emergency intubation for respiratory failure in guillain barre syndrome

3
Emergency Intubation for Respiratory Failure in Guillain Barre Syndrome Elco F. M. Wijdicks, Robert D, Henderson, FRAPCP; Robyn L. McClelland, PhD Backgrounds Latar belakang penelitian ini, yaitu mengenai Intubasi kegawatdaruratan pernapasan pada pasien Guillain Barre Syndrome adalah karena manuver gawat darurat ini belum diketahui konsekuensinya. Seperti yang kita tau, pada kejadian klinis banyak diketahui adanya distres otot-oto pernapasan yang membuat timbulnya gelaja dyspnea, sianosis bahkan apnea pada kejadian GBS. Dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa, intubasi gawat darurat dapat meningkatkan angka kejadian penyakit paru dan hasil yang buruk. Namun dalam artikel negara yang berpengaruh menyatakan bahwa menundaan iintubasi ketika menunggu hypercarbia akan menimbulkan trauma intubasi gawat darurat da n komplikasi berikutnya yang tidak perlu. Dalam situasi ini juga berpotensi pada implikasi medikolegal. Kemudian peneliti menilai kembali pengalamannya dengan pasien yang teresusitasi pada gagal pernapasan akut. Objectives, Design, Setting and Patiens Penilian penelitian ini sendiri adalah pasien intensive care unit dengan diagnosis Guillain Barre Syndrome dan intubasi pada kegagalan pernapasan. Database pasien diambil dari pasien yang terdiagnosis GBS padai Intensive Care Unit selama 2 dekade terakhir. Intubasi gawat- darurat digunakan untuk kebutuhan ventilasi pada pasien dengan henti nafas mendadak, sianosis dan respiratory arrest. Hasil dan angka kejadian digunakan untuk memprediksi dari perbandingan pasien biasa dengan pasien yang diintubasi secara elektif.

Upload: reza-andhitya-putra

Post on 23-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

jug.ik

TRANSCRIPT

Emergency Intubation for Respiratory Failure in Guillain Barre SyndromeElco F. M. Wijdicks, Robert D, Henderson, FRAPCP; Robyn L. McClelland, PhDBackgrounds Latar belakang penelitian ini, yaitu mengenai Intubasi kegawatdaruratan pernapasan pada pasien Guillain Barre Syndrome adalah karena manuver gawat darurat ini belum diketahui konsekuensinya. Seperti yang kita tau, pada kejadian klinis banyak diketahui adanya distres otot-oto pernapasan yang membuat timbulnya gelaja dyspnea, sianosis bahkan apnea pada kejadian GBS. Dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa, intubasi gawat darurat dapat meningkatkan angka kejadian penyakit paru dan hasil yang buruk. Namun dalam artikel negara yang berpengaruh menyatakan bahwa menundaan iintubasi ketika menunggu hypercarbia akan menimbulkan trauma intubasi gawat darurat da n komplikasi berikutnya yang tidak perlu. Dalam situasi ini juga berpotensi pada implikasi medikolegal. Kemudian peneliti menilai kembali pengalamannya dengan pasien yang teresusitasi pada gagal pernapasan akut.Objectives, Design, Setting and PatiensPenilian penelitian ini sendiri adalah pasien intensive care unit dengan diagnosis Guillain Barre Syndrome dan intubasi pada kegagalan pernapasan. Database pasien diambil dari pasien yang terdiagnosis GBS padai Intensive Care Unit selama 2 dekade terakhir. Intubasi gawat-darurat digunakan untuk kebutuhan ventilasi pada pasien dengan henti nafas mendadak, sianosis dan respiratory arrest. Hasil dan angka kejadian digunakan untuk memprediksi dari perbandingan pasien biasa dengan pasien yang diintubasi secara elektif.MethodsDatabase pasien dengan GBS diambil dari Intensive Care Unit Mayo Medical Center, Rochester, Minn, antara tahun 1976 hingga tahun 1996 dengan detail yang terpublikasi. Peneliti menilai dari rekam medis yang memiliki satu dari faktor ataupun risiko diadakannya proses intubasi gawat darurat dan membandingkannya dengan pasien yang terintubasi secara elektif. Hasil pendirian penyebab kematian yaitu komplikasi paru-paru termasuk pnemonia, perpanjangan ventilasi mekanik (>14 hari) dan perpanjangan penyapihan (>7 hari) kemudian dibandingkan dengan 2 grup pasien. Variabel kadar gas darah arteri yang tersedia di beberapa pasien tidak dipertimbangkan.

ResultEnam puluh pasien dengan GBS terventilasi secara mekanik, dimana 17 pasien yang terintubasi tidak tercatat secara tepat pada rekam medis, walaupun tidak memiliki pengalaman henti nafas atau henti jantung . pasien-pasien tersebut kebanyakan terintubasi sebelum ditransfer ke institusi peneliti.Enam pasien terintubasi pada distres sitem pernapasan dan satu pasien pada respiratory arrest . seluruh pasien memiliki progres klinik yang cepat, tapi intubasi gawat darurat tidak dapat terprediksi.Tidak ada perbedaan statistik yang ditemukan pada angka kematian, angka kejadian penyakit sistem pernapasan, atau durasi dari ventilator.Satu pasien dengan respiratory arrest terintubasi secara gawat darurat, memiliki riwayat anoxic enchehalopathy berstatus stupor selama 3 minggu dengan gambaran pola theta-delta pada electroencephalogram. Dengan gambaran tersebut menandai adanya sisa perburukan kognitif setelah 4 bulan dari follow up.ConclusionsIntubasi gawat darurat pada pada Guillain Barre Syndrome memang tidak umum ketika berhubungan dengan manifestasi respiratory arrest yang ditimbulkan penyakit GBS dan dapat menimbulkan anoxic encephalopathy. Durasi ventilator yang digunakan dan angka kejadian penyakit parupun tidak mengalami peningkatan pada pasien-pasien tersebut.CommentInformasi yang diberikan pada jurnal ini kurang memberikan gambaran konsekuensi dari intubasi gawat darurat gagal nafas pada kemungkinan terburuk kasus GBS. Pembaca tidak menemukan adanya kematian mendadak yang terobati atau teratasi pada pasien yang mengalami kegawatdaruratan ventilasi. Studi ini dengan pasien yang terobati selama 2 dekade menyugestikan adanya insiden yang tinggi dari intubasi gawat darurat pada GBS. Sedangkan tidak ada kasus intubasi gawat darurat yang teratasi pada 15 tahun terakhir pada penelitian. Menyugestikan pengakuan yang lebih baik pada perburukan neuromuscular respiratory failure atau mengurangi keraguan untuk mengintubasi ketika berhadapan langsung dengan pasien yang mengalami perburukan cepat dari GBS. Hal ini memungkinkan untuk memperkenalkan terapi spesifik yang muncul untuk mengurangi perburukan yang terjadi.