essai kritis fhui widya penentuan arah pendekatan
DESCRIPTION
arah pendekatan bangsa untuk menemukan daya saing bangsaTRANSCRIPT
Tema : Inovasi Dalam Meningkatkan Daya Saing Nasional
Penentuan Arah Pendekatan Pembangunan yang Selaras dengan Karakter Pribadi Bangsa Sebagai Pilar Peningkatan Daya Saing Nasional
Oleh:Widya Naseva TuslianMahasiswa FHUI’11
Apabila diibaratkan,Indonesia adalah sesosok jiwa manusia muda yang mewarisi sumber
daya kekayaan yang begitu melimpah,namun masih gamang dalam urusan mengolah. Indonesia
adalah suatu negeri yang diberkati Tuhan dengan segala bakat dan potensi baik dari segi culture
maupun nature, negeri ini merupakan negeri yang diberi berkat sejak lahir seperti yang dikatakan
oleh Muchtar Lubis sebagai “The land under the rainbow”1, namun dengan segala anugerah
‘lahiriah’ nya Indonesia masih belum memiliki ketetapan hati yang stabil untuk menentukan arah
pendekatan pengembangan dirinya. Dan apabila dibiarkan berlarut-larut tanpa suatu ketetapan
jiwa yang kuat Indonesia yang diibaratkan sebagai seorang pewaris tahta dan sumber kekayaan
ini akan begitu mudah ‘luluh’ dengan ‘godaan’ dari luar karena dengan segala sumber
kekayaannya Indonesia secara mudah menarik perhatian bangsa lain untuk menjadikannya titik
tujuan strategis mendekat serta merapat untuk mengambil sebanyak banyaknya manfaat.Karena
Sejak jaman dahulu dengan pesona kekayaannya, Bangsa asing akan secara otomatis tertarik
untuk mendekatkan diri dan memutar otak untuk menancapkan pancang kolonialisasi di
Indonesia. Pada era modern ini bukan tidak mungkin kemungkinan Indonesia untuk kembali
terkolonialisasi oleh bangsa lain,namun kali ini dengan kolonialisasi gaya baru pada dimensi
yang lebih membahayakan yaitu tidak lagi secara fisik namunsecara mental dan ideologi.
Seperti jiwa manusia pula,Indonesia akan bertumbuh dengan baik dengan pola asuhan
yang tepat . Kita segenap masyarakat Indonesia yang merupakan segala sel dan organ organ serta
ruh penggerak tubuh Indonesia ini. Para fungsionaris dan pemegang kuasa kebijakan di Negara
inilah yang memegang amanah menjadi wali dan penggerak mesin otak bagi Negara ini. Segala
tindakan yang dilakukan oleh para pemegang kuasa bangsa ini memberikan efek massif dalam
perkembangan Indonesia baik untuk masa kini dan masa mendatang . Apabila Sang para
pengemban amanah ini memiliki kepekaan dalam ‘mengasuh’ Indonesia dengan segenap
ketulusan hati dan dengan rasa memiliki serta rasa sekaligus menjadi diri dari bangsa Indonesia
1Richard Simon,Over Indonesia,The Arcipelago press,Singapore:1992,hlm.14
ini , maka bukanlah hal yang sulit untuk mempelajari dan melihat inti potensi dari Indonsia dan
menjadikan tumpuan dalam pengembangan serta pembangunan diri Negara Indonesia . Namun
apabila Indonesia memiliki para ‘pengasuh’ dengan mental rakus yang bermanis manis pada
seorang pewaris kekayaan demi sebanyak banyaknya menguras sumber daya kekayaan
asuhannya dan demi mensejahterakan kantung pribadi mereka sendiri maka sebesar dan sejelas
apapun potensi Negara ini akan menjadi tetap abu abu hingga kapanpun. Karena apabila Negara
Indonesia memiliki pengelola dan penggerak yang seperti demikian maka segala upaya
pembangunan dan pemanfaatan yang dilakukan akan hanya merupakan upaya untuk menyelimuti
kebobrokan niat dari para pemangku kebijakan dan supaya setidaknya para pengemban amanah
tidak dituding sebagai sang wali yang lalai dalam mengasuh ‘asuhannya’ dengan melakukan
berbagai upaya pencitraan dan maneuver pembangunan-isme yang dilakukan dan tentunya
sedemikin diupayakan agar tidak akan menganggu gugat niat kepentingan pribadi mereka sendiri
dengan sedapat mungkin diupayakan keuntungan sampingan untuk kembali menambah pundi
pundi kekayaan ‘sang pengasuh-pengasuh’ dzalim ini.
Maka dengan demikian teranglah apa yang menjadikan bangsa ini selama ini masih
meraba-raba akan nilai yang diperjuangkan sebagai daya saing bangsa diantara bangsa-bangsa di
dunia , dengan demikian hal pertama yang harus ditentukan oleh bangsa ini adalah arah
pendekatan pembangunan yang sesuai dengan karakter pribadi bangsa Indonesia.
Seperti yang diketahui bersama bahwa daya saing nasional berawal dari kesuksesan suatu
bangsa dalam proses mengembangkan potensinya sehingga kesuksesan proses ini menjadikan
suatu bangsa paling unggul dibandingkan bangsa lainnya ,proses ini lazim disebut sebagai
pembangunan nasional. Keunggulan suatu bangsa dibandingkan bangsa lainya ini bukanlah
keunggulan dengan jenis yang sama. Daya, saing suatu bangsa atas bangsa lainnya bukanlah
kompetisi untuk saling mengungguli di bidang yang sama dengan jenis kelebihan yang
sama,namun daya saing suatu bangsa adalah kesuksesan suatu bangsa dalam membangun dan
mengasah potensi serta karakteristik yang ia miliki yang notabene berbeda satu sama lain untuk
menjadikan bangsa tersebut paling unggul atas potensi yang ia miliki yang tidak dimiliki bangsa
lain. Karena layaknya manusia pula setiap bangsa memiliki karakter dan bakat masing masing
yang menjadi kelebihan dan kekurangannya.Seperti bangsa Jerman yang memiliki karakter
sistematis dan terkonsep serta mengedepankan keutamaan dari aspek persiapan, maka pengaruh
linear dari karakter yang membentuk diri bangsa tersebut ialah bakat keunggulan bangsa tersebut
yang secara nyata dapat kita lihat yakni keunggulan dalam industrialisasi produk science dan
mesin. Dan para pemegang kendali kebijakan bangsa Jerman dengan tepat ‘mengasah’ bakat
bangsa tersebut dengan melakuan segala upaya pembangunan dan pemanfaatan dibidang industri
mesin,maka hingga saat ini bngsa Jerman masih tersohor sebagai yang utama dibidang industri
mesin di dunia. Karakter dan keunggulan seperti ini mungkin tidak dimiliki dan tidak dapat
diterapkan dengan baik di Negara lain.
Demikianlah sebuah bangsa seperti jiwa manusia pula satu sama lain memiki karakter
yang benar benar berbeda terhadap bangsa lainnya,seperti yang dikatakan Bung Karno yakni
”bangsa adalah suatu Individualiteit,mempunyai watak sendiri,karakter sendiri,watak itu yang
menentukan dan menetapkan corak bangsa”2 Maka sudah selayaknya apabila diibaratkan
seseorang yang memiliki potensi dan bakat yang beragam dan berbeda satu sama lain maka yang
perlu dilakukan sang walinya sebagai pengarah adalah melihat potensi bakat yang tersimpan dari
diri sang anak tersebut untuk mengimbangi sisi kelemahan sang anak tersebut. Misalnya seorang
anak yang tidak pandai pada pelajaran matematika namun sangat meminati bidang seni maka
idealnya apabila sang wali memiliki niat yang tulus dalam mengembangkan sang anak tersebut
agar suatu hari menjadi pribadi yang brillian dan terdepan di bidangnya maka yang akan
dilakukan orang tua tersebut adalah mengupayakan sang anak tersebut agar bakat seninya terasah
bukannya focus pada kelemahan sang anak yaitu matematika. Begitupula suatu bangsa , dengan
karkter dan potensi bakat yang berbeda beda, maka sudah selayaknya titik sasaran pembangunan
didasarkan kepada apa yang menjadi potensi keunggulan dan karakter suatu bangsa, dan
bukanlah mengekor dan mengkopi mati cara pendekatan yang berhasil dilakukan oleh bangsa
bangsa lain. Tidak mengekor cara bangsa lain dan tidak sekedar bergabung pada organisasi
Internasional tertentu untuk mencari aman.Seperti yang diungkapkan Soekarno yakni :
“sebabnya kita kadang kadang seperti bebek,jika berjalan senantiasa tidak pernah sendirian
namun senang berbondong bondong”3
Berapa banyak negeri yang dinugerahi posisi sestrategis Indonesia?Terdiri oleh lebih dari
tiga belas ribu pulau yang membentang seputar samudra hindia dan pasifik,Indonesia terletak
pada lempeng tektonik dengan pegunungan yang menyebar dari ujung Aceh hingga ke sudut
Marauke Irian Jaya yang berisikan kekayaan mineral didalamnya yang menjadikan Tanah
Indonesia sangat subur untuk ditanami segala macam vegetasi tani.Dari kacamata dan logika
2Solichin Salam,Bung Karno Putra Fajar,Pt Gunung Agung,Jakarta:1987,hlm.250.3 Ibid.,hlm154
awam atas penjabaran tersebut maka tentu merasa aneh apabila rakyat Indonesia masih
membutuhkan impor untuk makan. Kita tinggalkan sejenak tentang paradox kondisi Industri tani
dan pangan di Indonesia. Sejenak kita renungkan tentang kekayaan lain Indonesia selain
kekayaan nature,Indonesia juga dianugerahi kekayaan culture yang mana merupakan
perwujudan cipta,karya dan karsa bangsa Indonesia. Berapa banyak negeri dengan warna warni
keragam suku dan perbedaan kebudayaan yang terhimpun dalam sebuah Negara kesatuan?
dengan jutaan kesenian daerah,bahasa,dan kekayaan situs situs lokalyang berjumlah ribuan
bahkan jutaan budaya seharusnya merupakan salah satu asset utama titik berat
pembangunan.Maka melaului gambaran diatas penulis berfikir bahwa titik berat potensi karakter
Indonesia yang seharusnya dijadikan titik berat pembangunan sebagai upaya peningkatan daya
saing nasional ada dua hal yaitu : Pembangunan yang berlandaskan kepada pendekatan
Kultural dan Pembangunan Industri Pertanian sebagai upaya perwujudan swasembada dan
menjadikan bangsa yang berdikari yang menjadikannya sebagai daya saing serta keunggulan
nasional.
Selama ini gaung pembangunanisme yang dilakukan sebagai wujud upaya menaikan
martabat bangsa oleh para pemangku kepentingan lebih diarahkan melalui pendekatan-
pendekatan yang dilihat dari sudut pandang terhadap pendekatan pembangunan yang berhasil
sukses diterapkan oleh Negara lain. Pemerintah secara konsisten terus melakukan upaya
pembangunan dengan berbagai cara. Konsep pembangunan yang dilakukan selama ini dilakukan
banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan bahkan disebut sebut sebagai dominasi
pembangunan dari pendekatan material. Hal ini kemungkinan karena pembangan tersebut lebih
banyak dinilai dari indicator keberhasilan fisik serta ekonomi belaka. Pembangunan-
pembangunan tersebut lebih banyak difokuskan kepada perubahan struktur ekonomi. Seperti
yang diketahui bersama sejak era sebelum krisismoneter , berawal dari menurunnya nilai tukar
rupiah akibat gempuran para spekulan mata uang yang menyebar di beberapa Negara asia akibat
Pemerintah Thailand yang yang melepaskan nilai tukar mata uangnya kepada public ,Indonesia
mulai meminta pinjaman kepada IMF pada bulan Agustus 1997,ternyata tidak berhenti sampai
disini,Indonesia untuk selanjutnya mulai ‘rajin’ untuk meminta bantuan dari IMF setelah
sebelumnya pada tahun 1966 dan 1986 indonesia meminta bantuan IMF akibat harga minyak
yang menurun. Selanjutnya dengan mengirimkan letter of intent (LOI) Memorandum of
Economic and Financial Policy (MEFP) pada 31 Oktober 1997 sebagai Imbas dari krisis Asia ,
Indonesia kembali mendapat bantuan dari IMF , mulai pada saat itu Indonesia mulai harus
mengikuti ‘aturan main’ dari IMF antaralain dua paket kebijkan yag umum dicanang kan IMF
antara lain Paket kebijakan deregulasi atau yang lazim disebut sebagai paket kebijakan neoliberal
dan Structural Ajustment Policy(SAP)4. Kebijakan tersebut(SAP) memiliki empat pilar kebijakan
utama yaitu 1. Liberalisasi Impor dan sumber sumber keuangan secara bebas
2.Devaluasi ,3.Pelaksanaan kebijakan fiscal dan moneter dalam negeri yang terdiri dari :
peningkatan harga public utilities serta penekanan tuntutan penaikan upah buruh,dan 4.
pemasukan asing yang lebih lancar.Sedangkan Paket Kebijakan Deregulasi memiliki inti
yakni:Interfensi Pemerintah harus diminimumkan karena dapat mendistorsi pasar,privatisasi
seluas luasnya bidang ekonomi termasuk yang selama ini dikuasai oleh Negara,liberalisasi
seluruh sector ekonomi dan menghilangkan proteksi,serta memperlancar arus investasi asing. Hal
tersebutlah yang selama ini menghambat berkembangnya Industri dalam negeri terutama Industri
yang sangat potensial yakni pertanian Indonesia.
Meskipun akhirnya pada era Megawati Soekarnoputri, Indonesia memilih untuk
melakukan penghentian bantuan dari IMF dan memasuki masa Post Monitoing Program dengan
mencicil sisa pinjaman. Namun hal tersebut tidak serta merta memperbaiki keadaan apalagi
Indonesia tetap bertahan pada kesepakata Agreement On Agriculture WTO dan penyesuaian
structural di Indonesia yang mengakibatkan meningkatnya harga import dan tersungkurnya nilai
eksport pertanian.Hal ini dikarenakan Indonesia membuka pasar pangan domestic yang
mengakibatkan naiknya bahan dasar pertanian,pupuk dsb.Maka hingga saat ini Indonesia Masih
belum mampu mengembangkan Potensi fitrahnya pada bidang pertanian.
Mengenai Pendekatan dari segi kultural,Rupa rupanya para pemangku kebijakan di
Indonesia tidak peka benar dengan potensi kebudayaan yang seharusnya menjadi asset utama
yang patut dikembangkan Indonesia. Disaat Negara lain telah paham benar dan berinvestasi pada
sector kebudayaan misalnya Singapore denganpembangunan Esplanade Theater nya,Malaysia
dengan Pembangunan balai konser Philaharmonic serta Musium Galery nasional,Vietnam
dengan galeri galeri lukisan terbaik di Asia Tenggara,serta Thailand yang berhasil
memanfaatkanbangunn candi candi kolosal dan Istana-Istana yang menjadikan Thailand sebagai
tujuan destinasi nomor 1 Asia Tenggara menjadikan suatu pemandangan yang timpang dimana
Indonesia belum terlalu melirik potensi kebudayaannya yang sebenarnya jauh lebih maju
4Sjamsul Arifin,Wibisono,Charles P.R Joseph,Sinta Sudrajat ed,IMF dan Stabilitas keuangan Internasional:Suatu Tinjauan Kritis,Jakarta:PT.Elex Media Komputindo,2004,Hlm 156.
dibanding Negara Negara berikut tadi sebagai asset utama dan titik berat sasaran pembangunan.
Yang dimaksudkan pengembangan budaya disini ialah melalui berbagai institusi yang ada pada
level Negara dan masyarakat dan membutuhkan suatu persiapan strategi tersendiri pada level
para pemangku kepentingan apabila Indonesia akan mulai mengembangkan Potensi besarnya Ini
menjadi daya saing nasional.
Dengan demikian sampailah pada suatu konklusi atas penjabaran diatas bahwa bukanlah
sebenarnya Indonesia miskin akan potensi untuk memiliki daya saing nasional dibanding Negara
Negara lain bahkan Negara-negara maju sekalipun. Hanya saja diperlukan para ‘wali’ atau
pemegang amanat yang tidak hanya memiliki kemampuan tapi juga kemauan . Karena Indonesia
dengan segala potensinya seharusnya memang menjadi Negara yang besar seperti yang
dikatakan Bung Karno bahwa dengan segala potensi yang kita miliki “Kita bukanlah bangsa
tempe,tetapi kita adalah bangsa besar yang berjiwakan burung rajawali”5,tentunya apabila kita
dengan baik membidik potensi inti kita yang dijadikan sebagai dasar pembangunan agar dapat
mengangkasa sebagai rajawali yang memiliki daya saing yang unggul diantara bangsa bangsa
lainnya.
5 Solichin Salam,Op.cit.,hlm133.