f_12235_10162

13
 POLA BUDAYA DAN MIGRASI MANUSIA PURBA DI SITUS SONG GENTONG Diusulkan oleh: A.A Putu Santiasa Putra Ketua NIM : 070917078 Angkatan 2009 Luthfi Hakim Anggota NIM : 070917045 Angkatan 2009 Puput Ertiandani Anggota NIM : 071017037 Angkatan 2010 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

Upload: alvath-tembria

Post on 21-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 1/13

 

POLA BUDAYA DAN MIGRASI MANUSIA PURBA DI SITUS SONG GENTONG

Diusulkan oleh:

A.A Putu Santiasa Putra Ketua NIM : 070917078 Angkatan 2009

Luthfi Hakim Anggota NIM : 070917045 Angkatan 2009

Puput Ertiandani Anggota NIM : 071017037 Angkatan 2010

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2012

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 2/13

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kami kemudahan

dan kekuatan dalam penyusunan artikel ilmiah tentang eskavasi penyelamatan

yang di lakukan di ceruk song gentong desa besole,kecataman

capurdarat,kabupaten Tulung Agung,yang mendapatkan banyak temuan-temuan

ekologi.Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak

langsung,yaitu kepada :

  Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kesempatan,kelancaran dan kemampuan untuk membuat artikel

ilmiah ini

  Orang tua yang senantiasa mendukung,memberikan sarana dan

motivasi  Dr. phil. Toetik Koesbardiati selaku dosen pendamping yang

 banyak memeberikan bahan dan arahan

  Teman-teman yang tergabung dalam tim ekskavasi penyelamatan

situs Sing Gentong

Besar harapan kami, karya tulis ini dapat dijadikan bahan kajian bagi

mahasiswa di masa yang akan datang. Kami sangat menyadari bahwa tiada

ciptaan manusia di dunia ini yang sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah

milik Tuhan semata. Oleh karena itu, kami menyadari karya tulis ini masih butuh

 banyak sentuhan-sentuhan untuk dapat disempurnakan. Oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi terciptanya laporan

yang lebih baik di masa yang akan datang.

Surabaya, 24 Februari 2012

Hormat kami,

Penulis

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 3/13

2

POLA BUDAYA DAN MIGRASI

MANUSIA PURBA DI SITUS SONG GENTONG

A.A Putu Santiasa Putra, Luthfi Hakim dan Puput ErtiandaniProgram Studi S1 Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga Surabaya 

ABSTRAK (BHS INDO DAN INGGRIS)

Song Gentong merupakan sebuah situs prasejarah yang berada di

kabupaten Tulungagung. Situs ini secara geografis berada pada pegunungan karst,

dan apabila dilihat secara luas maka situs ini juga berada didalam susunan

 pegunungan selatan, yang dimana di sepanjang Pegunungan Selatan banyak

terdapat situs-situs prasejarah lainnya, yakni: Song Keplek, Song Terus, Situs

Sampung, Situs Wajak, Song Gentong, dan Gua Jimbe. Banyaknya situs dan

temuan yang berada di Pegunungan Selatan menandakan jalur persebaran manusia

di Pulau Jawa bagian selatan, temuan arkeologis si situs tersebut mempertegas

adanya jalur migrasi manusia purba, disamping itu ekskavasi ini merupakan

ekskavasi penyelamatan dari kegiatan penambangan marmer yang berada di

sekitar situs.

Kata Kunci : Song Gentong, Migrasi, Ekskavasi Penyelamatan

Song Gentong is a prehistoric site and located in Tulungagung districts.

These sites are geographically located in karst mountain area and widely spread

within the composition of Southern mountain area where the other prehistoric

sites are located as well, such as: Song Keplek, Song Terus, Sampung Site, Wajak

Site, Song Gentong, and Jimbe Cave. The high number of sites and findings in

Southern mountain area marked the track of human spread in the southern Java.

Archaeological findings in these sites also confirmed the existence of early routes

of human migration. Besides, this excavation was also a part of Rescue excavation

in marble mining activities around the sites.

Keywords : Song Gentong, Migration, Rescue Excavation

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 4/13

3

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki banyak situs prasejarah yang memiliki nilai akademis

tinggi dan nilai histori tinggi t

        Bujur Timur, luas

 permukaannya mencapai 134.000 km². Berdasarkan poros utama barat-timur,

 pulau ini dapat dibagi dalam tiga jalur yang sejajar : lajur utama yang dibatasi

oleh pantai Laut Jawa dengan dataran rendah seperti dataran rendah Jakarta dan

 perbukitan; lajur tengah yang bersifat vulkanis dimana terdapat barisan gunung

 berapi dan jalur selatan yang dibatasi oleh Samudera Hindia di mana timbul

sedimen-sedimen purba dari zaman eosin, olisogen dan miosen, berserta tufa

 berandesit, breksi, ditambah batu gamping yang mengalami karstifikasi seperti

yang terdapat di daerah Gunung Sewu (Pacitan-Punung) (Hubert Forestier, 1998)

Gunung Seribu (Gunung Sewu dalam bahasa Jawa) yang berada pada

satuan fisiografis formasi Pegunungan Selatan menurut Van Bemmelen (1949)yang membagi pulau Jawa menjadi 7 satuan fisiografi. Pegunungan Selatan

terletak di tepi Samudera Hindia dengan panjang sekitar 300 km. Banyak sekali

 peneliti yang melakukan ekspedisi sepanjang Pegunungan Selatan pada abad ke-

20 karena Pegunungan Selatan terkenal kaya akan situs prasejarah dan temuan

litik di permukaan di segala zaman di daerah ini dapat ditemukan artefak masif

dari Pacitanian, artefak yang terlihat lebih baru seperti lancipan panah berdasar

cekung, atau bahkan artefak-artefak khas neolitik seperti beliung dan pecahan

tembikar (Hubert Forestier, 1998), daerah ini terkenal dengan kekayaan fauna

 purba, sejumlah besar temuan pada retakan karst Punung (Badoux, 1959 Hubert

Forestier, 1998) dan jika dilihat dari sudut pandang geomorfologis, daerah ini

dianggap luar biasa kerena menampilkan puluhan ribu bukit-bukit karst yang kaya

akan gua-gua dengan kandungan sendimentasi yang besar, bahkan pada tahun 30-

an Escher menyatakan ada 40.000 gua di daerah ini (Bartstra, 1976; Hubert

Forestier, 1998)

Pegunungan Selatan memegang peranan penting dalam persebaran

manusia purba di Indonesia dari jalur selatan teori Out of Africa, dari arah barat

Indonesia. Teori Out of Africa berbasis pada data paleoantologi dan bukti-bukti

genetika, data paleoantologi terutama dikembangkan oleh Stringer dan Brauer

dengan teori Recent Africa Origin dan African Hybridization dan Replacement

teori ini mengemukakan bahwa manusia modern muncul pertama kali di Afrika

sekitar 13.000 tahun yang lalu dan kemudian tersebar dari Afrika ke seluruh bumi.African Hybridization dan Replacement model menekankan bahwa kemungkinan

adanya hibridisasi antara populasi yang bermigrasi dengan populasi asli.

Sedangkan Recent African Origin Model menekankan adanya replacement dari

 populasi yang bermigrasi dari Africa terhadap populasi di luar Afrika, dengan atau

tanpa hibridisasi antara kelompok populasi ini (Toetik Koesbardiati, 2006). Homo

Sapiens modern pertama masuk ke Indonesia di duga 100.000 tahun lalu melalui

India (jalur barat Indonesia) dan Indocina ( jalur utara Indonesia ),

Adapun situs-situs prasejarah di Pegunungan Selatan, Gunung Sewu yang

di Jawa Timur, lihat gambar :

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 5/13

4

Gambar1. Beberapa Situs di Jawa Timur

Keterangan gambar

1.  Song Keplek

2.  Song Terus3.  Situs Sampung

4.  Song Gentong

5.  Situs Wajak

6.  Gua Jimbe

Situs Song Gentong

merupakan salah satu situs

 penting dalam mengungkapkan

 perjalanan manusia prasejarah di

Pulau Jawa, karena ekskavasi tahap pertama pada tahun 1996, ditemukannya bermacam-macam cangkang moluska, tulang hewan, kemiri, tulang hominid dan

sisa alat dari batu (Marliac dan Truman, 1996). Mengingat situs ini merupakan

 pegunungan karst, aktivitas penambangan oleh pabrik marmer mengancam

keberadaan situs, untuk itu atas dasar kesadaran akan pentingnya sebuah situs

sebagai nilai akademis maka penulis beserta peserta PKL (Praktek Kuliah

Lapangan) mata kuliah Antropogenese, melaksanakan ekskavasi penyelamatan di

situs Song Gentong.

TUJUAN

Dari uraian diatas tujuan ekskavasi penyelamatan ini adalah untuk melihat

konteks histori situs Song Gentong melalui jalur migrasi manusia purba dengan

konteks temuan dari situs-situs disekitaran daerah Pegunungan Sewu, serta

merekontruksi pola budaya dan ekologi hunian yang dilihat dari hasil temuan.

METODE 

Jenis Ekskavasi

Ekskavasi penyelamatan (Rescue excavation), yaitu ekskavasi yang

dilakukan untuk menyelamatkan data arkeologi sebelum terjadi peristiwa yang

akan mengakibatkan kerusakan data tersebut beserta konteks dan situsnya.

Peristiwa-peristiwa yang dimaksud di antaranya penggenangan waduk, pembuatan

 jalan, pembangunan di bidang industri, dan pengembangan kawasan pemukiman.

Dengan demikian, ekskavasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan

mengenai kondisi data dan situs arkeologi, sebagai bahan pertimbangan tentang

aspek penyelamatannya. Tujuan seperti ini biasanya mendasari kegiatan

 penyelamatan dan pemugaran suatu monumen yang indikasi awalnya sudah

diketahui, baik melalui penemuan tidak sengaja maupun sengaja, yang kemudian

terancam punah. (J. Susetyo Edy Yuwono, 2003)

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 6/13

5

Metode Ekskavasi

Sistem kotak (box), Pada sistem ini, kotak galian pada umumnya

 berukuran 2 x 2 m dan digali penuh (tanpa menyisakan dinding). Sistem ini palingumum diterapkan di Indonesia. (J. Susetyo Edy Yuwono, 2003)

Teknik Ekskavasi

Teknik yang dilakukan dalam proses ekskavasi ini digunakan teknik spit,

yaitu teknik pengupasan atau penggalian tanah yang dilakukan secara arbitrer

dengan interval ketebalan tertentu yang didasarkan pada jenis atau kepadatan

temuan (Sukendar, 1999), dalam ekskavasi kali ini tim menggunakan ketebalan 10

cm per spit. 

Teknik Pengukuran

Teknik Segi Tiga Siku-Siku (Phitagoras)

Dalam pembuatan lay-out kotak galian, teknik pengukuran yang dilakukan

adalah menghitung sisi diagonal dari kotak 2 m x 2 m. Pertama, kita membuat

sudut 1 diberi nama T1, dengan menggunakan bantuan 3 patok hitam putih setiap

sudut. Kemudian membuat T2, dengan menarik garis sepanjang 2 meter ke arah

timur. Selanjutanya menarik garis diagonal ke arah barat daya sepanjang 2,8 meter

 bersamaan menarik garis dari T1 ke arah selatan, yang merupakan T4. Serta T3

merupakan pertemuan antara garis T2 ke selatan sepanjang 2 meter dan T4 ke

timur 2 meter.

Teknik water pass

Water pass digunakan ketika akan mengukur kontur tanah pada kotak

galian, juga pada saat menentukkan posisi temuan pada kedalaman tertentu.

Teknik ini juga digunakan saat perekaman data stratigrafi tanah kotak galian.

Water pass ini sangat membantu saat melakukkan pengukuran. Untuk

mempermudah proses ekskavasi atau pengupasan tiap spit, beberapa peralatan

yang digunakan adalah: cangkul, sekop, sekop pasir/serol, cetok besar (bulat),

cetok kecil (segitiga), scarpper kecil, scrapper besar, cengkrong, levelling, tusukgigi, lot, skala 25 cm, skala 5 cm, skala 1 m, paku payungm patok hitam putih,

 patok merah putih, kompas, selang plastik 4 m, benang kasur, tali rafia, kuas,

 plastik untuk temuan

Proses Pelaksanaan Ekskavasi

Proses ekskavasi dimulai dengan pembuatan layout kotakpada permukaan

tanah dan penentuan titik SDP (Secondary Datum Point ) di setiap sudut pada

kotak, ini bertujuan untuk memulai pengupasan tanah pada permukaan yang

 paling tinggi. Sebelumya perekaman data permukaan dan temuan permukaan

dicatat, penentuan kotak tidak sembarangan sesuai kehendak tim namun

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 7/13

6

 berdasarkan estimasi dan kelola ruang ceruk oleh manusia purba, pada bagian

depan ceruk diasumsikan sebagai tempat pembuatan alat, tempat memasak , pada

 bagian tengah diasumsikan sebagai tempat berkumpulnya keluarga, tempat

intensitas kegiatan sehari-hari dilakukan dan pada bagian yang memiliki intensitas

cahaya sedikit diasumsikan sebagai tempat penguburan atau pembuangan sisamakanan. Namun asumsi tersebut hanya dapat kami bayangkan karena kondisi

ceruk akibat aktivitas penambangan.

PematokanSetelah menentukan titik SDP, Pematokkan dilakukan untuk membatasi

kotak yang akan digali. Selain keempat sudutnya dan disetiap sudut diberi 2 buah

 patok bantuan untuk menarik garis ke sudut yang lain, patok tersebut berwarna

hitam putih, digunakan juga patok bantuan sebagai penentu SDP berwarna merah

 putih dan selanjutnya pengukuran muka tanah dilakukan dengan mengukur tinggi

rendahnya permukaan tanah pada batas kotak ekskavasi. Pengukurann permukaan

tanah tersebut diukur melalui satu titik, yakni titik SDP.

Rekaman

Proses rekaman ini dilakukan terhadap seluruh tahap kerja lapangan juga

terhadap hasil temuan. Perekaman data dikerjakan baik melalui gambar, foto,

maupun pencatatan. Data yang terekam berupa posisi kotak, posisi temuan di

setiap spit, stratigrafi, gejala arkeologi yang ditemui, juga pelaksanaan penggalian

dari awal hingga akhir. Selanjutnya adalah mengambil foto kotak ekskavasi

sebelum dilakukan penggalian dengan diberi label nama kotak ekskavasi dan arah

mata angin,

Penggalian dilakukan dengan mengupas permukaan tanah sedalam 10 cm

 per spit, pada tahap pertama penggalian menggunakan cetok besar dan cangkul,.,

kemudian dilakukan perekaman dan pencatatan temuan tiap spitnya. Ada dua jenis

temuan yaitu temuan dalam spit dan temuan lepas. Temuan dalam spit merupakan

temuan yang masih berada pada tempatnya dan dapat diukur dengan koordinat X

(arah selatan), Y (arah utara), dan Z (kedalaman) dalam kotak galian, dan temuan

lepas merupakan temuan yang tidak mempunyai koordinat X, Y, Z dikarenakan

terlepas secara tidak sengaja oleh peneliti. Temuan dikumpulkan dan dipilah

sesuai dengan jenis temuan serta diberi label berdasarkan kotak, dan kordinat

dalam kotak.Selanjutnya penggalian menggunakan cetok kecil, kapi, dan kuas.Cetok kecil dan kapi bertujuan agar benda temuan pada setiap spit tidak hilang

dan dapat diketahui koordinatnya, kapi juga berfungsi sebagai perataan dinding

kotak ekskavasi secara vertikal, agar perekaman dan pencatatan stratigrafi tanah

dapat dilakukan secara detail dan kuas digunakan untuk memperjelas bentuk

temuan.Proses kerja terakhir yang dilakukan adalah melakukan perekaman dan

 pencatatan stratigrafi tanah kotak galian. Perekaman dan pencatatan stratigrafi

tanah menggunakan alat bantu tusuk gigi. Tusuk gigi ditancapkan kepada batas

lapisan tanah yang satu dengan yang lain. Penancapan tusuk gigi ini berfungsi

sebagai mempermudah perekaman, pencatatan dan pengukuran stratigrafi tanah

dalam kotak ekskavasi.

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 8/13

7

Gambar 1. Song Gentong I

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi 

Lokasi ekskavasi di Desa Besole, Kec. Campurdarat, Kab. Tulungagung,Provinsi Jawa Timur. Eskavasi ini dilaksanakan selama tiga hari, tanggal 10-12

Juni 2011.

Situs Song

Gentong adalah 2

 buah ceruk yang

 berjarak 70 meter

satu sama lain, ceruk

 pertama disebut SG

I dan ceruk kedua

disebut SG II berada

di sebelah timurceruk pertama.

Penamaan terhadap

ceruk memudahkan

dalam hal

 pembuatan dan

 pemberian label pada

setiap kotak yang di buat. Kotak ekskavasi terdiri dari 5 buah kotak yang masing-

masing beranggotakan 5 orang setiap kotak, yaitu SSG I-TP I, SSG I-TP II, SSG

I-TP III, SSG II-TP I, SSG I-TP III. SSG (Situs Song Gentong), TP (Tes Pit ).

Proses penentuan kotak ini berdasarkan

Hasil Temuan Situs-Situs di Pegunungan Selatan

Song Terus

Song terus Pacitan. Temuan: litik, seperti: alat-alat masif dan serpih-bilah,

alat-alat tulang, dan cangkang kerang (ada yang dipakai sebagai perhiasan:

anting). Jenis kelompok alat-alat masif antara lain: kapak penetak (chopping

tools), kapak perimbas (choppers), batu pukul (hammers), dan serpih-serpih yang

tergolong besar, sedangkan kelompok alat-alat non-masif diantaranya adalah

serpih-serpih yang mempunyai ciri jejak-jejak pemakaian, antara lain: bilah(blades), serut samping (side scrapers), serut cekung (notched scrapers), serut

ujung (end scrapers), lancipan (point), dan gurdi (borer).

Vertebrata : jenis ikan (kelas Pisces), jenis fauna melata (kelas Reptilia),

 jenis unggas (kelas Aves), dan jenis hewan menyusui (kelas Mamalia). Di

antaranya, yang sangat dominan adalah jenis monyet/ kera (Macaca sp), jenis

kerbau, sapi, dan banteng (Bovidae) serta jenis kijang dan rusa (Cervidae).

Alat dari tulang terutama jenis tulang panjang dan tulang betis.Moluska,

yang terdiri dari kelas Gostropoda, Pelecypoda, dan ChepolopodaMoluska dari

famili Veneridoe banyak dimanfaatkan sebagai alat dengan bentuk serut

(scrapeks).

Gambar 2. Song Gentong II

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 9/13

8

fragmen (pecahan) tengkorak, tulang-tulang jari, dan gigi-gigi sistem

hunian dan tata cara penguburan di dalam gua/ ceruk memperlihatkan corak

 budaya yang berkembang pada masa Mesolitik, seperti halnya di Song Keplek,

Gua Lawa (Sampung), dan Song Gentong (Tulungagung).

Song Keplek

Song Keplek Pacitan, temuan berupa Hominid: fragmen parietal dan

temporal tengkorak, tulang pelipis, sejumlah besar gigi, fauna: bovidae, suidae,

elepantidae, celonidae, testudinidae, seyepraediae, gastropoda, pelidae, litik :

14.539 buah temuan dari batu rijang, beberapa alat dari tulang, perhiasan dari

cangkang berlubang, manik-manik dan lain-lain

Situs Wajak

Situs wajak Tulungagung, temuan berupa dua buah tengkorak manusia purba, temuan pertama terdiri dari atas tengkorak termasuk fragmen rahang

 bawah, dan beberapa buah ruas leher, temuan kedua terdiri atas fragmen

tengkorak, rahang atas dan bawah, serta tulang paha dan tulang kering yang

diperkirakan hidup antara 40.000 –  25.000 tahun yang lalu, selain itu fosil tapirus

 juga ditemukan yang diperkirakan berasal dari masa glasial keempat

Hasil Temuan Tahap Pertama

Ekskavasi Tahap pertama oleh A Marliac dan Truman Simanjuntak   pada tahun

1996Moluska : Gastropoda, Arthropoda,

Vertebrata: reptil (ophidae, testunididae)

Mamalia (muridae, suidae, bovidae, viviridae, hystricidae, cervidae,

cercopithedae, mominidae

Litik, alat-alat dari batu, alat-alat dari tulang dan alat dari cangkang moluska, dan

sisa-sisa alat-alat batu

Tabel 1. Sisa-sisa batu

(sumber : Marliac dan Truman, 1996)

 No TYPES KI/SGI KII/SGI KI/SGII KII/SGII KIII/SGII KIV/SGII TOTAL

1 Flake 9 6 3 9 1 17 45

2 Percutor 2 1 3

3 Blade 1 1

4 Core Tool 1 1

5 Multi-faceted scraper 1 1

6 High- backed scraper 1 1 2

7 Concave scraper 1 1 2

8 Point 1 2 3

9 Borer 1 1

10 Disk 1 1

11 Core tool 1 1

12 Chopping tool 1 1

13 Mortar 2 1 3

14 Pestle 2 2

TOTAL 12 6 8 12 5 24 67

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 10/13

9

Hasil Temuan Tahap Kedua

Hasil temuan tahap kedua merupakan hasil ekskavasi penyelamatan yang

 penulis laksanakan, adapun alasan pemilihan kotak sebagai berikut. Kotak SSG I-

TP I karena tempat tersebut berada di sebelah timur dan dekat dengan dinding guadi perkirakan sebagai tempat pembuangan sampah atau tempat pembuatan alat,

sedangkan kotak SSG I- TP II juga diasumsikan sebagai tempat penguburan

karena intensitas cahaya yang ssedikit dan berada di dalam gua dekat dengan

dinding gua sebelah utara , sementara itu SSG I- TP III diasumsikan sebagai

tempat berkegiatan sehari-hari atau memasak, karena kotak berada di tengah gua.

Kotak SSG II-TP I diasumsikan sebagai tempat penguburan masa lalu ,

karena kotak tersebut berada di sebelah timur dan dekat dengan dinding gua.

Sedangkan kotak SSG II  –  TP I di duga adalah tempat yang digunakan sebagai

tempat bekerja dan membuat alat.

Tabel 1. Hasil Temuan SGG I dan SGG II

(sumber : analisis data, 2011)

Ekologi

Berdasarkan hasil kajian arkeologi ruang pada berbagai himpunan gua,

dapat diketahuai bahwa masing-masing himpunan gua memiliki karakter sendiri-

sendiri. Selain itu, lokasi himpunan gua menunjukan adanya gua lokasi yang

 NO TEMUAN SSG I-TP I

SSG I-TPII

SSG I-TP III

SSG II-TP I

SSG II-TP II

TEMUANPERMUKAAN

SSG II DI

LUAR KOTAK

TOTAL

1 Frag. Tulang 3 34 13 20 12 82

2 Gigi 1 1 2

3 Cangkang

Molusca

3 3 8 5 6 25

4 Frag. Cangkang

Molusca

6 32 6 11 3 3 61

5 Frag. Plastron 1 3 4

6 Frag. Karapas 1 1

7 Frag Gerabah 2 2 4

8 Artefak 1 4 2 7

9 Ekofak 5 1 6

10 Batu Rijang

Merah

4 4

11 Batu Andesit 2 7 5 14

12 Besi Tua 3 3

Total 17 77 37 45 16 21 213

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 11/13

10

secara geografis dekat dengan pantai dan himpunan gua yang berlokasi jauh dari

 pantai atau di daerah pedalaman. Kedua lokasi himpunan memiliki karakter

tersendiri berdasarkan data yang di temukan. Himpunan gua yang berlokasi jauh

dari pantai atau daerah pedalaman memiliki temuan yang cenderung didominasi

oleh alat dari batu (litik) daripada alat dari cangkang moluska, adapun himpunangua yang terletak di daerah pantai memiliki kecenderungan temuan dari alat-alat

cangkang moluska (Nurani, 2009. Asikin dan Hascaryo, 2010).

Fluktuasi debit air sungai sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Musim

 penghujan debit air maupun arus air permukaan sangat tinggi sedangkan pada

musim kemarau debit air maupun arus air kekeringan. Air permukaan tidak

 pernah tergenang menjadi rawa maupun danau disebabkan oleh faktor batuan

 penyusun berupa batu gamping. Kondisi geologi ini dapat memberi gambaran

kapan manusia purba mengeksploitasi moluska ait tawar yaitu pada musim kering,

dan ketika musim penghujan terjadinya peningkatan debit volume, arus cukup

 besar, dan air tampak keruh, dan pertumbuhan moluska tidak baik, hingga

ketersediaannya mengalami penurunan, namun hewan vertebrata banyak yangmencari minum disekitar aliran sungai (Indah Asikin, Agus Tri Hascaryo, 2010)

asumsi ini jika dikaitkan dengan temuan sangat memungkinkan perbedaan pola

makanan dan ketersediaan pangan di daerah tersebut, adanya moluska

mengindikasikan bahwa manusia penghuni gua mengkonsumsi sebagai nutrisi

disamping itu adanya sisa vertebata juga mengindikasikan sisa makanan dari

manusia purba, temuan artefak litik seperti bola-bola batu, juga merupakan

indikasi bahwa manusia purba menggunakan bola-bola batu salah satu strategi

untuk menyerang hewan pada saat mereka mencari minum di aliran sungai.

Temuan artefak cangkang moluska walaupun pada temuan permukaan di

SSG II, memiliki peran penting dalam mengungkapkan jejak budaya terutama di

 pulau jawa (Indah Asikin, Agus Tri Hascaryo, 2010) dan pemanfaatannya sebagai

alat kegiatan sehari-hari merupakan inovasi teknologi akibat dari lingkungan dan

 jenis sisa konsumsi penghuni ceruk.Hasil ekskavasi pada tahap pertama tahun

1996 dan kelima kotak galian menunjukan bahwa ceruk situs Song Gentong

merupakan tempat hunian yang intensif dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari.

Tempat yang biasa dipakai sebagai hunian oleh manusia purba yakni tempat yang

tidak mudah didatangi gangguan, atau juga tempat yang dapat dipakai sebagai

tempat pertahanan, misalnya dari serangan binatang buas disamping itu tempat

tersebut juga dapat dipakai sebagai tempat berteduh. Lokasi gua ataupun ceruk

yang mereka huni harus cukup luas untuk seluruh anggota kelompok, dan mudah

mencapainya serta mudah untuk mencari kebutuhan dasar, yaitu makanan dansumber air minum (Eriawati dkk, 1995). Song Gentong I dan II merupakan situs

yang menghadap keselatan, dengan atap yang menjorok ke depan pada zaman

dahulu, tepat di depan situs sekitar kurang dari 50 meter terdapat bekas sungai,

yang memungkinkan pada zaman manusia purba digunakan sebagai pemenuhan

kebutuhan sehari-hari, dan tempat mencari makanan.

Jika di lihat dari sudut migrasi manusia purba di pulau Jawa dalam konteks

temuan terhadap 3 gua disekitarannya, manusia purba pada zaman itu pernah

melintasi dan menghuni ceruk Song Gentong,

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 12/13

11

KESIMPULAN 

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa simpulan sementara

yang diperoleh dari hasil penelitian di Situs Song Gentong dan lingkungan

sekitarnya.

  Berdasarkan data dan analisis geoarkeologi yang didapat, dapat diketahui

 bahwa manusia pendukung situs Song Gentong beradaptasi dengan

melakukan penjadwalan perolehan makanan mengikuti musim tertentu, hal

tersebut terlihat pada ketersediaan makanan pada musim basah dan musim

kering. Pada musim basah benyak terdapat binatang vertebrata, sedangkan

 pada musim kering berlimpah kesediaan binatang invertebrate yaitu

moluska. Pola hunian manusia purba adalah mencari tempat yang dekat

dengan semua kebutuhan sehari-harinya

  Berdasarkan temuan litik dapat dikemukakan bahwa manusia pendukung

situs Song Gentong telah memiliki teknologi yang bisa dibilang maju, hal

tersebut terlihat dengan adanya artefak berupa bola-bola batu dari batuan

andesit dan alat batu yang terbuat dari batuan rijang merah, selain itu

mereka juga telah dapat membuat alat serut dari cangkang moluska.

  Dari migrasi manusia purba di pulau Jawa kita dapat mengetahui

 persebaran penyakit yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan,

adaptasi manusia terhadap lingkungannya, pencampuran gen dan perilaku

manusia (Michael Winkelman, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Forestier, Hubert. 1998.  Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu, Prasejarah Song

 Keplek, Gunung sewu, Jawa timur. Terjemahan oleh Gustaf Sirait, Daniel

Perret dan Ida Budipranoto.Jakarta. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Koesbardiati, Toetik. 2006. Teori-Teori munculnya Manusia Modern.

Masyarakat, kebudayaan dan Politik. XIX (4): 1-10.

Marliac. A dan Simanjuntak Truman.  Preliminary Report on the Site of Song

Gentong Kabupaten Tulungagung, East Java (Indonesia). Makalah

disajikan dalam Communication to the 6th International Congress of

European Association of SoutheastAsian Archaeologists, International

Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden, 2-6 Sept.1996, Netherlands

 Nurani, Indah Asikin dan Hascaryo, Agus Tri. 2010. Pola Hidup Komunitas Gua

 Hunian Prasejarah Kawasan Karst Blora. Dalam Berkala Arkeologi

Tahun XXX . (Eds) No 1 / Mei 2010. (hlm 23-38). Yogyakarta. Balai

Arkeologi Yogyakarta.

Strom, Paul. 1995. Scripta Geologica, The Evolutionary Significance of The

Wajak skulls D B G ‘-Gravenhage

7/24/2019 f_12235_10162

http://slidepdf.com/reader/full/f1223510162 13/13

12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua kelompok Nama : Anak Agung Putu Santiasa Putra

 NRP : 070917078Jurusan / Fakultas : Antropologi Sosial / Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Tempat, tanggal lahir : Denpasar, 21 April 1991

Universitas : Universitas Airlangga

HP : 085730655028

Alamat : Jl. Kertaja x/6, Surabaya

Email : [email protected] 

Tanda tangan :

Anggota Nama : Luthfi Hakim

 NRP : 070917045

Jurusan / Fakultas : Antropologi

Tempat, tanggal lahir : Kab. Malang, 27 Nopember 1991

Universitas : Universitas Airlangga Surabaya

HP : 085730266667

Alamat : Jl. Gubeng Kertajaya 13E/3, Surabaya

Email : [email protected] 

Tanda tangan

 Nama : Puput Ertiandani

 NRP : 071017037

Jurusan / Fakultas : Antropologi

Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 9 Oktober 1992

Universitas : Universitas Airlangga Surabaya

HP : 081326419685

Alamat : Jl. Karangmenjangan Gg.4/9B, Surabaya, Jawa Timur

Email :  [email protected] 

Tanda tangan :