f1313022_bab2
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 F1313022_bab2
1/22
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Dividen
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen yaitu kebijakan
dividen. Kebijakan dividen dimana manajemen memutuskan apakah laba yang
diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian
untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Jika
perusahaan memutuskan akan membagi laba perusahaan dalam bentuk dividen
maka akan mengurangi sumber dana (laba) perusahaan, yang mengakibatkan
terganggunya kegiatan operasional perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak
membagi laba dalam bentuk dividen, maka akan menambah modal bagi
perusahaan untuk membatu dalam mengambangkan usaha dan mempertahankan
kegiatan usaha.
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan pengambilan sebuah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001) kebijakan dividen sebagai keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di
masa datang.
-
8/16/2019 F1313022_bab2
2/22
13
Riyanto (2001:281) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai “politik yang
bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara
penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan)”.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:390) kebijakan dividen adalah rencana
tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.
Menurut Weston dan Brigham (2001:667) kebijakan dividen adalah
keputusan untuk membayarkan laba sebagai dividen atau ditahan untuk
menginvestasikannya kembali ke perusahaan.
Menurut Husnan (2004) kebijakan dividen dapat diartikan:
1) Apakah laba yang diperoleh seharusnya dibagikan atau tidak.
2) Apakah laba dibagikan dengan konsekuensi harus mengeluarkan saham
baru.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
2.1.2 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan teori dividen, antara
lain:
a. Dividend Irrelevance Theory (Ketidakrelevanan Dividen)
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah:
1) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.
Kenyataannya sulit ditemui pasar modal yang sempurna.
-
8/16/2019 F1313022_bab2
3/22
14
2)
Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi
saham baru ( flotation cost ) itu masih ada.
3) Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
4) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya
kebijakan investasi perusahaan pasti berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller (1961)
mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya:
biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada
menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup
besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin
besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh
besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen (Sjahrial, 2002:
312-313).
b. The Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner (1962) berpendapat bahwa investor lebih merasa
aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen
daripada menunggu capital gain. Sementara itu Modigliani dan Miller
(1961) berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa
investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau
menerima capital gain di masa mendatang. Gordon dan Lintner
(1962) beranggapan bahwa para investor memandang satu burung di
-
8/16/2019 F1313022_bab2
4/22
15
tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu
Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa tidak semua investor
berkeinginan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di
perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama,
oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa mendatang
bukannya ditentukan oleh kebijakan dividen, tetapi ditentukan oleh
tingkat resiko investasi baru.
c.
Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979) yang
berpendapat investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba
setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada
dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya
menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak
membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak
yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta
tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend
yield yang tinggi.
d.
Signalling Hypothesis (Dividend Signalling Theory)
Dividend signaling theory diperkenalkan oleh Ross (1977) kemudian
dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), Miller dan Rock (1985) dan
John dan William (1985). Ross (1977) berpendapat bahwa manajer
sebagai orang dalam yang mempunyai informasi yang lengkap tentang
arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang
-
8/16/2019 F1313022_bab2
5/22
16
jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai
dorongan yang tepat untuk melakukannya. Ross membuktikan bahwa
kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat
yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami
kemajuan.
Dikatakan oleh Ross (1977), agar suatu isyarat bermanfaat harus
memenuhi 4 (empat) hal. Pertama, manajemen harus selalu
mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan isyarat yang
jujur, walaupun beritanya buruk. Kedua, isyarat dari suatu perusahaan
yang sukses tidak mudah diterima oleh pesaingnya yang kurang
sukses. Ketiga, isyarat itu harus mempunyai hubungan yang cukup
berarti dengan kejadian yang dapat diamati (misalnya dividen yang
lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi di
masa yang akan datang). Keempat, tidak ada cara menekan biaya yang
lebih efektif dari pada pengiriman isyarat yang sama.
Selanjutnya dividend signaling theory dikembangkan oleh
Bhattacharya (1979) yaitu model yang dapat digunakan untuk
menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan dividen
untuk memberikan isyarat walaupun menanggung kerugian saat
melaksanakannya. Membagikan kas untuk pembayaran dividen
merupakan hal yang mahal, karena perusahaan harus mampu
menghasilkan kas yang cukup untuk mendukung pembayaran dividen
secara tetap, dan karena kas dibayarkan untuk dividen maka akan
-
8/16/2019 F1313022_bab2
6/22
17
mengurangi kesempatan berinvestasi dengan net present value (NPV)
positif. Namun demikian bagi perusahaan yang prospeknya bagus
dapat mengganti biaya ini (pembayaran dividen) melalui pengeluaran
saham secara bertahap dengan harga yang semakin meningkat. Tetapi
bagi perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang
sama. Dengan demikian, memberikan isyarat melalui nilai dividen
memberikan hasil yang positif.
Miller dan Rock (1985) serta John dan William (1985) juga
mengembangkan teori tentang dividen sebagai isyarat. Miller dan
Rock menjelaskan bahwa pengumuman dividen memberikan
informasi penting untuk membentuk pendapatan perusahaan saat ini
yang akhirnya menjadi dasar untuk memprediksi pendapatan-
pendapatan di masa yang akan datang. Sedangkan John dan William
menekankan pentingnya faktor pembayaran pajak pribadi atas
pendapatan dividen, pada saat pembayaran dividen sebagai isyarat
yang meyakinkan.
Menurut pendapat Mulyati (2003) disebutkan bahwa penggunaan
dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada
pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa mendatang
merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya
perusahaan yang prospeknya baik yang dapat melakukan ini.
Sedangkan perusahaan-perusahaan yang tidak sukses sulit untuk
meniru cara ini, karena mereka tidak mempunyai arus kas yang cukup
-
8/16/2019 F1313022_bab2
7/22
18
untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap
perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa
pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses.
2.1.3 Faktor-Faktor Kebijakan Dividen
Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
(Sartono, 2001):
a. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang
akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran
modal di masa mendatang yang diharapkan, kebutuhan tambahan
piutang dan persediaan, pola (jadwal) pengurangan utang dan masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus
dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.
b. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas
keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
c. Kemampuan meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan
meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas
-
8/16/2019 F1313022_bab2
8/22
19
perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan
yang semakin besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik
di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas
yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.
d. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham
dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham
berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan
dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba
untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang
jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
e.
Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap
memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh
koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran dividen yang
stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan
-
8/16/2019 F1313022_bab2
9/22
20
dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar dividen tidak
stabil.
2.2 Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock ) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Dividen kas merupakan
bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham (Sutrisno, 2003).
Dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham,
sedangkan laba ditahan (retained earnings) merupakan salah satu dari sumber
dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan (Horne
dan Wachowicz, 1998). Dividen kas adalah sumber dari aliran kas untuk
pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat
ini dan akan datang (Sundjaja dan Barlian 2003).
2.2.1 Bentuk Dividen
Ada beberapa bentuk pemberian dividen yang diberikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham terdiri
atas beberapa bentuk. Menurut Fakhruddin (2008) adalah sebagai berikut:
1.
Dividen Tunai
Dividen tunai merupakan bentuk umum dari distribusi kepada pemegang
saham. Sebelum dividen tunai dapat dibayarkan kepada pemegang saham
biasa, setiap preferensi dividen preferen harus dibayarkan kepada
pemegang saham preferen.
-
8/16/2019 F1313022_bab2
10/22
21
2. Dividen Properti
Perusahaan terkadang membayar dividen dengan aktiva non kas, yang
disebut aktiva properti. Properti dapat berupa sekuritas perusahaan lain
yang dimiliki perusahaan, real estate, barang dagangan, atau setiap aktiva
non kas lainnya yang ditetapkan dewan direksi.
3. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian
modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para
pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian
laba, dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para
pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.
4. Dividen Saham
Dividen saham merupakan distribusi proporsional atas tambahan saham
biasa atau saham preferen perusahaan kepada pemegang saham. Dividen
saham tidak mengubah aktiva, kewajiban, atau total ekuitas pemegang
saham perusahaan penerbit.
2.3
Volatilitas Harga Saham
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode
tertentu (Firmansyah, 2006). Ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan
peningkatan harga dalam periode yang pendek dan tidak mengukur tingkat harga,
namun derajat variasinya dari satu periode ke periode berikutnya. Volatilitas yang
tinggi menggambarkan karakteristik penawaran dan permintaan yang tidak biasa.
-
8/16/2019 F1313022_bab2
11/22
22
Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar atau
bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap asset
yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan
melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk
mencerminkan informasi baru tersebut (Anton, 2006).
Menurut Schwert dan Smith (1992) terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar
keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility, implied
volatility, dan seasonal volatility.
a.
Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam
pasar keuangan (trader ). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu
menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu
underlying contract . Secara teori angka tersebut merupakan yang kita maksud
ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing.
Trader jarang membicarakan future volatility karena masa depan tidak
mungkin diketahui.
b.
Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal
ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing
berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa
yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung
historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada
pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan
-
8/16/2019 F1313022_bab2
12/22
23
dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat
berupa jadi 14 (empat belas) hari, 6 (enam) bulan, 5 (lima) tahun, atau
lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya.
Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized
volatility.
c. Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa
depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha
meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk
suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa
masa option dari underlying contract.
d. Implied Volatility
Umumnya future, historical , dan forecast volatility berhubungan dengan
underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita
masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis
yang identik dengan harga option di pasar.
e.
Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum
sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi
cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut
seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
-
8/16/2019 F1313022_bab2
13/22
24
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham
Menurut Panetta et al (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas
harga saham dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:
1) Faktor Sektor Rill
Salah satu latar belakang yang cukup menentukan volatilitas aset
finansial adalah stabilitas ekonomi makro, termasuk pada aspek riil.
Beberapa studi empiris menyebutkan bahwa volatilitas memiliki
keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis dan ekonomi. Sebagai
contoh volatilitas cenderung meningkat selama periode krisis dan
menurun pada periode dimana ekonomi tumbuh dengan pesat
(Schwert, 1989; Gerlach et al ., 2006). Pergerakan harga komoditas di
pasar dunia, seperti minyak bumi, juga dapat mempengaruhi volatilitas
harga saham, seperti yang ditunjukkan oleh Zan (2003).
2) Faktor Sektor Keuangan
Faktor-faktor yang berkembang di sektor keuangan juga dapat
berpengaruh terhadap volatilitas return saham. Berbagai inovasi di
sektor finansial yang ditandai dengan dikembangkannya berbagai
produk investasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan likuiditas,
juga berpengaruh signifikan terhadap volatilitas return saham (Tucker,
2005).
3) Kejadian Luar Biasa
Volatilitas return saham juga dapat terjadi menyusul kejadian-kejadian
luar biasa ( shock ) yang berimbas pada pasar finansial seperti terjadinya
-
8/16/2019 F1313022_bab2
14/22
25
bencana alam yang dapat mempengaruhi perekonomian, terjadinya
kenaikan harga minyak bumi, gejolak politik dan lain sebagainya.
4) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter, dengan berbagai dampak langsung maupun tidak
langsung yang ditimbulkannya, juga berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas return saham. Bank sentral di banyak negara menetapkan
tingkat suku bunga jangka pendek, yang perubahannya dapat
berdampak terhadap yield curve. Hal ini merupakan contoh dampak
langsung dari kebijakan moneter. Bank sentral juga dapat melakukan
operasi pasar tertentu dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang
beredar. Hal ini menimbulkan dampak tidak langsung dari kebijakan
moneter, misalnya inflasi dan nilai tukar mata uang asing.
2.4 Kerangka Pemikiran
Investor sebelum memutuskan untuk menanamkan sebagian dana miliknya
kedalam suatu perusahaan selalu memperhatikan dua faktor penting yaitu faktor
pengembalian saham (return) dan faktor risiko. Investor saat memutuskan untuk
melakukan investasi selalu mengahrapkan return baik berupa dividen maupun
capital gain di masa yang akan datang. Pada saat memutuskan investasi, banyak
hal yang menjadi pertimbangan bagi seorang investor atas harapan yang ingin
diperoleh, sehingga diperlukannya informasi penting yang mendukung dalam
pengambilan keputusan dalam melaksanakan investasi. Informasi penting yang
-
8/16/2019 F1313022_bab2
15/22
26
dibutuhkan oleh seorang investor salah satunya adalah informasi mengenai
kebijakan dividen yang dibuat oleh perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan informasi yang penting bagi investor
khususnya yang mengaharapkan imbalan berupa dividen untuk menganalisis
tingkat pembayaran dividen yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk periode
sebelumnya. Pada umumya investor lebih menyukai pembayaran dividen yang
relatif stabil, karena dengan pembayaran yang relatif stabil dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian
atas resiko yang akan dihadapi oleh investor pada saat menanamkan dananya
kedalam perusahaan. Semakin besar dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
maka akan menarik perhatian investor untuk melakukan investasi kedalam
perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan harga saham milik perusahaan akan
meningkat.
Informasi kebijakan dividen yang dibuat oleh perusahaan dapat membantu
investor dalam meramalkan kondisi perusahaan dimasa yang akan datang dan
informasi timgkat harga saham milik perusahaan dapat membantu investor dalam
melakukan penilaian terhadap perusahaan. Semakin tinggi harga saham berarti
semakin tinggi pula nilai perusahaannya, begitu pula sebaliknya. Penilaian atas
harga saham ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat optimisme
investor terhadap perusahaan. bagi sebagian investor dapat digunakan untuk
meramalkan harga saham di masa yang akan datang. Naik turunnya harga saham
disebut dengan fluktuasi. Fluktuasi harga saham dapat dilihat melalui volatilitas
harga saham. Volatilitas harga saham dapat membantu invetor dalam menentukan
-
8/16/2019 F1313022_bab2
16/22
27
tingkat risiko yang akan dihadapi pada saat melakukan investasi. Volatilitas yang
tinggi menunjukkan ketidakpastian tingkat return yang akan diperoleh investor.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa ada pengaruh secara
tidak langsung antara kebijakan dividen yang dibuat oleh perusahaan terhadap
harga sahamnya. Kebijakan dividen didalam penelitian ini digambarkan dengan
dividend payout ratio, dividend yield, free cash flow dan price sales ratio
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Variabel Independen
Kebijakan Dividen:
a. Dividend Payout Ratio
b. Dividend Yield
c. Free Cash Flow
d. Price Sales Ratio
Variabel Kontrol
a. Leverage
b. Assets Growth
c. Firm Size
d. Earning Volatility
Variabel Dependen
Volatilitas Harga Saham
-
8/16/2019 F1313022_bab2
17/22
28
2.5 Hipotesis
Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Volatlitas Harga Saham
Teori EMH khususnya the semistrong form of the EMH menyatakan bahwa
harga saham akan selalu mencerminkan informasi yang ada di pasar, dan salah
satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen. Teori signaling yang
dikemukakan oleh Bhattacharya (1979) merupakan salah satu model yang
mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan dividen tunai mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Model ini
menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan yang dibayarkan digunakan oleh
investor sebagai sinyal tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Peningkatan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal yang
menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif.
Sebaliknya penurunan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal bahwa
prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga
saham yang negatif. Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan menunjukkan
kualitas laba milik perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Pembayaran dividen dapat menjadi patokan untuk memprediksi pertumbuhan
perusahaan dan kesempatan investasi bagi investor, sehingga perusahaan dengan
dividen kas yang tinggi akan mempunyai volatilitas yang lebih rendah dalam
harga saham (Baskin, 1989). Beberapa penelitian sebelumnya mengukur pengaruh
kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham dengan dasar pengukuran
dividend payout ratio dan dividend yield seperti penelitian yang dilakukan oleh
Baskin (1989). Baskin (1989) didalam penelitiannya mengemukakan bahwa
-
8/16/2019 F1313022_bab2
18/22
29
tingginya pembayaran dividen menginterpretasikan bahwa perusahaan dalam
keadaan yang baik dan stabil, sehingga menurunkan volatilitas harga saham
perusahaan terkait. Berdasar teori signaling, pernyataan-pernyataan pendukung di
atas dan hasil penelitian dari Rashid dan Rahman (2008), Nazir et al. (2012), dan
Hashemijoo et al. (2012) yang menyatakan bahwa pembayaran dividen memiliki
pengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham.
Penelitian Hussainey et al. (2011), menunjukkan hasil yang berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Baskin (1989). Didalam penelitiannya
menunjukkan pembayaran dividen berpengaruh positif terhadap volatilitas harga
saham dan memiliki pengaruh yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa
pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan harga saham
di pasar modal menjadi tidak stabil dan semakin besar pembayaran dividen maka
semakin besar tingkat risikonya.
Baskin (1989) dan Hashemijoo et al. (2012) didalam penelitiannya
mengungkapkan dividend yield berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga
saham berdasarkan duration effect, rate of return effect dan information effect .
Berdasar teori signaling , pernyataan-pernyataan pendukung di atas dan hasil
penelitian dari Nazir et al. (2012) menyatakan bahwa dividend yield berpengaruh
negatif dengan volatilitas harga saham.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis merumuskan hipotesis pertama
sebagai berikut:
Hipotesis 1 (H1): Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap volatilitas
harga saham
-
8/16/2019 F1313022_bab2
19/22
30
Dalam penelitian ini pengaruh kebijakan dividen terhadap volatilitas harga
saham dengan dasar pengukuran yaitu dividend payout ratio, dividend yield, free
cash flow dan price sales ratio maka, rumusan hipotesis pada hipotesis pertama
sebagai berikut:
H 1.a : Dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga
saham
H 1.b : Dividend yield berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham
H 1.c : Free cash f low berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham
H 1.d : Price sales ratio berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga
saham
Penelitian yang dilakukan oleh Baskin (1989), Rashid dan Rehman (2008),
Hussainey, Oscar, dan Chijoke (2011), Hashemijoo, Ardekan, dan Younesi (2012)
dan Nazir et al (2012) menjelaskan volatilitas harga saham umumnya terkait
dengan rasio utang jangka panjang, penghasilan volatilitas, pertumbuhan aset,
ukuran dan kebijakan dividen. Risiko pasar adalah faktor lain yang dapat
mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Risiko tersebut dapat
mempengaruhi perusahaan dalam membuat pilihan kebijakan dividen yang
optimal, sehingga sangat penting untuk menentukan variabel yang dapat
mempengaruhi pendapatan (Baskin, 1989).
Sebagai akibat kegiatan operasional, ada kemungkinan hubungan langsung
antara volatilitas harga dengan ukuran perusahaan, dimana perusahaan kecil
kurangnya informasi terkait dengan perusahaan sehingga invetor maupun lembaga
keuangan kurang tertarik dalam melakukan invetasi. Perusahaan kecil dalam
-
8/16/2019 F1313022_bab2
20/22
31
kegiatan operasionalnya dinilai kurang beragam. Kebijakan dividen dapat
mengakibatkan pertumbuhan bagi perusahaan. Di dalam penelitian sebelumnnya
ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen dan
volatilitas harga saham antara lain ukuran perusahaan, earning volatility,
pertumbuhan ,, dan long term debt yang menjadikannya sebagai variavbel kontrol.
Dalam penelitian Baskin (1989), Rashid dan Rehman (2008) dan Hussainey,
Oscar, dan Chijoke (2011) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Ukuran perusahaan merupakan proxy
yang dapat mengurangi tingkat risiko pada perusahaan.
Disisi lain dalam penelitian Hussainey, Oscar, dan Chijoke (2011)
menunjukkan debt berpengaruh postif signifikan terhadap volatilitas harga saham,
hal ini menunjukkan leverage yang besar akan menyebabkan semakin besar
volatilitas harga saham. Hashemijoo, Ardekan, dan Younesi (2012) dalam
penelitiannya dari keempat variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan
earning volatility berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham. Nazir et al
(2012) menunjukkan hasil yang berbeda dimana leverage berpengaruh postif
signikan terhadap volatilitas harga saham. Pertumbuhan asset berpengaruh negatif
signifikan terhadap dividend yield .
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang akan
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total
aktivanya, dimana besarnya aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat
-
8/16/2019 F1313022_bab2
21/22
32
memainkan peran dalam menjelaskan rasio pembayaraan dividen pada
perusahaan. Perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih
besar untuk menjaga reputasi dikalangan investor aktual maupun potensial.
Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar
modal apabila berencana melakukan emisi saham baru. Sedangkan
perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan dividen
yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah
aset perusahaan.
b.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi
besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh perusahan, maka akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen (Sutoyo dkk, 2010).
Rasio ini juga memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen
karena menunjukan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh suatu
pengembalian bersih atau laba yang dihasilkan dari investasi yang telah
ditanamkan atau dari penjualan.
c. Likuiditas
Likuditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan mendanai
operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Oleh
karena itu perusahaan yang memiliki likuditas baik maka kemungkinan
pembayaran dividen lebih baik pula (Arilaha, 2009). Likuiditas merupakan
-
8/16/2019 F1313022_bab2
22/22
33
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang bersifat
jangka pendek. Semakin tinggi lukiditas perusahaan, maka seharusnya
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
d. Kebijakan Utang
Kebijakan utang merupakan salah satu kebijakan keuangan yang
menyangkut sumber dana yang diperoleh dari sumber-sumber dana
eksternal perusahaan. Penggunaan sumber-sumber dana eksternal berupa
utang tentunya akan membawa konsekuensi timbulnya kewajiban bagi
perusahaan berupa beban bunga yang bersifat tetap. Hal tersebut dapat
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi oleh perusahaan.
e. Free Cash Flow
Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar perusahaan. Semakin kuat
posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen kepada pemegang saham. Kas tersebut biasanya
menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Manajer lebih menginginkan kas tersebut diinvestasikan kembali pada aset-
aset perusahan untuk meningkatkan insentif yang diterima dan
meningkatkan omset penjualan. Sedangkan pemegang saham lebih
menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen (Arilaha, 2009). Free
cash flow merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua
proyek yang memiliki net present value positif.