evaluasi diri sekolah eds

23
MENINGKATKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MELALUI EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) Fazar Nuriansyah dan Rosa Wahyutri ABSTRAK Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini secara umum tidak berdampak pada hasil yang menggembirakan. Kebijakan pemerintah pada sistem sentralisasi pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang bermutu belum dapat menjadi tolak ukur untuk memberikan gambaran perubahan peningkatan kualitas pendidikan secara konkrit. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada keluaran, tingginya tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan kurangnya peran serta orang tua terhadap proses pendidikan menjadi faktor penyebab mutu dan layanan pendidikan kurang termotivasi untuk lebih meningkatkan kualitasnya. Untuk memacu peningkatan ini, maka kebijakan pemerintah berubah menjadi sistem desentralisasi pendidikan yang ditandai oleh otonomi yang luas di tingkat sekolah, sehingga sekolah lebih leluasa mengelola sumber daya sesuai prioritas kebutuhan dan keunggulan daerahnya. Hal ini dilakukan untuk menstimulus sekolah agar lebih mandiri, mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat serta memberdayakan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pengelolaan pendidikan yang lebih bermutu yang terorganisir dalam wadah MBS. Keberhasilan MBS ditunjang oleh pemetaan mutu pendidikan secara rinci pada sekolah dengan menggunakan alat ukur yaitu EDS. Melalui EDS dapat diketahui kelemahan dan kelebihan sekolah secara menyeluruh untuk mengevaluasi pelaksanaan sekolah berdasar kriteria SPM dan SNP. EDS dapat memberikan dasar nyata untuk membuat RPS dan RKS sehingga tercipta budaya mutu sekolah serta peningkatan kinerja sekolah. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPN 5 Cimahi, bahwa hasil MBS melalui EDS menunjukkan mutu pendidikan pada standar proses memperoleh angka terendah yaitu 1,10. Ini merupakan kelemahan yang harus menjadi perhatian utama pihak sekolah sebagai dasar dalam peningkatan mutu pendidikan terutama untuk menyusun MBS selanjutnya. Artinya melalui

Upload: shogunbiru

Post on 14-Dec-2015

194 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

EDS

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Diri Sekolah EDS

MENINGKATKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MELALUI EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

Fazar Nuriansyah dan Rosa Wahyutri

ABSTRAK

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini secara umum tidak berdampak pada hasil yang menggembirakan. Kebijakan pemerintah pada sistem sentralisasi pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang bermutu belum dapat menjadi tolak ukur untuk memberikan gambaran perubahan peningkatan kualitas pendidikan secara konkrit. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada keluaran, tingginya tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan kurangnya peran serta orang tua terhadap proses pendidikan menjadi faktor penyebab mutu dan layanan pendidikan kurang termotivasi untuk lebih meningkatkan kualitasnya. Untuk memacu peningkatan ini, maka kebijakan pemerintah berubah menjadi sistem desentralisasi pendidikan yang ditandai oleh otonomi yang luas di tingkat sekolah, sehingga sekolah lebih leluasa mengelola sumber daya sesuai prioritas kebutuhan dan keunggulan daerahnya. Hal ini dilakukan untuk menstimulus sekolah agar lebih mandiri, mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat serta memberdayakan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pengelolaan pendidikan yang lebih bermutu yang terorganisir dalam wadah MBS. Keberhasilan MBS ditunjang oleh pemetaan mutu pendidikan secara rinci pada sekolah dengan menggunakan alat ukur yaitu EDS. Melalui EDS dapat diketahui kelemahan dan kelebihan sekolah secara menyeluruh untuk mengevaluasi pelaksanaan sekolah berdasar kriteria SPM dan SNP. EDS dapat memberikan dasar nyata untuk membuat RPS dan RKS sehingga tercipta budaya mutu sekolah serta peningkatan kinerja sekolah. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPN 5 Cimahi, bahwa hasil MBS melalui EDS menunjukkan mutu pendidikan pada standar proses memperoleh angka terendah yaitu 1,10. Ini merupakan kelemahan yang harus menjadi perhatian utama pihak sekolah sebagai dasar dalam peningkatan mutu pendidikan terutama untuk menyusun MBS selanjutnya. Artinya melalui angka mutu pendidikan yang diperoleh dari hasil EDS diprioritaskan implementasi kebutuhannya dari angka terendah ke angka tertinggi.

Kata kunci : MBS, EDS, SPM, SNP, RPS, RKS.

Pendidikan Indonesia sekarang ini harus semakin ditingkatkan, dikarenakan pendidikan termasuk salah satu faktor pendukung yang menentukan untuk kemajuan suatu bangsa agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas juga. Maka untuk mendukung terbentuknya pendidikan yang berkualitas dibutuhkan

Page 2: Evaluasi Diri Sekolah EDS

program pendidikan yang harus dilaksankan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan nasional serta mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Program tersebut dilaksanakan tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang salah satunya adalah program mengenai manajemen pengelolaan sekolah.

Manajemen pengelolaan sekolah pada dasarnya merupakan manajemen berbasis lokasi yang dilaksanakan dengan meletakkan semua urusan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengurangan administrasi pusat adalah konsekuensi dari yang pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang dan urusan pada sekolah. Inovasi kurikulum menekankan pada pembaharuan kurikulum sebesar-besarnya untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta didik di daerah atau sekolah. Hal ini sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat 2 yang menyatakan bahwa ”Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah”. Peraturan Keputusan Menteri Nomor 22/2006, dan 23/2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menjadi dasar pengembangan kurikulum sekolah yang disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Manajemen berbasis lokasi yang merujuk ke sekolah, akan meningkatkan otonomi sekolah dan memberikan kesempatan kepada tenaga sekolah, orang tua, siswa, dan anggota masyarakat dalam pembuatan keputusan. Misi desentralisasi pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, meningkatkan pendayagunaan potensi daerah, terciptanya infrastruktur kelembagaan yang menunjang terselenggaranya sistem pendidikan yang relevan dengan tuntutan jaman, antara lain terserapnya konsep globalisasi, humanisasi, dan demokrasi dalam pendidikan.

Penerapan demokratisasi dilakukan dengan mengikutsertakan unsur-unsur pemerintah setempat, masyarakat, dan orangtua dalam hubungan kemitraan dan menumbuhkan dukungan positif bagi pendidikan. Penerapan demokratisasi selain mengikut sertakan unsur-unsur tersbut, diperlukan juga sosok Kepala Sekolah yang yang berkompeten. Agar Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang Kepala Sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi seperti tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah: - kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Disamping itu sebagai orang yang paling bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan dibawah tanggung jawabnnya, dia juga harus mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 63 tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang mengharuskan “terbangunnya budaya mutu pendidikan” serta “terpetakannya mutu pendidikan yang rinci pada satuan pendidikan”.

Page 3: Evaluasi Diri Sekolah EDS

Pencapaian tujuan tersebut maka Kepala Sekolah khususnya dan pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya, perlu mengetahui secara benar konsep, maksud dan tujuan serta mampu melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di Sekolah. Dengan melaksanakan EDS ini maka kepala Sekolah akan lebih dapat melaksanakan kompetensi manajerialnya secara menyeluruh dan bermakna yang akan membantu peningkatan kinerja Sekolah/Madrasah khususnya dalam melihat sejauh manakah Sekolah/Madrasah telah mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), serta kekuatan dan kelemahannya sehingga Sekolah dapat menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) berdasarkan keadaan dan kebutuhan nyata mereka.

Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:1. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen berbasis sekolah.2. Untuk mengetahui Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah3. Untuk mengetahui Model-Model Manajemen Berbasis Sekolah Yang Telah

Diterapkan Diberbagai Negara4. Untuk mengetahui Peningkatan Manajemen Berbasis Sekolah Melalui

Evaluasi Diri Sekoah5. Untuk mengetahui Bentuk Instrumen EDS6. Untuk mengetahui Kegunaan Hasil Evaluasi Diri Sekolah

Pembahasan Munculnya Manajemen Berbasis Sekolah pada mulanya karena adanya

dorongan keinginan daerah untuk memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur daerahnya sendiri. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menetapkan kewenangan dengan mengutamakan asas desentralisasi, termasuk urusan pendidikan. Sebelumnya pada tahun 1951 pemberian kewenangan daerah dalam bidang pendidikan telah di atur dalam peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1951 (Bafadal, dalam Mulyono 2009: 235). Peraturan tersebut memuat pelimpahan sebagai unsur pemerintah pusat dalam pendidikan, pengajaran dan kebudayaan kepada pemerintah daerah.

Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999, memaklumi munculnya reformulasi penyelenggaraan manajemen pendidikan tidak hanya pada jenjang SD, namun pada semua jenjang pendidikan. Reformulasi tersebut menyangkut penyelenggaraan satuan-satuan pendidikan pada masing-masing lembaga pendidikan. Pelimpahan sebagai kewenangan penyelenggaraan pendidikan pada satu-satuan pendidikan tersebut muncullah konsep baru yaitu Manajemen Berbasis Sekolah.

1. K onsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

Page 4: Evaluasi Diri Sekolah EDS

Menurut pendapat Slamet (Mulyono 2009: 238) menyebutkan istilah manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata, yaitu manajemmen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah pengorganisasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokus pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas memberikan bekal “kemampuan dasar” pada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistic (makro, meso dan mikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifik untuk barang/jasa, prosedur-prosedur kerja)

Ditegaskan kembali oleh Mulyasa (Mulyono 2009: 239) bahwasannya MBS adalah salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.

2. Tujuan Manajemen Berbasis SekolahMulayasa (Mulyono 2009: 245) berpendapat bahwa MBS memberikan

otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat sebagai respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu diperoleh dari partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan professionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif serta desensetif. Peningkatan pemerataan diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat (Mulyono, 2009: 244), implementasi MBS memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama

c. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, sekolah san pemerintah tentang mutu sekolah

d. Meningkatkan komptensi yang sehat antar sekolah untuk mencapai mutu pendidikan yang diharapkan.

3. Manfaat Manajemen Berbasis SekolahEman Suparman (Mulyono 2009:245) mengatakan dengan menerapkan MBS

manfaat yang bisa didapat, diantaranya :a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,

dan ancaman bagi dirinya dibanding lembaga-lembaga lain.

Page 5: Evaluasi Diri Sekolah EDS

b. Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.

c. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

d. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sarana mutu pendidikan yang telah direncanakan.

e. Sekolah dapat melakkukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.Dengan demikian, Eman Suparman (Mulyono 2009:246) menjelaskan, secara

bertahap akan terbentuk sekolah yang memiliki kemandirian tinggi, yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tingkat kemandirian tinggi sehingga tinngkat ketergantungan menjadi rendah.b. Bersifat adaptif dan antisipatif menjadi jiwa kewirausahaan tinggi (ulet,

inovatif, gigih, berani mengambil resiko).c. Bertanggung jawab terhadap input manajemen dan sumber dayanya.d. Mempunyai kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja.e. Komitmen yang tinggi pada dirinya.f. Prestasi merupakan acuan bagi penilaiannnya.

          Menurut E. Mulyasa (Mulyono 2009:247) manfaat MBS adalah memberikan kebebasan dan kekuasaan terbesar kepada sekolah beserta seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profrsionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemmimpin sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi denganm,elakukan eksperiman-eksperimen di lingkungan sekolah.          Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pembimbing pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan kurikulum elektif, rasa tanggapo sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orangtua, misalnya orangtua dapat mengawasi secara langsung proses belajar mengajar anak.

Page 6: Evaluasi Diri Sekolah EDS

4. Model-Model Manajemen Berbasis Sekolah Yang Telah Diterapkan Diberbagai Negara

a. Model MBS di Amerika SerikatSistem pendidikan di AS, mula-mula secara konstitusional pemerintah pusat

(state) bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pemerintah daerah (district) hanya sebagai unit pembuatan kebijakan dan administrasi. Pemerintah federal memiliki peran yang terbatas bahkan semakin berkurang perannya, terutama hanya dibatasi terutama pada area khusus, yaitu dukungan pendanaan. Penerapan MBS di Amerika Serikat terjadi akibat adanya reformasi pendidikan yang terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama terjadi pada tahun 1970-an pada saat sekolah-sekolah di distrik menerapkan Side-Based Management (SBM). Gelombang pertama ditandai dengan adanya sentralisasi fungsi-fungsi pendidikan pada tingkat pusat, mencakup kurikulum dan ujian nasional. Gelombang kedua terjadi pada tahun 1980-an, dan MBS mulai diterapkan secara serius. Gelombang kedua terjadi dengan pengurangan keterlibatan pemerintah pusat dan pemerintah federal. Berbagai upaya baik individu dan organisasi mulai bergerak untuk menerapkan dan mengembangkan MBS dengan keyakinan bahwa penyerahan pengelolaan sumber daya ke tingkat sekolah akan membuat kemajuan. Hal ini karena sekolah dapat mengembangkan diversifikasi pendekatan dan strategi untuk mencapai tujuannya (Nurkolis 2003: 91)

Menurut Wirt (Ibtisam Abu-Duhou 2002:41-42), model MBS di Amerika Serikat walaupun ada perbedaan di negara-negara federal, ada dua ciri utama inovasi pendidikan di Amerika Serikat sebagai implementasi dari MBS, yakni :

a. Desentralisasi administratis kantor pusat Otoritas Pendidikan Lokal menunjuk tugas-tugas tertentu yang dilkasanakan oleh kepala sekolah dan guru di lingkungan sekolah. Kantor pusat menyerahkan kewenangan ke bawah, tetapi sekolah lokal masih bertanggung-jawab ke atas.

b. Manajemen berbasis setempat (lokal), suatu struktur yang memberi wewenang kepada para orangtua, guru dan kepala sekolah di masing-masing sekolah untuk menentukan prioritas, mengalokasikan anggaran, menentukan kurikulum, serta menggaji dan memberhentikan staf. Di sini kewenangan pembuatan keputusan adalah lokal, sedangkan tanggung-jawab tidak ditujukan ke atas, tetapi ke masyarakat yang dilayani sekolah.

b. Model MBS di InggrisModel MBS di Inggris disebut Grant Mainted School (GMS) atau Manajemen

Dana Swakelola pada Tingkat Lokal. Ada enam perubahan struktural guna mefasilitasi pelaksanaan MBS di Inggris (Sungkowo, 2002 dalam Nurkolis, 2003:92-93), yakni : 1) kurikulum nasional untuk mata pelajaran inti yang ditentukan oleh pemerintah (Whitehall); 2) ada ujian nasional bagi siswa kelas 7, 11,14 dan 16) MBS dibentuk untuk mengembangkan otoritas pendidikan lokal agar dapat memperoleh dana bantuan dari pemerintah; 4) adanya pembentukan sekolah lanjutan teknik kejuruan; 5) kewenangan Inner London Education dilimpahkan kepada tigas belas

Page 7: Evaluasi Diri Sekolah EDS

otoritas pemerintah; 6) Skema manajemen sekolah lokal dibentuk dengan melibatkan beberapa pihak terkait, seperti : a) peran serta secara terbuka pada masing-masing sekolah dalam otoritas pendidikan lokal, b) alokasi sumber daya dirumuskan oleh masing-masing sekolah, c) ditentukan prioritas oleh masing-masing sekolah dalam membiayai kegiatannya, d) memberdayakan badan pengelola pada masing-masing sekolah dalam menentukan dana untuk guru dan staf, dan e) memberikan informasi kepada orang tua mengenai prestasi guru.

Di Inggris penerapan MBS dilindungi dan dikondisikan dengan adanya komitmen politik dengan adanya Undang-undang Pendidikan yang mengatur penetapan kurikulum, pelaksanaan ujian nasional, dan pengelolaan pendidikan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat luas.

c. Model MBS di AustraliaDi Australia lebih dari seratus tahun sampai awal tahun 1970-an pengelolaan

pendidikan di atur oleh pemerintah pusat (sistem sentralistik). Terjadi perubahan pada awal tahun 1970-an dan berlanjut sampai tahun 1980-an, khususnya dalam hal pengelolaan dana dan desentralisasi administratis Karakteristik MBS di Australia dapat dilihat dari aspek kewenangan sekolah yang meliputi : Pertama, menyusun dan mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, melakukan pengelolaan sekolah dapat dipilih di antara tiga kemungkinan, yaitu Standart Flexibility Option (SO), Enhanced Flexibility Option - 1 (EO 1), dan Enhanced Flexibility Option - 2 (EO 2). Ketiga, membuat perencanaan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan. Keempat, adanya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS. Kelima, menjamin dan mengusahakan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan. Keenam, adanya fleksibilitas dalam penggunaan sumber daya sekolah (Nurkolis, 2003:95).

d. Model MBS di IndonesiaModel MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah (MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku (Nurkolis, 2003:107). MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi dan pemerataan serta akses pendidikan), maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu (Depdiknas, 2002:3-4).

5. Peningkatan Manajemen Berbasis Sekolah Melalui Evaluasi Diri SekoahEvaluasi Diri Sekolah ini dilakukan agar manajemen yang akan dilaksanakan

tepat sasaran dan dapat mencapai tujuan Manajemen Berbasis Sekolah secara efektif

Page 8: Evaluasi Diri Sekolah EDS

dan efisien serta produkstivitas sumber daya meningkat. Manajemen tersebut pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Adanya control dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelola sekolah menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter, dan demokratis, serta menghapuskan monopoli dalam pengelolaan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan khususnya pada satuan pendidikan memerlukan adanya kepala Sekolah yang handal, tangguh dan berkemampuan yang secara bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di Sekolah dapat memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada semua peserta didik. Kepala Sekolah yang handal diharapkan dapat menjadi lokomotif dan kekuatan untuk membimbing, menjadi contoh, serta menggerakkan para pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, program penguatan kemampuan kepala Sekolah perlu memasukkan pembahasan mengenai EDS, yang merupakan bagian penting dalam kompetensi manajerial, sebagai salah satu topik yang harus diketahui dan dipahami secara benar untuk selanjutnya dilaksanakan oleh para kepala Sekolah.

Melalui EDS ini Kepala Sekolah akan memperoleh dasar yang kuat untuk lebih memahami EDS secara menyeluruh sebelum melaksanakan EDS di Sekolahnya dengan baik. Dengan melaksanakan EDS ini mereka akan dapat mengetahui dengan pasti kekuatan dan kelemahan Sekolah dan hasil EDS akan dijadikan masukan untuk membuat Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) untuk kurun waktu 4-5 tahun maupun Rencana Anggaran, Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) atau Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk kegiatan tiap tahun.

Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2009 telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 63 tentang “Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan” (SPMP) untuk terciptanya satu sistem penjaminan mutu pendidikan yang sekaligus juga akan menjadi dasar pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan sehingga akan tercipta “budaya” peningkatan mutu pendidikan yang berkelanjutan.

Salah satu komponen utama program SPMP (Sistem Penjamin Mutu Pendidikan) adalah program “Evaluasi Diri Sekolah” atau EDS yang dalam bahasa Inggrisnya disebut “Supported School Self Evaluation” (SSSE). Dengan program ini Sekolah diminta untuk secara internal melakukan evaluasi sendiri kinerjanya berdasarkan SPM dan SNP. Seperti tersirat dalam istilah Inggrisnya dengan adanya kata “Supported”, program ini memandang penting adanya “dukungan” penuh pada kegiatan Evaluasi diri ini dari semua unsur dan pemangku kepentingan yang terlibat di Sekolah sehingga bukan hanya Kepala Sekolah saja yang terlibat tapi juga para guru, Komite Sekolah/Madrasah, wakil orang tua peserta didik serta mendapat bimbingan dari Pengawas Sekolah.

Dalam pelaksanaan EDS yang baik, perlu adanya “support” yaitu “dukungan” atau “bantuan” dari berbagai pihak terkait agar Sekolah dapat melaksanakan EDS secara bersama sehingga akan terjadi kebersamaan dalam tindakan dan nantinya dalam tanggung jawab juga. EDS diharapkan akan memberikan dasar yang nyata

Page 9: Evaluasi Diri Sekolah EDS

untuk membuat RPS/RKS (Rencana Pengembangan Sekolah/Rencana Kegiatan Sekolah) yang solid untuk peningkatan kinerja Sekolah dan dasar terciptanya budaya mutu di Sekolah.

Masagus (2011: 6) mengutarankan ada beberapa hal penting yang harus perhatikan dalam menerapkan EDS, diantaranya:

a. Evaluasi Yang Bersifat Internal; dilakukan oleh dan untuk mereka sendiri, bukan dilaksanakan oleh orang lain. Ini adalah evaluasi internal, bukan evaluasi external oleh pihak luar.

b. Akan Mengevaluasi Seluruh Kinerja Sekolah yang akan meliputi aspek-aspek manajerial dan akademis.

c. Mengacu Pada SPM Dan 8 SNP yang hasilnya akan membantu program nasional dalam upaya penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan secara umum.

d. Untuk Kepentingan Sekolah Itu Sendiri, bukan untuk perbandingan dengan Sekolah-Sekolah lain atau untuk akreditasi Sekolah.

e. Hasil EDS sebagai Bahan Masukan Dan Dasar Dalam Penulisan RPS/RKS maupun RAPBS/RAKS.

f. Dilaksanakan minimal setahun sekali oleh semua stakeholder pendidikan di sekolah, bukan hanya oleh kepala Sekolah saja dengan bimbingan dan pengawasan Pengawas Sekolah.Pelaksana EDS sebaiknya oleh semua stakeholder atau pemangku pendidikan di

Sekolah sebab EDS bukan hanya tugas dan tanggung jawab kepala Sekolah saja dan agar ada kebersamaan dan rasa memiliki bersama. Keterlibatan mereka juga diharapkan akan dapat memberikan gambaran akan kebutuhan nyata Sekolah secara menyeluruh. Untuk menangani EDS ini sebaiknya Sekolah membentuk satu tim EDS khusus yang bisa disebut Tim Pengembang Sekolah/Madrasah (TPS) dengan beranggotakan unsur-unsur dibawah ini Masagus (2011: 8):

a. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab.b. Wakil dari unsur tenaga pendidik.c. Wakil dari unsur komite sekolah..d. Wakil dari unsur orang tua peserta didik.e. Pengawas sebagai pihak yang memberi bimbingan. Masagus (2011: 9) menyampaikan dalam tulisannya beberapa manfaat adanya

EDS, diantaranya: (1). Bagi Sekolah:

a. Sekolah mempunyai instrument internal yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kinerjanya.

b. Sekolah dapat mengetahui sampai dimanakah Tahap pencapaian mereka dilihat dari SPM dan SNP.

c. Sekolah dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya secara pasti.d. Sekolah dapat mengetahui dengan pasti dan dapat memprioritaskan aspek

mana yang memerlukan peningkatan.

Page 10: Evaluasi Diri Sekolah EDS

e. Sekolah dapat memperoleh dasar nyata untuk membuat RPS/RKS dan RAPBS/RAKS berdasarkan kebutuhan nyata Sekolah, bukan atas dasar asumsi atau perkiraan saja

f. Sekolah dapat mengetahui perkembangan upaya peningkatan mutu pelayanan mereka sebab EDS dilakukan secara berkala.

(2) Bagi Sistem Pendidikan di Kabupaten/Kota: a. Diperolehnya informasi kongkrit keadaan umum Sekolah dalam

pencapaian SPM dan 8 SNP.b. Terdapatnya gambaran umum secara pasti tentang kinerja Sekolah di tahap

kab/kota. c. Adanya dasar untuk kegiatan perencanaan diTahap kab/kota serta dasar

pemberian bantuan ke Sekolah-Sekolah di daerah itu.d. Hasil EDS ini dijadikan dasar untuk laporan ke jajaran diTahap kab/kota

melalui kegiatan ”Monitoring Sekolah/Madrasah oleh Pemerintah Daerah” – MSPD- yang dilakukan oleh para Pengawas Sekolah.

Masagus (2011: 11) menegaskan perbedaan EDS dengan Evaluasi-evaluasi lainnya, yaitu:

a. EDS adalah evaluasi diri yang bersifat internal yang dilaksanakan oleh para stakeholder di Sekolah tersebut.

b. EDS dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sendiri dan dipakai sebagai dasar untuk membuat RPS/RKS dan RAPBS/RAKS.

c. EDS dilaksanakan bukan untuk memberikan peringkat atau ranking Sekolah dibanding dengan Sekolah lainnya.

d. Evaluasi-evaluasi lainnya biasanya bersifat eksternal yang dilakukan oleh pihak luar lebih untuk kepentingan mereka bukan kepentingan Sekolah.

e. Karena EDS adalah evaluasi internal untuk dasar peningkatan mutu mereka maka evaluasi biasanya akan lebih jujur sebab keadaan itu akan dijadikan dasar pelaksanaan upaya peningkatan kinerja mereka.

Isu-isu dalam pengembangan dan pelaksanaan EDS menurut Masagus (2011: 11),diantaranya:

a. Pada awalnya EDS/M dianggap sebagai beban tambahan baru yang memberatkan tugas Sekolah/TPS namun dalam prosesnya Sekolah merasa butuh terhadap EDS sebagai dasar penuyusunan RPS/RKS.

b. Pada awalnya EDS dikira sama dengan Evaluasi lain seperti yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Propinsi dan akhirnya mereka tahu beda EDS dan Evaluasi eksternal lain.

c. Pada awalnya Sekolah menganggap perlu dana banyak untuk melaksanakan EDS, namun dalam prosesnya diketahui bahwa sebenarnya dana memang diperlukan untuk “pelaksanaan upaya peningkatan mutu” yang direncanakan dalam RPS berdasarkan hasil EDS, bukan untuk melaksanakan EDS itu sendiri.

d. Isu apakah Dinas Pendidikan dapat dan mau menerima EDS secara formal. Dalam prosesnya EDS dapat diadopsi dan telah direplikasikan oleh Dinas

Page 11: Evaluasi Diri Sekolah EDS

Pendidikan sebab mereka mengetahui manfaatnya bagi Sekolah dan bagi perencanaan peningkatan mutu pendidikan.

6. Bentuk Instrumen EDSBeberapa butir penting mengenai Instrumen ini Masagus (2011: 16):a. Instrumen EDS mengacu pada SPM dan SNP - seluruh 13 butir dalam

SPM yang berhubungan Sekolah/Madrasah tapi tidak memasukkan 14 butir lainnya yang bersangkutan dengan pemerintah kab/kota serta 8 SNP.

b. Instrumen EDS mencakup beberapa pertanyaan pokok pada tiap standar yang terkait dengan SPM dan SNP sebagai dasar bagi Sekolah untuk memperoleh informasi dan data secara rinci tentang kinerjanya secara kualitatif.

c. Dalam Instrumen EDS, tiap Standar dibagi dalam beberapa komponen yang diharap dapat memberikan gambaran yang lebih menyeluruh.

d. Pada setiap komponen pada pertanyaan ditiap standar ada beberapa spesifikasinya untuk memperoleh informasi yang lebih komplit.

e. Pada setiap aspek dari setiap standar terdiri dari 4 tahapan pencapaian - tahap 1 berarti kurang, tahap 2 berarti sedang, tahap 3 berarti baik, dan tahap 4 berarti amat baik.

f. Pada tiap tahap pencapaian terdapat beberapa indikator yang sesuai dengan Tahap pencapaian tersebut. Tahap 2 sama dengan telah memenuhi kriteria SPM.

7. Kegunaan Hasil Evaluasi Diri Sekolah a. EDS Sebagai Dasar Penyusunan RPS/RKS

Meningkatkan mutu kinerja Sekolah, Sekolah memerlukan perencanaan yang baik yang berdasarkan data dan informasi yang benar dan handal. Sampai saat ini belum ada alat yang dapat mengukur kinerja Sekolah dari SPM dan SNP sehingga rencana pengembangan Sekolah kebanyakannya tidak berdasarkan data yang solid dan lebih berdasarkan atas perkiraan, asumsi atau bahkan kebiasaan saja.

Dengan adanya EDS akan memungkinkan Sekolah mempunyai data tentang hasil evaluasi kinerjanya termasuk kekurangannya dilihat dari SPM maupun SNP. Hasil EDS ini dikaji dan ditentukan prioritasnya untuk dimasukkan dalam RPS/RKS yang berdasarkan keadaan dan kebutuhan nyata Sekolah, baik untuk masa 4 tahun dalam RPS/RKS maupun untuk masa tahunan dalam RAPBS/RKAS. Keharusan Sekolah untuk mempunyai rencana pengembangan Sekolah seperti diatur dalam berbagai peraturan-peraturan Pemerintah dibawah ini akan amat tertolong dengan adanya EDS. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Bab VIII tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan

Page 12: Evaluasi Diri Sekolah EDS

Menengah mewajiban agar Sekolah mempunyai: (1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan, (2) Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dilaksanakan berdasarkan RKJM.

b. Membuat PerencanaanBerdasarkan peraturan Pemerintah yang ada, secara umum Sekolah diwajibkan

membuat perencanaan untuk memastikan agar semua kegiatan untuk meningkatkan kinerjanya bisa tercapai dan terukur dengan membuat perencanaan sebagai berikut:

1. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menghasilkan RPS/RKS untuk kurun waktu 4 tahunan.

2. Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang menghasilkan Rencana Anggaran, Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) atau Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Kebutuhan Sekolah akan data dan informasi yang handal sebagai dasar penyusunan perencanaannya seperti dikatakan diatas akan terpenuhi dengan sendirinya dengan pelaksanaan EDS di Sekolah. Dan acuan semua perencanaan adalah pencapaian 8 SNP.

c. Menentukan PrioritasData dan informasi dari EDS yang menghasilkan usulan kegiatan cukup

banyak dan sehingga tak mungkin semuanya dilaksanakan bersamaan. Kemampuan Sekolah dari berbagai segi biasanya terbatas, baik dari segi SDM, daya dan dana maupun dari segi waktu. Untuk itulah maka Sekolah perlu menentukan prioritas mana yang perlu masuk, mana yang didahulukan dan mana yang bisa dikerjakan pada waktu lain.

Penentuan prioritas harus dilakukan melalui diskusi bersama stakeholder pendidikan di Sekolah dan bukan oleh Kepala Sekolah ataupun oleh Komite Sekolah saja. Penentuan prioritas ini harus berdasarkan atas kriteria-kriteria yang disetujui bersama yang secara umum berhubungan dengan: Pentingnya satu kegiatan dan dampaknya bagi peningkatan mutu dan kinerja; urgensinya, ketersediaan SDM dan pelaksananya dan tersedianya waktu serta sumber daya dan dana pendukungnya.

Dalam pertimbangan untuk menentukan skala prioritas, aspek pertimbangan dapat dilihat dari : Cakupan, Dampak dan Urgensi (CDU) suatu program/kegiatan ditetapkan pada prioritas tertentu. Sedangkan elemen yang menjadi objek yang dipertimbangkan meliputi: personil, uang, fasilitas bahan sop, dan target program atau kegiatan itu sendiri.

Page 13: Evaluasi Diri Sekolah EDS

8. Hasil EDS di SMPN 5 Cimahi

STANDAR ISI

STANDAR PROSES

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

STANDAR PTK

STANDAR SARANA DAN PRASARANA

STANDAR PENGELOLAAN

STANDAR PEMBIAYAAN

STANDAR PENILAIAN

RATA-RATA

- 1.00 2.00 3.00

1.65

1.10

1.11

1.56

1.64

1.24

1.72

1.16

1.40

Keterangan :4 tahapan kriteria pencapaian EDS untuk mutu pendidikan sekolah yaitu: tahap 1 berarti kurang, tahap 2 berarti sedang, tahap 3 berarti baik, dan tahap 4 berarti amat baik.

Tabel menunjukkan angka pencapaian hasil EDS SMPN 5 Cimahi dengan jelas. Rata-rata nilai 1,40 menunjukkan nilai sedang. Artinya masih banyak yang perlu dibenahi oleh sekolah ini, jika mempunyai harapan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Melalui MBS maka pengelolaan pendidikan dapat disusun berdasarkan prioritas kebutuhan diiringi dengan merumuskan strategi-strategi manajemen yang paling tepat.

PENUTUPKesimpulan

Sistem manajemen pendidikan yang sentralisasi telah terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Seiring

Page 14: Evaluasi Diri Sekolah EDS

dengan bergulirnya otonomi daerah, berpeluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin nampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah mengenai pendidikan melalui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekedar mengubah pendekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralisasi menjadi desentralisasi, melainkan penerapan MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk dibangkitkan.

Upaya peningkatan mutu pembelajaran di Tahap Sekolah mutlak perlu dilaksanakan dan yang tujuan pokoknya adalah bagaimana membuat peserta didik belajar dengan baik. Hal ini dimulai dengan pelaksanaan EDS yang merupakan evaluasi internal yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan Sekolah sendiri dengan pelakunya yaitu TPS dan dewan guru dibawah kepemimpinan Kepala Sekolah dan bimbingan Pengawas. Dengan EDS akan diketahui kinerja Sekolah dilihat dari SPM dan SNP sehingga Sekolah dapat menyusun Rancangan Pengembangan Sekolah berdasarkan kebutuhan nyata. Sekolah akan dapat menentukan prioritas perbaikan kinerjanya dari segi waktu dan SDM berdasarkan hasil EDS, khusunya RAKS tahunan akan benar-benar membantu Sekolah memperbaiki dirinya.

Sarana. perlu ditingkatkan lagi penataran dan pelatihan atau kegiatan sosialisasi pihak-

pihak terkait terutama Dinas Pendidikan mengenai pengelolaan sekolah bedasarkan MBS.

b. Melakukan pembinaan bagi warga sekolah khususnya orang tua siswa, mengenai proses penyelenggaraan pendidikan guna mengubah paradigma orang tua yang selalu memperhatikan hasil akhir tanpa mengetahui proses yang harus dicapai.

c. Transparasi dan akuntabilitas sekolah dapat meningkatkan kepercayaan warga sekolah, bahwa sekolah tidak melakukan praktik-praktik KKN.

d. Lebih memperhatikan hasil Evaluasi Diri Sekolah untuk dijadikan salah satu acuan dalam menigkatkan proses Manajemen Berbasis Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Evaluasi Diri Sekolah EDS

Abu-Duhou Abtisam, 2003, School-Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah), UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto, Penyunting ; Achmad Syahid, Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Konsep Dasar, Jakarta : Ditjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen SLTP.

Depdiknas, 2008, Modul pelatihan praktik yang baik, Manajemen Berbasis Sekolah, peran serta masyarakat, pembelajaran aktif,kreatif,efektif dan menyenangkan, Jakarta

Dodi Ardi Kurniadi. Pelaksanaan Program Evaluasi Diri Sekolah (Eds) Di Smp Negeri 2 Tempel. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Masagus. 2011. Evaluasi diri sekolah/madrasah (EDS/M), edisi revisi:2011-P4tk BMTI Bandung: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyasa. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyono. 2010. Manajemen Administrasi dan Organisasi Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia

Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia