esensi manajemen kelas bagi guru pemula
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang
penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan
sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa
terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Setidaknya terdapat tiga syarat
utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia yakni
sarana gedung, buku yang berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang
professional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah dan membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru melaksanakan dua
kegiatan pokok, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen
pembelajaran yang meliputi tujuan, bahan, kegiatan belajar-mengajar,
metode, alat, sumber, dan evaluasi, diperankan secara optimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Guru yang profesional merupakan guru yang mempunyai empat
aspek kecakapan yaitu pedagogis, profesi, kepribadian, dan sosial. Namun,
hal ini tidak akan mampu dikuasai tanpa adanya proses pendidikan yang
mendukungnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk menjadi seorang guru
profesional akan tercapai jika kemampuan dasar sebagai guru yang
profesional dikembangkan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan
kemajuan iptek.
Namun, banyak guru yang belum dapat memahami dengan baik
tentang makna profesional, khususnya guru pemula. Fenomena guru
pemula yang belum mampu menguasai kemampuan sebagai guru
profesional inilah yang menjadi kendala dalam pendidikan di Indonesia.
2
Perlu banyak pemahaman terhadap makna pendidik yang luas dan
signifikan. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan
yang harus dimulai dari kualitas standar mutu guru pemulanya terlebih
dahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena guru pemula?
2. Bagaimana manajemen kelas bagi guru pemula?
3. Bagaimana peran guru kelas?
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Dalam menjawab rumusan masalah di atas, penulis menggunakan
buku dan internet sebagai sumber data dan informasi. Penulis juga
mendengar masukan dari berbagai pihak demi terwujudnya makalah ini.
D. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami fenomena guru pemula.
2. Mengetahui dan memahami manajemen kelas bagi guru pemula.
3. Mengetahui dan memahami peran guru kelas.
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Manajemen Kelas, serta dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
bagi pembaca mengenai Konsep Dasar Manajemen Kelas.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu
pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, prosedur pemecahan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika
penulisan. Kedua, isi atau kajian teori, dan pembahasan. Ketiga, penutup
yang berisi kesimpulan dan saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka
dan lampiran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fenomena Guru Pemula
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No 14 tahun 2005 ayat 1).
Mengingat peran guru yang sangat strategis dalam pembangunan pendidikan,
maka seorang guru harus dipersiapkan dengan matang. Persiapan tersebut
haruslah berkesinambungan mulai dari pre-service dan pendidikan profesi
guru di LPTK sampai menjadi guru pemula di satuan pendidikan.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik
minimum dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan
mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk
mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Guru pemula ialah guru yang baru memulai proses pengajaran setelah
menempuh jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar mutu pendidikan
di Indonesia. Secara lebih khusus yang disebut guru pemula yaitu:
1. Guru tetap dengan status CPNS oleh pemerintah daerah,
2. Guru kontrak/sementara atau guru paruh waktu dimana tugas
tersebut merupakan tahun pertama mengajar,
3. Guru yang mendapatkan status tetap yang mungkin telah memiliki
pengalaman sebagai guru kontrak,
4. Guru paruh waktu sebelum penetapan status permanen mereka, dan guru
yang memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV
dan bersertifikat pendidik. Guru pemula tentu harus mampu melakukan
4
yang terbaik dalam proses mengajar. Hal ini sesuai dengan syarat
ketentuan sebagai guru profesional. Guru profesional adalah hasil ciptaan
manusia (teacher is made) yang berkecimpung pada institusi, seperti
lembaga pendidikan prajabatan dan dalam jabatan. Di Indonesia, institusi
tersebut dinamakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
atau balai penataran dan pusat pelatihan yang relevan. Adanya faktor
pembangun guru profesional yang dibawa sejak lahir (teacher is born),
seperti seni dan motivasi mengajar, kapasitas verbal, kewibawaan, dan
sejenisnya sudah diterima dalam kesadaran sejarah, adalah realitas. Bukti
bahwa teacher is made telah teruji secara empirik meskipun pembuktian
itu sering disadari atas kajian ex post facto, observasi, atau keluhan dari
mulut ke mulut yang dikemukakan oleh masyarakat seprofesi. Di
Amerika, misalnya, muncul keluhan bahwa guru-guru baru umumnya
jauh untuk disebut sebagai guru profesional.
Dalam laporan yang di tulis oleh The Association of teacher
Educator’s Commission on the education of teacher (1991),
direkomendasikan secara spesifik empat substansi utama restrukturisasi
pendidikan guru (restructuring the education of teacher), yaitu:
1. College-based teacher educator,
2. School- based teacher educator,
3. State-agency- based teacher educator,
4. National, state and local organization of proffesional educator.
Rekomendasi ini dimuarakan pada seluruh fase dan aspek pendidikan guru,
mulai dari rekrutmen dan seleksi, persiapan dikprajab, penempatan sebagai
guru, penempatan lebih lanjut, dan riset dan akuntabilitas yang diperlukan.
Rekomendasi ini disusun oleh komisi itu setelah selama sekitar 18 bulan
mengkaji intensif mengenai faktor kompleks yang mempengaruhi kualitas
pendidikan guru, seperti mutu pendidikan persiapan yang tidak memadai,
terbatasnya bantuan para veteran guru, keterbatasan sumber di kelas yang
dapat diakses, dan pemahaman budaya setempat sangat minimal.
5
Di Indonesia, pengadaan guru berbasis pada university-based,
sedangkan pengalaman yang bersifat school-based dijamin oleh calon guru
selama praktik pengalaman lapangan atau PPL. Dengan demikian, calon guru
yang dihasilkan lebih banyak memiliki pengalaman teoritis daripada
pengalaman praktis. Gagasan school-based ini memang pernah berkembang
di Indonesia, berupa keinginan untuk merekomposisi kurikulum sekitar 60%
praktik dan 40% teori. Lalu, apakah mahasiswa jenjang strata 1 di LPTK akan
diarahkan untuk menjalani pendidikan profesional atau pendidikan akademik?
Gambar II.1
6
Terlepas dari itu, substansi manajemen kelas seharusnya menjadi
muatan yang esensial untuk menentukan kinerja guru dalam menjalankan
proses pendidikan.
B. Manajemen Kelas bagi Guru Pemula
Menurut Sudarwan Danim (2010: 132) menyatakan bahwa, pada bulan
Maret 1083, dipimpin oleh Ernest L. Boyer, Presiden Yayasan Carnigie untuk
Peningkatan Pembelajaran (Carnigie Foundation for Advancement of
Teaching) 10 orang anggota Panel on the Perparation of beginning teacher
menyajikan laporan mengenai tiga area isu krusial dari keahlian yang perlu
dimiliki oleh guru pemula, yaitu:
1. Pengetahuan tentang cara mengelola kelas. Pengetahuan ini tidak hanya
sekadar tahu tentang apa (know what) mengenai pengelolaan kelas,
melainkan yang lebih utama adalah tahu bagaimana (know how) mengenai
pengelolaan kelas, dalam makna, classroom management in acation.
2. Pengetahuan dalam bidang mata pelajaran atau penguasaan bahan ajar.
Pengetahuan yang dimaksudkan di sini tidak hanya berkaitan dengan
subject matter semata melainkan juga pengetahuan dan penguasaan
bidang metodologi pembelajaran, seperti strategi pembelajaran, evaluasi
pendidikan, pengembangan diri dan inovasi kurikulum, dasar-dasar
kepandidikan, etika profesi keguruan, dll.
3. Pembelajaran tentang latar belakang sosiologikal dari para siswa yang
dididik atau diajarnya. Latar belakang sosiologikal yang dimaksud
meliputi kondisi sosial ekonomi, agama, budaya anak didik itu berasal,
pekerjaan orang tua, dsb.
Kemampuan dalam bidang manajemen ini, terutama manajemen
kelas, memang sangat esensial bagi guru-guru, juga bagi calon guru. Squire,
Huitt dan Segars (1983) mengemukakan bahwa guru yang efektif, guru yang
mampu menciptakan wahana bagi siswa untuk mendemonstrasikan secara
konsisten prestasi level tinggi (high level of achievement), dituntut memiliki
tiga area keahlian, yaitu:
7
1. Perencanaan, yaitu penciptaan kondisi kesiapan bagi aktivitas kelas.
Perencanaan dimaksud mencakup satuan acara pembelajaran, media dan
sumber pembelajaran dan pengorganisasian lingkungan belajar.
2. Manajemen, berupa kemampuan guru dalam mengendalikan perilaku
siswa. Semakin besar jumlah rombongan belajar, semakin banyak sumber
daya yang digunakan. Semakin berat materi atau bahan ajar, semakin
dituntut pula kemampuan manajemen kelas dari kalangan guru.
3. Pengajaran, yaitu kemampuan guru dalam menciptakan kondisi dan
membimbing siswa dalam belajar. Prakarsa ini amat terasa pada proses
pembelajaran yang diindividualisasikan dan beragamnya latar belakang
sosiologikal siswa.
C. Peran Guru Kelas dalam Manajemen Kelas
Terminologi guru kelas di sini bukanlah lawan dari guru bidang studi,
seperti sering kita dengar dalam frasa sistem guru kelas atau sistem guru
bidang studi. Guru kelas yang dimaksudkan di sini adalah guru yang
mengajar di kelas, baik dia mengajar dalam format sistem guru kelas atau
sistem guru bidang studi. Menurut Doyle (1986), ada dua peran utama guru
kelas (classroom teacher’s role), yaitu: menciptakan keteraturan (establishing
order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Keteraturan
yang dimaksudkan di sini mencakup hal-hal terkait langsung atau tidak
langsung dengan proses pembelajaran, seperti:
1. Tata letak tempat duduk
2. Disiplin siswa di dalam kelas
3. Interaksi siswa dengan sesamanya
4. Interaksi siswa dengan guru
5. Jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran
6. Pengelolaan sumber belajar
7. Pengelolaan bahan ajar
8. Prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran
9. Lingkungan belajar, dan lainnya.
8
Urgensi kemampuan memfasilitasi proses belajar siswa seperti di atas
sejalan dengan spirit paradigma pendidikan modern, yaitu perilaku guru harus
bergeser dari dispenser ilmu pengetahuan (teacher as dispenser) kepada anak
didik menjadi fungsi guru sebagai direktur atau fasilitator belajar. Fungsi
fasilitatif yang diperankan guru mengandung makna bahwa yang paling
dipentingkan guru adalah menyediakan wahana seluas dan seakurat mungkin
bagi siswa untuk belajar. Penciptaan wahana itu dapat bersifat pengayaan
materi, penyediaan bahan ajar pemberian peta jalan bagi anak didik untuk
mengakses sumber dan bahan ajar, merangsang siswa untuk belajar,
menciptakan suasana untuk “bermain” dalam keseriusan bertindak,
membangun kepercayaan diri anak didik, menggali potensi anak, dll. Intinya,
guru harus menciptakan kondisi untuk memudahkan siswa belajar, bukan
hanya untuk memudahkan guru dalam mengajar.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No
14 tahun 2005 ayat 1). Guru pemula juga harus mampu menguasai
kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan kompetensi guru profesional.
guru pemula yaitu pada saat awal mulai mengajar dan mengenal
lingkungan sekolah mereka menghadapi beberapa hambatan antara lain:
pengenalan karakteristik peserta didik, budaya sekolah, beradaptasi dan
berkomunikasi dengan warga sekolah.
Manajemen kelas sangat diperlukan terutama bagi para guru pemula.
Ketika mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu
bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk
semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan
harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Ada tiga area isu krusial
dari keahlian yang perlu dimiliki oleh guru pemula, yaitu: pengetahuan
tentang cara mengelola kelas, pengetahuan di bidang mata pelajaran,
pembelajaran tentang latar belakang sosiologikal dari para siswa yang
didiknya.
Ada dua peran utama guru kelas dalam manajemen kelas
(classroom teacher’s role), yaitu: menciptakan keteraturan (establishing
order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning).
B. Saran
Sebagai calon guru, kita diharapkan bisa menguasai materi dan hal-
hal yang berhubungan dengan profesionalitas guru. Tugas-tugas mengenai
administrasi guru terutama dalam mengelola pembelajaran dan mengelola
10
kelas dengan berbagai komponennya juga harus dikuasai. Sehingga saat
nanti kita sudah terjun langsung di sekolah sudah memiliki dasar keilmuan
mendidik tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwan Danim dan Yunan Danim. 2011. Administrasi Sekolah dan Manajemen
Kelas. Cetakan I. Bandung: CV Pustaka Setia.
Marlina.2011. Esensi Manajemen Kelas bagi Guru Pemula. Diunduh dari: http://marlina2.wordpress.com/2011/08/02/esensi-manajemen-kelas-bagi-
guru-pemula/. Pada tanggal 02 Desember 2014