essai departemen
TRANSCRIPT
![Page 1: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/1.jpg)
Kimia medisinalDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kimia medisinal atau farmaseutika adalah adalah disiplin ilmu gabungan kimia dan
farmasi yang terlibat dalam desain, sintesis, dan pengembangan obat farmaseutika.
Kimia medisinal terlibat dalam identifikasi, sintesis, dan pengembangan entitas kimia
baru (new chemical entity) yang dapat digunakan untuk terapi. Bidang ini juga
melakukan kajian terhadap obat yang sudah ada, berikut sifat biologis serta QSAR
(quantitative structure-activity relationships)-nya. Bidang ini berfokus pada aspek
kualitas obat dan bertujuan untuk memelihara kesehatan sebagai tujuan dari produk
obat.
Kimia medisinal merupakan bidang ilmu yang sangat melibatkan bidang-bidang ilmu
lain, dengan menggabungkan kimia organik, biokimia, kimia komputasi, farmakologi,
biologi molekular, statistika, dan kimia fisik.
Kimia Farmasi
Visi, Misi, dan TujuanFarmasi Unair, 08-06-2009
VISI Menjadi Departemen yang menghasilkan sumber daya yang mandiri, inovatif, dan menjadi pelopor pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bidang Kimia Farmasi, dengan keunggulan di bidang sintesis dan hubungan struktur-aktivitas dari senyawa obat, serta analisis senyawa dan sediaan farmasi pada tingkat regional dan internasional, yang dilandasi
![Page 2: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/2.jpg)
dengan moral agama untuk kemaslakhatan umat.
MISI Menyelenggarakan pendidikan
dalam bidang
kefarmasian pada
umumnya dan khususnya
di bidang Kimia Farmasi,
untuk mencapai standar
kualitas lulusan yang
mampu menghadapi
perkembangan IPTEK
Kimia Farmasi, di bidang
sintesis dan hubungan
struktur-aktivitas
senyawa obat, serta
analisis senyawa dan
sediaan farmasi, dalam
rangka pemenuhan
kebutuhan pasar
nasional, regional dan
internasional.
Menyelenggarakan penelitian
dasar dan terapan yang
inovatif dalam bidang
ilmu Kimia Farmasi, untuk
menunjang
pengembangan
pendidikan dan
pengabdian kepada
masyarakat.
Mendharmabaktikan keahlian
dalam bidang ilmu Kimia
Farmasi kepada
masyarakat.
Mengupayakan kemandirian
![Page 3: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/3.jpg)
dalam pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi
di bidang Kimia Farmasi,
melalui pengembangan
kelembagaan
manajemen yang
berorientasi pada mutu
dan kemampuan
bersaing secara
internasional.TUJUAN Tujuan umum Departemen
Kimia Farmasi :
Menghasilkan lulusan yang
berkualitas yang mampu
mengembangkan ilmu
Kimia Farmasi, serta
dapat bersaing di tingkat
nasional maupun
internasional
berdasarkan moral
agama.
Menghasilkan penelitian
inovatif, yang mendorong
pengembangan ilmu
Kimia Farmasi dalam
skala nasional dan
internasional.
Menghasilkan pengabdian
masyarakat untuk
memberdayakan
masyarakat agar mampu
memecahkan masalah
yang berhubungan
dengan bidang ilmu
Kimia Farmasi secara
![Page 4: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/4.jpg)
mandiri dan
berkelanjutan.
Mewujudkan kemandirian
Departemen yang
adaptif, kreatif, proaktif,
terhadap tuntutan
perkembangan
lingkungan strategis.
Tujuan Khusus Departemen
Kimia Farmasi :
Menghasilkan lulusan yang
berakhlak mulia,
dilandasi dengan moral
agama, yang mampu:
Mengidentifikasi, memeriksa
kemurnian,
menetapkan kadar
obat dan bahan
obat,
Melakukan pengendalian mutu
bahan obat, sediaan
obat, obat
tradisional, bahan
berbahaya dan
beracun, kosmetika,
makanan dan
minuman,
Memahami prinsip dasar dan
tehnik pembuatan
bahan obat, dapat
menjelaskan
hubungan
perubahan struktur
dan aktivitas
![Page 5: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/5.jpg)
biologis kelompok
turunan senyawa
obat,
Melakukan telaah publikasi
ilmiah yang
berkaitan dengan
bidang Kimia
Farmasi,
Melaksanakan penelitian dasar
dan terapan
sebagai penerapan
metode ilmiah dan
sikap keilmuan
serta mampu
mengkomunikasika
n dan
mempertanggungja
wabkan hasil
penelitian sesuai
kaidah keilmuan.
Meningkatkan kemampuan
sumberdaya, sehingga
mampu menghasilkan
karya penelitian
unggulan yang inovatif
yang berlandaskan pada
kode etik akademik,
dalam memecahkan
permasalahan di Bidang
Farmasi, khususnya Kimia
Farmasi, yang ada di
masyarakat.
Menghasilkan produk unggulan
yang berkaitan dengan
Bidang Kimia Farmasi,
![Page 6: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/6.jpg)
yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat.
Farmasi komunitas
Visi, Misi, dan TujuanFarmasi Unair, 21-07-2008
V I S I
Menjadi Departemen yang terpercaya dan diakui dalam bidang Farmasi
Komunitas baik nasional dan regional dalam pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi.
M I S I
Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi untuk bidang ilmu yang
menjadi asuhan bagian sesuai dengan tugas yang diberikan oleh
Fakultas.
Menjadikan bagian sebagai acuan atau rujukan dalam bidang Farmasi
Komunitas untuk pendidikan profesi kefarmasian maupun jenjang
keilmuan (S2 dan S3) mengenai obat dan problema obat dalam
setting Farmasi Masyarakat.
Memberdayakan diri untuk menjadi RGU Fakultas yang berhasil guna dan
berdaya guna dalam kerangka otonomi Perguruan Tinggi.
T U J U A N
TUJUAN UMUM
![Page 7: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/7.jpg)
Memiliki kemampuan akademik dalam bidang Farmasi Komunitas dengan
sistem jaminan kontrol kualitas yang terbakukan.
Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dalam bidang Farmasi Komunitas
yang terus dikembangkan baik sebagai pendidik, praktisi
profesional dan konsultan.
Memiliki kemampuan sebagai RGU fakultas yang terakreditasi.
TUJUAN KHUSUS
Mengembangkan mahasiswa menjadi seorang farmasis yang dapat
berperan dengan baik dan berhasil dalam setting Farmasi
Masyarakat yang berorientasi pada kepentingan pasien.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengintegrasikan
pengetahuan yang didapat sebelumnya sehingga membuat
keputusan yang tepat dalam penggunaan obat yang aman dan
efektif.
Mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam memilih dan memantau
terapi obat dalam setting Farmasi Masyarakat.
Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang status penyakit, termasuk
etiologi, patofisiologi dan terapi obat khususnya tentang minor
illment.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam teknik berkomunikasi untuk
mempermudah interaksi dengan pasien dan profesi kesehatan
dalam tim.
![Page 8: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/8.jpg)
Mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam penyediaan informasi
baik terhadap pasien dan atau profesi kesehatan.
Farmasetika
Ruang LingkupFarmasi Unair, 30-10-2008
Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni,
tetapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan
menggunakan berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan
teknologi manufakturing yang tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan
farmasi yang berkualitas.
Bentuk sediaan farmasi bervariasi mulai dari bentuk larutan hingga bentuk
lain dengan sistem penghantaran obat yang kompleks. Secara garis besar,
pembuatan sediaan farmasi terdiri atas dua fase yaitu pengembangan
bahan baku (bahan aktif dan bahan tambahan) serta formulasi dan kontrol
kualitas sediaan jadi.
Dari sudut pandang produksi, fase yang terakhir tersebut terdiri atas
pembuatan berbagai bentuk sediaan yang mengandung bahan aktif yang
telah dikenal dan diketahui serta pembuatan berbagai bentuk sediaan
dengan bahan aktif baru (formulasi) atau updating sediaan yang
mengandung bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui (reformulasi).
Tujuan formulasi sediaan adalah untuk menentukan semua variabel yang
![Page 9: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/9.jpg)
diperlukan dalam mengembangkan dan memproduksi sediaan farmasi
secara optimal. Bentuk sediaan dikembangkan berdasar formulasi dan
teknologi farmasetik agar menghasilkan sediaan yang efektif, aman dan
stabil dengan tetap menjaga kriteria mutu sediaan tersebut bila sediaan
diproduksi dalam skala besar.
Pengujian mutu harus dilakukan sebelum suatu sediaan farmasi akhirnya
dilepas ke pasar dan digunakan oleh konsumen. Selain itu sediaan farmasi
harus digunakan dengan benar untuk mencapai efek terapi yang diinginkan
dan dengan bioavailabilitas optimal.
Teknologi farmasi diterapkan untuk mengembangkan suatu formula sediaan
dan prosedur yang dapat diterapkan secara umum pada semua tahap
proses produksi (pelarutan, penggerusan, pencampuran, dan lain
sebagainya), yang spesifik pada setiap bentuk sediaan.
Penerapan prinsip ilmiah dan pengetahuan tentang formulasi farmasetik
sangat berguna dalam pengembangan formula baru untuk obat-obat yang
telah ada, selain juga penting untuk pengembangan bahan aktif.
Pengembangan formula sediaan baru membutuhkan penelitian yang
kompleks dan terpadu. Hal ini dapat tercapai bila ada keutuhan ilmu yang
terkait, diantaranya farmasi fisik, biofarmasetika, formulasi dan teknologi
farmasi. Gambar 1 berikut ini menunjukkan ruang lingkup farmasetika.
Empat tahap pengembangan formulasi dari bahan aktif yang sudah dikenal
dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan tahap pengembangan suatu
sediaan obat baru mulai dari bahan aktif hingga manufakturing yang pada
prinsipnya terdiri atas tiga tahap utama yaitu penelitian dasar (kimia,
biokimia, biologi, farmakologi, imunologi,dll), pengembangan sediaan dan
uji klinik (fase I sampai fase V) tertera pada Gambar 3.
Gambar 1. Ruang lingkup farmasetika
![Page 10: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar 2. Tahap Pengembangan Formulasi
Mengacu pada penjelasan diatas, maka ruang lingkup keilmuan Bagian
Farmasetika meliputi Farmasi Fisik, Biofarmasetika, Farmasetika Sediaan:
Likuida, Solida, Semi Solida, Steril, Kosmetika, "Drug Delivery System" dan
Radiofarmasi.
LAYANAN FARMASI KLINIS
Layanan farmasi klinis berkembang untuk menanggapi keprihatianan
masyarakat terhadap tingginya angka morbiditas dan mortilitas yang
terkait dalam penggunaan obat, cepatnya peningkatan biaya perawatan
kesehatan, tingginya harapan yang terkait dalam penggunaan obat, serta
ledakan pengetahuan medis dan ilmiah.
Layanan farmasi klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi
kepada pasien lebih dari pada layanan berorientasi produk. Apoteker dapat
berkontribusi selama proses peresepan, yaitu sebelum, selama dan
sesudah resep ditulis.
Secara historis, profesi kefarmasian mengalami berbagai perubahan secara
drastis dalam kurun waktu 40 tahun terakhir terjadi di abad ke 20.
Perkembangan ini dibagi menjadi empat periode yaitu: Periode Tradisional
(sebelum 1960), Periode Transisional (1960-1970), Periode Masakini
(Farmasi Klinis), Periode Masa Depan (Pharmaceutical Care). Dalam setiap
periode, dapat dibedakan konsep-konsep mendasar berkaitan dengan :
Fungsi dan tugas yang diemban, hubungan dengan profesi medis, tekanan
pada pelayan penderita (patient care), sikap aktif atau pasif pada
pelayanan. Beralihnya pembuatan obat dari instalasi farmasi ke industri
farmasi maka tugas dan fungsi farmasi berubah. Apoteker tidak banyak
lagi meracik obat karena obat yang diresepkan dokter kebanyakan obat
jadi berkualitas tinggi yang disiapkan oleh pabrik farmasi. Sejalan dengan
![Page 11: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/11.jpg)
perkembangan kemajuan ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang
farmakologi dan banyaknya jenis obat yang beredar menyebabkan dokter
merasa ketinggalan dalam ilmunya. Selain hal tersebut juga kemajuan
dalam ilmu diagnosa, alat-alat diagnosa bantu serta penyakit baru yang
muncul membingungkan para dokter (satu profesi tidak dapat lagi
menangani semua pengetahuan yang berkembang dengan pesat). Dengan
berkembang pesatnya obat-obat yang efektif secara terapetik dalam
dekade tersebut, tapi perkembangan ini membawa masalah-masalah
tersendiri berupa meningkatnya permasalahan yang berkaitan dengan
obat, ESO, teratogenesis, interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-uji
laboratorium dll.
Ketidakberhasilan pengobatan dapat disebabkan oleh :
• Penulisan resep yang kurang tepat
• Pengobatan yang kurang tepat (Misalnya: Pemilihan obat, bentuk sediaan,
dosis, rute, interval dosis, lama pemakaian)
• Pemberian obat yang tidak diperlukan
• Penyerahan obat yang tidak tepat
• Obat tidak tersedia saat dibutuhkan
• Kesalahan dispensing
• Perilaku pasien yang tidak mendukung
• Indiosinkrasi pasien
• Berhubungan dengan cara pengobatan yang tidak tepat
• Pelaksanaan/penggunaan obat yang tidak sesuai dengan perintah
pengobatan (non compliance)
• Respon aneh individu terhadap obat
• Terjadi kesalahan atau kecelakaan
• Pamantauan yang tidak tepat
• Gagal untuk mengenali dan menyelesaikan adanya keputusan terapi yang
tidak tepat
• Gagal dalam memantau efek pengobatan pasien
Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi
klinis dan berhubungan dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta
dapat dikategorikan sebagai berikut :
• Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya
• Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat
![Page 12: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/12.jpg)
• Dosis obat subterapetik
• Pasien gagal menerima obat
• Dosis obat terlalu tinggi
• Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki
• Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat
• Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya
Filosofi dan tujuan Farmasi Klinis
Hepler dan Strand (1990)
Pharmaceutical Care is ”The responsible provision of drug therapy for the
purpose of achieving definite outcomes that improve a patient’s quality of
life”
Cipolle, Strand dan Morley (1998)
Pharmaceutical Care is “A Practice in which the practitioner takes
responsibility for a patient’s drug therapy needs, and is held accountable
for this commitment”
Dasar hukum Farmasi Klinis :
SK Menkes No. 436/ Menkes/ SK/VI/1993 tentang pelayanan Rumah Sakit
dan Standar Pelayan Medis, tugas Apoteker meliputi:
• Melakukan konseling
• Monitoring Efek Samping Obat (ESO)
• Pencampuran obat suntik secara aseptis
• Menganalisis efektivitas biaya
• Penentuan kadar obat dalam darah
• Penanganan obat sitostatika
• Penyiapan total parenteral nutrition
• Pemantauan terapi obat
• Pengkajian penggunaan obat
Terapi obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas
mempertahankan hidup pasien, yang dilakukan dengan cara mengobati
pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau
memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya.
Namun tidak dapat disangkal dalam pemberian obat kemungkinan terjadi
hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problem).
Pemantauan obat merupakan salah satu tugas Farmasi Klinis dan
kemungkinan masalah berkaitan dengan DRP dapat dikategorikan sebagai
![Page 13: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/13.jpg)
berikut:
• Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya
• Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat
• Dosis obat subterapetik
• Pasien gagal menerima obat
• Dosis obat terlalu tinggi
• Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki
• Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat
• Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya
Layanan farmasi klinis menghadirkan langkah penting dalam
transformasi praktek kefarmasian dan orientasi produk ke praktek
yang berorientasi kepada pasien. Dalam praktek ini Apoteker harus
membuat keputusan tentang ketepatan pemakaian obat dan bertanggung
jawab terhadap keputusan dan saran, menurut Prof. Nicholas Barber (School
of Farmacy, University of London).Sumber:http://www.isfinational.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=467
Profil SingkatBapsi Unair, 30-10-2008
Dalam sejarah penemuan obat bahan alam dimulai dari pengetahuan
manusia akan khasiat bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal
dari berkembangnya farmakognosi. Bukti dari hal itu dapat diketahui
melalui buku Materia Medika yang diterbitkan sebelum abad 19, yaitu buku
pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih kurang 600
macam obat dari bahan alam ( tanaman, hewan, mineral ). Sejak saat itu
terjadi peningkatan yang pesat terhadap pengetahuan mengenai obat dari
bahan alam sehingga dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan
disiplin ilmu. Oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah
![Page 14: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/14.jpg)
mempunyai dua disiplin ilmu, yaitu :
Farmakologi, yang mempelajari kerja obat ( action of drug )
Farmakognosi, yang mempelajari segala aspek obat dari alam
Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon, yang berarti obat, dan
Gnosis, yang berarti pengetahuan. Melalui perkembangan ilmu lebih lanjut,
para ahli kimia mulai memberikan perhatian pada senyawa-senyawa kimia
kandungan bahan alam yang diduga mempunyai khasiat bagi kesehatan.
Pada akhir abad 19, mereka mulai mencoba mensintesis senyawa kimia
yang mempunyai khasiat terapi tersebut dan melakukan modifikasi struktur
senyawa dengan tujuan tertentu. Hal ini yang membidangi lahirnya disiplin
ilmu baru yaitu kimia medisinal.
Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat bahan alam telah
berkembang tiga disiplin ilmu dasar, yaitu :
Farmakologi, yang berhubungan dengan aktivitas dan efek obat.
Farmakognosi, yang mencakup semua informasi obat dari sumber bahan
alam (tumbuhan, hewan, mineral, mikroorganisme).
Kimia medisinal, yang berhubungan dengan semisintesis obat
Perkembangan selanjutnya pada akhir abad 20, terjadi 3 peristiwa
mendasar yang merupakan perwujudan dari sikap masyarakat dan para
![Page 15: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/15.jpg)
ilmuwan terhadap farmakognosi, yaitu :
Kesadaran tentang khasiat dan pemakaian tanaman sebagai obat. Keadaan
ini didukung dengan meningkatnya informasi mengenai efek samping
obat sintetis serta manfaat yang diperoleh melalui pemakaian obat
alam. Dari waktu ke waktu, masyarakat semakin menyukai bahan
obat alam.
Kesadaran para produsen obat bahan alam bahwa tanaman memang
mempunyai reputasi yang baik sebagai obat rakyat. Tanaman
merupakan sumber bahan obat serta sumber inspirasi bagi
pembuatan prototipe obat baru melalui pengetahuan tentang
senyawa kimia kandungannya.
Perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika yang
memungkinkan transfer genetic material dari satu organisme ke
organisme lain.
Berdasarkan sikap masyarakat dan ilmuwan tersebut, telah dirumuskan
empat peran penting senyawa bahan alam bagi perkembangan obat
modern, yaitu :
Bahan alam menyediakan sejumlah bahan obat yang sangat potensial,
misalnya : alkaloida opium dan ergot, antibiotika, glikosida digitalis,
serum dan vaksin.
Bahan alam merupakan sumber senyawa induk (basic compounds), yang
dapat dimodifikasi menghasilkan senyawa dengan sifat fisika-kimia
yang lebih menguntungkan, seperti lebih efektif dan tidak toksik.
Senyawa bahan alam merupakan model bagi sintesis obat yang
![Page 16: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/16.jpg)
mempunyai aktifitas fisiologi sama dengan senyawa asli.
Senyawa bahan alam yang aktivitasnya kurang poten dapat dimodifikasi
melalui metode bioteknologi untuk menghasilkan obat yang lebih
poten yang tidak mudah diperoleh melalui metode lain.
Bagian Farmakognosi Fitokimia adalah bagian yang bertugas mempelajari:
standarisasi tumbuhan obat berdasarkan studi farmakognosi dan fitokimia,
pengujian manfaat, formulasi obat tradisional, elusidasi struktur kimia,
kandungan, mekanisme aktivitas farmakologi, biosintesis, senyawa racun,
dan analisis genetik bahan alam.
Untuk pengembangan kegiatan diatas diperlukan kerjasama dengan
institusi nasional, regional dan internasional.
Farmasi Komunitas
Profil SingkatFarmasi Unair, 11-04-2009
Bagian Farmasi Praktis berdiri pada 6 Agustus 2001 berdasarkan SK Dekan
Nomor 2063/JO3.1.20/PP/2001. Pada tahun 2007 nama Bagian Farmasi
Praktis berubah menjadi Departemen Farmasi Komunitas. Staf pengajar
Departemen Farmasi Komunitas terdiri dari 14 orang dosen tetap dan 2
orang dosen yang diperbantukan di Apotek Farmasi Airlangga. Dari 14 staf
pengajar tersebut memiliki kualifikasi sbb:
![Page 17: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/17.jpg)
3 orang dengan kualifikasi S3
7 orang dengan kualifikasi S2
8 orang dengan kualifikasi S1-Apoteker (2 orang sedang menjalani program
S2 di Australia)
Sedangkan staf non-edukatif terdiri dari 3 orang tenaga dengan kualifikasi
SLTA, 1 orang dengan kualifikasi SAA dan 1 orang dengan kualifikasi S1
yang bertugas sebagai tenaga administrasi dan laboratorium.
Departemen Farmasi Komunitas mempunyai 1 buah ruang praktikum yang
digunakan untuk praktikum Preskripsi II, III dan IV. Fakultas Farmasi memiliki
sebuah apotek yang merupakan apotek pendidikan dan digunakan sebagai
sarana praktikum Farmasi Masyarakat. Juga digunakan sebagai sarana
Praktek Kerja Profesi (PKP) tingkat Profesi Apoteker bidang Apotek.
Farmasi Komunitas adalah hibrida dari disiplin Ilmu Farmasetika, Ilmu
Kesehatan, Ilmu Dasar dan Ilmu Sosial/Humaniora. Mata Ajaran yang
dikelola oleh bagian Farmasi Praktis terdiri dari 8 mata kuliah dan 4 mata
praktikum untuk program S1, ditambah dengan program profesi apoteker
bidang perapotikan dan bidang pemerintahan serta program S2 bidang
minat Farmasi Masyarakat.
Departemen Farmasi Komunitas menerapkan paradigma Pharmaceutical
Care sebagai landasannya, sejalan dengan perkembangan terbaru di dunia
kefarmasian yang menerapkan konsep tersebut sebagai tujuan
pelaksanaan praktek kefarmasian (pharmacy practice).
Pharmaceutical Care (Asuhan Kefarmasian) adalah praktek kefarmasian
yang berorientasi pada pasien. Dalam pelaksanaan pharmaceutical care,
dibutuhkan kerjasama antara apoteker, pasien dan tenaga kesehatan
lainnya untuk mencapai tujuan kesehatan. Tujuan utama dari
Pharmaceutical Care adalah mencapai hasil positif yang meningkatkan
kualitas hidup penderita (yang berhubungan dengan kesehatan). Hasil-hasil
tersebut meliputi aspek-aspek klinik, ekonomi dan humaniora.
![Page 18: essai departemen](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100517/557201f64979599169a2b541/html5/thumbnails/18.jpg)
FitokimiaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan
buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada
tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang
menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam
pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit
defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi
tersebut.