evaluasi pembiayaan koperasi kakao dan perbankan 2013

30

Click here to load reader

Upload: bangbai

Post on 21-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

EVALUASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA KOPERASI DENGAN MEKANISME KEMITRAAN KOPERASI - BANK (STUDI KASUS

KOPERASI PETANI KAKAO -BANK SYARIAH MANDIRI)1

Akhmad Baihaqi2, Ahmad Humam Hamid2, T. Saiful Bahri2,Yusya Abubakar2, Ashabul Anhar2,

ABSTRACT

Program Economic Development Financing Facility, telah mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja koperasi kakao. Kegiatan dilakukan bagi koperasi primer dan sekunder di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur bersama Bank Syariah Mandiri. Pelaksanaan di lapangan terdapat tantangan dalam pemanfaatan dan pengembalian modal kerja yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan usaha pengelola usaha.

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembiayaan dan memberikan alternatif strategi untuk mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan modal kerja koperasi. Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan sampel pengelola koperasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yang dipaparkan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan lemahnya transparansi dan akuntabilitas berdampak terhadap proses pembiayaan. Strategi untuk mengoptimalkan kemampuan SDM dilakukan dengan tahapan proses: (1) FGD untuk memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter, pengetahuan dan pola kerja, (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis untuk meningkatkan kompetensi tata laksana usaha, (3) Pelatihan berbasis studi kasus untuk menjawab kendala yang timbul dari kegiatan usaha.

Kata kunci: koperasi, modal kerja

1 Program ini didanai oleh Multi Donor Fund (MDF) melalui Aceh Economic Development Financing Facility (AEDFF) dan dilaksanakan Oleh ActionAid Australia (AAA) dan Yayasan Keumang.

2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalan, Banda Aceh.

1

Page 2: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

ABSTRACT

Economic Development Financing Facility program, has developed a working capital financing scheme to cocoa cooperatives. Activities conducted for the primary and secondary cooperatives in Pidie, Aceh Utara and Aceh Timur with Bank Syariah Mandiri. There are have challenges when working capital implemented caused the capability of a cooperative management business.

The research aims to identify constraints the implementation of financing and provide alternative strategies to optimize of working capital financing facilities. The study uses a survey method, sample are cooperative management. Data analysis using quantitative data and analyzed descriptively.

The results showed are weak of transparency and accountability that impact to financing process. Strategies to optimize the human resources process conducted by: (1) FGD, to provide of cooperatives social maps in character, knowledge and work patterns, (2) business operation simulation training to improve the competence of business administration, (3) case study-based training to respond business activities issues of working capital.

Key word: cooperative, working capital

2

Page 3: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Pendahuluan

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan

rakyat yang dapat diandalkan untuk dikembangkan selain kopi, upaya

pengembangan dan memperkuat ekonomi sektor pertanian subsektor perkebunan

telah dilakukan Pemerintah Provinsi Aceh melalui program Economic

Develompment Financing Facility (EDFF). Progam ini bertujuan untuk

mengembangkan ekonomi petani dari perkebunan kakao ini masih belum

menunjukkan hasil yang memuaskan, petani kakao di wilayah Pidie, Aceh Utara

dan Aceh Timur umumnya masih tergolong miskin karena rendahnya pendapatan

yang mereka peroleh dari tanaman kakao tersebut yaitu rata-rata 5,5 juta rupiah

per Ha per tahun (AAA-Keumang, 2010 dan 2012). Beberapa kendala yang

dihadapi dalam meningkatkan ekonomi petani adalah ketersediaan dan akses

permodalan sehingga petani tidak dapat bersaing untuk mendapatkan nilai tambah

harga dengan kuantitas produksi yang dimuliki.

Salah satu upaya untuk memperkuat basis usaha kakao rakyat adalah

dengan mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja bagi organisasi

(koperasi) petani kakao. Dengan dukungan dana dari Multi Donor Fund (MDF),

ActionAid Australia bersama Yayasan Keumang mengembangkan suatu pola

kerjasama antara koperasi primer dan koperasi sekunder dengan lembaga

keuangan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur untuk

meningkatkan rantai nilai kakao bagi petani.

3

Page 4: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Langkah untuk meningkatkan nilai tambah harga melalui kuantitas

produksi, memperkuat kelembagaan koperasi dan modal kerja, dengan peranan

kelembagaan dapat diciptakan daya tawar yang lebih baik dalam perdagangan

komoditi kakao tersebut. Bantuan modal kerja diberikan kepada petani kakao

melalui 9 (sembilan) unit koperasi primer, empat unit di Kabupaten Pidie, tiga

unit di Kabupaten Aceh Utara dan dua unit di Kabupaten Aceh Timur yang

beranggotakan petani kakao di tiga kabupaten dengan jumlah anggota 4.500

petani. Untuk mendukung peningkatan rantai nilai pemasaran koperasi-koperasi

primer membentuk 1 (satu) unit wadah bersama yaitu koperasi sekunder.

Kucuran dana modal kerja diperuntukkan bagi unit usaha koperasi dalam

tahap I ini untuk mendukung aktivitas jual – beli biji kakao yaitu sebesar 3 Milyar

Rupiah yang dimulai pada 14 Februari 2012 – 16 Agustus 2012 (6 bulan).

Masing-masing pembagian dana yaitu 200 juta Rupiah untuk koperasi primer dan

1,2 Milyar bagi koperasi sekunder dan ditempatka di bank sebagai jaminan usaha

(colateral). Besarnya dukungan modal kerja koperasi sekunder bertujuan untuk

mendukung likuiditas modal kerja koperasi sekunder.

Tantangan yang dihadapi oleh usaha yang baru mulai berjalan adalah

kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola keungan dan bisnis kakao.

Daya saing usaha koperasi dengan para pesaing adalah tersedianya modal, disisi

lain pengetahuan, tanggung jawab dan karakter sosial masyarakat turut

mendukung daya ungkit koperasi untuk mencapai kesuksesan. Untuk mencapai

kemandirian koperasi perlu pula dilakukan peningkatan keahlian dan monitoring

yang berbasiskan kebutuhan pengelola dan anggota.

4

Page 5: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

1.2 Perumusan Masalah

Upaya pengembangan pemanfaatan modal kerja bagi koperasi petani

kakao masih diperlukan strategi yang tepat dan dapat diimplementasikan bagi

pengembangan usaha kecil dan menengah. Berdasarkan kondisi tersebut rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembiayaan modal

kerja koperasi petani kakao?

2. Bagaimana strategi-stategi pelaksanaan untuk meningkatkan kapasitas

pengelolaan pembiayaan modal kerja di koperasi petani kakao?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi kendala-kendala yang ditimbulkan dalam pelaksanaan

pembiayaan modal kerja koperasi petani kakao.

2. Memberikan alternatif strategi dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan

pembiayaan modal kerja koeprasi petani kakao.

Adapun kegunaan penelitian adalah:

1. Memberikan alternatif stategi dalam pengembangan kapasitas pengelola dan

lembaga petani.

2. Memberikan informasi bagi para pihak yang akan mengembangkan usaha

terutama kelembagaan petani.

3. Dapat bermanfaat dalam pengembangan lembaga sosial penunjang

produktivitas petani.

5

Page 6: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

1.4 Studi Kepustakaan

Untuk memberdayakan koperasi yang dibangun melalui keberpihakan dari

berbagai pihak pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyarakat dan lembaga

keuangan yang memungkinkan koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Upaya

memberdayakan koperasi agar dapat menjawab tantangan dan memanfaatkan

peluang adalah melalui penyediaan modal kerja. Tersedianya modal kerja

merupakan hal yang sangat penting oleh koperasi untuk menjalankan aktivitas

operasional koperasi, khususnya dalam pembelian dan penjualan kakao.

Sugeng (2002), mengemukan bahwa terdapat korelasi antara

kemampuan SDM dan komitmen yang dimiliki koperasi. Untuk

mencapai keberhasilan organisasi diperlukan komitmen yang tinggi

dari para pengelola koperasi. Kemapuan SDM yang tinggi tidak

menjamin keberhasilan koperasi untuk maju tanpa dibarengi

komitmen yang tinggi. Adanya keselarasan antara kemampuan dan

komitmen akan memberikan manfaat dan kepercayaan bagi para

anggota koperasi (internal) dan pihak eksternal yaitu kreditur,

pemerintah, supplier.

Munawir (2004) menjelaskan bahwa konsep kuantitatif modal kerja

merupakan kebutuhan usaha dalam membiayai operasi yang bersifat rutin, atau

menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.

Dalam konsep ini menunjukkan modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross

working capital).

6

Page 7: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Peter Davis dalam Sularso (2005), memformulasikan bahwa manajemen

koperasi diselenggarakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk

mengelola koperasi, nilai-nilai dan kekayaannya. Mereka ini mengerahkan segala

kemampuan kepemimpinannya dan memilih kebijakan untuk mengembangkan

koperasi berdasarkan hasil latihan professional perkoperasian. Manajemen

koperasi adalah kegiatan professional yang dilakukan koperasi untuk membantu

seluruh keanggotaan koperasi di dalam mencapai tujuannya.

Ketimpangan pendapatan yang ekstrem menyebabkan semakin kecilnya

populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman, karena ketiadaan

kolateral (Todaro & Smith 2003). Disisi lain tujuan pembangunan pertanian di

daerah pedesaan di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup

masyarakat melalui peningkatan pendapatan, total produksi output da

produktivitas petani melalui 3 langkah, yaitu (1) kemajuan teknologi dan inovasi,

(2) kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat, dan (3) kelembagaan sosial yang

menunjang (Todaro & Smith 2003).

Pemanfaatan pola keuangan syariah merupakan upaya untuk

menjembatani kebutuhan masyarakat karena prinsip keyakinan dan kepercayaan.

Perbankan syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada

prinsip-prinsip hukum syariah Islam. Ketentuan perbankan ini khususnya yang

mengacu kepada praktik yang mengandung unsur riba dalam kegiatan investasi

atas dasar bagi hasil pembiayaan (Dahlan, S. 2005).

7

Page 8: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

1.5 Penelitian Sebelumnya

(Sugiyanto, 2007) dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh

Kompetensi dan Komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan,

Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal, mengasilkan

kesimpulan bahwa secara partial komitmen Manajemen memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi yang

diukur dengan kinerja finansial dan promosi ekonomi anggota, disisi

lain kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja koperasi. Secara simultan kedua variabel tersebut memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi, kemudian

kompetensi, dan komitmen manajemen berpengeruh secara positif

dan signifikan terahdap kepercayaan.

Sutaryo Salim (2004), dalam artikel ilmiahnya menjelaskan

pula bahwa kompetensi dan komitmen sumber daya manusia

koperasi dalam melaksanakan jati diri koperasi (identitas ganda,

karakteristik koperasi, prinsip koperasi dan ekonomi, serta

partisipasi) akan menentukan tingkat keberhasilan koperasi

(anggota, perusahaan koperasi dan pembangunan). Dengan

komitmen SDM yang tinggi, koperasi akan memperoleh

keunggulan-keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh

perusahaan lain, seperti kesediaan menjaga nama baik koperasi,

dan menerima tujuan serta nilainilai koperasi

8

Page 9: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

9

Page 10: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Bab 2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap (9)

sembilan unit koperasi primer dan 1 (Satu) unit koperasi sekunder yang tersebar di

Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Data primer diperoleh melalui

wawancara dengan kuisioner terhadap kinerja operasional koperasi dalam

pengelolaan modal kerja, data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang

terlibat didalam program pembiayaan dan studi literatur lainnya. Sebaran koperasi

dan lokasi penelitian dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 1. Lokasi dan Sebaran Sampel Penelitian.

No Lokasi Unit Kerja KoperasiKabupaten Pidie

1 Kecamatan Padang Tiji Meuguna2 Kecamatan Mila, Keumala dan Sakti Beuratana3 Kecamatan Tangse, Mane dan

GeumpangTMG

4 Kecamatan Glumpang Tiga APKO5 Kecamatan Glumpang Tiga Pusat Koperasi Kakao Aceh

Kabupaten Aceh Utara6 Kecamatan Langkahan Ingin Maju7 Kecamatan Pirak Timur, Paya

Bakong, dan Grudong PaseAneuk Ban Keumang

8 Kecamatan Cot Girek Pertanian CocoAKabupaten Aceh Timur

9 Kecamatan Peunaron Aceh Berkat10 Kecamatan  Peudawa dan Rantau

PereulakAceh Mekar

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling

(Kidder, L.H. 1981 dan Santana 2007) dan karena sampel yang diambil didasari

pada persyaratan tertentu, yaitu: petani yang memiliki lahan kakao, bukan sebagai

petani penggarap. Pengumpulan data primer pada survai ini dilaksanakan melalui

10

Page 11: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

kombinasi antara: 1) pengamatan lapangan (observation), Diskusi Terfokus

(Focus Group Discussion/FGD) dengan semua stakeholder, dan wawancara

dengan responden (petani) dalam bentuk kusioner.

Analisis data diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah responden,

data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif yang

dipaparkan secara deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskriftif akan diperoleh hasil

“pemaknaan dan penjelasan” terhadap berbagai kondisi dan fakta serta informasi

yang diperoleh terkait petani kakao dilokasi penelitian.

11

Page 12: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Bab 3. Hasil dan pembahasan

3.1 Skema Pembiayaan

Upaya untuk meminimalkan ketimpangan bagi petani kakao dilakukan

dengan membentuk lembaga formal petani melalui pembentukan koperasi.

ActionAid dan Yayasan Keumang sebagai pelaksana program membentuk tujuh

koperasi primer dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dua koperasi primer,

serta satu unit Koperasi Sekunder sebagai induk koperasi-koperasi primer.

Koperasi ini merupakan salah satu langkah meningkatkan produktivitas

kelembagaan sosial yang menunjang.

Modal kerja yang disediakan oleh Multi Donor Fund (MDF) tersebut

berfungsi sebagai jaminan atas pinjaman yang diambil oleh koperasi untuk

membeli kakao dari petani anggotanya. Program ini MDF dalam pelaksanaannya

menyediakan dana modal kerja, namun modal kerjanya tidak diberikan langsung

kepada Koperasi. Modal kerja ditempatkan didalam Rekening Investasi Terikat

pada Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam mekanisme pembiayaan syariah ini

sebagai jaminan pinjaman koperasi, selanjutnya koperasi akan melakukan

pinjaman ke BSM yang didukung oleh modal kerja (jaminan). Mekanisme

pembiayaan Modal Kerja tersebut diatur oleh sistem perbankan syariah.

Kerjasama pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi-koperasi dengan

lembaga keuangan (Bank Syariah Mandiri) sebesar 3 Milyar Rupiah (Rp

200.000.00 untuk 9 koperasi primer dan Rp 1,200.000.000,- bagi koperasi

sekunder) sebagai jaminan. Realisasi pembiayaan yang dijalankan kepada

12

Page 13: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

koperasi petani kakao pada tahap pertama adalah sebesar Rp 50.000.000,- untuk

sembilan unit koperasi primer atau total Rp 450.000.000 dan Rp 600.000.000,-

bagi satu unit koperasi sekunder. Alokasi kebutuhan modal kerja koperasi

sekunder lebih besar sebagai upaya untuk menyokong aktivitas pembelian dari

sembilan unit koperasi primer. Aktivitas operasional modal kerja koperasi tersebut

dijelaskan melalui Gambar 1 berikut:

Pelaksanaan dari kesepakatan pembiayaan antara koperasi dan Bank

Syariah Mandiri dengan jelas mengatur sistem bagi hasil bagi debitur dan kreditur

tersebut, yaitu; (a) Modal kerja dipergunakan Koperasi untuk membiayai modal

usaha jual-beli biji kakao yang dilaksanakan oleh Koperasi primer dan Koperasi

Sekunder; (b) Nilai bagi-hasil atas penyaluran pembiayaan investasi terikat

kepada Koperasi sebagai pemilik dana adalah 4% per tahun; (c) Nilai bagi-hasil

yang diperoleh BSM atas pengelolaan investasi terikat adalah 2% per-tahun,

13

Kakao

aktivitas

Modal

Gudang/Proses

Penbelian

Penjualan

Koperasi Sekunder

Gudang/Proses

Penjualan

Pembelian

Koperasi Primer

Pembelian

Eksportir

Petani

Gambar 1. Diagram Aktivitas Usaha Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder

Page 14: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

dimana biaya administrasi ditanggung oleh BSM; (d) Nilai bonus yang diperoleh

Koperasi dari Rekening Giro Syariah Mandiri adalah 0,8% flat p.a.; (e) Nilai bagi-

hasil yang diperoleh Koperasi dari Rekening Tabungan Syariah Mandiri adalah

3,4% flat p.a. (f) Nilai bagi-hasil yang diperoleh dari deposito Rekening Investasi

Terikat Syariah Mandiri adalah 4% flat p.a., (g) Jangka waktu untuk peminjaman

tahap pertama dibatasi sampai dengan 6 (enam) bulan (Baihaqi at.al. 2012).

3.2 Implementasi Pembiayaan dan Tantangan Koperasi

Kebersamaan koperasi didukung dengan tersedianya unit kerjasama yang

akan mendorong usaha koperasi. Kerjasama yang dibentuk oleh koperasi-koperasi

primer adalah membentuk “Pusat Koperasi Kakao Aceh” sebagai koperasi

sekunder pemersatu kerjasama. (Meyer, 1994 dalam Krisnamurthi, 1998)

menjelaskan “koperasi sekunder atau organisasi pemusatan bertujuan untuk

mengembangkan bisnis koperasi primer, guna mewujudkan peran sebagai

pengimbang dalam ekonomi pasar kapitalistik. Koperasi sekunder mengutamakan

penerapan prinsip-prinsip bisnis sehubungan dengan lingkungan bisnis yang

dihadapi, dan disisi lain tetap dikelola secara demokratis

Implementasi pembiayaan bagi koperasi-koperasi dilapangan

menunjukkan adanya kelemahan yang umum terjadi ketika suatu usaha kecil

menengah mulai beraktivitas, yaitu transparansi dan akuntabilitas keuangan dari

sisi internal koperasi dan penyediaan dana cicilan pengembalian kredit kepada

bank disisi eksternal koperasi. Lemahnya transparansi dan akuntabilitas keuangan

14

Page 15: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

ini disebabkan lemahnya kemampuan sumber daya manusia, akibat yang

ditimbulkan adalah kerugian pada kegiatan awal pembelian terutama oleh

koperasi-koperasi primer. Aktualisasi kinerja keuangan koperasi dalam periode

awal pembiayaan dijelaskan melalui keuntungan dan kerugian disajikan pada

grafik 1.

Puskop

Meu

guna

APKO

Beuratana

Cocoa

Ingin

Maju

TMG

ABK

Aceh Mek

ar

Aceh Ber

kat (100,000)

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

IDR x 1000

Buy Sale Profit/(Loss)

Grafik 1. Aktualisasi Operasional Pembelian dan Penjualan Koperasi Primer dalam Pembiayaan Modal Kerja.

Dapat dijelaskan bahwa kegiatan jual beli yang dilakukan oleh sepuluh

koperasi dalam masa pembiayaan yaitu, terdapat dua koperasi yang memperoleh

keuntungan lebih dari 8 juta Rupiah yaitu Pusat Koperasi Kakao Aceh dan

Meuguna, dua koperasi memperoleh keuntungan lebih dari 1 Juta Rupiah yaitu

APKO dan Ingin Maju, tiga koperasi membukukan keuntungan dibawah 1 Juta

Rupiah yaitu TMG, Aceh Mekar dan Aceh Berkat, sementara itu tiga koperasi

mengalami kerugian yaitu Beuratana, Cocoa dan Aneuk Ban Keumang.

Untuk menanggulangi kelemahan koperasi tersebut langkah perbaikan

15

Page 16: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

yang dilakukan adalah melakukan monitoring dan pendampingan bagi koperasi-

koperasi. Kegiatan monitoring dilapangan membantu koperasi dalam

memperbaiki kinerja keuangan sekaligus manajerial para pengelola koperasi.

Secara nyata kondisi yang dialami pengelola koperasi tersebut dapat dijelaskan

bahwa, walaupun telah diberikan pelatihan dibidang manajemen dan keuangan

mereka belum memiliki pengalaman dalam aktivitas usaha. Melalui

pendampingan pengelola koperasi dibekali kembali pengetahuan keuangan dan

manajemen yang sesuai dengan kondisi lapangan yang terjadi. Kondisi lapangan

tersebut antra lain: (1) modal yang dicairkan dipegang tidak hanya oleh

bendahara; (2) tidak taat dan jelas pencatatan pembukuan; (3) modal tunai terlalu

lama dipegang bukan oleh bendahara; (4) pengelola meminjam modal kerja untuk

kepentingan pribadi; (5) penaksiran harga beli tidak sesuai dengan acuan harga

yang disepakati dan; (6) fluktuasi harga pasar kakao.

Setelah dilakukan monitoring dan pelatihan pendampingan bagi keporasi,

perbaikan tata kelola manajerial pengelola koperasi mampu meningkatkan kinerja

operasional terutama transparansi dan akuntabilitas keuangan. Capaian kondisi

tersebut mampu mendorong kemandirian koperasi dalam pengelolaan pembiayaan

perbankan. Hasil capaian penggunaan modal kerja walaupun tidak signifikan

memberikan keuntungan maksimal, koperasi-koperasi telah mampu membukukan

saldo bersih positif pada tahap pertama pembiayaan antara koperasi dan Bank

Syariah Mandiri. Kinerja keuangan koperasi dijelaskan berdasarkan jumlah saldo

pada akhir tutup buku periode pertama pembiayaan seperti pada Grafik 2 berikut.

16

Page 17: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Aceh Berkat

Aceh Mekar

Aneuk Ban Keumang

TMG

Ingin Maju

Cocoa

Beuratana

APKO

Meuguna

PUSKOP

314,124.12

200,134.43

220,617.46

50,494.45

166,452.43

240,297.80

120,400.27

51,282.41

340,903.19

2,073,851.22

Saldo (Rp)

Grafik 2. Kinerja Operasional Keuangan Koperasi Setelah Monitoring dan Pendampingan

Model pelatihan yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja operasional

koperasi dilakukan dalam tiga tahapan, dan dilapangan berdasarkan spesisik

kendala yaitu: (1) FGD kepada pengelola (pengurus, pengawas dan manager),

hasil kegiatan akan memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter,

pengetahuan dan pola kerja. Kondisi tersebut untuk menyatukan keberagaman,

“Keberagaman dan perbedaan terjadi karena fitrah manusia yang selalu ingin

menunjukkan dan mempertahankan eksistensi dirinya (Sumadi T. dan Japar M.,

1998 dalam Supardi, 2009); (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis diberikan kepada

manajer selaku pengelola unit usaha, selain untuk menigkatkan kompetensi tata

laksana jual beli serta pengelola mampu menjalankan usaha sesuai dengan

Prosedur Standar Operasional unit bisnis koperasi; (3) Pelatihan berbasis studi

kasus untuk menjawab tantangan yang timbul dari kegiatan usaha, pelaksanaan

pelatihan diberikan kepada pengelola keuangan untuk meningkatkan kompetensi

bagi masing-masing koperasi sehingga dapat menguasai teknik pemecahan

17

Page 18: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

masalah yang diperlukan. Pelatihan berbasis kompetensi difokuskan pada kinerja

aktual, dengan pendekatan kompetensi peserta pelatihan diharapkan tidak sekedar

tahu, tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang harus dikerjakan (Magkuprawira,

2009).

Kendala ketepatan waktu dalam penyediaan dana cicilan pengembalian

kredit kepada bank merupakan kelemahan bagi usaha bisnis yang baru berjalan,

disamping masih minimnya pengalaman usaha. Bank Syariah Mandiri dalam

penyaluran pembiayaan turut memberikan penilaian suatu kredit guna menilai

layak atau tidak untuk diberikan kredit dilakukan dengan menggunakan beberapa

aspek, yaitu: (1) yuridis/hukum; (2) pemasaran: (3) keuangan; (4) teknis/operasi;

(5) manajemen dan; (6) sosial ekonomi (Siamat, 2004 :107-110).

Mengacu kepada aspek-aspek tersebut, penerapan sistem cicilan kredit

disesuaikan dengan kepentingan koperasi, kondisi ini didasari bahwa modal kerja

yang terus berputar dalam aktivitas jual beli. Sehingga model pembayaran cicilan

dilakukan dengan pola: (1) cicilan bagi hasil dibayarkan setiap bulan selama masa

pembiayaan; (2) cicilan kredit dibayarkan sekaligus pada periode akhir

pembiayaan. Untuk meningkatkan aktiva koperasi, dilakukan penerapan

pengendalian biaya operasional. Pengendalian biaya merupakan masalah penting

dalam mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas bagi usaha, unsur tenaga

kerja dan operasional merupakan sumber yang paling dominan dalam biaya.

Untuk mengurangi biaya tersebut perlu dilakukan evaluasi biaya tenaga kerja dan

overhead (Horne dan Wachowicz, 2009)

18

Page 19: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

3.3 Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

1. Lemahnya kemampuan sumber daya manusia yang disebabkan beragamnya

tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pengurus

koperasi, sehingga tidak terciptanya kesamaan misi organisasi.

2. Lemahnya transparansi pengelolaan keuangan mengakibatkan tidak tertata

dengan baiknya pengelolaan pembukuan. Rendahnya akuntabilitas berakibat

tidak terlaksananya standar prosedur kerja yang telah ditetapkan.

Rekomendasi

1. Langkah-langkah memperbaiki kinerja koperasi yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan internal perlu didukung dengan pengembangan

keahlian manajemen. pengembangan diarahkan untuk menigkatkan

kemampuan pengelola koperasi sehingga memiliki kesadaran dan sikap

profesional agar mampu memiliki daya saing terutama SDM.

2. Pengembangan sistem permodalan disesuaikan karakteristik masyarakat

dengan pola syariah. Penyediaan modal kerja dilengkapi praktek pembiayaan

perbankan beserta mekanisme monitoring dan pendampingan dibidang

keuangan dan operasional untuk menyelesaikan masalah yang mungkin

timbul selama fase pertumbuhan koperasi. Peningkatan praktek perkoperasian

bagi pengelola diperlukan untuk meningkatkan kemampuan internal dan

menjadi strategi pengembangan organisasi, agar terciptanya pemenuhan

kebutuhan dan aspirasi ekonomi serta sosial para anggotanya.

19

Page 20: Evaluasi Pembiayaan Koperasi Kakao dan Perbankan 2013

Pustaka

ActionAid Australia dan Keumang, 2010. Baseline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh.

ActionAid Australia dan Keumang, 2012. Enline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh.

Baihaqi, A., Anhar. A., Abubakar, Y., Safrizal, P. Rudy. 2012. Standar Prosedur Operasi Untuk Pembiayaan Bagi Modal Kerja Koperasi Kakao. ActionAid Australia-Keumang. Banda Aceh.

Dahlan, S. 2005. Menejemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi kelima. FE UI. Jakarta.

Horne, James, C., Van dan Wachowicz, M., John, Jr. 2009. Fundamentals of Fiancial Manajemen, Buku 1 Ed 12. Salemba Empat. Jakarta.

Krisnamuthi, Y. Bayu. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha koperasi Unit Desa di Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor

Mangkuprawira, S., Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. IPB Press. Bogor.

Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Peter, Davis, 1999. Managing The Cooperative Difference. Cooperative Branch ILO. Geneva. dalam Sularso, 2005. Kembali Kepada Jatidiri Koperasi. Infokop No 26 Tahun XX . Jakarta.

Sugeng, I., 2002 Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital, A Usmara (editor) Paradigma Baru, Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books.

Sugiyanto, 2007, Pengaruh kompetensi dan komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan, Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal. Disertasi. PPS Universitas Padjadjaran. Bandung.

Supardi, 2009. Filsafat, Ilmu dan Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Sutaryo Salim, 2004. Reinventing Jatidiri Koperasi. Jurnal Ekonomi Kewirausahaan. Vo. III, No.2, Juli 2004, hal.1-8.

Todaro, M., P. And Smith S., C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Negara Ketiga , 8th Edition. Pearson Education Limeted. United Kingdom.

20