emasain vol iii no.2 tahun 2014

97
YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434 Alamat Web: ikippgribali.ac.id INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI, Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali, Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa. FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah. FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN, Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA) Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693 e-mail: [email protected] JURNAL EDUKASI MATEMATIKA dan SAINS VOLUME IlI, NOMOR 2, SEPTEMBER TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 VOLUME III, NOMOR 2, SEPTEMBER TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 Emasains J U R N A L E D U K A S I MATEMATIKA dan SAINS Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Kecakapan Komunikasi Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Eksplisit terhadap Pemahaman Hakikat Sains . Penggunaan Larutan bio cas terhadap Kandungan Protein pada fermentasi jerami padi (Oryza satival.). Model Pembelajaran Generatif dan Sikap Belajar. Penerapan Model Pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Bakat Numerik. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum . Model Pembelajaran Cretive Problem Solving dan Berpikir. Model Pembelajaran Mnemonic Berbantuan Media Gambar. Pembelajaran Kuantum Dengan Quiz Team. Supervisi Klinik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru. Model Pembelajaran Kuantum. Model Pembelajaran Inquiri Dengan Tutor Sebaya. Pembelajaran Mastery Learning Melalui Guided Teaching. Pengembangan Bank Soal. FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur Telp. (0361) 265693 Email: [email protected] JEms

Upload: ikippgribali2

Post on 02-Feb-2016

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

TRANSCRIPT

Page 1: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

VOLUME lI, NOMOR 2, MARET TAHUN 2013 ISSN 2302-2124

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGIINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434Alamat Web: ikippgribali.ac.id

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALIFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN,

Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI,Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali,

Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa.

FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL,Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah.

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN,Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi

Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693e-mail: [email protected]

JURNAL EDUKASIM

ATEMATIKA dan SAIN

SV

OLU

ME IlI, N

OM

OR

2, SEPTEMB

ER TA

HU

N 2014

ISS

N 2302-2124

VOLUME III, NOMOR 2, SEPTEMBER TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 VOLUME III, NOMOR 2, SEPTEMBER TAHUN 2014 ISSN 2302-2124

Emasains

JURNAL EDUKASI MATEMATIKA dan SAINS

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation terhadap

Kecakapan Komunikasi Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Eksplisit terhadap Pemahaman Hakikat

Sains . Penggunaan Larutan bio cas terhadap Kandungan Protein pada

fermentasi jerami padi (Oryza satival.). Model Pembelajaran Generatif dan Sikap Belajar. Penerapan Model Pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap Hasil Belajar

Matematika dengan Mengontrol Bakat Numerik. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum . Model Pembelajaran Cretive Problem Solving dan Berpikir. Model Pembelajaran Mnemonic Berbantuan Media Gambar. Pembelajaran Kuantum Dengan Quiz Team. Supervisi Klinik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru. Model Pembelajaran Kuantum. Model Pembelajaran Inquiri Dengan Tutor Sebaya. Pembelajaran Mastery Learning Melalui Guided Teaching. Pengembangan Bank Soal.

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur

Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

JEms

Page 2: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

MATEMATIKA dan SAINSJURNAL EDUKASI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar TimurTelp. (0361) 265693 Email: [email protected]

Page 3: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124��

Emasains jurnal edukasi matematika dan sains Emasains, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September), Berbahasa Indonesia maupun Inggris. Sebagai media komunikasi ilmiah dengan kajian masalah pendidikan, pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup. Memuat tulisan yang berasal dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori.

Penasehat Dr. I Made Suarta, SH., M. Hum

Penanggungjawab

Drs. I Wayan Suanda, SP., M.Si.

Ketua Redaksi Drs. I Nengah Suka Widana, M.Si

Sekretaris Redaksi

Dra. I Gusti Ayu Rai, M.Si.; I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd

Redaksi Ahli Prof.Dr. I Wayan Suparta, M.S (UNUD).

Prof. Dr. Putu Budiadnyana, M.Si (Undiksha Singaraja). Dr. Bayu Aji (LIPI-Kebun Raya Eka Karya Bali).

Dr. Ir. I G.N. Alit Wirya Susanta, M.Agr. (UNUD). Drs. I Wayan Budiyasa, M.Si. (IKIP PGRI Bali).

Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. (IKIP PGRI Bali).

Redaksi Pelaksana Drs. Made Surat, M.Pd.; Drs I Wayan Sudiarsa.; Drs. I Made Sunastra, M.Si.

M.Si.; Drs. I Made Subrata; M.Si; I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd. N. Putri Sumaryani, SP., M.MA.; Made Wahyu Cerianingsih, S.Si.

Ni Luh Mery Marlinda, S.Pd.

Bendahara Dra. Ni Nyoman Parmithi, MM.

Distribusi

I Putu Sukerteyasa, S.Pd., M.Pd; Gustut Ariana, S.Pd.

Pembantu Pelaksana Tata Usaha Sri Utami, S.Pd.; Ni G.A. Nyoman Sri Ernawati.

Alamat Redaksi

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Bali Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur

Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

JEms

Dicetak Oleh:PT. Percetakan Bali, Jl. Gajah Mada I/1 Denpasar 80112, Telephone (0361) 234723, 235221

NPWP: 01.126.360.5-904.000, Tanggal Regestrasi DKP: 1 July 2006

Page 4: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

���Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Emasains jurnal edukasi matematika dan sains

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA JURNAL EMASAINS ii DAFTAR ISI iii Pengaruh penerapan model pembelajaran group investigation terhadap kecakapan komunikasi siswa pada konsep keanekaragaman hayati. Iing Dwi Lestari dkk…………………………………………………………………………………………………………………………

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Inkuiri Eksplisit Terhadap Pemahaman Hakikat Sains Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Di SMA Negeri 1 Marga. I Gede Sudirgayasa dan I Made Sudiana……………………………………………………………………………………………………..

Pengaruh penggunaan larutan bio cas Terhadap kandungan protein pada fermentasi Jerami padi (oryza satival.) Sebagai pakan ternak. I Wayan Suanda dan Ni Made Ninik Hendrawati …………………………………………………………………………

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Bakat Numerik. Dea Ayu Fitria……………………………………………………………………………………………………………………………….

Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika. I Wayan Widarsa ………………………………………………………………………………………………………………………….

Pengaruh Model Pembelajaran Cretive Problem Solving dan Berpikir Kreatif terhadap Hasil Belajar. I Wayan Wijaya Aprinanta dan Ni Wayan Sunita…………………………………………………………………………

Pengaruh Model Pembelajaran Mnemonic Berbantuan Media Gambar terhadap Prestasi Belajar Biologi. I Nengah Suka Widana dan Yuliana Margareta Barek ………………………………………………………………….

Pembelajaran Kuantum Dengan Quiz Team Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa A. A. Istri Agung Mirah Yuliadewi

Supervisi Klinik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran. I Dewa Putu Suastika…………………………………………………………………………………………………………………….

Model Pembelajaran Kuantum Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa I Wayan Sugita………………………………………………………………………………………………………………………………

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Inquiri Dengan Tutor Sebaya I Ketut Sukria…………………………………………………………………………………………………………………………………

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Pembelajaran Mastery Learning Melalui Guided Teaching Luh Murtini……………………………………………………………………………………………………………………………………

Pengembangan Bank Soal I Wayan Widana……………………………………………………………………………………………………………………………

PEDOMAN PENULISAN EMASAINS

JEms

108-112

113-117

118-125

126-135

136-142

143-151

152-158

159-163

164-169

170-175

176-180

181-185

186-197

...........................................................................................

Page 5: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124108

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP KECAKAPAN KOMUNIKASI SISWA PADA KONSEP

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Iing Dwi Lestari, Suroso Mukti Leksono, Siti Romlah Noer Hodijah, dan Woro Citra Imansari Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

[email protected]

Effect of Application Group Investigation Learning Model of Communication Skills Students in Concept of Biodiversity

This study aims to determine the effect of the application of learning models Group Investigation of the communication skills of students on the concept of biodiversity. The method used is the quasi-randomized control group design eksperimendengan only. This research was conducted at SMAN 5 Serang class second semester of the school year X 2011 / 2012.Teknik sampling used in this study is the Cluster Sampling.Pengambilan research data using the assessment sheet presentation and analysis laporan.Hasil hypothesis testing using t test at level significance α = 0.05 and t values obtained arithmetic (4.959) ≤ t table (-2.002) or t (4.959) ≥ t table (2.002) or significance (0.000) <0.05 then the H1 is accepted. This means that there are significant application of learning models Group Investigation of the communication skills of students of SMAN 5 Serang on the concept of biodiversity. Keywords: Model Learning group investigation, Communication skills, Biodiversity

PENDAHULUAN Kecakapan hidup sebagai keterampilan

atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif memungkinkan siswa mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, ialah kecakapan mengenal diri, ke-cakapan berpikir, kecakapan sosial, kecakapan akademik, serta kecakapan kejuruan (Depdiknas, 2007). Kecakapan hidup memiliki makna yang luas mencakup berbagai kemampuan dalam untuk hidup seperti kemampun berkomunikasi secara efektif (communication skill), kemampuan mengam-bil keputusan (decision making), kemampuan mengelola sumber daya dan waktu (resource and time management skill), kemampuan merencanakan (planning skill), kemampuan bekerja sama, kemampuan melaksanakan peran sebagai siswa yang bertanggung jawab, disiplin, berkarakter, memiliki etika dalam bekerja dan bermasyarakat (Iswari, 2007).

Sehingga untuk melatih kecakapan tersebut kepada peserta didik, maka perlu diperhatikan penerapan dan penggunaan suatu model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengembangkan kecakapan komu-nikasi peserta didik adalah model pembela-jaran Group Investigation. Kelebihan model pembelajaran ini adalah (1) mampu menum-buhkan motivasi siswa untuk belajar mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari; (2) siswa memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis; (3) mampu menumbuhkan kreativitas berpikir siswa; (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi (Kusuma, 2010). Dengan demikian perlu diteliti tentang pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap kecakapan komunikasi siswa pada konsep keanekaragaman hayati.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model

Page 6: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

109Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

pembelajaran Group Investigation terhadap kecakapan komunikasi siswa pada konsep keanekaragaman hayati.

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada peneli-

tian ini adalah eksperimental semu (quasi eksperimental) yaitu eksperimen dengan melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabelnya yang dianggap paling dominan (Syaodih, 2010). Desain penelitian yang digunakan ini adalah Desain randomized control group only. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Kota Serang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 (kelas eksperimen) dan X4 (kelas kontrol) dengan teknik cluster sampling.

Kecakapankomunikasi diukur dengan menggunakan lembar penilaian presentasi dan laporan.Lembar penilaian presentasi digunakan untuk mengukur kecakapan komu-nikasi secara lisan dengan mengobservasi siswa ketika siswa melakukan presen-tasi.Sedangkan lembar penilaian laporan bertujuan untuk mengukur kecakapan komunikasi siswa secara tertulis dengan menilai laporan hasil pengamatan ter-tulis.Lembar penilaian ini diisi oleh observer berdasarkan kriteria yang telah ditentu-kan.Instrumen diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan software anates versi 4.0.9.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kurikulum KTSP terdapat

kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan konsep keanekaragamangen, jenis, dan eko-sistem melalui pengamatan serta mengko-munikasikan keanekaragaman hayati Indo-nesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan

sumber daya alam. Sehingga dapat diartikan bahwa setelah proses pembelajaran peserta didik harus memiliki kecakapan berkomuni-kasi yang baik.

Kecakapan komunikasi adalah kemampuan menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu penegtahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan lain yang sejenis. Setelah melakukan kegiatan pengamatan, siswa diharapkan mampu menyampaikan hasil dari pengamatannya baik secara lisan maupun tulisan. Hal tersebut dapat melatih kecakapan komunikasi siswa, sehingga pemahaman akan pentingnya usaha pelestarian keanekaragaman hayati dapat tersampaikan dengan baik.Aktivitas berkomu-nikasi sangat berperan penting pada setiap proses pembelajaran, karena jika proses pembelajaran tidak berlangsung aktif dan komunikatif maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Menurut Suryosubroto (2009) proses belajar yang dilakukan di kelas harus mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengapli-kasikan konsep, merencanakan, dan melak-sanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil temuannya.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan signifikansi (0,000) < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran group investigation terhadap kemampuan komunikasi siswa SMAN 5 Kota Serang.Hasil nilai kemampuan lisan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 1.

Page 7: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124110

Gambar 1.Perbandingan nilai rata-rata kemampuan komunikasi lisan siswa

Berdasarkan gambar 1. perolehan nilai rata-rata komunikasi kisan terbaik terdapat pada indikator A. Siswa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata komunikasi lisan untuk indikator A (menjelaskan hasil pengamatan) sebesar 80% dengan kategori baik sekali. Siswa mampu menjelaskan hasil pengamatan dengan lengkap, sistematis, dan menggunakan bahasa yang lugas.Kemampuan berbahasa siswa dalam penyampaian hasil pengamatan dinilai masih kurang. Hal ini didukung oleh hasil observasi saat penelitian berlangsung bahwaketika pelaksanaan presentasi, siswa masih menggunakan bahasa yang tidak baku.Siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 46% dengan kategori kurang. Siswa mampu menjelaskan hasil pengamatan dengan lengkap, tidak sistematis, dan bahasanya tidak lugas. Berdasarkan peng-amatan peneliti, siswa kelas kontrol mampu menjelaskan hasil temuan investigasi dengan lengkap namun penyampaiannnya tidak sistematis, dan pada saat presentasi siswa banyak yang menggunakan bahasa yang tidak baku sehingga memepengaruhi nilai komu-nikasi siswa.

Sedangkan perolehan nilai rata-rata komunikasi lisan terendah terdapat pada indicator F yaitu kemampuan menyimpulkan hasil pengamatan.Siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata untuk indikator F sebesar 52,7% dengan kategori kurang. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan dengan lengkap, tidak sesuai tujuan, dan tidak ringkas. Ber-dasarkan hasil observasi, siswa belum mampu menyimpulkan hasil kegiatan dengan meng-hubungkan tujuan investigasi yang telah dibuat oleh kelompok sehingga siswa hanya menyimpulkan secara garis besarnya saja tanpa memaparkan tujuan investigasi yang dicapai. Sedangkan siswa pada kelas kontrol termasuk kategori kurang sekali dengan nilai rata-rata sebesar 30,7%. Siswa menyimpulkan hasil pengamatan tidak lengkap, tidak sesuai tujuan, dan tidak ringkas.Hal tersebut dikarenakan siswa kurang memanfaatkan waktu berdiskusi dengan baik sehingga hanya ada beberapa anggota kelompok yang berdiskusi.Berdasarkan hasil observasi, keadaan siswa yang pasif membuat kegiatan diskusi antar sesama anggota kelompok menjadi tidak kondusif, beberapa siswa saja yang aktif dalam kegiatan diskusi.

80

59,3 57,3 6068

52,7

67,375,3

4639,33 35,3 32,7 34,7 30,7 36

64,7

0102030405060708090

A B C D E F G H

Nila

i Rat

a-ra

ta K

elas

(%)

Indikator Dimensi Proses (komunikasi lisan)

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Keterangan :A : menjelaskan hasil pengamatanB : menjelaskan data hasil pengamatan secara ilmiahC : menguasai materi dengan baikD : menyajikan data hasil pengamatan secara komunikatifE : menjawab pertanyaan teman dengan logis dan ilmiahF : kemampuan menyimpulkan hasil pengamatanG : kemampuan menghargai pendapat temanH : kemampuan kerjasama dengan teman kelompok

Page 8: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

111Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Hasil nilai kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada gambar 2.

Berdasarkan gambar 2.diperoleh nilai rata-rata kemampuan tulisan siswa tertinggi pada indikator B yaitu kemampuan siswa dalam membuat judul dan tujuan pengamatan. Siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata untuk indikator Bsebesar 85,3% dengan kategori baik sekali. Siswa mampu merumuskan judul dan tujuan praktikum dengan benar.Hal ini dikarenakan sintak model pembelajaran investigasi kelompok (group investigation) menuntut siswa untuk mendiskusikan topik investigasi dan tujuan investigasi (Sharan, 2012).Siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 66% dengan kategori cukup.Siswa mampu merumuskan judul dan tujuan praktikum namun kurang tepat.

Sedangkan kemampuan terendah untuk komunikasi tulisan siswa adalah pada indikator A yaitu kemampuan siswa dalam menuliskan laporan sesuai tidaknya dengan

format yang telah ditentukan. Indikator Auntuk kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 38% dengan kategori kurang sekali.Siswa menggunakan format makalah dengan tidak lengkap dan tidak siste-matis.Siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 20% dengan kategori kurang sekali.Siswa menggunakan format makalah dengan tidak lengkap dan tidak sistematis. Berdasarkan uraian tersebut siswa kedua kelas ini belum terbiasa membuat makalah dengan menggunakan format penulisan laporan ilmiah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam membuat laporan.

Penggunaan model pembelajaran group investigation mempengaruhi kemam-puan komunikasi siswa kelas eksperimen, karena model ini memiliki kelebihan yaitu setiap tahapan investigasi memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok. Tahapan tersebut

38

85,3 83,3

70,7

40

66,7

84,7

56,764,7

59,3

70,7

20

66

32 28

20

44

89,3

30,7

5648,7 44

0102030405060708090

100

A B C D E F G H I J K

Pers

enta

se

Indikator Penilaian Komunikasi Tulisan

EKSPERIMEN

KONTROL

Ket : A : format B : judul dan tujuan C : rumusan masalah D : dasar teori E : alat dan bahan F : cara kerja G : data hasil pengamatan H : pembahasan I : jawaban pertanyaan J : kesimpulan K : daftar pustaka

Page 9: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124112

adalah mendiskusikan rencana investigasi, mempelajari berbagai sumber, bertukar gagasan dan informasi, bekerja sama dalam menggabungkan temuan investigasi, dan bekerja sama merencanakan dalam menyaji-kan data temuan kepada teman sekelas. Interaksi diantara siswa penting dalam model pembelajaran group investigation karena interaksi sebagai alat komunikasi siswa untuk saling mendorong, saling mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling memper-tentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang setiap siswa (Sharan, 2012). Selain itu terdapat faktor nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) individu yang bervariasi, maka pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa bervariasi karena itu, tidak heran jika antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kecakapan bahasanya. Perbedaan kecakapan berbahasa anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kecerdasan, pembawaan, lingkungan, fisik, dan organ bicara (Desmita, 2011).Pembawaan merupa-kan kecerderungan untuk bertumbuh dan berkembang bagi manusia menurut pola-pola, ciri-ciri, dan sifat-sifat tertentu yang timbul saat masa konsepsi dan berlaku sepanjang hidup seseorang. Menurut F.patty dalam Baharuddin (2007) menyatakan bahwa lingkungan merupakan sesuatu yang mengeli-lingi individu di dalam hidupnya, baik dalam betuk lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat skitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Group Investigation terhadap kecakapan komunikasi siswa SMAN 5 Kota Serang pada konsep keanekaragaman hayati.

DAFTAR RUJUKAN

Baharuddin.2007. Psikologi Pendidikan refleksi teoritis terhadap fenomena. Ar-ruzz Media, Jogjakarta : i + 240 hlm.

Desmita. 2011. Psikologi perkembangan peserta didik. Remaja Rosda karya, Bandung : xiv + 314 hlm.

Kusuma, J.P. 2010. Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada mata diklat perhitungan statika bangunan kelas X Tkk Smk Negeri 5 Surakarta. Skripsi Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan.

Sharan, S. 2012. The handbook of cooperative learning.Familia. Yogyakarta: vi + 600 hlm

Suryosubroto. 2009. Proses belajar mengajar di sekolah. Rineka Cipta, Jakarta : xiv + 313 hlm.

Syaodih, N. 2010.Metode penelitian pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung: ix+ 326 hlm.

Depdiknas.2007. Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Balitbang, Jakarta: 31 hlm.

Page 10: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

113Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI EKSPLISIT TERHADAP PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

I Gede Sudirgayasa1, I Made Sudiana2

12Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Saraswati Tabanan e-mail : [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Effect of Learning Based on Explicit Inquiry to understanding of the Nature of Science on Student in studying Biology

The purpose of this study was to analyze differences in understanding the nature of science among students who take an explicit inquiry-based learning with students who take an implicit inquiry-based learning. This study was a quasi-experimental study (Quasi-Experiment) with Posttest-Only Control Group Design. The population in this study were all tenth grade students of public high school 1 Marga in the second semester of academic year 2013/ 2014. Sampling was done by simple random sampling technique after the test of equality with t-test. The sample in this study was grade X.2 as the experimental group and X.4 grade students as a control group. The required data is data about students' understanding of the nature of science. Data was analyzed using descriptive statistical analysis and t-test analysis.

The results showed that there are differences in understanding the nature of science among students who take an explicit inquiry-based learning with students who take an implicit inquiry-based learning.

Keywords: Inquiry-Based Learning, Explicit, Implicit, Nature of Science

PENDAHULUAN Pemahaman mengenai hakikat sains

berkaitan dengan meluruskan miskonsepsi serta mitos-mitos pada aspek-aspek hakikat sains. Aspek tersebut yaitu: (1) sifat empirik pengetahuan ilmiah (observasi, inferensi, dan entitas teoritis dalam sains), (2) teori-teori dan hukum-hukum ilmiah, (3) sifat kreatif dan imajinatif pengetahuan ilmiah, (4) sarat teori pengetahuan ilmiah, (5) sosial dan bu-daya yang tertanam dari pengetahuan ilmiah, (6) mitos metode ilmiah, dan (7) sifat tentatif pengetahuan ilmiah.

Berkaitan dengan pembelajaran haki-kat sains yang efektif, Bell (2009) memapar-kan bahwa beberapa dekade penelitian ten-tang belajar dan pembelajaran hakikat sains menekankan pada beberapa pendekatan spesifik yang mampu membuat pembelajaran hakikat sains lebih efektif sebagai berikut. Pertama, jadikan lebih eksplisit. Penting untuk menyadari bahwa melakukan kegiatan fisik tidak sama dengan mengajar tentang

hakikat sains. Dengan siswa " do science " tidak sama dengan mengajar tentang hakikat sains, bahkan jika kegiatan ini melibatkan siswa dalam penyelidikan dan eksperimen tingkat tinggi. Beberapa peneliti telah mem-bahas masalah ini ( misalnya, Bell, Blair ,Crawford, dan Lederman, 2003; Khishfe, dan Abd-El-Khalick, 2002) dan semua mene-mukan bahwa pembelajaran eksplisit menja-di inti dalam pembelajaran hakikat sains yang efektif. Pembelajaran hakikat sains membutuhkan diskusi dan refleksi atas pengetahuan dan usaha ilmiah. Singkatnya, penelitian menunjukkan bahwa siswa akan belajar apa yang guru ingin mereka pelajari tentang hakikat sains hanya ketika mereka diajarkan tentang hal itu dengan cara yang eksplisit.

Kedua, hubungkan dengan konteks. Perlu diingat bahwa pembelajaran yang eks-plisit tidak identik dengan pembelajaran langsung. Siswa tidak mungkin untuk meng-embangkan

Page 11: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124114

pemahaman bermakna tentang hakikat sains hanya dengan membaca daftar konsep hakikat sains. Sebaliknya, siswa perlu mengalami kegiatan yang khusus dirancang untuk menyoroti aspek-aspek tertentu dari hakikat sains. Kegiatan penyelidikan, isu sosial - ilmiah, dan episode dari sejarah ilmu pengetahuan semua dapat digunakan secara efektif sebagai konteks untuk memperkenal-kan dan memperkuat konsep hakikat sains.

Ketiga, kaitkan pada keterampilan proses. Sementara tidak ada pendekatan tunggal yang tepat, peneliti telah mulai untuk menunjukkan bahwa menghubungkan ha-kikat sains dengan pembelajaran keterampil-an proses bisa menjadi lebih efektif. Keterampilan proses sains merupakan topik yang sudah akrab bagi sebagian besar guru. Pada usia dini, siswa diajarkan untuk mengamati, mengukur, menyimpulkan, mengklasifikasikan, dan memprediksi se-bagai bagian dari pembelajaran sains normal. Dengan menghubungkan instruksi tentang hakikat sains menjadi pelajaran yang melibatkan keterampilan proses, siswa dapat belajar tentang sains sebagai pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk melaku-kan sains. Dengan demikian, setiap pelajar-an keterampilan proses sains merupakan pelajaran yang potensial tentang hakikat sains.

Namun demikian, yang terjadi di lapangan secara umum pembelajaran ber-basis inkuiri yang implisit. Hal tersebut terlihat dari materi dalam buku ajar dan kegiatan-kegiatan dalam lembar kerja siswa (LKS) yang belum memfasilitasi sisiwa belajar hakikat sains secara eksplisit. Siswa diharapkan mampu memahami hakikat sains yang tersirat melalui kegiatan inkuiri yang mereka lakukan. Pertanyaan lanjutan sebagai arahan dalam buku sains maupun LKS jarang ada yang menyinggung langsung secara eksplisit berkaitan dengan aspek-aspek hakikat sains yang seharusnya menjadi esensi utama dari tujuan kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian dapat menga-burkan esensi utama basis inkuiri yang berkaitan dengan refleksi dari usaha para

ilmuwan dalam melakukan sains sehingga pemahaman siswa tentang hakikat sains menjadi rendah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai beri-kut. Apakah terdapat perbedaan pemahaman hakikat sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri ekslisit dengan siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri implisit?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi-Experiment), dengan rancangan Posttest-Only Control Group Design (Creswell, 2012). Setelah perlakuan, dilakukan post-test pada masing-masing kelompok dengan instrumen yang sama. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Marga yang beralamat di Jl. Wisnu Desa Kuwum Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan Bali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 yang terdistribusi ke dalam 4 kelas yaitu kelas X.1 sampai dengan kelas X.4.

Untuk meminimalisir ancaman validitas internal penelitian, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling setelah sebelumnya dilaku-kan uji kesetaraan kelas dalam populasi dengan uji-t. Data yang digunakan dalam uji-t pada penelitian ini adalah nilai ulangan harian siswa dalam populasi pada standar kompetensi memahami hakikat biologi sebagai ilmu. Hasil perhitungan uji kese-taraan menunjukkan seluruh kelas dalam populasi setara. Setelah diundi, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.2 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas X.4 sebagai kelompok kontrol. Siswa kelompok eksperimen dikenakan perlakukan pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit sedangkan siswa kelompok kontrol tetap dengan pembelajaran berbasis inkuiri im-plisit. Data yang dibutuhkan adalah data pemahaman hakikat sains siswa yang diukur dengan tes uraian. Tes terdiri dari 7 soal yang disusun berdasarkan indikator sesuai

Page 12: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

115Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

ketujuh aspek-aspek hakikat sains yang dijabarkan oleh Lederman (2006).

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis dengan uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. Hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman hakikat sains antara siswa yang mengikuti pem-belajaran berbasis inkuiri eksplisit dengan siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri implisit melawan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan pemahaman hakikat sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit dengan siswa yang mengikuti pem-

belajaran berbasis inkuiri implisit. Semua pengujian dilakukan menggunakan software IBM SPSS 20 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan daftar nilai setelah dilakukan post-test pada masing-masing kelompok, diperoleh deskripsi umum nilai pemahaman hakikat sains siswa seperti yang terlihat dalam Tabel 1.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai rata-rata pemahaman hakikat sains siswa kelompok eksperimen sebesar 78,1668 sedangkan nilai rata-rata pema-haman hakikat sains siswa kelompok kontrol sebesar 55,0369.

Tabel 1 Deskripsi Umum Nilai Post-Test Pemahaman Hakikat Sains Siswa

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error mean

Nilai Eksperimen 31 78,1668 6,27348 1,12675 Kontrol 32 55,0369 6,56554 1,16063

Keputusan hipotesis diambil berda-

sarkan data pada tabel Output Independent Samples Test. Ho ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) menunjukkan nilai lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Output Independent Samples Test tersaji pada Tabel 2.

Berdasarkan tersebut, dapat diinter-pretasikan bahwa hasil uji homogenitas data dengan uji Levene mendapatkan koefisien F sebesar 0,070 dengan signifikansi (sig.) sebesar 0,793 yang lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Artinya data dari kedua sampel homogen. Oleh karena itu uji-t dikerjakan dengan uji-t untuk sampel independen yang homogen (equal variances assumed). Selanjutnya hasil uji-t mendapatkan t hitung sebesar 14,288 dengan signifikansi (Sig.2-tailed) sebesar 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, terdapat perbedaan pemah-aman hakikat sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri

eksplisit dengan siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri implisit.

Dilihat dari nilai rata-rata pemaham-an hakikat sains siswa kelompok eksperimen sebesar 78,1668 sedangkan nilai rata-rata pemahaman hakikat sains siswa kelompok kontrol sebesar 55,0369. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemahaman hakikat sains siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit lebih unggul dari kelompok siswa yang mengikuti pembelajar-an berbasis inkuiri implisit.

Pemahaman mengenai hakikat sains berkaitan dengan meluruskan miskonsepsi serta mitos-mitos pada aspek-aspek hakikat sains. Aspek tersebut yaitu: (1) sifat empirik pengetahuan ilmiah (observasi, inferensi, dan entitas teoritis dalam sains), (2) teori-teori dan hukum-hukum ilmiah, (3) sifat kreatif dan imajinatif pengetahuan ilmiah, (4) sifat sarat teori pengetahuan ilmiah, (5) pengaruh sosial dan budaya setempat dari pengetahuan ilmiah, (6) mitos metode ilmiah, dan (7) sifat tentatif pengetahuan ilmiah.

Page 13: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124116

Hasil-hasil penelitian yang relevan (misalnya, Bell, Blair, Crawford, dan Lederman, 2003; Khishfe, dan Abd-El-Khalick, 2002) secara umum menyatakan bahwa pemahaman siswa tentang hakikat sains akan terwujud jika pendekatan pembelajaran yang dilakukan melibatkan siswa belajar melalui hand on and mind on activities secara eksplisit dan reflektif. Pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit memungkinkan siswa belajar sains dengan lebih eksplisit, reflektif, memberikan ke-sempatan untuk mengaplikasikan pengetahu-an yang mereka dapatkan di dalam kelas dalam kehidupan nyata, mengembangkan pemikiran kritis, kreatif, skeptis, berpikir sistematis layaknya seorang ilmuwan dalam memandang kompleksitas masalah kehidup-an sehingga lebih paham mengenai hakikat sains yang sesungguhnya.

Selain lebih eksplisit, pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit menghubungkan pembelajaran dengan konteks. Misalnya memfasilitasi dalam kegiatan penyelidikan untuk menyoroti isu sosial – ilmiah dan episode dari sejarah ilmu pengetahuan. Dengan demikian lebih efektif dalam memperkenalkan dan memperkuat konsep hakikat sains.

Dengan menghubungkan instruksi tentang hakikat sains menjadi pelajaran yang melibatkan keterampilan proses, siswa dapat belajar tentang sains sebagai pengetahuan

keterampilan yang diperlukan untuk melaku-kan sains. Dengan demikian, setiap pelajaran keterampilan proses sains adalah pelajaran yang potensial tentang hakikat sains.

Pembelajaan berbasis inkuiri implisit secara umum memfasilitasi siswa dalam kegiatan " do science ". Namun demikian, seperti yang diungkapkan oleh Bell (2009) yang menyatakan bahwa sangat penting untuk menyadari bahwa melakukan kegiatan fisik tidak sama dengan mengajar tentang hakikat sains. Dengan siswa " do science " tidak sama dengan mengajar tentang hakikat sains, bahkan jika kegiatan ini melibatkan siswa dalam penyelidikan dan eksperimen tingkat tinggi. Apabila aspek-aspek hakikat sains tidak secara eksplisit dimasukkan dalam kegiatan tersebut dan tidak dilanjutkan dengan diskusi yang reflektif tentang usaha para ilmuwan dalam menemukan sains, siswa tidak akan mampu memahami apa sejatinya makna yang tersirat dari kegiatan sains yang mereka lakukan. Konsep dan prinsip yang berkaitan dengan hipotesis, metode ilmiah, kesimpulan, observasi, inferensi dan aspek lain yang berkaitan dengan hakikat sains tidak akan mampu dirangkum oleh siswa menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga hal tersebut dapat memicu miskonsepsi siswa tentang hakikat sains yang mereka pelajari dan lakukan. Pada akhirnya pemahaman siswa tentang hakikat sains menjadi rendah

Tabel 2 Output Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Nilai

Equal variances assumed 0,070 0,793 14,288 61 0,000

Equal variances not assumed 14,299 60,989 0,000

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, dapat disimpulankan bahwa terdapat perbedaan pemahaman hakikat sains

antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri ekslisit dengan siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri implisit dimana pemahaman hakikat sains

Page 14: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

117Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri eksplisit lebih unggul dari siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri implisit.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian, guru sains khususnya guru biologi dan para pengambil kebijakan, dalam penyusunan bahan ajar dan perangkat pembelajaran hendaknya secara eksplisit mencantumkan aspek-aspek hakikat sains dalam tujuan pembelajaran dan pertanyaan-pertanyaan arahan dalam LKS sebagai bahan diskusi yang merefleksikan usaha ilmuwan dalam melakukan dan menemukan sains. Dengan demikian, siswa memahami makna dari serangkaian kegiatan sains yang mereka lakukan dan sekaligus meningkatkan pema-haman mereka tentang karakeristik sains itu sebenarnya menuju generasi emas Indonesia yang melek sains.

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada

keluarga tercinta atas dukungan serta doanya selama ini. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Dewan Redaksi yang telah mereview isi artikel ini sehingga men-jadi layak untuk diterbitkan.

DAFTAR RUJUKAN Bell, R.L., Blair, L., Crawford, B. &

Lederman, N.G. (2003). Just do it? The Impact of A Science Appren-ticeship Program on High School Students’ Understandings of The Nature of Science and Scientific Inquiry. Journal of Research in Science Teaching, 40, 487-509.

Creswell, J. W. (2012). Educational Resea-rch: Planning, Conducting, And Eva-luating Quantitative And Qualitative Research. Boston: Pearson Educ-ation.

Khishfe, R., & Abd-El-Khalick, F. (2002). Influence of Explicit and Reflective Versus Implicit Inquiry-Oriented Instruction on Sixth Graders’ Views of Nature of Science. Journal of Research in Science Teaching, 39(7), 551–578.

Lederman, N.G. (2006). Research on Nature of Science: Reflections on the Past, Anticipations of the Future. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 7(1), 1-11.

Page 15: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124118

PENGARUH PENGGUNAAN LARUTAN BIO CAS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN PADA FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativaL.) SEBAGAI PAKAN

TERNAK

I Wayan Suanda,(1)Ni Made Ninik Hendrawati(2) Jurusan/PS. Pend. Biologi FPMIPA KIP PGRI Bali

Email: [email protected]

ABSTRACT Effect of the Use of Bio Solutions CAS on Protein Content in Fermentation Straw Rice (Oryza sativa L.) as Animal Feed

This study aims to determine the effect of Bio CAS against the protein content of rice straw as cattle feed. Data to be collected in the form of protein and physical observations of rice straw in the form of observation of texture, color fanbsu after fermentation, the analyzed using analysis variand at a significance level of 5% and 1%. To get the real difference between treatment with BNT and continued with Duncant test.

The results of protein content analysis in the fermentation results obtained 20.61 and on the significance level of 5% was 3.11 and 1% significance degree of 5.06. The highest protein content was in P3 treatment that has concentration of 2%. Keyword: Bio CAS Liquid, Protein, Fermentation, Animal Feed

PENDAHULUAN Ketersediaan bahan baku berupa pakan lokal berbasis pertanian dan agroindustri sangat melimpah di Indonesia, namun sebagai pakan ternak belum termanfaatkan secara baik dan optimal.Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor: 1) belum adanya data dan informasi yang akurat mengenai jumlah dan ketersediaan bahan baku pakan untuk ternak, 2) hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan aspek nutrisi maupun teknologi pengolahan-nya masih berkapasitas pada skala penelitian atau skala lapangan yang terbatas, 3) belum adanya produksi bahan baku pakan yang menghasilkan komposisi nutrisi dan prosedur pengolahannya yang berbasis bioteknologi, sehingga memiliki mutu yang standar, baik fisik maupun kimia, terutama di lokasi yang menjadi sumber bahan baku pangan (Sukria dan Rantan, 2009).Berkaitan dengan hal tersebut dibutuhkan data dan informasi yang lebih akurat mengenai potensi dan ketersedia-an bahan baku pakan lokal yang dilengkapi dengan informasi nutrisi dan teknik-teknik

pengolahan bahan baku, sehinga bisa diman-faatkan oleh industri secara efisien, baik sebagai sumber serat, sumber energi, maupun sumber protein. Pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat berupa hasil tanaman dan limbah pertanian, seperti jerami padi, jerami sorghum, jerami jagung, jerami kedelai, daun ubi jalar, daun ubi kayu, dan pucuk tebu. Pakan penguat yang bisa digunakan antara lain jagung, dedak halus, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan lain-lain (Wahju, 1997). Sedangkan ternak non-ruminansia memerlu-kan bahan pakan baik dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan (Sukria dan Rantan, 2009). Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia telah umum dilakukan di daerah tropik dan subtropik, terutama pada musim kemarau. Jerami padi menjadi sumber pakan alternatif yang efektif bila digunakan saat kekurangan pakan yang biasanya terjadi pada musim kemarau.Pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak di Indonesia berkisar antara 31%-39% dan sebagian besar dibakar

Page 16: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

119Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk (36%-62%) serta sisanya antara 7-16% digunakan untuk keperluan industri (Komar, 1984). Jerami padi mengandung 80% bahan organik yang secara potensial dapat dicerna. Oleh karena itu, jerami padi merupakan sumber energi yang besar untuk ternak ruminansia, tetapi kenyataan yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia hanya 45-50% (Hidayat, 2002). Faktor penghambat penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia adalah rendahnya kandungan nutrisi dan nilai cerna. Pakan ternak yang berasal dari jerami padi memiliki faktor pembatas karena rendahnya kadar protein. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan (Nitis, 1979 dalam Sukria dan Rantan, 2009), bahwa jerami padi memiliki keterbatasan karena memiliki kadar protein dan nilai kecernaannya sangat rendah. Kerbau yang diberi jerami sebagai pakan pokok mengakibatkan bobot badannya menurun disebabkan oleh kadar serat kasar dan silika yang terlalu tinggi, kadar protein dan nilai cernanya sangat rendah. Jerami padi merupakan jaringan tanaman yang sudah tua dan lebih mengalami proses lignifikasi, sehingga terjadi ikatan lignaselulosa yang sulit dicerna (Djayanegara, 1983 dalam Manurung dan Zulbardi, 1996).Untuk meningkatkan kandungan protein jerami padi sebagai pakan ruminansia, diperlukan teknologi fermentasi. Teknologi fermentasi dapat mempercempat keadaan hampa udara dan suasana asam di tempat penyimpanan jerami padi (Anonim, 2011). Suasana asam dapat dilakukan dengan memberiBio CAS. Bio CAS merupakan bahan probiotik yang mengandung beberapa jenis mikroba yang mampu menguraikan serat kasar jerami padi. Probiotik Bio CAS disamping bisa dimanfaatkan untuk mengolah jerami padi, juga dapat mempercepat pertumbuhan ternak. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul Pengruh Larutan Bio CAS terhadap Kandungan Protein

pada Fermentasi Jerami Padi (Oryza sativaL.) sebagai Pakan Ternak. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah yang dikaji yaitu apakah ada pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi (Oryza sativa L.) sebagai pakan ternak? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan larut-an Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi (Oryza sativa L.) sebagai pakan ternak. Berdasarkan permas-alahan dan tujuan yang telah dikemukakan tersebut dan berdasakan kajian teoretik yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan dugaan atau hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi (Oryza sativa L.) sebagai pakan ternak.

Penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu (a) secara teoritis, penelitian ini dapat mengungkapkan pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi sebagai pakan ternak. (b) Dapat memberikan sumbangan berupa teori yang berkaitan dengan proses fermentasi pada jerami padi. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah (a) bagi peserta didik, dapat mengem-bangkan rasa ingin tahu dan merangsang berpikir kreaktif serta bersikap ilmiah. (b) Bagi guru, khususnya guru bidang studi biologi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian dengan melibatkan mikroorganisme. (c) Bagi mas-yarakat khususnya petani dan peternak sapi dapat menjadikan alternatif cara pengolahan limbah hasil pertanian yang dapat diman-faatkan sebagai pakan ternak hewan ruminansia. (d) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan rasa ingin tahu dengan berpikir kreatif untuk mengembangkan sikap ilmiah, yang nantinya dapat digunakan oleh peneliti

Page 17: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124120

lain sebagai bahan perbandingan dalam bidang penelitian yang sejenis.

METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen terapan. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis di masyarakat (Gray, dalam Sudijono, 2009). Jadi hasil penelitian ini akan diterapkan di masyarakat untuk membantu masalah-masalah praktis terutama yang ada hubungannya dengan jerami padi yang ditemui di masyarakat. Prosedur Penelitian Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat yang diperlukan dalam eksperimen, yaitu: kantong plastik besar (polybag), timbangan (neraca), ember kecil (diameter 12 cm), alat pengaduk (spatula), sendok makan, dan sprayer (alat semprot) kecil.Bahan yang diperlukan, seperti: air (aquades), urea, jerami padi, probiotik Bio CAS, dan molasis (tetes gula tebu)/gula merah. Pembuatan Larutan Bio CAS Pembuatan larutan Bio CAS tergantung pada banyaknya bahan (jerami padi) yang akan diolah. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan Bio CAS ditambah perlakuan kontrol(tanpa Bio CAS) yang diulang masing-masing sebanyak 3 kali. Setiap perlakuan berisi 1 kg jerami padi, sehingga dibutuhkan 18 kg jerami padi, sedangkan larutan Bio CAS diperoleh dari BPTP Bali. 1. Pembuatan konsentrasi larutan probiotik

Bio CAS 1% dengan volume 100 ml yaitu: 1 ml Bio CAS + 5 g gula merah + 0,5 g urea + air sehingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 30 menit.

2. Pembuatan konsentrasi larutan probiotik Bio CAS 1,5% dengan volume 100 ml yaitu: 1,5 ml Bio CAS + 5 g gula merah + 0,5 gram urea + air sehingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 30 menit.

3. Pembuatan konsentrasi larutan probiotik Bio CAS 2% dengan volume 100 ml yaitu: 2 ml Bio CAS + 5 g gula merah + 0,5 g urea + air sehingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 30 menit.

4. Pembuatan konsentrasi larutan probiotik Bio CAS 2,5% dengan volume 100 ml yaitu: 2,5 ml Bio CAS + 5 g gula merah + 0,5 g urea + air sehingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 30 menit.

5. Pembuatan konsentrasi larutan probiotik Bio CAS 3% dengan volume 100 ml yaitu: 3 ml Bio CAS + 5 g gula merah + 0,5 g urea + air sehingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 30 menit.

6. Untuk perlakuan kontrol hanya disemprotkan dengan 100 ml air

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali, JL Akasia Denpasar selama 14 hari, dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut: 1. Jerami yang dikering anginkan selama 1

minggu ditimbang sebanyak 1 kg setiap perlakuan, kemudian diperlakukan dengan menyemprotkan larutan Bio CAS sebanyak 100 ml untuk setiap perlakuan.

2. Jerami yang sudah di semprotkan larutan Bio CAS dimasukan kedalam kantong plastik.

3. Jerami yang sudah disemprotkan larutan Bio CAS dalam kantong plastik diikat dan pastikan tidak ada celah udara yang dapat menghambat proses fermentasi.

4. Dari percobaan pendahuluan ternyata setiap 1 kg jerami pada perlakuan memerlukan larutan dengan volume 100 ml.

Page 18: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

121Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancang-an Acak Lengkap (RAL) dapat berupa kotak-kotak antara unit percobaan ini dibatasi dengan ruang pengamatan sehingga tidak akan terjadi interaksi antara sesama unit. Dengan demikian letak dan posisi masing-masing unit tidak akan mempengaruhi hasil-hasil perco-baan. Atas dasar kondisi lingkungan yang homogen ini maka setiap unit percobaan secara keseluruhannya merupakan suatu ran-domisasi yang berarti setiap perlakuan pada setiap ulangan mempunyai peluang yang sama besar menempati kotak-kotak percobaan sehingga randomisasi menurut RAL dilakukan secara lengkap (Tenaya, dkk.,1986). Adapun denah percobaan adalah sebagai berikut.

Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang kandungan protein melalui proses fermentasi pada jerami padi pada masing-masing perlakuan diolah dengan menggunakan analisa varian (ANAVA) deng-an uji F, jika uji Anava menunjukan adanya perbedaan atau signifikan maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% dan 1%. Untuk mengetahui hubungan antar perlakuan dan untuk mengetahui konsentrasi larutan Bio CAS yang paling optimal terhadap kandungan protein hasil fermentasi, maka dilanjutkan dengan uji Duncant yang dibantu dengan menggunakan program SPSS For windows Realese 10.0 2003.

Ulangan Kelompok Perlakuan

I P0a P3c P4a P2b P1c P5a II P5c P0b P2c P1b P4c P3a III P3b P1a P4b P2a P0c P5b

Gambar 01 Denah Percobaan

Keterangan: P0 = Kontrol/konsentrasi 0% P1 = Bio CAS dengan konsentrasi 1% P2 = Bio CAS dengan konsentrasi 1,5% P3 = Bio CAS dengan konsentrasi 2% P4 = Bio CAS dengan konsentrasi 2,5% P5 = Bio CAS dengan konsentrasi 3% (Sumber: Tenaya, dkk., 1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Untuk mengukur kandungan protein menggunakan alat destruksi, alat destilasi, dan alat titrasi dan untuk pengamatan fisik pada jerami hasil fermentasi melalui responden atau audien. Data yang diperoleh dari hasil fermen-tasi jerami padi tentang tekstur, warna, dan bau adalah sebagai berikut.

a. Tekstur Data yang diperoleh tentang tekstur jerami padi yang difermentasi dengan larutan Bio CAS dapat dikatagorikan: a. Lemas (tidak kaku), b. Lemas sedikit berjamur, c. Lemas sangat berjamur. Hasil yang diperoleh me-nunjukan responden yang berpendapat paling banyak terhadap tekstur a. Lemas (tidak kaku) adalah 10 orang. Hal ini menunjukan 100% pada P3 termasuk juga pada kandungan proteinnya lebih tinggi yaitu: 6,0571%, sehingga responden menyatakan bahwa hasil

Page 19: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124122

fermentasi menunjukan tekstur lemas (tidak kaku) yang paling baik pada hasil fermentasi adalah perlakuan P3. b. Warna Data yang diperoleh tentang warna jerami padi yang difermentasi dengan larutan Bio CAS dapat dikatagorikan: a. Kuning agak kecoklatan, b. Kuning kecoklatan, c. Kuning agak kehitaman. Hasil yang diperoleh menun-jukan responden yang berpendapat paling banyak terhadap warna a. Kuning agak ke-coklatan adalah 10 orang. Hal ini menunjukan 100% pada P3, termasuk juga pada kandungan proteinnya lebih tinggi yaitu: 6,0571%, sehingga responden menyatakan bahwa hasil fermentasi menunjukan warna kuning agak kecoklatan yang paling baik pada hasil fer-mentasi adalah perlakuan P3. c. Bau Data yang diperoleh tentang bau jerami padi yang difermentasi dengan larutan Bio CAS dapat dikatagorikan: a. Agak harum, b. Sedikit pengir, c. Sangat pengir. Hasil yang diperoleh menunjukan responden yang ber-

pendapat paling banyak terhadap bau a. Agak harum adalah 10 orang. Hal ini menunjukan 100% pada P3, termasuk juga kandungan proteinnya lebih tinggi yaitu: 6,0571%, sehi-ngga responden menyatakan bahwa hasil fer-mentasi menunjukan warna kuning agak keco-klatan yang paling baik pada hasil fermentasi adalah perlakuan P3.Hasil perhitungan kan-dungan protein pada fermentasi jerami padi dimasukan ke dalam tabel sidik ragam yang disajikan pada Tabel 01. Berdasarkan taraf signifikan 5% dan 1% dengan db perlakuan = 5, db acak = 12 diperoleh harga batas penolakan hipotesis nol (H0) dalam Tabel 10 untuk taraf signifikan 5% = 3,11 dan taraf segnifikan 1% = 5,06. ini berarti F hitung = 20,61 ≥ F tabel. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1 diterima. Ini menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi sebagai pakan ternak.Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan digunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Uji ini dilakuakan baik pada taraf signifikan 5% dan 1% seperti pada Tabel 01.

Tabel 1. Sidik Ragam kandungan Protein pada Fermentasi Jerami Padi

SK DB JK KT F hitung F Tabel 5% 1%

Perlakuan

Acak

5

12

7,2271

0,8479

1,4550

0,0706

20,61 3,11 5,06

Total 17 8,075 1,5256 Berdasarkan analisis data pada Tabel 01 ternyata diperoleh nilai Fhitung kandungan protein pada fermentrasi jerami padi sebagai pakan ternak adalah 20,61, sedangkan nilai batas penolakan hopotesis nol (H0) pada taraf segnifikan 5% sebesar 3,11 dan 1% sebesar 5,06 dengan db perlakuan = 5 db acak = 12 dan ternyata Fhitung dari penelitian di atas lebih besar dari nilai batas penolakan. Ini berarti hipotesis nol (H0) yang menyatakan: “bahwa tidak ada pengaruh penggunaan larutan Bio

CAS terhadap kandungan protei pada fermentasi jerami padi (Oryza sativa L.) sebagai pakan ternak” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan: “bahwa ada pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protei pada fermentasi jerami padi (Oryza sativaL.) sebagai pakan ternak” diterima. Untuk menentukan hubungan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Lanjut (Uji Duncant) pada taraf signifikan 5%. Hasil

Page 20: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

123Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

penghitungan dengan Uji Duncant diperoleh hasil bahwa perlakuan P0 tidak berbeda nyata berarti senyawa aktif belum efektif dalam perombakan senyawa dalam jerami padi (P > 0,05). Perlakuan P0, dengan P1, P2, P3, P4,

dan P5 berbeda nyata (P<0,05) namun antar perlakuan P1, P2, P4, dan P5 tidak berbeda nyata dan antar P1, P2, P4, dan P5 dengan perlakuan P3 berbeda nyata, dapat dilihat pada Tabel 02.

Tabel 2. Rata-Rata Kandungan Protein pada Fermentasi Jerami Padi

Kelompok Rata-rata dan standar deviasi kandungan protein pada fermentasi jerami padi

P0 4,00 + 0,17 A

P1 5,46 + 0,24 B

P2 5,61 + 0,30 B

P3 6,06 + 0,35 C

P4 5,46 + 0,27 B

P5 5,36 + 0,22 B

Keterangan: Huruf yang sama di bawah nilai rata-rata dan menunjukkan perbedaan tidak nyata pada taraf signifikan 5% dengan uji Duncant.

Gambar 2. Grafik Kandungan Protein pada Fermentasi Jerami Padi

Keterangan: P0 = tanpa perlakuan 0% (0 ml) P1 = perlakuan dengan konsentrasi 1% (1 ml) P2 = perlakuan dengan konsentrasi 1,5% (1,5 ml) P3 = perlakuan dengan konsentrasi 2% (2 ml)

Konsentrasi %

5,4601 5,61416,0571

5,4648 5,3619

4,0020

0

1

2

3

4

5

6

7

0% 1% 1,5% 2% 2,5% 3%

protein %

Page 21: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124124

P4 = perlakuan dengan konsentrasi 2,5% (2,5 ml) P5 = perlakuan dengan konsentrasi 3% (3 ml) Pembahasan Berdasarkan Gambar 04 di atas bahwa pengaruh penggunaan larutan Bio CAS sangat nyata terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi (O. sativa. L) sebagai pakan ternak. Pengaruh penggunaan larutan Bio CAS terhadap kandungan protein pada fermentasi jerami padi sebagai pakan ternak diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan konsentrasi 2 % (P3) dengan nilai 6,0571 bila dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 0 % (P0) = 4,0020; 1 % (P1) = 5,4601; 1,5 % (P2) = 5,6141; 2,5 % (P4) = 5,4648 dan 3 % (P5) = 5,3619. Dari hasil tersebut menandakan kandungan Bio CAS pada perlakuan (P3) yang optimal untuk memecah senyawa yang terkandung dalam jerami padi dengan fermentasi selama 14 hari dapat dilihat pada Tabel 01. Pemanfaatan Bio CAS yang merupa-kan campuran berbagai spesies mikroorganis-me, terutama mikroorganisme yang mampu memecah komponen serat (cellulolytic micro-organise) melalui pakan dapat meningkatkan produktivitas ternak. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kecepatan cerna serat pada awal proses pencernaan sehingga mempengaruhi ketersediaan energi Adenosine Triphospate (ATP) yang diperlukan dalam proliferasi mikroba rumen (Haryanto dkk, 1998). Nilai kecernaan semu pada umumnya tidak mengalami perubahan yang berarti terutama setelah waktu inkubasi selama 48 jam. Manipulasi rumen dapat diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan melalui maksimalisasi kecernaan nutrien maupun sintesis protein mikroba rumen. Manipulasi ini dapat digunakan melalui penggunaan antibiotic maupun penggunaan probiotik. Serangkaian penelitian pemafaatan probiotik dalam pakan telah dilakukan di BALI TERNAK dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif ter-

hadap peningkatan kecernaan komponen serat pakan maupun terhadap produktivitas ternak (Haryanto dkk, 1998).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data dengan uji F dan BNT maka dapat dibuat suatu simpulan bahwa ada pengaruh penggunaan larutan Bio Cas terhadap kandungan protein pada fermen-tasi jerami padi (O. Sativa L.) sebagai pakan ternak. Penggunaan Bio CAS paling optimal terjadi pada konsentrasi 2% (P3) yaitu sebanyak 6,0571%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang sudah dipaparkan di atas maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu: 1. Bagi para pendidik khususnya guru biologi

diharapkan dapat menggali informasi lewat penelitian ini sehingga dapat menambah pemahaman tentang mikroor-ganisme dan peranannya serta kandungan protein pada jerami padi, sehingga dapat menularkan kepadapeserta didik untuk mengembangkan sikap ilmiah melalui kegiatan penelitian.

2. Bagi para peternak sapi dan karbau dalam usaha meningkatkan kualitas pakan ternak pada musim kemarau dimana hijauan segar sulit diperoleh hendaknya memanfaatkan jerami padi yang diberi Bio CAS.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2011. Tanaman Padi. Avaible at; http//www.google.wikipedia.org/wiki/padi. Opened: 14 Januari 2011.18.00

AOAC 1990. Assosiation of Official Analytical Chemists, Offical Methods Of Analysis. Fifteenth edition.

Haryanto, B; A. Thalib dan Isbandi. 1998. Pemanfaatan Probiotik Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Pros. Seminar

Page 22: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

125Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor:Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Peternakan.

Hastutik, S. 1983. Limbah Pertania sebagai Pakan Ternak Ruminansia dan Cara Memperbaiki Nutrisi. NUFFIC. Malang: Universitas Brawijaya.

Lily, Amelia, 1989. Uji dan Standar Mutu Bahan Makanan Ternak. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sukria, H. Heri dan Rantan Krisna. 2009.

Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan diIndonesia. Bogor: IPB Press Kmapus IPB Darmaga.

Tenaya Narka, I M; I D. Raka, dan I D.G. Agung. 1986. Perancangan Percobaan I. Denpasar: PN LSPP Universitas Udayana.

Page 23: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124126

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGONTROL BAKAT NUMERIK

I Wayan Eka Mahendra dan Dea Ayu Fitria

Jurusan/Prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA, IKIP PGRI Bali e-mail: [email protected] e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Effect Application of Gerlach and Ely Learning Model to Learning Outcomes with Talent Numerical Control The purpose of this research is to know the difference of student’s mathematics learning outcomes who followed the Gerlach and Ely learning model with the students who followed by conventional model at SMP Negeri 2 Sukawati. This research include to quasi eksperiment with the design named non-equivalent post test only control group design. The population were all students in grade eight of SMP Negeri 2 Sukawati. There are 10 class. Class of VIII C was chosen be a control group and VIII A chosed as a eksperiment group after using random sampling technique. The kind of this data is kuantitatif. There were 2 data in this research included to kuantitatif, they are numerical aptitude and mathematics learning outcomes. The instruments that used were about numerical aptitude test and mathematics learning outcomes test. Data analyzed by t-test and Anakova. According to analysis data obtainable thitung = 2,75 with the significance level 5% and dk = 74 and ttabel = 1,993. This result showed that thitung > ttabel or 2,75 > 1,993. So it can concluded that there was influenze of Gerlach and Ely learning model on student’s mathematic learning outcomes at SMP Negeri 2 Sukawati. Next, using analysis data of Anacova obtainable Fhitung = 24,20 with the significance level 5%, numerator’s degree of freedom is 1 and denominator’s degree of freedom is 73. So the value of Ftabel is 3,97, then it can be concluded that there was a difference of mathematic’s learning outcomes between the student followed by Gerlach and Ely learning model with the students who followed by the conventional model after helding a control of numerical aptitude to students in grade eight of SMP Negeri 2 Sukawati. Keyword: Gerlach and Ely Learning Model, Numerical Aptitude

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri lagi dan semua warga negara berhak mendapat-kannya. Pendidikan menjadi sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hasbullah, 2011). Tanpa pen-didikan akan sulit diperoleh hasil dari kuali-tas sumber daya manusia yang maksimal. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan nasional, salah satunya adalah guru. Guru adalah kom-ponen yang sangat menentukan dalam imple-mentasi suatu strategi pembelajaran (Sanjaya

dalam Rusman, 2013). Sehingga dalam me-laksanakan tugas-tugasnya, guru professional haruslah memiliki beberapa kompetensi (Tilaar, 2002). Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru sesuai dengan permen-diknas No. 16 tahun 2007 meliputi: (1) kompetensi pedagogik; (2) kepribadian; (3) sosial dan (4) professional. Selanjutnya dijelaskan beberapa kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru berdasarkan per-mendiknas No. 16 tahun 2007 antara lain: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosi-onal, dan intelektual; (2) Menguasai teori

Page 24: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

127Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang di-empu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Selain hal tersebut guru sebagai faktor eksternal dalam mencapai keberhasilan peserta didik dalam belajar, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung pada siswa. Salah satu faktor itu adalah bakat. Suatu hal yang telah dianggap self-evident adalah bahwa peserta didik akan lebih berhasil belajar kalau peserta didik belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakat masing-masing. Salah satu contoh bakat yang erat hubungannya dengan pembelajaran mate-matika adalah bakat numerik. Bakat numerik merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka-angka dan penalaran (logika). Kecer-dasan ini meliputi di bidang sains, mengk-lasifikasikan dan mengategorikan informasi, berpikir dengan konsep abstrak untuk menemukan hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, dan memecahkan ma-salah secara logis (memanipulasi matema-tika).

Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan yang kompleks, sehingga pembelajaran tersebut tidak dapat diseder-hanakan menjadi suatu resep untuk mem-bantu peserta didik belajar. Menurut Sumarmo (2011), paling sedikit terdapat dua hal yang menjadi alasan bahwa pembelajaran tidak dapat dirumuskan dalam bentuk resep. Pertama, pembelajaran melibatkan pengetah-uan tentang topik matematika yang akan diajarkan, perbedaan peserta didik, cara peserta didik belajar, lingkungan kelas, lembaga pendidikan dan masyarakat. Selain hal umum seperti di atas, guru juga harus mempertimbangkan hal-hal khusus misalnya karakteristik topik yang akan diajarkan dan pedagogi mengajarkannya. Kedua, sebagai implikasi bahwa pembelajaran melibatkan berbagai domain, maka guru juga harus menetapkan cara mengajukan dan merespon pertanyaan, cara menyajikan ide matematika secara tepat, berapa lama diskusi perlu

dilaksanakan, jenis dan kedalaman tugas matematika, dan keseimbangan antara tujuan dan pertimbangan.

Suatu realita sehari-hari bahwa masih ditemukannya berbagai masalah dalam usaha guru mambantu peserta didik belajar. Davis dalam Roestiyah (1994) mengungkapkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar masih ditemukannya guru yang kurang menguasai beberapa sistem penyajian yang menarik dan efektif, kurang trampil dalam menggunakan metode, kurang bervariasi dalam menggunakan metode, cara menyaji-kan kurang membangkitkan motivasi dan sangat terikat pada satu metode saja. Di sisi lain, berdasarkan hasil penelitian tehadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradi-sional (Suanda, 2009). Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered (berpusat pada guru). Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini peserta didik tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Menurut Ruseffendi (2011), beberapa masalah yang sering muncul dalam pendidikan matematika sekolah menengah pertama adalah: (1) perubahan materi mate-matika tradisional ke matematika modern; (2) guru yang kurang professional; (3) suasana belajar kurang kondusif; (4) peserta didik kurang dibina; (5) materi matematika di kurikulum tidak cocok bagi siswa; dan (6) suasana masyarakat luas.

Permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan dari hasil penelitian juga ternyata masih sering ditemukan di beberapa sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 2 Sukawati ternyata sampai saat ini dalam kegiatan belajar mengajar di kelas masih diterapkannya metode ceramah yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan peserta didik menerima sejumlah pengetahu-

Page 25: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124128

an berdasarkan pada materi yang diberikan. Selanjutnya guru memberikan soal sebagai bahan latihan dan penyelesaiannya dibahas secara bersama-sama. Guru yang menerap-kan pembelajaran konvensional atau metode ceramah secara terus-menerus akan membuat peserta didik menjadi pasif. Akibat selanjut-nya peserta didik menerima begitu saja ke-benaran yang didengarnya tanpa daya kritik dan tanpa keinginan untuk meneliti lebih lanjut. Hal tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil belajar peserta didik yang rendah sehingga berujung pada tidak ter-capainya tujuan pendidikan nasional.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely. Gerlach (Vermon S. Gerlach) dan Ely (Donald P. Ely) mendesain sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala kalangan termasuk untuk pendidikan tinggi, karena didalamnya terdapat penentu-an strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang akan disampaikan yakni inquiry. Di samping itu model Gerlach dan Ely menetapkan pemakaian produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilak-sanakan, dalam model pembelajaran Gerlach dan Ely mengaharuskan diadakannya pretest ( tes awal). Pretest merupakan tahapan yang penting karena guru belum mengenal karakteristik peserta didik. Adapun kom-ponen-komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely yaitu: (1) spesifikasi isi pokok bahasan; (2) spesifikasi tujuan pembe-lajaran; (3) pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa; (4) penentuan cara pendekatan, metode, dan teknik mengajar; (5) pengelompokan siswa; (6) penyediaan waktu; (7) pengaturan ruangan; (8) pemilihan media/sumber belajar; (9) evaluasi; dan (10) analisis umpan balik.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pola eksperimen semu

(quasi eksperiment). Dalam penelitian ekperimen ini penulis menggunakan dua kelompok sampel yaitu kelompok perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok kontrol yang disebut kelompok pembanding. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap hasil belajar matematika dengan mengontrol bakat numerik pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukawati.Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu non-equivalent post test only control group design yang hanya mempertimbangkan skor posttest dalam analisis data, atau hanya membandingkan data posttest. Populasi penelitian ini terdiri dari 10 kelas dan dengan menggunakan simple probability random sampling bertahap diperoleh kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilaksanakan mulai 21 Januari 2015 sampai 14 Februari 2015 dengan mengadakan 8 kali pertemuan, dimana 6 kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar dan 2 kali pertemuan digunakan untuk tes. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa tes bakat numerik dan tes hasil belajar matematika. Masing-masing tes diuji validitas dan reliabilitasnya dengan meng-gunakan rumus berikut yaitu, uji validitas tes bakat numerik menggunakan rumus korelasi poin biserial (rpbis) mengacu kepada (Arikunto, 2002). Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa tes tersebut telah valid. Sedangkan uji reliabilitas tes, menggunakan rumus KR-20, diketahui berdasarkan ahali uji bahwa tes bakat numerik telah reliabel. Uji validitas tes hasil belajar matematika meng-gunakan rumus korelasi product moment, Uji reliabilitas tes hasil belajar matematika menggunakan rumus Alpha Cronbach

Data yang dikumpulkan diolah dengan statistic inferensial sedangkan hipotesis diuji dengan menggunakan uji-t dan ANAKOVA. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji linieritas regresi. Hipotesis pertama diuji dengan uji-t

Page 26: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

129Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

yang didasarkan pada perbedaan rata-rata kedua kelompok. Untuk hipotesis yang kedua, uji statistik yang digunakan adalah uji F yang didasarkan pada analisis kovarian ( Anakova) satu jalur dengan kovariabel beruapa bakat numerik, (mengacu kepada Winarsunu, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang bakat numerik dan data tentang hasil belajar matematika. Hasil perhitungan mean, modus, median, standar deviasi, varians, nilai mi-nimum, nilai maksimum dan rentangan disajikan dalam tabel 1

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Bakat Numerik Peserta Didik dan Nilai Tes

Hasil Belajar Matematika.

Data Statistik

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Bakat Numerik

Hasil Belajar Bakat

Numerik

Hasil Belajar

(1) (2) (3) (4) (5) Mean 70,50 73,08 74,37 61,45 Modus 67,98 77,00 69,48 61,50 Median 69,24 74,62 70,80 61,14 Standar Deviasi 8,42 10,47 9,62 10,22 Varians 70,90 109,62 92,54 104,45 Nilai Minimum 50,00 50,00 50,00 43,00 Nilai Maksimum 90,00 100,00 85,00 88,00 Rentangan 40,00 50,00 35,00 45,00 a. Distribusi Data Bakat Numerik Kelompok Eksperimen.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Bakat Numerik Kelompok Eksperimen

No Kelas Interval F Xi Persentase 1 50 – 56 2 53 5,26% 2 57 – 63 3 60 7,89% 3 64 – 70 17 67 44,74% 4 71 – 77 9 74 23,68% 5 78 – 84 4 81 10,53% 6 85 – 90 3 88 7,89% ∑ 38 100,00%

Tabel 2 menunjukan bahwa sebanyak

68,42% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 18,42% siswa mem-peroleh skor di atas rata-rata dan sebanyak 13,15% memperoleh skor dibawah rata-rata.

Tabel 3 menunjukan bahwa sebanyak 18,42% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 18,42% siswa mem-peroleh skor di atas rata-rata dan sebanyak 63,16% memperoleh skor dibawah rata-rata.

Tabel 4 menunjukan bahwa sebanyak 36,84% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 18,42% siswa memper-oleh skor di atas rata-rata dan sebanyak 44,73% memperoleh skor dibawah rata-rata.

Tabel 5 menunjukan bahwa sebanyak 31,58% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 28,94% siswa memper-oleh skor di atas rata-rata dan sebanyak 39,47% memperoleh skor dibawah rata-rata.

Page 27: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124130

b. Distribusi Data Bakat Numerik Kelompok Kontrol

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Bakat Numerik Kelompok Kontrol

No Kelas Interval f Xi Persentase 1 50 – 55 2 52,5 5,26% 2 56 – 61 2 58,5 5,26% 3 62 – 67 9 64,5 23,68% 4 68 – 73 11 70,5 28,95% 5 74 – 79 7 76,5 18,42% 6 80 – 85 7 82,5 18,42% 38 100%

c. Distribusi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen Tabel 4.Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

No Kelas Interval F Xi Persentase 1 50 – 57 3 53,5 7.89% 2 58 – 65 7 61,5 18,42% 3 66 – 73 7 69,5 18,42% 4 74 – 81 14 77,5 36,84% 5 82 – 89 5 85,5 13,16% 6 90 – 100 2 93,5 5,26% ∑ 38 100%

d. Distribusi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol

No Kelas Interval F Xi Persentase 1 43 – 50 6 46,5 15,79% 2 51 – 58 9 54,5 23,68% 3 59 – 66 12 62,5 31,58% 4 67 – 74 7 70,5 18,42% 5 75 – 82 3 78,5 7,89% 6 83 – 88 1 86,5 2,63% ∑ 38 100,00%

Analisis Data Hasil Penelitian Berikut uji prasyarat yang dilakukan dalam penenlitian ini. 1) Uji Normalitas Sebaran Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran sempel yang ada berdistribusi normal dan untuk analisis normalitas nilai bakat numerik dan hasil

belajar matematika peserta didik digunakan analisis chi-kuadarat dengan rumus,

k

ie

eo

fff

X1

22 (Winarsunu, 2010)

Keterangan : (X2) = chi-kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi fe = frekuensi yang diharapkan

Page 28: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

131Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Kriteria pengujian data berdistribusi normal X2

hitung ≤ X2tabel, dengan taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = (k –1). Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh hasil seperti Tabel 6 dan Tabel 7 berikut. Dari tabel 6 dapat dilihat X2

hitung < X2

tabel untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol, berarti nilai hasil

belajar matematika kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal. Dari tabel 7 dapat dilihat X2

hitung < X2

tabel untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontol, berarti nilai bakat numerik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar

Kelompok 2hitX 3

tabelX Eksperimen 10,5405 11,07 Kontrol 2,2698 11,07 Tabel 7. Hasil Analisis Uji Normalitas Bakat Numerik.

Kelompok 2hitX 3

tabelX Eksperimen 3,0438 11,07 Kontrol 10,0318 11,07

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah sampel berasal dari varian yang homogen, uji homogenitas varian untuk kelompok digunakan uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut

22

21

ssFhit (Sugiyono, 2011)

Keterangan : = varian kelas variabel terbesar = varian kelas variabel terkecil

Kriteria pengujian, jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data sampel dikatakan homogen. Dan sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel maka data tidak berasal dari varian yang homogen. Nilai F dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi F dengan taraf signifikansi 5%. 3) Dari hasil analisis yang dilakukan

diperoleh hasil seperti Tabel 8 berikut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel baik untuk data hasil belajar matematika maupun data bakat numerik, berarti varian sampel tentang hasil belajar matematika dan bakat numerik bersifat homogen. Uji Linieritas

Uji linieritas regresi digunakan untuk memperoleh gambaran hubungan antara bakat numerik dengan hasil belajar matematika untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian linieritas regresi dimaksudkan untuk menentukan apakah hubungan kedua variabel penelitian bersifat linier. Hubungan yang bersifat linier antara bakat numerik dan hasil belajar matematika akan terjadi bila peningkatan bakat numerik diikuti oleh peningkatan hasil belajar matematika. Demikian pula sebaliknya, penurunan bakat numerik diikuti oleh hasil belajar matematika. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti pada table 9 berikut. Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol lebih kecil dari Ftabel (Fhitung < Ftabel), hal ini berarti garis regresi bersifat linier. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui metode statistik, yaitu uji t untuk hipotesis pertama dan uji analisis kovariansi satu jalur untuk hipotesis kedua 1. Uji Hipotesis Pertama, menggunakan

rumus t-test. Dari hasil perhitungan

Page 29: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124132

diperoleh nilai thitung sebesar 2,75. Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = N1 + N2 – 2 = 38 + 38 – 2 = 74 diperoleh nilai ttabel sebesar 1,993. Ini berarti bahwa thit > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Uji Hipotesis II Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam perhitungan analisis kovarian satu jalur direkapitulasi seperti tabel 10 berikut.

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 24,20 sedangkan nilai Ftabel untuk db penyebut 73 dan dk pembilang 1 pada taraf signifikansi 5% adalah 3,97. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 97,61 > 3,97 berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika dan Bakat Numerik

Data Fhitung Ftabel Hasil belajar 1,05 1,71 Bakat numerik 0,77 1,71

Tabel 9. Hasil Analisis Uji Linieritas Data Hasil Belajar Matematika dan Bakat Numerik.

Kelompok Fhitung untuk bakat numerik (x) dan hasil belajar matematika (y) Ftabel

Eksperimen 2.18 2,35 Kontrol 1,93 2,42 Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Analisis Kovarian Satu Jalur.

Sumber Jkres Db RK Fe F Interprestasi Antar 2517,24 1 2517,24 24,20 3,97 Signifikan Dalam 7592,20 73 104,00 Total 10109,44 74

Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Sukawati, diperoleh: a) ttabel = 1,993 sedangkan thitung = 2,75.

Ternyata thitung > ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diinter-pretasikan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Sukawati.

b) Fhitung = 24,20 sedangkan Ftabel = 3,97. Ternyata Fhitung > Ftabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diinterpretasikan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti model pembe-lajaran Gerlach dan Ely dengan peserta

didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional setelah diadakan pengendalian terhadap variabel bakat numerik pada peserta didik kelas VIII semester genap SMP Negeri 2 Sukawati.

Pembahasan 1. Pembahasan Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika kelompok peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Gerlach dan Ely yaitu sebesar 73,08 lebih tinggi diban-dingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika kelompok peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional yaitu sebesar 61,45.

Page 30: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

133Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Hasil perhitungan uji t juga menunjukkan bahwa thitung sebesar 2,75, sedangkan harga ttabel untuk dk = N1 + N2 – 2 = 38 + 38 – 2 = 74 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,993. Ternyata thitung lebih besar daripada ttabel atau 2,75 > 1,993, sehinggga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian diperoleh bahwa ada pengaruh model pembelajaran Gerlach dan Ely terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Sukawati.

Penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely membuat peserta didik menjadi lebih aktif, membiasakan diri untuk belajar menemukan atau menyelidiki dan menumbuhkan tanggung jawab serta kerjasama dalam kegiatan kelompok. Melalui belajar menemukan dan menyelidiki, maka peserta didik akan lebih mudah memahami dalam menerima pelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. salah satunya adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan model pembelajaran dimana dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan strategi inquiry dan meng-haruskan adanya penggunaan media. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, peserta didik perlu diberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.

Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Gerlach dan ely lebih baik dari hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan hasil belajar matematika peserta didik, membuktikan bahwa model pembelajaran Gerlach dan Ely mempeng-aruhi hasil belajar matematika.

2. Pembahasan Hipotesis Kedua

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua, hasil perhitungan analisis kovarian satu jalur menunjukkan nilai Fhitung sebesar 24,20 sedangkan nilai Ftabel dengan db penyebut 73 dan db pembilang 1 pada taraf

signigikansi 5% adalah 3,97. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 97,64 > 3,97. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian diperoleh bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional setelah diadakan pengendalian terhadap variabel bakat numerik, walaupun bakat peserta didik dikendalikan, penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely tetap memberikan pengaruh kepada hasil belajar matematika. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran Gerlach dan Ely memiliki keunggulan-keunggulan. Keunggulan-keunggulan ter-sebut diantaranya: 1) Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memberikan manfaat positif sebagai bagian integral pengajaran di kelas yakni pemyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap peserta didik yang melihat atau mendengar pemyajian melalui media menerima pesan yang sama. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan mendorong peserta didik tetap terjaga dan memperhatikan. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi peserta didik, umpan balik dan penguatan. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh peserta didik. Kualitas hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Pengajaran dapat diberikan kapanpun dan dimanapun. Sikap positif peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dalam proses belajar mengajar; 2) Model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan menerapkan strategi pembelajaran inquiry dalam kegiatan belajar mengajar akan merangsang keaktifan peserta didik, meningkatkan kemandirian, dan

Page 31: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124134

membentuk sikap keilmiahan dalam diri peserta didik.

Keberhasilan yang diperoleh sese-orang dalam pembelajaran tidak terlepas dari faktor diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik dapat berupa: model pembelajaran, sarana dan prasarana, guru, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, status ekonomi dan lingkungan masyarakat. Sementara itu, selain faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik antara lain: kecerdasan, minat, motivasi dan bakat. Faktor-faktor dalam diri peserta didik khususnya telah banyak mendapat perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh masing-masing faktor tersebut terhadap hasil belajar peserta didik. Jadi selain model pembelajaran yang merupakan faktor lain dari luar diri peserta didik, ada faktor lain yang ber-pengaruh terhadap hasil belajar matematika yaitu bakat numerik.

Bakat numerik memiliki peranan yang sangat pantng dalam belajar matematika karena bakat ini berkaitan dengan peng-gunaan dan pengolahan angka-angka serta penalaran logika (logika). Peranan penting bakat numerik dalam belajar matematika tidak mengurangi peranan penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely yang diterapkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 1. Ada perbedaan hasil belajar matematika

antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional di kelas VIII semester genap SMP N 2 Sukawati.

2. Ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Gerlach dan Ely dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional setelah diadakan pengendalian terhadap variabel

bakat numerik peserta didik kelas VIII semester genap SMP N 2 Sukawati

Saran 1. Bagi guru matematika, dalam proses

belajar mengajar terutama pembelajaran matematika diharapkan menjadikan model pembelajaran Gerlach dan Ely sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

2. Karena penelitian ini terbatas pada peserta didik kelas VIII SMP, maka perlu untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai model pembelajaran Gerlach dan Ely.

DAFTAR RUJUKAN

Arsana, Kadek. 2011. “Peranan Bakat Numerik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika”. http://adek-calssfisika.blogspot.com/2011/02/peranan-bakat-numerik-dalam.html. Diakses 21 September 2014, pukul 11.00 WITA.

Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Be-lajar

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kuri-kulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Hasbullah. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pendi-dikan. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harun. 2013. “Studi Validitas Konstruk General Aptitude Test Battery (GATB) dengan Metode CFA”. http://harun37.wordpress.com/2013/12/23/sip/ html. Diakses 10 Oktober 2014, pukul 22.00 WITA

Kurniyawati, Nila. 2013. “Peningkatan Kemampuan Spasial Melalui Model Pembelajaran Gerlach dan Ely Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok

Page 32: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

135Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

(PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII A di SMP N 2 Colomadu Tahun Ajaran 2012/2013)”. (jurnal penelitian). Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Muhamma-diyah Surakarta.

Lestari, Ni Kadek Dwi. 2013. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ADDIE Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Bakat Numerik Siswa Kelas X SMKN 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2012/2013”. (Skripsi). Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Bali.

Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis edisi kedua. Bandung: Alfabeta

Roestiyah. 1994. “Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem”. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajar-an;Mengembangkan Profesionalisme Guru edisi kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Russefendi, H.E.T. 2011. Naskah Akademik Matematika Sekolah Menengah Pertama. (jurnal penelitian). Program Studi Pendidikan Matematika. STKIP Siliwangi Bandung.

Sastrika, Made Candra. 2011. “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Mistar Bilangan Terhadap Kemampuan Mengoperasikan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V SDN 24 Dauh Puri Tahun Pelajaran 2011/2012”. (propo-sal). Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Bali.

Suanda, I Wayan. 2009. Dasar-Dasar Teori Pembelajaran. Denpasar: IKIP PGRI Bali

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumarmo, Utari. 2011. “Pembelajaran Mate-matika Berbasis Pendidikan Karak-ter”. (jurnal Penelitian). Program Studi Pendidikan Matematika. STKIP Siliwangi Bandung.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendi-dikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tilaar, H. A. R. 2000. Membenahi Pendi-dikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 33: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124136

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

I Wayan Widarsa SMP Negeri 5 Tabanan, Disdikpora Kabupaten Tabanan.

ABSTRACT

Model Application of Quantum Learning as Efforts to Increase Student Achievement Learning Math

The lack ability of the students class IX A in solving mathematical problems was caused by the conditions which did not support the realization interpretation of mathematical problems optimally.This study aimed to determine the improvment of students’ achievement in mathematics by using quantum learning model.

The subjects of this study were the students of class IX A of SMPN 5 Tabanan in the academic year 2014/2015.This study was action based research which was conducted in three cycles.The data of the students’ ability in solving mathematical problems were collected through learning achievement test.

The result of this study showed that the students achievement in solving mathematical problems were improved.The average score of the students’ pre test was 46.67. The students’ score improved to 56.73 in cycle I. The average score improved to 65.69 in cycle II. And the score improved to 76.47 in cycle III.

Keyword: Quantum Learning Model, Achievement in Mathematics.

PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembelajaran mate-

matika tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah memecahkan masalah yang meliputi keterampilan memahami masalah, meran-cang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diper-oleh. Tujuan ini dilandasi oleh manfaat mate-matika yaitu matematika dapat sebagai alat untuk melakukan analisis, memprediksi, dan interpretasi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran ini ditunjukan dalam kuriku-lum matematika yaitu berupa pengaplikasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah. Dalam menyelesaikan masalah matematika, meliputi sejumlah lang-kah yaitu: pengertian terhadap situasi ma-salah, pengkonstruksian model yang esensial dari situasi masalah, pengopersian pada dunia nyata untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang belum diketahui, penginter-pretasian dan pengevaluasian hasil dari komputasi dalam bentuk situasi praktis yang merupakan kumpulan dari model matemati-ka, dan pengkomunikasian hasil. Dalam me-nyelesaian masalah matematika, selain me-

merlukan pengetahuan tentang konsep-kon-sep atau prosedur-prosedur matematika, juga memerlukan pengetahuan dunia nyata tentang konteks masalah. Pengetahuan dunia nyata tentang konteks masalah atau situasi masalah yang dilibatkan, sangat diperlukan untuk melihat aspek-aspek dari masalah, sehingga proses yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika sangat lah kompleks.

Dengan memperhatikan kekomplek-an proses yang diperlukan dalam menyele-saikan masalah matematika, kecakapan guru dalam mengelola kelas sangat diperlukan. Meskipun dewasa ini paradigma pembelajar-an diharapkan berpindah dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun peranan guru sebagai salah satu komponen pembela-jaran masih sangat diperlukan. Menurut Puju (2005), hal ini dikarenakan oleh guru harus merancang, melaksanakan, dan mengevalu-asi pembelajaran yang dilakukannya. Melalui ketiga hal ini, guru dimungkinkan untuk mengkondisikan siswa dalam keadaan siap untuk mengikuti pembelajaran. DePorter

Page 34: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

137Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

(2000) mengatakan proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar. Lingkungan belajar yang baik akan memberikan kekuatan dalam diri siswa. Dengan demikian, lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru dituntut untuk mencurahkan segala perhatiannya sebagai upaya menyukseskan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga pengkondisian yang dilakukan tidak saja mengenai lingkungan belajar, namun perhatian guru juga harus dikondisikan dengan baik.

Pengkondisian belajar yang baik, akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran. Adanya pemahaman yang lebih baik dalam pembelajaran, akan me-ningkatkan keterampilan dalam proses penyelesaian soal cerita. Namun kesehari-hariannya, pembelajaran yang dilakukan di sekolah belum mampu meningkatkan ke-mampuan menyelesaikan soal cerita mate-matika. Suharta (2001: 1) melakukan studi pada 17 orang siswa Kelas V SD dan 30 orang siswa Kelas VII SMP di Singaraja. Soal yang diajukan adalah sebagai berikut. Sebanyak 1128 siswa akan berdarmawisata ke Danau Batur menggunakan bus. Bila setiap bus dapat memuat paling banyak 36 siswa, berapakah banyak bus yang diper-lukan ? Jelaskan.

Jawaban yang diberikan siswa sangat beragam. Siswa SMP yang dapat menjawab dengan benar, yaitu 32 bus, dan memberikan alasan, sebesar 6,7 %. Ada sebanyak 21,2% siswa dapat menunjukan pembagian 1128 dengan 36, tetapi jawaban mereka adalah 31,3 bus. Sisanya menjawab salah. Untuk siswa SD, tidak satu pun yang dapat menjawab dengan benar. Adapun soal yang kedua adalah sebagai berikut.Ada 4 tongkat yang masing-masing penjangnya 2,5 meter.

Berapakah banyaknya tongkat dengan panjang 1 meter dapat di buat dari keempat tongkat tersebut ?

Sebanyak 94,1% siswa menjawab salah, yaitu 10 tongkat, hanya 5,9% siswa dapat menjawab benar, yaitu 8 tongkat, tetapi tidak memberikan alasan.

Hasil-hasil seperti yang diungkapkan di atas juga terjadi di SMP N 5 Tabanan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan tes hasil belajar kepada 23 orang siswa Kelas IX A SMP N 5 Tabanan, dengan rata-rata tes hanyalah 46,47 dari skor masimal 100,00.

Untuk mengatasi masalah tersebut, akan diupayakan perbaikan representasi pengajaran matematika dengan menekankan pada pengalaman siswa. Dalam pembela-jaran matematika, peranan pengalaman sehari-hari siswa memegang peranan penting untuk pembentukan suatu konsep. Di samping mengenai konsep, pembelajaran yang menekankan pada pengalaman siswa akan membantu siswa melihat keberman-faatan matematika. Hal ini juga ditunjang oleh karakteristik matematika sebagai ilmu deduktif. Lebih lanjut Van de Henvel-Panhuzien dalam Sadra (2004) mengatakan bahwa siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika bila mereka belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari. Di samping itu, upaya untuk membuat lingkungan belajar yang menyenangkan juga sangat diperlukan.

Representasi pengajaran seperti di atas dapat diimplementasikan dalam pem-belajaran kuantum yang merupakan suatu model pembelajaran berwawasan kon-struktivis. Dalam pembelajaran kuantum, pengetahuan matematika siswa yang didapat sebelumnya, dalam hal ini akan menjadi suatu pengalaman matematika dalam diri siswa akan berpadu dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata. Siswa merasakan secara langsung manfaat mate-matika dalam kehidupannya. Model pembe-lajaran kuantum akan memberikan kesem-patan yang lebih banyak kepada guru untuk mengatur suasana belajar sedemikian se-hingga terbentuk kondisi belajar yang baik.

Page 35: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124138

Berdasarkan paparan tersebut, sangat menarik untuk dilakukan penelitian dengan topik Penerapan Model Pembelajaran Kuan-tum Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX A SMP N 5 Tabanan Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan eva-luasi, dan refleksi.

Penelitian dilaksanakan di SMP N 5 Tabanan. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IX A, semester I tahun pelajaran 2014/2015, dengan banyak siswa 23 orang. Peneliti adalah guru mata pelajaran Mate-matika pada kelas subjek penelitian. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Matematika siswa Kelas IX A SMP N 5 Tabanan tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian dimulai dengan kegiatan refleksi awal ini melalui pemberian tes awal. Tes awal dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi oleh Kelas IX A.

Pelaksanaan penelitian meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Tahap perencanaan dilakukan dengan mengorganisir kelas sesuai langkah-langkah (sintaks) model pembelajar-an kuantum. Pelaksanaan yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran adalah tumbuh-kan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Observasi dan evaluasi dicatat dalam jurnal harian. Evaluasi terhadap prestasi belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes prestasi belajar. Refleksi, pada tahap ini dilakukan deskripsi terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan siklus untuk dicarikan jalan keluarnya. Hasil refleksi diugunakan untuk merumuskan perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. 2. Metode Pengumpulan Data

Data mengenai prestasi belajar matematika dikumpulkan dengan mengguna-kan tes hasil belajar. Penekanan dalam pengambilan data dititikberatkan pada upaya memperoleh gambaran mengenai prestasi belajar siswa, yakni pemahaman konsep dan penyelesaian masalah matematika. Tes ini dilakukan dengan memberikan tiga buah soal kepada siswa yang dikerjakan dalam waktu 20 menit.

Adapun deskripsi pemeberian skor tes prestasi belajar sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Deskripsi Pemberian Skor NO. LANGKAH PENYELESAIAN SKOR 1 Pemahaman konsep, meliputi manipulasi aljabar pertama,

menulisan informasi awal, dan penggunaan konsep matematika. 0 - 30

2 Perhitungan yang melibatkan konsep matematika 0 - 40 3 Penyelesaian masalah matematika, meliputi pengambilan

keputusan dalam menyelesaikan masalah dan manipulasi aljabar tingkat akhir.

0 - 30

Setiap langkah penyelesaian soal

diberikan bobot yang sama mengingat setiap langkah tersebut memiliki kontribusi yang sama terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Adapun aturan yang digunakan untuk mengkonversi skor yang diperoleh siswa adalah

,100300

310110

SS

dimana

110S = Skor yang diperoleh siswa dalam skala 100,

310S = Skor yang diperoleh siswa dalam skala 300. Dengan demikian rentang skor akhir yang mungkin diperoleh siswa adalah 0 sampai 100.

Page 36: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

139Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

3. Teknik Analisis Data Rata-rata skor prestasi belajar

matematika dihitung dengan menggunakan rumus

n

XX

n

ii

1 ,

dimana X = rata-rata skor kemampuan

siswa menyelesaikan soal cerita matematika, iX = skor siswa ke-i,

n = banyak siswa. Prestasi belajar siswa dikatakan

meningkat jika rata-rata skor kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika X pada siklus III lebih besar dari siklus II lebih besar dari siklus I. Demikian juga X pada siklus I lebih besar dari tes awal. Besar peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika merupakan selisih X pada siklus III dengan siklus II, selisih X pada siklus II dengan siklus I, dan selisih X pada siklus I dengan tes awal. Dalam penelitian ini, kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita matematika minimal mengalami peningkatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pembelajaran di kelas

selama penelitian ini secara umum sudah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sebagai implementasi model pembelajaran kuantum. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang perstasi belajar matematika terhadap penerapan model pembelajaran kuantum. Data tersebut sudah dikumpulkan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Rincian mengenai kedua

data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Melalui tes awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100,00 dan skor terrendah yang diperoleh siswa adalah 0,00. Kemudian diperoleh juga rata-rata skor pada tes awal ini yaitu 51,72.

Setelah melakukan analisis terhadap tes hasil belajar pada siklus I, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100,00 dan skor terrendah yang diperoleh siswa adalah 33,33. Kemudian diperoleh juga rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus ini yaitu 56,37.

Dari analisis terhadap tes hasil belajar pada siklus II, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100,00 dan skor terrendah yang diperoleh siswa adalah 33,33. Kemudian diperoleh juga rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus ini yaitu 65,69.

Pada analisis siklus III, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100,00 dan skor terrendah yang diperoleh siswa adalah 66,67. Kemudian diperoleh juga rata-rata skor tes hasil belajar pada siklus ini yaitu 76,47.

Berdasarkan hasil tes awal diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas IX A masih kurang, yang ditunjukan dengan rata-rata skor siswa sebesar 46,47. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah cukup baik, namuun dalam menentukan penyelesai-an masalah yang diberikan masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan terputus-putusnya kerangka berfikir dan formasi pengetahuan yang dimiliki siswa yang pada akhirnya digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika.

Setelah diterapkan pembelajaran kuantum berangsur-angsur kemampuan siswa menjadi lebih baik, seperti terlihat pada Tabel 2 bawah.

Page 37: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124140

Tabel 2. Perbandingan Skor Tes Rata-Rata Skor Peningkatan Skor Rata-Rata

Tes Awal 46,47 -

Siklus I 56,37 9,90

Siklus II 65,69 9,32

Siklus III 76,47 10,78

Setelah dilakukan tes hasil belajar

pada siklus I, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan 9,90 yaitu dari 46,47 pada tes awal menjadi 56,37 pada siklus I. Meskipun rata-rata skor pada siklus I mengalami peningkatan, namun tetap saja ditemui beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. Kendala-kendala tersebut antara lain:

a. Peneliti belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kuantum. Hal ini dapat dilihat dari adanya langkah-langkah pembelajaran kuantum yang tidak dilaksanakan secara optimal. Langkah-langkah yang kurang optimal adalah pada saat langkah ”tumbuhkan” dan ”demonstrasikan”. Pada langkah ”tumbuhkan” siswa belum sepenuhnya terbantu untuk menemukan konsep dan mengajukan konsep yang didapat.

b. Pada saat melakukan bimbingan siswa, siswa lebih dulu menanyakan hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal, tanpa ada usaha terlebih dahulu dari siswa yang akan dibimbing. Kendala-kendala yang didapatkan di

atas kemudian dianalisi oleh peneliti dalam kegiatan refleksi untuk dicarikan solusinya. Melalui kegiatan refleksi ini, maka disepakati beberapa solusi untuk mengatasi kendala-kendala di atas. Adapun solusi tersebut antara lain:

a. Peneliti mencoba memahami dengan lebih seksama langkah-langkah pem-belajaran dengan model pembelajar-an kuantum. Kemudian disusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menambahkan hal-hal yang

perlu diperbaiki pada siklus I. Perbaikan pada langkah ”tumbuhkan” lebih menitikberatkan pada cara guru untuk menuntun siswa dalam menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan operasi peca-han pada kehidupan sehari-hari. Kemudian pada saat langkah ”demonstasikan”, siswa yang diberi kesempatan untuk mengajukan pen-dapat atau pertanyaan diharuskan untuk mengajukannya dengan sanksi berupa pengurangan nilai.

b. Pada saat melakukan bimbingan kepada siswa, guru terlebih dahulu mengharuskan kelompok siswa uintuk menentukan model penyele-saian yang dipilih, baru kemudian melakukan bimbingan terhadap model yang dipilih tersebut. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan

di atas digunakan sebagai dasar dalam pemberian tindakan pada siklus II. Per-baikan-perbaikan ini ternyata memberikan dampak yang positif terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu 65,69, meningkat sebesar 9,32 dari siklus I. Peningkatan ini disebabkan semakin solidnya kerja yang dilakukan oleh siswa. Siswa tidak lagi bekerja sendiri-sendiri namun sudah bekerja secara kelompok atau berinteraksi dengan siswa lainnya. Beberapa kendala yang masih ditemui pada saat pelaksanaan siklus II adalah seperti di bawah ini.

Pada saat ”demonstrasikan” ada siswayang belum bisa dan belum berani mengajukan pendapat maupun pertanyaan meskipun sudah ada sanksi bagi siswa yang tidak

Page 38: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

141Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

mengajukan pendapat maupun per-tanyaan. Kendala pada siklus II di atas

kemudian dianalisi dalam kegiatan refleksi untuk dicarikan solusinya. Melalui kegiatan refleksi ini, maka didapatkan beberapa solusi untuk mengatasi kendala-kendala di atas. Adapun solusi tersebut antara lain perbaikan kembali dilakukan pada langkah ”demons-trasikan”. Guru akan lebih mementingkan pemberian pertanyaan tuntunan dan penjelas-an yang memancing kemampuan berpen-dapat dan bertanya siswa daripada melaku-kan sanksi ketat seperti yang dilakukan pada siklus II.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas digunakan sebagai dasar dalam pemberian tindakan pada siklus III. Dampak yang diberikan oleh perbaikan-perbaikan ini terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh siswa pada siklus III meningkat sebesar 10,78 dari siklus II, peningkatan terbesar dari siklus-siklus sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan semakin pahamnya siswa dalam membuat suatu kerangka penyelesaian dengan memanfaatkan segala pengetahuan yang didapat siswa untuk meneyelesaikan masalah matematika yang diberikan.

Peningkatan yang terjadi pada setiap siklus yang diikuti dengan hasil penelitian ini secara umum dapat memecahkan masalah mengenai rendahnya prestasi belajar matematika siswa Kelas IX A.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan prestasi belajar mate-matika siswa kelas IXA SMP N 5 Tabanan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Mengacu kepada simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, disarankan kepada guru matematika agar menerapkan model pembelajaran kuantum dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya.

UCAPAN TERIMAKASIH Melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat: (1) MGMP Matematika SMP N 5 Tabanan yang telah memberikan berbagai masukan tentang penelitian ini; dan (2) Komite SMP N 5 Tabanan yang mendorong penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN Astawa, I.W.P. 2003. Memperbaiki Kualitas

Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika Melalui Optimalisasi Representasi Pengajaran dalam Kerangka Pembelajaran Kuantum. Laporan Penelitian. Jurusan Pendi-dikan Matematika IKIP Negeri Singaraja.

-------. 2005. Implementasi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Matematika Kelas XII SMU Negeri 4 Singaraja. Laporan Penelitian. Jurusan Pendi-dikan Matematika IKIP Negeri Singaraja.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. PERMEN 22TH2006-STANDAR ISI. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMP-MTs. Jakar-ta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

DePorter, Bobbi, dkk. 2005. Quntum Teaching. Bandung: Kaifa.

-------. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja. 2002. Buku Pedoman Studi. Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja.

Karso. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta. Departemen Pendidi-kan dan Kebudayaan.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Puspawati, N P. 1997. Kontribusi Kemam-puan Menyelesaikan Soal-Soal Mate-matika Pengukuran dengan Menulis-kan Kalimat Matematika Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pengukuran pada Siswa Kelas V SD di Kelurahan Banyuning. Skripsi (Tidak Diterbit-

Page 39: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124142

kan). Jurusan Pendidikan Mate-matika IKIP Negeri Singaraja.

Putri, Mahayani. 2003. Intensifikasi Penerapan Langkah-Langkah Peme-cahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Dasar. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Negeri Singaraja.

Sadra, I W. 2004. Memadukan Teori Brugner dan Quantum Learning pada Pembelajaran Matematika Berwa-wasan Lingkungan Dalam Upaya Mengembangkan Kompetensi Dasar Bagi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar No. 5 Penarukan. Laporan Pene-

litian. Jurusan Pendidikan Matema-tika IKIP Negeri Singaraja.

Suharta, G. P. 2003. Pengaruh Pemodelan Matematika Realistik Terhadap Respon Realistik. Laporan Pene-litian. Jurusan Pendidikan Matema-tika IKIP Negeri Singaraja.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontem-porer. Bandung: Universitas Pendi-dikan Indonesia.

-------. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Depar-temen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sutawidjaja, Akbar. 1998. Pemecahan Masalah dalam Masalah Matematika. Makalah Seminar. Program Pasca Sarjana IKIP Malang.

Page 40: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

143Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CRETIVE PROBLEM SOLVING DAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP HASIL BELAJAR

I Wayan Wijaya Aprinanta1, Ni Wayan Sunita2

1 dan 2 Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali

ABSTRACT Effect of Learning Model Cretive Creative Problem Solving and Think of Learning Outcomes

The purpose of this study was to determine the effect of Problem Solving cretive learning model and the level of creative thinking on mathematics learning outcomes of students of class VII SMP Lesson 2 Mengwi year 2013/2014. This type of quasi-experimental study (quasi-experimental) using randomized block design study, which randomized sample is class. The population in this study were 9 classes (358 people) with a sample of four classes of VII D, VII H, F VII and VII G where the number of students per class of 40 people who were taken from the population using cluster sampling technique random sampling with lottery technique. Data obtained by giving the test and questionnaire data analysis using ANOVA with two lanes. From the results obtained by analysis of FA (count) = 44.606 and FAB (count) = 77.56, while F (table) = 3.88 with a significance level of 5%. Because FA (count)> F (Table) where 44.606> 3.88 were so H0 is rejected and Ha accepted, which means that there is the effect of using learning model cretive Problem Solving for mathematics learning outcomes of students and FAB (count)> FAB (Table ) where 77.56> 3.88 were so H0 is rejected and Ha accepted, which means that there is interaction between the use of learning model cretive problem solving and creative thinking level possessed by learners. From the results of a further test calculation using the formula t-Scheffe with a significance level of 5% and db 〖_t same as db〗 〖_dalam dimana, obtained results t1-2 = 15.48 and table = 1.960. So t1-2> TTable, which means that there are differences in learning outcomes between students who follow the teaching model cretive Problem Solving with a high level of creative thinking and the students who followed the conventional learning model with a high level of creative thinking.

From the results of a further test calculation using the formula t-Scheffe with a significance level of 5% and t equals db db in which the results obtained t3-4 = 2.12 and table = 1.960. So t3-4> ttable, which means that there are differences in learning outcomes between students who follow the teaching model cretive Problem Solving with low creative thinking and learners who followed the conventional learning model with a low level of creative thinking. Keywords: Problem Solving Cretive Learning Model, Creative Thinking

PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang didasari

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang bertu-juan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermar-tabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-

haklak mulia, sehat, berilmu ,kreatif, cakap, mandiri dan menjadi seorang warga Negara yang bertanggung jawab. Maka dari hal itu pemerintah menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional (UU No.20 tahun 2003). Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Mengarahkan bahwa perlunya dilak-sanakan delapan standar Nasional pendidikan, yaitu: stadar isi, standar proses, standar

Page 41: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124144

kopetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Seiring hal tersebut peranan guru sangat lah penting dalam pencapaian tujuan tersebut, guru dituntut memiliki empat kope-tensi yang meliputi: kompetensi pedagogik, kopetensi propesional, kopetensi sosial dan kopetensi kepribadian. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika diper-lukan suatu model mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan model mengajar tidak harus sama untuk semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu model mengajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan peserta didik terhadap materi matematika masih tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain.

Pengamatan proses pembelajaran matematika yang dilakukan di SMP Negeri 2 mengwi kelas VII, pada saat pelajaran mate-matika berlangsung mereka tampak kurang memperhatikan guru, karena merasa pelajaran matematika yang kurang menarik. Hal ini berdampak pada hasil belajar peserta didik yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran matematika di kelas VII D SMP Negeri 2 mengwi belum bisa di capai oleh banyak peserta didik. Peserta didik harus mencapai KKM 75 tetapi sebagian besar belum tercapai.

Salah satu yang diduga menyebabkan hal ini terjadi karena dalam proses pembe-lajaran matematika kebiasaan guru mengguna-kan model ceramah sehingga komunikasi yang terjadi antara peserta didik dengan guru berjalan satu arah, kebiasaan ini disebabkan karena kurang yakinnya guru dengan kemam-puan untuk memecahkan masalah yang dimiliki peserta didik,yang menyebabkan

kurang kreatifnya peserta didik dalam berpikir memecahkan masalah yang diajukan oleh gurunya.Setiap proses pembelajaran, pemilih-an model pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Model pembelajaran sangat berpeng-aruh dalam penerimaan informasi yang ter-tuang dalam pembelajaran karena hakikat pembelajaran adalah komunikasi dan penyam-paian pesan dari pengantar ke penerima.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mampu mengem-bangkan pemikiran peserta didik menjadi lebih berkembang yaitu model pembelajaran Creative Problem Solving. Creative Problem Solving adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Pepkin, 2004). Dalam pembelajaran model Creative Problem Solving ini peserta didik dituntut aktif sehingga dalam pembelajaran peserta didik mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk memecaha-kan masalah yang belum mereka temui. Aktif berarti peserta didik banyak melakukan aktivitas selama proses belajar berlangsung, karena dalam pembelajaran model Creative Problem Solving ada beberapa tahapan yang harus dilalui peserta didik selama dalam proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat,evaluasi dan pemilihan serta implementasi. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman saat diskusi, berani mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara mental, fisik, dan sosial sehingga peserta didik dapat mengguna-kan berbagai cara sesuai dengan daya kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga sebagian tujuan pembelajaran mate-matika terpenuhi.

Model pembelajaran ini sangat dipengaruhi dengan kemempuan berpikir kre-atif peserta didik, sedangkan definisi kemam-

Page 42: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

145Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

puan berpikir kreatif dilakukan dengan meng-gunakan pemikiran dalam mendapat idea-idea yang baru,kemungkinan yang baru, ciptaan baru berdasarkan kepeda keaslian dalam penghasilannya. Peserta didik dapat diberikan dalam bentuk idea yang nyata maupun abstrak. Dapat dilihat bahwa berpikir secara kreatif ini dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: mencipta idea yang baru, mencipta analogi dan metaphora. Harus diingat bahwa kemampuan berpikir kreatif ini bertujuan untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis termotivasi melakukan pene-litian tentang pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving dan berpikir kreatif. Di mana model pembelajaran Creaive Problem Solving sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Maka dari itu, penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving dan Berpikir Kreatif terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) perbedaan hasil belajar antara pesrta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan peserta didik yang diajarkan dengan model konvensional 2) terjadi interaksi antara model pembelajaran Creative Problem Solving dan Berpikir Kretif terhadap hasil belajar

matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian

eksperimen semu (quasi experimental) karena gejala yang akan diselidiki ditimbulkan terlebih dahulu dengan sengaja. Eksperimen semu digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true eksperimental design, desain ini mempu-nyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan desain penelitian blok acak, di mana sampel yang diacak adalah kelas.

Dalam penelitian ini terdapat dua buah kelompok yaitu kelompok eksperiment (E) dan kelompok kontrol (K). Kelompok eksperi-ment diberikan perlakuan berupa model pem-belajaran Creative Problem Solving sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan seperti kelompok eksperiment. Sebagai variabel moderator adalah tingkat kreativitas, yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas rendah. Secara skematis desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Desain Penelitian Model pembelajaran (A) Berpikir kreatif (B)

Creative Problem

Solving (A1)

Konvensional (A2) Total

tinggi (B1) A1B1 A2B1 A1B1+ A2B1 rendah (B2) A1B2 A2B2 A1B2+ A2B2 Total A1B1+ A1B2 A2B1+A2B2

Populasi yang dimaksud dalam pene-

litian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi terdiri dari sembilan kelas dan jumlah peserta didik 358 orang.

Page 43: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124146

Dalam mencari sampel harus menggunakan teknik untuk pengambilannya, Teknik sam-pling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah cluster random sampling, di mana teknik sampling ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama menentukan sampel kelas, tahap kedua menentukan peserta didik yang memiliki kemampuan beroikir kreatif tinggi dan yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah (Sugiyono, 2013). Anggota sampel disini adalah beberapa kelas dari populasi seluruh kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi. Pada tahap pertama dipilh 4 kelas yaitu kelas VII D, VII F, VII G, VII H dari 9 kelas yang ada. Pada pemilahan tersebut, 2 kelas akan dipilih sebagai kelompok eksperi-men yaitu kelas VII D, VII H dan 2 kelas lagi dipilih sebagai kelompok control yaitu kelas VII F, VII G. Pada setiap kelas dipilih individu yang akan diberikan perlakuan. Prosedur penelitiannya yaitu 1) Tahap persiapan adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: menyiapkan perangkat pembelajaran, mempelajari materi pembelajaran matematika dan buku ajar untuk mempersiapkan bahan ajar, menyiapkan soal post-test 2) Tahap pelaksanaan adalah pene-litian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014. penelitian ini dilaksanakan daritanggal 19 maret sampai dengan 19 april 3) Tahap pengakhiran yaitu mengumpulkan hasil data dari masing-masing kelompok kelas, mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh, membuat kesimpulan hasil data yaitu mengenai adanya interaksi model pembelajaran Creative Problem Solving dan Berpikir Kreatif terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014. Untuk meyakinkan bahwa hasileksperimen benar-benar sebagai akibat pemberian per-lakuan, maka dilakukan pengontrolan validitas baik validitas internal maupun validitas

eksternal. Pengontrolan validitas eksternal dilakukan dengan cara uji coba empirik terhadap instrumen penelitian baik instrumen berupa angket berpikir kreatif maupun instrumen tes hasil belajar matematika sehingga benar-benar mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Data hasil penelitian dianalisis secara bertahap sesuai dengan variabel masing-masing untuk menjawab permasalahan penelitian. Secara terurut, analisis data yang dilakukan adalah (1) deskripsi data, (2) uji persyaratan analisis, dan (3) uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis melalui metode statistik dengan rumus anava dua jalur, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini data yang

dikumpulkan berupa hasil belajar tentang kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang diperoleh melalui post test yang dilaksanakan setelah diberikannya perlakuan berupa model pembelajaran Creative Problem Solving pada kelompok eksperimen dan model pembelajar-an konvensional pada kelompok kontrol. Data tersebut disajikan pada Lampiran 05. Perhitungan ukuran sentral (mean, median, modus) dan ukuran penyebaran data (standar deviasi) disajikan pada Tabel 2 berikut.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran data yang ada bersifat normal dan untuk analisis nilai hasil belajar peserta didik digunakan analisis Chi-kuadrat. Hasil analisis yang dilakukan dapat disajikan pada Tabel 3 berikut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa X2

hit < X2tabel

untuk kelompok eksperimen maupun ke-lompok kontrol, ini berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel berasal dari varian yang homogen. Untuk kedua kelompok sampel, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

Page 44: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

147Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

uji Bartlett. Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa 2

hitX sebesar 6,775 dan 2tabelX sebesar 7,815. Berdasarkan perhitungan

diperoleh 2hitX < 2

tabelX maka data hasil belajar matematika peserta didik berasal dari populasi

dengan varians yang homogen.Setelah sampel diketahui seimbang, berdistribusi normal, dan berasal dari varian yang homogen, selanjutnya data dimasukkan ke dalam analisis ANAVA dua jalur.

Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar Matematika

Data

Statistik A1 A2 B1 B2 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2

Mean 79,9 75,925 79,3 76,762 84,6 74,57 76,2 77,125 Median 80 76 79 77 85 75 76,5 77 Modus 81 76 79 77,5 84,5 75 77 77 Standar Deviasi (SD) 5,74 4,34 6,54 4,125 3,73 4,18 3,89 3,88

Varians (S2) 33,05 18,90 42,89 17,02 13,93 17,53 15,13 15,08 Skor Minimum 68 66 66 68 77 66 68 69

Skor Maksimum 93 86 93 86 93 82 84 86

Rentangan 25 20 27 18 16 16 16 17 Tabel 3. Hasil Analisis Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok X2

hit X2tabel Kesimpulan

Eksperimen

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi 4,7292 7,815 Berdistribusi

normal Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah 2,2303 7,815 Berdistribusi

normal

Kontrol

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi 2,0815 7,815 Berdistribusi

normal Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah 0,2740 7,815 Berdistribusi

normal Tabel Ringkasan Hasil ANAVA Dua Jalur

Sumber variasi JK Db RJK Fh

Ftabel 5%

A 718,256 1 718,256 44,606 3,88

Page 45: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124148

B Inter AB Dalam

333,506 1248,806 2511,925

1 1

156

333,506 1248,806 16,102

20,71 77,56

3,88 3,88

Total 159 Dari hasil perhitungan diperoleh FA > FTabel yaitu 44,606 > 3,88 yang sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar matematika peserta didik. Dari hasil perhitungan diperoleh FAB hitung > FAB Tabel yaitu 77,56 > 3,88 yang sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa terjadi interaksi antara penggunaan model pembe-lajaran Creative Problem Solving dan kemam-puan berpikir kreatif yang dimiliki oleh peserta didik. Pada hasil perhitungan interaksi, ditunjukkan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran Creative Problem Solving dan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki peserta didik. Untuk mengetahui pada level mana terjadi perbedaan dilakukan uji lanjut (post hock) yaitu uji simple effect maka dilakukan uji lanjut yang menggunakan uji t-Scheffe dengan menguji hipotesis yang menggambarkan simple effect dari interaksi tersebut. Hasil perhitungan uji lanjut menggunakan rumus t-Scheffe dengan taraf signifikansi 5% dan db t sama dengan db dalam dimana diperoleh hasil t3-4 = 2,128 dan ttabel = 1,98. Sehingga t3-4 > ttabel, yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dengan kemampuan berpikir kreatif rendah dan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Pengaruh signifikan dari interaksi yang terjadi antara model pembelajaran Creative Problem Solving dan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki peserta didik dapat ditunjukan pada Gambar 4.9 berikut.

Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi interaksi yang cukup signifikan antara peserta yang mengikuti

model pembelajaran Creative Problem Solving dan peserta didik yang mengikuti model pem-belajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki tiap individu terhadap hasil belajar matematikanya. Secara ringkas ditunjukkan dengan perolehan rata-rata tiap kelompok belajar peserta didik yang dibedakan menjadi 4, yaitu kelompok peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dan kelompok peserta didik yang mengikuti model pem-belajaran konvensional yang di dalam kelom-pok tersebut juga sudah terbagi lagi menjadi dua berdasarkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki tiap peserta didik.

Peserta didik dengan kemampuan berpikir kreatif rendah memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dengan mengikuti model pembelajaran konvensional. dibandingkan dengan yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving. Sebaliknya, peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi memiliki rata-rata yang lebih tinggi dengan mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar peserta didik. Dilihat berdasarkan hasil belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Cretive Problem Solving lebih baik dibandingan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. yaitu dengan analisi ANAVA dua jalur diperoleh hasil perhitungan yang menunjukan bahwa FAhitung = 44,606 lebih tinggi dibandingkan dengan F tabel = 3,88.

Page 46: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

149Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Hasil perhitungan di atas didukung dengan keunggulan dari penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving yang dimana di dalamnya tersirat tahapan-tahapan yang harus dilalui peserta didik dalam memecahkan masalah dalam tes yang diberikan. Tahapan-tahapan itu membantu peserta didik memahami permasalahan yang akan diselesaikan, hubungan antar variabel yang ada, serta cara penyelesaian yang tepat sehingga memperoleh hasil penyelesaian yang sempurna. Selain itu juga membuat sebuah kesimpulan dari hasil penyelesaian masalah-nya yang bertujuan membantu peserta didik untuk lebih dalam dan menyeluruh materi tersebut.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama telah ditunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuan berpikir kreatifnya. Ternyata hasil yang diperoleh dalam analisis data dengan anava dua jalur yang menguji interaksi antara model pembelajaran Creative Problem Solving (A) dan kemampuan berpikir kreatif (B) menunjukkan nilai F ABhitung sebesar 77,56 yang dimana lebih besar dibandingkan dengan FABtabel sebesar 3,88. Sehingga dapat diartikan bahwa terjadi interaksi yang signifikan antara model pembelajaran Creative Problem Solving dan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki setiap peserta didik.

Kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki tiap individu peserta didik berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang sudah dipaparkan pada landasan teori. Peserta didik dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi akan merasa tertantang dengan mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dan menghasilkan hasil rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan berpikir kreatif rendah.

Model pembelajaran Creative Problem Solving dengan tahapan-tahapan penyelesaian-nya menuntut kemampuan berpikir kreatif tinggi peserta didik untuk dapat menyelesai-kan tiap tahapannya. Sedangkan pada peserta didik dengan kemampuan berpikir kreatif rendah akan merasa terbebani karena sulit memahami tahapan-tahapan pada model pembelajaran Creative Problem Solving. Hal ini yang merupakan interaksi antara model pembelajaran Creative Problem Solving dan kemampuan berpikir kreatif.

Berdasarkan uji lanjut dengan t-Scheffe untuk menguji interaksi yang terjadi antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi (A1B1) dan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi (A2B1) diperoleh hasil thitung = 15,485. Jika dibandingkan dengan ttabel yang dimana db t sama dengan db dalam yaitu ttabel = 1,98. Maka thitung > ttabel, yang berarti terdapat interaksi yang signifikan antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi (A1B1) dan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi (A2B1).

Kemampuan berpikir kreatif tinggi sangat membantu peserta didik untuk memahami variabel yang tersirat pada permasalahan. Peserta didik dengan kemam-puan berpikir kreatif tinggi dan mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving akan menghasilkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Karena dengan mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving yang berisi tahapan terencana akan memudahkan peserta didik menyelesaikan permasalahan dengan benar dan tepat. Sedangkan dengan model pembe-lajaran konvensional peserta didik akan domi-

Page 47: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124150

nan merasa bosan, dan jenuh karena tidak ada tantangannya. Sehingga hasil belajarnya menjadi lebih rendah.

Berdasarkan uji lanjut dengan t-Scheffe untuk menguji interaksi yang terjadi antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem solving dengan kemampuan berpikir kreatif rendah (A1B2) dan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif rendah (A2B2) diperoleh hasil thitung=2,128. Jika dibandingkan dengan ttabel yang dimana db t sama dengan db dalam yaitu ttabel = 1,98. Maka thitung > ttabel, yang berarti terdapat interaksi yang tidak terlalu signifikan antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving dengan kemampuan berpikir kreatif rendah (A1B2) dan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kreatif rendah (A2B2).

Kemampuan berpikir kreatif rendah tidak dapat membantu peserta didik dalam mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving, sehingga rata-rata hasil belajarnya akan lebih rendah dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada perbedaan hasil belajar antara pesrta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Dapat dilihat dari Dari hasil perhitungan ANAVA dua jalur diperoleh FA > FTabel yaitu 44,606 > 3,88 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima 2) Terjadi interaksi Model pembe-lajaran Creative Problem Solving dan Berpikir Kreatif terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi Tahun Pembelajaran 2013/2014. Dapat dilihat dari hasil perhitungan ANAVA dua jalur

diperoleh FAB hitung > FAB Tabel yaitu 77,56 > 3,88 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan kesimpulan yang diper-oleh dalam penelitian ini, maka dapat dikemu-kakan saran-saran yaitu 1) Bagi guru mate-matika, dalam proses belajar mengajar terutama pembelajaran matematika diharapkan menjadikan model pembelajaran Creative Problem Solving sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika 2) Penelitian ini dilaksanakan terbatas pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Mengwi tahun pembelajaran 2013/2014, maka disarankan kepada peneliti menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan untuk mengadakan penel-itian lanjutan dalam ruang lingkup yang lebih luas, sehingga hasil penelitian ini dapat lebih meyakinkan.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Gie. 1999. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna. See more at:http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-hasil-belajar.html#YXOF74G9.dpuf.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta Selatan: Referensi.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Universitas Pendidikan Ganesha Press. Singaraja-Bali.

Nasution, F. 2001. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Mengajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Page 48: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

151Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Noer, Ahmad dan Sugito. 2011. Statistika Lanjutan. Yogyakarta.BPFE.

Nursaumi. 2003. Kemampuan Berpikir Kreatif. http://innamawaddah.blogspot.com/2013/05/definisi-berpikir-kreatif.html. Diakses Tanggal 29 desember 2013

Pepkin. 2004. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. http://aprysilver.wordpress.com/2012/09/06/creative-problem-solving/.Diakses Tanggal 30 desember 2013

Purwanto.2009.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suarniti, Ni Nyoman. 2012. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemam-puan penalaran Dan Komunikasi. Skripsi Pada Jurusan Pendidikan FPMIPA IKIP PGRI Bali. Denpasar .

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alafabeta, CV.

Sujanto. 2001. Definisi Berpikir Kreatif. http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/27/bagaimana-berpikir-kreatif-523358.html. Diakses Tanggal 30 Desember 2013

Sujarwo. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Suryobroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Renika Cipta.

Syah, Muhibbin. 2006. Pisikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2007. Pendekatan Pembelajaran Terpadu: Bumi Aksara.

Widodo. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Wingkel,W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Wulantari, D. 2010. Meningkatkan Kemam-puan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Dengan Pendekatan Cretive Problem Solving Melalui Media GeoGebra. Skripsi Pada Jurusan FPMIPA Universitas Ganesha Singaraja. Bali.

Page 49: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124152

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIC BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

I Nengah Suka Widana dan Yuliana Margareta Barek

Jurusan/Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI BALI e-mail: [email protected]

ABSTRACT The Influence Model of Studying Mnemonic Helped by Pictures Media Toward the Achievement Study Biology

The purpose of this research is to know achievement study of students which follow model of studying mnemonic helped by pictures media better than students which follow model of studying konvensional. Genre of this research is quasi eksperiment with the plan of this research is pos test only control design. Population in this research are all of the students grade X SMA Negeri 8 Denpasar study years 2014/2015 which consist of 8 classes. Pull of the sampel did with random sampling technique and was gotten two classes they are X Science 2 become eksperiment class and X Science 3 become control class, both of this classes are samples in this research. Accumulation data is using test metode, it used essay test. Achievement data of study analized by t-test. From data analize we got tvalue as big as 3,69 and ttable with significant standard 5% (α = 0,05) and db = 96 as big as 1,986. Tvalue > ttable is 3,69 >1,986 so H0 ignored and H1 accepted.

The conclusion is there in influence model of studying mnemonic helped by pictures media toward the achievement study biology students grade X SMA Negeri 8 Denpasar study years 2014/2015, where the achievement study of students which follow model of studying mnemonic better than students which follow model of studying konvensional. Key Words: Model of Studying Mnemonic Helped by Pictures Media

PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar setiap peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, mas-yarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1). Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya peningkatan sumber daya manusia. Komponen dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai objek serta subjek dalam pembelajaran. Guru perlu menciptakan ling-kungan pembelajaran yang efektif agar siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai prestasi belajar yang cukup memuaskan.

Prestasi belajar dapat dicapai seiring dengan pemahaman siswa terhadap konsep pelajar-an. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu melalui kreativitas yang dimiliki guru dalam memilih metode pembelajaran untuk menga-ktifkan dan membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai. Upaya meningkatkan mutu pendi-dikan membutuhkan proses pembelajaran yang optimal, sehingga diperoleh hasil be-lajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini guru menempati kedudukan sentral sebab perannya sangat menentukan. Guru harus mampu menterjemahkan nilai-nilai yang ada dalam kurikulum kemudian mentrasformasikan kepada siswa melalui proses pembelajaran di sekolah.

Biologi merupakan salah satu mata pela-jaran pada tingkat sekolah menengah atas yang dipelajari dengan hafalan materi. Belajar dengan menghafal dianggap oleh

Page 50: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

153Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

beberapa kalangan siswa sebagai pembe-lajaran yang sulit dan membosankan. Sulit dikarenakan pelajaran hafalan memuat banyak materi yang harus diingat dan membosankan karena pada umumnya pelajaran hafalan diajarkan secara monoton. Hal tersebut membuat materi pelajaran tidak dapat diingat dengan baik, sehingga berpengaruh pada capaian nilai siswa yang cenderung rendah.

Hasil observasi proses pembelajaran biologi di SMA Negeri 8 Denpasar khu-susnya pada kelas X, di temukan bahwa sebagian besar guru biologi masih meng-gunakan metode konvensional. Metode ini memiliki keuntungan bagi guru karena penyampaian informasi/materi dapat ber-langsung dengan cepat, tetapi siswa cen-derung pasif selama proses pembelajaran sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kemampuannya. Hal ini dapat mengakibat-kan menurunnya prestasi belajar peserta didik, dapat dilihat dari data nilai ulangan harian yang telah diperoleh siswa pada pelajaran biologi yaitu 70. Nilai tersebut dibawah standar Kriteria Ketuntasan Mini-mal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 76. Jika hal ini dibiarkan, maka akan berdampak tidak baik bagi prestasi siswa kedepannya.

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya penetapan kurikulum yang tepat, pemilihan model pembelajaran, peningkatan kualitas guru, sarana pembelajaran, dan sebagainya. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dan mempengaruhi dalam keberhasilan pembe-lajaran. Di dalam proses pembelajaran guru harus memiliki model pembelajaran yang dapat membuat siswa bekerja secara efektif dan efisien.

Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi. Tetapi tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan pembelajar-an. Karena itu dilakukan kegiatan yang menjadikan siswa menjadi aktif dan senang belajar biologi yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar. Model Pembelajaran Mnemonic merupakan suatu model pem-belajaran yang digunakan untuk membantu kinerja ingatan berdasarkan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang (Miftaful, 2013). Melalui model pembelajar-an ini siswa dapat dengan aktif menemukan cara-cara menghafal dan mengolah data, juga meningkatkan kreatifitas siswa dalam proses menghafal dan dengan berbantuan media gambar, siswa juga menjadi lebih tertarik dalam mempelajari materi pembelajaran yang diberikan, selain itu dengan media gambar siswa menjadi lebih mudah meng-hafalkan dan menggunakan imajinasi gambar untuk mengingat materi yang diberikan saat proses pembelajaran.

Wade dan Travis dalam Abdul Halim (2012), menyebutkan bahwa Mnemonic merupakan suatu strategi untuk melakukan penyandian, penyimpanan dan pengambilan kembali suatu informasi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Mnemonic merupakan strategi dalam penyandian informasi agar dapat disimpan dalam memori jangka panjang dengan baik dan mempermudah pengambilan kembali informasi. Pendapat tersebut didukung oleh Solso (dalam Abdul Halim, 2012) dengan menyebutkan bahwa Mnemonic merupakan teknik yang mening-katkan penyimpanan dan pengambilan informasi dari memori. Hal tersebut menunjukkan bahwa Mnemonic dilakukan pada proses penyandian guna meningkatkan penyimpanan dan mempermudah dalam proses pengambilan informasi. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa Mnemonic merupakan suatu teknik atau strategi untuk mengingat informasi yang dapat dipelajari oleh siapapun. Mnemonic merupakan suatu bentuk penyandian infor-masi yang bertujuan untuk memasukkan informasi ke dalam memori jangka panjang dan mempermudah dalam proses pengam-bilan informasi. Kemampuan dalam meng-gunakan teknik Mnemonic dapat dioptima-lkan dengan latihan.

Wade dan Travis dalam Abdul Halim (2012), menyebutkan bahwa Mnemonic me-

Page 51: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124154

rupakan suatu strategi dalam penyandian informasi agar informasi tersebut dapat disimpan dengan baik dan mudah untuk diingat kembali. Teknik Mnemonic bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang, yaitu: a. Pemaknaan

Makna merupakan kesan yang dimiliki seseorang terhadap informasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemaknaan informasi yaitu kesan yang dibentuk pada informasi ketika informasi tersebut disandikan.

b. Asosiasi Merupakan hubungan antara suatu informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Asosiasi berfungsi sebagai pengait atau isyarat dalam pemanggilan informasi. Dengan demikian apabila seseorang mengingat asosiasi dari informasi, secara otomatis informasi tersebut akan ikut diingat.

c. Imajinasi Merupakan gambaran mengenai sesuatu didalam pikiran. Pengguaan imajinasi dalam penyandian memori dilakukan dengan membayangkan informasi ter-sebut mengenai detailnya, mulai dari ukuran, bentuk, warna, dan suara dari informasi tersebut.

d. Organisasi Merupakan proses pengelompokan dan pembagian item informasi kedalam unit-unit yang lebih sederhana, ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas memori jangka pendek dengan cara penyeder-hanaan yang kemudian ditransfer ke-dalam memori jangka panjang.

e. Pengulangan Pengulangan dilakukan untuk menjaga

informasi tetap aktif dalam memori. Pendapat tersebut sesuai dengan teori pemrosesan informasi yang disampaikan oleh Atkinson & Shiffrin (dalam Abdul Halim, 2012), yang menyatakan bahwa pengulangan dapat mempertahankan infor-masi lebih lama dan merupakan transisi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Keuntungan dari model pembelajaran Mnemonic yakni dapat memaksimalkan proses memori dan menekan kendala dalam penggunaan memori jangka panjang yang menyebabkan terjadinya kelupaan, mening-katkan kemampuan siswa dalam menggam-barkan dan membentuk asosiasi-asosiasi, memupuk kreativitas dan ketenangan siswa. Oleh karena itu teknik Mnemonic dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja memori jangka panjang, sehingga pemro-sesan informasi berjalan optimal dan prestasi belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Denpasar Tahun Ajaran 2014/2015 menjadi lebih baik.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh model pem-belajarn Mnemonic terhadap prestasi belajar biologi. Penelitian ini termasuk Quasi Eksperimen (eksperimen semu), karena dalam pengambilan sampel pengacakan tidak dapat dilakukan pada individu tetapi penga-cakan dilakukan pada kelas yang akan digunakan. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini melibatkan dua kelompok kelas yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Kedua kelas tersebut mendapatkan perlakuan berbeda dalam proses pembelajaran pada materi yang sama. Kelompok eksperimen pada penelitian ini diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran mnemonic, sementara kelom-pok kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran dengan metode ceramah. Setelah penerapan, kedua kelompok diberikan post-test untuk mengetahui hasil dari eksperimen.

Populasi pada prinsipnya merupakan semua anggota kelompok manusia, binatang,

Page 52: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

155Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

peristiwa, dan benda yang tinggal pada suatu tempat yang sama dan secara terencana menjadi target dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Denpasar yang terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas X IPA 1, X IPA 2, X IPA 3, X IPA 4, X IPA 5, X IPS 1, X IPS 2 dan X IPS 3 yang berjumlah 318 orang.

Menurut Sugiyono dalam Sugiarta (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel tidak dilakukan secara individu, karena tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan populasi dan tidak dapat melakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini digunakan teknik random sampling, tetapi yang diacak adalah kelas. Tahapan pertama memilih dua kelas, pada pemilihan ini satu kelas akan menjadi kelompok eksperimen dan satu kelas lagi menjadi kelompok kontrol. Cara menentukan anggota sampel dilakukan dengan cara diundi. Masing-masing nama kelas ditulis dikertas yang berukuran sama. Kemudian kertas digulung dan dimasukkan dalam sebuah kotak. Dan kertas diambil secara beturut-turut tanpa pengembalian. Pada pemilihan tersebut, satu kelas akan dipilih sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas X IPA 2 yang terdiri dari 48 orang siswa dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol yaitu kelas X IPA 3 yang terdiri dari 48 orang siswa.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah model pembelajaran Mnemonic. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah prestasi belajar biologi peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Tahapan-tahapan kerja yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap per-siapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Menyusun jadwal penelitian b. Menyusun RPP yang mengacu pada

silabus dengan penerapan model pembe-lajaran mnemonic, dan mengkonsultasi-kan dengan guru biologi

c. Menyusun instrumen penelitian berupa tes prestasi belajar biologi peserta didik

d. Mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing

e. Menguji validitas dan realibilitas inst-rumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri 8 Denpasar pada tanggal 5 Januari sampai 5 February 2015. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Menentukan sampel penelitian berupa

kelas dari populasi yang tersedia dengan cara random.

b. Dari sampel yang telah diambil kemu-dian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran Mnemonic, dengan tahapan sebagai berikut, 1) Peserta didik akan dibentuk kedalam

beberapa kelompok. 2) Setiap kelompok akan mendapatkan

gambar dari guru 3) Semua anggota kelompok mengana-

lisis gambar dan mengumpulkan

Page 53: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124156

informasi yang sesuai dengan gambar yang didapatkan

4) Peserta didik membuat kata kunci untuk memudahkan menghafal dan menggunakan gambar untuk mem-bantu ingatan lewat imajinasi.

5) Peserta didik menyampaikan hasil analisis gambar tersebut, tanpa mem-bawa catatan.

3. Tahap Akhir a. Tahap Pengolahan Data, (1) mengum-

pulkan data dari masing-masing kelas. (2) Mengolah dan menganalisis data.

b. Tahap Pembuatan Kesimpulan Membuat kesimpulan, mengenai adanya

pengaruh model pembelajaran mnemonic berbantuan media gambar terhadap prestasi belajar biologi.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data nilai prestasi belajar selama pembelajaran berlangsung. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yakni dengan menggunakan metode tes, dan dari tes ini dapat menghasilkan data berupa skor atau nilai. Metode ini digunakan untuk mem-peroleh data dari sampel. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengum-pulkan data tentang prestasi belajar yaitu dengan menggunakan instrumen tes prestasi belajar. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini ada dalam bentuk essay yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk teknik analisis data tentang prestasi belajar biologi diolah dengan mengunakan metode statistik sedangkan untuk menguji hipotesis menggunakan t-test, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

𝑡𝑡 − 𝑡𝑡𝑒𝑒𝑠𝑠𝑡𝑡 = 𝑌𝑌1 − 𝑌𝑌2

𝑆𝑆12

𝑛𝑛1+ 𝑆𝑆2

2

𝑛𝑛2

Keterangan: 𝑌𝑌1 = mean pada distribusi sampel 1 𝑌𝑌2 = mean pada distribusi sampel 2 S1 = varian pada sampel 1 S2 = varian pada sampel 2 n1 = jumlah individu pada sampel 1 n2 = jumlah individu pada sampel 2

Tetapi sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data tentang perbedaan prestasi belajar biologi sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran mnemonic ber-bantuan media gambar. Data diperoleh melalui post test. Tes yang diberikan berupa tes soal essay dengan pokok bahasan jamur (fungi). Tes ini diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari hasil post test diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 84,60, dengan nilai minimum 65,00 dan nilai maksimum 95,00. Sedangkan pada kelom-pok kontrol diperoleh nilai rata-rata 77,00 dengan nilai minimum 55,00 dan nilai maksimum 95,00.

Sebelum melakukan uji hipotesis dengan statistika t-test, terlebih dahulu akan dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui penyebaran data yang ada bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini mengguna-kan rumus Chi-kuadrat (X2) dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = (n-1). Dari hasil analisis data kelompok eksperimen diperoleh nilai X2

hitung = 1,98786. Sedangkan nilai X2

tabel dengan db = (7-1) = 6 dan taraf signifikansi 5% (0,05) adalah 12,592 ini menunjukkan bahwa X2

hitung < X2tabel, sehingga data prestasi

belajar biologi untuk kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dan dari hasil analisis data kelompok kontrol diperoleh nilai X2

hitung = 4,06355. Sedangkan nilai X2

tabel dengan db = (7-1) = 6 dan taraf signifikansi 5% (0,05) adalah 12,592 ini menunjukkan bahwa X2

hitung<X2tabel, sehingga data prestasi belajar

biologi untuk kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas merupakan pengujian tentang sama tidaknya varian-varian dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas

Page 54: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

157Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama atau tidak. Dari perhitungan uji homogenitas varian didapat Fhitung = 1,26 sedangkan Ftabel = 1,624, sehingga Fhitung < Ftabel. Ini berarti data prestasi belajar biologi peserta didik berasal dari populasi yang homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varian dapat disimpulkan bahwa data dari

semua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varian yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dengan t-tes dapat dilakukan. Adapun kriteria pengujian, jika thitung > ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak dan jika thitung < ttabel maka H0 dterima dan H1 ditolak. Dengan dk = (n1+n2)-2 dan taraf signifikansi 5 %. Hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Hipotesis

No. Kelompok Jumlah sampel Mean Varian thitung ttabel Kesimpulan

1 Eksperimen 48 82,604 63,819 3,69 1,986

H1 diterima, sedangkan H0 ditolak 2 Kontrol 48 76,354 74,191

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel

yaitu 3,69 > 1,986 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015, dimana prestasi belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan Model pembelajaran mnemonic memiliki keunggul-an dalam meningkatkan prestasi belajar biologi peserta didik. Model pembelajaran mnemonic dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah biologi, dimana mata pelajaran biologi bukan pengetahuan yang bisa sempurna sendirinya, terutama untuk membantu orang untuk memahami dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi permasalahan alam. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah, secara teori model pem-belajaran mnemonic merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kepada kreatifitas peserta didik menemukan cara untuk menghafalkan materi biologi yang diberikan. Selain itu dengan berbantuan media gambar dapat membantu memudahkan

peserta didik untuk menghafalkan materi biologi dengan menggunakan imajinasi peserta didik sendiri. Dilihat dari hasil pengamatan langsung proses pembelajaran yang berlangsung pada masing-masing kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat gairah belajar dan keaktifan siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran mnemonic berbantuan media gambar lebih tinggi daripada siswa yang ada di kelas kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Dilihat dari analisis data prestasi belajar biologi yang diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,69 > 1,986 maka H0 ditolak dan H1 diterima, hasil ini diperkuat dengan perbedaan nilai rata-rata yang sangat signifikan yakni rata-rata prestasi kelompok eksperimen yaitu 84,60 dengan kelompok kontrol yaitu 77,00. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015, dimana prestasi belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Mnemonic berbantuan media gambar lebih baik daripada peserta didik

Page 55: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124158

yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut, 1. Bagi guru biologi, dalam proses pem-

belajaran terutama pembelajaran biologi diharapkan menjadikan model pembe-lajran mnemonic sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran biologi.

2. Penelitian ini dilaksanakan terbatas pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015, maka disarankan kepada peneliti yang lain untuk mengadakan penelitian yang sama dalam ruang lingkup yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembe-

lajaran. Bandung: CV Alfabet. Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Ayu Indrayani. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Dan Tingkat Ketahan-malangan (Adversity Quotient) Ter-hadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 5 Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi (Tidak Diterbitkan). IKIP PGRI Bali

Candiyasa. 2012. Statistik Multivariat disertai Aplikasi SPSS. Bali: Universitas Pendidikan Ganesa.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008.

Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Universitas Indonesia.

Koyan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesa Press.

Linna Meilia. 2013. Penerapan Student Centered Learning (SCL) melalui metod Mnemonic dengan teknik asosiasi pada mata kuliah kanji dasar. http://download.portalgaruda.org/article.php/Penerapan SCL melalui metode Mnemonic.html. (Diakses tanggal 20 September 2014)

Miftaful Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad Abdul Halim. 2012. Keefektifan Teknik Mnemonic Untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang Dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Islam 1 Surakarta. http://candrawijaya.psikologi.fk.uns.ac.id/2012/16/ Keefektifan Teknik Mne-monic untuk meningkatkan memori jangka panjang.html. (Diakses tanggal 11 september 2014)

Sobry Sutikno. 2013. Belajar dan Pembe-lajaran. Lombok: Holistica.

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunarto dan Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabet.

Sugiarta. 2012. Pengaruh Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak Diterbitkan). IKIP PGRI Bali.

Suviatniyati. 2012. Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Dan Respon Biologi Pesera Didik Kelas X5 Semester Genap SMA Negeri 6 Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak diterbitkan). IKIP PGRI Bali.

Page 56: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

159Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. A. Istri Agung Mirah Yuliadewi

SD Negeri 1 Sangsit, Dinas Pendidikan Kabupaten buleleng

ABSTRACT Quantum Learning With Quiz Team to Improve Student Achievement This research is a classroom action research that aims to determine the application of quantum learning model with quiz team in improving student achievement fourth grade in the first semester of the school year 2013/2014 in SD Negeri 1 Sangsit. Research conducted for the purpose for the above uses of learning achievement tests as a means of collecting data daan use as a descriptive analysis tools for analyzing research data. After analysis of the results obtained by increasing the initial data which average 59 to mastery learning 55% increase in the first cycle to 63 on average with 82% mastery learning and the second cycle increased again average class to 82 with learning completeness 94% , These results have proven the success of the research conducted so that it can be concluded that the learning model kuatum with quiz team is able to improve student achievement. The results have proved that the hypothesis presented is acceptable. Keywords: Quantum Learning Model, Quiz Team, Student Achievement

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan kondisi yang harus dipenuhi oleh setiap guru. Untuk itu guru harus giat melakukan kegiatan seperti mengajar dengan memahami kebenarannya teori-teori yang ada, melakukan pembelajaran yang lebih konstruktivis. Dalam melak-sanakan pembelajaran di kelas mesti di-upayakan agar dalam pelaksanaannya guru memahami peran, fungsi dan kegu-naan mata pelajaran yang diajarinya. Disamping pemahaman akan hal-hal terse-but pembelajaran akan efektif, banyak ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran menjadi pem-belajaran.

Dalam Pemendiknas RI No. 41 Tahun 2007 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidi-kan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berparti-sipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa. Kreativitas dan ke-

mandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Karena itu orientasi pem-belajaran harus ditekankan kepada peserta didik sebagai subjek, yang harus aktif dan kreatif melaksanakan proses pembelajaran dengan arahan dan bantuan dari guru.

Pendidikan akan lebih bermakna bagi siswa apabila pengetahuan dibangun dengan dasar informsi yang diperoleh secara alami. Untuk tujuan tersebut, lingkungan belajar harus dibangun se-demikian rupa untuk memberikan pema-haman dan menjelaskan secara konkret teori-teori atau konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa. Agar ber-makna serta dasar pengetahuan dapat dimanfaatkan siswa dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan harus di-bangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan siswa.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung aktif,

Page 57: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124160

kreatif, dan menarik jika dalam diri siswa tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas pertanyaan, memperluas dan mem-perdalam pemahaman dengan mengguna-kan metode yang efektif. Rasa ingin tahu siswa muncul dan terlihat ketika sudah mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaa-an. Pertanyaan inilah nantinya yang akan menjadi bahan pembelajaran untuk dicari jawabannya bersama-sama antar guru dan siswa. Agar mampu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan siswa dan memberikan dampak yang baik terhadap kelangsungan pembelajran mereka, seo-rang guru harus benar-benar memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi yang diajarkan sehingga dia layak disebut seorang guru yang kompeten.

Kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, (Ashan, 1981) mengemukakan bahwa kompetensi diarti-kan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, efektif daan psikomo-torik dengan sebaik-baiknya.

Gambaran di atas adalah gambaran ideal dari sebuah proses pendidikan yang diharapkan. Apabila kondisi yang diharap-kan tersebut tidak didukung dengan pengetahuan dan pemahaman guru meng-enai strategi, metode, teknik, pendekatan-pendekatan tertentu maka prestasi belajar anak akan menjadi rendah. Kenyataan tersebut terbukti dari hasil tes yang diberikan siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2013/ 2014 di SD Negeri 1 Sangsit ternyata baru mencapai rata-rata 59 dengan ketuntasan belajar 55%. Hasil tersebut tentu tidak sesuai dengan harapan keberhasilan pendidikan yang ditetapkan masih jauh di bawah KKM, yaitu 64.

Harapan yang dicanangkan dengan kondisi nyata di lapangan terkadang tidak selalu sejalan. Banyak faktor yang men-

jadi penyebab tidak terwujudnya harapan tersebut, seperti: kurangnya kemauan guru mengembangkan model pembelajaran, kemampuan guru memahami metode-metode dan model-model pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan teori-teori pembelajaran terbaaru, kemampuan guru memahami karakteristik peserta didik.

Dengan adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada di lapangan maka peneliti sebagai guru kelas IV di SD Negeri 1 Sangsit mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa dengan mengaplikasikan Model Pembelajaran Kuantum yang diperkuat dengan Quiz Team. Dengan tindakan yang seperti itu diharapkan prestasi belajar peserta didik akan dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD kelas 4 sd negeri 1 Sangsit semester 1 pada tahun pelajaran 2013/2014. Kondisi lingkungan yang nyaman dan aman sangat mendukung keberhasilan dari pelaksanaan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan kelas. Data hasil pene-litian dianalisis dengan metode deskriptif, dianalisis dengan mencari mean, median dan modus membuat interval kelas. Dalam penelitian ini mengusulkan tingkat keber-hasilan per siklus, yaitu siklus 1 mencapai nilai rata-rata 71 dengan ketuntasan belajar minimal 80% dan pada siklus 2 rata-rata kelas sebesar 79 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum menyampaikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kelas 4 SD negeri 1 Sangsit. Ada baiknya dilihat dulu pendapat para ahli pedidikan dalam menyampaikan hasil penelitian dan pem-bahasan perlu menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengawas-

Page 58: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

161Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

an dan refleksi yang berarti penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi perlu di tambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil perencanaan (kema-juan) para diri siswa, lingkungan, guru, motifasi dan aktifitas belajar, situasi kelas dan hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukan perubahan yang terjadi disertai pembahas-an secara sistematis dan jelas (Suharsimi Arikanto, Suhardjono, Supardi, 2006:83). Berdasarkan pendapat tersebut maka pada bab ini di sampaikan uraian secara lengkap tentang perencanaan, pelaksana-an, observasi maupun refleksi. Oleh karena ini pembicaraan pada bab ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan. Pada bagian ini disampaikan observasi awal dari 33 siswa yang diteliti di kelas 4 SD negeri 1 Sangsit pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 hanya 6 orang atau 18,18% tidak mencapai KKM atau di bawah KKN. Di mana kriteria ketuntasan minimal di sekolah ini adalah 64. Observasi awal dilakukan untuk dapat menunjukan tingkat kemajuan yang dicapai, mencari keku-rangan kekurangan yang ada selama proses pelaksanaan tindakan untuk dijadikan acuan perbaikan. Pada observasi awal diperoleh rata-rata 63, median 66, modus 64, berdasarkan observasi awal untuk lebih mengoptimalkan lagi dapat dilakukan dari kegiatan perencanaan meliputi, menyusun RPP mengikuti alur model pembelajaran kuantum, dan membuat kelompok untuk memperkuat model pembelajaran kuantum dengan quiz team, menyiapkan bahan-bahan pen-dukung pembelajaran seperti silabus RPP, LKS, Buku agenda, daftar nilai, mem-pelajari model kuantum, melibatka peserta didik secara aktif dalam pembelajaran membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang, menciptakan situasi yang menyenangkan, motivasi siswa agar giat belajar melakukan apersepsi menyampai-

kan tujuan pembelajaran cakupan materi. Pada siklus II penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan penelitian yang dirancang pada siklus II, dalam hubungan pening-katan prestasi ajar diperoleh 31 siswa (94%) memperoleh nilai melebihi KKN, artinya bahwa mereka berada pada kategori mampu memenuhi tututan yang diinginkan, sedangkan 2 siswa (6%) siswa memperoleh nilai dibawah KKM yang artinya bahwa kemampuan mereka berada pada kategori belum berkembang sesuai indikator yang di persyaratkan. Analsis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus II sebagai berikut. Dengan mean 82, median 83, modus 84. Pada siklus II ini memperbaiki atau menutupi kekurangan dari siklus I di mana perbaikannya adalah pasifnya siswa pada kegiatan awal dan siklus I sudah di pecahkan dengan giat memotifasi kegiatan memberikan arahan-arahan serta memberi tugas untuk berprestasi. Bagi mereka yang lambat menerima pelajaran dipecahkan dengan melakukan tanya jawab multi arah, bagi yang sulit berbicara dilakukan , drill yang lamban dalam belajar di motivasi dengan mengerjakan soal-soal yang mudah. Dominasi waktu oleh guru telah di minimalisir dan diganti dengan penem-patan siswa dalam posisi sentral. Semua hal yang telah dilakukan dengan baik mulai dari inovasi-inovasi, memvlidasi instrumen bersama teman sederajat, berkonsultasi dengan guru dan kepala sekolah untuk penentuan keberhasilan dalam pelaksanaan sebagai cara penentuan reliabilitas, akhirnya hasil yang di peroleh sudah sesuai tutunan indikator keber-hasilan penelitian, hasil ini menunjukan bahwa indikator keberhasilan yang dite-ptapkan sudah berhasil dipenuhi sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil tersebut telah menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian

Page 59: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124162

SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini telah membuktikan

keberhasilan dalam pelaksanaannya. Proses pembuktian hipotesis yang dilaku-kan dengan 2 siklus tindakan pada pene-litian tindakan kelas yang dilakukan, telah memberikan gambaran tentang keberhasil-an yang telah dicapai. Berpijak dari semua uraian yang telah disampaikan bahwa proses pembelajaran yang telah dilakukan didahului dengan membuat perencanaan yang baik, melaksanakan pembelajaran yang benar sesuai teori-teori yang ada, melaksanakan observasi untuk pencarian data sampai pada refleksi yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa semua pelaksanaan tersebut sudah berjalan baik dan telah memperoleh hasil sesuai harapan. Dari semua data yang telah diperoleh bahwa fakta-fakta yang ada telah mampu menjawab rumusan masalah dari tujuan penelitin ini. Bukti-bukti tersebut, baik bukti yang masih rendah yang diperoleh pada awalnya maupun bukti yang sudah lebih baik pada siklus I dan bukti data yang baik yang sesuai harapan yang haarapan yang diperoleh pada siklus II telah dapat memberikan gambaran terhadap diterimanya hipotesis penelitia yang telah diajukan. Dari semua perolehan data tersebut, sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa model pembelajaran Kuantum yang diperkuat dengan Quis team telah dapat menjawab keberhasilan peningkatan prestasi belajar sesuai tuntan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut: a. Dari data awal ada 15 siswa mendapat

nilai di bawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi 6 siswa dan siklus II hanya 2 siswa mendapat nilai di bawah KKM.

b. Nilai rata-rata awal 59 naik menjadi 63 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 82.

c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya 18 orang sedangkan pada siklus

I menjadi lebih banyak yaitu 27 siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 31 siswa.

Paparan di atas membuktikan bahwa model pembelajaran Kuantum yang diperkuat dengan Quis Team dapat memberi jawaban sesuai tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa. Peneliti perlu menyampaikan saran kepada pihak atau stakeholder yang bertanggung jawab terhadap pendidikan saran utamanya dideskripsikan berdasar-kan kelemahan-kelemahan penelitian yang masih perlu ditingkatkan serta kelebihan yang sudah diperoleh dan perlu diting-katkan. Sesuai data hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dapat disampaikan saran-saraan sebagai berikut: 1. Bagi teman-teman guru disarankan

mencoba model pembelajaran Kuan-tum yang diperkuat dengan Quis Team untuk diterapkan di kelas yang diajar.

2. Kepada kepala sekolah disarankan untuk memberikan penekanan agar guru mau melaksanakan pembelajran dengan langkah-langkah model yang sudah diteliti.

3. Penggunaan model pembelajaran Kuantum yang diperkuat dengan Quis Tesm semestinya menjadi pilihan dari beberapa model yang ada mengingat model ini telah terbukti dapaat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model pembelajaran Kuantum dalam me-ningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilaku-kan, oleh karenanya disarankan ke-pada peneliti lain yang berminat me-neliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.

5. Demi kesempurnaan penelitian ini, peneliti menharapkan kritik, saran, masukan yang konstruktif, oleh kare-

Page 60: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

163Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

nanya disarankan pada peneliti lain untuk melakukan penelitian guna memverifikasi hasil-hasil yang telah diperoleh.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar.jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdikbud.1984/ 1985. Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar Kependidikan: Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdikbud.1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Direktorat Pendidikaan Menengah umum.

Depdikbud. 1996. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran IPS-Sejarah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik Metodelogi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: depdiknas.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumardi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pemdidikan Nasional. Bandung: Focus Media.

Tim Redaksi Focus Media. 2006.Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintahan No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Page 61: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124164

SUPERVISI KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN

I Dewa Putu Suastika

Pengawas SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Clinical Supervision for Improved of Implementing Teacher Learning Process The purpose of this study was to determine the application of clinical supervision to improve the ability of teachers in implementing the learning process is good and right that starts from a preliminary study, the core of learning, and learning in elementary school SD N 4 Bungkulan, SD N 5 Bungkulan, and SD N 3 Sawan in District Sawan during the first semester of the school year 2013/2014. This school action research involved 18 teachers as a research subject and conducted in two cycles through the stages of planning, implementation, observation/observation and reflection. Sheet instruments clinical supervision is a device used to collect research data were then analyzed using descriptive statistics. The results obtained from this study showed an increase in the ability of teachers in implementing the learning process is good and right that starts from a preliminary study, the core learning and teaching of the average closing early 76 increased to 81 in the first cycle and increased to 84 in cycle II with a percentage of initial teacher completeness ability 22.22%, in the first cycle increased to 66.66 %% and the second cycle increased to 94.44%. Thus the application of clinical supervision can improve the ability of teachers in implementing the learning process is good and right from the preliminary study, the core and learning cover. Keywords: Clinical Supervision, Ability of the Teacher, Learning Process

PENDAHULUAN Persoalan yang terjadi pada dunia pendidikan adalah tidak sesuainya antara harapan dengan kenyataan. Begitu banyak harapan-harapan disampaikan oleh pemerin-tah tapi pelaksanaan guru dilapangan tidak sesuai dengan harapan-harapan tersebut. Dalam situasi seperti itu, setidaknya penga-was harus mampu meluruskan jalannya pen-didikan agar sesuai dengan harapan. Se-orang pengawas sekolah harus pandai dalam melaksanakan tugas agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai standar yang diharapkan sehingga perlu dilihat baik-baik oleh pengawas sekolah dalam pelaksanaannya di lapangan.

Guru-guru diharapkan mampu melak-sanakan pembelajaran yang baik secara man-diri dalam pelaksanaan tugasnya. Kemandiri-an adalah dapat mengatasi kepentingan sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 513). Guru-guru biasanya meminjam program temannya dalam membuat perencanaan program tapi

yang baik adalah tidak menuruti begitu saja contoh tersebut tanpa membuat pengem-bangan-pengembangan sesuai kemampuan sendiri yang memenuhi prinsip-prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan (Pasal 5, Ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003).

Lemahnya pelaksanaan pembelajaran di kelas yang diakibatkan rendanya kemampuan guru-guru melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan benar adalah bumerang bagi kemajuan pendidikan di Indonesia mengingat tuntutan Standar Proses sesuai Permen No. 41 tahun 2007 agar guru-guru lebih profesional serta adanya keter-libatan aktif berbagai pelaku pendidikan ter-masuk pula adanya proses pembelajaran yang inovatif dan accountable (Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, 2007: 4). Ketidak-mampuan guru-guru melaksanakan proses pembelajaran dengan baik perlu dipertanya-kan sebab-sebabnya dan perlu dicarikan jalan pemecahannya. Oleh karenanya penelitian ini penting untuk dilakukan.

Page 62: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

165Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah supervisi klinik dapat mem-bantu meningkatkan kemampuan guru-guru melaksanakan proses pembelajaran di yang baik dan benar mulai pembelajaran pendahu-luan, pembelajaran inti dan pembelajaran penutup? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah supervisi klinik dapat membantu guru-guru SDN 4 Bungkulan, SDN 5 Bungkulan dan SDN 3 Sawan dalam meningkatkan kemampuan mereka melak-sanakan proses pembelajaran yang baik dan benar mulai pembelajaran pendahuluan, pembelajaran unit dan pembelajaran penutup Bagi siswa, penelitian dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dan belajar kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

Manfaat penelitian ini adalah 1) Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat diper-gunakan sebagai alternatif solusi penang-gulangan permasalahan pembelajaran, dan secara serta merta mengindikasikan profesi-onalitas guru kelas dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas pembelajaran. 2) Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai refrensi dalam menanggulangi permasalahan rendahnya output dan outcome pendidikan di sekolah ini.

Daryanto (2005: 84) mengatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendi-dikan. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1988: 57), arti supervisi adalah mengamati, mengawasi, atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan orang lain dengan maksud untuk perbaikan. Mantja (2005: 1) mengatakan bahwa supervisi mulai dikenalkan di Indonesia pada saat berlakunya Kurikulum 1975. Supervisi sama dengan kepengawasan dalam tujuan-tujuan memper-baiki dan meningkatkan kinerja guru, berfungsi sebagai monitoring, kegiatannya memiliki fungsi manajemen serta berori-entasi pada tujuan pendidikan. Perbedaannya adalah kepengawasan lebih berkaitan dengan sejauhmana rencana yang telah ditetapkan tercapai. Supervisi lebih peduli pada upaya-

upaya membantu guru untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan.

Muhammad Azhar (1996: 43) mengatakan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk meningkatkan kemampuan untuk menjalankan tugas dan bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa supervisi merupakan kegiatan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah termasuk kepala sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan mereka yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.

Shane dan Weaver 1976 (dalam Mantja, 2005) menjelaskan bahwa supervisi klinik adalah sistim penunjang profesional. Sistim itu dapat mendorong perkembangan komponen personal, sosial, akademik dan pola pikir guru untuk memperbaiki serta meningkatkan instruksionalnya dan sekaligus juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswanya di kelas. Masih dalam Mantja (2005) mengatakan bahwa supervisi tahap supervisi klinik dimulai dengan pertemuan awal, observasi dan pertemuan balikan.

Flanders (1976) melihat supervisi klinik dari aspek analisis interaksinya: super-visi klinik adalah kasus khusus pengajaran dimana sekurang-kurangnya ada dua orang yang memiliki kepedulian terhadap perbaik-an pengajaran, dan sekurang-kurangnya salah seorang diantaranya adalah guru yang kinerjanya perlu diperhatikan dan dikaji secara cermat. Purwanto (1998) menyatakan bahwa supervisi klinik adalah supervisi yang pelaksanaannya lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan-kelemahan atau kekurangan-ke-kurangan yang ada. Kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan melalui

Page 63: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124166

kebiasaan berpikir dan bertindak disebut kompetensi.

Kompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan guru dalam merancang pembe-lajaran, melaksanakan pembelajaran, meng-evaluasi, melaksanakan analisis hasil evaluasi serta melaksanakan program remedial dan pengayaan (Permen 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru). Dari beberapa bagian kompetensi guru yang dipersyaratkan, yang penulis teliti adalah kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran tentu tidak bisa lepas dari unsur keilmuan yang dimiliki, kemampuan mencerna isi peraturan-per-aturan yang ada serta keterampilan yang dimiliki guru yang merupakan faktor pendu-kung keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kemampuan juga ber-hubugan dengan kebenaran pelaksanaan pembelajaran sesuai tujuan yang tercakup di

dalamnya yang terkait erat dengan kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Bungkulan, SDN 5 Bungkulan dan SDN 3 Sawan yang berada di wilayah Kecamatan Sawan yang merupakan sekolah binaan pengawas dan sekaligus sebagai peneliti. Jenis Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini terfokus pada penelitian tindakan sekolah. Desain yang diberikan oleh Ebbut di atas siklusnya sampai 3. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan dua siklus dan mengikuti model penelitian yang diberikan oleh Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2008) yang langkah-langkahnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Gambar Desain Penelitian Tindakan dari Depdiknas (2008)

Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SDN 4 Bungkulan, SDN 5 Bung-kulan dan SDN 3 Sawan yang jumlahnya 18 orang terdiri dari 9 guru laki-laki dan 9 guru perempuan. Objek penelitiannya adalah pe-

ningkatan kemampuan guru dalam melak-sanakan proses pembelajaran dengan meng-gunakan supervisi klinik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun pelajaran 2013/2014 Meto-

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan

Tindakan I

Siklus I

Permasalahan Baru Hasil Refleksi

Perencanaan

Tindakan II

Pelaksanaan

Tindakan II

Siklus II Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan Data II

Bila Permasalahan Belum

Terselesaikan

Dilanjutkan ke Siklus

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan Data I

Page 64: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

167Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

de yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah lembar obser-vasi proses belajar mengajar, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan I

Dalam kegiatan perencanaan di siklus I ini peneliti menyusun Rencana Instrumen Penilaian Kemampuan Guru Melakukan Proses Belajar Mengajar yang akan diguna-kan untuk membimbing guru yang kemam-puannya masih rendah. Melihat data awal yang tidak sesuai harapan, peneliti berkon-sultasi dengan teman-teman pengawasdan kepala sekolah disekolah tersebut untuk merencanakan bimbingan yang paling tepat agar mampu menyelesaikan masalah yang ada, menentukan waktu pelaksanaan pem-belajaran, menyusun format observasi, me-rencanakan bahan-bahan pendukung, meran-cang skenario bimbingan yang akan diguna-kan. 2. Pelaksanaan I

Pelaksanaan pembimbingan dilaku-kan dengan giat menuntun guru, memberi arahan-arahan yang akan dilaksanakan dalam observasi. Memberi bimbingan dilakukan dengan giat baik secara kelompok maupun secara individual. 3. Observasi I

Observasi dilakukan sebagai upaya mencek sejauhmana penerapan metode/ model pembelajaran dengan memanfaatkan media secara maksimal untuk dapat mening-katkan kemampuan guru.Observasi ini dila-kukan bersamaan dengan pelaksanaan pene-litian dengan cara menilai apa yang bisa dilakukan, melihat apakah guru aktif atau tidak dalam mengikuti proses pembimbing-an. Hasil observasi yang sudah dilakukan diperoleh rata-rata 81, ketuntasan 80%, banyaknya guru yang remidial 6 orang, banyaknya guru yang diberi pengayaan 12 orang denganketuntasan 66,67%. 4. Refleksi I

Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasar data yang telah terkumpul, kemu-dian dilakukan evaluasi guna penyempurna-an tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil peng-amatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, Sukardjono, Supardi, 2006: 80).

Deskripsi terhadap pelaksanaan pene-litian di siklus I ini adalah dari 18 guru yang dieliti, baru 12 orang atau 66,66 % guru yang mampu mencapai ketuntasan. Sedangkan guru yang lainnya yang berjumlah 6 orang atau 33,34% belum mencapai tingkat ketun-tasan kemampuan sesuai harapan. Interpre-tasi yang dapat disampaikan adalah kemung-kinan persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran belum optimal. Pelaksanaan pembimbingan pada siklus I ini belum sesuai harapan. Sehingga pengawas dalam hal ini sebagai peneliti harus giat memotivasi guru agar lebih giat dan lebih kreatif. Siklus II 1. Perencanaan II

Rencana yang dibuat pada siklus II sama dengan rencana tindakan siklus I yaitu: 1) mengecek jadwal pembimbingan, 2) mengecek kekurangan-kekurangan sebelum-nya seperti mengajar, 3) berkonsultasi dengan teman-teman pengawas, 4) menyu-sun rencana dalam mengatasi masalah yang ada, dan 5) menyiapkan lembar observasi. 2. Pelaksanaan II

Pelaksanaan penelitian di siklus II juga dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, sama dengan pelaksanaan penelitian pada siklus I. Perbaikan pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan perbaikan fokus pada perbaikan yang tercantum pada perencanaan dengan harapan pelaksanaan perbaikan ini mampu meningkatkan kemampuan mereka. 3. Pengamatan/Observasi II Observasi dilakukan pada siklus II adalah: 1) masuk ke ruangan dengan membawa lembar observasi/pengamatan, 2) masuk ke ruangan dengan mengucapkan salam, berlanjut dengan memberi penjelasan

Page 65: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124168

tentang lembar observasi yang harus dikerjakan, 3) memberi kesempatan pada guru untuk menandatangani absen kehadiran. Setelah waktu pengerjaan lembar observasi berakhir, dilanjutkan dengan mengumpulkan lembar observasi dan menyampaikan beber-apa hal yang perlu dilakukan selanjutnya, 4) penyampaian pada guru, bahwa setelah lembar observasi diperiksa,skor perolehan akan disampaikan secara umum mengenai hasil yang diperolah guru. Hasil observasi yang sudah dilakukan diperoleh rata-rata 84, ketuntasan 80%, banyaknya guru yang remidial 1 orang, banyaknya guru yang diberi pengayaan 17 orang denganketuntasan 94,44%. 4. Refleksi II

Dari hasil observasi/pengamatan/ pengumpulan data yang dilakukan pada guru yang diteliti dapat dijelaskan bahan mereka yang meningkat sesuai harapan. Refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh adalah:18 orang yang diteliti ternyata per-sentase kemampuan guru meningkat 94,44 % dengan rata-rata 84 dari target ketuntasan 80. Kesimpulan refleksinya adalah meng-alami peningkatan persentase kemampuan guru dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan penelitian, sesuai dengan data hasil penelitian dan analisis deskriptif yang telah dilaksanakan memberikan kesimpulan bahwa: 1) supervisi klinik yang dilaksana-kan pengawas dapat meningkatkan proses pembelajaran yang baik dan benar dan 2) semua kebehasilan itu telah dapat ditunjuk-kan dengan data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Semua fakta di atas dapat dibuktikan dengan data a) dari data awal ada 14 guru mendapat nilai dibawah rata-rata ketuntasan dan pada siklus I menurun menjadi 6 guru dan siklus II hanya 1 guru mendapat nilai di bawah ketuntasan, b) Nilai rata-rata awal 76 naik menjadi 81 pada siklus

I dan pada siklus II naik menjadi 84, dan c) Dari data awal guru yang tuntas hanya 4 orang sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 12 dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 17 guru. Saran

Kepada teman pengawas disarankan untuk mencoba supervisi klinik sebagai rujukan dalam melaksanakan kegiatan ke-pengawasan. Kepada kepala sekolah disaran-kan untuk memberi penekanan agar guru mau melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan peneliti. Kepada guru-guru supervisi klinik sangat penting untuk meningkatkan kemam-puan dalam proses pembelajaran yang baik. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi, Sukardjono, Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Azhar, Lalu Muhammad. 1996. Supervisi Klinis. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Cogan, Moris L. 1973. Clinical Supervision. Boston: Houghton Mifflin, Co.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Laporan Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta: Depdinas.

Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto. (1988). Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.

Ine I. Yousda & Zainal Arifin. (1993). Penelitian dan Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Margono, S. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Matphesell, B.M. 1980. An Introductory to Statistical Analysis. USA: Boston University.

Page 66: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

169Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Mulianto Sindu, dkk. 2006. Panduan Lengkap Supervisi. Kelompok Gramedia. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo

Ngalim Purwanto. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT. Grasindo.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gutamedia Press.

Tim Redaksi Rokusmedit. 2006. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. Bandung: Fokus Media.

Page 67: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124170

MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

I Wayan Sugita

SD Negeri 4 Wanagiri, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Quantum Learning Model to Improve Student Achievement Research conducted classified research is classified as a class action. This study took 10 fifth grade students in the first semester of the school year 2013/2014 in SD Negeri 4 Wanagiri. This classroom action research aims to determine the application of quantum learning model in improving student achievement. Data were collected using achievement test and analyzed using descriptive analysis, obtained by the increase in student achievement from 69.20 to preliminary data in the first cycle increased by an average of 71.20 and became the second cycle increased to 80.10 with mastery learning which in initially 30% increased to 40% in the first cycle and increased to 100% in the second cycle. The conclusion that can be drawn from the implementation of which has been done optimally follow the theories of education experts is a quantum learning model can improve student achievement. Keywords: Quantum Learning model, student achievement

PENDAHULUAN

Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan atau lebih mudah lagi dipahami mencari kesenjangan antara kondisi harapan dengan kondisi yang ada di lapangan. Kondisi harapan tentu banyak berkiblat di pihak guru yang harus mampu memberikan pembelajaran yang baik yang sesuai harapan. Untuk men-capai hal tersebut maka guru harus memahami pendekatan, metode, model, strategi, teknik, peran mata pelajaran, fungsi serta kegunaan-nya. Mata Pelajaran PKn merupakan mata pe-lajaran penting dalam memajukan pendidikan agar peserta didik memiliki kemampuan, keterampilan, serta kepedulian terhadap kebe-saran bangsa.Dalam buku pembelajaran yang dikeluarkan Depdiknas (2009: 1-5) menjelas-kan bahwa anak yang duduk di jenjang se-kolah dasar adalah seorang individu yang sangat kompleks dan unik. Karena hal tersebut di atas merupakan sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan menuntut guru lebih kreatif dan inovatif menacari jalan keluar dengan melakukan penelitian yang berguna demi meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah),

ada harapan, ada kenyataan yaitu rendahnya prestasi belajar dan penyebabnya. Kenyataan itulah yang mendorong keinginan peneliti untuk mengupayakan sebuah perbaikan dengan pendekatan tematik menggunakan me-tode bercerita berlanjut dengan pemberian tu-gas, dengan maksud untuk memperbaiki mutu pendidikan PKN. Karena kenyataan prestasi belajar anak kelas V di semester I tahun ajaran 2013/2014 baru mencapai nilai rata-rata 69,20. Hasil tersebut jika dinilai dari tingkat keber-hasilan yang mesti dicapai anak masih jauh dariharapan.Untuk pemenuhan mutu pendidi-kan penelitian ini sangat penting untuk dilak-sanakan.

Rumusan masalah penelitian ini adalah sesuai apa yang dinyatakan Wardhani, dkk (2007) bahwa rumusan masalah harus diru-muskan secara operasional sehingga perbaikan pembelajaran saat penelitian tindakan kelas. Apakah model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Wanagiri? Tujuan penelitian ini adalah Untuk perumusan tujuan penelitian sesuai petunjuk (Kemendiknas, 2010) pene-

Page 68: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

171Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

litian Tindakan Kelas menggambarkan kegiat-an nyata guru dalam pengembangan profesi-nya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses proses pembelajaran di kelas. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar yang terjadi setelah diterapkannya langkah-langkah model pembelajaran kuantum dalam proses pembe-lajaran.

Manfaat penelitiannya adalah: 1) Bagi anak, mengenal perilaku yang baik untuk diterapkan dalam interaksi sosial yang har-monis bersama teman-temannya melalui me-tode bercerita dengan memanfaatkan kain celemek; 2) Bagi guru memiliki kemampuan memanfaatkan berbagai media, model dan metode pembelajaran yang efektif untuk mengatasi masalah sosial emosional anak ; 3) Bagi sekolah, inventarisasi media, model dan metode pembelajaran yang efektif.

Model pembelajaran Kuantum mampu merangsang siswa untuk dapat menganalisa setiap materi yang diajarkan, mendemonstrasi-kan materi yang diajarkan dan melatihnya secara berulang-ulang. Untuk merka yang dapat menguasai materi pelajaran secara cepat dan tepat, guru memberikan penghargaan dan perayaan untuk lebih memotivasi dan membangkitkan semangat siswa untuk terus belajar dengan lebih baik. Cara inilah yang akan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang ada, mengingat pembelajaran Kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran yang mengkon-sentrasikan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran (Bobby DePorter, 1999 dalam Udin Saifudin, 2008: 138)

Bobby (dalam H. Yatim Riyanto, 2009: 180) menggunakan teknik dan teknik

lainnya karena semua itu selaras dengan kerja oatak anda, dengan cara-cara terbaik anda, teknik tersebut telah teruji semua berhasil, berarti quantum leraning juga berhasil. Udin Saifudin Sa’ud (2009: 127-128), istilah quantum dipinjam dari dunia ilmu Fisika yang berarti interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya.Prestasi belajar. Bruner (dalam Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang menemu-kan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita. Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah”Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang mene-kankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Gambaran teoritis dari pembahasan yang telah disampaikan di atas, menjadi acuan peneliti untuk menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu:Jika langkah-langkah Model Pembelajaran Kuantum dilak-sanakan sesuai dengan sintaknya maka dapat meningkatkan prestasi belajar PKN siswa kelas V pada semester I tahun ajaran 2013/2014SD Negeri 4 Wanagiri.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Wanagirilingkungan sekolah ini aman, nyaman.Rancangan penelitian ini mengikuti rancangan yang dibuat oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 54) seperti terlihat pada gambar berikut.

Page 69: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124172

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 74) Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang jumlahnya 10 orang, laki-laki 8 orang dan perempuan 2 orang.Objek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar PKN siswa kelas V semester I SD Negeri 4 Wanagiri. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Nopember tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah tes prestasi belajar, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif. Instrumen dari penelitian ini adalah tes yang ada di masing-masing RPP. Indikator keber-hasilan dari penelitian ini diusulkan pada siklus I mencapai nilai rata-rata 69,20 dengan ketuntasan belajar 30 % dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 80,10 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian, Penyampaian hasil penelitian yang telah diperoleh disampaikan

secara lengkap dalam paparan di bawah ini. Siklus I; 1) Perencanaan I dalam kegiatan perencanaan di siklus I ini penulis menyusun Rencana Kegiatan Harian dan Rencana Pelak-sanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diguna-kan untuk membimbing siswa yang kemam-puanya masih rendah. Melihat data awal yang tidak sesuai harapan, penulis berkonsultasi dengan teman-teman guru merencanakan bim-bingan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada, menentukan waktu pelak-sanaan pembelajaran, menyusun format obser-vasi, merencanakan bahan-bahan pendukung, merancang scenario bimbingan yang akan digunakan; 2) Pelaksana I. Pelaksanaan pem-belajaran dilakukan dengan giat menuntun siswa, member arahan-arahan, pada saat ada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar berupa diberikan penghargaan penguatan verbal. Penggunaan model Pem-belajaran Kuantum diupayakan secara mak-simal sesuai teori-teori yang ada.Memberi

Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi Pengamatan/ Pengumpulan

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Pengematan/ Pengumpulan Data II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Page 70: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

173Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

bimbingan dilakukan dengan giat baik secara kelompok maupun secara individual. Contoh-contoh dimaksimalkan agar siswa mampu menangkap materi dengan lebih cepat;3) Observasi dilakukan sebagai upaya mencek sejauh mana penerapan model Pembelajaran Kuantum dengan memanfaatkan media secara maksimal untuk dapat meningkatkan kemam-puan prestasi belajar peserta didik. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian dengan cara menilai apa yang bisa dilakukan, melihat apakah peserta didik aktif atau tidak dalam mengikuti proses pembelajar-an. Hasil observasi yang sudah dilakukan disampaikan pada tabel di bawah ini. Deskripsi hasil pra siklus sudah disam-paikan pada latar belakang masalah sehingga pembahasan ini dimulai dengan hasil pada siklus I. Bagian pembahasan merupakan ruang bagi peneliti untuk menggambarkan hasil-hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pem-bahasan data kualitatif adala; kelemahan-kele-mahan yang ada, kelebihan-kelebihan, peru-bahan-perubahan, kemajuan-kemajuaqn, efek-tivitas waktu, keaktifan yang dilakukan, konstruksi, diskripsi fakta, pengecekan validitas eksternal, identifikasi masalah, per-timbangan-pertimbangan, perbandingan-per-bandingan, komentar-komentar, tanggapan-tanggapan, tambahan pengalaman, summary, pendapat-pendapat, gambaran-gambaran, in-terpretasi/penafsiran-penafsiran, makna dibe-lakang perbuatan, trianggulasi, hubungan antar aspek, klasifikasi, standar-standar penetapan nilai, alasan-alasan penggunaan teknik terten-tu, alasan penggunaan langkah-langkah terten-tu, penggolongan-penggolongan, pengga-bungan-penggabungan, tabulasi, pemakaian, kriteria-kriteria, katagorisasi, pengertian-pe-ngertian, hubungan antar kategori. Pembahas-an hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar siklus I. Hasil tes prestasi belajar yang me-rupakan tes awal memforsir siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai rata-rata siswa di siklus I

sebesar 69.20 menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil ini menunjuk-kan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata pelajaran PKN jika dibandingkan dengan nilai awal siswa sesuai data yang sudah disampaikan yaitu 69,20.Tes prestasi belajar yang dilakukan telah menemukan efek bahwa penggunaan metode tertentuakan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Kuantum. Mata pelajaran PKN menitik beratkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai pedoman prilaku kehi-dupan sehari-hari siswa.Penggunaan metode ini dapat membantu siswa untuk berkreasi, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat, bertanya, berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada. Hal inilah yang membuat siswa berfikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata pelajaran PKN lebih jauh.Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I seperti belum maksimalnya diskusi yang dilakukan peserta didik yang mendominasi waktu dipecahkan dengan member penekanan agar tidak ada siswa yang mendominasi waktu dan kekurangan terhadap keaktifan belajar dipecahkan dengan meng-giatkan pemberian pertanyaan-pertanyaan. Dengan begitu giat peneliti sebagai guru melakukan tindakan namun masih ada kendala yang perlu dibahas yaitu prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan criteria keberhasilan penelitian yang diusulkan pada mata pelajaran PKN di sekolah ini yaitu sesuai KKM 76. Pembahasan hasil yang diperoleh pada siklus II. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan proses pembelajaran di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 80,10. Hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

Page 71: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124174

Kuantum telah berhasil meningkatkan kemam-puan siswamenempa ilmu sesuai harapan. Model pembelajaran Kuantum merupakan model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan peserta didiknya mampu meni-ngkatkan kemampuan untuk bekreasi, untuk berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pen-dapat secara lugas, bertukar pikiran, meng-ingat penggunaan metode ini adalah untuk mengarahkan agar siswa antusias menerima pelajaran. Hal pokok yang perlu menjadi perhatiaqn yaitu hasil penelitian ini ternyata telah meberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran ber-pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Dari nilai yang diperoleh siswa, masih tersisa 3 siswa mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan 7 siswa lainnya sudah memperoleh nilai memenuhi KKM yang diterapkan. Dari perbandingan nilai ini sudah dapat dibuktikan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pembelajaran ini. Walaupun penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, namun pada saat-saat peneliti mengajar di kelas selanjutnya, cara ini akan terus dicobakan termasuk di kelas-kelas lain yang peneliti ajar. Setelah dibandingkan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 69,20 naik di siklus I menjadi 71,20 dan di siklus II menjadi 80,10. Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khusus di SD Negeri 4 Wanagiri.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh dalam

penelitian adalah 1) Penggunaan model pem-belajaran Kuantum telah dapat membuktikan bahwa guru dan siswa menjadi sangat aktif dalam pembelajaran; 2) Semua keberhasilan itu telah dapat ditunjukkan dengan data yang telah diperoleh dalam analisis di Bab IV; 3) Model pembelajaranKuantum mampu mem-buat pembelajaran menjadi bermakna, mudah diterima, mampu melakukan pembelajaran tuntas dan siswa dapat memahami pembelaja-ran dengan lebih baik dan mampu mengendap lebih lama ilmu yang telah diperoleh. Semua fakta diatas dapat dibuktikan dengan data: *Dari data awal ada 7 siswa mendapat nilai dibawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi 40 % siswa dan siklus II hanya 0 % siswa mendapat nilai dibawah KKM; * Nilai rata-rata awal 69,20 naik menjadi 71.20 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 80,10; * Dari data awal siswa yang tuntas hanya 3 orang sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 4 siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 10 siswa. Saran yang perlu disampaikan dengan telah berhasilnya penelitian ini maka, disam-paikan saran-saran sebagai berikut: 1) Kepada teman guru pengajar mata pelajaran PKN disa-rankan untuk mencoba model pembelajaran Kuantum; 2) Kepada kepala sekolah disaran-kan untuk memberi penekanan agar guru mau melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah model yang sudah diteliti; 3) Kepada pengawas sekolah agar dalam membina guru agar menyarankan untuk menggunakan model pembelajaran Kuantum; 4) Dalam melaksana-kan proses pembelajaran pada mata pelajaran administrasi perkantoran, penggunaan metode Kooperatif Jigsaw semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingatme-tode ini telah terbukti dapat meningkatkan ker-jasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain; 5) Walaupun penelitian ini sudah dapat membuk-

Page 72: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

175Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

tikan efek utama dari model pembelajaran Kuantum dalam meningkatkan prestasi be-lajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang ber-minat meneliti topic yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti; 6) Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguat-an, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian.

DAFTAR RUJUKAN Dahar,Ratna Wilis. 1989, Teori-Teori Belajar,

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Arikunto, suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik MetodologiPengajaran dan Evaluasi.

Depdikbud: Jakarta. Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yamin, II.

Martinis. 2013. Strategi danMetode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (G.P. Press Group).

Page 73: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124176

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI DENGAN TUTOR SEBAYA

I Ketut Sukria

SD Negeri 1 Galungan, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Improving Student Achievement Learning with Enquiry Model Learning with Peer Tutors This research aims to improve student achievement by implementing the method Peer Tuto /Enquiry Learning Model in the learning process. Subjects were class IV SD Negeri 1 Galungan in social studies in the academic year 2013/2014. The data collected is quantitative data collected in the form of learning outcomes using test instruments. Results were analyzed with descriptive analysis. After ending perform data analysis known that increased learning achievement can already be cultivated. This is evident from the increase in student scores than - average beginning with mastery learning 54.78 26% in the first cycle increased to 59.00 with 44% mastery learning, and the second cycle has increased to 63.70 with 89% mastery learning. Such data require researchers to make a conclusion that the application of Enquiry Learning Model to Peer Tutor is able to improve student achievement fourth grade Negeri 1 Galungan. Keywords: Inquiri Learning Model, Peer Tutor methods, Academic Achievement

PENDAHULUAN Pembelajaran di kelas akan sangat

efektif apabila guru melaksanakannya deng-an memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya. Selain pema-haman hal- hal tersebut keefektifan itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran menjadi model pembelajaran yang lebih sesuai pada masa sekarang. Proses belajar mengajar di sekolah sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan ke-mampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung me-lalui penggunaan dan pengembangan keter-ampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasi-litasi oleh guru. Kompentensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang di refleksikan dalam kebiasa-an berpikir dan bertindak, (Ashan, 1981) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan ke-mampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman bahwa kegiatan belajar menga-jar pada umumnya selalu menjadi kurang menarik bagi siswa karena dianggap sebagai pelajaran yang membosankan yang memer-lukan latihan banyak yang monoton, sehing-ga membuat murid jauh semakin jenuh. Keadaan di atas membuat peneliti berusaha untuk menemukan dan memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya yang di-pandang lebih efektif dari pada metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahu-an yang diberikan oleh guru menjadi milik murid. Salah satu metode yang peneliti guna-kan adalah model pembelajaran Inquiri. Pembelajaran berbasis iquiry menurut

Page 74: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

177Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Rohman (2011) adalah strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu siswa dan metode ilmiah. Penggunaan strategi ini untuk meningkatkan pengem-bangan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan belajar seperti pada bidang sains. Penerapan strategi pembelajaran inquiri ini merupakan upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan me-nerapkan informasi baru dalam meningkat-kan pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi se-hingga siswa belajar secara aktif.

Hasil belajar menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dengan rata-rata 54,78 Rata-rata ini jauh di bawah KKM mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Galungan yaitu 6,00. Hanya 7 orang dari 27 siswa di kelas IV yang mencapai tingkat panguasaan materi 26%. Untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran, dilakanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diidentifikasi menyang-kut belum berhasilnya siswa mencapai ke-

tuntasan belajar yang diinginkan dan upaya pemecahan yang akan dilakukan , maka peneliti berhasil merumuskan masalah dalam peneliitian ini sebagai berikut. apakah model pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Galungan? Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan untuk mengatasi ber-bagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kwalitas proses pembela-jaran di kelas. Sehubungan dengan itu, menjadi tujuan dalam penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut. Untuk menge-tahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar IPA siswa setelah diterapkan model pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Peneliti sebagai guru SD Negeri 1 Galungan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, memusatkan perhatian untuk melaksanakan penelitian ini di kelas IV. Sekolah ini lingkungannya sangat asri karena terdapat berbagai macam tumbuh- tumbuhan, bunga-bunga, sehingga senang mata meman-dangnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan rancangan dari Mc.Kernan seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan (sumber: Mc Kernan, 1991 dalam Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 54).

TINDAKAN DAUR I

Tindakan perlu DAUR 2

Penerapan Definisi masalah

Evaluasi tindakan

Need assesseme

Implementasi

Hipotesis ide

Develop action plan T 1

Penerapan Redefine problem

Evaluate action

Need assesseme

Impl. Revise plan

New hypothesis

Revise action plan T 2

dst

Page 75: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124178

Subjek penelitian ditetapkan berdasarkan ketentuan bahwa siswa pada kelas IV sebanyak 27 orang belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPA pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti dilaksanakan sebanyak dua siklus dari bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2013. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar siswa yang dikumpulkan dengan tes prestasi belajar. Data yang terkumpil dianalisis dengan menggunakan statistik deskriftif. Indikator keberhasilan penelitian yang diusahakan dalam penelitian ini pada siklus I mencapai nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar 80% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 60 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk dapat menyajikan hasil pene-litian dengan benar, terlebih dahulu harus memahami apa yang disampaikan oleh para ahli pendidikan berikut. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 83) menyatakan bahwa, dalam menyampaikan hasil peneliti-an dan pembahasan, perlu menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, peng-amatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Juga disampaikan kemajua) pada diri siswa, lingkungan, guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas. Gambaran data yang dianalisis pada Siklus I adalah dari 27 siswa yang dites ada 7 siswa yang sudah melebihi KKM mata pe-lajaran, ada 5 siswa memperoleh nilai rata-rata KKM dan 15 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Apabila dibuat dalam bentuk presentase maka siswa yang men-capai KKM adalah 18 % yang di atas KKM 26% dan yang masih di bawah KKM adalah 56%. Kekurangan-kekurangan/kelemahan-

kelemahan yang ada dari pelaksanaan tindak-an siklus I adalah: 1) perencanaan memang sudah dibuat cukup mantap, tapi dalam pelaksanaannya agak tersendat karena model ini baru mulai diujicobakan, 2) Penggunaan variasi metode belum maksimal, 3) banyak siswa yang masih lain-lain, mereka belum terbiasa memusatkan perhatiannya dalam belajar, 4) siswa sering diam saja dan tidak mau ikut berpartisipasi, dan 6) kurang tanggapnya guru terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada diri siswa membuat pembelajaran kurang maksimal. Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah: 1) suatu kebanggaan terjadi pada diri guru akibat prestasi belajar siswa mampu ditingkatkan, 2) beberapa siswa nilainya sudah meningkat 19 orang siswa sudah meningkat nilainya dibandingkat dengan perolehan nilai awalnya, 3) Siswa memiliki pengalaman dengan model ppembelajaran yang baru sehingga mereka dapat memban-dingkan keaktifan mereka sebelumnya dengan setelah digunakan model yang baru, 4) Peserta didik dapat merasakan perbedaan cara guru melaksanakan proses pembelajaran pada saat sebelum tindakan dilakukan dan setelah tindakan diberikan, dan 5) Kebiasaan peserta didik aktif bekerja mampu ditingkat-kan. Hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi belajar menggunakan tes pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari 27 orang siswa ada 24 orang (89%) anak yang mendapat nilai yang sama dan melebihi KKM yang artinya bahwa mereka ini sangat antusias akan mengikuti proses pembelajaran dan mau mengajukan diri serta bertanya kepada guru di sela-sela pembelajaran yang sedang berlangsung. Ada 3 orang anak (11%) anak yang masih mendapat penilaian di bawah KKM yang artinya bahwa mereka belum mampu mencapai kriteria minimal yang ditetapkan. Indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan menyebut-kan bahwa penelitian akan dihentikan atau tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila 80 % siswa berhasil mencapai nilai rata-rata KKM atau melebihi KKM. Pada penelitian

Page 76: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

179Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

ini ternyata sudah 89% siswa yang berhasil mencapai criteria tersebut artinya bahwa indicator keberhasilan penelitian yang diharapkan sudah dapat dicapai. Didahului dengan ketidakberhasilan yang terjadi pada pembelajaran awal yang membuat nilai siswa rendah adalah akibat penerapan pembelajaran yang masih kon-vensional yang biasa dilakukan sehari-hari tanpa mau mengikuti pendapat-pendapat ahli, menelorkan nilai rata–rata awal 54,78. Dari nilai tersebut, hanya 5 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, ada 2 siswa memperoleh nilai rata–rata KKM dan masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 20 siswa. Dari hasil tersebut diperoleh ketuntasan belajar 26%. Unsur utama yang menjadi fokus perhatian pada siklus I ini adalah kelemahan–kele-mahan pembelajaran sebelumnya seperti, belum aktifnya siswa dalam belajar, mereka masih terbiasa menunggu dan belum giat untuk menemukan sendiri apa yang tertera dalam materi. Hal lain yang juga menjadi perhatian adalah kelebihan–kelebihan, per-ubahanan–perubahan, kemajuan– kemajuan, efektivitas waktu, keaktifan yang dilakukan, identifikasi masalah, faktor–faktor yang berpengaruh serta cara–cara untuk memecah-kan masalahnya. Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes tertulis memforsir siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai rata-rata siswa di siklus I sebesar 59,00 menunjukkan bahwa siswa setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil ini menunjukkan peningkatan ke-mampuan siswa menguasai mata pelajaran I P S Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama bahwa penggunaan model/ metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah model Pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya. Hal ini sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa

model/metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran IPA menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan model/metode ini dapat membantu siswa untuk bertindak aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan antusias dalam memecahkan masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata pelajaran IPA lebih jauh. Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan KKM mata pelajaran IPA di sekolah ini yaitu 6,00 Oleh karena-nya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan peren-canaan yang lebih matang untuk siklus selan-jutnya. Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajar-an sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 63,70. Hasil ini menunjukkan bahwa model Pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya telah berhasil meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPA siswa. Hasil penelitian ini membukti-kan bahwa model/metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh se-cara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi yang dicapai siswa membuk-tikan bahwa guru sudah tepat memilih model/metode dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada awalnya nilai rata-rata siswa hanya 54,78 naik di siklus I menjadi 59,00 dan di siklus II naik menjadi 63,70 Kenaikan ini merupakan upaya maksimal yang peneliti laksanakan

Page 77: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124180

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 1 Galungan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat disampaikan berdasarkan semua hasil analisis data yang telah dilakukan dengan melihat hubungan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipo-tesis tindakan, dan semua hasil pembahasan adalah sebagai berikut. Pemicu rendahnya prestasi belajar ada pada faktor model/me-tode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu penggunaan model/ metode yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan. Dalam hal ini peneliti menerap-kan model pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya sebagai solusi untuk meme-cahkan permasalahan yang ada. Dari hasil refleksi yang telah disampaikan di Bab IV dan dengan melihat semua data yang telah dipaparkan, dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan penelitian di atas dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut. (1) Dari data awal ada 20 siswa mendapat nilai di bawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi 15 siswa dan siklus II hanya 3 siswa mendapat nilai di bawah KKM. (2) Nilai rata-rata awal 54,78 naik menjadi 59,00 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 63,70. (3) Dari data awal siswa yang tuntas hanya 7 orang sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 12 siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 24 siswa.

Paparan tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran inquiri dengan Tutor Sebaya dapat memberi jawaban sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai karena model pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang mengaki-batkan siswa aktif, antusias dan dapat memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan temuan yang sudah disimpulkan dari hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut. 1) bagi guru kelas, apabila mau melaksanakan

proses pembelajaran penggunaan model/met-ode yang telah diterapkan ini semestinya menjadi pilihan dari beberapa model/metode yang ada mengingat model/metode ini telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, 2) bagi peneliti lain, walaupun pene-litian ini sudah dapat membuktikan efek uta-ma dari model pembelajaran Inquiri dengan Tutor Sebaya dalam meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini ma-sih ada hal-hal yang belum sempurna dilaku-kan, oleh karenanya disarankan kepada pene-liti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti, dan 3) Bagi pengem-bang pendidikan, selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi pene-liti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas.

-------. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas III SMA Negeri Seririt (Eksperimen pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Page 78: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

181Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING MELALUI GUIDED TEACHING

Luh Murtini SD Negeri 8 Sangsit, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT

Improvement of Mathematics Learning Achievement with Mastery Learning through Guided Teaching This study takes the subject of as many as 40 people were studying in class 6 elementary school 8 Sangsit in the first semester of academic year 2014/2015 after the data is collected through achievement test instruments and analyzed with descriptive analysis of initial data obtained with an average of 60.00, mastery learning 42.50. This data is increased in the first cycle to 66.75 on average by 67.50% mastery learning and on silkus II the data was increased to 78.63 on average by 92.50% mastery learning. In cycle II have obtained the data match expectations indicator of the success of research with an average acquisition value exceeds KKM Mathematics Based on the data obtained, the study paid back until the implementation of the second cycle given the success that has been achieved as expected, the implementation of the learning process has a maximum can implemented, the innovation has been actively carried out, guidance for students whose scientific still low absorption has also been able to be repaired. Such data have proven that the proposed research hypotheses have been proven successful. Keywords: Learning Achievement, Mastery Learning, Guided Teaching

PENDAHULUAN Peran penting pelajaran matematika adalah membantu meningkatkan kehidupan umat manusia. Mata pelajaran Matematika. Membantu mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat se-suai keilmuan yang ada di dalamnya. Oleh karenanya internalisasinya dalam kehidupan pribadi peserta didik harus diupayakan guru. Pendidik yang profesional tentu harus mampu meningkatkan mutu pendidikan dan mampu mendorong agar mereka bisa tumbuh dan berkembang mengikuti kebenaran ilmu yang diterima. Guru harus tidak selalu puas terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dasar pemikiran tersebut menun-tut guru harus selalu mengembangkan pola berpikir dan menuangkannya secara kreatif dan inovatif demi peningkatan kualitas diri dan kualitas pembelajaran yang dilaksana-kannya. Sebagai pendidik profesional harus giat menyiapkan diri menerima perkembang-an dan kemajuan teknologi serta kemajuan bidang tugasnya yang mesti dibarengi pula dengan peningkatan kemampuan diri. Meng-

ajar secara rutin dengan mempergunakan pola yang tetap, tidak akan memungkinkan guru mampu mengembangkan profesinya secara efektif. Oleh karenanya kemajemukan model harus diupayakan. Kreatifitas dan inisiatif guru harus dimotivasi dan diman-faatkan secara konkrit, agar mereka memper-oleh pengalaman profeisonal dalam mening-katkan kemampuan dalam bidang pendidi-kan. dengan demikian, guru dapat mewujud-kan ide-ide yang dapat memberi sumbangsih nyata dengan tujuan untuk memperbaiki serta mengembangkan proses belajar meng-ajar siswa. Seorang pendidik yang ingin pro-fesional harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas keguruan. Komit-men yang tinggi tersebut antara lain dapat ditunjukkan melalui sikap yang selalu ingin menjalankan tugas-tugas pembelajaran deng-an baik dan maksimal demi keberhasilan dan kesuksesan anak didik, penyediaan waktu lebih untuk hal tersebut serta mau berkorban demi kemajuan. Hal tersebut merupakan ha-rapan semua pihak. Cara untuk menjalankan tugas pembelajaran dengan baik dan maksi-

Page 79: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124182

mal adalah mencermati setiap tindakan pem-belajaran yang telah dilaksanakan. Semua hal yang diupayakan di atas adalah harapan yang mesti diupayakan guru sewaktu melakukan proses belajar mengajar. Guru harus mampu mewujudkan hal tersebut dengan kebenaran hati yang paling dalam. Keberhasilan pelak-sanaan tugas dan tanggung jawab tersebut tentu akan berdampak positif dalam dunia pendidikan. dampak positif tersebut antara lain berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2) peningkatan kualitas ma-sukan, proses dan hasil belajar; (3) peningkatan keprofesionalan pendidik; (4) penerapan prinsip pembelajaran bebasis penelitian. Dan ternyata upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidikan ini hanya bisa dilakukan setelah diadakan penelitian tindakan kelas oleh guru yang bersangkutan. Upaya peme-cahan berbagai masalah dalam rangka pe-ningkatan kualitas pendidikan adalah dengan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan. namun kenyataan menunjukkan bahwa dam-pak hasil penelitian pendidikan dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dirasakan masih sangat kurang. Salah satu penyebabnya adalah penelitian pendidikan itu dilakukan oleh pakar pendidikan atau peneliti dari luar, yang pada umumnya kurang memahami benar masalah yang terjadi di dalam kelas. Permasalahan pene-litian yang diangkat para peneliti itu kurang dihayati oleh guru yang terlibat langsung di kelas. Dengan demikian guru sukar sekali memanfaatkan hasil penelitian itu secara langsung. Perlu diakui bahwa kelemahan-ke-lemahan yang terjadi selama proses pem-belajaran yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa, tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru, keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain, tetapi banyak pula dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam guru itu sendiri seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk menerapkan model-model pembeajaran yang kontekstual. Di samping itu guru juga kurang mampu

mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan merangsang motivasi siswa. Wardani dan Julaeha (2001) mengemukakan ketrampilan yang mesti dikuasai guru ada 7 antara lain ketrampilan bertanya, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengadakan variasi, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan mem-buka dan menutup pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi, ketrampilan menge-lola kelas. Ketrampilan-ketrampilan ini berhubungan dengan kemampuan guru untuk menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan pelak-sanaan proses pembelajaran yang akan mem-berikan dukungan terhadap cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan profesionalme guru. Semua harapan telah disampaikan dengan panjang lebar, namun kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari di sekolah dengan pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman konsep akademik yang dimiliki siswa hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa. Pembelajaran se-cara konvensional yang diterima siswa hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian macam topik, tetapi belum diikuti dengan pengertian dan pemahaman yang mendalam yang bisa diterapkan pada situasi baru dalam kehidupannya. Rendahnya prestasi belajar siswa awal yang baru mencapai rata-rata 60,00 dengan ketuntasan belajar 42,50% menuntut diupayakan pembelajaran yang lebih baik. Rendahnya kemampuan siswa tersebut dise-babkan oleh faktor luar dan faktor dalam baik dari siswa sendiri maupun dari pihak guru. Dari guru yaitu boleh jadi metode pem-belajaran yang digunakan tidak sesuai dan tidak efektif sehingga proses belajar me-ngajar cenderung membuat siswa menjadi pasif dalam menerima materi pelajaran, sedangkan dari siswa antara lain kurangnya motivasi untuk mempelajari mata pelajaran Matematika karena dianggap materinya susah untuk dipelajari dan membosankan.

Page 80: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

183Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Hal-hal tersebut mempengaruhi prestasi belajar siswa, khususnya siswa kelas VI semester I SD Negeri 8 Sangsit. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti merasa terpang-gil untuk menerapkan model Pembelajaran Mastery Learning dengan Guided Teaching dengan melaksanakan proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan rendahnya prestasi belajar Matematika. Pada uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka ma-salah yang diteliti adalah: apakah prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah-langkah model pembe-lajaran Mastery Learning dengan Guided Teaching di kelas VI semester I SD Negeri 8 Sangsit tahun ajaran 2014/2015?

Penelitian tindakan kelas ini dilaku-kan untuk memperbaiki praktek dalam pem-belajaran agar menjadi lebih berkualitas dalam prosesnya agar hasil belajar pun dapat meningkat. Untuk itu, perumusan tujuan pe-nelitian ini adalah: Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar

siswa akan terjadi setelah menggunakan model mastery learning dengan guide teaching. Penelitian ini diharapkan dapat dirasakan bagi berbagai kalangan seperti; 1) Bagi siswa, penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Mastery Learning dengan Guided Teaching dapat meningkat-kan prestasi belajar. 2) Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dipergunakan seba-gai alternatif solusi penanggulangan per-masalahan pembelajaran, dan secara serta merta mengindikasikan profesionalitas guru kelas dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas pembelajaran. 3) Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai ref-rensi dalam menanggulangi permasalahan rendahnya output dan outcome pendidikan di sekolah.

METODE PENELITIAN Tempat penelitian adalah di SD

Negeri 8 Sangsit.

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan (1991) dalam Sukidin, Basrowi,

Suranto (2002). Siswa kelas VI di SD Negeri 8 Sangsit adalah merupakan subjek dalam penelitian ini. Peneliti mengambil objek penelitian tin-

dakan kelas adalah model pembelajaran Mastery Learning dengan Guided Teaching dalam peningkatan prestasi belajar Mate-

TINDAKAN DAUR I Tindakan perlu perbaikan

DAUR 2

Penerapan Definisi masalah

Evaluasi tindakan

Need assessement

Implementasi tindakan

Hipotesis ide

Develop action plan T 1

Penerapan Redefine problem

Evaluate action

Need assessement

Impl. Revise plan

New hypothesis

Revise action plan T 2

dst

Page 81: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124184

matika siswa kelas VI SD Negeri 8 sangsit. Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah dari bulan juli sampai bulan November tahun pelajaran 2014/2015. Cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah tes prestasi belajar.Metode yang digunakan untuk meng-analisis data hasil penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus, membuat interval kelas. Dalam pencarian data hasil penelitian selalu meng-gunakan sebuah instrumen tersebut adalah tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi yang dapat disampaikan untuk perolehan data awal adalah : indikator yang dituntut belum terpenuhi. Untuk ini perolehan data awal dari penelitian yang dilakukan dapat disampaikan 4 orang anak yang memperoleh nilai di atas KKM, yang artinya anak-anak tresebut sudah cukup

mampu menerpa ilmu. Ini berarti 40% dari seluruh sudah berhasil. Ada 23 anak yang memperoleh penilaian di bawah KKM yang artinya anak-anak tersebut belum mau belajar giat. Persentase yang dapat diberikan adalah 60%, artinya anak masih pasif dan belum banyak berbuat. Observasi awal ini menggambarkan tingkat pencapaian prestasi belajar masih rendah. Gambaran data yang dianalisis pada Siklus I adalah dari 40 siswa yang ditulis ada 10 siswa yang sudah melebih KKM mata pelajaran, ada 17 siswa memperoleh nilai rata-rata KKM dan 13 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Apabila dibuat dalam bentuk presentase maka siswa yang mencapai rata-rata KKM adalah 42,50% yang di atas KKM 25,00% dan yang masih di bawah KKM adalah 32,50%. Selanjutnya analisis Siklus I adalah: Rata-rata (mean) 66,75 Median75; Modus 75.

Tabel 1. Data Kelas Interval Siklus I No

Urut Interval Nilai Tengah

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 40 ─ 48 44,0 11 27,50 2 49 ─ 57 53,0 2 5,00 3 58 ─ 66 62,0 0 0,00 4 67 ─ 75 71,0 17 42,50 5 76 ─ 84 80,0 6 15,00 6 85 ─ 93 89,0 4 10,00

Total 40 100 Penilaian yang diperoleh dari peningkatan prestasi belajar siswa siklus II ini dari 40 orang anak yang diteliti 24 (60%) anak yang mendapat nilai di atas KKM, artinya mereka sudah sangat mampu dalam menguasai ilmu yang diberikan. Ada 13 (32,5%) orang anak yang mendapat nilai rata-rata KMM yang artinya bahwa peserta didik sudah mampu melakukan apa yang disuruh namun abru

sampai batas minimal, sedangkan peserta didik yang lain yang jumlahnya 3 (7,50%) belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Walaupun demikian jumlah mereka sangat sedikit. Selanjutnya karena data yang diperoleh adalah dalam bentuk angka, maka dilakukan analisis kuantitatif seperti berikut. Rata-rata (mean) 78,63; Median80; Modus 80.

Page 82: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

185Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Tabel 2. Tabel Data Kelas Interval Siklus II No

Urut Interval Nilai Tengah

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 70 ─ 73 71,5 3 7,50 2 74 ─ 77 75,5 13 32,50 3 78 ─ 81 79,5 17 42,50 4 82 ─ 85 83,5 6 15,00 5 86 ─ 89 87,5 0 0,00 6 90 ─ 93 91,5 1 2,50

Total 40 100

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan semua hasil tindakan yang dilakukan, baik siklus I maupun siklus II mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi dapat disampaikan hal-hal berikut: 1) Pelaksanaan kegiatan awal dimana model pembelajaran yang digunakan tidak menentu, termasuk pula metode ajar yang digunakan hanya sekedar terlaksana membuat nilai siswa pada mata pelajaran Matematika rendah dengan rata-rata 60,00 yang masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini yaitu 71,00. 2) Setelah dilakukan perencana-an yang lebih matang menggunakan model pembelajaran Mastery Learning yang dila-kukan dengan metode Guided Teaching, dilanjutkan dengan pelaksanaannya di lapangan yang benar sesuai teori yang ada dan dibarengi dengan pemberian tes atau observasi secara objektif akhirnya terjadi peningkatan dari nilai rata-rata awal 60,00. menjadi rata-rata 66,75. Demikian juga terjadi peningkatan dari nilai rata-rata 66,75 pada siklus I meningkat menjadi 78,63 pada siklus II. 3) Seperti kebenaran tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu untuk peningkatan proses pembelajar-an, maka upaya-upaya yang maksimal telah dilakukan dengan sangat giat sehingga hasil yang diharapkan sesuai perolehan data telah mampu memberi jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian ini. Dengan demikian diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran Mastery Learning dengan Guided Teaching dapat meningkatkan pres-

tasi belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 8 sangsit tahun pelajaran 2014/2015. Saran

Hasil/temuan yang diperoleh dalam penelitian ini disarankan agar diperguna-kan sebagai solusi alternatif dalam penang-gulangan permasalahan pembelajaran yang dapat mengindikasikan profesionalitas guru kelas dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat sebagai referensi dalam me-nanggulangi permasalahan rendahnya output dan outcome pendidikan di sekolah ini.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2005. Psikologi Belajar (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zein. (1994). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.

http://murni-uni.blogspot.com Slamet, PH. 2003. MBS, Life Skill, KBK,

CTL dan Saling Keterkaitannya. Makalah yang Disampaikan pada Semiloka DBEP di NTB dan Bali.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Insan Madani

Page 83: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124186

PENGEMBANGAN BANK SOAL I Wayan Widana

Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali [email protected]

ABSTRACT

Items Bank Development The research objective is to provide information about the development of items bank,

is: 1) improve the understanding of concepts and measures items bank development, 2) improving the skills development items bank to improve the quality of measuring instruments, and 3) increasing the accountability and effectiveness of the measurement results.

This research is a study of literature. Discussion of the results in this study were obtained through reading and reviewing books, articles, research, and all sources relevant to the subject matter of the development items bank. Keywords: Development, Items Bank.

PENDAHULUAN Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang

Kemdikbud/Puspendik (2013) menyatakan bahwa hasil evaluasi pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat tentang keberhasilan pendidikan, sehingga memudahkan pihak-pihak terkait untuk menentukan rencana tindak lanjut hasil evaluasi. Kegiatan evaluasi pendidikan di-lakukan melalui kegiatan pengukuran (me-asurement) dan penilaian (assessment). Agar dapat melakukan penilaian, diperlukan data yang baik dan akurat. Salah satu sumber data itu adalah hasil pengukuran. Kegiatan peng-ukuran ini biasanya dilakukan melalui tes, baik tes prestasi belajar maupun tes psiko-logi. Tes sebagai alat ukur perlu dirancang secara khusus sesuai dengan tujuan perun-tukannya, dan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunannya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 57 ayat 1, menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan di Indonesia evaluasi dilakukan oleh pemerintah pusat dalam rangka pengen-dalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berke-pentingan. Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik

bertujuan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar mereka secara berkesinambungan dalam mencapai standar nasional pendidikan.

PEMBAHASAN

Selama ini pemahaman sebagian orang sering terkecoh antara bank soal dan kumpulan soal. Berikut ini akan dipaparkan pengertian bank soal yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Freeman, A., Nicholls, A., Ricketts, C., and Coombes, L, (2013), mendefinisikan bank soal sebagai berikut: Test item banking (TIB) is defined as the collection or recording of test items that are deemed useful for usage over an extended period of time, as well as for cross and inter-curricular assessments. Bank soal tidak hanya digunakan dalam bidang akademik tetapi dapat juga digunakan dalam disiplin ilmu lain. Bank soal juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari bidang tertentu. Secara umum, bank soal memberikan keuntungan fasilitasi mudah, hasilnya cepat dan pelaksanaannya relatif murah (biaya dapat ditekan) karena tidak memerlukan kertas kerja dan pemeriksaan hasil dapat dilakukan saat itu juga. Wright & Bell (2014) menyatakan bahwa bank soal merupakan komposisi dari pertanyaan-per-tanyaan yang terkoordinasi, dikembangkan,

Page 84: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

187Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

didefinisikan, dan dikuantifikasikan sehingga memberikan definisi yang operasional. Dengan demikian, bank soal bukan hanya kumpulan sejumlah soal saja, tetapi bank soal merujuk pada suatu proses yang dikoleksi, dimonitor, disimpan dalam suatu database dengan informasi yang relevan (diklasifikasikan) sebagai cara melakukan pencarian dan pemilihan soal dengan mudah untuk kepentingan ujian. Selanjutnya, Hambleton & Swaminathan (1985) me-ngemukakan bahwa bank soal merupakan suatu koleksi soal tes yang luas, pada semua ukuran dan pada trait yang sama atau domain pengetahuan, yang disimpan dalam suatu komputer bersama dengan estimasi parameter butir soal. Hal ini berarti bahwa pengembangan bank soal terkait langsung dengan penyiapan perangkat komputer sebagai sarana untuk mengembangkan bank soal, sehingga dapat memuat estimasi parameter butir. Bruce Choppin (1976) mengemukakan bahwa bank soal harus di-pahami sebagai koleksi butir tes yang diorganisasikan dalam bentuk katalog. Cara tersebut mirip dengan penataan buku-buku di perpustakaan, tetapi pada bank soal juga dilengkapi dengan data hasil dikalibrasi dan karakteristik butir. Ini berarti bahwa ketika tes disusun dari butir-butir yang diambil dari bank soal, kalibrasi ini dapat digunakan untuk menentukan sifat psikometrik tes. Ward, Annie W., Murray Ward, dan Mildred (2004) menyatakan bahwa bank soal adalah kumpulan butir tes yang sudah dikalibrasi sehingga dapat dengan mudah diakses untuk keperluan ujian. Penggunaan bank soal merupakan solusi untuk meningkatkan efek-tivitas dan efisiensi mempersiapkan butir soal untuk administrasi penilaian. Bank soal dapat digunakan oleh seorang guru dari kelas awal, dosen di Perguruan Tinggi, atau pihak swasta lain untuk keperluan sertifikasi, perizinan, akuntabilitas, atau pengujian. Vale (2004) mengemukakan bahwa bank soal merupakan kumpulan butir soal untuk prog-ram pengujian, serta memuat semua infor-masi yang berkaitan dengan karakteristik butir soal. Dengan demikian bank soal dapat memudahkan para pelaku pengukuran untuk

menyiapkan alat ukur yang sudah diketahui karakteristik butir soalnya. Butir-butir soal yang sudah terkalibrasi dapat memberikan hasil pengujian yang lebih objektif terhadap kemampuan responden (peserta tes). Hambleton dan Swaminathan (1985) menge-mukakan bahwa ada 3 (tiga) manfaat utama pengembangan bank soal, antara lain: (1) pengembang soal dapat dengan mudah menyusun butir tes untuk mengukur tujuan yang diinginkan; (2) pengembang soal dalam batas-batas tertentu dapat menghasilkan butir-butir tes yang sesuai dengan keinginan per tujuan; dan (3) bank soal memuat butir-butir soal yang sudah teruji karakteristiknya sesuai dengan teknik yang digunakan, serta mutu butir soal umumnya lebih baik karena telah dipersiapkan dengan matang sesuai dengan prosedur.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Naga (2013) menyatakan bahwa bank butir memiliki sejumlah kegunaan, yaitu: (1) mengurangi beban untuk membuat butir, (2) mengurangi biaya pembuatan butir yang dapat dipakai bersama, dan (3) meningkatkan mutu butir karena biasanya butir di dalam bank butir memiliki mutu yang baik. Kua-litas setiap butir pada kumpulan butir te-rmasuk keterangan pembuatan dan pema-kaiannya serta bidang ilmunya tercatat dalam bank soal, sehingga butir yang memiliki kualitas baik dapat dipilih dalam bank soal. Pengembangan bank soal juga memiliki beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan oleh Sumardyono dan Wiworo (2011) sebagai berikut. (a) Memungkinkan penyusunan sebuah instrumen tes secara cepat dan mudah. (b) Memungkinkan pe-nyusunan sebuah instrumen tes yang berku-alitas karena berasal dari butir-butir soal yang terkalibrasi. (c) Memungkinkan pengguna (guru) dalam jumlah besar yang dapat menggunakan butir-butir soal dalam bank soal. (d) Memungkinkan tersedianya soal dengan beragam tingkat kesukaran. (e) Memungkinkan review yang intensif untuk memperbarui butir-butir soal baru. (f) Memungkinkan pencarian butir-butir soal dengan mudah menggunakan berbagai dasar pencarian sesuai keperluan, misalnya ber-

Page 85: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124188

dasarkan topik, kompetensi dasar (KD), dan tingkat kesukaran soal.

Selain alasan-alasan yang dikemu-kakan tersebut, ide pengembangan bank soal didasarkan pada kebutuhan merakit tes lebih mudah, cepat, dan efisien. Selain itu juga adanya tuntutan kualitas butir soal yang baik pada penyusunan tes. Dengan adanya bank soal, kualitas butir soal pada penyusunan tes dapat dijamin kualitasnya.

Umar dalam Suyata, Mardapi, dan Kartowagiran (2010) menyatakan bahwa pada suatu bank soal yang dikembangkan dengan teori respons butir, program tes dapat dibuat lebih fleksibel dan sesuai. Hal ini disebabkan karena karakteristik butir perangkat tes pada teori respons butir tidak tergantung pada karakteristik peserta tes pada saat kaliberasi. Selain itu, kemampuan peserta didik peserta tes dapat diketahui dan dapat dibandingkan, karena parameter kemampuan dapat diestimasi pada skala yang sama. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya pengem-bangan bank soal sebagai berikut. (a) Kebijakan desentralisasi pada program tes nasional dapat dikenalkan tanpa mengorban-kan dapat dibandingkannya hasil tes. (b) Biaya dan waktu yang diperlukan pada kegiatan konstruksi tes dapat direduksi. (c) Makin besar jumlah butir soal yang terdapat pada bank soal, permasalahan keamanan menjadi lebih terjamin. (d) Kualitas program tes dapat ditingkatkan, dengan adanya butir-butir dalam bank soal yang telah diketahui karakteristiknya. (e) Pendidik dapat me-ndesain perangkat tes yang akan digunakan, dengan memanfaatkan butir-butir yang baik dalam bank soal. (f) Pendidik dapat meng-konsentrasikan diri pada usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tanpa harus membelanjakan banyak waktu untuk penyusunan perangkat tes.

Selanjutnya Choppin (2010) berpen-dapat bahwa keuntungan dalam pengem-bangan bank soal dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu (1) kategori

ekonomi: memungkinkan adanya pengguna-an butir-butir soal yang baik secara berulang; (2) kategori fleksibilitas: panjang tes dapat disesuaikan dengan kebutuhan; (3) kategori konsistensi: dapat dikembangkan tes yang paralel, dan hasil tes dapat diperbandingkan karena kemampuan peserta tes dapat di-ketahui dengan skala yang sama; dan (4) kategori keamanan: pengembang tes dapat menyusun beberapa tes alternatif untuk menjaga kebocoran soal pada tes yang ber-tujuan sangat penting.

Di samping banyak kegunaan dan manfaat dari bank soal, terutama bagi guru, terdapat beberapa kelemahan bank soal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi. Beberapa keterbatasan pengembangan bank soal itu sebagaimana dikemukakan oleh Sumardyono dan Wiworo (2011), adalah sebagai berikut. 1) Membutuhkan waktu, tenaga, dan

mungkin juga biaya yang tidak sedikit untuk mengembangkan maupun menge-lola sebuah bank soal. Bank soal mem-butuhkan orang-orang yang kompeten dan ahli di bidangnya.

2) Bank soal bukan kumpulan instumen tes tetapi kumpulan butir-butir soal. Dengan demikian, sebuah instrumen tes sejatinya belum tersedia dari bank soal. Kita harus memilih secara selektif butir-butir soal dari bank soal untuk mendapatkan se-buah instrumen tes yang berkualitas dan sesuai yang diinginkan. Salah satu hal yang harus diperhatikan apakah kom-petensi yang diukur oleh butir-butir soal dari bank soal tersebut benar-benar telah dibelajarkan oleh peserta didik? Jika tidak, tentu telah terjadi kesalahan dalam pemanfaatan bank soal.

3) Adanya bank soal dapat menyebabkan guru hanya menjadi pengguna pasif bank soal dan tidak berusaha membantu mengembangkan bank soal.

Secara umum, langkah-langkah pengembangan bank soal sebagaimana dikemukakan oleh Puspendik (2013) adalah seperti diagram alur sebagai berikut.

Page 86: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

189Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Gambar 1. Skema Pengembangan Bank Soal Penjelasan skema Pada skema pengembangan bank soal ter-sebut, terdapat beberapa langkah. Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Penentuan Tujuan Tes

Sebelum menyusun sebuah tes perlu ditentukan terlebih dahulu tujuan tes, yaitu untuk: menilai kemampuan peserta didik, mendiagnosis kesulitan peserta didik dalam memahami materi pem-belajaran, sertifikasi, seleksi, dan menge-tahui mutu pendidikan.

2) Penulisan Kisi-Kisi Setelah tujuan tes ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes dikenal pula

dengan sebutan "test blue print", atau "table of specification". Kisi-kisi tes adalah deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan, serta memberikan perincian mengenai soal soal yang diperlukan oleh tes tersebut. Misalnya kisi-kisi untuk tes seleksi akan berbeda dengan tes diagnostik. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk memberi arahan tentang KD, kemam-puan yang diuji, dan spesifikasi lain yang dituntut kepada penulis soal untuk dibuatkan soalnya. Sebaiknya KD di-susun dari kelas terendah ke kelas ter-tinggi. Komponen kisi-kisi terdiri dari identitas dan matrik seperti tampak pada format kisi-kisi berikut ini.

Tabel 1 Format Kisi-Kisi

Jenis Sekolah : ............................................... Program Studi : ............................................... Kelas : ............................................... Mata Pelajaran : ............................................... Tahun Pelajaran : ...............................................

Tujuan Tes

Penulisan Kisi-Kisi

Penulisan Soal

Analisis Kualitatif

Soal Baik?

Perakitan Soal

Ya

Ujicoba Soal

Analisis Kuantitatif

Revisi

Bank Soal

Seleksi Soal

Pelaksanaan Tes

Skoring

Pelaporan

Pemanfaatan

Ya

Tolak Soal Tidak

Soal Baik? Tidak

Revisi

Page 87: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124190

Jumlah Soal : ............................................... Bentuk Soal : ...............................................

No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No. Soal

Tenaga yang diharapkan terlibat

dalam kegiatan penyusunan kisi-kisi adalah widyaiswara dan guru-guru yang pernah mengikuti pelatihan penilaian pendidikan, baik tingkat nasional maupun daerah. Mekanisme kegiatan penyusunan kisi-kisi ini adalah sebagai berikut.

a) Pengelola bank soal menentukan nama penyusun kisi-kisi mata pelajaran/bidang studi yang akan ditulis soalnya, dengan menekankan pada pertimbangan bahwa yang ber-sangkutan potensial untuk melak-sanakan tugas ini.

b) Pengelola memberikan pengarahan teknis yang berkaitan dengan peny-usunan kisi-kisi tes antara lain: a) lamanya penulisan soal; dan b) jumlah soal dan bentuk soal yang akan ditulis (menurut kebutuhan).

3) Penulisan Butir Soal Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat meng-hasilkan alat ukur atau tes yang baik.

Penulisan soal adalah penjabaran indi-kator jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan per-tanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam kisi kisi. Dengan demikian setiap pertanyaan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban apa yang dituntut. Mutu setiap butir soal akan menentukan mutu tes secara keseluruhan. Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan penulisan soal ini adalah guru-guru yang telah mengikuti pelatihan penilaian pendi-dikan. Soal yang ditulis harus mengacu pada kisi-kisi tes dan kaidah penulisan soal. Pada umumnya, soal-soal yang ditulis tersebut ditulis dalam sebuah format kartu soal yang memuat beberapa ke-tentuan tentang spesifikasi soal sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah ditetap-kan. Soal ditulis pada kartu soal seperti format berikut.

FORMAT KARTU SOAL PILIHAN GANDA

Mata Pelajaran : ............................... Penyusun : ............................... Kelas/Program : ............................... Th. Pelajaran : ............................... Semester : ............................... KI:

Rumusan Butir Soal

KD: Materi Pokok:

Page 88: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

191Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

No. Soal Kunci

Indikator Soal:

Keputusan*: Diterima tanpa perbaikan Diterima dengan perbaikan Ditolak

Penelaah,

.................................................. NIP.

Gambar 2. Kartu Soal 4) Analisis Kualitatif

Analisis secara kualitatif bertujuan antara lain untuk mengetahui apakah suatu soal diperkirakan akan berfungsi dengan baik atau tidak, mengetahui kehomogenan soal-soal dalam suatu tes, dan menilai butir soal dari segi materi, konstruksi tes, dan bahasa. Langkah ini merupakan hal

penting untuk diperhatikan, karena seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak terlihat oleh penulis soal. Review dan revisi soal ini idealnya dilakukan oleh orang lain (bukan si penulis soal) dan terdiri dari suatu tim penelaah yang terdiri dari ahli-ahli bidang studi, konstruksi tes, dan bahasa.

Tabel 3. Kartu Telaah Soal

Provinsi : ............................................. Jenis Sekolah : ............................................. Kelas/Program : ............................................. Mata Pelajaran : ............................................. Tahun Pelajaran : ............................................. Penulis : ............................................. Unit Kerja : ............................................. Penelaah : ............................................. Unit Kerja : .............................................

NOMOR SOAL: PAKET : KRITERIA PENELAAH YA TIDAK MATERI 1. Soal sesuai dengan indikator 2. Pengecoh sudah berfungsi 3. Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat

KONSTRUKSI 4. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas 5. Pokok soal tidak mengarah memberi petunjuk ke kunci

jawaban

6. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda 7. Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya pada soal jelas

dan berfungsi

8. Pilihan jawaban homogen dan logis

Page 89: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124192

NOMOR SOAL: PAKET : KRITERIA PENELAAH YA TIDAK 9. Panjang pilihan jawaban relatif sama 10. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua

pilihan jawaban tersebut benar” atau “semua pilihan jawaban tersebut salah”

11. Pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka

12. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya BAHASA 13. Soal menggunakan kaidah kebahasaan yang sesuai dengan

kaidah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk mata pelajaran Bahasa Inggris

14. Soal menggunakan bahasa yang komunikatif 15. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/kata

dari bahasa daerah

16. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian

Berdasarkan kartu telaah, penelaah

melakukan revisi/perbaikan soal. Revisi atau perbaikan soal dilakukan apabila butir-butir soal tertentu masih mengandung hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan soal. Revisi atas perbaikan soal langsung dilaku-kan pada kartu penulisan soal. Peserta yang terlibat dalam kegiatan penelaahan soal ini adalah ahli mata pelajaran/bidang studi yang menguasai bidang studinya dengan baik dan ahli konstruksi tes. Penelaah soal hendaknya bukan penulis soal tetapi bisa saja yang menulis kisi-kisi. 5) Perakitan Soal

Agar skor tes yang diperoleh dapat dipercaya, diperlukan banyak butir soal. Oleh karena itu, dalam penyajiannya butir-butir soal perlu dirakit menjadi suatu alat ukur yang terpadu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas skor

tes seperti urutan nomor soal, pengelom-pokan bentuk soal (kalau dalam satu perangkat tes terdapat lebih dari satu bentuk soal), layout soal, dan sebagainya haruslah diperhatikan dalam perakitan soal menjadi sebuah tes. Perakitan soal dilakukan sebelum uji coba dan sebelum pelaksanaan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan tes tersebut adalah sebagai berikut. a) Soal dirakit berdasarkan kisi-kisi/

spesifikasi tes. b) Kunci jawaban dalam satu perangkat

ditata secara menyebar, artinya jangan sampai ada kunci yang sama terkumpul pada nomor yang berurut-an. Kriteria penyebaran kunci jawab-an (PK) mengikuti persamaan berikut.

c) Bila membuat lebih dari satu perang-kat tes untuk kelas yang sama atau-pun antar kelas, perakit soal harus menyiapkan beberapa nomor soal

yang paralel susuai dengan kebutuhan.

d) Soal inti (anchor item) dipilih dari paket tes atau dari bank soal dengan jumlah soal sekitar 20% s.d. 25% dari

PK =JawabanPilihanBanyak

SoalJumlah

± 3

Page 90: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

193Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

jumlah soal dalam satu perangkat tes. Pemilihan soal inti hendaknya mem-perhatikan keterwakilan KD, tingkat kesukaran, dan diletakkan pada nomor-nomor yang sama dalam setiap paket soal.

e) Penyetaraan (equating) dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pertama, antara bank soal nasional dari Puspendik dengan bank soal di daerah, dan kedua, antar paket tes yang akan diujicoba dalam bank soal di daerah. Penyetaraan antara bank soal nasional dengan bank soal di daerah dapat dilakukan dengan me-masukan soal-soal inti dari bank soal nasional ke salah satu paket tes yang akan diujicoba di daerah.

6) Uji Coba Tujuan dilaksanakannya uji coba soal adalah untuk mendapatkan data empirik setiap butir soal, antara lain: tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, distribusi pengecoh, faktor tebakan semu, reliabilitas, dan standar kesalahan soal. Untuk mendapatkan data yang valid perlu ditekankan kepada sekolah-sekolah yang menjadi sampel uji coba agar melaksanakan uji coba dengan sungguh-sungguh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji coba soal sebagai berikut. a) Sampel Uji Coba

Sampel uji coba adalah sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan me-nengah dengan jumlah sampel paling sedikit 1.000 peserta didik. Teknik pengambilan sampel peserta didik dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sebaran dan subpopulasi peserta ujian yang sebenarnya yaitu mutu sekolah (baik 20%, sedang 60%, kurang 20%), status sekolah, kelas acak (random), dan lokasi sekolah (kota atau desa).

b) Lembar Jawaban Lembar jawaban dapat menggunakan lembar jawaban komputer (LJK) maupun format lembar jawaban lainnya.

c) Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan mempertimbangkan dan me-nyesuaikan dengan kegiatan belajar di sekolah. Uji coba dapat juga dilakukan saat tes sumatif, sekaligus materi yang diujicobakan merupakan bagian dari tes sumatif.

d) Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Uji Coba Untuk memudahkan pelaksanaan uji coba dan demi keseragaman perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Uji coba, yang memuat antara lain: jadwal pelaksanaan, tata tertib, pro-sedur pengumpulan lembar jawaban dan buku tes, pengawasan, format berita acara serah terima dan format daftar hadir.

7) Analisis Kuantitatif Analisis butir soal secara kuantitatif terhadap suatu instrumen tes prestasi belajar (achievement tests) merupakan satu (dari beberapa) tahapan penting di dalam menentukan mutu dari suatu instrumen pengukuran. Analisis kuanti-tatif dilakukan setelah instrumen tes tersebut diujikan ke peserta. Hasil analisis kuantitatif akan mendapatkan parameter butir seperti: taraf sukar butir (b), daya pembeda (a), dan tebakan semu (c).

8) Bank Soal Setelah semua kegiatan pengembangan bank soal dilakukan, maka langkah berikutnya adalah memilih butir-butir soal hasil analisis kuantiatif yang memiliki parameter bermutu baik. Soal-soal yang bermutu baik tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam bank soal menurut aturan tertentu.

Sejalan dengan langkah-langkah pengembangan bank soal tersebut, Suma-rdyono dan Wiworo (2011) mengemukakan bahwa beberapa hal penting yang harus dirumuskan dalam pengembangan bank soal matematika adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan

Banyak aspek yang perlu dipertimbang-kan dalam pengembangan sebuah bank

Page 91: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124194

soal. Salah satu langkah terpenting dalam pengembangan bank soal matematika adalah perencanaan (planning). a) Tujuan Pengembangan Bank Soal

Tujuan utama sebuah bank soal adalah membantu mempersiapkan instrumen tes untuk mengukur keber-hasilan belajar peserta didik sekaligus sebagai umpan balik perbaikan proses pembelajaran. Selain itu, dalam rangka pengembangan sebuah bank soal, perlu dirinci lebih lanjut macam instrumen tes yang akan disusun berdasarkan bank soal yang direncanakan itu. Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika, ter-dapat minimal empat kompetensi pokok yang dinilai sebagai hasil proses pembelajaran, yaitu pening-katan dalam hal: 1) pemahaman konsep matematika; 2) keterampilan memecahkan masalah matematika; 3) keterampilan melakukan penalaran matematika; dan 4) keterampilan menggunakan komunikasi matema-tika. Setiap kompetensi tersebut tentu memiliki ciri yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan karakteristik soal yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk menguji keterampilan pemecahan masalah matematika, bentuk soal yang paling baik adalah bentuk uraian. Dengan bentuk soal uraian maka peserta didik dituntut untuk memilih strategi yang tepat, menerapkan strategi dengan benar, menggunakan data-data yang ada secara benar, menyimpulkan dengan benar, menggunakan bahasa yang komunikatif dan argumentatif, dan lain sebagainya. Semua indikator keterampilan memecahkan masalah tersebut tidak dapat dinilai bila menggunakan tipe soal pilihan ganda. Walaupun demikian, tipe soal pilihan ganda masih memungkinkan untuk menguji keterampilan-ketrampilan tersebut dengan meminimalkan do-rongan untuk menduga atau menebak

pilihan jawaban. Selain itu, perlu pula dipertimbangkan domain kognitif yang akan diukur dengan butir-butir soal pada bank soal. Merujuk pada teori Bloom sebagaimana disempur-nakan oleh Anderson&Kratwholl (2011), terdapat beberapa tingkatan kognitif, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) evaluasi, dan (6) mengkreasi.

b) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Disesuaikan dengan ruang lingkup mata pelajaran.

c) Tipe Soal Tipe soal yang akan digunakan dalam pengembangan bank soal adalah soal-soal tipe pilihan ganda. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertim-bangan, diantaranya: soal-soal yang digunakan oleh guru dan Puspendik untuk penilaian UN adalah soal tipe pilihan ganda dengan 5 (lima) alternatif pilihan (option), penskor-annya relatif mudah dan cepat, dapat digunakan untuk mengukur materi yang luas, dapat mengukur berbagai jenjang kognitif, sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau yang sifatnya massal, dan hasilnya harus segera diumumkan, seperti Ujian Semester, Ujian Ke-naikan Kelas, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional.

d) Spesifikasi atau Karakteristik Soal Pada pengembangan bank soal spesi-fikasi atau karakteristik soal yang digunakan adalah: 1) tipe soal, 2) tingkat kesukaran, 3) daya pembeda, 4) kompetensi dasar (KD), 5) ranah kompetensi (pengetahuan, pemaham-an, penerapan, analisis, evaluasi, dan mengkreasi), 6) penulis soal, 7) reviewer, dan 8) tanggal diujikan.

e) Sistem Bank Soal Sistem aplikasi yang akan digunakan dalam pengembangan bank soal adalah sistem aplikasi komputer atau sistem digital. Terdapat dua cara penggunaan sistem digital: (1) penggunaan program aplikasi umum

Page 92: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

195Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

(office program), dan (2) penggunaan program aplikasi bank soal.

f) Sumber Daya Manusia Dalam pengembangan bank soal matematika ini, sumber daya manusia yang dibutuhkan tergantung kepada sistem pengembangan bank soal itu sendiri. SDM yang akan dilibatkan dalam pengembangan bank soal matematika ini, sebagai berikut: 1) pengembang program aplikasi untuk database data bank soal. Personel ini harus memiliki kemampuan kompu-ter minimal program aplikasi umum yaitu Office application, misalnya Word, Excel, dan lainnya; dan 2) pe-neliti sendiri yang bertindak sebagai reviewer utama terhadap kualitas butir-butir soal yang akan dimasuk-kan ke dalam bank soal sekaligus sebagai petugas entry data dan peng-umpul butir soal.

g) Pembiayaan Aspek pembiayaan yang perlu direncanakan dengan matang adalah pembiayaan dalam melakukan uji-coba soal-soal yang akan dipilih ke dalam bank soal, biaya pembuatan program, dan biaya akomodasi lainnya.

2) Pengembangan Sistem Pengembangan sistem akan melibatkan SDM programer, yang akan membuat software item banking. Sesuai dengan tujuan pengembangan bank soal yang merupakan ide peneliti sendiri, maka software item banking diharapkan dapat menjalankan fungsinya yaitu memanggil soal dengan spesifikasi tertentu, misalnya berdasarkan KD, ruang lingkup, tingkat kesukaran, daya pembeda, tebakan semu, pembuat soal, reviewer, dan tanggal di-ujikan.

3) Pengumpulan Butir Soal Butir-butir soal yang memiliki karak-teristik baik dikumpulkan setelah dilaku-kan kalibrasi.

4) Pengelolaan Bank Soal

Jika sebuah bank soal selesai dibuat dan telah sesuai dengan perencanaan maka telah siap dimanfaatkan. Namun de-mikian bank soal tersebut tidak semata-mata hanya dimanfaatkan saja, tetapi bank soal juga membutuhkan pemeli-haraan. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan sebuah bank soal, sebagai berikut. a) Pemeliharaan sistem bank soal yang

meliputi: (1) jaminan ketersediaan bank soal. Bank soal harus terus di-pelihara agar selalu tersedia bila ingin dimanfaatkan. Oleh karena itu, salah satu langkah penting adalah peng-gandaan bank soal (back up data). Hasil penggandaan dapat disimpan sebagai cadangan bila sewaktu-waktu bank soal yang biasa diakses dan dimanfaatkan ada bagian yang rusak atau hilang. Disamping itu bank soal juga harus terus dipantau agar prog-ram aplikasi selalu dalam keadaan bersih dari virus atau aman dari kerusahan fisik; dan (2) menjaga ke-rahasiaan bank soal. Untuk menjamin kerahasiaan bank soal dan peman-faatan secara benar, maka perlu diidentifikasi orang-orang yang dapat mengakses bank soal serta menam-bah fasilitas keamanan bank soal dengan cara menggunakan password.

b) Pemanfaatan Bank Soal Pemanfaatan bank soal harus benar-benar sesuai dengan peruntukannya. Selain itu, pemanfaatan bank soal juga disesuaikan dengan perencanaan dan spesifikasi bank soal yang ada. Manfaat utama bank soal adalah untuk memudahkan guru membuat sebuah instrumen penilaian yang berkualitas. Oleh karena bank soal memuat kumpulan butir soal beserta informasi penting yang terkait, maka apa yang dimanfaatkan dari sebuah bank soal tidak lain adalah butir-butir soal yang terkalibrasi. Jika sebuah butir soal akan diambil dari sebuah bank soal, maka harus diperhatikan setiap informasi karakteristik butir

Page 93: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124196

soal tersebut, sehingga menjadi pertimbangan apakah butir soal ter-sebut sesuai dengan tujuan penilaian. Selain perubahan butir soal, dimung-kinkan pula terjadi perubahan iden-titas soal. Jadi, soal dan jawabannya sendiri tidak berubah, namun iden-titas atau karakteristik butir soal berubah, misalnya akibat pengklasi-fikasian berubah karena sesuatu alasan atau agar penelusuran lebih mudah.

c) Pembaharuan Bank Soal Setelah sebuah bank soal dibangun dan siap dimanfaatkan, maka proses pengembangan sesungguhnya belum selesai. Dalam pengelolaannya di-mungkinkan terjadi pembaharuan terhadap bank soal. Pembaharuan butir soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) review ulang terhadap butir-butir soal yang ada di dalam bank soal, yaitu untuk menyesuaikan dengan kurikulum dan kebijakan yang berlaku; apakah butir soal yang ada telah sesuai dengan perubahan kurikulum (baik nasional, regional, maupun lokal). Selain itu review juga diperlukan untuk melihat apakah ada butir-butir soal yang sebenarnya cacat namun terlewatkan pada saat proses pembuatan bank soal; dan 2) penambahan butir soal baru ke dalam bank soal, mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas pemanfaatan bank soal. Semakin banyak variasi soal untuk satu kompetensi, maka semakin memudahkan pemanfaatan bank soal tersebut. Selain itu, setidaknya terdapat 3 level tingkat kesukaran butir soal pada bank soal tersebut yaitu mudah, sedang dan sukar. Hal ini untuk menjamin ke-luasan pemanfaatan bank soal, sebab tidak semua sekolah sama dalam hal kemampuan peserta didiknya; ada sekolah yang kemampuan peserta di-diknya tersebut rata-rata dan ada pula yang kemampuan peserta didiknya yang di bawah rata-rata. Selain tentu

saja dapat digunakan untuk program remedial dan pengayaan.

PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Bank soal bukanlah merupakan kum-

pulan soal-soal sembarangan, tetapi me-rupakan kumpulan butir-butir soal yang sudah diketahui karakteristiknya melalui kegiatan telaah kualitatif dan uji coba, meliputi daya pembeda (a), tingkat kesukaran (b), dan tebakan semu (c). butir-butir soal yang memenuhi syarat baik dikumpulkan menjadi bank soal.

2. Pengembangan bank soal memiliki banyak keuntungan, sehingga para guru dianjurkan untuk mengembangkan bank soal.

3. Bank soal yang telah disusun perlu diperbaharui dan dipelihara ketersediaan soal-soal di dalamnya sehingga selalu siap pakai dan up to date.

DAFTAR RUJUKAN

Chaowprapha C. and Russell F. Waugh. Item Banking With Rasch Measurement: an Example for Primary Mathematics in Thailand. Research Online, 2008. http://www. http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=ceducom, (diakses tanggal 8 Juni 2014).

Choppin, Bruce. Developments In Item Banking. Paper. Windsor: National Standards of Attainment in Schools, 1976.

Eggen, T. Choices in CAT Models in the Context of Educational Testing. Makalah disajikan pada Conference on Computerized Adaptive Testing, 2007. http://publicdocs.iacat.orgcat2010cat07eggen (diakses tanggal 31 Juli 2014).

Freeman, A., Nicholls, A., Ricketts, C., and Coombes, L. Assessing the Feasibility of aTest Item Bank and Assessment. International Journal of Education and Research, Vol. 32

Page 94: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

197Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

(http://www.ijern.comjournalDecember-201311.pdf, (diakses tanggal 24 Juni 2014).

Glenn E. Snelbecker. Learning Theory, Instructional Theory, And Psycho Educational Design. New York: McGraw-Hill, Inc, 1984.

Gregory, J,R. Psychological Testing History, Principles, And Applications. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon, 2000.

Gronlund, N.E. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Publishing Co., 1976.

Hambleton & Swaminathan. Item Response Theory. Principles and Applications. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1985.

Molina, J.G., I. Pareja, dan J. Sanmartin. Modeling Item Banking: Analysis and Design of A Computerized System. Journal Revista Electrónica de Metodología Aplicada Vol. 13, no. 2, 2008.

Naga, Dali S. Teori Sekor Pada Pengukuran Mental. Jakarta: PT. Nagarani Citrayasa, 2013.

Richey, Rita C., Klein, James D., and Tracey, Monica W. The Instructional Design Knowledge Base: Theory, Research, and Practice. New York: Routledge, 2011.

Sumardyono dan Wiworo. Pengembangan dan Pengelolaan Bank Soal Matematika di KKG/MGMP. Jakarta: BPSDM-PMP, 2011.

Suwarto. Computerized Adaptive Testing (CAT). Jurnal Ilmiah Widyatama, No. 2 Volume 20 Tahun 2011. http://lppmbantara.com/wid2011.pdf. (diakses tanggal 31 Juli 2014).

Suyata P., Mardapi, Dj., dan Kartowagiran Badrun, “Identifikasi Need Assessment: Studi Awal Model Pengembangan Bank Soal Berbasis Guru Di Provinsi DIY”, Jurnal Kependidikan, Volume 40, Nomor 1, Mei 2010.

Tim Penyusun. Rancangan Penilaian. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010.

Tim Penyusun. Teori Tes. Jakarta: Puspendik, 2013.

Tim Penyusun. Pengembangan dan Pemberdayaan Bank Soal di Daerah. Jakarta: Puspendik, 2013.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 57, ayat 1.

Vale, C.D. Computerized Item Banking. In Downing, S.D., & Haladyna, T.M. (Eds.) The Handbook of Test Development. Routledge, 2004.

Verhage & Jan de Lange. Mathematics Education and Assessment. Amesa Conference, 1996. http://www.fi.uu.nl/ver_jan.pdf (diakses tanggal 31 Juli 2014).

Ward, Annie W. dan Murray-Ward, Mildred. Guidelines for the Development of Item Banks. Modul pembelajaran NCME. dalam Instructional Topics in Educational Measurement (ITEMS, 2004., http://www.ncme.org/pubs/items/25.pdf (diakses 4 Juni 2014).

Wright, BD & Bell, SR. Item Bank: What, Where, How. http://www.rasch.org/memo43:itembanks.htm. (diakses tanggal 3 Juni 2014).

Page 95: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124108

PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL EMASAINS

1. Memuat naskah ilmiah bidang Edukasi Matematika dan Sains dengan kajian masalahpendidikanmatematika,sainsdanlingkunganhidup.

2. NaskahditulisdalambahasaIndonesiabakusesuaiejaanyangdisempurnakandanataubahasainggrisbaku.

3. Tulisandarihasilpenelitian,kajianteoretisdanaplikasiteori.Naskahharusasli(belumpernahdipublikasikan)danditulisolehpenelitimaupuntimpenelitimenggunakanbahasaIndonesiaataubahasaInggris.Naskahilmiahyangtelahdiseminarkandalampertemuanilmiahnasionaldaninternasional,hendaknyadisertaidengancatatankaki.

4. NaskahdicetakpadakertasukuranA4, diketikdenganspasigandamenggunakanprogramolahkataword for windows,huruftimes new romanukuran12.

5. Tatacarapenulisanhasilpenelitianhendaknyadisusunmenuruturutanberikut:Judul,Identitaspenulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dansaran,UcapanTerimakasih,danDaftarRujukan.Upayakannaskahdicetakhitam-putih,dankeseluruhannaskahtidaklebihdari15-20halaman.

6. Judul:Singkatdanjelas(tidaklebihdari14kata),ditulisdenganhurufKapital.

7. Identitas Penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila alamat instansipenulisberbeda,makadibelakangsetiapnamadiberiindeksatasangkaarab.Alamatpenulisditulisdibawahnamapenulis,mencakuplaboratorium,lembaga,danalamatlengkapdengannomortelpon/faksimilidane-mail.Indekstambahandiberikanpadapenulisyangdapatdiajakberkorespondensi(corresponding author).

8. Abstrak:DitulisdalambahasaIndonesiadanbahasaInggris,bilanaskahberbahasaIndonesia,begitupula sebaliknya.Abstrakdilengkapikatakunci (key words)yangdiurutberdasarkankepentingannya.Abstrakmemuatringkasannaskah,mencakupseluruhtulisantanpamencobamerincisetiapbagiannya.Hindarimenggunakansingkatan.HanyaabstrakberbahasaInggrisyangakandimuat.

9. Pendahuluan:Memuattentangruanglingkup,latarbelakangtujuandanmanfaatpenelitian.Bagianinihendaknyamemaparkanlatarbelakangagarpembacadapatmemahamidanmenilaihasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlahpustakayangdapatmendukungpembahasan.

10. Metode Penelitian:Hendaknyadiuraikansecararincidanjelasmengenaibahanyangdigunakandancarakerjayangdilaksanakan,termasukmetodestatistika.Carakerjayangdisampaikanhendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelititan tersebutdapatdiulangdenganberhasil.

Page 96: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

109Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124

11. Hasil dan Pembahasan:Disajikan secarabersamadanmembahasdengan jelashasil-hasilpenelitian.Dapatdisajikandalambentuktertulisdidalamnaskah,tabel,ataugambar.Kurangipenggunaangrafik jikahal tersebutdapatdijelaskandalamnaskah.Batasipemakaian foto,sajikanfotoyangjelasmenggambarkanhasilyangdiperoleh.Gambardantabelharusdiberinomordandikutipdalamnaskah.Fotodapatdikirimdenganukuran4R.Biayapemuatanfotoberwarnaakandibebankankepadapenulis.Grafikhasilpengolahandatadikirimdalamfileyangterpisahdarifilenaskahilmiahdandisertainamaprogramdandatadasarpenyusunangrafik.Pembahasanyangdisajikanhendaknyamemuattafsiratashasilyangdiperolehdanbahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan penelitian sebelumnya. Akan lebih baikjika rujukanyangdigunakanberasaldari Jurnal.Hindarimengulangpernyataanyang telahdisampaikanpadametode,hasildaninformasilainyangtelahdisajikanpadapendahuluan.

12. Simpulan dan Saran:Disajikansecaraterpisahdarihasildanpembahasan.

13. Ucapan terima kasih:Dapatdisajikanbiladipandangperlu.Ditujukankepadayangmendanaipenelitiandanuntukmemberikanpenghargaankepadalembagamaupunperseoranganyangtelahmembantupenelitianatauprosespenulisanilmiah.

14. Daftar Rujukan:Disusunsecaraalfabetismenurutnamadantahunterbit.Singkatanmajalah/jurnalbedasarkan tatacarayangdipakaiolehmasing-masing jurnal, daftar rujukan jurnal/majalah ilmiah (10 tahun terkahir) sedikitnya 60% dan text books 40%. Contoh penulisandaftarrujukan:

Jurnal/Majalah:Nama,tahun,judulartikel,namajurnal,Vol.Nomor,halaman,Tahun.

Contoh:Yoger,R.E.,Tamir,Pinchas,1993STSAproach:Reasons, Intention, Accomplisment, and Outcomes.JournalScienceEducationVol.77(6),11-17

Buku: namapengarang,tahunterbit,judul,edisi,namadantempatpenerbit.

Contoh: Holman, J. 1986, Science-Technology In Society, General Guide, TheAssociationforScienceEducation.

Makalah Seminar: Nama, Tahun, Judul Makalah, Thema Seminar, Tanggal Pelaksanaan,Tempat.

Contoh:Arinasa,I.B.K.1998.KontribusiKebunRayaEkaKaryaBalidalamMelestarikanFloraLangka yang ada di Bali Beserta Permaslahannya. Makalah Seminar Hari Puspa dan SatwaNasional,Tanggal5Nopember1998diSTKIPSingaraja.

Prosiding:Namapengarang,tahun,judul,namaProsiding,tanggal,halaman

Contoh:MuzzarelliR.1990.Chitinandchitoson:Uniquecationicpolysaccharides,In:ProccedingSymposiumTowardCarbohydrateBasedChemistry.Amies,France,23-26Oct1989.Pp199-231

Tesis/disertasi: nama pengarang, tahun, judul thesis/desertasi, nama universitas/PerguruanTinggi.

Contoh:SaidS.2003.Studiesonfertilizationofratoocytesbyintracytoplasmicsperminjection.(Disertation).Okayama:OkayamaUniversity.

Page 97: EMASAIN Vol III No.2 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor 2, September Tahun 2014 ISSN 2302-2124110

Internet:NamaPengarang,tahun,judulartikel,sumber,tanggaldiunduh.

Contoh:Okezone,2008.DampakBurukEmisiKendaraan.DiperolehdariURL:http;//antos.okezone.com/index/Readstory/2008/01/25/87/78078/dampak;buruk;e-.Diunduhtanggal15Pebruari2008.

15.Naskahdariartikelulasbalik(review),danlaporankasussesuaidenganaturanyanglazim.

16.Pengirimannaskahdapatdilakukansetiapsaatdalambentukcetakan(print out)sebanyak2eksemplardan1soft copykepadaRedaksiJurnalEmasainsJlnAkasiaDesaSumertaNo16DenpasarTimur

17.Naskahyangdikirimharusdisertaisuratdaripenulis.Suratharusdenganjelasmenyatakan,alamat lengkap, nomor telpon dan faksimili, dan alamat email. Penulis korespondensibertanggungjawabterhadapkeaslianpenelitiandanisinaskah.Untukmempercepatprosespenelaahan tulisan tersebut, penulis sebaiknya menyodorkan sedikitnya tiga penelaah(reviewer)yangtidakbekerjadalamsatulembagaatausatulab.Sertakanpulaalamatpenelaahyangdirekomendasikan.

18.Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalahtanpaperbaikan,memuatnaskah/makalahdenganperbaikan,danmenolaknaskah/makalah.Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyuratuntukkeperluanitu.

19.Biayacetak:Makalahyangtelahdimuatdikenaibiayapenerbitandanpengiriman.Biayacetakdibebankankepadapenulispertama(coreponding author),sebesar150.000rupiahbagianggotadan200.000rupiahbagibukananggota.

20.Penulis/pelanggandapatmengirimkanbiayapemuatan-naskahataulanggananlewattransferbankBNICabangDenpasaratasnamaDraNiNyomanParmithi,MM,rekeningNo.0557-01-000051-53-9.