emil intan analisis 17

9
Analisis Masalah 2. 10 hari yang lalu Nn.Anita mengalami demam tinggi terus menerus. Nn.Anita hanya menkonsumsi obat penurun panas dan keluhan demam berkurang. b. Bagaimana mekanisme kerja obat penurun panas terhadap Nn.Anita ? 4 Antipiretika merupakan salah satu efek yang dapat ditimbulkan dari obat anti inflamasi non-steroid (AINS). Selain memiliki efek antipiretika, AINS juga memiliki efek analgesik (penghilang rasa nyeri) dan anti inflamasi.27 AINS digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain : a. Golongan Salisilat, contohnya aspirin, diflunisal b. Paraaminofenol, contohnya Asetaminofen atau Parasetamol c. Golongan Pirazolon, contohnya dipiron, metampiron, aminopiron, fenilbutazon d. Asam Organik, contohnya Ibuprofen, Asam mefenamat, indometasin, diclofenac Mekanisme kerja utama sebagian besar antipiretika adalah melalui penghambatan sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan substansi yang diproduksi oleh asam arakidonat melalui kerja enzim siklooksigenase (COX). Pertama, asam arakidonat akan diubah oleh COX active site menjadi endoperoksida siklik yang selanjutnya akan membentuk prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan A2. Seluruh antipiretika diketahui bekerja dengan cara

Upload: emil-intan-mahardika

Post on 01-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

udsidusiduidusidcccccccccccccccccccssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiijjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjeiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

TRANSCRIPT

Analisis Masalah2. 10 hari yang lalu Nn.Anita mengalami demam tinggi terus menerus. Nn.Anita hanya menkonsumsi obat penurun panas dan keluhan demam berkurang.b. Bagaimana mekanisme kerja obat penurun panas terhadap Nn.Anita ? 4Antipiretika merupakan salah satu efek yang dapat ditimbulkan dari obat anti inflamasi non-steroid (AINS). Selain memiliki efek antipiretika, AINS juga memiliki efek analgesik (penghilang rasa nyeri) dan anti inflamasi.27 AINS digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain : a. Golongan Salisilat, contohnya aspirin, diflunisal b. Paraaminofenol, contohnya Asetaminofen atau Parasetamol c. Golongan Pirazolon, contohnya dipiron, metampiron, aminopiron, fenilbutazon d. Asam Organik, contohnya Ibuprofen, Asam mefenamat, indometasin, diclofenacMekanisme kerja utama sebagian besar antipiretika adalah melalui penghambatan sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan substansi yang diproduksi oleh asam arakidonat melalui kerja enzim siklooksigenase (COX). Pertama, asam arakidonat akan diubah oleh COX active site menjadi endoperoksida siklik yang selanjutnya akan membentuk prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan A2. Seluruh antipiretika diketahui bekerja dengan cara menghambat kerja COX pada COX active site. Dengan adanya hambatan ini, maka prostaglandin tidak terbentuk sehingga mencegah kenaikan temperatur pada set point di hipothalamus sehingga demam tidak terjadi

3. Ibu dari Nn.Anita diketahui mengidap hepatitis B sejak 1 tahun yang lalu.a. Bagaimana cara penularan penyakit hepatitis B ? (bahas jugo khususnyo mamak anak ini) 4Sumber penularan virus Hepatitis B berupa: darah ,saliva ,kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B, feces dan urine , lain-lain: sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap darah.Cara penularan virus Hepatitis B Penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu : Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tattoo Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu: Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain berkaitan dengan kelompok etnik. Data mengenai prevalensi HBsAg pada wanita hamil di beberapa daerah di Indonesia (tabel 1). Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui hubungan seksual.

b. Bagaimana hubungan riwayat ibu yang terkena hepatitis B sejak 1th yg lalu dengan keluhan Nn.Anita sekarang ?4Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu masa inkubasi, prodromal, ikterus dan penyembuhan .Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan saat timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi. Jika ibu dari anita 1 tahun yang lalu pernah menderita hepatitis maka penularan bisa secara horizontal dan gejala anita baru timbul karena virus membutuhkan waktu untuk inkubasi

7. Analisis aspek klinis :h. Bagaimana etiologi pada kasus ini ? 4Etiologi VHB Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam famili Hepadnaviridae. Nama famili Hepadnaviridae ini disebut demikian karena virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk dalam family ini adalah virus hepatitis Woodchuck (sejenis marmot dari Amerika Utara) yang telah diobservasi dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis B pada bebek Peking dan bajing tanah (ground squirrel). Virus Hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus Hepatitis B yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid dibagian dalam. Nukleokapsid ini berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) VHB yang sebagian berantai ganda dengan bentuk sirkular. Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang terdapat dalam darah yaitu virus utuh (virion) yang disebut juga partikel Dane dan selubung virus (HBsAg). Ukuran kapsul virus berukuran 22 nm, dapat berbentuk seperti bola atau filament.

i. Apa faktor resiko dan komplikasi pada kasus ? 4Faktor Host (Penjamu) Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi: Umur Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis. Jenis kelamin Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria. Mekanisme pertahanan tubuh Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna. Kebiasaan hidup Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur. Pekerjaan Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).

Faktor AgentPenyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.

Faktor Lingkungan Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah: Lingkungan dengan sanitasi jelek Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata. Daerah unit laboratorium ! Daerah unit bank darah Daerah tempat pembersihan ! Daerah dialisa dan transplantasi. Daerah unit perawatan penyakit dalam

Komplikasi Hepatitis B Setelah umur rata-rata 30 tahun, 30% dari pasien dengan hepatitis B kronis aktif akan berkembang menjadi sirosis. Dekompensasi hati terjadi pada sekitar seperempat dari pasien sirosis dengan hepatitis B selama periode lima tahun, dimana 5-10% yang lainnya akan terus berkembang menjadi kanker hati. Tanpa pengobatan, sekitar 15% pasien dengan sirosis akan meninggal dalam waktu 5 tahun Resiko untuk karsinoma hepatoseluler pada orang yang terinfeksi hepatitis B kronik adalah sekitar 10-25%. Mereka yang mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker hati adalah laki-laki dewasa dengan 3 penyakit sirosis yang pertama kali terjangkit hepatitis B pada usia dini. Sekitar 80% dan 90% dari pasien karsinoma hepatoseluler memiliki penyakit sirosis yang mendasarinya. Lebih dari 50% kasus karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia dan 70-80% kasus karsinoma hepatoseluler di daerah endemik hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Nilai median untuk kelangsungan hidup pasien dengan karsinoma hepatoseluler adalah

k. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi pada kasus ini ? 4Pada pasien yang diidentifikasi sebagai kandidat yang sesuai untuk mendapat terapi antivirus, tujuan terapi adalah untuk menekan replikasi HBV dan mencegah progresi penyakit hati. Respon terapi antivirus dapat diklasifikasikan menjadi biokimia (menormalkan ALT), virologis (pembersihan DNA HBV), serologis (menghilangkan HBeAg, serokonversi HBeAg, menghilangkan HBsAg), atau histologis (perbaikan histologihati). Penting untuk menilai respon virologis tidak saja selama terapi antivirus namun juga setelah terapi dihentikan, dan menilai apakah muncul resistensi pada pasien yang melanjutkan terapi untuk jangka panjang. Per Agustus 2007, tujuh obat disetujui oleh FDA untuk terapi infeksi HBV. Dua diantaranya adalah interferon (IFN-2b) dan interferon terpegilasi (pegylates interferon, pegIFN-2a), dan lima analog nucleotida dan nukleosida oral (lamivudin, adefovir, dipivoxil, entecavir, telbivudin, dan tenofovir disoproksil fumarat). Tabel 1-4 merupakan daftar pilihan terapi saat ini. Semua obat mempunya manfaat dan kerugian masing-masing, dan pemilihan obat antivirus dipengaruhi oleh efektivitas, kemamanan, resiko resistensi obat, metode pemberian, biaya dan factor-faktor lain sebelum terapi (misalnya petanda serologis dan virologis, kadar ALT serum, tahap dan keparahan penyakit hati).

l. Bagaimana prognosis penyakit pada kasus ini ? 4Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Pada sebagian kasus penyakit berjalan ringan dengan perbaikan biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1 3 tahun. Pada sebagian kasus lainnya, hepatitis kronik persisten dan kronk aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis. Secara keseluruhan, walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien tetap asimtomatik dan jarang terjadi kegagalan hati (Tjokronegoro, 1999).Infeksi Hepatitis B dikatakan mempunyai mortalitas tinggi. Pada suatu survey dari 1.675 kasus dalam satu kelompok, tertnyata satu dari delapan pasien yang menderita hepatitis karena tranfusi (B dan C) meninggal sedangkan hanya satu diantara dua ratus pasien dengan hepatitis A meninggal dunia (Tjokronegoro, 1999). Di seluruh dunia ada satu diantara tiga yang menderita penyakit hepatitis B meninggal dunia (WHO, 2005).