epm_kelas a_kolera di afrika
DESCRIPTION
makalah epm koleraTRANSCRIPT
”WATER AND FOODBORNE DISEASE (KOLERA) DI AFRIKA”
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
Fadmita Bastiad (K11113055)
Priantomo Darmawan (K11113081)
Andi Restufa Ardianto (K11113054)
Nur Alam Dahlan (K11113013)
Ratna Jannatin (K11113315)
Ronald Cristian Edho (K11113317)
Firmita Dwi Seli (K11113318)
Tobianto Mangapan (K11113319)
Serty Ada’ (K11113320)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
yang bertemakan tentang “WATER AND FOODBORNE DISEASE (KOLERA)” secara
tepat waktu dalam mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.
Makalah ini berisi tentang pengertian penyakit kolera,bagaimana cara penularan
kolera, gambaran epidemiologi penyakit kolera di Afrika serta cara pencegahan dan
pengobatannya. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan
kepada kita semua tentang penyakit kolera.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
membangun demi memperbaiki kekurangan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, 28 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul …………………………..………………………………………. iKata Pengantar ………………………………………………………………….. iiDaftar Isi …………………………………………………………...……………. iiiBAB I PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang …………………………….………………………… 1B. Tujuan …………………………………………………..……………. 2
BAB II Tinjauan PustakaA. Etiologi………………………………………..…………………….. 3B. Diagnosis………………….………….……………………………… 4C. Cara Penularan……..….…………………………………………….. 5D. Derajat Penyakit……………………….……..…………………….. 6E. Pengobatan ……………………………..…………………………… 7
BAB III Gambaran Epidemiologi PenyakitA. Distribusi Epidemiologi Penyakit Kolera di Afrika
1. Orang …………………………………………………………… 82. Tempat ……………………………………………………………83. Waktu …………………………………………………………….8
B. Daterminan/Faktor Resiko ……………………………………………8C. Strategi Penanggulangan
a. Pencegahan ……………………………………………………….9b. Pengobatan ……………………………………………………….9
BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan …………………………………………………………..10B. Saran …………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit bawaan makanan (foodborne diseases) dan penyakit bawaan air
(waterborne diseases) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak
dijumpai dan penyebab signifikan menurunnya produktivitas ekonomi. Di seluruh dunia
terdapat jutaan orang, khususnya bayi dan anak-anak, yang menderita dan meninggal
dunia setiap tahunnya akibat penyakit bawaan makanan dan air tersebut. Penyakit bawaan
makanan dan air umum terjadi, tetapi sering tidak dikenali. Banyak penyakit yang dibawa
oleh makanan atau air sangat umum dijumpai di negara berkembang, karena sanitasi yang
buruk, air tercemar, dan kurangnya pendinginan.
Kolera adalah salah satu penyakit diare akut yang dalam beberapa jam dapat
mengakibatkan dehidrasi progresif yang cepat dan berat serta dapat menimbulkan
kematian yang disebabkan oleh V. Kolera yang memproduksi enteroksin dalam jumlah
besar, sehingga memberikan pengaruh yang ekstrim pada aktivitas sekresi dari sel epitel
mukosa usus halus dan bentuk feses yang khas seperti air tajin atau rice water stool.
Penyakit ini telah diketahui dan dialami sejak bertahun-tahun yang lalu dan telah
menyebar ke seluruh Asia dan sebagian besar Afrika.Pada umumnya banyak menyebar
kenegara-negara yang sedang berkembang. Penyakit ini dapat dikatakan berhubungan
dengan tingkat sosial ekonomi dan gizi penduduk. Semakin rendah tingkat sosial
ekonomi dan gizi penduduk besar kemungkinan untuk menderita kolera.Makanan dan air
yang terkontaminasi merupakan media perantara penularan kolera. Penularan biasanya
terjadi ditempat yang terlalu padat penduduknya dan keadaan sanitasi lingkungan yang
tidak bersih.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui etiologi penyakit kolera.
2. Untuk mengetahui diagnosis penyakit kolera.
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit kolera.
4. Untuk mengetahui derajat penyakit kolera.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit kolera.
6. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit kolera di Afrika.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi
Kolera adalah mikroorganisme berbentuk batang,berukuran pendek, sedikit
melengkung dapat bergerak, bersifat gram negatif dan mempunyai flagela polar tunggal.
Terdapat berbagai sero tipe V. Kolera yang dapat menimbulkan diare akut. V. Kolera
tumbuh dengan mudah pada bermacam media laboratorium non selektif yaitu agar Mac
Conkey dan beberapa media selektif termasuk agar garam empedu, agar gliserin-telurit-
taurokholat serta agar trosulfat-sitrat-garam-empedu-sukrosa (TCBS). Dikenal 2 biotipe
V.Kolera. 01 diklasifikasikan sebagai klasik dan Elthor berdasarkan atas
hemolisin,hemaglutinasi, kerentanan terhadap polimiksin B, dan kerentanan terhadap
bakteriofag. Basil ini juga dibagi menjadi serogrup (yaitu serovar) didasarkan pada aniten
somatik atauO.V. Kolera 01 mempunyai dua tipe antigenik O mayor (Ogawadan India)
dan tipe intermediate tidak stabil (Hikojima).
Kolera termasuk penyakit yang sangat membahayakan jika tidak mendapat
penanganan yang baik.kolera dapat di sebabakan oleh berbagai hal, di antaranya:
1. Infeksi: Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk), Bakteri (Shingella, Salmonella, E.
Coli Vibrio), Parasit (Prorozoa), cacing perut, dan Jamur.
2. Malabsobsi: Karbohidrat, Lemak dan Protein.
3. Makanan: Basi, Beracun, dan Alergi terhadap makanan.
4. Imunodeficiensi.
5. Psikologis: Rasa takut dan Cemas.
6. Toksin dan obat, Nutrisi Enternal di ikuti puasa yang berlangsung lama, Kemoterapi,
dan Impaksi Vekal.
7. Memakan Ikan dan Kerang yang di masak setengah matang.
3
B. Diagnosis
Dalam menegakan suatu diagnosis kolera meliputi gejalaklinis, pemeriksaan fisik,
reaksi aglutinasi dengan anti serumspesifik dan kultur bakteriologis. Menegakkan
diagnosis penyakit kolera yang berat terutama diderah endemik tidaklah sukar.Kesukaran
menegakkan diagnosis biasanya terjadi pada kasus-kasus yang ringan dan sedang,
terutama di luar endemic atau epidemi.
Gejala klinik
Kolera yang tipik dan berat dapat dikenal dengan adanyaberak-berak yang sering
tanpa mulas diikuti dengan muntah-muntah tanpa mual, cairan tinja berupa air cucian
beras,suhu tubuh yang tetap normal atau menurun dan cepatbertambah buruknya
keadaan pasien dengan gejala-gejalaakibat dehidrasi, renjatan sirkulasi dan asidosis
yang jelas.(PD, FKUI, 1996)
Pemeriksaan Fisik.
Adanya tanda-tanda dehidrasi yaitu keadaan turgor kulit,mata cekung, Ubun ubun
besar yang cekung, mulutkering,denyut nadi lemah atau tiada, takikardi, kulit
dingin,sianosis, selaput lendir keringdan kehilangan berat badan
Kultur Bakteriologis
Diagnosis pasti kolera tergantung dari keberhasilanmengisolasi V. Kolera 01 dari
tinja penderita penanaman padamedia seletif agar gelatin tiosulfat-sitrat-empedu-
sukrosa (TCBS) dan TTGA.Tampak pada TCBS organisme V. Koleramenonjol
sebagai koloni besar, kuning halus berlatarbelakang medium hijau kebiruan. Pada
TTGA koloni kecil,opak dengan zone pengkabutan sekelilingnya.
Reaksi aglutinasi dengan antiserum spesifik
Yaitu melalui penentuan antibodi-antibodi vibriosidal,aglutinasi dan penetralisasi
toksin, titer memuncrat dan ke 3antibodi tersebut akan terjadi 7-14 hari setelah
awitanpenyakit-titer antibodi vibriosidal dan aglutinasi akan kembalipada kadar awal
dalam waktu 8-12 minggu setelah awitanpenyakit, sedangkan titer antitoksin akan
tetap tinggi hingga12-18 bulan. Kenaikan sebesar 4x atau lebih selama masapenyakit
akut atau penurunan titer selama masa penyembuhan.
4
Pemeriksaan darah
Pada darah lengkap ditemukan angka leukosit yang meninggiyang menunjukkan
adanya suatu proses infeksi, pemeriksaanterhadap pH, bikarbonat didalam plasma
yang menurun, danpemeriksaan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan
asam basa.
C. Cara Penularan
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik.
Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini
tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang
biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia.
Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan
sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena
penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci
sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang
hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai)
dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin
meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan,
yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan
jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang
dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena
itu, kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.
D. Derajat Penyakit
Riwayat alamiah penyakit (natural history of diseases) merupakan proses
perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia
dengan sengaja dan terencana. Dibagi menjadi beberapa tahap (Irianto, 2013):
1. Tahap pre patogenesis (stage of susceptibility)
5
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibitpenyakit dan lingkungan.
Interaksi di luar tubuh manusia. Pada tahap ini penyakit belum ditemukan, daya
tahan tubuh host masih kuat, walaupun sudah terancam akibat interaksi tersebut. Pada
tahap ini kondisi masih sehat.
2. Tahap inkubasi (stage of presymtomatic diseases)
Tahapan dimana bibit penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun
gejala penyakit belum nampak. Pada tahap ini, infeksi V. cholerae O1 terjadi karena
masuknya kuman ini ke dalam saluran cerna melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi atau tercemar oleh V. cholerae O1. Tergantung dari jumlah
inokulun dan kerentanan dari individu yang bersangkutan, masa inkubasi infeksi V.
cholerae O1 umumnya antara 12 sampai 72 jam (Lesmana, 2006).
3. Tahap penyakit dini (stage of clinical diseases)
Pada tahap ini, V. cholerae O1 yang melewati lambung dan bertahan hidup dari
pengaruh asam lambung, kuman-kuman akan mencapai bagian proksimal usus halus
di mana terjadi interaksi antara bakteridan pejamu. Seperti pada semua kuman-
kuman penyebab diare, V. cholerae O1 juga harus mempunyai kemampuan untuk
melekatkan diri pada mukosa usus (Lesmana, 2006).
Selanjutnya kuman berkembang biak sambil memproduksi toksin (cholera toxin).
Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsangepitel usus,
meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate (cAMP)
intraseluler. cAMP ini menyebabkan sekresi cairan intestinal yang 14 luar biasa
sehingga terjadi diare yang hebat yang sifatnya isotonik (Lesmana, 2006).
4. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat
melakukan pekerjaan dan jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan.
5. Tahap akhir penyakit
Pada tahap ini, perjalanan penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurna : kondisi host baik bentuk dan fungsi tubuh kembali
semula seperti keadaan sebelum sakit.
6
b. Meninggal dunia : terbentuknya perjalanan penyakit dan pejamu meninggal
dunia. Tahapan ini merupakan keadaan yangtidak diharapkan
E. Pengobatan
a. Rehidrasi
Pengobatan utama dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang atau
rehidrasi yang cukup hingga masa penyakit selesai (biasanya 1 hingga 5 hari tanpa
pemberian antibiotik). Rehidrasi dapat dilakukan cara infus intravena cairan (pada kasus
yang parah) atau dengan rehidrasi oral dengan oralit (oral rehydration solution).
b. Antibiotik
Antibiotik memiliki peran sekunder namun penting dengan mengurangi derajat
penyakit dan durasi ekskresi penyakit. Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan setelah
gejala muntah-muntah mereda (atau setelah rehidrasi pertama dan pemulihan
dari asidosis. Pilihan pertama antibiotik yang digunakan di Indonesia
adalah tetrasiklin dan pilihan keduanya adalah trimethoprim/sulfamethoxazole (bila V.
cholerae pada pasien resisten terhadap tetrasiklin).
Pengobatan untuk kolera akan ditentukan berdasarkan:
Kesehatan dan sejarah medis pasien
Tingkat keparahan
Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur atau terapi tertentu
Keluhan
Kemungkinan penyebarannya.
7
BAB III
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
A. Distribusi Epidemiologi Penyakit Kolera di Afrika
1. Orang
Menurut UNICEF, hampir 2.500 orang telah meninggal karena wabah kolera di
Afrika Barat. Organisasi Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa kolera sepanjang tahun 2012 telah menewaskan
lebih dari 60 orang dan membuat sekitar 2.800 orang lain jatuh sakit, dengan
khususnya risiko pada anak-anak. Kolera juga melanda Afrika Selatan (2001).
Puluhan orang tewas dan ribuan lainnya terinfeksi kuman penyakit tersebut. Kolera
tak saja menyerang penduduk di pedesaan tapi juga di Ibu Kota Afsel, Johannesburg.
2. Tempat
Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Niger,
Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Togo, lembah Danau Chad, lembah
Kongo Barat, dan Danau Tanganyika
3. Waktu
Pada tahun 1970, biotipe ini masuk ke Afrika bagian barat dan menyebar dengan
cepat di benua itu dan menjadi endemis di sebagian besar negara Afrika.
B. Determinan/Faktor Resiko
Kolera disebabkan oleh bakteri yang bernama Vibrio cholerae. Apabila bakteri ini
masuk ke badan, bakteri akan mengeluarkan toksin (sejenis racun) yang dapat
menyebabkan terperasnya cairan tubuh keluar dari badan lewat usus halus, menyebabkan
diare yang parah. Kolera biasa terjadi karena kesehatan lingkungannya tidak bagus,
tinggal di sungai yang setiap hari digunakan sekaligus untuk mandi, cuci, kakus, dan
minum. Tak jarang anak-anak bermain di sungai yang kotor dan sarat bakteri kolera itu
serta di tempat-tempat dimana orang tinggal bersesakan, pada situasi perang dan saat
adanya kelaparan. Biasanya infeksi oleh bakteri ini terjadi melalui makanan dan
8
minuman yang terkontaminasi bakteri kolera atau bila penderita berada ada di daerah
dimana terjadi banyak kasus kolera.
C. Strategi Penanggulangan
a. Pencegahan
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan
prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces)
pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air
yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan
memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang
dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah
matang. Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan
secepatnya mendapatkan pengobatan.Benda yang tercemar muntahan atau tinja
penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera
diberantas.Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung
dengan penderita.
b. Pengobatan
Memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi
rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan
intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga
untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan
dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak
kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam
waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang
disebabkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae , bakteri ini
masuk ke dalam tubuh seseoang melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, ditandai dengan diare cair ringan sampai diare cair berat dengan
muntah yang dengan cepat menimbulkan syok hipololemik, asidosis metabolik dan
tidak jarang menimbulkan kematian.
Cara pencegahan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feses) pada
tempatnya yang memenuhi standart lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang
sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dengan bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan keran yang dimasak setengah matang.
Menurut UNICEF, hampir 2.500 orang telah meninggal karena wabah kolera di
Afrika Barat. Organisasi Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa kolera sepanjang tahun 2012 telah menewaskan
lebih dari 60 orang dan membuat sekitar 2.800 orang lain jatuh sakit, dengan
khususnya risiko pada anak-anak. Kolera juga melanda Afrika Selatan (2001).
B. Saran
Adapun saran kepada seluruh masyarakat adalah hendaknya selalu melakukan hidup
bersih, melakukan sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran
(feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air
yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik,cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
10
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang. Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gomez H.F dan Cleary T.G., Kolera, Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, edisi 12,
EGC, Jakarta, 1992, hal 102
Prof.Dr.Soedarto,Dtm Dan H,Phd,Sp.Park, Penyakit Menular Di Indonesia,Jakarta,
2009,hal.142.
Lesmana Murad. 2014. Perkembangan Mutakhir Infeksi Kolera.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/MURAD.pdf.
Ramadhanil, A. G. (December 2014). UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN DAN
AKAR Harrisonia perforata MERR.TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Vibrio
cholerae. Online Jurnal of Natural Science, , Vol.3(3): 331 – 340.
http://artikelsehat.com/penyakit-kolera-cholera-2/
http://internasional.kompas.com/read/2011/10/11/19415896/Kolera.Hantui.Afrika
http://jaringnews.com/internasional/umum/3210/-warga-afrika-meninggal-karena-kolera
http://www.voaindonesia.com/content/wabah-kolera-meningkat-di-afrika-barat-/
1442115.html