documentf3

22

Click here to load reader

Upload: anonymous-wmo2l4v

Post on 21-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentF3

LAPORAN HASIL KEGIATAN UKM

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA (KB)

PENYULUHAN IMUNISASI DI DESA KRUENG SEUPENG

KECAMATAN KUTA MAKMUR

O

L

E

H

dr. RAHMADINI

Dokter Internsip Puskesmas Kuta Makmur

Tahun 2012

Page 2: DocumentF3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap

suatu antige, sehingga bila kelak ia terpapar pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.

Imunsasi dasar yaitu pemberian imunisasi BCG satu kali, Heptaitis B tiga kali, DPT tiga kali,

polio empat kali, campak satu kali, sebelum bayi berusia 1 tahun. Imunisasi merupakan salah

satu pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biayanya.

Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi

pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program

imunisasi mengacu kepada konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam

pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan

pencegahan penyakit (preventif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Dampak positif imunisasi bagi kesehatan bayi adalah untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yang meliputi

penyakit Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio dan Tuberkulosis. Adapun dampak negatif untuk

bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi tersebut dapat berisiko terjangkit

atau terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang telah disebutkan diatas,

selain itu bayi juga berisiko cacat setelah sakit dan berakibat fatal.

Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.

Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila

antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh

akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.

Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan

antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.

Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat

ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Jadi pada

dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen,

tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi

pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah bisa membuat zat anti yang

cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya

dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal terhadap

penyakit tersebut.

1

Page 3: DocumentF3

Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari

ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen

antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar

(kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian

anak terhindar dari ancaman luar.Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti

dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun.Agar tubuh tetap kebal

diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus mendapat

imunisasi ulangan.

B. Tujuan

Petugas:

Peningkatan kerja petugas puskesmas yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan

masyarakat

Ibu dan Anak:

Meningkatkan derajat kesehatan setiap bayi di Desa Krueng Seupeng Kecamatan Kuta

Makmur

Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap agar anak

dapat terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi

Agar anak dapat terhindar dari penyakit

Pemerintah:

Meningkatkan cakupan imunisasi di Aceh Utara

Menurunkan angka kejadian penyakit dan memutuskan rantai penularan penyakit

BAB II

2

Page 4: DocumentF3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah

dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga

melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh

memproduksi antibodi. Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi

dan anak dengan cara vaksin ke dalam tubuh.

Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung dari beberapa penyakit

berbahaya. Jika bayi dan anak sakit, dapat terhindar dari perkembangan penyakit yang

menyebabkan cacat atau meninggal dunia. Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk

mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk

membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.

Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak

tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa

kanak-kanak.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin

jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka

banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

2.2 Reaksi Antigen-Antibodi

Dalam bidang imunologi kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus

antigen tersebut merupakan bagian protein kuman. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke

dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen

itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut

antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung

kepada jumlah zat anti yang dibentuk.

Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen

yang kuat ialah jenis kuman dengan virulensi tinggi. Virulen yang baru untuk pertama kali

dikenal oleh tubuh Pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk

antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai

“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh

anak sudah bisa membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi,

tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman.

3

Page 5: DocumentF3

Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan

terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan

merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah

beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh

pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya

anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan

Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:

1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh, maka

tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa antibodi

atau antitoksin

2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga

tidak cukup banyak antibodi terbentuk

3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih mengenal

jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga dalam

waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak

4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk

mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/imunisasi ulang. Ini

merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.

2.3 Jenis Vaksin

Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, namun dapat dicegah

dengan pemberian imunisasi. Penyakit berbahaya tersebut diantaranya adalah penyakit cacar,

Tuberkulosis (TB), difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus, campak,

hepatitis B dan demam kuning. Untuk mencegah penyakit tersebut telah dibuat vaksin dalam

jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas. Di negara yang sudah

berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi, misalnya terhadap penyakit

radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela) dan sebagainya. Bahkan beberapa

vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi harganya akan sangat mahal karena

penggunaan yang terbatas.

Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara

penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar menjadi sakit.

Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang telah dilemahkan

atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan dan tidak akan menimbulkan

penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang sudah dilemahkan itu merupakan

4

Page 6: DocumentF3

rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti terhadap penyakit tersebut. Akibat

suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam

ringan yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

2.4 Imunisasi Aktif dan Pasif

Pada dasarnya ada dua jenis imunisasi, yaitu:

a) Imunisasi pasif (passive immunization)

Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah

penyakit campak (measles pada anak-anak).

b) Imunisasi aktif (active immunization)

Imunisasi yang diberikan pada anak adalah:

1) BCG, untuk mencegah penyakit TBC

2) DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus

3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomielitis

4) Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles)

5) Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B

Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:

Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat;

pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu

dibandingkan dengan imunisasi pasif.

Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan

pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.

Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-

tahun. Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya

dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.

Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya

pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus,

maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum

pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan

serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan

imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan

penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan. Secara alamiah

5

Page 7: DocumentF3

imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh si anak telah

menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada penyakit yang tergolong

ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat.

2.5 Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi

a. TBC

Untuk mencegah timbulnya tuberkulosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.

Imunisasi BCG adalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari nama

penemu kuman tersebut yaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan sejak tahun 1920. Di

negara maju, imunisasi BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resiko kontak

dengan penderita TBC dan uji tuberkulinnya masih negatif, misalnya dokter, mahasiswa

kedokteran, dan perawat. Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada

mereka yang memiliki resiko tinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC.

Imunisasi BCG diberikan pada semua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua

bulan. Penyuntikan biasanya dilakukan dibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan

dosis 0,05 ml, reaksi yang mungkin timbul setelah penyuntikan adalah: kemerah-merahan

disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan terjadi

pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah ketiak). Bila terjadi hal

tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama daerah sekitar luka dan

segera bawa ke dokter.

b. Difteri, Pertusis dan Tetanus

Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang

memadai maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit

tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG dan

polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu (1 bulan).

Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk

sekolah dasar (5-6 tahun). Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi

DT (tanpa pertusis).

c. Poliomyelitis

Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita

kecacatan sehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan. Imunisasi polio

di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sebanyak 2 tetes dimulut. Pertama

kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudian diulang

6

Page 8: DocumentF3

dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun, setelah

imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun).

d. Hepatitis B

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk

program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari

plasma darah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara sintetis. Adapun cara

pemakaiannya (vaksin dari Korean Green Cross) sebagai berikut: 1.Imunisasi dasar dilakukan

tiga kali. Dua kali pertama untuk merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga

untuk meningkatkan jumlah zat anti yang sudah ada, 2. Jadwal imunisasi yang dianjurkan

adalah untuk bayi baru lahir (0 – 11 bulan) dengan satu kali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan

kemudian mendapat satu kali lagi. Setelah itu, imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi

berusia 6 bulan, mengenai waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat.

Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukansetiap 5 tahun sekali.

e. Campak

Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak

dilakukan ketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali

danke kebalannya bisa berlangsung seumur hidup.

2.6 Cara Pemberian

a. BCG (Bacillus Calmatte Guerin)

Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan. Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan

timbul benjolan putih pada lengan bekas suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi

panas.

b. DPT+Hb (Kombo)

Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan. Anak akan mengalami panas dan nyeri

pada tempat yang diimunisasi. Beri obat penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus

bayi dengan selimut tebal.

c. Polio

Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan. Setelah

imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah imunisasi polio,

kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.

d. Campak

7

Page 9: DocumentF3

Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan. Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi

akan panas dan muncul kemerahan. Cukup beri ¼ tablet penurun panas.

2.7 Efek Samping dan Penatalaksanaan

a. BCG

Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu

diinsisiataupun kompres).

b. DPT

Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut: 1. Demam

ringan berikan kompres dan anti piretik, 2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan

perlu berikan analgetik, 3. Jarang demam tinggi atau kejang, 4. Penanganan kejang positif,

berikan anti convulsan.

c. Polio

Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut: 1. Sangat jarang; bila terjadi

kelumpuhan ekstremitas segera konsul, 2. Diare, 3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,

biasanya hanya diare ringan).

d. Hepatitis B

Tidak ada efek sampingnya.

e. Campak

Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut: 1. Demam

ringan berikan kompres dan obat antipiretik, 2. Tampak sedikit bercak merah pada pipi dan

bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan tidak berbahaya lakukan observasi.

BAB III

8

Page 10: DocumentF3

PERMASALAHAN

Pelaksanaan kesehatan ibu dan anak mengenai imunisasi dilakukan di Desa Krueng

Seupeng yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur dan diikuti oleh ibu-ibu

yang mempunyai bayi 1-9 bulan yang datang saat pelaksanaan Posyandu yang dilaksanakan

07 November 2012.

Dari kunjungan ke desa tersebut didapatkan:

1. Ibu-ibu tidak mau anaknya di imunisasi selain polio, karena mereka tidak mau anaknya

disuntik karena takut efek samping setelah penyuntikan.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi.

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit dengan melakukan

imunisasi.

BAB IV

9

Page 11: DocumentF3

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Untuk Ibu yang memiliki bayi:

a. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi

b. Memotivasi ibu-ibu agar memperbolehkan bayinya untuk dilakukan imunisasi

c. Menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak melakukan imunisasi

Untuk Puskesmas:

a. Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi serta penyakit-penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi

b. Memberikan edukasi tentang efek samping masing-masing vaksin saat dilakukan

imunisasi dan penatalaksaannya jika efek samping itu terjadi

BAB V

10

Page 12: DocumentF3

PELAKSANAAN

Kegiatan yang dilaksanakan:

Kegiatan Pelaksanaan

Penyuluhan tentang Imunisasi Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang memiliki bayi 1-9 bulan, dengan materi:

a. Pentingnya imunisasi

b. Jenis-jenis vaksin imunisasi

c. Efek samping dan penatalaksanaanya

d. Penyakit yang dapat ditimbulkan jika

tidak melakukan imunisasi

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

11

Page 13: DocumentF3

6.1 Monitoring dan Evaluasi

Tanggal Monitoring Tanggal Evaluasi

25 Oktober 2012 Monitoring

ditujukan pada ibu

yang memiliki bayi

di usia 1-9 bulan di

Desa Krueng

Seupeng Kecamatan

Kuta Makmur

02 November 2012 1. Meningkatnya

jumlah anak yang di

imunisasi

2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pemberian Imunisasi

di Desa Krueng

Seupeng Kecamatan

Kuta Makmur

6.2 Kesimpulan

Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah

dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga

melalui injeksi. Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak

dengan cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung

dari beberapa penyakit berbahaya. Jika bayi dan anak sakit, dapat terhindar dari

perkembangan penyakit

Berdasarkan hasil kunjungan diketahui bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mau anaknya

diimunisasi karena takut efek samping setelah imunisasi, hal ini dikarenakan kurangnya

pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Dengan melakukan kunjungam ke

desa ini diharapkan masyarakat desa mengerti tentang manfaat imunisasi sehingga dapat

masyarakat desa dapat terhindar dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

6.3 Saran

Untuk Kepala Desa:

a. Mendukung program-program kesehatan yang telah direncanakan oleh puskesmas

maupun posyandu

b. Melakukan kerja sama yang baik dengan petugas-petugas kersehatan baik di puskesmas

maupun di posyandu

Untuk Puskesmas:

12

Page 14: DocumentF3

a. Disiplin melaksanakan posyandu setiap bulannya dan memonitoring bayi yang yang

mendapat imunisasi.

Untuk Dinkes:

a. Rutin melakukan evaluasi seputar kegiatan Posyandu.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

13

Page 15: DocumentF3

2. Pedoman Penyelenggaran Imunisasi. 2005. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

3. www.infoimunisasi.com .

4. http://www.ibudanbalita.net/info/makalah-imunisasi.html

14