evaluasi pembiayaan koperasi kakao dan perbankan 2013
TRANSCRIPT
EVALUASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA KOPERASI DENGAN MEKANISME KEMITRAAN KOPERASI - BANK (STUDI KASUS
KOPERASI PETANI KAKAO -BANK SYARIAH MANDIRI)1
Akhmad Baihaqi2, Ahmad Humam Hamid2, T. Saiful Bahri2,Yusya Abubakar2, Ashabul Anhar2,
ABSTRACT
Program Economic Development Financing Facility, telah mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja koperasi kakao. Kegiatan dilakukan bagi koperasi primer dan sekunder di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur bersama Bank Syariah Mandiri. Pelaksanaan di lapangan terdapat tantangan dalam pemanfaatan dan pengembalian modal kerja yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan usaha pengelola usaha.
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembiayaan dan memberikan alternatif strategi untuk mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan modal kerja koperasi. Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan sampel pengelola koperasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yang dipaparkan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan lemahnya transparansi dan akuntabilitas berdampak terhadap proses pembiayaan. Strategi untuk mengoptimalkan kemampuan SDM dilakukan dengan tahapan proses: (1) FGD untuk memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter, pengetahuan dan pola kerja, (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis untuk meningkatkan kompetensi tata laksana usaha, (3) Pelatihan berbasis studi kasus untuk menjawab kendala yang timbul dari kegiatan usaha.
Kata kunci: koperasi, modal kerja
1 Program ini didanai oleh Multi Donor Fund (MDF) melalui Aceh Economic Development Financing Facility (AEDFF) dan dilaksanakan Oleh ActionAid Australia (AAA) dan Yayasan Keumang.
2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalan, Banda Aceh.
1
ABSTRACT
Economic Development Financing Facility program, has developed a working capital financing scheme to cocoa cooperatives. Activities conducted for the primary and secondary cooperatives in Pidie, Aceh Utara and Aceh Timur with Bank Syariah Mandiri. There are have challenges when working capital implemented caused the capability of a cooperative management business.
The research aims to identify constraints the implementation of financing and provide alternative strategies to optimize of working capital financing facilities. The study uses a survey method, sample are cooperative management. Data analysis using quantitative data and analyzed descriptively.
The results showed are weak of transparency and accountability that impact to financing process. Strategies to optimize the human resources process conducted by: (1) FGD, to provide of cooperatives social maps in character, knowledge and work patterns, (2) business operation simulation training to improve the competence of business administration, (3) case study-based training to respond business activities issues of working capital.
Key word: cooperative, working capital
2
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan
rakyat yang dapat diandalkan untuk dikembangkan selain kopi, upaya
pengembangan dan memperkuat ekonomi sektor pertanian subsektor perkebunan
telah dilakukan Pemerintah Provinsi Aceh melalui program Economic
Develompment Financing Facility (EDFF). Progam ini bertujuan untuk
mengembangkan ekonomi petani dari perkebunan kakao ini masih belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, petani kakao di wilayah Pidie, Aceh Utara
dan Aceh Timur umumnya masih tergolong miskin karena rendahnya pendapatan
yang mereka peroleh dari tanaman kakao tersebut yaitu rata-rata 5,5 juta rupiah
per Ha per tahun (AAA-Keumang, 2010 dan 2012). Beberapa kendala yang
dihadapi dalam meningkatkan ekonomi petani adalah ketersediaan dan akses
permodalan sehingga petani tidak dapat bersaing untuk mendapatkan nilai tambah
harga dengan kuantitas produksi yang dimuliki.
Salah satu upaya untuk memperkuat basis usaha kakao rakyat adalah
dengan mengembangkan suatu pola pembiayaan modal kerja bagi organisasi
(koperasi) petani kakao. Dengan dukungan dana dari Multi Donor Fund (MDF),
ActionAid Australia bersama Yayasan Keumang mengembangkan suatu pola
kerjasama antara koperasi primer dan koperasi sekunder dengan lembaga
keuangan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur untuk
meningkatkan rantai nilai kakao bagi petani.
3
Langkah untuk meningkatkan nilai tambah harga melalui kuantitas
produksi, memperkuat kelembagaan koperasi dan modal kerja, dengan peranan
kelembagaan dapat diciptakan daya tawar yang lebih baik dalam perdagangan
komoditi kakao tersebut. Bantuan modal kerja diberikan kepada petani kakao
melalui 9 (sembilan) unit koperasi primer, empat unit di Kabupaten Pidie, tiga
unit di Kabupaten Aceh Utara dan dua unit di Kabupaten Aceh Timur yang
beranggotakan petani kakao di tiga kabupaten dengan jumlah anggota 4.500
petani. Untuk mendukung peningkatan rantai nilai pemasaran koperasi-koperasi
primer membentuk 1 (satu) unit wadah bersama yaitu koperasi sekunder.
Kucuran dana modal kerja diperuntukkan bagi unit usaha koperasi dalam
tahap I ini untuk mendukung aktivitas jual – beli biji kakao yaitu sebesar 3 Milyar
Rupiah yang dimulai pada 14 Februari 2012 – 16 Agustus 2012 (6 bulan).
Masing-masing pembagian dana yaitu 200 juta Rupiah untuk koperasi primer dan
1,2 Milyar bagi koperasi sekunder dan ditempatka di bank sebagai jaminan usaha
(colateral). Besarnya dukungan modal kerja koperasi sekunder bertujuan untuk
mendukung likuiditas modal kerja koperasi sekunder.
Tantangan yang dihadapi oleh usaha yang baru mulai berjalan adalah
kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola keungan dan bisnis kakao.
Daya saing usaha koperasi dengan para pesaing adalah tersedianya modal, disisi
lain pengetahuan, tanggung jawab dan karakter sosial masyarakat turut
mendukung daya ungkit koperasi untuk mencapai kesuksesan. Untuk mencapai
kemandirian koperasi perlu pula dilakukan peningkatan keahlian dan monitoring
yang berbasiskan kebutuhan pengelola dan anggota.
4
1.2 Perumusan Masalah
Upaya pengembangan pemanfaatan modal kerja bagi koperasi petani
kakao masih diperlukan strategi yang tepat dan dapat diimplementasikan bagi
pengembangan usaha kecil dan menengah. Berdasarkan kondisi tersebut rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembiayaan modal
kerja koperasi petani kakao?
2. Bagaimana strategi-stategi pelaksanaan untuk meningkatkan kapasitas
pengelolaan pembiayaan modal kerja di koperasi petani kakao?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi kendala-kendala yang ditimbulkan dalam pelaksanaan
pembiayaan modal kerja koperasi petani kakao.
2. Memberikan alternatif strategi dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan
pembiayaan modal kerja koeprasi petani kakao.
Adapun kegunaan penelitian adalah:
1. Memberikan alternatif stategi dalam pengembangan kapasitas pengelola dan
lembaga petani.
2. Memberikan informasi bagi para pihak yang akan mengembangkan usaha
terutama kelembagaan petani.
3. Dapat bermanfaat dalam pengembangan lembaga sosial penunjang
produktivitas petani.
5
1.4 Studi Kepustakaan
Untuk memberdayakan koperasi yang dibangun melalui keberpihakan dari
berbagai pihak pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyarakat dan lembaga
keuangan yang memungkinkan koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Upaya
memberdayakan koperasi agar dapat menjawab tantangan dan memanfaatkan
peluang adalah melalui penyediaan modal kerja. Tersedianya modal kerja
merupakan hal yang sangat penting oleh koperasi untuk menjalankan aktivitas
operasional koperasi, khususnya dalam pembelian dan penjualan kakao.
Sugeng (2002), mengemukan bahwa terdapat korelasi antara
kemampuan SDM dan komitmen yang dimiliki koperasi. Untuk
mencapai keberhasilan organisasi diperlukan komitmen yang tinggi
dari para pengelola koperasi. Kemapuan SDM yang tinggi tidak
menjamin keberhasilan koperasi untuk maju tanpa dibarengi
komitmen yang tinggi. Adanya keselarasan antara kemampuan dan
komitmen akan memberikan manfaat dan kepercayaan bagi para
anggota koperasi (internal) dan pihak eksternal yaitu kreditur,
pemerintah, supplier.
Munawir (2004) menjelaskan bahwa konsep kuantitatif modal kerja
merupakan kebutuhan usaha dalam membiayai operasi yang bersifat rutin, atau
menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Dalam konsep ini menunjukkan modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross
working capital).
6
Peter Davis dalam Sularso (2005), memformulasikan bahwa manajemen
koperasi diselenggarakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk
mengelola koperasi, nilai-nilai dan kekayaannya. Mereka ini mengerahkan segala
kemampuan kepemimpinannya dan memilih kebijakan untuk mengembangkan
koperasi berdasarkan hasil latihan professional perkoperasian. Manajemen
koperasi adalah kegiatan professional yang dilakukan koperasi untuk membantu
seluruh keanggotaan koperasi di dalam mencapai tujuannya.
Ketimpangan pendapatan yang ekstrem menyebabkan semakin kecilnya
populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman, karena ketiadaan
kolateral (Todaro & Smith 2003). Disisi lain tujuan pembangunan pertanian di
daerah pedesaan di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup
masyarakat melalui peningkatan pendapatan, total produksi output da
produktivitas petani melalui 3 langkah, yaitu (1) kemajuan teknologi dan inovasi,
(2) kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat, dan (3) kelembagaan sosial yang
menunjang (Todaro & Smith 2003).
Pemanfaatan pola keuangan syariah merupakan upaya untuk
menjembatani kebutuhan masyarakat karena prinsip keyakinan dan kepercayaan.
Perbankan syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum syariah Islam. Ketentuan perbankan ini khususnya yang
mengacu kepada praktik yang mengandung unsur riba dalam kegiatan investasi
atas dasar bagi hasil pembiayaan (Dahlan, S. 2005).
7
1.5 Penelitian Sebelumnya
(Sugiyanto, 2007) dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh
Kompetensi dan Komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan,
Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal, mengasilkan
kesimpulan bahwa secara partial komitmen Manajemen memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi yang
diukur dengan kinerja finansial dan promosi ekonomi anggota, disisi
lain kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja koperasi. Secara simultan kedua variabel tersebut memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi, kemudian
kompetensi, dan komitmen manajemen berpengeruh secara positif
dan signifikan terahdap kepercayaan.
Sutaryo Salim (2004), dalam artikel ilmiahnya menjelaskan
pula bahwa kompetensi dan komitmen sumber daya manusia
koperasi dalam melaksanakan jati diri koperasi (identitas ganda,
karakteristik koperasi, prinsip koperasi dan ekonomi, serta
partisipasi) akan menentukan tingkat keberhasilan koperasi
(anggota, perusahaan koperasi dan pembangunan). Dengan
komitmen SDM yang tinggi, koperasi akan memperoleh
keunggulan-keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh
perusahaan lain, seperti kesediaan menjaga nama baik koperasi,
dan menerima tujuan serta nilainilai koperasi
8
9
Bab 2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap (9)
sembilan unit koperasi primer dan 1 (Satu) unit koperasi sekunder yang tersebar di
Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan kuisioner terhadap kinerja operasional koperasi dalam
pengelolaan modal kerja, data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang
terlibat didalam program pembiayaan dan studi literatur lainnya. Sebaran koperasi
dan lokasi penelitian dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 1. Lokasi dan Sebaran Sampel Penelitian.
No Lokasi Unit Kerja KoperasiKabupaten Pidie
1 Kecamatan Padang Tiji Meuguna2 Kecamatan Mila, Keumala dan Sakti Beuratana3 Kecamatan Tangse, Mane dan
GeumpangTMG
4 Kecamatan Glumpang Tiga APKO5 Kecamatan Glumpang Tiga Pusat Koperasi Kakao Aceh
Kabupaten Aceh Utara6 Kecamatan Langkahan Ingin Maju7 Kecamatan Pirak Timur, Paya
Bakong, dan Grudong PaseAneuk Ban Keumang
8 Kecamatan Cot Girek Pertanian CocoAKabupaten Aceh Timur
9 Kecamatan Peunaron Aceh Berkat10 Kecamatan Peudawa dan Rantau
PereulakAceh Mekar
Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling
(Kidder, L.H. 1981 dan Santana 2007) dan karena sampel yang diambil didasari
pada persyaratan tertentu, yaitu: petani yang memiliki lahan kakao, bukan sebagai
petani penggarap. Pengumpulan data primer pada survai ini dilaksanakan melalui
10
kombinasi antara: 1) pengamatan lapangan (observation), Diskusi Terfokus
(Focus Group Discussion/FGD) dengan semua stakeholder, dan wawancara
dengan responden (petani) dalam bentuk kusioner.
Analisis data diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah responden,
data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif yang
dipaparkan secara deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskriftif akan diperoleh hasil
“pemaknaan dan penjelasan” terhadap berbagai kondisi dan fakta serta informasi
yang diperoleh terkait petani kakao dilokasi penelitian.
11
Bab 3. Hasil dan pembahasan
3.1 Skema Pembiayaan
Upaya untuk meminimalkan ketimpangan bagi petani kakao dilakukan
dengan membentuk lembaga formal petani melalui pembentukan koperasi.
ActionAid dan Yayasan Keumang sebagai pelaksana program membentuk tujuh
koperasi primer dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dua koperasi primer,
serta satu unit Koperasi Sekunder sebagai induk koperasi-koperasi primer.
Koperasi ini merupakan salah satu langkah meningkatkan produktivitas
kelembagaan sosial yang menunjang.
Modal kerja yang disediakan oleh Multi Donor Fund (MDF) tersebut
berfungsi sebagai jaminan atas pinjaman yang diambil oleh koperasi untuk
membeli kakao dari petani anggotanya. Program ini MDF dalam pelaksanaannya
menyediakan dana modal kerja, namun modal kerjanya tidak diberikan langsung
kepada Koperasi. Modal kerja ditempatkan didalam Rekening Investasi Terikat
pada Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam mekanisme pembiayaan syariah ini
sebagai jaminan pinjaman koperasi, selanjutnya koperasi akan melakukan
pinjaman ke BSM yang didukung oleh modal kerja (jaminan). Mekanisme
pembiayaan Modal Kerja tersebut diatur oleh sistem perbankan syariah.
Kerjasama pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi-koperasi dengan
lembaga keuangan (Bank Syariah Mandiri) sebesar 3 Milyar Rupiah (Rp
200.000.00 untuk 9 koperasi primer dan Rp 1,200.000.000,- bagi koperasi
sekunder) sebagai jaminan. Realisasi pembiayaan yang dijalankan kepada
12
koperasi petani kakao pada tahap pertama adalah sebesar Rp 50.000.000,- untuk
sembilan unit koperasi primer atau total Rp 450.000.000 dan Rp 600.000.000,-
bagi satu unit koperasi sekunder. Alokasi kebutuhan modal kerja koperasi
sekunder lebih besar sebagai upaya untuk menyokong aktivitas pembelian dari
sembilan unit koperasi primer. Aktivitas operasional modal kerja koperasi tersebut
dijelaskan melalui Gambar 1 berikut:
Pelaksanaan dari kesepakatan pembiayaan antara koperasi dan Bank
Syariah Mandiri dengan jelas mengatur sistem bagi hasil bagi debitur dan kreditur
tersebut, yaitu; (a) Modal kerja dipergunakan Koperasi untuk membiayai modal
usaha jual-beli biji kakao yang dilaksanakan oleh Koperasi primer dan Koperasi
Sekunder; (b) Nilai bagi-hasil atas penyaluran pembiayaan investasi terikat
kepada Koperasi sebagai pemilik dana adalah 4% per tahun; (c) Nilai bagi-hasil
yang diperoleh BSM atas pengelolaan investasi terikat adalah 2% per-tahun,
13
Kakao
aktivitas
Modal
Gudang/Proses
Penbelian
Penjualan
Koperasi Sekunder
Gudang/Proses
Penjualan
Pembelian
Koperasi Primer
Pembelian
Eksportir
Petani
Gambar 1. Diagram Aktivitas Usaha Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder
dimana biaya administrasi ditanggung oleh BSM; (d) Nilai bonus yang diperoleh
Koperasi dari Rekening Giro Syariah Mandiri adalah 0,8% flat p.a.; (e) Nilai bagi-
hasil yang diperoleh Koperasi dari Rekening Tabungan Syariah Mandiri adalah
3,4% flat p.a. (f) Nilai bagi-hasil yang diperoleh dari deposito Rekening Investasi
Terikat Syariah Mandiri adalah 4% flat p.a., (g) Jangka waktu untuk peminjaman
tahap pertama dibatasi sampai dengan 6 (enam) bulan (Baihaqi at.al. 2012).
3.2 Implementasi Pembiayaan dan Tantangan Koperasi
Kebersamaan koperasi didukung dengan tersedianya unit kerjasama yang
akan mendorong usaha koperasi. Kerjasama yang dibentuk oleh koperasi-koperasi
primer adalah membentuk “Pusat Koperasi Kakao Aceh” sebagai koperasi
sekunder pemersatu kerjasama. (Meyer, 1994 dalam Krisnamurthi, 1998)
menjelaskan “koperasi sekunder atau organisasi pemusatan bertujuan untuk
mengembangkan bisnis koperasi primer, guna mewujudkan peran sebagai
pengimbang dalam ekonomi pasar kapitalistik. Koperasi sekunder mengutamakan
penerapan prinsip-prinsip bisnis sehubungan dengan lingkungan bisnis yang
dihadapi, dan disisi lain tetap dikelola secara demokratis
Implementasi pembiayaan bagi koperasi-koperasi dilapangan
menunjukkan adanya kelemahan yang umum terjadi ketika suatu usaha kecil
menengah mulai beraktivitas, yaitu transparansi dan akuntabilitas keuangan dari
sisi internal koperasi dan penyediaan dana cicilan pengembalian kredit kepada
bank disisi eksternal koperasi. Lemahnya transparansi dan akuntabilitas keuangan
14
ini disebabkan lemahnya kemampuan sumber daya manusia, akibat yang
ditimbulkan adalah kerugian pada kegiatan awal pembelian terutama oleh
koperasi-koperasi primer. Aktualisasi kinerja keuangan koperasi dalam periode
awal pembiayaan dijelaskan melalui keuntungan dan kerugian disajikan pada
grafik 1.
Puskop
Meu
guna
APKO
Beuratana
Cocoa
Ingin
Maju
TMG
ABK
Aceh Mek
ar
Aceh Ber
kat (100,000)
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
IDR x 1000
Buy Sale Profit/(Loss)
Grafik 1. Aktualisasi Operasional Pembelian dan Penjualan Koperasi Primer dalam Pembiayaan Modal Kerja.
Dapat dijelaskan bahwa kegiatan jual beli yang dilakukan oleh sepuluh
koperasi dalam masa pembiayaan yaitu, terdapat dua koperasi yang memperoleh
keuntungan lebih dari 8 juta Rupiah yaitu Pusat Koperasi Kakao Aceh dan
Meuguna, dua koperasi memperoleh keuntungan lebih dari 1 Juta Rupiah yaitu
APKO dan Ingin Maju, tiga koperasi membukukan keuntungan dibawah 1 Juta
Rupiah yaitu TMG, Aceh Mekar dan Aceh Berkat, sementara itu tiga koperasi
mengalami kerugian yaitu Beuratana, Cocoa dan Aneuk Ban Keumang.
Untuk menanggulangi kelemahan koperasi tersebut langkah perbaikan
15
yang dilakukan adalah melakukan monitoring dan pendampingan bagi koperasi-
koperasi. Kegiatan monitoring dilapangan membantu koperasi dalam
memperbaiki kinerja keuangan sekaligus manajerial para pengelola koperasi.
Secara nyata kondisi yang dialami pengelola koperasi tersebut dapat dijelaskan
bahwa, walaupun telah diberikan pelatihan dibidang manajemen dan keuangan
mereka belum memiliki pengalaman dalam aktivitas usaha. Melalui
pendampingan pengelola koperasi dibekali kembali pengetahuan keuangan dan
manajemen yang sesuai dengan kondisi lapangan yang terjadi. Kondisi lapangan
tersebut antra lain: (1) modal yang dicairkan dipegang tidak hanya oleh
bendahara; (2) tidak taat dan jelas pencatatan pembukuan; (3) modal tunai terlalu
lama dipegang bukan oleh bendahara; (4) pengelola meminjam modal kerja untuk
kepentingan pribadi; (5) penaksiran harga beli tidak sesuai dengan acuan harga
yang disepakati dan; (6) fluktuasi harga pasar kakao.
Setelah dilakukan monitoring dan pelatihan pendampingan bagi keporasi,
perbaikan tata kelola manajerial pengelola koperasi mampu meningkatkan kinerja
operasional terutama transparansi dan akuntabilitas keuangan. Capaian kondisi
tersebut mampu mendorong kemandirian koperasi dalam pengelolaan pembiayaan
perbankan. Hasil capaian penggunaan modal kerja walaupun tidak signifikan
memberikan keuntungan maksimal, koperasi-koperasi telah mampu membukukan
saldo bersih positif pada tahap pertama pembiayaan antara koperasi dan Bank
Syariah Mandiri. Kinerja keuangan koperasi dijelaskan berdasarkan jumlah saldo
pada akhir tutup buku periode pertama pembiayaan seperti pada Grafik 2 berikut.
16
Aceh Berkat
Aceh Mekar
Aneuk Ban Keumang
TMG
Ingin Maju
Cocoa
Beuratana
APKO
Meuguna
PUSKOP
314,124.12
200,134.43
220,617.46
50,494.45
166,452.43
240,297.80
120,400.27
51,282.41
340,903.19
2,073,851.22
Saldo (Rp)
Grafik 2. Kinerja Operasional Keuangan Koperasi Setelah Monitoring dan Pendampingan
Model pelatihan yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja operasional
koperasi dilakukan dalam tiga tahapan, dan dilapangan berdasarkan spesisik
kendala yaitu: (1) FGD kepada pengelola (pengurus, pengawas dan manager),
hasil kegiatan akan memberikan peta sosial koperasi dalam hal karakter,
pengetahuan dan pola kerja. Kondisi tersebut untuk menyatukan keberagaman,
“Keberagaman dan perbedaan terjadi karena fitrah manusia yang selalu ingin
menunjukkan dan mempertahankan eksistensi dirinya (Sumadi T. dan Japar M.,
1998 dalam Supardi, 2009); (2) Pelatihan simulasi operasi bisnis diberikan kepada
manajer selaku pengelola unit usaha, selain untuk menigkatkan kompetensi tata
laksana jual beli serta pengelola mampu menjalankan usaha sesuai dengan
Prosedur Standar Operasional unit bisnis koperasi; (3) Pelatihan berbasis studi
kasus untuk menjawab tantangan yang timbul dari kegiatan usaha, pelaksanaan
pelatihan diberikan kepada pengelola keuangan untuk meningkatkan kompetensi
bagi masing-masing koperasi sehingga dapat menguasai teknik pemecahan
17
masalah yang diperlukan. Pelatihan berbasis kompetensi difokuskan pada kinerja
aktual, dengan pendekatan kompetensi peserta pelatihan diharapkan tidak sekedar
tahu, tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang harus dikerjakan (Magkuprawira,
2009).
Kendala ketepatan waktu dalam penyediaan dana cicilan pengembalian
kredit kepada bank merupakan kelemahan bagi usaha bisnis yang baru berjalan,
disamping masih minimnya pengalaman usaha. Bank Syariah Mandiri dalam
penyaluran pembiayaan turut memberikan penilaian suatu kredit guna menilai
layak atau tidak untuk diberikan kredit dilakukan dengan menggunakan beberapa
aspek, yaitu: (1) yuridis/hukum; (2) pemasaran: (3) keuangan; (4) teknis/operasi;
(5) manajemen dan; (6) sosial ekonomi (Siamat, 2004 :107-110).
Mengacu kepada aspek-aspek tersebut, penerapan sistem cicilan kredit
disesuaikan dengan kepentingan koperasi, kondisi ini didasari bahwa modal kerja
yang terus berputar dalam aktivitas jual beli. Sehingga model pembayaran cicilan
dilakukan dengan pola: (1) cicilan bagi hasil dibayarkan setiap bulan selama masa
pembiayaan; (2) cicilan kredit dibayarkan sekaligus pada periode akhir
pembiayaan. Untuk meningkatkan aktiva koperasi, dilakukan penerapan
pengendalian biaya operasional. Pengendalian biaya merupakan masalah penting
dalam mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas bagi usaha, unsur tenaga
kerja dan operasional merupakan sumber yang paling dominan dalam biaya.
Untuk mengurangi biaya tersebut perlu dilakukan evaluasi biaya tenaga kerja dan
overhead (Horne dan Wachowicz, 2009)
18
3.3 Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
1. Lemahnya kemampuan sumber daya manusia yang disebabkan beragamnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pengurus
koperasi, sehingga tidak terciptanya kesamaan misi organisasi.
2. Lemahnya transparansi pengelolaan keuangan mengakibatkan tidak tertata
dengan baiknya pengelolaan pembukuan. Rendahnya akuntabilitas berakibat
tidak terlaksananya standar prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Rekomendasi
1. Langkah-langkah memperbaiki kinerja koperasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan internal perlu didukung dengan pengembangan
keahlian manajemen. pengembangan diarahkan untuk menigkatkan
kemampuan pengelola koperasi sehingga memiliki kesadaran dan sikap
profesional agar mampu memiliki daya saing terutama SDM.
2. Pengembangan sistem permodalan disesuaikan karakteristik masyarakat
dengan pola syariah. Penyediaan modal kerja dilengkapi praktek pembiayaan
perbankan beserta mekanisme monitoring dan pendampingan dibidang
keuangan dan operasional untuk menyelesaikan masalah yang mungkin
timbul selama fase pertumbuhan koperasi. Peningkatan praktek perkoperasian
bagi pengelola diperlukan untuk meningkatkan kemampuan internal dan
menjadi strategi pengembangan organisasi, agar terciptanya pemenuhan
kebutuhan dan aspirasi ekonomi serta sosial para anggotanya.
19
Pustaka
ActionAid Australia dan Keumang, 2010. Baseline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh.
ActionAid Australia dan Keumang, 2012. Enline Survei Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. Banda Aceh.
Baihaqi, A., Anhar. A., Abubakar, Y., Safrizal, P. Rudy. 2012. Standar Prosedur Operasi Untuk Pembiayaan Bagi Modal Kerja Koperasi Kakao. ActionAid Australia-Keumang. Banda Aceh.
Dahlan, S. 2005. Menejemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi kelima. FE UI. Jakarta.
Horne, James, C., Van dan Wachowicz, M., John, Jr. 2009. Fundamentals of Fiancial Manajemen, Buku 1 Ed 12. Salemba Empat. Jakarta.
Krisnamuthi, Y. Bayu. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Perilaku Usaha koperasi Unit Desa di Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor
Mangkuprawira, S., Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. IPB Press. Bogor.
Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Peter, Davis, 1999. Managing The Cooperative Difference. Cooperative Branch ILO. Geneva. dalam Sularso, 2005. Kembali Kepada Jatidiri Koperasi. Infokop No 26 Tahun XX . Jakarta.
Sugeng, I., 2002 Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital, A Usmara (editor) Paradigma Baru, Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books.
Sugiyanto, 2007, Pengaruh kompetensi dan komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan, Promosi Ekonomi Anggota dan Struktur Modal. Disertasi. PPS Universitas Padjadjaran. Bandung.
Supardi, 2009. Filsafat, Ilmu dan Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Sutaryo Salim, 2004. Reinventing Jatidiri Koperasi. Jurnal Ekonomi Kewirausahaan. Vo. III, No.2, Juli 2004, hal.1-8.
Todaro, M., P. And Smith S., C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Negara Ketiga , 8th Edition. Pearson Education Limeted. United Kingdom.
20