evaluasi preoperatif anestesi

9
EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI Oleh : Dendi Andrean Key points : 1. Evaluasi anestesi preoperatif adalah dasar klinis dan kerangka penanganan pasien preoperatif yang dapat menekan angka morbiditas operatif serta meningkatkan keberhasilan tindakan 2. Tujuan evaluasi preoperatif adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sesuai kondisi pasien saat ini, riwayat medis sebelumnya , menyimpulkan resiko intraoperatif dan optimalisasi medis yang dibutuhkan 3. Penyakit dasar, komplikasi, serta sindrom yang diderita dapat mempengaruhi penanganan preoperatif anestesi, sehingga dokter anestesi harus memahami berbagai aspek pengetahuan klinis bidang penyakit dalam 4. Penderita memerlukan diagnosa preoperatif, pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan riwayat penyakitnya, rencana tindakan bedah, dan kemungkinan banyaknya kehilangan darh sselama operasi 5. Edukasi preoperatif dan diskusi pribadi pasien dengan dokter anestesi, dapat menurunkan kecemasan dan ketakutan pasien tentang proses anestesi preoperatif 6. Dengan melakukan evaluasi klinis, evaluasi analisa preoperatif dapat meningkatkan efisiensi kamar bedah, menurunkan pembatalan dan keterlambatan jadwal hari pembedahan, mengurangi biaya rawatan, dan meningkatkan kualitas rawat pasien.

Upload: cahyo-wisnugroho

Post on 04-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 1/9

EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

Oleh : Dendi Andrean

Key points :

1. Evaluasi anestesi preoperatif adalah dasar klinis dan kerangka penanganan pasien

preoperatif yang dapat menekan angka morbiditas operatif serta meningkatkankeberhasilan tindakan

2. Tujuan evaluasi preoperatif adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sesuai

kondisi pasien saat ini, riwayat medis sebelumnya , menyimpulkan resiko

intraoperatif dan optimalisasi medis yang dibutuhkan

3. Penyakit dasar, komplikasi, serta sindrom yang diderita dapat mempengaruhi

penanganan preoperatif anestesi, sehingga dokter anestesi harus memahami

berbagai aspek pengetahuan klinis bidang penyakit dalam4. Penderita memerlukan diagnosa preoperatif, pemeriksaan laboratorium yang sesuai

dengan riwayat penyakitnya, rencana tindakan bedah, dan kemungkinan banyaknya

kehilangan darh sselama operasi

5. Edukasi preoperatif dan diskusi pribadi pasien dengan dokter anestesi, dapat

menurunkan kecemasan dan ketakutan pasien tentang proses anestesi preoperatif

6. Dengan melakukan evaluasi klinis, evaluasi analisa preoperatif dapat meningkatkan

efisiensi kamar bedah, menurunkan pembatalan dan keterlambatan jadwal hari

pembedahan, mengurangi biaya rawatan, dan meningkatkan kualitas rawat pasien.

Page 2: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 2/9

Tujuan utama dari evaluasi preoperatif adalah untuk menekan angka morbiditas atau

mortalitas sehingga komplikasi dari tindakan anestesi dapat dicegah. Evaluasi preoperatif

meliputi semua pemeriksaan yang dilakukan sebelum anestesi, yaitu ;

A. Anamnesa

B. Pemeriksaan fisik

C. Pemeriksaan laboratorium

A. Anamnesa

Anamnesis dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau melalui keluargapasien. Yang harus diperhatikan pada anamnesis :

1. Identifikasi pasien , misalnya : nama,umur, alamat, pekerjaan, dll.

2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit

dalam anesthesia, antara lain :

Penyakit alergi.

Diabetes mellitus

Penyakit paru kronik : asma bronchial, pneumonia, bronchitis.

Penyakit jantung dan hipertensi (seperti infark miokard, angina pectoris,

dekompensasi kordis)

Penyakit susunan saraf (seperti stroke, kejang, parese, plegi, dll)

Penyakit hati.

Penyakit ginjal.

Penyakit ganguan perdarahan (riwayat perdarahan memanjang)

3. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin menimbulkan

intereaksi (potensiasi, sinergis, antagonis dll) dengan obat-obat anestetik. Misalnya, , obat

anti hipertensi , obat-obat antidiabetik, antibiotik golongan aminoglikosida ,obat penyakit

jantung (seperti digitalis, diuretika), monoamino oxidase inhibitor, bronkodilator.

Keputusan untuk melanjutkan medikasi selama periode sebelum anestesi tergantung dari

beratnya penyakit dasarnya. Biasanya obat-obatan yang dipakai pasien tetap diteruskan

Page 3: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 3/9

tetapi mengalami perubahan dosis, diubah menjadi preparat dengan masa kerja lebih

singkat atau dihentikan untuk sementara waktu. Akan tetapi, secara umum dikatakan

bahwa medikasi dapat dilanjutkan sampai waktu untuk dilakukan pembedahan.

4. Alergi dan reaksi obat. Reaksi alergi kadang-kadang salah diartikan oleh pasien dankurangnya dokumentasi sehingga tidak didapatkan keterangan yang memadai. Beratnya

berkisar dari asimptomatik hingga reaksi anfilaktik yang mengancam kehidupan, akan tetapi

seringkali alergi dilaporkan hanya karena intoleransi obat-obatan, . Pada evaluasi pre

operatif dicatat seluruh reaksi obat dengan penjelasan tentang kemungkinan terjadinya

respon alergi yang serius., termasuk reaksi terhadap plester, sabun iodine dan lateks. Jika

respon alergi terlihat, obat penyebab tidak diberikan lagi tanpa tes imunologik atau diberi

terapi awal dengan antihistamin, atau kortikosteroid.

5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami diwaktu yang lalu , berapa kali dan selang

waktunya. Apakah pasien mengalami komplilkasi saat itu seperti kesulitan pulih sadar,

perawatan intensif pasca bedah.

6. Riwayat keluarga. Riwayat anestesi yang merugikan atau membayakan pada keluarga yang

lain sebaiknya juga dieveluasi. Wanita pada usia produktif sebaiknya ditanyakan tentang

kemungkinan mengandung. Pada kasus yang meragukan , pemeriksaan kehamilan

preoperative merupakan suatu indikasi.

7. Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi seperti :

Perokok berat (diatas 20 batang perhari) dapat mempersulit induksi anestesi karena

merangasang batuk , sekresi jalan napas yang banyak, memicu atelektasis dan pneumenia

pasca bedah. Rokok sebaiknya dihentikan minimal 24 jam sebelumnya untuk menghindari

adanya CO dalam darah.

Pecandu alcohol umumnya resisten terhadap obat- obat anestesi khususnya

golongan barbiturat. Peminum alkohol dapat menderita sirosis hepatic.

Meminum obat-obat penenang atau narkotik.

8. Makan minum terakhir (khusus untuk operasi emergensi)

Page 4: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 4/9

B. Pemeriksaan Fisik

Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan pemeriksaan

neurologik . Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu dilakukan

pemeriksaan extremitas dan punggung.

Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari :

1 Keadaan umum : gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi, obesitas.

2 Tanda-tanda vital

Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik dan

pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .

Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan tungkai (perbedaan

bermakna mungkin memberikan gambaran mengenai penyakit aorta thoracic atau cabang-

cabang besarnya).

Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan jumlah

denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan pemberian beta blok dan

cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi aorta atau sepsis. Pasien yang cemas dan

dehidrasi sering mempunyai denyut nadi yang cepat tetapi lemah.

Respirasi diobservasi mengenai frekwensi pernapasannya , dalamnya dan pola

pernapasannya selama istirahat.

Suhu tubuh (Febris/ hipotermi).

Visual Aanalog Scale (VAS). Skala untuk menilai tingkat nyeri

3 Kepala dan leher

Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor, reflek cahaya)

Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan

Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada gigi, kelainan

ortodontik lainnya

Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut … jari), Pergerakan (baik/kurang baik),

sikatrik, fraktur, trismus, dagu kecil

Page 5: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 5/9

Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan

Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa tumor, pergerakan leher (mobilitas

sendi servical) pada fleksi ektensi dan ritasi, TMD, trakea (deviasi), karotik bruit, kelenjar

getah bening.

Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu : Teet, Tongue, Temporo

mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid notch/TMD, Tumor, Trakea.

4. Thoraks

a. Prekordium. Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising katup), irama gallop

atau perikardial rub.

b. Paru-paru.

Inspeksi : Bentuk dada (Barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum, kifosis,

skoliosis) Frekwensi (bradipnue/takipnue) Sifat pernafasan ( torakal, torako

abdominal/abdominal torako), irama pernafasan (reguler/ireguler, cheyne stokes, biot),

Sputum (purulen, pink frothy), Kelainan lain (stridor, hoarseness/serak, sindroma pancoas)

Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)

Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial, bronkovesikuler, amporik),

bunyi nafas tambahan (ronchi kering/ wheezing, ronchi basah/rales, bunyi gesekan pleura,

hippocrates succussion)

Perkusi : sonor, hipersonor, pekak, redup

5. Abdomen .

Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun), Hati dan limpa (teraba/tidak, batas, ukuran,

per-mukaan), distensi, massa atau asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).

6. Urogenitalia.

Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1 cc/jam), anuria (< 20 cc/24 jam),

oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500 cc/24 jam)], kwalitas (BJ, sedimen),

tanda tanda sumbatan saluran kemih (seperti kolik renal).

7. Muskulo Skletal - Extremitas . Edema tungkai, fraktur, gangguan neurologik /kelemahan

otot (parese, paralisis, neuropati perifer, distropi otot), perfusi ke distal (perabaan

Page 6: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 6/9

hangat/dingin, cafilay refil time, keringat) , Clubbing fingger, sianosis, anemia, dan

deformitas, infeksi kutaneus (terutama rencana canulasi vaskuler atau blok saraf regional)

C. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaanlaboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan rutin dan khusus

1. Pemeriksaan laboratorium rutin :

Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan, masa

perdarahan.

Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai klinis.

EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai klinis.

2. Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada riwayat atau indikasi, misalnya :

EKG pada anak.

Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru.

Fungsi hati pada pasien ikterus.

Fungsi ginjal pada pasien hipertensi.

Analisa gas darah, elektrolit pada pasien ileus obstruksi atau bedah mayor.

Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, misalnya ekokardiografi atau

kateterisasi jantung diperlukan konsulatasi dengan ahli-ahli bidang lain sehingga persiapan

dan penilaian pasien dapat dilakukan lebih baik.

Page 7: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 7/9

PERENCANAAN ANESTESI

Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan anestesi secara

umum. Secara garis besar komponen dari rencana anestesi adalah :

1. Ringkasan tentang anamnesis pasien , dan dan hasil-hasil pemeriksaan fisik

sehubungan dengan penatalaksanaan anastesi, buat dalam daftar masalah, satukan

bersamaan dengan beberapa daftar masalah yang digunakan oleh dokter yang

merawat.

2. Perencanaan teknik anestesi yang akan digunakan termasuk tehnik-tehnik

khusus (seperti intubasi fiberoptik, monitoring invasif ).

3. Perencanaan penanganan nyeri post operasi bila perlu.

4. Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi (misalnya perawatan di ICU).

5. Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medik lebih lanjut.

6. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada , informed consent, dan pernyataan

bahwa semua pertanyaan telah dijawab.

7. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.

MENENTUKAN PROGNOSIS

Pada kesimpulan evaluasi pre anestesi setiap pasien ditentukan kalsifikasi status fisik

menurut American Society of Anestesiologist (ASA). Hal ini merupakan ukuran umum

keadaan pasien. Klasifikasi status fisik menurut ASA adalah sebagai berikut :

ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang

akan dioperasi.

ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain

penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi

ringan

ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi,

tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma

bronkial, hipertensi tak terkontrol

Page 8: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 8/9

ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain

penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum

ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin

saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasipada pasien koma berat

ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan

diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency ) atau D (darurat) , mis:

operasi apendiks diberi kode ASA 1 E

SUMBER

1. Miller’s Anesthesia Seventh Edition.

Page 9: EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

8/14/2019 EVALUASI PREOPERATIF ANESTESI

http://slidepdf.com/reader/full/evaluasi-preoperatif-anestesi 9/9