expert ca renal
TRANSCRIPT
LAPORAN EXPERT TENTANG KEMOTRAPI
PADA Tn. G DENGAN KANGKER RENAL
DI RUANG MELATI I
RUMAH SAKIT UMUM Dr. MOEWARDI SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
VIVEN CORNYSEN
SN 142114
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak darah yang senantiasa lewat melalui ginjal yang
terdiri atas filter (saringan ) kecil tak terhitung banyaknya
( neuron ). Filtrat ( air saringan, air tapis) melewati tabung –
tabung mini yang terletak di lapisan sumsum ginjal, ditempat
zat – zat bermanfaat dan berharga seperti garam, mineral, dan
gula diseleksi dan diserap lagi ke dalam dara. Sisanya, ampas
yang tak berguna dari pembakaran di jaringan menuju lewat
piala ginjal sebagai urine ke saluran kemih dan kandung
kemih.
Seperti kebanyakan kanker, pada penyakit kanker ginjal
keluhan dan simptom tidak ada untuk jangka waktu lama,
tumornya muncul secara laten (tersembunyi ). Tanda
pertamanya adalah darah pada urine, nyeri punggung atau
benjolan yang teraba. Tiga gejala ini terkadang disebut trias
grawit, jelas merupakan tanda lambat dan menunjukkan pada
suatu stadium lanjut. Hamturi, darah di urine disebabkan oleh
pertumbuhan lanjut ke dalam piala ginjal, diikuti oleh
perdarahan dari tumor. Terkadang darah di dalam piala ginjal
membeku, kemudian darah beku ini disertai serangan kolik
( remas ) yang ditandai oleh kejang nyeri hebat, didesak ke
bawah melalui saluran kemih. Saluran kemih bereaksi atas
darah beku seakan – akan berupa batu ginjal. Jadi sesudah
suatu kolik, tidak keluar batu bersama air kemih, maka
mungkin kanker sel ginjal penyebab.
Kanker ginjal menyebabkan 2% dari semua penyakit
kanker yang menyerang orang dewasa di Amerika serikat.
Penyakit ini menyerang laki-laki hampir dua kali lebih banyak
dari pada wanita dan umumnya mengenai laki-laki pada usia
diatas 55 tahun. Insidensi carsinoma sel ginjal ( kanker ginjal )
mengenai 3 per 1000 orang dan ditemukan sekitar 31.000
kasus baru ditemukan disetiap tahun , serta 12.000 orang
meninggal karena kanker ginjal di AS.
Pengobatan kemoterapi untuk penyakit kanker diawali sekitar tahun
1940, ketika itu, dunia sedang dilanda Perang Dunia II. Salah satu jenis senjata
yang diteliti penggunaannya untuk digunakan dalam perang adalah senjata
kimia yakni dengan menggunakan gas mustard. Suatu ketika, tanpa sengaja gas
mustard tersebut diledakkan oleh sekelompok orang.
Mereka yang terkena dampak dari ledakan gas itu, setelah diperiksa
ternyata sel darah putihnya (pasukan imun sistem) sangat rendah. Berdasarkan
kejadian itulah, para dokter berkesimpulan bahwa untuk membunuh sel-sel
kanker yang semula dilakukan dengan menyuruh pasien menghirup gas melalui
sistem pernapasan, diganti dengan memberikan pengobatan melalui pembuluh
darah. Hasilnya cukup efektif, karena pasien kanker mengalami banyak
kemajuan. Penelitian tentang pengobatan kanker dengan memasukkan obat-
obatan ke dalam pembuluh darah terus dikembangkan, sehingga kita kenal
sistem pengobatan yang saat ini dinamakan kemoterapi.
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang bekerja pada seluruh
bagian tubuh dengan cara melenyapkan sel-sel kanker yang perkembangannya
sangat cepat. Kemoterapi bisa dilakukan sebelum pembedahan maupun
sebelum radiasi dengan maksud untuk memperkecil ukuran tumor, bisa juga
dilakukan setelah proses pembedahan dan radiasi dengan maksud untuk
membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh. Kelemahan dari
kemoterapi, daya kerjanya tidak hanya efektif dalam menghambat dan
membunuh sel-sel kanker, tapi juga berpengaruh negatif terhadap sel-sel
normal. Sehingga pengobatan kemoterapi, selalu diiringi dengan efek samping
yang berpengaruh negative terhadap kesehatan tubuh.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan informasi dan
menambah pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit Kangker Renal, makalah
ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah / KMB.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui definisi dari Kangker Renal
- Untuk mengetahui etiologi Kangker Renal
- Untuk mengetahui manifestasi klinis Kangker Renal
- Untuk mengetahui penatalaksanaan Kangker Renal
- Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kangker Renal pada pasien
KMB
BAB II
ISI
A. Asuhan Keperawatan Teori
1. Definisi
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia
Klasifikasi tumor renal :
1. Tumor jinak
a. Hemartoma
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang
terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini
bukan merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai
hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan
menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan
juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang multisentrik (De
Jong, 2007 dalam nanda ).
b. Fibroma Renalis
Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan
diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla.
Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi
tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm,
yang terletak dalam korteks ginjal.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang
dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel
renalis.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal.
Beberapa menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri
atau merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu
terjadi trauma.Tumor yang jarang ditemukan ialah tumor sel
jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang merupakan penyebab
terjadinya hipertensi (Underwood, 2000dalam nanda 2015). Jenis tumor
lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong, 2000
dalam nanda 2015).
2. Tumor ganas
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal
dari urotelium, yaitu karsinoma sel transisional atau berasal dari sel epitel
ginjal atau adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari sel nefroblas,
yaitu tumor Wilms.
2. Etiologi
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui. Merokok
mungkin mempunyai peran. Pada kira-kira 40% penderita telah ditemukan
metastasis pada waktu tumor primer ditemukan. Lama hidup rata-rata
penderita ini 6 – 12 bulan. Tanpa penanganan proses lokal ini meluas
dengan bertumbuh terus ke dalam jaringan sekelilingnya dan dengan
bermetastasis menyebabkan kematian. Progesifitasnya berbeda-beda,
karena itu periode sakit total bervariasi antara beberapa bulan dan
beberapa tahun. Gambaran histologiknya heterogen, disamping sel-sel
jernih (clear cell) dan eosinofil glandular (granular cell) terdapat lebih
banyak sel polimorf, fusiform dan sel-sel raksasa. Bagian-bagian
karsinomatosa sering terdapat disamping bagian-bagian
pseudosarkomatosa diselingi dengan nekrosis dan perdarahan.
3. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya
membuncit ketika di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena
invasi tumor yang menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor. Gejala lain yang
bisa muncul adalah :
a. Malaise ( merasa tidak enak badan).
b. Anorexia
c. Anemia
d. Lethargi
e. Hemihypertrofi
f. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada ( karena ada metastase ).
4. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasound abdominal
2. Terdapat massa padat pada perut ( retrperitoneal ) sebelah atas.
3. CT scan
Dapat memberikan gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus
menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke
jaringan sekitarnya.
4. Foto Toraks
Karena tingginya insiden metastase tumor ke paru-paru,maka setiap
pasien dengan Tumor Wilm’s harus di lakukan pemeriksaan foto toraks.
5. Pemeriksaan darah dan urine :Untuk menilai fungsi ginjal dan hati.
6. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
7. MRI Perut.
8. CBC,BUN,dan Kreatinin.
9. PIV dan Nefroktom
5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan
kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi
kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis
tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral
normal, dilakukan nefrektomi radikal.
a. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat
kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat
sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi
sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian
sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan
prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah
untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa
tumor sehingga lebih mudah di reseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam
pengobatan tumor, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin,
Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah
menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi
akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
1. Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces,
diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari
secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500
mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu
digunakan sebagai terapi prabedah.
2. Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak
lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan
neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi
pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi
dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi,
sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab
relaps.
3. Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga
hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat
melewati sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila
melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
4. Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
5. Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral
100-300 mg/m2/hari.
6. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis dan kelangsungan hidup jangka
panjang adalah :
- Gambaran histologis
- Umur dan kesehatan anak secara umum saat di diagnosis
- Ukuran tumor primer
- Respon terhadap terapi
- Toleransi anak terhadap obat-obatan yang spesifik,prosedur atau
terapi.
Kemoterapi untuk Pengobatan Kanker
Ada 2 alasan utama dilakukannya kemoterapi untuk pengobatan penyakit
kanker:
1. Untuk melenyapkan, setidaknya mengendalikan tumor, serta
meringankan derita yang dirasakan penderita penyakit kanker,
yakni rasa sakit. Kemoterapi jenis ini disebut kemoterapi paliatif.
2. Untuk mencegah munculnya kembali sel-sel kanker pasca
dilakukan operasi atau terapi radiasi. Kemoterapi jenis ini
dinamakan kemoterapi adjuvant.
Pengaplikasian kemoterapi untuk pengobatan penyakit kanker dapat
dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Kemoterapi dijadikan sebagai terapi utama dalam prosedur
pengobatan, dengan maksud untuk melenyapkan sel-sel kanker
hingga benar-benar bersih.
2. Kemoterapi dijadikan sebagai terapi tambahan terhadap para pasien
yang selesai melakukan operasi atau radiasi, dengan maksud agar
tidak ada lagi tumor yang tersisa.
3. Kemoterapi dijadikan sebagai terapi paliatif terhadap penderita
kanker yang berada pada stadium lanjut atau stadium 4B, dengan
maksud untuk mengontrol tumbuhnya sel-sel kanker.
Sebelum pasien divonis harus menjalani kemoterapi, dokter diwajibkan
melakukan serangkaian pemeriksaan terutama yang berhubungan dengan
fungsi ginjal dan hati. Setelah pasien ditetapkan harus menjalani
kemoterapi, tindakan atau bentuk kemoterapi yang diberikan oleh dokter
terdiri atas 3 jenis tindakan, yaitu:
1. Menggunakan kapsul atau tablet, yang merupakan cara paling praktis
karena bisa dilakukan sendiri oleh pasien dimanapun berada, tentunya
dengan memperhatikan saran dokter.
2. Lewat injeksi atau suntikan, yang harus dilakukan oleh dokter di rumah
sakit, klinik, atau ruang praktek dokter.
3. Melalui infus, yang harus dilakukan paramedis berpengalaman dan
dilakukan di rumah sakit atau di klinik khusus.
Pemberian kemoterapi, frekuensinya tergantung pada jenis serta
tingkat atau stadium kanker yang diderita pasien. Itu sebabnya dokter tidak
bisa langsung memutuskan untuk memberikan kemoterapi, meskipun
pasien mampu membayarnya. Dokter harus benar-benar tahu, kanker jenis
apa yang diderita pasien dan sudah berada pada stadium berapa.
Efek Samping Kemoterapi Beserta Cara Mengatasinya
Seperti yang telah disebutkan di atas, kemoterapi adalah proses
pengobatan dengan memasukkan racun ke dalam tubuh, guna meracuni
sel-sel kanker agar binasa dan tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain.
Persoalannya, kemoterapi tidak hanya meracuni sel-sel kanker saja, tapi
disaat yang sama juga menghambat pertumbuhan sel-sel sehat yang
terdapat di dalam sumsum, saluran pencernaan (gastroinrtestinal tracts),
dan yang lainnya, sehingga dapat merusak organ-organ tubuh yang lain,
seperti ginjal, hati, paru-paru, jantung, dan lain-lain. Beban racun dari
kemoterapi yang berlebihan, juga mengancam sistem kekebalan tubuh,
sehingga penderita kanker yang menjalani kemoterapi, akan menderita
infeksi dan komplikasi sebagai efek samping dari kemoterapi.
Efek samping dari kemoterapi tersebut, jelas tidak bisa dihilangkan
karena merupakan proses alami akibat dari masuknya racun ke dalam
tubuh. Sehingga yang bisa dilakukan oleh mereka yang menjalani
kemoterapi hanya dengan mengatasinya agar efek samping tersebut dapat
ditekan seminim mungkin, dan tidak berkembang menjadi penyakit baru.
Berikut beberapa efek samping dari kemoterapi beserta cara mengatasinya:
1. Rambut Rontok
Efek samping yang mudah dilihat dari pasien kanker yang
menjalani kemoterapi adalah rontoknya rambut, disebabkan sel-sel folikel
rambut yang juga dapat membelah dengan cepat sebagimana sel kanker
ikut diberangus oleh kemoterapi yang tidak bisa membedakan antara sel
yang berbahaya dengan sel yang sehat. Untuk mengatasi rambut yang
rontok, tidak ada jalan lain kecuali dengan mengenakan wig, atau tetap
tampil percaya diri dengan kondisi rambut yang ada.
2. Mual dan Muntah
Efek samping lainnya yang kerap terjadi akibat kemoterapi adalah
rasa mual yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, dehidrasi dan
konstipasi. Jika mual semakin marah, akan berlanjut dengan muntah-
muntah. Hal ini disebabkan karena beberapa jenis dari obat untuk
kemoterapi memang menimbulkan rasa mual, disamping karena sebagian
orang memang sangat rentan terhadap rasa mual. Untuk mengatasi rasa
mual dan muntah, pasien yang menjalani kemoterapi sebaiknya makan dan
minum dalam jumlah sedikit namun dilakukan dengan sering.
Menghindari makanan yang aromanya menyengat, berminyak, berlemak,
terlalu manis, panas, dan pedas. Meminum wedang jahe serta teh
beraroma mint juga bisa mencegah mual dan muntah. Selain itu muntah
juga dapat diminimalisir dengan mengkonsumsi Vitamin B6 dengan dosis
50 mg.
3. Diare dan Konstipasi
Munculnya diare disebabkan karena kemoterapi ikut
menghancurkan sel-sel dinding, selain juga disebabkan karena kekurangan
gizi, stress, dan rasa cemas. Pengaruh dari diare itu sendiri dapat
menimbulkan rasa mual, kembung, kram dan sakit perut, serta iritasi pada
kulit. Beberapa obat anti kanker juga edapat menimbulkan konstipasi jika
tidak dibarengi dengan asupan cairan dan serat yang cukup. Untuk
mengatasi serangan diare, penderita kanker yang melakukan kemoterapi
sebaiknya menghindari makanan yang digoreng, sayuran mentah, biji-
bijian, kacang-kacangan, dan minuman yang terlalu panas atau terlalu
dingin. Sebaliknya, mereka harus memperbanyak mengkonsumsi telor,
kentang, yogurt tawar, roti putih, serta pisang.
4. Alergi atau Hipersensitif
Alergi dan hipersensitif timbul karena respon sistem kekebalan
tubuh akibat kemoterapi. Alergi yang parah dapat memicu terjadinya
Anafilaksis, yang menyebabkan schock, tekanan darah rendah, bahkan
berujung kematian. Gejala dari reaksi alergi akibat kemoterapi diantaranya
gatal-gatal, ruam kulit, sulit bernapas, serta pembengkakan lidah, bibir dan
kelopak mata. Beberapa jenis obat alergi memang dapat dipakai untuk
mengatasinya, namun agar lebih aman sebaiknya berkonsultasi dulu
dengan dokter.
5. Masalah Kulit
Berbagai macam permasalahan kulit akan muncul selama proses
pengobatan kemoterapi, seperti kulit kering, ruam, pecah-pecah gatal,
bersisik, terkelupas, dan sensitif terhadap sinar matahari. Untuk itu
sebaiknya menghindari paparan sinar matahari langsung, serta menjauhi
tempat-tempat yang kotor dan berdebu.
6. Anemia
Produktifitas sumsum tulang dalam menghasilkan sel darah merah
dapat menurun akibat kemoterapi, sehingga jumlah sel darah merah
menjadi berkurang. Karena sel darah merah fungsinya mengedarkan
oksigen ke seluruh tubuh, dengan kurangnya sel darah merah dapat
membuat jaringan tubuh juga kekurangan oksigen, dan menyebabkan
anemia yang ditandai degan berbagai macam gejala, seperti sesak napas,
lesu, lelah, serta pusing. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan
tidur yang cukup, menghindari olah raga berat, mengkonsumsi sayur,
daging merah, hati, dan jika memang dibutuhkan dapat mengkonsumsi
suplemen eritropentin dan besi.
7. Infeksi
Kemoterapi membuat produksi leukopenia atau sel darah putih
berkurang, sehingga berdampak pada melemahnya sistem kekebalan tubuh
dan membuat tubuh rentan terserang infeksi. Dengan kondisi tubuh yang
rentan terhadap serangan infeksi itulah, pasien yang menjalani kemoterapi
sebaiknya tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang sakit,
dengan orang yang baru mendapatkan vaksinasi, tidak berada di tempat
yang ramai, dan membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun
antiseptic untuk mencegah infeksi.
8. Pendarahan
Terjadinya supresi sumsum tulang akibat kemoterapi dapat
membuat jumlah trombosit berkurang, sementara trombosit sendiri
berperanan penting pada proses pembekuan darah. Itu sebabnya efek
samping berupa pendarahan ikut menyertai pasien yang menjalani
kemoterapi. Untuk itu, gunakan mouthwash dan dental floss saat
membersihkan gigi guna mencegah gusi berdarah. Gunakan lipbalm untuk
menjaga agar bibir tidak kering dan mengelupas. Hindari pemakaian alat
cukur listrik. Hindari olah raga berbahaya, dan perbanyak meminum air.
9. Kelelahan
Kelelahan merupakan efek samping yang lumrah pada pasien yang
menjalani kemoterapi, disebabkan karena rasa sakit, kurang tidur,
hilangnya nafsu makan, serta darah rendah. Kelelahan bisa muncul secara
tiba-tiba, serta menyerang tubuh selama berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan bisa sampai pada hitungan bulan. Untuk mengatasinya, meski sulit
usahakan untuk tidur biarpun dalam waktu yang sebentar dan lakukan
sesering mungkin. Lakukan olah raga ringan guna membantu metabolism
tubuh. Perbanyak mengkonsumsi cairan serta makanan yang kaya akan
vitamin B12, seperti susu, ikan, dan daging. Jika dokter mengijinkan,
dapat pula mengkonsumsi suplemen vitamin B12.
10. Sakit Tenggorokan dan Sariawan
Kemoterapi juga dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada
tenggorokan dan jaringan mulut yang pada akhirnya menjadi penyebab
sariawan. Untuk mengatasinya, berkumurlah dengan air garam atau baking
soda, makanlah makanan yang lunak dan tidak mengiritasi, serta sikatlah
gigi sedikitnya 4 kali dengan memakai sikat yang lembut.
b. Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis
tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneall total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.
6. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang
mula-mula berada di dalam korteks, dan kemudian
menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-
kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis
dan diresorbsi.Cara penyebaran bisa secara langsung
menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya dan melalui
pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah
ke kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati,
tulang , adrenal dan ginjal kontralateral (De Jong, 2006).
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal.
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat
unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau enyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa sglomerulus dan tubulus yang
primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak
nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,
tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada
nyatanya memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai
jaringan ikat ). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas
hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan
palpasi. Munculnya tumor Wim’s sejak dalam
perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat
setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal
atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.
Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering terjadi
nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi
biasanya terkait iskemik pada renal IV.
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel
tubulus proksimal ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara
herediter atau non herediter. Keduanya memberikan
bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural
dari kromosom. Studi genetika kanker ginjal menyebabkan
kloning gen yang menghasilkan perubahan formasi tumor (
Iliopoulos, 2007 ).
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait
dengan karsinoma sel ginjal, meliputi : sindrom von Hippel
– Lindau (VHL), hereditary papillary renal carcinoma
(HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt –
Hogg – Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal
herediter ( Iliopoulos,2007 ).
Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom
autosomal dominan yang memberikan predisposisi untuk
berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal. Renal cell
carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan
penyakit Hippel-Lindau von dan merupakan penyebab
utama kematian di antara pasien tersebut.
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah
kelainan bawaan dengan pola dominan warisan autosom;
individu yang terkena mengembangkan karsinoma ginjal
bilateral ( Radovanovic, 1986 ). Individu dengan onkosit
ginjal familial mengembangkan oncocytoma multifokal
atau neoplasma oncocytic di ginjal. Sindrom Birt – Hogg –
Dube adalah sindrom kulit turun – temurun. Pasien dengan
sindrom Birt – Hogg – Dube memiliki kecenderungan
dominan diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak
dari foliker rambut ( yaitu fibrofolliculomas ), terutama di
leher, wajah dan batang atas, serta berisiko
mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan
kista paru ( Iliopoulos, 2007 ). Kanker ginjal memberikan
berbagai manifestasi masalah keperawatan.
B. Resum Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Alamat : Nguneng Puhpelem Wonogiri Jawa Tengah
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : CA Renal
No. Registrasi : 01.27.16.xx
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
Mual Muntah dan Nyeri Perut
2) Riwayat Penyakit sekarang
Pasien Mngatakan Sudah satu minggu di rumah sakit untuk
melakukan Kemotrapi
c. Pemriksaan Fisik
Keadan Umum : Copos Mentis
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Mata :
- Simetris kanan dan kiri
- Tidak ada lesi
- Palpebra hitam ka/ki
- Konjungtiva an anemis ka/ki
- Sclera anikterik ka/ki
Hidung :
- Bentuk hidung simetris
- Tidak ada lesi pada area hidung
- tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut :
- Tidak ada pendarahan dari mulut
- Gigi tidak Lengkap dan tidak berlobang
- Bentuk bibir simetris
- Bibir terlihat sedikit pucat dan sariawan
- Tenggorokan terdapat peradangan
Telinga :
- Tidak pendarahan
- Tidak ada lesi pada daun telinga
- Bentuk simetris Kanan = kiri
Dada
Jantung :
- Inspeksi : simetris antara dinding dada kiri dan kanan.
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula
dextra
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Paru-paru :
- Inspeksi : Tidak ada trauma thorak, pengembangan
dada kanan kiri sama, menggunakan otot
bantu pernafasan saat inspirasi
- Palpasi : Taktil fremitus teraba sama antara kanan
dan kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi
Trakheal : inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi
Bronkheal : inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi
Bronkovesikuler : inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi
Vesikuler : inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi
Abdomen :
- Inspeksi : -
- Auskultasi : Bising Usus 16x/menit
- Perkusi : tympani
- Palpasi : terdapat nyeri tekan di abdomen
Punggung :
- Bersih
- Tidak lesi
- Tidak ada tulang yang mengalami kifosis, lordosis dan skiliosi
Ekstremitas :
- Tidak tampak adanya fraktur maupun open fraktur dan tidak
terdapat perdarahan
- Keterbatasan dalam pergerakkan karena pasien lemas dan tidak
berenergi
- Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus
Kulit :
- Warna kulit putih
- Akral pada semua ekstremitas teraba hangat
- Turgor kulit elastis.
- CRT < 2 detik
- Akral pada semua ekstremitas teraba hangat
- Kulit agak sedikit pucat pada ujung-ujung jari
- Tanda Vital
TD :110/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 °C
RR : 20 x/menit
2. Resum Asuhan Keperawatan
Dari data yang ada maka didapatkan diagnosa yang muncul yaitu:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
penurunan nafsu makan dan mual
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
muntah
3. Nyer akut berhubungan dengan agen cidra biologis
4. Gangguan integritas kulit & rambut berhubungan dengan efek samping
kemoterapi
C. Hasil
Dari hasil diskusi saya sama kedua Expert yang sesuai dengan bidang Tema
yang di ambil Yaitu :
1. Pengertian Kemoerapi
adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
dengan cara mengganggu fungsi reproduksi sel. dan Kemoterapi
merupakan cara pengobatan kanker dengan cara memberikan sesuatu zat
atau obat yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-
sel kanker.
2. Manfaat kemoterapi
Manfaat kemoterapi dan hasil yang diharapkan dari tindakan kemoterapi
yaitu untuk merusak sel kanker yang tersisa sesudah dilakukan operasi,
atau untuk memperkecil ukuran sel kanker sebelum dilakukan operasi
dan kemoterapi juga berfungsi untuk mengobati beberapa macam kanker
darah.
3. Indikasi Kemterapi
a. Untuk menyembuhkan kanker.Hanya beberapa jenis kanker yang
dapat disembuhkan oleh khemoterapi, seperti:
akutlimfoblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm tumor pada anak-
anak, choriokarsinoma.
b. Memperpanjang hidup dan remisi.Kanker yang sensitif terhadap
khemoterapi dan walaupun penyakit progresif, seperti:
akutmyeloblastik leukemia, limfoma maligna stadium III atau IV,
myeloma, metastase melanomamaligna atau kanker mamma, kolon.,
ovarium, testis.
c. Memperpanjang interval bebas kanker Walaupun kanker kelihatan
masih lokal setelah operasi atau radioterapi, seperti:
limfomastadium II, melanoma maligna, kanker mamma, kolon,
ovarium. Pengobatan perlu waktucukup lama dan dosis tinggi dengan
interval yang panjang untuk memberikan kesempatanjaringan normal
pulih diantara pengobatan.
d. Menghentikan progresi kanker.
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif, seperti anoreksia,
penurunan berat badan,nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan
objektif seperti penurunan fungsi-fungsi organdapat diberikan
sitostatika, asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih.
Misalnya padametastase kanker mamna, kolon, dsb.
e. Paliasi symptom.
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok
untuk radiasi, dapatdiberikan sitostatika walaupun obat itu tidak
memberi respons yang baik sebagai terapisistemik. Misalnya dapat
diberikan instalasi sitostatika intrapleural, injeksi intratumoraldengan
thiotepa, dsb.
f. Mengecilkan volume kanker.
Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian
bleomycin untukkanker mulut, saluran napas bagian atas atau
pemberian alkylator dengan kombinasinyapada limfoma stadium II.
g. Menghilangkan gejala para neoplasma.
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma,
misalnya pemberiankortikosteroid pada anemia hemolitik,
fibrinolisis,dermatomyositis, neuropathi perifer,degenerasi cerebelair,
pemberian androgen pada kakeksia., anoreksia atau
pemberianmithramycin pada hiperkalsemia.
4. Cara Kerja Pengobatan Kemoterapi
Cara kerja penobatan dengan kemoterapi pada intinya ialah
membunuh atau memperlambat tumbuhnya sel kanker yang ada dalam
tubuh pasien. Sel kanker biasanya tumbuh lebih cepat dari pada sel yang
masih sehat, oleh karenanya kanker dapat berkembang begitu cepat. Obat
obaatan yang digunakan sebagai kemoterapi memang dibuat untuk
menyerang kanker yang tumbuh liar dan cepat tersebut.
dalam beberapa kasus kanker, kemoterapi terkadang hanya
digunakan untuk memperkecil atau memperlambat tumbuhnya kanker
untuk membantu pengobatan dengan cara lainnya agar berjalan dengan
baik, atau mencegah sel kanker tumbuh kembali. Kemoterapi terkadang
juga Hal ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari perawatan paliatif.
Dalam perawatan kanker, dokter memberikan obat obatan
kemoterapi dengan beberapa cara antara laing menyalurkan langsung ke
pembuluh darah (intravena), melalui mulut sebagai tablet atau kapsul,
dioleskan sebagai krim, atau langsung disuntikkan
5. Efek Samping Kemoterapi
Berbagai jenis obat kemoterapi tidak hanya akan merusak atau
membunuh sel-sel kanker, tetapi juga dapat merusak sebagian sel-sel
normal dalam tubuh. Hal ini akan menimbulkan efek samping bervariasi.
Beberapa efek samping yang sering terjadi dalam kemoterapi antara lain:
- Mual dan/atau muntah
- Diare atau sembelit
- Kehilangan nafsu makan
- Rambut rontok
- Jumlah sel darah merah rendah atau anemia
- Sistem kekebalan tubuh melemah dan meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi
- Rasa lemah
- Mudah memar dan/atau perdarahan
- Sariawan
- Mati rasa dan kesemutan di tangan dan/atau kaki, atau kelemahan akibat
kerusakan saraf
- Kerusakan ginjal
- Kerusakan otot jantung
- Infertilitas (tingkat kesuburan menurun)
- Periode menstruasi terhenti
6. Macam – Macam Obat Kemoterapi
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan
Antibiotik Anthrasiklin obst golongan ini bekerja dengan antara lain
mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa
melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa
inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan
Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga
terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam
sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
7. Dosis Kemoterapi
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB
dihitung dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila
tubuh pasien makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II
maka untuk pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis:
BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2,
berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.
8. Cara Untuk memberikan obat kemoterapi parenteral yang aman
a. Sebelum pemberian kemoterapi, perawat mengkaji pengetahun
pasien/ keluarga tentang pengobatan, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
dokuemntasikan dalam catatan pasien
b. Sebelum pemberian kemoterapi, perawat meninjau kembali hasil
pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan (darah lengkap dan
kimia darah), jika nilai abnormal ditemukan, perawat menghubungi
dokter untuk penangan lebih lanjut dan dokumentasikan hal ini
dengan benar.
c. Sebelum tiap dosis kemoterapi diberikan, dua perawat secara
indenpenden memverifikasi informasi berikut:
a) Verifikasi protocol dan semua perhitungan yang digunakan
dosis kemoterapi (misalnya luas permukaan tubuh, dosis/m2
luas permukaan tubuh, dosis/kg BB dsb).
b) Verifikasi label kemoterapi terutama terhadap order/ resep
obat kemoterapi yang meliputi: nama pasien, nama obat,
dosis, rute, cairan pencampur (diluent), lama pemberian)
c) Verifikasi jarak waktu antara pemberian dosis kemoterapi
terakhir dengan dosis berikutnya
d. Sebelum obat kemoterapi diberikan, verifikasi identititas pasien
sebagai berikut:
a) Untuk pasien rawat inap, perawat mengidentifikasi nama
pasien, nomor rekam medis, nama pasien ditempat tidur dan
label obat kemoterapi.
b) Untuk pasien rawat jalan, pasien menanyakan pada pasien
nama lengkap pasien, tempat tanggal lahir, nomor rekam
medis
e. Perawat menggunakan alat pelindung diri secara lengkap (jubah,
sarung tangan, masker dan google).
f. Sebelum memberikan obat kemoterapi secara intravena melalui
infus, perawat memberi cairan infuse yang di programkan dokter
untuk mengkaji kelancaran aliran infuse dan mengobservasi tanda
dan gejala infiltrasi (bengkak atau hematoma)
g. Setiap memulai memberikan obat kemoterapi secara infuse, dua
orang perawat menverifikasi kecepatan aliran infuse antara yang
diprogramkan dokter dan yang ada pada label obat kemoterapi.
h. Selama pemberian obat kemoterapi, perawat memberikan cairan
pembilas yang diprogramkan dokter diantara obat kemoterapi yang
berbeda untuk membilas dan membersihkan selang infuse dari obat
yang diberikan sebelumnya
i. Perawat melakukan pengkajian untuk mengetahui kelancaran aliran
infuse dan mengobservasi tanda-tanda vital secara periodic minimal
2 kali selama pemberian obat.
j. Obat-obat yang vesikan yang diberikan secara intravena melalalui
infuse diberikan melalui kateter vena sentral (central venous access
catheter) dan periksa kelancarannya
k. Jika diduga atau telah terjadi ekstravasasi dari obat kemoterapi yang
vesikans, ikuti kebijakan rumah sakit untuk penanganan ekstavasasi
dari obat kemoterapi yang vesikans dan laporkan pada dokter
penanggungjawab.
l. Jika diduga atau telah terjadi efek samping obat, laporkan kepada
dokter penangggungjawab dan ikuti kebijakan rumah sakit tentang
penanganan reaksi atau efek samping obat.
Pemberian obat kemoterapi melalui infuse Pakai alat pelindung diri
yang lengkap (sarung tangan, jubah, penutup wajah, google, penutup kepala
terutama jika kemungkinan terjadinya risiko percikan. Gunakan lapisan
plastic disposibel dibawah sambungan selang infuse Setelah melaksanakan
pemberian obat melalui infuse, semua alat pelindung diri, botol infuse dengan
selang yang tersambung dan linen yang tekontaminasi serta plastic pengalas
ditempatkan dalam dimasukan ke dalam kantong plastic tertutup/ diikat dan
masukkan dalam tempat sampah khusus untuk obat-obat berbahaya. Jubah
yang dipakai ketika memberikan obat kemoterapi harus dibuka ketika
meninggalkan kamar pasien dan mengganti segera jika terkontaminasi obat.
D. Pembahasan
Hasil analisa saya yang di dapat dari diskusi dengan kedua expert adalah
Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan
pertumbuhan dari sel-sel kanker pada ginjal. Ginjal adalah sepasang struktur
berbentuk seperti kacang yang berperan dalam menyaring dan mengeluarkan
produk sisa dari darah, membentuk urin untuk dieksresikan keluar dari dalam
tubuh dalam prosesnya. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena kanker. Tedapat
tiga tipe utama dari kanker ginjal.
Karsinoma sel renal adalah bentuk paling sering yang tercatat hampir 90%
dari kasus kanker ginjal. Sel-sel kanker pada tipe ini berasal dari sel yang melapisi
tubulus renalis pada ginjal. Karsinoma sel transisional, bentuk yang lebih jarang
dari kanker ginjal, berkembang dari sel-sel transisional yang melapisi ginjal dan
secara umum terjadi pada pria lebih tua di atas usia 50 tahun.
Kemoerapi adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-
sel kanker dengan cara mengganggu fungsi reproduksi sel. dan Kemoterapi
merupakan cara pengobatan kanker dengan cara memberikan sesuatu zat atau obat
yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-sel kanker.
Dari hasil jurnal yang saya dapatkan mengatakan bahwa Kemoterapi
bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua
sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam
kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan kedua dokter ini dapat saya simpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara expert dan Jurnal, antara tiori dan peraktek ,
penyakit Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat)
dan jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adeno karsinomarenalis, hipernefroma)
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel
Kanker. Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum
operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan
mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk
pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat
yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan
mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam
B. Saran
1. Bagi Penulis diharapkan dapat:
- Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan Ca Renal dalam Pemberian Kemoterapi.
- Senantiasa meningkatkan semangat belajar dan critical thingking
sehingga dapat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
menerapkan inovasi di bidang keperawatan
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai teori tambahan pada
pembelajaran mahasiswa, khususnya Medikal Bedah agar dapat diaplikasikan
dengan baik dipraktek keperawatan Medikal Bedah
3. Perawat
Agar perawat lebih mengetahui dan memahami penanganan pasien Ca
Renal dan tindakan apa yang dapat dilakukan agar keluhan yang di rasakan
oleh pasien cepat tertasi.
4. Bagi keluarga pasien dapat
- Meningkatkan pengetahuan mengenai Ca Renal meliputi definisi, faktor
risiko, manifestasi klinis, Penatalaksanaan dan komplikasinya
- Meningkatkan pengetahuan mengenai Kemoterapi meliputi definisi, jenis,
cara perawatan dan komplikasinya
5. Bagi Instansi Rumah Sakit
- Meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan
Kemoterapi
- Mendukung penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan sehingga
dapat tercipta kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik di
rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif H A, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnosa medis NANDA NIC-NOC Jilid 2 Jogjakarta: Media Action
Ziegler, E., Mason, H.J., & Baxter, P.J. (2005). Occupational exposure to
cytotoxic drugs in two UK oncology ward, Occup Environ Med. 59:
608 – 612,
Power, L., & Polovich, M. (2005). New approaches in safe handling of hazardous
drugs
Polovich, M. (2008). Developing a hazardous drugs safehandling program,
Community Oncology, 2 (5): 403 – 405
American Society Clinical Oncology, (2007). Criteria for facility and personnel
for administration of parenteral systemic antineoplastic therapy, Journal
of Clinical Oncology, 22 (22): 1 – 3