emfisiema paru ppt wahyu
TRANSCRIPT
Emfisiema Paru
By : wahyu setiyawan
PENGERTIAN
Emfisema paru merupakan bentuk paling berat dari PPOM dikarakteristikkan oleh inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar menyebabkan banyak blab atau bula (ruang udara) kolaps bronkiolus pada ekspirasi (jebakan udara).
Emfisema paru juga dapat didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun.
Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society 1962)
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi. ( Kus Irianto 2004.216 )
KLASIFIKASI
Emfisema dibagi menurut pola asinus yang terserang.
Ada dua bentuk pola morfologik dari emfisema yaitu:
1. CLE (Emfisema Sentrilobular)
2. PLE (Emfisema Panlobular) atau emfisema panasinar.
1) CLE (Emfisema Sentrilobular)
CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding-dinding mengalami integrasi. Mula-mula duktus alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. CLE seringkali lebih berat menyerang bagian atas paru, tetapi akhirnya cenderung tersebar tidak merata. CLE lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita, biasanya berhubungan dengan bronchitis kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia A. Price 1995).
2) PLE (Emfisema Panlobular) atau emfisema panasinar.
Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata, mengenai bagian asinus yang sentral maupun perifer. PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar merata diseluruh paru-paru. PLE juga ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer, tetapi dapat dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronkhitis kronik. Penyebab emfisema primer ini tidak diketahui, tetapi telah diketahui adanya defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin adalah anti protease. Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting untuk perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami (Cherniack dan Cherniack, 1983).
PLE dan CLE sering kali ditandai dengan adanya bula tetapi dapat juga tidak. Biasanya bula timbul akibat adanya penyumbatan katup pengatur bronkhiolus. Selama inspirasi, lumen bronkhiolus melebar sehingga udara dapat melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mukus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkhiolus tersebut kembali menyempit, sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara.
ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab terjadinya emfisiema :
1. Faktor Genetik
2. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
3. Rokok
4. Infeksi
5. Polusi
6. Faktor Sosial Ekonomi
SKEMA PATWAY
PATOFISIOLOGI
Pada emfisema terjadi proses penyempitan saluran nafas yang disebabkan karena elastisitas paru
yang berkurang. Hal ini disebabkan oleh defisiensi protein alfa 1-antitripsin(AAT). Dimana AAT merupakan suatu
protein yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada saat terjadi peradangan dan merusak
jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan pada enzim proteolitik. Didalam
paru terdapat keseimbangan paru antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan.
Perubahan keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastik paru. Arsitektur paru akan berubah dan
timbul emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pankreas. Asap rokok, polusi, dan infeksi ini menyebabkan elastase
bertambah banyak. Sedang aktifitas sistem anti elastase menurun yaitu system alfa- 1 protease inhibator terutama enzim alfa -1
anti tripsin (alfa -1 globulin). Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan anti elastase dan akan terjadi kerusakan
jaringan elastin paru dan menimbulkan emfisema. Sedangkan pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang
menarik jaringan paru keluar yaitu yang disebabkan tekanan intra pleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik
jaringan paru kedalam yaitu elastisitas paru.
MANIVESTASI KLINIS
1. Dispnea
a. Pada inspeksi : bentuk dada ‘burrel chest’
Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)
b. Pada perkusi : hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.
c. Pada auskultasi : terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan ekspirasi.
2. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum.
3. Distensi vena leher selama ekspirasi.
4. Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis
5. Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
6. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk.
7. Bibir tampak kebiruan
8. Batuk menahun
KOMPLIKASI
1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan.
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna.
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah.
4. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas.
5. Pneumonia.
6. Atelaktasis.
7. Pneumothoraks.
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi, obstruksi jalan napas dan untuk menghilangkan hipoksia. Pendekatan terapeutik mencakup :
a. Tindakan pengobatan dimaksudkan untuk memperbaiki ventilasi
b. Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi.
c. Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi pulmonari.
d.Pemeliharaan kondisi lingkungan sesuai untuk memudahkan pernapasan.
e. Dukungan psikologis.
f. Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan
PENATA LAKSANAAN EMFISEMA PARU TERBAGI ATAS : PENYULUHAN
Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
PENCEGAHAN
• ROKOKMerokok harus dihentikan meskipun sukar. Penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan
• MENGHINDARI LINGKUNGAN POLUSI
Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas
• VAKSIN Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.
TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan :
1) pemberian bronkodilator
2) pemberian kortikosteroid
3) mengurangi sekresi mucus
4) pengobatan infeksi
5) fisioterapi dan rehabilitasi
6) pemberian O2 jangka panjang
ASKEP EMFISIEMAI. PENGKAJIAN
1. Indentitas
Nama klien : Tn R
Umur : 21 Th
No rm : 1302018
Tanggal mrs : 29-12-2017
Tanggal pengkajian : 29-12-2017
Pekerjaan : Petani
2. Keluhan utama:
Smrs : pasien mengatakan Sesak nafas
Saat pengkajian : pasien mengatakan sesak nafas,suhu tubuh tinggi
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien sering merasakan sesak nafas saat beraktifitas
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan
6. Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1. Makan
2. Minum
b. Pola Eliminasi
1. BAK
2. BAB
c. Pola Istirahat
1. Tidur siang
2. Tidur malam
d. Personal Hygiene
1. Mandi
2. Gosok gigi
3. Ganti Pakaian
4. Cara
7. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum
Penampilan umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : T = 130/90 mmHg
N = 87 x /menit
R= 26 x/menit
S = 38,4 0C
b. Integumen
1. Rambut dan kulit kepala
Warna : Hitam
Kerontokan : Tidak terjadi kerontokan.
Penyebaran : Merata
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
2. Kulit
Warna : hitam
Tekstur : halus
Oedema : Tidak ada
Kebersihan : di kulit bagian kaki ada bekas darah kering
3. Kuku
Warna dasar : transparan
Bentuk : Cembung
Tekstur : halus
cyanosis : tidak ada
sudut : sudut dasar 160
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
c. Kepala
Bentuk : oval
Keadaan : tidak terdapat benjolan
Keluhan : Tidak ada keluhan
Kelainan : tidak ada benjolan
d. Mata
Kesimetrisan : mata kanan dan kiri tampak simetris
Sklera : putih kemerahan
Konjungtiva : pucat
Pergerakan bola mata : dapat digerakan ke segala arah
Reaksi pupil : terjadi miosis ketika terkena cahaya
Fungsi penglihatan : terganggu
Kebersihan : bersih,tidak tampak ada kotoran
e. Telinga
Tekstur : halus
Kebersihan : tidak tampak adanya serumen
Kesimetrisan : telinga kanan dan kiri simetris
Fungsi pendengaran : baik,dapat menjawab
f. Hidung
bentuk : kedua lubang hidung tampak simetris
Tekstur : halus
Kebersihan : bersih, tidak tampak ada kotoran
Fungsi penciuman : baik, klien dapat membedakan wangi parfum dan kayu putih
g. Mulut
1. Bibir
Warna : merah muda
Kelembaban : lembab
kebersihan : tidak tampak adanya bekas makanan
stomatitis : tidak ada
2. Gigi
Jumlah : 32 buah
Caries : tidak ada
3. Lidah
Warna : merah muda (tidak ada kelainan)
Pergerakan : dapat digerakan ke segala arah
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
Fungsi pengecapan : dapat membedakan rasa manis permen dan pahit obat
h. Leher
JVP : tidak ada peninggian JVP
KGB : tidak tampak ada pembesaran KGB
Kelenjar thyroid : tidak tampak ada pembesaran
Refleks menelan : klien dapat menelan dengan baik
i. Thorax dan Dada
Kesimetrisan : simetris antara dada kanan dan kiri
Bunyi jantung : reguler
Bunyi paru : mungkin redup dengan ekspirasi mengi.
Perkusi : Hipersonor pada area paru
Warna :warna kulit normal.
j. Abdomen
Bentuk : datar
Warna : sawo matang
Keadaan : normal, tidak tampak adanya lesi danbenjolan
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Bising Usus : ± 12x /menit
k. Genetalia
Menurut penuturan klien, tidak ada kelainan dan keluhan apapun.
l. Ekstremitas
1.Ekstrimitas atas
- tangan kanan : terpasang infus sehingga pergerakan terbatas
- tangan kiri : dapat digerakan ke segala arah
2.Ekstrimitas bawah
- kaki kanan : dapat digerakan dengan leluasa
- kaki kiri : dapat digerakan dengan leluasa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa gas darah
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah
2. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen
3. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi.
4. Foto sinar X rontgen
Analisa Data 1
Data
Ds :
-pasien mengatakan sesak saat bernafas.
- pasien mengatakan dada sering sakit
- pasien mengatakan badannya terasa lemas
Do :
- takipnea
ttv: Td=130/90 mmhg
N=87
R=26
S=38,4 0C
Etiologi
Kerusakan dinding alveoli
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas
ANALISA DATA 2
Ds:
-pasien mengatakan kesulitan bernafas
- pasien mengatakan pusing saat bangun tidur
- pasien mengatakan pandangan kabur
Do
-Warna kulit klien pucat
-takipnea
-ttv=
Td =130/90 mmhg
N =78 x/menit
R =26x/menit
S =38,4 0C
pasien tampak gelisah
CONT.....
ETIOLOGI
Perubahan membran alveolar-kapiler
MASALAH
Gangguan Pertukaran Gas
ANALISA DATA 3
Ds:
-klien mengatakan sesak pada saat bernafas.
- klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas
-klien mengatakan dada sering sakit
Do:
-pasien tampak cemas
- ttv=
Td =130/90 mmhg
N =78 x/menit
R =26x/menit
S =38,4 0C
ETIOLOGI
elastisitas paru yang berkurang
MASALAH
Resiko tinggi terhadap infeksi
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas berhubungan kerusakan dinding alveoli
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan elastisitas paru yang berkurang
III. INTERVENSI/NURSING CARE PLANING (NCP)
DX = Gangguan pola nafas berhubungan kerusakan dinding alveoli
Tujuan/kriteria hasil
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
-pola nafas kembali efektif
Kriteria hasil : klien dapat bernafas normal
Intervensi
Bandingkan status sekarang dengan status sebelumnya untuk mendapatkan perubahan dalam status pernapasan.
Rasional=-untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
-Aajarkan teknik yang benar untuk menggunakan obat dan peralatan .
(misalnya menarik nafas, nebulizer,aliran maksimum).
Rasional=-Agar keluarga dan pasien mengetahui cara menggunakan peralatan dan obat dengan benar.
-Pantau kecepatan, irama,kedalaman, dan upaya untuk bernapas.
Rasional=-Untuk mengetahui apakah px masih mengalami kesulitan bernafas
-Amati gerakan dada, termasuk simetri, penggunaan dari otot bantu pernapasan, dan penarikan otot supraclavikular dan intercostals.
Rasional=Untuk mengetahui perkembangan penyakit pasien
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Implementasi
- Membandingkan status sekarang dengan status sebelumnya untuk mendapatkan perubahan dalam status pernapasan.
-Mengajarkan teknik yang benar untuk menggunakan obat dan peralatan .
(misalnya menarik nafas, nebulizer,aliran maksimum).
-Memantau kecepatan, irama,kedalaman, dan upaya untuk bernapas.
- Mengamati gerakan dada, termasuk simetri, penggunaan dari otot bantu pernapasan, dan penarikan otot supraclavikular dan intercostals.
Evaluasi
S= klien mengatakan pola nafas berangsur normal
O= frekuensi nafas 18x/menit
A= masalah teratasi sebagian
P= intervensi di lanjutan
DX=Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar – kapiler
Tujuan/kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Tujuan :menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distess pernafasan dan warna kulit tidak pucat
INTERVENSI
-Kaji frequensi kedalaman pernafasan catat penggunaan otot bantu nafas, nafas bibir.
Rasional= -Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit
-Kaji/awasi secara rutin warna kulit dan membran mokusa.
Rasional=-Sianosis mungkin perifer/ sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
-Tinggikan kepala bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu.
Rasional=-Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas dan kerja nafas.
-Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara atau bunyi abnormal
Rasional=- Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengindikasi spasme bronkus/tertahannya sekret.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
IMPLEMENTASI
Mengkaji frequensi kedalaman pernafasan catat penggunaan otot bantu nafas, nafas bibir.
-Mengkaji/mengawasi secara rutin warna kulit dan membran mokusa.
- meninggikan kepala dan membantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu.
-Mengauskultasi bunyi nafas,mencatat area penurunan aliran udara atau bunyi abnormal
EVALUASI
S= klien mengatakan frekuensi nafas berangsur normal
O=Klien tampak lebih rileks
A= masalah teratasi sebagian
P= intervensi lanjutan
DX=Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan elastisitas paru yang berkurang
Tujuan/Kriteria Hasil
Tujuan Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam
-klien tidak mengalami infeksi
Kriteria hasil: tidak terjadi infeksi
INTERVENSI
-Awasi secara ketat suhu tubuh pasien.
Rasional=-Demam dapat terjadi karena adanya infeksi.
-Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat
Rasional=- Aktivitas diatas dapat meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.
-Observasi warna, karakter, bau sputum.
Rasional=Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.
-Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional=-Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi meningkatkan penyembuhan.
Implementasi Dan Evaluasi
Implementasi
-Mengawasi secara ketat suhu tubuh pasien.
- Mengkaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat
-Mengobservasi warna, karakter, bau sputum.
-Mendorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Evaluasi
S=
-Klien mengatakan badannya terasa lebih baik
-Klien mengatakan frekuensi nafas berangsur normal
-Klien mengatakan pola nafas berangsur normal
Klien mengatakan
O= klien tampak rileks
A= masalah teratasi
P= intervensi di hentikan
Thank’s yo guys......
Se you next time...