evaluasi catering

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alas an tertentu (Moehyi,1992). Sedangkan Depkes (2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011) Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan menu atau bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui pembelian atau menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan demikian, agar makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun hasil pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik. Dengan penyelenggaraan makanan yang baik diharapkan akan menghasilkan makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya, penghidangan yang produksi yang murah. Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan makanan, selain memperhatikan aspek kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya operasionalnya.

Upload: ciloo

Post on 13-Apr-2016

331 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

MSPMI

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Catering

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam

jumlah besar dengan alas an tertentu (Moehyi,1992). Sedangkan Depkes (2003)

menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam

rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan

termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai

status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011)

Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari

perencanaan menu atau bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan

makanan melalui pembelian atau menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan

ataupun selera. Dengan demikian, agar makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas

baik dari segi proses maupun hasil pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara

baik.

Dengan penyelenggaraan makanan yang baik diharapkan akan menghasilkan

makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya, penghidangan yang produksi yang

murah. Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan makanan, selain memperhatikan

aspek kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya operasionalnya.

Sistem penyelenggaraan makanan merupakan program terpadu dan terintegrasi

dan subsistemnya adalah perencanaan anggaran belanja, perencanaan menu,

perencanaan bahan makanan, perencanaan sarana dan prasarana, pembelian bahan

makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, persiapan

bahan makanan, pengolahan bahan makanan, distribusi makanan, pencatatan dan

pelaporan (Depkes, 2006 dalam Kusumastuti, 2009).

Page 2: Evaluasi Catering

Pelaksanaan penyelenggaraan makanan dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan

dan pengawasan makanan (hygiene sanitasi) masih perlu diperhatikan guna

menciptakan makanan yang sehat. Perencanaan makanan bagi kebutuhan gizi yang

dilakukan institusi seperti catering sangat membutuhkan orang yang ahli seperti ahli

gizi. Kendala lain yang dapat terjadi adalah ketersediaan sarana prasarana yang

mendukung proses pelaksanaan. Sarana prasarana yang relevansinya masih rendah

adalah kebutuhan dan tenaga pengurus catering serta rasio antara alat proses

pelaksanaan dengan jumlah konsumen yang dilayani.

Berdasarkan latar belakang diatas kami akhirnya akanmelakukan monitoring dan

evaluasi pada intitusi salah satu catering di wilayah Palembang.

B.Rumusan Masalah

1. Apa itu evaluasi dalam penyelenggaraan makanan institusi?

2. Bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi dalam institusi?

3. Lakukan monitoring evaluasi pada salah satu catering dengan metode observasi/

pengamatan.

C. Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Page 3: Evaluasi Catering

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Evaluasi Programa. Pengertian Evaluasi

Evaluasi secara umum merupakan suatu proses pengumpulan serta

pemrosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan, pengelolaan dan pengembangan lembaga atau program studi.

Evaluasi adalah awal suatu proses pembangunan dan penjaminan mutu (quality

assurance).

Secara implisit terkandung adanya kretiria yang digunakan untuk

menentukan nilai (worth) dan adanya hal yang dinilai. Kriteria yang dimaksudkan

adalah criteria keberhasilan pelaksanaan program dan hal yang dinilai dapat

berupa dampak atau hasil yang dicapai, atau prosesnya itu sendri. Ada dua

konsep terkandung dalam pernyataan ini, yaitu efektifitas yang merupakan ratio

antara output dan inputny, dan konsep efisiensi yang merupakan taraf

pendayagunaan input yang menghasilkan output lewat proses.

Badrun Kartowagiran (2006: 1) menjelaskan bahwa evaluasi program

merupakan salah satu metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas yang

telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai dalam bentuk

informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan

dan penentuan kebijakan. Jenis evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung

dari tujuan yang ingin dicapai lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi

dan jenis keputusan yang akan diambil.

Evaluasi program bila dilihat dari unsurnya terdiri dari evaluasi dan

program. Evaluasi dan program mempunyai definisi dan tujuan masing- masing.

Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto & Cepi Syafrudin (2004: 1-2) adalah

Page 4: Evaluasi Catering

kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

untuk mengambil sebuah keputusan. Evaluasi merupakan aktifitas untuk

mengumpulkan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Pihak

berwenang dalam menentukan keputusan diharapkan berdasar data atau

informasi dari evaluator. Evaluasi merupakan suatu proses

sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan

informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan keputusan (Departemen

Pendidikan Nasional, 2002: 2). Informasi hasil evaluasi dibandingkan dengan

sasaran yang telah di tetapkan pada program. Apabila hasilnya sesuai dengan

sasaran yang di tetapkan, maka program tersebut efektif, jika sebaliknya, maka

program tersebut dianggap gagal.

Sistematis mengandung makna bahwa evaluasi program dilakukan melalui

prosedur yang tertib berdasarkan kaidah- kaidah ilmiah. Data yang dikumpulkan,

sebagai fokus evaluasi program, diperoleh dari kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis dan penyajian dengan menggunakan pendekatan, model,

metode dan teknik ilmiah. Pengambilan keputusan bermakna bahwa data yang

disajikan itu akan bernilai apabila menjadi masukan berharga untuk proses

pengambilan keputusan tentang alternatif yang akan diambil terhadap program.

(Djudju Sudjana, 2006: 21). Difinisi ini mengandung pengertian bahwa evaluasi

sebagai suatu proses untuk menentukan sejauhmana tujuan pendidikan yang

telah dilaksanakan telah dicapai.

Mengacu kepada Suharsimi (2004: 7-9), evaluasi program adalah upaya

untuk mengetahui efektivitas masing- masing komponennya. Kebijakan yang

dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam elaksanaan sebuah program, yaitu (1)

menghentikan program, (2) merevisi program, (3) melanjutkan program, dan (4)

menyebarluaskan program diwaktu lain. Oleh karena itu, melakukan evaluasi

program berarti melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa tinggi tingkat keberhasilan dan kegiatan yang direncanakan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan evaluasi

adalah proses pengumpulan dan penyajian data yang relevan untuk

Page 5: Evaluasi Catering

ditansformasikan menjadi informasi sebagai masukkan bagi pengambil keputusan

untuk menilai kualitas suatu program, proses, hasil, kinerja, dan dampak yang di

desain untuk mencapai suatu tujuan dalam rangka memberikan akuntabilitas.

b. Tujuan dan Manfaat Evaluasi

Evaluasi pada umumnya mengacu pada upaya pengumpulan dan

penyajian data sebagai masukan untuk mengambil keputusan. Tujuan evaluasi

adalah untuk mengukur efek atau dampak dari suatu program dengan

membandingkan antara hasil dengan tujuan yang telah ditetapkan, sebagai bahan

pertimbangan bagi pembuat keputusan dalam mengambil kebijakan baik yang

berkenan dengan program yang sedang berlangsung maupun peningkatan

perencanaan program yang akan datang.

Suharsimi Arikunto (2002: 290- 291), menyatakan bahwa pada dasarnya

tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data atau informasi yang akurat dan

obyektif tentang pelaksanaan suatu program. Informasi yang didapatkan

mengenai dampak atau hasil, proses, efisiensi atau pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber yang ada. npemanfaatan hasil dapat ditunjukkan pada

program itu sendiri, program akan dilanjutkan, direvisi atau dimodifikasi atau

bahkan dihentikan. Program akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila

direncanakan dengan matang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa tujuan evaluasi adalah

untuk mendapatkan data, informasi serta gambaran tentang suatu program mulai

dari perencanaan sampai pelaksanaan akhir yang akan digunakan untuk bahan

penyusunan kebijaksanaan.

c. Model Evaluasi

Model evaluasi adalah rancangan yang akan digunakan untuk melakukan

evaluasi terhadap suatu program. Para ahli evaluasi telah merancang model

evaluasi yang dapat digunakan oleh para evaluator. Sebagian model berupa

Page 6: Evaluasi Catering

rancangan teoritis yang disusun para pakar, sebagian lagi berupa konsep,

pedoman dan petunjuk teknis untuk menyelenggarakan evaluasi program (Djudju

Sudjana, 2006: 51).

Untuk menentukan efektifitas terhadap program atau kegiatan dapat

dilakukan dengan pendekatan evaluasi terhadap beberapa model penelitian

evaluasi, antara lain UCLAm Brinkerhoff, Stake, dan CIPP. Model – model

evaluasi program dapat dikelompokkan menjadi (a) model evaluasi terfokus pada

pengambilan keputusan, (b) model evaluasi terhadap unsur-unsur program, (c)

model evaluasi terhadap jenis atau tipe kegiatan program, (d) model evaluasi

terhadap proses pelaksanaan program, (e) model evaluasi terhadap pencapaian

tujuan program dan (f) model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program

(Djudju Sudjana, 2006: 51). Dalam penelitian ini digunakan model evaluasi CIPP

yaitu Context, Input, Proses, Product yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

Dikatakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 156),

“This basic framework of the CIPP was complete (contex evaluation to help

develop goals, input evaluation to help shape proposal, process evaluation to

guide implementation, and product evaluation to serve recycling decisions)”.

Model evaluasi CIPP memiliki kerangka kerja dasar yang telah lengkap

yaitu, Evaluasi Contex, untuk membantu mengembangkan tujuan- tujuan. Evaluasi

Input, untuk membantu membentuk usulanusulan strategis pelaksanaan program.

Evaluasi Process, berfungsi untuk mengarahkan dan mengetahui sejauh mana

keterlaksanaan suatu program. Evaluasi Product, untuk mengetahui ketercapaian

suatu program dan selanjutnya memberikan keputusan – keputusan yang

berkenaan dengan hasil evaluasi.

Pembuatan keputusan adalah mengkonseptualisasi sejumlah proses

keputusan (kesadaran, disain, pilihan dan tindakan). Untuk setiap proses tersebut

ada peran- peran yang dimainkan oleh evaluator. Di dalam CIPP evaluator akan :

(1) memonitor sebuah program untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan

peluang-peluang;

(2) mengidentifikasi konsepsi-konsepsi alternatif permasalahan untukdipecahkan

dalam menemui berbagai kebutuhan dan menggunakan peluang;

Page 7: Evaluasi Catering

(3) menilai pernyataan permasalahan alternatif dari posisi nilai yang berbeda;

(4) menilai apakah situasi permasalahan akan memerlukan perubahan dan

tingkatan informasi yang tersedia untuk menuntun aktivitas-aktivitas

perubahan.

2. Program Penyelenggaraan MakananMakanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena

itu, penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik di lingkungan

keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar

lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal

tidak dapat makan bersama dengan keluarga di rumah. Mereka itu dapat makan

terdiri dari para karyawan pabrik atau perusahaan, pekerja perkebunan, para

prajurit, penghuni asrama atau panti asuhan, narapidana, dan sebagainya.

Mereka ini memerlukan pelayanan makanan di luar rumah yang diselenggarakan

secara khusus untuk mereka. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok

konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan

dikenal dengan istilah penyelenggaraan makanan kelompok.

Kelompok konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar

lingkungan keluarga biasanya memperlihatkan ciri- ciri berikut :

1) Umumnya mereka berbeda jauh dari lingkungan keluarga;

2) Mereka tidak bebas meninggalkan tempat mereka berbeda sehinga makanan

harus disediakan secara khusus untuk mereka;

3) Mereka merupakan satu kesatuan karena berbagi hal, seperti orang sakit di

rumah sakit, narapidana, pengungsi, kelompok pengungsi, kelompok prajurit yang

sedang bertugas atau tinggal di asrama, san para pekerja di suatu pabrik.

Penyelenggaraan makanan banyak atau institusi adalah

penyediaan makanan bagi konsumen dalam jumlah banyak diatas 50 porsi. Pada

dasarnya penyelenggaraan makanan institusi terdiri dari 2 macam yaitu:

Page 8: Evaluasi Catering

1) Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pada keuntungan

(bersifat komersial).

Penyelenggaraan makanan ini dilaksanakan untuk mendapat keuntungan yang

sebesar-besarnya. Bentuk usaha ini seperti restaurant, snack, bars, cafeteria,

catering. Usaha penyelenggaraan makanan ini tergantung pada bagaimana

menarik konsumen sebanyak- banyaknya dan manajemennya harus bisa

bersaing dengan penyelenggaraan makanan yang lain.

2) Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat non

komersil).

Penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu instansi baik dikelola

pemerintah, badan swasta ataupun yayasan sosial yang tidak bertujuan untuk

mencari keuntungan. Bentuk penyelenggaraan ini biasanya berada didalam

satu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga

kemasyarakatan, sekolah dan lain- lain. Frekuensi makan dalam

penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial ini 2-3 kali dengan atau

tanpa selingan (Mukrie, 1983 dan Moehyi, 1992).

Tujuan umum penyelenggaraan makanan banyak adalah tersedianya

makanan yang memuaskan bagi klien dengan manfaat yang setinggi-tingginya

bagi institusi. Secara khusus setiap institusi dituntut untuk:

a) Menghasilkan makanan yang berkualitas baik, dipersiapkan

b) dan dimasak secara layak.

c) Pelayanan yang cepat dan menyenangkan

d) Menu seimbang dan bervariasi

e) Harga layak, serasi dengan pelayanan yang diberikan

f) Standar kebersihan dan sanitasi tinggi (Mukrie, 1990).

Prinsip dasar dalam penyelenggaraan makanan institusi yaitu

menyediakan makanan sesuai dengan jumlah dan macam zat gizi yang

diperlukan tubuh, memperhitungkan keinginan dan penerimaan serta kepuasan

konsumen dengan cita rasa yang tinggi dan sanitasi yang layak serta harga

terjangkau oleh konsumen (Mukrie, 1990).

Page 9: Evaluasi Catering

3. Catering(masukke tentang catering yun)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Singkat Hj. Nila Catering

Hj. nila Catering berada di Pusri sako

B. Evaluasi Penyelenggaraan Makanan di Hj. Nila Catering

1. Perencanaan menu

Pihak catering melakukan perencanaan menu agar dapat mempermudah

pada saat pembelian bahan makanan, proses pengolahan serta

pelanggan dengan mudah dapat memilih menu yang akan dipesan.

Perencanaan menu bertujuan untuk dapat memperkirakan anggaran

belanja bahan makanan, pengadaan alat, dan recruitment SDM.

Paket 1

Rp. 30.000/ porsi

- Nasi minyak

- Nasi putih

- Daging balado/rollade

- Ayam suwir

Paket 2

Rp. 28.000/porsi

- Nasi minyak

- Nasi putih

- Daging rending/ malbi

- Ayam panggang/goreng laos

Page 10: Evaluasi Catering

- Ikan Filed asam manis

- Pindang tulang

- Salad buah

- Lalap + sambal

- Kemplang

- Buah 3 macam

- Air mineral

- Ikan filed asam manis

- Sop kimlo

- Asinan Jakarta

- Sambal + lalap

- Kemplang

- Buah 2 macam

- Air mineral

Paket 3

Rp. 25.000/porsi

- Nasi minyak

- Nasi putih

- Daging balado basah

- Ayam rica rica

- Karedok

- Kentang balado

- Soto daging

- Sambal + lalap

- Kemplanng

- Buah

- Air mineral

Paket 4

Rp. 23.000/porsi

- Nasi minyak

- Nasi putih

- Daging rending

- Ayam goring mentega

- Soto ayam

- Capcay

- Sambal + lalap

- Kemplang

- Buah

- Air mineral

Paket 5

Rp. 20.000/porsi

- Nasi putih

- Ayam balado

- Pentul ikan

- Sop kimlo

- Gado –gado

- Sambal + lalap

- Kemplang

- Buah

- Air mineral

Paket 6

Rp. 18.000/ porsi

- Nasi putih

- Ayam goring bumbu

- Brengkes ikan patin

- Urap

- Sambal + lalap

- Kemplang

- Buah

- Air mineral

Page 11: Evaluasi Catering

2. Pengadaan/pembelian bahan makanan

Pemesanan dan pembelian bahan makanan yang dilakukan pemilik

catering yaitu pembelian secara langsung ini guna menghindari adanya

kelebihan anggaran, bahan makanan, ataupun kekurangan bahan makanan.

Pembelian yang dilakukan langsung pemilik catering untuk memilih bahan

makanan yang baik dan sesuai menu pesanan konsumen.

3. Penerimaan dan penyimpanan bahan makanan

Berdasarkan pengamatan kami, penerimaan bahan makanan dilakukan

dengan metode buta atau sesuai pesanan. Pesanan yang telah sampai langsung

di cek kembali kondisi fisik bahan makanannya satu per satu, seperti adanya

retak, busuk, pecah, ataupun rusak. Setelah itu dimasukkan ke dalam lemari

pendingin dan ada yang di freezer untuk buah tidak dilakukan penyimpanan

dalam suhu semestinya (hanya pada suhu ruang) ini dikarena kulkas yang tidak

terlalu besar untuk menyimpan semua bahan makanan. Jadi pihak catering

mendahulukan bahan makanan yang mudah rusak dan layu seperti sayuran ,

bahan makanan yang mudah busuk seperti ikan, daging ayam atau sapi,dll.

Penyimpanan dilakukan dengan sistem mix , karena ada bahan makanan yang

disimpan secara fifo dan ada yang lifo .

Sebaiknya pihak catering harus mempunyai spesifikasi yang khusus

dalam menerima bahan makanan, memisahkan penyimpanan bahan makanan

basah dan kering dengan memperhatikan suhu yang sesuai dengan bahan

makanan. Disusun secara rapi dan dengan catatan khusus keluar masuk bahan

makanan agar dapat melihat stock bahan makanan. Dengan penyimpanan yang

rapi, sesuai dan sistematis maka pihak catering dapat meminimalisir kerugian,

karena bahan makanan tidak akan terkena cemaran fisik, kimia maupun biologis.

Page 12: Evaluasi Catering

4. Pengolahan bahan makanan

Pada saat observasi kami melihat pihak catering sedang melakukan

persiapan bahan makanan untuk pesanan esok hari. Para pegawai sedang

membersihkan bahan makanan , melakukan pemotongan dan mempersiapkan

bumbu setiap menu. Sudah cukup teroganisir, akan tetapi penjamah bahan

makanan seharusnya menggunakan celemek dan korbus, tidak menggunakan

jam atau cincin, kuku pendek dan pegawai harus bersih. Walaupun pemilik

catering mewajibkan sebelum menjamah bahan makanan pegawai harus

mencuci tangan dengan sabun tetapi ada baiknya ditingkatkan kembali

kebersihan pada penjamah makanan.

Melihat alat yang digunakan sudah cukup memadai sesuai dengan porsi.

Walaupun ada alat yang tidak sesuai dengan menu saat pengolahan, namun

masih bisa ditoleransi.

Pada saat pengolahan dilakukan sesuai dengan menu, mengingat pemilik

usaha adalah lulusan dari tata boga jadi pemilik cukup paham metode

pengolahan, ketepatan waktu , rasa dan tekstur makanan. Pada suhu tidak ada

pengukuran khusus mengingat alat yang digunakan tidak menggunakan

teknologi tinggi, namun pengolah yang kebanyakan ibu-ibu memahami konsep

bahan makanan masak atau telah pada tingkat kematangan yang sesuai. SDM

pengolah bahan makanan ada 4 orang untuk dibawah 500 porsi , dan 8 orang

untuk 1000 porsi. Pemilik catering sudah efisien dalam menentukan jumlah

pegawai karena catering ini sudah cukup berpengalaman.

Setelah bahan makanan jadi dilakukan pencicipan langsung oleh pemilik

demi menjaga kualitas catering. Sehingga tidak ada yang perlu dievaluasi pada

tahap ini.

5. Pendistribusian makanan

Page 13: Evaluasi Catering

Pada tahap ini pendistribusian dilakukan menggunakan mobil pick up dan

mobil box. Bahan makanan disimpan dalam wadah besar tiap menu. Saat

sampai lokasi acara, makanan diturunkan dan diletakkan dalam wadah

prasmanan, sisa makanan disimpan. Saat makanan di wadah prasmanan hampir

habis maka pramusaji/pelayan catering akan menambahkan makanan. Sehingga

ada pelayan khusus tiap meja yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan

tiap mejanya.

6. Pencucian dan penyimpanan alat

Ngaranglah

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 14: Evaluasi Catering

Lampiran 1.

Metode Ceklist Penilaian Di Institusi Hj. Nila Catering

No. Jenis Kegiatan Penilaian KeteranganYa Tidak Ada

1. Perencanaan :

a. Perencanaan menu

b. Perencanaan kebutuhan

bahan makanan

c. Perencanaan spesifikasi

bahan makanan

d. Perencanaan anggaran

belanja

e. Perencanaan belanja bahan

makanan

f. Perencanaan pengadaan alat

g. Perencanaan recruitment

SDM

Pihak catering

melakukan

perencanaan menu

dan kebutuhan bahan

makanan sesuai

dengan jumlah

pesanan konsumen.

Perencanaan

dilakukan untuk

meminimalisir

kelebihan anggaran

belanja yang dapat

merugikan pihak

catering.

2. Pemesanan dan pembelian Pihak catering

Page 15: Evaluasi Catering

bahan makanan :

a. Pelelangan terbatas

b. Penunjukkan langsung

c. Pengadaan langsung

melakukan pembelian

bahan makanan

secara langsung untuk

dapat memilih bahan

makanan yang terbaik

dan harga sesuai

perencanaan belanja.

3. Penerimaan bahan makanan :

a. Metode sesuai pesanan

(secara buta)

b. Metode sesuai spesifikasi

(cara konvensional)

c. MIx

Pihak catering

melakukan

penerimaan bahan

makanan dengan

metode secara buta,

pada penerimaan tidak

adanya spesifikasi

yang spesifik untuk

bahan makanan. Pihak

catering hanya melihat

kondisi fisik dari bahan

makanan tersebut

seperti pecah, busuk,

bau, dll. Penerimaan

secara sederhana ini

tidak dilakukan dengan

petugas khusus,

sehingga dapat

dilakukan setiap

pekerja catering.

4. Penyimpanan :

- Sistem yang dipakai

a. FIFO

b. LIFO

Sistem penyimpanan

secara Mix karena

saat dilakukan

pengamatan ada

Page 16: Evaluasi Catering

c. Mix

-Jenis penyimpanan makanan

a. Penyimpanan bahan

makanan kering dan bumbu

b. Penyimpanan bahan

makanan basah seperti

daging, sayur, ikan, buah,

susu dan cream

bahan makanan yang

disimpan

menggunakan sistem

FIFO dan ada yang

LIFO

Penyimpanan bahan

makanan kering dan

bumbu yang dilakukan

pihak catering sudah

layak diterapkan

karena pihak catering

menyimpan pada

toples-toples tertutup.

Penyimpanan bahan

makanan basah

dilakukan secara

sederhana tetapi tidak

rapi, hanya diletakkan

pada lemari pendingin

untuk sayur, dan

freezer untuk ikan dan

daging. Untuk buah

tidak ada

penyimpanan khusus

hanya diletakkan pada

meja dengan suhu

ruang, karena pihak

catering membeli buah

sehari sebelum acara

Page 17: Evaluasi Catering

konsumen.

5. Pengolahan Bahan Makanan

- Persiapan

a. Dicuci kemudian dipotong

b. Dipotong kemudian dicuci

c. Bentuk/potongan bahan

makanan sesuai menu

- Pengolahan

a. Metode yang dipakai

sesuai menu

b. Alat yang dipakai

sesuai/tidak sesuai

c. Macam alat yang ada

sesuai/tidak sesuai

d. Waktu pengolahan

sesuai/ tidak sesuai

e. Suhu pengolahan

sesuai/tidak sesuai

f. Tekstur pencicipan

sesuai menu/tidak

Pihak catering

melakukan pencucian

terlebih dahulu baru

dilakukan pemotongan

pada bahan makanan.

Potongan bahan

makanan dilakukan

dengan sederhana

tetapi sesuai dengan

menu agar terlihat

menarik.

Metode yang dipakai

sesuai dengan menu

masakan.

Alat yang dipakai

sudah sesuai dengan

menu

Pengolahan dilakukan

satu hari sebelum

acara.

Suhu tidak ada ukuran

khusus hanya melihat

masak tidaknya.

Pencicipan dilakukan

langsung oleh pemilik

catering sesudah

Page 18: Evaluasi Catering

- Penyerahan makanan ke

bagian distribusi

makanan matang.

Penyerahan langsung

diberikan ke petugas

distribusi atau yang

mengurusi catering di

acara

6. Distribusi :

a. Sentralisasi

b. Desentralisasi

c. Restoran :

- Ala carte

- Table de’hote

- Sistem lain

d. Self service

7. Penyajian :

a. Pramusaji

b. Buffe

c. Tradisional

d. Rizjts tafle

e. Carry out service

f. Container service

g. Sentralisasi

h. Desentralisasi

i. Mix Sentralisasi dan

√ Adanya pramusaji

yang membantu

mengisi ulang

makanan yang akan

habis di lokasi acara.

Page 19: Evaluasi Catering

Desentralisasi

j. Sistem lain

8. Hygiene dan Sanitasi

a. Penerimaan

b. Penyimpanan

c. Persiapan

d. Pengolahan

e. Pendistribusian

f. Peralatan makan minum

g. Peralatan dapur

h. Penyajian

i. Penjamah

j. Pramusaji

k. Pembuangan sampah

Secara keseluruhan

hygiene dan sanitasi

sudah dilakukan cukup

baik walaupun dengan

pengetahuan tidak

secara mendalam,

akan tetapi pihak

catering melakukan

pencucian setiap tahap

penyelenggaraan

makanan. Hanya saja

pada penjamah masih

ada yang terlihat

menggunakan cincin ,

jam tangan, tidak

menggunakan korbus

dan celemek.

9. Teknik pencucian :

a. Scraping

b. Flushing dan soaking

c. Washing

d. Rinsing

e. Sanitizing

f. Toweling

10. Pencatatan/pelaporan

1. Blanko khusus :

a. Gudang/penyimpanan

b. Penerimaan

c. Pendistribusian

Page 20: Evaluasi Catering

d. Pemesanan bahan

makanan

2. Data Komputer

Page 21: Evaluasi Catering

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2006. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Cetakan Ketiga.

Marwanti. (2000). Pengetahuan Masakan Indonesia. Jakarta Adi Cita.

Mukrie & Moehyi. (1992). Pengetahuan Bahan Makanan. Jakarta: Balai Pustaka.

Depkes. 2006.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

715/Menkes/SK/V/ 2003 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga.

Kusumastuti, Esthi Wahyu. 2009. Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Makanan di SDIM

El Yaomi Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Klaten. Program Studi

Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

A Djaeni. (2000). Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

Badrun Kartowagiran. (2006). Evaluasi Program. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya