proposal kti dengan judul gambaran tingkat kepuasan pasien jamkesmas dalam menerima pelayanan...

47
PROPOSAL KTI DENGAN JUDUL GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DALAM MENERIMA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS Oleh: Wahyu Priyo Utomo, Amd.Kep BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Patricia A. Potter (2005), sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatanya. Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor antara lain psikologis, dimensi intelektual, spiritual dan proses penyakit. Lingkungan eksternal terdiri dari faktor-faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Kedua lingkungan ini mengalami perubahan secara terus-menerus, sehingga setiap individu harus mampu untuk beradaptasi untuk memepertahankan keadaan kesehatanya. Jika individu tidak mampu untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan maka individu tersebut akan berada pada kondisi sakit. Sakit adalah proses di mana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibanding dengan kondisi sebelunya (Potter, 2005). Pandangan

Upload: winda-sari-hasan-m

Post on 19-Feb-2016

101 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

PROPOSAL KTI DENGAN JUDUL GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DALAM MENERIMA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

Oleh: Wahyu Priyo Utomo, Amd.Kep

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Menurut Patricia A. Potter (2005), sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana

individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal

untuk mempertahankan keadaan kesehatanya. Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor

antara lain psikologis, dimensi intelektual, spiritual dan proses penyakit. Lingkungan eksternal

terdiri dari faktor-faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara lain

variabel lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Kedua lingkungan ini mengalami

perubahan secara terus-menerus, sehingga setiap individu harus mampu untuk beradaptasi untuk

memepertahankan keadaan kesehatanya. Jika individu tidak mampu untuk beradaptasi dengan

perubahan lingkungan maka individu tersebut akan berada pada kondisi sakit.

Sakit adalah proses di mana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada

mengalami perubahan atau penurunan bila dibanding dengan kondisi sebelunya (Potter, 2005).

Pandangan orang awam sakit adalah suatu keadaan dimana tubuh mereka mengalami gangguan,

gangguan itu direspon sebagai suatu keluhan, seperti nyeri pusing letih, mual, muntah dan

sebagainya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2009, jumlah angka

kesakitan pengguna jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas di Kota Malang berjumlah

122.482 orang. Jumlah angka kesakitan diatas hanya pengguna Jamkesmas yang berkunjung ke

puskesmas di Kota Malang.

Puskesmas di Kota Malang berjumlah 15 puskesmas yang tersebar diseluruh kecamatan di

Kota Malang. puskesmas tersebut antara lain: Puskesmas Kedungkandang, Puskesmas Gribig,

Puskesmas Arjowinangun, Puskesmas Janti, Puskesmas Ciptomulyo, Puskesmas Mulyorejo,

Puskesmas Arjuno, Puskesmas Bareng, Puskesmas Rampal Celaket, Puskesmas Cisadea,

Page 2: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Puskesmas Kendal Kerep, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Mojolangu,

dan Puskesmas Kendalsari. Dari 15 puskesmas tersebut yang memiliki selisih jumlah pemilik

kartu Jamkesmas dengan jumlah kunjungan terbesar adalah Puskesmas Arjuno. Jumlah pemilik

kartu Jamkesmas 6.903 orang sedangkan jumlah pengunjung 11.487 orang, selisihnya berjumlah

4.584 orang. Jumlah kunjungan yang banyak di Puskesmas Arjuno disebabkan karena derajad

kesehatan masyarakat yang rendah atau mungkin disebabkan karena di Puskesmas Arjuno

memilki pelayana kesehatan yang lebih baik atau lebih bermutu.

Menurut Azwar (1996) dalam Aprilia (2008) Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah

pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan

standar pelayanan yang telah ditetapkan. Unsur penting dalam upaya peningkatan pelayanan

kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa.

Pasien sebagai pengguna jasa adalah orang yang dalam keadaan sakit yang

membutuhkan suatu layanan kesehatan dengan tujuan untuk mengembalikan keadaan, dari

keadaan sakit kembali kekeadaan sehat. Pasien di UPT Puskesmas Arjuno ada tiga katagori

yaitu pasien Askes, umum, Jamkesmas.

Jamkesmas pengganti asuransi kesehatan untuk keluarga miskin (Askeskin) adalah suatu

jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah kepada keluarga miskin. Program jaminan

kesehatan masyarakat tetap dilanjutkan sampai saat ini, karena terbukti dapat meningkatkan

akses rakyat miskin terhadap layanan kesehatan gratis. Program ini nantinya terintegrasi atau

menjadi bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang bertujuan memberikan perlindungan

sosial dan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat (Suharto, 2009). Tingkat kepuasan pasien

Jamkesmas di puskesmas masih rendah, hal itu terbukti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ernawati, Djaswadi Dasuki, dan Abdul Wahab Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2009

didapatkan hasil 66.67 % pasien Antenatal di Puskesmas Mekarmukti menyatakan tidak puas,

dan di Puskesmas Cibarusah 68, 75% menyatakan tidak puas. Pasien mengelukan tentang

pelayana kesehatan yang kurang dan jauh dari yang mereka harapkan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 juni 2010 di UPT

Puskesmas Arjuno Jalan Simpang Arjuno No. 17 Malang didapatkan hasil jumlah rata-rata

kunjungan pasien Jamkesmas per bulan pada tahun 2009 sebesar 841 orang, jumlah ini

mengalami penurunan sebesar 63,7% dibanding dengan jumlah kunjungan pada bulan Mei 2010

Page 3: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

yang hanya mencapai 305 orang. Penurunan tersebut bisa disebabkan karena meningkatnya

derajad kesehatan atau bisa disebabkan karena menurunya pelayana kesehatan di puskesmas

tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pasien didapatkan hasil 75%

pasien menyatakan puas dan 25 % menyatakan tidak puas terhadap layanan kesehatan, pasien

yang tidak puas mengeluhkan waktu tunggu yang terlalu lama.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan

Di UPT Puskesmas Arjuno Malang”.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tesebut diatas maka perumusan masalah adalah ”Bagaimanakah

tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas

Arjuno Malang”

1.3  Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien Jamkesmas

dalam menerima pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Arjuno Malang.

1.3.2        Tujuan Khusus

a.         Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan

dalam dimensi tangibles.

b.        Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan

dalam dimensi realiability

c.         Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan

dalam dimensi responsiveness .

d.        Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan

dalam dimensi assurance.

e.         Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan

menurut dimensi empathy.

1.4  Manfaat Penelitian

Page 4: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

1.4.1        Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)

Memberikan informasi mengenai tingkat kepuasan pasien pengguna Jamkesmas dalam

menerima pelayanan kesehatan, sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada pasien Jamkesmas.

1.4.2        Bagi Peneliti Riset Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai pedoman penelitian selanjunya khususnya yang berkaitan dengan

kepuasan pasien baik Jamkesmas maupun non jamkesmas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Konsep Kualitas Pelayanan

2.1.1        Pengertian Kualitas

Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian dari organisasi

penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Pengemasan kualitas jasa

yang akan diproduksi harus menjadi salah satu strategi pemasan rumah sakit atau puskesmas

yang akan menjual jasa pelayanan kepada pengguna jasanya (pasien dan keluarganya). Pihak

manajemen rumah sakit Puskesmas harus selalu berusaha agar produk jasa yang ditawarkan tetap

dapat bertahan atau berkesinambungan sehingga dapat tetap merebut segmen pasar yang baru

karena cerita dari mulut ke mulut oleh pelanggan yang puas. Keunggulan suatu produk jasa

kesehatan akan sangat tergantung dari keunikan kualitas jasa yang diperlihatkan dan apakah

sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan. Ada beberapa model yang dapat dipakai untuk

menganalisis kualitas jasa yang terkait dengan kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan

analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan situasi pasar (Pohan, 2006).

2.2.2 Dimensi Mutu Layanan Kesehatan

Gambar 2.2 Tabel Dimensi Mutu Layanan Kesehatan Dan Indikatornya

Page 5: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

No Dimensi mutu layanan

kesehatan

Indikator

1 Kompetensi teknis Dilayani oleh dokter, dilayani oleh bidan,

peralatan, standar layanan kesehatan, gedung,

kamar peiksa, penyuluhan kesehatan optimal,

pemeriksaan laboratorium optimal

2 Akses atau ketergantungan Biaya transportasi, jarak geografis, bahasa,

budaya, kemampuan membayar biaya layanan

3 Efektivitas Kesembuhan, kesakitan, kecacatan, kematian,

kepatuhan tehadap standart layanan kesehatan

4 Efisiensi Kunjungan berulang-ulang, antrian panjang, waktu

tunggu lama, obat tersedia/tidak tersedia di

puskesmas atau harus beli keluar puskesmas

5 Kesinambungan Rujukan tepat waktu dan tepat tempat, rekam

medik akurat dan lengkap, laboratorium akurat dan

tepat waktu, obat tersedia di puskesmas, selalu

dilayani oleh petugas kesehatan yang sama

6 Keamanan Sterilitas terjamin, tidak terjadi kecelakaan,

layanan kesehatan selalu dilakukan sesuai standart

layanan kesehatan, tingkat infeksi nosokomial

7 Kenyamanan Ruang tunggu, kursi, tidak bedesakan, tidak

pengap, privasi, toilet bersih, puskesmas bersih,

tong sampah ada, ada musik, kamar periksa dan

sekat gorden

8 Informasi Prosedur layanan jelas, ada poster penyuluhan

kesehatan, petunjuk arah, nama setiap ruangan,

informasi biaya layanan, waktu buka dan tutup

9 Ketepatan waktu Waktu buka dan tutup tepat waktu, waktu layanan

tepat waktu, petugas kesehatan datang dan pulang

tepat waktu, perjanjian tepat waktu

10 Hubungan antar manusia Tanggal tehadap keluhan, memberi kesempatan

Page 6: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

bertanya, informasi jelas dan mduah dimengerti,

mau mendengar keluhan, suka membantu, peduli,

ramah, menghargai pasien, mendahulukan pasien

yang sakit parah

Sumber: Pohan (2006)

2.1 konsep kepuasan pelanggan

2.1.1 Definisi Kepuasan

Kepuasan menurut kamus bahasa indonesia adalah puas, merasa puas, perihal (hal yang

bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan

puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu program atau jasa

untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001)

Mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

atau hasil yang dirasakanya dengan harapanya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

2.1.2 Kepuasan pelanggan

Kepuasan konsumen atau pelanggan (customer satisfaction) dapat didefinisikan sebagai

perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil perbandingan antara prestasi atau produk

yang dirasakan dan yang diharapkan. Penilaian terhadap kepuasan konsumen dilakukan setelah

konsumen membeli suatu produk atau jasa karena kepentingannya yang kemudian dibandingkan

dengan apa yang diharapkan. Menurut Susan Fournier dan David Glen Mick, kepuasan

pelanggan, digambarkan, sebagai suatu proses yang dinamis, dapat berubah karena berkaitan

dengan dimensi sosial yang kuat. Dimensi kepuasan mengandung komponen makna dan emosi

yang integral. Proses kepuasan pelanggan itu sendiri saling berhubungan antara berbagai

paradigma, model dengan mode tetapi selalu berkaitan dengan kepuasan hidup dan kualitas

hidup itu sendiri (Rangkuti, 2000).

Berdasarkan pendapat Wexley dan Yukl (1997), mendefinisikan kepuasaan seseorang

berarti terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman melakukan

Page 7: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh perlakuan tertentu dan memperoleh sesuatu sesuai

kebutuhan yang diinginkan. Istilah kepuasaan dipakai untuk menganalisis atau mengevaluasi

hasil, membandingkan kebutuhan yang diinginkan yang ditetapkan individu dengan kebutuhan

yang diperoleh (Anonim, 2003). Bila kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa jauh

dibawah apa yang diharapkan, maka konsumen akan kehilangan minat terhadap produsen atau

penyedia jasa dalam hal ini adalah rumah sakit. Demikian pula sebaliknya, jika barang atau jasa

yang mereka nikmati memenuhi atau melebihi tingkat kepentingannya, maka konsumen akan

cenderung memakai lagi barang atau jasa tersebut (Kotler, 1997). Tingkat kualitas pelayanan

tidak dapat dinilai berdasar sudut pandang penyedia jasa akan tetapi harus dipandang dari sudut

pandang konsumen. Banyak penyedia jasa gagal dalam memberikan kepuasan terhadap

kosumennya yang disebabkan terjadinya kesenjangan kepentingan diantara keduanya (Kotler,

1997).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon subyektif

pelanggan yang disebabkan karena terpenuhinya kebutuhan yang diharapkan. Menurut Tjiptono

(1995) konsep kepuasan pelanggan dapat dilihat dari gambar 2.1:

 

Gambar

2.1

konsep kepuasan pelanggan

2.2.3 Dimensi Kepuasan

Menurut Parasuraman (1985) kepuasan dapat dilihat dari lima dimensi yaitu dimensi

tangibles, dimensi realiability, dimensi responsiveness, dimensi assurance, dan dimensi

empathy, dan akan dijelaskan dibawah ini:

Page 8: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

1.    Kepuasan pasien atas dimensi tangibles

Kepuasan pasien akan kebutuhan dan berfokus pada penampilan jasa yang mencakup

fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan karyawan dan suara komunikasi yang dapat dikatakan

sebagai bukti nyata. Fasilitas fisik disini dapat berupa kelengkapan fasilitas bagi pasien dan

keluarga, misal: keberadaan kamar mandi dan WC di Rumah sakit serta kebersihanya, kondisi

ruang tunggu bagi keluarga pasien, bagaiman kondisi tempat tidur untuk pasien apakah masih

layak digunakan. Perlengkapan disini diartikan yang dapat digunakan untuk melayani pasien

rawat inap sehingga dapat dilaksanakan tindaklan keperawatan dengan baik, misal : kesediaan

alat pengukur tanda-tanda vital, kebersihan peralatan yang digunakan, obat-obatan yang

dibutuhkan pasien apakah selalu tersedia, peralatan suntik yang digunakan apakah terjamin

seterilisasinya, serta perlengkapan alat pemeriksaan yang digunakan ruangan pada umumnya.

Ada penampilan karyawan mencakup keseragaman pakaian dan atribut yang dikenakan petugas.

Suara komunikasi mencakup kesopanan petugas apabila memberi penjelasan kepada klien,

petugas yang menginformasikan tentang peraturan yang diterapkan di Rumah Sakit ketika pasien

datang untuk dirawat.

2.    Kepuasan pasien atas dimensi realiability

Kepuasan pasien atas dasar kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikandengan

segera dan memuaskan berkaitan dengan kemampuan perawat untuk memberikan layanan yang

akuarat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai

dengan waktu yang disepakati. Pelayanan akurat yang dimaksud adalah kemampuan perawat

untuk merawat pasien dengan baik, perawat selalu menjelaskan suatu hal yang harus dilakukan

ataupun yang perlu dihindari pasien demi perawatanya. Dalam memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera dan memuaskan perawat diharapkan mampu menangani kasus yang

dialami pasien, serta mengusahakan agar pasien merasa puas selama dirawat.

3.   Kepuasan pasien atas dimensi responsiveness

Kepuasan pasien atas pemberian pelayanan yang cepat dan tanggap. Kecepatan dalam

penanganan keluhan merupakan hal yang sangat penting. Apabila keluhan pasien tidak segera

ditanggapi maka rasa tidak puas terhadap pemberi pelayanan akan menjadi permanen dan tidak

Page 9: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

dapat diubah lagi. Sedangkan apabila keluhan dapat ditanggapi dengan cepat, maka ada

kemungkinan pasien tersebut menjadi puas. Pemberi pelayanan yang cepat dan tanggap dapat

ditunjukan ketika pasien datang sebagai pasien rawat inap perawat segera menanganinya.

Perawat selalu menanggapi keluhan yang disampaikan pasien serta membantunya memperoleh

layanan yang dibutuhkan, misal : pelayanan radiologi, laboratorium ataupun apotek.

4.   Kepuasan pasien atas dimensi assurance

Kepuasan atas jaminan kepada pasien yang mencakup kemampuan, kesopanan, dan tidak

dapat dipercaya yang dimiliki karyawan serta bebas dari bahaya, jaminan disisni yaitu perilaku

para perawat yang mampu membutuhkan kepercayaan rumah sakit sehingga bisa menciptakan

rasa aman bagi pasien. Jaminan jaga berarti bahwa perawat selalu bersikap sopan dan menguasai

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menagani permasalahan pasien. Jaminan

dari perawat disini dapat diwujudkan dengan tingkah laku yang baik oleh perawat dengan cara

selalu menyapa pasien selalu bersikap ramah tamah dan sopan dalam memberikan layanan.

5.    Kepuasan pasien atas dimensi empathy.

Kepuasan pasien ini akses dasar kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang

baik dan memahami hubungan pasien dalam menghadapi pasien yang emosi dan amarah. Oleh

karena itu perlu diluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien dan perawat berusaha

memahami situasi yang dirasakan oleh pasien. Dengan demikian permasalahan yang dihadapi

menjadi jelas sehingga pemecahan yang diharapkan dapat diupayakan bersama. Untuk dapat

memahami kebutuhan pasien, perawat harus bisa memberikan perhatian yang cukup tinggi

kepada pasien. Perawat membantu pasien waktu BAB dan BAK, kemudian dalam melakukan

hubungan serat komunikasi yang baik apabila perawat mengijinkan pasien untuk ditunggui

keluarga.

2.1.4 Faktor Kepuasan Pengguna Pelayanan Kesehatan

Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1.      Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Dalam hal ini, aspek

komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan adalah high perdonnel

contact.

Page 10: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

2.      Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh

emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).

3.      Biaya (cost). Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan keluarganya, ”yang penting sembuh”

menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi kedokteran yang ditawarkan

oleh petugas kesehataan. Akibatnya biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang

dimiliki oleh pihak pasien dan keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi

sumber keluhan pasien. Sistem asuransi kesehatan akan dapat mengatasi masalah biaya

kesehatan.

4.      Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebesihan dan kenyamanan ruangan (tangibility).

5.      Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance). Ketepatan jadwal

pemerikaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.

6.      Keandalan dan keterampian (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan.

7.    Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness) (Munjaya,

2004).

2.15 Faktor Kepuasan Pelanggan Asuransi

Asuransi dengan Jamkesmas mempunyai sistem yang hampir sama, kesamaan tersebut

terletak pada sistem pembayaran biaya pelayanan kesehatan, hanya bedanya terletak dari sumber

dana. Jika Asuransi dananya berasal dari iuran tiap bulan, tetapi Jamkesmas dananya berasal dari

pemerintah pusat.

Untuk sukses mengelola bisnis perasuransian di Indonesia, pihak manajemen harus selalu

memperhatikan tingkat kepuasan pelanggangnya. Ada empat faktor yang mempengaruhi

kepuasan pelanggan asuransi. :

1.    Asymmetry information. Informasi yang dimiliki oleh pengguna jasa asuransi sangat terbatas

sehingga pengetahuannya tidak seimbang. Mereka hanya mengerti :”Yang penting saya

sembuh”.

2.    Externality. Anggapan dari harapan jika sakit akan menjadi tanggungan keluarga besar sudah

tidak relevan lagi karena sistem nilai masyarakat sudah individualistik. Misalnya, jika ada

anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit, banyak anggota keluarga yang menunggu di

bangsal rumah sakit, tetapi jika diminta untuk mendonorkan darahnya banyak yang menolak

dengan alasan yang tidak masuk akal.

Page 11: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

3.    Ignorance. Banyak peserta asuransi kurang peduli dengan kesehatannya karena mereka kurang

memahaminya. Jika sakit dan mendapat perawatan dokter sering berpikir ”yang penting sembuh”

sehingga jika diperiksa apa saja mau dan pasrah (Munjaya, 2004)

2.1.6 Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien

Seperti telah dikatakan, pasien rumah sakit umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori,

pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Dengan demikian aspek-aspek yang mempengaruhi

kepuasan pasien rawat inap tentunya berbeda dengan pasien rawat jalan (Pohan, 2006)

A.      Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan

1)        Penampilan gedung rumah sakit meyakinkan dan menarik

2)        Lingkungan rumah sakit bersih, nyaman dan teratur

3)        Pertamanan rumah sakit indah dan dipelihara dengan baik

4)        Perparkiran rumah sakit teratur dan aman

5)        Petunjuk arah atau nama ruangan yang jelas dalam lingkungan rumah sakit

6)        Penampilan dokter,perawat atau petugas kesehatan lain rapi dan bersih, bersikap mau menolong

7)        Kantor rekam medik buka tepat waktu

8)        Petugas rekam medik melayani dengan sopan, ramah dan tanggap

9)        Pencarian atau pengambilan rekam medik cepat dan tepat

10)    Jumlah kursi untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai,

11)    Poliklinik buka tepat waktu,

12)    Giliran pemeriksaan oleh dokter tepat waktu

13)    Kursi untuk pasien yang menunggu giliran panggilan dokter tersedia dengan cukup

14)    Dilayani oleh dokter yang sama bagi pasien ulangan

15)    Dokter menyapa dengan sopan, ramah dan ingin membantu

16)    Dokter mendengat keluhan dengan penuh perhatian dan ingin menolong

17)    Dokter melakukan pemeriksaan dengan teliti dan menyeluruh

18)    Dokter memberi infiormasi tentang penyakit dan obat yang akan diberi

19)    Dokter memberi kesempatan bertanya

20)    Dokter memberi informasi yang dimengerti dan lengkap tentang penyakit

21)    Kamar periksa dokter bersih, rapi dan nyaman

22)    Prvasi selama berkonsultasi cukup terjamin

Page 12: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

23)    Perawat yang bertugas selalu membantu dan hadir dalam kamar periksa selama dokter

melakukan pemeriksaan

24)    Konsultasi laboratorium atau radiologi tidak berbelit-belit dan dilakukan dengan tepat waktu

25)    Petugas laboratorium atau radiologi melayani dengan sopan dan ramah serta tanggap

26)    Kursi pasien untuk menunggu hasil laboratorium/radiologi cukup tersedia

27)    Obat kebutuhan pasien selalu tersedia di apotek rumah sakit

28)    Pengambilan obat pada apotek rumah sakit tepat waktu

29)    Layanan petugas apotek sopan, ramah dan tanggap

30)    Kursi untuk pasien yang menunggu obat di apotek cukup tersedia

31)    Harga obat apotek rumah sakit terjangkau daya beli

32)    Petugas apotek memberi informasi yang jelas tentang cara minum dan menyimpan obat (pohan,

2006)

B.       Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat Inap

1)        Petugas kantor penerimaan pasien rawat inap melayani dengan sopan, ramah dan tanggap

2)        Petugas melayani dengan cepat, tepat, tidak berbelit-belit

3)        Kursi untuk pasien dan keluarga yang sedang menunggu giliran layanan tersedia dengan cukup

4)        Kursi roda atau troli tersedia pada kantor penerimaan untuk membawa pasien ke instalasi rawat

inap

5)        Perawat instalasi rawat inap melayani dengan sopan, ramah dan tanggap

6)        Tempat tidur telah disiapkan dalam keadaan rapi, bersih dan siap pakai

7)        Perawat menolong atau mengangkat pasien dari kursi roda atau troli ke temapt tidur

8)        Perawat segera menghubungi dokter menanyakan tentang obat dan jenis makanan pasien

9)        Instalasi rawat inap tertata rapi, bersih dan nyaman

10)    Kelengkapan dan kebersihan peralatan yang dipakai

11)    Perawat memberi informasi tentang peraturan, waktu makan, jenis makanan, waktu tidur,

kunjungan dokter, penyimpanan barang berharga, jam bertamu dan lain-lain

12)    Perawat memberi kesempatan bertanya

13)    Penampilan perawat yang bertugas rapi dan bersih serta besikap mau menolong

14)    Perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan setiap pasien

15)    Perawat memperhatikan keluhan keluarga pasien

Page 13: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

16)    Perawat berupaya menjaga privasi pasien selama berada dalam instalasi rawat inap

17)    Perawat selalu memberi obat pasien sesuai prosedur pemberian obat

18)    Perawat menanyakan tentang kecukupan dan rasa makanan pasien serta makanan yang menjadi

kesukaan atau tidak disukai pasien dan berupaya memenuhinya jika dimungkinkan oleh penyakit

pasien

19)    Dokter mengunjungi instalasi rawat inap dua kali sehari dan berkomunikasi dengan pasien dan

perawat

20)    Perawat melaporkan segala detail perubahan pasien kepada dokter sewaktu melakukan

kunjungan

21)    Dokter selalu menanyakan perubahan keluhan pasien dan melakukan pemeriksaan dan jika perlu

mengganti obat pasien

22)    Jika perlu dokter mengkonsultasikan pasien kepada dokter lain

23)    Dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien

24)    Perawat menginformasikan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum dibawa

berkonsultasi dengan dokter lain

25)    Perawat membawa pasien dengan menggunakan kursi roda atau troli sewaktu akan berkonsultasi

dengan dokter lain

26)    Dokter jaga tersedia selama 24 jam dan dokter yang menangani pasien selalu on call (Pohan,

2006)

2.1.7 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Kotler, et al., (1996) mengidentifikasi 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu

sebagai berikut:

1.    Sistem Keluhan Dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu memberikan

kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan

keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakkan di tempa-

tempat strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang

bisa diiisi langsung maupun yang bisa dikirim via pos kepada perusahaan), saluran telepon

khusus bebas pulsa, dan lain-lain.

Page 14: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

2.    Ghost Shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan

mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan

atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka melaporkan temuan-

temuanya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan

pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga

dapat mengamati cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan pelanggan, menjawab

pertanyaan pelanggan dan mengenai setiap keluhan.

3.    Lost Customer Analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau

yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat

mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview

saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, dimana meningkatkan

customer loss rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelangganya.

4.    Survai Kepuasan Pelanggan

Umumnya banyak peneliti mengenai kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan

penelitian survai, baik survai melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi (McNeal dan

Lamb dalam Peterson dan Wilson, 1992). Melalui survai perusahaan akan memperoleh

tanggapan dan umpan balik (feedback) secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan

tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelangganya.

2.3 Asuransi Kesehatan

2.3.1 Definisi

Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dari risiko

perorangan menjadi risiko kelompok. Dengan cara mengalihkan risiko individu menjadi risiko

kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih

ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan (Munjaya, 2004).

2.3.2 Unsur-Unsur Asuransi Kesehatan :

Menurut Munjaya (2004) unsur-unsur Asuransi adalah sebagai berikut:

Page 15: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

1)   Ada perjanjian

2)   Ada pembelian perlindungan

3)   Ada pembayaran premi oleh masyarakat.

2.3.3 Jenis Asuransi Kesehatan

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan berkembang di Indonesia antara lain:

a.       Asuransi kesehatan sosial (Sosial Health Insurance)

Asuransi kesehatan sosial memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah

pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status

sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan

kesehatan.

Asuransi kesehatan sosial dilaksanakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

a.    Keikutsertaannya bersifat wajib

b.    Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya

c.    Iuran atau premi berdasarkan persentase gaji atau pendapatan. Untuk Jamsostek (Jaminan sosial

tenaga kerja) dipotong 6-8% bagi yang sudah bekeluarga dan 3% untuk yang masih bujangan.

Askes menetapkan premi hanya 2% dari gaji pokok PNS. Idealnya, anggaran kesehatan harus

dihitung 5% dari GDP.

d.   Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja.

e.    Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan tetapi didasarkan pada risiko kelompok (collective

risk sharing).

f.     Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.

g.    Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh (universal coverage)

h.    Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan sosial di

Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan.

i.          Sebelumnya sistem seperti ini ditempuh untuk menghindari pemanfaatan pelayanan yang

berlebihan (over utilization) (Munjaya,2004).

2.4 Jamkesmas

2.4.1 Pengertian Jamkesmas

Penjaminan kesehatan pada keluarga miskin, yang meliputi rawat inap dan rawat jalan,

pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan (www. Depkes.com diakses tanggal 7 Mei 2010).

Page 16: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

2.4.2 Tujuan Jamkesmas

2.4.2.1 TujuanUmum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin

dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan

efisien. (www. Depkes.com diakses tanggal 7 Mei 2010).

2.4.2.2 TujuanKhusus:

a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan

di Puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit.

b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

2.4.3        Sasaran jamkesmas

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia

sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

(www. Depkes.com diakses tanggal 7 Mei 2010).

2.4.4 Sumber Dan Alokasi Dana

Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 dan kontribusi

Pemerintah Daerah (Pemda) Kontribusi Pemda :

1.    Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan.

2.    Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

3.    Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008.

4.    Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari rumah sakit kabupaten atau

kota ke rumah sakit yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukkan dari puskesmas ke

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya operasional Puskesmas.

5.    Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan.

6.    Pendamping pasien rawat inap.

Page 17: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

7.    Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas. Dana program dialokasikan untuk

membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional program Jamkesmas

dengan rincian sebagai berikut :

1.      Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)

2. Dana manajemen operasional:

a. Penyaluran Dana Ke PPK

1. Puskesmas

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya

disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat) ke

Puskesmas melalui pihak PT Pos Indonesia

2.   Rumah Sakit /BKMM /BBKPM /BKPM /BP4 /BKIM

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Rumah Sakit/BKMM/

BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan melalui Kas

Negara (KPPN) ke rekening Bank Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM.

berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya. (www. Depkes.com diakses

tanggal 7 Mei 2010).

    Tim Pengelola Jamkesmas

Tim Pengelola Jamkesmas melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi masyarakat

miskin meliputi kegiatan-kegiatan manajemen kepesertaan, pelayanan, keuangan, perencanaan

dan sumber daya manusia (SDM), informasi, hukum dan organisasi serta telah hasil verifikasi.

(www. Depkes.com diakses tanggal 7 Mei 2010).

A. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat

Tugas:

     Penetapan kebijakan operasional dan teknis, pelaksanaan program

Jamkesmas.

b.Menyusun pedoman teknis pelaksanaan, penataan sasaran, penataan sarana pelayanan kesehatan

Page 18: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

(pemberi pelayanan kesehatan).

c.Melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait dalam rangka evaluasi penyelenggaraan

program.

d. Melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi pembayaran klaim.

e. Melakukan pembinaan, pengawasan dan menyusun laporan pelaksanaan.

B. Tim Pengelola Jamkesmas Propinsi

Tugas:

a.Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sesuai kebijakan

yang sudah ditetapkan

b.Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan program Jamkesmas.

c. Melakukan verifikasi, pemantauan dan evaluasi.

d. Melakukan analisis aspek kendali biaya, dan kendali mutu.

e.Menyampaikan laporan pengelolaan penyelenggaraan program jamkesmas.

2.4.5.3 Tim PengelolaJamkesmasKabupaten/Kota

Tugas:

a.Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan, manajemen keuangan

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK

c.Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan melalui

Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

2.5      Puskesmas

2.5.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima

dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul

oleh pemerintah dan masyarakat. (www. Wikipedia.com diakses tanggal 28 juni 2010).

Page 19: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah UPTD kesehatan kabupaten atau

kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Depkes RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yangg juga membina peran serta masyarakat dan

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok.

2.5.2 Fungsi Puskesmas

1      Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2      Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan

untuk hidup sehat .

3      Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah

kerjanya.

Proses dalam melakukan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

1          Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong

dirinya sendiri.

2          Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaiman menggali dan menggunakan

sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

3          Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan

kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

ketergantungan.

4          Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

5          Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam malaksanakan program puskesmas

(Depkes RI, 1998).

2.5.3 Wilayah Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainya merupakan

bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Page 20: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah

kerja Puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, daerah saran teknis dari kepala kantor Departemen

Kesehatan kabupaten atau kodya yang telah disetujui oleh kepala kantor wilayah Departemen

Kesehatan Propinsi.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap

Puskesmas.

Untuk keperluan jangkuan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang oleh unit

pelayanan kesehatan yang lebih seerhana yang disebut Puskesmas pembantu (Pustu) dan

Puskesmas Keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja

Puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibu kota kecamatan dengan jumlah

penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat

rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempuanyai fungsi koordinasi (Depkes RI, 1998).

2.5.4        Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

pelayan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayan kesehatan yang meliputi

pelayan: kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan ),

rehabilitatif (pemulihan kesehatan) yang ditunjukan pada semua penduduk dan tidak dibedakan

jenis kelamin dan golongan umur sejak dalam pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia

(Depkes RI, 1998)

2.5.5        Pelayan Kesehatan Integrasi

Sebelum ada Puskesmas, pelayan kesehatan dalam satu kecamatan terdiri dari balai

pengobtan, balai kesejahteraan ibu dan anak, Usaah Hygiene Sanitasi Lingkungan,

Pembernaqtsan penyakit menular, dan lain sebagainya.(Depkes RI, 1998)

Usah-usah tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala

DInas Kesehatan Dati II.

Petugas balai pengobatan tidak tahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA

tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh petugas Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan dan

sebagainya.

Page 21: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Dengan adanya system pelayanan kesehatan melalui pusat Kesehatan Masyarakat, maka

berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi dan satu

pimpinan.

2.5.6        Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbed-beda, maka kegiatan

pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian

kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagi berikut: KIA,u saah

peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, pencegahan dan pembrantasan

penyakit menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan

kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, perawatan kesehatan masyarakat,

kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata, laboratorium

sederhana kesehatan usia lanjut, pembinaan pengobatan tradisional.

Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan

masyarakat terkecil dengan kata lain kegiatan pokok puskesmas ditunjukan untuk kepentingan

kesehatan keluarga sebagai bagaian dari masyarakat wilayah kerjanya (Depkes RI, 1998).

2.6      Kerangka Konsep

Tahap terpenting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep adalah

abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang

menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupu yang tidak diteliti)

(Nursalam, 2008).

Page 22: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
Page 23: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan

pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam,

2003).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif, dimana

peneliti ingin mengetahui tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam menerima pelayanan

kesehatan di UPT Puskesmas Arjuno Kota Malang.

Pasien Jamkesmas yang memeriksakan diri di UPT Puskesmas ArjunoMalang

3.2 Kerangka kerja

 

   

Gambar: 3.4 Kerangka Kerja Penelitian

3.3 Populasi, Sampel, Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulanya.

Pengumpulan hasil laporanpenelitian

Page 24: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu

(Sugiyono, 2007).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di poli umum UPT

Puskesmas Arjuno Kota Malang yang menggunakan jamkesmas.

3.3.2.Sampel

Sampel atau contoh adalah sub-unit populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang

oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain sampel adalah elemen-

elemen populasi yang dipilih atas dasar kemewakilanya. Adakalanya peneliti menentukan

seluruh populasi menjadi sampel penelitian dalam konteks ini berarti bahwa peneliti

dimkasudkan untuk melakukan studi terhadap populasi (Danim, 2000).

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah pasien Jamkesmas rawat jalan di poli

umum UPT Puskesmas Arjuno malang . Adapun kriteria inklusi dari sampel adalah sebagai

berikut:

1.        Pasien Jamkesmas rawat jalan yang sadar dan bisa baca tulis,

2.        Pasien yang bersedia untuk diteliti dengan manandatangani surat persetujuan peserta penelitian

3.        Pasien Jamkesmas yang memeriksakan diri minimal 2 kali.

3.3.3. Sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mengambil sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian. Cara

pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: propability sampling dan non

propability sampling (Nursalam, 2008).

Teknik sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Nonprobability

sampling, khususnya purposive sampling karena peneliti mengambil sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai yang dikehendaki oleh peneliti yang sesuai dengan

tujuan penelitian dan disertai dengan kriteria khusus.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

3.4.1 Lokasi penelitian

Page 25: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Arjuno jalan simpang Arjuno No. 17 Kecamatan

Klojen Kota Malang

3.4.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal ...........

3.5 Variabel dan subvariabel

3.5.1 Variabel

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain

mengatakan bahwa variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu

(Notoatmodjo, 2002).

Pada penelitian ini variabelnya adalah tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dalam

menerima pelayanan kesehatan di poli umum UPT Puskesmas Arjuno Malang

3.5.2 Subvariabel

Subvariabel pada penelitian ini adalah

X1 Tingkat kepuasan pasien atas dimensi tangibles.

X2 Tingkat kepuasan pasien atas dimensi realiability.

X3 Tingkat kepuasan paisen atas dimensi responsiveness.

X4 Tingkat kepuasan pasien atas dimensi assurance.

X5 Tingkat kepuasanpasien atas dimensi empathy.

Page 26: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
Page 27: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

3.6    Difinisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari suatu yang

didefinisikan tersebut. karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci

definisi operasional (Nursalam, 2008).

Variabel Definisi parameter Skala Alatukur Scoring1 2 3 4 5 6

Tingkat kepuasan pasien jamkesmas dalam menerima pelayanan kesehatan.

Subvariabel:

1.    Tingkat kepuasan atas dimensi tangibles.

2.    Subvariabel atas dimensi realiability

3.    Tingkat kepuasan dimensi

Respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pamakaian.

Kebutuhan yang berfokus pada penampilan jasa.

Kebutuhan yang berfokus pada pemberian jasa layanan secara akurat dan memuasakan .

Kebutuhan yang

Suatu kepuasan yang berfokus pada penampilan jasa, meliputi: fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan, karyawan, dan sarana komunikasi.

Kebutuhan yang berfokus pada keakuratan dan kepuasan dalam penanganan kasus secara baik.

Kepuasan yang

Ordinal Kuesioner Pertanyaan Favuoreble dan Unfavuoreble yang berjumlah 20 item dengan penilaian menggunakan rumus:

KK = Sp/Sm X 100%

KK = kepuasan klienSp = skor perolehanSm = skor maksimal

Dengan kriteria :Sangat puas = hasil 76%-100%Puas = hasil 56%-75%Tidak puas = 40%-55% Sangat tidak puas =<40%

Page 28: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

responsiveness

4.    Tingkat kepuasan dimensi assurance

5.    Tingkat kepuasan dimensi dimensi empathy

berfokus atas pemberian layanan yang cepat dan tanggap.

Kebutuhan yang berfokus pada kemampuan petugas pemberian layanan serta bebas dari bahaya.

Kebutuhan yang berfokus pada kemudahan melakukan hubungan dan komunikasi dan memahami kebutuhan pasien.

berfokus pada kecepatan dan sikap tanggab dalam penanganan keluhan pasien serta membantu pasien memperoleh layanan yang dibutuhkan.

Kepuasan yang berfokus pada kemampuan kesopanan dan dapat dipercaya dari petugas serta bebas dari bahaya.

Kebutuhan yang berfokus pada kemudahan melakukan hubungan dan komunikasi dan memahami kebutuhan pasien.

Gambar: 3.5 Tabel Definisi Operasional Penelitian

Sumber: Arikunto (2002) , Tjiptono (1995)

Page 29: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

3.7 Pengumpulan data

Instrument penelitian ini menggunakan kuisioner sejumlah 20 item yang diambil dari buku

Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional karangan Nursalam

(2002) dan sebagian dibuat sendiri oleh peneliti yang disesuaikan dengan definisi operasional.

Setelah mendapatkan surat pengantar penelitian dari program studi Keperawatan Malang,

maka peneliti memberikan surat pengantar penelitian dari Dinas Kesehatan kota Malang kepada

Kepala UPT Puskesmas Arjuno Malang. Kemudian peneliti mengadakan pendekatan kepada

responden. Pada awal pendekatan peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan kepada

responden. Sebelum mengisi kuesioner peneliti melakukan informed consent terlebih dahulu

kepada responden, kemudian peneliti membagikan kuesioner dan meminta responden untuk

menjawab pertanyaan kuesioner kemudian langsung dikumpulkan kembali kuesioner ke peneliti.

3.8 Pengolahan data dan analisa data

3.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan cara pengecekan data

skoring dan tabulasi data. Teknik peberian skornya yaitu setiap jawaban “ya” pada pertanyaan

Favoureable diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Kemudian ditabulasi untuk m

endapatkan hasil berupa prosentase menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

KK = kepuasan klien

Sp = skor perolehan

Sm = skor maksimal

Kemudian hasil pengolahan data dalam prosentase diinterpretasikan menggunakan sekala

kualitatif.

Kriteria:

Sangat puas = hasil 76%-100%

Puas = hasil 56%-75%

Tidak puas = 40%-55%

Sangat tidak puas =<40%

Page 30: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Sumber: Arikunto (1998)

3.8.2 Analisa data

Hasil analisa data dalam penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk deskriptif yaitu

dengan menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi berupa diagram lingkaran untuk data umum

(pendidikan, usia, kegawatan saat datang dirawat) sedangkan untuk data khusus disajikan dalam

bentuk tabel dan dibawahnya akan diperjelas dalam bentuk narasi.

3.9 Etika Penelitian

3.9.1 Lembar persetujuan (Informed Consent)

Informing adalah penyampaian ide dan isi penting dari peneliti kepada calon subyek.

Consent adalah persetujuan dari calon subjek, yang diperoleh setelah memahami semua

informasi penting. Semua subjek yang memiliki kemampuan, harus mendapat kesempatan untuk

memilih apakah ia bersedia berpartisipasi dalam penelitian atau tidak. Informed consent

mencakup empat elemen, yaitu : penyampaian tentang informasi penting, pemahaman secara

koprehensif, kemampuan memberi consent, dan kesukarelaan (Hamid, Achir Yani S., 2007).

3.9.2 Jaminan aninymity dan kerahasiaan (confidentiality)

Calon subjek perlu mengetahui sejauh mana jawaban atau respon dan cacatan tentang

mereka dijaga kerahasiannya dan apakah tiap data yang dikumpulkan oleh peneliti akan menjadi

bagaian dari catatan medik mereka. Kepada subjek dijanjikan identitas mereka akan

dipertahankan tanpa identitas mereka baik dalam laporan penelitian maupun dalam bentuk

publikasi lainya (Hamid, Achir Yani S., 2007).

Page 31: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Endang H.2008. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayana Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum. Jurnal, diakses tanggal 19 juni 2010

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Sutu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Cipta

Bruce, Andy & langdon, Ken. 2004. Mengutamakan pelanggan. Jogyakarta : Zenith publizerDanim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara Hamid, Achir Y.2007.Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika & Instrumen. Jakarta: EGCHidayat, A Aziz . 2004 . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaKotler, Philip dan Keller, kevin. 2007. Marketing Manajement. Indonesia. PT Manca Jaya Cemerlang Muninjaya, AA. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaNursalam .2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

MedikaNursalam.2008.Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: SalembaPohan, Imbalo S.2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan .Jakarta : EGC

Riyadi, Doddy dan Muslich,Mansur.2008.Bagaimana Menulis KTI Kesehatan. Malang: A3 (Asih, Asah, Asuh)

Sastroasmoro. 1995 . Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Bina Aksara

Sugiyono. 2007 . Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Afabeta

Tjiptono, Fandi. 1995. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi offset

www.DepKes.comdiakses tanggal 7 maret 2010

http://Pustaka.unpad.ac.id, diakses tanggal 9 Maret 2010)

http://www.indonesia.go.id, diakses tanggal 9 Maret 2010

http://www.indonesia.go.id, diakses tanggal 9 Maret 2010)

http://www.mediaindonesia.com, diakses tanggal 9 Maret 2010

Page 32: Proposal Kti Dengan Judul Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Dalam Menerima Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas