evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-
nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta
dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.1 Dalam
prosesnya, pendidikan Islammenjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang
hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam
atau output kependidikan Islam.2 Adapun ushuliyah menyatakan bahwa : “al-
umûr bi maqâshidika”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi
pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.3
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari
sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana
sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam
proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran. Dalam makalah ini akan
penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari
mulai pengertian, tujuan, prinsip, fungsi dan perannya.
Dari ungkapan-ungkapan sebagaimana terurai di atas, dapat dimengerti
bahwa pelaksanaan pembelajaran qur’an hadits sekolah menghadapi sejumlah
permasalahan yang mendesak untuk dipecahkan. Jika tidak, dikhawatirkan
justru misi utama yang hendak diemban oleh pembelajaran qur’an hadits
malah tidak atau kurang mencapai sasaran. Evaluasi atau penilaian adalah
proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami, dan
menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses penilaian harus didasarkan atas suatu selang waktu, bukan
sesaat saja. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan kumpulan dari sederetan
1 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke.3, hal. 1732 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 1623 [ 3] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke 2, hal. 72
1
pengukuran yang dilakukan berkali-kali dengan suatu tujuan tertentu. Hasil
belajar anak yang diperoleh melalui evaluasi itu tidak hanya sekedar untuk
diketahui dan dipahami guru, tetapi yang lebih penting ialah agar dapat
digunakan untuk tujuan tertentu seperti kenaikan kelas, meluluskan murid dan
sebagainya.
Sering pengertian evaluasi (penilaian) dikaburkan dengan pengertian
measurement (pengukuran). Pengukuran adalah pekerjaan membandingkan
suatu hasil belajar murid dengan ukuran yang sudah ditentukan, yang disebut
standar evaluasi. Agar lebih jelas beda antara pengukuran dan penilaian, maka
berikut diberikan contoh: seorang penjahit melakukan pengukuran terhadap
seseorang, ia mengukur panjang lengan, panjang badan, lingkar dada, lingkar
pinggang dan sebagainya. Penjahit tersebut berarti melakukan pengukuran.
Apabila kemudian tukang jahit menyatakan bahwa seseorang yang pesan
pakaian itu gemuk, langsing, mempunyai ukuran badan yang ideal, maka
penjahit itu mengadakan penilaian terhadap orang yang memesan pakaian tadi.
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf.
Dengan cara kuantitatif, berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau
skor. Sedangkan cara kualitatif berarti informasi hasil test berbentuk
pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik dan sebagainya.
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis teknik
yaitu teknik tes dan non test. Teknik test biasanya digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aspek kemampuan, dimana kita mengenal
misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat khusus, dan sebagainya.
Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek
kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain,
dimana digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya.
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi.
Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap
kemajuannya.4 Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai
4 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) cet I, hal. 307
2
tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap outputyang
dihasilkannya.5 Abdul Mujib dkk mengungkapkan , bahwa untuk mengetahui
pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh
peserta didik diperoleh melalui evaluasi.6
Pada makalah ini pembahasan lebih difokuskan pada evaluasi dalam
pembelajaran Al qur’an hadits di sekolah serta problematikanya. Oleh
karenanya dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan
dan fungsi evaluasi, cara dan teknik evaluasi, dan kesulitan-kesulitan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa
masalah, adapun rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas nanti antara
lain:
1. Apa Pengertian Evaluasi Pendidikan ?
2. Apa ruang lingkup evaluasi ?
3. Apa fungsi evaluasi ?
4. Apa prinsip-prinsip evaluasi ?
5. Apa karakteristik evaluasi ?
C. Tujuan Penulisan
Berangkat dari rumusan masalah diatas maka terdapat tujuan yang
hendak dicapai antara lain:
1. Mengetahui bagaimana seorang guru dapat mengetahui evaluasi
2. Untuk mengetahui tujuan di adakanya evaluasi bagi seorang guru
3. Mengetahui manfaat evaluasi
4. Mengetahui apa prinsip dari evaluasi
BAB II
5 Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Prkatis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), hal. 776 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), cet. ke 10, hal. 220
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang
berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân,
yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari
proses kegiatan.7 Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun
pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik
mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan,
pertumbuhan,dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.8
Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses
membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka
mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian
dalam rangka membuat keputusan.9
Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan10 dan Edwind Wandt berpendapat evaluasi adalah: suatu
tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.11 Adapun M. Chabib
Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.12
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu
suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi
tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap
tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat
dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan
7 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1, hal. 183. 8 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), hal.106. 9 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, hal.30710 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hal. 311 Ramayulis, Metodologi Qur’an hadits, (Jakarta: Kalam Mulia, hal. 338)12 M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 199, hal. 121
4
sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan
berdasarkan tujuan yang jelas13. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan
kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat
menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
Selanjutnya, Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau
tehnik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar
perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan
mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia bukan saja sosok
pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan
berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakatnya.14
Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf
kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.15 Program evaluasi ini
diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan
yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan
sebagainya.16 Oleh karena itu, yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan
Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang
selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu
sendiri.17
Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah
laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual
religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak
13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 221. 14 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, hal.16215 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hal.13916 Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2008), cet. II, hal.21117 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet I, hal.54
5
ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini bukan
hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.18 Sedangkan Cronbach,
Stufflebeam dan Alkin mengartikan evaluasi dengan menyediakan informasi
untuk membuat keputusan. Pendapat lain dikemukakan oleh Malcolm dan
Provus mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan
standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Ada juga yang mengemukakan
bahwa evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang
manfaat atau guna beberapa obyek.
Melihat dari uraian di atas maka dapat diketahui adanya perbedaan
pendapat diantara para ahli tentang definisi dari evaluasi. Namun demikian
secara garis besar masih ada titik temunya. Berkaitan dengan evaluasi dalam
pembelajaran qur’an hadits maka yang dimaksudkan adalah ingin
mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil evaluasi pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi empat kategori:
1. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
2. Untuk menentukan angka/hasil belajar masing-masing murid yang antara
lain diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus
tidaknya murid.
3. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki
murid.
18 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 3.
6
4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid
yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat
digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.19
Pelaksanaan fungsi pertama dan kedua terutama menjadi tanggung jawab
guru sedangkan pelaksanaan fungsi ketiga dan keempat lebih merupakan
tanggung jawab bimbingan dan penyuluhan. Sehubungan dengan keempat
fungsi yang dikemukakan di atas, evaluasi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan
memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dan melaksanakan pelayanan khusus bagi
murid/siswa. Evaluasi ini jarang dipraktekkan oleh guru-guru di sekolah
sebagaiman yang seharusnya.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dlaksanakan untuk keperluan
memberikan angka kemajuan belajar murid/siswa yang sekaligus dapat
digunakan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan lenaikan
kelas, dan sebagainya.
3. Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
keperluan penempatan murid/siswa pada situasi belajar mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan lainnya yang dimilikinyaa.
4. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
keperluan latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa
yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat
digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
19 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hal. 76.
7
Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.20
Ada dua jenis pendekatan dasar dalam evaluasi :
1. Pendekatan yang bersumber pada norma (norma referenced).
Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks
yang relatif tentang kemampuan hasil belajar yang dicapai
murid/siswa. Dikatakan relatif, karena hasil evaluasi di sini
menggambarkan kemampuan seorang murid/siswa dibandingkan
teman-temannya yang lain dalam kelas yang sama (kelompok).
Dengan pendekatan ini, test disusun untuk dapat membedakan siswa
yang satu dengan siswa-siswa yang lain dalam hal penguasaan mereka
terhadap bahan pelajaran. Penyusuna soal didasarkan atas isi bahan
pelajaran dengan memperhitungkan perbandingan antara soal-soalyang
mudah, sedang dan sukar, agar dapat membedakan siswa yang satu
dari siswa yang lain. Evaluasi sumatif pada umumnya menggunakan
pendekatan norma referenced ini. Pendekatan ini lebih tepat
diterapkan didalam evaluasi untuk keperluan pemberian angka,
kenaikan kelas, ataupun seleksi.
2. Pendekatan bersumber pada kriteria (criterien referenced).
Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks
yang mutlak tentang kemampuan hasil belajar siswa. Dengan mutlak
disini dimaksudkan bahwa evaluasi ini dapat memberikan informasi
tentang apakah seorang siswa telah menguasai tujuan-tujuan
instruksional yang diinginkan atau belum, terlepas dari hasil yang
dicapai oleh temen-temannya yang lain. Karena itu alat evaluasi
hendaknya disusun sedemikian rupa sehinnga hasilnya dapat
ditafsirkan dalam hubungan standar atau kriteria tertentu. Dengan
pendekatan ini, test disusun untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai tujuan instruksional tertentu, bukan untuk membedakan
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Evaluasi formatif pada
20 [ 3] Ibid, hlm. 76-77
8
umumnya menggunakan pendekatan criterien referenced ini.
Pendekatan ini cocok untuk diterapkan di dalam evaluasi untuk
keperluan menilai efektifitas program pengajaran yang diberikan dan
menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan
di dalam suatu program tertentu yang merupakan persyaratan untuk
mengikuti program selanjutnya.
Sementara itu Ramayulis berpendapat bahwa, sebagai salah satu
komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi
untuk:
1. Mengetahui tingkat kepahaman anak didik terhadap mata pelajaran yang
disampaikan.
2. Mendorong kompetisi yang sehat antar peserta didik.
3. Mengetahui perkembangan anak didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar.
4. Mengetahui akurat tidaknya guru dalam memilih bahan, metode dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.21
Tidak jauh berbeda dengan Ramayulis, Armai Arief menyebutkan
beberapa fungsi evaluasi pendidikan islam sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas cara belajar mengajar yang telah
dilakukan, khususnya yang berkenaan dengan anak didik.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa guna mengambil keputusan
apakah materi pelajaran bisa dilanjutkan atau tidak.
3. Untuk mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan
kemajuan yang diperoleh oleh anak didik dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
4. Sebagai bahan laporan kepada wali murid tentang hasil belajar siswa yang
bersangkutan, baik berupa buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dan lain-
lain.
21 Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 319.
9
5. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya
dengan hasil pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna
meningkatkan pendidikan.22
Dari uraian tentang fungsi evaluasi tersebut di atas, tampak bahwa
evaluasi pendidikan hanya berjalan satu arah, yakni yang di evaluasi hanya
elemen siswa saja. Karena masalah cultural, kata Abdurrahman Mas’ud, anak
didik tidak memperoleh kesempatan untuk memberi umpan balik kepada
sekolah mengenai gurunya, apalagi mengevaluasi guru tersebut.23
C. Prosedur Evaluasi
Dalam evaluasi hasil belajar pertimbangan utama yang harus dilakukan
ialah menentukan apa yang akan diukur. Kemudian menganalisis dengan cepat
tujuan yang akan dicapai dalam penilaian tersebut. Akhirnya ditentukan pula
cara penafsiran hasil penilaian yang guru akan memperoleh hasil seperti yang
diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melakukan penilaian hasil
belajar, maka harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah persiapan yang terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Langkah persiapan umum yang harus dilakukan pada tahap awal
penyelenggaraan penilaian misalnya guru harus menetapkan lebih
dahulu alat yang digunakan dan criteria yang dijadikan pedoman
penilaian.
b. Langkah persiapan khusus yaitu langkah yang harus dilaksanakan pada
saat akan melakukan suatu langkah penilaian tertentu misalnya
membuat alat penilaian dan menetapkan cara pencatatannya.
2. Langkah verifikasi program/rencana yang telah dibuat. Pada langkah ini
guru mengklasifikasikan rencana yang disusun menjadi dua katagori yaitu
rencana yang baik/memadai dan rencana yang kurang baik. Untuk menilai
ini diperlukan berbagai pertimbangan berdasarkan akal sehat dan cara
22 H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008), hal. 31-32.23 Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004), hal. 212
10
berpikir logis. Disamping itu obyektivitas penilaian juga perlu ditekankan
dalam menilai rencana.
3. Langkah pelaksanaan, yaitu langkah menerapkan rencana/program yang
dibuat pada langkah persiapan. Pada langkah pelaksanaan ini yang harus
diperhatikan ialah hal-hal yang berkaitan dengan jenis informasi/data yang
dikumpulkan, cara pengumpulan dan alat yang digunakan untuk
memperoleh informasi.
4. Langkah penafsiran, yaitu langkah member makna atau arti terhadap
informasi yang diperoleh. Agar tidak terjadi over estimated atau under
estimated perlu berhati-hati dalam membuat rincian kriteria/norma.24
Senada dengan rincian tersebut Edwin Wundt dan Gerald W. Brown
menyatakan bahwa langkah-langkah dalam prosedur penilaian hasil belajar
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah telah dimengerti benar tentang tujuan yang ingin dicapai?
b. Dalam hal apa keadaan itu telah dipahami sebagai keterangan/bukti?
c. Bagaimana memperoleh bukti laporan atau keterangan yang meyakinkan?
d. Bagaimana menaksir keterangan-keterangan/bukti-bukti atau apakah bukti
tersebut meyakinkan?25
Sebenarnya dengan mempertimbangkan dua jenis pertimbangan tersebut
(butir satu dan dua) sudah cukup lengkap sebagai prosedur penilaian. Oleh
karena itu dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru perlu dan harus
mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan melakukan penilaian dan
pemahaman guru terhadap program yang akan dilakukan.
D. Cara dan Teknik Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf.
Dengan cara kuantitatif, berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau
skor. Sedangkan cara kualitatif berarti informasi hasil test berbentuk
pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik dan sebagainya.
24 Udin S winataputra,at-al, Belajar dan Pembelajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1994), hal. 170.25 Ibid, hlm. 171.
11
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis
teknik yaitu teknik tes dan non test. Teknik test biasanya digunakan unutk
mengumpulkan data mengenai aspek kemampuan, dimana kita mengenal
misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat khusus, dan sebagainya.
Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek
kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain,
dimana digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya. Sedangkan
teknik test (evaluasi) antara lain : a) Jenis test yang terdiri dari tiga yaitu; test
tertulis , test lisan dan test perbuatan, b) Bentuk soal test terdiri dari; bentuk
uraian dan obyektif.26
E. Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,
pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan
prinsip-prisip sebagai berikut :27
1. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan
jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur
dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
2. Berorientasi kepada kompetensi
Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan
pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga
kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan
berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi
valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan. 26 Ibid, hlm. 79-81.27 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 214. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 225-226.
12
4. Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian,
ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama,
tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S.
Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Kemudian Anderson dan Cratwallmengembangkannya menjadi 6 aspek
yaitu mengingat, mengetahui, aplikasi, analisis, kreasi dan evaluasi.
5. Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.
Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Adil dan objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan
objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi
oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena
kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.
7. Terbuka
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan
sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi
yang dapat merugikan semua pihak.
8. Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi
tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.
9. Praktis
Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan
beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah
diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah
ditafsirkan
10. Dicatat dan akurat
13
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan
komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat
dipergunakan.
F. Sistem Evaluasi dalam Pembelajaran Al Qur’an dan Hadist
Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam oleh Allah Swt dan Rasul-
Nya berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:28
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS.
Al-Baqarah: 155
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam
QS. An-Naml: 40
“berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Juga seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud,
seperti tercantum dalam QS. Al-Naml: 27
28 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 215. Lihat juga Lihat juga Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , hal 163-164
14
“berkata Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.”
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan
seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang
menyembelihIsmail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS.
As-Shaffat: 103-107
“tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah
diberikan pdnya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang
asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat,
seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 31
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira)bagi yang beraktivitas baik,
dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas
buruk, seperti tercantum dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.Dan Barangsiapa yang mengerjakan
15
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
G. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam
adalah:29
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program
pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.Jenis ini
diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak
kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa: 28
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-
Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak
dibiasakan.
“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Untuk itu Allah Swt menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada
suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian,
(belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi
itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain,
tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8
29 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 217. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 227-229. Yahya Qahar, Evaluasi Pendidikan Agama, (–:PT Ciawi Jaya, tt), hal. 14-21. Dan Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , hal. 167-168
16
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang
lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran.
b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang
materi yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil
kemajuan belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan,
keterampilan dan sikap terhadap materi ajar PAI yang disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu
satuan/rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir
tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum dalam QS.
Al-Insyiqaq: 19
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)
QS. Al-Qamar: 49
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah
mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester
atau akhir tahun.
b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan,
semester atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran Al Qur’an dan
Hadist pada satu satuan pendidikan tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang
mata pelajaran yang diberikan.
17
d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program
pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun
pembelajaran pada setiap mata pelajaran Al Qur’an dan Hadist pada
satu tingkat satuan pendidikan.
3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik
untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan
kondisi peserta didik.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk
keadaan seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat
ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.
b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang
sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta
keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami
hambatan yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program
bahan yang disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan,
pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang
dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik
menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid
baru atau setelah naik kelas.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil
penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan
kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam
situasi belajar mengajar.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau
mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan,
hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran
dalam satu mata pelajaran tertentu (Al Qur’an dan Hadist). Sehingga
kesulitan peserta didik tersebut dapat diusahakan pemecahannya.
18
b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan
yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran
pada satu mata pelajaran tertentu (Al Qur’an dan Hadist) atau
keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang
kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran serta waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan
pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.
H. Langkah-langkah Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan
evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:30
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scoring
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes
I. Kesulitan-kesulitan dalam evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk mengadakan perbaikan. Untuk itu diperlukan
keterangan tentang baik buruknya mutu pengajaran. Tanpa evaluasi, perbaikan
tidak mungkin. Karena itu setiap orang atau instansi yang bertanggung jawab
atas usaha pendidikan wajib mengadakan evaluasi, antara lain guru sendiri,
kepala sekolah, dan seterusnya termasuk lembaga-lembaga terkait.
30 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,tt, hal. 78
19
Mengadakan evaluasi banyak mengandung kesulitan. Sebagai guru kita
harus mengevaluasi kegiatan mengajar kita. Menilai dan mengeritik diri
sendiri merupakan sikap obyektif, kerendahan hati dan keterbukaan untuk
melihat dan mengakui kesalahan sendiri agar ada usaha untuk mencari cara-
cara yang lain yang mungkin lebih berhasil.
Selama ini evaluasi yang dilakukan kadang-kadang hanya sampai pada
domain kognitif saja, dan itupun lebih berorientasi pada sejauh mana siswa
mampu mengingat atau menghafal sejumlah materi yang telah disampaikan
olh guru, sedangkan domain afektif, apalagi psikomotorik lepas dari proses
evaluasi. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar hanya mengejar
penumpukan materi dan informasi. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan
model bank education atau pendidikan gaya bank.
Evaluasi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika pelaksanaannya
benar-benar disesuaikan dengan prinsip-prinsip evaluasi. Menurut
Muhaimin,dkk, dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan islam perlu dipegang
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Agar evaluasi pendidikan sesuai dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, maka evaluasi harus mengacu pada tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
b. Evaluasi harus obyektif, dalam artievaluasi itu dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi
oleh unsur-unsur subyektifitas dari evaluator.
c. Evaluasi dilakukan secara komprehensif. Maksudnya evaluasi evaluasi
dilakukan secara menyeluruh, meliputi berbagai domain pendidikan yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik
d. Evaluasi dilakukan secara continue. Apabila pendidikan Islam dipandang
sebagai sebuah proses untuk mencapai tujuan-tujua tertentu, maka evaluasi
pendidikannya harus dilakukan secara continue (terus-menerus), dengan
memperhatikan prinsip pertama, kedua dan ketiga.
Tentu saja evaluasi memerlukan biaya, waktu, dan tenaga, apa lagi ruang
lingkup yang akan dinilai itu luas. Kelemahan dalam evaluasi juga dapat
20
disebabkan sulitnya penilaian itu sendiri. Apalagi evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an dan Hadist yang semestinya ketiga ranah
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor memerlukan evalauasi
secara menyeluruh (integrated).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas tentang evaluasi sistem pembelajaran al-qur’an dan
hadist dapat ditarik kesimpulan :
1. Evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan
perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga
dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat
keputusan.
2. Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu proses dan kegiatan penilaian yang
terencana terhadap peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis
dan spiritual religius dalam pendidikan Islamuntuk mengetahui taraf
kemajuan dalampendidikan Islam.
3. Tujuan Evaluasi yaitu : a) mengetahui kadar pemahaman peserta didik; b)
mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah; c)
mengumpulkan informasi; d) untuk mengetahui penguasaan peserta didik
dalam kompetensi/subkompetensi tertentu; e) untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan
lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
4. Evaluasi dalam pendidikan Islam, secara umumsangat berguna bagi
pendidik, peserta didik, ahli fikir pendidikan Islam,politik pengambil
21
kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi
sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan
diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
5. Sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi
pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek
lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.
6. Prinsip Evaluasi, yaitu : valid, berorientasi kepada kompetensi,
berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh
(Komprehensif), bermakna, adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis,
dicatat dan akurat.
7. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam, yaitu untuk menguji daya kemampuan
manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang
dihadapi, untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang
telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya, untuk menentukan
klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti
pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih
Ismail putera yang dicintainya, untuk mengukur daya kognisi, hafalan
manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti
pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan
Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, serta memberikan
semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan
memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.
8. Jenis-jenis Evaluasi yaitu: a) Evaluasi Formatif, b) Evaluasi Sumatif, c)
Evaluasi penempatan (placement), dan d) Evaluasi Diagnostik,
9. Langkah-langkah Evaluasi: penentuan tujuan evaluasi, penyususnan Kisi-
kisi soal, telaah atau review dan revisi soal, Uji Coba (try out),
Penyusunan soal, Penyajian tes, Scoring, pengolahan hasil tes, pelaporan
hasil tes, pemanfaatan hasil tes.
B. Saran
Dari pemaparan tentang evaluasi pembelajaran qur’an hadits di atas,
maka dapat dibuat beberapa saran-saran yaitu bahwa dalam pelaksanaan
22
evaluasi pembelajaran PAI di sekolah harus memperhatikan tata cara, teknik,
prinsip-prinsip serta tujuan dari dilaksanakannya evaluasi pembelajaran
tersebut. Dengan demikian apabila seluruh aspek yang ada dalam evaluasi
pembelajaran itu diperhatikan dengan baik maka keberhasilan guru maupun
siswa dalam proses belajar tersebut akan biasa dijadikan sebagai acuan untuk
perbaikan selanjutnya. Demikian makalah yang dapat penulis buat, mudah-
mudahan bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi insan pendidikan
umumnya.Allâhu a’lam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005
. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989..
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990
Mas’ud, Abdurrahman, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, Semarang: Aneka Ilmu, 2004.
23
Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abdi Tama, tt.
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.
Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Ramayulis, Metodologi Qur’an hadits, Jakarta: Kalam Mulia,tt.
Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Tantowi, H. Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008.
Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
Udin S Winataputra, at-al, Belajar dan Pembelajaran, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1994.
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
24