essai departemen

20

Click here to load reader

Upload: meidyrahayu

Post on 24-Jul-2015

86 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: essai departemen

Kimia medisinalDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kimia medisinal atau farmaseutika adalah adalah disiplin ilmu gabungan kimia dan

farmasi yang terlibat dalam desain, sintesis, dan pengembangan obat farmaseutika.

Kimia medisinal terlibat dalam identifikasi, sintesis, dan pengembangan entitas kimia

baru (new chemical entity) yang dapat digunakan untuk terapi. Bidang ini juga

melakukan kajian terhadap obat yang sudah ada, berikut sifat biologis serta QSAR

(quantitative structure-activity relationships)-nya. Bidang ini berfokus pada aspek

kualitas obat dan bertujuan untuk memelihara kesehatan sebagai tujuan dari produk

obat.

Kimia medisinal merupakan bidang ilmu yang sangat melibatkan bidang-bidang ilmu

lain, dengan menggabungkan kimia organik, biokimia, kimia komputasi, farmakologi,

biologi molekular, statistika, dan kimia fisik.

Kimia Farmasi

Visi, Misi, dan TujuanFarmasi Unair, 08-06-2009

VISI Menjadi Departemen yang menghasilkan sumber daya yang mandiri, inovatif, dan menjadi pelopor pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bidang Kimia Farmasi, dengan keunggulan di bidang sintesis dan hubungan struktur-aktivitas dari senyawa obat, serta analisis senyawa dan sediaan farmasi pada tingkat regional dan internasional, yang dilandasi

Page 2: essai departemen

dengan moral agama untuk kemaslakhatan umat.

MISI Menyelenggarakan pendidikan

dalam bidang

kefarmasian pada

umumnya dan khususnya

di bidang Kimia Farmasi,

untuk mencapai standar

kualitas lulusan yang

mampu menghadapi

perkembangan IPTEK

Kimia Farmasi, di bidang

sintesis dan hubungan

struktur-aktivitas

senyawa obat, serta

analisis senyawa dan

sediaan farmasi, dalam

rangka pemenuhan

kebutuhan pasar

nasional, regional dan

internasional.

Menyelenggarakan penelitian

dasar dan terapan yang

inovatif dalam bidang

ilmu Kimia Farmasi, untuk

menunjang

pengembangan

pendidikan dan

pengabdian kepada

masyarakat.

Mendharmabaktikan keahlian

dalam bidang ilmu Kimia

Farmasi kepada

masyarakat.

Mengupayakan kemandirian

Page 3: essai departemen

dalam pelaksanaan Tri

Dharma Perguruan Tinggi

di bidang Kimia Farmasi,

melalui pengembangan

kelembagaan

manajemen yang

berorientasi pada mutu

dan kemampuan

bersaing secara

internasional.TUJUAN Tujuan umum Departemen

Kimia Farmasi :

Menghasilkan lulusan yang

berkualitas yang mampu

mengembangkan ilmu

Kimia Farmasi, serta

dapat bersaing di tingkat

nasional maupun

internasional

berdasarkan moral

agama.

Menghasilkan penelitian

inovatif, yang mendorong

pengembangan ilmu

Kimia Farmasi dalam

skala nasional dan

internasional.

Menghasilkan pengabdian

masyarakat untuk

memberdayakan

masyarakat agar mampu

memecahkan masalah

yang berhubungan

dengan bidang ilmu

Kimia Farmasi secara

Page 4: essai departemen

mandiri dan

berkelanjutan.

Mewujudkan kemandirian

Departemen yang

adaptif, kreatif, proaktif,

terhadap tuntutan

perkembangan

lingkungan strategis.

Tujuan Khusus Departemen

Kimia Farmasi :

Menghasilkan lulusan yang

berakhlak mulia,

dilandasi dengan moral

agama, yang mampu:

Mengidentifikasi, memeriksa

kemurnian,

menetapkan kadar

obat dan bahan

obat,

Melakukan pengendalian mutu

bahan obat, sediaan

obat, obat

tradisional, bahan

berbahaya dan

beracun, kosmetika,

makanan dan

minuman,

Memahami prinsip dasar dan

tehnik pembuatan

bahan obat, dapat

menjelaskan

hubungan

perubahan struktur

dan aktivitas

Page 5: essai departemen

biologis kelompok

turunan senyawa

obat,

Melakukan telaah publikasi

ilmiah yang

berkaitan dengan

bidang Kimia

Farmasi,

Melaksanakan penelitian dasar

dan terapan

sebagai penerapan

metode ilmiah dan

sikap keilmuan

serta mampu

mengkomunikasika

n dan

mempertanggungja

wabkan hasil

penelitian sesuai

kaidah keilmuan.

Meningkatkan kemampuan

sumberdaya, sehingga

mampu menghasilkan

karya penelitian

unggulan yang inovatif

yang berlandaskan pada

kode etik akademik,

dalam memecahkan

permasalahan di Bidang

Farmasi, khususnya Kimia

Farmasi, yang ada di

masyarakat.

Menghasilkan produk unggulan

yang berkaitan dengan

Bidang Kimia Farmasi,

Page 6: essai departemen

yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat.

Farmasi komunitas

Visi, Misi, dan TujuanFarmasi Unair, 21-07-2008

V I S I

Menjadi Departemen yang terpercaya dan diakui dalam bidang Farmasi

Komunitas baik nasional dan regional dalam pelaksanaan Tridharma

Perguruan Tinggi.

M I S I

Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi untuk bidang ilmu yang

menjadi asuhan bagian sesuai dengan tugas yang diberikan oleh

Fakultas.

Menjadikan bagian sebagai acuan atau rujukan dalam bidang Farmasi

Komunitas untuk pendidikan profesi kefarmasian maupun jenjang

keilmuan (S2 dan S3) mengenai obat dan problema obat dalam

setting Farmasi Masyarakat.

Memberdayakan diri untuk menjadi RGU Fakultas yang berhasil guna dan

berdaya guna dalam kerangka otonomi Perguruan Tinggi.

T U J U A N

TUJUAN UMUM

Page 7: essai departemen

Memiliki kemampuan akademik dalam bidang Farmasi Komunitas dengan

sistem jaminan kontrol kualitas yang terbakukan.

Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dalam bidang Farmasi Komunitas

yang terus dikembangkan baik sebagai pendidik, praktisi

profesional dan konsultan.

Memiliki kemampuan sebagai RGU fakultas yang terakreditasi.

TUJUAN KHUSUS

Mengembangkan mahasiswa menjadi seorang farmasis yang dapat

berperan dengan baik dan berhasil dalam setting Farmasi

Masyarakat yang berorientasi pada kepentingan pasien.

Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengintegrasikan

pengetahuan yang didapat sebelumnya sehingga membuat

keputusan yang tepat dalam penggunaan obat yang aman dan

efektif.

Mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam memilih dan memantau

terapi obat dalam setting Farmasi Masyarakat.

Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang status penyakit, termasuk

etiologi, patofisiologi dan terapi obat khususnya tentang minor

illment.

Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam teknik berkomunikasi untuk

mempermudah interaksi dengan pasien dan profesi kesehatan

dalam tim.

Page 8: essai departemen

Mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam penyediaan informasi

baik terhadap pasien dan atau profesi kesehatan.

Farmasetika

Ruang LingkupFarmasi Unair, 30-10-2008

Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni,

tetapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan

menggunakan berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan

teknologi manufakturing yang tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan

farmasi yang berkualitas.

Bentuk sediaan farmasi bervariasi mulai dari bentuk larutan hingga bentuk

lain dengan sistem penghantaran obat yang kompleks. Secara garis besar,

pembuatan sediaan farmasi terdiri atas dua fase yaitu pengembangan

bahan baku (bahan aktif dan bahan tambahan) serta formulasi dan kontrol

kualitas sediaan jadi.

Dari sudut pandang produksi, fase yang terakhir tersebut terdiri atas

pembuatan berbagai bentuk sediaan yang mengandung bahan aktif yang

telah dikenal dan diketahui serta pembuatan berbagai bentuk sediaan

dengan bahan aktif baru (formulasi) atau updating sediaan yang

mengandung bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui (reformulasi).

Tujuan formulasi sediaan adalah untuk menentukan semua variabel yang

Page 9: essai departemen

diperlukan dalam mengembangkan dan memproduksi sediaan farmasi

secara optimal. Bentuk sediaan dikembangkan berdasar formulasi dan

teknologi farmasetik agar menghasilkan sediaan yang efektif, aman dan

stabil dengan tetap menjaga kriteria mutu sediaan tersebut bila sediaan

diproduksi dalam skala besar.

Pengujian mutu harus dilakukan sebelum suatu sediaan farmasi akhirnya

dilepas ke pasar dan digunakan oleh konsumen. Selain itu sediaan farmasi

harus digunakan dengan benar untuk mencapai efek terapi yang diinginkan

dan dengan bioavailabilitas optimal.

Teknologi farmasi diterapkan untuk mengembangkan suatu formula sediaan

dan prosedur yang dapat diterapkan secara umum pada semua tahap

proses produksi (pelarutan, penggerusan, pencampuran, dan lain

sebagainya), yang spesifik pada setiap bentuk sediaan.

Penerapan prinsip ilmiah dan pengetahuan tentang formulasi farmasetik

sangat berguna dalam pengembangan formula baru untuk obat-obat yang

telah ada, selain juga penting untuk pengembangan bahan aktif.

Pengembangan formula sediaan baru membutuhkan penelitian yang

kompleks dan terpadu. Hal ini dapat tercapai bila ada keutuhan ilmu yang

terkait, diantaranya farmasi fisik, biofarmasetika, formulasi dan teknologi

farmasi. Gambar 1 berikut ini menunjukkan ruang lingkup farmasetika.

Empat tahap pengembangan formulasi dari bahan aktif yang sudah dikenal

dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan tahap pengembangan suatu

sediaan obat baru mulai dari bahan aktif hingga manufakturing yang pada

prinsipnya terdiri atas tiga tahap utama yaitu penelitian dasar (kimia,

biokimia, biologi, farmakologi, imunologi,dll), pengembangan sediaan dan

uji klinik (fase I sampai fase V) tertera pada Gambar 3.

Gambar 1. Ruang lingkup farmasetika

Page 10: essai departemen

Gambar 2. Tahap Pengembangan Formulasi

Mengacu pada penjelasan diatas, maka ruang lingkup keilmuan Bagian

Farmasetika meliputi Farmasi Fisik, Biofarmasetika, Farmasetika Sediaan:

Likuida, Solida, Semi Solida, Steril, Kosmetika, "Drug Delivery System" dan

Radiofarmasi.

LAYANAN FARMASI   KLINIS

Layanan farmasi klinis berkembang untuk menanggapi keprihatianan

masyarakat terhadap tingginya angka morbiditas dan mortilitas yang

terkait dalam penggunaan obat, cepatnya peningkatan biaya perawatan

kesehatan, tingginya harapan yang terkait dalam penggunaan obat, serta

ledakan pengetahuan medis dan ilmiah.

Layanan farmasi klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi

kepada pasien lebih dari pada layanan berorientasi produk. Apoteker dapat

berkontribusi selama proses peresepan, yaitu sebelum, selama dan

sesudah resep ditulis.

Secara historis, profesi kefarmasian mengalami berbagai perubahan secara

drastis dalam kurun waktu 40 tahun terakhir terjadi di abad ke 20.

Perkembangan ini dibagi menjadi empat periode yaitu: Periode Tradisional

(sebelum 1960), Periode Transisional (1960-1970), Periode Masakini

(Farmasi Klinis), Periode Masa Depan (Pharmaceutical Care). Dalam setiap

periode, dapat dibedakan konsep-konsep mendasar berkaitan dengan :

Fungsi dan tugas yang diemban, hubungan dengan profesi medis, tekanan

pada pelayan penderita (patient care), sikap aktif atau pasif pada

pelayanan. Beralihnya pembuatan obat dari instalasi farmasi ke industri

farmasi maka tugas dan fungsi farmasi berubah. Apoteker tidak banyak

lagi meracik obat karena obat yang diresepkan dokter kebanyakan obat

jadi berkualitas tinggi yang disiapkan oleh pabrik farmasi. Sejalan dengan

Page 11: essai departemen

perkembangan kemajuan ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang

farmakologi dan banyaknya jenis obat yang beredar menyebabkan dokter

merasa ketinggalan dalam ilmunya. Selain hal tersebut juga kemajuan

dalam ilmu diagnosa, alat-alat diagnosa bantu serta penyakit baru yang

muncul membingungkan para dokter (satu profesi tidak dapat lagi

menangani semua pengetahuan yang berkembang dengan pesat). Dengan

berkembang pesatnya obat-obat yang efektif secara terapetik dalam

dekade tersebut, tapi perkembangan ini membawa masalah-masalah

tersendiri berupa meningkatnya permasalahan yang berkaitan dengan

obat, ESO, teratogenesis, interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-uji

laboratorium dll.

Ketidakberhasilan pengobatan dapat disebabkan oleh :

•  Penulisan resep yang kurang tepat

• Pengobatan yang kurang tepat (Misalnya: Pemilihan obat, bentuk sediaan,

dosis, rute, interval dosis, lama pemakaian)

•  Pemberian obat yang tidak diperlukan

•  Penyerahan obat yang tidak tepat

•  Obat tidak tersedia saat dibutuhkan

•  Kesalahan dispensing

•  Perilaku pasien yang tidak mendukung

•  Indiosinkrasi pasien

•  Berhubungan dengan cara pengobatan yang tidak tepat

•  Pelaksanaan/penggunaan obat yang tidak sesuai dengan perintah

pengobatan (non compliance)

•  Respon aneh individu terhadap obat

• Terjadi kesalahan atau kecelakaan

• Pamantauan yang tidak tepat

• Gagal untuk mengenali dan menyelesaikan adanya keputusan terapi yang

tidak tepat

• Gagal dalam memantau efek pengobatan pasien

Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi

klinis dan berhubungan dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta

dapat dikategorikan sebagai berikut :

• Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya

• Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat

Page 12: essai departemen

• Dosis obat subterapetik

• Pasien gagal menerima obat

• Dosis obat terlalu tinggi

• Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki

• Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat

• Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya

Filosofi dan tujuan Farmasi Klinis

Hepler dan Strand (1990)

Pharmaceutical Care is ”The responsible provision of drug therapy for the

purpose of achieving definite outcomes that improve a patient’s quality of

life”

Cipolle, Strand dan Morley (1998)

Pharmaceutical Care is “A Practice in which the practitioner takes

responsibility for a patient’s drug therapy needs, and is held accountable

for this commitment”

Dasar hukum Farmasi Klinis :

SK Menkes No. 436/ Menkes/ SK/VI/1993 tentang pelayanan Rumah Sakit

dan Standar Pelayan Medis, tugas Apoteker meliputi:

• Melakukan konseling

• Monitoring Efek Samping Obat (ESO)

• Pencampuran obat suntik secara aseptis

• Menganalisis efektivitas biaya

• Penentuan kadar obat dalam darah

• Penanganan obat sitostatika

• Penyiapan total parenteral nutrition

• Pemantauan terapi obat

• Pengkajian penggunaan obat

Terapi obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas

mempertahankan hidup pasien, yang dilakukan dengan cara mengobati

pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau

memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya.

Namun tidak dapat disangkal dalam pemberian obat kemungkinan terjadi

hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problem).

Pemantauan obat merupakan salah satu tugas Farmasi Klinis dan

kemungkinan masalah berkaitan dengan DRP dapat dikategorikan sebagai

Page 13: essai departemen

berikut:

• Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya

• Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat

• Dosis obat subterapetik

• Pasien gagal menerima obat

• Dosis obat terlalu tinggi

• Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki

• Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat

• Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya

Layanan farmasi klinis menghadirkan langkah penting dalam

transformasi praktek kefarmasian dan orientasi produk ke praktek

yang berorientasi kepada pasien. Dalam praktek ini Apoteker harus

membuat keputusan tentang ketepatan pemakaian obat dan bertanggung

jawab terhadap keputusan dan saran, menurut Prof. Nicholas Barber (School

of Farmacy, University of London).Sumber:http://www.isfinational.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=467

Profil SingkatBapsi Unair, 30-10-2008

Dalam sejarah penemuan obat bahan alam dimulai dari pengetahuan

manusia akan khasiat bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal

dari berkembangnya farmakognosi. Bukti dari hal itu dapat diketahui

melalui buku Materia Medika yang diterbitkan sebelum abad 19, yaitu buku

pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih kurang 600

macam obat dari bahan alam ( tanaman, hewan, mineral ). Sejak saat itu

terjadi peningkatan yang pesat terhadap pengetahuan mengenai obat dari

bahan alam sehingga dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan

disiplin ilmu. Oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah

Page 14: essai departemen

mempunyai dua disiplin ilmu, yaitu :

Farmakologi, yang mempelajari kerja obat ( action of drug )

Farmakognosi, yang mempelajari segala aspek obat dari alam

Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon, yang berarti obat, dan

Gnosis, yang berarti pengetahuan. Melalui perkembangan ilmu lebih lanjut,

para ahli kimia mulai memberikan perhatian pada senyawa-senyawa kimia

kandungan bahan alam yang diduga mempunyai khasiat bagi kesehatan.

Pada akhir abad 19, mereka mulai mencoba mensintesis senyawa kimia

yang mempunyai khasiat terapi tersebut dan melakukan modifikasi struktur

senyawa dengan tujuan tertentu. Hal ini yang membidangi lahirnya disiplin

ilmu baru yaitu kimia medisinal.

Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat bahan alam telah

berkembang tiga disiplin ilmu dasar, yaitu :

Farmakologi, yang berhubungan dengan aktivitas dan efek obat.

Farmakognosi, yang mencakup semua informasi obat dari sumber bahan

alam (tumbuhan, hewan, mineral, mikroorganisme).

Kimia medisinal, yang berhubungan dengan semisintesis obat

Perkembangan selanjutnya pada akhir abad 20, terjadi 3 peristiwa

mendasar yang merupakan perwujudan dari sikap masyarakat dan para

Page 15: essai departemen

ilmuwan terhadap farmakognosi, yaitu :

Kesadaran tentang khasiat dan pemakaian tanaman sebagai obat. Keadaan

ini didukung dengan meningkatnya informasi mengenai efek samping

obat sintetis serta manfaat yang diperoleh melalui pemakaian obat

alam. Dari waktu ke waktu, masyarakat semakin menyukai bahan

obat alam.

Kesadaran para produsen obat bahan alam bahwa tanaman memang

mempunyai reputasi yang baik sebagai obat rakyat. Tanaman

merupakan sumber bahan obat serta sumber inspirasi bagi

pembuatan prototipe obat baru melalui pengetahuan tentang

senyawa kimia kandungannya.

Perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika yang

memungkinkan transfer genetic material dari satu organisme ke

organisme lain.

Berdasarkan sikap masyarakat dan ilmuwan tersebut, telah dirumuskan

empat peran penting senyawa bahan alam bagi perkembangan obat

modern, yaitu :

Bahan alam menyediakan sejumlah bahan obat yang sangat potensial,

misalnya : alkaloida opium dan ergot, antibiotika, glikosida digitalis,

serum dan vaksin.

Bahan alam merupakan sumber senyawa induk (basic compounds), yang

dapat dimodifikasi menghasilkan senyawa dengan sifat fisika-kimia

yang lebih menguntungkan, seperti lebih efektif dan tidak toksik.

Senyawa bahan alam merupakan model bagi sintesis obat yang

Page 16: essai departemen

mempunyai aktifitas fisiologi sama dengan senyawa asli.

Senyawa bahan alam yang aktivitasnya kurang poten dapat dimodifikasi

melalui metode bioteknologi untuk menghasilkan obat yang lebih

poten yang tidak mudah diperoleh melalui metode lain.

Bagian Farmakognosi Fitokimia adalah bagian yang bertugas mempelajari:

standarisasi tumbuhan obat berdasarkan studi farmakognosi dan fitokimia,

pengujian manfaat, formulasi obat tradisional, elusidasi struktur kimia,

kandungan, mekanisme aktivitas farmakologi, biosintesis, senyawa racun,

dan analisis genetik bahan alam.

Untuk pengembangan kegiatan diatas diperlukan kerjasama dengan

institusi nasional, regional dan internasional.

Farmasi Komunitas

Profil SingkatFarmasi Unair, 11-04-2009

Bagian Farmasi Praktis berdiri pada 6 Agustus 2001 berdasarkan SK Dekan

Nomor 2063/JO3.1.20/PP/2001. Pada tahun 2007 nama Bagian Farmasi

Praktis berubah menjadi Departemen Farmasi Komunitas. Staf pengajar

Departemen Farmasi Komunitas terdiri dari 14 orang dosen tetap dan 2

orang dosen yang diperbantukan di Apotek Farmasi Airlangga. Dari 14 staf

pengajar tersebut memiliki kualifikasi sbb:

Page 17: essai departemen

3 orang dengan kualifikasi S3

7 orang dengan kualifikasi S2

8 orang dengan kualifikasi S1-Apoteker (2 orang sedang menjalani program

S2 di Australia)

Sedangkan staf non-edukatif terdiri dari 3 orang tenaga dengan kualifikasi

SLTA, 1 orang dengan kualifikasi SAA dan 1 orang dengan kualifikasi S1

yang bertugas sebagai tenaga administrasi dan laboratorium.

Departemen Farmasi Komunitas mempunyai 1 buah ruang praktikum yang

digunakan untuk praktikum Preskripsi II, III dan IV. Fakultas Farmasi memiliki

sebuah apotek yang merupakan apotek pendidikan dan digunakan sebagai

sarana praktikum Farmasi Masyarakat. Juga digunakan sebagai sarana

Praktek Kerja Profesi (PKP) tingkat Profesi Apoteker bidang Apotek.

Farmasi Komunitas adalah hibrida dari disiplin Ilmu Farmasetika, Ilmu

Kesehatan, Ilmu Dasar dan Ilmu Sosial/Humaniora. Mata Ajaran yang

dikelola oleh bagian Farmasi Praktis terdiri dari 8 mata kuliah dan 4 mata

praktikum untuk program S1, ditambah dengan program profesi apoteker

bidang perapotikan dan bidang pemerintahan serta program S2 bidang

minat Farmasi Masyarakat.

Departemen Farmasi Komunitas menerapkan paradigma Pharmaceutical

Care sebagai landasannya, sejalan dengan perkembangan terbaru di dunia

kefarmasian yang menerapkan konsep tersebut sebagai tujuan

pelaksanaan praktek kefarmasian (pharmacy practice).

Pharmaceutical Care (Asuhan Kefarmasian) adalah praktek kefarmasian

yang berorientasi pada pasien. Dalam pelaksanaan pharmaceutical care,

dibutuhkan kerjasama antara apoteker, pasien dan tenaga kesehatan

lainnya untuk mencapai tujuan kesehatan. Tujuan utama dari

Pharmaceutical Care adalah mencapai hasil positif yang meningkatkan

kualitas hidup penderita (yang berhubungan dengan kesehatan). Hasil-hasil

tersebut meliputi aspek-aspek klinik, ekonomi dan humaniora.

Page 18: essai departemen

FitokimiaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat

kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan

buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada

tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang

menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.

Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam

pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi

metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit

defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi

tersebut.