eritromycin

3
Eritromycin Eritromisin adalah antibiotik makrolid yang spektrum antimikrobanya mirip dengan penisilin, dan sering dipakai pada penderita yang mempunyai alergi terhadap penisilin. Eritromisin terdapat dengan bentuk enteric-coated tablets, slow release capsules, oral suspensions, ophthalmic solutions, ointments, jel dan injeksi. Eritromisin mencegah bertumbuhnya bakteri dengan mengganggu sintesis protein. (Sfetcu & Nicolae, 2014) Antibiotik ini diperoleh dari suatu jenis jamur Streptomyces erythreus yang ditemukan pertama kali oleh Waksman dan Henrici dalam sampel tanah di Filipina. Isolasi dilakukan oleh Mc Gurie dan rekan-rekannya pada 1952, sedangkangkan struktur kimianya ditemukan oleh Wiley pada 1957. (Sumardjo & Damin, 2009) Eritromisin menghambat sintesis protein pada ribosom prokariotik, tetapi tidak pada ribosom eukariotik. Oleh karena itu, obat ini secara selektif menghambat pertumbuhan bakteri. Namun karena ribosom mitokondria serupa dengan ribosom bakteri, sintesis protein mitokondria juga dapat terhambat. Cara kerja Eritromisin adalah dengan berikatan dengan subunit ribosom 50S bakteri. Eritomisin menghambat translokasi, pergerakan peptidil-tRNA dari tempat “A”ke “P” pada ribosom. (Sumardjo & Damin, 2009)

Upload: vindiist

Post on 03-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Eritromycin Farmako Biologi Oral

TRANSCRIPT

Page 1: Eritromycin

Eritromycin

Eritromisin adalah antibiotik makrolid yang spektrum antimikrobanya

mirip dengan penisilin, dan sering dipakai pada penderita yang mempunyai alergi

terhadap penisilin. Eritromisin terdapat dengan bentuk enteric-coated tablets, slow

release capsules, oral suspensions, ophthalmic solutions, ointments, jel dan

injeksi. Eritromisin mencegah bertumbuhnya bakteri dengan mengganggu sintesis

protein. (Sfetcu & Nicolae, 2014)

Antibiotik ini diperoleh dari suatu jenis jamur Streptomyces erythreus

yang ditemukan pertama kali oleh Waksman dan Henrici dalam sampel tanah di

Filipina. Isolasi dilakukan oleh Mc Gurie dan rekan-rekannya pada 1952,

sedangkangkan struktur kimianya ditemukan oleh Wiley pada 1957. (Sumardjo &

Damin, 2009)

Eritromisin menghambat sintesis protein pada ribosom prokariotik, tetapi

tidak pada ribosom eukariotik. Oleh karena itu, obat ini secara selektif

menghambat pertumbuhan bakteri. Namun karena ribosom mitokondria serupa

dengan ribosom bakteri, sintesis protein mitokondria juga dapat terhambat. Cara

kerja Eritromisin adalah dengan berikatan dengan subunit ribosom 50S bakteri.

Eritomisin menghambat translokasi, pergerakan peptidil-tRNA dari tempat “A”ke

“P” pada ribosom. (Sumardjo & Damin, 2009)

Eritromisin mudah diinaktivasi oleh asam lambung, oleh karena itu

semua formulasi oral diberikan sebagai enteric coated atau sebagai garam atau

ester yang lebih stabil. eritromisin sangat cepat diserap, dan menyebar ke jaringan

tubuh dan fagosit. Karena fagosit yang berkonsentrasi tinggi, eritromisin secara

aktif diangkut ke tempat infeksi di mana selama fagositosis aktif, konsentrasi

besar eritromisin dilepaskan. (Sfetcu & Nicolae, 2014)

Sebagian besar eritromisin dimetabolisme di hati oleh demetilasi. Rute

utamanya adalah di empedu, dan sedikit di urin. Waktu paruh eritromisin adalah

1,5 jam. (Sfetcu & Nicolae, 2014)

Gangguan gastrointestinal seperti diare, mual, nyeri abdominal, dan

muntah sering terjadi, jadi eritromisin tidak diresepkan sebagai first-line drug.

Page 2: Eritromycin

Tetapi, eritromosin dapat digunakan untuk mengobatin gastroparesis karena efek

pro-motility yang dimiliki oleh eritromisin. Eritromisin intravena bisa juga

digunakan pada endoskopi sebagai tambahan untuk mengosongkan isi lambung.

Efek samping yang lebih serius seperti ketulian reversible jarang terjadi. Reaksi

alergi, walaupun jarang, tetapi bisa saja terjadi, dari urticaria sampai anaphilaktik.

Cholestatis, sindrom Stevens-Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik adalah efek

samping yang jarang terjadi . (Sfetcu & Nicolae, 2014)

1. Sfetcu, Nicolae. 2014. Health & Drugs: Disease, Prescription & Medication. Multimedia. (10

2. Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. (11