evaluasi jalur evakuasi bencana erupsi ...eprints.ums.ac.id/76674/12/naskah publikasi-129.pdfawal...
TRANSCRIPT
EVALUASI JALUR EVAKUASI BENCANA ERUPSI GUNUNG
MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAST COST
PATH ANALYSIS DI KECAMATAN TURI KABUPATEN
SLEMAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Geografi Fakultas Geografi
Oleh:
RISANG PAMUNGKAS
E100181325
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
“Kajian Jalur Evakuasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Dengan Menggunakan
Metode Least Cost Path Analysis Di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman”
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
RISANG PAMUNGKAS
E100181325
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing :
Jumadi, M.Sc, Ph.D
ii
HALAMAN PENGESAHAN
“Evaluasi Jalur Evakuasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Dengan
Menggunakan Metode Least Cost Path Analysis Di Kecamatan Turi Kabupaten
Sleman”
Oleh :
RISANG PAMUNGKAS
E100181325
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Geografi
Universitas Muhamadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 5 Agustus 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Jumadi, S.Si., M.Sc., Ph.D. (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Aditya Saputra, M.Sc., Ph.D. (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Vidya Nahdhiyatul Fikriyah, S.Si., M.Sc. (..............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Drs. Yuli Priyana, M.Si.
NIK. 573
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 24 Juli 2019
Penulis
RISANG PAMUNGKAS
E100181325
1
EVALUASI JALUR EVAKUASI BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAST COST PATH ANALYSIS DI
KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN
Abstrak
Bencana menjadi salah satu kejadian yang merugikan mahluk hidup baik moral
maupun material. Bencana erupsi merupakan salah satu kejadian bentuk bencana yang
terjadi di Kabupaten Sleman, tepatnya di Kecamatan Turi. Data penginderaan jauh dan
sistem informasi geografis merupakan salah satu media yang mampu menjadi sarana
pembuatan jalur evakuasi. Penelitian ini dilakukan pada Kecamatan turi Kabupaten
Sleman untuk mengkaji efektifitas dari metode Least Cost Path. Parameter yang
digunakan dalam penelitian antara lain ialah kondisi jalan, lebar jalan, perkerasan jalan,
arah lajur, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Pengolahan data tersebut
dilakukan dalam bentuk format data raster untuk memperoleh jalur evakuasi melalui
kalkulasi nilai piksel. Hasil yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif untuk
tingkat efetifitas jalur terhadap jalur evakuasi yang sudah ada. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode least cost path memiliki efektifitas yang
baik dengan menghasilkan 4 jalur evakuasi yang baru. Jalur terebut memiliki waktu
tempuh yang lebih pendek dibandingkan dengan jalur yang telah ada serta beberapa
aspek lain. Perbandingan waktu menunjukkan bahwa selisih yang ada hanya berkisar
antara 3-10 detik. Kondisi jalan yang dilalui memiliki data yang menunjukkan hasil
yang relative hampir sama.
Kata Kunci: Jalur evakuasi, Erupsi Gunung Api, Metode Least Cost Path,
Penginderaan Jauh.
Abstract
Disasters become one of the events that harm living things both morals and materials.
Volcano Eruption is one of disasters that occurred in Sleman Regency, especially in
Turi District. Remote sensing data and geographic information systems are one of the
media capable of making evacuation routes. This research was conducted in the Turi
District of Sleman Regency to study the effectiveness of the Least Cost Path method.
The parameters used in the study are road conditions, road width, road pavement, lane
direction, slope, and land use. Processing the data is done in raster form to obtain
evacuation routes through calculations on pixel value. The results will be analyzed
qualitatively for the effectiveness of the path to the existing evacuation route. Based on
the results obtained it can be concluded that the least cost path method has good
effectiveness by producing 4 new evacuation routes. The route has a shorter time
compared to existing routes and from the other aspects too. Time comparison shows
2
that the time difference is only 3-10 seconds. The condition of the road shows that it
have similar conditions.
Keywords: Evacuation Route, Volcano Eruption, Least Cost Path Method, Remote
Sensing.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terletak pada jalur api (Ring of Fire), Hal tersebut
menyebabkan banyaknya aktivitas vulkanisme yang terjadi di Indonesia. Salah satu
gunung vulkanik yang masih aktif di Indonesia ialah Gunung Merapi yang terletak di
Sleman, Yogyakarta. Aktivitas vulkanik terjadi pada beberapa kurun waktu Terakhir,
Aktivitas tersebut menyebabkan kerugian material serta merenggut sejumlah korban
yang ada pada sekitar lereng Gunung Merapi.
Peristiwa Erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi beberapa tahun terakhir ialah
pada tahun 1998, 2006, dan 2010. Salah satu letusan yang besar terjadi pada tahun
2010, letusan tersebut menyebabkan kerusakan pada beberapa permukiman dekat
dengan lereng Gunung Merapi. Akibat lain yang ditimbulkan dari erupsi ialah adanya
korban jiwa sebesar 347 orang meninggal serta pengungsi akibat erupsi sebesar
410.318 jiwa. Jumlah Kecamatan Turi Kabupaten Sleman merupakan salah satu yang
mengalami dampak dari Erupsi Gunung Merapi dengan jumlah korban meninggal
dunia sebanyak 20 jiwa (BPS Kabupaten Sleman, 2010).
Kerusakan yang terjadi mengakibatkan banyaknya rumah serta fasilitas umum
yang rusak akibat pengaruh aliran awan panas atau wedhus gembel. Bencana Erupsi
merupakan fenomena yang tidak dapat diprediksi secara pasti oleh siapapun, oleh
karena itu upaya untuk meminimalisir dampak perlu untuk dilakukan. Upaya untuk
meminimalisir hal tersebut diwujudkan pemerintah melalui Undang – Undang No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pasal tersebut menjelaskan mengenai
upaya negara dalam meminimalisir korban serta kerugian akibat adanya berbagai
bencana seperti social, alam, dan sebagainya. Jalur evakuasi yang ada pada saat ini
dibuat oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Sleman.
3
Masih banyaknya jalan yang dapat dimanfaatkan untuk jalur evakuasi yang
memungkinkan perlu dipertimbangkan untuk bahan pembuatan jalur yang baru.
Citra penginderaan jauh merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi objek yang ada pada permukaan bumi secara tidak langsung.
Penerapan identifikasi jalur evakuasi dapat diterapkan dengan memperhatikan
gambaran citra dan metode tertentu. Metode Least Cost Path merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jalur evakuasi melalui nilai pixel
yang terdapat pada sebuah citra satelit. Metode tersebut mampu digunakan untuk
mengidentifikasi jalur evakuasi dengan akurasi yang tergolong baik. Evaluasi perlu
dilakukan untuk menambah optimalisasi dari jalur evakuasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah terhadap publik.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :
a. Bagaimana metode Least Cost Path diterapkan dalam penetapan Jalur
Evakuasi Bencana erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Turi?
b. Bagaimana perbandingan efektifitas peta jalur evakuasi yang dihasilkan
dengan metode Least Cost Path dengan peta jalur evakuasi BPBD
Kabupaten Sleman?
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah :
a. Memetakan jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Merapi dengan metode
Least Cost Path.
b. Membandingkan efektifitas peta jalur evakuasi dinas BPBD Kabupaten Sleman
dengan peta jalur evakuasi metode Least Cost Path.
4
2. METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Least Cost Path dan Surve lapangan.
Metode Least Cost Path merupakan metode yang mengacu pada nilai piksel untuk
membuat sebuah jalur/ terobosan, sedangkan metode survei merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan sampling dari sebuah populasi. Sampel yang
diambil untuk mewakili populasi dari penelitian. Obyek penelitian yang diteliti adalah
jalur evakuasi dengan populasi penelitian berupa jaringan jalan yang ada pada
Kecamatan Turi. Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah
Purposive Sampling dengan alasan lingkup wilayah yang dipilih hanyalah daerah yang
termasuk pada jalur evakuasi. Uji akurasi dari beberapa parameter akan dilakukan
untuk mengetahui valid tidaknya data yang digunakan dengan acuan data jalur evakuasi
yang disediakan oleh BPBD Kabupaten Sleman. Proses validasi dilakukan untuk
mengetahui valid tidaknya sampel yang telah ditentukan pada lapangan. Tujuan dari
validasi parameter ialah untuk memutakhirkan data yang diolah. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan metode Least Cost Path, metode ini merupakan salah
satu metode system informasi geografis yang berbasis data raster. Metode ini
menerakan pencarian jalur yang optimum dengan memperhatikan parameter yang ada
sebagai salah satu acuan tolak ukur pembuatan jalur optimum.
Pengolahan data pertama ialah menentukan cost surface, dimana nilai tersebut
diperoleh melalui akumulasi parameter yang digunakan dalam penelitian. Masing-
masing parameter tersebut memiliki pengaruh terhadap pembuatan jalur optimum yang
ditunjukan dengan besar nilai yang direpresentasikan. Semakin besar nilai dari sebuah
parameter, maka memiliki dampak yang semakin buruk terhadap pembuatan jalur.
Semakin kecil nilai parameter akan memiliki dampak yang lebih baik pada penentuan
jalur.
Pembuatan cost distance/cost backlink dilakukan untuk memperoleh titik awal dan
titik akhir dari jalur yang diperoleh. Penerapan dari jalur evakuasi untuk kebencanaan
pada studi yang dilakukan merujuk pada titik-titik vital yang digunakan utnuk jalur
5
evakuasi. Beberapa titik tersebut dibagi sesuai dengan titik awal dan titik akhir. Titik
awal yang digunakan pada penelitian ialah titik kumpul serta beberapa titik yang
menjadi rute awal, sedangan titik akhir yang digunakan adalah titik barak pengungsian
dan titik aman dari kawasan rawan bencana. Beberapa pembanding tersebut digunakan
untuk membandingkan data yang dihasilkan dengan jalur yang telah ada. Validasi yang
dilakukan akan menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan antara satuaspek dengan
yang lainnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode ini memiliki keunggulan berupa kalkulasi pembuatan jalur dan pemilihan rute
dilakukan oleh perangkat lunak. Beberapa parameter yang digunakan pada penelitian
meliputi aspek yakni jalan dengan rincian perkerasan, kondisi, lebar, dan arah lajur.
Penilaian parameter dilakukan secara kualitatif dengan mempertimbangkan kondisi
pada daerah kajian (Purwanto, 2015). Parameter lain yang digunakan ialah kemiringan
lereng dan penggunaan lahan, aspek ini digunakan karena memiliki pengaruh yang
besar terhadp jalannya sebuah evakuasi. Kajian yang dilakukan pada kedua dilakuan
dengan menggunakan acuan jalur menuju barak pengungsian.
Masing–masing jalur yang dihasilkan diperoleh berdasarkan pengaruh yang paling
baik dengan ditunjukkan skor terkecil. Pengalihan jalan yang ditampilkan merujuk
pada wilayah dengan nilai skor terkecil yang telah diakumulasikan. Berdasarkan
tampilan peta jalur yang diperoleh memiliki jarak yang lebih jauh dibandingkan jalur
evakuasi oleh BPBD kabupaten Sleman. Perbandingan analisis dilakukan untuk
memperoleh efektifitas antara jalur baru dengan jalur BPBD. Beberapa jalur memiliki
rute yang hamper sama dengan rute yang disediakan oleh BPBD sleman. Beberapa
jalur yang diperoleh memiliki pola sedemikian rupa dikarenakan faktor parameter
menunjukkan bahawa jalan yang memiliki kriteria berlokasi pada jalur yang ditetapkan
BPBD. Jalur baru yang dibuat memiliki rute tempuh yang lebih pendek dibandingkan
dengan rute yang lain.
6
a. Barak Girikerto
Barak Girikerto merupakan salah satu barak yang berada pada kecamatan
Turi Kabupaten Sleman. Barak tersebut merupakan barak yang masih
fungsional sampai sekarang. Barak yang terletak di sisi timur Kecamatan Turi
ini merupakan salah satu barak yang dituju pengungsi dari beberapa titik
kumpul. Peta jalur evakuasi menuju barak Girikerto yang dihasilkan melalui
metode penelitian menghasilkan 2 buah jalur evakuasi.
Kedua jalur tersebut memiliki titik kumpul yang berbeda antara satu
dengan yang lain, jalur 1 berlokasi pada lapangan desa girikerto sedangkan
jalur 2 berada pada lapangan warga masjid dusun. Jalur 1 memiliki panjang
rute sebesar 2.82 km menuju ketitik barak pengungsian, sedangkan Jalur 2
berjarak 7.35 km ke barak dari titik kumpul. Uji waktu tempuh yang diperoleh
dari validasi lapangan dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor
dengan kecepatan rata – rata 40 km/jam. Hasil dari uji waktu tempuh yang
dilakukan jalur membutuhkan waktu 4 menit 15 detik dari titik kumpul menuju
ke lokasi barak pengungsian. Jalur evakuasi 2 memiliki waktu tempuh sebesar
13 menit untuk mencapai barak sesuai dengan rute yang telah dibuat. Kondisi
rute jalan jalur 1 lebih banyak melalui permukiman dibandingkan dengan
kebun, sedangkan pada jalur evakuasi 2 melewati beberapa pemukiman namun
lebih condong pada wilayah perkebunan.
8
Tabel 1. Tabel Evaluasi Jalur Evakuasi
No Faktor Pembanding BPBD Penelitian
1. Waktu tempuh Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
11 Menit 04 Detik 13 Menit 00 Detik
Jalur Evakuasi 2
4 Menit 15 Detik
2. Jarak Tempuh Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
5,00 km 2,82 km
Jalur Evakuasi 2
7,35 km
3. Jumlah Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 2 Jalur Evakuasi
4. Tahun Pembuatan 2018 2019
5. Kondisi Jalan Tidak melewati permukiman,
Jalan beraspal kondisi buruk,
lebar jalan 3 - 4 meter, degan 2
lajur
Melewati beberapa pemukiman
dan perkebunan salak, jalan
beraspal kondisi baik, lebar
jalan 3 – 4 meter degan 2 lajur
6. Tingkat efektifitas Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
Efektif langsung menuju lokasi
barak.
Tidak Efektif dikarenakan rute
memutar dari jalur
Jalur Evakuasi 2
Efektif lagsung menuju lokasi
barak
Jalur BPBD Sleman memiliki kondisi jalan yang buruk namun menuju
langsung pada lokasi barak pengungsian, sehingga pada penerapannya tidak dapat
melaju pada rute dengan kecepatan tinggi. Rute yang dibuat melalui least cost path
memiliki 2 jalur salah satu jalur memiliki jalan dan waktu tempuh yang lebih
pendek namun dengan titik kumpul yang berbeda. Jalur 2 yang memiliki titik
kumpul sama memiliki rute yang memutar untuk menuju ke titik barak
pengungsian. Jarak tempuh dan waktu condong lebih lama dibandingkan dengan
jalur milik BPBD Sleman, namun pada terapannya pada jalur ini dapat melakukan
9
percepatan mengenal kondisi dari lahan yang condong memiliki aksesibilitas baik.
Hal ini ditunjang dengan adanya jalan beraspal dalam kondisi baik serta lebar jalan
4 meter dengan arah 2 lajur.
Kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara umum jalur evakuasi yang
dibuat memiliki efektifitas yang hampir sama dengan jalur yang disediakan oleh
BPBD Sleman. Hal tersebut disebabkan kondisi jalan serta waktu tempuh yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dapat diasumsikan hampir sama. Parameter
yang mendukung jalannya rute evakuasi mempercepat proes evakuasi seperti
lebar, arah, dan kondisi jalan (Harsini, 2014). Rute yang dibuat memiliki jarak
tempuh yang lebih jauh namun laju kendaraan dapat dipercepat untuk
mempercepat menuju tujuan. Rute BPBD tidak memungkinkan untuk dilakukan
percepatan, mengenal rute dengan kondisi jalan buruk dapat mengakibatkan
kecelakaan.
b. Barak Wonokerto
Barak wonokerto merupakan barak fungsional yang masih digunakan sampai
sekarang. Barak tersebut terletak pada sisi barat Kecamatan Turi Desa Wonokerto.
Jalur evakuasi yang pada barak wonokerto yang diolah menghasilkan dua buah
jalur. Kedua jalur memiliki 2 buah titik kumpul yang berbeda, jalur evakuasi 1
terdapat pada pekarangan warga desa dan jlur evakuasi 2 terletak pada musholla
Desa Girikerto. Panjang rute dari jalur evakuasi 1 berjarak 5.38 km dari titik
kumpul menuju ke lokasi barak. Jalur evakuasi 2 memiliki jarak lebih pendek
yakni 4.46 km, hal tersebut dikarenakan perbedaan jarak antara titik kumpul
terhadap lokasi barak.
Validasi lapangan dilakukan untuk mengecek kondisi serta medan yang dilalui
dalam rute jalur evakuasi. Waktu tempuh divalidasi dengan menggunakan
kendaraan bermotor dengan kecepatan rata – rata 40 km/jam. Hsil yang diperoleh
menunjukkan bahwa rute 1 memiliki waktu tempuh selama 06 menit 01 detik
untuk sampai pada bark pengungsian. Kondisi medan yng dilalui keluar dari
pemukiman dan condong melewati areal perkebunan salak warga. Jalur evakuasi
10
2 yang telah dirancang memiliki waktu tempuh 9 menit 20 detik untuk mencapai
titik pengungsian dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kondisi medan
memiliki jalan baik dengan perkersan berupa aspal, rute yang dilalui hanya
melewati permukiman selama beberapa saat yang dilanjutkan dengan areal
perkebunan salak secara keseluruhan.
Tabel 2. Evaluasi Jalur Evakuasi Wonokerto
No Faktor Pembanding BPBD Penelitian
1. Waktu tempuh Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
09 Menit 37 Detik 09 Menit 20 Detik
Jalur Evakasi 2 Jalur Evakuasi 2
6 Menit 01 Detik 05 Menit 58 Detik
2. Jarak Tempuh Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
4,68 km 4,55 km
Jalur Evakuasi 2 Jalur Evakuasi 2
5,98 km 5,38 km
3. Jumlah Jalur Evakuasi 2 Jalur Evakuasi 2 Jalur Evakuasi
4. Tahun Pembuatan 2018 2019
5. Kondisi Jalan Melewati Beberapa
permukiman dan kebun salak,
Jalan beraspal kondisi buruk,
lebar jalan 3 - 4 meter, degan 2
lajur
Melewati beberapa pemukiman
dan perkebunan salak, jalan
beraspal kondisi baik, lebar
jalan 3 – 4 meter degan 2 lajur
6. Tingkat efektifitas Jalur Evakuasi 1 Jalur Evakuasi 1
Efektif langsung menuju lokasi
barak.
Tidak Efektif dikarenakan rute
memutar dari jalur
Jalan Evakuasi 2 Jalur Evakuasi 2
Efektif langsung menuju lokasi
barak.
Efektif langsung menuju lokasi
barak
Salah satu efektifitas yang dapat diperoleh dari jalur ialah memiliki rute yang
melewati pemukiman, Semakin banyak permukiman yang dilalui di sepanjang
11
jalur evakuasi, maka semakin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan jalur
evakuasi tersebut (Utami, 2017). Persamaan jalur evakuasi yang hampir sama
disebabkan karena kondisi jalan yang memenuhi kriteria terdapat pada titik yang
sama. Jalan yang digunakan pada rute untuk barak wonokerto merupakan jalan
utama yang digunakan untuk akses transportasi. Jalan utama yang ada pada wilyah
terebut memiliki kesamaan pada jalan jalan yang ada wilayah permukiman. Hal
tersebut menyebabkan program mendefinisikan bahwa jalan yang mampu
menempuh jarak lebih pendek menuju ke barak akan digunakan, akibat karakter
jalan yang sama.
13
4. PENUTUP
Jalur evakuasi dapat dibuat dengan metode Least Cost Path menggunakan
beberapa parameter yakni kemiringan lereng, penggunaan lahan, kondisi jalan,
perkerasan jalan, lebar jalan, dan arah lajur menghasilkan 4 buah jalur evakuasi
yang menghubungkan antara titik kmpul pada barak pengungsian. Tingkat
efektifitas dari jalur evakuasi yang telah dihasilkan tergolong baik, hal tersebut
didasari pada hasil validasi dimana kondisi jalur yang memiliki waktu tempuh,
jarak yang lebih dekat, dan kondisi jalan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2010. Sleman Dalam Angka Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten
Sleman
Harsini, Sri. 2014. Aplikasi sistem informasi geografis untuk penentuan jalur evakuasi
bencana banjir luapan sungai bengawan solo di kota surakarta. Skripsi
Program Sarjana. Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Purwanto, Tegar Adi. 2015. Penentuan Lokasi Optimum Jalur Pipa PDAM Baru
Dengan Metode Least Cost Path Serta Analisis Debit Dan Tekanan Airnya Di
Kecamatan Gamping Dan Sekitarnya. Skripsi Program Sarjana. Yogyakarta:
Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada
Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Kebencanaan
Utami, Anik Puji. 2017. Perbandingan jalur evakuasi metode least cost path dengan
jalur evakuasi badan penanggulangan bencana daerah (bpbd) kabupaten sleman
pada erupsi Gunung merapi (studi kasus kecamatan pakem, kabupaten sleman).
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.