evaluasi dan penggunaannya
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
1/6
Evaluasi dan Penggunaannya
1. MEningkatnya rasa tidak puas terhadap evaluasiKita tahu banyak dari kita yang tidak puas dengan evaluasi dan juga kebijakan evaluasi yang
selama ini ada, apalagi beberapa tahun terakhir ini, hal ini juga dapat dirasakan dengan melihat
banyaknya kritik terhadap evaluasi dalam artikel-artikel pendidikan terutama bila kita melihat di
Negara-negara Barat ternyata banyak artikel tentnag ketidak puasasan terhadap utilisasi
(penggunaan dan implementasi evaluasi) di Amerika Serikat, di sini mereka jauh merasa tidak
puas dibandingkan di Negara barat lain seperti di Eropa Barat atau di Kanada. Belum lagi para
politikus pembuat kebijakan tampak sekali tidak perduli dengan hasil evaluasi dan juga
penggunaannya kecuali saat digunakan sebagai alat politik. Kebijakan tentang evaluasi yang
selalu berubah ubah, padahal kebijakan sebelumnya menunjukkan hasil yang cukup baik,
namun tidak ada kelanjutannya, bahkan seringkali program-program evaluasi yang menurut para
ahli dan praktisi baik, namun karena tidak sesuai dengan agenda politik orang yang sedang
berkuasa, bisa diubah dan bahkan dihilangkan dan diganti dengan program evaluasi yang
sebenarnya jauh lebih buruk disbanding evealuasi sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri, bahkan
oleh para praktisi dan ahli evaluasi di dunia pun, mereka berpendapat bahwa evaluasi Cuma jadi
alat untuk menjatuhkan lawan politik atau memenangkan satu arena politik semasa pemilihan
umum, jadi tidak perduli evaluasi tersebut baik atau tidka, tapi bila sudah didukung oleh partai
yang berkuasa, program evaluasi tersebut tetap dijalankan sebagai alat maneuver politik. Jadi
seringkali program evaluasi yang dipilih dalam pendidikan adalah program yang disukai atau
didukung oleh elit politik penguasa, dan tidak ada hubungannya dengan efek dari program
evaluasi terhadap pendidikan secara umum.
Hal ini tidak hanya terjadi di Negara berkembang, namun penggunaan evaluasi dalam
unsur politik ternyata juga terjadi di Negara-negara maju, sehingga kebanyakan evaluasi di
negaara-negara tersebut juga disalah gunakan atau malah tidak dianggap sama sekali, namun hal
ini bukan salah satu sebab mengapa banyak kritikan dan kekecewaan terhadap evaluasi, ternyata
salah satu penyebab penting kekecewaan kita terhadap evaluasi karena harapan kita yang terlaly
tinggi kalau evaluasi yang kita jalankan bisa memberikan efek yang kita idamkan.
Seperti kita ketahui apa yang diharapkan biasanya belum tentu tercapai, termasuk
harapan kita terhadap evaluasi. Contohnya saja pada tahun 1960an, orang Amerika dan di Eropa
sangat mementingkan evaluasi (karena dianggap akan memberikan efek yang ideal untuk
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
2/6
pendidikan). Dan pada tahun-tahun ini, riset atau penelitian terhadap evaluasi mulai banyak
dilakukan, terutama soal utilisasi (Penggunaan dan impelementasi kebijakan evaluasi di sekolah
dan di dalam bidang pendidikan secara umum). Pada tahun 1960an, orang punya pandangan
bahwa evaluasi sangat penting dan orang harus mengimplementasikan evaluasi dan memasukkan
implementasi dalam kebijakan dalam pemerintahan, namun evaluasi harus bebas dari campur
tangan social, politik dan hal lain, misalnya agama. Evaluasi dianggap sebagai ilmu sains (ilmu
pasti) dan bukan bagian dari ilmu social. Di sini lalu dikenal istilah teknokrasi (technocracy)
yang menekankan bagaimana ilmu (termasuk hal ini evaluasi) akan membantu mempertahankan
melestarikan demokrasi.
Transformasi dari system pemerintahan yang berbasis politik dan intrik pemerintahan
menjadi pemerintahan yang berbasis pada hasil penelitian ilmu pengetahuan dan bidang lainnya
(yang terjadi di AS dimulai era tahun 1960an) berasal dari hal-hal yang ada hubungannya dengan
evaluasi dan bagaimana evaluasi tersebut mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang diambil
oleh masyarakat umum. Beberapa hal ini adalah: evaluasi harus objektif, dan dalam
implementasi dan evaluasi terhadap evaluasi itu sendiiri, metode yang dipakai harus metode
eksperimen atau metode yang memang sudah terbukti valid. Namun sayangnya bukan hal ini
yang terjjadi di dalam pengimplemetasiannya. Padahal hasil evaluasi ini erat hubungannya
dengan kebijakan-kebijakan public yang diambil oleh pemerintah. Dan untuk mengatasi hal ini,
ternyata disarankan untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap cara pemerintah atau
piahak yang berwenang dalam hal mengambil kebijakan atau keputusan-keputusan yang
menyangkut public (masyarakat).
Idealnya, pemerintah atau pihak yang berwenang dalam mengambil kebijakan untuk
masyarakat langsung merubah kebijakan public yang ada bila ada hasil evaluasi yang
menyatakan bahwa kebijakan terdahulu tidak bagus. Disini evaluasi, hasil evaluasi merupakan
salah satu dari proses pengambilan keputussan, jadi pengambilan keputusan didapat dari hasil
evaluasi. Penggunaan evaluasi seperti ini menurut Alkin, DAilllak dan White (1979) adalah
model perencanaan instrumental.
Tapi hal seperti ini hanya ada di dunia yang ideal, di dunia yang sebenarnya tidak
adapenggunaan evaluasi segampang ini. Kenyataannya evaluasi menurut Carol Weiss (1972)
hanya tersebar jadi sampah di dalam dunia birokrasi. JAdi mengapa akhirnya evaluasi yang
sudah didesain sedemikian rupa, malah tidak ada artinya di mata para birokrat dan politikus? Hal
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
3/6
ini ternyata ada hubungannya dengan betapa sebenarnya metode inkuiri social dan sains yang
seharusnya dipakai dalam pemerintah (ingat teknokrasi) tapi ternyata tidak dipakai dalam
aplikasi sebenarnya dalam jalannya pemerintah dalam kenyataannya. Bahkan penelitian tentang
hal ini sudah banyak menjamur.
Kembali lagi kepada penggunaan (utilisasi) dan implementasi evaluasi. Untuk tahu
bagaimana sebenanrya utilisasi evaluasi menurut pemerintah dan bagaimana keadaan utilisasi
evaluasi sebenarnya, kita harus tahu terlebih dahulu apa dan bagaimana utilisasi dijalankan. Ada
lima macam tipe utilisasi (1) instrumental (2) konseptual (3) interaktif (4) legitimisasi dan (5)
taktis. Lalu kita juga akan membahas siapa-siapa saja penerima utilisasi yang disebutkan di atas.
Namun yang pertama yang akan dibahas adalah konsep utilisasi, membahas hubungan Antara
evaluasi dan penggunanya dan beberapa cara meningkatkan utilisasi juga akan dibahas di sini.
Model Utilisasi Evaluasi
Penelitian
Evaluasi
Politik Administrasi
Publik
Identifikasi masalah social
Menetapkan tujuan
Identifikasi informasi yang sudah ada
Mencari jalan untuk memenuhi tujuan
Studi Langkah atau cara
Mempelajari langkah-langkah apa
Yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
Percobaan dengan dua kelompok
Didapatnya langkah-langkah
Untuk mencapai tujuan
Utilisasi cara/langkah untuk
Mencapai satu keputusan
Keputusan
Administrasi berjenjang
output
outcome
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
4/6
Gambar 1. Model Utilisasi Evaluasi
Gambar di atas adalah gambaran bagaimana seharusnya utilisasi (penggunaan) evaluasi di dalam
dunia politik pemerintahan.
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
5/6
Model di atas adalah salah satu model yang utilisasi evaluasi paling ideal dan disebut sebagai
model yang membuat pengambilan kebijakan oleh pemerintah rasional. Walaupun model ini bisa
dipakai pada tingkat pemerintahan manapun, namun karena kebanyakan kebijakan pendidikan
berasal dari pemerintah pusat, diasumsikan model ini juga dipakai di dalam atau tingkat
pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan pusat.
Setelah membahas model ini secara mendetail, di bagian selanjutnya juga akan dibahas
bagaimana model ini menjadi penghubung Antara bidang politik, administrrasi dan peneltiian
dalam bidang evaluasi. Namun karena ini adalah sebuah model, tentu saja hal ini hanya bentuk
ideal dari keadaan yang sebenarnya, sehingga dalam lapangan, kita tidak akan menemui model
utilisasi evaluasi persis seperti model ini.
Model utilisasi evaluasi ini dibuat sebenarnya berdasarkan studi atau penelitian empiris
dan berasal dari bagaimana sebenarnya sebuah organisasi dijalankan. Model ini sebenarnya
didasarkan pada metode pemecahan masalah yang digunakan oleh sebuah organisasi saat mereka
menghadapi masalah di dalam organisasi mereka. Karena berdasarkan pada metode pemecahan
masalah sebuah organisasi maka langkah langkah dalam model ini pun mirip dengan metode
pemecahan masalah organisasi tersebut, yang terdiri atas beberapa langkah yaitu: identifikasi
masalah, menetapkan tujuan, merancang langkah yang akan diambil untuk mencapai
tujuan/memecahkan masalah, menentukan langkah paling tepat, dan implementasi langkah
tersebut sehingga didapat hasilnya (output dan outcome).
Menurut model ini, langkah intervensi terdiri dari dua tahapan. Langkah pertama disebut
langkah preliminary (atau langkah awal) dimana, langkah yang sudah didesain atau dirancang
dan disetujui untuk dilaksanakan, dilaksanakan terlebih dahulu pada skala kecil, untuk mengetes
keefektifan langkah tersebut. Hasil daripilot studiini lalu nantinya akan digunakan dalam proses
atau langkah besar, yang nantinya akan menentukan apakah program yang akan
diimplementasikan terus dijalankan atau dihentikan sama sekali karena tidak efektif berdasarkan
hasil pilot studi (studi preliminary).
LAngkah dari awal dari utilisasi evaluasi berdasarkan model di atas adalah sebagai
berikut: Elit politik (atau orang-orang dalam jabatan tinggi dalam pemerintahan)
mengindentfikasi masalah yang timbul, elit politik ini nantinya yang akan memutuskan apakah
perlu diambil langkah pemecahan atau tidak, bila iya, karena bidang ini bukan bidang keahlian
mereka, perancangan langkah-langkah untuk memecahkannya kan diserahkan kepada para
-
7/22/2019 Evaluasi Dan Penggunaannya
6/6
peneliti yang diperintahkan unutk mencari langkah paling efisien untuk memecahkan masalah
tersebut.