evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien ...pasien di instalasi farmasi puskesmas kabupaten...

55
i EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN DI INSTALASI FARMASI PUSKESMAS KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Porfirios Menga Renggo NIM: 168114101 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 12-Aug-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

i

EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN DI

INSTALASI FARMASI PUSKESMAS KABUPATEN SLEMAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Porfirios Menga Renggo

NIM: 168114101

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”

1 Petrus 5:7

“Sedikit Lebih Beda Lebih Baik Dari Pada Sedikit Lebih Baik”

Pandji Pragiwaksono

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:

Tuhan Yesus Kristus sang pemberi kehidupan yang menuntun setiap perjalanan

hidup saya sampai sekarang ini, kedua orang tua saya bapak Mikhael Menga dan

mama Hildegardis Woga yang senantiasa memberikan saya semangat dan doa

yang tulus, adik-adik tercinta, semua keluarga besar, teman-teman, sahabat yang

telah memotivasi perjalanan kuliah saya dan Almamaterku tercinta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan perlidungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul”Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di Instalasi Farmasi

Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

Banyak pihak yang terlibat dalam membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada:

1. apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh

kesabaran dan ketegasan dari awal bimbingan hingga penyusunal skripsi ini

selesai.

2. Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si. dan apt. Putu Dyana Christasani, M.Sc. selaku

dosen penguji skripsi yang telah memberi arahan dan masukan selama

penyusunan skripsi.

3. Kepala Puskesmas Depok I dan Kepala Puskesmas Kalasan beserta staf yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

Apoteker dan pasien sebagai responden yang bersedia meluangkan waktunya

untuk terlibat dalam penelitian ini.

4. Dekan dan semua staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu peneliti dalam menyelesaikan semua administrasi terkait penelitian.

5. Bapak Mikhael Menga, mama Hildegardis Woga, adik Putri dan Wati atas

dukungannya dan kasih sayang yang tidak ada batasannya. Teman-teman:

Aldy, Juan, Rito, Oba deco, Kasindra, Ify, FSMC 2016 serta semua pihak yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak dan

mengharapkan saran ataupun kritik yang membangun.

Yogyakarta, 16 Desember 2020

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………....…………………….. vi

PRAKATA ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

ABSTRAK ..................................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ................................................................................ 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 10

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

LAMPIRAN ................................................................................................... 29

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden……………………………………13

Tabel II. Pembagian kerja responden di Puskesmas……………………………..14

Tabel III. Teknis pelayanan informasi obat……………………………………...17

Tabel IV. Hasil wawancara dengan Responden terkait informasi obat………….25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman…….30

Lampiran II. Surat Izin Puskesmas Depok I………………………………….….31

Lampiran III. Surat Izin Puskesmas Kalasan…………………………………….32

Lampiran IV. Surat Permohonan Menjadi Responden…………………………..33

Lampiran V. Lembar Pesetujuan Menjadi Responden…………………………..34

Lampiran VI. Daftar Panduan Wawancara Responden (Apoteker)……………...35

Lampiran VII. Daftar Panduan Wawancara Responden (Pasien)………………..37

Lampiran VIII. Hasil Wanwancara Dengan Responden (Apoteker)…………….39

Lampiran IX. Hasil wawancara dengan responden (Pasien)……………………..43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

xi

ABSTRAK

Untuk menunjang pelayanan kesehatan yang optimal dan bermutu di

Puskesmas, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan secara jelas dan

terperinci mengenai pelayanan informasi obat yang diberikan pada paien yang

mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif non eksperinmental dengan rancangan cross sectional. Pengambilan

data menggunakan metode wawancara mendalam. Data merupakan informasi

yang diberikan oleh 5 responden. Data disajikan secara deskriptif dibandingkan

dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Berdasarkan hasil

penelitian, rincian informasi obat yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien

adalah waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara penggunaan obat,

efek samping obat, interaksi obat, cara penyimpanan obat dan cara pemusnahan

obat. Ada beberapa informasi yang belum diterima oleh pasien yaitu mengenai

interaksi obat, cara pemusnahan obat dan sama sekali belum mendapatkan leaflet

tentang informasi obat. Teknis PIO yang dilakukan yaitu melakukan penyuluhan

dan menjawab pertanyaan dari pasien maupun dari tenaga kesehatan.

Dokumentasi sudah dilakukan dan sesuai dengan standar. Sumber informasi yang

digunakan berupa pustaka primer dan tersier.

Kata kunci: Instalasi Farmasi Puskesmas, Standar Pelayanan Kefarmasian,

Pelayanan Informasi Obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

xii

ABSTRACT

To support optimal and quality health services at Puskesmas, the

government issued a Regulation of the Minister of Health of the Republic of

Indonesia No.74 of 2016 concerning Standard of Pharmaceutical Services at

Puskesmas. The purpose of this study is to explain clearly and in detail the drug

information services provided to patients who refer to predetermined standards.

This research is a descriptive non-experimental study with a cross-sectional

design. Collecting data using in-depth interviews. Data is information provided by

5 respondents. Data presented descriptively compared to Standard Pharmaceutical

Services at Puskesmas. Based on the research results, the detailed drug

information provided by the pharmacist to the patient is the time to use the drug,

the length of time to use the drug, how to use the drug, drug side effects, drug

interactions, how to store the drug and how to destroy the drug. There is some

information that has not been received by patients, namely about drug

interactions, how to destroy drugs, and absolutely no leaflet about drug

information. The PIO technique that is carried out is conducting counseling and

answering questions from patients and health workers. Documentation has been

done and by standards. Sources of information used are primary and tertiary

libraries.

Keywords: Puskesmas Pharmacy Installation, Pharmaceutical Service Standards,

Drug Information Services.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

1

PENDAHULUAN

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

masyarakat (Permenkes No. 75 tahun 2014). Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

di wilayah kerjanya (Permenkes No 75 tahun 2014). Sedangkan menurut

Permenkes No 74 tahun 2016 Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja.

Pelayanan kefarmasian adalah salah satu bagian dari pelayanan kesehatan

di Puskesmas. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk mendukung

tiga fungsi pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas, yaitu sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang meliputi

pelayanan kesehatan individu dan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat.

Pelayanan Kefarmasian bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menuntaskan masalah terkait obat dan masalah kesehatan pada umumnya.

Pelayanan kefarmasian memiliki peranan dalam upaya kesehatan untuk

menghilangkan gejala dari suatu penyakit, mencegah penyakit, serta dapat

menyembuhkan penyakit. Sebaliknya, pelayanan kefarmasian yang kurang

optimal dapat menimbulkan kerugian pada pasien. Oleh sebab itu, pelayanan

kefarmasian yang tepat, objektif, dan komprehensif sangat diperlukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kefarmasian adalah wujud

dari asuhan kefarmasian yang bertujuan untuk menjaga mutu sediaan farmasi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

2

menunjang keberhasilan terapi yang dijalani oleh pasien dalam pengobatan

(Prihandiwati dkk, 2018).

Belum semua pasien tahu dan sadar akan apa yang harus dilakukan

tentang obat-obatnya. Oleh karena itu, untuk mencegah penyalahgunaannya dan

adanya interaksi obat yang tidak dikehendaki, pelayanan informasi obat dirasa

sangat diperlukan. Apoteker dapat berkontribusi untuk meningkatkan hasil dari

pengobatan yang dijalankan oleh pasien dengan cara memberikan edukasi dan

konseling pada pasien untuk menyiapkan dan memotivasi pasien agar mentaati

aturan penggunaan obat dan kegiatan monitoring. Edukasi dan konseling

merupakan hal yang paling efektif ketika diselenggarakan di dalam ruangan

ataupun tempat yang menjamin privasi dan memiliki kesempatan untuk menjaga

rahasia komunikasi (Yamada and Nabeshima, 2015).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, 2016 ada beberapa

masalah yang ditemukan saat melakukan pelayanan informasi obat yakni

dokumentasi yang belum sesuai, evaluasi sumber informasi yang digunkan

sebagai acuan dalam pelayanan informasi obat belum dilakukan serta sarana fisik

seperti ruang pelayanan informasi obat yang dilengkapi dengan sumber informasi

dan teknologi komunikasi belum.

Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu untuk memaparkan secara

jelas dan terperinci mengenai pelayanan informasi obat yang diberikan pada

pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan

mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2016. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

mengidentifikasi kelengkapan informasi yang diberikan Apoteker pada pasien di

instalasi farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan standar

pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun

2016 dan mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam teknis pelayanan

informasi obat yang diberikan pada pasien di instalasi farmasi Puskesmas

Kabupaten Sleman Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

3

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif non eksperimental

dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan

melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah permasalahan teknis dalam

pelayanan informasi obat dan pelayanan kefarmasian yang lazim yang diperlukan

pasien di Puskesmas, meliputi: Waktu Penggunaan Obat, Lama Penggunaan Obat,

Cara Penggunaan Obat, Efek Samping Obat, Interaksi Obat, Cara Penyimpanan

Obat dan Cara Pembuangan Obat.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Permasalahan Teknis Dalam Pelayanan Informasi Obat

Meliputi Apoteker tidak memberikan informasi-informasi yang lazim

yang harus didapatkan oleh pasien pada saat melakukan pelayanan informasi obat,

tidak menerbitkan leaflet dan tidak melakukan dokumentasi.

2. Waktu Penggunaan Obat

Meliputi berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi,

siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum

atau sesudah makan.

3. Lama Penggunaan Obat

Apakah obatnya digunakan selama keluhannya masih ada atau obatnya

harus dihabiskan meskipun sudah sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan

untuk mencegah timbulnya resistensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

4

4. Cara Penggunaan Obat

Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan

pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara

penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu. (contoh:

penggunaan insulin dengan benar, cara pengelolaan antibiotik dengan benar, dll.)

5. Efek Samping Obat

Efek samping yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya

berkeringat, mengantuk, tinja berubah warna, air kencing berubah warna, dan

sebagainya

6. Interaksi Obat

Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat

lain atau makanan tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah

kalori, kehamilan dan menyusui serta kemungkinan terjadinya efek obat yang

tidak dikehendaki.

7. Cara Penyimpanan Obat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah simpan obat dalam kemasan asli

dan dalam wadah tertutup rapat. Simpan obat di tempat sejuk dan terhindar sinar

matahari langsung atau ikuti aturan pada kemasan. Jauhkan obat dari jangkauan

anak-anak.

8. Cara Pembuangan Obat

Cara yang benar untuk membuang obat adalah dengan membuka seluruh

kemasannya, kemasannya dirusak dan menghilangkan semua informasi pribadi

pada label resep lalu dapat dibuang di tempat sampah. Obat-obatan dalam bentuk

tablet sebaiknya dihancurkan kemudian dikuburkan dalam tanah. Obat-obatan

yang berbentuk cair sebaiknya dilarutkan atau diencerkan dengan air lalu dapat

dibuang di tempat sampah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

5

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua Apoteker yang bekerja di

Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman dan semua pasien yang datang

berobat dan mendapatkan pelayanan informasi obat.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Apoteker yang

bertugas di Puskesmas dan yang sudah memiliki SIPA dan melakukan pelayanan

informasi obat kepada pasien dan pasien yang datang berobat dan mendapatkan

pelayanan informasi obat dari Apoteker yang memenuhi kriteria Inkulusi dan

Ekslusi. Sampel penelitian selanjutnya disebut responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan teknik

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive

sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut

paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan

kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu

yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian (Mamik, 2015). Teknik dan

langkah dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Apoteker di

Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dan pasien yang datang berobat

kemudian mendapatkan pelayanan informasi obat dari Apoteker dan disesuaikan

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pemilihan Puskesmas sebagai

tempat penelitian yaitu berdasarkan wilayah yang masih aman atau zona hijau

untuk angka Covid-19.

4. Kriteria Inklusi

Apoteker yang bertugas memberikan pelayanan kefarmasian di Instalasi

Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dan pasien yang datang

berobat dengan usia ≥ 17 tahun dan yang telah mendapatkan pelayanan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

6

obat dari Apoteker yang bertugas di instalasi Farmasi Puskesmas dan bersedia

menjadi responden dengan menandatangani inform consent.

5. Kriteria Ekslusi

Apoteker yang bertugas memberikan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas tetapi sedang cuti atau sedang sakit dan Apoteker yang tidak mau

diwawancarai, kemudian pasien yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan

pasien yang tidak mendapatkan pelayanan informasi obat.

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data berupa daftar panduan wawancara yang disusun

berdasarkan pedoman pelayanan informasi obat di Puskesmas dengan mengacu

pada Permenkes No. 74 tahun 2016. Panduaan wawancara terdiri dari: pertanyaan

mengenai identitas responden, pertanyaan mengenai profesi Apoteker, pertanyaan

mengenai pelayanan informasi obat yang diberikan oleh Apoteker. Beberapa

pertanyaan dalam panduaan wawancara ini mengadopsi penelitian yang dilakukan

oleh Novitasari (2016).

F. Tempat, Waktu Penelitian dan Tata Cara Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Isntalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten

Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2020.

1. Tahap pra penelitian

Tahap prapenelitian adalah jalannya penelitian yang meliputi:

a. Persiapan, penentuan lokasi dan pengajuan ijin

Persiapan yang dilakukan adalah studi literatur kemuadian membuat

proposal penelitian dan ujian proposal. Penentuan lokasi penelitian bertujuan

untuk menetapkan lokasi yang akan digunakan untuk melakukan penelitian.

Setelah itu melakukan perijinan.

Perijinan dilakukan dengan mengajukan proposal penelitian ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman Yogyakarta yang dilampiri dengan surat pengantar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

7

dari Fakultas Farmasi Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta. Surat ijin dari Dinas

Kesehatan Daerah Kabupaten Sleman di tujukan ke Puskesmas Kabupaten Sleman

yang dilampiri dengan surat pengantar dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta untuk perijinan tempat pengambilan data. Setelah

mendapatkan perijinan dari Puskesmas dilakukan pengambilan data.

b. Pembuatan daftar panduan wawancara

Daftar panduan wawancara memuat pokok-pokok pertanyaan yang akan

diajukan pada responden terkait penelitian. Adapun pokok-pokok pertanyaan

memuat tentang pelayanan kefarmasian mengenai pelayanan informasi obat yang

diberikan oleh Apoteker kepada pasien berdasarkan Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas yang mengacu pada Permenskes RI No. 74 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jenis informasi yang

dimuat dalam daftar panduan wawancara antara lain: sintem kerja yang dilakukan,

sarana yang mendukung, kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan di

Puskesmas, sumber informasi yang digunakan, evaluasi yang dilakukan terhadap

sumber pustaka, dokumentasi, waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat,

cara penggunaan obat, efek samping obat, interaksi obat, cara penyimpanan obat

dan cara pemusnahan obat.

c. Pengujian Instrumen Penelitian

1) Uji validitas

Uji validitas bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan di

dalam kuesioner telah mencakup kawasan atau ruang lingkup yang akan diukur.

Uji validitas panduan wawancara dilakukan untuk mengetahui tujuan dari lingkup

informasi yang ingin diketahui yaitu sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang

tercantum dalam panduan wawancara dapat mencakup seluruh isi obyek yang

hendak diukur. Jenis uji validitas yang digunakan adalah validitas konten atau

validitas isi yaitu memastikan jika instrumen yang dipakai telah mencakup semua

hal yang perlu diukur. Uji validitas isi kuesioner dilakukan berdasarkan analisis

rasional oleh professional judgment. Professional judgment yaitu melakukan

konsultasi validitas dengan seorang Apoteker dan sekaligus dosen pembimbing.

2) Uji reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

8

Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen

tersebut dipergunakan secara berulang akan menunjukkan hasil pengukur yang

sama. Reliabilitas menunjukkan konsistensi kuesioner terhadap jawaban

responden dalam beberapa kali pengujian pada kondisi yang berbeda dengan

menggunakan kuesioner yang sama (Wahyudi, 2010).

Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah

dependabilitas. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian

dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada (Anufia dan Alhamid 2019).

Tingkat dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh

dengan melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya untuk

menginterpretasikan hasil penelitian dengan baik sehingga peneliti lain akan dapat

membuat kesimpulan yang sama dalam menggunakan perspektif, data mentah dan

dokumen alalisis penelitian yang sedang dilakukan (Afiyanti, 2008).

G. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah wawancara,

observasi dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara

mendalam (in-depth interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

disusun, serta melakukan pengamatan langsung dalam bentuk rekaman suara dan

mencatat hal-hal yang disampaikan oleh Apoteker saat memberikan pelayanan

informasi obat pada pasien. Wawancara mendalam (in-depth interview)

merupakan wawancara yang dilakukan secara langsung dimana peneliti bertatap

muka dengan informan atau orang yang diwawancarai (Sayidah, 2018). Untuk

menjamin kebenaran mengenai hasil wawancara, peneliti membuat surat

pernyataan mengenai keberhasilan wawancara yang ditandatangani oleh

responden serta bukti rekaman suara dan dokumentasi saat dilakukan wawancara.

2. Pengolahan Data

Tahap dalam pengelolaan data meliputi: Editing, Coding, dan Tabulating.

Editing yang dilakukan berupa pengeditan cuplikan wawancara menyesuaikan

dengan ejaan yang disempurnakan. Coding merupakan pemberian kode penamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

9

dari responden untuk memudahkan pembahasan. Sedangkan yang dimaksud

dengan tabulating adalah proses pembuatan tabel dari hasil pengamatan untuk

memudahkan pembahasan.

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara tematik dengan

membaca tabel-tabel, grafik atau angka yang tersedia lalu dilakukan penguraian.

Gambar dan grafik menggambarkan tingkat kehadiran responden, ketersediaan

dan kelengkapan pelayanan informasi obat berdasarkan Permenkes No. 74 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Berdasarkan analisis

tematik yang digunakan untuk mengalisis, maka nantinya hasil penelitian akan

dibagi menjadi 3 bagian yaitu: sumber daya manusia, teknis pelayanan informasi

obat, dan hasil evaluasi informasi obat pada pasien diinstalasi farmasi Puskesmas

Kabupaten Sleman Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan teknik tematik yang digunakan untuk mengalisi data, maka

hasil dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: sumber daya manusia,

teknis pelayanan informasi obat dan hasil evaluasi informasi obat pada pasien di

instalasi farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta.

A. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam pembahasan ini untuk menggambarkan

secara deskriptif Apoteker di instalasi farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman

Yogyakarta dari karakteristik demografi responden (Apoteker) dan kehadiran

responden di instalasi farmasi Puskesmas.

1. Karakteristik demografi responden (Apoteker dan pasien)

Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini, untuk Apoteker yaitu:

usia, nomor SIPA, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan lama masa kerja.

Sedangkan untuk pasien yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, hubungan

dengan pasien dan pekerjaan.

Responden (pasien) yang diwawancarai berjumlah 3 orang yang terdiri

dari 2 laki-laki dan 1 perempuan dengan umur berkisar antara 21-45 tahun,

pendidikan terakhir pasien ada yang SMA dan Strata I. Dari 3 orang pasien yang

diwawancarai 2 orang merupakan pasien itu sendiri/diri sendiri dan 1 orang yang

merupakan keluarga dari pasien, pekerjaan dari pasien bermacam-macam ada

yang berprofesi sebagai guru, petani dan pelajar.

Reponden (Apoteker) yang diwawancarai berjumlah 2 orang. Penjelasan

mengenai karakteristik demografi responden (Apoteker) akan diuraikan sebagai

berikut:

a. Karakteristik berdasarkan usia

Apoteker A berusia 31 tahun dan Apoteker B berusia 40 tahun. Hal ini

menunjukan responden masih cukup muda dan masih memungkinkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

11

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan pola pikir, sehingga mampu

berpikir kritis dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul mengenai

pelayanan informasi obat di instalasi farmasi Puskesmas. Secara teoritis kedua

responden masih berada di usia yang produktif.

Menurut Ukkas (2017) rentang usia produktif adalah 15-60 tahun, pada

rentang usia ini produktifitas kerja sesorang akan meningkat. Hal ini dikarenakan

pada tingkat usia produktif sesorang memiliki kreatifitas yang tinggi terhadap

pekerjaan sebab didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang lebih baik serta

mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan. Di usia

yang masih produktif ini, diharapkan responden dapat memberikan pelayan

informasi obat yang efisien kepada pasien di instalasi farmasi Puskesmas.

b. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Semua responden (Apoteker A dan Apoteker B) yang bekerja di instalasi

farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman adalah perempuan. Pada umumnya

kekuatan fisik yang dimiliki oleh seorang perempuan tidak sama dengan kekuatan

fisik yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Menurut Ayuningsasi dan Sasmitha

(2017) dalam bekerja perempuan cenderung menggunakan perasaan. Akan tetapi

dalam keadaan tertentu terkadang produktivitas perempuan lebih tinggi dibanding

laki-laki, misalnya pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran.

Perkembangan kesetaraan gender membuat laki-laki dan perempuan mempunyai

hak yang sama dalam melakukan pekerjaan. Banyak pekerja wanita yang

memasuki lapangan pekerjaan diberbagai profesi, dalam hal ini profesi Apoteker

(Prastiwi dan Rahmadanik, 2020).

c. Karakteristik berdasarkan pendidikan

Menurut Maria, Pongtuluran, dan Maringan (2016) tingkat pendidikan

yang tinggi dari seorang karyawan diharapkan memiliki pengetahuan umum dan

pengertian yang luas tentang seluruh lingkungan kerja, juga memiliki kompetensi

lebih dalam hal persaingan. Oleh sebab itu tingkat pendidikan diharapkan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

12

melahirkan sumber daya manusia berkualitas sehingga berdampak pula pada

pencapaian prestasi kerja karyawan itu sendiri.

Responden (Apoteker A dan Apoteker B) telah memenuhi dasar

pendidikan sebagai Apoteker yaitu profesi Apoteker. Meskipun demikian seorang

Apoteker harus memiliki semangat untuk belajar sepanjang waktu karena ilmu

farmasi khususnya akan berkembang setiap saat. Oleh karena itu seorang

Apoteker di tuntut untuk terus mengasa kemampuan dan pengetahuannya

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien (Purnomo,

Sampurno dan Rachmandani, 2011).

d. Karakteristik berdasarkan lama masa kerja

Responden (Apoteker A dan Apoteker B) memiliki pengalaman yang

cukup memadai di dalam dunia kefarmasian. Responden B memiliki pengalaman

yang cukup yaitu dengan lama masa kerja 10 tahun dan responden A 5 tahun.

Pengalaman kerja yang cukup lama yang dimiliki oleh seorang Apoteker biasanya

memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan Apoteker yang baru saja

berkecimpung didalam dunia kefarmasian.

Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu institusi atau lembaga maka

semakin tinggi pula produktivitasnya karena bertambah pengalaman dan

keterampilan dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya. Masa

kerja yang semakin lama akan menyebabkan semakin cepat dalam mengambil

keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian (Galistiani, Kusuma,

Gibran, dan Hanggara, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

13

Penjelasan mengenai demografi responden (Apoteker dan pasien)

dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Demografi Apoteker

No Nama

Apoteker Usia

(tahun) Nomor SIPA

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Lama Masa Kerja

1 A 31 Ada P Profesi

Apoteker 5 tahun

2 B 40 Ada P Profesi

Apoteker 10 tahun

Karakteristik Demografi Pasien

No Nama Usia

(tahun)

Jenis

Kelamin

Pendidikan

Terakhir

Hubungan

dengan Pasien

Pekerjaan

1 P1 21 Perempuan SMA Pasien/diri

sendiri Pelajar

2 P2 33 Laki-laki Strata 1 Keluarga

pasien Guru

3 P3 45 Laki-laki SMA Pasien/diri

sendiri Petani

2. Pembagian kerja Responden di instalasi farmasi Puskesmas

Berdasarkan hasil wawancara dengan Apoteker A dan Apoteker B, kedua

Apoteker (Apoteker A dan Apoteker B) memiliki tugas yang sama yaitu

memberikan pelayanan informasi obat di instalasi rawat jalan. Kedua responden

ini (Apoteker) sama-sama dibantu oleh asisten Apoteker, dimana sudah diberikan

tugasnya masing-masing. Puskesmas A misalnya, Apotekernya bertugas dibagian

farmasi klinis, sedangkan asisten Apotekernya berugas dibagian logistik

Puskesmas tetapi Apoteker tetap sebagai koordinatornya. Untuk Puskesmas B,

semenjak pandemi covid ini, terdapat dua tempat pelayanan yaitu di instalasi

rawat jalan dan di poli covid. Poli Covid ini khusus untuk pasien-pasien yang

memiliki gejala batuk, suhu tubuh tinggi, dll. Apoteker dan asisten apoteker setiap

harinya bergantian untuk membagi tugasnya. Dan untuk yang memegang bagian

logistik semuanya ditugaskan kepada Apotekernya. Jam kehadiran responden di

Puskesmas yaitu mulai dari jam 7:30-14:30 dengan rata-rata kehadiran responden

A dan B di instalasi farmasi Puskesmas adalah 6-7 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

14

Semakin lama responden berada di intalasi farmasi Puskesmas

diharapakn untuk memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan kefarmasian.

Selain itu Apoteker juga diharapkan untuk selalu hadir disetiap jam kerja untuk

bertanggung jawab dan mengawasi setiap pelayanan kefarmasian di instalasi

farmasi Puskesmas tersebut.

Tingkat pemahaman pasien dalam menerima atau memahami informasi

yang disampaikan oleh responden adalah salah satu faktor yang menentukan

lamanya waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk menyampaikan informasi

obat. Semakin cepat pasien dapat memahami informasi yang disampaikan oleh

responden tentunya juga waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk pelayanan

informasi obat akan semakin cepat. Oleh karena itu, responden dituntut untuk

menyampaikan informasi obat dengan bahasa yang mudah dimengerti atau mudah

diterima oleh pasien.

Berikut ini adalah tabel pembagian kerja di Puskesmas.

Tabel II. Pembagian kerja responden di Puskesmas Responden Bagian Kerja Lama Kehadiran Pembagian Kerja

A Rawat Jalan 6-7 jam

- PIO

- Koordinator

- Penanggung jawab logistik

B Rawat jalan dan

Poli Covid

6-7 jam

- PIO

- Koordinator

- Penanggung jawab logistik

B. Teknis Pelayanan Informasi Obat

1. Teknis pelayanan informasi obat di instalasi farmasi Puskesmas

Teknis pelayanan informasi obat di instalasi farmasi Puskesmas

Kabupaten Sleman Yogyakarta dilayani oleh responden (Apoteker) dan di bantu

oleh asisten Apoteker. Teknis pelayanan informasi obat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu bagian penyerahan obat dan konsultasi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

15

a. Penyerahan obat

Pelayanan informasi obat di bagian peyerahan obat dilayani oleh

Apoteker A dan Apoteker B dan dibantu oleh asisten responden pada jam kerja.

Selain memberikan informasi mengenai obat, renponden juga memberikan leaflet

yang telah diterbitkan yang berisi tentang informasi obat kepada pasien. Akan

tetapi, tidak semua pasien yang mendapatkan pelayanan informasi obat

mendapatkan leaflet. Hanya pasien dengan kondisi penyakit yang sesuai dengan

isi leaflet yang biasanya mendapatkan leaflet tersebut. Informasi yang tertera pada

leaflet antara lain mengenai obat-obatan tertentu dengan penggunaan khusus serta

informasi yang memang sangat dibutuhkan oleh pasien.

Sumber informasi yang digunakan oleh kedua responden (Apoteker A

dan Apoteker B) dalam memberikan pelayanan informasi obat antara lain ISO,

MIMS, Medscape dan referensi-referensi lain dari internet. Evaluasi sumber

informasi yang digunakan dalam pelayanan informasi obat oleh responden yaitu

meng-update aplikasi Medscape secara berkala, serta memperbarui edisi-edisi

buku-buku teks seperti ISO dan MIMS. Apoteker A dan Apoteker B selalu meng-

update referensi-refernsi yang diperoleh dari internet apakah referensinya ini

sudah edisi terbaru atau masih edisi yang lama sehingga layak digunakan untuk

menjadi acuan dalam melakukan pelayanan informasi obat.

Setelah selesai memberikan pelayanan informasi obat, kedua responden

biasanya melakukan dokumentasi yang masih tersimpan hingga saat ini.

Dokumentasi yang dilakukan telah sesuai berdasarkan pedoman pelayanan

informasi obat di Puskesmas yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan

No. 74 tahun 2016 yang memuat tentang tanggal dan waktu pertanyaan

dimasukan, metode penyampaian pertanyaan, identitas penanya, kontak personal

penanya, status penanya, data pasien, pertanyaan yang diajukan, jenis pertanyaan

yang diajukan, jawaban atas pertanyaan, referensi yang digunakan, lama

penelusuran informasi, Apoteker yang menjawab pertanyaan, tanggal dan waktu

penyampaian informasi, dan metode penyampaian jawaban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

16

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Apoteker A dan

Apoteker B terkait dengan dokumentasi pelayanan informasi obat:

Apoteker A.

“Ya mas ada. Dukumentasinya nanti menurut yang permenkes 74 tahun

2016. Kayak misalnya dijawab langsung atau tidak. Refensinya apa kayak

gitu-gitu itu selalu kita tulis mas. Cuman kadang itu kita nggak langsung

bikin dokumentasinya pas selesai PIO, karenankan pasiennya banyak ya

mas jadi kalau misalkan kayak gitu itu kita biasanya minta tanda tangan

dulu. Nanti kalau sudah selesai pelayanan baru kita isi dokumentasinya.”

Apoteker B.

“Iya mas, kita selalu melakukan dokumentasi saat pemberian informasi

obat kepada pasien, kita punya ceklistnya yang harus kita isi. Jadi kita

selalu mengisis form ceklist tersebut dan untuk arsip dokumentasinya kita

simpan dilemari arsip kita sendiri. Jadi disini kita punya lemari khusus

untuk menyimpan dokumentasinya itu mas.”

b. Konsultasi obat

Pelayanan konsultasi obat di Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta

masih belum bisa terlaksana dengan baik karena belum tersedia ruangan khusus

untuk pasien yang datang untuk berkonsultasi dengan Apoteker terkait

pengobatan. Hal ini disebabkan karena memang keterbatasan jumlah ruangan

yang ada di Puskesmas. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Apoteker

A dan Apoteker B.

Apoteker A:

“Kalau itu, di Puskesmas sini belum ada ruangan khusus. Jadi untuk PIO

itu kita disini masih gabung sama ruangan penyerahan obat.”

Apoteker B:

“Nahh, ini yang menjadi kendala kami ya mas disini, untuk pelayanan

informasi obat kan harusnya ada ruangan khusus terutama untuk

konseling, tetapi disini belum tersedia karena keterbatasan ruangan. Jadi

untuk konselingnya itu kami berikan di ruangan ini. Kami sebisa mungkin

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasiennya.”

Berdasarkan hasil penelitian, belum terdapat sarana fisik berupa ruangan

konsultasi yang disediakan oleh Puskesmas untuk mendukung pelayanan

informasi obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016, harus

terdapat ruangan khusus untuk melakukan konseling kepada pasien. Jika tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

17

memungkinkan maka ruangan konsultasi obat dapat digabungkan dengan ruangan

yang lain tetapi harus terdapat pemisahan yang jelas. Akan tetapi berdasarkan

pengamatan yang dilakukan belum terdapat pemisahan khusus antara fungsi

ruangan.

Berikut adalah tabel yang berisi teknis pelayanan informasi obat di

Puskesmas.

Tabel III. Teknis pelayanan informasi obat

Responden Waktu

Konseling Kegiatan lain

Sumber

Informasi

Evaluasi

Sumber

Informasi

Dokumentasi

A

Dilayani

pada jam

kerja

- Memberikan

leaflet

- Memberikan

penyuluhan

- Menjawab

pertanyaan

dari tenaga

medis lain

- ISO

- MIMS

- Medscape

- Sumber

lain Dilakukan Dilakukan

B

Dilayani

pada jam

kerja

- Memberikan

leaflet

- Memberikan

penyuluhan

- Menjawab

pertanyaan

dari tenaga

medis lain

- ISO

- MIMS

- Medscape - Sumber

lain Dilakukan Dilakukan

C. Hasil Evaluasi Informasi Obat

Berdasarkan hasil penelitian, Apoteker A dan Apoteker B menyampaikan

informasi obat yang lazim yang diberikan kepada pasien yaitu terkait dengan

waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara penggunaan obat, efek

samping obat, interaksi obat, cara penyimpanan obat dan cara pembuangan obat.

Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 2 Apoteker dan 3 orang pasien.

1. Hasil wawancara dengan responden (Apoteker)

a. Hasil evaluasi terkait waktu penggunaan obat

Berdasarkan hasil penelitian, Apoteker A dan Apoteker B telah

menyampaikan informasi terkait dengan waktu penggunaan obat kepada pasien

yang datang untuk mendapatkan pelayanan dari Apoteker yaitu mengenai durasi

waktu minum obat dalam sehari dan dijelaskan mengenai setiap berapa jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

18

obatnya harus dikonsumsi oleh pasien, diminum ketika pagi hari, siang, sore atau

malam dan juga dijelaskan mengenai obatnya diminum sebelum makan, sesudah

ataupun bersamaan dengan makan. Berikut adalah hasil wawancara dengan kedua

responden (Apoteker).

“Apoteker A: Kalau untuk itu kita kasi informasi yang seperlunya yang

dibutuhkan ya mas, jadi misalnya kalau pasien dapat merformin harus

minumnya misalnya habis 2 suapan makan atau apa nanti kita jelaskan.

Terus misalnya sebelum atau sesudah makan itu berapa menit seperti itu

mas. Kemudian juga obatnya ini diminum pagi siang atau malam itu kita

jelaskan juga mas. Kalau untuk antibiotik itu kita selalu buatkan jamnya”.

“Apoteker B: Untuk waktu penggunaan obatnya ya kita jelaskan mengenai

waktu minum obat itu misalkan diminum tiap berapa jam, atau waktu

minum obat misalnya baik digunakan di pagi hari, siang, sore atau malam,

yang paling penting itu diminum sebelum atau sesudah makan. Dan di

etiketnya juga sudah kita tulis”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 saat

melakukan konseling kepada pasien, Apoteker harus menyampaikan informasi

terkait dengan waktu penggunaan obat. Informasi yang lazim yang diperlukan

oleh pasien terkait dengan waktu penggunaan obat yaitu berapa kali obat

digunakan dalam sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal

ini apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dengan kedua responden (Apoteker), keduanya telah

menyampaikan informasi terkait dengan waktu penggunaan obat yang dibutuhkan

oleh pasien yang meliputi obat yang didapatkan oleh pasien diminum pada saat

pagi, siang, sore atau malam dan obatnya diminum sebelum atau sesudah makan

atau bersamaan dengan makan dan berapa kali obat digunkana dalam sehari.

b. Hasil evaluasi terkait dengan lama penggunaan obat

Berdasarkan hasil penelitian, Apoteker A dan Apoteker B menyampaikan

informasi mengenai lama penggunaan obat kepada pasien yaitu tentang kapan

obat harus digunakan, sampai kapan obatnya digunakan, dan kapan obat tersebut

harus dihentikan penggunaannya. Berikut adalah hasil wawancara dengan kedua

responden (Apoteker).

“Apoteker A: Kalau yang itu mas untuk pasien yang rutin misalnya kena

diabetes atau hipertensi kita tekakankan untuk setiap hari minum obat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

19

kemudian kita minta untuk datang kontrol kesini lagi. Tapi kalau misalkan

yang obatnya yang prn (prorenata) itu misalnya obatnya ibuprofen itu

diminum pas pusing saja kalau misalkan tidak pusing tidak usa diminum

lagi. Kayak gitu. Kemudian untuk yang antibiotik misalkan ini dimunum 5

hari kayak gitu”.

”Apoteker B: Terkait dengan lama penggunaan obatnya kalau yang

antibiotik itu kan ya harus dihabiskan ya mas. Kemudian untuk obat-obat

yang lain seperti obat penurun panas ya kita sarankan untuk

menggunakannya pada saat panas saja, kemudian jika sudah terasa sembuh

ya boleh dihentikan penggunaannya”.

Menurut PMK No.74 tahun 2016 salah satu informasi yang penting saat

melakukan konseling kepada pasien adalah informasi terkait dengan lama

penggunaan obat. Informasi yang dibutuhkan oleh pasien terkait dengan lama

penggunaan obat yaitu apakah selama keluhan masih ada atau obatnya harus

dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan

untuk mencegah timbulnya resistensi (Depkes RI, 2008). Berdasarkan hasil

penelitian Apoteker A dan Apoteker B telah menyampaikan informasi terkait

lama penggunaan obat kepada pasien yang meliputi pada saat kapan obat harus

digunakan dan kapan obat harus dihentikan penggunaannya.

c. Hasil evaluasi terkait dengan cara penggunaan obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Apoteker A dan Apoteker B

menyampaikan informasi mengenai cara penggunaan masing-masing obat

terutama untuk sedian obat yang membutuhkan cara penggunaan khusus. Berikut

adalah cuplikan hasil wawancara dengan Apoteker A dan Apoteker B.

“Apoteker A: Kalau untuk cara pengunaan obat sendiri, kita lihat dulu

sediaan obat yang didapatkan pasien. Jadi misalkan suppo itu kita tanyakan

dulu sudah pernah pakai ini sebelumnya atau tidak. Kalau misalkan belum

pernah kita ada kasi leaflet sambil kita jelaskan cara pakainya gitu mas.

Kita jelaskannya seperti itu mas, kalau pasiennya sudah merasa jelas

biasanya saya meminta pasien untuk mengulangi lagi. Dipastikan pasiennya

benar-benar mengeri. Terus nanti kita kasi leaflet kalau misalkan nanti di

rumah lupa”.

“Apoteker B: Ya kalau untuk cara penggunaan obatnya itu ya mas ya. Kita

lihat dulu obat apa yang di dapat oleh pasiennya misalkan pasiennya dapat

suppo ya kita jelaskan cara penggunaannya sambil kita menunjukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

20

gambarnya juga. Setelah kita menjelaskan kita juga memberikan leafletnya

terkait dengan cara penggunaan supponya itu”.

Menurut PMK No.74 tahun 2016, cara penggunaan obat adalah informasi

yang harus diberikan kepada pasien pada saat Apoteker melakukan konseling.

Cara penggunaan obat yang benar akan menetukan keberhasilan dalam

pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapatkan penjelasan dari Apoteker

mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi

tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat

semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina

(Depkes RI, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dari kedua responden (Apoteker) telah

menyampaikan informasi terkait dengan cara penggunaan obat terutama obat

dengan cara penggunaan khusus.

d. Hasil evaluasi terkait dengan efek samping obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Apoteker A dan Apoteker B

menyampaikan informasi terkait dengan efek samping obat yaitu tentang nama

sediaan yang diterima oleh pasien, kemudian efek samping yang mungkin timbul

setelah penggunaan obat tersebut dan langkah apa yang harus dilakukan oleh

pasien ketika efek samping obat itu muncul. Berikut adalah cuplikan hasil

wawancara dengan Apoteker A dan Apoteker B.

“Apoteker A: Kalau efek samping biasanya kita beritahunya yang umum

saja misalnya obat NSAID pereda nyeri, misalnya itu kita anjurkan untuk

pasiennya minum obatnya sesudah makan ya bu takutnya nanti perutnya

sakit gitu. Jadi kita nggak omong yang ESOnya gini kayak gitu kadang itu

terlalu gimana ya mas, takutnya nanti pasiennya takut menggunkan

obatnya. Jadi kita agak perhalus bahasanya kayak gitu mas”.

“Apoteker B: Terkait dengan efek samping obat balik lagi tergantung dari

jenis obatnya ya mas, misalnya obatnya CTM, ya kita jelaskan obatnya ini

efek sampingnya ngantuk jadi kita anjurkan untuk tidak berkendara dulu

setelah menggunakan obat ini seperti itu mas. Jadi selalu kita jelaskan ya

mas ya agar pasien tidak kaget ataupun bingung, dan tahu apa yang harus

dilakukan selanjutnya begitu mas”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

21

Menurut PMK No. 74 tahun 2016 ketika melakukan konseling kepada

pasien, informasi terkait dengan efek samping obat harus dijelaskan oleh

Apoteker. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat,

mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna, dan

sebagainya (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian informasi terkait dengan efek samping obat

telah dijelaskan oleh Apoteker A dan Apoteker B. Informasi yang diberikan oleh

kedua responden (Apoteker) meliputi efek samping yang akan muncul setelah

penggunaan obat dan cara untuk pengatasannya.

e. Hasil evaluasi terkait dengan interaksi obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Apoteker A dan Apoteker B

menyampaikan interaksi obat kepada pasien yang memang mendapatkan obat-

obat yang memungkinkan terjadinya interaksi obat. Informasi yang disampaikan

kepada pasien apabila terdapat interaksi obat yaitu menyampaikan nama obat

yang memiliki interaksi, memberikan saran kepada pasien tentang apa yang harus

dilakukan, serta hal-hal yang harus dihindari. Berikut merupakan cuplikan hasil

wawancara dengan Apoteker A dan Apoteker B.

“Apoteker A: Kalau tentang itu ya mas, kita biasanya ngasi tau kalau

memang itu ada interaksi. Jadi biasanya kan kalau misalkan ada interaksi

kita sudah telpon dokternya. Jadi misalkan keluar tu kayak ciprofloxacin

sama simvastatin itukan ada interaksinya jadi kita langsung konsul dulu

sama dokternya. Dokter ini ada interaksinya ni, gimana tetap dikasi atau

gimana nanti kalau misalkan dokternya bilang ini memang harus dikasi

berartikan harus dimonitoring pasiennya kayak gitu. Tapi kalau misalkan

dokternya juga bilang oh iya ya mbak ada interaksi berarti pengobatan

yang ini ditunda dulu aja mbak misalnya kayak gitu. Jadi kita sudah

konfirmasi dulu ke dokternya. Tapi kalau misalkan itu sudah muncul

sendiri. Misalkan di pasiennya setelah minum obat itu ada interaksinya

biasanya kan pasiennya kembali kesini lagi kan. Nanti kita masuknya di

MESO. Jadi nanti mereka akan ditelusur obat mana yang menyebabkan

seperti itu, Begitu mas”.

“Apoteker B: Kalau untuk interaksinya itu eh misalnya obat asam urat ya

biasanya saya tanya dulu ke pasiennya masih ada nyeri nggak, kalau masih

ada nyeri ya saya anjurkan untuk minum dulu obat anti nyerinya dulu nanti

kalau nyerinya sudah hilang baru boleh minum obat asam uratnya. Karena

obat asam urat dan obat nyeri itu kan ada interaksinya kalau diminum

secara bersamaan. Jadi itu juga ya tergantung kondisi pasiennya ya mas ya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

22

Berdasarkan petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di

Puskesmas yang mengacu pada PMK No. 74 tahun 2016 ketika melakukan

konseling kepada pasien, Apoteker harus menyampaikan informasi terkait dengan

interaksi obat. Informasi yang diberikan terkait dengan interaksi obat adalah

interaksi obat dengan obat lain atau interaksi dengan makanan tertentu (Depkes

RI, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan wawancara, kedua

responden telah menyampaikan informasi terkait dengan interaksi obat. Adapun

informasi yang diberikan oleh kedua responden (Apoteker) adalah nama obat

yang memiliki interaksi dan hal-hal yang harus dihindari.

f. Hasil evaluasi terkait cara penyimpanan obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Apoteker A dan Apoteker B

menyampaikan informasi tentang cara penyimpanan obat yaitu tentang jenis

sediaan obat yang didapat oleh pasien dan bagaimana cara untuk menyimpan obat

tersebut. Biasanya informasi yang diberikan oleh responden (Apoteker) yaitu

berupa informasi yang umum saja misalnya simpan disuhu ruang dan tidak boleh

terkena sinar matahari langsung, ataupun ada obat-obat yang penyimpanannya

harus dikulkas. Berikut cuplikan hasil wawancara dengan Apoteker A dan

Apoteker B.

“Apoteker A: Kalau penyimpanan obat itu mas, misalkan pasiennya dapat

sirup kayak gitu biasanya kita kasi tau bu ini disimpan di suhu ruangan tapi

tidak terkena sinar matahari, seperti itu mas”.

“Apoteker B: Kalau untuk penyimpanannya ya balik lagi tadi kita lihat dulu

jenis obat yang di dapat oleh pasiennya. Kalau misalkan obatnya tablet

misalnya ya kita anjurkan untuk menyimpannya di suhu ruangan saja dan

terhindar dari sinar matahari langsung. Ataupun obat yang perlu

simpannya di kulkas ya kita sarankan agar pasiennya bisa menyimpan

obatnya di kulkas. Jadi selalu kita informasikan ya mas ya”.

Menurut PMK No. 74 tahun 2016 pada saat Apoteker memberikan

konseling kepada pasien, informasi terkait dengan cara penyimpanan obat harus

dijelaskan sehingga obat yang dipeoleh pasien tidak mudah rusak. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan, kedua responden (Apoteker) telah menyampaikan

cara penyimpanan obat yang benar kepada pasien. Adapun informasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

23

diberikan oleh kedua responden (Apoteker) adalah jenis obat dan cara

penyimpanannya.

g. Hasil evaluasi terkait cara pemusnahan obat

Berdasarkan penelitian, Apoteker A dan Apoteker B menyampaikan

informasi mengenai cara pemusnahan obat yaitu tergantung jenis obat yang

didapatkan oleh pasien, misalkan pasiennya mendapatkan sirup atau tablet, disini

responden menjelaskan langkah-langkah yang tepat untuk memusnakan obat

tersebut sehingga tidak disalah gunakan. Berikut cuplikan hasil wawancara

dengan Apoteker A dan Apoteker B.

“Apoteker A: Kalau yang itu ya mas, kalau misalkan yang sirup antibiotik

kan kadang sisa kan ya. Nanti biasanya kita kasi tau ini diencerkan dulu

penggunakan air kemudian dibuang di tempat sampah, etiketnya di lepas

dulu kemudian baru dibuang. Tapi kalau yang tablet itu kan kan ed (expired

date) nya itu panjang kalau itu kami anjurkan ke pasien untuk

menghancurkannya kemudian dikubur dalam tanah. Kayak gitu mas”.

“Apoteker B: Kalau untuk cara pembuangan obatnya ya mas itu sering

sekali saya sampaikan kepada pasiennya untuk tidak membuang obatnya ini

sembarang. Kalau yang misalnya obatnya tablet ya saya jelaskan untuk

menguburkan dalam tanah kemudian kalau obatnya berbentuk sirup ya saya

jelaskan untuk buangnya itu di air mengalir seperti itu mas. Kemudian saya

juga jelaskan untuk etiketnya itu dilepas dulu baru di buang”.

Menurut Aulia, Nasyanka, dan Na’imah (2020) tata cara pembuangan

obat yang tepat dan benar adalah penghancuran obat kemudian ditimbun dalam

tanah untuk obat padat sedangkan obat cair dibuang dengan cara mengencerkan

obat tersebut dan dicampurkan dengan bahan lainnya dengan tanah atau pasir.

Selanjutnya, untuk menghindari penyalahgunaan obat maka etiket harus dilepas

sebelum membuang obat tersebut. Kemasan box atau dus dan tube sebaiknya

digunting atau dipotong dahulu sebelum dimusnahkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Apoteker A

dan Apoteker B telah menyampaikan informasi terkait dengan cara pembuangan

obat yang benar. Adapun informasi yang diberikan oleh kedua responden adalah

jenis obat dan cara yang tepat untuk membuang obat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

24

2. Hasil wawancara dengan responden (Pasien)

Responden (pasien) yang diwawancarai sebanyak 3 orang. Jumlah

pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu sebanyak 11 pertanyaan. Dari

ketiga responden yang diwawancarai dan dari 11 pertanyaan yang diajukan

kepada responden terdapat 3 pertanyaan yang menurut pasien belum pernah

mendapatkan informasi tersebut dari Apoteker yaitu pada pertanyaan nomor 2

tentang apakah pernah mendapatkan leaflet terkait informasi obat, kemudian

pertanyaan nomor 9 tentang interaksi obat dan pertanyaan nomor 11 tentang cara

pemusnahan obat.

Pertanyaan nomor 2 mengenai apakah pernah mendapatkan leaflet terkait

dengan informasi obat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Apoteker, Apoteker

hanya memberikan leaflet kepada pasien yang mendapatkan obat dengan

penggunaan khusus. Obat-obat dengan penggunaan khusus seperti obat

suppositoria, inhaler, insulin, obat tetes mata dan lain-lain. Semua responden

(pasien) yang diwawancarai sama sekali belum pernah mendapatkan leflet dari

Apoteker. Hal ini dikarenakan responden (pasien) mendapatkan obat yang tidak

memerlukan penggunaan khusus.

Pertanyaan nomor 9 mengenai interaksi obat. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Apoteker, informasi terkait interaksi obat diberikan oleh

Apoteker kepada pasien kalau obat yang didapatkan oleh pasien benar-benar

mempunyai interakasi. Ketiga responden (pasien) yang diwawancarai tidak

mendapatkan informasi dari Apoteker terkait dengan interaksi obat. Hal ini

dikarenakan tidak semua obat yang didapatkan oleh pasien mempunyai interaksi

obat, hanya obat-obat tertentu saja yang mempunyai interaksi obat. Menurut

Mulyani (2006) informasi mengenai interaksi obat harus diberikan oleh Apoteker

kepada dokter penulis resep dan kepada pasien agar interaksi obat dapat

terhindarkan dan pengobatan yang didapatkan oleh pasien bisa lebih optimal.

Pertanyaan nomor 11 mengenai cara pemusnahan obat. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Apoteker, informasi mengenai cara pemusnahan obat telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

25

diberikan. Akan tetapi berdasakan hasil wawancara dengan responden (pasien),

ketiga responden ini sama sekali belum pernah mendapatkan informasi terkait

dengan cara pemusnahan obat. Hal ini dikarenakan mungkin pada saat ketiga

pasien ini mendapatkan pelayanan informasi obat, Apotekernya lupa untuk

memberikan informasi terkait cara pemusnahan obatnya, atau Apotekernya

merasa tidak perlu lagi karena Apotekernya sudah memberikan informasi ini pada

saat melakukan penyuluhan di puskesmas atau pada saat melakukan penyuluhan

dimasyarakat. Cara pemusnahan obat yang benar harus disampaikan oleh

Apoteker kepada pasien, karena pembuangan obat secara sembarangan dapat

memberikan kesempatan orang lain untuk menyalahgunakan obat tersebut. Hasil

wawancara dengan responden (pasien) dapat dilihat pada rangkuman tabel berikut

ini.

Berikut ini adalah rangkuman dari berbagai jenis informasi yang

disampaikan oleh Apoteker A dan Apoteker B dan rangkuman hasil wawancara

dengan pasien. Hasil informasi yang disampaikan dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel IV. Hasil wawancara dengan Responden terkait informasi obat

Hasil wawancara dengan Apoteker

No Komponen Informasi Obat

Apoteker A Apoteker B

Disampaikan Tidak

disampaikan Disampaikan

Tidak disampaikan

1 Waktu Penggunaan Obat - -

2 Lama Penggunaan Obat - -

3 Cara Penggunaan Obat - - 4 Efek Samping Obat - -

5 Interaksi Obat - -

6 Cara Penyimpanan Obat - -

7 Cara Pembuangan Obat - -

Hasil wawancara pasien terkait dengan informasi obat

No Nama Pertanyaan (No kode)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 P1 × × ×

2 P2 × × ×

3 P3 × × × Keterangan: = Telah disampaikan , ×= tidak disampaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

26

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Apoteker telah memberikan informasi yang harus didapatkan oleh pasien pada

saat melakukan pelayanan informasi obat yang mengacu pada Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di Puskesmas.

2. Informasi yang belum didapatkan oleh pasien yaitu mengenai interaksi obat,

cara pemusnahan obat yang benar dan pernah atau tidak mendapatkan leaflet

mengenai informasi obat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat

diberikan yaitu perlu adanya peningkatan peran Apoteker dalam edukasi pasien

terkait interaksi obat, cara pemusnahan obat yang benar dan pemberian leaflet

mengenai informasi obat kepada pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

27

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., 2008. Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 12(2), 138-139.

Anufia, B., Alhamid, T., 2019. Instrumen Pengumpulan Data. Ekonomi Islam, 13-

14.

Aulia, R., Nasyanka, A.L., Na’imah, J., 2020. Monitoring Pengetahuan Tanya 5O

dan Dagusibu Obat yang Benar pada Ibu PKK RT/RW 003/003 Desa

Kedanyang, Kebomas, Gresik. Academics in Action Journal, 2(1), 15-16.

Ayuningsasi, A.A.K., Sasmitha, N.P.R., 2017. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Pada Industri Kerajinan Bambu Di

Desa Belega Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Unud, 6(1), 69-70.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Puskesmas, Jakarta.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2008. Modul Tot Pelayanan

Kefarmasian Di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Galistiani, G.F., Kusuma, A.M., Gibran, N.C., Hanggara, S.L., 2017. Pengaruh

Keberadaan Apoteker Terhadap Mutu Pelayanan Kefarmasian Di

Puskesmas Wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kefarmasian

Indonesia, 7(1), 68-75.

Mamik., 2015. Metodologi Kualitatif. Zifatama Publishing, Sidoarjo, 53.

Maria, S., Pongtuluran, Y., Maringan, K., 2016. Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Sikap Kerja Dan Keterampilan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Pt. Wahana Sumber Lestari Samarinda. Jurnal Ekonomi dan keuangan,

13(2), 135-140.

Mulyani, U.A., 2006. Peran Serta Profesi Farmasi Dalam Permasalahan Yang

Terkait Dengan Terapi Obat Tuberkulosis Pada Anak. Peneiiti

Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, 102-104.

Novitasari, A.L., 2016. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di

Instalasi Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Prastiwi, I.L.R., Rahmadanik, D., 2020. Polemik Dalam Karir Perempuan

Indonesia. Jurnal Komunikasi Dan Kajian Media, 4(1), 2-5.

Prihandiwati, E., Muhajir, M., Alfian, R., Feteriyani, R, 2018. Tingkat Kepuasan

Pasien Puskesmas Pekauman Banjarmasin Terhadap Pelayanan

Kefarmasian, Journal of Current Pharmaceutical Sciences (JCPS), 1(2),

64.

Purnomo, A., Sampurno., Rachmandani, A.A., 2011. Peran Ikatan Apoteker

Indonesia (IAI) Dalam Upaya Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Apotek Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal

Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 1(2), 103-109.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

28

Sayidah, N., 2018. Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya

Dalam Penelitian. Zifatama Jawara, Sidoarjo, 146.

Ukkas, I., 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Industri Kecil kota Palopo. Journal of Islamic Education Management,

2(2), 189-191.

Wahyudi, R., 2010. Uji Validitas Dan Reliabilitas Dengan Pendekatan

Konsistensi Internal Kuesioner Pembukaan Program Studi Statistika

Fmipa Universitas Bengkulu. Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Bengkulu.

Yamada, K., Nabeshima, T., 2015. Pharmacist-managed Clinics For Patient

Education And Counseling In Japan: Current Status And Future Perspectives.

Journal of Pharmaceutical Health Care and Science (JPHCS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

29

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

30

Lampiran I. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

31

Lampiran II. Surat Izin Puskesmas Depok I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

32

Lampiran III. Surat Izin Puskesmas Kalasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

33

Lampiran IV. Surat Permohonan Menjadi Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :Porfirios Menga Renggo

NIM : 168114101

Alamat : Jl. Melati No. 6, Timbulrejo, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang akan

melakukan penelitian untuk (skripsi) dengan judul “Evaluasi Pelayanan Informasi

Obat Pada Pasien Di Instalasi Famasi Puskesmas Di Kabupaten Sleman

Yogyakarta”.

Penelitian tidak akan menimbulkan dampak bagi responden, semua

informasi akan dijaga kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian. Apabila selama penelitian terdapat hal-hal yang tidak

diinginkan maka Anda berhak untuk mengundurkan diri.

Apabila Anda menyetujui maka saya mohon untuk menandatangani

lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan

bersama surat ini. Demikian permohonan ini, atas perhatian, kerjasama dan

kesediaanya untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini saya

ucapkan terima kasih.

Yogyakarta,.....................2020

Peneliti

( Porfirios Menga Renggo )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

34

Lampiran V. Lembar Pesetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama,

saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien

Di Instalasi Famasi Puskesmas Di Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak bersifat negatif dan

merugikan bagi diri saya. Oleh karena itu, saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Yogyakarta,……..............2020

Responden

(……………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

35

Lampiran VI. Daftar Panduan Wawancara Responden (Apoteker)

DAFTAR PANDUAN WAWANCARA UNTUK APOTEKER

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir : Profesi Apoteker/ S-2/ S-3

Lama Bekerja (di Puskesmas ini) :…………………..Tahun

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Apoteker

I. Profesi Apoteker

1. Berapa lama waktu kehadiran di Puskesmas?

2. Berapa lama waktu yang disediakan dalam pelayanan informasi obat?

3. Apakah anda selalu terlibat aktif dalam memberikan pelayanan informasi obat?

II. Pelayanan Informasi Obat yang Diberikan Oleh Responden

1. Seperti apa sistem kerja yang dilakukan dalam pelayanan informasi obat di

puskesmas ini? Contoh: Pembagian jam kerja, kemudian siapa yang bertugas di

bagian logistik.

2. Apa saja sarana fisik yang disediakan untuk mendukung pelayanan informasi

obat ?

3. Apa saja kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan di Puskesmas,

sebutkan? Contoh: menjawab pertanyaan dari tenaga medis lain, kemudian

menerbitkan leaflet.

4. Apakah sumber informasi yang digunakan dalam pelayanan informasi obat?

5. Bila menggunakan sumber pustaka, bagaimana evaluasi yang dilakukan?

6. Apakah setelah selesai melakukan pelayanan informasi obat dilakukan

dokumentasi?

7. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait waktu penggunaan

obat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

36

8. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait lama penggunaan

obat?

9. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait cara penggunaan

obat?

10. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait efek samping obat?

11. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait interaksi obat?

12. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait cara penyimpanan

obat ?

13. Apakah setelah memberikan obat kepada pasien, diberitahukan juga tentang

cara pembuangan obat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

37

Lampiran VII. Daftar Panduan Wawancara Responden (Pasien)

PANDUAN WAWANCARA UNTUK PASIEN

Identitas Responden (Pasien)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir : SD Akademisi/Diploma

SLTP/ SMP Sarjana

SLTA/ SMA

Hubungan dengan Pasien : Pasien/ Diri Sendiri

Keluarga Pasien

Perawat Pasien

Lainnya (………………….)

Pekerjaan : Petani

Pedagang

Pengusaha

Pelajar

PNS

Lainnya (………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

38

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Pasien

1. Sudah berapa kali Bapak/Ibu datang berobat dipuskesmas ini?

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan leaflet atau browsur dari Puskesmas

yang berisi tentang informasi obat?

3. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan waktu penggunaan

obat ?

4. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan berapa kali obat

digunakan dalam sehari?

5. Apakah Apoteker juga memberikan informasi terkait dengan waktu

penggunaan obat dalam hal ini apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam?

Dan juga apakah Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang obatnya diminum/

digunakan sebelum atau sesudah makan?

6. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan lama penggunaan

obat? Informasi apa yang Bapak/Ibu terima dari Apoteker terkait dengan lama

penggunaan obat?

7. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan cara penggunaan obat?

Kemudian informasi apa saja yang didapatkan terkait dengan cara penggunaan

obatnya?

8. Apakah setelah mendapatkan obat, Apotekernya memberikan informasi tentang

efek samping obat yang diterima? Seperti efek yang tidak di inginkan dari

penggunaan obat?

9. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan Interaksi obat?

Contohnya itu apakah Bapak/Ibu diberikan informasi terkait dengan interaksi

obat dengan obat, kemudian obat dengan makanan?

10. Apakah Apoteker memberikan informasi terkait dengan cara penyimpanan

obat ? informasi apa yang Bapak/Ibu terima dari Apoterker terkait dengan

cara penyimpanan obat yang baik?

11. Apakah setelah mendapatkan obat Apotekernya memberikan informasi terkait

dengan cara pemusnahan obat yang benar? Contohnya itu dikuburkan atau

dibakar dan lain sebagainya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

39

Lampiran VIII. Hasil Wanwancara Dengan Responden (Apoteker)

Hasil wawancara dengan responden (Apoteker)

Apoteker A

1. Nama : apt. AF, S.farm

2. Umur : 31 Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pendidikan Terakhir : Profesi Apoteker

5. Lama Bekerja (di Puskesmas) : 5 Tahun

Bagian I

No Kode

pertanyaan Jawaban

1 1 6-7 jam.

2 2 Waktu yang diperlukan untuk PIO tidak menentu, tergantung

tingkat pemahaman dari pasien.

3 3 Responden merupakan satu-satunya Apoteker di Puskesmas

sehingga responden selalu terlibat aktif dalam memberikan PIO.

Bagian II

No Kode

pertanyaan Jawaban

1 1 Untuk sistem kerjanya bagian farmasi klinik menjadi tanggung

jawab responden (Apoteker), sedangkan bagian logistik menjadi

tanggung jawab asisten Apoteker tetapi responden (Apoteker) tetap

sebagai koordinatornya.

2 2 Sarana fisik yang disediakan untuk melakukan PIO adalah buku-

buku referensi yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

di Puskesmas ini belum terdapat ruangan khusus untuk konseling.

Ruangan untuk PIO masih gabung dengan ruangan penyerahan

obat.

3 3 Selain memberikan PIO kepada pasien, responden juga menerbitkan

leaflet untuk obat-obat dengan penggunaan khusus, melakukan

penyuluhan, kemudian menjawab pertanyaan dari tenaga medis lain.

4 4 Sumber informasi yang digunakan oleh responden dalam

memberikan PIO adalah Medscape dan literature dari internet.

5 5 Evaluasi sumber informasi yang digumakan yaitu meng-update

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

40

aplikasi Medscape .

6 6 Responden selalu melakukan dokumentasi setiap kali selesai

melakukan PIO.

7 7 Mengenai waktu penggunaan obat, responden menjelaskan tentang

obatnya di minum pada waktu pagi, siang, sore atau malam hari.

Kemudian responden juga menjelaskan tentang obatnya diminum

berapa menit sebelum makan, pada saat makan atau setelah makan.

8 8 Informasi yang diberikan oleh responden kepada pasien terkait

dengan lama penggunaan meliputi kapan obat harus digunakan,

sampai kapan obat harus digunakan, pada saat apa obat tersebut

harus digunakan dan sampai kapan pengobatan harus dihentikan.

9 9 Informasi yang diberikan oleh responden mengenai cara

penggunaan obat yaitu tergantung dari jenis obat yang didapatkan

oleh pasien. Kalau misalkan pasien mendapatkan obat dengan cara

penggunaan khusus maka reponden akan menjelaskan sambil

menunjukan gambar dan juga bisa memperagakan cara penggunaan

obat tersebut.

10 10 Mengenai efek samping obat, responden menjelaskan efek samping

obat yang umum-umum saja dan bagaimana cara pengatasannya.

11 11 Informasi yang diberikan oleh responden mengenai interaksi

obat yaitu responden biasanya menjelaskan kalau memang

obat yang didapatkan mempunyai interaksi. Dan bagaimana

cara yang harus dilakukan ketika interaksi itu muncul.

12 12 Mengenai cara penyimpanan obat, responden menjelaskan cara-cara

yang benar untuk menyimpan obat tersebut. Misalkan disimpan

disuhu ruang atau bisa jadi disimpan disuhu yang dingin (kulkas).

13 13 Informasi yang diberikan mengenai cara pemusnahan obat yaitu

cara-cara yang tepat untuk membuang tablet, sirup dll.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

41

Apoteker B

1. Nama : apt. ND, S.farm

2. Umur : 40 Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pendidikan Terakhir : Profesi Apoteker

5. Lama Bekerja (di Puskesmas) : 10 Tahun

Bagian I

No Kode

pertanyaan Jawaban

1 1 6-7 jam.

2 2 Waktu yang diperlukan untuk PIO yaitu 15 menit untuk sediaan non

racikan dan 30 menit untuk sediaan racikan.

3 3 Responden merupakan satu-satunya Apoteker di Puskesmas

sehingga responden selalu terlibat aktik dalam memberikan PIO.

Bagian II

No Kode

pertanyaan Jawaban

1 1 Untuk sistem kerjanya, di Puskesmas ini terdapat 3 orang tenaga

farmasi 1 orang Apoteker dan 2 orang asisten Apoteker dimana

sudah dibebankan dengan tugasnya masing-masing. Ada yang

bertugas dibagian rawat jalan (2 orang) dan 1 orang bertugas di poli

covid. Yang bertanggung jawab atas bagian logistik adalah

responden (Apoteker).

2 2 Sarana fisik yang disediakan untuk melakukan PIO di Puskesmas

adalah buku-buku referensi yang dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan di Puskesmas ini belum terdapat ruangan khusus

untuk konseling. Ruangan untuk PIO masih gabung dengan ruangan

penyerahan obat.

3 3 Selain memberikan PIO kepada pasien, responden juga menerbitkan

leaflet untuk obat-obat dengan penggunaan khusus, melakukan

penyuluhan, kemudian menjawab pertanyaan dari tenaga medis lain.

4 4 Sumber informasi yang digunakan oleh responden dalam

memberikan PIO adalah MIMS, ISO, Medscape dan literature lain

dari internet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

42

5 5 Evaluasi sumber informasi yang digunakan yaitu meng-update

aplikasi Medscape dan memperhatikan edisi-edisi terbaru dari

sumber informasi yang digunakan.

6 6 Responden selalu melakukan dokumentasi setiap kali selesai

melakukan PIO dan mempunyai lemari arsip tersendiri untuk

menyimpan hasil dokumentasinya.

7 7 Mengenai waktu penggunaan obat, responden menjelaskan tentang

obatnya di minum pada waktu pagi, siang, sore atau malam hari.

Kemudian responden juga menjelaskan tentang obatnya diminum

berapa menit sebelum makan, pada saat makan atau setelah makan

sambil menunjukan etiketnya karena dietiket sudah tertera waktu-

waktu untuk mengkonsumsi obat tersebut.

8 8 Informasi yang diberikan oleh responden kepada pasien terkait

dengan lama penggunaan meliputi kapan obat harus digunakan,

sampai kapan obat harus digunakan, pada saat apa obat tersebut

harus digunakan dan sampai kapan pengobatan harus dihentikan.

9 9 Informasi yang diberikan oleh responden mengenai cara

penggunaan obat yaitu tergantung dari jenis obat yang didapatkan

oleh pasien. Kalau misalkan pasien mendapatkan obat dengan cara

penggunaan khusus maka reponden akan menjelaskan sambil

menunjukan gambar dan juga bisa memperagakan cara penggunaan

obat tersebut. Kemudian memberikan leaflet untuk dibawa pulang

oleh pasien.

10 10 Mengenai efek samping obat, responden menjelaskan efek samping

obat yang umum-umum saja dan bagaimana cara pengatasannya

ketika muncul efek samping tersebut dan apa yang harus dilakukan.

11 11 Informasi yang diberikan oleh responden mengenai interaksi

obat yaitu menjelaskan nama obat yang didapatkan oleh

pasien dan hal-hal yang harus dihindari oleh pasien.

12 12 Mengenai cara penyimpanan obat, responden menjelaskan cara-cara

yang benar untuk menyimpan obat tersebut dan tergantung dari

jenis sediaan yang didapatkan oleh pasien. Misalkan disimpan

disuhu ruang atau bisa jadi disimpan disuhu yang dingin (kulkas).

13 13 Informasi yang diberikan mengenai cara pemusnahan obat yaitu

cara-cara yang tepat untuk membuang tablet, sirup. Kemudian

responden juga menjelaskan kalau etiketnya perlu dilepaskan

terlebih dahulu baru boleh dibuang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

43

Lampiran IX. Hasil wawancara dengan responden (Pasien)

Hasil wawancara dengan responden (Pasien)

Pasien I

1. Nama : RT

2. Umur : 21 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pendidikan terakhir : SMA

5. Hubungan dengan pasien : Pasien/Diri sendiri

6. Pekerjaan : Pelajar

No Kode

Pertanyaan

Jawaban

1 1 Dalam minggu ini baru 2 kali. Tapi responden sudah sering

berobat ke Puskesmas ini.

2 2 Responden belum pernah mendapatkan leaflet dari Apoteker.

3 3 Mengenai jam minum obatnya selalu dijelaskan oleh Apoteker

4 4 Mengenai aturan minum obat, responden selalu mendapatkan

penjelasan dari Apotekernya. Dijelaskan misalnya obatnya ini 2

kali sehari. Kemudian ada yang 3 kali sehari.

5 5 Apoteker menjelaskan obatnya diminum pagi,siang atau malam,

kemudian sesudah atau sebelum makan semuanya dijelaskan

secara detail oleh Apoteker.

6 6 Mengenai lama penggunaan obat, responden selalu mendapatkan

penjelasan dari Apoteker. Misalnya obatnya ini harus dihabiskan

atau digunakan pada saat dibutuhkan saja. Kemudian oleh

Apotekernya disuruh untuk kalau obatnya sudah habis datang

kontrol lagi ke Puskesmas.

7 7 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai cara

penggunaan obat yaitu terkait obat tablet diminum dengan

teratur.dan tablet ini diminum agar bisa sembuh.

8 8 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai efek

samping obat yaitu nama sediaan dan efek samping yang mungkin

akan timbul dan bagaimana cara pengatasannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

44

9 9 Informasi mengenai interaksi obat belum pernah dijelaskan oleh

Apoteker.

10 10 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai cara

penyimpanan obat yaitu obatnya disimpan disuhu ruang.

11 11 Mengenai cara pemusnahan obat, responponden belum pernah

mendapatkan informasi tersebut.

Pasien II

1. Nama : AW

2. Umur : 33 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pendidikan terakhir : Strata 1 (S1)

5. Hubungan dengan pasien : Keluarga pasien

6. Pekerjaan : Guru

No Kode

pertanyaan

Jawaban

1 1 Sudah sering kali datang berobat ke Puskesmas ini.

2 2 Responden belum pernah mendapatkan leaflet dari Apoteker.

3 3 Mengenai jam minum obatnya selalu dijelaskan oleh Apoteker

secara detail.

4 4 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai aturan

minum obat yaitu obatnya diminum 3 kali dalam sehari.

5 5 Apoteker menjelaskan obatnya diminum setelah makan dan pada

pagi, siang dan malam.

6 6 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai lama

penggunaan obat yaitu Apotekernya menjelaskan obat mana yang

harus dihabiskan dan obat mana yang kalau sudah terasa sembuh

pengobatannya dihentikan.

7 7 Informasi yang didapatkan oleh pasien mengenai cara penggunaan

obatnya yaitu obatnya diminum dua sendok takar.

8 8 Informasi mengenai efek samping obat, pernah dijelaskan oleh

Apoteker tapi tidak selalu dijelaskan oleh Apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

45

9 9 Responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai

interaksi obat.

10 10 Renponden mendapatkan informasi mengenai cara penyimpanan

obat yaitu obatnya disimpan di suhu ruang.

11 11 Responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai cara

pemusnahan obat.

Pasien III

1. Nama : PW

2. Umur : 45 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pendidikan terakhir : SMA

5. Hubungan dengan pasien : Pasien/ Diri Sendiri

6. Pekerjaan : Petani

No Kode

pertanyaan

Jawaban

1 1 Sudah sering kali datang berobat ke Puskesmas ini.

2 2 Responden belum pernah mendapatkan leaflet dari Apoteker.

3 3 Mengenai jam minum obatnya selalu dijelaskan oleh Apoteker.

4 4 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai aturan

minum obat yaitu obatnya diminum 2 kali dalam sehari.

5 5 Apoteker menjelaskan obatnya diminum setelah makan dan pada

pagi hari dan malam hari.

6 6 Informasi yang didapatkan oleh responden mengenai lama

penggunaan obat yaitu obatnya harus dihabiskan dan setelah itu

datang control lagi ke Puskesmas.

7 7 Informasi yang didapatkan oleh pasien mengenai cara penggunaan

obatnya yaitu obatnya diminum obatnya dengan teratur.

8 8 Informasi mengenai efek samping obat. Responden selalu

mendapatkan informasi mengenai efek samping obat.

9 9 Responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai

interaksi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

46

10 10 Renponden mendapatkan informasi mengenai cara penyimpanan

obat yaitu obatnya disimpan di suhu ruang saja jangan disimpan

dikulkas.

11 11 Responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai cara

pemusnahan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PADA PASIEN ...pasien di Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut

47

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Pelayanan

Informasi Obat Pada Pasien Di Instalasi Farmasi

Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta” bernama

Porfirios Menga Renggo. Penulis lahir di Manola 25

September 1998. Penulis merupakan anak pertama dari

pasangan Mikhael Menga dan Hildegardis Woga.

Penulis memulai pendidikan di TK St. Agatha Manola

(2002-2004), melanjutkan pendidikan di SDK Manola

(2004-2010), selanjutnya pendidikan sekolah menengah

pertama ditempuh di SMP Seminari Sinar Buana Weetebula (2010-2013), dan

sekolah menengah atas ditempuh di SMA Seminari Sinar Buana (2013-2016).

Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta pada tahun 2016. Selama masa perkuliahan penulis aktif

dalam beberapa kegiatan kepanitiaan antara lain menjadi anggota keamanan

dalam kegiatan Pharmacy 3On3 and Dance Competition (2016), anggota

keamanan kegiatan Pharmalimpic (2017). Penulis juga merupakan anggota UKF

Futsal Squadra Viola dan pernah mengikuti kejuaraan Pekan Olahraga dan Seni

Farmasi Indonesia (2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI