang memberikan batasan
antara umur 25-30 tahun sebagai masa timbulnya rasa kurang puas
seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Kepuasan kerja dan pangkat (jabatan)
Menurut Atliselli dan Brown (1950) dalam As’ad (1995), pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan pangkat (jabatan) sehingga
pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang
40
melakukannya, apabila ada kenaikan upah maka sedikit banyaknya
akan dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap
kedudukan yang baru itu dan akan merubah perilaku serta
perasaannya.
Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi
pada umumnya tingkat kepuasannya pun cenderung lebih tinggi
pula. Berbagai alasannya antara lain adalah:
1. Penghasilan yang menjamin taraf hidup yang layak
2. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan
kemampuan kerjanya.
3. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
c. Kepuasan kerja dan masa kerja/lama kerja
Apabila masa kerja tinggi maka kepuasan kerja akan tinggi dan
sebaliknya apabila masa kerja rendah maka kepuasan kerja akan
rendah pula. Hal ini berarti keduanya berkaitan secara positif.
Menurut Robbins (2003), seseorang yang telah bekerja sekian lama
akan mampu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan
pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan Doering et al. (1983) dalam
Rezky (2010) yang menyatakan bahwa karyawan yang sudah lama
bekerja memiliki kecenderungan lebih puas dibandingkan dengan
karyawan yang belum lama bekerja.
41
d. Kepuasan Kerja dan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografis
yang penting dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi persepsi
seseorang tentang sesuatu yang terjadi di dalam lingkungannya.
Penelitian Adib (1984) dikutip oleh As’ad (1995) menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang positif antara tingkat pendidikan
dan kepuasan kerja. Ditemukan hubungan yang negatif antara tingkat
pendidikan dengan kepuasan kerja terhadap gaji yang disebabkan
perbedaan harapan, bahwa prestasi kerja yang dapat dicapai pekerja
yang tingkat pendidikannya lebih tinggi tidak seimbang dengan
penghargaan yang diberikan di tempat kerjanya. Selain itu, menurut
Gillies (1996), perawat yang mempunyai pendidikan lebih tinggi
juga memiliki kemampuan kerja yang tinggi, dan hal ini berdampak
pada kepuasan kerja.
2.3.2.2 Faktor Organisasi yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Herzberg (1959) dan Maslow (1943) dalam Eman
(2004), ada beberapa faktor organisasi yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja, diantaranya adalah:
a. Pengakuan
Locke (1976) dalam As’ad (1995) mengatakan bahwa
pengakuan dapat menimbulkan kepuasan kerja, terutama bagi
karyawan bawah, sebab kebutuhan untuk merasa dihargai akan
42
terpenuhi sebagaimana halnya dengan kebutuhan harga diri, dan
konsep diri.
b. Gaji
Darsono (2011) menyatakan bahwa pekerja menginginkan
sistem imbalan dan promosi yang adil, tidak mempunyai standar
ganda, dan sejalan dengan peraturan dan dengan apa yang telah
disepakati. Kepuasan kerja akan timbul dalam diri pekerja jika
sistem pengupahan dirasakan adil, sesuai beban kerja, tingkat
keterampilan individu dan standar upah yang berlaku umum.
Kepuasan kerja akan dirasakan karyawan jika ada peningkatan gaji
atau upah.
c. Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan dapat diklasifikasikan sebagaimana
teori kebutuhan berjenjang yang digagas oleh Maslow (1943).
Kebutuhan manusia diklasifikasikan atas lima jenjang yang secara
mutlak harus dipenuhi menurut tingkat jenjangnya dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam merencanakan program
kesejahteraan. Masing-masing tingkat kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
d. Hubungan Interpersonal
Pekerja mengharapkan lebih dari sekedar uang dan prestasi
fisik lain di dalam bekerja. Bagi sebagian besar pekerja,
43
mempunyai pekerjaan berarti juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial. Untuk memenuhi hal itu maka mempunyai rekan
kerja yang ramah dan mendukung akan meningkatkan kepuasan
kerja. Atasan adalah salah satu rekan kerja, sehingga perilaku
atasan adalah salah satu faktor yang dominan dalam menentukan
kepuasan kerja. (Darsono, 2011).
2.3.3 Pengukuran Kepuasan Kerja
Menurut Riggio dalam Wiku (2005), pengukuran kepuasan kerja
ternyata sangat bervariasi, baik dari segi analisa statistik maupun dari
segi pengumpulan datanya. Informasi yang didapat dari kepuasan kerja
ini biasanya melalui tanya jawab secara perorangan dengan angket
maupun dengan pertemuan kelompok kerja.
Pendapat Greenberg dan Baros dalam Wiku (2005) menunjukkan
tiga cara untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja, yaitu:
1. Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini, orang menjawab pertanyaan dari kuesioner
yang menggunakan rating scales sehingga mereka melaporkan
reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical Incidents
Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan
pekerjaan mereka yang dirasakan terutama memuaskan atau tidak
memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema
44
yang mendasari. Sebagai contoh, apabila banyak pekerja yang
menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan
perlakuan kurang baik oleh supervisor atau sebaliknya.
3. Action Tendency Scale (Kecenderungan Bertindak)
Teknik ini mencoba menanyakan seseorang mengenai
kecenderungannya untuk melakukan sesuatu yang dirasakan dalam
hubungannya dengan pekerjaan. Jadi teknik ini tidak menanyakan
apa yang ia rasakan, tetapi apa yang ia lakukan. Hal ini didasarkan
pada asumsi bahwa apa yang dilakukan seseorang sangat
dipengaruhi oleh perasannya.
4. Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja
dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan dapat
dikembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner yang
terstruktur. Dari segi, wawancara membutuhkan biaya jauh lebih
besar dibandingkan dengan teknik lain.
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan teori Baron & Byrne (1994) dalam Eman (2004), ada dua
kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu faktor organisasi
dan faktor karakteristik individu. Dalam menyusun kerangka konsep dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka teori utama yang diadaptasi
dari teori tersebut karena teori ini mengklasifikasikan dua kelompok faktor
45
yang memenuhi variabel-variabel di dalam teori-teori lainnya (Eman, 2004).
Adapun kerangka teori penelitian ini sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Adaptasi Teori Baron & Byrne (1994), Herzberg (1959), Maslow
(1943) dalam Eman (2004).
Karakteristik Individu:
1. Umur
2. Pangkat atau jabatan
3. Masa Kerja
4. Pendidikan
Faktor Organisasi:
1. Pengakuan
2. Gaji
3. Program Kesejahteraan
4. Hubungan Interpersonal
Kepuasan Kerja
46
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori kepuasan kerja yang telah diuraikan pada Bab
II, maka Peneliti memilih teori Baron dan Byrne (1994) sebagai teori
utama karena pada dasarnya seluruh variabel-variabel di dalam teori-teori
lain dapat dikelompokkan ke dalam faktor karakteristik individu dan
faktor organisasi sesuai dengan teori tersebut, maka kedua faktor itu
dijadikan sebagai variabel independen, sedangkan kepuasan kerja sebagai
variabel dependen.
Pada faktor karakteristik individu, variabel umur, pangkat atau
jabatan dan pendidikan akan diteliti, sedangkan variabel masa kerja tidak
diteliti karena rumah sakit baru berdiri 1 tahun, sehingga perawat yang
bekerja pun paling lama selama 1 tahun, sedangkan menurut Robbins
(2003) setidaknya kepuasan kerja akan dirasakan karyawan setelah
bekerja selama tiga tahun lebih. Pada faktor organisasi, peneliti
menggunakan teori Herzberg yaitu variabel pengakuan, gaji, dan
hubungan interpersonal, serta untuk program kesejahteraan menggunakan
teori hirarki Maslow. Berikut kerangka konsep pada penelitian ini.
47
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Individu:
1. Umur
2. Pangkat atau jabatan
3. Pendidikan
Faktor Organisasi:
1. Pengakuan
2. Gaji
3. Program Kesejahteraan
4. Hubungan Interpersonal
Kepuasan Kerja
Perawat RS.
Rumah Sehat
Terpadu
48
3.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen (Variabel Terikat)
Kepuasan Kerja
Perawat
Perasaan emosional yang
menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang
dirasakan perawat dalam
pekerjaannya
Wawancara Kuesioner 1. Tidak Puas: Total
Skor ≤ 62,78
2. Puas: Total skor <
62,78
Ordinal
Independen (Variabel Bebas)
Karakteristik Individu
Umur Usia responden pada saat
penelitian yang dihitung dari
tanggal kelahiran hingga
ulang tahun terakhir
Wawancara Kuesioner 1. tahun: Tidak
Puas
2. > 30 tahun: Puas
Ordinal
Pendidikan Jenjang sekolah keperawatan
yang pernah diikuti disertai
dengan surat tanda kelulusan
atau ijazah yang dimiliki saat
penelitian berlangsung
Wawancara Kuesioner 1. D3
2. S1, S2, S3
- Pendidikan
menengah: SPK
dan D3
- Pendidikan tinggi
(S1, S2, S3)
(Rezky, 2010)
Ordinal
Pangkat/Jabatan Peran seseorang dalan suatu
organisasi disertai dengan
surat keputusan penentu
kebijakan
Wawancara Kuesioner 1. Pelaksana
2. Ketua Tim
3. Kepala Ruangan
Ordinal
49
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Organisasi
Pengakuan Penghargaan non materi
yang diberikan kepada
perawat terhadap prestasi
kerja.
- Pengakuan dari
rumah sakit
- Pengakuan dari
atasan
Wawancara Kuesioner 1. Tidak Pernah:
Total Skor ≤ 6
2. Pernah: Total
skor > 6
Ordinal
Gaji Pembayaran dalam bentuk
uang secara tunai yang
diperoleh responden sebagai
penghargaan atas
pekerjaannya, yang dinilai
atas:
- Pengalaman
- Jabatan
- Pendidikan
- Memperhatikan nilai
pasar tenaga kerja
- Adil, dibandingkan
dengan individu
pekerja lain yang
memiliki kesamaan
pekerjaan
Wawancara Kuesioner 1. Tidak Sesuai:
Total Skor ≤
11,98
2. Sesuai: Total skor
> 11,98
Ordinal
Program
kesejahteraan
Tingkatan sikap perawat
terhadap pemberian
penghasilan baik dalam
bentuk materi maupun non
materi yang diberikan oleh
Wawancara Kuesioner 1. Tidak Memadai:
Total Skor ≤
33,78
2. Memadai: Total
skor > 33,78
Ordinal
50
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
rumah sakit kepada perawat
dengan tujuan untuk
memberikan
semangat/dorongan kerja
kepada perawat.
- Tunjangan
- Promosi
- Pelatihan untuk
perawat
- Konseling
- Cuti
Hubungan
Interpersonal
Kebutuhan kerja sama secara
timbal balik
- Kerjasama perawat
dengan atasan
langsung
- Kerjasama antara
perawat dengan
rekan kerja (sesama
perawat, tim
kesehatan
lain/dokter)
Wawancara Kuesioner 1. Tidak Baik: Total
Skor ≤ 19
2. Baik: Total skor
> 19
Ordinal
51
3.3.Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
3. Ada hubungan antara pangkat/jabatan dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
4. Ada hubungan antara pengakuan dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
5. Ada hubungan antara gaji yang diterima dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
6. Ada hubungan antara program kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat
di RS. Rumah Sehat Terpadu.
7. Ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat
di RS. Rumah Sehat Terpadu.
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,
yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat
di RS. Rumah Sehat Terpadu. Pengambilan data baik data variabel bebas maupun
variabel terikat dilakukan secara bersamaan atau sekaligus dalam satu waktu
(Notoatmodjo, 2002).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RS. Rumah Sehat Terpadu yang bertempat di Jalan Parung
KM 42, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor pada bulan April – Mei
2013.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua tenaga perawat yang bekerja di RS. Rumah
Sehat Terpadu yang berjumlah 46 orang yang tersebar di beberapa ruangan perawatan
antara lain UGD, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh populasi yaitu semua tenaga perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat
Terpadu yang berjumlah 46 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling. Alasan mengambil total sampling karena menurut Notoatmodjo
(2002) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian.
4.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Data sekunder diperoleh dari profil rumah sakit, dokumen jumlah pekerja, dan data
jumlah perawat beserta pendidikannya. Sedangkan, pengumpulan data primer diperoleh
dengan wawancara langsung kepada perawat RS. Rumah Sehat Terpadu menggunakan
kuesioner. Format yang dipakai dalam kuesioner ini adalah format skala likert
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dengan lima alternatif jawaban atau tanggapan.
Subjek yang diteliti memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan.
Lima alternatif jawaban yang dikemukakan serta pembobotannya seperti:
- Sangat Setuju (5)
- Setuju (4)
- Netral (3)
- Tidak Setuju (2)
- Sangat Tidak Setuju (1)
4.5 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi suatu data. Uji normalitas
dalam penelitian ini digunakan untuk mengkategorikan hasil ukur variabel dependen atau
independen. Apabila data berdistribusi normal, maka hasil ukur variabel dikategorikan
sebagai berikut:
a. Tidak baik: Total skor < Nilai mean
b. Baik: Total skor ≥ Nilai mean
Apabila data tidak berdistribusi normal, maka hasil ukur variabel dikategorikan
sebagai berikut:
a. Tidak baik: Total skor < Nilai mean
b. Baik: Total skor ≥ Nilai mean
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila mempunyai nilai p-Kolmogorov-
Smirnov > 0,05.
Berikut hasil uji normalitas yang dilakukan terhadap variabel-variabel dengan
pertanyaan berskala likert:
1. Pengakuan. Data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, sehingga cut off point
untuk variabel ini ditentukan dengan nilai median. Nilai median yang didapat adalah
6. Sehingga hasil ukur untuk variabel ini, jika total skor ≤ 6, artinya perawat tidak
pernah mendapatkan pengakuan dan jika total skor > 6, artinya perawat pernah
mendapatkan pengakuan.
2. Gaji. Data yang diperoleh berdistribusi normal, sehingga cut off point untuk variabel
ini ditentukan dengan nilai mean. Nilai mean yang didapat adalah 11,98. Sehingga
hasil ukur untuk variabel ini, jika total skor ≤ 11,98, artinya gaji yang didapatkan
perawat tidak sesuai dan jika total skor > 11,98, artinya gaji yang didapatkan
perawat tidak sesuai.
3. Program Kesejahteraan. Data yang diperoleh berdistribusi normal, sehingga cut off
point untuk variabel ini ditentukan dengan nilai mean. Nilai mean yang didapat
adalah 33,78. Sehingga hasil ukur untuk variabel ini, jika total skor ≤ 33,78, artinya
program kesejahteraan yang diadakan rumah sakit tidak memadai dan jika total skor
> 33,78, artinya program kesejahteraan yang diadakan rumah sakit memadai.
4. Hubungan Interpersonal. Data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, sehingga
cut off point untuk variabel ini ditentukan dengan nilai median. Nilai median yang
didapat adalah 19. Sehingga hasil ukur untuk variabel ini, jika total skor ≤ 19,
artinya hubungan interpersonal tidak baik dan jika total skor > 19, artinya hubungan
interpersonal baik.
5. Kepuasan Kerja. Data yang diperoleh berdistribusi normal, sehingga cut off point
untuk variabel ini ditentukan dengan nilai mean. Nilai mean yang didapat adalah
62,78. Sehingga hasil ukur untuk variabel ini, jika total skor ≤ 62,78, artinya perawat
tidak puas terhadap pekerjaannya dan jika total skor > 62,78, artinya perawat puas
terhadap pekerjaannya.
4.6 Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
2. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dalam program software komputer berdasarkan klasifikasi.
3. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan agar tidak ada kesalahan data
sehingga data siap diolah dan dianalisis.
4.7 Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada
variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Variabel independen terdiri
dari umur perawat, pangkat/jabatan, pendidikan, pengakuan, gaji, program
kesejahteraan, dan hubungan interpersonal. Sedangkan variabel dependennya adalah
kepuasan kerja.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel
bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dan untuk melihat kemaknaan
antara variabel. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan
menggunakan derajat kemaknaan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Bila ada P
value 0,05 maka hasil uji statistik bermakna atau adanya hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Bila P value > 0,05 maka hasil uji statistik tidak
bermakna atau tidak adanya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Profil RS. Rumah Sehat Terpadu
5.1.1 Sejarah
Pada tahun 2001, Dompet Dhuafa mendirikan Balai Pengobatan yang
memberikan akses layanan kesehatan yang layak dan optimal secara tidak
berbayar bagi kaum dhuafa. Layanan Balai Pengobatan ini dinamakan Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC-DD) yang memberikan pelayanan
kesehatan tingkat dasar. Dalam perkembangannya, LKC-DD (Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma Dompet Dhuafa) harus melayani pasien-pasien dhuafa yang
membutuhkan pelayanan spesialistik, rawat inap dan juga tindakan operatif,
sehingga fasilitas layanan yang ada dirasa sudah tidak memadai lagi. Karena
itulah Dompet Dhuafa melalui Yayasan Rumah Sehat Terpadu mendirikan
pelayanan kesehatan tingkat rujukan yang akan memberikan pelayanan kesehatan
tingkat rujukan sekelas rumah sakit.
5.1.2 Gambaran Penerima Manfaat
Yang berhak menerima pelayanan tidak berbayar adalah keluarga (KK)
mustahik dengan mekanisme kepesertaan (member) berdasarkan kriteria yang
ditentukan. RS. Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa tetap tidak bisa lepas dari
misi kemanusiaannya dengan tetap menerima pasien darimana pun tanpa
memandang SARA terlebih lagi dalam keadaan darurat. Termasuk bila ada orang
mampu ingin dirawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
diperbolehkan selama mengikuti ketentuan yang berlaku di RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa. Ketentuan tersebut adalah orang mampu dalam
keadaan darurat yang jika tidak segera mendapatkan pertolongan akan
menyebabkan keadaan semakin parah. Jika orang tersebut harus dirawat, maka,
tim surveyor akan melakukan survei dalam waktu 3 hari. Apabila memenuhi
persyaratan sebagai member, maka ia akan tetap mendapatkan perawatan, apabila
tidak, maka harus dilakukan perujukan.
5.1.3 Ciri Khas RS. Rumah Sehat Terpadu
a. Pelayanan Tidak berbayar. RS. Rumah Sehat Terpadu memberikan
pelayanan secara cuma-cuma/gratis. Pasien yang berhak menerima pelayanan
adalah keluarga (KK) miskin dengan sistem “member” atau kepesertaan dan
rumah sakit tidak boleh menolak pasien darimana pun terlebih lagi dalam
keadaan darurat.
b. Sebagai Tempat Rujukan yang berciri khas (sehat dan terpadu), RS. Rumah
Sehat Terpadu menjadi tempat rujukan dari klinik tingkat dasar.
c. Menggunakan pendekatan Pengobatan dengan Metode Terpadu seperti:
1) Terpadu dengan menyembuhkan aspek fisik, rohani dan sosial dari manusia
dan lingkungannya.
2) Terpadu dalam metode pengobatan karena menggunakan metode
konvensional, tradisional, komplementer/herbal dan akupunktur.
3) Terpadu dari satu atap pelayanan kepada pasien baik dalam gedung atau
luar gedung (family handling).
4) Pelayanan Dokter Keluarga, karena member RS. Rumah Sehat Terpadu
berbasis KK dan kurang mampu/miskin maka setiap dokter berkewajiban
melakukan penyuluhan dengan memberikan pengetahuan proaktif, holistic
berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga pasien.
5) Melakukan upaya Promotif Preventif di area cakupan wilayah kerja yang
ditentuntukan.
6) Melakukan Pengembangan Asuransi Masyarakat Miskin dengan
menginisiasisis tema asuransi kesehatan di area kerja dengan
mengoptimalkan budaya lokal yang ada.
7) Melakukan Kemitraan atau kerjasama dengan puskesmas dan Jamkesmas
dalam rangka optimalisasi peran kerja Puskesmas di daerah
8) Behavior Organization yaitu bagaimana RST membangun karakter SDM
kesehatan yang unggul dan memiliki perilaku yang baik dalam menunjang
program kesehatan masyarakat miskin.
5.1.4 Visi dan Misi
Visi
Menjadi model institusi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi dhuafa
tingkat nasional dan internasional 2017
Misi
1) Mengembangkan pelayanan kesehatan terpadu berstandar nasional dan
internasional
2) Mengembangkan etos kerja unggul
3) Meningkatkan kualitas dan profesionalitas SDM
4) Mengembangkan kemitraan dengan institusi terkait di tingkat nasional
Nilai
1) Profesional
2) Amanah
3) Ibadah
5.1.5 Struktur Organisasi
Terlampir
5.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan, yakni pada minggu ketiga
bulan April sampai minggu ketiga bulan Mei 2013. Data diperoleh dari wawancara
dengan responden yaitu perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu, baik
perawat rawat inap, rawat jalan maupun IGD menggunakan instrumen kuesioner.
Penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti agar mendapatkan hasil yang objektif yang
dapat menggambarkan kondisi riil di lapangan.
Peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian
kuesioner, diantaranya:
1. Penjelasan tentang survei kepada responden dengan sikap yang sopan dan attitude
yang baik. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diharapkan responden dapat mengisi kuesioner dengan apa adanya, sesuai yang
dialami/dirasakan selama bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu mengenai kepuasan
kerja yang menjadi objek penelitian.
2. Untuk menghindari rasa takut dan khawatir responden terhadap identitas diri, maka
penulis menjelaskan dan berusaha meyakinkan bahwa identitas responden tidak akan
dipublikasikan serta memberitahu bahwa peneliti tidak memiliki kepentingan apapun
di RS. Rumah Sehat Terpadu.
3. Semua jawaban harus diisi lengkap agar tidak ada missing value.
Adapun analisis hasil dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.
5.3 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel
dependen yaitu kepuasan kerja perawat beserta variabel independennya yaitu
karakteristik individu (umur, pendidikan dan jabatan) dan faktor organisasi (pengakuan,
gaji, program kesejahteraan dan hubungan interpersonal).
5.3.1 Gambaran Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu
Variabel kepuasan kerja diukur dengan 22 pertanyaan. Dari hasil penelitian,
diketahui nilai skor perawat terhadap kepuasan kerja tertinggi yaitu 88 dan
terendah 22. Nilai mean yaitu 62,78 dan nilai median 65. Hasil uji kenormalan
data berdasarkan test kolmogorov diketahui bahwa distribusi data normal. Selain
itu, diketahui bahwa sebanyak 41,3% perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat
Terpadu menyatakan tidak puas dengan pekerjaannya. Sebanyak 58,7% perawat
menyatakan puas dengan pekerjaannya. Berikut gambaran kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun
2013
Kepuasan Kerja Frekuensi %
Tidak Puas 19 41,3
Puas 27 58,7
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
5.3.2 Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini, karakteristik individu yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
1. Umur
Rata-rata umur perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu adalah 25 tahun
dengan umur termuda 20 tahun dan tertua 36 tahun. Umur perawat terbanyak
adalah 22 tahun dengan standar deviasi 4,59. Selanjutnya untuk kepentingan
analisis data, umur perawat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ≤ 30 tahun
dan > 30 tahun berdasarkan tingkat kepuasan kerja perawat. Pengelompokan
berdasarkan kategori umur adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Perawat Menurut Umur di RS. Rumah Sehat Terpadu
Tahun 2013
Umur Frekuensi %
≤ 30 tahun 37 80,4
> 30 tahun 9 19,6
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Perawat terbanyak yaitu perawat dengan umur ≤ 30 tahun sebanyak 80,4%.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan dikategorikan dalam 2 kategori yaitu D3 dan S1. Dari
hasil penelitian, didapatkan bahwa perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat
Terpadu terbanyak adalah perawat dengan pendidikan formal terakhir Diploma
III, yakni sebesar 87%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.3
Distribusi Perawat Menurut Pendidikan di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun
2013
Pendidikan Frekuensi %
D3 40 87,0
S1 6 13,0
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
3. Jabatan
Dari hasil pengumpulan data diperoleh bahwa jabatan perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu terbagi menjadi 3, yakni perawat pelaksana, ketua tim, dan
kepala ruangan. Sebanyak 41 perawat atau 89,1% perawat bertugas sebagai
perawat pelaksana, 4 perawat atau 8,7% perawat bertugas sebagai ketua tim dan 1
perawat atau 2,2% perawat bertugas sebagai kepala ruangan. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Perawat Menurut Jabatan di RS. Rumah Sehat Terpadu
Tahun 2013
Jabatan Frekuensi %
Perawat Pelaksana 41 89,1
Ketua Tim 4 8,7%
Kepala Ruangan 1 2,2%
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
5.3.3 Faktor Organisasi
Dalam penelitian ini, faktor organisasi yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
1. Pengakuan
Tabel 5.5
Distribusi Perawat menurut Pengakuan Atas Kinerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Pengakuan Frekuensi %
Tidak Pernah 24 52,2
Pernah 22 47,8
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Pengakuan atas prestasi kerja perawat diukur melalui 2 pertanyaan yang
berisi tentang ada tidaknya pengakuan dari atasan dan rumah sakit atas kinerja
perawat. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 24 perawat tidak pernah
mendapatkan pengakuan dari rumah sakit maupun atasannya terhadap prestasi
kerja yang mereka lakukan dan sebanyak 22 perawat menyatakan pernah
mendapatkan pengakuan dari atasan maupun rumah sakit atas prestasi kerja yang
mereka lakukan.
2. Gaji
Variabel gaji diukur dengan 5 pertanyaan yang terdiri dari kesesuaian gaji
terhadap pengalaman, tingkat pendidikan, jabatan, nilai pasar, dan keadilan. Dari
hasil pengumpulan data, diperoleh sebanyak 22 atau 47,8% perawat menyatakan
bahwa gaji yang diberikan RS. Rumah Sehat Terpadu sebagai penghargaan atas
pekerjaan perawat tidak sesuai. Sedangkan sebanyak 24 atau 52,2% perawat
menyatakan bahwa gaji yang diberikan sudah sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukannya. Selain itu, diketahui nilai skor perawat terhadap gaji tertinggi yaitu
20 dan terendah 5. Nilai mean yaitu 11,89 dan nilai median 12. Hasil uji
kenormalan data berdasarkan test kolmogorov diketahui bahwa distribusi data
normal. Untuk kepentingan analisis data, variabel gaji dikategorikan dalam 2
kategori yakni tidak sesuai dan sesuai. Distribusi perawat berdasarkan variabel
gaji dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.6
Distribusi Perawat Menurut Gaji di RS. Rumah Sehat Terpadu
Tahun 2013
Gaji Frekuensi %
Tidak Sesuai 22 47,8
Sesuai 24 52,2
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
3. Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan dikategorikan dalam 2 kategori yaitu memadai dan
tidak memadai. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 19 (41,3%)
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu menyatakan bahwa program kesejahteraan
yang diselenggarakan oleh rumah sakit tidak memadai dan 27 (58,7%) perawat
menganggap program kesejahteraan memadai. Distribusi perawat berdasarkan
variabel program kesejahteraan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.7
Distribusi Perawat Menurut Program Kesejahteraan
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Program Kesejahteraan Frekuensi %
Tidak Memadai 19 41,3
Memadai 27 58,7
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal dikategorikan dalam 2 kategori yaitu baik dan
tidak baik. Variabel ini diukur dengan 5 pertanyaan yang berisi tentang hubungan
perawat dengan atasan dan rekan kerja. Dari hasil penelitian, diketahui nilai skor
perawat terhadap hubungan interpersonal tertinggi yaitu 25 dan terendah 9. Nilai
mean yaitu 18.41 dan nilai median 19. Hasil uji kenormalan data berdasarkan test
kolmogorov diketahui bahwa distribusi data tidak normal. Selain itu, didapatkan
juga bahwa perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu memiliki hubungan
interpersonal yang tidak baik sebanyak 26 (56,5%) perawat dan 20 (43,5%)
perawat memiliki hubungan interpersonal baik. Distribusi perawat berdasarkan
variabel hubungan interpersonal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.8
Distribusi Perawat Menurut Hubungan Interpersonal
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Hubungan Interpersonal Frekuensi %
Tidak Baik 26 56,5
Baik 20 43,5
Total 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
5.4 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas
(karakteristik individu dan faktor organisasi) dengan kepuasan kerja perawat sebagai
variabel terikat. Melalui uji Chi Square akan diperoleh nilai P, dimana penelitian ini
menggunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan
bermakna jika mempunyai nilai P < 0,05.
5.4.1 Hubungan Umur dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.9
Distribusi Perawat Menurut Umur dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Umur
Kepuasan Kerja Total
Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
≤ 30 Tahun 17 45,9 20 54,1 37 100,0 0,270
> 30 Tahun 2 22,2 7 77,8 9 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perawat yang berumur ≤ 30
tahun sebanyak 54,1% puas terhadap pekerjaannya dan perawat yang berumur >
30 tahun sebanyak 77,8% menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Sementara
berdasarkan uji chi square diperoleh nilai P = 0,270 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
5.4.2 Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.10
Distribusi Perawat Menurut Pendidikan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Pendidikan
Kepuasan Kerja
Total Pvalue
Tidak
Puas
Puas
N % N % N %
D3 15 37,5 25 62,5 40 100,0 0,213
S1 4 66,7 2 33,3 6 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Berdasarkan tabel 5.9 hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan
kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat terpadu Tahun 2013 diperoleh
bahwa diantara 40 perawat yang berpendidikan D3, terdapat 25 (62,5%) perawat
yang puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan dari 6 perawat yang berpendidikan
S1, terdapat 2 (33,34%) perawat yang puas terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,213 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
5.4.3 Hubungan Jabatan dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.11
Distribusi Perawat Menurut Jabatan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Dari seluruh perawat yang merasakan kepuasan dalam pekerjaannya, 25
(61,0%) merupakan perawat pelaksana, 1 (25,0%) merupakan perawat yang
memiliki jabatan sebagai ketua tim dan 1 kepala ruangan. Sedangkan perawat
yang tidak merasakan kepuasan dalam pekerjaannya sebanyak 19 orang (41,3%)
merupakan 16 (39,0%) perawat pelaksana dan 3 (75%) ketua tim.
Dari hasil uji chi square diperoleh nilai P = 0,264 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jabatan dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
Jabatan
Kepuasan Kerja Total
Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
Pelaksana 16 39,0 25 61,0 41 100,0 0,264
Ketua Tim 3 75,0 1 25,0 4 100,0
Kepala
Ruangan
0 0 1 100 1 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
5.4.4 Hubungan Pengakuan dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.12
Distribusi Perawat Menurut Pengakuan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Berdasarkan hasil analisis statistik, dari 24 perawat yang tidak pernah
mendapatkan pengakuan atas pekerjaanya, 14 (58,3%) perawat mengaku tidak
puas dengan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan angka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perawat yang tidak pernah mendapatkan pengakuan dan
mengaku puas dengan pekerjaannya yakni 10 (41,7%) perawat. Begitu pula
halnya dengan perawat yang pernah mendapatkan pengakuan atas kinerjanya, dari
22 perawat, 5 perawat mengaku tidak puas terhadap pekerjaannya dan 17 lainnya
mengaku puas.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,032 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengakuan dengan
kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Diperoleh pula nilai OR
sebesar 4,760 artinya perawat yang pernah mendapatkan pengakuan atas
kinerjanya mempunyai kecenderungan untuk puas terhadap pekerjaannya sebesar
4,760 kali dibandingkan dengan perawat yang tidak pernah mendapatkan
pengakuan atas kinerjanya.
Pengakuan
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Pernah 14 58,3 10 41,7 24 100,0 (4,760)
1,316 -
17,216
0,032
Pernah 5 22,7 17 77,3 22 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
5.4.5 Hubungan Gaji dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.13
Distribusi Perawat Menurut Gaji dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Berdasarkan hasil analisis statistik, dari 22 perawat yang menyatakan gaji
yang diberikan rumah sakit tidak sesuai, 13 (59,1%) perawat mengaku tidak puas
dengan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perawat yang menyatakan gaji yang diterima tidak sesuai dan mengaku
puas dengan pekerjaannya yakni sebesar 9 (40,9%) perawat. Begitu pula halnya
dengan 24 perawat yang menyatakan gaji yang diterima sesuai, 6 perawat mengaku
tidak puas terhadap pekerjaannya dan 18 lainnya mengaku puas.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,041 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaji dengan kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Diperoleh pula nilai OR sebesar 4,333
artinya perawat yang menyatakan gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaannya
mempunyai kecenderungan untuk puas terhadap pekerjaannya sebesar 4,333 kali
dibandingkan dengan perawat yang menyatakan gaji yang diterima tidak sesuai
dengan pekerjannya.
Gaji
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Sesuai 13 59,1 9 40,9 22 100,0 (4,333)
1,235 -
15,206
0,041
Sesuai 6 25,0 18 75,0 24 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
5.4.6 Hubungan Program Kesejahteraan dengan Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 5.14
Distribusi Perawat Menurut Program Kesejahteraan dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Berdasarkan tabel 5.14 hasil analisis hubungan antara program
kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat terpadu Tahun
2013 diperoleh bahwa diantara 19 perawat yang menyatakan program
kesejahteraan yang telah diselenggarakan rumah sakit tidak memadai, terdapat 8
(42,1%) perawat yang puas terhadap pekerjaannya. Sedangkan dari 27 perawat
yang menyatakan program kesejahteraan yang telah diselenggarakan rumah sakit
memadai, terdapat 19 (70,4%) perawat yang puas terhadap pekerjaannya.
Dari hasil uji statistik pada tingkat kemaknaan 0,05 diperoleh nilai P=
0,107 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
program kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat.
Program
Kesejahteraan
Kepuasan Kerja Total
Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Memadai 11 57,9 8 42,1 19 100,0 0,107
Memadai 8 29,6 19 70,4 27 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
5.4.7 Hubungan Antara Hubungan Interpersonal dengan Kepuasan Kerja
Perawat
Hasil analisis bivariat antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.15.
Tabel 5.15
Distribusi Perawat Menurut Hubungan Interpersonal dan Kepuasan Kerja
di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis hubungan antara hubungan
interpersonal dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu
diperoleh bahwa diantara 26 perawat yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang baik, terdapat 10 perawat yang puas terhadap pekerjaannya.
Sedangkan dari 20 perawat yang memiliki hubungan interpersonal baik,
terdapat 17 perawat yang menyatakan puas terhadap pekerjaannya.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,004 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan
interpersonal dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
Diperoleh pula nilai OR sebesar 9,067 artinya perawat yang memiliki
hubungan interpersonal yang baik memiliki kecenderungan puas terhadap
pekerjaannya sebesar 9,067 dibandingkan dengan perawat yang memiliki
hubungan interpersonal tidak baik.
Hubungan
Interpersonal
Kepuasan Kerja Total OR
(95% CI) Pvalue Tidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Baik 16 61,5 10 38,5 26 100,0 (9,067)
2,106 -
39,029
0,004
Baik 3 15,0 17 85,0 20 100,0
Total 19 41,3 27 58,7 46 100,0
5.4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Chi Square
Dari tabel dibawah ini terlihat bahwa variabel bebas yang memiliki hubungan
dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu yaitu variabel
pengakuan, gaji dan hubungan interpersonal.
Tabel 5.16
Rekapitulasi Hasil Uji Chi Square
No. Variabel Independen Pvalue OR
1 Umur 0,270 -
2 Pendidikan 0,213 -
3 Jabatan 0,264 -
4 Pengakuan 0,032 4,760
5 Gaji 0,041 4,333
6 Program Kesejahteraan 0,107 -
7 Hubungan Interpersonal 0,004 9,067
Sumber: Hasil Olahan SPSS (Mei, 2013)
5.5 Keterbatasan dalam Penelitian
1. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional, dimana rancangan ini hanya mencari hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Cross Sectional mempelajari dinamika korelasi antar
variabel-variabel bebas dan terikat (Notoatmodjo, 2002). Desain penelitian ini
mempunyai kelemahan antara lain tidak valid untuk meramalkan kecenderungan,
tidak dapat menjelaskan tentang adanya hubungan sebab-akibat, hubungan yang ada
hanya menggambarkan adanya keterkaitan saja, bukan hubungan yang bersifat sebab-
akibat.
2. Responden
Ada kemungkinan para perawat diperanguhi oleh perasaan takut atau segan
untuk mengemukakan pendapat yang sebenarnya. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena perasaan khawatir mengenai jawaban yang akan diberikan nantinya dapat
mempengaruhi penilaian kinerja perawat tersebut.
3. Kuesioner
Kualitas kuesioner menentukan dalam hal pemahaman responden terhadap
pertanyaan yang ditanyakan. Bila kuesioner baik kualitasnya, maka responden akan
mudah memahami dan dapat memberikan pendapat/jawaban dengan sebaik-baiknya.
Namun bila kualitas kuesioner tidak baik, responden akankesulitan untuk memahami
pertanyaan-pertanyaan yang ada, sehingga pendapat atau jawaban sekedar asal
menjawab.
Pertanyaan dan jawaban pada kuesioner yang digunakan bersifat tertutup,
sehingga kemungkinan belum dapat menampung semua fakta dan pendapat dari para
perawat. Oleh karena itu, kebenaran dan kekuratan data yang didapat sepenuhnya
bergantung pada perawat. Ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena kurangnya
pemahaman perawat terhadap pertanyaan yang ada ataupun kesalahan dari peneliti.
4. Pengukuran Kepuasan Kerja
Peneliti melakukan pengukuran hanya terbatas pada kerangka teori utama,
yang terdiri dari karakteristik individu (umur, pendidikan dan jabatan) dan faktor
organisasi (pengakuan, gaji, program kesejahteraan, dan hubungan interpersonal).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja adalah sikap umum individu pada
pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dengan
banyaknya ganjaran yang seharusnya diterima. Definisi lain dikemukakan oleh Church
(1995) dalam Marihot (2005) bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai
macam sikap (attitude) yang dimiliki oleh karyawan. Sikap tersebut adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan berserta faktor-faktor yang spesifik seperti pengawasan
atau supervisi, gaji dan tunjangan, kesempatan untuk mendapatkan promosi dan kenaikan
pangkat, kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan
tidak merugikan, hubungan sosial di dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat
terhadap keluhan-keluhan, dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap karyawan.
Ketidakpuasan kerja karyawan terhadap suatu pekerjaan akan berdampak pada
menurunnya motivasi kerja, menurunnya loyalitas karyawan serta mengakibatkan
tingginya tingkat perputaran karyawan atau turn over, kemangkiran karyawan, dan
tindakan-tindakan negatif vital personalia lainnya yang dapat merugikan organisasi.
Ketika kepuasan kerja karyawan menurun, maka kecenderungan untuk meninggalkan
atau keluar dari pekerjaan menjadi meningkat. Hal ini tentunya akan berdampak pada
tingginya angka turn over karyawan (Handoko, 1996).
RS. Rumah Sehat Terpadu baru beroperasi selama satu tahun dan jumlah perawat
yang sudah dinyatakan mengundurkan diri dari Juli tahun 2012 hingga Januari 2013
berjumlah 10 orang. Hal ini mengindikasikan rendahnya kepuasan kerja yang dirasakan
oleh perawat. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebanyak 41,3%
perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu menyatakan tidak puas dengan
pekerjaannya dan sebanyak 58,7% perawat menyatakan puas dengan pekerjaannya.
Setelah ditanyakan kepada bagian SDM rumah sakit, ternyata alasan perawat
mengundurkan diri dari rumah sakit adalah bermacam-macam. 50% diantaranya
beralasan karena permasalahan internal, seperti jarak yang terlalu jauh dengan rumah,
ikut suami dan ingin melanjutkan cita-cita yang tertunda, misalnya menjadi
entrepreneur. 50% yang lain menyatakan resign karena faktor gaji, fasilitas dan
tunjangan yang kurang memadai, kondisi kerja yang kurang nyaman dan konflik dengan
rekan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa belum semua perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu,
perlunya RS. Rumah Sehat Terpadu untuk lebih memperhatikan kepuasan kerja
perawat dengan meningkatkan program-program yang mendukung pada kepuasan
kerja, terutama untuk variabel-variabel yang berhubungan, yaitu pengakuan, gaji dan
hubungan interpersonal. Peningkatan kepuasan kerja ini dilaksanakan pula untuk
mendukung penanaman nilai dan visi misi rumah sakit, mengembangkan etos kerja
yang unggul dan meningkatkan kualitas dan profesionalitas SDM.
6.2 Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Kepuasan Kerja
Karakteristik individu perawat yang diteliti dalam penelitian ini mencakup umur,
pendidikan, dan jabatan. Variabel ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum
tentang perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu.
a. Umur
Siagian (2002) mengatakan bahwa kecenderungan yang sering terlihat adalah
semakin lanjut usia karyawan, semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerjanya.
Berbagai alasan yang dikemukakan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah:
1. Karyawan yang lanjut usia makin sulit memulai karir baru di tempat lain.
2. Karyawan yang lebih tua biasanya memiliki sikap dewasa dan matang serta
memiliki tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita-cita.
3. Sumber penghasilan relatif terjamin.
4. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara karyawan yang bersangkutan
dengan rekan-rekannya dalam organisasi.
Sebaliknya pada karyawan yang memiliki usia lebih muda, keinginan untuk
pindah itu lebih besar. Mereka cenderung kurang terpuaskan karena berbagai
pengharapan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya
(Strauss, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata umur perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu adalah 25 tahun dengan umur termuda 20 tahun dan tertua 36 tahun.
Sedangkan umur perawat terbanyak adalah 22 tahun. Setelah digolongkan menjadi 2
kategori, perawat dengan umur ≤ 30 tahun lebih banyak dibandingkan dengan
perawat yang berumur > 30 tahun yaitu sebanyak 80,4%.
Dari hasil analisis statistik chi square diperoleh nilai P = 0,270, (P > 0,05),
hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu, sehingga hipotesis
dalam penelitian ini ditolak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Resky (2010) di RS. Zahirah yang merupakan salah satu rumah sakit umum
swasta di Depok. Karakteristik responden dalam penelitian tersebut hampir sama
dengan responden dalam penelitian ini, yaitu perawat dengan usia paling banyak
kurang dari 30 tahun. Hasil penelitian Resky (2010), Eman (2004) dan Wiku (2005)
menyatakan bahwa umur tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat
kepuasan kerja perawat.
Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, hal ini bisa disebabkan karena di
dalam pembagian tugas tidak ada perbedaan berdasarkan umur, misalnya tidak ada
dispensasi khusus bagi perawat yang berumur tua untuk tidak bertugas di malam hari.
Kenyataan ini terjadi juga pada penelitian yang dilakukan oleh Eman di RSUD
Ambarawa. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur
dengan kepuasan kerja perawat. Hal ini terjadi dimungkinkan karena tidak ada
perbedaan pembagian tugas, gaji dan sumber penghasilan. Perawat dengan umur
lebih tua bukan berarti lebih berpengalaman dalam bekerja. Kurangnya kesempatan
dan biaya dalam meningkatkan status pendidikan menimbulkan pengembangan
kariernya terlambat, terjebak dalam kegiatan atau rutinitas yang membosankan dan
dapat menurunkan kreativitas, inovasi, tantangan dalam pekerjaan yang
menimbulkan kepuasan dalam bekerja. Sementara program dan kebijakan berdampak
pada kurangnya pengembangan diri dan sistem penghargaan yang diterima.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kusmawati (2004) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja. Robbins
(2003) menyatakan bahwa adanya suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja
dengan umur, sekurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cenderung
terus-menerus meningkat pada para karyawan yang profesional dengan
bertambahnya usia mereka, sedangkan pada karyawan yang non profesional
kepuasan itu merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik lagi dalam
tahun-tahun berikutnya.
Gibson (1996) juga menyebutkan bahwa perilaku individu berkaitan dengan
umur individu tersebut dan hubungan umur dengan kepuasan kerja menunjukkan
hubungan yang positif, artinya makin tua umur karyawan makin tinggi tingkat
kepuasan kerjanya, setidak-tidaknya sampai umur karyawan menjelang pensiun pada
pekerjaan yang dikuasainya. Byrne dan Baron (1994) dalam Hasibuan (2003) juga
menyatakan bahwa semakin tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan
dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Faktor umur merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan, mengingat hal tersebut mempengaruhi kekuatan fisik dan psikis seseorang
serta pada umur tertentu seorang karyawan akan mengalami perubahan potensi kerja.
Karyawan yang lebih senior cenderung puas dengan pekerjaannya karena mereka
lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan pengalamannya.
Mereka cenderung lebih stabil emosinya sehingga secara keseluruhan dapat bekerja
lebih lancar, teratur dan mantap.
Berdasarkan hasil penelitian ini, meskipun tidak ditemukan hubungan antara
umur dengan kepuasan kerja tetapi rata-rata umur perawat yang tergolong
muda/produktif merupakan faktor keunggulan yang dapat dikembangkan. Seseorang
akan mengambil keputusan besar tentang pengembangan kariernya seperti keinginan
untuk melanjutkan pendidikan atau pelatihan ditentukan pada masa usia produktif.
Oleh karena itu, usia produktif ini merupakan masa yang efektif bagi manajemen dan
pimpinan RS. Rumah Sehat Terpadu untuk mendorong, memberikan motivasi dan
kesempatan kepada perawatnya agar memiliki keinginan kuat untuk terus
mengembangkan diri, khususnya peningkatan kualifikasi akademik dan
pengembangan profesional lainnya. Dengan demikian, semakin bertambahnya umur
perawat akan diperoleh tingkat kepuasan kerja dan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
b. Pendidikan
Teori Siagian (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan karyawan,
maka semakin rendah tingkat kepuasannya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilannya, sehingga bila ilmu yang dimilikinya tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal, maka seorang karyawan akan merasa tidak puas.
Untuk keperluan penelitian, variabel tingkat pendidikan dikategorikan dalam 2
kategori yaitu D3 dan S1. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa perawat yang
bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu terbanyak adalah perawat dengan pendidikan
formal terakhir Diploma III, yakni sebesar 87%.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,213 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Sehingga dari analisis ini menunjukkan
hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan
kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu adalah ditolak.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Gilmer (1996) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang berpikir secara luas,
makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara-cara
yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Bila pekerjaannya tidak
sesuai dengan kehendak hatinya, mereka lebih sulit merasa puas, lebih mudah bosan,
lebih mudah sombong dan makin tinggi tuntutannya terhadap perusahaan.
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang penting
dipertimbangkan karena pendidikan dapat mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap sesuatu yang terjadi di dalam lingkungannya. Pernyataan yang dikemukan
Byrne dan Baron (1994) dalam Eman (2004) bahwa perawat yang mempunyai
pendidikan lebih tinggi akan memiliki kemampuan kerja yang tinggi terhadap
organisasi dan hal ini berdampak pada kepuasan kerja.
Berdasarkan teori keadilan Adams dalam Hasibuan (2005), kepuasan akan
tercipta jika terdapat keadilan, baik terhadap pendidikan yang tinggi maupun rendah
sehingga sudah sewajarnya apabila semakin tinggi pendidikan karyawan semakin
tinggi kepuasan kerjanya, begitu pula dengan yang berpendidikan rendah akan
memiliki kepuasan kerja yang tinggi apabila mendapatkan keadilan. Apabila dirasa
tidak adil, maka akan timbul ketidak puasan kerja pada karyawan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Siagian (2002) dan Baron-Byrne
(2004) dalam Eman (2004), namun hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Eman (2004) di RSUD Ambarawa. Sebanyak 97,8%
responden dalam penelitian tersebut merupakan perawat dengan pendidikan rendah
(SPK/D3). Eman menyatakan bahwa tidak terbukti adanya hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat. Resky (2010) dalam penelitian
serupa yang dilaksanakan di RS. Zahirah Depok juga mendapati hal yang sama, tidak
ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat. Ketidaksamaan
hasil penelitian dengan teori mungkin dipengaruhi oleh sedikitnya proporsi perawat
yang memiliki pendidikan terakhir S1/S2/S3 keperawatan. Bila dibandingkan dengan
jumlah perawat yang berpendidikan D3, jumlah tersebut tidak mencukupi dalam
mewakili proporsi perawat yang berpendidikan S1 ke atas. Dengan demikian, hasil
pengukuran yang dilakukan tidak dapat mendukung teori yang ada. Selain itu, dalam
era globalisasi terjadi kemudahan memperoleh informasi dari berbagai sumber yang
dapat meningkatkan pengetahuan perawat untuk menuntut pekerjaan yang lebih baik.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
c. Jabatan
Baron dan Byrne (1994) dalam Eman (2004) menyatakan bahwa pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan pangkat (jabatan) sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya, apabila ada
kenaikan upah maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat dan
kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu dan akan merubah perilaku serta
perasaannya.
Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi pada umumnya
tingkat kepuasannya pun cenderung lebih tinggi pula. Berbagai alasannya antara lain
adalah:
4. Penghasilan yang menjamin taraf hidup yang layak
5. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan
kerjanya.
6. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
Selain itu menurut Baron (1994) dalam Eman (2004) bahwa kepuasan kerja
juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan karyawan dalam organisasi. Karyawan
pada kedudukan yang lebih tinggi merasa lebih puas karena mereka memiliki otonomi
yang lebih besar, pekerjaannya lebih bervariasi dan memiliki kebebasan dalam
melakukan penilaian. Karyawan pada level bawah lebih besar kemungkinannya
mengalami ketidakpuasan dan kebosanan karena pekerjaan yang kurang menantang
dan tanggung jawab yang kecil. Hal itu biasa terjadi pada karyawan level bawah yang
berpendidikan tinggi yang memperoleh pekerjaan yang tidak sepadan dengan
kemampuan keahliannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat pelaksana mendapatkan
kepuasan lebih besar (61,0%) dibandingkan dengan perawat lain (25%). Hal ini
bertentangan dengan pendapat Handoko (1996), bahwa seseorang dengan jenjang
karir yang tinggi cenderung lebih banyak mendapatkan kepuasan kerja.
Dari hasil analisis bivariat dalam uji chi square diperoleh hasil bahwa variabel
pekerjaan tidak bermakna, terlihat dari nilai p = 0,264 (p > 0,05). Sehingga dari
analisis ini menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
jabatan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu adalah ditolak.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eman (2004) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jabatan dengan kepuasan kerja
perawat.
Hasil penelitian ini terjadi dimungkinkan karena biasanya seorang karyawan
akan memperoleh kompensasi yang lebih baik dan kondisi kerja yang lebih nyaman
ketika mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Namun kenyataan ini tidak sesuai
dengan kondisi di RS. Rumah Sehat Terpadu bahwa tidak ada perbedaan antara
kompensasi ketua tim dengan perawat pelaksana.
6.3 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat
a. Pengakuan
Marihot (2005) menyatakan bahwa penghargaan akan menjadikan karyawan
merasa puas terhadap pekerjaannya, sehingga hal ini dapat memacu prestasi kerja
lebih baik. Pengakuan juga berarti kebutuhan karyawan akan penghormatan dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya atas kemampuan atau kekuatannya dalam
bekerja. Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan karyawan untuk mengembangkan
diri.
Analisis univariat menunjukkan bahwa perawat yang menyatakan adanya
pengakuan berupa penghargaan atau pujian yang pernah dilakukan oleh rumah sakit
atau atasan sebanyak 47,8% dan perawat yang menyatakan tidak pernah
mendapatkan pujian adalah sebanyak 52,2%. Lebih terperinci, sebanyak 60,8%
perawat menyatakan tidak ada pengakuan dari atasan (pertanyaan 1) dan sebanyak
56,5% perawat menyatakan tidak ada pengakuan dari rumah sakit (pertanyaan 2).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,032 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengakuan dengan
kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Sehingga dari analisis ini
menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengakuan
dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu adalah diterima.
Baron (1994) dalam Eman (2004) juga menyatakan bahwa organisasi harus
mengembangkan reward sistem mengingat kebutuhan karyawan terhadap pengakuan
atas prestasi yang dihasilkan. Hal ini didukung dengan pernyataan Wolf dalam Resky
(2010) bahwa perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan sesuai dengan
prestasi dan dedikasinya.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud pengakuan adalah adanya sikap atasan
untuk menghargai dan mengakui kemampuan seseorang atau bawahannya serta
adanya program dari rumah sakit untuk memberikan apresiasi terhadap perawat
berprestasi sebagai rasa penghargaan yang diberikan rumah sakit terhadap hasil
kerjanya. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa belum semua perawat menyatakan
pernah mendapatkan pujian dari atasan atas kinerjanya dan belum semua perawat
menyatakan adanya program perawat berprestasi sebagai penghargaan dari rumah
sakit untuk meningkatkan semangat kerja.
Dengan adanya pengakuan dari atasan berupa pujian maka perawat akan
berusaha maksimal dalam bekerja, begitu pula dengan adanya pengakuan dan
penghargaan dari rumah sakit terhadap pekerjaan yang telah perawat lakukan dengan
baik maka perawat akan berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin. Untuk
memenuhi kebutuhan pengakuan pihak manajemen tidak harus selalu memberikan
penghargaan berupa materi, tetapi dapat dilakukan dengan memberikan pujian dan
pengakuan kepada perawat sebagai motivasi bahwa keberhasilan pelayanan rumah
sakit salah satunya adalah berkat kontribusi dan kemampuan perawat.
b. Gaji
Berdasarkan hasil analisis statistik, dari 22 perawat yang menyatakan gaji
yang diberikan rumah sakit tidak sesuai, 13 (59,1%) perawat mengaku tidak puas
dengan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perawat yang menyatakan gaji yang diterima tidak sesuai dan mengaku puas
dengan pekerjaannya yakni sebesar 9 (40,9%) perawat. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P = 0,041 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara gaji dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu. Sehingga dari analisis ini menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara gaji dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu adalah diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Resky di RS. Zahirah tahun 2010 dan Eman di RSUD Ambarawa tahun 2004
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara gaji dengan kepuasan kerja perawat.
Hal ini sesuai pula dengan pernyataan Marihot (2005) bahwa kepuasan kerja
seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah gaji. Gaji
yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai balasan dari pelaksanaan
kerja. Tujuan utama dari pemberian gaji yaitu untuk menarik karyawan yang
berkualitas, mempertahankan karyawan, memotivasi kinerja, dan membangun
komitmen karyawan. Pendapat ini juga didukung oleh Nursalam (2007) yang
menyatakan bahwa gaji yang diperoleh secara nyata mewakili kebebasan untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan. Jika karyawan menganggap gaji yang diterima
terlalu rendah, maka karyawan tersebut akan merasa tidak puas dan sebaliknya.
Pendapat senada dikemukakan pula oleh Maslow dalam Hasibuan (2005),
yang menyatakan bahwa pemeliharaan hubungan dengan karyawan dalam kaitannya
dengan gaji harus selalu diwaspadai agar tidak menimbulkan persepsi tidak adil.
Apabila terjadi demikian, maka akan timbul beberapa dampak negatif bagi
organisasi, seperti tingginya tingkat kemangkiran, kecelakaan dalam penyelesaian
tugas, pemogokan atau bahkan perpindahan karyawan ke perusahaan/organisasi
lainnya. Selain itu, Herzberg dalam Hasibuan (2005) juga menyatakan bahwa
ketidakadilan dapat terjadi dengan bermacam cara, misalnya seorang pekerja
menganggap gajinya tidak adil jika pekerja lain dengan kualifikasi yang sama
menerima gaji yang lebih besar atau jika pekerja lebih rendah kualifikasinya
menerima gaji besarnya sama. Demikian pula dirasakan tidak adil bila mendapat
kompensasi yang lebih besar dari bandingannya. Ketidakadilan merupakan salah satu
sumber ketidakpuasan kerja.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan gaji adalah sistem penggajian yang
terintegrasi dalam upaya peningkatan motivasi kerja serta peningkatkan kemampuan
rumah sakit menghadapi persaingan didasarkan pada faktor kewajaran/keadilan
menurut Strauss (1997) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kewajaran/keadilan berarti setiap jabatan dan pekerjaan individu dihargai
oleh organisasi dengan perbandingan yang rasional dari jabatan terendah
sampai tertinggi.
2. Kewajaran/keadilan berarti penggajian dilakukan dengan memperhatikan
nilai pasar tenaga kerja di luar organisasi yang mampu bersaing dengan
penggajian yang diberikan oleh organiasi lain yang sejenis
3. Kewajaran/keadilan berarti setiap karyawan merasakan upah yang
diberikan adil bila dibandingkan dengan karyawan lain dalam pekerjaan
yang memiliki kesamaan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa belum semua perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu menyatakan gaji yang diterimanya setiap bulan sudah sesuai
dan dapat dikatakan adil/wajar. Hal tersebut juga didukung dengan kuesioner pada
lembar kritik dan saran yang menyatakan bahwa jumlah gaji yang diterima belum
didasarkan pada pengalaman kerja, jenis pekerjaan dan harga pasar.
Berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan kepada para perawat,
komponen gaji yang menyebabkan perawat RS. Rumah Sehat Terpadu tidak puas
yaitu dalam pemberian bonus dan insentif. Bonus dan insentif merupakan jenis
kompensasi financial langsung selain gaji dan upah. Pemberian bonus dan insentif ini
merupakan salah satu bentuk penghargaan rumah sakit terhadap prestasi dan kinerja
karyawan agar karyawan dapat meningkatkan dan mempertahankan prestasi
kerjanya. RS. Rumah Sehat Terpadu belum memiliki kebijakan untuk memberikan
bonus atau tunjangan-tunjangan yang berupa tunjangan prestasi, kesehatan,
kepanitiaan, dll. Selain itu, adanya pemotongan gaji akibat keterlambatan masuk
menyebabkan ketidak puasan kerja, karena hal ini bertentangan dengan tidak adanya
tambahan gaji ketika perawat lembur akibat beban kerja yang tinggi dan tuntutan
pekerjaan yang menyebabkan perawat mempunyai harapan yang lebih terhadap
imbalan yang mereka terima.
Sedangkan untuk perawat yang menyatakan gaji yang diberikan oleh rumah
sakit sudah sesuai tetapi tidak puas terhadap pekerjaannya, mereka merasa bahwa
gaji yang diberikan sudah sesuai dengan kompetensi mereka yang berpendidikan D3
dan belum ditunjang oleh banyak pengalaman bekerja di rumah sakit lain akan tetapi
gaji tersebut belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan intrinsik mereka.
c. Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan merupakan penghasilan yang berfungsi meningkatkan
kesejahteraan hidup pekerja dan keluarganya. Sehubungan dengan itu, program
kesejahteraan akan lebih berperan dalam memotivasi pekerja (Nawawi, 2008).
Seorang penyelia harus memperhatikan kesejahteraan mereka yang di bawahnya
(Strauss, 1998).
Dalam analisis univariat, program kesejahteraan dikategorikan dalam 2
kategori yaitu memadai dan tidak memadai. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
sebanyak 19 (41,3%) perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu menyatakan bahwa
program kesejahteraan yang diselenggarakan oleh rumah sakit tidak memadai dan 27
(58,7%) perawat menganggap program kesejahteraan memadai.
Dari hasil uji statistik pada tingkat kemaknaan 0,05 diperoleh nilai P= 0,107 >
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara program kesejahteraan
dengan kepuasan kerja perawat. Sehingga dari analisis ini menunjukkan hipotesis
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara program kesejahteraan dengan
kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu adalah ditolak. Hasil penelitian
ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Resky tahun 2010 dan Eman
tahun 2004 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara program
kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Zahirah Depok dan RSUD
Ambarawa.
Hal ini dimungkinkan karena belum mengertinya perawat tentang kebijakan
yang diselenggarakan oleh rumah sakit terutama dalam hal kepuasan kerja. Selain itu,
ada beberapa perawat yang belum pernah mendapatkan/merasakan program yang
diselenggarakan, misalnya pemberian THR (Tunjangan Hari Raya). Skor terendah
yang didapatkan pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada variabel program
kesejahteraan adalah pada pertanyaan keenam dan ketujuh, yakni perawat seringkali
tidak mendapatkan izin untuk meninggalkan pekerjaan walaupun dengan alasan yang
dapat diterima dan tidak mendapatkan upah serta RS. Rumah Sehat Terpadu belum
mengadakan program promosi jabatan untuk perawat. Padahal menurut Hasibuan
(2005), program promosi jabatan perlu diberikan perusahaan untuk mengimbali
karyawan yang berkinerja sangat baik. Karyawan yang dihargai promosi akan
termotivasi untuk memberikan kinerja yang lebih tinggi lagi jika mereka merasa
bahwa kinerja yang efektif menyebabkan promosi.
Marihot (2002) menyatakan bahwa program kesejahteraan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan karyawan di luar kebutuhan rasa adil, kebutuhan fisik dalam
upaya meningkatkan komitmen karyawan pada organisasi, meningkatkan
produktivitas, mengurangi perputaran kerja dan meningkatkan efektivitas organisasi.
Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan juga penting dalam
menunjang kepuasan kerja karyawan. Perusahaan/organisasi dapat melaksanakan
program pensiun bagi karyawan. Variasi dengan cara ini adalah bahwa di samping
menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaan, gaji karyawan dipotong bagi
untuk disetor bagi jaminan hari tua.
Program kesejahteraan yang diterapkan pada penelitian ini berdasarkan teori
yang digagas oleh Maslow (1943). Kebutuhan manusia oleh Maslow diklasifikasikan
atas lima jenjang yang secara mutlak harus dipenuhi menurut tingkat jenjangnya dan
dapat digunakan sebagai acuan dalam merencanakan program kesejahteraan
karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa belum semua perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu yang menyatakan bahwa program kesejahteraan yang
diselenggarakan rumah sakit sudah memadai. Untuk mendorong agar perawat dapat
bekerja dengan sebaik-baiknya guna mencapai tujuan organisasi, maka kebutuhan
dan kepentingan karyawan harus mendapat perhatian dari pimpinan (Strauss, 1997).
Karyawan akan bekerja dengan bersemangat apabila kesejahteraan karyawan dan
keluarga dapat terpenuhi.
Dalam menyelenggarakan program kesejahteraan karyawan sangat tergantung
pada kemampuan pihak manajemen rumah sakit yang bersangkutan, sehingga tidak
semua kebutuhan karyawan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Akan tetapi, pihak
manajemen rumah sakit harus bersungguh-sungguh dan berusaha melakukan
pendekatan secara maksimal agar karyawan merasa diperhatikan dengan baik dan
diperlakukan secara adil. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
kesempatan yang sama kepada semua perawat untuk mendapatkan promosi jabatan
berdasarkan hasil dari penilaian prestasi kerja perawat yang dilaksanakan secara
berkala, dan memberikan fasilitas yang memadai bagi perawat. Fasilitas tersebut
dapat berupa tunjangan, asuransi kesehatan bagi karyawan dan keluarganya, adanya
pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keahlian perawat.
Dengan demikian diharapkan dapat memberikan keuntungan yang baik bagi perawat
dan juga untuk kemajuan rumah sakit.
d. Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain
dalam situasi kerja dan dalam organisasi sebagai motivasi untuk bekerja sama secara
produktif. Saat seseorang tidak merasa senang dengan situasi kerjanya biasanya
mereka mengatakan bahwa tidak puas dalam pekerjaannya. Ada dua hal yang
mungkin menyebabkan hal itu, hal pertama apabila orang tersebut tidak mendapatkan
informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya. Yang kedua, apabila
hubungan sesama teman kerja kurang baik dalam menjalin hubungan atau pun
menjalin komunikasi (Robbins, 2003).
Locke dalam Eman (2004) menyatakan bahwa ada hubungan antara hubungan
interaksi atasan yang ramah dan mendukung dengan peningkatan kepuasan kerja.
Selain itu, Effendi (2005) menyatakan hubungan interpersonal lainnya adalah
hubungan perawat dengan rekan kerja yaitu sejauh mana adanya masukan dari rekan
kerja dan atasan yang dapat memperbaiki kinerja seseorang secara langsung
merupakan unsur yang penting dalam peningkatan kepuasan kerja, sebab umumnya
para pegawai mempunyai motif-motif berprestasi.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika terjadi
hubungan yang positif antara atasan dan bawahan serta hubungan horizontal dengan
rekan kerja. Pendapat ini dikemukakan pula oleh Baggs (2001) dalam Resky (2010)
yang menyatakan bahwa hubungan interpersonal yang baik yang terjadi antara atasan
dan bawahan, teman sejawat, klien, dokter dan keluarga pasien akan memberikan
dampak yang positif, misalnya masalah kesehatan dapat diselesaikan dengan cepat
melalui informasi yang baik.
Hasil analisis hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja
perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu diperoleh bahwa diantara 26 perawat yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang baik, terdapat 10 perawat yang puas terhadap
pekerjaannya. Sedangkan dari 20 perawat yang memiliki hubungan interpersonal baik,
terdapat 17 perawat yang menyatakan puas terhadap pekerjaannya.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,004 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan interpersonal
dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu. Diperoleh pula nilai OR
sebesar 9,067 artinya perawat yang memiliki hubungan interpersonal yang baik
memiliki kecenderungan puas terhadap pekerjaannya sebesar 9,067 dibandingkan
dengan perawat yang memiliki hubungan interpersonal tidak baik. Sehingga dari
analisis ini menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu
adalah diterima. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Eman tahun 2004 (P = 0,012)
dan penelitian Resky (2010) di RS. Zahirah yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tentang kepuasan kerja yang
dikemukakan oleh Gibson (1996) juga penelitian Kusmawati (2004) yang
menjelaskan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah
faktor upah, faktor kesempatan promosi, faktor penyelia dan faktor hubungan dengan
rekan sekerja.
Rekan sekerja adalah bagian lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi sikap
dan pandangan sesama karyawan. Kedekatan hubungan kerja dan jumlah kontak
pribadi kerap menempatkan rekan sejawat dalam suatu posisi membuat penilaian
kinerja yang akurat. Dalam kelompok yang belum dewasa, atau dalam sistem imbalan
yang individual kompetitif, evaluasi rekan sejawat dapat menciptakan banyak
masalah. Masalah-masalah itu dapat meliputi tekanan, perselisihan, perpecahan, sikap
negatif, motivasi kerja yang menurun dan menurunnya produktivitas.
Robbins (2003) mengatakan bahwa mempunyai rekan sekerja yang ramah dan
mendukung menghantar kepuasan kerja yang meningkat. Sedangkan menurut Gibson
(1996), dukungan sosial dari rekan sekerja diperlukan bagi setiap karyawan. Rekan
sekerja yang menciptakan situasi bersahabat dan mendukung akan menimbulkan
kepuasan kerja karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa belum semua perawat memiliki
hubungan interpersonal yang baik dengan atasan maupun rekan kerjanya. Oleh karena
itu, seorang atasan harus lebih memberikan perhatian kepada bawahannya dengan
memberikan informasi tentang keperawatan, mewujudkan sikap saling menghargai,
menjalin hubungan dan komunikasi yang baik. Dengan memberikan informasi kepada
perawat, mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam bekerja. Begitu pula
hubungan interpersonal antar rekan kerja atau sesama perawat harus ditingkatkan
dengan terus menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik agar memberikan
kenyamanan tersendiri terhadap individu tersebut juga rekan kerjanya, sehingga akan
mendukung penyelesaian pekerjaan secara cepat dan menyenangkan.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Sebanyak 41,3% perawat yang bekerja di RS. Rumah Sehat Terpadu menyatakan
tidak puas dengan pekerjaannya dan sebanyak 58,7% perawat yang bekerja di RS.
Rumah Sehat Terpadu menyatakan puas terhadap pekerjaannya.
2. Gambaran karakteristik individu perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu yaitu:
sebagian besar memiliki umur < 30 tahun, berpendidikan D3 dan memiliki jabatan
sebagai perawat pelaksana.
3. Terkait dengan faktor organisasi, sebagian besar perawat menyatakan tidak pernah
mendapatkan pengakuan, baik dari rumah sakit maupun atasan, gaji yang diterima
telah sesuai, program kesejahteraan yang diselenggarakan oleh RS. Rumah Sehat
Terpadu belum memadai serta kurang baiknya hubungan interpersonal antar perawat
maupun antara perawat dengan atasan.
4. Tidak ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu.
5. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu.
6. Tidak ada hubungan antara pangkat/jabatan dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
7. Ada hubungan antara pengakuan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu.
8. Ada hubungan antara gaji dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat
Terpadu.
9. Tidak ada hubungan antara program kesejahteraan dengan kepuasan kerja perawat di
RS. Rumah Sehat Terpadu.
10. Ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat di RS.
Rumah Sehat Terpadu.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi RS. Rumah Sehat Terpadu
1. RS. Rumah Sehat Terpadu hendaknya mengadakan penelitian/survei tentang
kepuasan kerja perawat secara periodik sebagai bahan evaluasi dalam rangka
pembangunan dan pengembangan organisasi rumah sakit di masa yang akan
datang.
2. Mengadakan suatu forum diskusi untuk membahas keluhan atau permasalahan
perawat terhadap sistem penggajian yang ada. Untuk tahap lebih lanjut hasil
diskusi tersebut dapat disampaikan kepada manajer atau direksi melalui
perwakilan.
3. Sebaiknya RS. Rumah Sehat Terpadu mengadakan program untuk
meningkatkan keakraban dan hubungan interpersonal antar karyawan, misalnya
dengan gathering, rekreasi, dan outbond.
4. RS. Rumah Sehat Terpadu mengembangkan program yang dapat meningkatkan
kepuasan kerja perawat, misalnya dengan:
Memberikan insentif jaga malam
Mengadakan program perawat terbaik setiap bulan dan memberikan hadiah atas
kinerjanya
Memberikan insentif tambahan bagi perawat yang melakukan tindakan khusus
(tindakan yang membutuhkan keterampilan tertentu)
7.2.2 Bagi Perawat
Meningkatkan kerjasama, rasa saling percaya dan komunikasi antar individu
perawat, baik dengan atasan maupun rekan kerja.
7.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini hanya menilai kepuasan kerja dari sudut pandang perawat,
sehingga dibutuhkan cross check data melalui penelitian kualitatif untuk
mengetahui pertimbangan-pertimbangan kebijakan yang diambil oleh manajemen
terkait kepuasan kerja perawat. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
mengembangkan penelitian kepuasan kerja perawat dengan menambahkan
variabel-variabel lain yang mungkin berhubungan yang belum diteliti saat ini serta
mendukung penelitian dengan metode kualitatif.
98
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TY. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press
Anggraini, L. 1999. Hubungan Karakteristik Perawat dan Kepuasan Kerja dengan
Harapan Perawat terhadap Gaya Kepemimpinan dan Kegiatan Manajerial
Kepala Ruang Inap RSPAD Gatot Soebroto. Tesis. Program Studi Kajian
Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Edisi keempat. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Darsono, P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21. Jakarta: Nusantara
Consulting
Effendi, Nasrul. 2005. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Dua.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Eman, Sido. 2004. Analisis Hubungan Persepsi Karyawan Terhadap Pelaksanaan TQM
dengan Kepuasan Umum dan Kepuasan Kerja Karyawan di RSUD Ambarawa.
Tesis FKM Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Erminda. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan deengan Kepuasan Kerja Perawat di
RSUD Rabain Muara Enim. Tesis FKM UI. Tidak dipublikasikan.
Flippo, E.B. 1994. Manajemen Personalia. Edisi Keenam. Jilid Satu. Jakarta: Erlangga
Gibson, dkk. 1996. Organisasi: Perilaku-Struktur-Proses. Jilid 2. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Bina Rupa Aksara
Gillies DA. 1996. Nursing Management: A System Approach. 2end ed. Philadelphia:
W.B Saunders Company
Gilmer. 1996. Industrial and Organizational Psychology. Tokyo: McGraw-Hill Book
Handoko, Hani. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE
Hasibuan MSP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kelima. Jakarta:
Bumi Aksara
James, Willian. 1990. Hospital Management. Edisi Kelima. Jakarta: Intermedia
Kusmawati. Roslina. (2004). Gambaran Kepuasan Kerja Perawat di Unit Rawat Inap
RS. MH Thamrin Internasional Salemba Jakarta. Tesis Program Magister FKM
UI. Jakarta.
Marihot, Tua. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Grasindo
Mathis, R.L., & Jackson, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat
Nasution. 2000. Manajemen Personalia, Aplikasi dalam Perusahaan. Jakarta:
Djambatan
Nawawi, Hadari. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Edisi kedua. Surabaya: Salemba Medika
Rezky. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat di RS. Zahira, Depok, Tahun 2010. Tesis Program FKM-UI. Jakarta
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi-Aplikasi. Edisi
Bahasa Indonesia. Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhalindo
Siagian, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Strauss, G & Sayles. 1997. Manajemen Personalia Segi Manusia dalam Organisasi.
Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo
Sujudi, A. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Modul. Pendidikan Pasca
Sarjana MMR-FK UGM. Yogyakarta
Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat
Wiku, A. 2005. Hubungan Karakteristik Perawat, Isi Pekerjaan dan Lingkungan
Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD
Gunung Jati Cirebon. Jurnal Makara Kesehatan Vol. 9. No 1. Juni 2005.
Witzel dan Fuerst, V.E. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Yoga, Tjandra. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Universitas
Indonesia
No : 098/Ekt/RS/RST/DD/V/13
Lamp :
Hal : Pemberian Izin
Kepada Ykh:
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Up : PD Bidang Akademik
dr. H.M Djauhari W.AIF, PFK
Di
Tempat
Assalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT senantiasa memberikan limpahan taufik dan inayahNya kepada kita
semua dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada nabi besar Muhammad SAW.
Berdasarkan surat nomor Un.01/F10/KM.00.1/1604/2013, perihal Izin Penelitian Skripsi atas
Nama Nadia Tahsinia, Mahasiswi Semester VIIII / MPK Program Studi Kesehatan Masyarakat
FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Bersama surat ini kami memberikan izin seperti perihal di atas.
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bogor, 22 Mei 2013
An. Direksi
dr. Yahmin Setiawan MARS
Direktur Utama
105
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Perawat di RS. Rumah
Sehat Terpadu Tahun 2013
Saya, Nadia Tahsinia (Mahasiswi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), bermaksud mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu Tahun 2013.
Hasil yang diperoleh akan direkomendasikan sebagai landasan dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya perawat di RS. Rumah Sehat Terpadu yang akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas pelayanan keperawatan di RS. Rumah Sehat
Terpadu.
Peneliti menjamin penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak
negatif terhadap perawat maupun institusi.
Peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara menjaga
kerahasiaan identitas dari data yang diperoleh.
Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini.
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca penjelasan diatas, saya memahami tujuan dan manfaat penelitian ini,
saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden dan saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak
negatif kepada saya.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian sangat besar manfaatnya
bagi peningkatan kepuasan kerja perawat dan kualitas keperawatan di RS. Rumah Sehat
Terpadu.
Maka saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Bogor, April 2013
Responden
PETUNJUK 1
Di bawah ini terdapat pertanyaan mengenai identitas anda. Berilah tanda silang (X) pada
pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan kondisi anda.
1. Umur : ............. Tahun
2. Jabatan : a. Kepala Ruangan b. Kepala Regu c.Perawat
Pelaksana
3. Pendidikan Terakhir : a. SPK b. D3 c. S1, S2, S3
PETUNJUK 2
Di bawah ini terdapat pertanyaan mengenai sikap dan kebijakan organisasi/rumah sakit.
Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom dari lima pilihan yang disediakan di
sebelah kanan pernyataan sesuai dengan kondisi sebenarnya yang ditemukan di RS.
Rumah Sehat Terpadu, dengan ketentuan:
STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut
TS : Jika anda Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut
N : Jika anda Netral terhadap pernyataan tersebut
S : Jika anda Setuju terhadap pernyataan tersebut
SS : Jika anda Sangat Setuju terhadap pernyataan tersebut
Pengakuan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS N S SS
Pengakuan dari atasan
1. Atasan saya selalu memberikan pujian bila
pekerjaan perawat baik dan memuaskan
Pengakuan dari rumah sakit
2. Di RS ini terdapat program “perawat
berprestasi bulan/tahun ini” sebagai
penghargaan untuk meningkatkan semangat
kerja
Gaji
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS N S SS
1. Gaji yang saya terima sesuai dengan
pengalaman kerja saya
2. Gaji yang saya terima sesuai tingkat
pendidikan saya
3. Gaji yang saya terima sesuai dengan jabatan
saya
4. Gaji yang saya terima cukup bersaing dengan
gaji di rumah sakit lain dengan pekerjaan yang
sama
5. Gaji yang saya terima besarnya relatif sama
dengan rekan kerja yang mempunyai
kesamaan pekerjaan
Program Kesejahteraan
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS N S SS
Materi
1. Perawat mendapatkan asuransi/jaminan
kesehatan untuk pengobatan karyawan dan
keluarga
2. Rumah sakit telah mengikutkan saya dalam
program jamsostek
3. Rumah sakit telah menyediakan dana pensiun
bagi perawat
4. Rumah sakit memberikan tunjangan hari raya
(THR)
5. Perawat mendapatkan izin untuk
meninggalkan pekerjaan dengan alasan yang
dapat diterima, dan tetap mendapat upah dari
RS
Non Materi
6. Pengelola rumah sakit memberi kesempatan
untuk promosi jabatan pada semua perawat
7. Rumah sakit telah memberi kesempatan
kepada semua perawat untuk mengikuti
pelatihan dalam bidang keperawatan
8. Rumah sakit telah menyediakan berbagai
macam fasilitas seperti menyediakan makan,
kantin, tempat ibadah, fasilitas olahraga,
pengobatanm koperasi dan transportasi yang
memadai
9. Adanya program konseling/penyuluhan baik
dalam menghadapi masalah pekerjaan, maupun
masalah pribdai yang berpengaruh dalam
pelaksanaan pekerjaan yang telah disediakan
oleh rumah sakit
10. Perawat mendapatkan hak cuti sakit dan cuti
melahirkan
Hubungan Interpersonal
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STS TS N S SS
Hubungan perawat dengan rekan kerja (sesama perawat, dokter, bidan)
1. Sikap rekan kerja saya selalu menghargai hasil
kerja saya
2. Hubungan saya dengan dokter, perawat lain
dan karyawan lain termasuk baik (harmonis)
3. Tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) selalu
berkonsultasi dengan perawat setiap hari jika
ada permasalahan dalam melakukan
keperawatan
Hubungan perawat dengan atasan
4. Atasan saya selalu memberikan bimbingan dan
arahan kepada bawahannya
5. Atasan saya dapat dengan mudah mengajarkan
asuhan keperawatan bila diperlukan
KUESIONER KEPUASAN KERJA (Minnesota Satisfaction Questionnaire)
PETUNJUK 3
Di bawah ini terdapat pertanyaan mengenai sikap dan kebijakan rumah sakit. Berilah
tanda silang (X) pada salah satu kolom dari lima pilihan yang telah disediakan di sebelah
kanan pernyataan sesuai dengan kondisi sebenarnya yang ditemukan di RS. Rumah
Sehat Terpadu, dengan ketentuan:
STP : Jika anda Sangat Tidak Puas terhadap pernyataan tersebut
TP : Jika anda Tidak Puas terhadap pernyataan tersebut
N : Jika anda Netral terhadap pernyataan tersebut
P : Jika anda Puas terhadap pernyataan tersebut
SP : Jika anda Sangat Puas terhadap pernyataan tersebut
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
STP TP N P SP
1. Saya mendapat kebebasan dalam memutuskan
hal yang penting, dan saya yakin atasan saya
pasti mendukung saya
2. Saya diberi kesempatan untuk bertanggung
jawab terhadap perencanaan kegiatan
perawatan di RS ini
3. Saya merasa puas dengan pujian/penghargaan
dari atasan atas pekerjaan yang telah saya
lakukan
4. Saya diberi penghargaan dari rumah sakit atas
prestasi kerja yang telah saya raih
5. Gaji dan tunjangan yang diberikan telah sesuai
dengan pekerjaan yang saya lakukan
6. Gaji yang saya terima di RS ini besarnya
relatif sama dengan pekerjaan yang sama pada
rumah sakit lain
7. Saya merasa puas dengan jaminan
kesehatan/asuransi kesehatan untuk karyawan
dan keluarga yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit
8. Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan
sudah sesuai dengan keinginan saya
9. Saya merasa puas dengan adanya dana pensiun
dan jamsostek yang telah ditetapkan oleh RS
10. Cuti yang diberikan telah sesuai dengan
keinginan saya
11. Saya mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang pekerjaan saya sebagai perawat
12. Saya diberi kesempatan untuk promosi
13. Saya merasa puas dengan fasilitas yang
disediakan RS
14. Rekan kerja saya akan senang hati membantu
saya dan sangat menunjang pelaksanaan tugas
saya sebagai perawat
15. Atasan saya selalu membantu saya jika saya
mengalami kesulitan/masalah dalam
melakukan perawatan
16. Saya selalu diberi arahan dan bimbingann oleh
atasan
17. Kondisi di ruangan tempat saya bekerja
mendukung pekerjaan
18. Saya merasa aman dalam bekerja karena
rumah sakit memberikan perlindungan hukum
saat saya bekerja
19. Jadwal kerja yang ditentukan sudah sesuai
dengan peran dan tanggung jawab saya sebagai
perawat
20. Pelaksanaan aturan, prosedur dan kebijakan
terhadap perawat telah dijalankan dengan baik
21. Setiap perubahan terhadap peraturan dan
kebijakan, rumah sakit selalu
menginformasikan kepada karyawan dan
perawat
22. Saya telah diberi bonus di luar gaji dan
tunjangan yang memadai berdasarkan beban
kerja dimana saya bekerja
Kritik dan Saran:
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
................................
ANALISIS DATA
1. ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
usia
N Valid 102
Missing 0
Mean 29.04
Median 28.00
Mode 22
Std. Deviation 6.785
Minimum 22
Maximum 53
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 1 2.2 2.2 2.2
21 8 17.4 17.4 19.6
22 12 26.1 26.1 45.7
23 4 8.7 8.7 54.3
24 3 6.5 6.5 60.9
25 5 10.9 10.9 71.7
26 2 4.3 4.3 76.1
28 1 2.2 2.2 78.3
29 1 2.2 2.2 80.4
32 3 6.5 6.5 87.0
33 3 6.5 6.5 93.5
34 1 2.2 2.2 95.7
35 1 2.2 2.2 97.8
Lampiran 3
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
36 1 2.2 2.2 100.0
Total 46 100.0 100.0
Umur_Baru
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <=30 37 80.4 80.4 80.4
>30 9 19.6 19.6 100.0
Total 46 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 40 87.0 87.0 87.0
S1 6 13.0 13.0 100.0
Total 46 100.0 100.0
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perawat Pelaksana 41 89.1 89.1 89.1
Ketua Tim 4 8.7 8.7 97.8
Kepala Ruangan 1 2.2 2.2 100.0
Total 46 100.0 100.0
Statistics
pengakuan gaji program hubungan kepuasan
N Valid 46 46 46 46 46
Missing 0 0 0 0 0
Mean .48 .52 .59 .43 .59
Median .00 1.00 1.00 .00 1.00
Mode 0 1 1 0 1
Std. Deviation .505 .505 .498 .501 .498
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1
pengakuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Pernah 24 52.2 52.2 52.2
Pernah 22 47.8 47.8 100.0
Total 46 100.0 100.0
gaji
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Sesuai 22 47.8 47.8 47.8
Sesuai 24 52.2 52.2 100.0
Total 46 100.0 100.0
program
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 19 41.3 41.3 41.3
Ada 27 58.7 58.7 100.0
Total 46 100.0 100.0
hubungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Baik 26 56.5 56.5 56.5
Baik 20 43.5 43.5 100.0
Total 46 100.0 100.0
kepuasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Puas 19 41.3 41.3 41.3
Puas 27 58.7 58.7 100.0
Total 46 100.0 100.0
2. UJI NORMALITAS UNTUK MENENTUKAN CUT OFF POINT
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengakuan .205 46 .000 .913 46 .002
gaji .098 46 .200* .957 46 .086
program .111 46 .200* .969 46 .245
hubungan .173 46 .001 .935 46 .013
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
3. ANALISIS BIVARIAT
Umur_Baru * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
Umur_Baru ≤ 30 Count 17 20 37
% within Umur_Baru 45.9% 54.1% 100.0%
> 30 Count 2 7 9
% within Umur_Baru 22.2% 77.8% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within Umur_Baru 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.681a 1 .195
Continuity Correctionb .844 1 .358
Likelihood Ratio 1.787 1 .181
Fisher's Exact Test .270 .180
Linear-by-Linear Association 1.644 1 .200
N of Valid Casesb 46
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,72.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Umur_Baru (0
/ 1) 2.975 .544 16.273
For cohort kepuasan = Tidak
Puas 2.068 .580 7.371
For cohort kepuasan = Puas .695 .439 1.099
N of Valid Cases 46
Didik * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
Didik D3 Count 15 25 40
% within Didik 37.5% 62.5% 100.0%
S1 Count 4 2 6
% within Didik 66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within Didik 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.831a 1 .176
Continuity Correctionb .825 1 .364
Likelihood Ratio 1.808 1 .179
Fisher's Exact Test .213 .182
Linear-by-Linear Association 1.791 1 .181
N of Valid Casesb 46
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Didik (D3 /
S1) .300 .049 1.841
For cohort kepuasan = Tidak
Puas .562 .281 1.125
For cohort kepuasan = Puas 1.875 .590 5.962
N of Valid Cases 46
Jabatan * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
Jabatan Perawat Pelaksana Count 16 25 41
% within Jabatan 39.0% 61.0% 100.0%
Ketua Tim Count 3 1 4
% within Jabatan 75.0% 25.0% 100.0%
Kepala Ruangan Count 0 1 1
% within Jabatan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within Jabatan 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.665a 2 .264
Likelihood Ratio 3.026 2 .220
Linear-by-Linear Association .152 1 .696
N of Valid Cases 46
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.665a 2 .264
Likelihood Ratio 3.026 2 .220
Linear-by-Linear Association .152 1 .696
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,41.
pengakuan * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
pengakuan Tidak Pernah Count 14 10 24
% within AA 58.3% 41.7% 100.0%
Pernah Count 5 17 22
% within AA 22.7% 77.3% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within AA 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.002a 1 .014
Continuity Correctionb 4.624 1 .032
Likelihood Ratio 6.188 1 .013
Fisher's Exact Test .019 .015
Linear-by-Linear Association 5.872 1 .015
N of Valid Casesb 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,09.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengakuan
(Tidak Pernah / Pernah) 4.760 1.316 17.216
For cohort kepuasan = Tidak
Puas 2.567 1.106 5.954
For cohort kepuasan = Puas .539 .319 .911
N of Valid Cases 46
gaji * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
Gaji Tidak Sesuai Count 13 9 22
% within BB 59.1% 40.9% 100.0%
Sesuai Count 6 18 24
% within BB 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within BB 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.502a 1 .019
Continuity Correctionb 4.186 1 .041
Likelihood Ratio 5.612 1 .018
Fisher's Exact Test .035 .020
Linear-by-Linear Association 5.383 1 .020
N of Valid Casesb 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,09.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for gaji (Tidak
Sesuai / Sesuai) 4.333 1.235 15.206
For cohort kepuasan = Tidak
Puas 2.364 1.089 5.132
For cohort kepuasan = Puas .545 .314 .948
N of Valid Cases 46
program * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
program Tidak
Memadai
Count 11 8 19
% within CC 57.9% 42.1% 100.0%
Memadai Count 8 19 27
% within CC 29.6% 70.4% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within CC 41.3% 58.7% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for program (Tidak
Memadai / Memadai) 3.266 .955 11.167
For cohort kepuasan = Tidak
Puas 1.954 .974 3.921
For cohort kepuasan = Puas .598 .335 1.070
N of Valid Cases 46
hubungan * kepuasan Crosstabulation
kepuasan
Total Tidak Puas Puas
hubungan Tidak Baik Count 16 10 26
% within DD 61.5% 38.5% 100.0%
Baik Count 3 17 20
% within DD 15.0% 85.0% 100.0%
Total Count 19 27 46
% within DD 41.3% 58.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.099a 1 .001
Continuity Correctionb 8.270 1 .004
Likelihood Ratio 10.816 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.879 1 .002
N of Valid Casesb 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DD (Tidak
Baik / Baik) 9.067 2.106 39.029
For cohort EE = Tidak Puas 4.103 1.384 12.161
For cohort EE = Puas .452 .269 .761
N of Valid Cases 46