evaluasi penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan sebagai dasar usulan perencanaan perbaikan

20
Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung) Juni 7, 2012 enviro conference , kesehatan Juju Bandung Dewi Lestariyani Ahmad dan Dwina Roosmini Program Studi Teknik Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung Abstrak : Air bersih dan sanitasi lingkungan yang memadai merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang sangat penting serta mempunyai peran strategis dalam meningkatkan kualitas kesehatan, produktivitas hidup, serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan ini sangat berkaitan erat dengan timbulnya kejadian penyakit yang ditularkan melalui air (water borne diseases). Kecamatan Cileunyi sebagai wilayah yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung tak lepas dari masalah penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, di antaranya masih belum meratanya kepemilikan masyarakat terhadap sarana air bersih dan sanitasi yang ada serta fasilitas air bersih dari PDAM yang belum menjangkau wilayah ini. Hal tersebut mengakibatkan angka kejadian penyakit bawaan air, terutama penyakit diare, di wilayah ini termasuk jenis penyakit yang menduduki urutan teratas yang diderita penduduknya. Suatu evaluasi terhadap kondisi penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan dilakukan sebagai dasar untuk memberikan usulan perencanaan perbaikan, yang diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian penyakit bawaan air. Pendekatan pertama yang dilakukan adalah dengan menganalisis salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Cileunyi yang memiliki jumlah sarana air bersih dan sanitasi lebih rendah daripada desa-desa yang lain. Desa Cileunyi Wetan merupakan desa dengan kondisi jumlah sarana air bersih dan sanitasi lebih rendah daripada desa-desa yang lain, dengan kepemilikan Sarana Air Bersih (SAB) 62%, jamban keluarga 57%, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat 39%, serta kondisi rumah sehat 31%.

Upload: priya-adhi-yaksa

Post on 19-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung)Juni 7, 2012 enviro conference , kesehatan Juju Bandung

Dewi Lestariyani Ahmad dan Dwina RoosminiProgram Studi Teknik Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung

Abstrak : Air bersih dan sanitasi lingkungan yang memadai merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang sangat penting serta mempunyai peran strategis dalam meningkatkan kualitas kesehatan, produktivitas hidup, serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan ini sangat berkaitan erat dengan timbulnya kejadian penyakit yang ditularkan melalui air (water borne diseases). Kecamatan Cileunyi sebagai wilayah yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung tak lepas dari masalah penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, di antaranya  masih belum meratanya kepemilikan masyarakat terhadap sarana air bersih dan sanitasi yang ada serta fasilitas air bersih dari PDAM yang belum menjangkau wilayah ini. Hal tersebut mengakibatkan angka kejadian penyakit bawaan air, terutama penyakit diare, di wilayah ini termasuk jenis penyakit yang menduduki urutan teratas yang diderita penduduknya. Suatu evaluasi terhadap kondisi penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan dilakukan sebagai dasar untuk memberikan usulan perencanaan perbaikan, yang diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian penyakit bawaan air. Pendekatan pertama yang dilakukan adalah dengan menganalisis salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Cileunyi yang memiliki jumlah sarana air bersih dan sanitasi lebih rendah daripada desa-desa yang lain. Desa Cileunyi Wetan merupakan desa dengan kondisi jumlah sarana air bersih dan sanitasi lebih rendah daripada desa-desa yang lain, dengan kepemilikan Sarana Air Bersih (SAB) 62%, jamban keluarga 57%, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat 39%, serta kondisi rumah sehat 31%. 

 

Kata kunci : air bersih, sanitasi lingkungan, penyakit bawaan air, Desa Cileunyi Wetan

 

PENDAHULUANPenyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh WHO/UNICEF, terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air bersih serta hampir 2,5 milyar penduduk belum memiliki akses terhadap sarana sanitasi. Selain itu, sekitar 10.000

Page 2: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

penduduk di negara berkembang meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan minimnya air bersih dan sanitasi lingkungan (Shafik, 2001).

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan sangat berkaitan erat dengan timbulnya penyakit-penyakit infeksi dan parasit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui air (water borne diseases), seperti diare. Di negara berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.Sampai saat ini penyakit diare atau sering juga disebut gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok  penyakit penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Penyakit diare ini pun masih menduduki urutan atas sebagai penyebab kematian di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita diare, 70-80 % dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (±40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. 1-2 % akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak segera ditolong, 50-60 % diantaranya DPT (Sarbini, 2006).

Kondisi eksisting penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan serta angka penyakit diare di tingkat global seperti yang dijelaskan di atas selaras pula dengan kondisi eksisting di tingkat lokal. Sebagai gambaran, Kabupaten Bandung pada tahun 2004, memiliki cakupan air bersih sebesar 70,74%, cakupan jamban keluarga sebesar 52,02%, serta cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) sebesar 36,01%. Dilihat dari aspek kualitas, sebagian besar sarana air bersih dan sanitasi lingkungan tersebut masih belum memenuhi syarat. Demikian pula halnya dengan insiden penyakit diare. Menurut laporan yang dihimpun oleh Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP), sepanjang tahun 1979 sampai dengan 1985 terdapat 211.471 penderita atau rata-rata 30.210 penderita/tahun dengan angka kematian 867 orang (CFR=2,87%). Setiap tahun insiden tersebut mengalami peningkatan hingga tercatat pada tahun 2003, angka kesakitan diare meningkat menjadi 86.798 kasus, sekitar 2,16% dari 4.017.582 jiwa jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun tersebut (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2004).

Kecamatan Cileunyi sebagai wilayah yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung tak lepas dari masalah penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan. Selain fasilitas air bersih dari PDAM yang belum menjangkau wilayah ini, peruntukkan Kecamatan Cileunyi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung sebagai wilayah permukiman mengakibatkan tingginya jumlah penduduk, sementara di sisi lain kepemilikan masyarakat terhadap sarana air bersih dan sanitasi masih belum merata. Kondisi ini selaras pula dengan masih tingginya angka kejadian penyakit diare yang diderita penduduknya. Pada tahun 2005, terdapat sekitar 3.492 kasus diare, atau sekitar 3,01% dari 115.953 jiwa jumlah penduduk Kecamatan Cileunyi pada tahun yang sama (Puskesmas Kecamatan Cileunyi, 2005).

Menurut Hendrik L.Blum (1974), terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku  manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar, 2004). Selain itu, dalam memandang konsep kesehatan secara menyeluruh, penting pula diluruskan konsep paradigma sehat seperti yang

Page 3: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

digambarkan dalam Tabel 1. Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan bersifat holistik dalam melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2004).

 Tabel 1. Paradigma Sehat (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2004)

Kondisi Kesehatan Kontribusi Sasaran Sifat pelayanan kesehatanSehat (85%) 85% Orang sehat Promotif, preventifSakit (15%) 15% Orang sakit Kuratif, rehabilitatif

Terkait dengan konsep kesehatan masyarakat dan paradigma sehat di atas, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang memadai pada dasarnya merupakan salah satu upaya preventif untuk memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kesehatan masyarakat yang berawal dari kesehatan lingkungannya.

Berdasarkan paparan di atas, maka dilakukan sebuah evaluasi menyeluruh terhadap kondisi eksisting penyediaan air bersih dan sanitasi di Kecamatan Cileunyi sebagai langkah awal dalam upaya memberikan usulan perencanaan perbaikan. Perbaikan penyediaan air bersih dan sanitasi tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan penurunan angka kejadian penyakit bawaan air. Evaluasi ini menghasilkan suatu kesimpulan berupa bagian desa di Kecamatan Cileunyi yang memiliki kondisi penyediaan air bersih dan sanitasi lebih rendah daripada desa-desa yang lain.

METODOLOGIMetodologi dalam melakukan evaluasi penyediaan air bersih dan sanitasi ini adalah dengan melakukan studi pustaka serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Data Primer berupa data kualitatif kondisi penyediaan air bersih dan sanitasi diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak terkait, yaitu aparat Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, sanitarian Puskesmas Kecamatan Cileunyi, serta masyarakat setempat. Data sekunder berupa data jumlah sarana air bersih dan sanitasi yang terdapat di seluruh wilayah yang diteliti diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung berdasarkan Laporan Survey Perumahan Lingkungan Puskesmas serta data angka penyakit yang diperoleh dari Puskesmas. Selanjutnya dilakukan evaluasi menyeluruh dengan menganalisis dua faktor, yaitu kondisi eksisting sarana air bersih dan sanitasi serta kondisi eksisting angka kejadian penyakit bawaan air. Langkah pertama yang dilakukan adalah membandingkan kondisi sanitasi antara Puskesmas dalam wilayah yang diteliti untuk menentukan Puskesmas dengan kondisi sanitasi lebih buruk daripada Puskesmas lain. Kemudian, dilakukan analisis lebih lanjut terhadap desa-desa dalam wilayah kerja Puskesmas dengan kondisi sanitasi lebih buruk tersebut. Desa dengan jumlah sarana air bersih dan sanitasi lebih rendah serta angka kejadian penyakit bawaan air lebih tinggi dibandingkan desa-desa lain ditetapkan sebagai desa yang akan dievaluasi lebih lanjut untuk diberikan usulan perencanaan perbaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 4: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Kondisi Umum Kecamatan CileunyiSecara administratif, Cileunyi merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung dengan luas wilayah 827.345,74 km2 (sekitar 2,8% dari luas Kabupaten Bandung, 29.451.435 km2). Dalam tata laksana pemerintahannya, Kecamatan Cileunyi membawahi 6 desa, yaitu Desa Cinunuk, Desa Cimekar, Desa Cibiru Hilir, Desa Cibiru Wetan, Desa Cileunyi Wetan, dan Desa Cileunyi Kulon. Selain itu, di Kecamatan Cileunyi terdapat 117 Rukun Warga (RW), 594 Rukun Tetangga (RT), dan 24 dusun. Kondisi umum desa-desa di Kecamatan Cileunyi dijelaskan dalam Tabel 2. 

Tabel 2. Kondisi Umum Desa-Desa di Kecamatan Cileunyi

(Monografi Kecamatan Cileunyi, 2005)

No Nama Desa Jumlah RW Jumlah KK Jumlah Penduduk

Persentase (%)

1 Cinunuk 24 8170 31930 282 Cimekar 21 5021 20237 173 Cibiru Wetan 15 3363 12554 114 Cibiru Hilir 14 2223 9633 85 Cileunyi

Wetan23 6048 24971 22

6 Cileunyi Kulon

20 3998 16628 14

117 28823 115953 100

Dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakatnya, di Kecamatan Cileunyi terdapat dua buah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yaitu Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi. Puskesmas Cinunuk melayani empat desa, yaitu Cinunuk, Cimekar, Cibiru Wetan, dan Cibiru Hilir. Sedangkan Puskesmas Cileunyi melayani dua desa, yaitu Cileunyi Wetan dan Cileunyi Kulon. Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat memiliki program yang disesuaikan dengan konsep paradigma sehat, baik program bersifat kuratif maupun preventif. Salah satu upaya preventif adalah penanganan masalah sanitasi lingkungan, yang meliputi program Penyehatan Kualitas Air (PKA), Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP), Penyehatan Tempat Umum (PTU), dan Penyehatan Lingkungan Industri (PLI) (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2005). Adanya integrasi program antara pelayanan kesehatan (penyembuhan penyakit, pelayanan gizi, kesehatan ibu-anak, dan lain sebagainya) dengan program sanitasi lingkungan menjadi bukti bahwa lingkungan mengambil bagian yang sangat penting dalam hal kesehatan masyarakat.

Salah satu indikasi nyata terkait dengan peran penting lingkungan dalam mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat adalah masih tingginya angka penyakit berbasis lingkungan yang diderita masyarakat, termasuk penyakit berbasis lingkungan air (water borne diseases). Jika kita analisis, ternyata salah satu pemicunya adalah masih rendahnya akses masyarakat terhadap sarana air bersih dan sanitasi lingkungan.

Kondisi Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi

Page 5: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Tabel 3 menggambarkan jumlah sarana air bersih dan sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk.

Tabel 3. Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

(Laporan Survey Perumahan Lingkungan Puskesmas Cinunuk, 2005)

No Jenis SaranaSifat

Sarana

Cinunuk Cimekar Cbr.Wetan Cbr.Hilir KumulatifJumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SARANA AIR BERSIH (SAB)                    

1 Sumur GaliPribadi 5201 16 7591 38 2343 19 2340 24 17475 24Umum 250 1 866 4 686 5 779 8 2581 3

2

Sumur Pompa Tangan (SPT)

 - SPT DangkalPribadi - - - - - - - - - -Umum - - - - - - - - - -

 - SPT SedangPribadi 12151 38 4189 21 4648 37 5624 58 26612 36Umum - - - - - - - - - -

 - SPT DalamPribadi - - - - - - - - - -Umum - - - - - - - - - -

3 Pompa Listrik Pribadi 6407 20 1774 9 1592 13 890 9 10663 14

Tabel 3. Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk (lanjutan)

No Jenis SaranaSifat

SaranaCinunuk Cimekar Cbr.Wetan Cbr.Hilir Kumulatif

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %Umum - - - - - - - - - -

4

Perpipaan - KU/TA/HU - - - - - - - - - - - Sambungan Rumah 2745 9 5817 29 1575 13 10137 14 - Ledeng/PDAM - - - - - - - - - -

5Perlindungan Mata Air (PMA)

5176 16 1710 14 6886 9

Jumlah   31930 100 20237 100 12554 100 9633 100 74354 100JAMBAN                      

1

Jamban Keluarga - Leher Angsa 26504 83 19371 96 10158 81 8854 92 64887 87 - Plengsengan - - - - - - - - - - - Cemplung - - - - - - - - - -

2 MCK 5426 17 866 4 2396 19 779 8 9467 13Jumlah 31930 100 20237 100 12554 100 9633 100 74354 100

SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL)

               

1 Memenuhi Syarat 21125 66 12475 62 5051 40 5983 62 44634 602 Tidak Memenuhi

Syarat10805 34 7762 38 7503 60 3650 38 29720 40

Jumlah   31930 100 20237 100 12554 100 9633 100 74354 100

Page 6: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Dari Tabel 3 terlihat bahwa penduduk di keempat desa wilayah kerja Puskesmas Cinunuk memanfaatkan sarana air bersih dengan jenis sarana berupa Sumur Pompa Tangan (SPT) Sedang (36%), sumur gali (27%), pompa listrik (14%), sistem perpipaan dengan sambungan rumah (15%), dan Perlindungan Mata Air (9%). Perbedaan kepemilikan sarana air bersih ini umumnya disebabkan di antaranya oleh perbedaan tingkat ekonomi penduduk serta kondisi tanah tempat tinggal. Sebagai contoh, untuk penduduk di kawasan perumahan, umumnya menggunakan sarana air bersih berupa pompa listrik. Berbeda halnya dengan penduduk di daerah non-perumahan yang menggunakan sumur gali, SPT, atau sarana air bersih lain yang cenderung berbiaya rendah. Demikian pula halnya dengan perbedaan kondisi tanah yang menyebabkan perbedaan jenis kepemilikan sarana air bersih. Untuk kepemilikan jamban, sekitar 87% penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk sudah menggunakan jamban leher angsa, sedangkan yang lainnya menggunakan MCK umum. Untuk SPAL, pada dasarnya seluruh wilayah kerja Puskesmas Cinunuk sudah memiliki akses terhadap keberadaannya. Namun, ditinjau dari kualitas, masih terdapat sekitar 40% SPAL yang tidak memenuhi syarat.

Jumlah sarana air bersih dan sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi digambarkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Sarana Air bersih dan Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cileunyi

(Laporan Survey Perumahan Lingkungan Puskesmas Cileunyi, 2005)

No Jenis Sarana

Sifat

Sarana

Cileunyi Wetan Cileunyi Kulon KumulatifJumlah % Jumlah % Jumlah %

SARANA AIR BERSIH (SAB)

1 Sumur GaliPribadi 3290 13 3110 19 6400 15Umum 2550 10 2350 14 4900 12

2

Sumur Pompa Tangan (SPT)

 - SPT DangkalPribadi - - - - - -Umum - - - - - -

 - SPT SedangPribadi - - - - - -Umum - - - - - -

 - SPT DalamPribadi 2130 9 1170 7 3300 8Umum 650 3 550 3 1200 3

Tabel 4. Jumlah Sarana Air bersih dan Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cileunyi (lanjutan)

No Jenis SaranaSifat

Sarana

Cileunyi Wetan Cileunyi Kulon KumulatifJumlah % Jumlah % Jumlah %

3 Pompa ListrikPribadi 3675 15 2515 15 6190 15Umum - - - - - -

4 Perpipaan - KU/TA/HU 600 2 900 5 1500 4 - Sambungan Rumah 2715 11 2065 12 4780 11

Page 7: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

 - Ledeng/PDAM - - - - - -

5Perlindungan Mata Air (PMA)

- - - - - -

  Jumlah   15610 62 12660 75 28270 68JAMBAN              

1

Jamban Keluarga - Leher Angsa 12265 49 11840 71 24105 58 - Plengsengan - - - - - - - Cemplung 1675 7 410 2 2085 5

2 MCK 300 1 500 3 800 2Jumlah 14240 57 12750 76 26990 65

SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL)

         

1 Memenuhi Syarat 14335 57 7130 43 21465 522 Tidak Memenuhi

Syarat9625 39 6130 37 15755 38

Jumlah 23960 96 13260 80 37220 90

 

Dari Tabel 4 terlihat bahwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi memanfaatkan sarana air bersih dengan jenis sarana berupa sumur gali (27%), pompa listrik (15%), Sumur Pompa Tangan (SPT) Dalam (11%), sistem perpipaan dengan sambungan rumah (11%) dan KU/TA/HU (4%). Seperti halnya wilayah kerja Puskesmas Cinunuk, perbedaan kepemilikan ini disebabkan oleh perbedaan tingkat ekonomi penduduk dan kondisi tanah tempat tinggal. Untuk kepemilikan jamban, sekitar 58% penduduk sudah menggunakan jamban leher angsa, serta hanya sekitar 7% yang menggunakan cemplung dan MCK. Untuk SPAL, dari 90% SPAL yang ada, masih terdapat sekitar 38% SPAL yang tidak memenuhi syarat.

Selain data jumlah sarana air bersih dan sanitasi, Tabel 5 memperlihatkan kondisi rumah untuk seluruh desa di kedua Puskesmas.

Tabel 5. Kondisi Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi

(Laporan Survey Perumahan Lingkungan Kecamatan Cileunyi, 2005)

No

Jenis Sarana

Jumlah

Puskesmas Cinunuk Puskesmas Cileunyi

% Cinunuk

Cimekar

Cbr.Wetan

Cbr.Hilir

Kumulatif

Cil.Wetan

Cil.Kulon

Kumulatif

1 Klasifikasi Rumah - Permanen

Jumlah

4900 3275 1690 1420 11285 2867 1615 4482

% 80 75 67 75 76 51 50 51 - Semi Permanen

Jumlah

1040 960 630 310 2940 1219 748 1967

% 17 22 25 16 20 22 23 22 - Non Permane

Jumlah

187 131 202 160 680 1482 866 2348

Page 8: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

n % 3 3 8 8 5 27 27 27

2

Kondisi Rumah

 - SehatJumla

h5514 3885 2190 1600 13189 1734 1348 3082

% 90 89 87 85 88 31 42 35

 - Tidak Sehat

Jumlah

613 481 332 290 1716 3834 1881 5715

% 10 11 13 15 12 69 58 65

                Dari data-data di atas dapat disarikan perbandingan persentase kondisi sarana air bersih, sanitasi, dan kondisi rumah antara wilayah kerja Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 memperlihatkan perbandingan persentase sarana air bersih (SAB) dan  sanitasi Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi.

Gambar 1. Perbandingan Persentase Sarana Air Bersih dan Sanitasi Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi

         Gambar 2 memperlihatkan persentase kondisi rumah Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi.

Page 9: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Gambar 2. Perbandingan Persentase Kondisi Rumah Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah SAB wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (100%) lebih besar dibandingkan Puskesmas Cileunyi (68%). Ini artinya, secara kuantitas hampir sebagian besar penduduk di desa-desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Cinunuk sudah dapat menikmati fasilitas air bersih, baik untuk kepemilikan pribadi maupun umum. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Cileunyi, masih terdapat 32% penduduk yang belum memiliki/memperoleh fasilitas air bersih. Untuk kepemilikan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (100%) lebih besar dibandingkan Puskesmas Cileunyi (65%). Jamban keluarga berupa leher angsa menjadi jenis jamban dominan yang digunakan penduduk (Puskesmas Cinunuk = 87%, Puskesmas Cileunyi = 58%). Untuk wilayah kerja Puskesmas Cileunyi, masih terdapat sekitar 5% penduduk yang  menggunakan cemplung sebagai jamban. Fasilitas SPAL di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk lebih besar (100%) dibandingkan Puskesmas Cileunyi (90%). Untuk kategori SPAL memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat, terdapat komposisi yang hampir seimbang antara SPAL di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (MS = 60%, TMS = 40%) dengan Puskesmas Cileunyi (MS = 52%, TMS = 38%).

            Kondisi rumah permanen di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (75%) lebih besar dibandingkan wilayah kerja Puskesmas Cileunyi (51%). Demikian pula halnya dengan kondisi rumah yang memenuhi syarat sehat di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (88%) jauh lebih besar dibandingkan wilayah kerja Puskesmas Cileunyi (35%).

Dalam kaitan dengan kondisi kualitas air yang digunakan, Gambar 3 menggambarkan perbandingan kondisi hasil Inspeksi Sanitasi SAB di Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi yang dilakukan pada tahun 2005.

Page 10: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Gambar 3. Hasil Inspeksi Sanitasi SAB Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi Tahun 2005

Dari hasil Inspeksi Sanitasi tersebut, disimpulkan bahwa : SAB di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk umumnya memiliki tingkat resiko rendah, yaitu sebesar 50%. Sisanya sebesar 30% memiliki tingkat resiko sedang dan 20% memiliki tingkat resiko tinggi, serta tidak ada SAB yang memiliki tingkat resiko amat tinggi. Sedangkan SAB di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi memiliki persentase yang hampir sama rata untuk semua tingkat resiko, yaitu 23% rendah, 30% sedang, 27% tinggi, dan 20% amat tinggi. Analisis mendalam terhadap hasil Inspeksi Sanitasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum kualitas air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi masih lebih rendah dibandingkan kualitas air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk.

Kondisi Angka Kejadian Penyakit

Untuk menganalisis perbandingan angka kejadian penyakit di wilayah yang diteliti yang sangat berkaitan erat dengan kualitas kesehatan penduduknya, mengacu pada data angka sepuluh penyakit terbesar yang sering dialami penduduk berdasarkan pencatatan data di kedua Puskesmas selama tahun 2005 yang diperlihatkan dalam Tabel 6 dan Tabel 7. 

Tabel 6. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Cinunuk Tahun 2005

(Puskesmas Cinunuk, 2005)

No Nama Penyakit JumlahPersentase terhadap

Jumlah Penyakit Jumlah Penduduk

1 ISPA akut 7311 40 102 Myalgia 1488 8 23 Diare 1439 8 24 Hipertensi 1431 8 25 Sakit kepala 1380 8 2

Tabel 6. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Cinunuk Tahun 2005 (lanjutan)

Page 11: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

6 Gusi&Periodontal 1327 7 27 Gastroduodentis 1261 7 28 Pulpa&jaringan

Periapikal1174 6 2

9 Faringitis akut 825 4 110 Dermatitis 714 4 1  Jumlah 18350 100 25

 Tabel 7. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Cileunyi Tahun 2005

(Puskesmas Cileunyi, 2005)

No Nama Penyakit Jumlah Persentase terhadap

Jumlah Penyakit Jumlah Penduduk

1 ISPA 7124 46 172 Diare 2053 13 53 Hipertensi 1997 13 54 Gigi/Pulpa 986 6 25 Myalgia 717 5 26 Tukak Lambung 713 5 27 Typoid 640 4 28 Kulit/dermatitis 616 4 19 Demam 453 3 110 TB Klinis 336 2 1

15635 100 38

Untuk membandingkan tingkat kesehatan antara dua daerah, tidak digunakan angka absolut (angka mutlak penderita penyakit di suatu daerah), tetapi digunakan angka relatif (angka penderita penyakit terhadap jumlah tertentu penduduk). Hal ini dilakukan karena jumlah penduduk antara kedua daerah berbeda, padahal dalam menilai keadaan kesehatan suatu daerah penting untuk mempertimbangkan masyarakat sebagai satu kesatuan (Soemirat, 1999).

Perhitungan insidensi penyakit dengan angka relatif menggunakan persamaan berikut (Soemirat, 1999) :

            Demikian pula untuk membandingkan tingkat kesehatan antara wilayah kerja Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi. Dengan memperhatikan kondisi kejadian penyakit dari Tabel 6 dan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa secara kumulatif sepanjang tahun 2005, insidensi penderita penyakit terhadap 100 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk sebesar 25 kasus per 100 penduduk dengan insidensi diare sebesar 2 kasus per 100 penduduk. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan insidensi penyakit di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi, yaitu sebesar 38 kasus per 100 penduduk serta insidensi diare sebesar 5

Page 12: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

kasus per 100 penduduk. Ini artinya, tingkat kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi lebih rendah dibandingkan tingkat kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk.

Tabel 8 memperlihatkan perbandingan kondisi kesehatan wilayah kerja Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi dilihat dari nilai insidensi penyakit terhadap 100 penduduk berdasarkan perhitungan relatif.

Tabel 8. Perbandingan Kondisi Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk dan Puskesmas Cileunyi

Wilayah Kerja

Jumlah Penduduk

10 Penyakit Terbesar DiarePenderita Insidensi per 100

pendudukPenderita Insidensi per 100

pendudukPuskesmas Cinunuk

74354 18350 25 1439 2

Puskesmas Cileunyi

41599 15635 38 2053 5

Kondisi kejadian penyakit, dalam hal ini kejadian penyakit diare, di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi yang lebih tinggi selaras dengan jumlah sarana air bersih dan sanitasi yang lebih rendah dibandingkan wilayah kerja Puskesmas Cinunuk. Atau dengan kata lain, jumlah sarana air bersih (68%) dan sanitasi (65%) wilayah kerja Puskesmas Cileunyi lebih rendah daripada wilayah kerja Puskesmas Cinunuk, yaitu sarana air bersih dan sanitasi masing-masing sebesar 100%, mengakibatkan angka kejadian penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi lebih tinggi (5 kasus per 100 penduduk) dibandingkan dengan wilayah kerja Puskesmas Cinunuk (2 kasus per 100 penduduk).

Kondisi Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Desa Cileunyi Wetan dan Desa Cileunyi Kulon

Setelah diperoleh kesimpulan wilayah kerja Puskesmas Cileunyi sebagai wilayah kerja dengan kondisi sanitasi lebih rendah dan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan air (diare) lebih tinggi dibandingkan wilayah kerja Puskesmas Cinunuk, selanjutnya dilakukan analisis pembandingan dua desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi, yaitu Desa Cileunyi Wetan dan Desa Cileunyi Kulon.

Analisis yang dilakukan hanya mencakup perbandingan jumlah sarana air bersih dan sanitasi, sedangkan analisis terhadap angka kejadian penyakit berbasis lingkungan air di kedua desa tidak dilakukan, mengingat keterbatasan data yang diperoleh oleh sebab minimnya pencatatan data oleh pihak Puskesmas.

Gambar 4 dan 5 menggambarkan perbandingan persentase sarana air bersih dan sanitasi serta kondisi rumah desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi. 

Page 13: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Gambar 4. Perbandingan Persentase SAB dan Sanitasi Desa Cileunyi Wetan dan Desa Cileunyi Kulon

Gambar 5. Perbandingan Persentase Kondisi Rumah Desa Cileunyi Wetan dan Desa Cileunyi Kulon           

                        Dari data di atas, diperoleh beberapa kesimpulan bahwa Jumlah SAB Desa Cileunyi Wetan (62%) lebih rendah dibandingkan Desa Cileunyi Kulon (75%). Ini artinya, penduduk Desa Cileunyi Wetan lebih banyak yang belum dapat menikmati fasilitas air bersih, baik untuk kepemilikan pribadi maupun umum. Kepemilikan jamban keluarga Desa Cileunyi Wetan (57%) lebih rendah dibandingkan Desa Cileunyi Kulon (76%). Jamban keluarga berupa leher angsa menjadi jamban dominan yang digunakan penduduk (Cileunyi Wetan = 49%, Cileunyi Kulon = 71%). Untuk fasilitas SPAL di Desa Cileunyi Wetan (96%) lebih besar dibandingkan Desa Cileunyi Kulon (80%). Untuk kategori SPAL memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat, terdapat komposisi yang hampir seimbang antara SPAL di Desa Cileunyi Wetan (MS = 57%, TMS = 39%) dengan Desa Cileunyi Kulon (MS = 43%, TMS = 37%).Adapun untuk kondisi rumah, jumlah rumah permanen di Desa Cileunyi Wetan (51%) hampir sebanding dengan Desa Cileunyi Kulon (50%). Sedangkan kondisi rumah yang

Page 14: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

memenuhi syarat sehat di Desa Cileunyi Wetan (31%) lebih rendah dibandingkan Desa Cileunyi Kulon (42%).

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan, kondisi sarana air bersih, sanitasi (jamban), serta kondisi rumah sehat di Desa Cileunyi Wetan lebih rendah dibandingkan Desa Cileunyi Kulon.

KESIMPULANBerdasarkan analisis secara keseluruhan terhadap data penyediaan air bersih dan sanitasi serta data kesehatan masyarakat di Kecamtan Cileunyi, maka dapat diperoleh kesimpulan  sebagai berikut :

1. Desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi memiliki jumlah sarana air bersih, jamban keluarga, dan kondisi rumah sehat, serta kualitas air bersih (berdasarkan hasil inspeksi sanitasi) lebih rendah daripada desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi angka kejadian penyakit bawaan air (diare) yang diderita penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cileunyi yang lebih tinggi dibandingkan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cinunuk.

2. Dari kedua desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Cileunyi, Desa Cileunyi Wetan memiliki jumlah sarana air bersih dan jamban keluarga lebih rendah daripada Desa Cileunyi Kulon.

3. Secara kuantitatif, kepemilikan sarana sanitasi di Desa Cileunyi Wetan adalah sebagai berikut : Sarana Air Bersih (SAB) 62%, jamban keluarga 57%, SPAL tidak memenuhi syarat 39%, serta kondisi rumah sehat 31%.

Dengan memperhatikan kondisi eksisting tersebut, maka dapat disimpulkan Desa Cileunyi Wetan merupakan desa yang diprioritaskan untuk dijadikan sampel usulan perencanaan perbaikan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan sebagai salah satu langkah untuk membantu menurunkan angka penyakit bawaan air.

Daftar Pustaka Adam, Gumilar. 2004. Materi Pelatihan Petugas Sanitasi Puskesmas Kabupaten

Bandung. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bandung. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2004. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Program Penyehatan Kualitas Air Kabupaten Bandung. Bandung. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2005. Laporan Survey Perumahan Lingkungan

Puskesmas Kecamatan Cileunyi. Laporan Kegiatan Puskesmas Kecamatan Cileunyi. 2005 Sarbini. 2005. Diare. Bandung, Medical Emergency Rescue Committee. Shafik, T, Nemat. 2001. Report Rapport Informe. Washington, Water and Sanitation

Program. Soemirat, Juli. 1999. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta, Gadjah Mada University

Press. w w w.infeksi.c o m . Diakses tanggal 20 Agustus 2006. www.infoibu.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2006.

Page 15: Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan

Dipresentasikan pada: Seminar S1 Teknik Lingkungan ITB. Bandung. Indonesia. 2006