evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. 1 Dalam prosesnya, pendidikan Islammenjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam. 2 Adapun ushuliyah menyatakan bahwa : “al-umûr bi maqâshidika”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. 3 Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran. Dalam makalah ini akan penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan 1 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke.3, hal. 173 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 162 3 [ 3] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke 2, hal. 72 1

Upload: august-ruris-narendra

Post on 20-Mar-2017

46 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-

nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta

dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.1 Dalam

prosesnya, pendidikan Islammenjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam.2 Adapun ushuliyah menyatakan bahwa : “al-

umûr bi maqâshidika”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi

pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.3

Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari

sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana

sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam

proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran. Dalam makalah ini akan

penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari

mulai pengertian, tujuan, prinsip, fungsi dan perannya.

Dari ungkapan-ungkapan sebagaimana terurai di atas, dapat dimengerti

bahwa pelaksanaan pembelajaran qur’an hadits sekolah menghadapi sejumlah

permasalahan yang mendesak untuk dipecahkan. Jika tidak, dikhawatirkan

justru misi utama yang hendak diemban oleh pembelajaran qur’an hadits

malah tidak atau kurang mencapai sasaran. Evaluasi atau penilaian adalah

proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami, dan

menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Proses penilaian harus didasarkan atas suatu selang waktu, bukan

sesaat saja. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan kumpulan dari sederetan

1 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke.3, hal. 1732 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 1623 [ 3] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke 2, hal. 72

1

Page 2: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

pengukuran yang dilakukan berkali-kali dengan suatu tujuan tertentu. Hasil

belajar anak yang diperoleh melalui evaluasi itu tidak hanya sekedar untuk

diketahui dan dipahami guru, tetapi yang lebih penting ialah agar dapat

digunakan untuk tujuan tertentu seperti kenaikan kelas, meluluskan murid dan

sebagainya.

Sering pengertian evaluasi (penilaian) dikaburkan dengan pengertian

measurement (pengukuran). Pengukuran adalah pekerjaan membandingkan

suatu hasil belajar murid dengan ukuran yang sudah ditentukan, yang disebut

standar evaluasi. Agar lebih jelas beda antara pengukuran dan penilaian, maka

berikut diberikan contoh: seorang penjahit melakukan pengukuran terhadap

seseorang, ia mengukur panjang lengan, panjang badan, lingkar dada, lingkar

pinggang dan sebagainya. Penjahit tersebut berarti melakukan pengukuran.

Apabila kemudian tukang jahit menyatakan bahwa seseorang yang pesan

pakaian itu gemuk, langsing, mempunyai ukuran badan yang ideal, maka

penjahit itu mengadakan penilaian terhadap orang yang memesan pakaian tadi.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf.

Dengan cara kuantitatif, berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau

skor. Sedangkan cara kualitatif berarti informasi hasil test berbentuk

pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik dan sebagainya.

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis teknik

yaitu teknik tes dan non test. Teknik test biasanya digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai aspek kemampuan, dimana kita mengenal

misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat khusus, dan sebagainya.

Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek

kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain,

dimana digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya.

Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi.

Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap

kemajuannya.4 Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai

4 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) cet I, hal. 307

2

Page 3: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap outputyang

dihasilkannya.5 Abdul Mujib dkk mengungkapkan , bahwa untuk mengetahui

pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh

peserta didik diperoleh melalui evaluasi.6

Pada makalah ini pembahasan lebih difokuskan pada evaluasi dalam

pembelajaran Al qur’an hadits di sekolah serta problematikanya. Oleh

karenanya dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan

dan fungsi evaluasi, cara dan teknik evaluasi, dan kesulitan-kesulitan evaluasi.

B.   Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa

masalah, adapun rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas nanti antara

lain:

1.    Apa Pengertian Evaluasi Pendidikan ?

2.    Apa ruang lingkup evaluasi ?

3.    Apa fungsi evaluasi ?

4.    Apa prinsip-prinsip evaluasi ?

5.    Apa karakteristik evaluasi ?

C.   Tujuan Penulisan

Berangkat dari rumusan masalah diatas maka terdapat tujuan yang

hendak dicapai antara lain:

1.    Mengetahui bagaimana seorang guru dapat mengetahui evaluasi

2.    Untuk mengetahui tujuan di adakanya evaluasi bagi seorang guru

3.    Mengetahui manfaat evaluasi

4.    Mengetahui apa prinsip dari evaluasi

BAB II

5 Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Prkatis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), hal. 776 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), cet. ke 10, hal. 220

3

Page 4: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang

berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân,

yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari

proses kegiatan.7 Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun

pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik

mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan,

pertumbuhan,dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.8

Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses

membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka

mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian

dalam rangka membuat keputusan.9

Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil keputusan10 dan Edwind Wandt berpendapat evaluasi adalah: suatu

tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.11 Adapun M. Chabib

Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana

untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.12

Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu

suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi

tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap

tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat

dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan

7 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1, hal. 183. 8 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), hal.106. 9 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, hal.30710 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hal. 311 Ramayulis, Metodologi Qur’an hadits, (Jakarta: Kalam Mulia, hal. 338)12 M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 199, hal. 121

4

Page 5: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan

merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan

berdasarkan tujuan yang jelas13. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan

kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat

menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.

Selanjutnya, Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau

tehnik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar

perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan

mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia bukan saja sosok

pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan

berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan

masyarakatnya.14

Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf

kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.15 Program evaluasi ini

diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik

dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan

yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan

sebagainya.16 Oleh karena itu, yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan

Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan

pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang

selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu

sendiri.17

Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah

laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual

religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak

13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 221. 14 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, hal.16215 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hal.13916 Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2008), cet. II, hal.21117 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet I, hal.54

5

Page 6: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini bukan

hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam

Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan

sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.18 Sedangkan Cronbach,

Stufflebeam dan Alkin mengartikan evaluasi dengan menyediakan informasi

untuk membuat keputusan. Pendapat lain dikemukakan oleh Malcolm dan

Provus mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan

standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Ada juga yang mengemukakan

bahwa evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang

manfaat atau guna beberapa obyek.

Melihat dari uraian di atas maka dapat diketahui adanya perbedaan

pendapat diantara para ahli tentang definisi dari evaluasi. Namun demikian

secara garis besar masih ada titik  temunya. Berkaitan dengan evaluasi dalam

pembelajaran qur’an hadits maka yang dimaksudkan adalah ingin

mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil  evaluasi pada dasarnya dapat

digolongkan menjadi empat kategori:

1. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar

untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

2. Untuk menentukan angka/hasil belajar masing-masing murid yang  antara

lain diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus

tidaknya murid.

3. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat,

sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki

murid.

18 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 3.

6

Page 7: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid

yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat

digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.19

Pelaksanaan fungsi pertama dan kedua terutama menjadi tanggung jawab

guru sedangkan pelaksanaan fungsi ketiga dan keempat lebih merupakan

tanggung jawab bimbingan dan penyuluhan. Sehubungan dengan keempat

fungsi yang dikemukakan di atas, evaluasi hasil belajar dapat digolongkan

menjadi empat jenis, yaitu:

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan

memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki

proses belajar mengajar dan melaksanakan pelayanan khusus bagi

murid/siswa. Evaluasi ini jarang dipraktekkan oleh guru-guru di sekolah

sebagaiman yang seharusnya.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dlaksanakan untuk keperluan

memberikan angka kemajuan belajar murid/siswa yang sekaligus dapat

digunakan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan lenaikan

kelas, dan sebagainya.

3. Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk

keperluan penempatan murid/siswa pada situasi belajar mengajar yang

tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan lainnya yang dimilikinyaa.

4. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk

keperluan latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa

yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat

digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

19 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hal. 76.

7

Page 8: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah.20

Ada dua jenis pendekatan dasar dalam evaluasi :

1. Pendekatan yang bersumber pada norma (norma referenced).

Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks

yang relatif tentang kemampuan hasil belajar yang dicapai

murid/siswa. Dikatakan relatif, karena hasil evaluasi di sini

menggambarkan kemampuan seorang murid/siswa dibandingkan

teman-temannya yang lain dalam kelas yang sama (kelompok).

Dengan pendekatan ini, test disusun untuk dapat membedakan  siswa

yang satu dengan siswa-siswa yang lain dalam hal penguasaan mereka

terhadap bahan pelajaran. Penyusuna soal didasarkan atas isi bahan

pelajaran dengan memperhitungkan perbandingan antara soal-soalyang

mudah, sedang dan sukar, agar dapat membedakan siswa yang satu

dari siswa yang lain. Evaluasi sumatif pada umumnya menggunakan

pendekatan norma referenced ini. Pendekatan ini lebih tepat

diterapkan didalam evaluasi untuk keperluan pemberian angka,

kenaikan kelas, ataupun seleksi.

2. Pendekatan bersumber pada kriteria (criterien referenced).

Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks

yang mutlak tentang kemampuan hasil belajar siswa. Dengan mutlak

disini dimaksudkan bahwa evaluasi ini dapat memberikan informasi

tentang apakah seorang siswa telah menguasai tujuan-tujuan

instruksional yang diinginkan atau belum, terlepas dari hasil yang

dicapai oleh temen-temannya yang lain. Karena itu alat evaluasi

hendaknya disusun sedemikian rupa sehinnga hasilnya dapat

ditafsirkan dalam hubungan standar atau kriteria tertentu. Dengan

pendekatan ini, test disusun untuk mengetahui apakah siswa telah

menguasai tujuan instruksional tertentu, bukan untuk membedakan 

antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Evaluasi formatif pada

20 [ 3] Ibid, hlm. 76-77

8

Page 9: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

umumnya menggunakan pendekatan criterien referenced ini.

Pendekatan  ini cocok untuk diterapkan di dalam evaluasi untuk

keperluan menilai efektifitas program pengajaran yang diberikan dan

menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan

di dalam suatu program tertentu yang merupakan persyaratan untuk

mengikuti program selanjutnya.

Sementara itu Ramayulis berpendapat bahwa, sebagai salah satu

komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi

untuk:

1. Mengetahui tingkat kepahaman anak didik terhadap mata pelajaran yang

disampaikan.

2. Mendorong kompetisi yang sehat antar peserta didik.

3. Mengetahui perkembangan anak didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar.

4. Mengetahui akurat tidaknya guru dalam memilih bahan, metode dan

berbagai penyesuaian dalam kelas.21

Tidak jauh berbeda dengan Ramayulis, Armai Arief menyebutkan

beberapa fungsi evaluasi pendidikan islam sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas cara belajar mengajar yang telah

dilakukan, khususnya yang berkenaan dengan anak didik.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa guna mengambil keputusan

apakah materi pelajaran bisa dilanjutkan atau tidak.

3. Untuk mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan

kemajuan yang diperoleh oleh anak didik dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.

4. Sebagai bahan laporan kepada wali murid tentang hasil belajar siswa yang

bersangkutan, baik berupa buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dan lain-

lain.

21 Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 319.

9

Page 10: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

5. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya

dengan hasil pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna

meningkatkan pendidikan.22

Dari uraian tentang fungsi evaluasi tersebut di atas, tampak bahwa

evaluasi pendidikan hanya berjalan satu arah, yakni yang di evaluasi hanya

elemen siswa saja. Karena masalah cultural, kata Abdurrahman Mas’ud, anak

didik tidak memperoleh kesempatan untuk memberi umpan balik kepada

sekolah mengenai gurunya, apalagi mengevaluasi guru tersebut.23

C. Prosedur Evaluasi

Dalam evaluasi hasil belajar pertimbangan utama yang harus dilakukan

ialah menentukan apa yang akan diukur. Kemudian menganalisis dengan cepat

tujuan yang akan dicapai dalam penilaian tersebut. Akhirnya ditentukan pula

cara penafsiran hasil penilaian yang guru akan memperoleh hasil seperti yang

diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melakukan penilaian hasil

belajar, maka harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah persiapan yang terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Langkah persiapan umum yang harus dilakukan pada tahap awal

penyelenggaraan penilaian misalnya guru harus menetapkan lebih

dahulu alat yang digunakan dan criteria yang dijadikan pedoman

penilaian.

b. Langkah persiapan khusus yaitu langkah yang harus dilaksanakan pada

saat akan melakukan suatu langkah penilaian tertentu misalnya

membuat alat penilaian dan menetapkan cara pencatatannya.

2. Langkah verifikasi program/rencana yang telah dibuat. Pada langkah ini

guru mengklasifikasikan rencana yang disusun menjadi dua katagori yaitu

rencana yang baik/memadai dan rencana yang kurang baik. Untuk menilai

ini diperlukan berbagai pertimbangan berdasarkan akal sehat dan cara

22 H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008), hal. 31-32.23 Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004), hal. 212

10

Page 11: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

berpikir logis. Disamping itu obyektivitas penilaian juga perlu ditekankan

dalam menilai rencana.

3. Langkah pelaksanaan, yaitu langkah menerapkan rencana/program yang

dibuat pada langkah persiapan. Pada langkah pelaksanaan ini yang harus

diperhatikan ialah hal-hal yang berkaitan dengan jenis informasi/data yang

dikumpulkan, cara pengumpulan dan alat yang digunakan untuk

memperoleh informasi.

4. Langkah penafsiran, yaitu langkah member makna atau arti terhadap

informasi yang diperoleh. Agar tidak terjadi over estimated atau under

estimated perlu berhati-hati dalam membuat rincian kriteria/norma.24

Senada dengan rincian tersebut Edwin Wundt dan Gerald W. Brown

menyatakan bahwa langkah-langkah dalam prosedur penilaian hasil belajar

harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah telah dimengerti benar tentang tujuan yang ingin dicapai?

b. Dalam hal apa keadaan itu telah dipahami sebagai keterangan/bukti?

c. Bagaimana memperoleh bukti laporan atau keterangan yang meyakinkan?

d. Bagaimana menaksir keterangan-keterangan/bukti-bukti atau apakah bukti

tersebut meyakinkan?25

Sebenarnya dengan mempertimbangkan dua jenis pertimbangan tersebut

(butir satu dan dua) sudah cukup lengkap sebagai prosedur penilaian. Oleh

karena itu dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru perlu dan harus

mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan melakukan penilaian dan

pemahaman guru terhadap program yang akan dilakukan.

D. Cara dan Teknik Evaluasi 

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf.

Dengan cara kuantitatif, berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau

skor. Sedangkan cara kualitatif berarti informasi hasil test berbentuk

pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik dan sebagainya.

24 Udin S winataputra,at-al, Belajar dan Pembelajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1994), hal. 170.25 Ibid, hlm. 171.

11

Page 12: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis

teknik yaitu teknik tes dan non test. Teknik test biasanya digunakan unutk

mengumpulkan data mengenai aspek kemampuan, dimana kita mengenal

misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat khusus, dan sebagainya.

Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek

kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain,

dimana digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya. Sedangkan

teknik test (evaluasi) antara lain : a) Jenis test yang terdiri dari tiga yaitu; test

tertulis , test lisan dan test perbuatan, b) Bentuk soal test terdiri dari; bentuk

uraian dan obyektif.26

E. Prinsip Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,

pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan

prinsip-prisip sebagai berikut :27

1. Valid

Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan

jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur

dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

2. Berorientasi kepada kompetensi

Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan

pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.

3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk

mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga

kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.

Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan

berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi

valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan. 26 Ibid, hlm. 79-81.27 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 214. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 225-226.

12

Page 13: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

4. Menyeluruh (Komprehensif)

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian,

ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama,

tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S.

Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Kemudian Anderson dan Cratwallmengembangkannya menjadi 6 aspek

yaitu mengingat, mengetahui, aplikasi, analisis, kreasi dan evaluasi.

5. Bermakna

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.

Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti

oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Adil dan objektif

Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan

objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi

oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena

kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.

7. Terbuka

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan

sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-

pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi

yang dapat merugikan semua pihak.

8. Ikhlas

Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi

tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.

9. Praktis

Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan

beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah

diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah

ditafsirkan

10. Dicatat dan akurat

13

Page 14: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan

komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat

dipergunakan.

F. Sistem Evaluasi dalam Pembelajaran Al Qur’an dan Hadist

Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam oleh Allah Swt dan Rasul-

Nya berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:28

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai

macam problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS.

Al-Baqarah: 155

“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”

2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah

diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam

QS. An-Naml: 40

“berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Juga seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud,

seperti tercantum dalam QS. Al-Naml: 27

28 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 215. Lihat juga Lihat juga Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , hal 163-164

14

Page 15: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

“berkata Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.”

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan

seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang

menyembelihIsmail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS.

As-Shaffat: 103-107

“tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah

diberikan pdnya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang

asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat,

seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 31

“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira)bagi yang beraktivitas baik,

dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas

buruk, seperti tercantum dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.Dan Barangsiapa yang mengerjakan

15

Page 16: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

G. Jenis-jenis Evaluasi

Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam

adalah:29

1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang

dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program

pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.Jenis ini

diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak

kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa: 28

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.

Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-

Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak

dibiasakan.

“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Untuk itu Allah Swt menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada

suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian,

(belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi

itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain,

tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8

29 Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 217. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 227-229. Yahya Qahar, Evaluasi Pendidikan Agama, (–:PT Ciawi Jaya, tt), hal. 14-21. Dan Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , hal. 167-168

16

Page 17: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang

lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran.

b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang

materi yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.

c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil

kemajuan belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan,

keterampilan dan sikap terhadap materi ajar PAI yang disajikan.

d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu

satuan/rencana pembelajaran.

2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar

peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir

tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum dalam QS.

Al-Insyiqaq: 19

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)

QS. Al-Qamar: 49

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah

mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester

atau akhir tahun.

b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik

setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan,

semester atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran Al Qur’an dan

Hadist pada satu satuan pendidikan tertentu.

c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi

pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang

mata pelajaran yang diberikan.

17

Page 18: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program

pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun

pembelajaran pada setiap mata pelajaran Al Qur’an dan Hadist pada

satu tingkat satuan pendidikan.

3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik

untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan

kondisi peserta didik.

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk

keadaan seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat

ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.

b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang

sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta

keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami

hambatan yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program

bahan yang disajikan guru.

c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan,

pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang

dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.

d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik

menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid

baru atau setelah naik kelas.

4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil

penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan

kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam

situasi belajar mengajar.

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau

mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan,

hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran

dalam satu mata pelajaran tertentu (Al Qur’an dan Hadist). Sehingga

kesulitan peserta didik tersebut dapat diusahakan pemecahannya.

18

Page 19: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan

yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran

pada satu mata pelajaran tertentu (Al Qur’an dan Hadist) atau

keseluruhan program pembelajaran.

c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang

kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran serta waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan

pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.

H. Langkah-langkah Evaluasi

Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan

evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:30

1. Penentuan Tujuan Evaluasi

2. Penyususnan Kisi-kisi soal

3. Telaah atau review dan revisi soal

4. Uji Coba (try out)

5. Penyusunan soal

6. Penyajian tes

7. Scoring

8. Pengolahan hasil tes

9. Pelaporan hasil tes

10. Pemanfaatan hasil tes

I. Kesulitan-kesulitan dalam evaluasi

Evaluasi diperlukan untuk mengadakan perbaikan. Untuk itu diperlukan

keterangan tentang baik buruknya mutu pengajaran. Tanpa evaluasi, perbaikan

tidak mungkin. Karena itu setiap orang atau instansi yang bertanggung jawab

atas usaha pendidikan wajib mengadakan evaluasi, antara lain guru sendiri,

kepala sekolah, dan seterusnya termasuk lembaga-lembaga terkait.

30 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,tt, hal. 78

19

Page 20: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

Mengadakan evaluasi banyak mengandung kesulitan. Sebagai guru kita

harus mengevaluasi kegiatan mengajar kita. Menilai dan mengeritik diri

sendiri merupakan sikap obyektif, kerendahan hati dan keterbukaan untuk

melihat dan mengakui kesalahan sendiri agar ada usaha untuk mencari cara-

cara yang lain yang mungkin lebih berhasil.

Selama ini evaluasi yang dilakukan kadang-kadang hanya sampai pada

domain kognitif saja, dan itupun lebih berorientasi pada sejauh mana siswa

mampu mengingat atau menghafal sejumlah materi yang telah disampaikan

olh guru, sedangkan domain afektif, apalagi psikomotorik lepas dari proses

evaluasi. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar hanya mengejar

penumpukan materi dan informasi. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan

model bank education atau pendidikan gaya bank.

Evaluasi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika pelaksanaannya

benar-benar disesuaikan dengan prinsip-prinsip evaluasi. Menurut

Muhaimin,dkk, dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan islam perlu dipegang

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.   Agar evaluasi pendidikan sesuai dan dapat mencapai sasaran yang

diharapkan, maka evaluasi harus mengacu pada tujuan pendidikan yang

telah dirumuskan sebelumnya.

b.  Evaluasi harus obyektif, dalam artievaluasi itu dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi

oleh unsur-unsur subyektifitas dari evaluator.

c.   Evaluasi dilakukan secara komprehensif. Maksudnya evaluasi evaluasi

dilakukan secara menyeluruh, meliputi berbagai domain pendidikan yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik

d.   Evaluasi dilakukan secara continue. Apabila pendidikan Islam dipandang 

sebagai sebuah proses untuk mencapai tujuan-tujua tertentu, maka evaluasi

pendidikannya harus dilakukan secara continue (terus-menerus), dengan

memperhatikan prinsip pertama, kedua dan ketiga.

Tentu saja evaluasi memerlukan biaya, waktu, dan tenaga, apa lagi ruang

lingkup yang akan dinilai itu luas. Kelemahan dalam evaluasi juga dapat

20

Page 21: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

disebabkan sulitnya penilaian itu sendiri. Apalagi evaluasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an dan Hadist yang semestinya ketiga ranah

pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor memerlukan evalauasi

secara menyeluruh (integrated).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas tentang evaluasi sistem pembelajaran al-qur’an dan

hadist dapat ditarik kesimpulan :

1. Evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk

mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan

perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga

dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat

keputusan.

2. Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu proses dan kegiatan penilaian yang

terencana terhadap peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis

dan spiritual religius dalam pendidikan Islamuntuk mengetahui taraf

kemajuan dalampendidikan Islam.

3. Tujuan Evaluasi yaitu : a) mengetahui kadar pemahaman peserta didik; b)

mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah; c)

mengumpulkan informasi; d) untuk mengetahui penguasaan peserta didik

dalam kompetensi/subkompetensi tertentu; e) untuk mengetahui kesulitan

belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan

lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.

4. Evaluasi dalam pendidikan Islam, secara umumsangat berguna bagi

pendidik, peserta didik, ahli fikir pendidikan Islam,politik pengambil

21

Page 22: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi

sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan

diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).

5. Sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi

pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek

lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.

6. Prinsip Evaluasi, yaitu : valid, berorientasi kepada kompetensi,

berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh

(Komprehensif), bermakna, adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis,

dicatat dan akurat.

7. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam, yaitu untuk menguji daya kemampuan

manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang

dihadapi, untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang

telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya, untuk menentukan

klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti

pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih

Ismail putera yang dicintainya, untuk mengukur daya kognisi, hafalan

manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti

pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan

Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, serta memberikan

semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan

memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.

8. Jenis-jenis Evaluasi yaitu: a) Evaluasi Formatif, b) Evaluasi Sumatif, c)

Evaluasi penempatan (placement), dan d) Evaluasi Diagnostik,

9. Langkah-langkah Evaluasi: penentuan tujuan evaluasi, penyususnan Kisi-

kisi soal, telaah atau review dan revisi soal, Uji Coba (try out),

Penyusunan soal, Penyajian tes, Scoring, pengolahan hasil tes, pelaporan

hasil tes, pemanfaatan hasil tes.

B. Saran

Dari pemaparan tentang evaluasi pembelajaran qur’an hadits di atas,

maka dapat dibuat beberapa saran-saran yaitu bahwa dalam pelaksanaan

22

Page 23: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

evaluasi pembelajaran PAI di sekolah harus memperhatikan tata cara, teknik,

prinsip-prinsip serta tujuan dari dilaksanakannya evaluasi pembelajaran

tersebut. Dengan demikian apabila seluruh aspek yang ada dalam evaluasi

pembelajaran itu diperhatikan dengan baik maka keberhasilan guru maupun

siswa dalam proses belajar tersebut akan biasa dijadikan sebagai acuan untuk

perbaikan selanjutnya. Demikian makalah yang dapat penulis buat, mudah-

mudahan bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi insan pendidikan

umumnya.Allâhu a’lam

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005

. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989..

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia.

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990

Mas’ud,  Abdurrahman, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, Semarang: Aneka Ilmu, 2004.

23

Page 24: Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah

Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abdi Tama, tt.

Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.

Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Ramayulis, Metodologi Qur’an hadits, Jakarta: Kalam Mulia,tt.

Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Tantowi, H. Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008.

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Udin S Winataputra, at-al, Belajar dan Pembelajaran, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1994.

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

24