etika kedokteran

32
Etika Kedokteran dan Rahasia Kedokteran Kurniawati Hesli Pratiwi 10.2009.238 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510 [email protected] PENDAHULUAN Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang tindih pada suatu isu tertentu, seperti pada informed concent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dan lain sebagainya. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika. 1 Dengan menyandang profesi kedokteran, segala tindakan yang dilakukan dokter didasari oleh etika dan moral profesi kedokteran. Sebagai dokter, kita harus tahu apa saja hak-hak pasien yang tidak bisa kita langgar. Tindakan kita pun untuk menangani segala pasien tidak boleh merugikan pasien atau mengambil keuntungan dari pasien. Apabila dokter melanggar etika dan moral tersebut ada aspek hukum yang berlaku sesuai dengan tindakan yang dilakukannya. 1

Upload: alphyn-wayan

Post on 21-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

apapun

TRANSCRIPT

Page 1: etika kedokteran

Etika Kedokteran dan Rahasia Kedokteran

Kurniawati Hesli Pratiwi

10.2009.238

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510

[email protected]

PENDAHULUAN

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas,

yang sering tumpang tindih pada suatu isu tertentu, seperti pada informed concent, wajib

simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dan lain sebagainya. Bahkan di dalam praktek

kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena

banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma

hukum yang mengandung nilai-nilai etika.1

Dengan menyandang profesi kedokteran, segala tindakan yang dilakukan dokter

didasari oleh etika dan moral profesi kedokteran. Sebagai dokter, kita harus tahu apa saja

hak-hak pasien yang tidak bisa kita langgar. Tindakan kita pun untuk menangani segala

pasien tidak boleh merugikan pasien atau mengambil keuntungan dari pasien. Apabila dokter

melanggar etika dan moral tersebut ada aspek hukum yang berlaku sesuai dengan tindakan

yang dilakukannya.

Untuk itu sebagai dokter penting mengetahui prinsip-prinsip etika kedokteran,

hubungan dokter-pasien. Sebagai seorang dokter harus bisa tulus menjalani tugasnya. Dalam

hatinya selalu menanamkan prinsip untuk memberi tanpa mengaharapkan pamrih. Untuk itu

rangkuman ini dibuat agar kita pembaca dapat mengerti etika dan moral profesi di dunia

kedokteran.

Sama halnya dengan kasus yang diperoleh, dimana ada seorang pasien laki-laki

datang ke praktek dokter. Pasien ini dan keluarganya adalah pasien lama dokter tersebut. Kali

ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah melakukan hubungan dengan

teman wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu ia masih tetap berhubungan dengan

istrinya. Dua hari terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan

terasa nyeri. Setelah di periksa ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin diketahui oleh

istrinya, karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya. Dokter tahu bahwa mengobati

1

Page 2: etika kedokteran

penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit, tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga

dengan istrinya maka mungkin istri juga sudah tertular. Untuk itu istrinya juga harus di obati.

Didalam makalah ini juga akan membahas tentang etika kedokteran, informed concent,

rahasia kedokteran, hukum yang terkait, penyakit GO dan AIDS yang terkait kasus diatas.

PEMBAHASAN

1. Prinsip etika kedokteran

Keputusan yang hendak diambil oleh dokter sebaiknya mempertimbangkan mengenai

hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan pelanggaran atas

kebutuhan dasar diatas terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.1,2

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu

sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian

baik buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika

yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut oleh

orang yaitu teori deontologi dan teologi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa

deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari

perbuatan itu sendiri, sedangkan teologi mengajarkan untuk melihat baik-buruknya

sesuatu dengan melihat hasil atau akibatnya. Deontologi lebih mendasar kepada ajaran

agama, tradisi dan budaya, sedangkan teologi lebih berdasar pada arah penalaran dan

pembenaran kepada azas manfaat.1,3

Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan dibawahnya.

Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:

A. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama

hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed

concent.

B. Prinsip Beneficence

Prinsip beneficence adalah prinsip moral yng mengutamakan tindakan yang ditujukan

demi kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk

kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari

sisi buruknya.

2

Page 3: etika kedokteran

C. Prinsip Non-malificence

Prinsip non-malificence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan “primum non nocere”

atau “above all, do no harm”.

D. Prinsip Justice

Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Sedangkan aturan turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar dan terbuka),

privacy (menghormat hak pribadi pasien), confidentiality (menjaga kerahasian pasien)

dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).

Selain prinsip atau kaidah dasar moral diatas, yang harus dijadikan pedoman dalam

mengambil keputusan klinis, profesionalitas kedokteran juga mengenal etika profesi

sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai dalam etika profesi tercermin

dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah berisi “kontrak moral” antara

dokter dengan Tuhan sang penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan

“kontrak kewajiban moral” antara dokter dengan komunitasnya yaitu masyarakat

profesinya.Baik sumpah dokter maupun kode etik kedokteran berisikan sejumlah

kewajiban moral yang melekat pada para dokter. Meskipun kewajiban tersebut bukanlah

kewajiban hukum sehingga tidak dapat dipaksakan secara hukum, namun kewajiban

moral tersebut haruslah menjadi “pemimpin” dari kewajiban dalam hokum kedokteran.

Hukum kedokteran yang baik haruslah hukum yang etis.1

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan dengan

pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen, Siegler

dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang

essential dalam pelayanan klinik, yaitu :

A. Medical indication

Kedalam topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostik dan terapi

yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek

indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya, terutama menggunakan kaidah

beneficence dan non-malificence. Pertanyaan etika pada topik ini adalah serupa

dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan kepada pasien pada doktrin

informed concent.

3

Page 4: etika kedokteran

B. Patient preferences

Pada topik ini, kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan

beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan

etika meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunter sikap dan

keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien dalam

keadaan tidak sadar dan kompeten serta nilai dan keyakinan yang dianut oleh pasien.

C. Quality of life

Topik quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu

memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insan. Apa, siapa dan

bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar

prognosis yang berkaitan dengan beneficence, non-malificence dan autonomy.

D. Contextual features

Dalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mendahului

keputusan seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi

sumber daya dan faktor hukum.

2. Informed concent

Di Indonesia informed concent telah memperoleh justifikasi yuridis melalui Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/1989. Persetujuan tindakan medik (informed

consent) dalam praktik banyak mengalami kendala, karena faktor bahasa, faktor campur

tangan keluarga atau pihak ketiga dalam hal memberikan persetujuan, faktor perbedaan

kepentingan antara dokter dan pasien, dan faktor lainnya.1

Informed concent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa

yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed concent dilihat dari aspek hukum

bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan

sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45

ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008, Informed

Concent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga

terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan

kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan Informed Concent

adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan hukum

4

Page 5: etika kedokteran

kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif. Informed Concent dapat

diberikan :

Dinyatakan (expressed)

- Dinyatakan secara lisan.

- Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti

di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang berisiko

mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna. Permenkes tentang Persetujuan

Tindakan Medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif harus

memperoleh persetujuan tertulis. 1

Tidak dinyatakan (implied)

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun melakukan

tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun consent jenis ini

tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam

praktek sehari-hari. Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan

mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya.1

Informed concent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan

sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang akan

dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah disepakati hanya apabila gawat

darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.

Proxy-concent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien itu

sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi,

dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien

apabila ia mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak).

Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy-concent adalah suami/isteri, anak,

orang tua, saudara kandung dan lain-lain.

Proxy-concent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.

Suatu kasus telah membuka mata orang Indonesia betapa riskannya proxy-concent ini,

yaitu ketika seorang kakek-kakek menurut dokter yang telah mengoperasinya hanya

berdasarkan persetujuan anaknya, padahal ia tidak pernah dalam keadaan tidak sadar atau

tidak kompeten.1

3. Rahasia kedokteran

5

Page 6: etika kedokteran

Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional dianggap sebagai

norma dasar yang melindungi hubungan dokter dengan pasien. Sumpah dokter indonesia

salah satunya berbunyi : ”saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui karena

ke profesian saya”, sedangkan kode etik kedokteran indonesia merumuskannya sebagai

”setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia”2

Peraturan pemerintah No.10 tahun 1966 yang mengatur tentang seluruh tenaga

kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya selama melakukan

pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia. Namun PP tersebut membrikan

pengecualian sebagaimana terdapat dalam pasal 2, yaitu apabila terdapat peraturan

perundang-undanganyang sederajat (PP) atau yang lebih tinggi (UU) yang mengaturnya

lain.2

Baik UU kesehatan maupun UU praktik kedokteran juga mewajibkan tenaga

kesehatan untuk menyimapn rahasia kedokteran. Selanjutnya UU praktik kedokteran

memberikan peluang pengungkapan informasi kesehatan secara terbats, yaitu dalam pasal

48 ayat (2) :2

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

b. Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum

c. permintaan pasien sendiri

d. bedasarkan ketentuan undang-undang

Ketentuan pasal 50 KUHP yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan dipidanakan

oleh karena melakukan suatu perbuatan untuk menjalankan undang-undang memperkuat

peluang bagi tenaga kesehatan dalam keadaan dan situasi tertentu dapat terbuka ”rahasia

kedokteran ” tanpa diancam pidana. Hal ini mengakibatkan ”bebasnya” para dokter dan

tenaga administrasi kesehtan dalam membuat Visum et Repertum (kewajian dalam

KUHAP) dan dalam menyampaikan pelaporan tentang statistik kesehatan, penyakit

wabah, dan karantina (diatur dalam UU terkait)

Alasan lain yang memperbolehkan membuka rahasia kedokteran adalah adanya ijin

atau persetujuan atau kuasa dari pasien itu sendiri, perintah jabatan (pasal 51 KUHP),

daya paksa (pasal 48 KUHP) dan dala rangka membela diri (pasal 49 KUHP) selain itu

etika kedokteran umumnya membenarkan pembukaan rahasia kedokteran secara terbats

untuk kepentingan konsultasi profesional, pendidikan danpenelitian. Permenkes No. 749a

6

Page 7: etika kedokteran

juga memberikan peluang bagi penggunaan rekam medis untuk pendidikan dan

penelitian.

Dalam kaitannya dengan keadaan yang memaksa dikenal dua keadaan yaitu pengaruh

daya paksa yang memadai (overmatch) dan keadaan yang memaksa (noodtoestand).

Noodtoestand dapat diakibatkan oleh tiga keadaan yaitu adanya pertentangan antara dua

kepentingan hukum, pertentangan antara kepentingan hukum dengan kewajiban hukum,

dan pertentangan antara dua kewajiban hukum. Dalam menggunakan alasan-alasan yang

bersifat hukum diatas haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan

sebaiknya hanya dilakukan oleh dokter yang bersangkutan dan atau pimpinan sarana

kesehatan tersebut.

Salah satu contoh dari noodtoestand di ats adalah apabila seorang dokter menemui

kasus korban child abuse yang berat atau patut diduga akan terjadi pengulangan yang

lebih berat di kemudian hari. Dalam hal ini, menjaga rahasia kedokteran adalah kewajiban

hukum bagi dokter, namun memberitahukan peristiwa ini kepada pihak yang berwenang

adalah demi membela kepentingan hukum pasien (si anak). Lebih jauh dapat dikatakan

bahwa apabila ia tidak memberitahukan kepada pihak yang berwenang maka keadilan

akan tidak tercapai (obstruction of justice) dan si anak (pasien) mungkin akan diperburuk

keadaannya (bertentangan dengan prinsip etika kedokteran beneficence dan non-

maleficence.2

Rahasia medis antara suami istri 4

Rahasia medis itu bersifat pribadi, hubungannya hanya antara dokter-pasien. 

Ini berarti seorang dokter tidak boleh mengungkapkan tentang rahasia penyakit pasien

yang dipercayakannya kepada orang lain, tanpa seizin si pasien.

Hal ini di negara-negara barat merupakan sesuatu yang harus dijaga benar, karena

berdasarkan paham individualisme yang dianut. Hal ini berlainan dengan keadaan sosial

budaya di Indonesia, di negara kita yang bersifat timur, jika ada seorang anggota keluarga

menderita sakit, tidak saja harus diketahui oleh keluarga kecilnya, tetapi juga merupakan

sesuatu yang harus diketahui pula oleh keluarga besarnya.

Merupakan hal yang lazim bahwa antara suami istri umumnya tidak ada rahasia.

Namun jika menyangkut suatu masalah seperti rahasia medis tertentu (termasuk di

Indonesia) para dokter haruslah bertindak lebih hati-hati. Jika yang diderita penyakit

penyakit umum seperti usus buntu, wasir, influenza tidaklah menjadi persoalan

diketahuinya. Lain halnya jika menyangkut penyakit penyakit tertentu yang bisa

7

Page 8: etika kedokteran

menularkan seperti penyakit kelamin, atau hal-hal yang bersangkut paut dengan

kehidupan seksual seperti keguguran, kehamilan, kadangkala juga menyangkut penyakit

jiwa, jika diminta suatu keterangan tertulis oleh suami atau istrinya, apalagi jika yang

meminta adalah seorang pengacara dari suami atau istri. Jika hendak memberitahukan hal

hal demikian, maka haruslah diminta persetujuan dari pasien yang bersangkutan.

Misalnya dalam pemeriksaan seorang suami ternyata ia terkena penyakit kelamin

yang menular. Hal ini bisa menularkan kepada istrinya. Atau penyakit menular lain

seperti HIV / AIDS yang bisa membahayakan terutama istrinya sendiri dan anggota

keluarganya.

Secara umum sebaiknya dokter itu merundingkannya dengan pasien itu sendiri, cara

bagaimana ia harus memberitahukan kepada istri / suaminya, karena pasangannya harus

diperiksa juga. Timbul persoalan jika yang diperiksa adalah istri yang diantar oleh

suaminya. Dalam hal ini sebenarnya dapat dianggap sudah ada persetujuan dari kedua

belah pihak untuk mengungkapkan. Apakah dokter dengan bebas boleh mengutarakan

bahwa istrinya sedang mengandung atau mengalami keguguran. Sebaiknya juga

dibicarakan dahulu dengan pasien itu, sebab bisa saja ada kemungkinan bahwa sang

suami baru saja kembali dari luar negeri sesudah sekian bulan. Juga jika menyangkut

penyakit kelamin, tidak dapat dianggap sudah ada persetujuan dari kedua belah pihak.

4. Hubungan dokter-pasien

Hubungan dokter dengan pasien pada prinsipnya merupakan hubungan yang

berdasarkan atas kepercayaan antara keduanya. Keberhasilan suatu pengobatan

tergantung di antaranya pada seberapa besar kepercayaan pasien kepada dokternya. Hal

inilah yang menyebabkan hubungan seorang pasien dengan dokternya kadang sulit

tergantikan oleh dokter lain. Akan tetapi, hubungan ini dalam beberapa tahun terakhir ini

telah berubah akibat makin menipisnya keharmonisan antara keduanya. Berubahnya pola

hubungan dokter-pasien yang bersifat paternalistik menjadi hubungan kolegial atau

kemitraan, membuat pasien makin kritis terhadap dokternya. Ketika terjadi suatu hasil

pengobatan yang tidak diinginkan seperti penyakit makin parah, kecacatan atau kematian,

maka pasien serta merta menganggap dokter dan rumah sakitnya lalai.1,5

Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,

dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis

dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien

8

Page 9: etika kedokteran

merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut

bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.Tidak mudah

bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh

begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan,

kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.

Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan

yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit

pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan

berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar

pasien mau atau dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.

Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan

tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan

mengundang masalah.

Teori hubungan dokter dengan pasien

Teori hubungan dokter dengan pasien dapat dilukiskan dari aspek sifat antara lain:

A. Bersifat religius

Pada awal profesi kedokteran, dipercaya bahwa timbulnya penyakit berasal dari

kemarahan dewa. Seorang yang sedang sakit melapor kepada sang pemimpin agama

lalu dibuat upaya keagamaan utuk penyembuhan. 6

B. Bersifat paternalistis

Pada perkembangan selanjutnya, muncul pembagian pekerjaan dimana orang-orang

pandai pada masanya memiliki pemikiran tersendiri.Salah satunya adalah ada orang-

orang yang mau menolong orang sakit. Orang tersebut boleh dikatakan dokter

generasi pertama dan tidak lagi berhubungan dengan upacara keagamaan. Dokter

zaman dahulu mempunyai murid dan menurunkan keahliannya kepada muridnya

itu.Profesi kedokteran seperti ini dimulai pada abad ke -5 SM oleh Hipokrates di

Yunani. Karena pengajaran (pendidikan ) yang bersifat turun-temurun tersebut, para

dokter kuno merupakan golongan yang tertutup bagi komunitas terbatas yang

menguasai ilmu pengobatan ilmu kedokteran kuno tersebut. Masyarakat atau orang

awam sangat tidak memahami proses pengobatan. Akhirnya timbul suatu hubungan

yang berat sebelah dan pasien sangat tergantung pada dokter. Para dokter kuno selain

berpendidikan juga mengaku sebagai keturunan dewa. Hubungan ini disebut

hubungan paternalistis.Dokter mengobati dengan memberi perintah yang harus

9

Page 10: etika kedokteran

dituruti oleh pasien hubungan model ini berlangsung sejak abad ke-5 SM sampai

zaman modern sebelum teknologi informasi berkembang. Ilmu kedokteran sejak

zaman Hipokrates hingga sekarang disebut juga seni kedokteran (medicine is a

science and art). Dokter zaman kuno menerima imbalan sebagai tanda kehormatan,

karena itu imbalan tersebut disebut honorarium.Seiring dengan perkembangan

teknologi kedokteran dan teknologi informasi, terjadilah perubahan dalam hubungan

kedokteran. Teknologi kedokteran dan informasi memberikan dampak positif seperti

diagnosa dan terapi yang tepat, selain juga damak negatif seperti tingginya biaya

pengobatan. Selain itu, akibat lain dari modernisasi adalah perubahan hubungan

dokter dan pasien dari paternalistis enjadi hubungan baru yang lebih menonjolkan

aspek bisnis sehingga hubungan dokter dan pasien berubah menjadi hubungan antara

penyedia jasa dan konsumen. 6

C. Bersifat penyedia jasa dan konsumen

Hubungan jenis ini disebut juga provider dan consumer relationship. Perubahan dari

paternalistis ke hubungan ini bertepatan dengan perkembangan teknologi informasi

dimana masyarakat makin sadar akan hak-haknya serta mampu menilai pekerjaan

dokter. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mengidentifikasi berakhirnya

era paternalistis :

Pelayanan kesehatan mulai bergeser dari pelayanana prorangan (praktik pribadi)

menuju praktik pelayanan di rumah sakit.

Perkembangan ilmu teknologi kesehatan memberikan kesempatan tindakan yang

makin canggih. Namun, tidak semua tindakan berhasil dengan baik sesuai

harapan.

Kekecewaan sering menimbulkan tuntutan hukum.

Pengacara juga ikut terlibat

Dalam era penyedia jasa dan konsumen, terbentang jarak psikologis antara dokter dan

pasien. Seolah ada dua pihak yang menandatangani kontrak perjanjian dimana pasien

harus membayar dan dokter harus bekerja. Dengan demikian, unsur bisnis terasa

kental. Akibat dari pola hubungan ini, masyarakat mudah menuntut bila merasa tidak

puas dan dokter bersikap defensif (defensive medical service), ini membuat hubungan

dokter dan pasien sedikit merenggang. Berdasarkan pola hubungan ini, tidak heran

bahwa dalam undang-undang perlindungan konsumen, praktik dokter dimasukkan ke

dalam industri jasa, dan dengan sendirinya praktik kedokteran masuk dalam UU

perlindungan konsumen. Kondisi ini menggelisahkan para dokter sehingga sebagian

10

Page 11: etika kedokteran

dokter senior berusaha untuk merumuskan pola hubungan baru, yaitu pola kemitraan

dokter-pasien. 6

UU No. 8 / 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) mempunyai 2 sasaran

pokok, yaitu :

Memberdayakan konsumen dalam hubungannya dengan pelaku usaha (publik atau

privat) barang dan atau jasa;

Mengembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab

Jenis-jenis masalah perlindungan konsumen sejak berlakunya UU No. 8 / 1999

tentang Perlindungan Konsumen sangat beragam, namun gugatan konsumen terhadap

pelayanan jasa kesehatan dan yang berhubungan dengan masalah kesehatan masih

tergolong langka. Hal ini antara lain disebabkan selama ini hubungan antara si

penderita dengan si pengobat, yang dalam terminologi dunia kedokteran dikenal

dengan istilah transaksi terapeutik, lebih banyak bersifat paternalistik. Seiring dengan

perubahan masyarakat, hubungan dokter-pasien juga semakin kompleks, yang

ditandai dengan pergeseran pola dari paternalistik menuju partnership, yaitu

kedudukan dokter sejajar dengan pasien (dokter merupakan partner dan mitra bagi

pasien). 6

D. Bersifat upaya bersama dan kemitraan

Dalam kondisi sakit, baik berat maupun ringan, baik sakit fisik maupun mental,

seorang pasien membutuhkan dokter. Di lain pihak, budaya paternalistis di Indonesia

jangan sampai disalahgunakan oleh dokter yang tujuan utamanya adalah mencari uang

tanpa memerhatikan kondisi pasien. Budaya saling menghargailah yang justru harus

dikembangkan agar ada rasa saling percaya antara pasien dan dokter. Di Indonesia

banyak pasien mengajukan tuntutan hukum kepada dokter, sementara sang dokter

bersikap defensif. Semakin banyak jug pasien yang pergi ke luar negeri untuk berobat

karena tidak lagi mempercayai kompetensi dokter di Indonesia. Tidak sedikit pula

dokter senior yang sangat diminati pasien hingga harus berpraktik hingga dini hari,

padahal banyak pasiennya yang bisa dirujuk atau didelegasikan kepada dokter lain.

Kondisi ini menyebabkan dokter tidak bisa bekerja maksimal dan mengecewakan

pasien. Peristiwa berlebihan semacam inilah yang akan diatur oleh IDI dengan

pembatasan tempat praktik dan pelayanan dokter di maksimum tiga tempat. Hal

tersebut tertuang dalam UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan

kedokteran gigi. 6

11

Page 12: etika kedokteran

Hubungan dokter-pasien semestinya atas saling percaya, bukan kontrak bisnis. Dokter

maupun pasien sama-sama profesional dan proporsional dalam memecahkan

permasalahan kesehatan. Dokter harus selalu berlaku profesional dalam menjalankan

profesinya, serta mengkomunikasikan secara proporsional segala aspek yang terkait

dengan tindakan medis yang dilakukannya. Sementara pasien mesti memahami aspek

yang terkait dengan pengambilan keputusan medis sehingga mengerti manfaat dan risiko

dari tindakan medis tersebut.

5. Aspek hukum

Norma kesusilaan dan norma hukum yang merupakan pedoman seorang dokter

dalam melaksanakan profesinya di Indonesia di antaranya terdapat pada Sumpah

Kedokteran Indonesia dan Pasal 13 Kodeki, Pasal 15 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, Pasal 322 dan 224 KUHP, Pasal 1909 dan 1365 KUHPerdata, Pasal 170 dan

179 KUHAP, Pasal 146 ayat (3) HIR dan PP Nomor 10 tahun 1966 tentang Wajib

Simpan Rahasia Kedokteran.

Adapun dasar yuridis untuk menuntut yang menyangkut rahasia kedokteran terdapat

pada :

Hukum perdata

- Perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien

- Pasal 1909, 3e KUH Perdata

Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya menurut

undang – undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah semata –

mata mengenai hal – hal yang pengetahuannya dipercayakan kepadanya sebagai

demikian.1

- Pasal 1365 KUH Perdata

Tiap – tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian terhadap orang

lain, mewajibkan orang yang karena salahnya, menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.1

Hukum Pidana

- Pasal 322 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya

karena jabatannya atau mata pencahariannya, baik yang sekarang maupun

12

Page 13: etika kedokteran

yang dahulu, akan diancam hukuman pidana penjara paling lama 9 bulan

atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

2) Jika kejahatan itu dilakukan seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya

dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Berdasarkan ayat (2) tersebut seorang dokter yang membuka rahasia pasien

tidak dengan sendirinya akan dituntut di pengadilan. Dokter akan dituntut

setelah ada pengaduan yang diajukan oleh pasien.

- Pasal 224 KUHP

Barangsiapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli atau sebagai

penterjemah tidak memnuhi kewajiban yang harus dipenuhi, dihukum :

1) Dalam perkara pidana dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan.

2) Dalam perkara lainnya dengan hukuman penjara paling lama 6 bulan. 1

Hukum Acara Pidana

- Pasal 170 KUHAP

1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan

menyimpan rahasia dapat diminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi

keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada

mereka.

2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan

tersebut.

- Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman

atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. 1

6. Dampak hukum

Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran pada pokoknya ialah kewajiban

moril yang telah ada bahkan sebelum zaman Hipokrates jadi lama sebelum adanya

undang-undang atau peraturan yang mengatur soal tersebut. Umumnya hampir tidak ada

perbedaan antara kedua istilah tersebut.1

Untuk memahami soal rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum, tingkah laku seorang

dokter kita bagi dalam 2 jenis :

1. Tingkah laku yang bersangkutan dengan pekerjaan sehari-hari

Dalam hal ini harus diperhatikan ialah :1

- Pasal 322 KUHP yang berbunyi :

13

Page 14: etika kedokteran

1) Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang ia wajib

menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang

maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya

sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah.

2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang tertentu, ia hanya dituntut

atas pengaduan orang itu.

Ayat (2) undang-undang ini terutama berkenaan dengan rahasia jabatan dokter

saat dokter membuka rahasia tentang keadaan pasiennya, namun tidak dengan

sendirinya akan dituntut di muka pengadilan, melainkan hanya sesudah

terhadapnya diadakan pengaduan oleh pasien itu. Dalam undang-undang dikenal

sebagai delik aduan.

- Pasal 1365 KUH perdata

Barang siapa yang berbuat salah sehingga seorang lain menderita kerugian,

berwajib menggantikan kerugian itu.

Seorang dokter berbuat salah kalau ia mungkin sekali tanpa disadari membuka

rahasia tentang seorang pasiennya yang kebetulan terdengar oleh majikan orang yang

sakit itu, lalu memberhentikan pegawainya karena takut penyakitnya akan menulari

pegawai-pegawainya lain. Dokter diadukan oleh pasien itu. Selain hukum pidana

menurut pasal 322 KUHP, dokter itu dapat dihukum perdata dengan kewajiban

mengganti kerugian. Pada hakekatnya adanya ancaman hukuman perdata ini

menimbulkan berbagai soal yang sulit dalam pekerjaan kedokteran sehari-hari.1

2. Tingkah laku dalam keadaan khusus

Menurut hukum, setiap warga negara dapat dipanggil oleh pengadilan untuk

didengar sebagai saksi, selain itu seorang yang mempunyai keahlian dapat juga

dipanggil sebagai ahli. Dengan demikian dapatlah terjadi, bahwa seorang yang

mempunyai keahlian, umpamanya seorang dokter dipanggil sebagai saksi, sebagai

ahli sekaligus sebagai saksi ahli.

Sebagai saksi atau saksi ahli mungkin sekali ia diharuskan memberi

keterangan tentang seorang yang sebelum ia telah menjadi pasien yang diobati nya.

Ini berarti ia seolah-olah diharuskan melanggar rahasia pekerjaannya. Kejadian yang

bertentangan ini dapat dihindarkan karena adanya hak undur diri seperti yang dahulu

tercantum dalam pasal 277 Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB) dan

berbunyi :1

14

Page 15: etika kedokteran

1) Barang siapa yang karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatan yang sah,

diwajibkan menyimapn rahasia, boleh minta mengundurkan diri dari memberi

penyaksian. Akan hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan

dipercayakan karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatatanya itu.

2) Pertimbangan apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan atau

tidak, diserahkan ke pengadilan negara atau jika orang yang dipanggil untuk

memberi penyaksian itu orang asing, pertimbangan itu diserahkan kepada ketua

pengadilan negara.

Kini ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi yaitu setelah diundangkannya kitab

undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) yang berlaku sejak tanggal 31

desember 1981. tentang hak undur diri terdapat pasal-pasal 120 dan 168, dan secara

khusus tercantum pada pasal 170 KUHAP sebagai berikut :1

1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatanya diwajibkan

menyimpan rahasia, dapat dibebaskan dari kewajiban untuk mebri keterangan

sebagai saksi yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut,

pengadilan negeri memutuskan apakah alasan yang dikemukakan oleh saksi atau

saksi ahli untuk tidak berbicara itu, layak dan dapat diterima tau tidak.

Penegakan hak undur diri dapat dianggap sebagai pengakuan para ahli hukum

bahwa kedudukan rahasia jabatan itu harus dijamin sebaik-baiknya. Malahan

membebaskan seorang dokter yang menjadi saksi maupun saksi ahli.

Pembebasan itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Menurut ayat (2)

pengadilan negeri/ketua pengadilan negeri atau hakim yang memutuskan apakah

alasan yang dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak berbicara itu layak

dan dapat diterima atau tidak, dalam hal ini mungkin sekali timbul pertentangan yang

amat keras antara pendapat dokter dan pendapat hakim, yaitu bila hakim tidak dapat

menerima alasan yang dikemukakan oleh dokter untuk menggunakan hak undur

dirinya karena ia berkeyakinan bahwa keterangan yang harus diberikan itu melanggar

rahasia jabatannya.1

7. Kemungkinan GO

Pemeriksaan fisik

Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria. Sedangkan pada

wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat

15

Page 16: etika kedokteran

asimptomatis pada wanita. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan gonore, maka dapat

ditemukan seperti berikut:

Inspeksi

Pada inspeksi pasien dengan gonore (GO), dapat ditemukan adanya pus pada ujung

uretra yang terkadang disertai darah. orifisium uretra eksterna juga tampak

kemerahan, terlihat juga adanya pembengkakkan. Pada beberapa kasus, dapat juga

terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening pada daerah inguinal unilateral

maupun bilateral.

Palpasi

Pada palpasi, ketika dilakukan perabaan, pasien merasa nyeri pada daerah penis.

Daerah penis juga terasa lebih hangat. Pada perabaan kelenjar getah bening, dapat

dirasakan adanya pembesaran pada daerah inguinal.

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada wanita,

gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif.

Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada

panggul bawah, dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret

mukopurulen.7

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan

yang terdiri dari 5 tahap:

- Sediaan langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok negative

gram, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh pada tubuh pria di ambil dari

daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara

kelenjar bartholin, serviks, dan rektum.

- Kultur

Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang

dapat digunakan:

a) Media transport

Media stuart

Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media

pertumbuhan.

Media transgrow

16

Page 17: etika kedokteran

Media ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis,

dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan

media transport dengan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam

pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-

martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.

Media pertumbuhan

o Mc Leod’s chocolate agar

Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman

gonokok, kuman-kuman lain juga dapat tumbuh.

o Media Thayer-martin

Media ini selektif untuk mengisilasi gonokok. Mengandung

vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positive gram,

kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negative gram, dan

nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

o Modified Thayer-martin agar

Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan

kuman Proteus spp.

- Tes definitive

a) Tes oksidasi

Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin

hidroklorida 1 % ditambah pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria

member reaksi positive dengan perubahan warna koloni yang semula bening

berubah menjadi warna merah muda sampai merah lembayung.

b) Tes fermentasi

Tes oksidatif positive dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa,

maltose, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.

- Tes beta-laktamase

Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL

961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan

perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim

beta laktamase.

- Tes Thomson

17

Page 18: etika kedokteran

Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah

berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini dilakukan karena pengobatan pada waktu itu

adalah pengobatan setempat.

Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:

a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

b. Urin dibagi dalam 2 gelas

c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.

Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit

80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru

menguras uretra anterior. 7

Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien GO adalah :

- Memberitahu pasien agar menggunakan kondom bila berhubungan. Jika kondom

digunakan dengan benar, hal ini akan menghasilkan proteksi yang sangat efektif

dalam menghalang terjadinya transmisi gonorrhea serta infeksi lain dari dan ke

perukaan mukosa.

- Apabila sudah terdiagnosa dengan infeksi gonorrhea, semua pasangan seksual

harus turut dievaluasi dan diberikan terapi secara bersamaan karena jika tidak agar

terjadi fenomena pingpong yang membuat penyakit itu akan menjangkit pasien itu

lagi dan lagi walaupun sudah sembuh. Pasien juga harus diberitahukan supaya

tidak melakukan aktivitas seksual selama terapi masih berlangsung dan gejala

masih positif.

8. Kemungkinan AIDS

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga manusia mudah diserang penyakit-

penyakit lainnya. Penularan Aids dapat terjadi melalui hubungan seksual , sehingga AIDS

juga merupakan salah satu penyakit dari transmisi seksual (Sexual Transmitted

Diseases).8

Pembahasan Kasus:

Adapun pada kasus ini apabila pasien datang dengan keluhan keluar nanah pada

kemaluannya dan nyeri dan dari pemeriksaan medis diatas tidak ditemukan bakteri N.

18

Page 19: etika kedokteran

Gonnorhoeae, dokter harus dapat mencurigai penyakit STD lainnya, yakni AIDS pada

pasien. Petunjuk yang mengarahkan pasien menderita AIDS adalah pasien datang dengan

keadaan imunodefisiensi dan sebelumnya ada riwayat melakukan hubungan seksual

sembarang . Tindakan dokter apabila pasien tersebut mengarah ke penyakit AIDS adalah

dengan melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu untuk menegakkan diagnosis

AIDS.8

Diagnosis adanya infeksi dengan HIV ditegakkan dengan menemukan antibodi

khusus pada virus tersebut di laboratorium. Tes antibodi HIV ini terbagi dua tahap :

a) Tes Penyaring : ELISA

b) Tes Konfirmasi : Western Blot

Pemeriksaan untuk menemukan adanya antibodi tersebut menggunakan metode Elisa

(Enzyme Linked Imunosorbent Assay). Bila hasil test Elisa positif maka dilakukan

pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus dikonfirmasikan

dengan test yang lebih spesifik yaitu metode Western Blot.8

Setelah dipastikan diagnosis AIDS pada pasien, pasien segera diberi suatu

pengobatan:

Kombinasi beberapa obat anti_HIV untuk menekan replikasi virus HIV : zidovudin

dengan nevirapin ,yang bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat

infeksi HIV.

Pengobatan pada penyakit infeksi lainnya yang ikut menyerang (infeksi oportunistik).

Pengobatan suportif, yaitu makanan dengan nilai gizi baik, dukungan psikososial dan

dukungan agama.8

Apabila pasien menderita HIV AIDS informed concent biasa diberikan dalam bentuk

tertulis yang harus di setujui dan di lampirkan tanda tangan dari pasien yang bersangkutan

karena pada penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang sangat pribadi dan berisiko.8

PENUTUP

Berkaitan dengan kasus diatas, dimana dokter mendapatkan pasien laki-laki dengan

GO dan pasien telah berhubungan dengan istrinya, maka sebagai dokter kita harus mengobati

19

Page 20: etika kedokteran

keduanya. Dokter juga harus mempertimbangkan hak otonomi pasien dimana dia mengatakan

bahwa dia takut ketahuan oleh istrinya. Namun kembali kita harus mempertimbangkan apa

yang terbaik untuk pasien, karena jika kita tidak mengobati keduanya, maka penyakit GO

pasien akan menjadi lingkaran setan yang bukan tidak mungkin akan menular lagi pada orang

lain jika pasien atau istrinya berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, sebagai dokter

yang harus dikatakan pada pasien adalah tetap menyuruh dia untuk mengajak istrinya

berobat, karena dokter harus member yang terbaik untuk pasien agar pasien dan istrinya sehat

kembali. Hal yang sama juga dilakukan jika ternyata pasien tersebut adalah orang dengan

AIDS. Yang bisa kita lakukan lebih ke arah mencegah supaya pasien tidak menularkan AIDS

pada istrinya, yaitu dengan cara memkakai kondom bila melakukan hubungan suami istri.

Pada akhirnya, dalam melakukan komunikasi dokter pasien perlu mempertimbangkan

hak pasien, tapi dokter juga mempunyai kewajiban untuk membuat pasien sehat. Pasien juga

harus dibuat mengerti semua tindakan yang dilakukan dokter juga untuk kebaikan pasien

sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. Bioetik dan Hukum

Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka

Dwipar. Jakarta. Oktober 2005

2. Hanafiah,Jusuf M, Amir. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku

Kedokteran:EGC.Jakarta. 2007

3. Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia. Penerbit Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001.

4. Daliyono. Bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta. 2006.

5. Hubungan dokter dan pasien. Diunduh dari :

http://prematuredoctor.blogspot.com/2010/06/hubungan-dokter-pasien.html.Pada 14

Januari 2013

6. Kode Etik Kedokteran. 2009. Diunduh

dari :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/652/1/Kode%20Etik

%20Kedokteran.pdfPada14 Januari 2013

20

Page 21: etika kedokteran

7. Sjaiful Fahmi Daili. Gonore dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; editor: Adhi

Juanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Edisi kelima. Cetakan keempat. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. h.372-3

8. Zubairi, Samsuridjal. Buku ajar ilmupenyakitdalam: hiv/aids di indonesia.

CetakanPertama. Jakarta:InternaPublishing ; 2009.h. 2861-8.

21