epidemi penyakit tumbuhan

8

Click here to load reader

Upload: frelyta-azzahr

Post on 19-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Epidemi Penyakit Tumbuhan

TRANSCRIPT

  • 1

    EPIDEMOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN

    Dalam pergerakannya, sebagian besar patogen hanya bisa bergerak secara pasif.

    Untuk itu perlu adanya sarana supaya pathogen dapat berpindah tempat. Atas dasar

    sifat penyebarannya, maka dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu:

    1. Penyebaran secara Langsung

    Konsepnya adalah propagul patogen yang nantinya akan menjadi inokulum dan

    terbawa pada bagian tanaman.

    a. Penyabaran melalui perkecambahan tanaman

    Biasanya disebabkan oleh pathogen benih. Misalnya pathogen berada di benang

    sari, menempel pada kulit benih atau berada di dalam benih.

    b. Penebaran melalui bagian vegetatif

    Misalnya penyakit busuk bercincin pada kentang oleh Corynebacterium

    sepidonicum yang penyebarannya melaui umbi.

    2. Penyebran secara tidak langsung

    a. Penyebaran otomatis

    Patogen mampu menyebar sendiri karena jarak dengan inang yang dekat.

    Contohnya jamur pembusuk kayu (Armillaria, Fomes, Ganoderma, Polyporus)

    memiliki hifa yang akti f di dalam tanah untuk menemuka inangnya.

    b. Penyebaran melalui angin

    Jenis pathogen yang penyebarannya melalui angin yaitu beberapa jenis baakteri,

    benih beberapa tumbuhan parasit, pathogen penghasil spora atau miselium.

    Contohnya penyakit karat(rust) pada oat.

    Spora propagatif dihasilkan dala bentuk bermacam-macam, pada kumpulan

    konidiofor atau tidak, di dalam atau pada askokarp dan basidiokarp, dengan

    penguncupan atau pemecahan, di dalam picnidium, perithesium, atau dalam

    bentuk yang lain.

    c. Penyebaran melalui air

    Bisa disebarkan memalui air irigasi, air sungai, percikan air hujan. Jenis pathogen

    yang mungkin disebarkan yaitu bakteri dan spora.

  • 2

    d. Penyebaran melalui serangga, mite, dan nematoda

    Serangga

    Serangga tidak hanya memindahkan dan menyebarkan pathogen tetapi juga

    menginokulasikan. Juga da seranngga yang dapat berkembang biak dalam tubuh

    serangga dan beberapa aka nada dalam tbuh serangga selamma tidak ada inang.

    Ordo vector virus misalnya Homoptera dengan familinya Aphidae, Cicadellidae.

    Famili Aleyroidae, Cercopidae, Coccidae, Membracidae. Ordo lainnya yaitu

    Coleoptera, Orthoptera, dan Dermaptera.

    Mite

    Mite merupakan binatang kecil parasit dari kelas Arachnida yang berupa kutu.

    Dampak yang ditimbulkannya tidak terlalu luas juka dibandingkan dengan yang

    diibawa serangga.

    Nematoda

    Bakteri Corynebacterium fascians yang menyerang rumput bersifat parasit

    terhadap nematode (Aphelenchoides). Gejala baru akan muncul jina nematode

    dan bakteri ini menginokulasi tumbuhan stowberi.

    e. Penyebaran melalui manusia

    Manusia adalah sarana penyebar pathogen paling efisien. Misalkan pada

    pencangkokan, stek, menyambung, di mana manusiai tidak telalu memperhatikan

    apakah tanamannya dalam keadaan bebas dari pathogen atau tidak.

    f. Penyebaran melalui udara

    Penyebaran inokulum melalui udara umumnya dijumpai pada pathogen jamur dan

    bakteri, jarang pada nematode, mikoplasma, serta virus.

    Empat faktor yang mempengaruhi efisiensi penyebaran inokulum di udara:

    1. Jumlah spora yang diproduksi

    2. Efisisensi penyabaran spora dari subernya

    3. Mudah tidaknya spora dibawa oleh angin

    4. Efisiensi penempatan spora dari udara e substrat yang sesuai

    Produksi spora

    Kebanyakan spesies jamur dapat memproduksi spora sebanyak 104

    sampai 105

    secara vegetative dan dapat menghasilkan jutaan spora secara generative. Puccinia

    recondite pada gandumdapat menghasilkan 104

    spora dalam satu pustul yang

  • 3

    diakibatkan oleh infeksi satu spora, disebut faktor perbiakan potensial. Namun

    perbiakan minimal tetap diperlukan supaya dapat mempertahankan suatu spesies.

    Spora jamur diproduksi melalui berbagai cara tergantung spesies dan

    lingkungan. Spora aseksual bisa diproduksi oleh konidiofor, sporangium, dan badan

    buah lain seperti piknidium, aservulus. Sedangkan spora seksual diproduksi oleh

    askokarp atau basidiokarp.

    Faktor yang mempengaruhi efisiensi penyebaran spora yaitu lama dan

    periodisitas. Dalam hal ini tetap saja jumlah spora yang dihasilkan juga merupakan

    faktor penting. Beberapa jenis jamur memproduksi spora dalam waktu yang lama

    pada tanaman yang tumbuh berurutan. Pola periodisitas pembentukan spora juga

    berbeda. Misalnya Phytopthora infestans memproduksi banyak spora sepanjang masa

    awal dari terbitnya matahari, Eryship sp. dan Curvularia sp. membuat spora

    sepanjang tengah hari. Pola sporulasi ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau

    bisa juga berhubungan dengan periodesitas kepekaan inang.

    Pelepasan spora

    Pelepasan spora merupakan proses lepas landas (take off) spora ke udara dari

    tempat spora diproduksi. Pada dasarnya permukaan segala macam obyek diliputi oleh

    lapisan udara yang tenang (still air) dan lapisan udar yang bergerak perlahan

    (boundary laminar). Penyabarn spora yang efisien tergantung pada spora dalam hal:

    mengatasi gaya adhesif yang mengikatnys pada sunstrat, dalam menyeberangi still air

    dan boundary laminar dan dalam memasuki lapisan udara turbulen di atmosfer.

    Pelepasan spora dari substratnya memerlukan energi. Pada spora yang dikeluarkan

    aktif, neergi daang dari struktur jamur sendiri. Sedangkan spora jamur maupun sel

    bakteri yang yang dilepas pasif memperoleh energi dari luar misalnya angin, erubahan

    kelembaban, atau energi kinetik dari jatuhnya tetesan hujan.

    Cara pelepasan spora

    1. Pelepasan aktif

    a. Mekanismse pistol air (Squirt gun mechanism) yang umumnya terjadi pada

    Ascomycetes. Askus membengkak karena naiknya tekanan turgor, lalu

    meletus dan melemparkan askospora ke udara dengan jarak tempuh lemparan

  • 4

    mencapai 0,5 400 mm, tergantung spesies. Contoh: Pyronema omphalodes

    dan Trichoglossum hirsurum.

    b. Pelepasan ballistospora (Ballistospora discharge), biasanya pada

    Basidiomycetes. Basidiospora masak mengeluarkan sekresi, setetes cairan

    pada hilum spora, kemudian spora dilemparkan. Misalnya pada Itersontlia

    perplexans Derx.

    c. Melanisme peintiran air (Water squirting mechanism).Terjadi pada Pilobolus,

    Basidiobolus, Entompthora, dan Nigrosora. Sorangiofor pecah

    menyembburkan sap yang membawa spora hingga mencapai jarak 5 mm 2,5

    m terganntung spesies.

    d. Pembulatan pada sel turgor (Ounding-off of turgid cells). Terjadi pada

    Phycomycetes dan Alospora jamur karat. Dua dinding yang licin dan datar di

    antara dua sel yang turgid tiba-tiba membulat sehingga spora terlempar.

    e. Mekanisme pengeringan air (Water rupture mechanism). Terjadi pada banyak

    Deuteromycetes (Alternaria dan Helminthosporium). Sel yang mengering,

    pecah mendadak terbentuk gelembung gas dan spora diterbangkan.

    2. Pelepasan pasif

    a. Mekanisme higroskopis (Hygroscopic mechanism). Pada downy mildew,

    spora utama sporangiofor memelintir dan melepaskan sporangium. Misalnya

    Peronospora tabacina

    b. Pelepasan spora daya grafitasi (Shedding of spores under gravity). Konidia

    Botrytis cinerea, Helminthosporium sativum, dan mikrokonidim Fusarium

    spp. dapat dilepaskan oleh aksi gravitasi maupun arus udara yang terlalu

    berarti.

    c. Mekanisme hembusan udara (Blow-off mechanism). Terjadi pda spora-spora

    kering seperti Penicillium, Aspergilu, rust, must. Spora didukung pada

    sporangiofor, konidiofor, atau struktur mangkuk angin yang menciptakn

    arus eddy yang sanggup memindahkan spora kering.

    d. Pelepasan arus konveksi (shedding in convection currents). Arus konveksi

    ditimbulkan oleh perbedaan pemanasan udara, arus ini akan membawa spora

    ke arah atas.

    e. Mekanisme terbawa kabut (miss pick-up mechanism). Angin yang

    mengandung titik uap air menerjang spora dan membuat spora lepas.

  • 5

    f. Aksi tetesan air (bellow action). Tetesan air hujan dan teetsan run off

    mendarat pada dinding fleksibel badan buah,dan menjalankan fungsi bellows

    (hembusan pada besi).

    g. Mekanisme goyangan tetesan air (shake-off mechanism). Tetesan air hujan

    menggoncangkan dedaunan, akibatnya spora terlempar.

    h. Mekanisme percikan air (splash-off mechanism). Jika tetesan iar hujan jatuh

    pada selapis cairan yang mengandung spora, maka percikannya akan

    merupakan campuran antara hujan, spora, dan cairan. Tenaga percikannya lah

    yyang sering menerbangkan inokulum bakteri maupun spora berlendir ke

    udara.

    i. Mekanisme hembusan uap air (puff-off mechanism). Suatu gelombang

    berkecepatan tinggi yang terbentuk oleh damparan tetesan air hujan mampu

    meniup spora dari substratny. Terjadi ada spoar kering (Pucinia spp.,

    Cladosporium spp., Epicoccu spp., Ustilago spp.)

    j. Mekansme tetesan air pada cawan (splash cup mechanism). Pada jamur

    sarang burung (Nidulariales) ada suatu struktur tubuh buah sedemikian rupa

    sehingga tetesan air hujan bisa memaksa keluar spora yang membawa struktur

    tertentu (peridioles) dan melempar spora sampa jarak 1-2 m.

    Transportasi spora

    1. Metode untuk mempelajari Airspora

    Cara menangkap spora yang paling sederhana adalah menggunakan Model

    Durham dengan menggunakan gelas sediaan yang yang dilapisi parafin. Cara yang

    lebih teliti yaitu Rotorod Sampler, Bukarard, Cascade Impactor, Hirst Spore

    Trap, dan lainnya. Kelemahan alat ini adalah butuh peneliti yang berpengalaman,

    tidak bisa untuk membedakan antara spora yang hidup dengan spora yang mati.

    Sehingga banyak yang menggunakan Sampler Anderson yang menangkap spora

    dari berbagai ukuran di media agar dan mempermudah penghitungan spora hidup

    dan identifikasi koloni yang belakangan tumbuh pada media tersebut.

    Kekurangannya adalah banyak spora yan tidak bisa tumbuh pada media tersebut.

    2. Komposisi spora udara

    Jenis spora tular udara dibagi menjadi dua yaitu spora udara basah dan spora udara

    kering. Perbandingannya dapat dilihat dari tabel berikut ini

  • 6

    Keragaman yang

    diukur

    Spora udara kering

    (Xerospora)

    Spora udara basah

    (Gleosora)

    Ukuran Biasanya besar Biasanya kecil

    Warna Biasanya gelap Biasanya hialin (jernih)

    Saat adanya Siang hari dalam cuaca

    yang cerah

    Malam hari dalam cerah dan

    hujan

    Saat hilangnya Selama hujan Dalam cuaca kering

    Sporulasi Dalam cuaca kering Dalam cuaca basah

    Karakter koloni Kering dan bertepung Basah dan berkilau

    Longivitas Panjang Pendek

    Contoh Uredispora

    Teliospora jamur api

    Konidia powdery mildew

    Konidia Helminthosporium

    Konidia Alternaria

    Bakteri pathogen

    Askospora

    Konidia Gloeosporium

    Konidia Fusarium

    Spora tunas Taphrina

    Basidiospora

    Gerakan spora di udara

    Gerakan spora dari landasannya adalah dalam arah tiga dimensi, dandapat

    disamakan dengan gerakan asap dari suatu api. Semakin jauh dari sumber,

    konsentrasinya mendekati nol pada jarak 100-200 m dari sumber. Spora tular udara

    bisa mencapai jarak yang lebih jauh, namun penyebarannya sering kali terhalangi oleh

    hambatan alam seperti gunung, lautan, gurun, radiasi ultraviolet, dessication, suhu

    ekstrim. Spora yang berdinding tebal dan berpigmen lebih bisa bertahan dibandingkan

    yang berdiding tipis dan tidak berpigmen. Secara normal, konsentrasi spora di udara

    berbanding terbalik dengan ketinggian dari tanah. Jarak tempuh vertikal spora

    berhubungan dengan ukurannya. Semakin besar dan berat spora, pengaruh gravitasi

    semakin besar. Beberapa spora ditemukan pada ketinggian lebh dari 30.000 m dari

    tanah yaitu Cladosporium dan Alternaria.

    Pendaratan spora

    Beberapa mekanisme pendaratan spora pada substrat pdat atau cair:

    a. Damparan

    Mekanisme ini dipraktikkan dengan percobaan terowongan angin, di mana

    silinder jugabisa dipandang serupa dengan damparan dalam bentuk lain (bagian

    tanaman. Spora yang tertangkap melalui damparan jarang sampai 100% karena

  • 7

    secara normal sebagian besar spora dibelokkan mengelilingi obyek. Efisiensi

    damparan terhadap silinder vertical dapat ditingkatkan melalui:

    a. Peningkatan kecepatan angin

    b. Peningkatan massa partikel

    c. Peningkatan diameter silinder

    d. Membuat silinder yang memiliki kelengketan (perekat)

    Sebagian besar pahogen dedaunan berspora besar, sehingga relatif berfungsi

    sebagai damparan yang efisien. Misalnya damparan dari ureiospora Puccinia

    graminis pada gandum mencapai 40 60 %. Hal ini tidak berlaku bagi

    Penicillium dan Aspergillus yang memiliki spora kering dan ukurannya kecil.

    b. Pengendapan

    Pada kondisi malam yang cerah, permukaan tanah dinin dari radiasi, lapisan

    laminar boundary bisa menigkat samai beberapa meter sehingga pengendapan

    dibatasi oleh lapisan tersebut. Kecepatan turunnya spora di bawah pengaruh

    gravitasi tergantung pada ukuran, kepadatan, bentuk, dan kekasaran spora. Spora

    besar lebih cocok untuk pengendapan daripada spora kecil. Kecepatan spora

    berkisar antara 0,05 cm/dt (spora kecil) sampai 2,4 cm/dt (spora besar). Dengan

    volum yang sama, kecpatan terminal spora memanjang lebih rendah dibanding

    spora membulat.

    c. Boundary Layer Exchange

    Spora yang dilepas dari lapisan boundary laminar sebagai hasil pengandapan,

    konsenttrasinya dipulihkan lagi oleh hamburan partikel di angkasa. Difusi ini

    membawa turun lapisan ke lapisan boundary kemudian turun ke bawah melalui

    aksi gravitasi. Proses ini dikenal sebagai boundary layer exchange dan terus

    menerus mengisi lapisan udara tenang (still air) tanahdengan partikel yang

    kenudian mengendap karena sdimentasi.

    d. Turbulent Depostion

    Spora di udara yang bertiup horizontal melewati suatu permukaan , diendakan

    lebih cepat daripada diendapkan oleh gravitasi karena adanya lempengan

    horizontal yang berperekat. Hal itu dipandang sebagai adanya udara turbulent.

  • 8

    e. Electrostatic Deposition

    Beberapa jenis spora membawa muatan elektrostatstik kecil ketika jatuh dari

    udara. Hal ini memungkinkan spora tersebut tertarik pada jarak dekat (1 mm)

    pada obyek lain (misalnya tanaman).

    f. Rain washing

    Selama jatuh, tetesan hujan bisa membawa spora dari udara sehinga bisa

    sampai ke peermukaan tanaman. Spora ukuran kecil seperti Penicillium,

    Spergillus, dan Trichoderma lebih sukar teerbawa hujan daripada spora besar

    (missal downy mildew, powdery mildew, rust). Ukuran optimal spora untuk dapt

    diendapkan oleh air hujan bervariasi menurut tetesan air hujan. Efisiensi

    pengumpulan paling besar oleh tetesan merdiameter 2 mm terjadi pada spora

    bundar dalam semua ukuran, efisiensi 25% untuk spora ukuran kecil (diameter

    4m), dan 85% untuk spora besar berdimeter 20-30 m.