documentf3
DESCRIPTION
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmTRANSCRIPT
![Page 1: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN HASIL KEGIATAN UKM
KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA
BERENCANA (KB)
PENYULUHAN IMUNISASI DI DESA KRUENG SEUPENG
KECAMATAN KUTA MAKMUR
O
L
E
H
dr. RAHMADINI
Dokter Internsip Puskesmas Kuta Makmur
Tahun 2012
![Page 2: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu antige, sehingga bila kelak ia terpapar pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Imunsasi dasar yaitu pemberian imunisasi BCG satu kali, Heptaitis B tiga kali, DPT tiga kali,
polio empat kali, campak satu kali, sebelum bayi berusia 1 tahun. Imunisasi merupakan salah
satu pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biayanya.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi
pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program
imunisasi mengacu kepada konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dampak positif imunisasi bagi kesehatan bayi adalah untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yang meliputi
penyakit Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio dan Tuberkulosis. Adapun dampak negatif untuk
bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi tersebut dapat berisiko terjangkit
atau terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang telah disebutkan diatas,
selain itu bayi juga berisiko cacat setelah sakit dan berakibat fatal.
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila
antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh
akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.
Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan
antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat
ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Jadi pada
dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen,
tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi
pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah bisa membuat zat anti yang
cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya
dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal terhadap
penyakit tersebut.
1
![Page 3: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/3.jpg)
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen
antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar
(kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian
anak terhindar dari ancaman luar.Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti
dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun.Agar tubuh tetap kebal
diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus mendapat
imunisasi ulangan.
B. Tujuan
Petugas:
Peningkatan kerja petugas puskesmas yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan
masyarakat
Ibu dan Anak:
Meningkatkan derajat kesehatan setiap bayi di Desa Krueng Seupeng Kecamatan Kuta
Makmur
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap agar anak
dapat terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
Agar anak dapat terhindar dari penyakit
Pemerintah:
Meningkatkan cakupan imunisasi di Aceh Utara
Menurunkan angka kejadian penyakit dan memutuskan rantai penularan penyakit
BAB II
2
![Page 4: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/4.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga
melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh
memproduksi antibodi. Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi
dan anak dengan cara vaksin ke dalam tubuh.
Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung dari beberapa penyakit
berbahaya. Jika bayi dan anak sakit, dapat terhindar dari perkembangan penyakit yang
menyebabkan cacat atau meninggal dunia. Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk
membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak
tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa
kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
2.2 Reaksi Antigen-Antibodi
Dalam bidang imunologi kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus
antigen tersebut merupakan bagian protein kuman. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen
itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung
kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman dengan virulensi tinggi. Virulen yang baru untuk pertama kali
dikenal oleh tubuh Pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh
anak sudah bisa membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman.
3
![Page 5: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/5.jpg)
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan
merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah
beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh
pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya
anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh, maka
tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa antibodi
atau antitoksin
2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga
tidak cukup banyak antibodi terbentuk
3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih mengenal
jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga dalam
waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak
4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/imunisasi ulang. Ini
merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
2.3 Jenis Vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, namun dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi. Penyakit berbahaya tersebut diantaranya adalah penyakit cacar,
Tuberkulosis (TB), difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus, campak,
hepatitis B dan demam kuning. Untuk mencegah penyakit tersebut telah dibuat vaksin dalam
jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas. Di negara yang sudah
berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi, misalnya terhadap penyakit
radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela) dan sebagainya. Bahkan beberapa
vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi harganya akan sangat mahal karena
penggunaan yang terbatas.
Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara
penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar menjadi sakit.
Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang telah dilemahkan
atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan dan tidak akan menimbulkan
penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang sudah dilemahkan itu merupakan
4
![Page 6: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/6.jpg)
rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti terhadap penyakit tersebut. Akibat
suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam
ringan yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
2.4 Imunisasi Aktif dan Pasif
Pada dasarnya ada dua jenis imunisasi, yaitu:
a) Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakit campak (measles pada anak-anak).
b) Imunisasi aktif (active immunization)
Imunisasi yang diberikan pada anak adalah:
1) BCG, untuk mencegah penyakit TBC
2) DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus
3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomielitis
4) Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles)
5) Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat;
pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu
dibandingkan dengan imunisasi pasif.
Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan
pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-
tahun. Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya
dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya
pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus,
maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum
pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan
serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan
imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan
penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan. Secara alamiah
5
![Page 7: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/7.jpg)
imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh si anak telah
menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada penyakit yang tergolong
ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat.
2.5 Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
a. TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberkulosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCG adalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari nama
penemu kuman tersebut yaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan sejak tahun 1920. Di
negara maju, imunisasi BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resiko kontak
dengan penderita TBC dan uji tuberkulinnya masih negatif, misalnya dokter, mahasiswa
kedokteran, dan perawat. Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada
mereka yang memiliki resiko tinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC.
Imunisasi BCG diberikan pada semua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua
bulan. Penyuntikan biasanya dilakukan dibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan
dosis 0,05 ml, reaksi yang mungkin timbul setelah penyuntikan adalah: kemerah-merahan
disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan terjadi
pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah ketiak). Bila terjadi hal
tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama daerah sekitar luka dan
segera bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadai maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit
tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG dan
polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu (1 bulan).
Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk
sekolah dasar (5-6 tahun). Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi
DT (tanpa pertusis).
c. Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita
kecacatan sehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan. Imunisasi polio
di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sebanyak 2 tetes dimulut. Pertama
kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudian diulang
6
![Page 8: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/8.jpg)
dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun, setelah
imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun).
d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari
plasma darah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara sintetis. Adapun cara
pemakaiannya (vaksin dari Korean Green Cross) sebagai berikut: 1.Imunisasi dasar dilakukan
tiga kali. Dua kali pertama untuk merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga
untuk meningkatkan jumlah zat anti yang sudah ada, 2. Jadwal imunisasi yang dianjurkan
adalah untuk bayi baru lahir (0 – 11 bulan) dengan satu kali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan
kemudian mendapat satu kali lagi. Setelah itu, imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi
berusia 6 bulan, mengenai waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat.
Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukansetiap 5 tahun sekali.
e. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak
dilakukan ketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali
danke kebalannya bisa berlangsung seumur hidup.
2.6 Cara Pemberian
a. BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan. Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan
timbul benjolan putih pada lengan bekas suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi
panas.
b. DPT+Hb (Kombo)
Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan. Anak akan mengalami panas dan nyeri
pada tempat yang diimunisasi. Beri obat penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus
bayi dengan selimut tebal.
c. Polio
Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan. Setelah
imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah imunisasi polio,
kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.
d. Campak
7
![Page 9: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/9.jpg)
Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan. Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi
akan panas dan muncul kemerahan. Cukup beri ¼ tablet penurun panas.
2.7 Efek Samping dan Penatalaksanaan
a. BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres).
b. DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut: 1. Demam
ringan berikan kompres dan anti piretik, 2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan
perlu berikan analgetik, 3. Jarang demam tinggi atau kejang, 4. Penanganan kejang positif,
berikan anti convulsan.
c. Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut: 1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul, 2. Diare, 3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
d. Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
e. Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut: 1. Demam
ringan berikan kompres dan obat antipiretik, 2. Tampak sedikit bercak merah pada pipi dan
bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan tidak berbahaya lakukan observasi.
BAB III
8
![Page 10: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/10.jpg)
PERMASALAHAN
Pelaksanaan kesehatan ibu dan anak mengenai imunisasi dilakukan di Desa Krueng
Seupeng yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur dan diikuti oleh ibu-ibu
yang mempunyai bayi 1-9 bulan yang datang saat pelaksanaan Posyandu yang dilaksanakan
07 November 2012.
Dari kunjungan ke desa tersebut didapatkan:
1. Ibu-ibu tidak mau anaknya di imunisasi selain polio, karena mereka tidak mau anaknya
disuntik karena takut efek samping setelah penyuntikan.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit dengan melakukan
imunisasi.
BAB IV
9
![Page 11: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/11.jpg)
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk Ibu yang memiliki bayi:
a. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi
b. Memotivasi ibu-ibu agar memperbolehkan bayinya untuk dilakukan imunisasi
c. Menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak melakukan imunisasi
Untuk Puskesmas:
a. Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi serta penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi
b. Memberikan edukasi tentang efek samping masing-masing vaksin saat dilakukan
imunisasi dan penatalaksaannya jika efek samping itu terjadi
BAB V
10
![Page 12: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/12.jpg)
PELAKSANAAN
Kegiatan yang dilaksanakan:
Kegiatan Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Imunisasi Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang memiliki bayi 1-9 bulan, dengan materi:
a. Pentingnya imunisasi
b. Jenis-jenis vaksin imunisasi
c. Efek samping dan penatalaksanaanya
d. Penyakit yang dapat ditimbulkan jika
tidak melakukan imunisasi
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
11
![Page 13: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/13.jpg)
6.1 Monitoring dan Evaluasi
Tanggal Monitoring Tanggal Evaluasi
25 Oktober 2012 Monitoring
ditujukan pada ibu
yang memiliki bayi
di usia 1-9 bulan di
Desa Krueng
Seupeng Kecamatan
Kuta Makmur
02 November 2012 1. Meningkatnya
jumlah anak yang di
imunisasi
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemberian Imunisasi
di Desa Krueng
Seupeng Kecamatan
Kuta Makmur
6.2 Kesimpulan
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga
melalui injeksi. Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak
dengan cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung
dari beberapa penyakit berbahaya. Jika bayi dan anak sakit, dapat terhindar dari
perkembangan penyakit
Berdasarkan hasil kunjungan diketahui bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mau anaknya
diimunisasi karena takut efek samping setelah imunisasi, hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Dengan melakukan kunjungam ke
desa ini diharapkan masyarakat desa mengerti tentang manfaat imunisasi sehingga dapat
masyarakat desa dapat terhindar dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
6.3 Saran
Untuk Kepala Desa:
a. Mendukung program-program kesehatan yang telah direncanakan oleh puskesmas
maupun posyandu
b. Melakukan kerja sama yang baik dengan petugas-petugas kersehatan baik di puskesmas
maupun di posyandu
Untuk Puskesmas:
12
![Page 14: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/14.jpg)
a. Disiplin melaksanakan posyandu setiap bulannya dan memonitoring bayi yang yang
mendapat imunisasi.
Untuk Dinkes:
a. Rutin melakukan evaluasi seputar kegiatan Posyandu.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
13
![Page 15: DocumentF3](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100508/55cf8f5d550346703b9b9949/html5/thumbnails/15.jpg)
2. Pedoman Penyelenggaran Imunisasi. 2005. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
3. www.infoimunisasi.com .
4. http://www.ibudanbalita.net/info/makalah-imunisasi.html
14