eldas lengkap 2

Upload: jiwondowson

Post on 15-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

eldas

TRANSCRIPT

  • 1

    LOGIKA BINER DAN PENCACAH

    MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM BENTUK

    UNTAI ELEKTRONIKA DIGITAL DENGAN

    GERBANG AND OR NAND NOR

    (Serial Teknik Digital)

    Oleh :

    DR Nonoh Siti Aminah MPd

  • 2

    SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS

    SURAKARTA

    2003

    LOGIKA BINER DAN PENCACAH

    MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM BENTUK UNTAI

    ELEKTRONIKA DIGITAL DENGAN GERBANG AND OR NAND

    NOR

    Oleh : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

    Editor : Drs. Jamzuri, M.Pd

    Hak cipta 2013, pada penulis

    Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

    dalam bentuk apapun, tanpa izin dari penulis.

    Edisi Pertama :

    Edisi pertama, cetakan pertama, Mei 2013

    Penerbit :

    Sebelas Maret University Press

    Jl. Ir. Sutami 36 A Telp. 646994 Psw. 341

    Percetakan :

  • 3

    Sebelas Maret University Press

    Jl. Ir. Sutami 36 A Telp. 646994 Psw. 341

    LOGIKA BINER - MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM

    BENTUK UNTAI ELEKTRONIKA DIGITAL

    DENGAN GERBANG

    AND OR NAND NOR

    KATA PENGANTAR

    Buku dengan judul logika biner dan Pencacah dimaksudkan

    untuk mengantarkan pembaca mewujudkan logika biner dalam

    bentuk untai elektronika digital dengan gerbang AND OR NAND NOR. Logika biner tidak lain merupakan logika yang hanya

    mengenal dua kondisi pilihan 1 atau 0. Pilihan 1 diartikan ada

    tegangan 5 volt sedang pilihan 0 berarti tidak ada tegangan atau 0

    volt.

    Buku dikemas untuk mengantarkan pembaca melatih

    berlogika menggunakan gerbang NAND atau NOR untuk

    mewujudkan untai yang lebih rumit. Kedua gerbang merupakan

    akar permasalahan yang berkaitan erat dengan pemahaman

    penyederhanaan suatu fungsi dan alih gerbang menggunakan

    teorema de Morgan.

    Pembaca diajak pula untuk mencoba merangkai untai

    elektronika digital, agar terampil merangkai dan membuktikan

    secara nyata apa yang dimaksud dalam logika dan perwujudan riel

    dalam untai elektronika.

  • 4

    Dalam waktu yang sama telah dipersiapkan buku lanjutan,

    sebagai serial teknik digital untuk mengantarkan pembaca

    memahami dan terampil mewujudkan untai pencacah dan

    perangkat elektronika digital.

    Akhirnya selamat membaca, dan terima kasih atas

    kepercayaan serta jika ada perbaikan kritik dan saran mohon

    dialamatkan ke Program Fisika P.MIPA FKIP UNS.

    Surakarta, Mei

    2013

    Penulis,

    DAFTAR ISI BAB 1 GERBANG LOGIKA. 1. Operasi Boole. 2. Gerbang NOT. 3. Gerbang OR 4. Gerbang AND. 5. Gerbang NOR. 6. Gerbang NAND.. 7. Gerbang EXOR 8. Gerbang XNOR..

    1

    1

    3

    4

    5

    5

    6

    7

    9

  • 5

    BAB 2 ALJABAR BOOLE. 1. Hukum Asosiatif .. 2. Hukum Komutatif .... 3. Hukum Distributif 4. Hukum Perluasan 5. Hukum Identitas .. 6. Hukum Komplemen. 7. Hukum Penjalinan Dengan Tetapan. 8. Hukum Pembalikan 2 kali. 9. Hukum Penyerapan 10. Hukum De Morgan

    14

    14

    15

    16

    16

    17

    17

    18

    20

    20

    21

    BAB 3 MENYEDERHANAKAN FUNGSI 1. Bentuk Persamaan Aljabar Boole:. 2. Sum Of Product:. 3. Product Of Sum:. 4. Cara Menyederhanakan Fungsi Aljabar Boole:. 5. Peta Karnaugh 6. Contoh Peta Karnaugh 3 Ubahan... 7. Manfaat Penyerderhanaan Fungsi.. 8. Mengatur Putaran Motor Mesin Cuci Dengan 3 Ubahan... 9. Contoh Peta Karnaught 4 Ubahan.. 10. Contoh Untai Komparator 2 Bit

    27

    27

    28

    29

    30

    32

    37

    39

    42

    44

    49

    BAB 4 ARITMATIKA

    BOOLE 1. Penjumlah Tanggung (HA) :.. 2. Penjumlah Penuh (FA) . 3. Untai Penjumlah 2 BIT dan IC 4008 :.. 4. Pengurang Biner :.. 5. Penjumlah Dan Pengurang Berbasis 16 6. Perkalian Biner : 7. Seven Segment 7 . 8. Mengubah Kode Desimal ke Biner

    58

    58

    60

    64

    65

    68

    71

    72

    75

    BAB 5 PENCACAH SINKRON... 1. Pendahuluan.. 2. RS NAND Latch (Set-Reset Flip-flop).. 3. RS NOR Latch (Set-Reset Flip-flop). 4. T Flip-flop........................................................................ 5. JK Flip-flop...................................................................... 6. Pencacah Sinkron 7. Pencacah Sinkron J-K Flip-flop Modulo Diperpendek.......... 8. Pencacah Sinkron yang Tidak Urut

    79 79 82 85 88 89 93 99

    101 BAB 6 PENCACH TAK SINKRON. 105

  • 6

    1. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 4 2. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 8 3. Pencacah Tak Sinkron Diset Pada Cacahan Tak Maksimal 4. Pencacah Tak Sinkron Diset Pada Cacahan Tak Tertentu..

    105 106 107 110

    BAB 7 PENCACAH NAIK DAN TURUN Pencacah Johnson........................................................................

    115 117

    DAFTAR GAMBAR 1.1. Gerbang Buffer dan NOT 1.2. Gerbang OR ( = + ) 1.3. Gerbang AND ( = .) 1.4. Gerbang NOR.. 1.5. Gerbang NAND.. 1.6. Gerbang EXOR... 1.7. Gerbang EXNOR ..

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    2.1. Hukum Asosiatif Gerbang AND .. 2.2. Hukum Asosiatif Gerbang OR . 2.3. Hukum Komutatif Gerbang AND dan OR .. 2.4. Hukum Distributif. 2.5. Hukum Perluasan ............ 2.6. Hukum Identitas.. 2.7. Hukum Komplemen. 2.8. Hukum Konjungsi dan Disjungsi. 2.9. Aturan Pembalikan 2.10 Hukum Penyerapan..............................................................

    2.11Hukum de Morgan NOR DM 2.12 Hukum de Morgan OR DM.. 2.13 Gerbang NOT dari NAND atau NOR. 2.14 Soal Nomor 7 . 2.15 Soal Nomor 8 .

    14

    15

    15

    16

    17

    17

    18

    19

    20

    21

    21

    21

    23

    24

    25

    3.1. Persamaan dan Gerbang Logika. 3.2. Sum Of Product Y = Y1 + Y2 + Y3 3.3. Product Of Sum Y = A + B C + D (E + F + G) 3.4. untai panjang Y=A. 3.5. Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan... 3.6. Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan..

    3.6. Ubahn = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C = A.. 3.7. Peta Karnaugh Persamaan Y = B dan Y = C. 3.8. Pengembangan 4 Ubahan Y = A dan X = A. C. 3.9. Peta Karnaugh 5 Ubahan 3.10 Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A..

    3.11 Peta Karnough Y = A + C + A. B

    3.12 Peta Karnaugh Y = A. B dan Y = A + C + A. B .

    27

    28

    29

    31

    32

    33

    34

    34

    35

    36

    36

    38

    38

    38

  • 7

    3.13 Realisasi Persamaan 5.8

    3.14 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NOR

    3.15 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NAND..

    3.16 Persamaan Motor Stop S = B. C.

    3.17 Persamaan Motor Putar Kanan R = A(B + C). 3.18 Persamaan Motor Putar Kiri L = A(B + C). 3.19 Realisasi Putaran Motor Dengan NAND.. 3.20 Realisasi Putaran Motor Dengan NOR. 3.21 Peta Karnaugh Y = A. D.. 3.22 Peta Karnaugh 4 ubahan Y = A B D. 3.23 Soal Bab 2 Nomor 7 . 3.24 Soal Bab 2 Nomor 7.. 3.25 Maxterm Komparator 2 Bit... 3.26 Komparator 2 Bit .. 3.27 Untai Komparator 2 Bit Untuk G=1.. 3.28 Untai Komparator 2 Bit Untuk R=1.. 3.29 IC 7400..

    39

    40

    41

    42

    42

    43

    44

    44

    46

    47

    47

    48

    50

    50

    51

    52

    53

    4.1. Penjumlah Tanggung (HA).. 4.2. Peta Karnaugh FA. 4.3. Penjumlah Penuh (FA).. 4.4. Diagram FA. 4.5. Diagram IC HA dan FA 4.6. Untai Penjumlah Penuh 2 Bit 4.7. Untai Penjumlah Penuh 4 Bit 4.8. Untai Penjumlah Penuh 8 Bit 4.9. Untai Pengurang 14 5 = +9 10 4.10 Untai Pengurang 5 14 =9 10 ...................................... 4.11 Untai Penjumlah dan Pengurang... 4.12 Untai Perkalian Biner 3 x 2 Bit. 4.13 IC Segmen 7.. 4.14 IC BCD. 4.15 Model penampilan Angka Desimal.. 4.16 Mengubah Desimal ke Biner.....

    60 61 62 63 64 64 65 67 68 69 72 73

    74

    75

    76

    5.1. Siklus pencacah Modulo 4.....................................................

    5.2. Diagram Pulsa Rangkaian Pencacah Modulo 4....................

    5.3. Perilaku NAND RS Latch.. 5.4. Saklar Bergetar 5.5. RS NAND Latch Saklar Anti Getar 5.6. Output Saklar Anti Getar.......................................................

    5.7. Perilaku NOR RS Latch.. 5.8. Saklar Bergetar

    81 81 82 84 84 84 85 86

  • 8

    5.9. RS OR Latch Saklar Anti Getar 5.10 Output Saklar Anti Getar......................................................

    5.11 T Flip-flop dan Simbol T Flip-flop.......................................

    5.12 Diagram Waktu Untuk T Flip-Flop.......................................

    5.13 JK Flip-flop, dan Simbol J-K Flip-flop.................................

    5.14 J-K Flip-flop AND dan NOR................................................

    5.15 JK Flip-flop. 5.16 Pemetaan 5.6.......................................................................

    5.17 Pencacah Sinkron Modulo 4................................................

    5.18 Diagram Pulsa Pencacah Modulo 4....................................

    5.19 Cacahan Modulo 8................................................................

    5.20 Pengendali JK Flip-flop Modulo 8........................................

    5.21 Rangkaian Pencacah Sinkron Modulo 8 Naik Turun 5.22 Pemetaan persamaan kaki J-K flip-flop A dan B..................

    5.23 Rangkaian Pencacah Modulo 3. 5.24 Rangkaian Pencacah Tidak Urut 2754.. 5.25 Rangkaian Pencacahan Tidak Urut 2754.. 5.26 Rangkaian Pencacahan Tidak Urut 2754..

    87 87 88 89 90 91 92 94 95 96 97 98

    100 100 102 102 104

    6.1. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 4.. 6.2. Pencacah Taksinkron Naik - Turun Modulo 8.......................

    6.3. Diagram Cacahan Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.....

    6.4. Pulsa Reset R = A. B............................................................. 6.5. Rangkaian Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6 6.6. Diagram Pulsa Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.. 6.7. Diagram Pencacahan 3456.....................................................

    6.8. Pulsa Reset R = A. B. C........................................................ 6.9. Pencacah Taksinkron 3-4-5-6. 6.10 Diagram Pulsa Pencacah 3456..............................................

    105

    106

    108

    109

    110

    110

    110

    111

    112

    112

    7.1 Pencacah naik turun J = K = 1 7.2 Pencacah Johnson...................................................................

    7.3 Pencacah Johnson Dengan kendali Reset...........................

    117

    117

    118

    DAFTAR TABEL 1.1. Penjumlahan. 1.2. Perkalian 1.3 adalah hukum pembalikan fungsi aljabar boole 1.4. Gerbang OR 1.5. Gerbang AND 1.6. Gerbang NOR 1.7. Gerbang NAND. 1.8. Gerbang EXOR 1.9. Gerbang EXNOR

    2

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    2.1. Hukum Perluasan . 2.2. Hukum Komplemen..

    17

    18

  • 9

    2.3. Konjungsi dan Disjungsi 2.4. Hukum Pembalikan 2.5. Hukum Penyerapan 2.6. Membuat gerbang NOT dari NAND. 2.7. Membuat gerbang NOT dari NOR 2.8. Kondisi Pembelajaran di Kelas..

    18

    20

    20

    22

    23

    26

    3.1. Perilaku Siswa 3.2. Gerak Motor Mesin Cuci :. 3.3. Komparator 2 Bit

    30

    42

    49

    4.1. Penjumlahan Desimal :.. 4.2. Penjumlahan Tanggung Bilangan Biner :. 4.3. Penjumlahan Penuh Bilangan Biner :.. 4.4. Penjumlah dan Pengurang 4.11. 4.5. Nyala LED Segmen 7. 4.6. Tbel Kebenaran IC 4546. 4.7. Pengubah Desimal Ke Biner..

    58

    59

    61

    62

    74

    75

    75

    5.1. Pencacahan Modulo 4 5.2. Perilku NAND RS Latch .. 5.3. Perilku NOR RS Latch.. 5.4. Eksitasi T Flip-flop.......................................................

    5.5. Karakteristik JK Flip-flop..............................................

    5.6. Eksitasi JK Flip-flop......................................................

    5.7. kebenaran JK Flip-flop Modulo 4 5.8. Pencacah Sinkron Modulo 8 Dengan JK Flip-flop................

    5.9. Pencacah Naik Turun Modulo 8 Sinkron 5.10 Kebenaran Dari 2.17...........................................................

    5.11 Kebenaran Siklus Pencacah Tidak Urut 27542...................

    81

    83

    85

    86

    91

    92

    93

    96

    99

    99

    101

    6.1. Pembacaan Cacahan Gambar 6.......................................

    6.2. Pencacah Taksinkron Naik - Turun Modulo 8......................

    6.3. Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.................................

    6.4. Pulsa Reset Pegendali Pencacah Modulo 6....................

    6.5. Pencacahan..................................................................

    106

    108

    108

    109

    111

    7.1. Daftar Keadaan JK Flip-Flop 116

    SOAL LATIHAN

    BAB 1. 10

    BAB 2. 22 BAB 3. 53

    BAB 4. 77

    BAB 5. 104 BAB 6. 113 BAB 7. 119 BAB 8.

  • 10

  • 1

    BAB 1

    GERBANG LOGIKA

    9. Operasi Boole

    Abad 19 Goorge Boole menyatakan bentuk matematika dari ungkapan dengan

    menggatikan huruf abjad sebagai simbul tertentu. Misal A bermakna mobil, B bermakna

    hitam, maka ungkapan pernyataan mobil hitam Y = A AND B

    Simbol untuk menyatakan ubahan fungsi aljabar boole digunakan huruf besar,

    sedang komplemen dari pernyataan tersebut digunakan bar di atas huruf. Simbol dapat

    mempunyai nilai 1 dan 0 atau gaungan dari nilai 1 dan 0 sebagai ungkapan nilai bilangan

    biner. Misal A=1 komplemennya dinyatakan dengan = 0

    Bila A = (28)10 dalam angka decimal akan dinyatakan secara biner menjadi

    A=(11100)

    Perbedaan cara menulis karena angka desimal menggunakan angka dasar (radik)

    0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, diberi simbol A, bobot tiap radik diberi simbul R. Cara menulis

    bilangan R dalam bentuk persamaan :

    N = AiRAi=0i 1.1

    Sedang angka biner menggunakan 2 angka dasar ialah 0,1. Cara membaca

    besarnya nilai angka biner identik dengan cara membaca angka desimal. Misal kode

    angka desimal (28)10 akan diubah menjadi 28 biner dengan cara menggunakan

    persamaan 1.1 sebagai berikut :

    (28)10 = 2(10) + 8(10)0 (2 digit)

  • 2

    (11100)2 = 1(2)4 + 1(2)3 +1(2)2 + 1(2)1 + 1(2)0 (2 digit)

    Hukum penjumlahan Boole dan nilai biner 1 atau 0 berlaku

    Tabel 1.1. Penjumlahan

    No Penjumlahan

    Bilangan

    Dibaca

    OR

    1 0+0=0 Nol OR Nol Sama dengan nol

    2 0+1=1 Nol OR Satu Sama dengan satu

    3 1+0=1 Satu OR Nol Sama dengan satu

    4 1+1=1 Satu OR Satu Sama dengan satu

    Kesimpulan :

    Penjumlahan biner akan bernilai 0 hanya bila semua input bernilai 0

    Tabel 1.2 adalah hukum perkalian boole dari nilai 1 atau 0 berlaku :

    Tabel 1.2. Perkalian

    No Perlkalian Bilangan Dibaca

    AND

    1 0.0=0 Nol AND Nol Sama dengan nol

    2 0.1=1 Nol AND Satu Sama dengan satu

    3 1.0=1 Satu AND Nol Sama dengan satu

    4 1.1=1 Satu AND Satu Sama dengan satu

    Kesimpulan :

    Hasil perkalian biner akan bernila1 bila semua input bernilai 1

  • 3

    Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dikembangkan menjadi banyak variasi

    logika aljabar boole dan dapat diwujudkan menjadi untai elektronik yang sangat

    bermanfaat sesuai kepentingan perancang, dari sekedar sakelar penghidup lampu,

    timer, kalkulator, sampai pengatur pemakaian bahan bakar mobil pada mesin modern

    (EFI= Electronics Fuel Injection), robot, dan lain sebagainya.

    Realisasi untai aljabar boole dapat diwujudkan dengan gerbang logika atau

    gabungan gerbang logika NOT, AND, OR, XOR, NAND, NOR, XNOR. Yang bila

    disederhanakan secara benar dengal logika aljabar boole akan dapat dialih fungsikan

    sama hanya satu macam gerbang NAND dan OR saja. Dengan demikian peran

    pemahaman aljabar boole menjadi sangat penting, untuk menyederhanakan suatu

    fungsi yang akan direalisasikan secara elektronik. Untuk menjalin suatu fungsi aljabar

    boole dapat dilakukan dengan menyusun peubah pada input gerbang logika NOT, AND,

    OR, XOR, NAND, NOR, XNOR.

    10. Gerbang NOT :

    Gambar 1.1. Gerbang Buffer dan NOT

    Gerbang NOT merupakan untai logika yang berfungsi membalik suatu

    pernyataan atau fungsi ,

    Tabel 1.3 adalah hukum pembalikan fungsi aljabar boole

    No A Buffer

    Inverter

    (NOT)

    Y1 = A Y2 =

    A

    NOTBuffer

    A

    NOTBuffer

    5V0V

    Y2Y1

    +5V

    Y2Y1

    12VSPDT

    Y2Y1

    +5V

    Y2Y1

    12VSPDT

  • 4

    1 0 0 1

    2 1 1 0

    Kesimpulan :

    1 =

    2 = 1 =

    11. Gerbang OR

    Gerbang OR merupakan untai logika yang brfungsi seperti untai sakelar yang

    dapat dipasang parallel, sakelar buka bernilai 0 dan sakelar tertutup bernilai 1,

    sedanglampu padam bernilai 0 dan lampu hidup bernilai 1.

    Gambar 1.2. Gerbang OR ( = + )

    Tabel 1.4. Gerbang OR

    No = +

    0 0 0 0

    1 0 1 1

    2 1 0 1

    3 1 1 1

    Gambar 1.2 menunjukkan bahwa jalinan kebenaran gerbang OR sesuai

    pernyataan kebenaran pada tabel 1.4.

    A

    B

    A

    B

    A

    B

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    5V

    Y

    Y+5V

    Y

    Y+5V

    Y

    Y+5V

  • 5

    Kesimpulan :

    Output gerbang OR bernilai 0 hanya bila kedua input bernilai 0

    12. Gerbang AND

    Gerbang AND merupakan untai logika yang berfungsi seperti untai sakelar yang

    dipasang seri, sakelar buka bernilai 0 dan sakelar tertutup bernilai 1, sedang lampu L

    padam berinlai 0, lampu nyala bernilai 1.

    Gambar 1.3. Gerbang AND ( = . )

    Dari gambar 1.3 dapat di pahami bahwa keberlakuan table kebenaran gerbang

    AND sesuai table 1.5:

    Table 1.5. Gerbang AND

    No A B Y=A.B

    0 0 0 0

    1 0 1 0

    2 1 0 0

    3 1 1 1

    Kesimpulan :

    output gerbang AND bernilai 1 hanya bila kedua input bernilai 1

    B

    A

    A B

    B

    A

    A B

    B

    A

    A B

    5V

    5V

    0V

    5V

    0V

    0V

    Y

    Y+5V

    Y

    Y+5V

    Y

    Y+5V

  • 6

    13. Gerbang NOR:

    NOR kepanjangan dari NOT OR, maka merupakan untai gerbang OR dan NOT

    yang diberi simbul gerbang OR dengan output diberi lingkaran yang berfungsi membalik

    pernyataan fungsi OR. Tabel 1.6 adalah Jalinan kebenaran gerbang NOR

    Table 1.6. Gerbang NOR

    No INPUT OUTPUT

    A B 1 = + 2 = 3 = + 0 0 0 0 1

    1 0 1 1 0

    2 1 0 1 0

    3 1 1 1 0

    Gambar 1.4. Gerbang NOR.

    1 = + 2 = 1

    3 = + 2 = 3

    Kesimpulan :

    Output gerbang NOR bernilai 1 hanya bila kedua input benilai 0.

    B

    A

    B

    A 0V

    0V

    5V

    0V

    Y2

    Y1

    Y2

    Y1

  • 7

    14. Gerbang NAND

    NAND kepanjangan dari NOT AND, maka gerbang NAND merupakan untai

    gerbang AND dan NOT yang diberi simbul gerbang AND dengan output diberi lingkaran

    yang berfungsi membalik suatu pernyataan fungsi AND. Tabel 1.7 menyatakan jalinan

    kebenaran gerbang NAND

    Tabel 1.7. gerbang NAND

    NO INPUT OUTPUT

    A B 1 = . 2 = 3 = . 0 0 0 0 1

    1 0 1 1 0

    2 1 0 1 0

    3 1 1 1 0

    Gambar 1.5. Gerbang NAND

    1 = . 2 = 1

    3 = . 2 = 3

    Kesimpulan :

    Output gerbang NAND bernilai 0 hanya bila kedua input bernilai 1

    15. Gerbang EXOR

    EXOR merupakan kepanjangan exlusive OR, gerbang EXOR merupakan untai

    logika yang berfungsi seperti untai yang menggunakan 2 saklar geser A dan B yang di

    BA

    BA

    0V

    0V

    5V

    5V

    Y2

    Y1

    Y2

    Y1

  • 8

    pasang saling silang pada hubungan induk sakelear, hingga Hanya bila nilai A berlawanan

    dengan nilai B susunan sakelear akan dapat menyalakan lampu. Table 1.8 merupakan

    jalinan kebenaran gerbang EXOR.

    Contoh bilangan EXOR adalah pilihan dari dua pernyataan: makan (A) atau gosok

    gigi (B), maka kondisi pernyataan Y yang benar bila : = . atau = .

    Jika digabungkan : = . + . atau =

    Table 1.8 Gerbang EXOR

    N

    O

    INPUT OUTPUT

    A B 1 = . 2 = . 3 = . + . 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 3 1 1 0 0 0

    Gambar 1.6. Gerbang EXOR

    = . + . 2 = 1 + 2

    3 = . + . = 3 = Y4 = A B

    A

    B

    A

    B

    A BA

    AB B

    5V

    5V

    5V

    0V

    YYY

    Y4

    Y3

    Y2

    Y1

    Y4

    Y3

    Y2

    Y1

    +

    5V

    +

    5V

    +

    5V

  • 9

    Kesimpulan :

    Output gerbang EXOR bernilai 1 hanya bila nilai kedua input berlawanan.

    16. Gerbang XNOR

    EXNOR kepanjangan dari Exlusive NOT OR, maka gerbang EXNOR merupakan

    untai logika EXOR DAN NOT, disimbulkan dengan gerbang EXOR yang bagian outputnya

    diberi tanda lingkaran.

    Tabel 1.9 menyatakan jalinan kebenaran fungsi EXNOR. yang berfungsi

    membalik suatu pernyataan dari fungsi EXOR.

    Y1 = A B

    Y2 = A B

    Y1 = Y2

    Gambar 1.7. Gerbang EXNOR

    Tabel 1.9. Gerbang EXNOR

    NO INPUT OUTPUT

    A B Y1 = Y2 = 0 0 0 1

    1 0 1 0

    2 1 0 0

    3 1 1 1

    Kesimpulan :

    B

    A

    B

    A 0V

    0V

    5V

    0V

    Y2

    Y1

    Y2

    Y1

  • 10

    Output gerbang EXNOR bernilai 1 hanya bila nilai kedua input sama.

    SOAL LATIHAN :

    1. Buatlah tabel kebenaran 1 ,2 ,3 ,4 5 dari untai gerbang NAND berinput A

    dan B :

    Tabel 1.10. Gerbang Exor dengan gerbang NAND

    No A B 1 2 3 4 5 0 0 0

    1 0 1

    2 1 0

    3 1 1

    2. Selesaikan soal nomor 1 bila gerbang NAND diganti gerbang NOR

    Tabel 1.11 Gerbang Exor dengan gerbang NOR

    No A B 1 2 3 4 5 0 0 0

    1 0 1

    2 1 0

    3 1 1

    3. Berdasarkan jawaban soal nomor 1 dan 2 simpulkan dan animasikan kebenaran

    saudara menggunakan program CircuitMaker

    4. Lengkapi tabel kebenaran berdasarkan persamaan a, b, c dan d :

    a. 1 = . + .

    b. 2 = . +

    c. 3 = . + .

    A

    B

    Y1

    Y2

    Y3Y4 Y5

  • 11

    d. 4 = . +

    Tabel 1.12 Mengubah fungsi

    No A B 1 2 3 4 1 + 2 1 + 3 2 + 4 0 0 0

    1 0 1

    2 1 0

    3 1 1

    5. Buktikan dengan tabel kebenaran bahwa :

    a. 1 = . = +

    b. 2 = + = .

    c. 3 = .. = + +

    d. 4 = + + = ..

    6. Berdasarkan jawaban soal nomor 1 dan 2 simpulkan dan animasikan kebenaran

    saudara menggunakan program CircuitMaker

    7. Berapa besar nilai decimal dari bilangan biner berikut :

    a. 1 = (01111)2

    b. 2 = (0011110)2

    c. 3 = (000111100)2

    8. ubahlah bilangan decimal berikut menjadi bilangan biner :

    a. 1 = (15)10

    b. 2 = (30)10

    c. 3 = (60)10

    9. Buatlah tabel kebenaran perilaku nyala padamnya lampu (Y), jika diatur

    menggunakan 3 buah sakelar A seri dengan sakelar B dan sakelar B parallel dengan

    sakelar C.

  • 12

    Tabel 1.13 Gerbang NOR

    No A B C Y kesimpulan

    0 0 0 0

    1 0 0 1

    2 0 1 0

    3 0 1 1

    4 1 0 0

    5 1 0 1

    6 1 1 0

    7 1 1 1

    8 0 0 0

    9 0 0 1

    10 0 1 0

    11 0 0 1

    12 0 1 0

    13 0 1 1

    14 1 1 1

    10. Buatlah diagram rancangan sebuah lampu garasi rumah tingkat yang dapat

    dinyalakan ketika orang akan masuk garasi untuk parkir

    mobil dan lampu dapat dipadamkan setelah orang sampai

    di tingkat atas.

    Dan bila orang turun ke garasi untuk mengambil mobil

    lampu dapat dinyalakan, dan ketika orang keluar dari

    garasi lampu dapat dipadamkan.

    11. Buatlah diagram lampu yang menyala jika mengikuti persamaan :

    a. 1 = .. + .. + .. + ..

    b. 2 = .. + .. + .. + ..

    c. 3 = . + + ( + ). + ( + ) + ( + ).

    d. 4 = . + ( ). + ( ) + ( + )

    C

    B

    A+

    3V

    Y

  • 13

    12. Gambarkan bentuk sinyal output gerbang OR, AND, EXOR, bila sinyal inputnya

    berbentuk :

    13. Ujilah dengan tebel kebenaran :

    a. + = . ()

    b. + = . ()

    c. . = () + ()

    d. . = + ()

    Tabel 1.14 Alih Gerbang

    No 0 1 2 3 Kesimpulan

    A 0 1 0 1

    B 0 0 1 1

    +

    () . ()

    +

    . ()

    .

    + ()

    .

    + ()

    AND

    OR

    EXOR

  • 14

    BAB 2

    ALJABAR BOOLE

    1. Hukum Asosiatif

    Aturan aljabar boole berlaku hukum asosiatif, komutatif, dan distributif yang

    dapat dikembangkan menjadi aturan perluasan, identitas, komplemen, perjalinan

    dengan tetapan, pembalikan, dan penyerapan baik untuk jalinan AND maupun OR. Dan

    jika digabung dengan NOT akan membentuk hukum deMorgan sebagai modal pengubah

    gerbang NAND maupun NOR menjadi gerbang apa saja sesuai kehendak.

    B

    A

    A

    B

    B

    A

    A

    BC

    C

    C

    C

    5V

    5V

    0V

    0V

    5V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    0V

    Y

    Y

    Y

    Y

  • 15

    Gambar 2.1 Hukum Asosiatif Gerbang AND

    Tanda huruf suatu kelompok dari persamaan / pernyataan dapat diubah

    menjadi kelompok baru yang nilainya tetap :

    Y = A. B . C = B. C . A = B. A . C = A. C . B

    Y = A + B + C = B + C + C = A + C + B = C + B + A

    Gambar 2.2 Hukum Asosiatif Gerbang OR

    2. Hukum Komutatif

    Gambar 2.3 Hukum Komutatif Gerbang AND dan OR

    B

    A B

    A

    A

    B

    A

    B

    C

    C

    C

    C

    0V

    5V

    5V

    5V

    5V

    0V

    0V

    5V

    5V

    5V

    5V

    0V

    YY

    YY

    A

    B

    A

    B

    B

    A

    B

    A

    B

    A

    B

    A

    C

    C

    C

    C

    CC

    0V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    0V

    YY

    YY

    YY

  • 16

    Hukum komutatif merupakan perluasan hokum asosiatif, ialah input peubah

    yang dikaitkan dengan hanya satu jenis jalinan dapat saling dipertukarkan.

    Gerbang AND : = .. = .. = ..

    Gerbang OR : = + + = + + = + +

    3. Hukum Distributif

    Hukum distributive dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

    Y = A. B + C = AB + AC

    Gambar 2.4 Hukum Distributif

    4. Hukum Perluasan

    Gambar 2.5 Hukum Perluasan

    Peubah input dapat dijalin secara perkalian AND atau penjumlah an OR tak

    terbatas pengulangannya dengan nilai output yang tidak ber-ubah.

    = ..

    C

    B

    A

    C

    A

    B

    B

    A

    C

    A

    B

    C

    5V

    5V

    5V

    5V

    5V

    5V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    0V

    YY

    YY

    5V

    0V

    5V

    0V

    YA

    YA

    YA

    YA

  • 17

    = + +

    Tabel 2.1 Hukum Perluasan

    No A Y=A.A.A.A = + + 1 0 0 0

    2 1 1 1

    5. Hukum Identitas

    Bila titik A dihubungkan oleh kawat dengan titik B dan titik B dihubungkan

    dengan titik C, maka sebenarnya titik A.B, dan C dihubung kan dengan satu kabel.

    Aturan identitas berlaku seperti pada persamaan aljabar ialah :

    Jika A = B dan B = C maka A = C

    Gambar 2.6 Hukum Identitas

    6. Hukum Komplemen

    Hukum komplemen mengatur hubungan input gerbang dengan komplemennya,

    Tabel 2.2 menunjukkan aturan jalinan peubah dengan komplemennya untuk gerbang

    OR atau AND :

    Tabel 2.2 Hukum Komplemen

    No input Output

    = . = + 1 0 1 0 1

    2 1 0 0 1

    A

    B

    C

    A=B=C

  • 18

    Gambar 2.7 Hukum Komplemen

    Kesimpulan :

    A. A = 0 A + A = 1

    7. Hukum Penjalinan Dengan Tetapan :

    Tabel 2.3 Konjungsi dan Disjungsi

    No input Output

    A k Konjungsi Disjungsi

    Y = A. k Y = A + k 1 0 0 0 0

    2 1 0 0 1

    3 0 1 0 1

    4 1 1 1 1

    Hukum penjalinan mengatur hubungan input gerbang dengan tetapan 1 atau 0.

    Tabel 2.3 menunjukkan jalinan input gerbang AND atau OR dengan tetapan k.

    Hubungan peubah dengan tetapan dalam bentuk perkalian ialah pada gerbang

    AND dinamakan konjungsi, sedang bila dalam bentuk penjumlahan ialah pada gerbang

    OR disebut disjungsi

    A A

    AA

    5V5V

    0V0V

    Y2Y1

    Y2Y1

  • 19

    Gambar 2.8 Hukum Konjungsi dan Disjungsi

    Kesimpulan :

    Aturan Disjungsi :

    A + 1 = 1

    A + 0 = A

    Aturan Konjungsi :

    A. 1 = A

    A. 0 = A

    8. Hukum Pembalikan 2 kali :

    Tabel 2.4 Aturan pembalikan 2 kali, merupakan hukum perluasan dari

    komplemen /inverter (NOT)

    Tabel 2.4 Hukum Pembalikan

    No 1 = 2 = Kesimpulan

    1 0 1 0 Y2 = A = A 2 1 0 1

    Ak k

    A

    Akk

    A5V

    0V

    5V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    Y2Y1

    Y2Y1

    A A

    0V0V

    Y2Y1YY2Y1

    Y

  • 20

    Gambar 2.9 Aturan Pembalikan

    9. Hukum Penyerapan

    Suatu fungsi dengan 3 suku tetap dengan 2 peubah sama dan 2 tanda jalinan

    yang berbeda dapat diserap menjadi 1 suku sesuai dua peubah yang sama.

    + . =

    . + =

    Tabel 2.5 Hukum Penyerapan

    No + (.) Kesimpulan

    1 0 1 0

    + . = 2 1 0 1 3 1 1 1

    Gambar 2.10 Hukum Penyerapan

    10. Hukum De Morgan

    Gambar

    2.11 Hukum de Morgan NOR DM

    B

    AA

    B

    B

    AA

    B 5V

    5V

    5V

    5V

    0V

    0V

    0V

    0V

    A YA Y

    A YA Y

    B

    A

    B

    A

    0V

    0V

    5V

    0V

    Y3

    Y2

    Y1

    Y3

    Y2

    Y1

  • 21

    Aturan de Morgan merupakan aturan aljabar boole yang sangat penting untuk

    mengubah logika OR menjadi logika AND atau sebaliknya dengan NOR and NAND saja. :

    a. Fungsi AND terdiri dari semua komplemen input dapat diubah menjadi fungsi NOR

    atau disebut NOR de Morgan yang disingkat NOR DM menggunakan simbul AND

    yang input nya diberi bulatan.

    . = ( + )

    b. Fungsi OR yang terrdiri dari semua komplemen input dapat diubah menjadi fungsi

    NAND atau disebut NAND de Morgan yang disingkat NAND DM menggunakan

    simbul OR yang input nya diberi bulatan.

    . = ( + )

    Gambar 2.12 Hukum de Morgan OR DM

    SOAL LATIHAN

    1. Berdasarkan persamaan A = A. A. A buktikan dengan tebel kebenaran bahwa

    A. A = A

    Tabel 2.6 Membuat gerbang NOT dari NAND

    No A A A. A A. A Kesimpulan

    1 0

    2 1

    A

    B

    A

    B0V

    0V

    5V

    5V

    Y3

    Y2

    Y1

    Y3

    Y2

    Y1

  • 22

    2. Berdasarkan persamaan A = A + A + A buktikan dengan table kebenaran bahwa

    A + A + A = A

    Tabel 2.7 Membuat gerbang NOT dari NOR

    No A A A + A A + A Kesimpulan

    1 0

    2 1

    3. Berdasarkan jawaban soal 1 dan 2 buktikan dengan animasi circuitMaker gambar

    2.13 atau gunakan gerbang IC 74LS00 bahwa gerbang NOT dapat dibangun dari

    NAND atau NOR

    Gambar 2.13 Gerbang NOT dari NAND atau NOR

    4. Persamaan = . . buat diagram persamaan mengguna kan gerbang

    a. AND 2 input

    b. AND 3 input

    c. NOT dan OR 2 input

    d. NOT dan OR 3 input

    e. NOR 2 input

    f. NOR 3 input

    5. Persamaan = + + Buat diagram persamaan meng gunakan gerbang

    a. OR 2 input

    b. OR 3 input

    c. NOT dan NAND 2 input

    d. NOT dan NAND 3 input

    e. NAND 2 input

    AA

    5V0V

    Y3

    Y2

    Y1

    Y3

    Y2

    Y1

  • 23

    f. NAND 3 input

    6. Buktikan dengan hukum aljabar boole persamaan berikut :

    a. Y1 = A. B . C = . +

    b. Y2 = A + B + C = A + B . C

    7. Gambar 2.14 pilihlah nilai Yn yang sama menggunakan persamaan aljabar boole dan

    ujilah menggunakan animasi circuitMaker:

    Gambar 2.14. Soal Nomor 7

    8. Gambar 2.15 pilihlah nilai Yn yang sama menggunakan persamaan aljabar boole dan

    ujilah menggunakan animasi circuitMaker:

    Gambar 2.15. Soal Nomor 8

    9. Buktikan persamaan sebelumnya bahwa :

    a. A + A. B = A

    b. A. A + B = A

    B

    A

    5V

    0V

    Y7Y6

    Y5Y4

    Y3

    Y2

    Y1

    A

    B5V

    0V

    Y7Y6

    Y5Y4

    Y3

    Y2

    Y1

  • 24

    10. Beri alasan bahwa dari gerbang NAND atau NOR saja dapat dibuat menjadi gerbang

    a. AND

    b. OR

    c. XNOR

    d. NOT

    e. XOR

    11. Tabel 2.8 hasil pengamatan di sekolah yang bermakna kepala sekolah (A), guru kelas

    (B) dan guru jaga (C) jika hadir diberi nilai 1 sedang nilai 0 jika absen. Jika kodisi

    siswa (Y) gaduh bernilai 0 sedang bila aktif belajar siswa diberi nilai 1

    Tabel 2.8 Kondisi Pembelajaran di Kelas

    No A B C Y Persamaan

    0 0 0 0 0

    1 0 0 1 0

    2 0 1 0 1 2 = .. 3 0 1 1 1 3 = .. 4 1 0 0 0

    5 1 0 1 0

    6 1 1 0 1 6 = .. 7 1 1 1 1 7 = ..

    = 2 + 3 + 6 + 7

    a. Buktikan bahwa = ,

    b. Apakah nalar jika Proses belajar mengajar ditentukan oleh guru kelas ?

  • 25

    BAB 3

    MENYEDERHANAKAN FUNGSI

    11. Bentuk Persamaan Aljabar Boole:

    Bentuk persamaan Aljabar Boole ditunjukkan pula oleh gerbang logika yang

    digunakan. Misal jalinan 2 gerbang AND dan 1 gerbang OR dari A,B,C dan D dinyatakan

    dalam bentuk persamaan:

    Y1 = AB + C D

    Y2 = A + B C + D

    Gambar 3.1. Persamaan dan Gerbang Logika

    Gambar 3.1 sebagai realisasi persamaan Y1 = AB + C D dan Y2 = A + B C +

    D Umumnya persamaan menjadi rumit, hingga perlu disederhanakan menjadi persamaan

    pokok dalam bentuk penjumlahan dari perkalian (sum of product) atau dalam bentuk

    perkalian dalam penjumlahan (product of sum)

    12. Sum Of Product:

    A

    B

    C

    DPersamaan Y1

    5V

    0V

    5V

    0V

    y1

    A

    B

    C

    DPersamaan Y2

    5V

    0V

    5V

    0V

    Y2

  • 26

    Untuk menjelaskan sum of product, perlu dikaji ulang mengenai perkalian dua

    peubah atau lebih dari fungsi AND berinput dua atau lebih yang dijalin dalam bentuk

    penjumlahan fungsi OR.

    Misal: Y = Y1 + Y2 + Y3 = A. B + C. D + E. F. G

    Persamaan Y = Y1 + Y2 + Y3 dapat diwujudkan menjadi untai elektronik yang

    menggunakan 2 gerbang AND berinput 2 dan gerbang AND berinput 3 yang dijalin

    dengan gerbang OR berinput 3.

    Gambar 3.2 Sum Of Product Y = Y1 + Y2 + Y3

    13. Product Of Sum:

    Untuk menjelaskan Product Of Sum, perlu dikaji ulang mengenai penjumlahan

    dua peubah atau lebih fungsi OR yang berinput dua atau lebih yang dijalin dalam bentuk

    perkalian fungsi AND berinput dua atau lebih. Misal:

    Y = Y1 + Y2 + Y3 = A + B C + D (E + F + G)

    A

    BC

    D

    G

    F

    E

    Y1

    Y2

    Y3

    0V

    0V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    Y

    Y3

    Y2

    Y1

    E

    D

    CB

    A

    0V

    0V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    Y

  • 27

    Gambar 3.3 Product Of Sum Y = A + B C + D (E + F + G)

    Persamaan Y = A + B C + D (E + F + G) dapat diwujud kan dari untai 4

    gerbang OR 2 input dan 2 gerbang AND 2 input atau dari 2 gerbang OR 2 input, 1

    gerbang OR 3 input dan 1 gerbang AND 3 input.

    Apakah fungsi yang ditulis dalam sum of product dapat diubah menjadi product

    of sum atau sebaliknya ? Mengingat hukum Aljabar Boole pada umumnya dan aturan de

    Morgan khususnya akan dapat menjawab permasalahan tersebut, bahkan jika dituntut

    hanya menggunakan satu macam gerbang NAND atau NOR saja.

    14. Cara Menyederhanakan Fungsi Aljabar Boole:

    Keberlakuan hukum Aljabar Boole dapat digunakan untuk memperoleh fungsi

    yang sederhana, hingga akan menghemat pemakaian gerbang logika, mengurangi

    kesulitan merangkai dan kesalahan sambung antar gerbang.

    Misal : suatu penelitian mengenai perilaku siswa di sekolah Y dengan ubahan

    kehadiran guru kelas A, guru jaga B dan kepala sekolah C. Perilaku yang diamati bernilai

    1 jika siswa giat belajar dan bernilai 0 jika ramai, sedang kehadiran guru di sekolah

    bernilai 1 jika hadir dan bernilai 0 jika izin tidak ngantor di sekolah; Hasil penelitian

    ditabelkan (lihat soal 11 BAB II) :

    Y3

    Y2

    Y1

    E

    F

    D

    C

    B

    A

    G

    0V

    0V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    Y

    G

    F

    C

    B

    A

    D

    E

    Y1

    Y2

    Y3

    0V

    0V

    5V

    0V

    5V

    5V

    5V

    Y

  • 28

    Table 3.1. Perilaku Siswa

    No A

    22 B

    21 C

    20 Y Persamaan

    0 0 0 0 0

    1 0 0 1 0

    2 0 1 0 0

    3 0 1 1 0

    4 1 0 0 1 Y4 = A. B. C

    5 1 0 1 1 Y5 = A. B. C

    6 1 1 0 1 Y6 = A. B. C

    7 1 1 1 1 Y7 = A. B. C

    Semua persamaan Y pada tabel 3.1 dapat ditulis menjadi persamaan 3.5 yang

    bila diwujudkan dalam untai elektronik gambar 3.4. Tetapi bila disederhanakan

    menggunakan hukum Aljabar Boole menjadi persamaan yang sangat sederhana ialah:

    Y=A yang berarti menjadi untai berupa satu kabel yang menghubungkan output

    dengan input A

    Gambar 3.4. untai panjang Y=A

    = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C

    Y = A. [B. C + C ] + A[B C + C ] Distributif

    A

    B

    C0V

    5V

    0V

    A

    Y

  • 29

    = A. [B. 1 ] + A[B 1 ] Komplemen

    Y = A. B + AB Konjungsi

    Y = A. [B + B] Distributif

    Y = A. 1 Komplement

    Y = A

    15. Peta Karnaugh

    Selalu menjadi pertanyaan, apakah penyederhanaan yang telah dilakukan

    merupakan hasil paling sederhana ? Peta karnaugh merupakan salah satu model cepat

    untuk menyederhanakan suatu fungsi.

    A

    C 5

    A. B. C

    7

    A. B. C

    3

    A. B. C

    1

    .. 4

    A. B. C

    6

    A. B. C

    2

    A. B. C

    0

    .. B

    Gambar 3.5 Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan

    Aturan penggunaan Peta karnaugh adalah :

    a. Tiap sel (kotak) bermaksan sebagai kombinasi peubah, n jumlah peubah

    b. Banyaknya sel 2n

    c. Perbedaan nilai antar sel semitris

    d. Semua kombinasi peubah yang ditulis dalam sum of product masing-masing fungsi

    AND dimasukkan dalam sel yang sesuai dengan memberi tanda satu

    e. Sesuai hukum komplemen sel bersebelahan yang diberi tanda 1 dapat dihilangkan

    hingga hanya peubah yang sama boleh muncul.

    f. Pengelompokan 2 sel akan menghilangkan satu peubah, atau mungkin dapat terjadi

    suatu suku hilang karena hukum penyerapan.

    g. Jika semua suku peubah telah disederhanakan, persamaan akhir diperoleh dengan

    menulis semua suku dan menjalin kembali secara disjungsi.

    Bobot tiap sel pada gambar 3.6, peta Karnaugh disingkat peta K dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    Peta K 3 ubahan A, B dan C mempunyai 23 = 8. Sel yang bernilai 0, 1, 2, 3, 4, 5,

    6, 7, besarnya nilai tiap kotak dapat diurut dari tabel 2.1 pada kolom no yang tidak lain

  • 30

    merupakan nilai desimal dari biner bilangan biner ABC dengan bobot A = 22, B = 21, C =

    20.Nilai ubahan A disebut Most Significance Bits ( MSB ) sedang C disebut Least

    Significance Bits (LSB).

    A

    C

    10

    ...

    14

    ...

    6

    ...

    2

    ...

    11

    ...

    15

    ...

    7

    ...

    3

    ...

    D

    9

    ...

    13

    ...

    5

    ...

    1

    ...

    8

    ...

    12

    ...

    4

    ...

    0

    ...

    B

    Gambar 3.6 Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan

    Gambar 3.6. peta K 4 ubahan A, B, C, D mempunyai 24 = 16 sel yang bernilai 0,

    1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 tidak lain merupakan nilai bilangan desimal

    dari bilangan biner ABCD dengan bobot A = 23, B = 22, C = 21, D = 20.. Nilai ubahan A

    disebut Most Significance Bits ( MSB ) sedang C disebut Least Significance Bits (LSB).

    Contoh :

    A

    A

    C 5 7 C 1 1

    4 6 1 1

    B B

    Y = A Y = A

    Gambar 3.6 Ubahn = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C = A

    Gambar 3.6 = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C bila di-masukkan pada peta karnaugh 3 ubahan cukup diberi tanda 1, karena seluruh daerah A berisi angka 1 sedang

  • 31

    daerah lainnya kosong maka = A yang bila dijabarkan berbasis aturan aljabar boole adalah :

    = .. + + .. +

    = .. 1 + .. 1

    = .. +.

    = . (. +)

    = . (1)

    =

    Dapat disimpulkan bahwa peta K memudahkan penyederhanaan fungsi lebih

    cepat, karena dapt melihat sel yang diisi persamaan. Dengan menggunakan logika yang

    sama gambar 3.7 menunjukkan bentuk persamaan = B dan = A. C bila dimasukkan

    dalam peta karnaugh.

    A

    A

    C 1 1

    C 1 1

    1 1 D

    1 1 D

    1 1

    1 1

    B B

    Y = B Y = A. C

    GambaR 3.7 Peta Karnaugh Persamaan Y = B dan Y = C

    Gambar 3.8.a Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A dikalikan

    dengan (D + D)+ B + B C sehingga berbentuk peta karnaugh 4 ubahan X menjadi :

    X = A B + B + D + D C + A[ B + B + D + D ]C disederhanakan menjadi X = A,

    maka = =

    Sedang gambar 3.8.b Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A dikalikan

    dengan (D + D)+ B + B C sehingga berbentuk peta karnaugh 4 ubahan

    X = AC B + B + D + D yang bila disederhanakan menjadi X = A. C, maka sesuai

    hukum identitas X = Y. C = A. C

    A A

    C 1 1

    C

    1 1

    1 1 D

    1 1 D

    1 1

  • 32

    1 1

    B B

    Y = A X = A. C

    Gambar 3.8 Pengembangan 4 Ubahan Y = A dan X = A. C

    Gambar 3.9. Peta Karnaugh 5 ubahan, yang meupakan pengembangan peta

    karnaugh 4 ubahan sebanyak 2 buah yang dipilih menjadi E disebelah kiri dan E

    disebelah kanan. Bila bobot terbesar pada A = 24 dan bobot terkecil pada E = 2=0 maka

    nilai bilangan desimal dalam kotak sesuai gambar 3.9.

    Pada gambar 3.9 nampak bahwa semua sel pada kotak sebelah kiri bernilai ganjil,

    sedang sel pada kotak sebelah kanan bernilai genap, selisih nilai bilangan antar sel

    simetris pada kotak kiri maupun kotak kanan, dalam kotak tidak ditemukan nilai bilangan

    yang sama. Jumlah sel dalam kotak 25 = 32 kotak.

    A A

    C 21 29 13 5

    C 20 28 12 4

    23 31 15 7 D

    22 30 14 6 D

    19 27 11 3 18 26 10 2

    17 25 9 1 16 24 8 0

    B B

    E

    Gambar 3.9 Peta Karnaugh 5 Ubahan

    Jika dicermati gambar 3.6, tidak lain merupakan 2 buah gambar 3.5 dengan

    tambahan ubahan baru ialah D untuk kotak bernilai ganjil dan D untuk kotak bernilai

    genap.

    Sedang gambar 3.9 tidak lain merupakan 2 buah gambar 3.6 dengan tambahan

    ubahan baru ialah E untuk kotak bernilai ganjil dan E untuk kotak bernilai genap.

    Dalam bentuk persamaan :

    A A

    C 1 1

    C

    1 1

    1 1 D

    1 1 D

    1 1 1 1

  • 33

    1 1 1 1

    B B

    E

    Gambar 3.10 Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A

    Y = Y1 + Y2

    Y1 = (Y20 + Y22 + Y28 + Y30) + (Y21 + Y23 + Y29 + Y31)

    Y2 = (Y16 + Y18 + Y24 + Y26) + (Y17 + Y19 + Y25 + Y27)

    Y1 = A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D + A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D

    Y1 = A. C. E B. D + D + B. (D + D) + A. C. E B(D + D) + B(D + D)

    Y1 = A. C. E B. 1 + B. (1) + A. C. E B(1) + B(1)

    Y1 = A. C. E B + B + A. C. E B + B

    Y1 = A. C. E 1 + A. C. E 1

    Y1 = A. C E + E Y1 = A. C[1]

    Y1 = A. C

    Y2 = A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D + A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D

    Y2 = A. C. E B. D + D + B. (D + D) + A. C. E B(D + D) + B(D + D)

    Y2 = A. C. E B. 1 + B. (1) + A. C. E B(1) + B(1)

    Y2 = A. C. E B + B + A. C. E B + B

    Y2 = A. C. E 1 + A. C. E 1

    Y2 = A. C E + E Y2 = A. C 1 Y2 = A. C

    = 1 + 2

    = . + . = ( + ) = 1 =

    6. Contoh Peta Karnaugh 3 Ubahan

    Sederhanakan fungsi dengan 3 peubah berikut :

    = . + . + . + .. + .. + + .

    Untuk menyelesaikan persamaan Y fungsi NAND dan NOR pada suku ke lima

    + . harus diubah dalam bentuk AND dan OR dengan hukum de Morgan.

    Sehingga : + . = ..

    = . + . + . + .. + .. + ..

  • 34

    A

    A

    C 5 7 3 1 C 1 1 1 1

    4 6 2 0 1 1 1

    B B

    Gambar 3.11 Peta Karnough Y = A + C + A. B

    Dengan peta Karnaugh dapat segera ditemukan bahwa

    A A

    C 1 1

    C 1 1 1 1

    1 1 D

    1 1 1 1 D

    1 1

    1 1

    B B

    Y = A Y = C

    A A

    C 1

    C 1 1 1 1

    1 D

    1 1 1 1 D

    1 1 1 1

    1 1 1 1

    B B

    Y = A. B Y = A + C + A. B

    Gambar 3.12 Peta Karnaugh Y = A. B dan Y = A + C + A. B

    Y = A + C + A. B dengan rincian jabaran sebagai berikut :

    A = (Y4 + Y5 + Y6 + Y7)

    C = Y1 + Y3 + Y5 + Y7

    A. B = (Y0 + Y1 + Y4 + Y5)

    Y = A + C + A. B

    Gambar 3.12 bentuk isian persamaan jika dimasukkan pada peta K 4 ubahan ABCD

    7. Manfaat Penyerderhanaan Fungsi

  • 35

    Gambar 3.13 Realisasi Persamaan 5.8

    Bila persamaan berikut diwujudkan menjadi rangkaian gambar 3.13 perlu 13

    buah gerbang yang terinci dari AND 6 buah, OR 4 buah, NOR 1 buah, NOT 2 buah.

    Sedang bila disederhanakan 6 buah gerbang yang terinci dari AND 2 buah, OR 2 buah

    dan NOT 2 buah.

    = . + . + . + .. + .. + + .

    Dengan demikian penyederhanaan suatu fungsi akan bermanfanfaat untuk

    penghematan gerbang dan mengurangi penyambungan kawat sehingga akan mengurangi

    kesalahan merangkai dan penyoldiran jika diperlukan.

    Apakah persamaan

    = . + . + . + .. + .. + + .

    Y4+Y5

    Y1+Y2

    Y1+Y2+Y3

    Y5

    Y4

    Y3

    Y2

    Y1

    A B C

    Sebelum disederhanakan

    Setelah disederhanakan

    Y=Y2

    0V0V 0V

    Y

    Y2

  • 36

    yang disederhanakan menjadi Y = A + C + A. B dapat direlisasikan hanya menggunakan

    gerbang NOR atau NAND saja ?

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut saudara harus kembali pada penyataan de

    Morgan dan hukum perluasan :

    Gambar 3.14 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NOR

    Y2 = Y3 = A + C + A. B Y2 = + + +

    Y3 = + + ( + ) Y3 = + + ( + )

    Y2=Y3

    A

    B

    C

    Y=Y2

    5V

    0V

    5V

    Y3

    Y2

    Y2=Y4

    A

    B

    C

    Y=Y2

    5V

    0V

    5V

    Y4

    Y2

  • 37

    Gambar 3.15. Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NAND

    Y2 = Y4 = A + C + A. B Y4 = A. C + A. B

    Y4 = (A. C). (A. B) 4 = . . (.)

    8. Mengatur Putaran Motor Mesin Cuci Dengan 3 Ubahan

    Mesin pencuci diatur dengan criteria pada hitungan ke 0 dan ke 4 motor mati,

    tetapi pada hitungan ke 1, 2, dan 3 motor berputar searah jarum jam sedang pada hitungan

    ke 5, 6, dan 7 motor berputar berlawanan arah jarum jam.

    Untuk mempermudah desain dapat disgunakan table kebenaran 3 ubahan yang

    kemudian akan dapat dibuat persamaan masing-masing pola gerakan motor. Misal S =

    stop, R = right, L = left sedang control gerakan motor dilakukan oleh 3 ubahan

    masukanialah A, B, C dengan ketentuan input paling kiri berbobot terbesar dan

    sebaliknya paling kanan berbobot paling kecil. Lihat tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Gerak Motor Mesin Cuci :

    No INPUT

    GERAK

    MOTOR PERSAMAAN GERAK

    A B C S R L

    0 0 0 0 1 S = A. B. C + A. B. C

    1 0 0 1 1

    2 0 1 0 1

    3 0 1 1 1 R = A. B. C + A. B. C + A. B. C

    4 1 0 0 1

    5 1 0 1 1

    6 1 1 0 1 L = A. B. C + A. B. C + A. B. C

    7 1 1 1 1

    Bila ubahan tabel 3.2 dimasukkan dalam peta karnaugh 3 ubahan akan nampak

    seperti pada gambar 3.16, gambar 3.17 dan gambar 3.18.

    A

    A

    C C

    4 0 1 1

    B B

    Gambar 3.16. Persamaan Motor Stop S = B. C

    A A

  • 38

    C 3 1

    C 1 1

    2 1

    B B

    Gambar 3.17. Persamaan Motor Putar Kanan R = A(B + C)

    A

    A

    C 5 7 C 1 1

    6 0 1

    B B

    Gambar 3.18 Persamaan Motor Putar Kiri L = A(B + C)

    Kesimpulan :

    S = B. C

    R = A(B + C)

    L = A(B + C)

    Karena S, R dan L merupakan system penggerak motor, agar system bekerja

    menggunakan komponen secara efisien, maka harus ditinjau komponen yang dapat

    dipakai bersama. Salah satu cara ialah dengan hukum de Morgan maka :

    B + C = B. C = S karena S = B. C

    S = B + C

    R = A. S

    L = A. S

    Seperti ditunjukkan pada gambar 3.19. atau gambar 3.20 jika disusun dari

    gerbang NOR.

    S = B. C = B + C

    R = A B + C = A + B + C = A + S

    R = A + S

    L = A B + C

    L = A + B + C = A + S

    L = A + S

  • 39

    NOT S dapat dimasukkan dalam sistem pengendali R dan L, sehingga system

    dapat dibangun menggunakan gerbang NAND

    Gambar 3.19.

    Realisasi Putaran Motor Dengan NAND

    Gambar 3.20. Realisasi Putaran Motor Dengan NOR

    9. Contoh Peta Karnaught 4 Ubahan

    Bila persamaan dinyatakan dalam bentuk product of sum pemasukan nilai tiap

    suku dari persamaan dalam sel peta karnaugh akan lebih mudah dari pada bila dinyatakan

    dalam sum of product, dan akan menjadi lebih sulit lagi bila persamaan merupakan

    gabungan dari product of sum dan sum of product serta dinyatakan dalam pernyataan

    NAND atau NOR, maka bentuknya harus diubah dalam persamaan product of sum.

    Untuk mengubah persamaan diperlukan keterampilan memanfaatkan hokum de Morgann.

    Misal :

    1 = .. + + .. +

    C

    AB

    Realisasi putaran motor

    dengan gerbang campuran dengan gerbang NAND

    BA

    C

    Realisasi putaran motor

    0V

    0V0V

    0V

    0V0V L

    R

    S

    L

    R

    S

    dengan gerbang NOR

    Realisasi putaran motor

    C

    AB

    dengan gerbang campuran

    Realisasi putaran motor

    BA

    C0V

    0V0V

    0V

    0V0V L

    R

    S

    L

    R

    S

  • 40

    2 = .. + + .. +

    = 1 + 2

    Persamaan = 1 + 2 harus diubah dalam bentuk product of sum dengan de

    Morgan jika akan dimasukkan dalam peta karnaugh. Maka :

    Y1 = A A. B. D + C + A A. B. D + C

    Y1 = A (A. B. D)(C) + A A. B. D (C) Hukum de Morgan

    Y1 = A. A. B. C. D + A. A. B. C. D Hukum Distribusi

    Y1 = A. B. C. D + A. B. C. D Hukum Perluasan

    Y1 = A. B. D(C + C) Hukum Komplemen

    Y1 = A. B. D(1) Hukum Penjalinan dg tetapan

    Y1 = A. B. D Hasil alih de Morgan

    Y2 = A A. B. D + C + A A. B. D + C

    Y2 = A (A. B. D)(C) + A (A. B. D)(C) Hukum de Morgan

    Y2 = A. A. B. D + A. A. B. D. C Hukum Distribusi

    Y2 = A. B. D. C + A. B. D. C Hukum Perluasan

    Y2 = A. B. D. (C + C) Hukum Komplemen

    Y2 = A. B. D. (1) Hukum Penjalinan dg tetapan

    Y2 = A. B. D Hasil alih de Morgan

    Maka persamaan = 1 + 2 menjadi :

    Y = A. B. D + A. B. D

    Y = A. D(B + B) Hukum Komplemen

    Y = A. D(1) Hukum Penjalinan dg tetapan

    Y = A. D

    Sehingga persamaan Y = A. D dapat dimasukkan dalam sel peta karnaugh gambar 3.20.

  • 41

    A A

    C

    C

    11 15 D

    1 1 D

    9 13 1 1

    B B

    Gambar 3.21. Peta Karnaugh Y = A. D

    Persamaan Y = A B D kelihatan sederhana hanya mem-punyai 3 ubahan,

    tetapi jika harus dimasukkan dalam peta karnaugh 4 ubahan harus dimunculkan ubahan

    yang tak nampak. Karena nilai 1 tidak mengubah hasil perkalian terhadap nilai ubahan

    dan nilai 1 dapat diperoleh dari jalinan penjumlahan yang memenuhi hokum komplemen,

    maka dilakukan langkah sebagai berikut :

    Y = A B D

    Y = A. B + A. B D Mengubah fungsi EXOR

    Y = A. B. D + A. B. D

    Memasukkan dalam peta Karnaugh

    A A

    C

    C

    11 3 D

    1 1 D

    9 1 1 1

    B B

    Gambar 3.22. Peta Karnaugh 4 ubahan Y = A B D

  • 42

    Gambar 3.23. Soal Bab 2 Nomor 7

    Coba bandingkan dengan soal 7 bab 2, yang telah saudara buktikan menggunakan

    tabel kebenaran bahwa :

    Y4 = Y6 Merupakan gerbang EXOR dan

    Y5 = Y7 Merupakan gerbang EXNOR

    Uji kebenaran dapat dilakukan dengan keberlakuan aljabar boole, yang dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    Y4 = A. B. A A. B. B

    Y4 = A. B. A + A. B. B Hukum de Morgan AND ke OR

    Y4 = A + B A + A + B B Hukum de Morgan OR ke AND

    Y4 = A. A + A. B + A. B + B. B Hukum Distributif

    Y4 = 0 + A. B + A. B + 0 Hukum Komplemen

    Y4 = A. B + A. B Hukum Penjalinan Dg Tetapan

    Y4 = Y6 = A B

    A

    A

    C 1 1 C 1 1

    1 1 1

    B B

    Y4 = Y6 = A B Y5 = Y7 = A B

    A A

    C 1 1 C 1 1

    A

    B5V

    0V

    Y7

    Y6

    Y5Y4

    Y3

    Y2

    Y1

  • 43

    1 1 D

    1 1 D

    1 1 1 1

    1 1 1 1

    B B

    Y4 = Y6 = A B Y5 = Y7 = A B

    Gambar 3.24. Soal Bab 2 Nomor 7

    Y5 = A. B. A A. B. B

    Y5 = A. B. A + A. B. B Hukum de Morgan AND ke OR

    Y5 = A + B A + A + B B Hukum de Morgan OR ke AND

    Y5 = A. A + A. B + A. B + B. B Hukum Distributif

    Y5 = 0 + A. B + A. B + 0 Hukum Komplemen

    Y5 = A. B + A. B Hukum Penjalinan Dg Tetapan

    Y5 = Y7 = A B

    Bila persamaan Y4 = Y6 dan Y5 = Y7 akan dimasukkan dalam peta karnaugh 3

    atau 4 ubahan seperti ditunjukkan pada gambar 3.23

    10. Contoh Untai Komparator 2 Bit

    Tabel 3.3 Komparator 2 Bit

    No Bilangan Biner Outut

    A1 A0 B1 B0 G R Coba isi sendiri 0 0 0 0 0

    1 0 0 0 1 1

    2 0 0 1 0 1

    3 0 0 1 1 1

    4 0 1 0 0 1

    5 0 1 0 1

    6 0 1 1 0 1

    7 0 1 1 1 1

    8 1 0 0 0 1

    9 1 0 0 1 1

    10 1 0 1 0

    11 1 0 1 1 1

    12 1 1 0 0 1

    13 1 1 0 1 1

    14 1 1 1 0 1

    15 1 1 1 1

  • 44

    Rancangkanlah suatu rangkaian yang mampu membandingkan 2 buah masukan

    biner 2 Bit yang mampu memberi sinyal bahwa masukan pertama lebih besar akan

    menyalakan lampu hijau (G) atau lebih kecil akan menyalakan lampu merah (R) dari

    masukan kedua. Dan bila kedua input sama kedua lampu tidak menyala. Untuk

    mewujudkan untai dibuat persamaan :

    G = 1 Hanya bila A1A0 > B1B0

    R = 1 Hanya bila A1A0 < B1B0

    1 1

    1 14

    1 6 2

    15 0

    11 7 3 0

    9 13 1

    8 12 4

    0 0

    G=1 R=1

    Gambar 3.25. Maxterm Komparator 2 Bit

    1 1

    1 1

    1 1 1

    0

    1 1 1 0

    1 1 1

    1 1 1

    0 0

    G=1 R=1

    Gambar 3.26. Komparator 2 Bit

    Syarat G = 1 dan R = 1 dimasukkan kedalam tabel 3.3 dengan ubahan

    A1 , A0 , B1 , B0 kemudian hasil pengamatan yang memenuhi syarat dimasukkan dalam peta

    K 4 ubahan dengan perubahan A1 , A0 , B1 , B0

    G = M8,9,12,13 + M4,12 + M12,14

    R = M2,3.6,7 + M1,3 + M3,11

    G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0

    R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0

  • 45

    Jika persamaan G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0 akan direalisasikan hanya

    dengan gerbang NOR saja diperlukan ubahan menggunakan hukum deMorgan gerbang

    AND menjadi OR sebagai berikut . = + sebagai berikut :

    G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0

    G1 = G digunakan gerbang NOR sebagai pengganti untai G

    G1 = A1 + B1 + A0 . B1 + B0 + A1 . A0 + B0

    G1 = A1 + B1 + A0 + B1 + B0 + A1 + A0 + B0

    G1 = A1 + B1 + A0 + B1 + B0 + A1 + A0 + B0

    Gambar 3.27. Untai Komparator 2 Bit Untuk G=1

    Nyala led G atau G, keduanya akan nyala bila A1A0 > B1B0 atau padam bila

    A1A0 < B1B0

    G didesain sesuai gerbang

    G' Didesain dari gerbang NOR

    B0

    B1

    A0

    A1

    5V

    0V

    5V

    5V

    G'

    G

  • 46

    Gambar 3.28. Untai Komparator 2 Bit Untuk R=1

    Jika persamaan R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0 dapat di -bentuk hanya

    dengan gerbang NAND saja, maka diperlukan ubahan menggunakan hukum deMorgan

    alih gerbang OR menjadi AND sebagai berikut + = .

    R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0

    R = R1 digunakan gerbang NAND sebagai pengganti untai R

    R1 = A1 . B1 . A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0

    R1 = A1 . B1 . A1 . A0 . B0 . A0 . B1 . B0

    Gambar 3.26 komparator 2 bit A1A0 > B1B0 didesain menggunakan gerbang

    NOR, sedang gambar 3.27 komparator 2 bit A1A0 < B1B0 didesain menggunakan

    gerbang NAND bila menggunakan IC 7400 yang berisi 4 gerbang

    NAND rancangan gambar 3.26 memerlukan 3 buah IC7400.

    Gambar 3.29. IC 7400

    R' didesain dengan gerbang NAND

    R didesain sesuai gerbang

    B0

    B1A0

    A1

    5V5V

    5V

    0V

    R'

    R

  • 47

    Selalu menjadi pertanyaan bagi perancang, mengenai kecepatan merespond

    sinyal jika diperlukan langkah yang panjang untuk sampai ke output. Sebagai contoh R

    dan G. Maka wajar ada keterlambatan penyelesaian jika untai menjadi panjang. Selain

    pertimbangan kecepatan respon, perancang juga mempertimbang beban output untai

    sebelumnya, terhadap pemberi masukan pada input untai berikutnya kelebihan beban

    (over load) akan menjadikan kinerja gerbangnya terganggu. Tetapi pada buku ini tidak

    akan membahas keterlambatan respond an over load karena untai yang dibahas terbatas.

    SOAL LATIHAN :

    1. Apakah nilai bilangan desimal pada peta karnaugh berikut akan berubah jika ubahan

    dipertukarkan :

    A

    B

    C 5 7 2 1 A

    4 6 3 0

    B C

    2. Apakah nilai bilangan desimal pada peta karnaugh berikut jika nilai D sebagai MSB

    sedang A sebagai LSB :

    A MSB

    A LSB

    C 10 14 6 2

    C

    11 15 7 3 D

    LSB

    D

    MSB 9 13 5 1

    8 12 4 0

    B B

    3. Isikan nilai bilangan desimal pada peta karnaugh A(MSB) dan D(LSB) posisinya

    diubah. Apakah jarak antar sel masih simetris

    A A

    C 10 14 6 2

    C

    11 15 7 3 D

    D

    9 13 5 1

    8 12 4 0

    B B

  • 48

    4. Sederhanakan persamaan dalam peta karnaugh 3 ubahan berikut :

    A

    A

    C 1 1 C 1

    1 1 1

    B B

    A

    A

    C 1 1 C 1 1

    1 1 1 1

    B B

    A

    A

    C 1 1 C 1 1 1 1

    1 1 1

    B B

    5. Sederhanakan persamaan dalam peta karnaugh 3 ubahan berikut :

    A A

    C 1 1

    C 1 1

    1 1 D

    1 1 D

    1 1 1 1

    1 1 1 1

    B B

    A A

    C 1 1 1

    C 1 1 1

    1 1 1 D

    1 1 1 D

    1 1 1 1 1 1

    1 1 1 1 1 1

    B B

  • 49

    A A

    C 1 1 1 1

    C 1 1 1 1

    1 1 1 1 D

    1 1 1 1 D

    1 1 1 1

    1 1 1 1

    B B

    6. Ada berapa sel peta karnaugh 4 ubahan pada persamaan berikut dan buatlah

    kesimpulan hasil uji saudara :

    a. 1 =

    b. 2 = .

    c. 3 = ..

    d. 4 = ...

    e. 5 = . + . + . + . + . + .

    7. Buat persamaan Y = A. B. C menggunakan NAND 2 input

    8. Buat persamaan Y = A. B. C menggunakan NOR 2 input

    9. Buat persamaan Y = A + B + C menggunakan NAND 2 input

    10. Buat persamaan Y = A + B + C menggunakan NOR 2 input

    11. Masukkan dalam peta karnaugh dan jika mungkin Sederhanakan dan Realisasikan

    dengan gerbang NAND

    a. Y1 = A B D

    b. Y2 = AB + CD C

    c. Y3 = A. B + A. B. C D

    d. Y4 = A. B. C + A. B. C + AD

    e. Y5 = A + BD C

    12. Ubahlah untai gambar 3.25 dengan gerbang NAND

    13. Ubahlah untai gambar 3.26 dengan gerbang NOR

    14. Buatlah desain kontrol pompa air, ketika permukaan tandon air maksimum pompa

    air padam, sedang ketika permukaan air kritis pompa air menyala sampai permukaan

    air penuh. Gunakan sifat benda pengapung yang dihubungkan dengan sakelar tarik

    yang jika menerima beban ON dan gerbang NAND atau NOR.

    15. Buatlah tabel kebenaran ketidak samaan dari 012 012 dan realisasikan

    dengan gerbang NAND saja atau NOR saja.

  • 50

    16. Buatlah tabel kebenaran kesamaan dari 012 = 012 dan realisasikan dengan

    gerbang NAND saja atau NOR saja.

    17. Nyatakan animasi soal nomor 15 dan 16

    18. Ujilah Rangkaian berikut menggunakan

    a. Anmasi

    b. Persamaan Boole

    A3

    B3

    B2

    A1

    A2

    A0

    B0

    B1

    B1

    B0

    A0

    A2

    A1

    B2

    B3

    A3

    B1

    B0

    A0

    A2

    A1

    B2

    B3

    A3

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    5V

    0V

    0V

    0V

    0V

    5V

    5V

    0V

    0V

    5V

    0V

    0V

    0V

    0V

    AB

  • 51

    BAB 4

    ARITMATIKA BOOLE

    9. Penjumlah Tanggung (HA) :

    Tentu di sekolah dasar telah mengenal cara mengopersikan

    penjumlahan dan perkalian angka desimal 8 + 9 = 17 yang dapat dilakukan

    dengan cara :

    9 A0 +

    8

    +B0

    1

    7

    C0 0

    Tabel 4.1. Penjumlahan Desimal :

    No

    INPUT OUTPUT Harap Dibaca

    A0 + B0 = C0 0 A0 B0 C0 0

    1 8 9 1 7 8 + 9 = 17 10

    2 6 8 1 4 6 + 8 = 14 10

    3 4 5 0 9 4 + 5 = 9 10

  • 52

    4 2 6 0 8 2 + 6 = 8 10

    Keterangan : indek 10 dibelakang kurung sebagi tanda desimal

    Aturan penjumlah tanggung (Half Adder) mengikuti tabel 4.1 dan tabel 4.2

    ubahan yang dijumlahkan A0 + B0 dengan penjumlahan hasil C0 0 yang terdiri dari

    jumlahan 0 (sum) bawaan keluar C0 (Carry Out) dan yang secara keseluruhan ditulis

    C0 0, Besarnya nilai ubahan A0 dan B0 pada tabel 4.1 dapat berharga 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,

    7, 8, 9 tetapi besarnya ubahan bawaan dapat berharga 0 bila 0 < 9 dan akan berharga

    1 bila 0 > 9

    Tabel 4.2 penjumlahan biner hanya mengenal nilai 1 atau 0, ubahan yang

    dijumlahkan A0 + B0 diperoleh hasil C0 0 yang terdiri dari jumlahan 0 (sum) dan

    bawaan keluar C0 (Carry Out) dan secara keseluruhan ditulis C0 0, Besarnya nilai

    ubahan A0 dan B0 dapat berharga 0 atau 1 Sedang hasil nilai ubahan bawaan C0 dapat

    berharga 0 atau 1 hanya bila nilai output jumlahan 0 > 1 atau minimal 0 = 1 + 1

    Tabel 4.2. Penjumlahan Tanggung Bilangan Biner :

    No

    INPUT OUTPUT Keterangan

    A0 + B0 = C0 0 A0 B0 C0 0

    20 20 21 20 A0 2

    0 + B0 20

    = 021 + 02

    0

    0 0 0 0 0 0 + 0 = 00 2

    1 0 1 0 1 0 + 1 = 01 2

    2 1 0 0 1 1 + 0 = 01 2

    3 1 1 1 0 1 + 1 = 10 2

  • 53

    Keterangan : indek 2 dibelakang kurung sebagi tanda biner

    0 + 0 = 00 2 dibaca 00 = 0 21 + 0 20 2 = 0 10

    0 + 1 = 01 2 dibaca 01 = 0 21 + 1 20 2 = 1 10

    1 + 0 = 01 2 dibaca 01 = 0 21 + 1 20 2 = 1 10

    1 + 1 = 10 2 dibaca 10 = 1 21 + 0 20 2 = 2 10

    Berdasarkan tabel kebenaran 4.2 maka persamaan untuk

    0 = A0 B0 lihat soal BAB I No 7

    0 = A0 . B0 + A0 . B0 0 = A0 . B0 . A0 . B0

    C0 = A0 . B0

    Bila untai penjumlah tanggung diwujudkan dalam dengan gerbang NAND, maka

    0 = A0 B0 harus diubah bentuknya dengan de Morgan (lihat BAB I soal No 1) hingga

    untai menjadi seperti gambar 4.1.

    Gambar 4.1 Penjumlah Tanggung (HA)

    10. Penjumlah Penuh (FA) :

    Ao

    Bo5V

    0V Co

    So 0

    0

  • 54

    Menjumlahkan bilangan desimal 8 + 9 = 17 10 berikut cara menjumlahkan

    bilangan desimal 28 + 39 = 67 10 . Angka 6 diperoleh dari penjumlahan 1 + 2 + 3 =

    6 10 . Nilai 1 10 berasal dari C0 penjumlahan 8 + 9 = 17 10

    Kalau pada penjumlah tanggung hanya menjumlahkan 2 ubahan ialah A0 dan B0

    dengan aturan A0 + B0 = C0 0 maka pada penjumlah penuh atau Full Adder (FA)

    mampu menjumlah 3 ubahan ialah A1 , B1 dan Ci dengan C0 sebagai hasil penjumlah

    tanggung menjadi Ci sebagai masukan bits jumlahan berikutnya sehingga menjadi

    bentuk jumlahan A1 + B1 + Ci = C1 1 0

    HA C0 menjadi Ci Pada penjumlah penuh (FA) Ci

    A0 A1 A0 + B0 + B1 B0

    C0 0 C01 1 0

    Tabel kebenaran persamaan C1 1 0 untuk penjumlah biner, mempunyai nilai

    harap untuk iC sebesar 0 atau 1. Maka jika tabel 4.2 diubah untuk penjumlah penuh

    menjadi tabel 4.3 :

    Tabel 4.3. Penjumlahan Penuh Bilangan Biner :

    No

    INPUT OUTPUT Keterangan

    A1 B1 Ci C01 1 A1 + B1 + Ci = C01 1

    20 20 20 21 20 A12

    0 + B120 + CI2

    0

    = C0121 + 12

    0

    0 0 0 0 0 0 + 0 + 0 = 00 2

    1 0 0 1 1 0 + 1 + 0 = 01 2

    2 0 1 0 1 1 + 0 + 0 = 01 2

    3 0 1 1 1 0 1 + 1 + 0 = 10 2

    4 1 0 0 1 0 + 0 + 1 = 01 2

  • 55

    5 1 0 1 1 0 0 + 1 + 1 = 10 2

    6 1 1 0 1 0 1 + 0 + 1 = 10 2

    7 1 1 1 1 1 1 + 1 + 1 = 11 2

    Berdasarkan tabel 4.3, dapat ditemukan bahwa :

    A1

    A1

    Ci 1 1 Ci 1 1 1

    1 1 1

    B1 B1

    1 C01

    Gambar 4.2 Peta Karnaugh FA

    1 = CI A1 . B1 + A1 . B1 + CI(A1 . B1 + A1 . B1)

    1 = CI A1 B1 + CI(A1 B1)

    1 = CI (A1 B1)

    C01 = A1 . B1 + Ci(A1 . B1 + A1 . B1)

    C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1)

  • 56

    Gambar 4.3 Penjumlah Penuh (FA)

    Berdasarkan persamaan C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1) dapat dicermati bahwa

    A1 . B1 merupakan hasil penjumlah tanggung (HA) pertama dengan input A1 dan B1

    dengan hasil C0 = A1 . B1

    Sedang Ci(A1 B1) merupakan hasil HA kedua dengan input Ci dan 0 yang

    diambil dari HA pertama. SElanjutnya HA kedua mempunyai output sum 1 dan output

    bawaan C01 yang merupakan olahan input Ci dan (A1 B1), dengan persamaan

    1 = Ci (A1 B1) dan Ci(A1 B1).

    Penambahan gerbang OR sebagai penggabung A1 . B1 output bawaan HA

    pertama dan Ci(A1 B1) output sum HA kedua, hingga menjadi bentuk C01 = A1 . B1 +

    Ci(A1 B1). Maka dapat disimpul kan bahwa FA dapat disusun dari 2 buah HA dan 1

    buah gerbang OR.

    Bo

    Ao

    HA2

    Ci

    So

    HA1

    Co

    HA1

    FA

    Co

    HA2

    0V

    5V

    5V

    Co

    So

    C01

    1

  • 57

    Berdasarkan hukum pembalikan 2 kali = , maka gambar 4.3 dapat

    disederhanakan menjadi gambar 4.4, sedang bentuk blok diagram HA dan FA seperti

    disajikan pada gambar 4.5 .

    Gambar 4.4. Diagram FA

    Gambar 4.5. Diagram IC HA dan FA

    11. Untai Penjumlah 2 BIT dan IC 4008 :

    HA2

    Ci

    FA

    Ao

    Bo

    0V

    5V

    5V

    So

    Co

    1 = Ci (A1 B1)

    C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1)

    0 = A0 B0

    Ci = A0 . B0

  • 58

    Gambar 4.6 Untai Penjumlah Penuh 2 Bit

    HA Bit 0 Menjumlahkan bit pertama A0 + B0 = C0 . 0 nilai C0 sebesar 1 atau

    0, sedang FA Bit 1 menjumlahkan bit kedua dan C0 ialah C0 + A1 + B1 = C01 . 1

    Penampilan yang dibaca sebagai hasil dari penjumlahan 2 bit ialah C01 . 1 . 0 yang

    masih merupakan kode biner bukan kode desimal, untuk mengubah kode biner ke

    desimal diperlukan perangkat IC Binari Code Decimal (BCD) dan penampil desimal ialah

    segmen 7.

    Gambar 4.7 Untai Penjumlah Penuh 4 Bit

    Gambar 4.8 Untai Penjumlah Penuh 8 Bit

    BoB1B2B3AoA1A3 A2

    Desimal 11Desimal 10 Desimal 21

    0V5V 0V5V0V5V 5V5V

    CoS3

    S2 S1

    So

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

    B7

    B6

    B5

    B4

    B3

    B2

    B1

    B0

    A7

    A6

    A5

    A4

    A3

    A2

    A1

    A0

    Co

    S8S7

    S6

    S5

    S4

    S3

    S1

    S0

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

  • 59

    1 0 1 1 2 A3 A2 A1 A0

    + 1 0 1 0 2 + B3 B2 B1 B0

    1 0 1 0 1 2 C03 3 2 1 0

    Fungsi Cin gambar 4.7 digunakan untuk meningkatkan IC menjadi penjumlah 8

    bit dengan cara memasukkan nilai C0 IC ke 1 pada Cin IC ke 2, sedang C0 IC ke 2

    bermakna sebagai Co 28 seperti gambar 4.8 penjumlah 8 bit.

    4. Pengurang Biner :

    Bilangan negatif merupakan bilangan degan bobot di bawah nol.

    Untuk perhitungan negatif biner tidak dapat dimunculkan dengan cara

    tegangan negatif, maka untuk memunculkan negatif biner dilakukan

    dengan cara menulis komplemennya (NOT). Misal 610 = 01102 bila

    ditulis dapam komplemen maka nilai 1 diganti dengan 0 dan 0 dengan 1,

    maka 610 = 1001 notasi c sebagai tanda komplemen biner. Kaidah

    untuk pengurangan biner adalah :

    Pengurang diubah menjadi komplemenya, kemudian dijumlah -kan dengan

    yang dikurangi

    Jika pada penjumlahan bit terakhir (MSB), menghasilkan C0 = 1 maka hasil

    pengurangan merupakan bilangan positif. Hasil pengurangan merupakan

    penjumlahan C0 = 1 dengan bit paling kecil (LSB) hasil penjumlahan

    komplemen.

    Jika pada penjumlahan komplemen bit terakhir (MSB), menghasilkan C0 = 0

    maka hasil pengurangan adalah bilangan negatif. Hasil pengurangan

    merupakan komplenen dari hasil penjumlahan komplemen tersebut.

    Contoh pengurangan yang menghasilkan bilangan positif 9 5 = +4 10

    910 10012 10012 + 510 01012 + 1010C + 410 1 00112 + 12 + 1002

    Contoh pengurangan yang menghasilkan bilangan negatif 5 9 = 4 10

    510 01012 10012

  • 60

    + 910 10012 + 0110C 410 0 10112 C

    01002 Langkah umum untuk mengurangkan bilangan biner 2 bit dengan cara

    menjumlahkan adalah :

    1.0 2 1.0 2 1 .0 2 + 1 .0 2

    Bila

    01 = 1 01 1 0 1 0 + C01

    Hasil bilangan Positip 1 0

    1.0 2 1.0 2 1 .0 2 + 1 .0 2

    Bila

    C01 = 0 01 1 0 1 0 C

    Hasil bilangan negatip 1 0

    Pada gambar 4.9 dan 4.10 fungsi relay untuk mengfungsikan ground sehingga

    mengaktifkan LED Negatip jika C0 = 0 sehingga IC4008 berfungsi sebagai pengurang

    dengan cara menjumlah-kan bilangan biner A3A2A1A0 + B3B2B1B0 yang ber-

    output 3. 2. 1 . 0 akan di NOT menjadi 3. 2. 1 . 0 yang terbaca sebaggai

    bilangan negatip 3 2 1 0

    LED Positip jika C0 = 1 maka IC4008 yang berfungsi sebagai pengurang dengan

    cara menjumlahkan bilangan biner A3A2A1A0 B3B2B1B0 , LED output

    3 2 1 0 akan

  • 61

    Gambar 4.9 Untai Pengurang 14 5 = +9 10

    Gambar 4.10 Untai Pengurang 5 14 = 9 10

    padam karena tidak dihubungkan dengan ground oleh relay, tetapi akan diolah oleh

    adder kedua dalam bentuk penjumlahan

    3 2 1 0 + 0000 = 3+ 2+ 1+ 0+ ialah sebagai bentuk bilangan biner

    positip.

    +

    +

    +

    +

    BoB1B2B3

    A2A3 A1 Ao

    -

    -

    -

    -

    Desimal 14

    Desimal 5

    Desimal -9

    POSITIP

    Co=1

    5V0V 5V0V

    5V5V 0V5V

    relay

    S3

    S2

    S1

    So

    4008

    A3

    A2

    A1

    A0

    B3

    B2

    B1

    B0

    CIN

    S0

    S1

    S2

    S3

    COUT

    Co

    S3

    S2

    S1

    So

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

    +

    +

    +

    +

    BoB1B2B3

    A2A3 A1 Ao

    -

    -

    -

    -

    Desimal 14

    Desimal 5

    Desimal -9

    POSITIP

    Co=0

    5V5V 0V5V

    5V0V 5V0V

    relay

    S3

    S2

    S1

    So

    4008

    A3

    A2

    A1

    A0

    B3

    B2

    B1

    B0

    CIN

    S0

    S1

    S2

    S3

    COUT

    Co

    S3

    S2

    S1

    So

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

  • 62

    5. Penjumlah Dan Pengurang Berbasis 16

    Kolom 6 tabel 4.4 dapat diselesaikan menggunakan kaidah

    penjumlahan FA dengan input B0 = Ci b0 Maka :

    Ci = 0 A

    + b

    Ci = 0

    jumlahan pada

    bit 1 sebagai

    HA

    A + B

    0

    910 1001 1001

    +1410 1110 B0 = Ci b0 +

    1110

    + 2310 Hasil

    penjumlahan

    biner

    10111

    Ci = 0 A

    + b

    Ci = 0

    jumlahan pada

    bit 1 sebagai

    HA

    A + B

    0

    1410 1110 1110

    +910 1001 B0 = Ci b0 +

    1001

    + 2310 Hasil

    penjumlahan

    biner

    10111

  • 63

    Gambar 4.11 Untai Penjumlah dan Pengurang

    Tabel 4.4. Penjumlah dan Pengurang Gambar 4.11

    N

    o

    In

    pu

    t

    Output Jumla

    han

    K

    o

    l

    o

    m

    5

    -

    1

    6

    A b Ci= 0

    Ci= 1

    A+ b

    A b

    (

    1

    )

    (

    2

    )

    (

    3

    )

    (

    4

    )

    (

    5

    )

    (

    6

    )

    (

    7

    )

    (

    8

    )

    1 9 1

    4

    2

    3

    1

    1

    2

    3 -5 11-16

    2 1

    4

    9 2

    3

    2

    1

    2

    3

    +

    5

    2

    1

    -

    1

    6

    3 7 1

    5

    2

    2

    8 2

    2

    -

    8

    8

    -

    1

    21

    48

    16

    A2A3 A1 Ao Cibob1b2b35V5V 0V5V0V5V 5V0V 0V

    CoS3

    S2 S1

    So

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

  • 64

    6

    4 1

    5

    7 2

    2

    2

    4

    2

    2

    +

    8

    2

    4

    -

    1

    6

    5 6 1

    0

    1

    6

    1

    2

    1

    6

    -

    4

    1

    2

    -

    1

    6

    6 1

    0

    6 1

    6

    2

    0

    1

    6

    +

    4

    2

    0

    -

    1

    6

    Kolom 8 tabel 4.4 dapat diselesaikan menggunakan kaidah

    penjumlahan FA dengan input A0 dan B0 = Ci b0. Kemudian hasilnya

    dihitung menggunakan kaidah mengurangkan menggunakan penjumlahan

    komplemen 16 C ialah 1000 2 menjadi bentuk komplemen 00001 C

    Ci = 1 A

    + b

    Ci = 1

    jumlahan pada

    bit 1 sebagai

    FA

    A + B

    1

    910 1001 1001

    1410 1110 B0 = Ci b0 +0001

    510 01011

    Complemen 16 01111

    Hasil = 0 011010

    Komplemen

    Hasil bilangan

    -5

    -

    00101

    Ci = 1 A

    + b

    Ci = 1

    jumlahan pada

    bit 1 sebagai

    FA

    A + B

    1

    1410 1110 1110

  • 65

    910 1001 B0 = Ci b0 +0110

    + 510 10101

    Complemen 16 01111

    Hasil = 1 100100

    Pindahkan

    1dan

    jumlahkan

    bilangan +5

    1

    +101

    Kesimpulan :

    Rangkaian gambar 4.11

    a. Ketika Ci = 0 berlaku sebagai rangkaian penjumlah biner.

    b. Ketika Ci = 1 berlaku sebagai pengurang biner tetapi nilai output biner dibaca

    secara desimal kemudian dikurangi 16 10

    6. Perkalian Biner :

    Langkah untuk menghitung suatu hasil perkalian 2 bilangan dapat dilakukan

    degan cara sebagai berikut :

    Perkalian Perkalian Biner

    23410 2 1 0

    5610 1 0

    1.40410 20 10 00

    + 1.17010 + 21 11 01

    13.10410 3 3 2 1 00

    Untuk mewujudkan untai perkalian 3 bit x 2 bit bilangan biner 210

    10 = 3 3 2 1 00 menggunakan gerbang AND dan untai penjumlah,

    dengan penjelasan sebagai berikut :

    6 buah gerbang AND untuk menghitung perkalian :

  • 66

    210 0 = 20 10 00

    210 0 = 21 11 01

    1 buah gerbang HAuntuk menghitung penjumlahan

    10 + 01 = 1 1

    1 buah gerbang FA untuk menghitung penjumlahan

    20 + 11 + 1 = 2 2

    1 buah gerbang HAuntuk menghitung penjumlahan

    A2B0 + CO2 = CO3 3

    Hasil penampilan diwujudkan dengan nyala atau padamnya 5 display

    3 3 ( 2)( 1) 00 sebagai bentuk LSB bilangan biner 00 dan

    seterusnya hingga MSB display CO3

    Gambar 4.12 Untai Perkalian Biner 3 x 2 Bit

    7. Seven Segment

    A2B1

    A0B1

    A1B1

    A2B0

    A1B0

    A0B0

    B0B1

    A2 A1Ao

    3

    Desimal 21

    Desimal 7x3

    5V 5V

    5V 5V5V

    Co S3 S2 S1 So

    4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN

    S0S1S2S3

    COUT

    3 3 2 1 00

  • 67

    Seven segmen mempunyai input biner (abcdefg) 7 bit LED yang disusun dalam

    bentuk angka 8 desimal bila semua LED nyala. Bila LED ke 7 ialah (g) padam akan

    membentuk angka 0 desimal, urutan susunan dimulai dari atas (a) berputar searah

    jarum jam menuju (f) dan (g) pembentuk angka 8.

    Gambar 4.12 LED 7 segment disusun sedemikian ada yang menggunakan pola

    ground bersama atau positip bersama sebagai komplemennya. Misal angka desimal 3

    dibentuk jika hanya LED (e) dan (f) padam pada sistem ground bersama, maka akan

    membentuk angka desimal 1 disebabkan LED (e) dan (f) nyala pada susunan positip

    bersama. Tetapi jika LED (e) dan (f) nyala pada susunan ground bersama, maka (e) dan

    (f) padam pada susunan positip bersama, sehingga membentuk angka 3 desimal.

    Gambar 4.13 IC Segmen 7

    Karena kebiasaan, orang akan susuh membaca angka biner dibandingkan

    membaca angka decimal, maka disusun IC alih kode biner kedesimal yang disebut

    dengan Biranry Code Desimal (BCD) yang berimput 4 bit ialah 3210 diubah

    menjadi ber output 7 bit sebagai peggerak angka decimal 010 sampai 910 .

    ab

    cd

    e

    fg

    h 87654321

    1

    8

    7

    6

    54

    3

    2

    1

    87654321

    abcdefg.

    V+

    abcdefg.

    Gnd

    ab

    cd

    e

    fg

    h 87654321

    1

    8

    7

    6

    54

    3

    2

    1

    87654321

    abcdefg.

    V+

    abcdefg.

    Gnd

  • 68

    Tabel 4.5 adalah tabel kebenaran nyala LED untuk membentuk bilangan desimal.

    LED berlogika 1 akan menyala membentuk sinyal angka desimal.

    Misal gambar 4.14 angka desimal (9)10 dipresentasikan oleh LED (a-c-d-f-g) yang

    menyala karena kendali input BCD ialah 3210 berlogika biner (1001)2. Sedang

    angka desimal (8)10 dipresentasikan oleh LED (a-c-d-e-f-g) yang menyala karena kendali

    input BCD ialah 3210 berlogika biner (1000)2.

    Gambar 4.14 IC BCD

    Tabel 4.5 Nyala LED Segmen 7

    DISP

    LAY

    INPUT / OUTPUT IC 74LS47

    INPUT BINER NYALA LED SEGMEN 7

    3 2 1 0 a b c D e f g

    0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0

    1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0

    2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0

    3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1

    MSB LSB MSB LSB MSB LSB0V

    0V0V

    0V0V

    0V0V

    5V5V

    0V0V

    5V

    abcdefg.

    V+

    74LS47

    A3

    A2

    A1

    A0

    test

    RBI

    g f e d c b a

    RBO

    abcdefg.

    V+

    74LS47

    A3

    A2

    A1

    A0

    test

    RBI

    g f e d c b a

    RBO

    abcdefg.

    V+

    74LS47

    A3

    A2

    A1

    A0

    test

    RBI

    g f e d c b a

    RBO

  • 69

    4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1

    5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1

    6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1

    7 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

    8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

    9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1

    Beragam nyala LED ditentukan oleh desain angka, gambar 4.14 menunjukkan 2

    model angka (6)10 dan (9)10 yang berbeda yang ditampilkan oleh IC 7447 dan IC 7446.

    Saat ini model penampilan angka desimal lebih lembut tidak patah-patah.

    Tabel 4.5 model penampilan angka desimal IC 7446, maka untuk menentukan

    tabel kebenaran IC 7446 hanya mengubah nyala LED a dan d saja sepeti tabel 4.6.

    Tabel 4.6 Tbel Kebenaran IC 4546

    DISP

    LAY

    INPUT / OUTPUT IC 74LS46

    INPUT BINER NYALA LED SEGMEN 7

    3 2 1 0 a b c d e f g

    6 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

    9 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

    Gambar 4.15 Model penampilan Angka Desimal

  • 70

    8. Mengubah Kode Desimal ke Biner

    Tabel 4.7 Pengubah Desimal Ke Biner

    INPUT

    DESIMAL

    OUTPUT BINER

    23 22 21 20

    0 0 0 0 0

    1 0 0 0 1

    2 0 0 1 0

    3 0 0 1 1

    4 0 1 0 0

    5 0 1 0 1

    6 0 1 1 0

    7 0 1 1 1

    8 1 0 0 0

    9 1 0 0 1

  • 71

    Gambar 4.16 Mengubah Desimal ke Biner

    Berdasarkan tabel 4.7 maka penampil biner berupa gerbang NAND yang

    mempunyai watak sebagi berikut :

    Output gerbang NAND 20 berinput desimal 1, 3, 5, 7 dan 9

    Output gerbang NAND 21 berinput desimal 2, 3, 6, 7

    Output gerbang NAND 22 berinput desimal 4, 5, 6, 7

    Output gerbang NAND 23 berinput desimal 8, 9

    Gambar 4.16 contoh mengubah bilangan desimal 5 10 menjadi bilangan biner

    0101 2

    DCBA

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9 0V

    0V

    0V

    0V

    5V

    0V

    0V

    0V

    0V

    0V

    841 2

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

    abcdefg.

    Gnd

  • 72

    SOAL LATIHAN :

    1. Buatlah untai HA dengan gerbang NOR

    2. Buatlah untai FA dengan gerbang NOR

    3. Jumlahkan secara biner bilangan desimal berikut:

    a. 8 + 6 = d. 12 + 13 =

    b. 7 + 4 = e. 15 + 12 =

    c. 9 + 5 = f. 14 + 13 =

    4. Kurangkan secara biner desimal berikut :

    a. 9 3 = d. 3 12 =

    b. 7 4 = e. 4 14 =

    c. 7 6 = f. 7 13 =

    5. Bilangan decimal 610 dapat ditulis 410 huruf c sebagai simbul komplemen 10.

    Gunakan logika pengurangan se cara penjumlahan bilangan decimal soal nomor 4.

    6. Kalikan secara biner desimal berikut:

    a. 9 x 3 = d. 3 x 12 =

    b. 7 x 4 = e. 4 x 14 =

    c. 7 x 6 = f. 7 x 13 =

    7. Berapa jumlah FA yang diperlukan untuk menghitung bilangan biner : 1011 + 0011 =

    1111

    8. Berapa jumlah FA pada IC 74LS83A ? Jelaskan!

    9. Perhatikan penjumlahan berikut:

    a. Berapa hasil penjumlahan 101 + 111 + 1101 =

    10. Dapatkah untai penjumlahan 101 + 111 + 1101 dirakit dengan 3 buah IC 74LS83A

    cMungkinkah membuat untai pengurang 4 bit dengan IC 74LS83A dan gerbang

    NAND secukupnya? Jelaskan desainnya.

    11. Mungkinkah membuat untai perkalian 3 bit x 2 bit dengan gerbang NAND

    secukupnya dan IC 74LS83A? Jelaskan desainnya

    12. Mungkinkah membuat rangkaian perkalian 2 bit x 1 bit hanya dengan FA saja ?

  • 73

    BAB 5

    PENCACAH SINKRON

    9. Pendahuluan

    Pencacah adalah sekelompok flip-flop yang disusun sedemikian untuk

    menunjukkan cacah pulsa total yang diumpankan pada input atau sebuah register yang

    mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk