eksplorasi umum emas dan mineral ikutannya …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04....

13
EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA DI KECAMATAN BOYAN TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman dan Bambang Pardiarto Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Kegiatan eksplorasi umum emas dan mineral ikutannya dilakukan di daerah Desa Jemah dan sekitarnya, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Kegiatan lapangan dilakukan April 2015 meliputi pengambilan data lapangan berupa pemercontoan geokimia tanah, batuan, sedimen sungai aktif dan konsentrat dulang. Analisis laboratorium meliputi petrografi, mineragrafi, mineral butir dan geokimia dengan metoda AAS. Bentang alam daerah penyelidikan terdiri atas morfologi perbukitan terjal dan morfologi perbukitan bergelombang. Litologi terdiri atas empat satuan batuan yaitu Satuan Batupasir Grewake, Satuan Batulempung-Serpih dan Satuan Batupasir Arkose yang diperkirakan merupakan bagian dari Kelompok Selangkai berumur Kapur. Kemudian secara tidak selaras diatas ketiga satuan tersebut di endapkan Satuan Tufa-Tufa Breksi yang diperkirakan merupakan bagian dari batuan Gunung Api Piyabung berumur Eosen. Keempat satuan batuan tersebut diterobos oleh retas mikrodiorit/andesit yang diperkirakan merupakan bagian dari Intrusi Sintang berumur Miosen Bawah. Struktur geologi yang ditemukan di daerah umumnya berupa kekar, sesar dan perlipatan. Sesar normal dan geser mempunyai arah umum baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Mineralisasi yang penting di daerah penyelidikan terdiri atas zona mineralisasi Sungai Bangik dan Sungai Keliat. Zona mineralisasi Sungai Bangik berhubungan dengan kegiatan hidrotermal akibat adanya intrusi mikrodiorit/andesit berupa retas yang menerobos batuan tufa-tufa breksi dan metabatupasir. Mineralisasi berupa urat polimetalik dicirikan oleh hadirnya mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit, dan magnetit yang mengisi rekahan maupun dalam bentuk impregnation pada batuan tufatufa breksi dan metabatupasir yang tersilifikasi. Indikasi cebakan skarn ditemukan dengan adanya garnet dan korundum dalam konsentrat dulang. Sedangkan pada zona mineralisasi Sungai Keliyat diduga berupa tipe urat yang dicirikan oleh hadirnya mineral pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada metabatupasir tersilisifikasi. Kehadiran kuarsa dan piroksen/amphibol yang dominan dalam kosentrat dulang menunjukkan indikasi mineralisasi diperkirakan berhubungan erat dengan adanya proses tekanan yang sangat tinggi yang kemungkinan dikontrol oleh struktur sesar. Dari hasil pendulangan teramati beberapa butir emas berukuran VFC - MC . Kegiatan eksplorasi rinci diperlukan di daerah hulu Sungai Bangik dan hulu Sungai Keliyat terutama Sungai Biu untuk menemukan singkapan urat kuasa sebagai tempat kedudukan cebakan emas primer yang berasosiasi dengan logam dasar. PENDAHULUAN Evaluasi data sekunder menun- jukkan emas terdapat di Kecamatan Bunut Hulu, Hulu Gurung, Manday, Selimbau, Putussibau dan Silat Hilir. Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Zeijlmans van Emmichoven (1939), kemungkinan adanya emas primer terdapat antara Boyan-Sebilit dan Mentebah. Sedangkan indikasi air raksa (sinabar) dalam endapan aluvial terdapat di Sungai Boyan, Sungai Meru dan Sungai Betung, dengan perkiraan kadar antara 28 s.d 980 gram/m 3 . Kegiatan eksplorasi umum emas dan mineral ikutannya dilakukan pada

Upload: nguyenhuong

Post on 20-May-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA DI KECAMATAN BOYAN

TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kisman dan Bambang Pardiarto

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Kegiatan eksplorasi umum emas dan mineral ikutannya dilakukan di daerah Desa

Jemah dan sekitarnya, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat. Kegiatan lapangan dilakukan April 2015 meliputi pengambilan data

lapangan berupa pemercontoan geokimia tanah, batuan, sedimen sungai aktif dan konsentrat

dulang. Analisis laboratorium meliputi petrografi, mineragrafi, mineral butir dan geokimia

dengan metoda AAS.

Bentang alam daerah penyelidikan terdiri atas morfologi perbukitan terjal dan morfologi

perbukitan bergelombang. Litologi terdiri atas empat satuan batuan yaitu Satuan Batupasir

Grewake, Satuan Batulempung-Serpih dan Satuan Batupasir Arkose yang diperkirakan

merupakan bagian dari Kelompok Selangkai berumur Kapur. Kemudian secara tidak selaras

diatas ketiga satuan tersebut di endapkan Satuan Tufa-Tufa Breksi yang diperkirakan

merupakan bagian dari batuan Gunung Api Piyabung berumur Eosen. Keempat satuan

batuan tersebut diterobos oleh retas mikrodiorit/andesit yang diperkirakan merupakan bagian

dari Intrusi Sintang berumur Miosen Bawah. Struktur geologi yang ditemukan di daerah

umumnya berupa kekar, sesar dan perlipatan. Sesar normal dan geser mempunyai arah

umum baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.

Mineralisasi yang penting di daerah penyelidikan terdiri atas zona mineralisasi Sungai

Bangik dan Sungai Keliat. Zona mineralisasi Sungai Bangik berhubungan dengan kegiatan

hidrotermal akibat adanya intrusi mikrodiorit/andesit berupa retas yang menerobos batuan

tufa-tufa breksi dan metabatupasir. Mineralisasi berupa urat polimetalik dicirikan oleh hadirnya

mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit, dan magnetit yang mengisi rekahan maupun dalam bentuk

impregnation pada batuan tufa–tufa breksi dan metabatupasir yang tersilifikasi. Indikasi

cebakan skarn ditemukan dengan adanya garnet dan korundum dalam konsentrat dulang.

Sedangkan pada zona mineralisasi Sungai Keliyat diduga berupa tipe urat yang dicirikan oleh

hadirnya mineral pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada metabatupasir tersilisifikasi.

Kehadiran kuarsa dan piroksen/amphibol yang dominan dalam kosentrat dulang menunjukkan

indikasi mineralisasi diperkirakan berhubungan erat dengan adanya proses tekanan yang

sangat tinggi yang kemungkinan dikontrol oleh struktur sesar. Dari hasil pendulangan teramati

beberapa butir emas berukuran VFC - MC .

Kegiatan eksplorasi rinci diperlukan di daerah hulu Sungai Bangik dan hulu Sungai

Keliyat terutama Sungai Biu untuk menemukan singkapan urat kuasa sebagai tempat

kedudukan cebakan emas primer yang berasosiasi dengan logam dasar.

PENDAHULUAN

Evaluasi data sekunder menun-

jukkan emas terdapat di Kecamatan Bunut

Hulu, Hulu Gurung, Manday, Selimbau,

Putussibau dan Silat Hilir. Berdasarkan

hasil penyelidikan yang dilakukan oleh

Zeijlmans van Emmichoven (1939),

kemungkinan adanya emas primer

terdapat antara Boyan-Sebilit dan

Mentebah. Sedangkan indikasi air raksa

(sinabar) dalam endapan aluvial terdapat di

Sungai Boyan, Sungai Meru dan Sungai

Betung, dengan perkiraan kadar antara 28

s.d 980 gram/m3 .

Kegiatan eksplorasi umum emas

dan mineral ikutannya dilakukan pada

Page 2: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

bulan April 2015 dengan lokasi eksplorasi

di Desa Jemah Kecamatan Boyan Tanjung,

Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat (Gambar 1). Kegiatan

eksplorasi dimaksudkan untuk

mendapatkan data tentang potensi sumber

daya mineral emas dengan tujuan untuk

melengkapi dan menambah data pada

bank data mineral nasional di Pusat

Sumber Daya Geologi.

Gambar 1. Peta lokasi daerah eksplorasi

METODOLOGI

Eksplorasi yang dilakukan dengan

cara pengamatan geologi konvensional

disertai pengambilan conto tanah interval

50 meter pada horizon B dengan metoda

ridge and spur , conto batuan dengan chip

sampling, conto konsentrat mineral berat

dengan pendulangan dan conto endapan

sungai aktif dengan saringan berukuran -80

mesh. Analisis kimia unsur dilakukan di

laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi

dengan metoda AAS. Unsur yang

dianalisis adalah Au, Ag, As, Sb, Hg, Cu,

Pb, Zn, Fe, Mn, Li dan Rb. Pengolahan

data hasil analisis laboratorium dengan

statistik deskripsi sederhana menggunakan

program excel dan plotting dalam peta

dengan program Mapinfo-11.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Bentang alam daerah penyelidikan

dapat dibagi menjadi dua satuan morfologi

yaitu morfologi perbukitan terjal dan

morfologi perbukitan bergelombang.

Satuan morfologi perbukitan terjal

menempati sekitar 40% daerah

penyelidikan yang berada pada bagian

utara dan timurlaut. Morfologi ini dicirikan

oleh keadaan lereng dengan kemiringan

lebih >50o dan umumnya tersusun oleh

batuan keras (tersilisifikasi). Dalam satuan

ini terdapat bukit-bukit yang terjal dan

curam antara lain Bukit Pirang, Labu, Ulat

dan Bukit Inggap. Puncak bukit tertinggi

adalah Bukit Pirang dengan elevasi sekitar

925 m.

Satuan morfologi perbukitan

bergelombang menempati hampir 60%

daerah penyelidikan yang berada pada

bagian barat dan selatan. Morfologi ini

dicirikan oleh keadaan lereng dengan

kemiringan <50o dan umumnya tersusun

oleh batuan sedimen dan batuan

gunungapi yang sedikit lapuk. Umumnya

sebaran perbukitan bergelombang

memanjang dari timur ke barat dengan

bukit-bukit antara lain Bukit Limau, Bukit

Lawit dan Bukit Selingit. Puncak bukit

tertinggi adalah Bukit Limau dengan

elevasi sekitar 575 m.

Litologi daerah penyelidikan dapat

dibagi menjadi empat satuan batuan

dengan urutan dari yang berumur tua

hingga muda adalah sebagai berikut :

(Gambar 2).

Satuan Batupasir Grewake

merupakan batuan dasar yang berada di

daerah penyelidikan yang umumnya

berwarna hijau gelap hingga hijau kelabu,

memperlihatkan kemas terbuka dengan

komposisi mineral terdiri atas mineral

mafik, sedikit felspar dan kuarsa dan

material batuan lain. Pada beberapa

bagian juga mengandung mineral magnetit

secara tersebar. Struktur perlapisan batuan

masih nampak jelas dengan arah umum

jurus dan kemiringan N 330oE/40o.

Satuan Batulempung-Serpih

diendapkan selaras di atas Satuan

Batupasir Grewake. Satuan batuan

Page 3: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

dicirikan oleh perselingan batulempung

dan serpih dengan struktur perlapisan

masih jelas teramati. Arah umum

perlapisasn menunjukkan N320oE/40o.

Sedangkan batuserpih umumnya berwarna

hitam dan tampak menyerpih secara kuat.

Satuan Batupasir Arkose diendapkan

secara selaras di atas Satuan

Batulempung-Serpih. Batuan umumnya

berwarna coklat keputihan dengan kemas

tertutup dan komposisi mineral dominan

kuarsa serta sedikit felspar. Perlapisan

batuan masih nampak jelas dan kadang-

kadang berselingan dengan tufa

tersilisifikasi dengan jurus dan kemiringan

bervariasi. Secara umum jurus lapisan

memperlihatkan arah N250oE/20o dan

kekar-kekar berarah N130oE dan N80oE.

Ketiga Satuan batuan tersebut

diperkirakan merupakan bagian dari

Kelompok Selangkai yang berumur Kapur.

Satuan Tufa-Tufa Breksi adalah

merupakan satuan batuan yang paling

muda umurnya yang menutupi secara tidak

selaras terhadap tiga satuan batuan di

bawahnya. Satuan batuan ini terdiri atas

dominan tufa dasitik, berwarna putih

keabuan hingga kelabu, kristal gelas

nampak sebagai fenokris didalam

masadasar silika. Beberapa tempat

dijumpai pula berselingan dengan tufa

dasitik yang telah terubah, berwarna

kelabu hingga kehijauan dengan felspar

dan kristal kuarsa masih teramati. Satuan

batuan ini diperkirakan merupakan bagian

dari batuan Gunung Api Piyabung berumur

Eosen.

Keempat satuan batuan tersebut

diatas diterobos oleh retas mikrodiorit dan

andesit yang diperkirakan bagian dari

Intrusi Sintang berumur Miosen Bawah

sebagaimana yang dijumpai di Sungai

Emplui (Gambar 3). Adanya terobosan ini

menyebabkan terjadinya ubahan silisifikasi

dan mineralisasi tipe urat polimetalik

dengan mineralisasi pirit, kalkopirit dan

sphalerit.

Struktur geologi yang ditemukan di

daerah penyelidikan umumnya berupa

kekar-kekar, sesar dan perlipatan. Kekar-

kekar umumnya dijumpai dalam batupasir

dan batu lempung tufaan serta sebagian

tufa. Arah bidang kekar sangat bervariasi

N270oE, N180oE, N130oE, N80oE, N170oE

dan N280oE seperti yang dijumpai pada

batupasir di Sungai Boyan.

Gambar 3. Retas Mikrodiorit Yang

Ditemukan di Sungai Emplui

(KPH/15MN/58R).

UBAHAN DAN MINERALISASI

Terdapat dua zona ubahan

silisifikasi luas yang tersebar di Sungai

Bangik hulu dan Sungai Keliyat hulu

(Gambar 4). Di daerah Sungai Bangik hulu

ubahan silisifikasi terdapat dalam batuan

tufa gelas/tufa breksi dan meta batupasir.

Dalam ubahan ini seringkali dijumpai

mineral pirit dan arsenopirit, kalkopirit yang

mengisi retakan dan sebagian berupa

bercak yang tersebar. Batuan umumnya

berwarna hijau dan keras yang terkadang

tampak mineral klorit dan epidot. Ubahan

silisifikasi pada bagian Sungai Keliyat hulu

ditemukan dalam batupasir arkose. Mineral

pirit teramati berupa bercak dan sebagian

bersama dengan urat-urat tipis kuarsa

yang memotong batuan dengan

kandungan pirit. Di daerah Sungai Belaban

(KPH/15MN/05R) ubahan silisifikasi

dijumpai pada batuan tufa dengan bercak

mineral pirit. Ubahan kloritisasi yang diikuti

dengan seritisasi lebih banyak dijumpai di

Page 4: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

daerah Sungai Boyan dimana zona ubahan

ini umumnya terdapat dalam batupasir

grewake dan pada retas andesit. Batuan

berwarna kehijauan dengan mineral klorit

hadir secara dominan yang kadang-kadang

disertai dengan epidot. Bercak mineral pirit

dan magnetit terkadang masih teramati

dengan jelas.

Mineralisasi yang ditemukan di

daerah penyelidikan terdapat dalam tiga

aliran sungai yaiu Sungai Boyan , Sungai

Bangik dan Sungai Keliat. Pada aliran

Sungai Bangik mineralisasi berhubungan

dengan kegiatan hidrotermal akibat adanya

intrusi mikrodiorit/andesit berupa retas

yang menerobos batuan tufa-tufa breksi

dan metabatupasir. Mineralisasi berupa

urat polimetalik dicirikan oleh hadirnya

mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit dan

magnetit yang mengisi rekahan maupun

dalam bentuk impregnation pada batuan

tufa–tufa breksi dan metabatupasir yang

tersilifikasi (Gambar 5).

Gambar 5. Float batuan tufa terubah

dengan mineralisasi pirit/arsenopirit,

kalkopirit tipe impregnation di Sungai

Bangik (KPH/15MN/43F)

Sedangkan pada zona mineralisasi

Sungai Keliyat diduga berupa tipe urat

halus yang dicirikan oleh hadirnya mineral

pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada

metabatupasir tersilisifikasi sebagaimana

ditemukan di Sungai Biu (Gambar 6) .

Gambar 6. Float batuan metasedimen

tersilisifikasikan dengan urat urat halus

pirit/arsenopirit di Sungai Biu bagian hulu

Sungai Keliyat (KPH/15MN/56F1)

HASIL DAN ANALISIS

Hasil analisis petrografi dengan

pengamatan mikroskopis terhadap batuan

mikrodiorit dari Sungai Emplui

(KPH/15MN/58R) menunjukkan tekstur

holokristalin equigranular, berbutir halus

hingga berukuran 1 mm, bentuk anhedral-

euhedral, disusun oleh plagioklas (sebagai

penyusun utama batuan), amfibol dan

mineral opak. Sebagian terdapat mineral

klorit sekunder dan epidot ubahan dari

amphibol (Gambar 7).

Dari hasil pemeriksaan mineragrafi

terhadap conto batuan termineralisasi

sulfida dengan tipe impregnation

(KPH/15MN/43F) yang terdapat di Sungai

Bangik menunjukkan mineral logam yang

teridentifikasi adalah pirit dan hydrous iron

oxide dengan kandungan 20 ppm Cu, 31

ppm Pb, 56 ppm Zn, 1675 ppm Mn dan 17

ppb Au (Gambar 8). Adapun peragenesa

mineral tersebut sebagai berikut :

Paragenesa:

Pirit Hidrous Iron Oxide

Komposisi (% volume)

Pirit (0,5) Hydrous Iron Oxide (1)

Sedangkan dari hasil pemeriksaan

mineragrafi terhadap conto batuan

termineralisasi sulfida berupa pengisian

rekahan ( KPH/15MN/56F1) yang

Page 5: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

terdapat di Sungai Biu dari DAS Sungai

Keliyat menunjukkan mineral logam

yang teridentifikasi adalah pirit, sphalerit

dan kalkopirit dengan kandungan 109

ppm Cu, 50 ppm Pb, 150 ppm Zn, 2418

ppm Mn dan 7 ppb. (Gambar 9a dan

Gambar 9b). Sedangkan paragenesa

mineral tersebut sebagai berikut :

Paragenesa:

Pirit

Sphalerit

Kalkopirit

Hydrous Iron Oxide

Komposisi (% volume):

Pirit (7), Sphalerit (trace), Kalkopirit

(trace), Hydrous Iron Oxide (1)

Gambar 9a. Fotomikrograf sayatan poles

pirit dan sphalerit yang nampak tumbuh

bersama dengan kalkopirit

(KPH/15MN/56F1)

Gambar 9b. Fotomikrograf sayatan poles

pirit dan kalkopirit dalam massa batuan

(KPH/15MN/56F1)

Dari hasil pendulangan konsentrat

mineral berat di Sungai Keliyat hulu seperti

di Sungai Pauh yang merupakan anak

Sungai Keliyat cabang kiri teramati satu

butiran emas berkuran CC ( nugget), agak

membulat, masif dengan mineral tambahan

dominan magnetit dan zirkon sebagaimana

yang ditemukan pada lokasi conto nomor

KPH/15MN/54P (Gambar 10).

Gambar 10. Emas, kuning metalik,

permukaan kasar, berukuran VCC

(nugget) perbesaran 42.5x conto

KPH/15MN/54P), lokasi Sungai Pauh DAS

Keliyat

Dalam pengolahan data hasil uji

laboratorium conto sedimen sungai aktif

dan plotting dalam peta sebaran dibagi dua

berdasarkan perbedaan daerah aliran

sungai (DAS), yaitu DAS Bangik dan DAS

Keliyat. Analisis statistik deskriptif terhadap

nilai unsur dari conto sedimen sungai aktif

berupa mean, standar deviasi, jumlah

conto, nilai minimal, nilai maksimal dan

tingkat kepercayaan. Setiap conto

dianalisis sebanyak 12 unsur logam yaitu:

Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, As, Sb, Hg, Li

dan Rb dengan satuan kadar ppm kecuali

Au dan Hg dalam ppb serta Fe (%). Hasil

pengujian laboratorium untuk 23 conto dari

DAS Bangik dan 21 conto dari DAS Keliyat

diolah menggunakan statistik yang

disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 dan

korelasi antar unsur disajikan pada Tabel 3

dan Tabel 4.

Penentuan besarnya anomali unsur

kimia dibuat menjadi empat kelas yaitu :

Page 6: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Kelas-1 nilai minimum s.d. mean

Kelas-2 mean s.d. mean + Standar

deviasi

Kelas-3 mean + Standar deviasi s.d.

mean + 2 Standar deviasi

Kelas-4 mean + 2 Standar deviasi s.d.

nilai maksimum.

Penggambaran peta sebaran unsur

dibuat berdasarkan kelas yang ada dengan

perbedaan besarnya lingkaran padat pada

setiap titik-titik lokasi. Hasil proses

pengolahan data tersebut ditampilkan

dalam peta yang menunjukkan penyebaran

unsur. Untuk unsur Au DAS Bangik dan Au

DAS Keliyat diperlihatkan masing- masing

pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Sedangkan hasil analisis conto batuan dan

tanah tidak dilakukan pengolahan data

statistik sebagaimana conto pada sedimen

sungai aktif, tetapi hanya dilakukan plotting

langsung dalam peta (Gambar 13 dan

Gambar 14).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis kimia

terhadap 23 conto sedimen sungai aktif

DAS Bangik dan 21 conto DAS Keliyat,

maka karakteristik kandungan unsur Au

adalah sebagai berikut:

Unsur Au DAS Bangik kadarnya

berkisar antara 2 ppb - 821 ppb dengan

nilai mean 51,74 ppb Au . Hasil paling

tinggi terdapat pada conto

KPH/15MN/34SS dengan koordinat lokasi

(112.483; 0.33203). Lokasi tersebut di

Sungai Jolik menempati satuan batuan

pasir arkose. Sebaran unsur Au dalam

conto sedimen sungai aktif terlihat pada

Gambar 11. Hanya satu conto

menunjukkan anomali Au sebesar 821 ppb.

Sedangkan unsur Au DAS Keliyat

kadarnya berkisar antara 1 ppb - 45 ppb

dengan nilai mean 7,81 ppb . Hasil paling

tinggi terdapat pada conto

KPH/15MN/12SS dengan koordinat lokasi

(112.496; 0.299612). Lokasi tersebut di

Sungai Mpaung menempati satuan batuan

lempung serpih. Sebaran unsur Au dalam

conto sedimen sungai aktif terlihat pada

Gambar 12. Total 2 conto menunjukkan

anomali Au berkisar antara 32 ppb s.d 45

ppb.

Korelasi antar unsur berdasarkan

hasil analisis kimia conto endapan sungai

aktif antara unsur Au, As dan Sb di DAS

Bangik menunjukkan hubungan positif

dengan nilai 0,28-0,31 sedangkan di DAS

Keliyat dominan antara Au dan As nilai

korelasi 0,33. Angka korelasi tersebut di

atas dapat dijadikan sebagai dasar

perkiraan bahwa keterjadian emas di

daerah penyelidikan termasuk kategori

suhu rendah yang berasosiasi dengan

arsenopirit

Larutan sisa hidrotermal intrusi

mikrodiorit/andesit telah menyebabkan

terjadi ubahan dan mineralisasi. Ubahan

yang terbentuk berupa kloritisasi,

silisifikasi dan argilitisasi dengan mineral

pirit, kalkopirit dan sphalerit sebagaimana

yang diperoleh dari hasil analisis

mineragrafi.

Zona mineralisasi Sungai Bangik

berhubungan dengan kegiatan hidrotermal

akibat adanya intrusi batuan

mikrodiorit/andesit berupa retas yang

menerobos batuan tufa-tufa breksi dan

metabatupasir. Mineralisasi dicirikan oleh

hadirnya mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit

dan magnetit yang mengisi rekahan

maupun dalam bentuk impregnation pada

batuan tufa–tufa breksi dan metabatupasir.

Pada bagian lain di Sungai Jolik dari conto

sedimen sungai aktif terdapat anomali

unsur Au dan Hg serta As. Dari konsentrat

dulang juga teramati adanya butiran emas

berukuran FC-MC, sinabar, garnet dan

korundum. Sistim pembentukan

mineralisasi di daerah ini diperkirakan

akibat dari aktifitas hidrothermal dari intrusi

mikrodiorit/andesit yang dikontrol oleh

struktur sesar menerobos batuan tufa-tufa

breksi dan metabatupasir. Cebakan yang

terbentuk merupakan tipe urat epithermal

yang mengandung emas berasosiasi

dengan logam dasar atau disebut juga

Page 7: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

sebagai urat polimetalik. Selain itu dari

proses kontak intrusi tersebut terhadap

batuan karbonatan dapat pula

menyebabkan terbentuknya cebakan skarn

dan kontak metasomatik sehingga

menghasilkan mineral garnet dan

korundum.

Zona mineralisasi Sungai Keliyat

umumnya dicirikan oleh hadirnya mineral

pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada

metabatupasir tersilisifikasi. Selain itu

dibeberapa tempat juga ditemukan

mineralisasi berasosiasi dengan kuarsa

dan epidot. Dari hasil pendulangan di

daerah ini terdapat beberapa butir emas

berukuran VFC - MC dan kaya mineral

piroksin/amphibol serta sedikit zirkon dan

garnet. Sistim pembentukan mineralisasi di

daerah ini diperkirakan relatif lebih

dominan berhubungan erat dengan adanya

proses tekanan yang sangat tinggi yang

kemungkinan dikontrol oleh struktur sesar

daripada berhubungan dengan aktifitas

hidrothermal.

KESIMPULAN dan SARAN

Pembentukan mineralisasi emas di

daerah penyelidikan diperkirakan termasuk

dalam lingkungan temperatur rendah

dengan indikator korelasi Au dengan unsur

As, Sb positif. Anomali unsur Au baik di

DAS Bangik maupun DAS Keliyat

menempati daerah Satuan Batuan Tufa-

Tufa Breksi.

Mineralisasi tipe urat epithermal

(urat polimetalik) terdapat di Sungai Bangik

yang dicirikan oleh mineral pirit,

arsenopirit, kalkopirit sebagai pengisi

rekahan yang berasosiasi dengan kuarsa

maupun dalam masa batuan. Selain itu

diperkirakan mineralisasi juga

berhubungan dengan kontak metasomatis

dan skarn. Tipe mineralisasi di Sungai

Keliyat dicirikan oleh mineral pirit dan

arsenopirit yang mengisi rekahan

berasosiasi dengan kuarsa dan epidot

pada batuan metabatupasir diperkirakan

akibat adanya proses tekanan yang tinggi

dan dikontrol oleh sesar.

Disarankan melakukan kegiatan

eksplorasi rinci di daerah hulu Sungai

Bangik dan hulu Sungai Keliyat terutama

Sungai Biu untuk menemukan singkapan

urat kuasa sebagai tempat kedudukan

cebakan emas primer yang berasosiasi

dengan logam dasar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima

kasih kepada Koordinator Kelompok

Penelitian Mineral dan tim editor yang

telah memberikan saran dan koreksinya

terhadap makalah ini sehingga dapat

diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap A.M., Gaol S.L., Karno, 1976, Laporan Prospeksi Pendahuluan Endapan Sinabar di

Daerah Aliran Sungai Bunut Kabupaten Kapuas Hulu, Direktorat Geologi, Bandung.

Herman Danny Z. dkk, 2006, Evaluasi Sumber Daya Cadangan Bahan Galian Untuk

Pertambangan Sekala Kecil di Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber

Daya Geologi.

Pieters, P.E., Surono dan Y. Noya, T.O., 1993, Peta Geologi Lembar Putussibau, Kalimantan,

sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Zeijlmans van Emmichoven, C.P.A., 1939. The Geology of Central and Eastern part of the

Western Division of Borneo. In : Haile, N.S. (Editor), 1955. Geological Accounts of West

Borneo translated from the Dutch. Geological Survey Department, British Territories in

Borneo, Bulletin 2, 159-272.

Page 8: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Gambar 7. Fotomikrograf Mikro Diorit Disusun Oleh Plagioklas (C,2), (D,-4) Dominan

Sebagai Penyusun Batuan, Amfibol (I,4), Sebagai Relik Sudah Terubah Kuat Menjadi Klorit

dan Sedikit Epidot. Mineral Opak (G,2), Diinterpretasikan Pirit (KPH/15MN/58R).

Gambar 8. Fotomikrograf Sayatan Poles Pirit Dalam (KPH/15MN/43F MASSA batuan

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan

Page 9: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Gambar 4. Peta Ubahan dan Mineralisasi Daerah Penyelidikan

Gambar 11. Anomali Unsur Au DAS Bangik

Page 10: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Gambar 12. Anomali Unsur Au DAS Keliyat

Gambar 13. Hasil Analisis Kimia Unsur Conto Batuan dan Tanah DAS Bangik

Page 11: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Ga

mb

ar

14.

Ha

sil

An

alis

is K

imia

Unsu

r C

onto

Ba

tua

n d

an T

an

ah

DA

S K

eliy

at

Page 12: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Tab

el

1.

Ra

ng

kum

an S

tatistik S

ederh

an

a D

ari H

asil

An

alis

is C

onto

Se

dim

en S

ung

ai A

ktif D

AS

Ba

ng

ik

Tab

el

2.

Ra

ng

kum

an S

tatistik S

ederh

an

a D

ari H

asil

An

alis

is C

onto

Se

dim

en S

ung

ai A

ktif D

AS

Ke

liya

t

Descri

pti

ve

Cu

_p

pm

Pb

_p

pm

Zn

_p

pm

Mn

_p

pm

Ag

_p

pm

Li_

pp

mF

e_%

Au

_p

pb

Rb

_p

pm

As_p

pm

Sb

_p

pm

Hg

_p

pb

Mean

21.5

229.7

095.8

3764.0

01.7

315.6

53.9

251.7

455.2

66.8

710.2

662.2

2

Sta

ndard

Err

or

1.1

61.1

44.2

9113.8

10.1

30.8

60.4

735.5

312.6

01.1

90.9

18.6

0

Media

n22

29

93

562

1.5

16

3.5

36

44

410

48

Mode

15

29

93

854

1.4

16

2.2

24

35

410

33

Sta

ndard

Devia

tion

5.5

65.4

720.5

9545.8

20.6

14.1

32.2

5170.4

160.4

15.6

84.3

641.2

5

Sam

ple

Variance

30.9

029.9

5423.8

8297919.9

10.3

817.0

65.0

629041.1

13649.8

432.3

019.0

21701.2

7

Kurt

osis

-0.8

16.4

32.5

66.8

97.0

40.9

76.2

221.3

620.6

62.4

51.0

44.7

0

Skew

ness

-0.1

22.0

71.3

82.7

02.5

3-0

.31

2.3

64.5

74.4

41.5

80.1

32.0

2

Range

20

27

88

2203

2.7

19

9.7

1819

307

24

20

181

Min

imum

12

22

70

352

1.2

61.9

72

19

00

18

Maxim

um

32

49

158

2555

3.9

25

11.6

8821

326

24

20

199

Sum

495

683

2204

17572

39.8

360

90.0

81190

1271

158

236

1431

Count

23

23

23

23

23

23

23

23

23

23

23

23

Confidence L

evel(95.0

%)

2.4

02.3

78.9

0236.0

30.2

71.7

90.9

773.6

926.1

22.4

61.8

917.8

4

Descriptive

Cu_ppm

Pb_ppm

Zn_ppm

Mn_ppm

Ag_ppm

Li_

ppm

Fe_%

Au_ppb

Rb_ppm

As_ppm

Sb_ppm

Hg_ppb

Mean

20.9

027.2

978.3

8473.2

41.6

220.0

03.1

97.8

159.3

82.5

79.7

1650.4

8

Sta

ndard

Err

or

1.1

60.8

23.3

037.6

60.2

00.8

70.2

62.5

95.3

50.4

60.8

9548.4

3

Media

n21

27

77

449

1.4

21

2.9

93

49

210

57

Mode

16

27

86

#N

/A1.4

21

3.2

23

49

410

53

Sta

ndard

Devia

tion

5.3

23.7

715.1

0172.5

70.9

03.9

71.2

011.8

624.5

02.1

14.0

82513.2

1

Sam

ple

Variance

28.2

914.2

1228.0

529779.3

90.8

215.8

01.4

5140.6

6600.2

54.4

616.6

16316230.8

6

Kurt

osis

0.1

60.7

00.3

8-0

.53

17.2

3-0

.04

8.4

34.8

1-1

.25

0.4

72.4

820.8

3

Skew

ness

0.7

0-0

.59

0.6

10.3

04.0

1-0

.39

2.4

52.3

60.4

40.4

9-0

.11

4.5

6

Range

20

16

59

644

4.3

16

5.7

244

75

820

11581

Min

imum

13

18

56

207

1.1

11

1.8

21

30

00

19

Maxim

um

33

34

115

851

5.4

27

7.5

445

105

820

11600

Sum

439

573

1646

9938

34

420

66.9

1164

1247

54

204

13660

Count

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

Confidence L

evel(95.0

%)

2.4

21.7

26.8

778.5

50.4

11.8

10.5

55.4

011.1

50.9

61.8

61144.0

0

Page 13: EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04. Proseding Kapuas... · cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto

Tab

el

3.

Kore

lasi A

nta

r U

nsur

Co

nto

En

da

pa

n S

ung

ai A

ktif

Dari D

AS

Ban

gik

Tab

el

4.

Kore

lasi A

nta

r U

nsur

Co

nto

En

da

pa

n S

ung

ai A

ktif

dari D

AS

Ke

liya

t

Cu

_p

pm

Pb

_p

pm

Zn

_p

pm

Mn

_p

pm

Ag

_p

pm

Li_

pp

mF

e_%

Au

_p

pb

Rb

_p

pm

As_p

pm

Sb

_p

pm

Hg

_p

pb

Cu_ppm

1

Pb_ppm

-0.4

637

1

Zn_ppm

-0.3

09

0.5

5423

1

Mn_ppm

-0.4

537

0.8

1795

0.6

6833

1

Ag_ppm

-0.4

027

0.8

3138

0.7

2793

0.9

2177

1

Li_

ppm

0.2

3004

-0.5

298

-0.2

739

-0.7

071

-0.5

723

1

Fe_%

-0.4

328

0.8

4834

0.7

1706

0.9

3679

0.9

4363

-0.6

52

1

Au_ppb

0.3

2439

-0.0

317

-0.2

227

-0.1

302

-0.1

971

0.0

6297

-0.1

931

1

Rb_ppm

0.1

2465

-0.1

671

-0.0

721

-0.1

123

-0.2

161

0.0

6761

-0.2

002

-0.0

219

1

As_ppm

0.2

3534

-0.0

233

-0.2

589

-0.1

821

-0.3

931

0.0

4833

-0.2

871

0.3

0549

0.2

7705

1

Sb_ppm

0.1

2163

-0.1

489

-0.2

166

-0.1

08

-0.2

626

0.1

7183

-0.2

334

0.2

8645

0.1

9899

0.2

8385

1

Hg_ppb

0.0

2506

-0.2

496

0.2

6104

-0.0

901

-0.1

861

0.1

3736

-0.0

671

-0.1

016

0.2

0619

0.1

9384

0.1

4497

1

Cu_ppm

Pb_ppm

Zn_ppm

Mn_ppm

Ag_ppm

Li_ppm

Fe_%

Au_ppb

Rb_ppm

As_ppm

Sb_ppm

Hg_ppb

Cu_ppm

1

Pb_ppm

0.313096

1

Zn_ppm

0.567569

0.301851

1

Mn_ppm

0.625991

0.161738

0.317503

1

Ag_ppm

0.250058

0.219925

0.22001

0.054444

1

Li_ppm

-0.31927

-0.01001

0.065805

-0.22021

-0.30345

1

Fe_%

0.71395

0.361453

0.453202

0.710577

0.260614

-0.49999

1

Au_ppb

0.101153

0.120925

-0.04899

-0.07437

0.025081

-0.03182

0.067452

1

Rb_ppm

-0.38225

0.237478

0.106891

-0.47191

-0.2709

0.439491

-0.40205

-0.11623

1

As_ppm

0.120858

0.192041

0.090065

-0.13571

0.591549

-0.08341

-0.03454

0.32806

0.007181

1

Sb_ppm

-0.15123

-0.2905

-0.09481

-0.17292

-0.15727

0.253055

-0.17636

-0.40249

-0.05343

-0.42166

1

Hg_ppb

-0.22451

-0.01656

-0.07294

0.162906

-0.08781

0.128166

-0.13863

-0.08919

0.003217

-0.2955

-0.09527

1