emma clark

2
Emma clark Emma adalah seorang muslimah Inggris yang memeluk agama Allah bukan dari jalur keturunan dan keluarga. Ia baru memeluk Islam tujuh tahun lalu, tepatnya pada pertengahan Februari 2004 silam. Emma lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga pemeluk Kristen Protestan yang terbilang taat. Kabar mengenai kepindahan Emma menjadi seorang pemeluk Islam sempat menghiasi pemberitaan di berbagai media di Inggris. Maklum saja, karena keluarga besar Emma termasuk salah satu keluarga terpandang di negeri Ratu Elizabeth II ini. Kakek buyut Emma, Herbert Henry Asquith, pernah menjabat sebagai perdana menteri Inggris periode 1908 hingga 1916. Sang kakek buyut juga dikenal sebagai tokoh yang ikut melibatkan Inggris dalam Perang Dunia (PD) pertama. Harian Sunday Times menyebutkan bahwa Emma Clark termasuk salah satu arsitek taman yang ikut membantu membuat desain sebuah taman bernuansa Islam di kompleks rumah sekaligus peternakan milik putera mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, yang terletak di Highgrove, kawasan Gloucestershire. Konsep taman tersebut ia beri nama "Carpet Garden". Ia juga ikut merancang taman serupa di seputar tempat parkir sebuah masjid di Woking, Surrey. Emma bahkan telah menulis buku mengenai konsep taman Islam. Dalam bukunya yang diberi judul The Art of The Islamic Garden ini Emma secara khusus mengulas bagaimana Alquran tidak hanya mengajarkan kepada umat Islam mengenai masalah ibadah, tetapi juga mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah mengenai konsep penataan sebuah taman. ''Islam mengajarkan bahwa semua kebun atau pun taman yang ada di muka bumi ini hendaknya dibuat berdasarkan konsep taman dan kebun di surga seperti yang digambarkan dalam Alquran,'' papar Emma. Ketertarikan Emma terhadap penataan taman sesuai dengan konsep Alquran berawal dari fenomena peningkatan suhu global yang mulai melanda kawasan Eropa Utara. Peningkatan ini telah mengusik rasa kepedulian Emma sebagai seorang arsitek taman untuk mendesain sebuah taman yang dapat mengurangi dampak pemanasan global.

Upload: muhammad-fadli-amir

Post on 26-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iui

TRANSCRIPT

Page 1: Emma Clark

Emma clark

Emma adalah seorang muslimah Inggris yang memeluk agama Allah bukan dari jalur keturunan dan keluarga. Ia baru memeluk Islam tujuh tahun lalu, tepatnya pada pertengahan Februari 2004 silam. Emma lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga pemeluk Kristen Protestan yang terbilang taat.

Kabar mengenai kepindahan Emma menjadi seorang pemeluk Islam sempat menghiasi pemberitaan di berbagai media di Inggris. Maklum saja, karena keluarga besar Emma

termasuk salah satu keluarga terpandang di negeri Ratu Elizabeth II ini. Kakek buyut Emma, Herbert Henry Asquith, pernah menjabat sebagai perdana menteri Inggris periode 1908 hingga 1916. Sang kakek buyut juga dikenal sebagai tokoh yang ikut melibatkan Inggris dalam Perang Dunia (PD) pertama.

Harian Sunday Times menyebutkan bahwa Emma Clark termasuk salah satu arsitek taman yang ikut membantu membuat desain sebuah taman bernuansa Islam di kompleks rumah sekaligus peternakan milik putera mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles,  yang terletak di Highgrove, kawasan Gloucestershire. Konsep taman tersebut ia beri nama "Carpet Garden". Ia juga ikut merancang taman serupa di seputar tempat parkir sebuah masjid di Woking, Surrey.

Emma bahkan telah menulis buku mengenai konsep taman Islam. Dalam bukunya yang diberi judul The Art of The Islamic Garden ini Emma secara khusus mengulas bagaimana Alquran tidak hanya mengajarkan kepada umat Islam mengenai masalah ibadah, tetapi juga mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah mengenai konsep penataan sebuah taman. ''Islam mengajarkan bahwa semua kebun atau pun taman yang ada di muka bumi ini hendaknya dibuat berdasarkan konsep taman dan kebun di surga seperti yang digambarkan dalam Alquran,'' papar Emma.

Ketertarikan Emma terhadap penataan taman sesuai dengan konsep Alquran berawal dari fenomena peningkatan suhu global yang mulai melanda kawasan Eropa Utara. Peningkatan ini telah mengusik rasa kepedulian Emma sebagai seorang arsitek taman untuk mendesain sebuah taman yang dapat mengurangi dampak pemanasan global.

Berawal dari situlah Emma kemudian melakukan sejumlah penelitian. Dari berbagai penelitiannya, Emma menemukan fakta bahwa konsep taman yang dikembangkan oleh para arsitektur muslim di masa kekhalifahan Islam ternyata sangat ramah lingkungan dan bisa menjadi solusi untuk mengatasi peningkatan suhu global yang mulai melanda sejumlah tempat di muka bumi.

Hasil penelitiannya ini, kemudian ia tuangkan dalam sejumlah konsep taman di Inggris. Konsep taman Islam yang ditawarkan oleh Emma ini pun banyak diminati di negara-negara di luar Inggris. Sejak saat itu namanya dikenal luas sebagai arsitek spesialis taman Islam.

Berdasarkan konsep Islam, terang Emma, pohon-pohon yang ada di dalam taman hendaknya ditanam secara selang-seling antara pohon cemara dan pohon buah-buahan. Untuk pohon buah, ia merekomendasikan pohon almond, cherry, apel, pear atau plum. Namun, jenis pohon buah yang akan ditanam, menurut Emma, bisa saja disesuaikan dengan iklim daerah setempat. Misalnya, di Inggris, bisa saja jenis pohon buah yang ditanam adalah buah murbei.

Dalam Alquran, ungkap Emma, ada empat jenis pohon yang banyak disebut, yakni ara, zaitun, delima dan kurma. Dalam konsep taman yang dibuatnya di kediaman pribadi Pangeran Charles di Highgrove, Gloucestershire, Emma menggunakan tiga dari empat jenis pohon yang banyak disebut dalam Alquran ini. Untuk taman di kediaman Pangeran Charles, ia menggunakan pohon ara, zaitun dan delima. ''Kalau kurma saya anggap tidak cocok untuk di tanam di lokasi ini.''

Page 2: Emma Clark

Dalam bukunya, Emma juga memaparkan bahwa konsep taman dalam Islam hendaknya memiliki elemen air di dalam taman, berupa kran-kran air yang dalam konsep Islam berfungsi sarana untuk berwudhu atau bersuci. Selain itu juga terdapat kran air khusus yang berfungsi sebagai focalpoint pada taman utama, yang dapat memancarkan air sewaktu-waktu. Keberadaan sebuah taman dalam Islam juga menjadi suatu simbol bagi keterbukaan, dimana taman berfungsi sebagai ruang terbuka. Karenanya penanaman vegetasi pada burffer area (ruang penyangga) menggunakan tanaman yang bersifat tembus pandang (tidak terlalu rapat).