epistemologi.docx

10
A. Pengertian Epistemologi Secara etimologi, kata “epistemology” berasal dari bahsa yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” berarti pengetahuan dan “logos” berarti perkataan, ilmu, pikiran, teori, uraian atau alasan. Episteme dalam bahasa yunani berasal dari kata kerja “epistamai”, artinya mendudukan, menempatkan atau meletakkan. Maka, harfiyah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa yunani juga dipakai kata “gnosis”, maka istilah “epistemology” dalam sejarah juga pernah dipakai kata “gnoseologi”. Sebagai kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar- dasar teoritis pengetahuan, epistemology kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara terminology, P. Hardono hadi menyatakan bahwa epistemlogi adalah cabang filasat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian- pengandaiannya dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Kemudian menurut D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemology sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkanya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Upload: rizal-fahlevi-uts

Post on 23-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

epistemologi.docx

TRANSCRIPT

Page 1: epistemologi.docx

A.    Pengertian Epistemologi

Secara etimologi, kata “epistemology” berasal dari bahsa yunani “episteme” dan

“logos”. “Episteme” berarti pengetahuan dan “logos” berarti perkataan, ilmu, pikiran, teori,

uraian atau alasan. Episteme dalam bahasa yunani berasal dari kata kerja “epistamai”, artinya

mendudukan, menempatkan atau meletakkan. Maka, harfiyah episteme berarti pengetahuan

sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Selain

kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa yunani juga dipakai kata “gnosis”,

maka istilah “epistemology” dalam sejarah juga pernah dipakai kata “gnoseologi”. Sebagai

kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar- dasar teoritis

pengetahuan, epistemology kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).

Secara terminology, P. Hardono hadi menyatakan bahwa epistemlogi adalah cabang filasat

yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-

pengandaiannya dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai

pengetahuan yang dimiliki. Kemudian menurut D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemology

sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan

pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkanya sebagai

penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Inti dari pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal yang cukup

membedakan adalah pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan,

sedang pengertian yang kedua tentang hakikat pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda

dengan hakikat pengetahuan. Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan,

sedangkan hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga

menghasilkan pengertian yang sebenarnya . pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya

melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme.

Selanjutnya, pengertian epistemology yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut,

diungkapkan oleh Dagobert D. Runes. Dia menyatakan bahwa epistemology adalah cabang

filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode an validitas pengetahuan. Sementara

itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemology sebagai “ilmu yang membahas

tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati ada

sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan

pemaparan yang relative lebih mudah dipahami.

Page 2: epistemologi.docx

Epistemology pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional utuk menimbang dan

menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri lingkungan

sosial dan alam sekitarnya . maka epistemology adalah suatu disiplin yang bersifat evaluaitf,

normative dan kritis. Evalutif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan,

sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya atau

memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Normative berarti

menentukan norma atau tolok ukur dan dalam hal ini tolak ukur kenalaran bagi kebenaran

pengetahuan. Epistemology sebagai cabanng ilmu filsafat tidak cukup hanya memberi

deskripsi atau paparan tentang bagaimana proses manusia mengetahui itu terjadi tetapi perlu

membuat penentuan mana yang betul dan mana yang salah berdasarkan norma empiric.

Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil

kegiatan manusia mengetahui. Yang dipertanyakan adalah baik asumsi-asumsi cara kerja atau

pendekatan yang diambil maupun kesimpulan yang ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif

manusia.

B.     Ruang Lingkup Epistemlogi

Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut, kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang

menjadi cakupannya dan ruang lingkupnya. Sebenarnya masing-masing definisi di atas telah

memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemology sekaligus, karena definisi-definisi

itu tampaknya lebih didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup

epistemology dari pada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi, ada

baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup

epistemology, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin

komprehensif dan utuh mengenai ruang lingkup pembahasan epistemology.

M. Arifin merinci ruang lingkup epistemology, meliputi hakikat, sumber dan validitas

pengetahuan. Mudllor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat, unsure, macam,

tumpuan, batas dan sasaran pengetahuan. Bahkan A.M. Saefuddin menyebutkan bahwa

epistemology mencakup pertanyaan yang harus dijawab; apakah ilmu itu; dari mana asalnya;

apa sumbernya; apa hakikatnya; bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar; apa

kebenaran itu; mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui dan

Page 3: epistemologi.docx

sampai di manakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkas menjadi dua masalah

pokok yakni masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.

Mengingat epistemology mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrim

menarik kesimpulan bahwa epistemology sama luasnya dengan filsafat. Dalam pembahasan-

pembahasan epistemology, Paul Suparno menilai epistemology banyak membicarakan

mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya

justru diabaikan dalam pembahasan epistemology. M. Amin Abdullah menilai bahwa

seringkali kajian epistemology lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau

sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis.

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan wilayah pembahasan

epistemology itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan, bahkan epistemology

sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan

ontology dan aksiologi secara sistemik, seseorang cenderung menyederhanakan pemahaman,

sehingga memakai epistemology sebagai metode pemikiran, ontology sebagai objek

pemikiran, sedang aksiologi sebagai hasil pemikiran, sehingga senantiasa berkaitan dengan

nilai, baik yang bercorak positif maupun negative. Padahal sebenarnya metode pengetahuan

itu hanya salah satu bagian dari cakupan pembahasan epistemology. Akan tetapi,

penyederhanaan makna epistemology itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang,

terutama pada tahap pemula ntuk menggali sistematika filsafat, khususnya bidang

epistemology.

C.     Objek dan Tujuan Epistemology

Objek epistemology menurut Jujun S. Suriasumantri yakni berupa “segenap proses yang

terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan”. Proses untuk memperoleh

pengetahuan inilah yang menjadisasaran ilmu pengetahuan dan sekaligus berfungsi

mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang

harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir,

sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.

Selanjutnya mengenai tujuan epistemology, Jacques Martain mengatakan, “tujuan

epistemology bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu,

tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini

Page 4: epistemologi.docx

menunjukkan, bahwa tjuan epistemology bukan untk memperoleh penngetahuan kendatipun

keadaan ini tidak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan

epistemology adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh

pengetahuan.

D.    Macam-macam Epistemology

Berdasarkan metode pendekatan yang diambil terhadap gejala pengetahuan epistemology

dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1.      Epistemology metafisis

Epistemology metafisis dari suatu paham tertentu tentang kenyataan, lalu membahas tentang

bagaimana manusia mengetahui kenyataan tersebut. Misalnya tentang keyakinan plato

meyakini tentang bahwa kenyataan yang sejati adalah kenyataan dalam dunia ide-ide,

sedangkan kenyataan sebagaimana kita alami adalah kenyataan yang fana dan gambaran kabur

saja dari kenyataan dalam dunia ide-ide.

2.      Epistemology skeptic

Epistemology skeptic pernah dikerjakan oleh decrates, kita perlu membuktikan dulu apa yang

dapat kita ketahui sebagai sungguh nyata atau benar-benar tak dapat diragukan lagi dengan

menganggap sebagai tidak nyata atau benar-benar tak dapat diragukan lagi dengan

mennganggap sebagai tidak nyata atau keliru segala sesuatu yang kebenarannya masih dapat

diragukan.

3.      Epistemology kritis

Epistemology kritis tidak memprioritaskan metafisika atau epistemology tertentu, melainkan

berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran akal sehat ataupun asumsi,

prosedur dan kesimpulan pemikiran ilmiah sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu

kita coba tanggapi secara kritis asumsi, prosedur dan kesimpulan tersebut.

Sedangkan berdasarkan titik tolak pendekatannya secara umum epistemology dapat dibagi

menjadi dua :

1.      Epistemology individual

Dalam epistemology individual dibahas mengenai kajian tentang bagaimana struktur pikiran

manusia sebagai individu bekerja dalam proses mengetahui.

2.      Epistemology sosial

Page 5: epistemologi.docx

Epistemology sosial adalah kajian filosofis tentang pengetahuan sebagai data sosiologis.

Sehingga dalam hal ini hubungan sosial, kepentingan sosial dan lembaga sosial dipandang

sebagai factor – factor yang amat menentukan dalam proses, cara maupun perolehan

pengetahuan.

A.M.W. Pranaka mengemukakan bahwa ada tiga alasan mengapa epistemology perlu

dipelajari, yakni :

1.      Berdasarkan pertimbangan strategis, kajian epistemology perlu karena pengetahuan

sendiri merupakan hal yang secara strategis penting bagi hidup manusia.

2.      Berdasarkan pertimbangan kebudayaan, penjelasan yang pokok adalah kenyataan bahwa

pengetahuan merupakan salah satu unsure dasar kebudayaan. Itu disebabkan berkat

pengetahuannya manusia dapat mengolah dan mendayagunakan alam lingkungannya.

3.      Berdasarkan pertimbangan pendidikan, epistemology perlu dipelajari karena manfaatnya

untuk bidang pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk membant peserta didik

mengembangkan pandangan hidup , sikap hidup dan ketrampilan hidup, tidak dapat lepas dari

penguasaan pengetahuan.

F.      Pengaruh Epistemology

Bagi Karl R. Popper, epistemology adalah teori pengetahuan ilmiah. Sebagai teori

pengetahuan ilmiah, epistemology berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur

yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya. Dengan demikian epistemology

dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah. Akhirnya,

epistemology bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu

pengetahuan yang kebenarannya terandalkan.

Epistemology juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori

yang ada. Penguasaan epistemology, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan sangat

membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang

diajukan orang lain maupun dirinya sendiri. Ini menunjukkan bahwa epistemology bisa

mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan

pemikirannya sendiri (kritik internal). Implikasinya, epistemology senantiasa mendorong

dinamika berfikir secara korektif dan kritis, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relative mudah dicapai, bila para ilmuan memperkuat penguasaannya.

Page 6: epistemologi.docx

Secara global epistemology berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban sudah

tentu dibentuk oleh teori pengetahuan. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan

tekhnologi.

G.    Sekilas Tentang Metode Epistemology Pendidikan Islam

Metode epistemology pendidikan islam ini adalah metode-metode dalam epistemology

pendidikan islam atau metode-metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan

tentang pendidikan islam. Metode epistemology pendidikan islam akan diupayakan sedapat

mungkin memiliki sandaran teologis, inspirasi pesan-pesan islam atau pengalaman para

ilmuan muslim. Dari perenungan-perenungan terhadap ayat-ayat al-qur’an, hadits nabi dan

penalaran sendiri. Untuk sementara didapatkan lima macam metode yang secara efektif untu

membangun pengetahuan tentang pendidikan islam, yaitu :

1.   Metode rasional (manhaj ‘aqli)

2.   Metode intuitif (manhaj zawqi)

3.   Metode dialogis (manhaj jadali)

4.   Metode komparatif (manhaj muqarani)

5.   Metode kritik (manhaj naqdi)

Masing-masing metode ini memiliki cara kerja atau mekanisme kerja yang berbeda-beda

dalam memperoleh pengetahuan tentang pendidikan. Perbedaan mekanisme kerja ini sebagai

khazanah teknis yang harus dipertahankan.

Adapun mengenai pembahasan lebih lanjut mengenai kelima metode di atas dapat dikaji pada

pertemuan berikutnya.