f19.5
DESCRIPTION
F19.5TRANSCRIPT
-
1
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS OS
Nama : Tn. R
Usia : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan A. Yani km.16, Gambut
Pendidikan : Pesantren
Agama : Islam
Suku : Banjar/Indonesia
Status : Belum menikah
MRS : 26 Januari 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Alloanamnesa pada tanggal 26 Januari 2014, pukul 16.30 WITA, dengan
orang tua pasien
Autoanamnesa pada tanggal 26 Januari 2014, pukul 18.00 WITA
Alloanamnesa dan Autoanamnesa dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Gambut.
A. KELUHAN UTAMA
Bicara Kacau
KELUHAN TAMBAHAN
Gelisah, cepat tersinggung, cepat marah
-
2
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis dengan ayah pasien:
Pasien mulai bicara kacau sejak 1 minggu yang lalu (19-01-2014). Pasien
bicara macam-macam, kadang menegur orang yang tidak dikenal. Pasien kadang
bicara sendiri. Pasien mulai bicara kacau sejak mulai menghirup lem. Saat tidak
menghisap lem, bicara pasien menjadi normal lagi.
Pasien menjadi gelisah dan cepat marah. Pasien menjadi cepat tersinggung
kalau ada orang lain yang berbuat salah sedikit dengannya. Pasien gelisah kalau
tidak menghirup lem. Pasien biasanya meminta uang kepada orang tua untuk
membeli lem, orang tua os pun terpaksa memberi.
Pasien mulai menghirup lem sejak tahun 2011. Awalnya pasien menghirup
lem karena ingin ikut-ikutan dengan teman-temannya. Pasienpun menghirup lem
hanya sekali dalam sebulan. Namun dalam seminggu terakhr ini pasien tiap hari
menghirup lem. Pasien terakhir kali menghirup lem tadi pagi. Pasien menghirup
lem 2-3 buah lem dalam sehari. Pasien menghirup lem tanpa alasan. Apabila
pasien tidak menghirup lem, pasien akan gelisah dan meminta uang kepada oang
tua pasien untuk membeli lem lagi.
Pasien tidak ada mendengar bisikan atau melihat bayangan hal-hal aneh saat
menghirup lem. Pasien pun tidak ada mengamuk ataupun melakukan hal-hal aneh
dan pasien masih bisa mengontrol diri.
Pasien juga ada mengkonsumsi obat-obatan seperti dekstro dan zenit sejak
tahun 2011. Terakhir kali mengkonsumsi saat tahun 2012 lalu. Pasien
mengkonsusmsi hanya untuk bersenang-senang bersam teman-temannya, pasien
-
3
hanya mengkonsumsi 1 butir saja bilsa sedang bersenang-senang dengan teman-
temannya. Pasien ada mengkonsumsi alkohol sejak tahun 2011. Pasien tidak
terlalu sering minum alkohol, hanya sekali dalam 2 bulan. Dalam 10 hari terakhir
pasien semakin sering mengkonsumsi alkohol 70%. Namun pasien lebih serim
menghirup lem. Pasien tidak ada menyakiti diri sendiri atau orang lain, pasien
tidak ada niatan untuk bunuh diri.
Autoanamnesis dengan pasien:
Pasien mengatakan dirinya menjadi gelisah apabila tidak menghirup lem.
Pasien juga gelisah apabila tidak mengkonsumsi obat dekstro dan zenit. Pasien
mengaku mendengar bisikan yang mempengaruhi dirinya. Bisikan tersebut tidak
jelas laki-laki atau perempuan. Bisikan tersebut menyuruh pasien untuk
menghirup lem terus menerus dan mengkonsumsi obat dekstro dan zenit. Pasien
juga merasa dirinya kosong dan merasa dirinya dimasuki oleh harimau. Pasien
lebih sering bicara tidak jelas. Hubungan antar kalimat tidak nyambung. Pasien
dapat mengenal tempat dia dibawa, dengan siapa dia dibawa, menggunakan alat
transportasi apa, dan jam berapa saat dilakukan pemeriksaan.
-
4
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tahun 2012 pernah dirawat di RSJ Sambang Lihum selama 2
minggu dikarenakan menggunakan obat-obatan dekstro dan zenit serta
alkohol. Saat itu pasien bicara kacau dan tidak nyambung diajak bicara.
Setalah 2 minggu, keadan pasien membaik lalu pasien rawat jalan tetapi
jarang kontrol ke rumah sakit.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Merupakan kelahiran yang direncanakan. Usia kandungan cukup
bulan. Pasien dilahirkan secara spontan di rumah dengan bantuan bidan.
Saat mengandung ibu pasien dalam keadaan sehat, tidak ada sakit atau
mngkonsumsi obat-obatan. Saat lahir pasien menangis kuat. Tidak ada
cacat bawaan saat lahir.
2. Riwayat Masa Bayi 0 1,5 tahun (Basic vs Mistrust)
Pasien menyusu ASI sampai usia 2 tahun. Pasien dirawat di
lingkungan keluarga yang menciptakan rasa aman. Pasien dapat tidur
pulas, makan baik, dan tidak ada gangguan dalam buang air besar. Pasien
Tumbuh kembang normal seperti bayi seusianya.
3. Riwayat Usia 1,5 3 Tahun (Autonomy vs Shame & Doubt)
Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Tidak ada
keterlambatan dalam tumbuh kembangnya, gizi cukup. Pasien merupakan
anak yang aktif.
-
5
4. Riwayat Usia 3 6 Tahun (Inisiative vs Guilt)
Pasien dapat menirukan beberapa kegiatan orang tua dalam
melakukan tugas sehari-hari. Pasien mampu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh orang tua walaupun terkadang hasilnya tidak tuntas.
5. Riwayat Usia 6 12 Tahun (Industry vs Inferiority)
Pasien sudah masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun. Pasien
mampu mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik dan selalu naik kelas.
6. Riwayat Usia 12 20 Tahun (Identity vs Role Diffusion)
Sejak pasien masuk pesantren, pergaulan pasien tidak bisa dipantau
orang tua. Pasien mulai mengkonsumsi dekstro, zenith, alkohol dan
menghirup lem.
7. Riwayat Pendidikan
Pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar masuk pada usia 6 tahun.
Melanjutkan SMP di Pesantren dan SMA di pesantren.
8. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja
9. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
-
6
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Tidak terdapat riwayat gangguan yang serupa dalam keluarga Pasien.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal di asrama pesantren bersm teman-temannya.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien menganggap dirinya tidak apa-apa dan dirinya dalam kondisi baik.
-
7
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Gambut pada
tanggal 26 Januari 2014. Pasien seorang laki-laki berperawakan
sedang memakai baju coklat, rambut tidak terawat dan menggunakan
celana panjang biru. Pasien tampak cukup terawat.
2. Kesadaran
Compos Mentis
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Koheren
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Ada, wajar, tidak dapat dipertahankan
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF,
KESERASIAN DAN EMPATI
1. Afek(mood) : Hyperthym
2. Ekspresi afektif : Senang
3. Keserasian : Appropiate
-
8
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Jernih
2. Orientasi : Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Konsentrasi : Terganggu
4. Daya ingat : Jangka panjang : sulit dievaluasi
Jangka pendek : sulit dievaluasi
Segera : sulit dievaluasi
5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sulit dievaluasi
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi A/V/Haptik : (-/+)
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Tidak Lancar
b. Kontinuitas : Irrelevan
c. Hendaya berbahasa : (-)
-
9
2. Isi Pikir :
a. Preocupasi : Ada
b. Waham : (+) Kejar
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak dapat mengendalikan impuls
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : Terganggu
b. Uji daya nilai : Terganggu
c. Penilaian realita : Terganggu
H. TILIKAN
T1 : Pasien tidak sadar bahwa dirinya sakit.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Tampak baik
Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
-
10
N : 88x/menit
RR : 16x/menit
T : 36,7o C
Kepala
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/- epistaksis (-)
Mulut : mukosa bibir lembab
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks
I : bentuk dan gerakan simetris
Pa : fremitus vokal simetris
Pr : Pulmo : sonor
Cor : batas jantung normal
A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal, bising (-)
Abdomen
I : datar
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
-
11
Ekstremitas
Superior : akral hangat +/+, parese -/-, tremor -/-
Inferior : akral hangat +/+, parese -/-, tremor -/-
2. STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksaan N I XII :
I (Olfactorius) : Sde
II (Opticus) : Tes konfrontasi: sde
Reflek Pupil : Respon Cahaya Langsung D/S (+/+)
Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)
III (Oculomotorius) : Ptosis (-/-), Pupil 3mm/3mm, Respon Cahaya
Langsung D/S (+/+), Respon Cahaya Konsensual
D/S (+/+).
IV (Troklearis) : strabismus (-), diplopia (-)
V (Trigeminus) : reflek kornea D/S (+/+)
VI (Abdusens) : Gerakan bola mata ke lateral D/S (+/+)
VII (Fasialis) : asimetris wajah (-), angkat alis (+/+)
VIII (Vestibulocochlearis) : suara petikan jari (+/+), tes garpu tala (sde),
tes keseimbangan (sde)
IX (Glosofaringeus) & X (Vagus) : pergeseran uvula (-)
XI (Asesorius) : mengangkat bahu (+), menoleh kanan dan kiri (+)
XII (Hipoglosus) : tremor lidah (-)
Gejala rangsang meningeal
-
12
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-)
Kernig : (-)
Brudzinski I, II, III, IV : (-)
Gejala TIK meningkat
Tidak ada
Refleks Fisiologis
Normal
Refleks patologis
Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa
- Pasien mulai bicara kacau sejak 1 minggu yang lalu (19-01-2014). Pasien
kadang bicara sendiri. Pasien mulai bicara kacau sejak mulai menghirup
lem. Saat tidak menghisap lem, bicara pasien menjadi normal lagi.
- Pasien menjadi gelisah dan cepat marah. Pasien menjadi cepat tersinggung
kalau ada orang lain yang berbuat salah sedikit dengannya. Pasien gelisah
kalau tidak menghirup lem.
- Pasien mulai menghirup lem sejak tahun 2011. Pasien menghirup lem
hanya sekali dalam sebulan. Namun dalam seminggu terakhr ini pasien
tiap hari menghirup lem. Pasien terakhir kali menghirup lem tadi pagi.
-
13
Pasien menghirup lem 2-3 buah lem dalam sehari. Apabila pasien tidak
menghirup lem, pasien akan gelisah.
- Pasien juga ada mengkonsumsi obat-obatan seperti dekstro dan zenit sejak
tahun 2011. Terakhir kali mengkonsumsi saat tahun 2012 lalu.
- Pasien ada mengkonsumsi alkohol sejak tahun 2011. Pasien tidak terlalu
sering minum alkohol, hanya sekali dalam 2 bulan. Dalam 10 hari terakhir
pasien semakin sering mengkonsumsi alkohol 70%.
Autoanamnesa
Kontak (+) Wajar (+) tidak dapat dipertahankan
Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hiperaktif
Pembicaraan : Koheren
Afek : Hyperthyme
Ekspresi afektif : Senang
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Keserasian : Appropiate
Konsentrasi : Terganggu
Halusinasi : (+)
Arus pikir : tidak lancar, irrelevan.
Waham : Kejar
Tilikan : T1
Penilaian realita : Terganggu
-
14
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
multipel dan penggunaan obat psikoaktif lainnya dengan gangguan
psikotik (F19.5)
2. Aksis II : Tidak ada
3. Aksis III : Tidak ada
4. Aksis IV : Masalah psikosial
5. Aksis V : GAF scale 50-41
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Status internus dan neurologi tidak ada kelainan
2. Psikologik
Empati tidak dapat dirabarasakan, daya konsentrasi terganggu, arus pikir
tidak lancar, halusinasi audiorik (+), waham kejar, penilaian realita
terganggu, tilikan derajat 1.
3. Sosial Keluarga
Pasien tidak mempunyai masalah dalam sosial dan keluarga
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad bonam
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
-
15
Ciri kepribadian : dubia ad malam
Stressor psikososial : dubia ad bonam (pergaulan salah)
Riwayat herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad malam (pesantren)
Perkawinan : dubia
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologi : dubia ad bonam (tidak ada penyakit fisik)
Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam (tidak rutin kontrol)
Ketaatan berobat : dubia ad malam (tidak rutin minum obat)
Kesimpulan : dubia ad bonam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka :
Chlorpromazine 100 mg tablet 3 x 1
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
Religius : Bimbingan/ceramah agama dan ibadah
Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium darah dan urine napza
- Tes psikologi
-
16
X. DISKUSI
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat didefinisikan
sebagai gangguan yang bervariasi luas dan berbeda tingkat keparahannya akibat
penggunaan satu/lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan
berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita
mengalami gangguan psikotik akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat
psikoaktif lainnya (F19). Kriteria diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu
adanya riwayat penderita dalam penggunaan zat psikoaktif yang bercampur baur,
bukan akibat sindrom ketergantungan dan bukan keadaan putus zat, tetapi tampak
adanya gangguan psikotik yang jelas yaitu adanya halusinasi auditorik dan
gangguan psikomotor dengan manifestasi mengamuk
Psikosa didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada
hidup perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, psikomotorik dan kemauan
sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.
Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan gangguan mental lain yang
dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat psikoaktif misal skizofrenia (F20).
Gangguan psikotik lir-skizofrenia (F.32.2) dan Gangguan kepribadian paranoid.
Pada skizofrenia (F20) onset gejala lebih dari 1 bulan lamanya dan timbul
bukan karena diinduksi obat-obatan, sedangkan pada kasus ini ditemukan adanya
riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga diagnosa skizofrenia tidak sesuai.
Pada gangguan psikotik lir-skizofrenia akut onset gejala psikotik 2 minggu atau
-
17
kurang dan memenuhi kriteria skizofrenia (F20) dan tidak ditemukan adanya
riwayat penggunaan zat psikoaktif. Dapat didiagnosa banding dengan Gangguan
Kepribadian Paranoid (F60.0), dengan ditemukannya kepekaan berlebihan
terhadap penolakan, kecurigaan yang mendalam tanpa memperhatikan situasi
yang ada dan tanpa adanya halusinasi dan waham. Namun pada kasus ini
penderita mengalami halusinasi auditorik sehingga diagnosa tersebut dapat
disingkirkan.
Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan
Clorpromazine 3 x 100 mg/hari. Clorpromazine 3 x 100 mg/hari yang merupakan
obat antipsikotik dengan efek sekunder berupa sedasi kuat sehingga berguna
untuk mengatasi gaduh gelisah, rasa curiga dan ketakutan serta gangguan tidur.
Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja optimal.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade dopamine pada reseptor
pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam, karena dilihat dari
diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, stressor psikososial yang
buruk, pendidikan, pola keluarga, perkawinan, ekonomi, pengobatan psikiatrik,
serta dengan diketahuinya penyebab dari gejala tersebut.
Pada pasien ini juga diperlukan psikoterapi dan rehabilitasi bertujuan
untuk menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan
mengembalikan keseimbangan adaptatif berupa terapi keluarga dan masyarakat
agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-
-
18
stressor baru, dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan
penderita.
-
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
3. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry 10
th Ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins, 2007.