eksistensi indo’ botting di kota parepare : suatu studi...

104
Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi Antropologi SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Oleh : Evi Syarifira E511 12 274 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: ngoxuyen

Post on 20-Mar-2019

273 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare :

Suatu Studi Antropologi

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

Oleh :

Evi Syarifira

E511 12 274

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,
Page 3: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,
Page 4: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

iii

ABSTRAK

Evi Syarifira, Eksistensi Indo’Botting Di Kota Parepare : Suatu Studi Antropologi

(dibimbing oleh Mahmud Tang dan Muhammad Basir)

Upacara Perkawinan merupakan suatu penyelenggaraan kegiatan yang bersifat

sakral dan penting khususnya pada masyarakat Bugis. Pelibatan berbagai pihak

akan berperan penting dalam upacara perkawinan Bugis, khususnya “indo’botting”.

Secara umum indo’botting berperan sebagai perias untuk pengantin wanita dan

membantu segela keperluan dari setiap tahapan upacara perkawinan. Seiring

berkembangnya zaman, perlahan peran indo’botting mulai bergeser dengan adanya

Wedding Organizer (WO) dan Make Up Artist (MUA). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe desktiptif

dan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder serta

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni wawancara, observasi, dan

studi literatur dengan fokus penelitian yaitu (1) Bagaimana status dan peran indo’

botting dalam acara perkawinan? (2) Bagaimana strategi indo’ botting dalam

mempertahankan usahanya di Kota Parepare ?

Secara umum Indo’botting memiliki peran aktif dalam seluruh rangkaian

upacara perkawinan Bugis seperti, mappetuada, mattale undangan, dio majang,

mappacci dan lain-lain. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa indo’boting

tetap diminati oleh masyarakat bugis sebagai aspek penting dalam penyelenggaran

upacara perkawinan.

Kata kunci : upacara, perkawinan Bugis, indo’botting

Page 5: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

iv

Abstract

Evi Syarifira, The Existence of Indo'Botting In the City of Parepare: An Anthropological Study, (Supervised by Mahmud Tang and Muhammad Basir)

Marriage ceremony is a sacred and important activity, especially for Bugis society. The involvement of various parties will play an important role in the Bugis’s marriage ceremony, especially ‘indo’ botting’. In general, indo botting has a role to help the make up for the brides and all the needs of each phase of marriage ceremony. As the times pass by, the role of indo’ botting begin to switch off by the Wedding Organizer (WO) and Make Up Artist (MUA) This research use qualitative method with descriptive type and use two kind of data: primary and secondary, and use a few data collection method: interview, observation, and literature review with focus research: (1) how the status and the role of indo botting in marriage ceremony? (2) how is the strategy of indo botting to preserve their business in Kota Pare-Pare? Generally, indo botting has an active role in entire phase of Bugis marriage ceremony, such as: mappettuada, mattale undangan, dio majeng, mappacci,etc. the result of this research has shown that Bugis society still interest toward indo botting as an important aspect in organizing Bugis marriage ceremony.

Key words: ceremony, Bugis marriage, indo botting.

Page 6: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas berkat rahmat dan

hidayah Allah SWT penyusunan skripsi dengan judul “Eksistensi

Indo’Botting di Kota Parepare : Suatu Studi Antropologi” dapat

diselesaikan. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis membaginya kedalam 6

bab utama, bab awal (BAB I dan BAB II) berisikan mengenai landasan

awal melakukan penelitian hingga ke tinjauan konseptual skripsi, bab

selanjutnya (BAB III) berisikan metode yang digunakan dalam penelitian,

(BAB IV dan BAB V) berisikan penjabaran data yang penulis peroleh dari

hasil penelitian yang dilakukan mulai dari gambaran umum Kota Parepare

serta sarana umum yang digunakan untuk pesta perkawinan, dan penjabaran

hasil penelitian mengenai Peranan indo’botting dalam upacara perkawinan,

pada bab terakhir (BAB VI) berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sebuah saran

dari semua pihak yang dapat membangun, tak lupa juga penulis

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Mahmud Tang, MA sebagai

Pembimbing I dan Dr. Basir Said, MA sebagai Pembimbing II yang telah

tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu mengawal

dari awal penelitian hingga penulisan skripsi ini, penulis mengucapakan

banyak terima kasih.

Makassar, 18 Januari 2018

EVI SYARIFIRA

Page 7: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan Shalawat

kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam jalan

yang senantiasa diberkati Allah SWT.

Skripsi yang berjudul “EKSISTENSI INDO’BOTTING DI KOTA

PAREPARE : SUATU STUDI ANTROPOLOGI” merupakan salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas

dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya

mengucapkan penghargaan setinggi- tingginya kepada seluruh pihak yang

telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penulisan

skripsi.

Pertama-tama ucapan terima kasih kepada orang tua saya Syarifuddin

dan Hj. Bahriah Bambi atas dorongan dan doanya yang tidak pernah putus

dan telah meringankan langkah penulis untuk menghadapi segala kesulitan

yang menghadang serta motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat

dan bersemangat dalam menyelesaikan studi dan kepada kakek saya P.

Rappung saya yang memberikan dukungan baik itu moral maupun material

dalam rangka penyelesaian studi ini serta keluarga besar yang banyak

memberi motivasi kepada penulis. Tak lupa pula penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas

Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi pada program Strata-1 (S1)

Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, beserta seluruh staf.

Page 8: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

vii

3. Prof. Dr. Supriadi Hamdat, MA selaku Ketua Departeman Antropologi

Universitas Hasanuddin

4. Prof. Dr. Mahmud Tang, MA selaku pembimbing I (pertama) penulis

yang senantiasa meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya guna

memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya

tulisan ini.

5. Dr. Muhammad Basir, MA selaku Pembimbing II (Kedua) yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan saran mulai dari proses

penyusunan proposal penelitian hingga pada proses penulisan hasil

penelitian.

6. Dr. Yahya, MA selaku Penasehat Akademik yang juga banyak

memberi saran kepada penulis.

7. Kepada ketiga penguji saya (1) Prof. Dr. M. Yamin, Sani, MS. (2) Dr.

Yahya, MA dan (3) Muhammad Neil, S.Sos., M.Si yang telah banyak

memberikan saran, krtitik dan arahan dari awal penelitian guna

menuntun penulis untuk melakukan penelitian hingga penulisan

skripsi.

8. Prof. Dr. Hamka, MA., Prof. Dr. Ilmi Idrus, Ph.D., Prof. Dr. Pawennari,

MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS., Dra. Nurhadelia,

M.Si., Dr. Safriadi, S.IP, M.Si., Dr. Tasrifin Tahara, M.Si,. Icha

Musywirah Hamka, M.Si., Ahmad Ismail, S.Sos, M.Si., Hardianti

Page 9: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

viii

Munsi, S.Sos, M.Si. selaku Dosen Deprtemen Antropologi yang telah

memberikan ilmu dengan tulus dan ikhlas kepada penulis.

9. Staf pegawai di Departemen Antropologi Sosial bapak Idris, Ibu Ima,

dan bapak Yunus.

10. Roni Paulus, Ramlan Bahar, A.M.Yusuf, Jayana Suryana Kembara, A.

Cipta Surya, Irfan Sakkir, Ari Suryansyah, Muh. Kamil Jafar N

Muhammad Aris, Heru Priyanto, Bayu Andika Putra, Ardi, Sudirman,

Adi Kusuma Putra, Andi Iqbal, Anwar, Amiluddin, Hutomo yang telah

meluangkan waktu untuk mendengar celotehan penulis berkenaan

dengan penelitian ini serta membantu penulis dalam proses penulisan.

11. Seluruh Informan yang telah bersedia meluangkan waktunya di

tengah-tengah kesibukan aktivitas kesehariannya.

12. Adinda Enan Winandar, Egi Nugrini, dan Elmi Amalia atas senyum dan

keceriaannya menyambut penulis ketika kembali ke rumah.

13. Seluruh mahasiswa Jurusan Antropologi angkatan 2012 khususnya

Wahyunis, Nurul Fatimah Azzahrah, A. Sarny A. Gasli, A. Tri Purnama

Sari, Usry, Fitria Ismail, Muh. Hasrul Majid yang telah memotivasi

penulis serta meluangkan waktu untuk menyumbangkan idenya dalam

penulisan Skripsi ini.

14. Seluruh Kerabat HUMAN FISIP UNHAS khususnya Fardian Anwar

Ibrahim, Efriaty, Astina, A. Khairimagfirah, Asbudi, Diman, Ardan,

Page 10: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

ix

Masli, Imam yang telah memotivasi dan menghibur penulis dalam

penulisan Skripsi ini.

15. Himpunan Mahasiswa Antropologi (HUMAN) FISIP UNHAS yang telah

menjadi wadah penulis merasakan pahit manisnya organisasi

kemahasiswaan dan pula menjadi tempat belajar sembari bergaul.

16. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah

membalas kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada

kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran kepada penulis

sangatlah dihargai demi penyempurnaan penulisan serupa di masa yang

akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, 18 Januari 2018

EVI SYARIFIRA

Page 11: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

x

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................. ii

Abstrak ..................................................................................................... iii

Abstrak ..................................................................................................... iv

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Ucapan Terimakasih ................................................................................. vi

Daftar Isi .................................................................................................... x

Daftar Gambar .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................1

B. Fokus Penelitian .........................................................................5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitia Sebelumnya .................................................................6

B. Konsep Perkawinan Bugis ....................................................... 12

C. Konsep Status dan Peran ........................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian ......................................................... 20

B. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 20

C. Teknik Penentuan Informan ..................................................... 21

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 26

1. Wancara ............................................................................. 26

2. Observasi ........................................................................... 28

3. Studi Literatur ..................................................................... 29

4. Teknik Analisis Data ........................................................... 29

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 30

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Letak Geografis ........................................................................ 31

B. Sejarah Kota Parepare ............................................................. 31

C. Gedung Perkawinan Di Kota Parepare .................................... 35

D. Prosesi Perkawinan ................................................................. 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Indo’botting Dalam Acara Perkawinan Bugis ............................ 46

Page 12: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

xi

1. Mappettuada ....................................................................... 58

2. Mattale Undangeng (Menyebar Undangan) ........................ 61

3. Dio Majang (Mandi Mayang) ............................................... 62

4. Wenni Mappacci ................................................................. 65

5. Esso Menre Boting ............................................................. 66

6. Resepsi Perkawinan ........................................................... 67

B. Strategi Indo’Botting Dalam Pengembngan Usaha ................... 70

1. Media Sosial (Instagram Dan Facebook Sebagai Media

Promosi Indo’botting ............................................................ 74

2. Variasi Perlengkapan Pengantin (Tradisional - Moderen) ... 77

3. Harga Sewa Jasa Indo’botting ............................................. 79

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 85

B. Saran .......................................................................................... 87

C. Daftar Pustaka ............................................................................. 88

Page 13: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar V. 1 Gedung Islamic Center ...................................................... 36

Gambar IV. 2 Gedung Baruga Pratistha ................................................ 37

Gambar IV. 3 Hotel Grand Kartika .......................................................... 38

Gambar IV. 4 : Hotel Delima Sari ............................................................ 39

Gambar V. 5 Alat makeup yang digunakan untuk mendandani pengantin

perempuan .............................................................................................. 49

Gambar V. 6 Potto botting (gelang pengantin) modern ........................... 50

Gambar V. 7 Pinang Goyang .................................................................. 50

Gambar V. 8 Anting-anting ..................................................................... 50

Gambar V. 9 Rante Botting (kalung pengantin) ....................................... 50

Gambar V. 10 Kutu-kutu ......................................................................... 51

Gambar V. 11 Simpolong Tettong ........................................................... 51

Gambar V. 12 Pantteppo ......................................................................... 51

Gambar V. 13 Lamming (pelaminan) yang akan digunakan untuk prosesi

mappacci ................................................................................................. 54

Gambar V. 14 Dekorasi kamar pengantin ................................................ 55

Gambar V. 15 Contoh riasan dan pakaian pada prosesi mappettuada .... 61

Gambar V. 16 Tabere yang digunakan pada saat mappettuada .............. 61

Gambar V. 17 Contoh bosara pada saat mappettuada ............................ 61

Gambar V. 18 Dio majang yang dipimpin oleh indo’botting ...................... 63

Gambar V. 19 Bosara yang digunakan mulai esso turung sampai setelah

akad nikah ............................................................................................... 64

Gambar V. 20 Indo’ Botting pada saat upacara mappacci ...................... 65

Gambar V. 21 Indo’botting ketika menjaga pengantin perempuan dalam

proses mappasikarawa ............................................................................ 67

Gambar V. 22 hasil make up dan pakaian yang digunakan pada saat

resepsi perkawinan .................................................................................. 68

Gambar V. 23 Lamming saat resepsi perkawinan .................................... 69

Gambar V. 24 Tabere untuk resepsi perkawinan ..................................... 69

Page 14: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

xiii

Gambar V. 25 Baju Pengantin moderen yang dipadukan dengan sarung

yang terbuat dari kain menyerupai sari India ........................................... 79

Page 15: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

1

BAB I

PENDAHULIAN

A. LATAR BELAKANG

Upacara perkawinan pada suku Bugis sering kali diselenggarakan

secara meriah, sehingga upacara perkawinan merupakan upacara paling

meriah dibanding upacara-upacara lainnya yang ada dikehidupan

masyarakat Bugis. Apalagi jika upacara perkawinan diselenggarakan oleh

orang-orang dari kalangan bangsawan, maka upacara tersebut harus

dipersiapkan semaksimal mungkin oleh tokoh adat, tokoh masyarakat, dan

bahkan partisipasi dari kelompok masyarakat tertentu agar upacara dapat

terlaksana dengan baik dan dapat memuaskan semua pihak yang terlibat

dalam upacara perkawinan tersebut (Sani, 2010 : 33)

Dalam pesta perkawinan orang Bugis memiliki dua tahap. Tahap

yang pertama adalah acara perkawinan (ma’pabotting atau menre’ botting

atau ‘naiknya mempelai’) yang dilaksanakan di rumah mempelai

perempuan tanpa dihadiri kedua orang tua mempelai laki-laki. Tahapan

kedua adalah ma’parola yaitu membawa pengantin pengantin perempuan

ke rumah orang tuanya (Pelras, 2006:181-182).

Sebelum kedua tahapan diatas dilakukan, terlebih dahulu diadakan

persiapan (tahapan awal) rangkaian kegiatan acara perkawinan, para

kerabat keluarga dan tetangga akan bersama-sama mempersiapkannya.

Para keluarga dan tetangga mempersiapkan beberapa atribut atau

perlengkapan perkawinan yang akan dilaksanakan seperti pembuatan

Page 16: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

2

walasuji yaitu kegiatan dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan

membuat anyaman bambu yang dibentuk khusus dalam upacara

perkawinan Bugis. Selain walasuji, salah satu kegiatan lainnya adalah

massarapo yang berarti membuat ruangan khusus untuk kerabat, keluarga

dan tetangga yang akan datang membantu dalam membuat makanan

yang akan disajikan. Sebelum pesta perkawinan akan di lakukan kegiatan

seperti ma’barasanji atau ritual khusus yang bernuansa Islami dalam

upacara perkawinan, ada banyak pihak yang berperan, salah satu yang

paling penting adalah seorang “indo’botting” yang secara harfiah berarti

inang pengantin (Pelras, 2006:183). Dalam perkawinan Bugis, peran

indo’botting yaitu merias pengantin wanita, memandu pengantin wanita

menuju pelaminan serta yang paling penting adalah pengetahuan

tradisional mengenai proses dalam merias pengantin agar pengantin

dapat memancarkan aura kecantikannya. Akan tetapi dalam

perkembangan zaman yang modern ini, perlahan peran indo’botting mulai

bergeser dengan adanya Wedding Organizer (WO) dan Make Up Artist

(MUA).

WO merupakan suatu bidang pekerjaan di sektor jasa khusus pada

bidang organisir acara-acara tertentu seperti, organisir acara, seminar,

event dan pesiapan acara perkawinan yang secara pribadi membantu

calon pengantin serta keluarga dalam perencanaan atau supervisi

pelaksanaan rangkaian acara pesta perkawinan sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan. WO Yang kini mulai digunakan jasanya dikalangan

Page 17: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

3

masyarakat-masyarakat sosialita yang buming dalam media sosial dan

media internet untuk mempersiapkan acara perkawinan.

WO juga memberikan informasi mengenai berbagai macam hal yang

berhubungan dengan acara perkawinan, serta memfasilitasi, negosiasi,

dan koordinasi dengan pihak gedung/hotel dan supplier/vendor seperti

catering, dekorasi, fotografer, perias, grup musik, dan lain-lain, dan juga

mempunyai konsep acara perkawinan yang lebih medern seperti yang

banyak digunakan di kota-kota besar. WO dikenal oleh masyarakat Bugis

lewat media sosial dan media internet yang banyak digunakan oleh

masyarakat di ibu kota Sulawesi Selatan (Kota Makassar) hingga ke ibu

kota kabupaten-kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, salah satunya

yang ada di kota Parepare.

Sedangkan MUA dikenal oleh masyarakat Bugis lewat jasa-jasa

tempat kursus make up artist yang banyak bertebaran di ibu kota Sulawesi

Selatan (Kota Makassar) hingga ke ibu kota kabupaten-kabupaten yang

ada di Sulawesi Selatan. Salah satunya yang ada di Kota Parepare.

MUA juga memiliki keahlian dalam memaksimalkan penampilan

wajah, dengan menggunakan sisi gelap terang dari paduan warna yang

dilukis di wajah seorang calon pengantin dan juga menyiapkan pakaian

yang lebih modern.

Selain yang ada di atas, terdapat pula pengetahuan mendasar

indo’botting yang didapatkan secara turun-temurun dari pendahulunya

seperti, dekorasi kamar pengantin, dekorasi gedung resepsi, atau dalam

Page 18: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

4

bahasa Bugis dikenal dengan istilah “Ma’gattung Lamming” yang berarti

hiasan yang digunakan oleh masyarakat Bugis yang terbuat dari kain

bludru yang dihiasi dengan manik manik yang dijahit tangan dengan

membentuk sebuah pola atau gambar-gambar seperti ayam merak dan

bunga panreng yang disimbolkan dengan kecantikan dan kesejahteraan,

serta, keahlian indo’botting dalam memaksimalkan penampilan wajah,

dengan menggunakan sisi gelap terang dari paduan warna yang dilukis di

wajah seorang calon pengantin serta adanya pengetahuan magis yang

dikenal dengan penanaman susuk pada wajah mempelai wanita, atau

lebih dikenal dengan cenning’rara dalam masyarakat Bugis yang bertujuan

untuk mempercantik dan memikat perhatian orang-orang yang melihat

pengguna cenning’rara.

Berdasarkan uraian diatas, indo’botting mempunyai peran yang

sangat penting dalam upacara perkawinan Bugis, maka menarik perhatian

penulis untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian :

Eksistensi indo’botting di Kota Parepare : Suatu Studi Antropologi

Page 19: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

5

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana status dan peran indo’ botting dalam acara perkawinan?

2. Bagaimana strategi indo’ botting dalam mempertahankan usahanya

di Kota Parepare ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan eksistensi

Indo’ Botting pada perkawinan Bugis di Kota Parepare.

1. Untuk menggambarkan status dan peran indo’botting dalam acara

perkawinan bugis di Kota Parepare.

2. Untuk menggambarkan strategi indo’botting dalam mempertahankan

usahanya.

D. Manfaat Penelitian

Secara akademis penelitian ini di harapkan mampu berkontribusi

terhadap perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan umumnya dan

khususnya ilmu antropologi serta menambah jumlah referensi penelitian-

penelitian yang mengkaji hal serupa.

Secara praktis penelitian ini ialah memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Hasanuddin.

Page 20: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya

Penelitian Tang (1969) yang berjudul Aneka Ragam Pengaturan

Sekuritas Sosial di Bekas Kerajaan Berru Sulawesi Selatan, Indonesia

yang membahas tentang beberapa prosesi upacara perkawinan

masyarakat Bugis di Bekas Kerajaan Berru Sulawesi Selatan, Indonesia

yang berikut ini :

1. Pemilihan Jodoh

Menurut orang–orang tua dalam masyarakat Bugis, bahwa

jodoh yang ideal adalah perkawinan antara mereka yang masih

mempunyai hubungan kekerabatan, tetapi perempuan tidak boleh

lebih tinggi derajatnya dari dari laki-laki dalam hal ini calon suaminya.

Tetapi pada masa kini, tahap pemilihan jodoh hampir tidak lagi

berlaku terutama pada masyarakat Bugis khusnya di kota Parepare.

2. Peminangan

Proses ini dilakukan setelah ditentukan jodoh untuk calon

mempelai laki-laki, tetapi sebelum meminang secara resmi, terlebih

dahulu orang tua dari calon mempelai laki-laki mengutus anggota

keluarganya untuk mecari tahu bahwa apakah gadis yang diinginkan

sudah ada atau belum ada yang mengikatnya. Jika semuanya sudah

jelas, maka akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu madduta

(lamaran secara resmi). Untuk itu kemudian dibutuhkan lagi bantuan

Page 21: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

7

dari anggota keluarga yang dianggap berpengalaman dalam hal ini

untuk menyampaikan lamaran kepada orang tua si gadis dan pada

kesempatan itu pula kedua belah pihak membicarakan jumlah sompa

(mas kawin) dan dus menre’ (uang belanja) yang merupakan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki untuk biaya

upacara perkawinan.

Akhirnya, suatu peminangan kemudian dilanjutkan dengan

upacara yang disebut mappasiarekeng (mempererat ikatan), yang

dihadiri oleh beberapa orang dari kedua belah pihak dan berarti

semua kesepakatan tidak boleh diubah lagi. Dan kemudian akan

dilanjutkan dengan persiapan upacara.

3. Persiapan Upacara

Sebelum masuk dalam tahapan ini, orang tua pengantin terlebih

dahulu mendatangi orang yang dituakan untuk berkonsultasi agar

diarahkan untuk kelancaran jalannya upacara perkawinan tersebut.

Dalam persiapan upacara, tuan rumah membutuhkan banyak

bantuan terutama bantuan tenaga.

Pada proses persiapan ini, penasehat membentuk seksi-seksi

dan menunjuk orang-orang untuk bertugas pada setiap seksi seperti

seksi peralatan dan bangunan, seksi-seksi protokol, seksi segi empat

(domino), seksi penjemputan, seksi penerangan dan seksi

kendaraan. Setelah itu, setiap seksi akan memulai tugasnya sesuai

dengan apa yang telah ditugaskan kepadanya. Pada tahap

Page 22: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

8

persiapan ini juga, kerabat dekat akan memberikan sumbangan yang

berupa bahan makan dan sekurang-kurangnya memberi sumbangan

tenaga.

4. Malam Tudampenni

Malam tudampenni yang biasa juga disebut dengan wenni

mappacci oleh masyarakat Bugis khususnya di kota Parepare

diadakan pada hari menjelang upacara perkawinan yang akan

dilangsungkan pada keesokan harinya. Upacara ini diawali dengan

pembacaan barasanji yang menjadi kewajiban dalam masyarakat

Bugis.

5. Menreq kawing

Upacara dimana pengantin laki-laki diantarkan oleh keluarga,

tetangga, dan sahabat-sahabatnya, serta pemuda-pemuda yang

membawa erang-erang (hadiah yang berupa seperangkat pakaian

dan perhiasan yang akan diberikan untuk pengantin perempuan)

kerumah perempuan untuk melangsungkan prosesi yang sangat

sakral yaitu akad nikah, dimana kedua mempelai dinikahkan oleh

penghulu yang kemudian sah menjadi pasangan suami istri.

Keluarga besar dari pengantin perempuan juga bersiap-siap

untuk menjemput pengantin pria beserta orang-orang yang

mengantarnya ke rumag pengantin pria tersebut.

Page 23: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

9

6. Marola

Prosesi ini merupakan salah satu upacara penting dalam

upacara perkawinan masyarakat Bugis yaitu kunjungan pengantin

perempuan ke rumah pengantin laki-laki setelah selesainya upacara

perkawinan di rumah pengantin perempuan yang diantarkan oleh

anggota keluarga dari pihak perempuan terutama yang punyai status

sosial tinggi yang kemudian dijemput lagi oleh keluarga dari

pengantin laki-laki. Keluarga dari pengantin perempuan tidak lupa

membawa kue-kue sebagai balasan dari kue yang telah diterima dari

pihak pengantin laki-laki.

Setelah pengantin perempuan sampai di depan tangga,

seorang perempuan tua kemudian menaburi pengantin perempuan

dengan bertih sebagai sambutan selamat datang (pakkuruq

sumangq). Salah satu rangkaian dari upacara marola yaitu

penyerahan hadiah yang berupa sarung sutera sebagai hadiah

balasan kepada orang tua pengantin laki-laki dalam acara

mappammatua (hadiah penghormatan kepada mertua).

7. Mabenni Tellumpenni dan Massita Baiseng

Merupakan prosesi terakhir, setelah kedua pengantin baru

menginap di rumah pengantin perempuan, maka kedua orang tua

pengantin laki-laki atau diwakili oleh keluarga dekatnya untuk

mengunjungi besannya (massita baiseng) dan sekaligus menjemput

Page 24: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

10

menantunya untuk mabenni tellumpenni (meniginap tiga malam) di

rumah orangtua pengantin laki-laki.

Kemudian, Penelitian Wulandari (2009) yang berjudul Peranan Juru

Rias Pengantin Terhadap Pelestarian Tata Rias dan Busana Adat Solo

Putri di Kabupaten Temanggung menemukan bahwa juru rias pengantin

memberikan peranan yang signifikan dalam melestarikan tata rias dan

busana pengantin adat solo putri di Kabupaten Temanggung, maka bagi

para juru rias pengantin harus dapat meningkatkan pengetahuan dan

keahlian tentang tata rias dan busana pengantin tradisional agar dapat

melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional sebagai salah satu

kebudayaan nasional dan sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Dari hasil

penelitian perlu dikembangkan penelitian berikutnya untuk menemukan

faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap kelestarian tata rias

dan busana pengantin adat solo putri guna mempertahankan

kelestariannya sebagai salah satu kebudayaan nasional.

Penelitian Rohayati (2016) yang berjudul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pemilihan Seni Tata Rias Pengantin di Banjanegara”

menemukan rata-rata calon pengantin dalam pemilihan tata rias pengantin

di Banjarnegara ditinjau dari faktor internal sebesar 17% dengan kategori

rendah sedangkan ditinjau dari faktor eksternal 12,5% dengan kategori

rendah. Masyarakat di Banjarnegara lebih memilih menggunakan tata rias

pengantin Jawa muslim pada hari perkawinannya. Simpulan dalam

penelitian ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan seni tata

Page 25: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

11

rias pengantin di Banjarnegara terdiri dari faktor internal meliputi perasaan

senang, pengetahuan individu, kebutuhan dan faktor eksternal meliputi

juru rias pengantin, lingkungan sosial, status sosio-ekonomi, culture atau

kebudayaan.Faktor-faktor yang paling dominan dalam pemilihan tata rias

pengantin di Banjarnegara adalah faktor internal yaitu faktor kebutuhan.

Faktor yang paling rendah dukungannya adalah faktor juru rias pengantin

faktor ini termasuk dalam faktor eksternal. Calon pengantin di

Banjarnegara banyak memilih tata rias pengantin Jawa muslim. Saran

yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah juru rias pengantin di

Banjarnegara sebaiknya selalu menciptakan inovasi baru untuk tata rias

pengantin tetapi tidak menghilangkan pakem tata rias pengantin berasal.

Bagi calon pengantin khususnya di Banjarnegara diharapkan selalu

menambah pengetahuan mengenai tata rias pengantin sehingga dapat

memilih mode dan tata rias pengantin sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan.

Selanjutnya penelitian Wiguna (2015) menemukan bahwa analisis

kualitas pelayanan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan yang

digunakan oleh Perusahaan Wedding CV Anpian Production harus

dievaluasi sebagian karena strategi yang digunakan oleh Perusahaan

Wedding CV Anpian Production terkesan sedikit masih kurang hanya

dengan kebutuhan atau perlangkap saja bagi Perusahaan Wedding CV

Anpian Production, meskipun pelayanan yang di tawarkan oleh

perusahaan sudah sangat baik dipasaran, namun tanpa analisis maka

Page 26: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

12

lambat laun posisi jasa perusahaan akan tergeser oleh jasa perusahan

lain dalam kategori yang sama. Selain itu, dengan kurangnya analisis yang

dilakukan perusahaan maka secara otomatis perusahaan akan mengalami

kekalahan dalam bersaing dengan perusahaan lain yang menawarkan

jasa dalam kategori yang sama. Hal ini terbukti dimana perusahaan yang

baru berdiri sangat gencar dalam melakukan kegiatan promosinya, yang

naitinya akan ada penuruan dari penjualan jasa yang ditawarkan

perusahaan.

B. Konsep Perkawinan Bugis

Perkawinan merupakan pranata penting dalam masyarakat sebagai

awal terbentuknya pranata keluarga. Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1

tahun 1974 tentang “perkawinan”, menyatakan bahwa perkawinan adalah

ikatan lahir dan batin pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan ketuhanan

Yang Maha Esa.

”Perkawinan merupakan suatu nilai hidup untuk dapat meneruskan keturunan, mempertahankan silsilah dan keturunan, mempertahankan silsilah dan kedudukan sosial yang bersangkutan. Disamping itu ada kalanya perkawinan merupakan sarana untuk memperbaiki hubungan yang menjauh atau retak, ia merupakan sarana pendekatan dan perdamaian kerabat dan begitu pula perkawinan itu bersangkut paut dengan warisan dan harta kekayaan…” (Noviardi, 2003).

Berdasarkan defenisi tersebut diatas, perkawinan merupakan akad

yang sangat kuat atau ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri untuk menaati perintah Tuhan dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Page 27: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

13

berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa, meneruskan kehidupan manusia dan

masyarakat, mempertahankan silsilah dan kedudukan sosial serta

memperbaiki hubungan kekerabatan sesuai dengan ajaran agama

masing-masing.

Dalam (Warsito, 2012:167-168) juga menjelaskan tentang

perkawinan yang merupakan peristiwa penting dalam kehidupan setiap

orang. Karena perkawinan tidak hanya menyangkut kepada orang yang

bersangkutan saja, tetapi selalu bersangkutan dengan kedua keluarga

yang disatukan bahkan sampai kepada pada leluhur mereka. Ketika

membahas tentang perkawinan, maka tidak dapat terlepas dari

pembahasan mengenai sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan

merupakan sistem hubungan sosial yang timbul dari keturunan maupun

perkawinan. Keturunan yaitu hubungan darah antar orang yang satu

dengan yang lain.

Masyarakat Bugis merupakan suku yang menjunjung tinggi aspek

kekerabatan, pengetahuan ini merupakan hal yang penting bagi orang

Bugis. Prinsip kekerabatan yang dimaksud ialah perkawinan, hal ini

dianggap penting karena berkaitan dengan norma seks dan kehidupan

rumah tangganya kelak.

Menurut pandangan orang Bugis, perkawinan bukan sekedar

menyatukan dua mempelai dalam hubungan suami-istri, melainkan suatu

upacara yang bertujuan untuk menyatukan dua keluarga besar yang telah

terjalin sebelumnya menjadi semakin erat atau dalam istilah orang Bugis

Page 28: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

14

mappasideppe’ mabelae atau mendekatkan yang sudah jauh (Pelras,

2006:178). Oleh karena itu, perkawinan dikalangan masyarakat Bugis

umumnya berlangsung antar keluarga dekat atau antar kelompok

patronasi (endogami) terutama dikalangan masyarakat biasa karena

mereka sudah saling memahami sebelumnya (Hadikusuma, 2003:68)

dalam masyarakat Bugis perkawinan dipandang sebagai tempat untuk

berbahagia karena terjalinnya sebuah hubungan diantara kedua mempelai

pengantin yang telah lama berjauhan melalui perayaan yang didalamnya

terdapat sebuah pesta perkawinan yang juga dipandang sebagai suatu hal

yang sangat berkaitan dengan status sosial mereka dalam masyarakat,

sehingga semakin meriah sebuah pesta dalam perkawinan, maka semakin

tinggi pula status sosial yang disandangnya.

Sebetulnya, sebelum dilaksanakan upacara perkawinan orang Bugis

mempunyai beberapa proses. Proses awal ialah ma’manu’manu’ yang

berarti berbuat seperti burung-burung yang terbang kian kemari untuk

mencari makan yakni pengamatan awal untuk mengetahui status

kebangsawanannya (Pelras, 2006:181).

Setelah beberapa kegiatan non-formal selesai, dimana pertanyaan-

pertanyaan awal yang diajukan kepada keluarga maupun calon mempelai

selesai, kegiatan selanjutnya adalah lamaran secara resmi atau dalam

bahasa Bugisnya (ma’duta). Pada proses pelamaran, dua keluarga

dipertemukan untuk membicarakan persiapan dalam kegiatan

perkawinannya. Inti dari pembicaraan tersebut adalah sompa yang secara

Page 29: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

15

harfiah berarti persembahan yang diberikan pada calon perempuan

berdasarkan status perempuan tersebut dan sompa tersebut akan mejadi

hak milik perempuan. Dan dui’menre’ yang berarti uang naik atau uang

antaran keluarga laki-laki untuk keluarga perempuan yang ditentukan oleh

pihak perempuan sendiri dalam mempersiapkan pesta perkawinannya

(Pelras, 2006:81). Dua inti pembicaraan tersebut adalah mas kawin yang

diberikan kepada pihak perempuan. Dalam banyak masyarakat mas kawin

sering kali disebut mahar atau “harga pengantin perempuan”. Pembayaran

mas kawin mengabsahkan hak suami atas istri dan anak-anaknya

(Eriksen, 2009:185).

Dalam pesta perkawinan, orang Bugis memiliki dua tahap yaitu :

tahap yang pertama adalah acara perkawinan (ma’pabotting atau menre’

botting atau ‘naiknya mempelai’) yang dilaksanakan di rumah mempelai

perempuan tanpa dihadiri kedua orang tua mempelai laki-laki, tahapan

kedua adalah ma’parola yaitu membawa pengantin pengantin perempuan

ke rumah orang tuanya (Pelras, 2006:181-182).

Sebelum kedua tahapan di atas dilakukan, terlebih dahulu diadakan

persiapan (tahapan awal) rangkaian kegiatan acara perkawinan, para

kerabat keluarga dan tetangga akan bersama-sama mempersiapkannya.

Para keluarga dan tetangga mempersiapkan beberapa atribut atau

perlengkapan perkawinan yang akan dilaksanakan seperti pembuatan

walasuji yaitu kegiatan dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan

membuat anyaman bambu yang dibentuk khusus dalam upacara

Page 30: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

16

perkawinan Bugis. Selain walasuji, salah satu kegiatan lainnya adalah

massarapo yang berarti membuat ruangan khusus untuk kerabat, keluarga

dan tetangga yang akan datang membantu dalam membuat makanan

yang akan disajikan. Sebelum pesta perkawinan, akan di lakukan kegiatan

seperti ma’barasanji atau ritual khusus yang bernuansa islami yang

digabungkan dengan mappacci atau ritual yang melibatkan keluarga dekat

sebagai simbol dalam perkawinan Bugis.

Ada pula penjelasan tentang perkawinan pada masyarakat Bugis

dalam Millar (2011 : 85) bahwa semua proses yang dilangsungkan dalam

menyelenggarakan dan merayakan upacara perkawinan mulai dari

lamarang hingga penjamuan sampai selesai. Ada lima proses utama

dalam upacara perkawinan pada masyarakat Bugis yaitu pelamaran,

pertunangan, pernikahan, pesta perkawinan serta pertemuan resmi

berikutnya.

C. Konsep Status dan Peran

...A status as, distinct from the individual who may occopy it, is simply a collection of right and duties. Since these rights and duties can find expression only through the medium of indi-it is extremely for to maintain a distinction in our thinking between statuses and the people who hold them and exercise the rights and dutie which constitute them... A rate the dinamic aslft of a status. The indi-vidual is socially assigned to a status and duties which contitute the status info effect, he is performing a role (Linton, 1936 : 113-114).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa status merupakan

sekumpulan hak dan kewajiban. Dan setiap individu memiliki status yang

bebeda sedangkan peran merupakan representasi status yang bersifat

Page 31: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

17

dinamis, setiap individu berperan sesuai statusnya dalam hubungan sosial

dan melakukan hak dan kewajiban yang menyertainya.

Defenisi peran menurut Soekanto (2002:243), yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang telah

mendapatkan hak dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya, maka ia telah menjalankan satu peranan. Koentjaraningrat

(1986:35), mendefenisikan peran sebagai tingkah laku individu yang

mementaskan satu kedudukan tertentu.

Penjelasan lebih lanjut mengenai konsep peran dikemukakan oleh

Livson yang dikutip oleh Soekanto (2007:212) bahwa :

Peran merupakan serangkaian aturan yang berkaitan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Pengertian lain adalah peran pula dapat diartikan sebagai satu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Selain hal tersebut, manusia memiliki kecenderungan untuk hidup secara berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan defensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

serangkaian perilaku yang diatur berdasarkan norma-norma yang ada

dalam struktur sosial masyarakat. Berdasarkan struktur dan peran

tersebut, beberapa oknum yang memiliki status dan peran tertentu akan

diperlakukan istimewa dibanding status lainnya.

Struktur sosial menurut Marzali (2006:127-137), ialah sebuah

“thewhole” (kebulatan/keseluruhan) yang terdiri atas “The Parts”

(komponen-komponen), dan komponen-komponen ini terjaring dalam satu

status tertentu dalam situasi sosialnya. Penelitian ini membahas mengenai

Page 32: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

18

proses perkawinan Bugis. Dalam hal ini indo’botting yang melakoni

perannya dalam pelaksaan proses perkawinan. Rangkaian peran tersebut

dijelaskan oleh Talcot Parson dalam Datuan (2011:53) sebagai sistem

sosial terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling berinteraksi

dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan

atau fisik, aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai

kecenderungan untuk mengoptimalkan kepuasan yang ada hubungannya

dengan situasi mereka didefenisikan dan dimediasi dalam sistem simbol

bersama yang terstruktur secara kultural.

Indo’botting merupakan salah satu aktor dalam kegiatan perkawinan

pada masyarakat Bugis. Dalam upacara perkawinan masyarakat Bugis,

indo’botting berperan sebagai aktor yang bertindak sebagai pemeran

utama dalam kelancaran upacara perkawinan.

Dari rangkaian penjelasan diatas, dapat merefleksikan peran

merupakan pemahaman bersama yang dijadikan tuntunan berprilaku

dalam masyarakat. Dalam rangka proses pemenuhan kebutuhan dasar

khusunya kegiatan perkawinan, individu melakukan serangkaian aktivitas

yang dilakoni dalam satu masyarakat. Hal ini dapat didefenisikan sebagai

peranan dalam masyarakat dari orang yang menduduki status. Tulisan ini

pula membahas mengenai rangkaian peran yang ia defenisikan sebagai

perangkat peran (Role Set).

Karena itulah penulis dapat menarik kesimpulan bahwa peran yang

dimaksud merupakan perilaku seseorang sesuai dengan status

Page 33: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

19

kedudukannya pada masyarakat yang bersifat dinamis, baik itu berupa

tindakan ataupun perilaku individu yang sedang memangku ataupun

berprilaku sesuai dengan statusnya dalam proses perkawinan. Serta

peran sosial merupakan hubungan keseharian antar aktor diluar

pelaksaan perkawinan.

Page 34: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang lazim dalam ilmu

antropologi yaitu metode penelitian kualitatif dengan tipe desktiptif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti sebagai perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moleong, 2002).

Dalam pandangan Natanton (dalam Mulyana, 2002:59) fenomenologi

merupakan istilah generik yang merujuk kepada semua pandangan ilmu

sosial yang menganggap bahwa kesadaran manusia dan makna subjektif

sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam guna

mendapatkan penggambaran yang lebih spesifik terhadap penelitian yang

akan dilakukan.

B. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Parepare, provinsi Sulawesi Selatan

dan akan difokuskan pada indo’botting. Selain itu penelitian ini berlokasi

dimana ada perkawinan yang memakai jasa indo’botting dan ada pula

yang memakai jasa Wedding Organizer. Dan lokasi penelitian ini mudah

Page 35: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

21

dijangkau oleh penelti sehingga dapat memperoleh informasi mengenai

fokus yang akan diteliti. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan juli 2017

dan penelitian ini berakhir sekitar akhir bulan Desember, dimana data

yang diperlukan telah terjawab sesuai dengan masalah penelitian.

Lokasi ini dipilih beradasrkan beberapa hal, pertama karena lokasi ini

mudah dijangkau seperti yang telah dijelaskan diatas, kedua Kota

Parepare merupakan kota yang dimana penduduknya mulai banyak

mengetahui perkembangan zaman melalui media sosial dalam hal ini

facebook, instagram, path, line, dan lainnya yang banyak memberi

informasi serta gambaran mengenai Wedding Organizer yang telah

banyak digunakan jasanya oleh masyarakat di kota-kota besar. Dan yang

ketiga yaitu, beberapa masyarakat Kota Pare-pare sudah mulai

menggunakan jasa Wedding Organizer dan menurut penulis, hal tersebut

merupakan suatu ancaman bagi indo’botting yang mempunyai konsep

tradisional dalam menjalankan perannya pada perkawinan Bugis di Kota

Parepare.

Dari ketiga alasan tersebut menarik peneliti untuk melakukan

menjadikan Kota Parepare sebagai lokasi penelitian diantara kota-kota

lainnya.

C. Teknik Penentuan Informan

Untuk menentukan informan digunakan konsep yang prinsipnya

menghendaki seorang informan itu harus paham terhadap budaya yang

Page 36: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

22

dibutuhkan (Spradley 2007:39). Pemilihan informan dalam penelitian ini

dilakukan secara sengaja (purposive).

Peneliti lebih dulu mencari informan pangkal, yaitu mereka yang

dianggap dapat memberikan informasi tentang siapa yang memiliki potensi

untuk diwawancarai serta mampu memberikan akses untuk

mewawancarai mereka dan memberikan penjelasan yang spesifik

mengenai eksistensi indo’botting di dalam acara perkawinan Bugis di Kota

Pare-pare, sedangkan untuk informan kunci adalah, mereka yang

dianggap tahu dalam pekerjaan tersebut yang sudah memiliki pengelaman

dalam menjalani peranan Indo’botting.

Informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan penulis (scanning). Informan itu sendiri adalah seseorang yang

memberikan informasi terkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (dikutip Spradley, 2007:39),

informan adalah “seorang pembicara asli yang berbicara dengan

mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya

sebagai model imitasi dan sumber informasi.” Lebih lanjut, Spradley

mengatakan bahwa informan adalah guru bagi peneliti (terutama

etnografer).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian adalah Indo’botting”

dan pengguna “Indo’botting”. Informan seperti ini diharapkan memberikan

informasi tentang peran Indo’botting dalam proses perkawinan pada

masyarat bugis serta menjelaskan strategi bertahannya Indo’botting

Page 37: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

23

ditengah maraknya penggunaan Wedding Organizer di tengah masyarakat

perkotaan khususnya di Kota Parepare. Untuk pembahasan selanjutnya

disajikan daftar informan sebagai berikut :

Daftar informan :

No Nama Informan Usia /

Tahun Kategori

Jenis Kelamin

Laki – Laki Perempuan

1 Else 42 Indo'botting

2 Memet 32 Indo'botting

3 H. Bondan 45 Indo'botting

4 H. Damang 43 Indo'botting

5 H. Sennang 67 Indo'botting

6 H. Nadi 49 Indo'botting

7 Hj. Wati 48 Pengguna Indo'botting

8 Anggi 23 Pengguna Indo'botting

9 H. A. Nurmiati 45 Pengguna Indo'botting

Sumber : Data lapangan yang telah diolah 2017

Dari tabel diatas dapat diapahami bahwa informan dengan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 4 orang atau sekitar 45% sedangkan informan

yang berjenis kelamin perempuan ada 5 orang atau sekitar 65%. Dalam

penelitian ini terbagi dua kategori informan yaitu indo’botting dan

pengguna indo’botting itu sendiri. Beberapa nama informan diatas, sesuai

dengan nama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan izin informan itu

sendiri.

Page 38: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

24

Dari tabel diatas dapat dilihat deskripsi singkat informan laki-laki

hingga informan perempuan sebagai berikut :

Pertama, Else adalah seorang indo’botting berjenis kelamin laki-laki

yang berpenampilan seperti perempuan (waria) dengan usia 42 tahun. Dia

telah menggeluti perannya sebagai indo’botting selama kurang lebih 10

tahun dan telah digunakan jasanya sebanyak lebih dari 100 acara

perkawinan selama 10 tahun.

Kemudian, Memet mengakui dirinya seorang indo’botting berjenis

kelamin laki-laki dengan usia 32 tahun. Dia adalah indo’botting yang

terbilang sangat baru dalam menjalankan usahanya tersebut. Usahanya

tersebut baru berjalan selama 4 tahun, tetapi dia telah dipercayakan dan

dapat menyelesaikan proses perkawinan yang terbilag mewah di kota

Parepare.

Selanjutnya, H. Bondan adalah indo’botting berjenis kelamin laki-laki

yang berpenampilan seperti perempuan (waria) dengan usia 45 tahun. Dia

telah menggeluti perannya sebagai indo’botting selama lebih dari 10

tahun, dia termasuk salah satu indo’botting yang ternama di kota Parepare

dan telah digunakan jasanya lebih dari 100 acara perkawinan bugis baik di

dalam kota maupun di luar kota Parepare.

Ada Juga, H. Damang yang merupakan salah satu indo’ botting

berjenis kelamin laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan (waria)

dengan usia 43 tahun. Dia telah menggeluti perannya sebagai indo’

botting selama kurang lebih 10 tahun dan dia termasuk salah satu indo’

Page 39: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

25

botting yang ternama di kota Parepare yang telah digunakan jasanya

sebanyak lebih dari 100 acara perkawinan Bugis, baik di dalam kota

maupun di luar kota.

Kemudian, Hj. Sennang adalah indo’botting berjenis kelamin

perempuan dengan usia 67 tahun. Dia telah menggeluti perannya sebagai

indo’botting selama lebih dari 10 tahun yang saat ini usahanya tersebut

lebih banyak dijalankan oleh anaknya sendiri dikarenakan usianya yang

tidak lagi muda untuk menjalankan usahanya tersebut. Dia juga termasuk

salah satu indo’botting yang cukup dikenal di Kota Parepare, akan tetapi

saat ini lebih banyak menyelesaikan acara perkawinan di luar kota

Parepare. Dia termasuk indo’botting yang merasakan banyaknya

perubahan antara upacara perkawinan dulu hingga sekarang.

Ada Juga, H. Nadi adalah indo’botting berjenis kelamin perempuan

dengan usia 49 tahun. Dia menggeluti perannya sebagai indo’botting

selama kurang lebih 10 tahun. Dia adalah indo’botting yang cukup sering

digunakan jasanya di luar kota Parepare tetapi jarang digunakan jasanya

di kota parepare itu sendiri.

Selanjutnya, Hj. Wati adalah salah satu pengguna jasa indo’ botting

yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 48 tahun. Dia telah

menggunakan jasa indo’ botting sebanyak 3 kali untuk acara perkawinan

kemanakannya

Kemudian Anggi yang merupakan salah satu pengguna jasa indo’

botting yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 23 tahun. Dia telah

Page 40: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

26

menggunakan jasa Indo’ Botting sebayak 1 kali untuk acara perkawinan

dirinya sendiri dan mendapatkan informasi mengenai indo’ botting yang

digunakan jasanya dari temannya yang juga telah menggunakan jasa indo’

botting tersebut.

Terakhir, Hj. A. Nurmiati yang juga termasuk salah satu pengguna

indo’ botting yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 43 tahun. Dia

telah menggunakan jasa indo’ botting sebanyak 1 kali yang merupakan

upacara perkawinan yang terbilang mewah dan berkonsep tradisional di

kota Parepare.

Daftar nama-nama informan tersebut di atas sesuai dengan nama

panggilan akrab dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan keinginan dari

informan itu sendiri.Demikianlah deskripsi singkat mengenai informan

didalam penelitian ini.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu data

primer dan data sekunder. Penelitian lapangan dilakukan dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung dengan setiap informan.

Sebelum melakukan wawancara kepada informan, penulis selalu

mengawalinya dengan melakukan diskusi bebas agar wawancara

berlangsung dengan baik dan tidak terlalu kaku, penulis juga tak lupa

untuk selalu menjelaskan tujuan wawancara dan menanyakan

Page 41: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

27

kesediaannya untuk di wawancarai dan betul-betul tidak ada

kegiatan yang akan dilakukan oleh informan sehingga informan

dapat fokus dalam proses wawancara, juga mengenai penggunaan

nama informan, karena hal ini sangat penting dalam sebuah

penelitian yang menyangkut etika penelitian.

Dalam wawancara, peneliti menggunakan bahasa bugis dan

bahasa Indonesia, hal ini diperuntukkan agar informan atau

narasumber bisa dengan mudah memahami dan maksud dari

pertanyaan yang di berikan,serta memberikan rasa nyaman dalam

mengeluarkan pendapat dan berekspresi. Hasil wawancara yang

yang dilakukan telah dibuatkan bukti dokumen, yang berupa transkrip

data wawancara, agar mempermudah dalam melakukan analisis

data dan untuk melakukan penyusunan. Adapun bahasa lokal yang

akan dituliskan, telah diberikan pengertian dalam bentuk bahasa

indonesia. Namun, istilah-istilah yang sulit diterjemahkan atau

memang bahasa lokal yang khas, tidak diterjemahkan, melainkan

hanya diberikan padanaan katanya saja.

Mengutip dari Endraswara (2003:241) untuk mencapai

kredibilitas data dilakukan dengan cara pengamatan secara terus-

menerus dan triangulasi. Pengamatan yang dilakukan ketika berada

di lapangan akan dikonfirmasi ulang data yang sudah didapatkan

dengan metode wawancara dan akan mengkonsultasikan ke dosen

pembimbing.

Page 42: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

28

Lewat wawancara penulis berusaha menggali informasi

mengenai Eksistensi Indo’ botting menurut setiap informan baik itu

dari pengguna maupun dari indo’botting itu sendiri.

Dalam penulisan ini, adapun kendala yang dihadapi oleh

penulis yaitu: Pertama, beberapa Indo’ Botting menolak untuk

diwawancara i dengan alasan sibuk atau keluar kota. Kedua, sulitnya

membuat janji untuk mendapatkan hasil wawancara dari informan

karena peneliti melakukan penelitian dimana pada bulan tersebut,

banyak yang melakukan upacara perkawinan sehingga indo’botting

susah ditemui. Ketiga, sulitnya mendapatkan data yang mendalam

dari beberapa informan yang disebutkan diatas dikarenakan ketatnya

persaingan Indo’ Botting yang ada di Kota Parepare, dan keempat,

sulitnya mendapatkan data mengenai sarana umum dalam hal ini

gedung upacara perkawinan.

2. Observasi

Dalam penelitian ini dilakukan teknik observasi langsung dalam

kegiatan perkawinan untuk melihat secara langsung bagaimana

proses kerja seorang indo’ botting dalam merias wajah calon

pengantin dan pekerjaan mendekor tempat resespsi perkawinan.

Serta melihat validasi hasil wawancara yang telah dilakukan. Ada

beberapa data yang dari hasil observasi seperti, hasil pemasangan

lamming dan tabere hingga cara make up dan hasil make up seorang

indo’botting, serta beberapa perlengkan untuk upacara perkawinan.

Page 43: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

29

3. Studi Literatur

Teknik pengumpulan data melalui study literatur. Peneliti

menggunakan beberapa buku terkait dengan fokus penelitian, dan

juga beberapa hasil penelitian sebelumnya yang mengangkat tulisan

serupa untuk lebih memperkaya data.

4. Teknik Analisis Data.

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang

membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat

sepanjang penelitian (John W. Creswell, 2013:274). Data yang akan

akan saya analisis akan menggunakan beberapa proses analisis

data yang di jelaskan oleh Creswell, di antaranya:

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Dalam

mengolah ini akan lebih dominan pada transkrip wawancara.

2. Membaca keseluruhan data. Untuk langkah ini lebih fokus pada

data dan kemudian memaknainya dalam tulisan.

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Langkah ini

merupakan lanjutan dari poin kedua dan lebih memperhatikannya

dalam proses pengumpulan data.

Page 44: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

30

E. Sistematika Penulisan.

Untuk memberikan gambaran sementara tentang isi dari tulisan ini,

maka berikut ini penulis akan menentukan bab-bab sementara yaitu :

BAB I. Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah,

fokus masalah, tujuan penelitin, dan manfaat penelitian.

BAB II. Menguraikan tinjauan pustaka yang berisi tentang, penelitian

sebelumnya, konsep perkawinan, serta konsep peran.

BAB III. Metode penelitian, menguraikan tentang metode kulitatif yang

digunakan oleh penulis, serta menguraikan tentang lokasi

penelitian teknik, teknik penentuan informan, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika

penulisan.

BAB IV. Berisi gambaran umum lokasi penelitian dan objek penelitian

yang terdiri deskriptif Kota Parepare, letak dan keadaan

geografis, keadaan penduduk, dan sarana umum dalam hal ini

gedung-gedung resepsi perkawinan.

BAB V. Mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi : 1.

Terkait dengan prosesi perkawinan Bugis, 2. Mengenai

penggambaran status dan peran indo’ botting dalam acara

perkawinan bugis di kota Parepare, 3. strategi indo botting

dalam mempertahankan usahanya.

BAB VI. Merupakan bab penutup yang memuat tentang kesimpulan dan

saran-saran.

Page 45: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

31

BAB IV

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kota Parepare, salah satu kota madya

yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kota

Parepare terletak antara 3o 57’ 39” - 4o 04’ 49” Lintang Selatan dan 119o

36’ 24” - 119o 43’ 40” Bujur Timur. Kota Parepare memiliki batas-batas

wilayah : sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, di

sebelah timur Kabupaten Sidrap, di sebelah selatan Kabupaten Barru, dan

di sebelah barat Selat Makassar. Luas wilayah Kota Parepare tercatat

99,33 km2; meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Bacukiki, Bacukiki

Barat, Ujung, dan Soreang, serta memiliki 22 kelurahan.

Jarak antara Kota Parepare dan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan,

yaitu Makassar sekitar 154 km dan dapat ditempuh menggunakan bus

antar kota, angkutan antar daerah, serta kendaraan pribadi dengan waktu

tempuh antara 3-4 jam perjalanan. Sebagian besar wilayah Kota Parepare

terdiri atas pesisir dan sebagian merupakan dataran tinggi, serta dapat

dieksplorasi menggunakan angkutan umum (angkot) serta beberapa ojek

lokal.

B. Sejarah Kota Parepare

Di awal perkembangannya, dataran tinggi yang sekarang ini disebut

Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang

diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring sebagai

Page 46: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

32

tempat yang pada keseluruhannya tumbuh secara liar tidak teratur, mulai

dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian

dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran

itu dinamakan Kota Parepare.

Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang

anak Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan

wilayah tersendiri pada tepian pantai karena memiliki hobi memancing.

Wilayah itu kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu

lagi kerajaan berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.

Kata Parepare ditenggarai sebagian orang berasal dari kisah Raja

Gowa, dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg.

Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan

Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai

ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan

pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut

“Bajiki Ni Pare” artinya “(Pelabuhan di kawasan ini) di buat dengan baik”.

Parepare ramai dikunjungi termasuk orang-orang Melayu yang datang

berdagang ke kawasan Suppa.

Kata Parepare punya arti tersendiri dalam bahasa Bugis, kata

Parepare bermakna " Kain Penghias " yg digunakan diacara semisal

pernikahan, hal ini dapat kita lihat dalam buku sastra lontara La Galigo

yang disusun oleh Arung Pancana Toa Naskah NBG 188 yang terdiri dari

12 jilid yang jumlah halamannya 2851, kata Parepare terdapat dibeberapa

Page 47: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

33

tempat diantaranya pada jilid 2 hal [62] baris no. 30 yang berbunyi " pura

makkenna linro langkana PAREPARE" (KAIN PENGHIAS depan istana

sudah dipasang).

Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi

oleh tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-

orang, maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian

menjadikannya kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan.

Di sinilah Belanda bermarkas untuk melebarkan sayapnya dan merambah

seluruh dataran timur dan utara Sulawesi Selatan. Hal ini yang berpusat di

Parepare untuk wilayah Ajatappareng.

Pada zaman Hindia Belanda, di Kota Parepare, berkedudukan

seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber

sebagai Pimpinan Pemerintah (Hindia Belanda) dengan status wilayah

pemerintah yang dinamakan “Afdeling Parepare” yang meliputi, Onder

Afdeling Barru, Onder Afdeling Sidenreng Rappang, Onder Afdeling

Enrekang, Onder Afdeling Pinrang dan Onder Afdeling Parepare.

Pada setiap wilayah/Onder Afdeling berkedudukan Controlur atau

Gezag Hebber. Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda

tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda ini dibantu pula oleh

aparat pemerintah raja-raja bugis, yaitu Arung Barru di Barru, Addatuang

Sidenreng di Sidenreng Rappang, Arung Enrekang di Enrekang, Addatung

Sawitto di Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung

Mallusetasi.

Page 48: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

34

Struktur pemerintahan ini, berjalan hingga pecahnya Perang Dunia II

yaitu pada saat terhapusnya Pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun

1942. Pada zaman kemerdekaan Indonesia tahun 1945, struktur

pemerintahan disesuaikan dengan undang-undang no. 1 tahun 1945

(Komite Nasional Indonesia). Dan selanjutnya Undang-undang Nomor 2

Tahun 1948, dimana struktur pemerintahannya juga mengalami

perubahan, yaitu di daerah hanya ada Kepala Daerah atau Kepala

Pemerintahan Negeri (KPN) dan tidak ada lagi semacam Asisten Residen

atau Ken Karikan.

Pada waktu status Parepare tetap menjadi Afdeling yang wilayahnya

tetap meliputi 5 Daerah seperti yang disebutkan sebelumnya. Dengan

keluarnya Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan

dan pembagian Daerah-daerah tingkat II dalam wilayah Propinsi Sulawesi

Selatan, maka ke empat Onder Afdeling tersebut menjadi Kabupaten

Tingkat II, yaitu masing-masing Kabupaten Tingkat II Barru, Sidenreng

Rappang, Enrekang dan Pinrang, sedangkan Parepare sendiri berstatus

Kota Praja Tingkat II Parepare. Kemudian pada tahun 1963 istilah Kota

Praja diganti menjadi Kotamadya dan setelah keluarnya UU No. 2 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka status Kotamadya berganti

menjadi “KOTA” sampai sekarang ini.

Didasarkan pada tanggal pelantikan dan pengambilan sumpah

Walikotamadya Pertama H. Andi Mannaungi pada tanggal 17 Februari

1960, maka dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Page 49: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

35

No. 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya Parepare tanggal

17 Februari 1960.

C. Gedung Perkawinan di Kota Parepare

Sarana umum yang dimaksudkan di sini adalah sarana umum yang

digunakan untuk resepsi perkawinan di kota Parepare dalam hal ini

adalah gedung-gedung resepsi perkawinan. Di kota Parepare terdapat

beberapa gedung resepsi perkawinan yaitu :

1. Gedung Islamic Centre

Gedung ini sering kali digunakan untuk resepsi perkawinan

yang terbilang mewah karena ukuran gedung ini cukup luas dan

berada pada posisi strategis dan letaknya bersampingan dengan

mesjid Islamic Center, sehingga tidak sedikit orang yang

melaksanakan akad nikah di mesjid tersebut dan kemudian

berpindah ke gedung untuk melangsungkan upacara resepsi

perkawinan. Gedung inI dapat menampung hingga kurang lebih

1.500 tamu undangan. Gedung ini terletak di jalan H. Agussalim kota

Parepare dan dikelolah langsung oleh pemerintah kota Parepare,

maka dari itu harga sewa gedung ini terbilang murah dari harga

gedung-gedung untuk resepsi perkawinan lainnya. Harga dari

gedung ini hanya mencapai Rp. 2.500.000,-.

Page 50: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

36

Gambar IV. 1: Gedung Islamic Center

Sumber : Dokumentasi Peneliti

2. Gedung Baruga Pratistha

Gedung ini mampu menampung kurang lebih 1.000 orang tamu

undangan yang terletak di jalan A. Mappatola kota Parepare,

letaknya berada di dalam kompleks pekarangan polres Parepare.

Pengelolaan gedung tersebut masih dalam naungan polres pare-

pare, jadi ketika anggota polisi atau pun staf yang masih berada

dibawah naungan polres pare-pare, akan mendapatkan potongan.

Hal yang berbeda ketika gedung tersebut digunakan atau pun

disewa oleh seseorang yang berada diluar lingkup instititusi tersebut

maka ia akan memperoleh biaya penuh atau biaya tanpa potongan.

Page 51: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

37

Gambar IV. 2 : Gedung Baruga Pratistha

Sumber : Dokumentasi peneliti

3. Gedung Graha Muslinda

Gedung ini merupakan gedung yang cukup sederhana yang

hanya bisa menampung kurang lebih 500 orang tamu undangan.

Gedung ini sering digunakan oleh orang-orang yang melangsungkan

upacara perkawinan yang cukup sederhana dan tidak menyebar

undangan lebih dari 500, tetapi harga penyewaan gedung ini

mencapai harga Rp. 5.000.000,-. Harganya cukup mahal karena

dikelolah oleh pemilik gedung itu sendiri. Gedung ini terletak pada

posisi yang cukup strategis di jalan Bau Massepe kota Parepare .

4. Hotel Grand Kartika

Hotel ini baru didirikan pada tahun 2015, sehingga fasilitas yang

diberikan kepada pengguna gedung ini terbilang masih baru, maka

dari itu gedung ini sering digunakan untuk upacara perkawinan yang

cukup sederhana dan terkesan minimalis karena gedung dari hotel ini

Page 52: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

38

tidak terlalu luas, jadi bagi orang yang melangsungkan upacara

perkawinan dengan tamu undangan sekitar 500 orang, maka suasana

gedung inilah yang bisa membantu agar tamu pada pesta tersebut

terlihat ramai. Gedung ini hanya mampu menampung kurang dari 500

orang tamu undangan dan harga sewa gedung ini Rp. 3.000.000,-

yang terletak di jalan H. Agussalim kota Parepare.

Gambar IV. 3 : Hotel Grand Kartika

Sumber : Dokumentasi peneliti

5. Hotel Kenari

Gedung hotel ini hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu

(apabila gedung yang lain sudah penuh), mengingat letak gedung ini

yang cukup jauh dari keramaian, harga sewa gedung ini cukup

mahal. Tetapi pengunjung serta tamu undangan dapat melihat

keindahan kota Parepare dari gedung ini karena letaknya lebih tinggi

dari kota Parepare secara keseluruhan. Gedung ini terletak di jalan

Jendral Sudirman kota Parepare.

Page 53: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

39

6. Hotel Delima Sari

Gedung dari hotel ini termasuk gedung tua yang terus

diperbaharui sehingga masih banyak digunakan hingga sekarang,

gedung hotel ini tidak terlalu luas dan tidak pula sempit. Di gedung ini

mampu menampung hingga 1.000 tamu undangan. Gedung ini

terletak di jalan A. Makkasau kota Parepare.

Gambar IV. 4 : Hotel Delima Sari Sumber : Dokumentasi peneliti

D. Prosesi Perkawinan Bugis

Ada beberapa prosesi upacara perkawinan Bugis di Kota Parepare

menurut data hasil penelitian yaitu :

1. Ma’ baja laleng ( Membuka Jalan )

Ma’ baja kaleng merupakan suatu proses dalam

penyelenggaraan perkawinan pada masyarakat Bugis khusunya di

Kota parepare dimana kerabat yang diutus oleh keluarga calon

mempelai laki-laki membuka jalan kepada keluarga calon mempelai

Page 54: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

40

perempuan yang diinginkan kemudian dilanjutkan dengan prosesi

ma’bicara dui’ menre’.

2. Ma’ Biacara Dui’ Menre’

Ma’ bicara dui’ menre’ merupakan suatu proses dalam

penyelenggaraan perkawinan pada masyarakat Parepare dimana

dalam acara tersebut kerabat terdekat dari keluarga laki-laki datang

ke rumah keluarga perempuan dengan tujuan untuk membahas uang

belanja (dui’ menre) yang diminta oleh keluarga perempuan dan

kesanggupan dari keluarga laki-laki. Biasanya orang yang datang

Ma’ Bicara Dui’ Menre adalah orang-orang yang dituakan dan

dipercayakan sebagai penyambung lidah dari pihak laki-laki, seperti

paman, tante, serta kerabat - kerabat tertua supaya lebih mudah

menghubungkan pembicaraan dari kedua belah pihak untuk

membahas uang belanja (dui’ menre atau uang yang digunakan

mempelai wanita untuk mengadakan pesta dan akad nikah dari calon

mempelai laki-laki), Sompa (emas kawin) dan lain-lain yaitu

pemberian berupa uang atau harta dari pihak keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan sebagai syarat sahnya pernikahan

menurut ajaran Islam.

Berdasarkan pembicaraan antara keluarga dari pihak laki-laki

dengan orang tua si perempuan, maka orang tua tersebut berjanji

akan menyampaikan kepada keluarga dari pihak laki-laki untuk

Page 55: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

41

datang kembali sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika terjadi

kesepakatan maka ditentukanlah waktu Mappettuada.

3. Mappettuada (Membuat Kesepakatan)

Maksudnya, kedua belah pihak bersama-sama mengikat janji

yang kuat atas kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya.

Pada kesempatan ini calon mempelai perempuan didandani untuk

menyambut tamu dari pihak laki-laki.

Dalam acara mappettuada ini, perempuan yang akan dipinang

didandani sedemikian rupa agar terlihat menarik untuk dipandang

oleh keluarga laki-laki yang datang meminang. Akan tetapi,

dandanan pada waktu mappettuada lebih minimalis dari dandanan

pengantin pada umumnya.

Dalam acara ini akan dirundingkan dan diputuskan hari

perkawinan, serta menyerahkan sebagian uang belanja (dui menre’)

sesuai kesepakatan pada waktu Ma’ bicara dui menre dan akan

menyerahkan sisanya pada saat Esso Menre’ Botting e. Sejak

tercapainya kata sepakat, maka kedua belah pihak keluarga sudah

mempersiapkan keberlangsungan perkawinan tersebut. Makin tinggi

status sosial yang dimiliki oleh keluarga keluarga yang akan

mengadakan pesta perkawinan, maka makin lama juga dalam

persiapan yang dilakukan. Untuk pelaksanan perkawinan dilakukan

dengan menyampaikan kepada seluruh sanak keluarga dan rekan-

rekan.

Page 56: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

42

4. Mattale’ undangeng (Menyebar Undangan)

Mattale’ undangeng bertujuan untuk menyampaikan waktu

pernikahan dan mengundang seluruh kerabat dan rekan untuk

menghadiri pesta pernikahan yang akan dilaksanakan.

Seiring berjalannya proses mattale undangeng, indo’ botting juga

mempersiapkan perlengkapan yang akan dipakai pada pernikahan

tersebut. Mulai dari perlengkapan Dio Majang, Mappacci, Akad

Nikah, hingga pada acara pesta perkawinan. Semakin tinggi status

sosial seseorang, semakin banyak pula perlengkapan yang harus

disediakan untuk upacara perkawinannya.

5. Esso Turung

Jika prosesi mappettuada selesai, yang berarti tanggal

perkawinan telah ditentukan. Tiga hari sebelum hari perkawinan,

para tetangga dan kerabat terdekat turun membantu di rumah calon

pengantin. Ada yang membantu mengiris-iris, memasak, membuat

kue, mengelap piring, serta membantu mendirikan sarapo (beberapa

bambu yang dikumpulkan untuk membuat bangunan sementara

yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga), jika sarapo

tersebut didirikan.

6. Dio majang (Mandi Mayang)

Upacara ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi

perkawinan Jawa. Upacara ini bermaksud untuk membersihkan diri

lahir dan batin sehingga saat kedua mempempelai mengarungi

Page 57: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

43

bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari

Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya yang

akan dilanjutkan dengan Macceko (mencukur rambut halus) di

sekitar dahi yang dilakukan oleh indo’botting.

Hal ini dipercaya dapat membersihkan calon mempelai dari

semua hal yang masih tersisa pada diri calon mempelai sebelum

diserahkan kepada pasangannya yang dilaksanakan pada pagi hari

sebelum didandani oleh indo’botting untuk wenni mappacci.

7. Mappanre Temme (Khatam Al-Qur’an)

Upacara ini merupakan penamatan Al-qur’an yang

dilaksanakan bagi calon-calon pengantin yang belum Khatam Al-

Qur’an. Maka prosesi ini dilaksanakan sebelum prosesi mappacci.

8. Wenni Mappacci

“Mappacci iyanaritu gau’ ripakkeonroi nallari ade’ gau mabbiasa tampu’ semu-sennuang, ri nia akkattana madeceng mammuarei pammase Dewata seuwae.” (Badruzzaman, 2007)

Maksudnya : Mappacci merupakan upacara yang dilakukan sesuai dengan adat yang mengandung harapan yang baik, dengan maksud yang baik supaya diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Mappaccing berasal dari kata paccing yang berati bersih,

mappaccing artinya membersihkan diri. Upacara ini secara simbolik

menggunakan daun pacci (pacar). Karena acara ini dilaksanakan

pada malam hari maka dalam bahasa Bugis disebut ”Wenni

Mappacci”

Page 58: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

44

9. Esso Menre botting e

Mempelai laki-laki diantar ke rumah mempelai wanita untuk

melaksanakan akad nikah (jika belum melakukan akad nikah) dan

membawa seserahan yang berupa kue-kue tradisional Bugis khusu

penantin, pakaian, alat, mandi, alat make-up, serta alat shalat untuk

diserahkan kepada calon mempelai perempuan yang telah d susun

dan dihias oleh indo’botting dari pihak laki-laki . Karena pada

masyarakat Bugis ada juga yang telah melaksanakan akad nikah

sebelum acara perkawinan dilangsungkan yang disebut kawing soro’.

Kalau sudah melaksanakan kawing soro’ hanya diantar untuk

melaksanakan proses mappasikarawa. Setelah mappasikarawa

maka dilanjutkan dengan acara marellau dampeng (memohon maaf)

kepada kedua orangtua pengantin, dan kepada seluruh keluarga

terdekat yang sempat hadir pada akad nikah tersebut.

10. Marola

Acara ini merupakan prosesi penting dalam perkawinan adat

Bugis yaitu merupakan kunjungan balasan dari pihak perempuan ke

pihak laki-laki dengan membawa balasan seserahan dari mempelai

laki laki yang telah disusun dan dihias oleh indo’botting dari

mempelai perempuan. Dilanjutkan dengan acara marellau dampeng

(memohon maaf) kepada kedua orangtua pengantin, dan kepada

seluruh keluarga terdekat yang sempat hadir pada acara marola

tersebut. Adapun marola wekka dua yaitu mempelai perempuan

Page 59: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

45

hanya bermalam satu malam saja dan sebelum matahari terbit kedua

mempelai kembali ke rumah mempelai perempuan.

11. Resepsi Perkawinan

Setelah seluruh prosesi akad perkawinan berlangsung,

biasanya diadakan acara resepsi (walimah) dimana semua tamu

undangan hadir untuk memberikan doa restu dan sekaligus menjadi

saksi atas pernikahan kedua mempelai agar mereka tidak berburuk

sangka ketika suatu saat melihat kedua mempelai bermesraan.

Page 60: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Indo’botting Dalam Acara Perkawinan Bugis

Indo’botting merupakan status yang didapatkan oleh seseorang yang

mempunyai keahlian dalam merias pengantin serta mendekorasi rumah

pengantin. Tetapi keahlian yang dimilikinya tidak hanya sebatas itu, ada

pula pengetahuan-pengetahuan lokal yang dimilikinya sehingga dia

dipercaya oleh masyarakat dapat mengorganisir upacara perkawinan

khususnya perkawinan Bugis di Kota Parepare. salah satu indo’botting

menjelaskan proses sehingga bisa menjadi indo’botting seperti sekarang

ini.

“iya mulai mancaji indo’botting sekitar seppulo taung. wettukku biccu, tulu maccio ma okko neneku ko engka bottinna. iya de’na engka uassikolai asenna botting apalagi ko botting ogi mi, tapi maloppo okkoma acara botting e jaji mega uisseng apa iya tu de’ gaga sikola ku temme ma bawang SD nappa tulu laona sibawang i neneku ko engka bottinna. narang mate i neneku, iya na lanjut i iye jama-jamang e apa iya bawang appona misseng i pekko maneng carana ko ipappakei botting e. apa ero indo’botting e riolo tu na’benniang aga bottinna biasa ta’ tellungesso melona acara e lao memenni ma’benniang i, biasa lalo aga ta’ siminggu lao nabbenniang calon botting e. jaji iya na lanjut i selama mate i neneku, engkana seppulo taung jaji indo’botting”(Else, 42 tahun).

“Saya mulai menjadi indo’botting sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu, sewaktu kecil, saya selalu ikut bersama nenek ketika ada upacara perkawinan yang dia kerjakan. Saya tidak pernah sekolah tentang perkawinan apalagi perkawinn bugis, tetapi saya dibesarkan dibeberapa acara perkawinan, jadi banyak pengetahuan yang saya dapatkan. Saya hanya tamat SD kemudian ikut bersama nenek jika ada acara perkawinan. Hingga saat ini, nenek meninggal, jadi saya yang melanjutkan pekerjaan ini karena hanya saya cucunya yang tau bagaimana merias pengantin. Karena indo’botting jaman dulu biasa menginap di rumah pengantin sekiar 3 hari sebelum hari perkawinan bahkan kadang menginap sekitar 1 minggu. Jadi saya yang melanjutkan selama nenek saya meninggal, saya sudah menjadi indo’botting selama 10 tahun”.

Page 61: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

47

Pada kutipan di atas, di jelaskan bahwa Else (42 tahun) mendapat

pengetahuan dari neneknya yang dulu berstatus sebagai indo’botting.

pengetahuan yang dimilikinya hanya didapatkan dari pegalaman selama

kurang lebih 20 tahun ikut bersama neneknya untuk menyelesaikan

perannya dalam upacara perkawinan Bugis. Status indo’botting yang

disandangnya mulai sejak neneknya meninggal hingga saat ini yang

sudah berlangsung sekitar 10 tahun.

Pada perkawinan masyrakat Bugis, peran indo Botting sangat

berpengaruh terhadap kelancaran upacara perkawinan. Proses upacara

perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bugis dimulai dari

mappetuada hingga resepsi perkawinan. Tahap perkawinan yang

dilakukan tersebut memerlukan peran indo botting untuk mengurus

jalannya proses upacara perkawinan. Ia berperan sebagai orang yang

memiliki keahlian dalam merias pengantin serta perlengkapan upacara

perkawinan.

Dalam upacara perkawinan masyarakat Bugis khususnya di kota

Parepare, figur Indo botting perannya terbagi dalam beberapa tahap

upacara perkawinan. Peran indo’botting yang dimaksud yaitu merias

pengantin, mendekorasi rumah pengantin hingga ke gedung resepsi

perkawinan, menyediakan bosara (wadah yang digunakan untuk

menyajikan kue dalam acara-acara besar di suku Bugis yang berbentuk

seperti piring dan mempunyai sedikit kaki disertai penutup), menyediakan

alat makan di rumah pengantin seperti piring, cangkir, piring ceper (piring

Page 62: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

48

yang berukuran yang digunakan oleh tamu untuk mencicipi kue yang

disajikan diatas bosara), sendok makan, sendok kue (berbeda dengan

ukuran sendok makan, sendok kue dalam hal ini berukuran lebih kecil

daripada sendok makan), dan lain-lain, menyediakan meja makan (meja

yang digunakan untuk menyajikan makanan dirumah pengantin yang

disajikan untuk tamu pengantin) dan meja bosara (meja yang disediakan

untuk menyusun bosara diatasnya yang disajikan untuk tamu yang hadir

dirumah pengantin) , dan tenda.

Merias pengantin merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh

indo’botting. Tugas yang dilakukan oleh beberapa informan yang berperan

sebagai indo’botting terlihat seperti sesuatu yang telah disusun dan

dijadwalkan. Merias pengantin dimulai dari upacara mappettuada hingga

malam resepsi pernikahan.

Dalam tahapan merias pengantin, indo’botting perlu

mempersiapakan alat makeup yang akan digunakan untuk mendandani

pengantin dan pakaian pengantin dalam hal ini waju botting (baju

pengantin) yang dipasangkan dengan lipa’ botting (sarung pengantin)

yang kini dibuat seperti rok agar lebih mudah digunakan, serta perhiasan

yang akan dipakai oleh pengantin seperti : potto botting (gelang

pengantin), rante botting (kalung pengantin), anting-anting, pinang goyang

(perhiasan yang ditancapkan pada rambut pengantin perempuan yang

telah disanggul), kutu-kutu (hiasan tambahan pada rambut pengantin

perempuan yang dulunya berupa bunga melati asli yang kini telah

Page 63: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

49

menggunakan cotton buds sebagai pengganti bunga melati, dan adapula

yang terbuat dari hiasan berbentuk mutiara yang dibuat agar bisa

ditancapkan pada rambut pengantin perempuan), simpolong tettong

(sanggul berdiri yang diletakkan dibagian belakang rambut) yang dihiasi

dengan kembang warna warni disampingnya agar menambah keindahan

sanggul, patteppo (yang berbentuk seperti bando yang diletakkan diatas

kepala pengantin perempuan untuk menambah keindahan di bagian

kepala si pengantin), sigerra (perhiasan yang dikenakan dikepala

pengantin laki-laki), yang digunakan untuk menambah keindahan dalam

penampilan si pengantin yang juga mempunyai fungsi dan makna masing-

masing.

Gambar V. 5 : alat makeup yang digunakan untuk mendandani pengantin

perempuan Sumber : Dokumentasi Peneliti

`

Page 64: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

50

Gambar V. 6 :Potto botting (gelang pengantin) moderen

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 7 : Pinang Goyang Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 8 : Anting-anting

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 9 : Rante Botting (kalung pengantin)

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 65: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

51

Gambar V. 10 : Kutu-kutu

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 11 : Simpolong Tettong

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 12 : Pantteppo

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Informan Else mengatakan bahwa :

“mappabbedda maneng tu indo’ botting e. Ko makkunrai ipabeddani nappa ipappakei ni pekeang botting, biasa metoka jadi indo’ botting okko botting orane we tapi ko botting orane ippappake mi bawang nappa ibeddaki cedde tapi ipanipiki ladde i ero lagi biasa de’na melo. Jadi mulai ki mappabedda ko melo i dio majang tapi ibeddaki biasa mi jolo, yang penting engka beddana madekke nappa ko wenni

Page 66: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

52

melona mappacci, bajanna si ko melo i kawing, nappa pestana (Else, 42 tahun).

“Semua indo’botting bisa mendandani pengantin. Jika perempuan, maka didandani kemudian indo’botting mengenakan pakean pengantin kepada si pengantin, tetapi kalau pengantin laki-laki, indo’botting hanya mengenakan pakean pengantin kepada si pengantin laki-laki kemudian di beri sedikit bedak, tetapi di aplikasikan setipis agar tidak terlihat kalau pengantin laki-laki menggunakan bedak tetapi ada juga pengantin laki-laki yang tidak mau menggunakan bedak sama sekali. Jadi indo’botting mulai mendandani sebelum mandi mayang tetapi didandani secara natural, kemudian dirias lagi sebelum malam mappacci, kemudian esok harinya sebelum nikah, dan resepsi perkawinan”.

Keahlian merias yang ditunjukan oleh para indo’ botting merupakan

pekerjaan yang cukup membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Para indo’ botting mengakui bahwa merias pengantin

adalah keahlian yang harus dikuasai oleh semua para indo’ botting,

karena keahlian inilah yang menjadi penilaian dari masyarakat untuk

diakui sebagai indo’ botting. Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu

Informan pengguna indo’botting :

“yang paling pertama ku liat saya kalau pergi ka pengantin itu, bedaknya sama baju pengantinnya. Jadi waktuku mau menikah, langsung memang meka pergi sama itu indo’ botting e yang pernah na pake teman ku karna ku suka liat i bedaknya sama baju pengantinnya. Masalahnya satu kali ki ji mau menikah, jadi dicari memang mi indo’botting yang bisa kasi cantikki” (Anggi, 23 tahun).

“Yang paling pertama saya lihat ketika menghadiri acara perkawinan, bedak dan pakaian yang digunakan pengantinnya. Jadi sewaktu saya mau menikah, saya langsung mencari indo’botting yang pernah digunakan oleh teman saya karena saya suka dengan riasan pengantinnya. Karena upacara perkawinan hanya dilakukan sekali seumur hidup, jadi kita harus mencari indo’botting yang terbaik”.

Hal tersebut di atas menerangkan bahwa betapa petingnya peranan

indo’botting dalam persiapan merias pengantin. Bukan hanya itu, ada pula

satu hal yang tidak kalah pentingnya yaitu pengetahuan lokal indo’botting

Page 67: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

53

dalam bentuk mantera-mantera (cenning rara), yang digunakan agar calon

pengantin yang diriasnya terlihat lebih cantik dan mempesonna (makerra).

Yang juga dikatakan oleh informan :

“Okko toni ro rekeng beda na indo’ botting e sibawa pabedda biasa e, apa idi engka iseng-isseng supaya messu i cahayana botting e. ko melo ni iceko, ibaca ni jolo ero apa pole okko cekona tu botting e na mattappa botting tauke, engka to ko ma’bedda i, ko ijakka i aga engka to, lain to ko maddadasa i tapi tette meto ipakanjaki bateta mappapake botting, apa amo maga baca-baca mu ko assala ma’jama mo bawang tette meto i meja tu jajinna” (Hj. Sennang, 67 tahun)

“Perbedaan indo’botting dan tukang make up biasa terletak pada cara mendandannya, karena kita sebagai indo’botting mempunyai pengetahuan agar pengantin kelihatan bercahaya setelah didandani. Sebelum macceko, ada mantra yang dibacakan terlebih dahulu karena kecantikan pengantin nampak dari hasil macceko, ada juga mantra sebelum mengaplikasikan bedak, sebelum menyisir rambut juga, dan lain juga sebeelum mengaplikasikan dadasa, tetapi cara kerja juga tetap diiperhatikan, karena bagaimanapun keahlian kamu dalam membaca mantra jika cara kerjamu asal-asalan, hasilnya pasti jelek”.

Yang kemudian dibantahkan oleh Informan Else yang katanya tidak

lagi menggunakan cenning rara dalam proses merias pengantin karena

dimana perlengkapan untuk merias pengantin telah berkembang

sedemikian rupa, menurutnya yang harus diperhatikan dalam proses ini

adalah teliti dalam bekerja. Seperti yang di jelaskan pada kutipan berikut :

“Ko mabbedda taue harus ki mateliti apa ero yaseng cenning rara de’na nalaku makkukkue, tau rioloe mi tu na carepai tappana botting e apa tuli na berrung ni na pennoi miccu. Ko indo’ botting makkukkue de gaga ni yaseng baca-baca apa engkana yaseng bedda ultima, bedda sonia aga. Pa bulu meni tu taue ko melo mopi pa’ baca-baca” (Else, 42 tahun).

“jika kita mendandani, kita harus teliti karena yang namanya cenning rara (mantra-mantra) sudah tidak digunakan saat ini, hanya indo’botting jaman dulu yang menggunakannya, hanya mengotori wajah si pengantin karena selau meniup dan meludahi wajah pengantin. Kalau indo’botting sekarang, sudah tidak menggunakan mantra-mantra karena sudah ada macam-macam bedak seperti

Page 68: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

54

bedak ultima, serta bedak sonia. Hanya orang kampungan yang masih menggunakan mantra dalam merias pengantin”.

Hal yang harus dipersiapan oleh indo’botting kemudian yaitu

persiapan dekorasi di rumah pengantin. Persiapan tersebut berupa

lamming (pelaminan tempat kedua mempelai akan bersanding), dan

tabere (terbuat dari kain beludru dengan lebar sekitar 20 yang

mengelilingi ruangan-ruangan di rumah pengantin) sebagai hiasan

untuk memperindah rumah pengantin yang mempunyai makna

tersendiri dan sebagai penanda bahwa dirumah tersebut akan

dilaksanakan upacara perkawinan, dan dekorasi kamar pengantin.

Gambar V. 13 : Lamming (pelaminan) yang akan digunakan untuk prosesi

mappacci Sumber : Dokumentasi Peneliti

Page 69: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

55

Gambar V. 14: Dekorasi kamar pengantin

Sumber : Dokumentasi Penulis

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu Indo’ Botting bernama

Memet (32 tahun) :

“Wettu bottinna ero anakna Puang Aso, melo telumpuleng upassedia

pakkakkasa bottinna. Wajunna mulai mappacci lettu pesta baru maneng, lamming na, taberena aga baru maneng, nappa tenda mappassedia ka seppulo petak (okko bolana lima petak, okko gedung e lima to petak) apa ero tenda na okko bolana de’na wedding iganggu lettu selesai maneng acara e. Duanggesso puraku sipettuang menre memenna juppandang mabelanca apa amo bosara e baru maneng to, ero bosara kaca e upakeang i. Jadi siminggu sebelum esso bottingna lao memenna ma’dekor okko bolana, apa onroanna aga mappacci ipakkaderai pappacci e, makkadera toi tau e okko mejang bosara e nappa engkasi pada bola bola pole aso e iakkibua na onroi botting e dio majang nappa idekor maneng to ero, perhiasanna botting e baru maneng. Ero bawang lamming, tabere, sibawa waju botingna melo duampuleng nappa selesai maneng. Lamming sibawa tabere okko bolae bawang siaga memeng apa bola loppo, engka to ilaleng bola, engkato okko tenda e iyolo bolana. Laingsi okko gedung e, gedung loppo to na onroi i nappa na tambai mopi tenda okko saliweng na gedung e, ipasangeng maneng tabere ero (Memet, 32 tahun)

“Sewaktu upacara perkawinan anak dari Puang Aso, saya meyediakan pelengkapan perkawinannya selama hampir 3 bulan. Pakaian mulai dari prosesi mappacci hingga resepsi dibuatkan baru, lamming, dan tabere semuanya dibuatkan baru, kemudian saya menyediakan tenda sebanyak 10 petak (di rumahnya 5 petak dan di gedung 5 petak) karena tenda yang dipasang dirumahnya tidak boleh diganggu sampai selesainya acara. Dua hari setelah memutuskan

Page 70: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

56

untuk menggunakan jasa saya, saya langsung ke makassar untuk belanja perlengkapan untuk digunakan pada upacara perkawinan tersebut, karena bosara yang digunakannya pun semuanya baru, saya menggunakan bosara kaca pada saat itu. Jadi 1 minggu sebelum hari perkawinan, saya kerumahnya untuk mendekorasi rumah pengantin karena pelaminan yang digunakan untuk mappacci dibikin lebih tinggi dari biasanya, jadi orang yang mau memberi pacci kepada pengantin disediakan kursi di depan pelaminan dan orang-orang yang duduk di meja bosara juga menggunakan kursi. Adapula rumah-rumah yang dibuat dari bambu untuk mandi mayang dan kemudian di dekorasi lagi, perhiasan untuk pengantin juga baru. Itu lamming, tabere, dan baju pengantin hampir 2 bulan baru selesai. Lamming dan tabere saja untuk dirumah, cukup banyak yang dibutuhkan karena rumahnya besar. Ada didalam rumah dan ada juga di pasang di tenda depan rumahnya, lain lagi dekorasi di gedung, dia juga menggunakan gedung yang luas, dan ditambah juga tenda untuk diluar gedung yang juga dipasangkan tabere”.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Indo’botting Memet

mempersiapkan perlengkapan upacara perkawinan selama kurang lebih 3

bulan mulai dari baju pengantin yang digunakan untuk mappacci hingga

resepsi perkawinan, lamming, tabere, tenda, dan bosara. Hal tersebut

dikarenakan keluarga calon pengantin meminta semua perlengkapan

upacara perkawinan tersebut dibuatkan baru yang membutuhkan waktu

pembuatan baju, lamming, dan tabere sekitar 2 bulan. Hal tersebut terjadi

karena calon pengantin berasal dari keturunan bangsawan yang pertama

kali melakukan upacara perkawinan dalam keluarganya, maka dari itu

dekorasi serta pakaian yang akan digunakan calon pengantin juga harus

dibuat sebaik mungkin.

Berbeda dengan upacara perkawinan yang dilangsungkan dengan

cara sederhana dimana persiapan perkawinannya pun sangat sederhana

dan hanya membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk mempersiapkan

perlengkapannya dan bahkan ada pula persiapan yang dilakukan hanya

Page 71: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

57

dalam waktu 3 minggu saja. Seperti yang dikutip dari hasil wawancara (H.

Damang, 43 tahun) :

“Terakhir iye botting ku e sekitar siuleng upassedia persiapang bottingna, dua waju baru ujaikeng i nappa upappake i memenni mappettuada na tapi waju bodo biasa mi rekeng apa nappa i mappettuada nappa engka tona taberena cedde ugattungeng i okko bolana. Bekke tellu upappake i pakeang botting, wenni mappaccina, esso bottinna, sibawa bajanna melo lao mapparola. De’ to gaga pesta winninna, purana kawing tappa tudang toni jadi bajanna meni rekeng si. Upassediang maneng ni bosara na aga nappa bosara modele baruku uarengngi, penne bossara, penne anreang, prasmanan pokoknya lengkap, upacantiki toni kamara bottinna. Jadi limanggesso sebelum esso botting e laoni anakku ma’dekor, tapi ero bosara sibawa prasmanan, penne, cangkiri, biasa bajanna pesi ibawa maneng i. (H. Damang, 43 tahun).

“Terakhir pengantin yang saya kerja butuh waktu 1 bulan, saya menjahitakan 2 baju, dan saya memakaikan baju bodo untuk mappettuada tetapi baju bodo yang sederhana karena masih tahapan mappettuada dan dipasangkan juga sedikit tabere di rumahnya. Saya memakaikan pakaian pengantin sebanyak 3 kali, malam mappacci, hari perkawinan, dan esok hari untuk tahapan upacara mapparola. Tidak ada resepsi perkawinannya, setelah akad nikah dia langsung diantarkan ke gedung untuk resepsi perkawinan. Saya menyediakan bosara yang model terbaru, piring bosara, piring makan, prasmanan, pokonya lengkap, kamar pengantinnya juga dipercantik. Jadi 5 hari sebelum hari perkawinan, anak-anakku sudah ke rumahnya untuk mendekor, tetapi bosara, prasmanan, piring, cangkir, biasanya dibawah keesokan harinya”.

Informan H. Damang menjelaskan bahwa dia hanya membutuhkan

waktu selama kurang lebih 1 bulan untuk persiapan, karena hanya

membuatkan 1 baju baru saja untuk calon pengantin dan pemasangan

tabere, lamming, dan dekorasi kamar dirumah pengantin biasanya

dilakukan sekitar 1 minggu dan paling lambat 3 hari sebelum esso turung

sebagai tanda bahwa di rumah tersebut akan dilangsungkan upacara

perkawinan. Tetapi, perlengkapan seperti bosara, cangkir, dan piring

biasanya dibawah ke rumah pengantin sekitar 2 hari sebelum esso turung.

Page 72: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

58

Adapun prosesi upacara perkawinan yang dijelaskan oleh informan yang

membutuhkan peran indo’botting yaitu:

1. Mappettuada

Indo’botting (H. Bondan 49 Tahun) menjelaskan bahwa ketika

prosesi upacara mappettuada, perempuan yang akan dipinang

didandani kemudian mengenakan baju bodo yang dipasangkan

dengan lipa’sabbe (sarung sutera, dalam hal ini sarung yang dibuat

menyerupai sarung sutera) tetapi baju bodo yang dikenakan, bukan

baju bodo yang dikenakan orang-orang pada umumnya yang telah

disediakan oleh indo’botting. Ada baju bodo moderen yang dibuat

khusus untuk dikenankan oleh perempuan yang akan dipinang

supaya terlihat cantik dan anggun (malebbi) oleh tamu yang datang

mappettuada..

Pada prosesi ini, indo’botting mempunyai peran penting yaitu

menyediakan perlengkapan upacara mappettuada seperti, bosara,

meja bosara, tabere, dan yang penting yaitu merias calon pengantin.

Akan tetapi, tabere serta perlengkapan lain yang digunakan pada

saat mappettuada lebih sederhana daripada hari perkawinan (H.

Bondan 45 Tahun).

Riasan pada saat mappettuada juga lebih sederhana daripada

riasan pada saat mappacci hingga resepsi perkawinan karena belum

dilakukan proses macceko. Pada saat mappettuada, indo’botting

hanya memainkan foundation (bedak dasar) supaya lebih mudah

Page 73: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

59

untuk membentuk alis serta melukis wajah calon pengantin agar

terlihat indah, serta menggunakan baju bodo modern yang telah

dipersiapkan khusus untuk acara mappettuada dan mempunyai

konsep yang lebih sederhana yang digunakan untuk upacara macci,

esso menre botting e, mapparola, dan resepsi perkawinan. Yang

kemudian dibenarkan pada kutipan berikut :

“Mulaika mappabedda ko melo mappettuada, apa biasa sappa memengni indo’ botting ko melo i mappettuada jadi ipasangenn i aga lamming cedde okko bolana tapi ko ero pura e pi mappettuada nappa sappa i Indo’ Botting berarti melo pi dio majang nappa ibeddaki cedde. Ko purani idio majang, iantara ni lao salonge nappa iceko ni aga ipabedda, sanggul ni aga ko dena ma’jilbab, tapi ko pa’ jilbab imodelekenni jilbabna, nappa ipappake i waju melo e na pake mappacci. Biasa ko lao ni salonge tette eppa lettu tette sitenggana pitu ijemput ni pemeng lisu bolana mappacci nappa bajanna si ko esso menrena botting e lao si salonge ko purani massempajang subuh, ibeddaki ni nappa ipappakei lettu tette pitu atau sitengngana arua biasa ijemput ni pemeng nappa ibawa lao bolana mattajeng botting oroane, ko labeni botting makkunrai e siap siap tona iya lao bolana apa indo’ botting e si ma jaga botting’ ko mappasikarawa i taue tapi biasa meto keluargana mi jadi pa jagana botting e botting e apalagi ko bencong tona indo’ bottingna de’ na melo apa makkadai amo maga modelena tettei i orane ero bencong e apalagi megani aji macca majaga botting’. Nappa ko purani kawing laosi mapparola, ko poleni mapparola laosi pemeng salong e masselle waju untuk na pake pesta ko wenni. Ko pada moi pakeaanna esso kawing sibawa pestana rekeng de’ to isellei bedda’na tapi ko beda i, ibeddaki pemeng si apa biasa engka botting ko esso kawinna waju ade’ napake nappa ko wenni pestana biasa melo mappake seloyor jadi i beddaki pemeng si apa i sussu maneng pi dadasana jolo apa ipanyambung maneng i bedda na sibawa pakeanna’. Beda si ko botting orane, ko botting orane paling ipappakei mi bawang pake bottinna purani apa biasa engka botting orane de’na melo ipabedda” (Hj. Sennang, 67 tahun). “saya saya memulai mendandani sebab mappetuada, karena biasanya sebelum tahapan mappettuada dilakukan, calon pengantin sudah mencari indo’botting, jadi saat itu sudah dipasangkan lamming (hiasan) di sebagian kecil rumahnya. tapi jika calon pengantin baru mencari indo’ botting setelah mappettuada, berarti disaat hendak melakukan upacara dio

Page 74: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

60

majang barulah didandani sedikit. jika usai dio majang diantarlah pengantin ke salon guna didandani serta menghias bagian alis, disitu pula lah kemudian disanggul jika tidak berjilbab, akan tetapi jika berjilbab kemudian jilabnya di modifikasi (dihias), kemudian pengantin mulai mengenakan pakaian pengantin yang akan dipakai saat mappacci. biasanya pengantin berada di salon mulai jam empat (Sore) hingga setengah tujuh (malam) kemudian di jemput kembali ke rumahnya untuk melakukan upacara mappacci, esok hari setelah shalat subuh pengantin diantarkan kembali kesalon untuk dirias hingga sekitar jam 7 (pagi) atau jam setengah 8 (pagi) pengantin dijemput lagi untuk pulang ke rumahnya guna menyambut mempelai laki-laki. ketika mempelai perempuan sudah berangkat, saya mulai bergegas untuk berangkat ke rumah pengantin sebab indo botting lah yang menjaga pengantin ketika mappasikarawa. tapi kadang juga keluarga pengantin yang menjadi penjaga pengantin bagi pengantin perempuan, apalagi jika indo'bottingnya waria, ada yang tidak menghendaki sebab seperti apa pun wujudnya ia tetap laki-laki, apa lagi sudah banyak "aji" yang mampu menjanga pengantin. kemudian ketika usai akad nikah maka berangkatlah untuk mapparola, dan ketika usai mapparola pengantin kembali ke salon untuk mengganti pakaian yang akan digunakan ketika resepsi pada malam harinya. jika pakaian yang ia kenakan saat akad nikah dan resepsi pernikahan sama, tidak perlu lagi dirias, tapi jika yang ia kenakan berbeda maka kembali pula dirias sebab biasanya ada pengantin yang mengenakan pakaian adat dan ketika malam resepsi menggunakan gaun, jadi pengantin kembali dirias sebab dadasanya harus dihapus kemudian diselaraskan tata rias dengan gaunnya. beda halnya dengan pengantin laki-laki, jika pengantin laki-laki hanyalah dibantu mengenakan gaun pengantinnya sebab ia biasanya tidak ingin dirias”.

Page 75: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

61

Gambar V. 15 : Contoh riasan dan pakaian pada prosesi mappettuada

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 16 : Tabere yang digunakan pada saat mappettuada Sumber : Dokumentasi Peneliti

Gambar V. 17 : Contoh bosara pada saat mappettuada

Sumber : Dokumentasi peneliti

2. Mattale Undangeng (Menyebar Undangan)

Mattale undangeng ini dilakukan oleh beberapa orang wanita

dan laki-laki dengan menggunakan pakaian adat Bugis ( Baju Bodo

untuk perempuan dan jas tutup untuk laki-laki). Peran indo’botting

Page 76: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

62

dalam prosesi ini sangat dibutuhkan, karena indo’botting yang

menyediakan baju bodo yang digunakan oleh perempuan dan jas

tutup serta songko’ to bone (songkok yang berbentuk bundar terbuat

dari serat pelepah daun lontar) serta taleng undangeng (menyerupai

bosara tetapi tidak mempunyai kaki dan penutup yang berpeda dari

bosara, digunakan untuk menyipan undangan yang kemudian akan

diberikan kepada orangnya) dan pembungkusnya. Hal tersebut

dijelaskan dalam kutipan berikut :

“Iya’ maneng to sediangi baju bodona makkunrai e, lipa sabbe, jas tutup na oroanewe, songko to bonena na pake mattale undangeng, sibawa ero talang undangenge lollong pabbukkuna

(H. Bondan 45 Tahun)

“saya juga yang menyediakan baju bodo yang digunakan permpuan, sarung sabbe, jas tutup untuk laki-laki, songkok to bone yang digunakan untukmenyebar undangan, dengan tempat undangan dengan pembungkusnya”.

Seiring berjalannya proses mattale undangeng,indo’botting juga

mempersiapkan perlengkapan yang akan dipakai pada pernikahan

tersebut. Mulai dari perlengkapan Dio Majang, Mappacci, Akad

Nikah, hingga pada acara pesta perkawinan. Menurut Indo’botting

(H. Damang 43 Tahun), Semakin tinggi status sosial seseorang,

semakin banyak pula perlengkapan yang harus disediakan pada

acara perkawinannya.

3. Dio Majang (Mandi Mayang)

Dalam upacara ini indo’botting juga mempunyai peran yaitu

mendandani calon pengantin se-minimalis mungkin, menyiapkan

perlengkapan untuk dio majang, dan memimpin jalannya upacara dio

Page 77: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

63

majang. Setelah indo’botting memulai upacara tersebut, kerabat –

kerabat terdekat akan melanjutkan sembari mendoakan calon

mempelai yang biasa diakhiri dengan menyuapi calon mempelai

dengan makanan berupa kue-kue khas tradisional Bugis-Makassar

seperti, onde-onde, bolu peca, dan lain-lain yang ditempatkan dalam

suatu wadah besar yang disebut bosara loppo.

Gambar V. 18 : Dio majang yang dipimpin oleh indo’botting (yang sedang

bersalaman dengan calon pengantin) Sumber : Dokumentasi peneliti

Indo’ botting mempunyai pengetahuan dalam hal dio majang

yang berupa mantra agar inner beauty calon pengantin dapat

terpancarkan yang kemudian akan dirias untuk persiapan wenni

mappacci yang dimulai dari macceko (mencukur rambut-rambut

halus pada dahi, dibelakang telinga, sek itar alis) dengan tujuan agar

dadasa (lukisan hitam pada dahi mempelai wanita, melambangkan

bunga teratai yang percaya sebagai bunga suci dengan berbagai

khasiat) dan cilla (yang digunakan untuk memperindah bentuk alis

calon pengantin) dapat melekat dengan baik dan terlihat lebih indah.

Berbeda dengan pengantin sekarang ini, dimana peran indo’botting

Page 78: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

64

dalam dalam hal merias pengantin menjadi bertambah, karena calon

pengantin juga meminta dirinya dirias pada saat mappettuada. akan

tetapi, riasan untuk calon pengantin pada saat mappettuada sangat

berbeda dengan riasan setelah dio majang (persiapan mappacci).

Sebelum upacara dio majang, ada beberapa peran yang harus

dilakukan oleh indo’botting yaitu mendekorasi rumah pengantin dan

tenda yang dipasangkan di rumah pengantin. Pemasangan dekorasi

dirumah pengantin biasanya dipasang sekitar 3-5 hari sebelum hari

sebelum esso turung. Dekorasi yang dimaksudkan disini ialah

pemasangan lamming, pemasangan tabere, dan dekorasi kamar

pengantin. Berbeda dengan perlengkapan seperti : bosara, meja,

piring ceper, cangkir, serta piring makan makan yang dibawah ke

rumah pengantin sekitar 3 hari sebelum esso turung.

Gambar V. 19 : Bosara yang digunakan mulai esso turung sampai setelah akad

nikah Sumber : Dokumentasi peneliti

Page 79: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

65

4. Wenni Mappacci (Malam Pacar)

Dalam upacara mappacci, indo’botting juga mempunyai peran

penting yaitu memulai upacara mappacci dengan menaruh daun

pacci ditangan pengantin sambil mendo’akan calon pengantin agar

bersih dari dosa-dosa yang telah dilakukan sebelumnya yang

kemudian akan dilanjutkan oleh orang-orang yang telah diundang

untuk ikut serta dalam upacara tersebut. indo’ botting H. Sennang

mengatakan bahwa:

“pada mo tu dio majang e, iya meto iyolli si ko wenni si lao mappacci, jaji iya jollo menre’ mappacci nappa menre manenni iyero pura e iundang lao mappacci. Illau doangeng toni botting e leppe pole dosana supaya mapaccing nappa aka’ i bajanna (Hj. Nadi, 49 tahun)”

“sama halnya dio majang, saya juga dipanggil pada malam mappacci, jadi saya yang memulai prosesi mappacci kemudian dilanjutkan oleh orang-orang yang telah diundang untuk prosesi mappacci. Pengantin dido’akan supaya bersih dari dosa-dosanya untuk akad nikah esok harinya”.

Gambar V. 20 : Indo’ Botting (yang mengenakan baju berwarna

kuning) pada saat upacara mappacci Sumber : Dokumentasi Peneliti

Page 80: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

66

5. Esso Menre botting e

Peran indo’botting juga dibutuhkan pada saat prosesi

mappasikarawa, dimana indo’botting bertugas untuk menjaga

pengantin perempuan agar kepalanya tidak dipegang, karena

menurut pengetahuan yang dimiliki oleh indo’botting, apabila

pengantin laki-laki memegang kepala istrinya itu berarti ia

mengharapkan istrinya meninggal lebih dulu. Seperti pada kutipan

berikut :

“iyetu riolo indo’botting e jagai botting makkunrai e ko melo ipasikawara, indo’botting e bukkakeng i tange pappasikaeawa e sibawa botting oroane e tapi makkukkue uwita e amo tania indo’botting ko haji ni wedding toni ma’ bukka tange. Pa’ bukka tange istilana, Tapi mega mopa tau de’na melo sembarang pa jaga bottinna anakna, indo’ bottinna to pa. De’na wedding sembarangan taue ko mappasikawa i supaya silampereng i botting e. tapi iya maderri mopa aga isuro mancaji pa’bukka tange. Indo’botting bencong e mi tu de’ kapang na engkau na mancaji pa’bukka tange (Hj. Sennang, 67 tahun).

Indo’botting jaman dulu yang menjaga pengantin perempuan ketika prosesi mappasikarawa, indo’botting yang membuka pintu untuk laki-laki yang akan menjalankan prosesi mappasikarawa, tapi yang saya lihat sekarang meskipun bukan indo’botting kalau dia sudah berstatus haji, dia sudah bisa menjadi pembuka pintu. Istilahnya adalah pembuka pintu, tetapi masih banyak orang tua yang tidak mau jika pembuka pintu hingga penjaga pengantin untuk anak perempuannya bukan indo’bottingnya sendiri. Tidak boleh sembarangan orang untuk mappasikarawa supaya hubungan pengantin bertahan lama. Tetapi saya masih sering dijadikan pembuka pintu. Kecuali indo’botting bencong, mungkin tidak pernah menjadi pembuka pintu”.

Page 81: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

67

Gambar V. 21 : Indo’botting (yang mengenakan baju berwarna

kuning) ketika menjaga pengantin perempuan dalam proses mappasikarawa

sumber :Dokumentasi peneliti

6. Resepsi Perkawinan

Dalam prosesi resepsi perkawinan Bugis, sangat dibutuhkan

pula peran indo’botting dalam hal merias pengantin serta dekorasi

gedung yang digunakan untuk resepsi perkawinan. Puncak dari

upacara perkawinan Bugis yaitu pada prosesi resepsi perkawinan,

maka dari itu sangat dibutuhkan keindahan pada riasan pengantin

dan dekorasi pengantin

Dekorasi pengantin pada saat prosesi resepsi, berbeda dengan

dekorasi di rumah pengantin yang digunakan pada saat upacara

mappettuada dan berbeda pula dekorasi pada saat mappacci dan

esso menre’ botting e. Hal tersebut terjadi karena pada saat prosesi

resepsi, para tamu undangan berdatangan silih berganti menikmati

keindahan dekorasi dan riasan kedua mempelai yang dijadikan

kesempatan indo’botting untuk mempromosikan perlengkapan

perkawinan. Seperti, dijelaskan oleh indo’botting

Page 82: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

68

“Indo’botting e tu aga si saing-saing to i pakanjaki pakeang bottingna, apa ero taue sipu-pau toi makanja atau mejana pakeang botting e. Jadi ero tau meloe iyaseng nasappa toni indo’ botting makanja e pakeanna. Apalagi ko arung tona, de’ ladde tu na melo ikala kanja pakeanna. Idi indo’botting e kesempatan toni pasoliki pakeanta apa anu makanja maneng to rekeng iyalengi, tette meto isesuakan sibawa harga e (H. Bondan, 45 tahun)”.

“Indo’botting juga bersaing untuk membeperbaiki pakaian pengantin mereka, karena orang-orang saling memberitahu bagus atau tidaknya pakaian pengantin yang dia hadiri.jadi orang-orang yang mau dikata juga mencari indo’botting yang bagus pakaian pengantinnya. Apalagi kalau dari keturunan bangsawan, tidak mau kalau pakaiannya dikalah bagus dari pengantin biasa. Kita sebagai indo’botting juga mengambil kesempatan meninggikan harga sewa jasa karena semua perlengkapan yang diberikan juga yang terbaik, tetap disesuaikan dengan harga sewa”.

Gambar V. 22 : hasil make up dan pakaian yang digunakan pada saat

resepsi perkawinan Sumber : Dokumentasi Peneliti

Page 83: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

69

Gambar V. 23 : Lamming saat resepsi perkawinan

Sumber :Dokumentasi Informan

Gambar V. 24 : Tabere untuk resepsi perkawinan

Sumber : Dokumentasi peneliti

Menurut Else (42 tahun), prosesi pernikahan tidak sampai pada

tahap resepsi saja,tetapi masih ada serangkaian adat setelah prosesi

pesta pernikahan yang tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakat

Bugis sekarang ini.

“Ko pura I kawing to, ko purai mabarasanji wenninna, wenni pemenna na mappanre manu tau e. Dena wedding sideppe ko deppa na mappanre manu taue riolo. Tapi iye makkukkue de’ gagana, assala purani malludung pakeang laoni okko hotele e. iye riolo engka to tu yaseng mammanu manu, ipakkacubbu bottingge pitu lipa, nappa yassioreng aga botting makkunrai e iyawana ranjang e tu wingngerrang mopi iya wettukku anana, ero biasa neneku indo’ botting e paddio ka. Ero lipa e ikabbu mappada urungeng e, isio ero lipa e nappa itongko, irupa ni beneta. Mabbombo jolo botting e, 7 ni okkoro sibawa jadi ko mutuju I benemu selama ko, ko de mutuju I baja pesi musideppe” (Else, 42 tahun).

Page 84: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

70

“setelah upacara perkawinan, setelah barasanji pada malam hari, malam selanjutnya ada acara mappanre manu. Pengantin tidak boleh didekatkan sebelum prosesi mappanre manu. Tetapi sekarang sudah tidak diadakan, setiap selesai membuka pakaian pengantin, kemudian pengantin ke hotel untuk bermalam. Jaman dulu, ada prosesi yang bernama mammanu-manu, pengantin disembunyikan dalam 7 sarung, kemudian juga pengantin perempuan diikat dibawah ranjang, saya masih mengingatnya sewaktu masih kecil, karena dulu saya selalu ikut dengan nenek saya yang berstatus indo’botting. Sarung dibuat seperti kurungan, sarung itu diikat ujungnya kemudian ditutup. Suamiharus mengenali yang mana istrinya. Pengantin perempuan menutup seluruh tubuh, kemudian bersampingan dengan 7 orang lain jadi kalau kamu mendapatkan istrimu maka selamatlah kamu, tetapi jika tidak mohon bersabar, maka mungkin esok hari baru kamu bisa seranjang.

Akan tetapi, prosesi yang dimaksud pada kutipan diatas sudah

sangat jarang bahkan penulis tidak mendapatkan data secara

mendalam mengenai hal tersebut. Menurut penjelasan informan

indo’botting diatas, prosesi tersebut sudah tidak pernah didapatkan

lagi.

B. Strategi Indo’botting Dalam Pengembangan Usaha

Pengertian perkawinan menurut undang-undang No. 1 tahun 1974

pada pasal yaitu, “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”.

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang cukup penting

dalam kehidupan setiap orang dalam masyarakat, karena perkawinan

tidak hanya sebatas itu saja, tetapi menyangkut kedua keluarga yang ingin

disatukan dan bahkan sampai kepada para leluhur mereka. Ketik kita

Page 85: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

71

membahas tentang perkawinan, kita tidak terlepas dari pembahasan

mengenai sistem kekerabatan.

Beberapa tahun belakangan ini, kita sebagai masyarakat yang hidup

di perkotaan khusunya di kota Parepare dikejutkan dengan adanya

Wedding Organizer yang mampu mengorganisir upacara perkawinan

secara kompleks dan sesuai dengan konsep yang diminta oleh konsumen.

Maka dari itu, penulis akan membahas hasil penelitian mengenai strategi

yang digunakan oleh indo’botting agar jasanya selalu berkembang dan

tetap digunakan pada proses upacara perkawinan masyarakat Bugis di

kota Parepare.

Menurut hasil wawancara dan observasi peneliti, indo’botting tidak

pernah merasa resah dengan keberadaan WO karena indo’botting

percaya bahwa pengetahuan dan pengalaman dari WO masih sangat

minim mengenai upacara perkawinan masyarakat Bugis. Menurut

indo’botting Memet (32 tahun), bahwa bayak pengetahuan lokal yang

indo’botting ketahui dan tidak diketahui oleh WO. Pengetahuan lokal yang

dimaksud disini yaitu makna dari setiap bentuk dari tata rias pengantin

Bugis serta cenning rara yang digunakan oleh indo’botting. Menurut

Memet, selain indo’botting yang lebih banyak mengetahui tentang

pengetahuan lokal serta pengalaman mengenai perkawinan Bugis,

indo’botting juga tetap berusaha agar terlihat lebih modern tetapi tidak

keluar dari idealnya konsep adat Bugis. Memet juga percaya bahwa

Page 86: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

72

sebagian besar orang Bugis, lebih percaya dengan kinerja indo’botting

yang memang lebih berpengalaman dalam upacara perkawinan Bugis.

Ada berbagai macam pertimbangan yang dipertimbangkan oleh

pengguna indo’botting sehingga dia masih percaya bahwa indo’botting

lebih mampu dalam mengkordinir upacara perkawinan dalam hal tata rias

pengantin, seperti perlengkapan upacara perkawinan yang dimiliki

indo’otting. Pengalaman indo’botting dalam persiapan upacara

perkawinan, serta pengetahuan lokal indo’botting dalam menyelesaikan

tugasnya pada upacara perkawinan Bugis.

Pernyataan diatas dibenarkan oleh pengguna indo’botting Hj. A.

Nurmiati (49 tahun) menerangkan bahwa, pemilihan indo’botting yang

benar merupakan hal yang sangat penting. Persiapan upacara

perkawinan mulai dari penataan lamming di rumah pengantin hingga di

gedung tempat resepsi perkawinan, pakaian, bosara (wadah yang

digunakan untuk menyajikan kue dalam acara-acara besar di suku Bugis

yang berbentuk seperti piring dan mempunyai sedikit kaki disertai

penutup), tenda, meja, serta yang paling penting adalah tata rias untuk

pengantin itu sendiri terutama untuk mempelai perempuan merupakan

salah satu pendukung dalam keberhasilan upacara perkawinan Bugis,

karena menjadi sesuatu yang paling memalukan bagi satu keluarga

apabila ada kesalahan dalam upacara perkawinan yang diungkapkan

pada kutipan wawancara :

“tetteka pake Indo’botting apa indo’botting e naisseng manennni ade’na ogi e apalagi ko arung tona, idi arung e kesi mega ladde

Page 87: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

73

embel-embelna ko mappabotting ki, dena wedding sembarang. Ero mo keluarga e ko engka salah-salah cedde sicerita-cerita maneng. nappa indo’ botting na isseng maneng aga na butuhkan botting e. Apalagi iya nappakku melo mappabotting jadi de’pa uisseng ladde i aga ibutuhkan, ko indo’ botting e megani pengalamanna, de’na na to masara makkada engka salah-salahna. Indo’botting e tu aga mega isseng-issengna masalah ade’ supaya makanja aga tangngakenna botting e” (Hj. A. Nurmiati, 49 tahun)

“saya tetap menggunakan jasa indo’botting, karena indo’botting sudah mengetahui tentang adat Bugis apalagi jika keturunan bangsawan, kami yang berasal dari keturunan bangsawan sangat banyak perlengkapan untuk upacara perkawinan, tidak boleh sembarangan. Terutama keluarga yang menghadiri, apabila ada sedikit kesalahan dalam upacara perkawinan, maka akan menjadi bahan untuk diceritakan lagi kepada orang lain. Indo’botting juga sudah mengetahui semua perlengkapan untuk upacara perkawinan. Apalagi, ini pertama kali saya melakukan upacara perkawinan, masih sedikit pengetahuan mengenai kebutuhan upacara perkawinan, berbeda dengan indo’botting yang sudah mempunyai banyak pengalaman, kita sudah tidak ragu lagi dengan keslahan-kesalahan. Indo’botting juga mempunyai banyak pengetahuan tentang adat supaya pengantin terlihat menarik”.

Indo’botting (H. Bondan, 45 tahun) bahwa penentuan pemilihan jasa

Indo’ Botting merupakan hal yang yang cukup penting untuk upacara

perkawinan pada masyarakat Bugis. Karena, mulai dari penataan di rumah

pengantin hingga di gedung tempat resepsi serta tata rias untuk pengantin

itu sendiri merupakan salah satu pendukung dalam keberhasilan upacara

perkawinan.

Terdapat beberapa pengetahuan lokal mengenai dalam hal ini

cenning rara yang sempat penulis dapatkan dari salah satu indo’botting

yang telah menyelesaikan ratusan upacara perkawinan, mulai dari

upacara perkawinan masyarakat Bugis jaman dahulu, hingga perkawinan

masyarakat Bugis sekarang yang lebih modern.

Page 88: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

74

Dari beberapa hal yang dijelaskan diatas, penulis akan menguraikan

strategi-strategi yang digunakan indo’botting dalam persaingan usaha baik

dengan WO maupun sesama indo’botting itu sendiri, seperti berikut ini :

1. Media Sosial (Instagram dan Facebook) Sebagai Media

Promosi indo’botting.

Instagram dan facebook merupakan media yang saat ini sangat

banyak digunakan orang, baik dalam negeri, maupun di luar negeri.

Media ini banyak digunakan untuk memposting foto-foto dan video

untuk meningkatkan eksistensi diri seseorang maupun kelompok dan

tidak sedikit pula yang menggunakan media ini untuk menjual serta

memasarkan produk-produk tertentu.

Menurut Meike dan Young (dalam Nasrullah 2015:11)

mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi antara

komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to

be shared one-to-one) dan media public untuk berbagi kepada

siapa saja tanpa ada kekhususan individu. Sedangkan menurut

Van Dijk (dalam Nasrullah 2015:11), media sosial adalah platform

media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang

memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi,

Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium

(fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna

sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.

Page 89: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

75

Fitur-fitur dalam media sosial Instagram dan facebook yaitu

Hastag, geotag (fitur yang diciptakan untuk menandai koordinat dan

keterangan posisi berupa letak koordinat bujurnya supaya letak

pengambilan gambar atau video lebih mudah ditemukan), follow

(mengikuti seseorang dalam media Instagram), Add (menambahkan

pertemanan kepada seseorang dalam media facebook), share (fitur

yang digunakan untuk membagikan postingan baik foto ataupun

video. Fitur ini termasuk salah satu fitur yang sangat baik digunakan

untuk mempromosikan sesuatu), like (fitur untuk menyukai foto atau

video postingan seseorang), komentar (fitur yang diciptakan untuk

memberi ruang pada pengguna instagram dan facebook untuk

memberi komentar terhadap postingan seseorang), mention/tag

people (fitur untuk menandai orang lain, dalam hal ini pengguna

instagram dan facebook dalam sebuah postingan).

Instagram dan facebook merupakan aplikasi yang tidak

berbayar, oleh sebab itu berpromosi menggunakan media instagram

dan facebook dapat dikatakan rendah biaya dibandingkan dengan

menggunakan TV, Radio, Majalah, Billboard, Flyer, dan lainnya.

Salah satu alasan indo’botting menggunakan media sosial

instagram dan facebook sebagai media promosi yang utama adalah

karena indo’botting bergerak pada bidang jasa tata rias dan dekorasi

pengantin yang dimana hasil riasan dan dekorasi indo’botting akan

difoto ataupun dibuat dalam bentuk video yang akan diposting pada

Page 90: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

76

media instagram dan facebook, kemudian memasukkan informasi

seperti alamat, nomor telepon, serta beberapa informasi yang

dibagikan agar konsumen dapat dengan mudah mengakses

informasi yang dibutuhkan agar menarik perhatian para pengguna

media sosial yang melihat postingan tersebut untuk digunakan

jasanya atau merekomendasikan kepada teman-teman atau

kerabatnya untuk menggunakan jasa indo’botting tersebut. Strategi

promosi yang digunakan oleh indo’botting untuk berpromosi melalui

media sosial instagram dan facebook adalah dengan menggunakan

kamera yang bagus atau mengambil hasil foto dari fotografer

diunggah di instagram dan facebook. Sekarang ini, ada suatu alat

yang digunakan oleh sebagian kecil indo’botting berupa lampu yang

berbentuk lingkaran yang sangat membatu memaksimalkan

pencahayaan pada saat mengambil gambar hasil makeup agar

mendapatkan hasil foto yang lebih bagus. Selanjutnya adalah

menghasilkan foto yang bersifat eyegasm agar orang yang melihat

postinganya tergiur untuk menggunakan jasa indo’botting. Berikut

kutipan wawancara dari Informan Memet, 32 tahun :

“Di istagram ji sama facebook saya lebih banyak ku promosikan usahaku, karena anak-anak sekarang lebih suka main medsos sampai bisa dibilang hidupnya tergantung medsos jadi saya manfaatkan mi juga itu. Apa mega tau mollika lettu Toraja aga gara-gara instagram, pura na ita wasselena jama - jamangku nappa laoni sappa i alamatku. Nappa makkukkue rata – rata calon botting e meni pilei niga indo’botting melo na pake, jadi okkoni ro kesempatanku sappa langganan nappa biasa si pau-pau tu anak-anak e ko makanja naita, na pitassi sibawanna. Engkasi matu bottingku okko Kalimantan uleng dua, okko tomi ro facebook e na ita nappa na talipongi na, u kirim manengmi

Page 91: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

77

gambar pakeangku okko WA na nappa na podang tona aga elona. Makkomi ro” (Memet, 32 tahun).

“saya mempromosikan jasa indo’bottig yang saya miliki melalu instagram dan facebook, karena anak-anak jaman sekarang lebih sering bermain dengan media sosial sampai bisa dikatakan bahwa hidupnya bergantung pada media sosialjadi saya memanfaatkan hal tersebut. Karena banyak yang ingin menggunakan jasa indo’botting saya sampai ke Toraja hanya karena instagram, setelah dia melihat hasil kerja saya, kemudian dia datang mencari alamat saya. Dan sekarang, rata-rata calon pengantin yang memilih indo’botting yang mana yang ingin digunakan, maka dari itu saya mempunyai kesempatan mencari langganan lewat media sosial dan juga anak-anak yang telah melihat hasil kerja dari indo’botting kemudian menceritakan lagi kepada teman-temannya, dan memperlihatkan gambar tersebut kepada temanna. Bulan dua, saya dipanggil ke Kalimantan untuk mengorganisir upacara perkawinan, dia melihat hasil kerja saya melalu facebook lalu kemudian menelpon saya, contoh gambar pakaian hanya dikirim melalui aplikasi whats app kemudian menyampaikan kepada saya konsep yang dia inginkan”.

Kutipan diatas menjelaskan bagaimana Memet yang berstatus

sebagai indo’botting memanfaatkan media sosial instargam dan

facebook untuk mempromosikan jasanya agar dikenal oleh orang-

orang secara luas. Bukan hanya dalam kota saja, tetapi jasanya juga

digunakan sampai ke pulau Kalimantan.

2. Variasi Perlengkapan Pengantin (Tradisional – Modern)

Hal ini merupakan bagian dari strategi indo’boting supaya

jasanya selalu digunakan pada upacara perkawinan Bugis. Menurut

H. Bondan selaku indo’botting, variasi perlengkapan pengantin

merupakan hal yang sangat penting dalam persaingan usaha baik

sesama Indo’botting maupun Wedding Organizer. H. Bondan selalu

menambah pengetahuannya mengenai hal - hal terbaru untuk

perlengkapan upacara perkawinan.

Page 92: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

78

Salah satu cara yang dia lakukan adalah membuat pakaian,

dekorasi, perhiasan, serta perlengkapan upacara perkawinan lebih

moderen tanpa menghilangkan khas adat Bugis itu sendiri. Terutama

pada makeup yang juga tidak kalah pentingnya dalam pemilihan

indo’botting. Seiring berkembangnya zaman, banyak produk

kecantikan yang sangat mendukung agar hasil makeup pada

pengantin terlihat cantik serta cara – cara makeup moderen yang

juga telah banyak diketahui oleh indo’botting yang lain. akan tetapi

pengetahuan lokal indo’botting dalam hal ini cenning rara tetap

dipakai. Seperti pada kutipan berikut :

“makukkue mega ladde merek – merek baru, nappa ero taue naita maneng to bedda aga napake indo’ botting e, ko tania ero bedda – bedda bermerek e de’ tona namelo pake pakeanta, tette i sappa indo’ botting makanja e jaji harus ipakanjaki maneng. tapi ero bedda e, na pacantiki mi pole saliweng, ko cenning rara e ipake apa amo niga mita i botting e tette makanja pakkitanna mitai apa messu cahana pole laleng”. (H. Damang, 43 tahun)

“sekarang ini sangat banyak produk make up terbaru, kemudian orang-orang juga melihat alat make up yang digunakan oleh indo’botting, jika alat make up yang digunakan tidak bermerek, dia juga tidak mau menggunakan jasa yang kita sediakan, dia tetap mencari indo’botting yang terbaik, maka dari itu kita juga harus memperbaiki perlengkapan secara keseluruhan, tetapi alat make up hanya mempercantik pengantin dari luar, berbeda dengan cenning rara (pemikat) yang mempercantik pengantin dari dalam”.

Sekarang ini, tidak sedikit calon pengantin yang yang

terinspirasi pada pakaian India yang lagi booming saat ini, maka

indo’botting membuat sedemikian rupa agar pengantin perempuan

dirias layaknya orang India tetapi tidak keluar dari konsep

perkawinan Bugis pada umumnya seperti, hasil makeup yang dibuat

Page 93: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

79

mirip India tetapi tetap menggunakan dadasa serta sanggul dengan

simpolong tettong sebagaimana orang Bugis yang seharusnya dan

juga pakaian pengantin yang lebih moderen dipadukan dengan

sarung yang terbuat dari kain yang menyerupai sari India. Sari india

merupakan kain khas yang digunakan oleh orang india

Gambar V. 25 : Baju Pengantin moderen yang dipadukan dengan sarung yang

terbuat dari kain menyerupai sari India Sumber : Dokumentasi Peneliti

3. Harga Sewa Jasa Indo’Botting

Harga merupakan hal yang kemudian dilihat oleh orang yang

ingin menyewa jasa indo’botting setelah variasi perlengkapan

pengantin dan juga merupakan salah satu alasan mengapa

masyarakat masih tetap menggunakan jasa indo’botting karena

harga sewa jasa indo’botting sesuai dengan permintaan konsumen

dan dapat menyesuaikan harga sewa dengan kondisi ekonomi

penggunanya, sedangkan WO mematok harga yang lebih tinggi,

Page 94: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

80

dikarenakan WO mengorganisir upacara perkawinan secara

kompleks dan konsumen hanya dapat memilih paket yang telah

ditentukan oleh WO. Menurut indo’botting H. Bondan (45 tahun),

penentuan harga tergantung dari permintaan pakaian, dekorasi, serta

perlengkapan lainnya yang telah disediakan oleh indo’botting.

Semakin banyak pelengkapan yang dibutuhkan konsumen, maka

semakin tinggi pula bayaran yang akan diterima oleh indo’botting,

dan semakin sedikit perlengkapan yang diminta oleh konsumen,

maka semakin sedikit pula biaya yang harus dia keluarkan. Ada

beberapa contoh upacara perkawinan Bugis mulai dari upacara

perkawinan yang cukup mewah hingga yang sangat sederhana

dikota parepare dari beberapa indo’botting :

“Ero bottinna anakna Puang Aso patappulo lima juta ualengi harga tapi muita meto tu maga kanjana pakeanna, ero lagi de’ gaga dui usorokeng iya apa anggotaku mopa siaga upake. Ero bawang usorokeng apa tattambah si pakeang bottingku sibawa perlengkapan botting e rekeng apa anu baru maneng uelliang i nappa mega tau upake balikka ma’ gattung (Memet, 32 tahun)

“Upacara perkawinan anak dari Puang Aso membutuhkan harga sewa sebesar 45 juta rupiah, tatapi pakaiannya dibuatkan yang terbaik, itupun tidak ada keuntungan berupa uang yang saya dapatkan, keuntungan yang saya dapatkan hanya dari pakaian dan perlengkapan lain yang sudah menjadi milik saya karena semua perlengkapan saya beli yang baru untuk digunakan untuk upacara tersebut dan banyak tenaga yang saya butuhkan untuk memasang lamming dan tabere”.

Kutipan di atas merupakan hasil wawancara dari indo’botting

Memet yang telah menyelesaikan salah satu upacara perkawinan

yang cukup mewah di kota Parepare dengan harga sewa jasanya

Page 95: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

81

Rp. 45.000.000,-.Kemudian ada pula kutipan dari indo’botting H.

Damang (43 tahun) :

“Terakhir iye botting ku e seppulo pitu juta, dua waju baru ujaikeng i nappa upappake i memenni memenni mappettuada. Ero seppulo e pitu juta bekke tellu upappake i pakeang botting, wenni mappaccina, esso bottinna, sibawa bajanna melo lao mapparola. De’ to gaga pesta winninna, purana kawing tappa tudang toni jadi bajanna meni rekeng si. Tapi lengkap maneng ni bosara na aga nappa bosara modele baruku uarengngi, penne bossara, penne anreang, prasmanan pokoknya lengkap, upacantiki toni kamara bottinna (H. Damang, 43 tahun).

“upacara perkawinan yang saya kerjakan baru-baru ini membayar sewa jasa sebesar 17 juta rupiah, saya merias mulai prosesi mappettuada. Dari harga 17 juta tersebut, saya merias pengantin sebanyak 3 kali mulai malam mappacci, hari perkawinan, dan esok hari untuk prosesi mapparola. Tidak ada resepsi pada malam hari, fasilitas di berikan yang terbaik serta kamar pengantin yang didekorasi dibuat secantik mungkin”.

Kutipan di atas menjelaskan H. Damang yang juga merupakan

indo’botting yang cukup terkenal di kota Parepare dimana ketika

penggunaan sewa jasanya seharga Rp. 17.000.000,’, maka fasilitas

yang diberikan kepada pengguna indo’botting harus sesuai dengan

harga sewa yang dibayarnya karena kepuasan konsumen

merupakan hal utama agar supaya usaha tetap bertahan.

Selanjutnya ada kutipan dari Hj. Sennang (67 tahun) yaitu :

“Tergantung maga elona punna e acara, ko meloko makanja yaa masoli soli to tu, tapi ko keluarga biasa de’ ipappada i ko tau laingnge. Ko upalengkap maneng prasmanan e, meja bosara, cangkir, penne ceper, penne anreang okko bolana botting e, bosara na aga biasa, nappa uakkibuarenni waju baru ero na pake i pesta sekitar seppulo lima juta ko keluarga biasa tasseppulo mi juta aga yang penting rekeng genne ni upissaroang anggotaku ero lao e magattung. Laingsi ko luar daerah, iperhitungkan maneng dui bensing e aga sibawa anrena anggotaku okko laleng e. Tapi engka meto biasa ta’ lima mi juta tapi okko mi bawang bolana igattungeng lamming nappa ko mattenda i pale igattungeng toni cedde okko tenda e tapi tania iya misseng maneng i prasmananna, cangkirina,

Page 96: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

82

pennena anreang sibawa penne ceperena aga nappa ta bekke dua mi massele waju, mappacci bawang rekeng sibawa esso menrena botting e. (H. Sennang, 67 tahun)”

“tergantung bagaimana keinginan yang ingin melakukan upacara perkawinan, kalau mau yang terbaik pasti harga sewanya agak mahal, tetapi biasanya jika yang mau melakukan upacara perkawinan adalah keluarga, biasanya tidak diberi harga sewa seperti harga sewa yang diberikan kepada orang lain. Jika saya yang menyiapkan perlengkapan seperti cangkir, piring ceper, dan piring makan dirumah pengatin, bosaranya juga saya yang menyediakan, kemudian saya membuatkan baju baru untuk resepsi, sekitar 15 juta, tetapi kalau keluarga biasanya hanya sekitar 10 juta, yang penting sudah cukup untuk membayar upah orang-orang yang membatu saya. Lain pula jika upacara perkawinan berada diluar daerah, semua uang transportasi dan uang makan untuk orang-orang yang akan membantu saya menyelesaikan persiapan perkawinan tersebut diperhitungkan dengan baik. Tetapi ada juga yang hanya membayar sekita 5 juta, tetapi pelaminan dan tabere hanya dipasangkan di rumah pengantin dan jika dia menggunakan tenda, dan perlengkapan lain seperti prasmanan, piring makan, cangkir, serta piring ceper saya tidak tanggung dan dirias hanya 2 kali yaitu mappacci dan esso menre botting”.

Hj. Sennang menjelaskan pada kutipan diatas bahwa ada

beberapa pertimbangan dalam memberi harga, dimana ketika yang

akan menikah adalah keluarga, maka harga yang diberikan pasti

akan berbeda dengan harga yang diberikan orang lain. Misalnya,

orang lain menyewa jasanya akan diberi harga sekitar

Rp.15.000.000,- maka keluarga hanya akan diberi harga Rp.

10.000.000,-. Tidak hanya itu, Hj. Sennang juga biasa menerima

harga jasa sebesar 5.000.000,- tetapi fasilitas yang digunakan juga

pastinya sangat berbeda. Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu

informan sebagai pengguna indo’botting yang juga merupakan

keluarga Hj. Senang (67 tahun) :

Page 97: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

83

“de’na mungkin sappa ka indo’botting laing e iya apa engka mo pakeanna hj. Sennang makanja toni nappa na pasempoi metoki. Nappa ero aga apa’ keluarga, tuli nakkibuareng tona waju baru, tania iye masempoe na maroa’. Baru-baru iya bottinna anureku, pakeanna mo aji sennang upake na puas maneng mo keluarga e” (Hj. Wati, 48 tahun)

“Saya tidak mungkin mencari indo’botting yang lain karena sudah ada pakaian dari Hj. Sennang, pakaiannya sudah bagus dan harga sewanya juga lebih murah, selain itu saya juga mempunyai hubungan keluarga dan selalu membuatkan baju baru, bukan yang ramai dan murahan. Baru-baru ini, upacara perkawinan kemanakan saya, saya menggunakan jasa indo’botting Hj. Sennang dan mereka merasa sangat puas”.

Menurutnya, hasil kerja dari indo’botting cukup memuaskan dan

harga penyewaannya cukup murah. Dan hal lain mengapa dia masih

menggunakan jasa indo’botting, karena indo’ botting yang selama ini

dia sewa jasanya juga merupakan keluarganya sendiri. Dan yang

terakhir hasil wawancara dari indo’botting Else (42 tahun) yang

sering disewa jasanya oleh pengantin-pengantin kelas mengengah

ke bawah.

“Ko harga e tergantung pakeang e, ko kawing bawammi rekeng taue biasa ta dua mi juta aga. Tapi ko melo i lengkap lollong prasmanan aga engka toni lammingna okko tenda e biasa asera juta.Ko botting dua mi juta bottingku engkana usorokeng iya bansa siddi juta, nappa ero siddi e juta ubageni okko anak-anakku rekeng ero balikka magattung sibawa madduttung, uwajakettoni passessaku aga apa langsungsi isessa maneng pakeang e ko pura napake tau e supaya tappa iala meni bawang ko melo si ipake okko botting laing e. engka lalo aga ta limarratu mi serbu lettu siddi juta. Tapi sisemmi ipappakei (Else, 42 tahun)

“Kalau masalah harga tergantung pakaian, jika hanya sebatas akad nikah biasanya hanya membayar hargasewa sebanyak 2 juta. Tetapi jika ingin fasilitas yang lengkap dengan prasmanan dan dipasangkan juga lamming pada tenda, biasanya saya beri harga 9 juta. Kalau harga sewa pengantin seharga 2 juta, saya sudah mendapat keuntungan sebanyak 1 juta, kemudian 1 jutanya lagi digunakan untuk membayar upah anak-anak yang membantu saya menggantung dan mencabut lamming dan

Page 98: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

84

tabere, dan saya gunakan juga untuk membayar upah tukang cuci, agar pakaian yang sudah dicuci bisa langsung dipakai lagi untuk pengantin yang lain. Bahkan ada yang hanya membayar seharga 5 ratus ribu hingga 1 juta, tetapi hanya dirias sebanyak 1 kali”.

Dalam kutipan di atas, dia menjelaskan bahwa ada beberapa

pengantin yang tidak melaksanakan upacara perkawinan secara

meriah. Seperti warga masyarakat yang dalam kelas ekonomi rendah

dan ada pula yang dinikahkan dalam keadaan terpaksa (hamil diluar

nikah), yang hanya membutuhkan biaya sewa indo’botting sekitar

Rp. 2.000.000 bahkan ada yang hanya membayar sewa jasa

seharga Rp. 500.000-1.000.000,- dengan fasilitas di bawah standar

perlengkapan upacara perkawinan Bugis pada umumnya.

Itulah mengapa indo’ botting masih selalu digunakan jasanya di

kota Parepare, dan mereka yakin kalau usaha indo’botting ini tidak

akan pernah hilang dalam masyarakat Bugis. Selain pengetahuan

lokal dan pengalaman yang dimilikinya, harga sewa jasa indo’botting

dapat disesuaikan dengan kondisi ekonomi orang yang ingin

menggunakan jasanya.

Page 99: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

85

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indo’botting merupakan salah satu figur yang sangat dibutuhkan

dalam upacara perkawinan Bugis khususnya di kota Parepare.

Indo’botting mempunyai peran mulai dari prosesi mappettuada hingga

pada resepsi perkawinan. Peran indo’botting dalam upacara perkawinan

yaitu mulai dari merias pengantin, dekorasi, perlengkapan makan, dan

memulai beberapa prosesi upacara yaitu dio majang dan mappacci serta

menjaga pengantin perempuan pada saat prosesi mappasikarawa.

Upacara perkawinan Bugis tidak akan berlangsung sebagai mana

mestinya jika tidak ada indo’botting yang berperan di dalamnya.

Saat ini kita dikejutkan dengan keberadaan Wedding Organizer yang

juga bisa mengorganisir upacara perkawinan secara kompleks bahkan

berkonsep lebih moderen. Hal tersebutlah yang membangun semangat

indo’botting untuk terus memperbaiki hasil kerjanya dalam upacara

perkawinan dengan terus memperbaharui pengetahuannya mengenai

konsep-konsep perkawinan Bugis moderen saat ini. Jadi, perlengkapan

untuk upacara perkawinan yang dimiliki indo’botting kini juga mempunyai

konsep lebih moderen tetapi tidak keluar dari konsep perkawinan adat

Bugis. Mereka yakin akan terus digunakan jasanya pada upacara

perkawinan Bugis karena pengetahuan lokal yang dimilikinya, serta

pengetahuan yang didapatkan dari pengalamannya tidak akan bisa

Page 100: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

86

disaingi oleh WO yang masih terbilang sangat baru dalam upacara

perkawinan, khususnya pada perkawinan adat Bugis. Indo’botting juga

mempunyai harga yang lebih rendah daripada WO, karena indo’botting

bisa menyesuaikan kondisi ekonomi dari pengguna yang ingin

menggunakan jasanya serta pengetahuan lokal mengenai upacara

perkawinan Bugis khususnya pengetahuan mengenai cenningrara.

Page 101: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

87

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ada dua hal yang

perlu dijadikan perhatian utama yaitu :

1. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang penulis lakukan,

indo’botting merupakan figur yang sangat berpengaruh dalam

kegiatan perkawinan. Penulis menaruh perhatian yang sangat

dengan pewarisan pengetahuan yang indo’botting miliki

mengenai pengetahuan lokal, sebab ini merupakan warisan para

leluhur masyarakat Bugis khususnya di Kota Parepare yang

masih ada, relevan serta bertahan hingga saat ini.

2. Bagi pemerintah sebaiknya dapat memperhatikan budaya-

budaya lokal, khususnya dalam upacara perkawinan, pemerintah

harusnya melakukan inventarisasi serta pengenalan budaya lokal

sebagai identitas masyarakat Bugis agar mampu menumbuhkan

rasa bangga dengan kekayaan kultural dalam masyarakat

Sulawesi Selatan khusunya di Kota Parepare.

Page 102: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

88

DAFTAR PUSTAKA .

Datuan, Maike Yulita. 2011. Makna Simbolik Tahu-Tahu Dalam Sistem

Stratifikasi Sosial Pada Pelaksanaan Upacara Rambu Solo’

di Kelurahan Leatung Kecamatan Sangalla’ Utara

Kabupaten Tana Toraja. Skripsi Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin.

Endaswara, Suardi. 2003. MetodologiPenelitianKebudayaan. Gajah mada University Pers :Yogyakarta

Eriksen, Thomas Hylland. 2009. Antropologi Sosial dan Budaya. Ledalero : Maumere

Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Perkawinan Adat Istiadat dan Upacara Adat. CV. Maju Mundur : Bandung

John W. Creswell. 2013.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru : Jakarta.

Marzali, Amri. 2006. Struktur-fungsionalisme. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 30, No. 2. : Jakarta

Millar, Susan Bolyard. 2009. Perkawinan Bugis. Ininnawa: Makassar

Moleong, Lexy J. 2011. MetodologiPenelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung

Mulyana, Deddy. 2002. MetodePenelitian Kualitatif; Paradigma

baruilmukomunikasidanilmu sosial lainya. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Nasrullah, Rulli . 2015. Media Sosisl Perspektif Komunikasi, Budaya, dan, Sosioteknologi. Simbiosa Rekatama Media : Bandung

Noviardi S, Semi. 2003. Kawin Lari Dalam Budaya Siri Pada Masyarakat Suku Bugis Di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Tiniur Propinsi Jambi (Elopement in Sirri Culture in Bugis Trible Society in Nipan Panjang District, East Tanjung Jabung Ragency Jambi Province). Master Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Page 103: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

89

Pelras, Cristian. 2006. Manusia Bugis, Diterjemahkan Dari Bahasa Inggris: The Bugis Oleh Abdul Rahman Abu, Hasriadi, dan Nurhady Sirimorok. Nalar : Jakarta

Rohayati, Vita. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Seni Tata Rias Pengantin di Banjarnegara. Sripsi. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Saifuddin, AchmadFedyani. 2005. AntropologiKontemporer. Kencana : Jakarta

Sani, M Yamin. 2010. Makna Simbol dan Fungsi Tata Rias Pengantin Pada Suku Bangsa Bugis di Sulawesi Selatan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi.Yogyakarta :Tiara Wacana Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 2002.Teori Peranan. Bumi Aksara : Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar / Soerjono Soekanto. Ed Baru 41. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Tang, Mahmud. 1996. Aneka Ragam Pengaturan Sekuritas Sosial di Bekas Kerajaan Berru Sulawesi Selatan, Indonesia. Disertasi. Grafisch Service Centrum Van Gils BV : Wegeningan

Warsito, H. R. 2012. Antorpologi Budaya. Penerbit Ombak : Yogyakarta.

Wiguna, Asep Indra Arya. Analisis Kualitas Pelayanan Dalam Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Pada Jasa Wedding Organizer di CV Anpian Production Kabuaten Ciamis.Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bina Putra Banjar

Wulandari, Yunika Niken. 2009. Peran Juru RIas Terhadap Pelestarian Tata Rias Dan Busana Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung.Skripsi.Jurusan Teknik Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Sumber Lain :

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawian

Page 104: Eksistensi Indo’ Botting di Kota Parepare : Suatu Studi ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · MA., Dr. Munsi Lampe, MA., Dr. Ansar Arifin, MS.,

90

Internet :

Sumber (http://24-februari.sttbandung.web.id/id1/2527-

2416/Parepare_28736_24-februari-sttbandung.html#Sejarah) diakses

pada tanggal 11 Desember 2017