ekstraksi
DESCRIPTION
kimanTRANSCRIPT
LAPORAN MINGGUANKIMIA ANALITIK
EKSTRAKSI
Oleh :
Nama : FahrunnisaNRP : 063020078Meja : 4 (empat)Kelompok : III (Tiga)Asisten : Devita IndrianiTgl. Percobaan : 3 November 2007
LABORATORIUM KIMIA ANIALITIKJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2007
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang
Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan
(4) Reaksi Percobaan.
1.1. Latar Belakang Perrcobaan
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak
campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik
untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primer
bukan analitis namun preparatif, ekstraksi pelarut dapat
merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju
kesuatu produk murni itu dalam laboratorium organik, atau
biokimia. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat
diselesaikan dalam beberapa menit. Teknik itu dapat
diterapkan sepanjang jangkauan konsentrasi yang lebar, dan
telah digunakan secara meluas untuk isolasi kuantitas yang
luar biasa sedikitnya dari isotop-isotop bebas pengembang
yang diperoleh dengan transmutasi nuklir, demikian pula
isolasi bahan industri yang diproduksi berton-ton. Pemisahan
ekstraksi pelarut biasanya “bersih” dalam arti tak ada dengan
sistem semacam itu (Underwood,1999).
Prinsip dasar dari ekstraksi pakarut adalah Hukum
Distribusi. Hanya tetapan Kd tergantung pada kuantitas zat
terlarut yang terdistribusi dengan suatu perbandingan
konsentrasi yang tetap.
Beberapa kegunaan nilai koefisien distribusi adalah
untuk penentuan konstanta kesetimbangan tertentu,
penentuan rumus ion kompleks tertentu, penentuan tetapan
dimersasi zat dalam suatu pelarut, dan sebagainya
(Khopkar,1990).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ekstraksi ini adalah untuk
menentukan koefisien distribusi I2 dalam sisitem H2O-CCl4 dan
untuk memisahkan suatu larutan sehingga menghasilkan
ekstrak dari larutan tersebut.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ekstraksi ini adalah
berdasarkan sistem dua fase cair yang tidak (dapat) saling
bercampur, ditambahkan zat ketiga yang dapat melarutkan
pada kandungannya maka zat ketiga akan terdistribusi
diantara kedua fase dalam jumlah tertentu.
1.4. Reaksi Percobaan
I2 + S2O32- → 2I- + S4O6
2-
(biru) (biru Lemah)
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Ekstraksi,
(2) Mekanisme Ekstraksi, (3) Hukum Distribusi dan
(4) Klasifikasi ekstraksi.
2.1. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi
cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan
(biasanya dalam air) di buat bersentuhan dengan suatu
pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak
saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut kedua itu.
Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok
larutan dalam corong pemisah selama beberapa menit. Teknik
ini dapat diterapkan dengan bahan-bahan tingkat runutan
ataupun dalam jumlah banyak (Svehla, 1990).
Jika dalam suatu system dua fase cair yang tidak dapat
bercampur ditambahkan zat ketiga yang dapat terlarut pada
kandungannya maka zat ketiga tadi akan terrdistribusi
diantara kedua fase dalam jumlah tertentu. Harga tetapan (Kd)
tergantung pada kuantitas zat terlarut yang terdistribusi
dengan suatu perbandingan konsentrasi yang tetap, hukum
distribusi ini berlaku luas jika hanya berkaitan dengan tekanan
dan kelarutan gas dikenal dengan hukum Henry.
Beberapa kegunaan nilai koefisien distribusi adalah
untuk penentuan konstanta kesetimbangan termodinamika,
penentuan ion kompleks tertentu, penentuan ketetapan
dimensi zat dalam suatu pelarut dan sebagainya. Diantara
berbagai jenis metode pemisahan ekstraksi pelarut atau
ekstraksi air (Khopkar, 1990).
2.2. Mekanisme Ekstraksi
Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu :
Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan
golongan ekstraksi, distribusi dari kompleks yang terekstraksi,
dan interaksinya yang mungkin dalam fase organik. Kestabilan
kompleks koordinasi tergantung pada keasaman ion logam,
kebasaan ligan yang akan berkoordinasi, pertimbangan
stereokimia serta konfigurasi kompleks yang terbentuk. Jika
logam mempunyai muatan atau valensi kation yang besar,
keasaman akan lebih besar pula. Misalkan Fe(III) mudah
diekstraksi dengan dietileter atau etilasetat dari asam
hidroklorida dibandingkan dengan Fe(II) (Svehla, 1990).
Khelat logam merupakan tipe senyawa koordinasi
dimana ion logam bergabung dengan basa polifungsional
yang mampu menempati dua atau lebih posisi pada lingkaran
koordinasi dari ion logam untuk membentuk senyawa siklik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
khelat. Sebagai contoh, kekuatan basa dari gugus fungsi,
elektronegativitas dari atom yang berikatan, ukuran dan
jumlah dari cincin khelat yang terbentuk.
2.3. Hukum Distribusi
Bila zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang
tidak dapat dicampur, ada suatu hubungan yang pasti
diantaranya yaitu konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase
pada kesetimbangan. Nerst pertama kalinya yang
memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum
distribusi, ketika pada tahun 1891 ia menunjukan bahwa suatu
zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak
dapat campur sedemikia rupa, sehingga angka banding
konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada
suatu temperatur tertentu. A1 menyatakan konsentrasi zat
terlarut A dalam fase cair pelarut 1(Khopkar, 190).
Hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus tertentu,
tapi ada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang
benar dalam pengertian suatu termodinamika, angka banding
aktivitas bukannya angka konsentrasi yang seharusnya
konstan.
2.4. Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasi sistem ekstraksi.
Cara klasik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang
diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Akan
tetapi klasifikasi sekarang berdasarkan pada hal yang lebih
ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung dengan
mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui
pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Misalkan ekstraksi
uranium dengan 8-hidrosikuinilin pada kloroform atau
ekstraksi besi dengan cupferron pada pelarut karbon
tetraklorida. Golongan ekstraksi berikutnya dikenal sebagai
ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke
fase organik. Contoh dari golongan ini adalah ekstraksi besi
(III) dari asam hidroklorida dengan dietil eter atau ekstraksi
uranium dari media asam nitrat dengan tributilsolfat
(Khopkar,1990).
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak
bermuatan diekstraksi ke fase organik. Contoh yang terbaik
dari golongan ini adalah ekstraksi scandium dengan
trioktilamin atau uranium dengan trioktilamin.Sedangkan
kategori yang terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama
yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat
yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi. Setelah pengulangan mekanisme
ekstraksi, ekstraksi keseimbangan dan teknik ekstraksi akan
mengulangi penerapan destruksi pelarut dalam kimia analitik
pada tiap-tiap kelas ekstraksi (Underwood, 1989).
III ALAT, BAHAN, DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Alat yang
Digunakan, (2) Bahan yang Digunakan, dan (3) Metode
Percobaan.
3.1. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
adalah corong pemisah, buret, pipa, pipa gondok, ball pipet,
gelas kimia dan labu erlenmeyer.
3.2. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
aquadest, CCl4, larutan I2 jenuh dalam CCl4, larutan baku
Na-tiosulfat 0,1 M, larutan KI 0,1 M, dan indikator amilum.
3.3. Metode Percobaan
Pertama-tama masukkan 25ml I2 jenuh, 10ml CCl4, dan
100ml aquadest kedalamm corong I, kemudian kocok sampai
terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas (A1) dan lapisan
bawah (A2). Kemudian ambil sedikit bagian bawah.
Tambahkan 10 ml KI, Kemudian titrasi dengan Na2S2O3
sampai terbentuk warna kuning. Tambahkan 1 ml indikator
amilum kemudian titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai
warna biru lenyap.
Begitu juga dengan lapisan atas, ambil sedikit kemudian
tambah 10ml KI. Kemudian titrasi dengan Na2S2O3 sampai
terbentuk warna kuning. Tambahkan 1 ml indikator amilum
kemudian titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai warna biru
lenyap. Itu percobaan pertama. Percobaan kedua yaitu
mencampur larutan yang sama tetapi dengan menggunakan
20ml I2 jenuh, 15ml CCl4 dan 100ml aquadest dimasukan
kedalam corong II. Langkah yang dilakukan selanjutnya sama
dengan melakukan percobaan pertama.
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil
Pengamatan, dan (2) Pembahasan.
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Lapisan I2 dalam CCL4 (Lapisan Bawah)Corong Pisah I Corong Pisah II
Volume
Skala Na2S2O3 volume
Skala Na2S2O3
awal akhir selisih
awal
akhir
selisih
9ml 0ml 5,7ml 5,7ml 13ml 9,8ml
17,2ml
7,4ml
(Sumber : Fahrunnisa, Meja 4, Kelompok 3).
Tabel 2. Lapisan I2 dalam air (Lapisan Atas)Corong Pisah I Corong Pisah II
Volume
Skala Na2S2O3 volume
Skala Na2S2O3
awal akhir selisih
awal
akhir
selisih
25 ml 5,7ml 9,8ml 4,1ml 25ml 17,2ml
20,3ml
3,1ml
(Sumber : Fahrunnisa, Meja 4, Kelompok 3).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh :
konsentrasi I2 dalam CCL4 masing-masing adalah 0,0709 N
dan 0,0637 N dan konsentrasi Lapisan I2 dalam air masing-
masing adalah 0,0183 N dan 0,0138 N. Dengan harga Kd1
adalah 0,02581ml, dan Kd2 adalah 0,2166 ml.
Reaksi tersebut terjadi bila pada fase cair yang
mengandung ion logam mengadakan kontak dengan fase
organik yang mengandung khelat logam. Ligan tersebut
terdistribusi diantara kedua fase tersebut. Nilai Kd rendah
dapat menyebabkan ekstraksi berjalan baik. Bertambahnya
konsentrasi pereaksi bertambah pula harga Kd. Sifat pelarut
bukan merupakan satu-satunya faktor penentu untuk
tercapainya ekstraksi yang baik. Kestabilan kompleks
koordinasi tergantung pada keasaman ion logam, kebasaan
ligan yang akan berkoordinasi, pertimbangan stereokimia
serta konfigurasi kompleks yang terbentuk. Jika logam
mempunyai muatan atau valensi kation yang besar, keasaman
akan lebih besar pula. Misalkan Fe (III) mudah diekstraksi
dengan dietil eter atau etil asetat dari asam hidroklorida
dibandingkan dengan Fe(II).
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena
warna I2 yang ditirasi akan lenyap bila titik akhir tercapai,
warna mula-mula cokelat tua, menjadi lebih muda, kuning,
kuning muda, sampai akhirnya bening. Namun lebih tegas bila
ditambah amilum kedalam larutan sebagai indikator. Amilum
dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang
masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. (Khopkar, 1990).
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena
warna I2 yang ditirasi akan lenyap bila titik akhir tercapai,
warna mula-mula cokelat tua, menjadi lebih muda, kuning,
kuning muda, sampai akhirnya bening. Namun lebih tegas bila
ditambah amilum kedalam larutan sebagai indikator. Amilum
dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang
masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. (Khopkar, 1990).
V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan , dan
(2) Saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi I2 dalam CCL4 masing-masing adalah
0,0709 N dan 0,0637 N sedangkan untuk lapisan atas yaitu
konsentrasi Lapisan I2 dalam air masing-masing adalah
0,0183 N dan 0,0138 N. Dengan harga Kd1 adalah
0,02581ml, dan Kd2 adalah 0,2166 ml.
5.2. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan percobaan, praktikan
diharapkan lebih teliti dalam melakukan percobaan tersebut
agar hasil yang didapatkan dapat akurat dan sesuai dengan
prosedur yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M, (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia,
Svehla, G (1990), Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
Underwood, (1999), Analisis Kuantitatif, Erlangga, Surabaya.
LAMPIRAN
1.corong pisah I (lapisan bawah)
(I2)CCL4 =
= 5,7 x 0,112 = 0,0709 N 9
2. corong pisah II (lapisan bawah)
(I2)CCL4 =
= 7,4 x 0.112 = 0,0637 N 13
3. corong pisah I (lapisan atas)
(I2)H2O =
= 4,1 x 0,112 = 0,0183 N 25
4. corong pisah II (lapisan atas)
(I2)H2O =
= 3,1 x 0.112 = 0,0138 N 25
5. Kd corong pisah I
Kd =
= 0,0183 = 0,2581 N 0,0709
6. Kd corong pisah II
Kd =
= 0,0138 = 0,2166 N 0,00637
Quiz:1. Sebutkan prinsip percobaan ekstraksi?
Jawab: prinsip percobaan ekstraksi yaitu berdasarkan sistem
dua fase cair yang tidak (dapat) saling bercampur,
ditambahkan zat ketiga yang dapat melarutkan pada
kandungannya maka zat ketiga akan terdistribusi diantara
kedua fase dalam jumlah tertentu.
2. sebutkaan tiga metode dasar pada ekstraksi?
Jawab: tiga metode pada ekstraksi yaitu: metode bertahap,
metode kontinyu dan metode counter current.
3. Sebutkan kegunaan koefisien nilai distribusi?
Jawab: Beberapa kegunaan nilai koefisien distribusi adalah
untuk penentuan konstanta kesetimbangan termodinamika,
penentuan ion kompleks tertentu, penentuan ketetapan
dimensii zat dalam suatu pelarut dan sebagainya
4. Sebutkan tujuan percobaan ekstraksi?
Jawab: Tujuan dari percobaan ekstraksi adalah untuk
menentukan koefisien distribusi I2 dalam sisitem H2O-CCl4 dan
untuk memisahkan suatu larutan sehingga menghasilkan
ekstrak dari larutan tersebut.
5. Hitung nilai Kd2 dalam H2O.CCl4 jika konsentrasi I2 dalam
H2O 0,015568 dan konsentrasi I2 dalam CCl4 0,04865
Jawab: Kd =
= 0,015568 = 0,32N
0,04865
Ekstraksi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan immiscible yang
berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
Ekstraksi cair-cair merupakan proses yang umum digunakan,
baik itu skala laboratorium maupun skala industri.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi"
Metoda Adsorpsi/Ekstraksi Larutan
Prosedur
Prosedur untuk mengekstraksi sampel
Prosedur praperlakuan untuk contoh ditunjukkan berikut
ini. Adsorben dalam tabung dipindahkan ke botol kecil
(berukuran isi kurang dari 5 ml). Beberapa ml isi larutan
seperti karbon disulfida ditambahkan kedalam botol untuk
mengekstraksi polutannya, kemudian botolnya ditutup
dengan penutup yang dihubungkan dengan penyekat.
Beberapa mikro liter bagian dari ekstraksi dianalisa
menggunakan instrumen analisis.
http://www.kimialipi.net/index.php?
pilihan=pelatihan&kunci=&kategori=2006&id=49
Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif
suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu.
Pemikiran metode ekstraksi senyawa bukan atom
dipergunakan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan
tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam
pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar
dalam senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan
secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-
heksan) lalu pelarut yang kepolarannya menengah (diklor
metan atau etilasetat) kemudian pelarut yang bersifat polar
(metanol atau etanol) (10).
Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar
berdasarkan bentuk fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-
cair dan ekstraksi cair padat, ekstraksi cair padat terdiri dari
beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan ekstraksi
sinambung.
Ekstraksi Sinambung
Ekstrasksi sinambung dilakukan dengan
menggunakan alat Soxhlet. Pelarut penyair yang ditempatkan
di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan, melewati
pipa samping alat Soxhlet dan mengalami pendinginan saat
melewati kondensor. Pelarut yang telah berkondensasi
tersebut akan jatuh pada bagian dalam alat Soxhlet yang
bersimplisia dibungkus kertas saring dan menyisiknya hingga
mencapai bagian atas tabung sifon. Seharusnya seluruh
bagian linarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu
tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus menerus
sampai diperloleh hasil ekstraksi yang dikehendaki.
Keuntungan ekstraksi sinambung adalah pelarut yang
digunakan lebih sedikit dan pelarut murni sehingga dapat
menyaring senyawa dalam simplisia lebih banyak dalam
waktu lebih singkat dibandingkan dengan maserasi atau
perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat digunakan
untuk senyawa-senyawa termolabil (10).
Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair juga diperlukan untuk
mengekstraksi senyawa glikosida untuk umumnya polar
(aglikon yang berikatan dengan gula monosakarida dan
disakarida). Ekstraksi cair-cair untuk glikosida biasanya
dilakukan terhadap ekstrak etanol atau metanol awal. Ekstrak
awal ini dilarutkan dalam air kemudian diekstraksi dengan
etilasetat dan n-butanol. Glikosida terdapat dalam fase
etilasetat atau n-butanol.
Selain itu ekstraksi cair-cair dilakukan terhadap reaksi
awal untuk menghilangkan lemak dan ekstrak tersebut jika
bagian tumbuhan yang diekstraksi belum dihilangkan
lemaknya pada ekstrak awal.
Metode Pemisahan
Prinsip dari pemisahan adalah adanya perbedaan sifat
fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecendrungan dari molekul
untuk melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan
molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul
untuk melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi,
penserapan).
Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair
vakum, kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom
yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang
digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap
yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah
penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi
2,5 cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk
bersalut dilarutkan dalam pelarut organik yang cocok,
kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan
adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak.
Campuran ini digenis sampai homogen, dikeringkan dan
dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan.
Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring.
Elusi diawali dengan pelarut non polar dilarutkan dengan
kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut
yang digunakan setiap kali elusi adalah sebagai berikut: untuk
bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan 25 ml pelarut,
untuk 10-30 g ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini
diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan
ekstrak dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata. Masing-
masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom kemudian
dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung
dalam wadah terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi
(13).
Cara lain yang dapat dipakai untuk pemisahan adalah
ekstraksi cair-cair, kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis
dan kromatografi kertas.
Metode Isolasi dan Pemurnian
Isolasi dan pemurnian dapat dilakukan dengan
kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas preparatif
dengan pengembangan yang dapat memisahkan .
"http://ms.chem-is-try.org/Ekstraksi”