ekowisata upacara seren taun strategi...

12
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 407 Unmas Denpasar EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN: STRATEGI PENGUATAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN KUNINGAN Euis Suhaenah, Ai Juju Rohaeni, Wanda Listiani Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Jl. Buahbatu No. 212 Bandung ABSTRAK Penelitian ini membahas ekowisata Upacara adat Seren Taun, bertujuan untuk mengungkapkan rangkaian dan proses Upacara Adat Seren Taun sebagai salah satu Strategi Komunitas Adat Menguatkan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. Pengemasan upacara seren taun dalam berbagai bentuk pertunjukan ritual masyarakat dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik dan internasional. Kata kunci: ekowisata, Seren Taun, Kuningan.ail PENDAHULUAN Rumusan ekowisata pernah dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 sebagai berikut: "Ekowisata adalah perjalanan ketempat-tempat yang masih alami dan relatif belum terganggu atau tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini", bagi kebanyakan orang, terutama para pencinta lingkungan, rumusan yang dikemukakan oleh Hector Ceballos- Lascurain tersebut belumlah cukup untuk menggambarkan dan menerangkan kegiatan ekowisata. Penjelasan di atas dianggap hanyalah penggambaran dari kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990, sebagai berikut: "Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat”. Penjelasan ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam bebas atau terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggungjawab dan komitmen terhadap keaslian dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Karakteristik yang menjadi ciri dari ekowisata Seren Taun di Cigugur Kuningan yang memiliki sebuah peristiwa budaya masyarakat setempat yang unik, dikemas sebagai sebuah pertunjukan untuk pariwisata tapi tidak melayani kebutuhan turis, tetapi turis menjadi bagian dari pertunjukan tontonan hidup yang diamati dengan sedemikian rupa, difoto, direkam dan diinterasikan dengan berbagai cara tertentu.

Upload: lamtu

Post on 06-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

407 Unmas

Denpasar

EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN:

STRATEGI PENGUATAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KABUPATEN KUNINGAN

Euis Suhaenah, Ai Juju Rohaeni, Wanda Listiani

Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Jl. Buahbatu No. 212 Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini membahas ekowisata Upacara adat Seren Taun, bertujuan untuk

mengungkapkan rangkaian dan proses Upacara Adat Seren Taun sebagai salah satu Strategi

Komunitas Adat Menguatkan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Kuningan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara

dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. Pengemasan upacara seren

taun dalam berbagai bentuk pertunjukan ritual masyarakat dan daya tarik tersendiri bagi

wisatawan domestik dan internasional.

Kata kunci: ekowisata, Seren Taun, Kuningan.ail

PENDAHULUAN

Rumusan ekowisata pernah dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun

1987 sebagai berikut: "Ekowisata adalah perjalanan ketempat-tempat yang masih alami dan

relatif belum terganggu atau tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan

menikmati pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya

masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini", bagi kebanyakan orang,

terutama para pencinta lingkungan, rumusan yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-

Lascurain tersebut belumlah cukup untuk menggambarkan dan menerangkan kegiatan

ekowisata. Penjelasan di atas dianggap hanyalah penggambaran dari kegiatan wisata alam

biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society

(TIES) pada awal tahun 1990, sebagai berikut: "Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang

bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan penduduk setempat”. Penjelasan ini sebenarnya hampir sama dengan yang

diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata

di alam bebas atau terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung

unsur-unsur kepedulian, tanggungjawab dan komitmen terhadap keaslian dan kelestarian

lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk

memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya

masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

Karakteristik yang menjadi ciri dari ekowisata Seren Taun di Cigugur Kuningan yang

memiliki sebuah peristiwa budaya masyarakat setempat yang unik, dikemas sebagai sebuah

pertunjukan untuk pariwisata tapi tidak melayani kebutuhan turis, tetapi turis menjadi bagian

dari pertunjukan tontonan hidup yang diamati dengan sedemikian rupa, difoto, direkam dan

diinterasikan dengan berbagai cara tertentu.

Page 2: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

408 Unmas

Denpasar

Tulisan ini membahas ekowisata Upacara adat Seren Taun, yang menjadi pokok

bahasan mengungkapkan rangkaian dan proses Upacara Adat Seren Taun sebagai salah satu

Strategi Komunitas Adat Menguatkan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten

Kuningan

Pada bulan oktober 2015 peneliti mengikuti upacara Seren Taun di Cigugur Kuningan,

Seren Taun merupakan Gelar Budaya tradisional masyarakat Agraris Sunda yang masih

berada dan biasa dilaksanakan di Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten

Kuningan oleh kumunitas penganut Agama Jawa Sunda pimpinan Adat Madrais (AJS)

Pangeran Djatikusumah. Tradisi ini dilaksanakan satu tahun sekali sebagai manifestasi luapan

rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Secara definitif dapat diartikan upacara

penyerahan hasil panen yang baru lewat serta memohon berkah dan perlindungan Tuhan

untuk tahun yang akan datang. Melalui upacara Seren Taun masyarakat petani Sunda

menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencerminan kesadaran

pribadi atas suatu kenyataan yang mereka terima yakni hidup dan kehidupan, salah satu

manifestasi obsesi mereka adalah melaksanakan upacara syukuran yang divisualisasikan

berupa produk hasil bumi terutama padi. Cigugur merupakan sebuah Desa di Kecamatan

Cigugur Kabupaten Kuningan, upacara tersebut diadakan selama enam hari mulai tanggal 1

hingga 6 Oktober 2015. Hal yang menarik dalam upacara Seren Taun 2015 adalah

keikusertaan Pemerintahan Kabupaten Kuningan memadukan program pariwisata yang

sedang digulirkan dengan moto “ Kabupaten Kuningan menuju Ekowisata untuk

meningkatkan kesejahteran masyarakat “. Oleh karena itu, konteks kegiatan Seren Taun jelas

berhubungan dengan promosi pariwisata dan keinginan untuk menarik minat dari para turis

untuk berkunjung ke Cigugur Kuningan. Ini merupakan strategi untuk mempromosikan

pariwisata, seperti yang dikatakan Smith bahwa promosi adalah; ”Berbagai aktivitas tujuan

yang menstimulasi pariwisata termasuk didalam kunjungan ke rumah-rumah dan kampung-

kampung dari penduduk asli, berbagai observasi dari berbagai tarian maupun upacara.

(Smith, 1977:2)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kuningan dalam kaitan peristiwa

budaya Seren Taun memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan masyarakat

sekitarnya, khususnya bagi masyarakat komunitas maupun masyarakat umumnya. Peristiwa

Seren taun merupakan daya tarik bagi pariwisatawan domestik maupun mancanegara, bagi

pemerintah Kuningan peristiwa budaya Seren Taun merupakan sebuah aset pariwisata yang

menguntungkan bagi devisa negara. Pihak pemerintah mengidentifikasi para komunitas

masyarakat Kuningan sebagai penyangga budaya yang bermata pencaharian dari hasil

pertanian, diperdayakan kegiatan upacara Seren Taun yang dilaksanakan selama sepekan.

Pendekatan secara ekonomi perlu juga dikemukakan mengingat permasalahan

dalam upacara Seren Taun merupakan upacara ritual wujud syukur berlimpahnya atas hasil

pertanian yang diperoleh, penggagas Pangeran Djatikusumah dan komunitas AJS

membagikan hasil panennya berupa padi yang telah ditumbuk, yaitu beras selanjutnya

dibagikan kepada anak yatim, masyarakat fakir miskin yang ada di wilayah Cigugur. Di luar

komunitas para pelaku bisnis pariwisata, maupun masyarakat Kuningan pelaku bisnis dalam

era pariwisata ini yang telah menjadikan ajang gelar budaya Seren Taun sebagai salah satu

lahan peningkatan komoditi regional untuk meningkatkan penghasilan asli daerah Kuningan,

Page 3: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

409 Unmas

Denpasar

penonton (wisatawan) pelaku dan seniman yang ditonton semakin penting peranannya. Yang

membedakan mereka hanyalah bahwa pelaku upacara, seniman merupakan pelaku langsung,

sedangkan penonton merupakan hasil upaya para pengantar tamu dalam mempromosikan

status upacara Seren Taun. Keduanya terlibat dalam misi pengenalan seni budaya Seren

Taun, sehingga sesungguhnya keduanya memiliki peran yang sama dalam pengembangan

program pemerintah “Kabupaten Kuningan menuju Ekowisata untuk meningkatkan

kesejahteran masyarakat”.

Ekowisata Upacara Seren Taun 2015

Inti upacara Seren Taun bagi masyarakat Cigugur Kuningan adalah upacara Nutu.

Upacara nutu merupakan salah satu upacara yang dilaksanakan dan sudah masuk dalam

agenda tahunan pemerintah daerah dan masyarakat Kuningan yang diperingati oleh

komunitas adat dan pengikut aliran kepercayaan atau AJS (Agama Jawa-Sunda). Upacara

Nutu mengangkat padi sebagai objek pokok dan hasil seluruh pertanian yang ada di Cigugur

Kuningan. Upacara Nutu sebagai penghormatan terhadap Dewi Padi di Pwah Aci atau Pohaci

(dewi dari seluruh tanaman). Perbedaan pemahaman masyarakat tentang Dewi Pwah Aci

tidak hanya pada pengertian dewi padi tetapi lebih luas mencakup hasil seluruh pertanian

yang ada di Cigugur Kuningan. Objek padi lebih dimaknai berdasarkan kebutuhan pokok

dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mewakili hasil bumi, ungkapan pemuliaan Dewi

Pwah Aci sebagai ibu dari roh hurip tanah pakumpulan yang termaktub dalam ajaran AJS.

Perbedaan pemahaman tersebut berdasarkan dari hasil wawancara dengan nara sumber

bahwa masyarakat Cigugur tidak mengenal sebutan Dewi Sri, sebelum masuknya pengaruh

Hindu. Setelah masuk pengaruh Hindu maka dikenal upacara Mapag Sri. Dalam Seren Taun

digunakan sebutan Pwah Aci sebagai Roh Hurip Tanah Pakumpulan (segala tanaman berasal

dari tanah), dan sebutan Ibu Pertiwi (The Mather God). Padi sebagai simbol yang memiliki

dimensi dan nilai mitos kesuburan yakni simbol untuk mengekspresikan hidup masyarakat

yang hidupnya menyatu dengan alam seperti konsep yang terdapat dalam Ajaran Jawa Sunda

(AJS).

Upacara Seren Taun sebagai penghayatan ajaran Agama Jawa-Sunda, dipergunakan

juga sebagai sarana politik untuk mengekspresikan perlawanan yang bersifat non-fisik

terhadap kolonial Belanda pada masa jaman penjajahan, yakni dengan adat istiadat dan

budaya yang tertuang didalamnya. Upacara Seren Taun sebagai representasi ucapan syukur

sesuai dengan ajaran spritual Kyai Madrais Agama Jawa-Sunda yaitu Anjawad lan Anjawab

roh susun-susun Kang den Tunda, yang merupakan filosofi agama Jawa-Sunda. Filosofi AJS

dimaksudkan sebagai tugas manusia untuk menyusun, menjaring dan memilih serta

membuang sifat-sifat yang terdapat pada roh hurip tanah yang disempurnakan dengan cara

upacara. Manusia harus menggunakan sir-rasa pikir untuk mencari eksistensi diri dan

mengimani kumpulan roh-roh tersebut. Dengan kata lain bahwa manusia sebagai “kuburan

roh” dalam hal ini harus mampu menjawab anjawad lan anjawab roh-roh dalam diri agar

sempurna ketika kembali kepada penciptanya. Manusia berkewajiban memenuhi

sampuraning hirup sajatining mati yaitu hidup yang sempurna apabila hidup sesuai dengan

kehendak Sang Pencipta. Apabila mati, mati sejati dan berpulang kepada Sang Pencipta

sebagai konsep kesempurnaan hidup dalam agama Jawa-Sunda (AJS). Untuk menjawab

Page 4: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

410 Unmas

Denpasar

sampuraning hirup sajatining mati dan mencari jati diri sebagai manusia dengan ciri

kemanusiaannya maka harus dijalani Pikukuh Tilu yakni ngaji badan, iman kana tanah,

ngiblat ka ratu-raja.

Upacara Seren Taun merupakan perkembangan dari Upacara Nutu menjadi Seren

Taun setelah Agama Jawa-Sunda (AJS) yang dideklarasikan oleh Pangeran Sadewa Alibassa

Widjajaningrat yang dikenal dengan nama Kyai Madrais. Upacara Seren Taun ditetapkan

pada tanggal 22 Rayagung (menurut kalender tradisi Sunda, 22 besar menurut sistem

kalender Jawa) yang bertepatan dengan hari kelahiran putra Kyai Madrais yang bernama

Pangeran Tedja Buana. Tanggal 22 Rayagung selanjutnya dimaknai sebagai merayakan

Keagungan Tuhan. Oleh karena bulan Rayagung adalah bulan terakhir atau sebagai tutup

tahun, maka nama upacara Nutu diungkapkan sebagai ucapan syukur yang dirayakan setiap

akhir tahun disebut Upacara Seren Taun. Kemudian perayaan upacara ini dilanjutkan oleh

putranya yang bernama Tedja Buana, yang dilanjutkan lagi oleh putranya bernama Pangeran

Djatikusumah hingga sekarang.

Padi memiliki makna yang dapat diadopsi untuk menyampaikan berbagai hal sebagai

sarana pemenuhan tujuan dari upacara syukur secara bersama-sama tanpa membedakan status

sosial. Padi dapat digunakan juga sebagai sarana upacara yang berhubungan dengan pesan

propaganda ajaran AJS, pencarian identitas sosial dalam masyarakat, visualisasi tentang

manusia yang hidupnya menyatu dengan alam, dan peristiwa budaya yang dikehendaki sesuai

dengan misi dan visi dari pencetusnya. Hal ini dapat diamati pada struktur penyajian dalam

upacara Seren Taun.

Upacara Seren Taun tetap dilaksanakan di Cigugur Kuningan. Hal tersebut

mengandung makna bahwa upacara Seren Taun dapat dijadikan momen penting yang

diadakan satu tahun sekali bagi komunitas adat dan pengikut AJS. Perayaan upacara Seren

Taun dirasakan sebagai perantara bagi masyarakatnya pada kerinduan akan pengalaman

religius dan pengalaman seni seperti pertunjukan tari, angklung dan sebagainya. Bagi

Pemerintah dan masyarakat diluar komunitas merupakan sebuah peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan melalui peristiwa budaya tahunan ini.

Struktur Penyajian Seren Taun

Prosesi upacara Seren Taun ini, pada hari pertama, Kamis 1 Oktober 2015 (17

Rayagung 1948 Saka) Pukul 18.00- 19.00 WIB di Halaman Gedung Paseban, masyarakat

Kuningan yang terlibat memodifikasi upacara tersebut menjadi semacam pertunjukan

teateral. Yang menjadi atraksi utama adalah masyarakat Cigugur Kuningan yang sedang

melaksanakan upacara Seren Taun. Masyarakat lokal setempat menjadi bagian penting dalam

upacara yang bersifat eksotis dan otentik. Karakteristik teateral ini terutama terlihat dalam

acara Damar Sewu, merupakan acara pembuka acara Seren Taun. Damar Sewu dimulai

dengan menyalakan api pada kuntum bunga teratai yang kemudian disebarkan dengan

menggunakan obor ke empat penjuru mata angin sebagai tanda semangat yang senantiasa

akan selalu berkembang pada setiap generasi. Upacara, selanjutnya disajikan pertunjukan seni

tradisional masyarakakat Cigugur, yaitu tari Purabaya Gebang, tari Kaulinan barudak,

selanjutnya pukul 20.00-20.30 Wib pertunjukan Kacapi lawak dari Kabupaten Garut “ Segar

Group” di Taman Sari Paseban.

Page 5: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

411 Unmas

Denpasar

Gambar 1. Foto Damar Sewu

Hari kedua, Jumat 2 Oktober 2015 (18 Rayagung 1948 Saka), merupakan aktivitas

konservasi alam dan lingkungan dan seni pertunjukan yang ada kaitannya dalam ruang

lingkup pertanian. Penyajian pesta Dadung para petani dan anak gembala menari dengan

memegang tali dadung dengan bentuk pola lantai melingkar satu sama lain berpegang tali.

Dilanjutkan dengan acara pembuangan hama dan penanam pohon. Semua aktivitas ini

dilakukan di Situ Hyang Paseban. Sore hari, Di Halaman Gedung Paseban acara pesta

Angklung SDN Cisantana Kuningan, tari Rampak Kendang. Pada malam harinya pertunjukan

Panglawungan Tembang Sunda Cianjuran di Gedung Paseban.

Gambar 2. Foto Pesta Dadung

Hari ketiga, Sabtu 3 Oktober 2015 (19 Rayagung 1948 Saka), Pukul 09.00- 16.00 wib

Dialog yang bertema “ Pakena gawe Rahayu Pakeun Ngertakeun Bumi Lamba “ yang

dihadiri oleh masyarakat komunitas AJS. Pukul 19.00-21.00. Pesta wayang dalang cilik

dilakukan di Taman Sari Paseban. Selanjutnya pukul 21.00-22.00 wib pertunjukan

Tarawangsa di Gedung Paseban.

Hari keempat, Minggu 4 Oktober 2015 (20 Rayagung 1948 Saka). Pukul 09.00-14’00,

Dialog lanjutan “akena gawe Rahayu Pakeun Ngertakeun Bumi Lamba “ yang dihadiri oleh

masyarakat komunitas AJS. Pukul 14.00-17.00 wib Helaran Budaya, helaran masyarakat

Page 6: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

412 Unmas

Denpasar

diikuti oleh para tokoh adat yang berasal dari berbagai pulau Nusantara dengan menggunakan

kendaraan tradisional, yaitu Delman mengelilingi Kota Kuningan. Hal ini dilakukan sebagai

sarana sosialisasi kegiatan Seren Taun yang bernafaskan Bhineka Tunggal Ika. Pukul 19.00-

22.00 wib tempat di Taman Sari Paseban, pertunjukan;. Pesta Lisung, Paduan Suara SMP Tri

Mulya Kuningan, Karinding Cireundeu, Gondang Kreasi, Tari Klasik dari ISBI Bandung,

Talk Show “ Kanyaah Nyai”.

Gambar 3. Foto Helaran Pawai Budaya

Hari kelima, Senin 5 Oktober 2015 (20 Rayagung 1948 Saka). Pukul 08.30-12.00 Wib,

Aksi Bakti Sosial Pengobatan gratis dan KMC di Taman Sari Paseban.Pukul 12.00-16.000

dilanjutkan dengan acara Dialog akhir tema” Pakena gawe Rahayu Pakeun Ngertakeun Bumi

Lamba “ yang dihadiri oleh komunitas AJS se-Nusantara. Pukul 19.00-19.50 wib acara

Kidung Spritual, dipimpin oleh Pangeran Djatikusumah yang selalu dihadiri oleh turis

maupun perwakilan pemerintah. Ada pemisahan yang jelas antara penonton (turis dalam

negeri dan internasional) dan pemerintah, pendukung/para pemain dan masyarakat Cigugur

yang terlibat dalam upacara tersebut, tempat duduk para tamu undangan dibangku dan

menyaksikan keseluruhan acara. Do’a bersama, kidung spritual antar iman menyadari bahwa

keragaman adalah kebesaran dan kehendak Sang Pencipta. Peserta Kidung Spiritual berasal

dari berbagai daerah Nusantara antara lain dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Bali, Nusa

Tenggara dan Papua dengan latar belakang agama dan kepercayaaan yang berbeda, mereka

berdoa untuk kedamaian semesta alam. Pukul 20.00-21.00 wib penyajian tari Bedaya

Gebang, yang dibawakan oleh sembilan penari putri, tari Pwa Aci, yang dibawakan oleh

seorang penari putrinya Pangeran Djatikusumah. Pukul 21.00-22.00 wib Ngareremokeun,

upacara ini merupakan bertemunya energi hidup dari Sang Hyang Asri Pwah Aci yang

disimbolkan dalam kekuatan tumbuhnya pucuk pohon dan kesuburan di tanah. Upacara ini

diiringi angklung buncis dari Kanekes.

Page 7: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

413 Unmas

Denpasar

Gambar 4. foto Kidung Spiritual/Doa bersama

Gambar 5. Foto Tari Bedaya Gebang

Gambar 6. Foto tari Pwah Aci

Gambar 7. Foto upacara Ngareremokeun

Page 8: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

414 Unmas

Denpasar

Hari keenam, Selasa 6 Oktober (22 Rayagung 1948 Saka). Prosesi Puncak Acara Seren

Taun, yang diselenggarakan dari pukul 08.00-16.00 wib di Halaman Paseban. Acara puncak

terdiri dari buyung, angklung baduy, ngajayak, babarit dan penumbukan padi (nutu). Berikut

dibawah ini deskritif Upacara Seren Tahun 2015;

(1) Prosesi Puncak Acara Seren Taun 2015. Pukul 07.00 Wib Selasa tanggal 6 Oktober

2015 diawali dengan prosesi Ngajayak, para pendukung upacara bersiap-siap membentuk

barisan dari empat penjuru, sementara pendukung lainnya melakukan persiapan di dalam dan

di luar gedung Paseban Tri Tunggal. Upacara dibuka pukul 08.00 Wib oleh Pangeran

Djatikusumah dengan memukul gong sebanyak tiga kali pertanda upacara dimulai; disambut

dengan Gamelan Renteng. Mengiringi upacara prosesi Ngajayak dari empat penjuru berjalan

menuju gedung Tri Panca Tunggal tempat pelaksanaan upacara. Sementara itu pula angklung

dan ketipung dimainkan.

Prosesi berjalan hingga dihalaman gedung Tri Panca Tunggal, membentuk barisann

menghadap gedung, kemudian berhenti sambil menyisakan ruang untuk pertunjukan kesenian

dan peragaan upacara, sementara itu pula gong renteng berhenti. Pertunjukan diawali dengan

menyajikan tari Buyung yang dibawakan oleh 40 penari dari empat penjuru menuju depan

gedung diiringi dengan musik kecapi suling. Usai tari Buyung langsung disambut dengan

penampilan musik angklung Baduy yang dilakukan sambil menari mengelilingi tugu didepan

gedung hingga selesai.

Gambar 8. Foto Tari Buyung

Pertunjukan berikutnya adalah atraksi Buncis yakni memainkan angklung dan gendang

ketipung sambil beratraksi dengan posisi tidur, duduk, membawa umbul-umbul, menari,

bersorak dan sebagainya, serta membentuk pola lantai tertentu. Sementara atraksi Buncis

sedang berlangsung, Gambar foto tari Buyung para peraga lainnya, seperti pembawa padi

dengan rengkong maju memperagakan rengkong-nya, pembawa dongdang memperagakan

dongdang-nya dan pembawa jempana memperagakan jempana, demikian juga dengan

umbul-umbul semaunya berbaur ke dalam permainan atraksi Buncis tersebut. Dilanjutkan

dengan tari Kaulinan Barudak tarian ini sebagai cerminan nilai budaya masyarakat Cigugur

Kuningan yakni masyarakat anak-anak pelakunya, atraksi ini disajikan dengan penuh

kegembiraan, kecerian, rasa humor, kekompakan dan kebersamaan.

Page 9: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

415 Unmas

Denpasar

Gambar 9. Foto Angklung Buncis

Gambar 10. Foto Rengkong

Gambar 11. Foto Jempana

Gambar 12. Foto tari kaulinan barudak urang lembur

Page 10: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

416 Unmas

Denpasar

Setelah pertunjukan kesenian selesai, lagu Tunggul Kawung dibawakan oleh gamelan

Monggang. Sementara lagu dilantunkan para tamu undangan memasuki ruangan upacara,

kemudian seorang lengser dan para lulugu atau wakil dari pembawa padi dan buah-buahan

masuk gedung menyerahkan bawaannya kepada Pangeran Djatikusumah, sesudah itu lalu

keluar. Sarana upacara ini kemudian diserahkan oleh Pangeran Djatikusumah kepada wakil

tokoh masyarakat, Rohaniawan dan unsur penting lainnya meletakkan dan menempatkan

bawaannya ke tempat yang sudah disediakan. Setelah itu semua peraga upacara mengambil

tempat sebagai peserta upacara, lagu Tunggul Kawung pun berhenti. (lihat gambar ).

Gambar 13. Foto Babarit dan penyerahan hasil bumi

Gambar 14. Foto Babarit dan hasil panen padi

Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Yayasan Pendidikan Tri Mulya selaku

penyelenggara, Bupati Kabupaten Kuningan dan dari pupuhu upacara Pangeran

Djatikusumah. Dilanjutkan aca ra do’a yang dilakukan oleh para rohaniawan yang terdiri dari

pastur, pendeta, kyai, pendeta Hindu dan Budha memanjatkan doa secara bergantian. Doa-

doa tersebut diakhiri dengan lagu Golewang mengiringi Ucap Pangrajah Pohaci yang

dipanjatkan oleh Pangeran Djatikusumah, merupakan acara Babarit. Acara dilanjutkan

dengan penyerahan alu kepada tokoh, pejabat dan unsur penting lainnya yang dilakukan oleh

Pangeran Djatikusumah diiringi lagu Bale Bandung. Musik masih tetap mengalun,

selanjutnya upacara puncak “ Nutu” pembawa lesung tiba dipanggung utama, diikuti oleh

para tokoh penting yang ditunjukkan untuk menumbuk padi. Sementara itu ditempat lain

telah bersiap-siap para ibu-ibu dan semua partisipasi yang ingin menumbuk padi pada tempat

Page 11: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

417 Unmas

Denpasar

yang telah disediakan oleh panitia. Lesung Indung berhenti dipanggung Utama, kemudian

para pejabat dan rohaniawan mengelilingi lesung dan lagu Bale Bandung berhenti.

Suasana menjadi hening ketika Pangeran Djatikusumah beserta istri mengoles pangkal

alu dengan minyak kemudian diayunkan keatas dan kebawah sebanyak tujuh kali. Pada

ayunan ketujuh alu dilepaskan dan menumbuk padi. Pada saat terdengar tumbukan pertama,

seluruh peserta yang telah memegang alu secara serentak, melanjutkan menumbuk padi

berkeliling sepanjang lesung yang telah ditata secara bergantian. Penumbukan padi diiringi

dengan lagu Sisir Gunda.

Gambar 15. Foto Pangeran Djatikusumah menumbuk padi

Gambar 16. Foto Nutu

Para pejabat melakukan penumbukan dipanggung utama sebanyak tujuh putaran,

kemudian boleh dilanjutkan oleh siapa saja. Penumbukan padi dilanjutkan oleh siapa saja

yang ingin melakukannya hingga penumbuk padi selesai. Saat berlangsungnya penumbukan

padi, para peserta upacara dipersilahkan untuk menikmati hidangan berupa nasi tumpeng. Di

salah satu ruang gedung Paseban Tri Panca Tunggal juga telah tersedia makanan yang telah

disiapkan bagi para pejabat dan rohaniawan. Upacara Seren Taun selesai pada jam 16.00 wib.

Beras hasil tumbukan dibagikan kepada masyarakat fakir miskin dan panti asuhan yang

berhak menerima.

PENUTUP

Ekowisata dalam beberapa hal telah membantu menghadirkan kembali kebudayaan

tradisional Jawa Barat, khususnya dalam konteks upacara Seren Taun yang dilaksanakan di

Page 12: EKOWISATA UPACARA SEREN TAUN STRATEGI …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/51.-Penelitian_Euis... · dan pengamatan pada masyarakat adat di Kabupaten Kuningan. ... yang

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

418 Unmas

Denpasar

Cigugur Kuningan Jawa Barat. Sebelumnya upacara Seren Taun pernah dilarang

dipertunjukan oleh pemerintahan Orde Baru, terlebih yang berkait dengan kepercayaan

tradisional mereka. Namun, seiringnya dengan waktu di era pemerintahan Demokrasi Seren

Taun dipertunjukkan lagi hingga saat ini.

Kelihatannya adanya inter play antara kepentingan pemerintah di satu sisi dan

kepentingan dari masyarakat Cigugur Kuningan di sisi lain, yang mempengaruhi sikap dan

penilaian dari keduanya terhadap upacara yang disajikan. Di satu sisi, pemerintah

berkepentingan untuk menstimulasikan kegiatan dari upacara tradisional, tidak hanya untuk

untuk kepentingan pariwisata, tetapi juga sebagai upaya pelestarian dan mengembangkan

budaya yang merupakan salah satu aset nasional budaya Indonesia. Di sisi lain kepentingan

masyarakat Cigugur Kuningan sendiri adalah usaha untuk menghadirkan identitas mereka

sebagai salah satu ragam dari kebudayaan Nasional Indonesia. Usaha tersebut merupakan

salah satu program pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang digariskan dalam

kebijaksanaan pemerintah Indonesia.

Pada akhirnya, dengan melihat proses maupun produk dari pertunjukan yang ada,

upacara Seren Taun yang disajikan dalam konteks pariwasata ini telah merefleksikan

kompleksitas identitas sekaligus ambiguitas dalam usaha kontruksi dan rekontruksi identitas

masyarakat Cigugur Kuningan .Seren Taun merupakan peristiwa budaya di Kabupaten

Kuningan menawarkan sajian yang mempunyai nilai ganda. Disatu sisi untuk kepentingan

utama adalah upacara Nutu, sedang di sisi lain menghadirkan kenikmatan estetis. Upacara

Seren Taun dalam peristiwa budaya dalam konteks seni pertunjukan menawarkan diri sebagai

sebuah tontonan yang menarik, walaupun upacara Seren Taun ini tidak dimaksudkan sebagai

seni pertunjukan semata, karena tujuan utama itu merupakan representasi sujud syukur,

wujud solidaritas dari komunitas penghayatan ajaran Agama Jawa Sunda Kyai Madrais

kepada masyarakat Kuningan yang berlatar belakang agama yang berbeda, namun

masyarakat diluar komunitas upacara mengikuti dan menikmati sebagai sebuah pertunjukan

dan ajang bisnis bagi para pelaku bisnis yang ada kaitannya pariwisata, dampaknya peristiwa

budaya itu dapat mensejahterakan masyarakat Kuningan dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius

Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius

http:/ibda..files, wordpress.com

Kuntowijoyo.1999, Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mustopa, R.H Hasan.1991. Adat Istiadat Sunda. Penerjemah Maryati Sastrawijaya. Bandung

: PT. A.

Sumardjo.Yacob.2000. Filsafat Seni. Bandung ITB.

-------------------.2003. Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: Kelir

Sedyawati. Edi.2007. “warisan Masa lalu dan Penciptaan hari ini” dalam Budaya Indonesia:

Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT Rajagrafika: Persada

Smith, Valene,ed. 1977 Hosts and Guests; The Antroofologiy of Tourism. Philadelphia:

University of Pennsylvenia Press.

Turner, Victor.1967. The forest of Symbols: Aspeccs of Ndembu Ritual. Cornelt University

Press London.